Upload
fahrurido-kusbari
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 1/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Etika, Hukum dan Komunikasi Medik adalah blok kedua pada semester I dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Pembelajaran blok ini sangat penting untuk dipelajari dalam
komponen pendidikan blok di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario B yang memaparkan
kasus yang berhubungan dengan etika, hukum dan komunikasi medik yaitu sikap seorang
dokter terhadap pasien dan keluarga pasien sesuai dengan hukum kedokteran.
1.2 Maksud dan tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan dari sistem pembelajaran
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Fakultas Kedokteran Muhammadiyah.
2.
Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 2/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor : dr.R.A Tanzila
Moderator : Eko Pratama
Sekertaris Meja : Surmila Apri Yulisa
Sekertaris Papan : M. Rizki Pratama
Hari/Tanggal : Senin,18 – 11 – 2013
Rabu, 20 – 11 – 2013
Peraturan :
1. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat
2. Mengacungkan tangan jika ingin memberi pendapat
3. Berbicara dengan sopan dan penuh tata karma
4. Izin bila ingin keluar ruangan
2.2 Skenario
Ny. A, berusia 30 tahun, tidak bekerja, setelah menikah selama 5 tahun belum
dikarunia anak. Ny. A datang ke dokter kandungan dengan keluhan menstruasi yang tidak
teratur dan datang ke dokter bertujuan agar segera memiliki anak.
Dari hasil pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa Ny. A menderita kanker Ovarium
dan sebaiknya segera di operasi untuk pengankatan ovarium kiri tersebut. Untuk hal ini
dokter menyarankan agar pasien datang bersama suami untuk berkonsultasi.
Ny. A meminta dokter untuk tidak menceritakan hal tersebut kepada suaminya. Ny.
A khawatir suaminya akan menikah lagi karena mengetahui kemungkinan Ny. A memiliki
anak akan sangat kecil sekali setelah operasi pengangkatan ovarium. Ny. A tidak
memberikan penjelasan kepada suami mengenai penyakit yang diderita sehingga suami
Ny. A terus datang dan mendesak dokter menjelaskan keadaan yang dialami Ny. A.
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 3/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 3
2.3 Klarifikasi istilah
1. Menstruasi : Pendarahan dari rahim yang berlangsung
secara otomatis dan bersiklus.
2. Dokter kandungan : Ahli dalam pengobatan penyakit mengenai
rahim.
3. Kanker ovarium : Penyakit yang disebabkan ketidakteraturan
perjalanan hormon sehingga mengakibatkan
tumbuhnya daging pada jaringan tubuh yang
normal diindung telur.
4. Berkonsultasi : Pertukaran pikiran untuk mendapatkan
kesimpulan (nasehat, saran) yang sebaik-
baiknya
5. Penyakit : Sesuatu yang menyebabkan terjadinya
gangguan pada makhluk hidup.
6. Operasi pengangkatan ovarium : Proses pengankatan tumor pada ovarium.
2.4 Identifikasi Masalah
1. Ny. A, berusia 30 tahun, tidak bekerja, setelah menikah selama 5 tahun belum
dikarunia anak. Ny. A datang ke dokter kandungan dengan keluhan menstruasi yang
tidak teratur dan datang ke dokter bertujuan agar segera memiliki anak.
2. Dokter menyatakan bahwa Ny. A menderita kanker Ovarium dan sebaiknya segera di
operasi untuk pengangkatan ovarium kiri tersebut. Untuk hal ini dokter menyarankan
agar pasien datang bersama suami untuk berkonsultasi.
3. Ny. A meminta dokter untuk tidak menceritakan hal tersebut kepada suaminya.
Ny. A khawatir suaminya akan menikah lagi karena mengetahui kemungkinan Ny. A
memiliki anak akan sangat kecil sekali setelah operasi pengangkatan ovarium.
4. Ny. A tidak memberikan penjelasan kepada suami mengenai penyakit yang diderita
sehingga suami Ny. A terus datang dan mendesak dokter menjelaskan keadaan yang
dialami Ny. A.
2.5 Prioritas Masalah
Identifikasi masalah no. 4 : Ny. A tidak memberikan penjelasan kepada suami
mengenai penyakit yang diderita sehingga suami Ny. A terus datang dan mendesak
dokter menjelaskan keadaan yang dialami Ny. A.
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 4/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 4
2.6 Analisis Masalah
1. Ny. A, berusia 30 tahun, tidak bekerja, setelah menikah selama 5 tahun belum
dikarunia anak. Ny. A datang ke dokter kandungan dengan keluhan menstruasi
yang tidak teratur dan datang ke dokter bertujuan agar segera memiliki anak.
a. Bagaimana cara Ny. A menyampaikan keluhan kepada dokter kandungan?
Jawab :
Pasien harus dapat menceritakan dengan hati yang terbuka segala keluhan
yang menganggunya, baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah,
dengan keyakinan bahwa hak itu berguna untuk menyembuhkan dirinya. Ia
tidak boleh merasa khawatir bahwa segala sesuatu mengenai keadaannya
akan disampaikan kepada oran lain, baik oleh dokter maupun oleh petuga
kedokteran yang bekerja sama dengan dokter tersebut.
( PP. No.10 Tahun 1966 Tentang Wajib Simpan Rahasia)
b. Bagaimana cara komunikasi dokter pasien yang efektif?
Jawab :
SAJI
Salam
Ajak bicara
Jelaskan
Ingatkan
(KODEKI, 2012)
c. Apa saja hambatan komunikasi dokter pasien?
Jawab :
Faktor pengirim pesan
Faktor penerima pesan
Faktor lingkungan
Faktor media
Faktor pesan
( FK.UNS.ac.id)
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 5/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 5
d. Pandangan islam tentang komunikasi ?
Jawab :
“Perkataan yang baik dan pemberian ma’af lebih baik dari sedqah yang
diiringi dengan sesuau ang menyakitkan (penerimaan sipenerima). Allah
maha kaya lagi maha penyantun.”
(Q.S Al-baqarah : 263)
2. Dokter menyatakan bahwa Ny. A menderita kanker Ovarium dan sebaiknya
segera di operasi untuk pengangkatan ovarium kiri tersebut. Untuk hal ini dokter
menyarankan agar pasien datang bersama suami untuk berkonsultasi.
a. Apa yang harus dilakukan dokter setelah melakukan pemeriksaan terhadap
pasien?
Jawab :
Memberitahukan hasil pemeriksaan
Melakukan persetujuan medis
Tindakan lanjutan
(KKI, 2006)
b. Materi apa saja yang di sampaikan dalam menyapaikan berita ke pasien ?
Jawab :
Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak
nyaman/sakit saat pemeriksaan)
Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis.
Bebagai tindakan medis yang akan dilakukan.
Hasil dan interpetasi dari tindakan medis.
Diagnosis, jenis atau tipe.
Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi.
Prognosis.
Dukungan.
(KODEKI 2012)
c. Bagaimana cara dokter menyampaikan berita buruk kepada pasien?
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 6/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 6
Jawab :
1. Mempersiapkan data pendukung
2. Mengundang pihak keluarga/pasien ke tempat yang nyaman
3. Menunjukkan sikap empati
4. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
5. Tidak tergesa-gesa
6. Tidak mengancam
7. Diawali dengan pendahuluan
Salam
Perkenalkan diri
Kompetensi sebaga penyampai
Menggunakan kata-kata awal
8. Memberi kesempatan keluarga pasien untuk bertanya
(KKI, 2006)
d. Mengapa dokter meminta Ny A datang bersama suaminya ?
Jawab :
Untuk persetujuan tindakan medis harus adanya persetujuan dari pasien
atau keluarga pasien.
(PERMENKES Nomor 290/MENKES/PER/III/2008)
e. Apa yang di maksud dengan persetujuan medis (informed concent) ?
Jawab :
Persetujuan medis adalah persetujuan yang diberikan pasien atau keluaga
terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.
(PERMENKES Nomor 290/MENKES/PER/III/2008)
3. Ny. A meminta dokter untuk tidak menceritakan hal tersebut kepada suaminya.
Ny. A khawatir suaminya akan menikah lagi karena mengetahui kemungkinan
Ny. A memiliki anak akan sangat kecil sekali setelah operasi pengangkatan
ovarium.
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 7/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 7
a. Bagaimana cara dokter menyikapi permintaan pasien yang meminta untuk
tidak menceritakan hasil pemeriksaannya ?
Jawab :
Dokter harus tetap menjaga kerahasiaan hasil pemeriksaan pasien, sesuai
dengan kewajiban dokter.
(UU No 29 Tentang Praktik Kedokteran, 2009)
b. Apa saja hak dan kewajiban pasien ?
Jawab :
Hak pasien
1. Mendapat penjelasan lengkap tentang tindakan medis
2. Meminta pendapat dokter
3. Mendapat pelayanan sesuai tindakan medis
4. Menolak tindakan medis
5. Mendapatkan isi rekam medis
Kewajiban pasien
1. Memberikan informasi yang lengkap dan jelas mengenai masalah
2. Memeatuhi nasihat dan peraturan dokter
3. Mematuhi ketentuan
4. Memberikan imbalan jasa
(UU No 29 tentang praktik kedokteran,2009)
c. Apa saja hak dan kewajiban dokter ?
Jawab :
Hak dokter :
1.Memperoleh lindungan hukum
2.Memberikan pelayanan masyarakat
3.memeperoleh informasi lengakp dari pasien
4.menerima imbalan jasa
Kewajiban dokter :
1.Memberi pelayanan medis
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 8/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 8
2.Merujuk kedokter lain
3.merahasiakan segala sesuatu yang diketahui pasien
4.melakukan pertolongan gawat darurat
5.menambah ilmu pengetahuan ,mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan
(UU No 29 Tentang praktik kedokteran,2004)
d. Adakah kaitan sumpah dokter indonesia dengan hak pasien untuk di
rahasiakan hasil pemeriksaannya ?
Jawab :
Salah satu isi sumpah dokter yaitu “saya akan menjalankan tugas saya
dengan mengutamakan kepentingan masyarakat”.
(Sumpah dokter)
e. Apa saja batasan dokter dalam menjaga kerahasiaan pasien ?
Jawab :
Rahasia dokter dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien,
memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-
undangan.
(UU No 29 Tentang praktik kedokteran,2004)
f. Bagaimana pandangan islam dalam menjaga rahasia?
Jawab :
“dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti akan d imintai
pertanggung jawabannya.”
(Q.S Al-Isra : 34)
4. Ny. A tidak memberikan penjelasan kepada suami mengenai penyakit yang
diderita sehingga suami Ny. A terus datang dan mendesak dokter menjelaskan
keadaan yang dialami Ny. A
a. Bagaimana cara dokter menyikapi permintaan keluarga pasien tentang
kejelasan penyakit pasien?
Jawab :
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 9/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 9
Sembunyikanlah beberapa hal dari pasien saat menjumpainya, berikan saja
perintah-perintah seperlunya, dengan tetap tenang dan ramah, jangan
ungkapkan kondisi pasien atau masa yang akan datang, sebab bagi
sebagian pasien kondisi mereka akan semakin bertambah buruk bila
mereka mengetahui kondisi tidak baik yang akan menimpa mereka.
(Hippocrates, dalam mengabarkan berita buruk)
b. Mengapa keluarga pasien berhak tahu tentang kejelasan penyakit pasien?
Jawab :
Ringkasan rekam medis dapat diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien
atau orang yang dieri kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau
keluarga pasien yang berhak untuk itu.
(PERMENKES 269/2008 Pasal 12 ayat (4))
c. Bagaimana cara dokter menjelaskan kepada keluarga pasien tentang hasil
pemeriksaan pasien ?
Jawab :
1. Disampaikan secara langsung
2.
Persiapan sebelum memberi informasi :
Materi
Ruangan yang nyaman
Waktu
Orang yang akan hadir
3. Jajaki sejauh mana hal apa yang akan dibicarakan
4. Memberi kesempatan keluarga pasien untuk bertanya
5.
Kesiapan keluarga dalam menerima informasi
(KKI, 2006)
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 10/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 10
2.7 Kerangka Konsep
2.8 Kesimpulan
Keluarga terus mendesak dokter untuk menceritakan hasil pemeriksaan dan pasien meminta
untuk dirahasiakan hasil pemeriksaan yang merupakan hak otonomi pasien dan terdapat di
KODEKI dan sumpah dokter sehingga dokter mengalami kebingungan
Dokter bingung
Keluar a mendesak in in tahu
Meminta dokter merahasiakan hasil
pemeriksaan
Didia nosa menderita kanker ovarium
Hak otonomi
pasien
Sumpah dokter
KODEKI
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 11/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 11
2.9 Sintesis masalah
2.9.1 Hak dan Kewajiban Dokter-Pasien
Berdasarkan UU NO 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER
Pasal 50
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai
hak:
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar profesi dengan standar profesi dan standar proseduroperasional;
2. Memberika pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur
operasional;
3. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau
keluarganya; dan
4. Menerima imbalan jasa.
Pasal 51
Dokter atau dookter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai
kewajiban:
1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan stanadr profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
2. Merujuk pasien kedokter atau kedokter gigi lain yang mempunyai keahlian
atau kamampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan;
3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia;
4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
5. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran atau kedokteran gigi.
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 12/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 12
HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN
Pasal 52
Pasien, dalam menerima pelayanan para praktik kedokteran, mempunyai hak:
1. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis
sebagaimana dimaksud dalam pasal 45;
2. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;
3. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
4. Menolak tindakan medis; dan
5. Mendapat isi rekam medis.
6. Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi
Pasal 45
Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh
dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapatkan persetujuan.
Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien
mendapatkan penjelasan secara lengkap.
Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya
mencakup :
1. Diagnosis dan tata cara tindakan medis;
2. Tujuan tindakan medis yang dilakukan;
3. Alternatif tindakan lain dan resikonya;
4. Risiko dan komplikasi yang mukin terjadi; dan
5. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
6. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik
secara tertulis maupun lisan.
7. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko
tinggi harus diberikan dengan persetuajuan tertulis yang ditandatangani
oleh yang berhak memberikan persetujuan.
8. Ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3),
ayat (4), ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 13/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 13
REKAM MEDIS
Pasal 46
Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib
membuat rekam medis.
Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi
setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.
Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan
petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.
Pasal 47
Dokumen rekam medis sebagai mana dimaksud dalam Pasal 46 merupakan
milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi
rekam medis merupakan milik pasien.
Rekam medis sebagaimana simaksudkan pada ayat (1) harus disimpan dan
dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana
pelayanan kesehatan.
Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
2.9.2 Rahasia Kedokteran
2.9.2.1 Ketentuan rahasia kedokteran
Tugas dokter untuk menjaga kerahasiaan informasi pasien merupakan
dasar pokok dalam Etika kedokteran sejak jaman Hippocrates. Sumpah
Hip pocrates menyebutkan: “Apa yang mungkin aku lihat atau dengar dalam
perawatan atau bahkan di luar perawatan yang saya lakukan yang berhubungan
dengan kehidupan manusia, yang tidak boleh disampaikan ke luar, saya akan
menyimpannya sebagai sesuatu yang memalukan untuk dibicarakan”. Sumpah
ini, dan versi yang lebih baru, tidak menempatkan perkecualian dalam tugas
menjaga kerahasiaan. Kode Etik Kedokteran Internasional dari WMA
menyatakan “Seorang dokter harus menjaga kerahasiaan secara absolut
mengenai yang dia ketahui tentang pasien-pasien mereka bahkan setelah
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 14/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 14
pasien tersebut mati”. Namun kode etik yang lain menolak adanya absolutisme
kerahasiaan. Kemungkinan mengapa rahasia dapat tembus/dibuka, kadang
karena panggilan hukum terhadap klarifikasi kerahasiaan itu sendiri.
Nilai yang tinggi yang ditempatkan pada kerahasiaan mempunyai tiga
sumber: otonomi, penghargaan terhadap orang lain, dan kepercayaan. Otonomi
berhubungan dengan kerahasiaan karena informasi pribadi tentang seseorang
adalah miliknya sendiri dan tidak boleh diketahui orang lain tanpa ijinnya. Jika
seseorang membuka informasi pribadi kepada orang lain seperti dokter atau
suster, atau jika informasi muncul pada saat pemeriksaan medis, haruslah tetap
dijaga kerahasiaannya kecuali diijinkan untuk dibuka dengan sepengetahuan
pribadi.
Kerahasiaan juga penting karena manusia berhak dihargai. Salah satu
cara penting dalam menunjukkan penghormatan adalah dengan menjaga
privasi mereka. Dalam seting medis, privasi kadang betul-betul
dikompromikan, namun lebih karena untuk menjaga kehidupan pribadi pasien
supaya tidak terlalu terganggu, yang hal ini memang tidak diperlukan. Karena
setiap orang berbeda dalam keinginannya untuk terhadap privasi, kita tidak
dapat mengasumsikan bahwa setiap orang ingin diperlakukan seperti kita ingin
diperlakukan. Perhatian harus diberikan untuk menentukan informasi pribadi
mana yang ingin tetap dijaga kerahasiaannya oleh pasien dan mana yang boleh
dibeberkan kepada orang lain. “Seorang dokter harus menjaga kerahasiaan
secara absolut mengenai yang dia ketahui tentang pasien-pasien mereka
bahkan setelah pasien tersebut mati”.
Kepercayaan merupakan bagian penting dalam hubungan dokter-pasien.
Untuk dapat menerima perawatan medis, pasien harus membuka rahasia
pribadi kepada dokter atau orang yang mungkin benar-benar asing bagi
mereka mengenai informasi yang mungkin tidak ingin diketahui orang lain.
Mereka pasti memiliki alasan yang kuat untuk mempercayai orang yang
memberikan perawatan bahwa mereka tidak akan membocorkan informasi
tersebut. Kepercayaan merupakan standar legal dan etis dari kerahasiaan
dimana profesi kesehatan harus menjaganya. Tanpa pemahaman bahwa
pembeberan tersebut akan selalu dijaga kerahasiaannya, pasien mungkin akan
menahan informasi pribadi yang dapat mempersulit dokter dalam usahanya
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 15/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 15
memberikan intervensi efektif atau dalam mencapai tujuan kesehatan publik
tertentu.
Declaration on the Rights of the Patients yang dikeluarkan oleh WMA
memuat hak pasien terhadap kerahasiaan sebagai berikut:
• Semua informasi yang teridentifikasi mengenai status kesehatan pasien,
kondisi medis, diagnosis, prognosis, dan tindakan medis serta semua
informasi lain yang sifatnya pribadi, harus dijaga kerahasiaannya,
bahkan setelah kematian. Perkecualian untuk kerabat pasien mungkin
mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang dapat
memberitahukan mengenai resiko kesehatan mereka.
• Informasi rahasia hanya boleh dibeberkan jika pasien memberikan ijin
secara eksplisit atau memang bisa dapat diberikan secara hukum kepada
penyedia layanan kesehatan lain hanya sebatas “apa yang harus
diketahui” kecuali pasien telah mengijinkan secara eksplisit.
• Semua data pasien harus dilindungi. Perlindungan terhadap data harus
sesuai selama penyimpanan. Substansi manusia dimana data dapat
diturunkan juga harus dilindungi.
Deklarasi ini juga menyatakan adanya perkecualian terhadap kewajiban
menjaga kerahasiaan, beberapa hal relatif tidak masalah, tetapi yang lain dapat
memunculkan masalah etik yang sulit bagi dokter.
Pembeberan (keterangan/membuka rahasia) adalah hal yang rutin dalam
kerahasiaan, sering muncul di sebagian besar institusi kesehatan. Banyak
orang seperti dokter, perawat, teknisi lab, mahasiswa, dll memerlukan akses
terhadap rekam medis pasien untuk memberikan perawatan yang baik terhadap
orang tersebut dan bagi mahasiswa untuk mempelajari bagaimana praktek
pengobatan. Jika pasien berbicara dengan bahasa yang berbeda dengan
perawatnya, diperlukan penterjemah untuk menjembatani komunikasi. Dalam
kasus dimana pasien tidak kompeten dalam membuat keputusan medis, orang
lain harus diberi informasi mengenai pasien tersebut agar dapat mewakili
pasien tersebut dalam membuat keputusan. Dokter secara rutin
menginformasikan kepada anggota keluarga pasien yang sudah meninggal
tentang penyebab kematian. Pembeberan terhadap kerahasiaan ini dibenarkan
namun harus tetap dijaga seminimal mungkin, dan bagi siapa yang
mendapatkan informasi rahasia tersebut harus dipastikan sadar untuk tidak
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 16/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 16
mengatakannya lebih jauh lagi dari pada yang diperlukan untuk kebaikan
pasien. Jika mungkin pasien harus diberitahu bahwa telah terjadi pembeberan.
Alasan lain yang dapat diterima terhadap pembeberan kerahasiaan
adalah untuk memenuhi tuntutan hukum. Contohnya, hakim mempunyai
hukum yang mewajibkan pelaporan pasien-pasien yang menderita penyakit
tertentu, yang dianggap tidak layak untuk menyetir kendaraan, dan yang
dicurigai merupakan kasus penyiksaan anak. Dokter harus sadar terhadap
kewajiban pelaporan tersebut. Namun tututan hukum tersebut kadang
bertentangan dengan hak asasi manusia yang mendasari etika kedokteran
sehingga dokter harus melihat secara hati-hati dan kritis terhadap semua
permintaan hukum untuk pembeberan kerahasiaan dan memastikan bahwa hal
tersebut benar sebelum melakukannya.
Jika dokter dibujuk untuk memenuhi tuntutan hukum untuk membuka
informasi medis pasiennya, dokter harus terlebih dahulu membicarakannya
dengan pasien perlunya pembeberan tersebut sebelumnya dan memastikan
kerjasama dari pasien. Contohnya bagi pasien yang dicurigai merupakan
korban penyiksaan anak, maka lebih baik memanggil badan perlindungan anak
dan dengan kehadiran dokter pasien melaporkjan sendiri, atau dokter terlebih
dahulu meminta ijin pasien sebelum yang berwenang dipanggil. Hal ini akan
lebih baik jika memang akan ada intervensi lebih jauh. Jika tidak ada
kerjasama dan dokter punya alasan dan percaya bahwa penundaan
pemberitahuan dapat membahayakan anak tersebut, maka dokter harus segera
memberitahu lembaga perlindungan anak dan selanjutnya memberitahukan
kepada pasien bahwa hal tersebut telah dilakukan.
Terhadap kerahasiaan yang diminta oleh hukum, dokter mempunyai
tugas etik untuk membagi informasi dengan orang yang mungkin berada
dalam bahaya karena pasien tersebut. Dua keadaan dimana hal ini dapat terjadi
adalah saat pasien mengatakan kepada psikiater bahwa dia berniat menyakiti
orang lain dan saat dokter yakin bahwa pasien yang dihadapinya HIV Positif
namun tetap meneruskan hubungan seks yang tidak aman dengan pasangannya
atau dengan orang lain.
Tuntutan terhadap pembeberan kerahasiaan yang tidak diminta oleh
hukum namun harus tetap dilakukan adalah saat dimana akan ada bahaya yang
diyakini mengancam, serius dan tidak terbalikkan, tidak terhindarkan, kecuali
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 17/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 17
dengan membeberkan informasi yang sebenarnya tidak boleh dibeberkan.
Dalam menentukan proporsionalitas bahaya yang mungkin timbul, dokter
harus menilai dan membandingkan keseriusan bahaya dan kemungkinan
terjadinya. Jika masih diragukan, akan lebih baik bagi dokter untuk mencari
masukan dalam hal ini dari orang yang lebih ahli.
Jika dokter telah memastikan bahwa tugas untuk mengingatkan ahli
hukum akan hal (pembeberan) yang bertentangan dengan aturan sudah
dilakukan, maka dua keputusan lebih lanjut harus dibuat. Siapa yang diberi
tahu? Dan berapa banyak? Secara umum pembeberan hanya sebatas informasi
yang memang diperlukan untuk mencegah bahaya yang ingin diantisipasi dan
hanya diberikan kepada orang yang memang dapat mencegah bahaya tersebut.
Langkah-langkah yang logis harus diambil untuk meminimalkan bahaya dan
serangan atas pasien yang mungkin terjadi karena pembeberan informasi
tersebut. Disarankan untuk memberitahukan pasien bahwa telah terjadi
pembeberan informasi namun hanya untuk melindungi pasien tersebut dan
korban yang mungkin akan timbul. Kerjasama pasien harus diperoleh jika
mungkin.
Dalam kasus pasien HIV positif pembeberan informai kepada pasangan
atau partner seksnya saat itu bukanlah sesuatu yang tidak etis, dan bahkan
dibenarkan jika pasien tidak bersedia menginformasikannya kepada orang
(orang-orang) tersebut bahwa dia (mereka) dalam resiko. Pembenaran dari
pembeberan informasi haruslah berdasar: partner beresiko terinfeksi HIV
namun tidak mengetahui kemungkinan terinfeksi; pasien menolak memberi
tahu pasangan seksnya; pasien menolak bantuan dokter untuk melakukannya;
dan dokter telah mengatakan kepada pasien untuk memberitahu pasangannya.
Perawatan medis terhadap orang yang diduga atau terlibat tindak
kriminal menjadi masalah yang sulit jika dihubungakan dengan kerahasiaan
yang harus dijaga. Walaupun dokter mempunyai keterbatasan dalam
melakukan perawatan terhadap orang yang sedang menjalani hukuman, dokter
tetap harus melakukan yang terbaik yang bisa dilakukan seperti terhadap
pasien yang lain. Khususnya dokter tidak boleh memberitahukan kepada
pejabat penjara secara detail kondisi medis pasien tanpa terlebih dahulu
meminta ijin kepada pasien.
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 18/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 18
UU No 29 Tahun 2009 Tentang Praktik Kedokteran
Pasal 48
Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
wajib menyimpan rahasia kedokteran.
Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan
pasien, memenuhi paraturan penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-
undangan.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 269/MENKES/PER/III/2008
BAB IV
Pasal 10
(1) Informasi idenitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan
dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh
dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan
pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
(2) Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal :
a. Untuk kepentingan kesehatan pasien
b.
Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum atas perintah pengadilan
c. Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri
d. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-
undangan
e. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis,
sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien.
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 19/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 19
(3) Permntaan rekam medis untuk tujuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) harus dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana
pelayanan kesehatan.
Pasal 11
(1) Penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter
atau dokter gigi ang merawat pasien dengan izin tertulis pasien atau
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
(2) Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat menjelaskan isi rekam
medis secara tertulis atau langsung kepada pemohon tanpa izin pasien
berdasarkan peraturan perunang-undangan.
2.9.2.2 Sanksi membuka rahasia kedokteran
1. KUHP Pasal 112
“Barangsiapa dengan sengaja mengumumkan surat-surat, berita-berita
atau keteranganketerangan yang diketahuinya bahwa harus
dirahasiakan untuk kepentingan negara atau dengan sengaja
memberitahukan atau memberikannya kepada negara asing, kepada
seorang seorang raja atau suku bangsa, diancam dengan pidana penjara
paling lama tujuh tahun”.
2. KUHP Pasal 322
(1) Barangsiapa dengan sengaja membuka suatu rahasia yang wajib
disimpannya karena
jabatan atau pekerjaannya yang sekarangmaupun yang dahulu, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling
banyak sembilan ribu rupiah
(2) Jika kejahatan dilakukan pada seorang tertentu maka perbuatannya
itu hanya dapat
dituntut atas pengaduan orang tersebut
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 20/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 20
3. KUH Perdata Pasal 1365
“Setiap perbuatan yang melanggar hukum yang berakibat kerugian bagi
orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya
mengakibatkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.
4. KUH Perdata Pasal 1366
“Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang
disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya”
5. KUH Perdata Pasal 1367
“Seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang
disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugain yang
disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi
tanggungannya atau disebabkan karena perbuatan orang-orang yang
berada dibawah pengawasannya”
2.9.2.3 Pandangan islam
Demi Allah, andaikan saya boleh beritahu rahasia itu kepada seseorang,
pasti aku akan memberitahumu hai Tsabit.” (HR Muslim)
2.9.3 Persetujuan Tindakan Medis
Informed Consent adalah istilah yang telah diterjemahkan dan lebih
sering disebut dengan Persetujuan Tindakan Medik. Secara harfiah, Informed
Consent terdiri dari dua kata, yaitu : Informed dan Consent. Informed berarti
telah mendapat informasi/penjelasan/keterangan. Consent berarti memberi
persetujuan atau mengizinkan. Dengan demikian Informed Consent itu
merupakan suatu persetujuan yang diberikan pasien/keluarga setelah
mendapatkan informasi (Kerbala, 1993).
Menurut Komalawati (1989) pengertian Informed Consent sebagaisuatu kesepakatan/persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 21/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 21
dokter terhadap dirinya setelah mendapat informasi dari dokter mengenai
upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya disertai informasi
mengenai segala resiko yang mungkin terjadi.
Informed Consent dalam Permenkes No. 585 tahun 1989 ditafsirkan
sebagai Persetujuan Tindakan Medik adalah persetujuan yang diberikan pasien
atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan
medik yang dilakukan terhadap pasien tersebut (pasal 1). Dalam pengertian
demikian, Persetujuan Tindakan Medik dapat dilihat dari dua sudut, yaitu
pertama membicarakan Persetujuan Tindakan Medik dari pengertian umum,
disebabkan, Rumah Sakit atau Klinik tempat dilakukannya tindakan medik
tersebut, selain harus memenuhi standar pelayanan rumah sakit juga harus
memenuhi standar pelayanan medik sesuai dengan yang ditentukan dalam
keputusan Menteri Kesehatan No. 436/MENKES/SK/VI/1993 Tentang
Berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit. Dengan demikian, Rumah
Sakit turut bertanggung jawab apabila tidak dipenuhinya persyaratan Informed
Consent. Apabila tindakan medik yang dilakukan tanpa adanya Informed
Consent, maka dokter yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi administratif
berupa pencabutan surat izin praktik, sebagaimana ditentukan dalam pasal 13Peraturan Menteri Kesehatan No.585/MENKES/PER/IX/1989. Berarti,
keharusan adanya Informed Consent secara tertulis dimaksudkan guna
kelengkapan administrasi Rumah Sakit yang bersangkutan.
Dengan demikian, penandatanganan Informed Consent secara tertulis
yang dilakukan oleh pasien sebenarnya dimaksudkan sebagai penegasan atau
pengukuhan dari persetujuan yang sudah diberikan setelah dokter memberikan
penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukannya. PERMENKES
No.585/MENKES/PER/IX/1989 Pasal 3 dan 4 menyatakan bahwa
penandatangan Informed Consent secara tertulis dilakukan oleh yang berhak
memberikan persetujuan yaitu baik pasien maupun keluarganya, setelah pasien
atau keluarganya mendapat informasi yang lengkap.
Oleh karena itu, dengan ditandatanganinya Informed Consent secara
tertulis tersebut, maka dapat diartikan bahwa pemberi tanda tangan
bertanggung jawab dalam menyerahkan sebagian tanggung jawab pasien atas
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 22/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 22
dirinya sendiri kepada dokter yang bersangkutan, beserta resiko yang mungkin
akan dihadapinya. Untuk itu, tindakan medik yang ditentukan oleh dokter
harus dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan standar
profesinya.(Guwandi, 2004)
Bagian yang terpenting dalam Informed Consent adalah mengenai
informasi atau penjelasan yang perlu disampaikan kepada pasien atau
keluarga. Yaitu informasi mengenai apa (what) yang harus disampaikan,
tentulah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyakit pasien. Tindakan apa
yang akan dilakukan tentunya prosedur tindakan yang akan dijalani baik
diagnostik maupun terapi dan lain – lain sehingga pasien/keluarga dapat
memahaminya. Ini mencakup bentuk, tujuan, resiko, manfaat dari terapi yang
akan dilaksanakan dan alternatif terapi.
Mengenai kapan (when) disampaikan, tergantung pada waktu yang
tersedia setelah dokter akan memutuskan akan melakukan tindakan invasif
dimaksudkan. Pasien/keluarganya harus diberi waktu yang cukup untuk
menentukan keputusannya.
Siapa (who) yang menyampaikan, tergantung dari jenis tindakan yangakan dilakukan. Dalam Permenkes dijelaskan dalam tindakan bedah dan
tindakan invasif lainnya harus diberikan oleh dokter yang akan melakukan
tindakan. Dalam keadaan tertentu dapat pula oleh dokter lain atas
sepengetahuan dan petunjuk dokter yang bertanggung jawab. Bila bukan
tindakan bedah atau invasif sifatnya, dapat disampaikan oleh dokter atau
perawat.
Mengenai informasi yang mana (which) yang harus disampaikan,
dalam Permenkes dijelaskan haruslah yang selengkap – lengkapnya, kecuali
dokter menilai informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan
pasien atau pasien menolak memberikan informasi. Bila perlu informasi dapat
diberikan kepada keluarga pasien (Amri, 1999).
Dalam Permenkes No.585/MENKES/PER/IX/1989 menyatakan bahwa
dokter harus menyampaikan informasi atau penjelasan kepada pasien/keluarga
diminta atau tidak diminta, jadi informasi harus disampaikan. Informasi harus
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 23/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 23
diberikan sebelum dilakukannya suatu tindakan operasi atau yang bersifat
invasif, baik yang berupa diagnostik maupun terapeutik.
Menurut Kerbala (1993), fungsi informasi dokter kepada pasien
sebelum pasien memberikan consent-nya, dapat dibedakan atas :
a. Fungsi Informasi bagi pasien
Berfungsi sebagai perlindungan atas hak pasien untuk menentukan diri sendiri.
Dalam arti bahwa pasien berhak penuh untuk diterapkannya suatu tindakan
medis atau tidak.
b. Fungsi Informasi bagi dokter
Dilihat dari pihak dokter maka informasi dalam proses Informed consent pun
mempunyai fungsi yang tidak kecil. Azwar (1991) mengemukan ada 5 hal
pentingnya fungsi informasi bagi dokter :
1. Dapat membantu lancarnya tindakan kedokteran
Dengan penyampaian informasi kepada pasien mengenai penyakit, terapi,
keuntungan, risiko, dan lain-lain. Dari tindakan medis yang akan dilakukan
maka terjalin hubungan yang baik antara dokter dan pasien. Sementara pasien
pun akan menentukan hal yang terbaik dengan landasan informasi dokter tadi,
sehingga tindakan-tindakan medis pun akan lancar dijalani oleh kedua pihak
karena keduanya telah memahami kegunaan semua tindakan medis itu.
2. Dapat mengurangi timbulnya akibat sampingan dan komplikasi
Dengan penyampaian informasi yang baik akan memberi dampak yang baik
dalam komunikasi dokter pasien terutama dalam menerapkan terapi. Misal
dokter sebelum menyuntik pasien dengan penisilin bertanya, apakah pasien
alergi terhadap penisilin? Bila pasien memang alergi maka akibat/risiko yang
besar jika terjadi anafilaktik shock dapat dihindari. Betapa risiko besar itu
akan menimpa pasien bila dokter tidak bertanya kepada pasien.
3. Dapat mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 24/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 24
Sama halnya dengan kelancaran tindakan, maka sebagai akibat adanya
pengetahuan dan pemahaman yang cukup dari pasien terhadap tindakan
kedokteran yang akan dilakukan, maka proses pemulihan dan penyembuhan
penyakit akan lebih cepat. Keadaan yang demikian juga jelas akan
menguntungkan dokter, karena dapat mengurangi beban kerja.
4. Dapat meningkatkan mutu pelayanan
Keberhasilan meningkatkan mutu pelayanan disini adalah sebagai akibat dari
lancarnya tindakan kedokteran, berkurangnya akibat sampingan dan
komplikasi serta cepatnya proses pemulihan dan penyembuhan penyakit.
5. Dapat melindungi dokter dari kemungkinan tuntutan hukum
Perlindungan yang dimaksudkan disini adalah apabila disuatu pihak, tindakan
dokter yang dilakukan memang tidak menimbulkan masalah apapun, dan
dilain pihak, kalaupun kebetulan sampai menimbulkan masalah, misalnya
akibat sampingan dan atau komplikasi, sama sekali tidak ada hubungannya
dengan kelalaian dan ataupun kesalahan tindakan (malpractice). Timbulnya
masalah tersebut semata – mata hanya karena berlakunya prinsip ketidakpastian
hasil dari setiap tindakan kedokteran/medis. Dengan perkataan lain, semua
tindakan kedokteran yang dilakukan memang telah sesuai dengan standar
pelayanan profesi (standar profesi medis) yang telah ditetapkan.
Menurut Guwandi (2004), informasi yang harus diberikan sebelum
dilakukan tindakan operasi oleh dokter kepada pasien atau keluarga adalah
yang berkenaan dengan :
a. Tindakan operasi apa yang hendak dilakukan.
b. Manfaat dilakukan operasi tersebut.
c. Resiko yang terjadi pada operasi tersebut.
d. Alternatif lain apa yang ada (ini kalau memang ada dan juga kalau mungkin
dilakukan).
e. Apa akibatnya jika operasi tidak dilakukan.
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 25/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 25
Persetujuan
Inti dari persetujuan adalah persetujuan harus didapat sesudah pasien
mendapat informasi yang adekuat. Berpedoman pada PERMENKES no. 585
tahun 1989 tentang persetujuan tindakan medik maka yang menandatangani
perjanjian adalah pasien sendiri yang sudah dewasa (diatas 21 tahun atau
sudah menikah) dan dalam keadaan sehat mental. Dalam banyak perjanjian
tindakan medik yang ada selama ini, penandatanganan persetujuan ini sering
tidak dilakukan oleh pasien sendiri, tetapi lebih sering dilakukan oleh keluarga
pasien. Hal ini mungkin berkaitan dengan kesangsian terhadap kesiapan
mental pasien untuk menerima penjelasan tindakan operasi dan tindakan
medis yang invasif tadi serta keberanian untuk menandatangani surat tersebut,
sehingga beban demikian diambil alih oleh keluarga pasien.
Tindakan medis yang diambil oleh dokter tanpa persetujuan pasien terlebih
dahulu, meski untuk kepentingan pasien tetap tidak dapat dibenarkan secara
etika kedokteran dan hukum, sebagaimana telah ditegaskan oleh fatwa IDI
tentang Informed Consent (dokter tidak berhak melakukan tindakan medisyang bertentangan dengan kemauan pasien, walaupun untuk kepentingan
pasien itu sendiri).
Namun terhadap ketentuan tersebut terdapat pengecualian, yaitu dalam
keadaan gawat darurat dan terjadinya perluasan operasi yang tidak dapat
diduga sebelumnya serta dilakukan dalam rangka life saving. Dalam keadaan-
keadaan seperti ini dokter dapat melakukan tindakan medis tanpa mendapat
persetujuan terlebih dahulu.
Persetujuan dalam tindakan medik terdiri dari dua bentuk, yaitu :
1. Persetujuan Tertulis
Bentuk persetujuan tertulis ini harus dimintakan dari pasien/keluarganya
jika dokter akan melakukan suatu tindakan medik invasif yang mempunyai
resiko besar. Hal ini dinyatakan dengan jelas dalam pasal 3 (1) Permenkes
No.585 tahun 1989.
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 26/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 26
Persetujuan – persetujuan tertulis itu dalam bentuk formulir – formulir
persetujuan bedah, operasi dan lain-lain yang harus diisi (umumnya) dengan
tulisan tangan. Dan dari sudut hukum positif, formulir persetujuan ini sangat
penting sebagai bukti tertulis yang dapat dikemukan oleh para pihak kepada
hakim bila terjadi kasus malpraktek. Oleh karena itu, pengisian data pada
formulir itu haruslah tepat dan benar sehingga tidak akan menimbulkan
masalah dikemudian hari bagi para pihak.
2. Persetujuan Lisan
Terhadap tindakan medik yang tidak invasif dan tidak mengandung resiko
besar maka persetujuan dari pasien dapat disampaikan secara lisan kepada
dokter. Segi praktis dan kelancaran pelayanan medis yang dilakukan oleh
dokter merupakan alasan dari penyampaian persetujuan itu secara tertulis.
Meski persetujuan lisan itu diperbolehkan untuk tindakan, dokter
membiasakan diri untuk menulis/mencatat persetujuan lisan pasien itu pada
rekam medis/rekam kesehatan, karena segala kegiatan yang dilakukan oleh
dokter harus dicatat dalam rekam medis termasuk persetujuan pasien secara
lisan.
2.9.4 Komunikasi efektif dokter pasien
2.9.4.1 Komunikasi dokter pasien
Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang
ditimbulkan olehkedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan
bahwa mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu
dokter, tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat membangun
hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negative
dapat dihindari.Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan
keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini
amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien
merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh
menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 27/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 27
dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter
tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya.
Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak
memerlukan waktu lama.Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit
waktu karena dokter terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya ingin
sembuh).Dalam pemberian pelayanan medis, adanya komunikasi yang efektif
antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang diharapkan sehingga dokter
dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien,
berdasarkan kebutuhan pasien.
Namun disadari bahwa dokter dan dokter gigi di Indonesia belum
disiapkanuntuk melakukannya.Dalam kurikulum kedokteran dan kedokteran
gigi, membangun komunikasi efektif dokter-pasien belum menjadi
prioritas.Untuk itu dirasakan perlunya memberikan pedoman (guidance) untuk
dokter guna memudahkan berkomunikasi dengan pasien dan atau
keluarganya.Melalui pemahaman tentang hal-hal penting dalam
pengembangan komunikasi dokterpasien diharapkan terjadi perubahan sikap
dalam hubungan dokter-pasien.
Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk
mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter,
lebih memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan
efisien bagi keduanya (Kurtz, 1998).
Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan
komunikasi yang digunakan:
- Disease centered communication style atau doctor centered
communicationstyle.
Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan
diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda
dangejala-gejala.
- Illness centered communication style atau patient centered
communicationstyle
Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentangpenyakitnya yang
secara individu merupakan pengalaman unik. Di sinitermasuk pendapat pasien,
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 28/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 28
kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadikepentingannya serta apa
yang dipikirkannya.
Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan,
kecemasan, serta kebutuhan pasien, patient centered communication style
sebenarnya tidakmemerlukan waktu lebih lama dari pada doctor centered
communication style.
Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya
akanmelahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya
menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati itu sendiri
dapat dikembangkan apabila dokter memiliki ketrampilan mendengar
danberbicara yang keduanya dapat dipelajari dan dilatih.
Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang
Emphatic Communication in Physician-Patient Encounter (2002), menyatakan
betapa pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati
disusun dalam batasan definisi berikut:
(1) kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien
(aphysician cognitive capacity to understand patient’s needs),
(2) menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien
(anaffective sensitivity to patient’s feelings),
(3) kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/ menyampaikan
empatinya kepada pasien (a behavioral ability to convey empathy
topatient ).
Sementara, Bylund & Makoul (2002) mengembangkan 6 tingkat
empati yang dikodekan dalam suatu sistem (The Empathy Communication
Coding System (ECCS) Levels). Berikut adalah contoh aplikasi empati
tersebut:
1. Level 0: Dokter menolak sudut pandang pasien
a. Mengacuhkan pendapat pasien
Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien seperti
b. “Kalau stress ya, mengapa datang ke sini?” Atau “Ya, lebih baik operasi
saja sekarang.”
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 29/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 29
2. Level 1: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu
a. “A ha”, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis, membalikkan badan,
menyiapkan alat, dan lain-lain
3. Level 2: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit
a. Pasien, “Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja”
b. Dokter, “Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir -akhir ini?
4. Level 3: Dokter menghargai pendapat pasien
a. “Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda
maumenceritakan lebih jauh apa yang membuat Anda stres?”
5. Level 4: Dokter mengkonfirmasi kepada pasien
a. “Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usahaAnda
untuk menyempatkan berolah raga”
6. Level 5: Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings and
experience) dengan pasien.
a. “Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda berdua.Beberapa
pasien pernah mengalami aborsi spontan, kemudian setelah kehamilan
berikutnya mereka sangat, sangat, khawatir”
Empati pada level 3 sampai 5 merupakan pengenalan dokter terhadap
sudut pandang pasien tentang penyakitnya, secara eksplisit.
SAJI, Langkah-langkah Komunikasi Dokter - Pasien
Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan
komunikasi, yaitu SAJI (Poernomo, Ieda SS, Program Family Health
Nutrition, Depkes RI, 1999).
S = Salam
A = Ajak Bicara
J = Jelaskan
I = Ingatkan
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 30/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 30
Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut.
Salam:
Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu
untukberbicara dengannya.
Ajak Bicara:
Usahakan berkomunikasi secara dua arah.Jangan bicara sendiri.Dorong agar
pasien mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya.Tunjukkan
bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta
mengerti perasaannya.Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun
tertutup dalam usaha menggali informasi.
Jelaskan:
Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin
diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh
pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan
mengenai penyakit, terapi, atau apapun secara jelas dan detil.
Ingatkan:
Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin
memasukkanberbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya
kembali.Di bagian akhir percakapan, ingatkan dia untuk hal-hal yang penting
dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah
pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi terhadap hal-hal yang masih
belum jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang kembali akan pesan-pesan
kesehatan yang penting.
Keterampilan berkomunikasi berlandaskan empat unsur yang merupakan
intikomunikasi:
1. Sumber (yang menyampaikan informasi). Siapa dia? Seberapa luas/ dalam
pengetahuannya tentang informasi yang disampaikannya?
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 31/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 31
2. Isi pesan (apa yang disampaikan). Panjang pendeknya, kelengkapannya
perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi, media penyampaian,
penerimanya.
3. Media yang digunakan. Apakah hanya berbicara?Apakah percakapan
dilakukan secara tatap muka atau melalui telepon, menggunakan lembar
lipat, buklet, vcd, peraga).
4. Penerima (yang diberi informasi). Bagaimana karakternya? Apa
kepentingannya? (langsung, tidak langsung).
Keempat unsur ini masih perlu dilengkapi dengan umpan balik. Dokter
sebagaisumber atau pengirim pesan harus mencari tahu hasil komunikasinya
(apa yang dimengerti pasien?).
Sejalan dengan keterampilan yang termuat dalam empat unsur
ditambah umpanbalik tersebut, diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut:
1. Cara berbicara, termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan
tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi,
parafrase, intonasi.
2. Mendengar, termasuk memotong kalimat.
3. Cara mengamati (observasi) agar dapat memahami yang tersirat di balik
yang tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak
tubuh).
4. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan pasien (bahasa tubuh) agar
tidak mengganggu komunikasi, misalnya karena pasien keliru mengartikan
gerak tubuh, raut muka dan sikap dokter.
Komunikasi yang tidak efektif dapat menimbulkan masalah dalam
hubungan dokter-pasien, di antaranya adalah tuduhan melakukan
malapraktik.Paparanbuku ini mengemukakan bahwa komunikasi dokter-pasien
bukanlah hal sederhana. Komunikasi yang berlangsung dalam pertemuan tatap
muka bukanlah sekadar percakapan dalam bentuk tanya jawab yang
diperlukan untuk mengisi data pasien, sebagaimana yang lazim dilakukan
dalam pengambilan anamnesis.
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 32/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 32
Efektif atau tidaknya komunikasi yang berlangsung akan menentukan
sikappasien dalam menerima diagnosis yang ditetapkan dokter, menjalani
pengobatan, melakukan perawatan diri dan memerhatikan atau mematuhi
anjuran/nasihat dokter. Komunikasi tersebut juga mempengaruhi
kelangsungan terapi, apakah akan berlanjut atau terjadi pemutusan hubungan
secara sepihak. Reaksi pasien ketika masih berada dalam ruang praktik, sikap
pasien pada kunjungan ulang, cara pasien melaksanakan pengobatan adalah
umpan balik bagi dokter, untuk mengetahui hasil komunikasinya.
Proses komunikasi
Peristiwa terjadinya suatu komunikasi amat komplek. Berbagai teori pernah di
kemukakan namun secara umum dapat di kelompokkan dalam dua macam :
Model linier
Pada model linier proses komunikasi terjadi menurut urutan tertentu, sebagai
berikut :
1. Tersedianya pesan dan orang yang akan menyampaikan pesan
2.
Adanya upaya menterjemahkan pesan ke dalam bentuk yang dapat
disampaikan (encoded)
3. adanya alat penyampai pesan
4. Adanya media yang akan dipergunakan untuk menyampaikan pesan
5. adanya alat penerima pesan
6. Adanya upaya untuk menterjemahkan pesan yang diterima ke dalam
bentuk yang mudah di mengerti (decoded)
7.
Saran serta timbulnya pengertian terhadap pesan yang disampaikan.
Jika diperhatikan pada model linier terlihat bahwa ada perbedaan
antara sumber informasi dengan sasaran, padahal dalam kedaan sehari hari
tidak selalu demikian sebab dalam kedaan sehari hari banyak juga komunikasi
antar dua pihak yang sama setara kedudukan dan perannya. Karena itu model
linier sekarang di tinggalkan orang diganti dengan model system
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 33/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 33
Prinsip model sistem ini adalah :
1. Menempatkan kedudukan dan peran sumber sama dengan kedudukan dan
peran sasaran.
2. Fungsi setiap unsur komunikasi terutama unsur dan sasaran tidak hanay
tunggal, tetapi bersifat ganda.
Empati
1. Kemampuan seseorang untuk mengerti perasaan, fikiran, dan keinginan
orang lain, tanpa mempengaruhi objektivitas dalam menilai orang tersebut.
2. Kemampuan menempatkan diri ke dalam diri orang lain untuk memahami
pandangan dan perasaan orang tersebut, sesuai dengan latar belakang
pendidikan, sosial, budaya, agama, ekonomi, etnik, dan lain lain.
Simpati
1. Kecendrungan untuk merasakan perasaan, fikiran, dan keinginan orang lain,
namun karena melibatkan perasaan, seringkali penilaiannya menjadisubjektif.
2. Antipati
3. Penolakan atau perasaan tidak suka yang kuat
4. Perasaan menentang objek tertentu yang bersifat personal dan abstrak
Etika
1. Kumpulan asas/nilai/moralitas universal yang berkenaan dengan ahlak atau
yang serba baik
2. Norma kebaikan yang berasal dari pembenaran nilai nilai yang di anut suatu
golongan atau masyarakat.
Etika profesi
Etika terapan dan kesejawatan yang berlaku untuk masing masing profesi yangmengandung keutamaan dan keluhuran profesi.
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 34/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 34
Etika kedokteran
Etika khususnya kewajiban moral yang mendasari profesi dan praktek
kedokteran, serta melandasi segenap keputusan medik menjadi keputusan yang
benar dan serba baik.
Humaniora
Ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk membantu manusia untuk bersifat
lebih manusiawi dan lebih berbudaya, misalnya teology, filsafat, Ilmu hukum,
ilmu sejarah, filology, Ilmu bahasa, kesusastraan, ilmu kesenian, dan ilmu
praktek kedokteran.
Human Right
Hak-hak alamiah manusiawi yang tidak dapat di cabut dan merupakan karunia
Tuhan, karena semata mata dimiliki manusia meliputi antara lain ; kebebasan
berbicara dan berpendapat, beragama dan berkeyakinan, berserikat dan
berkumpul, serta hak untuk mendapat perlindungan yang sama di depan
hukum.
Empati dokter kepada pasiennya
Perasaan dokter yg dapat merasa dan meraba apa yg diderita atau problem
pasien. Merupakan faktor yg penting yg bila dituruti/tindak lanjuti dapat
menimbulkan kesabaran dokter dan mendorongnya untuk mempertimbangkan
matang matang apa yg akan di kerjakannya.
Berbagai fokus/objek empati adalah :
1. Empati terhadap penderitaan pasien, dokter membayangkan betapa
nyerinya/ sakit tulang yg patah pada seorang pemuda. Meskipun patahnya
karena ngebut dijalan. Dokter tidak perlu mencemooh dan mengejeknya
karena ngebut.
2. Empati terhadap emosi/psikis pasien, misal pasien tbc paru, kemudian
dokter memberi semangat, bhw sakitnya dapat sembuh dengan berobat
teratur, contoh lain empati negatif adalah dokter yg mencemooh seorang
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 35/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 35
pasien penyakit kelamin, pasien sendiri sudah sedih dan merasa berdosa
tidak perlu lagi ditambah oleh hinaan dari dokternya.
3. Empati dari segi sosial ekonomi, misalnya seorang tukang becakyg sakit
gagal ginjal terminal tidak perlu diceritakan bahwa hidupnya dapat
dipertahankan dengan hemodialisa.
4. Empati dari segi budaya dan agama, ada sekte agama tertentu yg melarang
umatnya untuk melakukan tranfusi darah. Dokter tidak boleh melepas
tangan tidak mau mengobati pasien tersebut. Budaya masyarakat yg
menganggap menderita kanker suatu aib bagi keluarga sehingga dokter
harus hati hati menjelaskan kepada pasien.
2.9.4.2 Menyampaikan berita buruk
Berita buruk adalah suatu situasi dimana tidak ada harapan lagi,
adanya ancaman terhadap kesejahteraan fisik dan mental seseorang, sesuatu
yang menuntut perubahan gaya hidup yang sudah menjadi kebiasaan,
sesuatu yang membuat seseorang memiliki sedikit pilihan dalam hisupnya.
Atau dapat pula dikatakan bahwa berita buruk adalah setiap informasi
negatif tentang masa depan seseorang.
Ada beberapa situasi yang juga dikategorikan sebagai berita buruk :
1) Diagnosis penyakit kronis
2) Cacat atau hilangnya suatu fungsi
3) Adanya ebutuhan perawatan atau pengobatan yang memberatkan/
menyakitkan/ mahal
Pentingnya mengungkapkan informasi/ berita buruk pada pasien
1) Pasien ingin mengetahui apa yang sedang terjadi pada dirinya.
2) Pasien ingin mengetahui kemungkinan yang bisa terjadi pada
dirinya, termasuk terapi apa saja yang bisa diperoleh, prognosis,
dan efek samping terapi.
3) Ketika dokter menahan informasi pasien, berarti dokter tersebut
sudah mengurangi otonomi seorang pasien.
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 36/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 36
Hal yang sering dikeluhkan oleh dokter saat menyampaikan berita
buruk:
1) Bagaimana cara yang tepat untuk bisa jujur pada pasien tanpa
mengurangi harapan mereka.
2) Bagaimana cara menghadapi dan menangani emosi pasien saat
mereka mendengar berita buruk mengenai dirinya. Apakah saya
sanggup?
3) Kapankah waktu yan tepat untuk menyapaikan berita buruk kepada
pasien?
Dari Robert Buckman yang bisa di gunakan sebagai pedomandalam menyampaikan berita buruk pada pasien :
a) Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung,
tidak melalui telpon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan
yang dikirim melalui pos, faksimile, sms, internet.
b) Persiapan meliputi:
Materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis,
prognosis sudah disepakati oleh tim);
Ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu
orang lalu lalang, suara gaduh dari tv/radio, telepon;
Waktu yang cukup;
Mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani
oleh keluarga/orang yang ditunjuk; bila hanya keluarga yang
hadir sebaiknya lebih dari satu orang).
c) Jajaki sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang hal yang
akan dibicarakan.
d) Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana informasi yang
diinginkan dan amati kesiapan pasien/keluarga menerima
informasi yang akan diberikan.
e) Berbagi informasi mengenai diagnosis, penanganan, prognosis,
dukungan.
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 37/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 37
f) Menanggapi perasaan pasien, jika anda tidak memberikan
tanggapan terhadap emosi yang muncul pada pasien, anda sama
saja seperti “meninggalkan urusan sebelum urusan tersebut
selesai”
g) Perencanaan dan tindak lanjut
Mensistensis rasa kekhawatiran pasien dan isu-isu edis ke dalam
rencana konkret yang dapat dilakukan dalam rencana perawatan
pasien.
2.9.4.3 Pandangan Islam
“dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari bani israil (yaitu) :
janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu
bapak, kaum kerabat, anak-anak yatm, dan orang-orang miskin, serta
ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil dari pada kamu, dan kamu selalu berpaling” (Q.S Al-
baqarah : 83)
“Perkataan yang baik dan pemberian ma’af lebih baik dari sedekah
yang diiringi dengan sesuatu yang menakitkan (perasaan sipenerima). Allah
Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (Q.S Al-baqarah : 263)
2.9.5
Sumpah dokter
Demi Allah saya bersumpah,/berjanji, bahwa:
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan;
2. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur
jabalan kedokteran;
3. Saya akan menjalankan tugas saya dengan caruyangterhormat dan
bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter;
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 38/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 38
4. Saya akan menjalankan tugas saya dengan mengutamakan kepentingan
masyarakat;
5. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena
pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai dokter;
6. Saya tidak akan mempergrnakan pengetahuan kedokteran saya untuk
sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam;
7. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan;
8. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien;
9. Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak
terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kesukuan, perbedaan kelamin,
politik kepartaian, atau kedudukan sosial dalam menunaikan kewajiban
terhadap pasien;
10. Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan
pernyataan terima kasih yang selayaknya;
11. Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagaimana saya sendiri
ingin diperlakukan;
12. Saya akan menaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia;
13. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan
mempertaruhkan kehormatan diri saya.
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 39/40
Laporan Tutorial Skenario B
Blok II 39
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad M., 2006. Manual Komunikasi Efektif . Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia
Azrul, A., 1997. “ Pengantar Dokter Keluarga”. Yayasan Penerbit IDI.
Djauzi, S. and Supartondo. 2004. “Komunikasi dan Empati Dalam Hubungan Dokter -
Pasien” Jakarta: Balai Penerbit FK-UI
FK.UNS.ac.id. [ Diakses pada tanggal 19 November 2013]
Hardjosastro, D., 2006. Bagaimana Dokter berpikir dan Bekerja. Jakarta: Gramedia PustakaMedia Utama.
Hanafiah, M. J., 2012. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC
Kurtz, S., Silverman, J. & Drapper, J. (1998).Teaching and Learning Communication Skills
in Medicine. Oxon: Radcliffe Medical Press.
Notoatmodjo, S. 2010. Buku Etika & Hukum Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta.
PERMENKES 269/2008 Pasal 12 ayat (4)
PERMENKES Nomor 290/MENKES/PER/III/2008
Purwadianto, A., Soetedjo. & Sintak G. dkk., 2012. Kode Etik Kedokteran Indonesia.Jakarta:
Ikatan Dokter Indonesia.
Poernomo, Ieda SS. 2005. Komunikasi Metode Kanguru. Jakarta: Makalah Perinasia.
Peraturan Pemerintahan No.10 Tahun 1966 Tentang Wajib Simpan Rahasia
Silverman, J., Kurtz, S. & Drapper, J. 1998.Skills for Communicating with Patients. Oxon:
Radcliffe Medical Press.
Standar Kopetensi Dokter Indonesia. 2012.
UU No 29 Tentang Praktik Kedokteran. 2009.
7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 40/40
Laporan Tutorial Skenario B
Wasisto, B. & Grita S. dkk., 2006. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Jakarta: Konsil
Kedokteran Indonesia.