Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ii
KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA
BAYAM CABUT DI DESA MONCOBALANG
KECAMATAN BAROMBONG
KABUPATEN GOWA
ST KHADIJAH AL QUBRAH
105960044610
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
iii
iv
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
“Kemandirian Petani Dalam Budidaya Bayam Cabut di Desa Moncobalang
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa”
Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Makassar, Juli 2015
ST KHADIJAALQUBRAH
105960044610
iv
vi
ABSTRAK
ST KHADIJAH ALQUBRAH 105960044610. Kemandirian Petani Dalam
Budidaya Bayam Cabut di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten
Gowa. Dibimbing oleh AMRUDDIN dan St AISYAH.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui Kemandirian Petani Dalam
Budidaya Bayam Cabut di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten
Gowa.
Populasi penelitian ini adalah semua petani bayam cabut di Desa
Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa sebanyak > 143 orang
yang terbagi dari 3 Dusun. Sampel pada penelitian di ambil secara Purposive
dengan mengambil 1 Dusun yaitu Tompobalang sebagai sampel yang berjumlah
38 orang karena melihat profesi pokok petani disana sebagai petani bayam.
Dengan menggunakan analisis data secara statistik deskriptif untuk menganalisis
data dengan cara mendeskriptifkan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tampa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku umum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemandirian petani dalam budidaya
bayam cabut di Dusun Tompobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa
dipengaruhi oleh Petani Pengelolah sebagai pelaku yang mengkoordinir usaha
taninya, modal, bibit, pupuk dan pemupukan,dan sumber Air yang tersedia baik
yang berasal dari sumur galian maupun sumur bor.
v
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan hidayah_nya yang tiada henti diberikan kepada hamba-nya. Shalawat dan
salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga,
sahabat dan pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Kemandirian Petani Dalam Budidaya Bayam Cabut di Desa
Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana pertanian Universitas Muhammadijah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud anpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pda
kesempatanini ini penulis menyempaikan ucapan terimah kasih kepada yang
terhormat:
1. Amruddin, S.Pt.,M.Si selaku pembimbing 1 dan ibu St. Aisyah, S.Pt.,M.Si
selaku pembimbing 2 yang senantiasa meluangkan waktunya dan sabar
untuk membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat
terselesaikan .
2. Bapak Ir. Saleh Molla , M.M selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Amruddin, S.Pt.,M.Si selaku ketua jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Kedua orang tua ayahanda S. Puddin dan Ibunda Hj St Aisyah yang sudah
banyak memberikan bantuan dan dengan sabar serta doanya, dan terima
vi
viii
kasih untuk kakakku Hamdani yang seantiasa membimbing d membant
dalam penyusunan skripsi dan untuk suamiku Irwan dan anakku Naimah
yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan dan segenap terimah
kasih untuk teman- teman yang sudah memberikan bantuan baik moril
maupun material sehingga skripsi dapat terselesaikan.
5. Seluruh Dosen jurusan agribisnis di Fakultas pertanian khusunya dosen
jurusan agribisnis yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.
6. Kepada Pemerintah Kabupaten Gowa Khususnya Kepada Pak Camat
Barombong, Pak Desa Moncobalang dan untuk semua masyarakat Petani
bayam di Dusun Tompobalang yang sudah bersedia membantu
memberikan data sehingga data yang kami butuhkan dalam penyusunan
skripsi dengan mudah terselesaikan.
7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga
akhir yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimah kasih kepada semua
pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini
bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi penulis
yang membutuhkan. Semoga kristal- kristal Allah SWT senantiasa
tercurah kepadanya. Amin.
Makassar, Agustus 2015
St Khadijah Qubrah
vii
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ....................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 5
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7
2.1 Kemandirian Petani ................................................................... 7
2.2 Budidaya Bayam Cabut ............................................................ 15
2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................. 16
III. METODE PENELITIAN .................................................................. 18
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 18
3.2 Populasi dan Sampel .................................................................. 18
3.3 Jenis dan sumber data ................................................................ 18
3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 19
3.5 Teknik Analisis Data ................................................................. 19
x
3.6 Definisi Operasional .................................................................. 20
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................. 22
4.1 Kondisi Geografis ...................................................................... 22
4.2 Kondisi Demograrafis ................................................................ 23
4.3 Kondisi Pertanian ....................................................................... 25
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 26
5.1 Identitas Petani Responden ........................................................ 26
5.2 Tingkat Produksi Bayam Cabut ................................................. 33
5.3 Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bayam ........................... 35
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa
Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa ................. 23
2. Keadaan penduduk berdasarkan usia di Desa Moncobalang
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2015 .................... 24
3. Keadaan penduduk berdasarkan mata pencarian di Desa
Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Tahun
2015 ................................................................................................... 24
4. Kondisi penggunaan lahan di Desa Moncobalang Kecamatan
Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2015 ....................................... 27
5. Tingkat umur petani bayam di Desa Moncobalang Kecamatan
Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2015 ....................................... 28
6. Tingkat pendidikan responden petani bayam cabut di Desa
Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Tahun
2015 ................................................................................................... 29
7. Tanggungan keluarga petani bayam cabut di Desa Moncobalang
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2015 .................... 30
8. Pengalaman Usahatani Petani Bayam Cabut Berdasarkan lama
usaha di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten
Gowa Tahun 2015 ............................................................................. 31
9. Luas lahan petani bayam cabut di Desa Moncobalang Kecamatan
Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2015 ....................................... 32
10. Kemandirian petani dalam budidaya bayam cabut di Desa
Moncobalang Kecamatan Barombong Kabuaten Gowa Tahun
2015 ................................................................................................... 35
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Kerangka Pemikiran .................................................................... 17
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman Teks
1. Kuesioner Penelitian ....................................................................... 43
2. Peta Lokasi Penelitian ................................................................... 45
3. Identitas Responden ....................................................................... 46
4. Rekapitulasi Data ............................................................................. 47
5. Dokumentasi Penelitian ................................................................. 48
6. Surat Izin Penelitian ...................................................................... 49
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengembangan pertanian sudah selayaknya berorientasi pada Resources
base, yang berarti bahwa kedudukan sumberdaya alam pada suatu wilayah
merupakan titik sentral perencanaan dan pelaksanaan. Evaluasi terhadap
keberadaan suatu wilayah serta lokasi pengembangan berdasarkan
agroekosistem, kesesuaian lahan dan potensi/peluang pasar dilakukan dalam
penentuan prioritas komoditas dan alternatifnya (Stepanus, 2011).
Pembangunan pertanian perlu dilaksanakan dengan pendekatan
perencanaan wilayah atau komoditas pertanian yang dikembangkan berdasarkan
kesesuaian lahan/lokasi dan pendekatan agribisnis berbasis pedesaan.
Kemandirian adalah suatu konsep yang sering dihubungkan dengan
pembangunan. Kemandirian merupakan sasaran utama untuk meningkatkan
produksi dan pendapatan dengan memperhatikan faktor manusianya sebagai
subjek maksudnya bagaimana cara berikir manusia atau petaninya untuk
berkembang (Zhulaiman, Wahyuddin, 2012).
Kemandirian petani merupakan kegiatan usahatani meliputi faktor produksi
dan faktor utama yang mempengaruhi diantaranya seperti; petani pengelola,
lahan usahata, modal, bibit, pupuk dan pemupukan, dan jumlah air yang tersedia
serta cara mengalokasikan penerimaan keluarga dan jumlah keluarga, faktor-
faktor diluar usahatani (ekstern) antara lain; tersedianya sarana transportasi dan
2
komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani
(harga hasil, harga saprodi dan lain-lain) serta sarana penyuluhan bagi petani.
Pertanian dalam arti luas terdiri dari lima sub sektor, yaitu tanaman
pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Sebagian besar hasil
pertanian berupa sayuran yang dikonsumsi sendiri dan seluruh hasil perkebunan
adalah ekspor. Wilayah pedesaan yang bercirikan pertanian sebagai basis
ekonomi . Dengan kemajuan yang dicapai sektor pertanian tanaman pangan dan
tanaman hortikultura, maka pembangunan sektor industri yang didukung sektor
pertanian juga semakin maju. Dalam memenuhi kebutuhan nasional dari
produksi dalam negeri nampaknya masih sangat sulit untuk direalisasikan
karena kompleksnya kendala dan masalah yang dihadapi dalam usaha tani untuk
mencapai peningkatan hasil produksi pangan dan hortikultur seperti bayam.
(Rizki, 2012).
Bayam (Amaranthus sp) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari
amerika tropik, kandungan nutrisi yang cukup tinggi pada bayam dan rasanya
yang cukup lezat menjadikan bayam sebagai salah satu komoditi unggulan yang
banyak diminati masyarakat untuk dikomsumsi. Konsumsi bayam di indonesia
mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Budidaya bayam pun terbilang
cukup mudah dilakukan.
Bayam biasanya diperbanyak secara generatif yaitu melalui biji, bayam
dapat dibudidayakan tanah berPH netral baik didataran tinggi maupun di dataran
rendah (Hadsoeganda, 2010).
3
Permintaan bayam yang cukup tinggi belum dapat dipenuhi secara
maksimal oleh banyak petani bayam. Keberhasilan petani dalam mengelolah
usaha taninya ditentukan dari usaha petani disektor pertanian itu sendiri, selain
itu juga dipengaruhi juga oleh kemandirian dari petani itu sendiri, tanah
usahatani, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi yang digunakan, sumber air
yang memadai. Selain itu ada pula beberapa pendukung yang bisa ikut
mempengaruhi antara lain; tersedianya sarana transportasi dan komunikasi,
aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani (harga
hasil, harga saprodi dan lain-lain) serta sarana penyuluhan bagi petani.
Disamping kemandirian ada juga faktor yang menjadi Permasalahan-
permasalahan dalam pengembangan pertanian di Desa Moncobalang Kecamatan
Barombong Kabupaten Gowa. Yang sudah lama disadari sebagai faktor
penghambat keberhasilan petani, Di antaranya kurangnya perhatian dari
pemerintah dalam memberikan bantuan kepada petani dan petani yang berdiri
sendiri tampa ada naungan dari kelompok tani, tidak adanya saluran irigasi yang
tidak berfungsi baik bahkan sekitar 50 Ha lahan disana menjadi lahan tidur
karena tidak dapat dimanfaatkan oleh petani karena terendam air akibat tidak
adanya saluran irigasi. Permasalahan umum inilah yang dihadapi petani
dilahan pertanian yang mengakibatkan rendahnya skala produksi dan mutu
hasil diperoleh petani.
Produksi sayur di Kabupaten Gowa juga mampu memenuhi pasar kota
makassar bahkan dapat dikatakan sebagai sentra sayur–mayur karena melihat
potensi yang dimiliki Kabupaten Gowa, apalagi untuk Desa Moncobalang
4
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa sebagian besar petaninya
membudidayakan tanaman bayam cabut.
Berdasarkan dari survey, dilakukan penelitian dengan judul “Kemandirian
Petani Dalam Budidaya Bayam Cabut di Desa Moncobalang Kecamatan
Barombong Kabupaten Gowa” .
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
adalah bagaimana Kemandirian petani dalam budidaya bayam cabut di Desa
Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa ?
1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemandirian dalam budidaya
bayam cabut di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.
Kegunaan yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi peneliti lain yang ingin
melanjutkan dan mengembangkan penelitian ini.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak – pihak atau pengambil keputusan
dalam menetapkan kebijaksanaan dalam melaksanakan penyuluhan pertanian
di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi masyarakat petani dalam berusaha
tani.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kemandirian petani
Kemandirian (Self relience) merupakan sasaran utama untuk
meningkatkan produksi dan pendapatan dan jarang memperhatikan faktor
manusia sebagai subjek. Dalam praktek sering kita jumpai martabat manusia
merosot hingga sekedar menjadi alat untuk mencapai tujuan ekonomi.
Pembangunan dibidang ekonomi tidak menjamin terwujudnya perbaikan
ekonomi masyarakat secara merata. Kemandirian adalah satu sikap yang
mengutamakan diri sendiri dalam mengatasi berbagai masalah demi mencapai 1
tujuan tampa menutup diri terhadap berbagai kemungkinan kerjasama yang
saling menguntungkan dalam pengertian sosial atau pergaulan antar manusia
( kelompok, komunitas ), kemandirian juga bermakna sebagai organisasi diri
( Self – organization) atau manajemen diri ( Self- Manajement). Unsur-unsur
tersebut saling berinteraksi dan melengkapi sehingga mencul suatu kesembingan
pada arah ini, pencarian pola yang tepat, agar interaksi antar unsur selalu
mencapai keseimbangan menjadi sangat penting (Zhulaiman, Wahyuddin, 2012).
Proses kemandirian ini tampa ujung dalam kontak pembangunan sikap
mandiri harus dijadikan tolak ukur keberhasilan yakni apakah rakyat atau
masyarakat menjadi lebih mandiri atau semakin bergantung pada hasil industri
seperti pupuk.
6
Agar interaksi unsur- unsur kemandirian menjadi efektif dan berkembang
kearah Selfish bisa dihindari perkembangan pribadi individu yang positif bisa
dibangun lewal LSM ( lembaga swadaya masyarakat ) yang dibentuk dan
diselenggarakan secara wajar dan bertahap dalam proses ini proses belajar-
mengajar akan berlangsung antar penerima dan pengajar yang disebabakan oleh
perbedaan latar belakang sosial-ekonomi dapat dihindari dengan demikian
( Zhulaiman, Wahyuddin, 2012).
Usahatani merupakan usaha dari suatu kesatuan antara kerja, modal, dan
pengelolaan yang ditujukan untuk memperoleh produksi dilapangan pertanian,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pembinaan usahatani, yaitu:
Organisasi usahatani, dengan perhatian khusus kepada pengelolaan unsur-unsur
produksi dan tujuan usahanya, Pola kepemilikan tanah usahatani, Kerja
usahatani, dengan perhatian khusus kepada pengelolaan unsur-unsur produksi
dan tujuan usahanya, Modal usahatani, dengan perhatian khusus kepada proporsi
dan sumber petani memperoleh modal.
Menurut Hernanto (2015), kemandirian petani dalam budidaya
berpengaruh terhadap usahatani diantaranya adalah Seperti telah diungkapkan
pada pengenalan terhadap usahatani antara lain :
1. Petani pengelolah
Petani sebagai seorang manajer yang bertugas yang mengelolah yang mereka
kerjakan. Berhasil atau tidaknya usahataninya tergantung dari kemampuan
mereka yang mengatur atau mengelolah faktor- faktor produksi yang mereka
kuasai jika seorang petani piawai dalam mengelolah usaha taninya artinya seorang
7
petani sebagai manajer harus mampu mengorganisasikan alam, kerja dan modal
agar produksi dan produktivitas usahataninya dapat bernilai optimal.
Petani mempunyai banyak fungsi selain sebagai pengelolah petani juga
berfungsi sebagai pribadi, petani sebagai kepala keluarga, petani sebagai guru,
petani sebagai waraga sosial, petani sebagai warga negara. (Annonim, 2010).
2. Lahan usahatani
Dalam proses produksi pertanian tanah atau sebagai salah satu faktor
produksi utama yang merupakan sumber daya alam yang bersifat dapat
diperbaharui artinya keberadaan tanah yang jumlahnya relatif tetap, bisa
dimanfaatkan untuk proses produksi pertanian dengan tetap melakukan
konservasi terhadap kesuburan tanahnya. Tanah sebagai sumber daya alam
dengan fungsinya yang jamak sebagai unsur dan tumpuan harapan utama bagi
kehidupan manusia, tidak ada satu lagi kehidupan manusia yang tidak
berhubungan dengan tanah, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Lahan untuk pertanian penilaianya didasaran kepada kemampuan yaitu :
kemampuan tanah untuk ditanami dengan berbagai jenis tanaman, kemampuan
untuk berproduksi makin tinggi produksi persatuan semakin baik, kemampuan
untuk berproduksi secara lestari makin sedikit pengawetan tanah makin baik,
Sedangkan kemampuan tanah dibedakan dalam 8 kelas sebagai faktor pokok
antara lain meliputi: lereng, drainase, kedalaman tanah, tekstur tanah,
konselerasi, kelembaban, permeabilitas, resiko kebanjiran.
3. Modal
8
Modal adalah faktor kemandirian pendukung sebuah usaha untuk lebih
maju, modal dibedakan kedalam modal tetap dan modal lanjar, modal tetap
terkait dengan tanah, alat-alat pertanian, bangunan dan sebagianya, sedangkan
modal lancar adalah modal yang bisa diubah dalam jangka pendek seperti
bibit, pupuk, dan obat – obatan, tenaga kerja dan lain- lain. Pelaksanaan
usaha tani memerlukan pendanaan dan manajemen keluarga.
Sumber modal dapat berasal dari milik sendiri, kredit dari bank dan
kontrak sewa menurut jangka waktu tertentu sampai peminjam dapat
mengembalikan sehingga angsuran menjadi dikuasai pemilik modal.
4. Bibit
Benih atau bibit secara umum adalah jenis varietas tanaman yang
dianggap bagus dengan kriteria tertentu untuk ditanam serta bisa menghasilkan
produksi yang baik disaat panen. Masalah benih atau bibit untuk indonesia
telah diatur lembaga pertanian yang berwenang dalam memberikan sertifikat
agar bisa dipasarkan kepetani.
Adapun langkah dalam pemelihan benih atau bibit yang sesuai yaitu:
a. Pilih jenis bibit atau benih yang direkomendasikan pemerintah
b. Amati sebelum menggunakan bibit apakah sudah banyak digunakan atau
tidak
c. Butiran- butiran bibit utuh.
d. Berasal dari jenis bibit unggul.
e. Cari informasi kepada sesama petani tentang kualitas bibit tersebut
5. Pupuk dan pemupukan
9
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan
tanah, sedang pemupukan adalah penambahan zat hara tanaman kedalam
tanah dengan tujuan untuk memperbaiki sifat- sifat tanah, misalnya
pemberian pasir pada tanah liat, penambahan mineral pada organik,
pengapuran dan sebagainya (Kasifah, 2011).
Pupuk dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pupuk organik dan pupuk
anorganik, pupuk organik adalah pupuk yang langsung didapat dari alam
misalnya fosfar alam, pupuk organik misalnya pupuk kandang, kompos,
pupuk hijau, bokasi dan lain – lain. Pupuk ini juga umumnya memiliki
proses sangat lama bahkan sampai puluhan tahun untuk memperlihatkan
hasilnya. Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat dengan jenis dan kadar
unsur haranya sengaja ditambahkan dalam pupuk tersebut dalam jumlah
tertentu seperti Urea, ZA, KCL dan lain – lain.
Dalam melakukan pemupukan beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain.
a. Tanaman yang akan dipupuk
b. Jenis tanah yang akan dipupuk
c. Dosis ( jumlah) yang diberikan
d. Waktu pemupukan
e. Cara pemupukan
Secara kualitatif, kandunganunsur hara dalam pu[uk organi tidak dapat
lebih unggul dari pada pupuk anorganik. Namun penggunaan pupuk organik
secara terus- menerus dalam rentang waktu tertentu akan menjadikan kualitas
10
tanah tanah lebih baik dibanding penggunaan pupuk anorganik menurut
(Musnamar, 2003). Selain itu penggunakan pupuk organik tidak akan
meninggalkann residu pada hasil tanaman sehingga aman bagi kesehatan
manusia.
6. Tersedianya sumber air
Manfaat air bagi pertanian dapatdikatakan sangat penting.air bagi para
petani adalah sumber daya pokok yang menunjang berlangsungnya
kegiatan pertanian. Tanpa pengairan yang baik, hasil dari tanaman yang
dikelolah oleh petani tidak akan maksimal. Air untuk pertanian umumnya
mencapai 69% dari jumlah air yang di gunakan untuk semua keperluan
manusia. Kelangkaan air akan mempengaruhi keamanan dan ketahanan
pangan serta angka harapan hidup manusia.
Para petani memanfaatkan air dipermukaan untuk keperluan irigasi.
Akan tetapi dengan semakin terbatasnya ketersediaan air permukaan
pemanfaatan air tanah sebagai irigasi pada budidaya pertanian menjadi
alternatif yang tidak akan dihindari. Namun dengan bantuana adanya sumur
bor semakin memudahkan petani sehingga petani dapat terus megelolah
usaha taninya tampa takut akan kekurangan air.
Dengan adanya air, petani dapat melaksanakan usaha taninya dengan
mudah karena air juga merupakan sumber kehidupan bagi tanaman untuk
tumbuh sehingga memudahkan petani dalam penanaman.
Menurut Suratiyah (2006), faktor kemandirian yang mempengaruhi
besarnya biaya dan pendapatan adalah:
11
1. Faktor internal dan eksternal
Faktor internal dan eksternal saling mempengaruhi biaya dan pendapatan
diantaranya faktor internal terdiri dari: umur, pendidikan, pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan dan
modal. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari keseterdiaan dan harga.
2. Faktor manajemen
Disamping faktor internal dan eksternal maka manajemen juga sangat
menentukan. Dengan faktor internal tertentu maka petani harus dapat
mengantisipasi faktor eksternal yang selalu berubah-ubah dan tidak
sepenuhnya dikuasai. Petani sebagai manajer harus dapat mengambil
keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh hasil
yang memberikan pendapatan optimal.
Cara kerja usaha tani yang lebih baik, pasar yang mudah dijangkau dan
tersedianya sarana dan alat produksi memberi kesempatan kepada petani
untuk menaikkan produksinya. Begitu pula dengan kebijaksanaan –
kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah menjadi perangsang
produksi bagi petani.
Pemerintah menciptakan kebijasanaan – kebijaksanaan khusus yang
dapat merangsang pembangunan pertanian, misalnya kebijaksaan harga,
subsidi pupuk, kegiatan–kegiatan penyuluhan pertanian yang intensif,
perlombaan – perlombaan dengan hadiah menarik kepada petani – petani
12
teladan dan lain–lain, sehingga petani dapat lebih berkembang lagi di
indonesia (Mulyasa, 2009).
Upaya mewujudkan pembangunan nasional dibidang pertanian (agribisnis)
juga dipengaruhi oleh adanya masalah atau penghambat sampai sejauh ini belum
mampu diselesaikan secara tuntas sehingga memerlukan perhatian yang lebih
serius dari perintah, sehingga kurangnya informasi teknologi.
Satu hal yang sangat kritis adalah bahwa meningkatnya pendapatan dan
kesejahteraan petani secara signifikan dalam usahataninya. Petani sebagai unit
agribisnis yang terkecil belum mampu meraih nilai tambah yang rasional sesuai
skala usahatani terpadu ( Integrated farming Sistem ). Oleh karena itu persoalan
membangun kelembagaan di bidang pertanian dalam arti luas.
Agar petani mampu melaksanakan kegiatan yang tidak hanya menyangkut
on faram bussines saja, tetapi terkait erat dengan aspek – aspek off farm.(Rizki,
2012).
Walaupun melampaui masa – masa krisis ekonomi. Beberapa kondisi yang
dihadapi dalam usaha produktifnya yaitu, Kecilnya skala usaha tani, kurangnya
ransangan, masalah transfortasi dan informasi, luas usaha yang tidak
menguntungkan, belum mantapnya sistem dan pelayanan penyuluhan, lemahnya
tingkat teknologi, aspek sosial dan ekonomi yang berkaitan dengan kebijakan bagi
petani.(Rizki, 2012).
13
2.2. Budidaya Bayam Cabut
Bayam (Amaranths spp) merupakan tumbuhan yang biasa ditanam untuk
dikonsumsi daunnya sebagai sayuran hijau. dengan nama ilmiah Amaranthus
spp. Kata "amaranth" dalam bahasa Yunani berarti "Everlasting" (abadi).
Tanaman bayam berasal dari daerah Amerika tropik. Tanaman bayam semula
dikenal sebagai tumbuhan hias. Dalam perkembangan selanjutnya, Tanaman
bayam dipromosikan sebagai bahan pangan sumber protein dan zat besi yang
penting, terutama untuk negara-negara berkembang. Diduga tanaman bayam
masuk ke Indonesia pada abad XIX ketika lalu lintas perdagangan orang luar
negeri masuk ke wilayah Indonesia.
Pusat penanaman bayam di Indonesia adalah Jawa Barat (4.273 Ha), Jawa
Tengah (3.479 Ha), dan Jawa Timur (3.022 hektar). Propinsi lainnya berada pada
kisaran luas panen antara 13.0 - 2.37 Ha. Di Indonesia total luas panen bayam
mencapai 31.981 hektar atau menempati urutan ke-11 dari 18 jenis sayuran
komersial yang dibudidayakan dan dihasilkan oleh Indonesia. Produk bayam
nasional sebesar 72.369 ton atau rata-rata 22,63 kuintal per hektar.
Bayam cabut termasuk sayuran yang dapat tumbuh pada dataran rendah.
Bayam jenis ini menghendaki tanah yang gembur dan subur dengan ph 6-7
apabila Ph tanah lebih tinggi atau rendah mengakibatkan bayam tidak tumbuh
baik untuk penanamanya sendiri hampir sama dengan jenis lain namun lebih
penting dalam pemeliharaan adalah penyiangan, penggemburan, pemberian
14
pupuk susulan dan pengendalian hama penyakit. Penyiangan dan penggemburan
dilakukan 2 MST selanjutnya dilakukan 2 minggu sekali.
Adapun jenis penyakit yang sering menyerang downy mildew , spinach bligh
oleh (virus mozaik cucumber) , dan penyakit noda daun.
Bayam cabut atau bayam sekul alias bayam putih (A. tricolor L.). Ciri - ciri
memiliki batang berwarna kemerah-merahan atau hijau keputih - putihan, dan
memilki bunga yang keluar dari ketiak cabang. Bayam cabut yang batangnya
merah disebut bayam merah, sedangkan yang batangnya putih disebut bayam
putih.
Menurut Syarat Tumbuhnya dapat tumbuh pada Keadaan angin yang
terlalu kencang dapat merusak tanaman bayam khususnya untuk bayam yang
sudah tinggi sehingga Kencangnya angin dapat merobohkan tanaman. Karena
tanaman bayam cocok ditanam di dataran tinggi maka curah hujannya juga
termasuk tinggi sebagai syarat pertumbuhannya. Curah hujannya bisa mencapai
lebih dari 1.500 mm / tahun.
Pemeliharaan meliputi penyiangan dan pengendaliaan organisme
pengganggu tanaman (OPT) dan dapat dipanen pada umur 21 HST, sedangkan
Penyiangan ( weeding) dilakukan (1- 2) kali, dilakukanpada umur (7-10) HST
dengan menyingkirkan gulma disekitar daerah perakaran dan Penggunaan
pestisida tidak dianjurkan karena bayam langsung dikonsumsi (Susilo, 2014).
2.3. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan survey yang telah dilakukan dari dilihat bahwa dalam
pencapaian keberhasilan petani bayam cabut dalam mengelolah usaha tani
15
bayamnya ditentukan dari petani pengelolah sebagai manager kemudian akan
dipengaruhi oleh kemandirian petani dari kemandirian dapat di bagi 2 yaitu
tingkat produksi dan faktor kemandirian yang mempengaruhi
Adapun kerangka pemikiran yang dapat diambil yaitu;
Gambar 1. Kerangka pemikiran Kemandirian Petani Dalam Budidaya Bayam
Cabut di Desa Moncobalang Kecamatan Kabupaten Gowa.
petani bayam
Kemandirian petani
1. Petani pengelolah
2. Tanah usaha tani
3. Modal
4. Bibit
5. Pupuk dan pemupukan
6. Tersedianya sumber air
Tingkat produksi Faktor kemandirian
16
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong
Kabupaten Gowa, melihat karena potensi bayam yang dimiliki desa ini dan
kemandirian petani dalam menjalani profesinya serta untuk melihat lebih jauh
tentang kemandirian petani dalam budidaya bayam cabut di Desa Moncobalang
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa, adapun penelitian dilakukan mulai
bulan April sampai Agustus tahun 2015.
3.2. Populasi Dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti, populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh petani bayam di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong
Kabupaten Gowa yang berjumlah > 143 orang petani yang terdiri dari 3 Dusun
yang terdiri dari petani bayam musiman dan ada petani bayam pokok yang
membudidayakan bayam sepanjang tahun .
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap mewakili
populasi tersebut. adapun sampel diambil secara Purposive dengan memilih 1
Dusun yaitu Tompobalang yang berjumlah 38 orang petani melihat profesi
pokok petani bayam yang membudidayakan bayam cabut sepanjang tahun.
17
3.3.Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis data : data kualitatif dengan menggunakan data informasi secara
asosiatif yang berupa gambaran informasi lengkap tentang pengaruh
keberhasilan petani.
2. Sumber data yaitu : Data primer dan data sekunder, (a) Data primer
diperoleh dengan memilih langsung responden untuk dimintai keteranganya
tentang jumlah petani bayam di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong
Kabupaten Gowa, (b) Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kantor
desa dan instansi terkait meliputi monografi desa.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi adalah pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara
langsung di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.
b. Wawancara adalah pengumpulan data primer dengan mengajukan pertanyaan
yang sistematis dan langsung kepada petani dengan menggunakan alat bantu
pedoman wawancara.
c. Dokumentasi adalah kumpulan data yang berbentuk nyata dan diperoleh
berdasarkan sistem pengelolaan data yang disebut dengan proses
dokumentasi seperti gambaran monografi desa atau foto yang diambil saat
dilokasi.
18
3.5. Teknik Analiasa Data
Analisi data yang digunakan dalam penelitian adalah statistik deskriptif.
Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan unyuk menganalisis
data dengan cara mendeskriptifkan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tampa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku umum atau generalisasikan. Pada Kemandirian petani dalam budidaya
bayam cabut di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.
3.6. Definisi operasional
a. Kemandirian adalah suatu usaha atau kemampuan yang dilakukan petani
tampa ada bantuan dari pihak apapun.
b. Petani pengelolah artinya petani sebagai manager yang mampu
mengorganisasikan alam, kerja dan modal agar produksi dan produtivitas
usahataninya.
c. Lahan usaha tani sebagai salah satu faktor produksi utama yang merupaan
sumber daya alam yang bersifat dapat diperbaharui.
d. Modal adalah sejumlah dana yang dikeluarkan untuk usaha
e. Bibit adalah benih bayam yang digunakan petani
f. Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan
tanah
g. Pemupukan adalah penambahan zat hara tanaman kedalam tanah untuk
menjaga kesuburan tanah.
19
h. Tingkat produksi adalah sejumlah hasil produksi bayam yang dihasilkan
petani tergantung luar lahan dalam sekali panen.
20
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis
Desa Moncobalang berada 144 KM dari Ibu Kota Provinsi atau 15 KM dari
Kota Sungguminasa Ibukota Kabupaten Gowa atau 4 KM ibu kota Kecamatan
Barombong Desa Moncobalang dengan luas wilayah 373,75 KM2.
Batas- batas wilayah Desa Moncobalang:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tinggimae Kecamatan Barombong
b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Lempangan dan Desa Bone Kecamatan
Barombong
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bontolebang Kecamatan Takalar.
Desa Moncobalang memiliki iklim dengan tipe D4 (3,032) dengan
ketinggian 200 – 700 dari permukaanlaut dan dikenal 2 musim yaitu musim
kemarau dan musim hujan.
Pada musim kemarau dimulai pada bulan juni hingga september dan musim
hujan dimulai pada bulan Desember hingga bulan Maret. Keadaan seperti itu
berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan (musim
pancaroba ) sekitar bulan April – Mei dan bulan Oktober- Nopember. Jumlah
curah hujan di Desa moncobalang tertinggi pada bulan januari mencapai 1.182 M
(hasil pantauan beberapa stasiun/pos pengamatan) dan terendah pada bulan
Agustus- September.
21
4.2 Kondisi Demogratis
4.2.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Untuk mengetahui persentasi jumlah suatu penduduk berdasarkan jenis
kelamin dapat dihitung dengan menjumlah keseluruhan laki- laki dan jumlah
keseluruhan perempuan dalam satu Dusun baik itu bayi, anak-anak, remaja,
dewasa sampai lanjut sehingga jumlah laki- laki dan jumlah perempuan dapat
diketahui jumlahnyadapat sesuai yang terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Moncobalang
Sumber : Datas Sekunder kantor Desa Moncobalang 2015
Tabel 1 terlihat bahwa jumlah penduduk di Desa Moncobalang adalah 1.268
jiwa, dimana terdapat 632 jiwa yang berjenis kelamin laki – laki dengan
persentase 50,32 % dan 630 jiwa yang berjenis perempuan dengan persentase
49,68 %. dari jumlah perempuan dan laki –laki dapat dilihat perbandingan
jumlah laki – laki lebih banyak dibanding perempuaan.
2.2.2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia
Dalam sebuah penduduk dapat digolongkan menjadi beberapa golongan
atau kalangan mulai dari bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua
sampai dengan lanjut usia, Keadaan penduduk berdasarkan umur dapat dilihat
pada Tabel 2.
No Uraian Jumlah Persentasi (%)
1 Laki- laki 632 50,32
2 Perempuan 630 49,68
Jumlah 1.268 100,00
22
Tabel 2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia di Desa Moncobalang Kecamatan
Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2014.
Golongan umur Jumlah Persentase (%)
0-3 Tahun 34 5,53
4- 6 Tahun 35 5,70
7- 12 Tahun 65 10,58
13- 15 Tahun 39 6,35
16- 22 Tahun 91 14,80
23- 45 Tahun 135 21,98
46- 60 Tahun 123 20,03
61 Tahun keatas 54 8,79
Jumlah 614 100
Sumber : Data Sekunder Kantor Desa Moncobalang 2014
Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa keadaan penduduk berdasarkan usia
diDesa Moncobalang yang tetniggi yaitu pada usia golongan umur 23-45 dengan
jumlah 135 dengan persentase 21,98 %, kemudian golongan umur 46-60 dengan
jumlah 123 dengan persentase 20,03 %, golongan umur 16-22 dengan jumlah 91
dengan persentase 14,80 %, golongan umur 7-12 dengan jumlah 65 dengan
persentase 10,58, golongan umur 61 > dengan jumlah 54 dengan persentase
8,79 %, golongan umur 13-15 dengan jumlah 39 dengan persentase 6,35 %,
golongan 4-6 dengan jumlah 35 dengan persentase 5,70 dan untuk golongan umur
terendah dengan usia 0-3 dengan jumlah 34 dengan persentase 5,53 %.
2.2.3 Keadaan Penduduk
Mata pencarian tiap kepala rumah tangga di Desa MoncobalangKecamatan
Barombong Kabupaten Gowa dapat dibagi menjadi beberapa profesi mulai yang
berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil, Pedagang, Tukang bangunan, Petani,
sampai pada Buruh dapat dilihat pada Tabel 3.
23
Tabel 3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian di Desa Moncobalang
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2014.
No Jenis
Pekerjaan
Jumlah
Persentase (%)
1 PNS 24 3,79
2 Pedagang 25 3,95
3 Tukang bangunan 124 19,62
4 Petani 381 60,28
5 Buruh 78 12,34
Jumlah 632 100
Sumber : Data Sekunder Kantor Desa Moncobalang, 2014
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk berdasarkan mata pencarian
yaitu sekitar 632 orang, dengan jumlah PNS sekitar 24 orang dengan persentase
3,79 %, pedagang 25 orang dengan persentase 3,95 %,, tukang bangunan 124
orang dengan persentase 19,62 %, 382 orang petani dengan persentase 60,28 dan
78 orang berprofesi sebagai buruh dengan persentase 12,34 %.
4.3 Kondisi Pertanian
Penggunaan lahan di Desa Moncobalang dibedakan menjadi beberapa antara
lain : Lahan untuk sawah, ladang, perkebunaan kakao, pemukiman, bahkan ada
yang ada yang menjadi lahan tidur karena tidak dapat dimanfaatka oleh
masyarakat dikarenakan beberapa faktor baik karena untuk rencana pembangunan
atau pun karena kondisi lahan yang tidak memungkinkan untuk digunakan untuk
berusaha tani yang belum pasti berapa luasnya seperti yang terlihat pada
Tabel 4.
24
Tabel 4. Kondisi Penggunaan Lahan di Desa Moncobalang Kecamatan
Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2014.
No Peruntukan Luas (Ha)
1 Sawah 179,36
2 Ladang 97,79
3 Perkebunan KaKao 17
4 Permukiman 79,65
5 Lain- lain 60
Sumber : Data Sekunder Kantor Desa Moncobalang 2015
Dari Tabel 4 dapat dilihat penggunaan lahan di Desa Moncobalang
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa dapat dibagi menjadi 5 bagian yang
terdiri : yang memiliki lahan seluas 179,36 Ha digunakan sebagai lahan sawah,
97,79 Ha digunakan sebagai ladang, dan 17 Ha digunakan sebagai perkebunan
kakao dan 79,65 Ha digunakan sebagai perkebunan dan sekitar 60 Ha selebihnya
digunakan untuk lain – lain baik itu untuk bangunan,hutan, lahan tidur, ataupun
bangunan tua yang belum direnovasi atau dilakukan perbaikan.
25
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Petani Responden
Identitas responden menggambarkan kondisi dan status orang tersebut,
identitas petani responden meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan
keluarga dan pengalaman berusaha tani.
5.1.1 Umur petani
Umur petani sangat mempengaruhi kemanpuan fisiknya dalam bekerja dan
berfikir. Petani yang berumur mudah mempunyai kemampuan yang lebih besar
dari pada yang tua. Yang berusia muda cenderung menerima hal- hal baru untuk
menambah pengalaman baik dengan mengikuti penyuluhan yang dilakukan
sekitar desa, membacaatau dengan pengetahuan yang disampaikan secara lisan
oleh mahasiswa yang hendak melakukan penelitian tentang pertanian dengan
berbagi pengetahuan. Sehingga cepat mendapat pengalaman- pengalaman baru
yang berharga dalam berusaha tani namun tak jarang juga banyak petani muda
yang cenderung belajar dari pengalaman orang tua mereka yang lebih dulu yang
berprofesi sebagai petani. Sedangkan yang berusia tua mempunyai kapasitas
mengelolah usaha tani lebih baik, dan sangat berhati- hati dalam bertindak
dikarenakan telah banyak pengalaman yang dirasakan. Keadaan umur petani
dapat disajikan pada Tabel 5 .
26
Tabel 5. Tingkat umur petani bayam cabut di Desa Moncobalang Kecamatan
Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2015.
No Tingkat umur
(Tahun)
Jumlah responden
( Orang)
Persentase
(%)
1
2.
3.
4.
5.
21 – 30
31 – 40
41 – 50
51 – 60
61 -70
8
10
7
9
4
21,05
26,31
18,42
23,68
10,54
Jumlah 38 100 %
Sumber: Data primer setelah diolah 2015
Berdasarkan Tabel 5 , dapat terlihat bahwa umur petani bayam di Dusun
Tompobalang yang umumnya merupakan petani yang merupakan tenaga kerja
yang produktif dimana umur petani terbanyak yaitu pada usia 31 – 40 dimana
terdapat persentase 26,31 %, kemudian 51- 60 dengan jumlah responden 9
dengan persentasi 23,64 % kemudian 21-30 petani dengan jumlah responden 8
dengan persentase 21,05 %, sedangkan umur petani yang terendah yaitu pada usia
61 -70 dimana hanya terdapat sekitar 4 orang dengan persentase 10,54 %. Pada
usia tersebut petani cenderung mewarisi usaha taninya kepada anak disebabkan
karena kemampuan fisiknya sudah mulai berkurang sedangkan pada usia 31 – 40
cenderung petani memiliki semangat untuk ingin mengembangkan usaha taninya
seperti yang diungkapkan oleh (Soekartawi,2006 ) yang menyatakan semangat
petani merupakan cara untuk berusaha untuk lebih cepat untuk menerapakan
teknik cara bercocok tanam yang baik dalam mengembangkan usaha taninya.
5.1.2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan menjadi faktor keberhasilan petani dalam mengelolah
usahataninya karena berpengaruh terhadap pola pikir petani dalam mengelolah
27
usaha taninya. Secara umum petani yang berpedidikan tinggi akan lebih mudah
memungkinkan mereka bertindak lebih rasional dalam mengelolah usahataninya.
Hal ini dapat dilihat dari Tabel 6
Tabel 6. Tingkat pendidikan Responden Petani Bayam Cabut di Desa
Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2015.
No
Tingkat Pendidikan Jumlah petani
(Orang )
Persentase
(%)
1.
2.
3.
4.
SD
SMP
SMA
DIPLOMA
11
12
14
1
28,95
31,57
36,84
2,64
Jumlah 38 100 %
Sumber : Data Primer setelah Diolah 2014
Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani yang didominasi di
Dusun Tompobalang yaitu SMA dimana terdapat 14 orang dengan persentase
36,84 %, kemudian dikuti SMP dengan jumlah 12 dengan persentase 31,57 % ,
tamatan SD berjumlah 11 dengan persentase 28,97 %, sedangkan tingkat
pendidikan diploma yang hanya memiliki 1 responden dengan persentase 2,64 %,
dari data diatas dapat dilihat bahwa petani yang memiliki pendidikan SMA
memiliki persentase terbanyak untuk mengambil keputusan serta pengetahuan
serta karena pengalaman berusaha tani yang dimiliki. Hal ini menurut
pendekatan teori menurut Fatmawati (2004), tingkat pendidikan seseorang
ternyata sesuatu yang baru menurut pendidikan dan pengalaman yang mereka
dapat selama berusaha tani.
28
5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tangungan keluarga adalah semua anggota keluaga yang menjadi
beban petani termasuk petani responden itu sendiri. Besarnya tanggungan
keluarga petani turut berpengaruh terhadap pengelolaan usahatani, karena
keluarga yang relatif besar merupakan tenaga kerja potensial. Namun besarnya
keluarga turut pula mempengaruhi beban petani itu sendiri sebagai kepala
keluarga. Adapun persentasi rata- rata jumlah tanggungan keluarga petani dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Tanggungan Keluarga Petani Bayam Cabut di Desa Moncobalang
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2015.
No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Keluarga
(Orang)
Persentasi
(%)
1.
2.
3.
1 – 3
4 – 6
7 – 9
12
19
7
31,58
50
18,43
Jumlah 38 100%
Sumber :Data Primer Setelah Diolah 2015
Tabel 7 menunjukkan bahwa adanya variasi jumlah tanggungan keluarga
responden petani bayam cabut dari 38 petani yaitu yang memiliki tanggungan
keluarga 1 -3 dengan jumlah keluarga sebanyak 12 orang dengan jumlah
persentase 31,58 % untuk jumlah tanggungan keluaraga 4 -6 memiliki 19 orang
dengan persentasi 50 % dan untuk jumlah tanggungan keluarga 7-9 memiliki 7
orang dengan persentase 19 %. Keadaan demikian sangat mempengaruhi
terhadap tingkat kesejahteraan keluarga dan untuk peningkatan produksi dalam
memenuhi kebutuhannya hal ini sesuai dengan pendapat Fatmawati (2006) yang
29
menyatakan bahwa jumlah tanggungan keluarga sering dijadikan pertimbangan
bagi petani.
5.1.5. Pengalaman Usaha Tani
Pengalaman dapat dilihat dari lamanya seorang petani bekerja menekuni
pekerjaannya dalam berusaha tani. Semakin lama petani melakukan usahanya
maka semakin besar akan berkembang suatu keterampilan dan keahlian dalam
menentukan cara yang tepat untuk mengembangkan suatu keterampilan dan
keahlian dalam menentukan cara yang lebih tepat untuk mengembangkan
usahatani tanaman bayam secara efektif dan efisien karena sudah banyak
pengalaman. Untuk lebih jelasnya pengalaman responden dapat dilihat pada
Tabel 8.
Tabel 8. Pengalaman Usaha Tani petani Bayam Cabut Berdasarkan Lama Usaha
Tani di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa
Tahun 2015.
No Pengalaman Usaha Tani Jumlah Petani Persentase %
1.
2.
3.
1 – 10
11 – 20
21 – 30
26
10
2
68,42
26,31
5,27
Jumlah 38 100 %
Sumber: Data primer setelah diolah 2015
Tabel 8 menunjukkan bahwa berdasarkan pengalaman berusaha tani
responden petani yang memiliki jumlah persentasi terkecil yaitu 5,27 % dengan
pengalaman berusaha tani 21 -30 dengan jumlah petani 2 orang sedangkan yang
persentasi terbesar 68,42 % dengan pengalaman berusaha tani 1- 10 tahun
dengan jumlah petani 26 orang petani. Kemudian untuk pengalaman 11- 20
dengan jumlah 10 dengan persentasi 26,31 %. Dengan adanya pengalaman
30
bertani maka dapat mempengaruhi keuntungan usaha tani karena petani yang
sudah banyak pengalaman sehingga akan berhati- hati dalam mengelolah usaha
taninya.
5.1.6. Luas Lahan
Luas lahan yang dimiliki oleh petani sangat berpengaruh pada produksi yang
dihasilkan. Luas Lahan garapan sangat berpengaruh terhadap petani dalam
mengelolah usahataninya. Lahan atau yang lebih dikenal dengan tanah
merupakan faktor utama dalam usahatan, hal ini dikarenakan tanaman maupun
hewan memanfaatkan tanah sebagai media tumbuh maupun tempat tinggal.
Untuk lebih jelasnya mengenai luas lahan yang dimiliki oleh petani responden
yang terdapat di Desa moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Luas lahan Petani Bayam Cabut di Desa Moncobalang Kecamatan
Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2015 .
.
No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentasi(%)
1.
2.
3.
4.
5.
0,01- 0,10
0,11 – 0,20
0,21 – 0,30
0,31 – 0,40
0,41 – 0,50
25
8
2
2
1
65,78
21,05
5,26
5,26
2,64
Jumlah 38 100 %
Sumber :Data Setelah Diolah ,2015
Tabel 9 menunjukkan bahwa persentasi luas lahan petani bayam cabut di
Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa yang terbesar yaitu
dengan luas lahan 0,01- 0,10 dengan jumlah 25 orang dengan persentase
65,78% , sedangkan untuk luas lahan 0,11 – 0,20 Ha dengan jumlah 8 dengan
persentase 21,05 %, sedangkan untuk luas lahan 0,21-0,40 dengan jumlah 2
31
dengan persentase 5,26 % dan untuk luas lahan 0,41 – 0,50 hanya 1 orang petani
dengan persentase 2,64 %. Dengan demikian dapat dilihat bahwa jumlah luas
lahan petani bayam cabut dapat dikatakan relatif kecil namun usaha petani dalam
mengembangkan produksi bayam dilahan mereka cukup baik dengan
menggunakan pupuk serta adanya air dari sumur bor sehingga petani dapat terus
berproduksi tampa dipengaruhi oleh musim sehingga petani dapat mencukupi
kebutuhan keluarga dan usaha taninya
5.2. Tingkat Produksi Bayam Cabut
Dari hasil penelitian rata- rata produksi bayam cabut yang dihasilkan oleh
petani bayam di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa
rata – rata 9,30 ton/bulan dari total hasil sekitar 353,67 ton/tahun sedangkan
untuk keuntungan yang dapat diperoleh itu dipengaruhi pada tingkat harga bayam
dipasaran yang kadang hanya Rp 700,00 sampai harga tertinggi Rp 20.000,00/ikat
atau biasa disebut sisambi dalam bahasa makassar dengan berat 2 Kg/ikat .
Produksi bayam ini ditentukan juga terhadap luas lahan yang di olah petani bayam
itu sendiri dan faktor – faktor pendukung lainya. Seperti dalam luas lahan yang
hanya seluas 0,02 Ha petani dapat memproduksi sekitar 300 kg bayam dalam
sekali panen dengan 2- 3 kali masa panen, sedangkan untuk luas lahan 0,50 are
petani dalam memproduksi bayam 2600 kg (2,6 ton) / panen.
Selain budidaya bayam petani juga membudidayakan beberapa tanaman
hortikultur lainnya seperti kemangi, kangkung , terong , kacang, sawi, dan kacang
hijau namun hanya beberapa petani yang membudidayakan bahkan sebagian
petani bayam memilih untuk mendampingi tanaman bayam mereka salah satu
32
tanaman hortikultura lainnya. Hal ini dapat dikatakan bahwa produksi bayam
di Kabupaten Gowa sudah dapat memenuhi kebutuhan pasar terhadap
permintaan konsumen akan kebutuhan bayam baik untuk rumah tangga, rumah
makan bahkan untuk beberapa daerah diluar gowa sendiri seperti takalar,
jeneponto, maros, pangkep bahkan untuk barru.
Hal ini juga tidak terlepas dari kemandirian petani untuk bertindak dan
berusaha untuk menyediakan kebutuhan berladang baik dengan membeli atau
berusaha sendiri. Saat ini produksi bayam lebih banyak diproyeksikan untuk
kebutuhan masih dalam sekitar sulawesi saja sedang untuk keluar walaupun
jumlahnya cukup tapi masih dalamnkualitas yang rendah karena kondisi bayam
yang akan mudah rusak akibat penggunaan pestida kimia yang dominan dilakukan
petani sebelum panen karena kondisi bayam yang terserang oleh hama apalagi
disaat harga bayam dipasaran naik dominan bayam akan memiliki kualitas yang
rendah.
Produksi bayam yang ada selain dipengaruhi luas lahan karena semakin luas
lahan yang dimiliki maka semakin besar produksi yang akan dihasilkan begitu
pula sebaliknya namun walaupun demikian masih dalam jumlah cukup sesuai
kebutuhan pasar. apalagi karena tidak dipengaruhi oleh musim karena petani
mampu untuk bertindak mandiri dan berkreasi sehingga petani mampu terus
berproduksi, sedangkan pada musim hujan petani cenderung akan membuat tenda
plastik sebagai penahan hujan dan tempat berlindung bayam sehingga kondisi
bayam tidak mudah rusak akibat tertimpa air saat hujan. Sedangkan untuk musim
kemarau dimana keadaan tanah akan mudah kering petani kemudian
33
menggunakan sumur bor untuk penyiraman, sehingga tidak peduli dengan adanya
musim kemarau karena petani memanfaatkan sumur bor yang memang dibuat
disetiap ladang sehingga dengan bantuan pompa air proses penyiraman dengan
mudah dilakukan, pompa air dan pembuatan sumur air dapat terjadi karena
kemandirin petani untuk dapat membuat dan membeli dari hasil keuntungan
membudidayakan bayam cabut dan beberapa budidaya tanaman hortikultura
lainnya. sehingga mereka dapat mengairi sawah atau ladang mereka dengan air
pada musim kemarau, sehingga produksi bayam cabut dapat terus tersedia sesuai
kebutuhan konsumen ditambah lagi harga bayam yang cukup menjanjikan
walaupun harga dipasaran tidak stabil kadang ( naik/turun).
Peningkatan produksi pertanian akan turut berpengaruh pada petani, petani
diharapkan pada permasalahan pengetahuan petani dan luas lahan garapan yang
relatif sempit, serta penggunaan pupuk dan pestisida yang digunakan masih 100 %
dari bahan kimia sehingga walaupun produksi yang cukup tapi masih dalam
kualitas rendah, walaupun petani sadar akan kualitas bayam mereka hasilkan tapi
terbatas dengan pengetahuan untuk mendapatkan ketersedian pupuk organik
lainnya dan pestisida nabati kecuali pupuk kandang yang mudah didapatkan oleh
peternak ayam potong disekitar desa yang sudah memanfaatkan kotoran ayam
untuk dijadikan pupuk kandang sehingga tampa adanya penyuluhan atau adanya
naungan kelompok tani petani dapat berkembang sesuai dengan pengetahuan yang
diperoleh dari orang tua secara turun-temurun dan keinginan petani untuk terus
maju untuk memenuhi kebutuhan hidup petani dan keluarganya dan merupakan
34
pekerjaan yang mudah bagi mereka sehingga sudah menjadi kesenangan petani
untuk berusaha tani bayam .
5.3. Faktor – Faktor Kemandirian Terhadap Produksi Bayam
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kemandirian petani dalam
budidaya bayam cabut yang dihasilkan oleh petani di Desa Moncobalang
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa besar kecilnya dipengaruhi oleh petani
pengelolah sebagai pelaku utama, Lahan usaha tani yang digarap, modal, bibit,
pupuk dan pemupukan dan sumber air yang tersedia. berikut adalah gambaran
data- data yang diperoleh selama penelitian.
Tabel 10.Kemandirian Petani Dalam Budidaya Bayam Cabut di Desa
Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa
No Indikator Alternatif Jawaban Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
1 Petani Pengelolah Ya 27 71,05
Tidak 11 28,95
2. Luas lahan Ya 33 86,85
Tidak 5 13,15
3. Modal Ya 33 86,85
Tidak 3 7,89
4. Bibit Ya 30 78,95
Tidak 8 21,05
5. Pemupukan Ya 38 92,10
Tidak 5 13,15
6. Sumber air Ya 27 71,05
Tidak 11 28,96
Sumber : Data primer setelah diolah, 2015
Tabel 10 menunjukkan bahwa faktor – faktor kemandirian petani dalam
budidaya bayam cabut bahwa semua kegiatan usaha tani mulai dari pengelolaan
tanah, sampai bayam siap untuk dipanen semua dilakukan dengan baik oleh petani
sendiri tampa ada bantuan dari pemerintah baik untuk memberikan penyuluhan
35
tentang pemanfaatan tanaman di sekitar lingkungan yang dapat dimanfaatkan
sebagai pestisida nabati ataupun cara mengifesienkan penggunaan pupuk
anorganik dengan memberikan subsidi pupuk organik kepada petani tentang
penggunaan pupuk atau pun bantuan untuk usaha taninya baik berupa modal
ataupun adanya saluran irigasi yang berfungsi baik.
Adapun faktor yang mempengaruhi kemandirian petani yaitu dari 38 orang
petani pengelolah, luas lahan, modal, bibit, pupuk dan sumber air yang tersedia
sedangkan untuk pemilikan lahan yang digarap oleh petani sebanyak 33 petani
mengelolah lahanya sendiri sedangkan 5 lainya menyewa tanah dari
keluarga,untuk modal petani 35 orang petani mengunakan modal sendiri
sedangkan 3 orang lainnya meminjam dari koperasi desa, sedangkan 30 orang
petani membeli bibit dari petani yang khusus membudidayakan bayam untuk
dijadikan bibit, 5 lainya bertindak sebagai petani dan penjual, sedangkan 3 lainya
memproduksi bibit sendiri untuk dibudidayakan, sedangkan untuk pupuk, semua
petani bayam yang berjumlah 38 orang disana menggunakan pupuk organik
(pupuk kandang) yang didampingi dengan pupuk anorganik ( urea ) namun 5
petani lainya selain menggunakan pupuk organik dan pupuk anorganik seperti
urea juga menggunakan pupuk NPK dan ZA, dan untuk sumber air 27 petani
menggunakan air sumur galian untuk penyiraman sedangkan 11 orang lainya
menggunakan air dari sumur bor yang dibantu oleh alat pemompa air dalam
penyiramannya dilihat karena luas lahan yang tidak memungkinkan petani untuk
melakukannya sendiri. Sehingga produksi dan produktivitas inilah yang
36
membuat keberhasilan petani bayam di Desa ini tetap terjaga sehingga dapat
bernilai optimal.
5.3.1.Petani Pengelolah
Faktor keberhasilan petani bayam dalam budidaya yang dilakukan oleh
petani melalui pengetahuan yang diperoleh sendiri tanpa ada interaksi atau adanya
gotong royong dari petani lain karena keterlibatan petani dalam kegiatan pertanian
sebagai faktor pendukung yang turut meninjau pelaksanaan usahataninya sendiri,
mulai dari pengolahan lahan, pemupukan, penyemaian, pemeliharan, penyiraman
sampai pada bayam siap untuk dipanen, seperti yang terlihat pada Tabel 10 dapat
dilihat bahwa 27 petani bekerja tanpa ada bantuan dari orang lain baik itu anak
ataupun bantuan dari buruh bantu yaitu merupakan petani yang memiliki luas
lahan antar 0,02 – 0,14 Ha sedangkan untuk petani yang memiliki luas lahan 0,15
– 0,50 Ha akan cenderung menggunakan buruh bantu atau pun dibantu oleh anak
atau saudara, namun masih dalam pengawasan petani namun tidak semua
pekerjaan akan diserahkan pada buruh bantu kecuali untuk pengelohan lahan dan
penyiraman atau sampai pada bayam siap dipanen yang bekerja sebagai buruh
cabut.
5.3.2. Luas Lahan
Jumlah lahan yang dimiliki petani responden bervariasi mulai dari luas
lahan 0,02 are sampai yang memiliki luas lahan sebesar 0,50 are yang dapat
dipanen 2- 3 kali perbulan sesuai dengan kemampuan petani dengan membagi
lahan menjadi beberapa bedengan dengan lebar 1- 2 m dan dengan panjang luas
lahan kemudian diolah lalu disemaikan ½ -3 liter bibit bayam setiap bedengan .
37
Dengan masa tumbuh 15-25 setelah penanaman. Namun dalam sekali panen
petani dapat memanen 1- 3 bedengan karena proses penanaman tidak dilakukan
secara bersamaan dalam 1 lahan namun dilakukan bertahap oleh petani dalam
beberapa bedengan.
Status kepemilikan lahan 5 diantara 38 petani masih menggunakan lahan
sewa yang kemudian digarap untuk tanaman bayam cabut, sedangkan 33 petani
menggunakan lahan mereka sendiri seperti yang terlihat pada Tabel 10. walaupun
lahan yang dimiliki terbilang kecil tapi Dengan produksi yang dihasilkan mampu
mencapai 353,67 ton/tahun dari 38 petani dengan rata- rata pendapatan 9.307
ton/bulan bayam dengan jumlah luas lahan sekitar 40,8 Ha.
5.3.3. Modal
Penggunaan Modal dapat dilihat pada Tabel 10 bahwa modal yang
digunakan petani dari 38 petani berasal dari 33 orang yang menggunakan modal
sendiri sedangkn 5 lainnya merupakan modal pinjaman, hal dilakukan karena
keterbatasan petani untuk memulai usahanya sebelum usaha tani mereka
berkembang, sedangkan mereka yang menggunakan modal sendiri yaitu
merupakan petani yang awalnya hanya berpropesi sebagai tukang bangunan dan
menjadikan bertani bayam sebagai sampingan dari situlah mereka memperoleh
modal untuk memulai usaha taninya dengan menyisipkan sebagian penghasilan.
Modal yang digunakan juga bervariasi mulai dari modal dari
250.000,00/bulan sampai yang mengeluarkan modal Rp 2. 500.000,00/bulan
sesuai dengan kebutuhan dan luas lahan yang diolah petani itu sendiri untuk
pembelian pupuk,bibit, pestisida, bensin untuk pompa dan lain- lain.
38
5.3.4. Bibit
Pada Tabel 10 ditunjukkan bahwa 30 petani yang menjawab ya merupakan
petani yang membeli bibit, sedangkan 5 petani lainnya merupakan petani yang
khusus membudidayakan bayam untuk dijadikan bibit sehingga petani bayam
tidak kesulitan untuk mendapatkan bibit, sedangkan 3 lainya selain
membudidayakan bayam juga memproduksi bibit sendiri untuk dibudidayakan
sehingga akan mengurangi jumlah pengeluaran. Adapun harga jual bibit yang
dikenakan petani penjual kepada petani bayam lainya harganya bervariasi mulai
Rp 85.000,00/liter sampai yang harga Rp 100.000,00/liter. Harga ini juga akan
melonjat naik saat memasuki musim penghujan karena sulitnya mendapatkan bibit
yang baik akibat rusaknya kondisi bayam saat terkena hujan secara terus-
menerus.
Petani bayam kadang memanfaatkan 1 musim tanam sebelum masuk musim
penghujan dengan menanam bayam untuk dijadikan bibit untuk persiapan musim
hujan sehingga dapat mengurangi jumlah pengeluaran untuk membeli bibit untuk
beberapa bulan kedepan selama musim penghujan datang, namun hal tersebut
tidak dilakukan semua petani melihat karena kebutuhan konsumen yang tak
henti–hentinya memenuhi kebutuhan pasar. namun ada juga petani yang
memperoleh bibit dengan membudidayakan sendiri walaupun jumlahnya tidak
untuk dipasarkan tapi mampu untuk memenuhi lahanya sehingga jumlah
pengeluaran pun akan berkurang.
39
5.3.5 Pupuk
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua petani yang berjumlah 38
orang petani menggunakan pupuk organik ( Kandang ) dan pupuk anorganik (
Urea), namun diantara 38 orang tersebut 5 orang lainya juga menggunakan pupuk
anorganik lainnya seperti pupuk pupuk ZA dan NPK.
Saat ini petani disana belum dapat memproduksi pupuk organik sendiri oleh
karena terkendalanya jumlah hewan ternak yang mereka miliki. Hal itu juga
disebabkan karena kekwatiran petani akan tanaman mereka dan tanaman petani
lainnya yang bisa saja menjadi tujuan hewan ternak sehingga sampai saat ini
petani hanya mampu membeli pupuk organik dari peternak ayam potong disekitar
desa.
Pupuk merupakan faktor pendukung yang ikut mendukung kualitas bayam,
adapun pupuk yang dominan dipakai petani bayam yaitu dan pupuk organik
( pupuk kandang dan jerami ) dan anorganik (Urea) hal ini dilakukan petani
untuk memperbaiki produksi bayam dan kualitas bayam yang semakin rendah
serta kondisi tanah agar tetap terjaga akibat penggunaan bahan kimia, pupuk
organik digunakan saat tanah yang telah di olah telah disemaikan bibit sehingga
beberapa petani menggunakan pupuk kandang untuk menutupi bibit dengan
pupuk kandang sehingga bibit tidak mudah terbawa air saat penyiraman.
walaupun petani disana berharap adanya bantuan pupuk organik dan pertisida
nabati dari pemerintah setidaknya adanya penyuluhan tentang cara pemanfaatan
bahan alami disekitar mereka yang dimanfaatkan sebagai sumber pestisida nabati
40
namun hal tersebut terkendala dengan kurangnya perhatian pemerintah setempat
terhadap petani sehingga petani bergantung dari pestida kimia
5.3.6 Sumber air
Sumber air yang diperoleh menunjukkan bahwa sebanyak 27 petani
menggunakam sumur galian untuk penyiraman yang teratur dilakukan oleh petani
yaitu pada pagi hari dan sore hari, sedangkan 11 orang petani lainya
menggunakan sumur bor dibantu dengan alat bantu pompa air hal ini tidak
terlepas dari kemandirian petani untuk membeli dan membuat sumur bor serta
menyediakan kebutuhan lainya yang dibutuhkan saat pemompaan dilakukan,
karena luas lahan yang digarap sehingga tidak memungkinkan petani
melakukanya sendiri. Pemompaan atau penyiraman umumnya akan dilakukan 2
atau 3 hari sekali untuk petani yang memiliki luaslahan 0,15 - 0,50 Ha. Namun
semua petani juga akan beralih kesumur bor saat memasuki musim kemarau
karena kondisi sumur galian yang akan kering memasuki musim kemarau,
sehingga untuk mendapatkan air petani harus menggunakan sumur bor. sehingga
bagi petani di Desa Moncobalang air bukan masalah yang terlalu sulit sehingga
produksi bayam mampu terpenuhi dipasaran yang terletak di Kecamatan
Panciro Pallangga dan Sungguminasa sesuai kebutuhan pasar terhadap permintaan
konsumen akan bayam.
41
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan , maka disimpulkan bahwa Kemandirian
petani bayam di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa
ditentukan oleh petani pengelolah sebagai karena keterlibatan petani , Luas lahan
yang diolah, modal yang digunakan, bibit, yang digunakan,pupuk yang digunakan
baik organik maupun anorganik, serta air sumber air yang tersedia baik dari sumur
galian maupun dari sumur bor.
6.2 Saran
Penyuluhan sebaiknya juga dilakukan untuk Desa Moncobalang dan
sekiranya pemerintah lebih memperhatikan nasib masyarakat petani setempat
untuk lebih ditingkatkan melihat karena potensi Bayam yang dimilik desa ini
sebagai salah satu daerah penghasil bayam di Gowa.
42
DAFTAR PUSTAKA
Annonim , 2012. Usaha Tani Indonesia.http://pustaka.usaha tani.com.html diakses
24 April 2015 .
Adiestya, Nurieke. 2012. Keberhasilan Petani, Jurnal penelitian. Universitas
Pajajaran. . http// cybex.deptan,go .id diakseS 24 Agustus 2015.
Data Primer dan Sekunder Dusun Moncobalang Kecamatan Barombong
Kabupaten Gowa. Tahun 2015.
Dix, H.M. 1981. Pencemaran lingkungan, John Willey & Sons. New York.
Hadisoegandanda A W. 1996.BAYAM sayuran penyangga petani
diindonesia.BPD. Bandung
Hardianto. 2014. Respon petani terhadap pemanfaatan pupuk organik pada
tanaman sawi. Skripsi .fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah .
Makassar.
Holdgate, MW., 1969, Sebuah prespektif Pencemaran Lingkungan, Cambridge
University Press, London.
Kasifah. 2011, Dasar- Dasar ilmu tanah. Aneka Ilmu. Makassar
Malinau, Stepanus, 2011 . Faktor Kemandirian Petani Yang Mempengaruhi
Keberhasilan Padi. Jurnal Penelitian Vol 1. Thn 2011. Badan Pusat
Statistik. Girirejo. Samarinda Utara
Mastugino. 2014. Gahara hijau. http// mastugino.blogspot.com/2014/09/manfaat-
air-bagi- kehidupan.html diakses 18 mei 2014
Musnamar, E.I. 2003. Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Panggabean, Andreas.2010. Pengetahuan pertanian.articel indonesia.Universitas
Padjajaran.http//www. andsgabe. Blogspot.Com/2015/15/ posisi-
pertanian-dalam-teori-html.
43
Rukmana, Rahmat. 1994. Bayam Bertanam & Pengolahan Pascapanen.
Kanisius. Yogyakarta.
Ramhadani, Rizki, 2012. Masalah dan Faktor – Faktor Keberhasilan Petani Padi
.Jurnal Penelitian tinjauan pustaka Vol 6. Thn 2012, Sumatera.
Indonesia.
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani, UI Press. Jakarta
Susilo.2009. Budidaya bayam.. Swadaya Nusantara. Surabaya
Sugiyono. 2009. Metode penelitian kualitatif kuantitatif dan R & D.Alfarbeta.
Bandung:
Zhulaiman L and Wahyuddin. Maret 2012. Konsep Kemandirian Petani di
Pedesaan. . Jurnal penelitian. Vol 7 no 4 2012. Kalimantan Timur.
44
Lampiran 1.Daftar Kuesioner Penelitian
KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA BAYACABUT
DI DESA MONCOBALANG KECAMATAN BAROMBONG
KABUPATEN GOWA
1.Identifikasi Responden
Nomor responden :
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Luas lahan garapan :
Jml tgn keluarga :
Lama pengalaman bertani :
11. Pertanyaan Terbuka
1. Apakah semua kegiatan dalam usaha tani budidaya bayam mulai pengolahan
Lahan sampai pasca panen dilakukan bapak sendiri sebagai pelaku usaha tani ?
a. Ya, dilakukan
b. Tidak, dibantu
2. Apakah lahan yang bapak garap untuk budidaya bayam merupakan lahan milik
bapak?
a. Ya, milik
b.Tidak, milik
45
3. Apakah modal yang bapak gunakan dalam memulai usaha tani bayam atau
Biaya yang dikeluarkan tiap bulanya meriupakan modal sendiri ?
a. Ya, sendiri
b. Tidak, Pinjaman
4. Apakah bapak memproduksi bibit bayam sendiri ?
a. Ya,kesulitan
b. Tidak, kesulitan
5. Apakah bapak menggunakan pupuk lain selain pupuk organik (kandang) dan
Pupuk anorganik (Urea) untuk tanaman bayam cabut ?
a. Ya,gunakan
b. Tidak, gunakan.
6. Apakah bapak menggunakan pompa air tiap kali penyiraman ?
a. Ya, Gunakan
b. Tidak, Gunakan
46
Lampiran 2. Identitas Petani Responden Bayam Cabut di Desa Moncobalang
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.
No Nama
responden
Umur
(tahun)
Tingkat
pendidikan
J.keluarga
(orang)
Luas
Lahan
(Ha)
Pengalaman
usahatani
(tahun)
1. M dg jaga 61 SD 5 0,08 3
2. F dg sa’bu 32 SMP 3 0,10 20
3. L dg tuju 55 SMP 7 0,20 20
4. J dg sila 55 SD 3 0,03 10
5. A dg sele 60 SMP 8 0,40 10
6. S dg ngemba 29 SMA 4 0,04 10
7. K dg mangka 39 SMP 56 0,10 20
8. M dg tinri 65 SD 4 0,10 45
9. S dg ma’ja 55 SMA 7 0,20 3
10. M dg kio 48 SMP 3 0,03 3
11. H dg tahang 60 SD 6 0,02 10
12. Y dg ngempo 68 SD 2 0,02 30
13. S dg nompo 36 SMP 3 0,15 1
14. Y dg gassing 49 SMA 4 0,50 12
15. H dg nyau 40 SMP 5 0,14 20
16. A dg sua 50 SMP 9 0,20 7
17. R dg tappa 39 SMA 4 0,05 2
18. E dg lau 25 SMP 4 0,09 8
19. M dg kalu 52 DIPLOMA 5 0,05 4
20. S dg nyonri 60 SD 1 0,03 2
21. H dg matto 31 SMP 3 0,25 20
22. N dg bombong 56 SMA 5 0,04 15
23. R dg malo 40 SD 4 0,05 5
24. K dg sikki 52 SMA 4 0,15 9
25. R dg nappa 22 SMA 5 0,06 4
26. T dg tappa 30 SMA 7 0,04 4
27. S dg lau 35 SMP 6 0,30 14
28. W dg nassa 27 SMA 5 0,02 2
29. M dg sikki 62 SD 9 0,03 10
30. J dg tayang 40 SMP 4 0,14 4
31. Nasir 25 SMP 4 0,06 2
32. Nasrullah 31 SMA 3 0,05 13
33. Henri dg sau 25 SMA 2 0,20 6
34. Muktar 43 SMP 4 0,15 3
35. S dg kulle 33 SMP 3 0,03 2
36. N dg nai 46 SMA 2 0,04 1
37. A dg bella 34 SMA 5 0,05 5
38. Kdg bantang 52 SD 5 0,02 3
47
Lampiran 3. Hasil Jawaban Responden Petani Bayam Cabut di Desa
Moncobalang kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2015.
I II III IV V VI
1. A a a a a b
2. A a a a a b
3. A a a a b a
4. A a a a b a
5. B a a a b a
6. A a a b b a
7. A a a a b b
8. A a a b a b
9. B a a a b a
10. A b b a a b
11. A a a a b b
12. A a a b a b
13. B b a a a a
14. B a a b b a
15. A a a b b b
16. B a a a b a
17. A a b a b b
18. A b a a a b
19. B a a b a b
20. A a a a b b
21. A a b b b a
22. A a b a a b
23. A a a a b b
24. B a a a b a
25. A a a a b b
26. A a a a b b
27. B a b a b a
28. A a a a b b
29. A a a a b b
30. A b a a b b
31. A a b a a b
32. A a a a b b
33. B a a a b a
34. B a a a b a
35. A b a a b b
36. A a a a a b
37. A a a a b b
38. A a a b b b
Faktor Faktor Keberhasilan Petani Bayam CabutNO
48
Gambar 1. Wawancara Responden Petani Bayam
Gambar 2. Wawancara Responden Petani bayam
49
Gambar 3. Wawancara Responden Petani Bayam
Gambar 4. Wawanara Responden Petani Bayam
50
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
St Khadijah Al Qubrah dilahirkan di Takalar
Pattalassang tanggal 17 Desember 1991 . dari Ayahanda
S.puddin dan Ibunda Hj St Aisyah. Penulis merupakan anak
keempat dari lima bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui
penulis adalah SDN 347 Batu dan lulus tahun 2004, lalu melanjutkan pendidikan
di SMPN 1 Pitumpanua, Wajo dan selesai pada tahun 2006. Penulis melanjutkan
pendidikan di SMAN 2 Takalar, dan selesai pada tahun 2009. Pada tahun 2010
penulis lulus seleksi masuk Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi
yang berjudul “Kemandirian Petani Dalam Budidaya Bayam Cabut di Desa
Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa”