Upload
andi-hidayat-as
View
51
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH BAHASA INDONESIA
MEMBACA KRITIS UNTUK MENULIS
DISUSUN OLEH :
NUR INDAH MAWARNI
(1211040005)
NURMADINAH
(1211041009)
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2013
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam jangka waktu
yang telah ditentukan.
Makalah yang berjudul “Membaca Kritis dalam Menulis” ini memuat informasi
seputar membaca kritis dan metode-metode yang dapat dilakukan untuk melatih sikap
kritis kita. Tak lupa pula kita kirimkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kamu dama menyelesaikan makalah ini.
Kami sebagai manusia bisa menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun selalu kami
nantikan agar dapat menjadi acuan kami selanjutnya untuk menghasilkan karya yang
lebih baik.
Kami harapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan semoga dapat
memperbesar keinginan kita untuk menggali informasi yang lebih dalam lagi tentang
membaca kritis, serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Makassar, Mei 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
A. Manfaat kritis untuk Menulis ....................................................................................... 3
1. Pengertian membaca kritis untuk menulis ............................................................... 3
2. Metode membaca kritis ............................................................................................ 6
B. Ragam-Ragam Mambaca Kritis ..................................................................................... 9
1. Membaca cepat/sekilas untuk mencari topik .......................................................... 9
2. Membaca cepat untuk informasi khusus ............................................................... 10
3. Membaca teliti untuk informasi rinci ..................................................................... 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 13
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 13
B. Saran dan Kritik ......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang yang pernah duduk di bangku sekolah pasti pernah
berhadapan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kepenulisan, seperti
pembuatan makalah, artikel, karya tulis ilmiah, skripsi, dan lain-lain.
Ketentuan tersebut juga berlaku untuk setiap manusia yang bergelar
mahasiswa. Kepenulisan berguna untuk mengembangkan daya nalarnya, ini
merupakan tuntutan dari gelar mereka sebagai maha dari siswa. Namun, dalam
proses menulis tersebut tentunya harus didukung dengan referensi yang
memadai. Referensi-referensi tersebut bisa didapatkan dari membaca yang
sumber dari majalah, artikel, jurnal, buku, internet, dan lain-lain yang bisa
menunjang baik tidaknya hasil tulisan (Rapi, Muhammad,dkk, 2011:73).
Sebagaimana pengertian membaca secara umum, bahwa membaca
adalah proses mendapatkan informasi yang melibatkan pemahaman terhadap
simbol-simbol tertentu(Wikipedia,2013).
Namun, dalam kepenulisan bukan hanya sekadar keahlian membaca
yang dibutuhkan oleh mahasiswa, melainkan juga kemampuan untuk
mengkritisi hasil bacaan yang dibaca. Sehingga dari proses membaca kritis itu
diperoleh rangkuman mengenai materi yang dibaca serta tanggapan-tanggapan
mahasiswa terhadap ide-ide dan konsep yang terdapat dalam bacaan(Rapi,
Muhammad,dkk, 2011:73).
2
Semakin banyak membaca maka referensi yang diperoleh akan semakin
banyak, ini juga berbanding lurus dengan tingkat kemampuan mengkritisi
suatu informasi, khususnya bacaan. Seperti yang dikatakan dalam buku
Pengembangan Kepribadian Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh FBS
UNM bahwa jika ingin menghasilkan tulisan yang baik, maka diperlukan
banyak membaca. Oleh karena itu diperlukan adanya pembahasan mengenai
membaca yang berkaitan dengan kepenulisan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Ada dua butir permasalahan yang akan dibahas dalam karya tulis ini, yaitu :
1. Apa itu membaca kritis untuk menulis?
2. Bagaimana ragam-ragam membaca kritis?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dari membaca kritis untuk menulis.
2. Mengetahui ragam-ragam membaca kritis.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Membaca Kritis untuk Menulis
1. Pengertian membaca kritis untuk menulis
Proses membaca dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu membaca
tingkat rendah dan membaca tingkat atas. Namun, tanpa sadar kita sering
menggunakan proses membaca tingkat rendah. Pada proses ini pembaca
akan merasa puas ketika ia dapat mengetahui informasi sebanyak
mungkin dan mengingatnya sebagai ingatan serta dapat
mengemukakannya kembali persis seperti apa yang di tulis oleh
pengarang buku tersebut. (Nurhadi, 2010 : 141)
Membaca tidak hanya identik dengan mengingat teks bacaan. Karena
sebuah bacaan tidak hanya berisi informasi yang yang dangkal yang
hanya bisa diambil sebagai bahan ingatan saja. Kita bukan komponen
memori yang hanya ditugaskan untuk menyimpan data tanpa
mengolahnya menjadi sebuah informasi baru yang lebih rinci. Sehingga
bacaan yang kita baca tidak berarti apapun karena dapat luntur seiring
berjalannya waktu. (Nurhadi, 2010 : 29)
Membaca kritis berbeda dengan seseorang yang membaca sebuah
buku atau bacaan yang mana informasi yang ia baca, ia rekam dalam
ingatannya, sehingga ia dapat mengemukakannya kembali persis seperti
apa yang dikatakan oleh penulisnya dan dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan apa, mengapa, kapan, dimana, dan bagaimana. Membaca
4
seperti ini dikategorikan sebagai membaca tingkat rendah karena untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut pembaca tidak perlu berfikir
panjang dan melibatkan sikap berfikir kritis. Pembaca cukup mengingat
apa yang dikatakan pengarang dalam bukunya dan mengemukakannya
kembali. Pandangan seperti inilah yang perlu di ubah, sehingga pada
makalah ini kami akan membahas lebih dalam tentang membaca tingkat
lanjut atau yang sering disebut sebagai membaca kritis. (Nurhadi, 2010 :
141)
Dalam proses membaca kita tidak hanya menghapal tetapi harus
bersikap kritis. Menurut Nurhadi (2010 : 29), bersikap kritis adalah
memahami bahan bacaan secara mendalam tidak hanya cukup tahu
tentang apa yang dikatakan pengarangnya. Sedangkan kemampuan
membaca kritis adalah kemampuan seorang pembaca . Sehingga
Membaca bukan hanya sekedar proses mengingat melainkan juga proses
kerja mental yang melibatkan aspek-aspek berfikir kritis dan kreatif.
“Menurut seorang ahli membaca, Edward L. Thorndike
mengemukakan bahwa reading as thingking dan reading
as reasoning. Artinya proses membaca itu sebenarnya tak
ubahnya proses ketika seseorang sedang berfikir dan
bernalar. Dalam kegiatan membaca kita melibatkan aspek-
apek berfikir seperti mengingat, memahami, membeda-
bedakan, menemukan, menganalisis, dan menerapkan
pada kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa sebenarnya membaca tingkat ini membutuhkan
intelegtual yang tinggi.” (Nurhadi, 2010 : 13)
5
Berbeda dengan membaca untuk mengingat, pada jenjang kedua ini
pembaca telah sadar bahwa teks bacaan bukan hanya berisi informasi
dangkal yang hanya digunakan untuk mengingat apa yang dikatakan
pengarang, tetapi teks tersebut dapat dan perlu diolah serta dipahami.
Bahkan bacaan dipandang sebagai tulisan yang berisi pandangan-
pandangan atau teori, baik yang tersirat maupun yang tersurat. Dalam
proses ini pembaca tidak langsung memahami keseluruhan makna dari
bacaan tetapi harus diolah secara kritis. Dalam proses inilah pembaca
berusaha memahami makna yang tersirat dalam bacaan, menganalisisnya,
membuat sebuah kesimpulan bahkan jika perlu pembaca membuat
penilaian-penilaian tentang bacaannya yang membutuhkan sikap kritis.
(Nurhadi, 2010 : 141)
Setiap orang memiliki sikap kritis yang berbeda-beda, hal itu
dikarenakan setiap orang memiliki ketertarikan terhadap membaca yang
berbeda, tingkat intelektual, bahkan dapat dipengaruhi oleh tujuan untuk
membaca yang berbeda-beda. (Nurhadi, 2010 : 143)
Secara fisik proses membaca itu sendiri hanya dibagi menjadi dua,
yaitu proses membaca tingkat rendah dan proses tingkat lanjut. Namun
seorang pembaca dikatakan sebagai pembaca yang lengkap ketika ia
dapat mengaplikasikan apa yang ia baca ke dalam kehidupan sehari-hari,
setidak-tidaknya dalam kehidupan pribadi pembaca itu sendiri. Namun
untuk melakukan hal tersebut kita harus menjadi pembaca kritis dan aktif
terlebih dahulu, sebelum menjadi pembaca kreatif. sehingga membaca
6
kritis ini sangatlah penting, untuk meningkatkan sikap kritis kita ada
beberapa aspek berfikir kritis yang perlu dikuasai oleh seorang
pembacayang diharapkan menjadi suatu sikap yang selalu berfikir kritis
dan kreatif yaitu :
1. Menginterpretasikan secara kritis
2. Menganalisis secara kritis
3. Mengorganisasi secara krisis
4. Serta menerapkan konsep
Karena adanya perbedaan membaca kritis dengan membaca lainnya,
ada beberapa ciri membaca kritis yaitu Pertama, dalam kegiatan
membaca menyertakan kemampuan berpikir kritis. Kedua, tidak serta
merta menerima apa yang dikatakan pengarang. Ketiga, membaca kritis
adalah kegiatan mencari kebenaran. Keempat, pembaca kritis harus
melibatkan diri terhadap permasalahan mengenai gagasan dalam bacaan.
Kelima, membaca kritis adalah mengolah bahan bacaan. Keenam, hasil
membaca akan tetap diingat (Utami, dkk, 2012 : 3).
2. Metode membaca kritis.
Dalam penerapannya, diperlukan teknik-teknik tertentu untuk
membaca kritis, yaitu:
a. Menentukan informasi fokus
Informasi fokus merupakan informasi yang ingin didapatkan dari
bacaan, menjadi pusat perhatian dalam membaca (Tampubolon
7
1987:46-47). Informasi fokus berbeda-beda, bergantung pada data
yang ingin diperlukan sebagai bahan tulisan, contoh : Seorang penulis
ingin membuat karya tulis tentang pendidikan di Indonesia, maka ia
harus mencari semua informasi yang berkaitan dengan pendidikan.
b. Membaca referensi sebanyak-banyaknya untuk menemukan informasi
fokus
Dalam menemukan informasi fokus, banyak jenis tulisan yang bisa
dibaca oleh penulis. Sehingga dalam penentuan informasi fokus yang
didapatkan dari sumber yang berbeda akan berbeda pula.
Dalam kalimat, kata-kata yang merupakan bagian dari kalimat
tersebut merupakan kata-kata kunci yang bisa menjadi informasi
fokus.
Dalam paragraf, pikiran pokok merupakan informasi fokus utama
dan jabaran pikiran pokok itu merupakan informasi pendukung.
Dalam artikel,pikiran pokok tergambar pada judul artikel, dan
dapat lebih tergambar setelah membaca pendahuluan.
Dalam buku, pikiran pokok yang dimaksud biasanya tergambar
secara umum pada judul buku, dan lebih jelas tergambar pada
judul bab dan sub bab yang bisa diperoleh di daftar isi.
Namun pada metode membaca informasi fokus dalam artikel dan
buku seperti yang dipaparkan di atas, tidak selalu tepat kebenarannya.
Namun, seiring berjalannya waktu kemampuan pembaca membaca
8
informasi fokus yang tepat akan semakin meningkat (Tampubolon,
1987:47-48)
Untuk memudahkan dalam proses menemukan informasi fokus,
diperlukan teknik-teknik tertentu (Tampubolon, 1987:48-49). Berikut
adalah jenis-jenis membaca yang digunakan dalam menemukan
informasi fokus, yaitu :
Baca-pilih
Yang dimaksud dengan baca-pilih adalah bahwa pembaca memilih
bahan bacaan dan/atau bagian bacaan yang dianggapnya relevan,
atau berisi informasi fokus yang ditentukannya.
Baca-lompat
Yang dimaksud dengan baca-lompat yakni dalam menemukan
bagian-bagian bacaan yang relevan, pembaca melampaui atau
melompati bagian-bagian lainnya.
Baca-layap
Dengan teknik baca-layap, pembaca membaca dengan cepat untuk
mengetahui isi umum suatu bacaan atau bagiannya.
Baca-tatap
Baca tatap yakni teknik membaca dengan cara membaca cepat dan
dengan memusatkan perhatian untuk menemukan bagian bacaan
yang berisi informasi fokus yang telah di tentukan, dan seterusnya
9
membaca bagian itu dengan teliti sehingga informasi fokus itu
ditemukan dengan tepat dan dipahami dengan benar.
Dalam penerapannya, keempat teknik di atas dapat digunakan
secara bergantian atau dipadukan antara teknik yang satu dengan teknik
yang lainnya, hal tersebut bergantung dari kebutuhan si
pembaca(Tampubolon, 1987:48-49)
c. Memilah informasi yang telah diperoleh dari sumber bacaan yang telah
dibaca
Memilah informasi yang telah diperoleh dari bacaan yang telah
dibaca dimaksudkan untuk menghindari adanya informasi yang tidak
valid, ataupun ada informasi yang melenceng dari pokok bahasan
yang akan diangkat si penulis. Menurut Soedarso dalam Agustina
tahun 2008, hlm. 17-18 (Utami, dkk, 2012 : 3) bahwa pembaca kritis
harus mengerti isi bacaannya, sekaligus mengkritisi apa yang
dibacanya seperti menguji sumber tulisan dengan tetap menghargai
pendapat penulis.
B. Ragam-Ragam Membaca Kritis
Berdasarkan tujuan dan informasi yang ingin diperoleh (Anshari, dkk,
2011 : 74-75) ragam membaca kritis dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Membaca cepat/sekilas untuk mencari topik
10
Jenis membaca kritis ini dilakukan untuk mengetahui pokok
pembicaran yang diangkat dalam suatu bacaan. Dalam membaca
cepat/sekilas untuk mengetahui topik, pembaca tidak perlu
memperhatikan keseluruhan isi bacaan. Dengan melihat beberapa
kata kunci saja, pembaca sudah bisa mengetahui topik dari bacaan.
Contoh :
Di bawah ini terdapat sebuah potongan artikel yang diambil dari buku
yang berjudul “Kemampuan Membaca, Teknik Membaca Efektif dan
Efisien”
“Sering dikatakan bahwa ibu periang akan melahirkan
anak periang dan ibu yang bersusah hati akan
melahirkan anak yang selalu gelisah. Atas dasar
apakah kita menarik kesimpulan bahwa sikap si ibu
akan mempengaruhi anak yang belum lahir? Jikalau
anak itu tidak dikehendaki, atau jikalau si ibu takut
melahirkan, apakah rasa takut dan pergumulan batin
ini mempengaruhi si Anak?
Sulit menjawabnya secara ilmiah. Dalam banyak hal,
nampaknya perangai anak memantulkan sikap ibu
sebelum anak dilahirkan. Tetapi tidak ada caranya
untuk mengadakan percobaan untuk menentukan
sikap si anak andai kata si ibu menunjukkan sikap
yang lebih baik.”
(Tampubolon, 1987 : 90)
Dengan membaca sekilas/cepat untuk menemukan topik dapat
ditemukan bahwa paragraf di atas membahas mengenai pengaruh
sikap ibu ketika hamil terhadap sikap anak yang dilahirkan.
2. Membaca cepat untuk informasi khusus
11
Dalam setiap bacaan tentunya tidak hanya satu jenis informasi yang
bisa kita dapatkan. Dan pada waktu-waktu tertentu, terkadang hanya
dibutuhkan satu informasi saja dari bacaan yang tersedia. Maka yang
bisa dilakukan adalah membaca cepat dengan hanya memperhatikan
bagian-bagian dari bacaan yang memuat informasi yang kita
butuhkan, kegiatan itulah yang dimaksud dengan jenis membaca
cepat untuk menemukan informasi khusus.
Contoh :
Dengan membaca paragraf di bawah pembaca ingin memperoleh
informasi tentang tujuan pelayanan bimbingan terhadap
perkembangan siswa.
“Program bimbingan dan penyuluhan tidak hanya
bersifat penyembuhan, melainkan juga pencegahan
dan pengembangan yang diberikan kepada semua
siswa di sekolah yang bersangkutan. Pelayanan
bimbingan dilakukan untuk lebih menjamin
tercapainya perkembangan siswa secara optimal
sehingga mereka dapat mengembangkan segala
potensi yang ada pada dirinya untuk menjadi individu
yang mampu mandiri. Kemandiriannya ini kemudian
dapat digunakan untuk memberi sumbangan yang
berarti kepada masyarakatnya serta membina
hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa dalam
bentuk takwa-Nya. Jadi pelayanan bimbingan ini
tidak terbatas pada bimbingan belajar, melainkan
mencakup perkembangan pribadi dan kesejahteraan
siswa di sekolah,`lingkungan keluarga dan
masyarakat.”
(dalam buku Tampubolon hlm. 91 , Dari “Analisis
Pendidikan” Thn. II, Nomor 2. 1981 hal. 148)
Dengan kata kunci bimbingan, perkembangan, anak ditemukan
kalimat “Pelayanan bimbingan dilakukan untuk lebih menjamin
12
tercapainya perkembangan siswa secara optimal sehingga mereka
dapat mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya untuk
menjadi individu yang mampu mandiri”, sehingga informasi
mengenai tujuan pelayanan bimbingan terhadap perkembangan anak
bisa diperoleh.
3. Membaca teliti untuk informasi rinci
Terkadang dalam tulisannya, penulis ingin menyertakan suatu
informasi secara rinci. Untuk memperoleh informasi tersebut, penulis
melakukan kegiatan membaca teliti untuk informasi rinci dengan cara
menemukan bagian yang memuat informasi yang diperlukan
kemudian membacanya dengan teliti.
Contoh :
Pembaca ingin mencari informasi rinci mengenai suatu peristiwa.
Maka terlebih dahulu ia harus memperinci hal-hal yang ingin
diketahui, seperti membuat daftar pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan mengandung kata tanya apa, dimana, kapan, siapa,
ataupun bagaimana. Dengan terlebih dahulu mengetahui hal-hal yang
ingin didapatkan dari membaca suatu bacaan secara rinci, ini akan
membantu proses membaca sehingga menjadi lebih mudah.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Membaca kritis merupakan proses menemukan informasi yang disertai
dengan kemampuan mengolah informasi tersebut secara kritis sehingga
menghasilkan informasi yang lebih valid.
2. Kemampuan membaca kritis diperlukan dalam kegiatan menulis karena
perannya dalam mengelolah informasi yang didapatkan. Dalam membaca
kritis, seseorang tidak serta merta mengambil segala informasi yang
diperolehnya dari berbagai sumber melainkan memilahnya terlebih dahulu.
3. Berdasarkan jenis informasi yang ingin didapatkan oleh pembaca, ragam
membaca kritis dibedakan menjadi tiga, yaitu membaca cepat/sekilas
untuk mencari topic, membaca cepat untuk informasi khusus, dan
membaca teliti untuk informasi rinci.
iv
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Abdul Dola, Ahyar Anwar, Akmal Hamsa, Salam, Juanda, Ramly, Mayong
Maman, Azis, Nensiliati, Idawati, Helena, Nurwaty Syam, Asia, Suarni
Syamsaguni, Muhammad Rapi, Achmad Tolla, Muhammad, Johar Amir,
Sulastriningsih, Wardihan, Syamsudduha, Kembong Daeng, Enung Maria,
Taufik, Usman, Bachtiar Syamsuddin, Andi Fatimah Yunus, Hajrah, Dan Faisal.
2011. “Mata Kuliah Pengembangan Bahasa Indonesia”. Makassar : UNM.
Nurhadi. 2010. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Tampubolon. 1987. Kemampuan Membaca, Tekhnik Membaca Efektif dan Efisien.
Bandung : Angkasa.
Utami, Yesi Setya, Elly Ratna, dan Wirsal Chan. 2012. Hubungan Kemampuan Membaca
Kritis dengan Menulis Argumentasi. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Vol. 1, No. 1. Padang : Universitas Negeri Padang