Kelangkaan kedelai

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kelangkaan kedelai diindonesia

Citation preview

( Kelangkaan Kedelai )

OLEH :Jefri Hendra WijayantoFakultas :Ekonomi Manajemen

Latar BelakangProblem kelangkaan pasokan dan mahalnya harga kedelai di Indonesia untuk kesekian kalinya terulang kembali. Awal September 2013, harga kedelai kembali mencapai rekor tinggi dengan harga Rp9.500 bahkan di beberapa daerah ada yang menembus Rp10.000 per kilogram. Bagi Indonesia yang merupakan negara agraris tentu kenaikan harga kedelai seharusnya menjadi berkah.Namun yang terjadi tidaklah demikian. Kenaikan harga kedelai justru menjadi bencana yang serius yang menimpa masyarakat. Harga kedelai yang awalnya murah melambung sangat tinggi. Hal ini berdampak pada produksi makanan tahu dan tempe yang melambung tinggi. Bahkan di setiap wilayah para produsen tahu dan tempe meluapkan kemarahannya dengan aksi mogok produksi. alhasil hal ini berdampak pada langkanya makanan tahu dan tempe di masyarakat.Padahal seperti kita ketahui, bahwa tahu dan tempe adalah makan rakyat yang kaya gizi yang bisa dijangkau oleh kalangan masyarakat bawah. Namun apalah yang terjadi, kini harga makanan tersebut sangat mahal dan langka.Pertanyaan pun timbul,mengapa Indonesia sering dan keseringan mengalami kelangkaan kedelai ? Padahal usia tanam sampai panen kedelai tergolong singkat,tak butuh tahunnan dan bisa di tanam di mana dan oleh siapa saja. Dalam arti semua petani bisa melakukan. Jadinya, siapa yang salah jika ada kelangkaan kedelai!? Sulit untuk menerka siapa yang paling bertanggungjawab dan mau disalahkan. .

KENAPA KEDELAI BISA NAIK ?Kedelai merupakan salah satu bahan pokok yang banyak dibutuhkan masyarakat Indonesia khusunya dan harganya sangat dipengaruhi oleh negara luar, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan kenaikan harga pangan seperti kedelai dan jagung, karena ada anomali di Amerika Serikat.

Harga kedelai untuk penyerahan bulan November 2013 pada hari Selasa (27/8) berada di sekitar 1.380 sen dollar AS. Selama Agustus ini memang harga kedelai naik tajam setelah mencapai titik terendah sekitar 1.160 sen dollar pada awal Agustus.

Tingkat harga kedelai dewasa ini sedikit lebih rendah ketimbang setahun yang lalu. Seperti tabiat harga komoditas pada umumnya, harga kedelai juga berfluktuasi cukup tajam.

Namun, sekarang ini diperparah dengan kemerosotan dollar AS, sehingga harga kedelai dalam rupiah lebih melonjak lagi, melebihi tingkat harga tahun lalu kala kurs masih sekitar Rp 9.500 per dollar AS. Di dalam negeri harga kedelai sekarang adalah yang termahal selama ini (Kompas, 26 Agustus 2013, hal. 18)

Di AS sendiri sebetulnya ada anomali sehingga memang ada kenaikan. Ini kita harus waspadai, ujarnya, usai rapat koordinasi pangan di Kementerian Koordinator Perekonomian, Selasa (27/08/2013).

Dari rapat tersebut, lanjutnya, pemerintah akan segera mencukupi kebutuhan dalam negeri agar tidak menyebabkan harga komoditas pangan tersebut semakin tinggi. Dia mengaku perlu ada tambahan impor, karena panen kedelai dalam negeri sudah selesai.

perlu ada insentif harga kedelai yang menarik bagi petani agar minat tanam kedelai mampu meningkat. Menurutnya, selama ini harga impor kedelau lebih murah dibandingkan harga dalam negeri.

Kenapa petani tidak tertarik, itu karena harga. Sebelum, ada penetapan Bulog yang siap beli Rp7.000/kg untuk kedelai, harga impor kedelai sekitar Rp4.500/kg. Artinya ini tidak menarik bagi petani untuk tanam, . lahan tanam kedelai dalam negeri sempat di angka 1,5 juta hektare. Namun, saat ini justru tinggal 700.000 hektare. Oleh karena itu, perlu ada tambahan 500.000 hektare lahan tanam.Menteri Pertanian bahkan menegaskan bahwa problem kedelai di Indonesia saat ini masih mengandalkan kedelai impor dari Amerika terutama untuk produksi tahu tempe dan karena terbatasnya ketersediaan lahan untuk menanam kedelai. Bahkan diberitakan bahwa kondisi import kedelai mengalami permasalahan terkait dengan penurunan produksi kedelai Amerika karena mengalami kegagalan panen akibat iklim/cuaca buruk.Pernyataan ini dikuatkan dengan fakta empiris bahwa komoditas pertanian termasuk didalamnya kedelai sangat rentan dengan perubahan iklim/cuaca karena perubahan jumlah bulan basah/lembab berpengaruh positif terhadap produksi kedelai. Korelasi antara perubahan iklim (jumlah bulan basah/lembab) dengan produksi kedelai menunjukkan bahwa kenaikan satu satuan bulan basah/lembab mengakibatkan penurunan produksi kedelai sebesar 0,030 satuan. Sedangkan terhadap produktivitas menyebabkan penuruna sebesar 0,386 satuan. Selain itu, perubahan jumlah bulan basah juga berpengaruh terhadap penurunan luas tanam sebesar 0,094 dan luas panen sebesar 0,109 satuan.Jadi tidak menampik jika menambah lahan baru dalam negeri sulit dilakukan pada saat ini. Kendati demikian,selanjutnya, tergerusnya lahan tanam kedelai dipicu dari harga yang tidak kompetitif.

Mengapa pemerintah selalu gagal mengembangkan pertanian kedelai dalam negeri?Mengapa pemerintah selalu gagal mengembangkan pertanian kedelai dalam negeri? Ada apa sebenarnya? Mengapa bangsa tempe ini, justru kedelainya impor dari AS? Beberapa alasan berikut ini merupakan rentetan kejadian yang membuat Indonesia sulit mandiri dalam pengembangan kedelai dalam negeri.1. Saingan produk kedelai dalam negeri adalah kedelai produksi AS, yang nilai ekspornya pada tahun 2011 saja melebihi $35,7 billion. Produsen kedelai di Amerika Serikat mempunyai asosiasi kedelai (ASA) yang sangat kuat lobinya, termasuk lobi melalui kedubes AS.Dan mereka memang agresif menjual di negara berkembang, karena negara maju menolak kedelai AS terkait masalah rekayasa genetik (transgenik). Produksi kedelai AS, 60% nya merupakan produk rekayasa genetik.Dan negara negara seperti Korsel, Jepang, Uni Eropa, sudah mensyaratkan pemisahan, pelabelan, bagi produk transgenik, sesuai dengan perjanjian internasional Protocol Cartegena. AS tidak bisa memenuhi syarat ini (dan memang tidak mau meratifikasi Protocol Cartagena ini).Tetapi melalui skema perjanjian internasional mengenai pertanian (Agreement on Agriculture) untuk melindungi produk pertanian unggulan, bea masuk yang tinggi bisa dikenakan bagi impor produk pertanian. Dan anehnya itu tidak digunakan oleh Indonesia.Apakah kedelai bukan produk strategis, mengingat kebutuhan Indonesia yang terus meningkat (sekitar 3 juta ton, 70% nya dipenuhi melalui impor!). Dan kurang strategis dimananya, mengingat tahu tempe merupakan makanan sehari hari rakyat.Dan pada tahun 2011, nilai impor kedelai Indonesia dari AS mencapai $859 million (sekitar Rp 8,59 T). Itulah duit rakyat yang terserap ke AS. Dan Indonesia memang negara pengimpor terbesar ke-tiga kedelai dari AS ini, setelah China dan Meksiko.2. Indonesia tidak punya asosiasi petani kedelai yang cukup kuat bargainingnya dibandingkan dengan importir kedelai. Importir memang diberi kemudahan untuk membeli kedelai dari AS ini, diantaranya adalah dengan skema pinjaman lunak, jadi tidak harus menyediakan modal dulu dalam membeli kedelai ini.Tentu saja ini sangat menggiurkan. Istilahnya, kalau bisa membeli dengan mudah (tanpa modal pula), mengapa harus bersusah payah mengembangkan pertanian kedelai?Dan sekarang, saat kekeringan melanda AS, yang menyebabkan meningkatnya harga kedelai dunia, tidakkah seharusnya IndonesiaDampak yang timbul ?Secara ekonomi, dampaknya bisa berantai dan bisa terus berlarut-larut banyak pihak yang dirugikan. Diantaranya saja pelaku usaha mikro olahan kedelai, seperti pelaku usaha tahu dan tempe. Kalau kondisi ini lama, dikhawatirkan usaha mereka bisa tutup. Namun kalau musiman, atau sebentar sepertinya hanya berdampak pada penghasilan yang berkurang.Bila sampai gulung tikar, banyak orang yang menjadi pengangguran. Kelangkaan kedelai itu membuat para pelaku tahu dan tempe semakin dilematis. Kalau mau menaikkan harganya, konsumen akan pergi meninggalkan. Dan kalau ukurannya dikurangi, lama-lama pelanggan juga bisa demikian. Bila lama, sulit untuk bertahan. Dampak kelangkaan kedelai berantai. karena keberadaan tahu dan tempe langka di pasar, pada akhirnya menyulitkan pelaku usaha rumah makan. Misalnya rumah khas Jawa yang mengunggulkan tahu dan tempe bacemnya.Bahkan, hal itu bisa membuat masyarakat penggemar tahu dan tempe menjadi resah. Sebab, tahu dan tempe itu termasuk salah satu lauk pokok masyarakat Indonesia. Selama ini terjangkau dan bergizi. Tahu tempe kan sudah jadi makanan pokok masyarakat kita.

Tindakan Pemerintah

Untuk mengatasi krisis kedelai di Indonesia, tidak cukup hanya dengan kebijakan harga. Tetapi pemerintah harus memiliki kebijakan non harga.Pemerintah harus menjamin ketersediaan benih, pupuk, dan lahan untuk petani untuk membudidayakan tanaman tersebut.Nah dasar-dasar kebijakan non harga itu harus dipenuhi dulu. Termasuk kalau ada kredit harus dipenuhi.Setelah kebijakan non harga pemerintah kemudian harus membuat kebijakan harga dengan menjamin harga kedelai atau pertanian menguntungkan petani.Jadi kalau kita lihat semua komoditas pertanian kita, harganya bagus petani akan beramai-ramai menanam. Jadi harga harus dijamin dengan baik.Yang kedua,Pemerintah telah memfasilitasi impor kedelai dan membebaskan bea masuk komoditas itu hingga akhir tahun.yang sebelumnya 5% menjadi 0% Untuk itu, harga kedelai seharusnya segera turun. Namun, cara ini dikritik karena merupakan solusi instan. Produksi kedelai dalam negeri harus ditingkatkan.Yang ketiga,Pemerintah mengambil kebijakan memfasilitasi dan memberikan keleluasaan kepada koperasi serta perajin tahu dan tempe untuk melakukan impor langsung. Pemerintah juga menerapkan pembebasan bea masuk impor kedelai hingga akhir tahun ini. Kebijakan itu diharapkan bisa mengatasi kelangkaan dan kenaikan harga kedelai saat ini,Tapi yang harus lebih di utamakan pemerintah harus bisa membebaskan diri atas ketergantungan pada produk impor,dan lebih mengutamakan produk dalam negeri

HARAPAN SAYA.Agar masyarakat mempunyai kesadaran akan perlunya bangsa ini mempunyai sistem produksi pangan yang tangguh. Beberapa tahun yang lalu, ketika harga kedelai naik kita pernah menyadari perlunya kesungguhan untuk membangun kemampuan produksi kedelai. Lalu, kita terlena dengan prioritas lain dan kejadian itu tidak mampu menghadirkan solusi mendasar atas persoalan ketergantungan kepada kedelai impor, sampai kejadian serupa kita alami kembali saat ini.Dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia harus memiliki grand strategy dalam membangun sistem produksi pangan yang tangguh sehingga terbebas dari ketergantungan kepada pangan impor. Tanah air kita yang berada di daerah beriklim tropika memungkinkan pertanian sepanjang tahun. Kita dapat membangun sistem produksi pangan yang tangguh dengan mengerahkan seluruh sumberdaya dan kemampuan yang dimiliki untuk menghasilkan sendiri kebutuhan pangannya, baik dalam ragam maupun volume dan waktu ketersediaannya. Inilah sesungguhnya target swasembada pangan secara berkelanjutan yang mestinya terus menerus kita perjuangkan untuk dapat ditegakkan.