12
KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU Penty Cahyani, Triana Rahayu Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang, Indonesia Kode Pos 50229 [email protected], 087728117272 Abstrak Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh suhu pada penentuan kelarutan yaitu menggunakan asam oksalat dengan suhu yang bervariasi sehingga didapatkan kelrutan sebagai fingsi suhu. Prinsip dari percobaan ini didasari oleh pergeseran kesetimbangan antara zat yang bereaksi dan hasilnya. asam oksalat sebanyak 250 ml dipanaskan sampai suhunya melebihi 60 derajat celsius. Kemudian diturunkan sampai suhu 40, 30, 25, 20, dan 10 derajat celsius. Setiap suhu 40, 30, 25, 20, dan 10 derajat celsius, asam oksalat dititrasi dengan natrium hidroksida 0,2 N dan natrium hidroksida 0,5 N sebanyak dua kali untuk mengetahui kelarutannya. Titrasi selesai ketika larutan asam oksalat yang telah diberi indikator Phenoptalein berubah warna menjadi merah muda. Hasil percobaan menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu asam oksalat maka semakin besar pula kelarutannya dan semakin besar konsentrasi natrium hidroksida yang digunakan sebagai penitrasi maka semakin besar juga kalarutan asam oksalat. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa bila suhu dinaikkan maka kelarutan akan bertambah dan kesetimbangan bergeser. Tetapi bila suhu diturunkan maka kelarutan akan semakin kecil dan disertai oleh pergeseran kesetimbangan. Harga panas pelarutan () untuk asam oksalat dengan NaOH 0,2 N adalah sebesar 72997,49 J/mol. Sedangkan nilai panas pelarutan () pada saat NaOH 0,2 N adalah sebesar 80448,72 J/mol. Harga panas pelarutan dapat pula ditentukan dengan regresi linier yaitu metode grafik dengan 1/T versus ln s. Kata kunci : Asam oksalat; Kelarutan; NaOH; Suhu; Pendahuluan Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh. Adapun cara menentukan kelarutan suatu zat ialah dengan mengambil sejumlah tertentu pelarut murni, misalnya 1 liter. Kemudian memperkirakan

Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

Penty Cahyani, Triana Rahayu

Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang, Indonesia Kode Pos 50229

[email protected], 087728117272

Abstrak

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh suhu pada

penentuan kelarutan yaitu menggunakan asam oksalat dengan suhu yang bervariasi

sehingga didapatkan kelrutan sebagai fingsi suhu. Prinsip dari percobaan ini

didasari oleh pergeseran kesetimbangan antara zat yang bereaksi dan hasilnya.

asam oksalat sebanyak 250 ml dipanaskan sampai suhunya melebihi 60 derajat

celsius. Kemudian diturunkan sampai suhu 40, 30, 25, 20, dan 10 derajat celsius.

Setiap suhu 40, 30, 25, 20, dan 10 derajat celsius, asam oksalat dititrasi dengan

natrium hidroksida 0,2 N dan natrium hidroksida 0,5 N sebanyak dua kali untuk

mengetahui kelarutannya. Titrasi selesai ketika larutan asam oksalat yang telah

diberi indikator Phenoptalein berubah warna menjadi merah muda. Hasil

percobaan menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu asam oksalat maka semakin

besar pula kelarutannya dan semakin besar konsentrasi natrium hidroksida yang

digunakan sebagai penitrasi maka semakin besar juga kalarutan asam oksalat. Dari

hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa bila suhu dinaikkan maka kelarutan akan

bertambah dan kesetimbangan bergeser. Tetapi bila suhu diturunkan maka

kelarutan akan semakin kecil dan disertai oleh pergeseran kesetimbangan. Harga

panas pelarutan (∆𝐻) untuk asam oksalat dengan NaOH 0,2 N adalah sebesar

72997,49 J/mol. Sedangkan nilai panas pelarutan (∆𝐻) pada saat NaOH 0,2 N

adalah sebesar 80448,72 J/mol. Harga panas pelarutan dapat pula ditentukan

dengan regresi linier yaitu metode grafik dengan 1/T versus ln s.

Kata kunci : Asam oksalat; Kelarutan; NaOH; Suhu;

Pendahuluan

Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai

membentuk larutan jenuh. Adapun cara menentukan kelarutan suatu zat ialah dengan

mengambil sejumlah tertentu pelarut murni, misalnya 1 liter. Kemudian memperkirakan

Page 2: Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

jumlah zat yang dapat membentuk larutan lewat jenuh, yang ditandai dengan masih

terdapatnya zat padat yang tidak larut. Setelah dikocok ataupun diaduk akan terjadi

kesetimbangan antara zat yang larut dengan zat yang tidak larut (Atkins, 1994).

Yang dimaksud dengan kelarutan dari suatu zat dalam suatu pelarut, adalah banyaknya

suatu zat dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada kondisi tertentu.Biasanya

dinyatakan dalam satuan mol/liter. Jadi, bila batas kelarutan tercapai, maka zat yang dilarutkan

itu dalam batas kesetimbangan, artinya bila zat terlarut ditambah, maka akan terjadi larutan

jenuh, bila zat yang dilarutkan dikurangi, akan terjadi larutan yang belum jenuh. Dan

kesetimbangan tergantung pada suhu pelarutan (Sukardjo, 1997).

Dua komponen dalam larutan adalah solute dan solvent.Solute adalah substansi yang

melarutkan.Contoh sebuah larutan NaCl. NaCl adalah solute dan air adalah solvent. Dari ketiga

materi, padat, cair dan gas, sangat dimungkinkan untuk memilki Sembilan tipe larutan yang

berbeda: padat dalam padat, padat dalam cairan, padat dalam gas, cair dalam cairan, dan

sebagainya. Dari berbagai macam tipe ini, larutan yang lazim kita kenal adalah padatan dalam

cairan, cairan dalam cairan, gas dalam cairan serta gas dalam gas (Sukardjo, 1997).

Jika kelarutan suhu suatu sistem kimia dalam keseimbangan dengan padatan, cairan

atau gas yang lain pada suhu tertentu maka larutan disebut jenuh. Larutan jenuh adalah larutan

yang kandungan solutnya sudah mencapai maksimal sehingga penambahan solut lebih lanjut

tidak dapat larut. Konsentrasi solut dalam larutan jenuh disebut kelarutan. Untuk solut padat

maka larutan jenuhnya terjadi keseimbangan dimana molekul fase padat meninggalkan fasenya

dan masuk ke fase cairan dengan kecepatan sama dengan molekul-molekul ion dari fase cair

yang mengkristal menjadi fase padat (sukardjo, 1997).

Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang

diperlukan untuk membuat larutan jenuh atau larutan yang partikel – partikelnya tidak tepat

habis bereaksi dengan pereaksi.

Larutan sangat jenuh, yaitu larutan yang mengandung lebih banyak solute dari pada

yang diperlukan untuk larutan jenuh atau dengan kata lain larutan yang tidak dapat lagi

melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan didalam larutan. Suatu larutan jenuh

merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan tersebut akan bergeser bila suhu dinaikan.

Pada umumnya kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhu dinaikan (syukri,1999).

Dalam larutan jenuh terjadi keseimbangan antara molekul zat yang larut dan yang tidak

larut.keseimbangan itu dapat dituliskan sebagai berikut :

A(p) A(l)

Dimana :

Page 3: Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

A (l) : molekul zat terlarut

A (p) : molekul zat yang tidak larut

Tetapan kesimbangan proses pelarutan tersebut :

K = 𝑎𝑧

𝑎𝑧∗ =

𝑎𝑧

1

Dimana :

az : keaktifan zat yang larut

az : keaktifan zat yang tidak larut, yang mengambil harga satu untuk zat padat dalam

keadaan standar

yz : koefisien keaktifan zat yang larut

mz : kemolalan zat yang larut yang karena larutan jenuh disebut kelarutan

(Tim Kimia Fisika, 2011)

Hubungan antara keseimbangan tetap dan temperature subsolut atau kelarutan dengan

temperature dirumuskan van’t hoff :

𝑑𝑙𝑛 𝑠

𝑑𝑇 =

𝑑∆𝐻

𝑅𝑇2

∫ 𝑑 ln 𝑠 = ∫Δ𝐻

R𝑇2 𝑑𝑇

ln s = −Δ𝐻

𝑅𝑇+ 𝐶

log s = −Δ𝐻

2,303R

1

𝑇+ 𝐶

atau ln 𝑆2

𝑆1 =

∆𝐻

𝑅 [

𝑇2− 𝑇1

𝑇2 .𝑇1

]

Dimana :

ΔH = panas pelarutan zat per mol (kal/g mol)

R = konstanta gas ideal (1,987 kal/g mol K)

T = suhu (K)

s = kelarutan per 1000 gr solut

Panas pelarutan yang dihitung ini adalah panas yang diserap jika 1 mol padatan

dilarutkan dalam larutan yang sudah dalam keadaan jenuh. Hal ini berbeda dengan panas

pelarutan untuk larutan encer yang biasa terdapat dalam table panas pelarutan. Pada umumnya

panas pelarutan bernilai (+), sehingga menurut van’t hoff kenaikan suhu akan meningkatkan

jumlah zat terlarut (panas pelarutan (+)) = endotermis. Sedangkan untuk zat – zat yang panas

pelarutannya (-) adalh eksotermis. Kenaikan suhu akan menurunkan jumlah zat yang terlarut

(Tim Kimia Fisika, 2011).

Page 4: Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

Proses apa saja yang bersifat endotermis dalam satu arah adalah eksoterm dalam arah

yang lain. Karena proses pembentukan larutan dalam proses pengkristalan berlangsung dengan

laju dalam proses pengkristalan berlangsung dengan laju yang sama dengan kesetimbangan

maka perubahan energy netto adalah nol. Tetapi jika suhu dinaikkan maka proses akan

menyerap kalor. Dalam hal ini pembentukan larutan lebih disukai. Segera setelah sushu

dinaikkan tidak berada pada kesetimbangan karena ada lagi zat yang melarut. Suatu zat yang

menyerap kalor ketika melarut cenderung lebih mudah larut pada suhu tinggi (Kleinfelter,

1996).

Kelarutan zat menurut suhu sangat berbeda – beda. Pada suhu tertentu larutan jenuh

yang bersentuhan dengan zat terlarut yang tidak larut dalam larutan itu adalh sebuah contoh

mengenai kesetimbangan dinamik. Karena dihadapkan dengan sistem kesetimbangn, dapat

menggunakan prinsip le chatelier. Untuk menganalisis bagaimana gangguan itu pada sistem

akan mempengaruhi kedudukan kesetimbangan. Gangguan ini antara lain perubahan pada suhu

ini cenderung menggeser kesetimbangan kea rah penyerap kalor.

Jike pelarut dari zat terlarut lebih banyak merupakan peristiwa endoterm, seperti

dinyatakan dalam persamaan :

Kalor + zat terlarut + larutan (l1) larutan (l2)

Dengan larutan (l2) lebih pekat daripada larutan(l1) maka kenaikan suhu akan meningkatkan

kelarutan. Dengan kata lain, kesetimbangan bergeser ke kanan karena meningkatnya suhu.

Untuk kebanyakan padatan dan cairan yang dilakukan dalam pelarut cairan, biasaarutannya

kelarutan meningkat dengan kenaikan suhu.

Untuk gas, pembentukan larutan dalam cairan hapir selalu eksoterm, sehingga

ketimbangan dapat dinyatakan dengan :

Gas + larutan (1) larutan (2) + kalor

Untuk kesetimabngan ini, peningkatan suhu malah akan mengusir gas dan larutan sebeb

pergeseran ini ke kiri adalah endoterm. Karena itu gas hamppir selalu menjadi kurang larut

dalam cairan jika suhunya dinaikkan (Atkins, 1994)

Pengaruh temperatur dalam kesetimbangan kimia ditentukan dengan Δ𝐻o dengan

persamaan :[𝜕 ln 𝐾

𝜕𝑇] p =

Δ𝑟 𝐻𝑜

RT2 yang disebut persamaan Van’t Hoff. Pada reaksi endoterm

konstanta kesetimbangan akan naik seiring dengan naiknya termperatur. Pada reaksi eksoterm

konstanta kesetimbangan akan turun dengan naiknya temperature (Robert A Alberty Silbey,

1996).

Page 5: Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

Pada larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat tidak

larut. Dalam kesetimbangan ini, kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap.

Artinya konsentrasi zat dalam larutan akan selalu sama.

Tujuan yang digarapkan dari percobaan ini adalah dapat memahami apa yang dimaksud

larutan jenuh, dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap kelarutan asam oksalat dan dapat

menentukan harga kelarutan asam oksalat pada berbagai suhu, kemudian dari harga kelarutan

tersebut dapat dihitung panas pelarutan asam oksalat.

Metode

Metode dari percobaann ini adalah menghitung konsentrasi atau kelarutan asam oksalat

dalam berbagai suhu dengan titrasi alkalimetri. Penitrasi yang digunakan adalah NaOH 0,2 N

dan NaOH 0,5 N. Bahan lain yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquades, indikator

PP, dan es batu. Alat yang digunakan adalah labu takar 250 ml sebanyak 3 buah, labu takar

100 ml sebanyak 4 buah, termometer 100 derajat celsius sebanyak 1 buah, pipet volume

sebanyak 1 buah, pipet tetes, corong, buret, statif, penangas air, pengaduk, erlenmeyer 150 ml

sebanyak 2 buah, tabung reaksi diameter 5 cm 1 buah, labu takar 600 ml 1 buah dan baskom

atau wadah besar 1 buah.

Dibuat asam oksalat jenuh 250 ml. Asam oksalat padat sebanyak 5,0428 gram

dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml. Diencerkan dengan 150 ml aquades, dikocok sampai

homogen dan ditambah aquades sampai tanda batas 250 ml. Larutan asam oksalat dipanaskan

dalam penangas air sampai suhu lebih dari 600 C. Disiapkan wadah besar berisi air ledeng dan

ditambahkan es batu sampai suhu rendah. Larutan asam oksalat panas dimasukkan ke dalam

tabung reaksi besar yang diselimuti gelas ukur 600 ml. Dimasukkan ke dalam wadah yang

berisi larutan air dingin untuk didinginkan atau diturunkan suhunya. Larutan asam oksalat

panas diturunkan suhunya sampai 40, 30, 25, 20, dan 100 C. Saat mencapai suhu 400 C, larutan

asam oksalat dipipet 25 ml ke dalam labu takar 100 ml dan diencerkan sampai 100 ml. Dipipet

dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Diencerkan sampai sepertiga erlenmeyer. Ditetesi

indikator PP dan dititrasi oleh larutan NaOH. Titrasi pertama dilakukan dengan NaOH 0,2 N

sampai warna larutan berubah menjadi merah muda. Volume NaOH 0,2 N yang terpakai

selama titrasi dicatat dalam tabel data pengamatan. Titrasi dilakukan sebanyak 2 kali. Titrasi

kedua dilakukan dengan NaOH 0,5 N sampai warna larutan merah muda. Titrasi dilakukan

sebanyak 2 kali. Volume NaOH 0,5 N yang terpakai selama titrasi dicatat dalam tabel data

Page 6: Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

pengamatan. Prosedur kerja pada saat suhu mencapai 30, 25, 20, dan 100 C sama dengan

prosedur yang dilakukan saat suhu mencapai 400 C.

Dari percobaan yang dilakukan diperoleh data sebanyak 16 data, delapan data dari

titrasi dengan NaOH 0,2 N dan delapan data dari NaOH 0,5 N. Data yang diperoleh dianalisis

dengan metode grafik atau analisis kualitatif dan metode analisis kuantitatif atau perhitungan.

Hasil Dan Pembahasan

Suatu larutan jenuh merupakan keseimbangan dinamis. Kesetimbangan tersebut akan

dapat bergeser bila suhu dinaikkan. Pada umumnya kelarutan zat padat dalam larutan

bertambah bila suhu dinaikkan, karena umumnya proses pelarutan bersifat endotermik.

Pengaruh kenaikkan suhu pada kelarutan zat berbeda satu dengan yang lainnya.

Percobaan ini memiliki tujuan agar dapat menentukan pengaruh suhu terhadap

kelarutan suatu zat dan menghitung panas pelarutannya. Zat yang digunakan pada praktikum

ini adalah asam oksalat. Digunakan asam oksalat karena kelarutannya sangat sensitive terhadap

suhu sehingga dengan berubahnya suhu, kelarutan asam oksalat juga akan berubah selain itu

asam oksalat memiliki kelarutan yang kecil bila dilarutkan dalam air.

Kelarutan sebagai fungsi suhu yaitu banyaknya zat terlarut maksimum dalam suatu

pelarut tertentu yang dipengaruhi oleh perubahan suhu sampai larutan menjadi jenuh. Pengaruh

suhu terhadap kelarutan zat berbeda – beda antara satu dengan lainnya. Tetapi pada umumnya

pengaruh suhu pada kelarutan zat cair semakin tinggi maka kelarutan semakin besar dan

sebaliknya. Hal itu disebabkan karena proses pembentukan larutannya bersifat endoterm.

Prinsip percobaan pada praktikum kali ini adalah menentukan panas pelarutan dari

asam oksalat. Asam okslat merupakan asam dikarboksilat dengan rumus kimia H2C2O4,

padatan kristal tak berwarna dan bersifat racun. Pertama-tama dilkukan pengenceran pada

asam oksalat, kemudian dinaikkan suhunya hingga 60oC sebelum H2C2O4 dititrasi dengan

NaOH 0,2 N dan NaOH 0,5 N, terlebih dahulu suhu diturunkan hingga mencapai 40, 30, 25,

20, 10oC. Kemudian kedalam larutan ditambahkan indikator PP. Indikator PP merupakan

senyawa organik yang mempunyai rumus molekul C2OH14O4. Setelah itu dapat di hitung

volume NaOH. Mol NaOH merupakan hasil kali antara konsentrasi dengan volume NaOH

yang dibutuhkan. Faktor – faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, kebanyakan

garam anorganik akan meningkatkan kelarutannya jika mengalami atau diberi sutau kenaikan

temperatur.

Pemilihan pelarut, kebanyakan garam anorganik juga lebih cepat larut didalam

pelarut air dari pada didalam pelarut organik. Air mempunyai momen dipol yang lebih besar

Page 7: Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

dan ditarik ke kation dan anion untuk membentuk ion – ion hidrat. Ion hidrogen dalam air akan

terhidrasi lengkap sampai suatu tingkat dalam larutan air, dan energi yang dilepaskan oleh

interaksi ion – ion dengan pelarut akan mengatasi gaya tarik menarik yang cenderung untuk

menahan kisi – kisi ion dalam kristalin padat.

Efek ion sekutu, sebuah endapan secara umum akan lebih larut dalam air murni

dibandingkan didalam subuah larutan yang mengandung satu dari ion –ion endapan (efek ion

– ion sekutu). Dalam sebuah larutan perak klorida, sebagai contoh dari konsentrasi ion perak

dan ion klorida tidak dapat melebihi nilai tetapan kelarutan produk. Dengan hadirnya ion

sekutu yang berlebihan, kelarutan dari sebuah endapan bisa jadi lebih besar dari pada nilai

yang telah diperkirakan melalui tetapan kelarutan produk.

Efek aktifitas, endapan menunjukan peningkatan kelarutan dalam larutan. Larutan

yang mengandung ion – ion dari endapan.Efek aktifitas tidak menimbulkan permasalahan.

Efek pH, kelarutan dari garam sebuah asam lemah bergantung pada pH larutan

tersebut. Beberapa contoh dari garam – garam tersebut yang lebih penting dari kimia analitis

adalah oksalat dan lain – lain. Ion hidrogen bergabung dengan anion dari garam untuk

membentuk asam lemah, sehingga peningkatan kelarutan dari garam.

Tabel 1. Data Pengamatan Titrasi dengan NaOH 0,5 N

No. Suhu Asam Oksalat

(0C)

V1 NaOH

(ml)

V2 NaOH

(ml)

V rata-rata

(ml)

S (Kelarutan

Asam oksalat)

1. 40 6,55 6,59 6,57 3,285 M

2. 30 6,02 6,05 6,035 3,018 M

3. 25 5,27 5,24 5,255 2,628 M

4. 20 4,52 4,49 4,505 2,252 M

5. 10 3,02 3,05 3,035 1,518 M

Tabel 2. Data Pengamatan Titrasi dengan NaOH 0,2 N

No. Suhu Asam Oksalat

(0C)

V1 NaOH

(ml)

V2 NaOH

(ml)

V rata-rata

(ml)

S (Kelarutan

Asam

oksalat)

1. 40 6,15 6,11 6,13 1,226 M

2. 30 6,02 6,06 6,04 1,208 M

Page 8: Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

3. 25 5,41 5,40 5,405 1,09 M

4. 20 3,91 3,90 3,95 0,79 M

5. 10 2,82 2,85 2,835 0,567 M

Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif untuk mendapatkan nilai kelarutan

asam oksalat pada suhu tertentu, nilai entalpi, dan panas pelarutan asam oksalat dengan metode

perhitungan. Nilai kelarutan asam oksalat diperoleh dengan menggunakan persamaan :

V1 x N1 = V2 x N2

Dimana V1 : Volume NaOH

N1 : Normalitas NaOH

V2 : Volume Asam oksalat

N2 : Normalitas Asam oksalat

Tabel 3. Data Hasil Analisis Nilai Entalpi

No. Suhu Asam Oksalat (0C) ∆𝐻 (𝑁𝑎𝑂𝐻 0,2 𝑁) ∆𝐻 (𝑁𝑎𝑂𝐻 0,5 𝑁)

1. 40 – 30 1166,99 J/mol 6684,46 J/mol

2. 30 – 25 15434,38 J/mol 20774,25 J/mol

3. 25 – 20 46733,9 J/mol 22422,14 J/mol

4. 20 – 10 228654,65 J/mol 271914,01 J/mol

6. ∆𝐻 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 72997,49 J/mol 80448,72 J/mol

Data ∆𝐻 untuk setiap penurunan suhu diperoleh dari persamaan Van’t Hoff yaitu :

𝐿𝑛 𝑠2

𝑠1=

∆𝐻

𝑅 [

𝑇2 − 𝑇1

𝑇2 𝑥 𝑇1]

Dimana 𝑠2 : Kelarutan Asam oksalat pada suhu ke-2

𝑠1 : Kelarutan Asam oksalat pada suhu ke-1

∆𝐻 : Entalpi

𝑅 : Tetapan Gas ideal = 8,314 J/mol

Dari hasil analisis data dengan metode perhitungan dapat ditentukan bahwa nilai panas

pelarutan (∆𝐻) pada saat NaOH 0,2 N adalah sebesar 72997,49 J/mol. Sedangkan nilai panas

pelarutan (∆𝐻) pada saat NaOH 0,5 N adalah sebesar 80448,72 J/mol. Kedua entalpi berharga

positif karena reaksi yang terjadi merupakan reaksi endoterm.

Page 9: Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

Nilai panas pelarutan (∆𝐻) dapat ditentukan pula melalui metode regresi linier yaitu

metodr grafik dengan grafik fungsi 1/T VS ln s.

Tabel 4. Data untuk Persamaan Grafik 1 (NaOH 0,2 N)

No. Suhu Asam Oksalat (T) 1/T

S (Kelarutan Asam

oksalat) Ln s

1. 313 0,00319 1,226 M 0,2038

2. 303 0,00330 1,208 M 0,1889

3. 298 0,00336 1,09 M 0,0862

4. 293 0,00341 0,79 M -0,2357

5. 283 0,00353 0,567 M -0,5674

Gambar 1. Grafik ln s Vs 1/T

Tabel 5. Data untuk Persamaan Grafik 2 (NaOH 0,5 N)

No. Suhu Asam Oksalat (T) 1/T

S (Kelarutan Asam

oksalat) Ln s

1. 313 0,00319 3,285 M 1,1894

2. 303 0,00330 3,018 M 1,1046

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

0,12

0,14

0,16

0,18

0,2

0,00318 0,0032 0,00322 0,00324 0,00326 0,00328 0,0033 0,00332

ln s

1/T

ln s vs 1/T

Page 10: Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

3. 298 0,00336 2,628 M 0,9662

4. 293 0,00341 2,252 M 0,8118

5. 283 0,00353 1,518 M 0,4174

Gambar 2. Grafik ln s Vs 1/T

Reaksi pada saat terjadi kesetimbangan asam oksalat dalam aquades adalah :

H2C2O4(S) + H2O(l) H2C2O4 (aq)

Untuk larutan jenuh, setelah terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan

zat yang tidak larut maka dalam kesetimbangan tersebut kecepatan melarut sama dengan

kecepatan mengendap yang artinya konsentrasi zat dalam larutan akan selalu tetap. Pada saat

pembuatan larutan jenuh yang perlu diperhatikan adalah larutan jangan sampai lewat jenuh,

sehingga endapan yang dihasilkan tidak terlalu banyak. Tetapi apabila kesetimbangan

diganggu misalnya dengan cara suhunya dirubah, maka konsentrasi larutan akan berubah.

Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa apabila kelarutan semakin rendah

maka volume NaOH yang diperlukan juga semakin kecil. Besarnya kelarutan dipengaruhi oleh

faktor yaitu : jenis pelarut dan zat terlarut : bila zat pelarut sesuai dengan zat terlarut maka

kelarutannya semakin besar, pengadukan : semakin besar frekuensi pengadukan maka semakin

banyak zat yang terlarut, dan temperatur : semakin tinggi temperatur maka akan semakin besar

kelarutannya.

Aplikasi kelarutan sebagai fungsi suhu banyak dimanfaatkan dalam bidang industri.

Perbedaan kelarutan dengan suhu yang berlainan ini dapat dimanfaatkan untuk memurnikan

0,94

0,96

0,98

1

1,02

1,04

1,06

1,08

1,1

1,12

0,00318 0,0032 0,00322 0,00324 0,00326 0,00328 0,0033 0,00332

ln s

1/T

ln s vs 1/T

Page 11: Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

zat dari kotoran – kotoran hasil samping suatu reaksi dengan cara rekristalisasi bertingkat. Pada

cara ini zat yang masih bercampur dengan pengotor dilarutkan dalam sedikit pelarut panas,

dimana pengotor lebih mudah larut daripada zat yang akan dimurnikan. Setelah larutan dingin

kotoran akan tertinggal dalam larutan zat murni akan memisah sebagai endapan. Kristal murni

yang dihasilkan lalu disaring dan dikeringkan.

Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilaksanakan dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu

pertama larutan jenuh merupakan suatu larutan sudah tidak dapat melarutkan lagi zat

terlarutnya. Kedua, semakin tinggi suhu maka semakin besar kelarutan suatu zat. Ketiga,

kelarutan asam oksalat dalam aquades pada berbagai suhu adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Data Kelarutan Asam Oksalat dalam berbagai Suhu (NaOH 0,5 N)

No. Suhu Asam Oksalat (0C) S (Kelarutan Asam oksalat)

1. 40 3,285 M

2. 30 3,018 M

3. 25 2,628 M

4. 20 2,252 M

5. 10 1,518 M

Tabel 7. Data Kelarutan Asam Oksalat dalam berbagai Suhu (NaOH 0,2 N)

No. Suhu Asam Oksalat (0C) S (Kelarutan Asam oksalat)

1. 40 1,226 M

2. 30 1,208 M

3. 25 1,09 M

4. 20 0,79 M

5. 10 0,567 M

Kesimpulan yang terakhir yaitu harga panas pelarutan asam oksalat dapat ditentukan

melalui metode perhitungan atau metode grafik. Dalam percobaan ini harga panas pelarutan

Page 12: Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

asam oksalat diperoleh dari persamaan Van’s Hoff yaitu sebesar 72997,49 J/mol untuk titrasi

dengan NaOH 0,2 N dan sebesar 80448,72 J/mol untuk titrasi dengan NaOH 0,5 N.

Daftar Pustaka

Alberty, Robert A and Robert J.Silbey. 1996. Physical Chemistry 2nd edition. USA: John

Wiley and sons inc.

Atkins, PW. 1999. Kimia Fsika Jilid II. Jakarta: Elangga

Dogra, S.K. 1984. Kimia Fisika dan Soal – Soal. Jakarta : UI – Press.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : ITB.

Sukardjo, Pr. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta : Rineka Cipta.

Kleinfelter, Keenan. 1996. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

Tim Dosen Kimia Fisik. 2011. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang :

Laboratorium Kimia Universitas Negeri Semarang