kel 8 padi

Embed Size (px)

Citation preview

A.1.

HamaTikus

a. Klasifikasi Kingdom Filum Sub Filum Class Sub Class Ordo Sub Ordo Family Sub Family Genus Spesies : Animalia : Chordata : Vertebrata : Mamalia : Theria : Rodentia : Myomorpha : Muridae : Murinae : Rattus : Rattus exulans

b. Gejala Serangan Tanaman padi yang terkena serangan tikus mengalami putus batang dan berserakan. Hal ini disebabkan karena tikus menggigit batang padi.Pada umumnya tanaman padi yang diserang oleh hama ini berada di pertengahan areal persawahan. Biasanya hama ini menyerang pada fase generatif yaitu pada saat malai berbentuk dan bulirbulir mulai menguning.

c. Karakteristik dan Morfologi Tikus merupakan salah satu jenis hama yang relatif sulit dikendalikan karena mempunyai daya adaptasi,mobilitas dan kemampuan berkembang biak yang tinggi.

Tikus merupakan hewan menyusui dan termasuk hewan terestrial yang dicirikan dengan ekor relatif pendek terhadap kepala dan badan,serta tonjolan pada telapak kaki yang relatif kecil dan halus,rambut punggung kasar,berwarna coklat gelap,warna perut putih abu-abu. Jumlah puting susu 12 buah. 3 pasang di dada, dan 3 pasang di perut. Berat tikus ini umumnya 100-230 gr. Panjang kakinya 34 mm,sedangkan kupingnya 20-22 mm. Hama ini cepat meningkat jika masa panen mengalami perpanjangn karena waktu tanam yang tidak serentak,varietas padi tidak sama. d. Intensitas Hama Intensitas hama pada sawah sekitar 45 % dari areal kotak sawah.

e. Pengendalian Pengendalian tikus dilakukan melalui pendekatan PHTT (Pengendalian Hama Tikus Terpadu), yaitu pengendalian yang didasarkan pada biologi dan ekologi tikus, dilakukan secara bersama oleh petani sejak dini (sejak sebelum tanam), intensif dan terus-menerus, memanfaatkan berbagai teknologi pengendalian yang tersedia, dan dalam wilayah sasaranpengendalian skala luas. Pemasangan umpan beracun (waktu yang tepat adalah pada saat bero, waktu semai, masa vegetatif). Racun Antikoagulan, yaitu racun yang mematikan tikus setelah makan umpan 3-5 hari kemudian. Jenis racun ini misalnya Klerat RM, Warfarin, Dipacin, Tomorin, Racumin. Racun Akut, yaitu racun yang mematikan setelah tikus makan umpan beberapa jam kemudian, kelemahannya tikus menjadi jera kalau melihat temannya mati. Jenis racun ini misalnya, Zinkphosphide. Lakukan emposan atau fumigasi yaitu dengan cara membakar campuran belerang dan merang atau sabut kelapa kedalam lubang tikus. Saat yang tepat melakukan fumigasi yaitu pada masa generatif. Lakukan Pemasangan Perangkap dengan bubu pada setiap jarak tertentu di sepanjang pinggir pesawahan.

2.

Walang Sangit (Leptocorisa Oratorius)a. Klasifikasi Kingdom Filum : Animalia : Arthropoda

Kelas Ordo Famili Genus Spesies

: Insecta : Hemiptera : Alydidae : Leptocorisa : Leptocorisa oratorius

b. Morfologi dan Biologi Imago dewasa hama ini berwarna cokelat. Bentuk dari hama walang sangit sangat ramping kecil, kaki dan antena panjang. Kemudian imago dari hama ini pandai terbang dan seringa kali terbang diatas / samping orang (petani) yang berjalan di samping mengeluarkan bau sengat sebagai bentuk pertahanan diri dari predator. Sementara imago muda berwarna hijau seperti warna daun padi. Telur walang sangit berbentuk bulat dan pipih serta berwarna cokelat. Telur diletakakan berbaris 12 16 butir.

c. Siklus Hidup Imago biasanya bertelur pada waktu sore hari, Jumlah telur kira kira 100 butir. Jarak waktu bertelurnya kira kira 2 3 hari. Waktu penetasan kira kira 1 minggu. Perkembangan dari telur hingga imago dewasa kira kira 25 hari. Usia Imago dewasa kira kira 21 hari. Lalu nimfa tidak memakan padi masak imago dewasa mencari malai yang matang susu.

d. Ekologi Menyerang padi sawah maupun padi gogo. Inang penggantinya dapat berupa tanaman tebu, soghum, dan rumput-rumputan.

e. Pengendalian Hama ini dapat dikendalikan melalui beberapa langkah, seperti: mengenendalikan gulma, baik yang ada di sawah maupun yang ada di sekitar pertanaman; meratakan lahan dengan baik dan memupuk tanaman secara merata agar tanaman tumbuh seragam; menangkap walang sangit dengan menggunakan jaring sebelum stadia pembungaan; mengumpan walang sangit dengan ikan yang sudah busuk, daging yang sudah rusak, atau dengan kotoran ayam; menggunakan insektisida bila diperlukan dan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari ketika walang sangit berada di kanopi Penggunaan insektisida (bila diperlukan) antara lain yang berbahan aktif: - BPMC, - fipronil, - metolkarb, - MIPC, atau - propoksur.

3.

Anjing Tanah (Gryllotalpa Hirsuta)a. Klasifikasi Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Orthoptera : Gryllotalpidae : Gryllotalpa

Spesies

: Gryllotalpa Hirsuta

b. Morfologi Serangga berukuran sedang, berwarna coklat terang hingga gelap, memiliki kulit pelindung yang tebal yang hindup di dalam tanah, dengan sepasang tungkai depan termodifikasi berbentuk cangkul untuk menggali tanah dan berenang. Anjing tanah termasuk hewan yang aktif pada malam hari.

c. Pengendalian Cara pengendalian orong-orong: perataan tanah agar air tergenang merata; penggenangan sawah 3-4 hari dapat membantu membunuh telur orong-orong di tanah; penggunaan umpan (sekam dicampur insektisida); penggunaan insektisida (bila diperlukan) yang berbahan aktif karbofuran atau fipronil.

4.

Penggerek Batang Padi (Scirpophaga innotata)a. Klasifikasi Kingdom Filum Subfilum Kelas Subkelas : Animalia : Arthropoda : hexapoda : Insecta : Pterygota

Ordo Subordo Famili Genus Spesies

: Lepidoptera : glossata : Crambidae : Scirpophaga : Scirpophaga innotata

b. Morfologi Ngengat berwarna putih, bila sayap dibentangkan panjangnya kurang lebih 20-30 mm, dengan panjang badannya 11-15mm. Telurnya bulat panjang dan diletakkan berjejer, jumlahnya 150-200 butir ditutupi bahan seperti beludru berwarna coklat muda.

c. Metamorfosis Metamorfosis Holometabola Telur Larva Pupa Imago

d. Daur Hidup Ngengat bertelur dibagian bawah daun, dibagian atas batang. Disemaian padi, telur diletakkan di bagian atas permukaan daun, terutama semai yang sangat muda. Telur berjumlah 200-300 butir dan akan menetas terus tersebar menuju batang padi, atau turun ke air dan merayap ke batang padi yang lain. Hama ini menyerang 2 fase, vegetatif dan generatif. Pada vegetatif, penyakit yang diakibatkan adalah penyakit sundep.

e. Gejala Serangan

Gejala yang dihasilkan dari hama ini adalah tanaman menjadi kerdil dan tidak aktif karna menyerang fase vegetatifnya. Padi juga dapat menjadi kosong karna menyerang fase generatif dan ini disebut penyakit beluk.

f. Pengendalian Sesudah panen, sebaiknya sawah digenangi air untuk beberapa hari dan lebih baik lagi jika ditaburi insektisida. Memperlihatkan persemaian setiap hari. Hindari penanaman pada bulan-bulan Desember-Januari, karena suhu, kelembaban, dan curah hujan pada saat itu sangat cocok bagi perkembangan penggerek batang, sementara tanaman padi yang baru ditanam, sangat sensitif terhadap hama ini. Tindakan pengendalian harus segera dilakukan, kalau > 10% umpun memperlihatkan gejala sundep atau beluk. Insektisida yang efektif terhadap penggerek batang tersedia di kios-kios sarana pertanian, terutama yang berbahan aktif: karbofuran, bensultap, karbosulfan, dimenhipo, amitraz, dan fipronil. g. Ekologi Hama ini banyak terdapat di sawah daerah tropis.

-

B. Penyakit1.

Bercak belah ketupat (Busuk Leher)

Klasifikasi Kingdom Filum Kelas Famili : Fungi : Ascomycota : Ascomycetes : Magnapathaceae

Genus

: Magnaporthe

Spesies: Magnaporthe grisea (pyricularia oryzae) Morfologi dan Biologi Berbentuk kumparan lebar ditengah, ukuran bercak 1-1,5 x 0,3-0,5 cm Cendawan menyerang daun, buku, leher malai, bulir padi dan kolar daun Termasuk jenis pathogen dengan mutubilitas vertical tinggi (mudah membentuk ras baru) Gejala Serangan : Pada daun dan pelepah daun terdapat bercak-bercak belah ketupat. Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dengan pinggiran berwarna coklat. Ukuran dan warna bercak ini dapat bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan, umur bercak, kerentanan tanaman. Bila penyakit terjadi pada tanaman yang rentan dan kondisi lingkungannya lembab, maka bercak-bercak dapat meluas dan bersatu sehingga dapat mengakibatkan rusaknya sebagian besar daun. Tangkai malai dapat membusuk dan patah, sehingga penyakit ini disebut pula busuk leher. Bila infeksi ini terjadi sebelum masa pengisisan bulir, maka dapat terjadi kehampaan pada bulir. Batang pun dapat terinfeksi akibat penularan dari pelepah daun, sehingga batang membusuk dan mudah rebah. Penyebab Serangan : Cendawan Pyricularia oryzae. Konidianya berbentuk seperti buah alpokat dan bersel tiga, konidia ini dibentuk pada ujung suatu tangkai dan umumnya dilepas pada malam hari saat ada embun atau angin. Cendawan ini berkembang biak bila jarak tanam rapat sehingga kelembaban tinggi dan tanaman dipupuk nitrogen secara berlebihan. Penyebaran konidia cendawan ini dapat terjadi melalui benih dan angin. Sisa tanaman di lapang dan inang lain terutama jenis padi-padian (Famili Graminae) yang terinfeksi dapat menjadi sumber penularan 2 bagi pertanaman padi berikutnya. Siklus Hidup Cendawan ini mempertahankan diri dengan konidia pada biji dan jerami Ekologi Biji dan jerami Sawah dengan kadar pupuk N tinggi

2. Bercak Coklat Sempit (Cercospora oryzae) Klasifikasi Kingdom Filum Kelas Genus : Fungi : Eumycota : Hypomycetes : Cercospora

Spesies: Cercospra oryzae Gejala Serangan : Pada daun dan pelepah daun terdapat bercak coklat yang sempit seperti garis-garis pendek. Pada varietas yang tahan bercak berukuran 0,2-1 cm x 0,1 cm, berwarna coklat gelap. Pada varietas yang rentan bercaknya lebih besar dan berwarna coklat terang. Morfologi dan Biologi Konidia bersekat 3 hingga 10 Konidospor berwarna coklat

Siklus Hidup Cercospra oryzae termasuk parasit hemibiotrop. Penyakit ini timbul selama tahap pertumbuhan tanaman. Konidiospor muncul stomata. Konidia berhialin, silinder, lurus, dan melengkung. Mycelia jamur dapat bertahan pada musim dingin. Jamur pada semi menghasilkan konidospor dan konidia. Selama infeksi vegetasi dilakukan oleh konidia. Masa inkubasi sekitar 3 minggu Penyebab Serangan : Cendawan Cercospra oryzae merupakan penyebab penyakit ini. Konidianya bersekat 310, tangkainya coklat. Penularan terjadi melalui udara dan inang alternative, misalnya Panium repens. Ekologi Jamur Cercospra oryzae terdapat pada tanaman padi Pengendalian

Mencelup benih kedalam larutan merkuri Menyemprotkan fungisida Menggunakan pupuk nitrogen dan kalium sesuai kebutuhan tanaman Perlakuan benih dengan fungisida kaptafol Penyakit dikendalikan dengan pemupukan berimbang yang lengkap, dengan dosis 250 kg urea, 100 kg SP36, dan 100 kg KCl per ha.

3. Hawar daun jinggaRed stripe (RS) atau hawar daung jingga (HDJ), merupakan penyakit padi yang relatif baru yang pertama kali ditemukan di Subang, Jawa Barat tahun 1987. Penyakit ini umumnya terjadi pada daun, di lahan sawah dengan kondisi drainase buruk, dan pada tanaman yang telah mencapai fase tumbuh generatif. HDJ berkorelasi negatif dengan tinggi tempat karena semakin tinggi tempat, penyakit semakin ringan. Penyakit ini menyebabkan gabah tidak terisi penuh atau bahkan hampa. Sampai saat ini, penyebab penyakit belum diidentifikasi secara pasti. Gejala penyakit diawali dengan titik kecil berwarna jingga (oranye) (Gb. 63) di helaian daun. Dari titik tersebut terbentuk garis lurus (stripe) berwarna jingga, ke arah ujung daun. Garis ini tidak pernah ke arah pangkal daun (Gb. 64). Dalam perkembangannya, gejala ini menjadi hawar (blight), mirip dengan gejala yang disebabkan oleh hawar daun bakteri (Gb. 65). Hawar daun jingga dikendalikan secara kultur teknis. Pemberian pupuk ldengan dosis 250 kg urea, 100 kg SP36, dan 100 kg KCl per ha dapat menekan perkembangan penyakit. Penyakit juga dapat ditekan dengan mengeringkan lahan dan membuka kanopi pertanaman, untuk mengurangi kelembaban dan memperbaiki sirkulasi udara dalam kanopi.