Upload
ilham-fauzi
View
148
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Setelahmengikutipercobaaninimahasiswadiharapkanmampuuntuk :
1. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
2. Menjelaskan pengaruh pelarut ampur terhadap kelarutan zat
3. Menjelaskan pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
4. Menentukan konsentrasi misel kritik suatu surfaktan dengan metode kelarutan
1.2 Dasar Teori
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut
(solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah
maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil
disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu
pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih
tepatnya disebut miscible.
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari
dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah.
Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya
bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
Larutanjenuhadalahlarutan yang mengandungzatterlarutdalamjumlah yang
diperlukanuntukadanyakesetimbanganantarasolute yang terlarut dan yang takterlarut.
Banyaknyasolute yang melarutdalampelarut yang
banyaknyatertentuuntukmenghasilkansuatularutanjenuhdisebutkelarutan (solubility) zatitu.
Jikajumlahsolute yang terlarutkurang dari kelarutannya,
makalarutannyadisebuttakjenuh (unsaturated). Larutantakjenuhlebihencer (kurangpekat)
dibandingkandenganlarutanjenuh. Jika jumlah solute yang terlarut lebih banyak dari
kelarutannya.
Pengadukan juga menentukan kelarutan zat terlarut. Semakin banyak jumlah pengadukan,
maka zat terlarut umumnya menjadi lebih mudah larut.
Luas Permukaan Sentuhan Zat Kecepatan kelarutan dapat dipengaruhi juga oleh luas
permukaan (besar kecilnya partikel zat terlarut). Luas permukaan sentuhan zat terlarut dapat
di diperbesar melalui proses pengadukan atau penggerusan secara mekanis
Faselarutandapatberwujudgas, padatataupuncair. Larutangasmisalnyaudara.
Larutanpadatmisalnyaperunggu, amalgam dan paduanlogam yang lain. Larutancairmisalnya
air laut, larutanguladalam air, dan lain-lain. Komponenlarutanterdiri dari pelarut (solvent) dan
zatterlarut (solute). Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni
ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan
bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida
dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut,
walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang
terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk
menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang menstabil.
Secara kuantitatif,kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai suatu konsentrasi zat terlarut di
dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan
mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gr asam salisilat akan larut
dalam 550 ml air. Suatu kelarutan juga dapat dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas
dan persen. Pelepasan zat aktif dari suatu bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-
sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain :
1. PH
2. Temperatur
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel zat
5. Konstanta dielektrik pelarut
6. adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks, ion sejenis dan lain-
lain.
1. Pengaruh pH
Zat aktif yang sering digunakan di dalam dunia pengobatan umumnya adalah Zat
organik yang bersifat asam lemah, dimana kelarutannya sangat dipengaruhi oleh pH
pelarutnya. Kelarutan asam-asam organik lemah seperti barbiturat dan sulfonamide dalam air
akan bertambah dengan naiknya pH karena terbentuk garam yang mudah larut dalam air.
Sedangkan basa-basa organik lemah seperti alkoholida dan anastetika lokal pada umumnya
sukar larut dalam air. Bila pH larutan diturunkan dengan penambahan asam kuat maka akan
terbentuk garam yang mudah larut dalam air.
2. Pengaruh temperatur (suhu)
Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung kepada temperatur, titik leleh zat
padat dan panas peleburan molar zat tersebut. Kelarutan suatu zat padat dalam air akan
semakin tinggi bila suhunya dinaikan. Adanya panas (kalor) mengakibatkan semakin
renggangnya jarak antar molekul zat padat tersebut. Merenggangnya jarak antar molekul zat
padat menjadikan kekuatan gaya antar molekul tersebut menjadi lemah sehingga mudah
terlepas oleh gaya tarik molekul-molekul air. Berbeda dengan zat padat, adannya pengaruh
kenaikan suhu akan menyebabkan kelarutan gas dalam air berkurang. Hal ini disebabkan
karena gas yang terlarut di dalam air akan terlepas meninggalkan air bila suhu meningkat.
3. Pengaruh jenis pelarut
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar akan
melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik, begitu pula sebaliknya. Kelarutan juga
bergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan non polar dari suatu
molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat, makin sukar zat tersebut larut
dalam air. Menurut Hilderbrane : kemampuan zat terlarut untuk membentuk ikatan hydrogen
lebih pentig dari pada kemolaran suatu zat. Senyawa polar (mempunyai kutub muatan) akan
mudah larut dalam senyawa polar. Misalnya gula, NaCl, alkohol, dan semua asam merupakan
senyawa polar sehingga mudah larut dalam air yang juga merupakan senyawa polar.
Sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam senyawa nonpolar, misalnya lemak
mudah larut dalam minyak. Senyawa nonpolar umumnya tidak larut dalam senyawa polar,
misalnya NaCl tidak larut dalam minyak tanah. Pelarut polar bertindak sebagai pelarut
dengan mekanisme sebagai berikut :
a. Mengurangi gaya tarik antara ion yang berlawanan dalam Kristal.
b. Memecah ikatan kovalen elektrolit-elektrolit kuat, karena pelarut ini bersifat
amfiprotik.
c. Membentuk ikatan hidrogen dengan zat terlarut.
Pelarut non polar tidak dapat mengurangi daya tarik-menarik antara ion-ion karena konstanta
dielektiknya yang rendah. Iapun tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan tidak dapat
membentuk jembatan hidrogen. Pelarut ini dapat melarutkan zat-zat non polar dengan
tekanan internal yang sama melalui induksi antara aksi dipol. Pelarut semi polar dapat
menginduksi tingkat kepolaran molekul-molekul pelarut non polar. Ia bertindak sebagai
perantara (Intermediete Solvent) untuk mencampurkan pelarut non polar dengan non polar.
4. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel
Kelarutan suatu zat akan naik dengan berkurangnya ukuran partikel suatu zat, sesuai
dengan persamaan berikut :
Log S/So = 2 v/2,303 RTr
Keterangan :
S = kelarutan dari partikel halus
So = kelarutan zat padat yang ukuran partikelnya lebih besar
r = Tegangan permukaan partikel zat padat
v = volume partikel dalam cm2 per mol
R = jari-jariakhirpartikeldalam cm2
T = temperaturabsolut
Konfigurasi molekul dan bentuk susunan kristal juga berpengaruh terhadap kelarutan zat.
Partikel yang bentuknya tidak simetris lebih mudah larut bila dibandingkan dengan partikel
yang bentuknya simetris.
5. Pengaruhkonstantadielektrik
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar
mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi dapat melarut kanzat-zat non polar sukar larut di
dalamnya, begitu pula sebaliknya. Besarnya tetapan dielektrikinimen tedapatdiatur dengan
penambahan pelarutlain. Tetapan dielektrik suatu campuran pelarut merupakan hasil
penjumlahan dari tetapan dielektrik masing-masing yang sudah dikalikan dengan % volume
masing-masing komponen pelarut. Adakalanya suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut
campuran dibandingkan pelarut tunggalnya. Fenomena ini dikenal dengan istilah co-solvency
dan pelarut yang mana dialam bentuk campuran dapat menaikkan kelarutan suatu zat diseut
cosolvent. Etanol, gliserin dan propil englikol adalah co-solvent yang umum digunakan
dalambidang farmasi untuk pembuatan eliksir.
6. Pengaruh penambahan zat-zat lain
Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikan kelarutan suatu zat.
Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu bagian polar dan non polar apabila
didispersikan dalam air pada konsentrasi yang rendah, akan berkumpul pada permukaan
dengan mengorientasikan bagian polar ke arah air dan bagian non polar kearah udara,
surfaktan mempunyai kecenderungan berasosiasi membentuk agregat yang dikenal sebagai
misel. Konsentrasi pada saat misel mulai terbentuk disebut konsentrasi misel kritik (KMK).
Sifat Larutan yaitu :
Sifat fisik: zat dapat dikelmpokkan dalam sifat koligatif, aditif dan konstitutif. Dalam
bidang termodinamika, sifat termodinamika dari sistem digolongkan, dalam sifat ekstensif,
bergantung pada jumah zat dalam sistem (misalnya massa dan volume) dan sifat intensif ,
yang tidak bergantung jumlah zat dalam sistem (misalnya temperatur, tekanan kerapatan,
tegangan permukaan, dan viskositas dari cairan murni).
Sifat koligatif :terutama bergantung pada jumlah partikel dalam larutan. Sifat koligatif
larutan adalah tekanan osmosis, penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, dan kenaikan
titik didih. Harga sifat koligatif kira-kira sama untuk konsentrasi yang setara dari berbagai zat
nonelektrolit dalam larutan tanpa mengindahkan jenis atau sifat kimiawi dari konstituen.
Dalam menetapkan sifat koligatif dari larutan zat padat dalam cairan, dianggap zat padat
tidak menguap dan tekanan uap di atas larutan seluruhnya berasal dari pelarut.
Sifat Aditif :bergantung pada andil atom total dalam molekul atau pada jumlah sifat
konstituen dalam larutan. Contoh sifat aditif dari suatu senyawa adalah berat molekul, yaitu
jumlah massa atom konstituen. Massa dari komponen suatu larutan juga bersifat aditif, massa
total dari larutan adalah jumlah massa masing-masing komponen.
Sifat Konstitutif :bergantung pada penyusunan dan untuk jumlah yang lebih sedikit,
pada jenis dan jumlah atom dalam suatu molekul. Sifat ini memberikan petunjuk terhadap
aturan senyawa tunggal, dan kelompok molekul dalam sistem. Banyak sifat fisik yang
sebagian aditif dan sebagian konstitutif. Pembiasan cahaya, sifat listrik, sifat permukaan dan
antar permukaan dan kelarutan obat setidak-tidaknya sebagian berupa sifat konstitutif dan
sebagian sifat aditif.
BAB II
METODE KERJA
2.1 Alat dan Bahan
A. Alat
1. Buret
2. Corong
3. Erlenmeyer
4. Gelas Kimia
5. Kertas Saring
6. Pipet
7. Spatel
8. Statif
9. Timbangan
B. Bahan
1. Acetosal
2. Air
3. Asam Benzoat
4. Alkohol
5. Fenolftalen
6. NaOH 0,1 N
7. Propilen Glikol
8. Tween 80
2.2 Cara Kerja
Pengaruh Pelarut Campur Terhadap Kelarutan Zat
1. dibuat campuran pelarut dengan kombinasi sebagai berikut
AIR (% v/v) ALKOHOL (% v/v) GLISERIN (% v/v)60 0 4060 5 3560 10 3060 15 2560 20 2060 25 1560 30 1060 35 560 40 0
2. dilarutkan asetosal sedikit demi sedikit dalam masing – masing campuran pelarut sampai
didapat larutan yang jenuh
3. larutan dikocok dengan mixer elektrik selama 5 menit, jika ada endapan larut selama
pengocokan maka tambahkan lagi asetosal sampai di dapat larutan yang jenuh kembali.
4. larutan disaring kemudian ditentukan kadar asetosal yang larut dengan titrasi asam-basa
5. dibuat grafik antara kelarutan asetosal dengan % pelarut yang di tambahkan.
Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan Suatu Zat
1. dibuat 50 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0; 0,1;0,5; 1; 5; 10; 50; dan 100 mg/100
ml air
2. ditambahkan asam benzoat sedikit demi sedikit sampai diperoleh larutan yang jernih
3. dikocok larutan selama 30 menit dengan mixer. Kalau ada endapan yang larut selama
pengocokan, tambahkan lagi asam benzoat sampai didapat larutan yang jenuh kembali.
4. larutan disaring kemudian ditentukan kadar asam benzoate yang terklarut dalam masing –
masing larutan.
5. dibuat grafik antara kelarutan asam benzoat dengan konsentrasi tween 80 yang digunakan
6. tentukan Konsentrasi Misel Kritik (KMK) tween 80.
1 mL NaOH 0,1 N setara dengan 18,02 mg C9H8O4
1 mL NaOH 0,1 N setara dengan 12,21 mg C7H6O2
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hasil Percobaan
A. Pengaruh Pelarut Campur Terhadap Kelarutan Zat.
No Air Alkohol Propilen
Glikol
Acetosal waktu V1 V2 ∑ v Kadar
Asetosal
1 60 0 40 1 sendok 5 1 1 1 18,02
2 60 5 35 1 sendok 5 1 1,1 1,05 18,921
3 60 10 30 1 sendok 5 1,1 1,1 1,1 19,822
4 60 15 25 1 sendok 5 1,2 1,3 1,25 22,525
5 60 20 20 1 sendok 5 1,4 1,3 1,35 24,327
6 60 25 15 1 sendok 5 1,6 1,5 1,55 27,931
7 60 30 10 1 sendok 5 1,6 1,7 1,65 29,738
8 60 35 5 1 sendok 5 1,9 1,7 1,8 32,436
9 60 40 0 1 sendok 5 6,7 7,1 6,9 124,33
Perhitungan
Pembakuan NaOH
1 mL NaOH 0,1 N setara dengan 18,02 mg C9H8O4
1. 1 x 18,02 = 18,02 mg
2. 1,05 x 18,02 = 18,921 mg
3. 1,1 x18,02 = 19,822 mg
4. 1,25 x 18,02 = 22,525 mg
5. 1,35 x 18,02 = 24,327 mg
6. 1,55 x 18,02 = 27,931 mg
7. 1,65 x 18,02 = 29,738 mg
8. 1,8 x 18,02 = 32,436 mg
9. 6,9 x 18,02 = 124,33 mg
Grafik Air terhadap kadar asetosal
60 60 60 60 60 60 60 60 600
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
f(x) = 9385.41666666667 x − 13590.0833333333R² = 0.527244628009934
t (air)
Vt
Grafik Alkohol terhadap kadar asetosal
0 5 10 25 20 25 30 35 400
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
f(x) = 9385.41666666667 x − 13590.0833333333R² = 0.527244628009934
t (alkohol)
Vt
Grafik Propilen Glikol terhadap kadar asetosal
40 35 30 25 20 15 10 5 00
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
f(x) = 9385.41666666667 x − 13590.0833333333R² = 0.527244628009934
t (propilen glikol)
Vt
B. Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan suatu Zat
100ml larutan tween 80
100ml larutan tween 80
50ml 50ml + asam borat (1sendok) dititrasi
Ad 100ml
50ml 50ml + asam borat (1sendok) dititrasi
20ml 30ml + asam borat (1sendok) dititrasi
Ad 100ml
50ml 50ml + asam borat (1sendok) dititrasi
Ad 100ml
50ml 50ml + asam borat (1sendok) dititrasi
20ml 30ml + asam borat (1sendok) dititrasi
Ad 100ml
50ml 50ml + asam borat (1sendok) dititrasi
Tabel Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan suatu Zat
No Konsentrasi Asam benzoat waktu V1 V2 ∑ v Kadar Asam benzoat
1 100mg/ml 1 sendok 5 2,8 2,7 2,75 33,57
2 50 mg/ml 1 sendok 5 2,4 2,5 2,45 29,91
3 10 mg/ml 1 sendok 5 2,1 2,3 2,2 26,86
4 5 mg/ml 1 sendok 5 2,1 1,9 2 24,42
5 1 mg/ml 1 sendok 5 1,6 1,6 1,6 19,53
6 0,5 mg/ml 1 sendok 5 0,9 1,1 1 12,21
N = grMr
x 1000
V
0,1 = X40
X 1000100
X = 0
Massa = MR. N . V
1000
Massa = 40 . 0,1 .500
1000
= 2 gr
DIK: konsentrasi Tween 80 50, 10, 5, 1, 0,5, 0,1, 0. Dalam 100mg/100ml air
1) V 1 .N1 = V 2 .N2
V 1 .100 = 100 . 100
V 1 = 100 ml
2) V 1 .N1 = V 2 .N2
V 1 .100 = 100 . 50
V 1 = 50 ml
3) V 1 .N1 = V 2 .N2
V 1 .50 = 100 . 10
V 1 = 20 ml
4) V 1 .N1 = V 2 .N2
V 1 .10 = 100 . 5
V 1 = 50 ml
5) V 1 .N1 = V 2 .N2
V 1 .5 = 100 . 1
V 1 = 20 ml
6) V 1 .N1 = V 2 .N2
V 1 .1 = 100 . 0,5
V 1 = 50 ml
7) V 1 .N1 = V 2 .N2
V 1 .1 = 100 . 0,1
V 1 = 10 ml
8) V 1 .N1 = V 2 .N2
V 1 .0,5 = 100 . 0,1
V 1 = 20 ml
Penentuan kadar asam benzoat (mg)
Kadar benzoat (mg) = Vx x mg benzoat
= 2,75 x 12,21
= 33,577 mg
Kadar benzoat (mg) = Vx x mg benzoat
= 2,45 x 12,21
= 29,914 mg
Kadar benzoat (mg) = Vx x mg benzoat
= 2,2 x 12,21
= 26,862 mg
Kadar benzoat (mg) = Vx x mg benzoat
= 2 x 12,21
= 24,42 mg
Kadar benzoat (mg) = Vx x mg benzoat
= 1,6 x 12,21
= 19,536 mg
Kadar benzoat (mg) = Vx x mg benzoat
= 1 x 12,21
= 12,21 mg
Grafik Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan suatu Zat
Kadar asambenzoat
100 50 10 5 1 0,50
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
f(x) = − 6453.74285714286 x + 40902.9333333333R² = 0.654953859864141
konsentrasi
Vt
3.2 Pembahasan
Padapercobaan yang telah dilakukan oleh kelompok kami, pada Pengaruh Pelarut
Campur Terhadap Kelarutan Zat bahwa Kelarutan merupakan faktor yang penting dalam
suatu proses formulasi sediaan obat.
suatu peristiwa dimana suatu zat lebih mudah larut didalam pelarut gabungan dibandingkan
dengan pelarut tunggal, oleh sebabitu pengaruh nilai konstanta dieletrik. Konstanta dielektrik
pelarut harus mendekati nilai konstanta dielektrik zat, agar zat tersebut mudah melarut,
sehingga digunakan pelarut campuran agar didapat nilai konstanta dielektrik pelarut yang
mendekati nilai konstanta dielektrik zat.Pada percobaantersebutdigunakan 9 larutan pelarut
yaitu dari campuran air, alkohol dan propilen glikol dengan perbandingan yang berbeda-beda,
larutan campuran tersebut kemudian dititrasi masing-masing 2 kali dengan penambahan
asetosal agar larutan menjadi jenuh dan bisamembuktikan bahwa semakin banyak % alkohol
dan 0% gliserin dengan % air yang konstan maka konsentrasi Asetosalsemakin banyak.
Namun sebaliknya, jika semakin banyak % gliserin dan 0% alkohol dengan % air yang
konstan maka konsentrasi Asetosal semakin sedikit atau berkurang.
Sedangkan pada percobaan ,Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan
Suatu Zat , Surfaktan adalah zat aktif permukaan yang diserap pada permukaan untuk
menurunkan tegangan permukaan zat sampai dengan titik KMK.
Titik KMK adalah titik dimana penambahan surfaktan tidak lagi mempengaruhi tegangan
permukaan.Pada percobaan penambahan surfaktan ini digunakan surfaktan tween 8o dengan
konsentrasi berbeda-beda,sehingga dititrasi mendapatkan data-data yang berbeda-beda pula
dan kami mendapatkan data pada konsentrasi asam benzoat semakin banyak konsentrasi
Tween 80 yang digunakan maka konsentrasi Asam benzoat semakin banyak yang didapatkan.
Pada keadaan ini, suhu dan ukuran permukaan sangat berpengaruh, semakin tinggi suhu
semakin cepat suatu zat akan larut. Semakin kecil luas permukaan, semakin cepat pula suatu
zat itu larut.
BAB IV
KESIMPULAN
Kelarutan adalah suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut di dalam larutan
jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu
zat yaitu Ph, Temperatur, jenispelarut, bentuk dan ukuran partikel zat, konstan tadi elektrik
pelarut,dan adanya zat-zat lain misalnya surfaktan ,(Penambahan ion sejenis menurukan
tingkat kelarutan, sedangkan penambahan surfaktan meningkatkan kelarutan suatu zat.
Semakin tinggi nilai konstanta dielektrik, maka kelarutan zat semakin meningkat).
Konsentrasi asam salisilat yang paling tinggi,didapat dengan gabungan pelarut air: alkohol,
propilen glikol sedangkan konsentrasi Tween 80 yang digunakan maka konsentrasi Asam
benzoat semakin banyak yang didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Siswandono,Bambang.1998.farmasiFisika.Surabaya : erlangga
Buku Penuntun “Farmasi fisika”.Universitas Pakuan.Bogor
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
Dosen : Drs.Mustabadihardja,Apt. Tanggal praktikum : 11 Des’2013
Asisten: Tyas Febriyanti Tanggal Penyerahan Laporan : 18 Des’ 2013
Nilai :
KELARUTAN
Disusun Oleh :
Kelompok : 1
Ketua : Indra ryanto (0661 12 131)
Anggota : Emaliya (0661 12 093)
Fani Anggraini (0661 12 101)
Muhammad Sofyan Shaleh (0661 12 105)
Windiawati (0661 12 119)
LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR