30
Kelompok 1 1. Elda T. Langi 120113038 2. Yessy Lumandung 120113001 3. Betrix E. Marimbun 120113012 4. Sheren Mendur 120113033 5. Stephanie G. Wowor 120113034 6. Rachel Togatorop 120113045 7. I Kadek Hariyanto 120113067 8. David Ch. Kenda 120113082 9. Sally Lestari P. Bempol 120113095 10. The Natalia C. Taroreh 120113097 11. Jizel Zarra 120113100 12. Jessica Tamboto 120113111 13. Zakaria R. Kantohe 120113113 1

Kelompok 1.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kelompok 1.docx

Kelompok 1

1. Elda T. Langi 120113038

2. Yessy Lumandung 120113001

3. Betrix E. Marimbun 120113012

4. Sheren Mendur 120113033

5. Stephanie G. Wowor 120113034

6. Rachel Togatorop 120113045

7. I Kadek Hariyanto 120113067

8. David Ch. Kenda 120113082

9. Sally Lestari P. Bempol 120113095

10. The Natalia C. Taroreh 120113097

11. Jizel Zarra 120113100

12. Jessica Tamboto 120113111

13. Zakaria R. Kantohe 120113113

1

Page 2: Kelompok 1.docx

I. MACAM-MACAM GANGGUAN GERAKAN FUNGSIONAL

Kelainan sendi temporomandibular dapat dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu

gangguan fungsi akibat adanya kelainan gangguan structural dan gangguan fungsi akibat

adanya penyimbangan dalam aktifitas salah satu koponen fungsi system mastikasi

1. Kelainan structural

Kelainan strukturan adalah kelainan yang disebabkan oleh perubahan struktur

persendian akibat gangguan pertumbuhan, trauma eksternal, penyakit infeksi atau

neoplasma dan umumnya jarang dijumpai.

2. Gangguan fungsional

Gangguan fungsional adalah masalah-masalah TMJ yang timbul akibat fungsi yang

menyimpang karena adanya kelainan pada posisi dan fungsi gigi geligi atau otot-otot

kunyah. Gejala kelainan ini dapat dikelompokkan menjadi rasa nyeri, bunyi dan

disfungsi. Rasa nyeri adalah gejala yang paling sering menyebabkan ppasien mencari

perawatan.

Klasifikasi

Terbagi dalam 2 klasifikasi

-          Myogenous TMJ : terjadi akibat ketidak seimbangan kerja otot rahang dan sistem

saraf Hiperaktifitas pada otot mengunyah, Kelelahan otot, spasme, disfungsi,

perubahan oklusi gigi geligi berbagai gejala

-           Arthrogenous TMJ: terjadi akibat dislokasi kronik berulang/ hilang timbul,

degenerative joint disorders, systemic arthritic conditions, ankylosis, infections, and

neoplasi

2

Page 3: Kelompok 1.docx

II. PERGERAKAN MANDIBULA

FISIOLOGI PERGERAKAN SENDI TEMPOROMANDIBULA

Berdasarkan hasil penelitian elektromiografi, gerak mandibula dalam hubungannya dengan

rahang atas dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu :

1. Gerak membuka

2. Gerak menutup

3. Protrusi

4. Retusi

5. Gerak lateral

3.1 Gerak membuka

Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih kecil daripada

kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus lateralis berfungsi menarik

prosessus kondiloideus ke depan menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut

posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan relaksasi

muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus

medialis yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula

berotasi di sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak ke depan

sedangkan angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini

berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulus digastricus, muskulus

geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang

relatif stabil, ditahan pada tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya

mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak ke bawah

3

Page 4: Kelompok 1.docx

dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada keadaan istirahat) dari prosessus

kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis8.

3.2 Gerak menutup

Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan muskulus

pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi

protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi

paling posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan

kontraksi muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus

medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan pada eminensia artikularis. Pada

gerak menutup retrusi, serabut posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan

muskulus masseter untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis,

sehingga gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal8.

Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan akan

diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus pterygoideus

lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari

caput mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput

selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi

mandibula akan melintas di sekitar ramus, di daerah manapun di dekat orifisum canalis

mandibular. Walaupun demikian masih diperdebatkan tentang apakah articulatio

temporomandibula merupakan sendi yang tahan terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil

penelitian mutakhir dengan menggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi

pada berbagai kondisi beban menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam

mekanisme stres8.

4

Page 5: Kelompok 1.docx

3.3 Protrusi

Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke depan dan ke bawah

pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak meluncur yang tertutup.

Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu oleh

muskulus pterygoideus medialis. Serabut posterior muskulus temporalis merupakan antagonis

dari kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter, muskulus pterygoideus

medialis dan serabut anterior muskulus temporalis akan berupaya mempertahankan tonus

kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula yang akan memisahkan gigi geligi.

Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga akan menarik discus artikularis ke bawah dan

ke depan menuju eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari diskus

ke fissura tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan berfungsi membatasi kisaran gerak

protrusi ini8.

3.4 Retrusi

Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya akan meluncur ke

arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior muskulus temporalis. Muskulus

pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada keadaan tersebut. Otot-otot

pengunyahan lainnya akan berfungsi mempertahankan tonus kontraksi dan menjaga agar gigi

geligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas bagian posterior discus articularis dan capsula

articulatio temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada hubungan

yang tepat terhadap caput mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke belakang8.

3.5 Gerak lateral

Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk mendapat gerak

pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar, prosesus kondiloideus pada sisi

tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut

posterior muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap dipertahankan oleh

5

Page 6: Kelompok 1.docx

otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus

kondiloideus dan diskus artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui

kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam hubungannya dengan relaksasi

serabut posterior muskulus temporalis. Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain

terbentuk melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung bergantian,

yang juga berperan dalam gerak protrusi dan retrusi8.

Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan tetap

ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput mandibula dari sisi

kontralateral akan bergerak translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada bidang

horizontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang ‘cekat’, tetapi

melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan bergerak sedikit ke lateral,

dalam gerakan yang dikenal sebagai gerak Bennett.

Selain menimbulkan pergerakan aktif, otot-otot pengunyahan juga mempunyai aksi

postural yang penting dalam mempertahankan posisi mandibula terhadap gaya gravitasi. Bila

mandibula berada pada posisi istirahat, gigi geligi tidak beroklusi dan akan terlihat adanya

celah atau freeway space diantara arkus dentalis superior dan inferior8.

6

Page 7: Kelompok 1.docx

OKLUSI SENTRIK

  Jenis-jenis Oklusi

a.      Oklusi Ideal merupakan konsep teoretis dari struktur oklusal dan hubungan fungsional

yang mencakup prinsip dan karakteristik ideal yang harus dimiliki suatu keadaan oklusi.

Menurut Kamus Kedokteran Gigi, oklusi ideal adalah keadaan beroklusinya semua gigi,

kecuali insisivus central bawah dan molar tiga atas, beroklusi dengan dua gigi di

lengkung antagonisnya dan didasarkan pada bentuk gigi yang tidak mengalami keausan.

b.      Oklusi Normal, menurut Leory Johnson menggambarkan oklusi normal sebagai suatu

kondisi oklusi yang berfungsi secara harmonis dengan proses metabolic untuk

mempertahankan struktur penyangga gigi dan rahang berada dalam keadaan sehat.   

Oklusi gigi-geligi secara normal dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu:

1.      oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan rahang bawah

(RB) dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-geligi dalam keadaan

tidak berfungsi (statik). Pada oklusi statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi posterior

(premolar) berada pada posisi cusp to marginal ridge dan cusp fungsional gigi molar

pada posisi cusp to fossa. Sedang pada hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak

gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam satuan milimeter (mm). Jarak gigit

(overjet) adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi incisivus RA terhadap bidang

labial gigi insisivus pertama RB. Dan tinggi gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara

incisal edge RB sampai incisal edge RA.

2.      oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan RB pada saat

seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral (samping) ataupun kedepan

(antero-posterior). Oklusi dinamik timbul akibat gerakan mandibula ke lateral, kedepan

(anterior) dan kebelakang (posterior). Oklusi yang terjadi karena pergerakan mandibula

ini sering disebut artikulasi. Pada gerakan ke lateral akan ditemukan sisi kerja (working

7

Page 8: Kelompok 1.docx

side) yang ditunjukan dengan adanya kontak antara cusp bukal RA dan cusp molar RB;

dan sisi keseimbangan (balancing side). Working side dalam oklusi dinamik digunakan

sebagai panduan oklusi (oklusal guidance), bukan pada balancing side.

c.       Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu mandibula

dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada dalam posisi bilateral simetris di

dalam fossanya. Sentris atau tidaknya posisi mandibula ini sangat ditentukan oleh

panduan yang diberikan oleh kontak antara gigi pada saat pertama berkontak. Keadaan

ini akan mudah berubah bila terdapat gigi supra posisi ataupun overhanging restoration.

Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi dengan

antagonisnya

Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi pada saat

mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih mampu bergerak

secara terbatas ke lateral.

Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada saat RB

digerakkan ke anterior

Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada saat RB

digerakkan ke lateral.

Selain klasifikasi diatas, secara umum pola oklusi akibat gerakan RB dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1.      Bilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada kerja dan sisi

keseimbangan, keduanya dalam keadaan kontak

2.      Unilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada sisi kerja kontak dan sisi

keseimbangan tidak kontak

8

Page 9: Kelompok 1.docx

3.      Mutually protected occlusion, dijupai kontak ringan pada gigi geligi anterior, sedang

pada gigi posterior

4.      Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dikelompokkan dalamklasifikasi diatas. (Hamzah,

Zahreni,dkk)

Hubungan Mandibula Terhadap Maksila

Relasi sentrik merupakan hubungan mandibula terhadap maksila, yang menunjukkan

posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih kebelakang dari oklusi sentris (mandibula terletak

paling posterior dari maksila) atau kondil terletak paling distal dari fossa glenoid, tetapi

masih dimungkinkan adanya gerakan dalam arah lateral. Pada keadaan kontak ini gigi-geligi

dalam keadaan Intercuspal Contact Position (ICP) atau dapat dikatakan bahwa ICP berada

pada posisi RCP.

Jarak Inter-Oklusal (Psycological Rest Position) yaitu jarak antara oklusal premolar

RA dan RB dalam keadaan istirahat, rileks dan posisi tegak lurus. Pada keadaan ini otot-otot

pengunyahan dalam keadaan istirahat, hal ini menunjukkan otot-otot kelompok elevator dan

depressor tonus adan kontraksinya dalam keadaan seimbang, dam kondil dalam keadaan

netral atau tidak tegang. Posisi ini dianggap konstan untuk setiap individu.

9

Page 10: Kelompok 1.docx

IV. ANASTESI LOKAL

Anastesi Lokal adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu

bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topical atau suntikan tanpa menghilangkan

kesadaran. Pencegahan rasa sakit selama prosedur perawatan gigi dapat membangun

hubungan baik antara dokter gigi dan pasien, membangun kepercayaan, menghilangkan rasa

takut, cemas, dan menunjukkan sikap positif dari dokter gigi.

Keuntungan dari anastesi local:

1. Pemberiannya tidak merepotkan

2. Alat-alat yang dibutuhkan tidak banyak

3. Pasien dapat langsung pulang setelah perawatan

4. Pasien masih dapat mengikuti instruksi dari dokter gigi, misalnya: kumur-kumur,

buka mulut, dll

5. Refleks dari forus otot – otot masih tetap ada, jadi tidak ada kemungkinan tertelannya

darah

6. Anestetikum yang disuntikkan memberikan khasiat hanya kira-kira dua jam

7. Secara umum tidak akan mempengaruhi keadaan umum atau kondisi dari penderita

Macam-macam anastesi local:

1. Anastesi Topikal

Menghilangkan rasa sakit di bagian permukaan saja karena yang dikenai hanya ujung-

ujung serabut urat saraf. Bahan yang digunakan berupa salep.

2. Anastesi Infiltrasi

10

Page 11: Kelompok 1.docx

Sering dilakukan pada rahang atas maupun rahang bawah, mudah dikerjakan dan

efektif. Pada anak daya penetrasinya cukup dalam karena komposisi tulang dan

jaringan belum begitu kompak.

3. Anastesi Blok

Digunakan untuk pencabutan gigi molar.

Bahan anastesi:

I. ESTER:

1.PROCAIN

Biasanya ditambahkan bahan Varokonstriksi Adrenalin dalam perbandingan 1 :

50.000 atau 1 : 100.000

2. AMETOCAIN

II. AMIDES:

1. LIQUOCAINE

2. LINCOCAINE

3. PRILOCAINE

4. MERVACAINE

5. BUPIVACAINE

6. PEHACAINE

11

Page 12: Kelompok 1.docx

4.1. Anastesi Topikal

Anastesi topical umumnya dilakukanpada pasien anak. Umumnya hanya sedikit anak-

anak yang menyukai untuk dilakukan perawatan gigi, terutama bila perawatan tersebut

mengharuskan dilakukan anastesi. Namun sebenarnya hanya sedikit anak-anak menolak

analgesia lokal dalam perawatan gigi, bila analgesia digunakan secara tepat. Meskipun

anestesi lokal merupakan alat bantu dalam mendapat kerja sama pasien anak, anestesi

sebaiknya baru diberikan bila anak merasa sakit atau kurang nyaman.

Anastesi topikal yaitu pengolesan analgetik lokal diatas selaput mukosa. Anestesi

topikal diperoleh melalui aplikasi agen anestesi tertentu pada daerah kulit maupun membran

mukosa yang dapat dipenetrasi untuk memblok ujung-ujung saraf superfisial. Semua agen

anestesi topikal sama efektifnya sewaktu digunakan pada mukosa dan menganestesi dengan

kedalaman 2-3 mm dari permukaan jaringan jika digunakan dengan tepat.

Anastesi topikal tersedia dalam bentuk :

1. Semprotan (spray form) yang mengandung agen anestesi lokal tertentu

dapat digunakan untuk tujuan ini karena aksinya berjalan cukup cepat.

Bahan aktif yang terkandung dalam larutan adalah lignokain hidroklorida

10% dalam basis air yang dikeluarkan dalam jumlah kecil kontainer

aerosol. Penambahan berbagai rasa buah-buahan dimaksudkan untuk

membuat preparat tersebut lebih dapat ditolerir oleh anak, namun

sebenarnya dapat menimbulkan masalah karena merangsang terjadinya

salivasi berlebihan. Bila anestesi dilakukan dengan menggunakan

semprotan, larutan umumnya dapat didistribusikan dengan lebih mudah dan

12

Page 13: Kelompok 1.docx

efeknya akan lebih luas daripada yang kita inginkan. Waktu timbulnya

anastesi adalah 1 menit dan durasinya adalah sekitar 10 menit. 16

2. Salep yang mengandung lignokain hidroklorida 5% juga dapat digunakan

untuk tujuan yang sama, namun diperlukan waktu 3-4 menit untuk

memberikan efek anastesi. Beberapa industri farmasi bahkan menyertakan

enzim hialuronidase dalam produknya dengan harapan dapat membantu

penetrasi agen anastesi lokal dalam jaringan. Amethocaine dan benzocaine

umumnya juga ditambahkan dalam preparat ini. Salep sangat bermanfaat

bila diaplikasikan pada gingiva lunak sebelum pemberian tumpatan yang

dalam. 16

3. Emulsi yang mengandung lignokain hidroklorida 2% juga dapat digunakan.

Emulsi ini akan sangat bermanfaat bila kita ingin mencetak seluruh rongga

mulut dari pasien yang sangat mudah mual. Sesendok teh emulsi dapat

digunakan pasien untuk kumur-kumur disekitar rongga mulut dan orofaring

dan kemudian dibiarkan satu sampai dua menit, sisanya diludahkan tepat

sebelum pencetakan. Emulsi ini juga dapat bermanfaat untuk mengurangi

rasa nyeri pascaoperatif seperti setelah gingivektomidan tidak berbahaya

bila tertelan secara tidak disengaja. 16

4. Etil klorida, disemprotkan pada kulit atau mukosa akan menguap dengan

cepat sehingga dapat menimbulkan anastesi melalui efek pendinginan.

Manfaat klinis hanya bila semprotan diarahkan pada daerah terbatas dengan

kapas atau cotton bud sampai timbul uap es. Namun tindakan ini harus

dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari terstimulasinya pulpa gigi-

gigi tetangga dan inhalasi uap oleh pasien. Manfaat teknik ini memang

13

Page 14: Kelompok 1.docx

terbatas tetapi kadang-kadang dapat digunakan untuk mendapat anastesi

permukaan sebelum insisi dari abses fluktuan. 16-

Cara melakukan anastesi topikal adalah :

1. Membran mukosa dikeringkan untuk mencegah larutnya bahan

anastesi topikal. 17

2. Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik ±

15 detik (tergantung petunjuk pabrik) kurang dari waktu tersebut,

obat tidak efektif.17

3. Anastesi topikal harus dipertahankan pada membran mukosa minimal

2 menit, agar obat bekerja efektif. Salah satu kesalahan yang dibuat

pada pemakaian anastesi topikal adalah kegagalan operator untuk

memberikan waktu yang cukup bagi bahan anastesi topikal untuk

menghasilkan efek yang maksimum.

4.2. Teknik Anastesi Infiltrasi

Teknik anastesi infiltrasi adalah metode untuk mengontrol nyeri atau untuk anastesi

dengan cara mendepositkan larutan anastesi didekat serabut terminal dari saraf dan akan

terinfiltrasi disepanjang jaringan untuk mencapai serabut saraf dan menimbulkan efek

anastesi dari daerah terlokalisir yang disuplai oleh saraf tersebut.

Prosedur teknik infiltrasi:

1. Bersihkan area yang akan dianastesi dengan Gauze steril yang kering.

14

Page 15: Kelompok 1.docx

2. Aplikasi antiseptic topical apabila perlu. Aplikasikan anastesi topical minimal 1 menit

3. Arahkan jarum suntik dengan bevel menghadap tulang

4. Angkat bibir dan tarik mukosa hingga tegang

5. Pegang syringe parallel dengan sumbu panjang gigi

6. Insersikan jarum ke lipatan mucobucal vertical pada gigi target

7. Masukan jarum lebih dalam hingga bevel mencapai region apical dari gigi target

8. Aspirasi dua kali

9. Jika aspirasi negative, masukan larutan anastesi perlahan selama 20 detik (jarum

jangan sampai jaringan menggembung)

10. Tarik syringe perlahan

11. Tunggu 3-5 menit sebelum prosedur dental dilakukan.

Gejala dan tanda apabila anastesi infiltrasi ini berhasil adalah rasa baal atau kebal pada

area, tidak ada rasa nyeri selama prosedur dilakukan, dan dengan EPT (electrical pulp testing)

tidak menimbulkan respon dari gigi hingga output 80/80. Kegagalan teknik ini dapat terjadi

apabila ujung jarum terletak dibawah apeks gigi target yang menyebabkan tertumpuknya

larutan anastesi dibawah gigi sehingga menyebabkan anastesi jaringan lunak namun gigi

tidak teranastesi dengan baik.

4.3. Teknik Anastesi Blok Mandibula

Anastesi Blok adalah suatu keadaan dimana anestesikum dideponer dengan spuit

hipodermik, “ekstra neurally” atau “paraneurally” diantara sentrum syaraf yang mensuplai

daerah operasi.

15

Page 16: Kelompok 1.docx

Teknik Anastesi Blok Mandibula:

1. Direct Technique Gow-Gates

Pada anestesi teknik Gow- gates, saraf yang dituju adalah N. Mandibularis dan daerah

yang teranestesi adalah: Gigi mandibula setengah quadran, mukoperiosteum bukal dan

membrane mukosa pada daerah penyuntikan, dua pertiga anterior lidah dan dasar mulut,

jaringan lunak lingual dan periosteum, korpus mandibula dan bagian bawah ramus serta

kulit diatas zigoma, bagian posterior pipi dan region temporal. Berikut prosedur pada

anestesi Gow- Gates :

Prosedur :

1. Posisi duduk pasien terlentang atau setengah terlentang.

2. Pasien diminta untuk membuka mulut lebar dan ekstensi leher

3. Posisi operator :

a. Untuk mandibula sebelah kanan, operator berdiri pada posisi jam 8 menghadap

pasien.

b. Untuk mandibula sebelah kiri , operator berdiri pada posisi jam 10 menghadap

dalam arah yang sama dengan pasien.

4. Tentukan patokan ekstra oral : intertragic notch dan sudut mulut aerah sasaran:

daerah medial leher kondilus, sedikit dibawah insersi otot pterygoideus eksternus.

5. Operator membayangkan garis khayal yang dibentuk dari intertragic notch ke sudut

mulut pada sisi penyuntikan untuk membantu melihat ketinggian penyuntikan secara

ekstra oral dengan meletakkan tutup jarum atau jari telunjuk.

6. Jari telunjuk diletakkan pada coronoid notch untuk membantu meregangkan

jaringan .

16

Page 17: Kelompok 1.docx

7. Operator menentukan ketinggian penyuntikan dengan patokan intra oral

berdasarkan sudut mulut pada sisi berlawanan dan tonjolan mesiopalatinal M2

maksila.

8. Daerah insersi jarum diberi topical antiseptik.

9. Spuit diarahkan ke sisi penyuntikan melalui sudut mulut pada sisi

berlawanan,dibawah tonjolan mesiopalatinal M2 maksila, jarum diinsersikan kedalam

jaringan sedikit sebelah distal M2 maksila .

10.Jarum diluruskan kebidang perpanjangan garis melalui sudut mulut ke intertragic

notch pada sisi penyuntikan kemudian disejajarkan dengan sudut telinga kewajah

sehingga arah spuit bergeser ke gigi P pada sisi yang berlawanan, posisi tersebut dapat

berubah dari M sampai I bergantung pada derajat divergensi ramus mandibula dari

telingan ke sisi wajah.

11.Jarum ditusukkan perlahan-lahan sampai berkontak dengan tulang leher kondilus,

sampai kedalamam kira-kira 25 mm. Jika jarum belum berkontak dengan tulang,

maka jarum ditarik kembali per-lahan2 dan arahnya diulangi sampai berkontak

dengan tulang. Anestetikum tidak boleh dikeluarkan jika jarum tidak kontak dengan

tulang.

12.Jarum ditarik 1 mm , kemudian aspirasi, jika negatif depositkan anestetikum

sebanyak 1,8 – 2 ml perlahan-lahan.

13.Spuit ditarik dan pasien tetap membuka mulut selama 1 – 2 menit .

14.Setelah 3 – 5 menit pasen akan merasa baal dan perawatan boleh dilakukan.

17

Page 18: Kelompok 1.docx

2. Indirect Technique Fisher

Posisi operator berada diantara jam 9-12. Pasien harus didudukkan dimana posisi

leher dan kepala baik dan oklusal plane bawah harus sejajar dengan lantai pada saat mulut

terbuka lebar. Dengan posisi mulut terbuka lebar, posisikan jari telunjuk melewati sulkus

bukalis gigi RB hingga jari menyentuh akhir dari sulkus bukalis bawah pada daerah

triangular retromlolar, yang mana terletak dianatara linea oblique mandibula eksternal dan

linea oblique interna

Tabung syringe melayang diatas permukaan oklusal gigi premolar pada daerah sudut

mulut, tetapi bisa juga terjadi variasi tergantung dari divergensi dari ramus .Syringe

diinsersikan sejajar dengan oklusal plane, melayang +10-25 mm diatas permukaan oklusal

gigi RB, atau bila terdapat gigi molar tiga RA, maka syringe diinsersikan tepat disebelah

distal dari gigi molar tiga RA. Syringe diinsersikan perlahan-lahan kedalam jaringan hingga

menyentuh tulang, yaitu leher kondil mandibula (+ 25 mm syringe yang berpenetrasi). Bila

syringe tidak menyentuh tulang, maka syringe ditarik sedikit dan diarahkan lebih ke distal

hingga menyentuh tulang.

Pada saat syringe menyentuh tulang, arahkan bilateral kemudian insersikan syringe

hingga tinggal ¼ panjang syringe yang tidak diinsersikan. Arahkan syringe kontralateral,

aspirasikan bila aspirasi negatif, depositkan larutan + 1.8 -2 ml untuk menganastesi n.

alveolaris inferior. Bila aspirasi positif, tarik jarum keluar, bersihkan, kemudian insersikan

lagi, pada umumnya syringe menembus arteri maksilaris interna yang berada di belakang

daerah target n. alveolaris inferior. Setelah itu, tarik syringe hingga setengah jarum,

aspirasikan dan depositkan larutan anastesi + 0.5 mm untuk menganastesi n. lingualis. Sisa

larutan anastesi 0.5 ml untuk menganastesi n. bukalis.

s

18

Page 19: Kelompok 1.docx

3. Nervus yang teranestesi :

Injeksi ini menganestesi nervus alveolaris inferior dan nervus lingualis.

4. Daerah yang teranestesi :

Daerah yang teranestesi ialah gigi geligi yang berada pada regio kiri mandibula.

19

Page 20: Kelompok 1.docx

REFERENSI

1. Anatomi Sendi Temporo Mandibular jurnal USU chapter%2011.pdf

2. Pengaruh Bruxism Terhadap Perubahan Morfologi Gigi Permanen Jurnal UNHAS

skripsi%20rudin%20tamrin_j11111252

3. Penganggulangan gangguan sendi temporomandibula akibat kelainan oklusi

terhadap konservastif jurnal USU 09E01617s

20