Upload
putu-dwi-nurjayadhi
View
74
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Adi, seorang anak berusia 7 tahun sangat aktif dan senang berlari-lari. Suatu hari, dia terjatuh dan lutunya berdarah. Kemudian dia berlari menghampiri kakaknya dan menanyakan apakah lututnya akan terus keluar darah seperti temannya, Arik. Arik juga pernah terjatuh saat berlari dan harus dibawa ke rumah sakit karena darahnya terus keluar. Sambil membersihkan luka Adi, kakaknya menjelaskan bahwa tidak semua orang seperti Arik, dia mempunyai kelainan pembekuan darah, sedangkan luka Adi akan sembuh karena dalam tubuh orang normal terdapat hemostasis. Adi senang mendengarkan penjelasan kakaknya yang baru 1 tahun menjadi mahasiswa kedokteran
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Darah merupakan sebuah bagian penting dari kehidupan mahluk hidup terutama
manusia. Darah memiliki berbagai macam fungsi yang tidak dapat digantikan oleh
substansi lain. Memegang peranan penting dari sistem transpor dalam tubuh. Berbagai
macam zat berpindah dari satu sel ke sel lainnya melalui darah, baik itu berupa sel
darah merah yang mengangkut nutrisi, oksigen dan karbon dioksida; sel darah putih
untuk imunitas; dan juga keping darah yang berguna dalam proses pembekuan darah.
Hal ini berperan sangat banyak untuk pengaturan berbagai macam aktivitas tubuh
baik itu mekanik maupun kimia. Darah diproduksi di sumsum tulang, produksi sel
darah berbeda-beda mulai dari dalam rahim ibu hingga dewasa. Selain dibentuk, sel
darah juga akan mengalami lisis atau hancur secara otomatis dengan bantuan dari sel
makrofag. Selain produksi dan destruksi, sel darah juga bisa menghilang atau keluar
dari tubuh akibat penyebab yang bermacam-macam. Keluarnya darah dari pembuluh
darah disebut dengan perdarahan atau haemorraghia. Satu hal yang pasti terjadi bila
terjadi perdarahan adalah terpicunya proses hemostasis yang akan kita bahas
selanjutnya di dalam laporan ini. Proses ini menjadikan keping darah atau trombosit
sebagai pemeran utama dalam proses pembekuan darah. Pembekuan darah merupakan
salah satu proses fisiologis yang berguna untuk mencegah agar darah tidak keluar
terlalu banyak pada saat terjadi perdarahan.
Page 1 of 25
BAB II
PEMBAHASAN
A. Skenario
LBM III
Keluar Darah
Adi, seorang anak berusia 7 tahun sangat aktif dan senang berlari-lari. Suatu hari,
dia terjatuh dan lutunya berdarah. Kemudian dia berlari menghampiri kakaknya dan
menanyakan apakah lututnya akan terus keluar darah seperti temannya, Arik. Arik juga
pernah terjatuh saat berlari dan harus dibawa ke rumah sakit karena darahnya terus
keluar. Sambil membersihkan luka Adi, kakaknya menjelaskan bahwa tidak semua orang
seperti Arik, dia mempunyai kelainan pembekuan darah, sedangkan luka Adi akan
sembuh karena dalam tubuh orang normal terdapat hemostasis. Adi senang
mendengarkan penjelasan kakaknya yang baru 1 tahun menjadi mahasiswa kedokteran.
B. Terminologi
C. Permasalahan
1. Bagaimana proses hemostasis yang terjadi pada saat peradarahan?
2. Bagaimana proses pembekuan darah?
3. Apa sajakah kelainan dalam pembekuan darah?
4. Pemeriksaan penunjang apa sajakh yang diperlukan untuk memeriksa kelainan
pembekuan darah?
D. Pembahasan
1. Peristiwa hemostasis
Istilah hemostasis berarti pencegahan hilangnya darah. Bila pembuluh darah
mengalami cedera atau rupture, hemostasis terjadi melalui beberapa cara : (1)
Page 2 of 25
konstriksi pembuluh darah, (2) pembentukan sumbat platelet, (3) pembentukan
bekuan darah sebagai hasil dari bekuan darah, dan (4) akhirnya terjadi
pertumbuhan jaringan fibrosa ke dalam bekuan darah untuk menutup lubang pada
pembuluh secara permanen.
- Konstriksi Pembuluh Darah
Segera setelah pemubuluh darah terpotong atau rupture, dinding
pembuluh darah yang rusak itu sendiri menyebabkan otot polos dinding
pembuluh berkontraksi; sehingga dengan segera aliran darah dari
pembuluh yang rupture akan berkurang. Kontraksi terjadi sebagai akibat
dari (1) spasme miogenik local, (2) factor autokoid lokal yang berasal dari
jaringan yang terkena trauma dan platelet darah, dan (3) berbagai reflex
saraf. Reflex saraf dicetuskan oleh impuls saraf nyeri atau impuls-impuls
sensorik lain dari pembuluh yang rusak atau dari jaringan yang berdekatan.
Namun, vasokonstriksi yang lebih lagi kemungkinan hadil dari kontraksi
miogenik setempat pada pembuluh darah. Kontraksi ini terjadi karena
kerusakan pada dinding pembuluh darah. Untuk pembuluh darah yang
lebih kecil, platelet mengakibatkan sebagian besar vasokonstriksi dengan
melepaskan sebuah substansi vasokonstriktor, tromboksan A2.
Semakin besar kerusakan yang terjadi, semakin hebat spasmenya.
Spasme pembuluh local ini dapat berlangsung beberapa menit bahkan
beberapa jam, dan selama itu berlangsung proses pembentukan sumbat
platelet dan pembekuan darah.
- Pembentukan Sumbat Platelet
Bila luka pada pembuluh darah berukuran sangat kecil; setiap hari
terbentuk banyak lubang yang sangat kecil di seluruh tubuh. Lubang itu
biasanya ditutup oleh sumsum platelet, bukan oleh bekuan darah.
Ciri-ciri Fisik dan Kimiawi Platelet. Platelet (disebut juga trombosit)
berbentuk cakram kecil dengan diameter 1 sampai 4 mikrometer.
Trombosit dibentuk di sumsum tulang dari megakariosit, yaitu sel yang
sangat besar dalam sumsum; megakariosit pecah menjadi trombosit kecil,
baik di sumsum tulang atau segera setelah memasuki darah, khususnya
ketika memasuki kapiler. Konsentrasi normal trombosit dalam darah ialah
antara 150.000 dan 300.000 per micrometer.
Page 3 of 25
Trombosit mempunyai banyak cirri khas fungsional sel lengkap,
walaupun tidak mempunyai inti dan tidak dapat bereproduksi. Di dalam
sitoplasmanya terdapat factor-faktor aktif seperti (1) molekul aktin dan
myosin, yang merupakan protein kontraktil sama seperti yang terdapat
dalam sel-sel otot, dan juga protein kontraktil lainnya, yaitu trombostenin,
yang dapat menyebabkan trombosit berkontraksi; (2) sisa-sisa reticulum
endoplasma dan apparatus golgi yang mensintesis berbagai enzim dan
terutama menyimpan sejumlah besar ion kalsium; (3) mitokondria dan
system enzim yang mampu membentuk adenosine trifosfat (ATP) dan
adenosine difosfat (ADP); (4) system enzim yang mensintesis
prostaglandin, yang merupakan hormone local yang menyebabkan
berbagai reaksi pembuluh darah dan reaksi jaringan local lainnya; (5) suatu
proteinpenting yang disebut factor stabilisasi fibrin; dan (6) factor
pertumbuhan (growth factor) yang menyebabkan penggandaan dan
pertumbuhan sel endotel pembuluh darah, sel otot polos pembuluh darah,
dan fibroblast, sehingga menimbulkan pertumbuhah selular yang akhirnya
memperbaiki dinding pembuluh yang rusak.
Membrane sel trombosit juga penting. Di permukaannya terdapat
lapisan glikoprotein yang mencegah pelekatan dengan endotel normal dan
justru menyebabkan pelekatan dengan daerah dinding pembuluh yang
cedera, dan bahkan melekat pada jaringan kolagen yang terbuka di bagian
dalam pembuluh. Selain itu, membrane mengandung banyak fosfolipid
yang mengaktifkan berbagai tingkat dalam proses pembekuan darah.
Jadi, trombosit merupakan struktur yang aktif. Waktu paruh hidupnya
dalam darah ialah 8 sampai 12 hari, jadi setelah beberapa minggu proses
fungsionalnya berakhir. Trombosit itu kemudian diambil dari sirkulasi,
terutama oleh system makrofag jaringan. Lebih dari separuh trombosit
diambil oleh makrofag dalam limpa, yaitu pada waktu darah melewati kisi-
kisi trabekula yang rapat.
Mekanisme Sumbat Trombosit. Trombosit melakukan perbaikan
terhadap pembuluh yang rusak didasarkan pada beberapa fungsi penting
dari trombosit itu sendiri. Pada waktu trombosit bersinggungan dengan
permukaan pembuluh yang rusak, terutama dengan serabut kolagen di
dinding pembuluh, sifat-sifat trombosit segera berubah secara drastic.
Page 4 of 25
Trombosit mulai membengkak; bentuknya menjadi ireguler dengan
tonjolan-tonjolan yang mencuat dari permukaannya protein kontraktilnya
berkontraksi dengan kuat dan menyebabkan pelepasan granula yang
mengandung berbagai factor aktif; trombosit itu menjadi lengket sehingga
melekat pada kolagen dalam jaringan dan pada protein yang disebut factor
von Willebrand yang bocor dari plasma menuju jaringan yang trauma;
trombosit menyekresikan sejumlah besar ADP; dan enzim-enzimnya
membentuk tromboksan A2. ADP dan tromboksan kemudian
mengaktifkan trombosit yang berdekatan, dank arena sifat lengket dari
trombosit tambahan ini maka akan menyebabkan melekat pada trombosit
semula yang sudah aktif.
Dengan demikian, pada setiap lokasi dinding pembuluh darah yang
rusak menimbulkan suatu siklus aktivasi trombosit yang jumlahnya terus
meningkat yang menyebabkannya menarik lebih banyak lagi trombosit
tambahan, sehingga membentuk sumbat trombosit. Sumbat ini pada
mulanya longgar, namun biasanya berhasil menghalangi hilangnya darah
bila luka di pembuluh ukurannya kecil. Setelah itu, selama proses
pembekuan darah selanjutnya, benang-benang fibrin terbentuk. Benag
fibrin ini melekat erat pada trombosit, sehingga terbentuklah sumbat yang
kuat.
Pentingnya Mekanisme Trombosit untuk Penutupan Luka Pembuluh
darah. Mekanisme sumbat trombosit sangat penting untuk menutup
rupture-ruptur kecil pada pembuluh darah yang sangat kecil, yang terjadi
ribuan kali setiap hari. Berbagai lubang kecil pada sel endotel itu sendiri
sering kali ditutupi oleh trombosit yang sebenarnya bergabung dengan sel
endotel untuk membentuk membrane sel endotel tamabahan. Orang yang
mempunyai trombosit darah sedikit sekali, setiap hari mengalami ribuan
perdarahan kecil di bawah kulit dan di seluruh jaringan bagian dalam; pada
orang normal hal ini tidak terjadi.
- Pembekuan Darah pada Pembuluh yang rupture
Mekanisme ketiga untuk hemostasis ialah pembentukan bekuan darah.
Bekuan mulai terbentuk dalam waktu 15 sampai 20 detik bila trauma pada
dinding pembuluh sangat hebat, dan dalam 1 sampai 2 menit bila
Page 5 of 25
traumanya kecil. Zat-zat activator dari dinding pembuluh darah yang
rusak, dari trombosit, dan dari protein-protein darah yang melekat pada
dinding pembuluh darah.
Dalam waktu 3 sampai 6 menit setelah pembuluh rupture, bila luka
pada pembuluh tidak terlalu besar, seluruh bagian pembuluh yang terluka
atau ujung pembuluh yang terbuka akan diisi oleh bekuan darah. Setelah
20 menit sampai satu jam, bekuan akan mengalami retraksi; ini akan
menutup tempat luka. Trombosit juga memegang peranan penting dalam
peristiwa retraksi bekuan ini.
- Pembentukan Jaringan Fibrosa atau Penghancuran Bekuan Darah
Setelah bekuan darah terbentuk, dua proses berikut dapat terjadi: (1)
bekuan dapar diinvasi oleh fibroblas, yang kemudian membentuk jaringan
ikat pada seluruh bekuan tersebut, atau (2) dapat juga bekuan itu
dihancurkan. Biasanya bekuan yang terbentuk pada luka kecil di dinding
pembuluh darah akan diinvasi oleh fibroblas, yang mulai terjadi beberapa
jam setelah bekuan itu terbentuk mudah, (dipermudah paling tidak oleh
factor factor pertumbuhan yang disekresi oleh trombosit). Hal ini berlanjut
sampai terjadi pembentukan bekuan yang lengkap menjadi jaringan fibrosa
dalam waktu kira-kira 1 sampai 2 minggu.
Sebaliknya, bila sejumlah besar darah merembes ke jaringan dan
terjadi bekuan jaringan yang tidak dibutuhkan, zat khusus yang terdapat
dalam bekuan itu sendiri menjadi teraktivasi. Zat ini berfungsi sebagai
enzim yang menghancurkan bekuan itu.1
2. Mekanisme Pembekuan Darah
Faktor-Faktor Pembekuan Darah
Faktor I ( Fibrinogen): Prekusor fibrin (protein terpolimerasi) : Sebuah
faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan diubah
menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan
masalah pembekuan darah afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia.
Faktor II (Prothrombin): Prekursor enzim proteolitik trombin dan mungkin
akselelator lain pada konversi protombin. Sebuah faktor koagulasi yang
Page 6 of 25
merupakan protein plasma dan diubah menjadi bentuk aktif trombin
(faktor IIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur
umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong ke
bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor menyebabkan
hypoprothrombinemia.
Faktor III (Tromboplastin) : aktivator lipoprotein jaringan pada protrombin
koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda dalam
tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting dalam
pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur
koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.
Faktor IV (Kalsium): diperlukan untuk aktivasi protrombin dan
pembentukan fibrin.
Faktor V (Proaccelerin):suatu faktor plasma yang mempercepat konversi
protrombin menjadi trombin. Sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang
relatif labil dan panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum,
dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin
mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan
faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah
yang langka yang disebut parahemophilia, dengan berbagai derajat
keparahan. Disebut juga akselerator globulin.
Faktor VII Proconvertin: akselelator konversi protrombin serum : suatu
faktor serum yang mempercepat konversi protrombin. Sebuah faktor
koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan panas dan berpartisipasi
dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan
kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X.
Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif)
atau diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil
dalam kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin
konversi faktor akselerator dan stabil.
Faktor VIII (Antihemophilic factor; Globulin antihemofilik) : suatu faktor
plasma yang berkaitan dengan faktor III trombosit dan faktro Christmas
(IX). Sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan
berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser
dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X.
Page 7 of 25
Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut
juga antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A.
Faktor IX (Tromboplastin Plasma komponen; Faktor Christmas) : faktor
serum berkaitan dengan faktor-faktor trombosit III dan VIII, mengaktivasi
protrombin. Sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan
terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan
Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan
faktor antihemophilic B.
Faktor X (Stuart faktor) : suatu faktor plasma dan serum, akselelator
konversi protrombin. Sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif
stabil dan berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi,
menyatukan mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah
diaktifkan, membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor
V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah dan
mengaktifkan prothrombin untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat
menyebabkan gangguan koagulasi sistemik. Disebut juga Prower Stuart-
faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga thrombokinase.
Faktor XI (Pendahulu tromboplastin plasma) : suatu faktor plasma yang
diaktivasi oleh faktor Hageman (XII), akselelator pembentukan trombin.
Faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur intrinsik dari
koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Lihat juga
kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C.
Faktor XII (Hageman faktor): suatu faktor plasma mengaktivasi PTA (XI).
Faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau
permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi
dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan
kecenderungan trombosis.
Faktor XIII (Faktor penstabil fibrin;faktor plasma) : menghasilkan bekuan
fibrin yang lebih kuat yang tidak larut di dalam urea. Sebuah faktor
koagulasi yang merubah fibrin monomer untuk polimer sehingga mereka
menjadi stabil dan tidak larut dalam urea, fibrin yang memungkinkan
untuk membentuk pembekuan darah. Kekurangan faktor ini memberikan
kecenderungan seseorang hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan
Page 8 of 25
protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga disebut
transglutaminase.
Faktor-faktor pembekuan, kecuali faktor III (tromboplastin jaringan) dan
faktor IV (ion kalsium), merupakan protein plasma yang berada dalam sirkulasi
darah sebagai molekul inaktif. Faktor-faktor koagulasi dengan mengguanakan
angka Romawi yang baku dan diterima secara internasional. Prakalikrein dan
kinogen dengan berat molekul-tinggi bersama faktor XII dan XI, disebut faktor-
faktor kontak dan diaktivasi pada saat cedera dengan berkontak dengan
permukaan jaringan; faktor-faktor tersebut berperan dalam pemecahan bekuan-
bekuan pada saat terbentuk.
Aktivasi faktor-faktor koagulasi diyakini terjadi karena enzim-enzim
memecahkan fragmen bentuk prekursor yang tidak aktif, oleh karena itu disebut
prokoagulan. Tiap faktoryang diaktivasi, kecuali faktor V, VIII, XIII, dan I
(fibrinogen), merupakan enzim pemecah-protein (protease serin), yang
mengaktivasi prokoagulan berikutnya.
Hati merupakan tempat sintesis semua faktor kecuali faktor VIII dan mungkin
faktor XI dan XIII.Vitamin K penting uktuk sintesis faktor-faktor protrombin II,
VII, IX, dan X. Bukti-bukti yang ada memberi kesan bahwa faktor VIII benar-
benar molekul kompleks yang terdiri atas tiga sub unit yang berbeda: (1) bagian
prokoagulan, yang mengandung faktor antihemofilia, VIIIAHG, yang tidak
dijumpai pada pasien-pasien hemofilia klasik, (2) sub unit lain mengandung
tempat antigenik; dan (3) faktor von Willebrand, VIIIVWF, yang diperlukan
untuk praaktif adhesi trombosit pada dinding pembuluh darah.1
Pada setiap mekanisme pembekuan darah akan menyebabkan pembentukan
aktivator protrombin, yang selanjutnya mengubah protrombin menjadi trombin
dan menimbulkan seluruh langkah berikutnya. Aktivator protrombin tersebut
biasanya dapat dibentuk melalui dua cara, walaupun, pada kenyataannya, kedua
cara ini saling berinteraksi secara konstan satu sama lain: (1) melalui jalur
ekstrinsik yang dimulai dengan terjadinya trauma pada dinding pembuluh darah
dan jaringan sekitarnya dan, (2) melalui jalur intrinsik yang berawal dari dalam
darah sendiri.
• Jalur Ekstrinsik
Page 9 of 25
Mekanisme ekstrinsik sebagai awal pembentukan aktivator protrombin dimulai
dengan dinding pembuluh darah atau jaringan ekstravaskular yang rusak yang
kontak dengan darah. Kejadian ini menimbulkan langkah-langkah berikutnya,
seperti yang terlihat pada Gambar 1.
1. Pelepasan faktor jaringan¬. Jaringan yang luka melepaskan beberapa faktor
yang disebut faktor jaringan atau tromboplastin jaringan. Faktor ini terutama
terdiri dari fosfolipid dari membran jaringan yang ditambah kompleks lipoprotein
yang terutama berfungsi sebagai enzim proteolitik.
2. Aktivasi Faktor X–peranan Faktor VII dan faktor jaringan. Kompleks
lipoprotein dari faktor jaringan selanjutnya bergabung dengan faktor VII dan,
bersamaan dengan hadirnya ion kalsium, faktor ini bekerja sebagai enzim
terhadap Faktor X untuk membentuk Faktor X yang teraktivasi (Xa).
3. Efek dari Faktor X yang teraktivasi (Xa) dalam membentuk activator
protrombin–peranan Faktor V. Faktor X yang teraktivasi segera berikatan dengan
fosfolipid jaringan yang merupakan bagian dari faktor jaringan, atau dengan
Page 10 of 25
Gambar 1, Jalur ekstrinsik sebagai awal pembekuan darah
fosfolipid tambahan yang dilepaskan dari trombosit, juga dengan Faktor V, untuk
membentuk suatu senyawa yang disebut aktivator protrombin. Dalam beberapa
detik, dengan adanya ion kalsium, senyawa itu memecah protrombin menjadi
trombin, dan berlangsunglah proses pembekuan seperti yang telah dijelaskan di
atas. Pada tahap permulaan, Faktor V yang terdapat dalam kompleks aktivator
protrombin bersifat inaktif, tetapi sekali proses pembekuan ini dimulai dan
trombin mulai terbentuk, kerja proteolitik dari trombin akan mengaktifkan Faktor
V. Faktor ini kemudian akan menjadi akselerator tambahan yang kuat dalam
pengaktifan protrombin. Jadi, dalam kompleks aktivator protrombin akhir, Faktor
X yang teraktivasilah yang merupakan proses sesungguhnya yang menyebabkan
pemecahan protrombin untuk membentuk trombin; Faktor V yang teraktivasi
sangat mempercepat kerja protease ini, sedangkan fosfolipid trombosit bekerja
sebagai alat pengangkut yang mempercepat proses tersebut. Perhatikan terutama
umpan balik positif dari trombin, yang bekerja melalui Faktor V, untuk
mempercepat proses seluruhnya.
• Jalur Intrinsik
Mekanisme kedua untuk awal pembentukan activator protrombin, dan dengan
demikian juga merupakan awal dari proses pembekuan, dimulai dengan terjadinya
trauma terhadap darah itu sendiri atau darah berkontak dengan kolagen pada
dinding pembuluh darah yang rusak. Kemudian proses berlangsung melalui
serangkaian reaksi kaskade, seperti pada Gambar 2.
Page 11 of 25
1. (1) Pengaktifan Faktor XII dan (2) pelepasan fosfolipid trombosit oleh
darah yang terkena trauma. Trauma terhadap darah atau berkontaknya darah
dengan kolagen dinding pembuluh darah akan mengubah dua faktor pembekuan
penting dalam darah: Faktor XII dan trombosit. Bila faktor XII terganggu,
misalnya karena berkontak dengan kolagen atau dengan permukaan yang basah
seperti gelas, ia akan berubah menjadi bentuk molekul baru yaitu sebagai enzim
pro-teolitik yang disebut “Faktor XII yang teraktivasi”. Pada saat yang bersamaan,
trauma terhadap darah juga akan merusak trombosit akibat bersentuhan dengan
kolagen atau dengan permukaan basah (atau rusak karena cara lain), dan ini akan
melepaskan berbagai fosfolipid trombosit yang mengandung lipoprotein, yang
disebut faktor 3 trombosit, yang juga memegang peranan dalam proses
pembekuan selanjutnya.
Page 12 of 25
Gambar 2, Jalur intrinsik sebagai awal pembekuan darah
2. Pengaktifan Faktor XI. Faktor XII yang teraktivasi bekerja secara enzimatik
terhadap Faktor XI dan juga mengaktifkannya. Ini merupakan langkah kedua
dalam jalur intrinsik. Reaksi ini juga memerlukan kininogen HWM (berat molekul
tinggi), dan dipercepat oleh prekalikrein.
3. Pengaktifan Faktor XI dan Faktor XI yang telah teraktivasi. Faktor XI yang
teraktivasi bekerja secara enzimatik terhadap Faktor XI dan mengaktifkannya.
4. Pengaktifan Faktor IX–peranan Faktor VIII. Faktor IX yang teraktivasi,
yang bekerja sama dengan Faktor VIII teraktivasi dan dengan fosfolipid trombosit
dan faktor 3 dari trombosit yang rusak, mengaktifkan Faktor X. Jelaslah bahwa
bila Faktor VIII atau trombosit kurang persediaanya, langkah ini akan terhambat.
Faktor VIII adalah faktor yang tidak dimiliki oleh pasien hemophilia klasik, dan
karena alasan itu disebut faktor antihemofilia. Trombosit adalah faktor pembekuan
yang tidak didapati pada penyakit perdarahan yang disebut trombositopenia.
5. Kerja Faktor X teraktivasi dalam pembentukan aktivator protrombin–
peranan Faktor V. Langkah dalam jalur intrinsik ini pada prinsipnya sama dengan
langkah terakhir dalam jalur ekstrinsik. Artinya, faktor X yang teraktivasi
bergabung dengan Faktor V dan trombosit atau fosfolipid jaringan untuk
membentuk suatu kompleks yang disebut aktivator protrombin. Aktivator
protrombin dalam beberapa detik mengawali pemecahan protrombin menjadi
trombin, dan dengan demikian proses pembekuan selanjutnya dapat berlangsung
seperti yang telah diuraikan terdahulu.1
3. Kelainan-kelainan pembekuan darah
A. Hemofilia
Hemofilia adalah gangguan koagulasi herediter akibat terjadinya mutasi atau
cacat genetik pada kromosom X. Kerusakan kromosom ini menyebabkan
penderita kekurangan faktor pembeku darah sehingga mengalami gangguan
pembekuan darah. Dengan kata lain, darah pada penderita hemofilia tidak dapat
membeku dengan sendirinya secara normal.
Hemofilia tak mengenal ras, perbedaan warna kulit ataupun suku bangsa.
Namun mayoritas penderita hemofilia adalah pria karena mereka hanya memiliki
satu kromosom X. Sementara kaum hawa umumnya hanya menjadi pembawa sifat
(carrier). Seorang wanita akan benar-benar mengalami hemofilia jika ayahnya
seorang hemofilia dan ibunya pun pembawa sifat. Akan tetapi kasus ini sangat
Page 13 of 25
jarang terjadi. Meskipun penyakit ini diturunkan, namun ternyata sebanyak 30
persen tak diketahui penyebabnya.
Ada dua jenis utama Hemofilia , yaitu:
- Hemofilia A:
Disebut Hemofilia Klasik. Pada hemofilia ini, ditemui adanya defisiensi
atau tidak adanya aktivitas faktor antihemofilia VIII, protein pada darah
yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
- Hemofilia B :
Disebut Christmas Disease. Ditemukan untuk pertama kalinya pada
seorang bernama Steven Christmas yang berasal dari Kanada.pada
Christmas Disease ini, dijumpai defisiensi atau tidak adanya aktivitas
faktor IX.
Penyakit hemofilia diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :
1. Hemofilia berat, jika kadar aktivitas faktor kurang dari 1 %.
2. Hemofilia sedang, jika kadar aktivitas faktor antara 1-5 %.
3. Hemofilia ringan, jika kadar aktivitas faktor antara 6-30 %.
Gangguan pembekuan darah terjadi karena kadar aktivitas faktor pembeku
darah jenis tertentu kurang dari jumlah normal, bahkan hampir tidak ada.
Sementara tingkat normal faktor VIII dan IX adalah 50-200 %. Pada orang
normal, nilai rata-rata kedua faktor pembeku darah adalah 100%..
B. Penyakit Von Willebrand
Penyakit von willebrand adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh
kekurangan atau kelainan pada vaktor von willebrand di dalam darah yang
sifatnya diturunkan. Faktor von willebrand adalah suatu protein yang
mempengaruhi fungsi trombosit.
Faktor von Willebrand ditemukan di dalam plasma, trombosit dan
dinding pembuluh darah. Jika faktor ini hilang atau jumlahnya kurang, maka
tidak akan terjadi penyumbatan pembuluh darah yang terluka (proses
melekatnya trombosit ke dinding pembuluh yang mengalami cedera). Sebagai
akibatnya, perdarahan tidak akan segera terhenti sebagaimana mestinya,
meskipun pada akhirnya biasanya akan berhenti
Biasanya penderita memiliki orang tua dengan riwayat gangguan
perdarahan. Anak mudah mengalami memar atau mengalami perdarahan yang
Page 14 of 25
berlebihan setelah kulitnya tergores, pencabutan gigi, pengangkatan amandel
maupun pembedahan lainnya.
Pada wanita, darah menstruasinya sangat banyak. Di lain fihak,
perubahan hormonal, stres, kehamilan peradangan dan infeksi bisa
merangsang tubuh untuk meningkatkan pembentukan faktor von Willebrand
dan untuk sementara waktu bisa memperbaiki pembentukan bekuan. Gen yang
membuat VWF bekerja pada dua jenis sel yaitu :
- Sel endotel yaitu yang melapisi pembuluh darah, dan
- Trombosit
Jika tidak terdapat cukup VWF dalam darah, atau tidak bekerja dengan
baik, maka dalam proses pembekuan darah memerlukan waktu lebih lama.
Penyakit ini tidak sama dengan hemofilia dan sering dialami oleh wanita.3
C. Trombositopenia
Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit kurang dari 100.000
mm3. Jumlah trombosit yang rendah ini dapat merupakan akibat berkurangnya
produksi / meningkatnya penghancuran trombosit. Namun, umumnya tidak
ada manifestasi klinis hingga jumlahnya kurang dari 100.000 / mm3 dan lebih
lanjut dipengaruhi oleh keadaan-keadaan lain yang mendasari atau yang
menyertai, seperti leukemia atu penyakit hati.
Penurunan produksi trombosit, dibuktikan dengan aspirasi dan biopsy
sumsum tulang, dijumpai pada segala kondisi yang mengganggu atau
menghambat fungsi sumsum tulang. Keadaan trombositopenia dengan
produksi trombosit normal biasanya di sebabkan oleh penghancuran atau
penyimpanan yang berlebihan
Gejala klinis :
Peteki/lepuhan yang berisi darah yang disebabkan oleh pendarahan ke
dalam kulit
Pendarahan kedalam membran mukosa
Tidak enak badan, mudah lelah dan kelemahan umum
Lepuhan berisi darah yang besar dalam mulut (pada pasien dewasa)
D. DIC (disseminated intravascular coagulation)
Kekurangan faktor pembekuan karena pembekuan yang berlebihan.
Gejala klinis :
Page 15 of 25
Pendarahan abnormal
Kerembesan serum dalam kulit
Pendarahan pada saat pemasangan infus/luka pendarahan
Peteki/lepuhan yang berisi darah
Pendarahan dari traktus Gastrointestinal
Opistaksis
Hemoptisis
E. TROMBOSISPatogenesis trombosit arteri dan vena berbeda. Selain dari factor aliran darah, factor risiko dan pembuluh darah sendiri turut berperanan. Trombosit terjadi bila gangguan keseimbangan antara yang merangsang thrombosis dan yang mencegah thrombosis. Trombosis Arteri
Endotel pembuluh darah yang tidak utuh. Endotel pembuluh darah yang utuh akan mencegah trombosit menempel pada endotel pembuluh darah. sebaliknya pembuluh darah yang terganggu atau tidak utuh merupakan factor risiko thrombosis. Sel endotel akan kehilangan kemampuan mencegah thrombosis bila distimulasi oleh enzim seperti thrombin, hipoksia, shear stress, oksidan, sitokin seperti interleukin-1 (IL-1), factor nekrosis tumor (TNF), dan interferon gamma, hormon sintetik.
Trombosis VenaTrombus vena biasanya dimulai di vena betis yang kemudian meluas sampai vena proksimal. Trombus biasanya dibentuk pada aliran darah yang lambat atau yang terganggu. Sering dimulai sebagai deposit kecil pada sinus vena besar dibetis pada puncak kantong vena baik di vena dalam betis maupun dalam paha atau pada vena yang terkena trauma.3
4. Pemeriksaan Hemostatis
A. PT (Masa Protrombin plasma )
PT Protrombin disintesis oleh hati dan merupakan prekursor tidak aktif
dalam proses pembekuan. Protrombin (F II) dikonversi menjadi thrombin oleh
tromboplastin untuk membentuk bekuan darah. Pemeriksaan PT digunakan
untuk menilai kemampuan faktor koagulasi jalur ekstrinsik dan jalur bersama,
yaitu : faktor I (fibrinogen), faktor II (prothrombin), faktor V (proakselerin),
faktor VII (prokonvertin), dan faktor X (faktor Stuart). Perubahan faktor V
dan VII akan memperpanjang PT selama 2 detik atau 10% dari nilai normal.
Page 16 of 25
PT diukur dalam detik. Dilakukan dengan cara menambahkan
campuran kalsium dan tromboplastin pada plasma. Tromboplastin dapat
dibuat dengan berbagai metoda sehingga menimbulkan variasi kepekaan
terhadap penurunan faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K dan
menyebabkan pengukuran waktu protrombin yang sama sering mencerminkan
ambang efek antikoagulan yang berbeda. Usaha untuk mengatasi variasi
kepekaan ini dilakukan dengan menggunakan sistem INR (International
Normalized Ratio). International Committee for Standardization in
Hematology (ICSH) menganjurkan tromboplastin jaringan yang digunakan
harus distandardisasi dengan tromboplastin rujukan dari WHO dimana
tromboplastin yang digunakan dikalibrasi terhadap sediaan baku atas dasar
hubungan linier antara log rasio waktu protrombin dari sediaan baku dengan
dari tromboplastin lokal.
Bahan pemeriksaan PT adalah plasma sitrat yang diperoleh dari sampel
darah vena dengan antikoagulan trisodium sitrat 3.2% (0.109 M) dengan
perbandingan 9:1. Darah sitrat harus diperiksa dalam waktu selambat-
lambatnya 2 jam setelah pengambilan. Sampel disentrifus selama 10 menit
dengan kecepatan 2.500 g. Penyimpanan sampel plasma pada suhu 2-8 oC
menyebabkan teraktivasinya F VII (prokonvertin) oleh sistem kalikrein.
PT dapat diukur secara manual (visual), foto-optik atau
elektromekanik. Teknik manual memiliki bias individu yang sangat besar
sehingga tidak dianjurkan lagi. Tetapi pada keadaan dimana kadar fibrinogen
sangat rendah dan tidak dapat dideteksi dengan alat otomatis, metode ini
masih dapat digunakan. Metode otomatis dapat memeriksa sampel dalam
jumlah besar dengan cepat dan teliti.
Tujuan Pemeriksaan
Pemeriksaan ini dipakai untuk menguji faktor extrinsic. Sebagai
tissuthromboplastin dipakai aceton dehydrated rabbit brain.Test ini digunakan
untuk menguji extrinsic pathway. Jadi diperlukan faktor VII, faktor V, faktor
X, faktor II serta faktor I yang normal, sedangkan tissue thromboplastin tidak
perlu normal.
Arti klinis :
Page 17 of 25
Test ini normal hasilnya : 11 – 13,5 detik. Akan tetapi harus disertai dengan
laporan, misalnya :
PPT penderita 12,5 detik ; PPT control 12,0 detik.
PPT penderita 16,0 detik ; PPT control 12,5 detik.
Dikatakan abnormal apabila beda dengan kontrol lebih dari 2 detik.
Test PPT ini abnormal / memanjang pada :
1. Obstructive jaundice
2. Penyakit-penyakit hepar yang lanjut
3. Penyakit-penyakit perdarahan pada newborns
4. Penyakit-penyakit congenital seperti :
Deficiencyfaktor VII
Deficiency faktor V
Deficiency faktor II
Syndrome nephrotic.
5. Penderita-penderita yang mendapatkan pengobatan dengan obat-
obatanticoagulansia (hal ini memang kita buat memanjang, sering dibuat
menjadi 2 kali dari normal, misalnya : PPT kontrol 12,0 detik ; PPT penderita
23 detik).
Pada faktor intrinsic membutuhkan waktu yang lebih lama, agar
waktunya menjadi lebih pendek, maka faktor contact diganti dengan kaolin =
china clay = bolus alba, dan juga faktor thrombocyte diganti dengan partial
thromboplastine (aktivitasnya mirip dengan phospholipid). Jadi disini faktor
XII dan faktor XI by pass.
B. APTT
Masa tromboplastin parsial teraktivasi (activated partial thromboplastin
time, APTT) adalah uji laboratorium untuk menilai aktifitas faktor koagulasi
jalur intrinsik dan jalur bersama, yaitu faktor XII (faktor Hagemen), pre-
kalikrein, kininogen, faktor XI (plasma tromboplastin antecendent, PTA),
faktor IX (factor Christmas), faktor VIII (antihemophilic factor, AHF), faktor
Page 18 of 25
X (faktor Stuart), faktor V (proakselerin), faktor II (protrombin) dan faktor I
(fibrinogen). Tes ini untuk monitoring terapi heparin atau adanya circulating
anticoagulant. APTT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi instrinsik
dan bersama jika kadarnya > 7 detik dari nilai normal, maka hasil pemeriksaan
itu dianggap abnormal.
APTT memanjang dijumpai pada :
1. Defisiensi bawaan
Jika PPT normal kemungkinan kekurangan :
Faktor VIII
Faktor IX
Faktor XI
Faktor XII
Jika faktor-faktor koagulasi tersebut normal, kemungkinan kekurangan
HMW kininogen (Fitzgerald factor) Defisiensi vitamin K, defisiensi
protrombin, hipofibrinogenemia.
2. Defisiensi didapat dan kondisi abnormal seperti :
Penyakit hati (sirosis hati)
Leukemia (mielositik, monositik)
Penyakit von Willebrand (hemophilia vaskular)
Malaria
Koagulopati konsumtif, seperti pada disseminated intravascular
coagulation (DIC)
Circulating anticoagulant (antiprothrombinase atau circulating
anticoagulant terhadap suatu faktor koagulasi)
Selama terapi antikoagulan oral atau heparin
Penetapan
Pemeriksaan APTT dapat dilakukan dengan cara manual (visual) atau
dengan alat otomatis (koagulometer), yang menggunakan metode foto-optik
dan elektro-mekanik. Teknik manual memiliki bias individu yang sangat besar
Page 19 of 25
sehingga tidak dianjurkan lagi. Tetapi pada keadaan dimana kadar fibrinogen
sangat rendah dan tidak dapat dideteksi dengan alat otomatis, metode ini masih
dapat digunakan. Metode otomatis dapat memeriksa sampel dalam jumlah
besar dengan cepat dan teliti.
Prinsip dari uji APTT adalah menginkubasikan plasma sitrat yang
mengandung semua faktor koagulasi intrinsik kecuali kalsium dan trombosit
dengan tromboplastin parsial (fosfolipid) dengan bahan pengaktif (mis. kaolin,
ellagic acid, mikronized silica atau celite koloidal). Setelah ditambah kalsium
maka akan terjadi bekuan fibrin. Waktu koagulasi dicatat sebagai APTT.
Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah darah vena dengan
antikoagulan trisodium sitrat 3.2% (0.109M) dengan perbandingan 9:1.
Gunakan tabung plastik atau gelas yang dilapisi silikon. Sampel dipusingkan
selama 15 menit dengan kecepatan 2.500 g. Plasma dipisahkan dalam tabung
plastik tahan 4 jam pada suhu 20±5oC. Jika dalam terapi heparin, plasma
masih stabil dalam 2 jam pada suhu 20±5oC kalau sampling dengan
antikoagulan citrate dan 4 jam pada suhu 20±5oC kalau sampling dengan
tabung CTAD.
Nilai Rujukan
Nilai normal uji APTT adalah 20 – 35 detik, namun hasil ini bisa bervariasi
untuk tiap laboratorium tergantung pada peralatan dan reagen yang digunakan.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Pembekuan sampel darah,
Sampel darah hemolisis atau berbusa akibat dikocok-kocok,
Pengambilan sampel darah pada intravena-lines (mis. pada infus heparin).
C. BLEEDING TIME
Bleeding time (BT) menilai kemampuan darah untuk membeku setelah
adanya luka atau trauma, dimana trombosit berinteraksi dengan dinding
pembuluh darah untuk membentuk bekuan. Prinsip pemeriksaannya adalah
mengukur lamanya waktu perdarahan setelah insisi standart pada lengan
bawah atau cuping telinga. Bleeding time digunakan untuk pemeriksaan
penyaring hemostasis primer atau interaksi antara trombosit dan pembuluh
darah dalam membentuk sumbat hemostatik, pasien dengan perdarahan yang
Page 20 of 25
memanjang setelah luka, pasien dengan riwayat keluarga gangguan
perdarahan.
Pemeriksaan BT dapat dilakukan dengan metoda Ivy , yaitu dilakukan
insisi dengan lanset sepanjang 10 mm dan kedalaman 1 mm di lengan bawah
kemudian setiap 30 detik darah dihapus dengan kertas filter sampai perdarahan
berhenti, atau dengan metoda Duke dengan cara yang sama insisi di lokasi
cuping telinga sedalam 3-4 mm.
BT memanjang pada gangguan fungsi trombosit atau jumlah trombosit
dibawah 100.000/ mm3. Pemanjangan BT menunjukkan adanya defek
hemostasis, termasuk didalamnya trombositopenia (biasanya dibawah
100.000/ mm3), gangguan fungsi trombosit heriditer, defek vaskuler
kegagalan vasokonstriksi), Von Willebrand's disease, disseminated
intravascular coagulation (DIC), defek fungsi trombosit (Bernard-Soulier
disease dan Glanzmann’s thrombasthenia) , obat-obatan (aspirin/ ASA,
inhibitor siklooksigenase, warfarin, heparin, nonsteroidal anti-inflammatory
drugs (NSAID), beta-blockers, alkohol, antibiotika) dan hipofibrinogenemia.
Trombositopenia akibat defek produksi oleh sumsum tulang menyebabkan
pemanjangan BT lebih berat dibandingkan trombositopenia akibat destruksi
berlebih trombosit. Pasien dengan von Willebrand’s disease hasil BT
memanjang karena faktor von Willebrand merupakan trombosit agglutination
protein. BT normal tidak menyingkirkan kemungkinan terjadinya perdarahan
hebat pada tindakan invasif.
Waktu perdarahan (bleeding time, BT) adalah uji laboratorium untuk
menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang
dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan
koagulasi. Masa perdarahan tergantung atas : ketepatgunaan cairan jaringan
dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit.
Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan
untuk adhesi pada jaringan subendotel dan membentuk agregasi. Bila
trombosit
Prinsip pemeriksaan ini adalah menghitung lamanya perdarahan sejak
terjadi luka kecil pada permukaan kulit dan dilakukan dalam kondisi yang
standard. Ada 2 teknik yang dapat digunakan, yaitu teknik Ivy dan Duke.
Kepekaan teknik Ivy lebih baik dengan nilai normal 1-6 menit. Teknik Duke
Page 21 of 25
nilai normal 1-8 menit. Teknik Ivy menggunakan lengan bawah untuk insisi
merupakan teknik yang paling terkenal. Aspirin dan antiinflamasi dapat
memperlama waktu perdarahan. Uji ini tidak boleh dilakukan jika penderita
sedang mengkonsumsi antikoagulan atau aspirin; pengobatan harus
ditangguhkan dulu selama 3 – 7 hari.
Masalah Klinis
HASIL MEMENDEK : Penyakit Hodgkin
HASIL MEMANJANG : idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP),
abnormalitas trombosit, abnormalitas vascular, leukemia, penyakit hati serius,
disseminated intravascular coagulation (DIC), anemia aplastik, defisiensi
faktor koagulasi (V, VII, XI). Pengaruh obat : salisilat (aspirin), dekstran,
mitramisin, warfarin (Coumadin), streptokinase (streptodornasi, agens
fibrinolitik).2
D. Platelet Count
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur jumlah platelet yang ada di
dalam darah. Platelet ada bagian-bagian dari darah yang berfungsi membantu
pembekuan darah.
Jumlah platelet normal adalah sekitar 150 ribu- 400 ribu platelet per
mikroliter.
Jumlah platelet yang rendah yaitu di bawah 150 ribu menyebabkan risiko
perdarahan yang semakin tinggi. Jumlah platelet di bawah normal disebut
trombositopenia. Hal ini dapat disebabkan oleh :
- Tidak cukup platelet yang diproduksi
- Platelet dihancurkan di dalam aliran darah
- Platelet dihancurkan ketika melewati limpa atau hati
Jumlah platelet di atas 400 ribu disebut dengan trombositosis. Beberapa orang
dengan jumlah platelet yang tinggi meningkatkan risiko untuk membentuk
bekuan darah.4
Page 22 of 25
Page 23 of 25
Tabel 1, Hasil pemeriksaan lab dan hubungannya dengan kelainan pembekuan darah5
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi, proses hemostasis dimulai dari konstriksi pembuluh darah di tempat terjadinya
luka, lalu terbentuk sumbat platelet yang dilanjutkan pada pmbentukan benang-benang fibrin.
Hal ini bertujuan untuk mencegah banyak darah yang keluar ketika terjadi perdarahan
sehingga tubuh tidak kehilangan banyak darah.
Proses pembekuan ini membutuhkan banyak faktor pembekuan mulai dari faktor I –
XIII. Kekurangan dari faktor-faktor ini dapat menyebabkan beberapa kelainan proses
pembekuan darah seperti haemofilia, DIC, maupun von Wilebrand Disease. Adapun
pemeriksaan umum untuk mengetahui apakah seseorang memiliki kelainan pembekuan darah
atau tidak bisa menggunakan pemeriksaan BT, APTT, PT dan juga PC.
Page 24 of 25
DAFTAR PUSTAKA
1. Arthur C. Guyton dan John E. Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi ke-
11. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC (hlm : 480-482, 484-486
2. Bakta, I Made. 2012. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
3. Sylvia A.Price & Lloraine M.Wilson.2003. PATOFISIOLOGI : Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Volume 2, Edisi ke-6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
4. Goldman L dan Schafer Al. 2011. Cecil Medicine, 24th Ed. Philadelphia : Saunders
Elsevier
5. David Lillicrap, dkk. 2009. Practical Hemostasis and Thrombosis. Cambridge :
Wiley-Blackwell
Page 25 of 25