31
Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia Kelompok V Vicka Cahaya Agustin 05-511-1111- 004 Fitri Yanti 05-511-1111- 010

Kelompok 5 Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia

Embed Size (px)

Citation preview

Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia

Kelompok VVicka Cahaya Agustin05-511-1111-004

Fitri Yanti05-511-1111-010

Dini Anggraeni05-511-1111-025

D III Keperawatan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SUKABUMI

2014Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan karunia yang telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia tepat pada waktunya.Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Keperawatan Gerontik di Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi (UMMI).

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh untuk dikatakan sempurna, untuk itu kami terbuka terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun.

Selama penyusunan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta dorongan dari semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Maka dari itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan dukungan dari semuanya, kami berharap semoga semuanya mendapatkan balasan dan lindungan dari Allah SWT, Amin...

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam proses pembelajaran kita semua. Khususnya dilingkungan Universitas Muhammadiyah Sukabumi.

Sukabumi, 1 Maret 2014

PenyusunBAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara individu, manusia pada usia di atas 50 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah, sehingga timbul masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologis. Serta dengan bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit juga bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (degeneratif).Perubahan status sosial lansia dapat mempengaruhi kepribadian, yang berakibat tidak baik bagi lansia jika tidak mampu menghadapinya. Demikian halnya pada aspek ekonomi, kondisi lanjut usia akan menyebabkan kemunduran di bidang ekonomi, yang ditandai adanya masa pensiun yang berakibat turunnya pendapatan, hilangnya fasilitas-fasilitas, kekuasaan, wewenang dan penghasilan. Sedangkan pada aspek psikologi pada umumnya setiap lansia menginginkan keadaan panjang umur, menghemat tenaga, tetap berperan sosial, mempertahankan hak dan hartanya, tetap berwibawa, meninggal secara terhormat. Apabila proses usia lanjut tersebut tidak sesuai dengan keinginan-keingianan tadi, maka akan dirasakan sebagai beban mental yang cukup besar yang dapat menyebabkan gangguan dalam keseimbangan mental.Jumlah dan persentase lansia yang berusia 50 tahun ke atas di Indonesia senantiasa terus meningkat dari tahun ke tahun dan besarnya, pada tahun 1980 adalah sebanyak 11,4 % dari jumlah penduduk, tahun 1985 sebanyak 13,3 %, tahun 1990 sebanyak 16 %, tahun 2000 sebanyak 22,2 % dan pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan sebanyak 29,12 % dari jumlah seluruh penduduk Indonesia (Darmojo dalam Nugroho, 2008). Secara umum masalah kesehatan pada seorang lansia diawali dengan terjadinya masalah pada usia 45 tahun atau lebih, sehingga pada usia terebut dikatakan sebagai pra lansia (Dinkes. Prop. Jabar, 2003).Jumlah usia lanjut yang meningkat saat ini akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Untuk itu perlu pengkajian masalah usia yang lebih mendasar agar tercapai tujuan pembinaan kesehatan usia yaitu mewujudkan derajat kesehatan serta optimal. Dalam peningkatan peran serta masyarakat dapat dilaksanan dengan bentuk penyuluhan kesehatan yang melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanan dan penilaian upaya kesehatan usia lanjut.BAB II

TINJAUAN TEORIA. Pengertian LansiaPengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004).Pengertian lansia (lanjut usa) menurut UU no 4 tahun 1965 adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000) sedangkan menuru UU no.12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos, 1999). Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pengertian lansia digolongkan menjadi 4, yaitu:1. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun

2. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun

3. Lanjut usia tua (old) 75 90 tahun

4. Lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.Lansia (lanjut usia) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994).Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Berikut beberapa pendapat mengenai pengertian masa tua :1. Menurut Hurlock (2002)

Tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia lanjut dini yang berkisar antara usia enampuluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih) (Baltes, Smith&Staudinger, Charness&Bosmann) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang dewasa lanjut yang lebih muda (Johnson&Perlin).2. Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190)

Ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.3. Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995)

Masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.4. Badan kesehatan dunia (WHO)

Menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

B. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Pada LansiaJumlah penduduk Ianjut usia (Iansia) pada dasawarsa ini mengalami peningkatan yang cukup pesat. Fakta yang terjadi di masa kini yaitu Usia Harapan Hidup (UHH) kaum wanita melampaui kaum Iaki-Iaki (patmonodewo et aI. 2001). Wanita Iansia beresiko tinggi mengalami masaIah gizi, hal ini terjadi karena kondisi tubuh Iansia mulai mengalami penurunan sebagai bagian dari proses penuaan. Masalah gizi dan kesehatan Iansia adalah hal yang penting untuk diperhatikan. Melalui gizi yang baik, usia produktif dapat ditingkatkan sehingga wanita Iansia tetap dapat ikut serta berperan daIam pembangunan (Astawan dan Wahyuni 1988).

BAB III

PEMBAHASAN

A. Kesehatan Pada Lansia (Lanjut Usia)Kesehatan lansia (lanjut usia) dapat dilihat dari kesehatan fisik dan psikisnya. Faktor kesehatan fisik meliputi kondisi fisik lanjut usia dan daya tahan fisik terhadap serangan penyakit. Faktor kesehatan psikis meliputi penyesuaian terhadap kondisi kesehatan lanjut usia.1. Kesehatan FisikKesehatan lansia yang paling utama adalah kesehatan fisik. Keadaan fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan manusia. Kekuatan fisik, pancaindera, potensi dan kapasitas intelektual mulai menurun pada tahap-tahap tertentu ( Prasetyo,1998). Dengan demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan diri kembali dengan ketidak berdayaannya.Kemunduran fisik ditandai dengan beberapa serangan penyakit seperti gangguan pada sirkulasi darah, persendian, sistem pernafasan, neurologik, metabolik, neoplasma dan mental. Sehingga keluhan yang sering terjadi adalah mudah letih, mudah lupa, gangguan saluran pencernaan, saluran kencing, fungsi indra dan menurunnya konsentrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Joseph J. Gallo (1998) mengatakan untuk menkaji fisik pada orang lanjut usia harus dipertimbangkan keberadaannya seperti menurunnya pendengaran, penglihatan, gerakan yang terbatas, dan waktu respon yang lamban.Pada umumnya pada masa lanjut usia ini orang mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotorik. Menurut Zainudin (2002) fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain yang menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia menjadi semakin lambat. Fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat bahwa lanjut usia kurang cekatan.2. Kesehatan PsikisDengan menurunnya berbagai kondisi dalam diri orang lanjut usia secara otomatis akan timbul kemunduran kemampuan psikis. Salah satu penyebab menurunnya kesehatan psikis adalah menurunnya pendengaran. Dengan menurunnya fungsi dan kemampuan pendengaran bagi orang lanjut usia maka banyak dari mereka yang gagal dalam menangkap isi pembicaraan orang lain sehingga mudah menimbulkan perasaan tersinggung, tidak dihargai dan kurang percaya diri.Menurunnya kondisi psikis ditandai dengan menurunnya fungsi kognitif. Zainudin (2002). Lebih lanjut dikatakan dengan adanya penurunan fungsi kognitif dan psiko motorik pada diri orang lanjut usia maka akan timbul beberapa kepribadian lanjut usia sebagai berikut:a. Tipe kepribadian Konstruktif, pada tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.

b. Tipe Kepribadian Mandiri, pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power syndrom, apabila pada masa lanjut usia tidak diisi dengan kegiatan yang memberikan otonomi pada dirinya.

c. Tipe Kepribadian Tergantung, pada tipe ini sangat dipengaruhi kehidupan keluarga . Apabila kehidupan keluarga harmonis maka pada masa lanjut usia tidak akan timbul gejolak. Akan tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana apalagi jika terus terbawa arus kedukaan.

d. Tipe Kepribadian Bermusuhan, pada tipe ini setelah memasuki masa lanjut usia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya. Banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonomi rusak.

e. Tipe Kepribadian Kritik Diri, tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.3. Karakteristik Resiko TinggiLansia mengalami perubahan fisiologik, psikolosik dan sosial. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia tersebut dapat menjadi faktor risiko bagi lansia (Springhouse, 2002). Perubahan tubuh yang terjadi pada lansia akan terjadi terus menerus seiring peningkatan usia dan perubahan spesifik pada lansia dipengaruhi oleh kondisi kesehatan, gaya hidup, stressor dan lingkungan (Potter & Perry, 2009).

Kategori yang berhubungan dengan kondisi resiko terhadap perubahan status kesehatan adalah resiko biologik termasuk resiko terkait usia: resiko lingkungan termasuk psikologik, sosial ekonomi dan kejadian hidup: resiko perilaku didalamnya resiko gaya hidup (Stanhope & Lancaster, 2004). McMurray (2003) faktor yang berhubungan dengan risiko pada individu yaitu faktor biologik termasuk predisposisi genetik, terpapar elemen lingkungan dan adanya perilaku manusia. Karakteristik risiko yang dijelaskan oleh para ahli tersebut pada prinsipnya sama, bahwa karakteristik risiko yaitu risiko biologik, risiko sosial, risiko ekonomi, risiko kejadian hidup dan resiko gaya hidup. Berdasarkan hal tersebut, maka dibawah ini diuraikan faktor yang ada pada individu lansia.a. Risiko Biologik (Biological Risk)Beberapa kondisi penyakit akibat genetik berkontribusi pada resiko biologik untuk kondisi tertentu. Faktor yang berkontribusi pada resiko biologik seperti pola penyakit kardiovaskuler yang terjadi pada beberapa generasi dalam keluarga. Beberapa hasil riset mendukung bahwa eek positif dari diet, latihan dan manajemen stres dapat mencegah dan menunda munculnya penyakit kardiovaskular (Stanhope & Lancaster, 2004). Pengaruh genetik, ras, gender, akan mempengaruhi status kesehatan individu (Maurier & Smith, 2005).Adanya ketidakmampuan dan gangguan pergerakan dasar dapat menjadi faktor resiko dan lansia (Miller,1995). Karakteristik lansia yang berisiko mendapatkan perlakuan pengabaian dari anggota keluarga antara lain adanya penurunan kondisi kesehatan dan kerusakan fungsi fisik (Lachs & Pillemer, 2011).

b. Risiko Sosial (Social Risk)Pentingnya risiko sosial pada kesehatan adalah untuk meningkatkan harga diri. Kondisi ini akan meningkatkan risiko gangguan kesehatan seperti tingginya angka kejadian kejahatan, individu yang tanpa rekreasi,individu dengan kontaminasi dan tingginya stres lingkungan. Beban psikologis akan menghasilkan stres dalam diri dan juga berefek manjadi stresor baru bagi prang lain. Jika sumber tidak adekuat dan proses koping tidak ada, maka penurunan dalam kesehatan akan terjadi (Stanhope & Lancaster, 2004). Dampak kemiskinan akan mempengaruhi kondisi psikologik dan kondisi psikologik akan mempengaruhi status kesehatan individu (Maurier & Smith, 2005). Kurangnya dukungan sosial serta adanya pengertian yang salah tentang penuaan akan menjadi faktor risiko bagi lansia (Miller, 1995).Resiko kejadian penyakit dapat disebabkan oleh lingkungan fisik berupa kondisi polusi, suhu lingkungan yang ekstrim panas atau dingin, tidak adekuatnya kondisi perumahan atau pilihan tempat berlindung. Faktor resiko dapat terjadi ketika individu tidak mempunyai pilihan lain saat harus bekerja di luar rumah dengan kondisi pekerjaan yang beresiko untuk kesehatan (McMurray, 2003).Memasuki tahapan usia lanjut, secara sosial individu akan mengalami perubahan-perubahan. Perubahan akan lebih terasa pada individu yang mempunyai kedudukan soial sebelumnya. Munculnya perasaan kehilangan perlakuan yang selama ini di dapatkan seperti dihormati, diperhatikan dan diperlukan. Kondisi ini akan berdampak pada semangat dan suasana hati serta kesehatan lansia. Masalah-masalah kesehatan, sosial dan ekonomi, tersendiri atau secara bersama-sama secara kumulatif dapat berdampak negatif secara psikologis. Hal tersebut dapat menjadi stressor yang kalau tidak diantisipasi akan menimbulkan stres beserta manifestasi dan gangguan kesehatan (Depkes, 2003).c. Risiko Ekonomi (Economic Risk)Kemiskinan merupakan risiko untuk timbulnya masalah kesehatan. Risiko ekonomi merupakan cerminan hubungan antara sumber keuangan dan kebutuhan. Memiliki sumber finansial yang adekuat berarti mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan akses yang berhubungan dengan kesehatan seperti tempat tinggal yang layak, pakaian, makanan, pendidikan, perawatan kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004). Rendahnya status ekonomi serta kemiskinan akan mempengaruhi status kesehatan seseorang (Maurier & Smith, 2005). Menurut Miller (1995) kemiskinan dapat menjadi faktor risiko bagi lansia.d. Risiko Kejadian Hidup (Life Event Risk)Transisi adalah pergerakan dari satu tahap ke tahap yang lain, dan ini merupakan kondisi yang beresiko bagi individu. Masa transisi merupakan situasi akan mempengaruhi dan menyebabkan beberapa perubahan seperti perubahan perilaku, jadwal, pola komunikasi, harus membuat keputusan baru, pemulihan peran, pembelajaran keterampilan baru dan perubahan dalam menggunakan sumber-sumber yang baru (Stanhope & Lancaster, 2004).e. Risiko Gaya Hidup (Life Style Risk)Kekuasaan kesehatan seseorang dan perilaku yang berisiko yang disebut gaya hidup. Perilaku dan pola kebiasaan dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal. Lansia dengan penurunan fungsi tubuh cenderung mengalami penyakit fisik, dan mengalami konsekwensi akibat dari perilaku hidup dan pola kebiasaan, serta sikap lansia yang mempengaruhi masalah kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004). Perilaku gaya hidup mempengaruhi seseorang sehingga termasuk dalam kategori individu yang beresiko (Maurier & Smith, 2005).Secara umum risiko perilaku termasuk di dalamnya mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, gaya hidup yang tidak sehat, merokok, menggunakan alkohol, partisipasi pada aktifitas yang berbahaya, dan terpapar sumber stressor seperti adanya perilaku kekerasan (McKie et al.,1993 dalam McMurray, 2003).Secara alamiah, bila kondisi terpapar faktor risiko perilaku terjadi dalam jangka waktu yang lama, maka akan menimbulkan efek pada level risiko yang akan dihadapi oleh individu berupa penyakit ataupun injuri (McMurray, 2003). Ditemukan 70% ketidakmampuan fisik pada lansia yang dihubungkan dengan hasil proses penuaan karena perilaku tidak sehat atau gaya hidup yang tidak sehat (Mauk, 2010).B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia (Sosial, Ekonomi, Dan Lingkungan)1. SosialPada lansia terjadi perubahan-perubahan psikososial yaitu merasakan ataus adarakan kematian, penyakit kronis dan ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas fisiknya. Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial, dari segi ekonomi akibat dari pemberhentian jabatan atau pensiun juga dapat mempengaruhi kesehatan lansia. Hal tersebut dapat meningkatkan resiko lansia untuk mengalami disabilitas dan kematian lebih awal. Dukungan social yang tidak cukup, sangat erat hubungannya dengan peningkatan kematian, kesakitan dan depresi juga kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.Lansia yang tidak mendapatkan dukungan social yang cukup 1,5 kali lebih besar kemungkinan untuk mengalami kematian pada tiga tahun kedepan dari pada mereka yang mendapatkan dukungan sosial yang cukup. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan sosial yang tinggi ,memiliki perasaan yang kuat bahwa individu tersebut dicintai dan dihargi. Lansia dengan dukungan sosial yang tinggi merasa bahwa orang lain peduli dan membutuhkan individu tersebut, sehingga hal itu dapat mengarahkan individu kepada gaya hidup yang sehat.2. EkonomiFaktor ekonomi sangat mempengaruhi kesehatan lansia. Pada lansia secara umum yang memiliki pendapatan sendiri cenderung menolak bantuan orang lain, sedangkan lansia yang tidak memiliki pendapatan akan menggantungkan hidupnya pada anak atau saudaranya. Lansia yang tidak memiliki cukup pendapatan meningkatkan resiko untuk menjadi sakit dan disabilitas. Banyak lansia yang tinggal sendiri dan tidak mempunyai cukup uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini dapat mempengaruhi mereka untuk membeli makanan yang bergizi, rumah yang layak, dan pelayanan kesehatan. Lansia yang sangat rentan adalah yang tidak mempunyai asset, sedikit atau tidak ada tabungan, tidak ada pensiun dan tidak dapat membayar keamanan atau merupakan bagian dari keluarga yang sedikit atau pendapatan yang rendah.3. LingkunganPerhatian spesifik harus diberikan pada lansia yang hidup dan tinggal di pedesaan dimana pola penyakit dapat berbeda tergantung pada kondisi lingkungan dan keterbatasan ketersediaan pelayanan pendukung. Urbanisasi dan migrasi untuk mencari pekerjaan membuat lansia semakin terisolasi di pedesaan dengan keterbatasan bahkan ketiadaan akses untuk pelayanan kesehatan.Akses dan ketersediaan transportasi umum dibutuhkan baik di kota maupun di pedesaan sehingga orang dengan segala usia dapat berpartisipasi secara penuh di keluarga dan kehidupan masyarakat. Ini sangat penting untuk lansia yang memiliki masalah mobilitas. Resiko-resiko pada lingkungan fisik menyebabkan kelemahan dan cidera yang menyakitkan di antara lanjut usia. Cidera dari jatuh, terbakar, kecelakaan lalu lintas adalah yang paling sering. Air yang bersih, udara yang bersih dan makanan yang aman terutama sangat penting untuk sebagian besar kelompok usia rentan dan mereka yang mempunyai penyakit kronisdan system kekebalan yang menurun. (WHO, 2002)4. Pandangan Secara Islam

a. Faktor Sosial EkonomiAgama Islam memandang lansia dengan pandangan terhormat sebagaimana perhatiannya terhadap generasi muda. Agama Islam memperlakukan dengan baik para lansia dan mengajarkan metode supaya keberadaan mereka tidak dianggap sia-sia dan tak bernilai oleh masyarakat. Dukungan terhadap para lansia dan penghormatan terhadap mereka adalah hal yang ditekankan dalam Islam. Nabi Muhammad Saw bersabda, penghormatan terhadap para lansia muslim adalah ketundukan kepada Tuhan. (http://indonesian.irib.ir).Dalam Islam, penuaan sebagai tanda dan simbol pengalaman dan ilmu. Para lansia memiliki kedudukan tinggi di masyarakat, khususnya bahwa lansia adalah harta dari ilmu dan pengalaman, serta informasi dan pemikiran. Oleh sebab itu, lansia harus dihormati, dicintai dan diperhatikan serta pengalaman-pengalamannya harus dimanfaatkan. Nabi Muhammad Saw bersabda, hormatilah orang-orang yang lebih tua dari kalian dan cintai serta kasihilah orang-orang yang lebih muda dari kalian. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat berkewajiban memperhatikan kondisi para lansia. Mereka yang beragama Islam aktif dalam perkumpulan keagamaan, seperti Yasinan yang dilakukan tiap minggu dan pengajian setiap bulan. Kegiatan ini dihadiri tidak hanya oleh orang lanjut usia saja. Tetapi juga dihadiri oleh bapak/ibu yang masih muda, dan pra lanjut usia. Mereka berkumpul bersama untuk melakukan kegiatan tersebut. Kegiatan ini didukung teori pertukaran sosial dimana mereka melakukan kegiatan yang cara pencapaiannya dapat berhasil jika dilakukan dengan berinteraksi dengan orang lain (Gulardi, 1999). Lebih lanjut dijelaskan bahwa Kondisi penting yang menunjang kebahagiaan bagi orang lanjut usia adalah menikmati kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat keluarga dan teman-teman (Hurlock, 1994). Kemajuan sosio-ekonomi, yang pada akhirnya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidup.Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Studi lain menyatakan bahwa praktisi religius dan perasaan religius berhubungan dengan sense of well being, terutama pada wanita dan individu berusia di atas 75 tahun (Koenig, Smiley, & Gonzales, 1988 dalam Santrock, 2006). Studi lain di San Diego menyatakan hasil bahwa lansia yang orientasi religiusnya sangat kuat diasosiasikan dengan kesehatan yang lebih baik (Cupertino & Haan, 1999 dalam Santrock, 2006). Hasil studi menyebutkan bahwa aktivitas beribadah atau bermeditasi diasosiasikan dengan panjangnya usia (McCullough & Others, 2000 dalam Santrock, 2006). Hasil studi lainnya yang mendukung adalah dari Seybold&Hill (2001 dalam Papalia, 2003) yang menyatakan bahwa ada asosiasi yang positif antara religiusitas atau spiritualitas dengan well being, kepuasan pernikahan, dan keberfungsian psikologis; serta asosiasi yang negatif dengan bunuh diri, penyimpangan, kriminalitas, dan penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang.

Hal ini mungkin terjadi karena dengan beribadah dapat mengurangi stress dan menahan produksi hormon stres oleh tubuh, seperti adrenalin. Pengurangan hormon stress ini dihubungkan dengan beberapa keuntungan pada aspek kesehatan, termasuk sistem kekebalan tubuh yang semakin kuat (McCullough & Others, 2000 dalam Santrock, 2006). Agama dapat memainkan peran penting dalam kehidupan orang-orang tua (Mcfadden, 1996).b. Faktor lingkungan Lingkungan memiliki pengaruh besar bagi kesehatan fisik dan mental manusia. Agama Islam memiliki perhatian khusus terhadap masalah lingkungan. Rasulullah bersabda, "Alam dan seluruh tanah di muka bumi adalah masjid dan tempat ibadah". (http://indonesian.irib.ir). Aspek lingkungan yang dipengaruhi kualitas dan keterjangkauan sarana kesehatan, keadaan tempat tinggal, sumber finansial, serta kesempatan rekreasi pada lansia juga akan mempengaruhi kesehatan lansia. Sebagai contoh, bila di daerah lansia itu tinggal sulit diakses pelayanan kesehatan karena jauhnya jarak atau medan yang tidak bersahabat, hal ini akan menghambat lansia mendapat pelayanan kesehatan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kesehatanya. Contoh lain, lingkungan tinggal yang mendukung aktivitas keagamaan, atau anggota masyarakat yang islami atau keterjangkauannya tempat-tempat ibadah hal ini akan mendukung peningkatan perkembangan spiritualitas lansia menjadi lebih matang. Pada akhirnya membantu lansia untuk menghadapi kenyataan termasuk dampak dari penuaan fisik yang dialami, dan mengahadapi kenyataan tersebut. Sehingga lansia dapat berperan aktif dalam kehidupan5. Penelitian Di Beberapa Negara Majua. Amerika SerikatHasil penelitian di Amerika serikat mengungkapkan bahwa populasi penduduk yang berusia 64 tahun atau lebih mengalam peningkatan yaitu dari 37 juta pada 2006 menjadi 71,5 juta pada 2030. Menurut laporan 2,3 juta lansia Amerika menglami kemiskinan, untuk itu pemerintah Amerika meyediakan Asuransi Kesehatan Medicare untuk memudahkan lansia ke pelayanan kesehatan.Selain faktor ekonomi factor social juga berperan penting di Amerika, penduduk lansia memiliki strata sosial di bawah kaum muda. Selain itu, factor lngkungan juga berperan penting, karena pertumbuhan industri di Amerika sangat tinggi sehingga risiko terpapar panas, mikroba dan polutan lainnya juga sangat tinggi untuk setiap penduduk termasuk lansia. Untuk mengatasi hal tersebut Amerika memiliki Environmental Protection Agency (EPA) mengatasi masalah air, climte change, emergencies, green living, health and safety, land and cleanup, pesticides, chemicals, and toxics, waste, and water. b. KanadaPendapatan rata-rata untuk pria dan wanita usia 55 dan menurun. Penelitian di kanada menunjukkan bahwa lansia miskin/pendapatan yang menurun menunjukkan hubungan yang kuat dengan status sosial ekonomi, misalnya, tahun 1979 kanada survei kesehatan mengungkapkan bahwa di antara wanita yang berusia 70 dan atas, tingkat peradangan kronis hipertensi adalah dalam tertinggi kelompok sosial-ekonomi terendah dan tertinggi di antara orang-orang di kelas sosio-ekonomi. Selain itu, Orang-orang memiliki pendapatan rata-rata terendah adalah dua kali lipat untuk meninggal antara 65 dan 70 tahun sebagai orang dalam tertinggi laba bersih kelompok. Studi lain telah menunjukkan bahwa angka harapan hidup dari orang yang hidup di garis kemiskinan yang lebih pendek dengan sembilan tahun dari mereka memiliki tetangga yang kaya. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah Kanada memberikan jaminan kesehatan pada lansia dengan mengalokasikan dana sekitar 13,3 milyar. Selain factor ekonomi, faktor lingkungan memagang peranan penting, Negara maju memiliki industry yang maju pula sehingga resiko terpapar akibat lingkungan juga beresiko tinggi mengganggu kesehatan lansia. c. JepangMasalah social ekonomi dan lingkungan di jepang juga menjadi masalah terhadap kesejahteraan lansia. Namun demikian, Jepang menyediakan asuransi kesehatan nasiona yang mencakup hamper seluruh penduduk termasuk lansia, pada umumnya mereka membayar 70% dari biaya medis kecuali 30% untuk anak-anak dan lansia. Namun , angka kejadian bunuh diri lansia akibat depresi tetap tinggi di jepang merasa kesepian serta tidak mendapat perhatian dari anak-anak mereka. d. AustraliaSecara empirik, pembangunan nasional (sosial-ekonomi) yang sedang berjalan serta keadaan lingkungan sekitar juga memiliki kontribusi dalam bidang kesehatan masyarakat. Indikatornya tampak jelas dengan menurunnya angka kematian dan penyakit menular, yang diikuti pula meningkatnya angka harapan hidup. Selama bertahun-tahun, negara Persemakmuran Australia telah melaksanakan banyak program yang bermanfaat bagi warga negaranya. Sebagai hasilnya, rakyat Australia secara umum menikmati standar hidup yang tinggi, kesehatan yang baik, dan sistem perawatan medis yang terbaik. Pemerintah mendanai banyak pelayanan medis dan farmasi di banyak rumah sakit umum maupun tempat perawatan lansia. Pemerintah Australia juga merupakan sumber dana utama bagi penelitian kesehatan dan pelatihan tenaga ahli dan teknisi di bidang perawatan kesehatan. Di australia orang lansia juga lebih diperhatikan. Mereka dapat menikmati layanan publik di tengah keterbatasan fisik yang dialami. Kebijakan terhadap orang lansia ditangani langsung oleh lembaga setingkat kementerian, seperti Departemen Kesehatan dan Lanjut Usia Australia. Program pemerintah australia sendiri mengalokasikan 1,2 milyar dolar untuk meningkatkan staff perawatan manula dan disediakan 270-juta dolar untuk penanganan dementia. Dengan fasilitas tersebut secara tidak langsung akan meningkatkan derajat kesehatan lansia di negara tersebut.e. Singapura

Singapura untuk meningkatkan pelayanan sosial bagi kesejahteraan lanjut usia, fasilitas yang memadai dan ditunjang tenaga profesional sangat mendukung untuk meningkatkan Pelayanan dan pemberdayaan Lanjut Usia. Tsao Foundation (Hua Mei Center) merupakan UPT khusus lanjut Usia dengan ekonomi menengah keatas dengan fasilitas seperti rumah sakit, memiliki visi we envision a society for all ages that supports aktive ageing and values the contributions of older people. Sama halnya dengan Hua Mei Center, National Council of Social Service (NCSS) merupakan UPT yang berfokus pada adding colours to the lives of seniors, forget full but not forgetten, help for those help others, going beyond basic care memiliki sarana penunjang bagi kesejahteraan lanjut usia. Dengan sarana dan prasarana yang memadai tersebut pasti akan meningkatkan derajat kesehatan lansia di negara tersebut.BAB IV

PENUTUP

A. KesimpulanJumlah penduduk Ianjut usia (Iansia) pada dasawarsa ini mengalami peningkatan yang cukup pesat. Fakta yang terjadi di masa kini yaitu Usia Harapan Hidup (UHH) kaum wanita melampaui kaum Iaki-Iaki (patmonodewo et aI. 2001). Wanita Iansia beresiko tinggi mengalami masaIah gizi, hal ini terjadi karena kondisi tubuh Iansia mulai mengalami penurunan sebagai bagian dari proses penuaan. Masalah gizi dan kesehatan Iansia adalah hal yang penting untuk diperhatikan. Melalui gizi yang baik, usia produktif dapat ditingkatkan sehingga wanita Iansia tetap dapat ikut serta berperan daIam pembangunan (Astawan dan Wahyuni 1988). Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak.B. SaranSemoga makalah yang berjudul factor-faktor kesehatan pada lansia dapat bermanfaat bagi para pembaca.DAFTAR PUSTAKA1. Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 200.2. http://www.geocities.ws/klinikikm/kesehatan-ingkungan/status kesehatan.jpg3. http://wimee.wordpress.com/2011/06/20/teori-h-l-blum