Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RENCANA STRATEGIS BISNIS (RSB) TAHUN 2015 - 2019
LOKA PENGAMANAN FASILITAS KESEHATAN (LPFK SURAKARTA)
2201722
KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
LOKA PENGAMANAN FASILITAS KESEHATAN SURAKARTA
Revisi ke-3
i
KATA PENGANTAR
Rencana Strategis Bisnis ( RSB ) LPFK Surakarta merupakan dokumen dari rencana
strategis yang akan dilakukan dalam waktu lima tahun yaitu dimulai tahun 2015 dan akan berakhir
tahun 2019. RSB LPFK Surakarta tahun 2015-2019 ini memberikan arah dan kebijakan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya.
Sejalan visi dan misi yang ditetapkan oleh LPFK Surakarta, maka RSB ini merupakan
penjabaran dalam rangka melaksanakan langkah-langkah strategis. Sebagai lembaga negara yang
diberi tugas untuk melakukan pengamanan terhadap sarana dan prasarana kesehatan maka
bukanlah tugas ringan yang diemban oleh LPFK, akan tetapi merupakan tugas yang berat sehingga
hal ini memerlukan kerja keras dan komitmen semua komponen di LPFK serta arah dan strategi
yang jitu sehingga apa yang menjadi visi dan misinya dapat tercapai sesuai kurun waktu yang telah
ditetapkan.
Dalam perjalanannya, Rencana Strategis Bisnis (RSB) ini perlu dilakukan penelaahan
kembali yang bertujuan agar dokumen ini tetap menjadi pedoman yang akurat dalam menentukan
kebijakan organisasi dengan memperhatikan kondisi organisasi terkini. Diharapkan dengan
langkah tersebut LPFK Surakarta mampu menentukan arah yang tepat meuju pengembangannya.
Akhirnya saya ucapkan terimakasih kepada segenap tim penyusun dan seluruh pegawai
yang turut berpartisipasi didalam penyusunan Rencana Strategis Bisnis ( RSB ) ini. Semoga Allah
SWT.senantiasa membimbing dan memberi kekuatan kepada kita semua.
Surakarta, 28 Desember 2018 Kepala Ir. Rohmadi, ST, M.Si, MT NIP.196808181999031002
ii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Rencana Strategis Bisnis ( RSB ) tahun 2015-2019 Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan
Surakarta disusun sebagai panduan arah kebijakan penyusunan program dan kegiatan LPFK
Surakarta dalam jangka bentuk pertanggungjawaban secara tertulis.
Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan merupakan lembaga baru dilingkungan
Kementerian Kesehatan yang mempunyai tugas untuk melakukan pengamanan terhadap fasilitas
sarana dan prasarana kesehatan dengan mengusung misi Menjadi Lembaga Mandiri, Profesional,
Unggul dan Terpercaya dalam Melayani Pengujian/Kalibrasi Alat Kesehatan, Pengukuran Dosis
Perorangan dan Uji Kesesuaian di bidang Kesehatan
Sedangkan misi yang diemban adalah sebagai berikut :
1. Memberikan pelayanan pengujian/kalibrasi dan proteksi radiasi dengan mengutamakan
keselamatan pasien, petugas dan masyarakat.
2. Memberikan pelayanan pengujian/kalibrasi alat kesehatan dan proteksi radiasi yang cepat,
tepat dan akurat dalam rangka menuju indonesia sehat.
3. Meningkatkan profesionalsme, kemampuan, ketrampilan dan leadership petugas dengan
pelatihan dan seminar.
Kinerja Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan Surakarta dapat dilihat dari seberapa jauh
capaian pelaksanaan tugas dan fungsi yang telah dibebankan kepada LPFK selaku lembaga
pemerintah.
Adapun tugas dan fungsi Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan Surakarta sebagaimana
diamanahkan dalam permenkes No.919/MEN/2011 adalah :
1. Melakukan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan
2. Melakukan pengujian dan kalibrasi sarana kesehatan
3. Melakukan Pemantauan dosis personal
4. Melaksanakan tata kelola Administrasi perkantoran
Dalam rangka mencapai visi dan misinya Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan Surakarta
melakukan upaya- upaya yang mendukung tercapainya tujuan meliputi :
1. Meningkatkan mutu pelayanan dengan senantiasa memperbaiki metode kerja, ketepatan
dan kecepatan dalam pelayanan.
iii
2. Meningkatkan jenis dan jumlah layanan dengan menambah peralatan uji yang berkualitas.
3. Mengembangkan profesionalisme serta manajemen sumber daya manusia dengan
senantiasa meningkatkan skill dan pengetahuan serta perkembangan iptek khususnya
dalam bidang peralatan medis.
4. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral dengan lembaga sejenis dan lembaga terkait
lainnya.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………i IKHTISAR EKSEKUTIF…………………………………………………………………….ii DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………iii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang ..........................................................................................................1 1.2.Tujuan RSB ...............................................................................................................5
1.3. Dasar Hukum ..........................................................................................................5 1.4. Sistematika ...............................................................................................................6
BAB II GAMBARAN KINERJA SAAT INI ..................................................................................8
2.1. Gambaran Kinerja Aspek Pelayanan ........................................................................8 2.2. Gambaran kinerja Aspek Keuangan .......................................................................19
BAB III ARAH DAN PRIORITAS STRATEGIS ........................................................................23
3.1. Rumusan Pernyataan Visi, Misi dan Tata Nilai .......................................................23 3.2. Aspirasi Stakeholders Inti ........................................................................................23
3.3. Tantangan Strategis .................................................................................................25 3.4. Benchmarking .........................................................................................................26 3.5. Analisis SWOT ........................................................................................................28 3.6. Diagram Kartesius Pilihan Prioritas Strategis .........................................................29 3.7. Analisis TWOS ........................................................................................................34 3.8. Rancangan Peta Strategi Balanced Scorecard ( BSC ) ...........................................36
BAB IV. INDIKATOR KINERJA UTAMA DAN PROGRAM KERJA STRATEGIS ..............38
4.1. Matrik IKU ................................................................................................................39 4.2. Kamus IKU ................................................................................................................41 4.3. Program Kerja Strategis ............................................................................................57
BAB V.ANALISA DAN MITIGASI RESIKO .............................................................................60
5.1. Identifikasi Resiko .....................................................................................................60 5.2. Penilaian Tingkat Resiko ...........................................................................................61 5.3. Rencana Mitigasi Resiko ...........................................................................................66
BAB VI. PROYEKSI FINANSIAL ..............................................................................................72
6.1. Estimasi Pendapatan ..................................................................................................72 6.2. Rencana Kebutuhan Anggaran ..................................................................................72 6.3. Rencana Pendanaan ...................................................................................................76
BAB IV PENUTUP .......................................................................................................................77 Lampiran
RSB LPFK Surakarta 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional, telah ditetapkan arah RPJMN Tahap II adalah perlunya
memantapkan penataan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), membangun kemampuan
IPTEK serta memperkuat daya saing perekonomian.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional,
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 98
menyatakan “Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman, berkhasiat/bermanfaat,
bermutu, dan terjangkau”. Yang di maksud Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus,
mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit,
memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki
fungsi tubuh.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan Pasal 12, menyatakan bahwa ”pengujian sediaan farmasi
dan alat kesehatan dilakukan melalui pengujian laboratoris dan penilaian atas
keamanan dan kemanfaatan dengan tata cara pengujian sediaan farmasi dan alat
kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan”.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 363/Menkes/Per/IV/1998 tentang
Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan Pada Sarana Pelayanan Kesehatan Pasal 2
Ayat 1, menyatakan bahwa ”Setiap alat kesehatan wajib dilakukan pengujian dan/atau
kalibrasi untuk menjamin kebenaran nilai keluaran atau kinerja dan keselamatan
pemakaian”. Adapun terdapat 125 (seratus dua puluh lima) alat kesehatan wajib diuji
dan/ atau kalibrasi secara berkala sekurang-kurangnya satu kali dalam 1 (satu) tahun.
Bagi alat yang laik pakai diberikan tanda laik pakai dan sertifikat. Untuk itu,
Kementerian Kesehatan berkewajiban menyusun kebijakan, standar, norma,
pedoman, prosedur dan kriteria serta melaksanakan pembinaan dan pengawasan.
RSB LPFK Surakarta 2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit Pasal 16, ayat (1) Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1) meliputi peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi standar pelayanan,
persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai.
Ayat (2) Peralatan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diuji dan
dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi
pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.
Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan (LPFK) sebagai Unit Pelaksana Teknis
(UPT) di lingkungan Kementerian Kesehatan melaksanakan pengujian, kalibrasi dan
proteksi radiasi terhadap peralatan dan fasilitas kesehatan, sehingga peralatan dan
fasilitas kesehatan memenuhi kualitas dan standar keselamatan dan keamanan.
Peralatan dan fasilitas kesehatan merupakan salah satu faktor penunjang yang
sangat penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
untuk itu kondisi maupun fungsi alat kesehatan harus memenuhi persyaratan laik
pakai, kebenaran nilai keluaran dan kinerjanya terkendali, keselamatan dan
keamanan bagi pasien, petugas dan lingkungan sesuai ambang batas yang berlaku .
Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan (LPFK) melayani pengujian, kalibrasi
dan proteksi radiasi terhadap berbagai jenis peralatan dan fasilitas kesehatan pada
seluruh fasilitas pelayanan kesehatan antara lain Balai Pengobatan, Puskesmas,
Laboratorium Klinik, Rumah Sakit, agen, distributor, produsen alat kesehatan, baik
yang dikelola pemerintah maupun swasta.
Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan (LPFK) Surakarta yang ditetapkan
melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 919/MENKES/PER/V/2011 tentang
Organisasi dan Tata kerja LPFK.
Wilayah Kerja LPFK Surakarta meliputi 2 (dua) Provinsi yaitu Provinsi Jawa
Tengah dan D.I Yogyakarta
Kecenderungan permintaan dari fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan
pengujian dan kalibrasi serta proteksi radiasi alat dan fasilitas kesehatan sangat
siginifikan dalam rangka memenuhi persyaratan mutu pelayanan maupun akreditasi.
Rekomendasi WHO menyatakan bahwa pencapaian kesesuaian mutu pada alat
harus dilakukan pada seluruh tahapan, yakni uji prototipe, uji produk, uji pada siklus
pengadaan dan uji laik pakai pada siklus penggunaan.
RSB LPFK Surakarta 3
Hal yang sama pada sarana dan prasarana dilakukan pada tahapan perencanaan,
pelaksanaan, penyerahan dan penggunaan yakni uji perhitungan teknis, uji
fungsi/kesuaian spesifikasi dan uji kualitas secara berkala. Loka Pengamanan Fasilitas
Kesehatan saat ini sudah melayani tahapan uji laik pakai dan proteksi radiasi pada
siklus penggunaan.
Tantangan pada era globalisasi dan meningkatnya kesadaran masyarakat
terhadap mutu pelayanan kesehatan mengakibatkan banyaknya rumah sakit,
puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang memerlukan
pengujian/kalibrasi untuk pemenuhan kesesuaian mutu ISO, KARS, JCI dan
kesesuaian mutu lainnya. Hal ini akan meningkatkan permintaan pengujian dan
kalibrasi serta proteksi radiasi yang perlu diantisipasi oleh LPFK.
Meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka peralatan
kesehatan menjadi semakin kompleks dan canggih, sehingga parameter dan metode
kerja pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan menjadi semakin berkembang.
Demikian juga untuk sarana dan prasarana banyak menggunakan teknologi tinggi.
Hal ini perlu diimbangi dengan tersedianya peralatan pengujian , kalibrasi,
proteksi radiasi dan uji kualitas sarana dan prasarana yang cukup, serta dukungan
sumber daya manusia kompeten yang memadai dan profesional.
Memperhatikan tantangan seperti tersebut di atas maka sumber daya dan sistem
yang dikelola menjadi lebih besar dan kompleks. Untuk itu perlu dilakukan penataan
organisasi dan tata kerja khususnya LPFK Surakarta sesuai dengan beban kerja serta
cakupan pelayanan di wilayah kerja.
Dari tahun ketahun kunjungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan terus bertambah
sejalan dengan program Akreditasi Rumah Sakit maka meningkat pula pelayanan
untuk dilakukan Pengujian dan kalibrasi oleh LPFK, sehingga ini merupakan peluang
untuk meningkatkan kinerja LPFK.
Memperhatikan Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 pada Matrix
Kinerja terdapat program pengelolaan Sarana Prasarana dan Peralatan Kesehatan
dengan hasil Meningkatnya kualitas sarana prasarana dan peralatan kesehatan di
fasilitas kesehatan serta indikator jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (RS dan
Puskesmas) yang melakukan pengujian, kalibrasi.
RSB LPFK Surakarta 4
Tabel.1. Daftar Fasyankes Propinsi Jateng dan DIY
Sumber : www.dinkesjatengprov.go.id/ tahun 2012
www.dinkes.jogjaprov.go.id/ tahun 2012
Penyusunan Rencana Strategis Bisnis sesuai Inpres No. 7 tahun 1999 merupakan
suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1
(satu) tahun sampai dengan 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan kekuatan dan
kelemahan, peluang dan kendala yang ada atau mungkin timbul.
Diharapkan LPFK Surakarta akan lebih mampu bersaing serta lebih leluasa
dalam menerapkan prinsip-prinsip manajemen yang sehat, guna memenuhi tuntutan
pelayanan prima dari pelanggan atau masyarakat.
Penyusunan rencana strategis bisnis menjadi salah satu persyaratan administratif
yang harus dipenuhi. Rencana strategi bisnis ini akan memberikan arah dan menjadi
pedoman dalam menyusun perencanaan LPFK Surakarta melalui analisis/kajian
tentang berbagai aspek baik mencakup aspek yang ada di lingkungan interrnal dan
eksternal. Penyusunan Rencana Strategis bisnis juga bertujuan agar berbagai aspek
pelayanan terpenuhi sehingga tercapai peningkatan mutu dan kualitas pelayanan pada
masyarakat. Selain itu penyusunan Rencana Strategis Bisnis juga dimaksudkan untuk
mengatasi masalah terbatasnya operasional pelayanan karena terbatasnya dana yang
diterima dan berbagai kendala dalam pemanfaatan sumber dana terkait dengan
peraturan keuangan negara.
Pengelolaan sumber daya yang dimiliki perlu dilakukan lebih kompeten,
profesional, mandiri, efisien, dan efektif agar kinerja organisasi sesuai tugas pokok
dan fungsi dapat ditingkatkan seiring dengan peningkatan jenis dan mutu pelayanan.
Upaya yang akan dilakukan LPFK Surakarta dalam meningkatkan kinerja dan
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki adalah dengan mengembangkan jenis
pelayanan unggulan sesuai dengan kebutuhan pelanggan akan kalibrasi, pemantauan
NO PROPINSI RS Pemerintah RS Swasta PUSKESMAS LAB
1 DIY 10 57 117 20
2 Jawa Tengah 74 175 852 88
Jumlah 84 232 969 108
RSB LPFK Surakarta 5
dosis perorangan radiasi, uji kesesuaian X-Ray dan uji kualitas sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan.
1.2. Tujuan Rencana Strategis Bisnis
Rencana strategis bisnis ini disusun dengan tujuan :
a. Untuk mendapatkan panduan dalam menentukan arah strategis dan prioritas
tindakan selama periode lima tahunan yang sejalan dengan Rencana Aksi
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
b. Untuk mendapatkan pedoman strategis dalam pola penguatan dan
pengembangan mutu LPFK Surakarta
c. Untuk mendapatkan dasar rujukan dalam menilai keberhasilan pemenuhan
misi LPFK Surakarta dan dalam pencapaian visi yang telah ditentukan
d. Menjadi salah satu rujukan untuk membangun arah dan jalinan kerjasama
dengan para stakeholder inti LPFK Surakarta
1.3. Dasar Hukum
Landasan hukum penyusunan Rencana Strategi Bisnis ( RSB ) LPFK Surakarta
mengacu pada :
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
4. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
6. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 919/MENKES/PER/V/2011 tentang
Organisasi dan Tata kerja LPFK;
8. Rencana Aksi Ditjen Bina Upaya Kesehatan
RSB LPFK Surakarta 6
1.4 . Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian Rencana Strategi Bisnis LPFK Surakarta adalah sebagai
berikut :
Bab I. Pendahuluan
Menjelaskan tentang latar belakang penyusunan rencana strategi, landasan
penyusunan, dan sistematika penyajian.
Bab II. Gambaran Kinerja Saat Ini
Menjelaskan tentang gambaran pencapaian kinerja non finansial dan
finansial yang telah dicapai oleh Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan
Surakarta dalam kurun 2015-2019.
Bab III. Arah dan Prioritas Strategis
Menjelaskan pilihan atas arah dan prioritas terhadap tantangan strategis yang
tengah dan akan dihadapi oleh LPFK Surakarta. Dalam Bab ini diuraian
tentang rumusan pernyataan visi, misi dan tata nilai, aspirasi stakeholder inti,
tantangan strategis, benchmarking, analisa SWOT, diagram kartesius pilihan
prioritas strategis, dan analisa TOWS
Bab IV. Indikator Kinerja Utama dan Program Kerja Strategis
Menjelaskan tentang ukuran kinerja utama dan target ukuran kinerja utama
yang hendak dicapai untuk mengawal kemajuan pencapaian visi LPFK
Surakarta dalam kurun tahun 2015-2019. Bagian ini terdiri dari matrik IKU,
Kamus IKU dan program kerja strategis.
Bab V. Analisa dan Mitigasi Resiko
Menjelaskan tentang apa saja resiko yang akan dihadapi dalam mewujudkan
berbagai sasaran strategis untuk merealisasikan visi dan juga menjelaskan
penilaian resiko dan mitigasi resiko. Resiko dalam Rencana Strategis Bisnis
( RSB ) ini diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang dapat
mengahalangi keterwujudan rencana strategis. Dalam bagian ini terdiri dari
indentifikasi resiko, penilaian tingkat resiko dan rencana mitigasi resiko.
Bab VI. Proyeksi Finansial
RSB LPFK Surakarta 7
Bagian ini menjelaskan proyeksi finansial pada kurun waktu tahun 2015 –
2019 yang berisikan estimasi pendapatan dan rencana kebutuhan anggaran. Bagian ini
terdiri dari estimasi pendapatan, rencana kebutuhan anggaran dan rencana pendanaan.
Bab. VII. Penutup
Menjelaskan kesimpulan dan saran untuk perbaikan
RSB LPFK Surakarta 8
BAB II
GAMBARAN KINERJA SAAT INI
2.1. Gambaran Kinerja Aspek Pelayanan
Seiring waktu bergulir saat ini menunjukkan bahwa keberadaan LPFK
Surakarta sangat dibutuhkan mengingat semakin meningkatnya permintaan pelayanan
di bidang pengamanan fasilitas kesehatan, hal ini disebabkan :
1. Jenis dan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan baik milik pemerintah dan swasta
mengalami peningkatan yang sangat signifikan;
2. Jenis dan jumlah alat kesehatan untuk mendukung pelayanan di fasilitas
pelayanan kesehatan meningkat.
3. Tuntutan masyarakat atas mutu pelayanan kesehatan semakin tinggi, sehingga
fasilitas pelayanan kesehatan memerlukan adanya suatu pengakuan mutu atas
pelayanannya melalui akreditasi, baik melalui KARS dan atau ISO.
4. Meningkatnya peran lembaga pengawasan seperti BAPETEN terhadap sarana
pelayanan kesehatan (PERKA BAPETEN No. 9 Tahun 2011 tentang Uji
Kesesuaian Pesawat Sinar X Radiologi Diagnostik dan Intervensional).
Kondisi tersebut di atas menggambarkan bahwa tugas dan fungsi LPFK
menjadi semakin bertambah.
Perjanjian kinerja yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Loka Pengamanan
Fasilitas Kesehatan Surakarta Tahun 2013 adalah sebagai berikut:
Tabel.2.: Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Target Kinerja Loka
Pengamanan Fasilitas Kesehatan Surakarta Tahun 2013 Berdasarkan Rencana
Strategis Tahun 2012 – 2016
NO. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 2013
1. Peningkatan jumlah
pelayanan pengujian dan
kalibrasi
a. Jumlah fasilitas pelayanan
kesehatan (fasyankes) yang
dilayani.
200 fasyankes
RSB LPFK Surakarta 9
b. Jumlah alat kesehatan yang
diuji dan dikalibrasi
2600 alkes
2 Peningkatan cakupan
pelayanan monitoring dosis
personal
a. Jumlah Instalasi Radiasi
Medik (IRM) yang dilayani
440 IRM
b. Jumlah pemakaian
pemantau dosis perorangan
atau film badge
2400 film
3 Peningkatan mutu sumber
daya manusia.
Jumlah pelatihan tenaga teknis
dan nonteknis laboratorium
terlatih
8 orang
4 Peningkatan akuntabilitas
dan kuantitas laporan.
a. Jumlah jenis dokumen
laporan keuangan Loka
Pengamanan Fasilitas
Kesehatan Surakarta
(perTriwulan, perSemester
dan perTahun).
7 laporan
b. Realisasi Belanja 90%
5 Peningkatan sarana dan
prasarana laboratorium yang
memadai.
a. Jumlah peralatan
laboratorium yang
terkalibrasi sesuai standar
28 Unit
b. Jumlah pemeliharaan
sarana dan prasarana kantor
3 Unit
6 Peningkatan kerja sama
antar pelanggan dan Loka
Pengamanan Fasilitas
Kesehatan Surakarta
Jumlah penyelenggaraan
sosialisasi tugas dan fungsi
Loka Pengamanan Fasilitas
Kesehatan Surakarta di wilayah
kerja Jawa Tengah dan DI
Yogyakarta.
7 lokasi
penyelenggaraan
Pengukuran kinerja adalah kegiatan manajemen untuk membandingkan tingkat
kinerja yang dicapai dengan standar, rencana atau target dengan menggunakan indikator yang
RSB LPFK Surakarta 10
telah ditetapkan. Pengukuran kinerja ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana realisasi
atau capaian yang telah dilakukan oleh Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan Surakarta
dalam kurun waktu Januari sampai dengan Desember 2013.
Tahun 2013 merupakan tahun pertama bagi Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan Surakarta
melaksanakan Rencana Pembangunan Tahap Menengah Tahun 2012 – 2016.
Adapun cara pengukuran kinerja yang dilakukan adalah dengan membandingkan antara hasil
realisasi capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada tingkat indikator program
sehingga dapat diperoleh gambar bagaimana keberhasilan dan kegagalan pada masing-masing
indikator. Selanjutnya dapat dievaluasi penyebabnya sebagai acuan tindak lanjut pada
program tahun berikutnya.
Sasaran merupakan hasil yang akan diwujudkan oleh Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan
Surakarta dalam 1 (satu) tahun ditetapkan sebagai berikut:
1. Peningkatan jumlah pelayanan pengujian dan kalibrasi.
2. Peningkatan jumlah cakupan pelayanan monitoring dosis perorangan.
3. Peningkatan jumlah dan mutu sumber daya manusia.
4. Peningkatan akuntabilitas dan kuantitas laporan keuangan.
5. Peningkatan sarana dan prasarana laboratorium yang memadai.
6. Peningkatan kerja sama antar pelanggan dan Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan
Surakarta
Uraian kinerja dari masing-masing sasaran dan indikatornya adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan jumlah pelayanan pengujian dan kalibrasi
Untuk mencapai sasaran ini, indikator kinerja yang digunakan diuraikan kondisi
capaian, permasalahan dan usulan pemecahan permasalahannya sebagai berikut:
a. Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan pelanggan pelayanan pengujian
dan kalibrasi alat kesehatan
Kondisi yang dicapai:
Gbr.2 Pengujian & Kalibrasi Gbr. Grafik 1
72%
27% 1%
Jumlah Sarpelkes
JATENG DI.YOGYAKARTA JATIM
RSB LPFK Surakarta 11
Tahun 2013 ditargetkan sebanyak 200 Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang dilayani oleh Loka
Pengamanan Fasilitas Kesehatan Surakarta dari 1393 Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
terdapat di wilayah kerja LPFK Surakarta yaitu Provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Pada akhir tahun 2013 telah tercapai 147 Fasilitas Pelayanan Kesehatan (73,5%) dari target
yang direncanakan.
Tabel.3 : Capaian Indikator Kinerja Jumlah Fasilitas pelayanan
kesehatan pelanggan pelayanan pengujian dan kalibrasi
alat kesehatan
Indikator Kinerja JUMLAH FASYANKES
Target Realisasi Capaian
Jumlah fasilitas pelayanan
kesehatan (pelanggan
pelayanan pengujian dan
kalibrasi alat kesehatan)
200 146 73%
Tabel.4: Data Pelayanan Pengujian dan Kalibrasi LPFK Surakarta
periode Januari-Desember 2013
NO. NAMA PROVINSI FASYANKES
1 Jawa Tengah 106
2 DI Yogyakarta 40
3 Jawa Timur 1
JUMLAH 147
1) Permasalahan:
Adapun permasalahan yang ada diantaranya adalah :
- Kurangnya sosialisasi ke fasilitas pelayanan kesehatan tentang tugas pokok
dan fungsi LPFK Surakarta
- Banyak fasilitas pelayanan kesehatan yang belum memahami pentingnya
pengujian dan kalibrasi alat kesehatan
RSB LPFK Surakarta 12
2) Usulan Pemecahan Masalah:
- Memperbanyak volume sosialisasi ke fasilitas pelayanan kesehatan
- Mengadakan seminar/workshop tentang urgensi pengujian dan kalibrasi
dalam pelayanan kesehatan bagi menejemen dan teknisi fasilitas pelayanan
kesehatan
a. Jumlah alat kesehatan yang diuji dan dikalibrasi
1) Kondisi yang dicapai:
Tahun 2013 ditargetkan sebanyak 2600 alat kesehatan yang diuji dan
dikalibrasi oleh Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan Surakarta
mencakup wilayah kerja Provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Pada
akhir tahun 2013 telah tercapai 4569 alat kesehatan yang telah diuji dan
dikalibrasi oleh Loka Pengamanan fasilitas Kesehatan Surakarta atau
175,73% memenuhi target.
Tabel.5 : Capaian Indikator Kinerja Jumlah Alat Kesehatan Yang
Diuji dan Dikalibrasi
Indikator Kinerja JUMLAH ALKES TERKALIBRASI
Target Realisasi Capaian
Jumlah alat kesehatan
yang diuji dan dikalibrasi
2600 4569 175,73%
2) Permasalahan:
Adapun permasalahan yang ada diantaranya adalah :
- Peralatan pengujian dan kalibrasi kurang baik jumlah maupun jenisnya
- Beberapa peralatan medis belum ada alat kalibratornya
- Sarana pendukung laboratorium kurang
- Teknisi pengujian dan kalibrasi yang masih kurang
- Ruang laboratorium yang belum memenuhi standar
- Belum semua teknisi terampil dibidangnya
RSB LPFK Surakarta 13
3) Usulan Pemecahan Masalah:
- Penambahan alat pengujian dan kalibrasi baik jumlah maupun jenisnya
- Penambahan teknisi pengujian dan kalibrasi
- Penambahan sarana dan prasarana
- Mendesain ruang laboratorium agar sesuai standar
- Pelatihan bagi teknisi
2. Peningkatan jumlah cakupan pelayanan monitoring dosis perorangan
Untuk mencapai sasaran ini, indikator kinerja yang digunakan diuraikan kondisi
capaian, permasalahan dan usulan pemecahan permasalahannya sebagai berikut:
a. Jumlah Instalasi Radiasi Medik pelanggan pelayanan Dosimetri Radiasi
dan Pencitraan Medik
Pelayanan Dosimetri Radiasi dan Pencitraan Medik merupakan salah satu upaya
untuk melindungi pekerja radiasi dari paparan radiasi yang diterima dan
pelayanan pemantauan dosis perorangan menjadi syarat dalam pengurusan izin
penggunaan pesawat radiologi di Intalasi Radiasi Medik baik izin baru atau
perpanjangan izin (PP No. 33 Tahun 2007 Pasal 29 ayat 1 menyebutkan bahwa
Pemegang Izin wajib melaksanakan Pemantauan Dosis Perorangan dan Perka
BAPETEN).
Gbr. Grafik 2
1). Kondisi yang dicapai:
79%
18%
3%
JUMLAH FASYANKES
JAWA TENGAH DI.YOGYAKARTA JAWA TIMUR
RSB LPFK Surakarta 14
Tahun 2013 ditargetkan sebanyak 440 Instalasi Radiasi Medik (IRM) menjadi
pelanggan Film Badge. Pada tahun 2013 telah tercapai sebanyak 445 IRM
(101.14%) target. Sejak bulan Mei 2013, LPFK Surakarta menerima limpahan
pelayanan Film Badge dari IRM dari Provinsi Jawa Timur sehingga pelayanan
LPFK Surakarta semakin besar dan luas. Dan seluruh IRM pelanggan Lab.
DRPM telah menandatangani MoU kerja sama selama 1 (satu) tahun, tahun
2013. Meskipun demikian, masih banyak Instalasi Radiasi Medik yang belum
bisa dilayani oleh LPFK Surakarta. Pencapaian indikator tersebut diperoleh
berdasarkan data per Desember 2013.
Tabel.6 : Capaian Indikator Kinerja Jumlah Instalasi Radiasi Medik
pelanggan pelayanan Dosimetri Radiasi dan Pencitraan
Medik (data sampai 2017)
Wilayah Pelayanan Jumlah IRM
Tahun 2012 Tahun 2013
Provinsi Jawa Tengah 335 353
Provinsi DI Yogyakarta 76 81
Provinsi Jawa Timur 0 11
Jumlah 411 445
2). Permasalahan:
- Keterbatasan anggaran, tenaga teknis dan nonteknis serta sarana dan
prasarana maka Lab. DRPM LPFK Surakarta tidak dapat melayani
seluruh IRM yang ingin mendapatkan pelayanan film badge .
- Laboratorium Dosimetri Radiasi dan Pencitraan Medik yang melayani
Film Badge di Indonesia hanya ada 3 (tiga), salah satunya LPFK
Surakarta sehingga keberlangsungan pelayanan sangat diharapkan.
RSB LPFK Surakarta 15
Gbr. 3. Pemberian Identitas Film badge
3). Usulan Pemecahan Masalah:
- Mendorong Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian
Kesehatan untuk mendukung pendanaan, pengadaan sarana dan
prasarana, pelaksanaan, pembinaan serta monitoring dan evaluasi
pelayanan Dosimetri Radiasi dan Pencitraan Medik Loka Pengamanan
Fasilitas Kesehatan Surakarta, baik berupa regulasi maupun tindakan
langsung.
- Mengusulkan penambahan tenaga teknis dan non teknis yang
berkualifikasi dan kompeten agar IRM di wilayah pelayanan LPFK
Surakarta dapat melayani lebih banyak pelanggan.
- Menambah anggaran operasional.
b. Jumlah pemakaian pemantau dosis perorangan Film Badge.
1). Kondisi yang dicapai:
Indikator ini telah tercapai sebanyak 2641 Film Badge (110,04%) dari
target 2400 Film Badge. Dan seluruh IRM pelanggan Lab. DRPM telah
menandatangani MoU kerja sama selama 1 (satu) tahun. Pencapaian
indikator tersebut diperoleh berdasarkan data per Desember 2013.
Tabel.7 : Capaian Indikator Kinerja Jumlah Pelanggan Film Badge.
Indikator Kinerja Jumlah Pelanggan Film Badge
Target Realisasi Capaian
Jumlah Pelanggan Film Badge 2400 2641 110,04%
RSB LPFK Surakarta 16
2). Permasalahan:
- Anggaran untuk operasional tidak mencukupi untuk pengadaan Film
Badge, pengiriman Film Badge dan laporan, sosialisasi, monitoring dan
evaluasi pelayanan Film Badge.
Tabel. 8 : Perbandingan Ketersediaan Kebutuhan Riil dengan
ketersediaan Anggaran Pengadaan Film Badge dan Biaya
kegiatan Pengiriman Lab. DRPM LPFK Surakarta.
Jenis Kebutuhan
Kebutuhan 2013
Satuan Riil
Anggaran
ketersedia
an
Film Badge 230 102 Box
Biaya Pengiriman Film Badge dan LHU 5160 2240 Kegiatan
- Kekurangan Film Badge selama 7 bulan yaitu bulan Juni sampai
Desember 2013. Karena jumlah anggaran yang tidak mencukupi dan
jumlah pelanggan yang melebihi target membutuhkan 18 box Film Badge
setiap bulannya.
- Kekurangan biaya pengiriman Film Badge dan pengiriman Lembar Hasil
Uji sebanyak 2920 kali pengiriman. Perhitungan tersebut merupakan
asumsi pengiriman selama 7 bulan.
- Kekurangan sarana dan prasarana kerja berupa komputer dan printer untuk
analisis dan pembuatan Lembar Hasil Uji.
- Terganggunya pelayanan Film Badge mengakibatkan pelanggan
terkendala dalam pengurusan izin penggunaan pesawat sinar X (Pelayanan
Radiologi) karena persyaratan izin dari BAPETEN adalah berlangganan
pemantau dosis perorangan. Hal ini mengganggu pelayanan Radiologi
pada Fasyankes di wilayah Provinsi Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan
sebagian Jawa Timur, sebanyak 445 Intalasi Radiasi Medik baik Rumah
Sakit milik pemerintah maupun swasta, PUSKESMAS dan Klinik.
RSB LPFK Surakarta 17
Gbr.4. Pembacaan Film Badge
3). Usulan Pemecahan Masalah:
- Mengusulkan kepada Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan untuk mendukung pendanaan, pengadaan sarana
dan prasarana, pelaksanaan, pembinaan serta monitoring dan evaluasi
pelayanan Dosimetri Radiasi dan Pencitraan Medik Loka Pengamanan
Fasilitas Kesehatan Surakarta, baik berupa regulasi maupun tindakan
langsung.
- Penambahan anggaran pengiriman Film Badge dan Lembar Hasil Uji.
- Pengadaan perangkat kerja berupa komputer dan printer untuk analisa dan
pembuatan Lembar Hasil Uji.
4). Anggaran:
- Anggaran untuk pengadaan Film Badge dan cairan pencuci sebesar
Rp.204.840.000,- hanya cukup untuk 5 bulan pelayanan.
- Kekurangan anggaran untuk pengadaan Film Badge untuk 7 bulan
(Juni-Desember 2013), yaitu 18 box/bulan (1 box berisi 150 Film
Badge) dengan asumsi Rp.1.800.000,-/box. Hingga Lab. DRPM LPFK
Surakarta kekurangan 126 box Film Badge atau anggaran
Rp.230.400.000,-
- Kekurangan anggaran untuk pengiriman Film Badge dan pengiriman
Lembar Hasil Uji selama 7 bulan atau 2920 kali pengiriman dengan
asumsi biaya pengiriman Rp.6.000,-/pengiriman. Sehingga Lab.
RSB LPFK Surakarta 18
DRPM LPFK Surakarta kekurangan anggaran sebesar Rp.17.520.000,-
.
3. Peningkatan jumlah dan mutu sumber daya manusia
Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan Surakarta baru melaksanakan pelayanan secara
mandiri tahun 2013. Banyak kekurangan dari berbagai aspek terutama jumlah dan
kualitas Sumber Daya Manusia.
Untuk mencapai sasaran ini, indikator kinerja yang digunakan diuraikan kondisi
capaian, permasalahan dan usulan pemecahan permasalahannya sebagai berikut:
a. Jumlah tenaga teknis laboratorium
1) Kondisi yang Dicapai:
Tahun 2013 ditargetkan penambahan 7 (tujuh) orang tenaga teknis. Pada tahun
2013, LPFK Surakarta mendapat formasi 2 (dua) orang tenaga teknis, 1 orang
Fisikawan Medis dan 1 orang Teknisi Elektromedis untuk CPNS Kementerian
Kesehatan tahun 2013/2014. Selain itu, bulan April 2013 LPFK Surakarta
menerima 1 orang tenaga teknis (Radiografer) pindahan dari BPFK Makassar.
Target tercapai 42,9%%.
2) Permasalahan:
LPFK Surakarta masih membutuhkan banyak tenaga baik teknis maupun non
teknis. Tenaga teknis yang sangat dibutuhkan adalah tenaga ahli Fisikawan
Medis, Fisikawan Medis, Radiografer dan Tenik Elektromedik. Sedangkan
tenaga non teknis seperti bendahara dan pranata komputer sangat dibutuhkan
dalam memperbaiki dan meningkatkan fungsi manajemen.
3) Usulan Pemecahan Masalah:
Penambahan tenaga teknis dan non teknis baik dengan jalan penambahan
formasi CPNS atau menerima tenaga pindahan dari instasi terkait lain dan
meminta formasi CPNS.
4) Anggaran:
Tidak tersedia anggaran untuk mendukung indikator jumlah tenaga teknis
laboratorium LPFK Surakarta.
RSB LPFK Surakarta 19
b. Jumlah pelatihan tenaga teknis dan non teknis laboratorium
Sebagai instansi yang baru memulai pelayanannya, LPFK Surakarta harus
memiliki tenaga yang bekualifikasi dan kompeten di bidangnya. Ada banyak
persyaratan yang harus dipenuhi agar menjadi sebuah laboratorium penguji. Selain
untuk melakukan pelayanan, juga untuk persiapan pemenuhan standar baik
akreditasi KAN maupun ISO.
1) Kondisi yang Dicapai:
Sebagai awal, LPFK Surakarta hanya mampu memberikan pelatihan kepada 2
(dua) kali pelatihan bagi tenaga administrasi atau (100%) memenuhi target.
2) Permasalahan:
- Tuntutan regulasi baik dari segi kelembagaan maupun segi personil (jabatan
fungsional), LPFK Surakarta masih sangat kurang dalam jaminan
kualifikasi dan kompetensi personil terutama tenaga teknis laboratorium.
- Beragam pelatihan bagi tenaga teknis laboratorium yang dibutuhkan tidak
dapat diikuti karena terkendala pembiayaan.
- Kekurangan tenaga teknis dan non teknis mengakibatkan personil dibebani
tugas lain selain tupoksinya melihat pelanggan yang dilayani LPFK
Surakarta tidak sedikit.
3) Usulan Pemecahan Masalah:
- Lebih banyak tenaga teknis mengikuti pelatihan dan uji kualifikasi serta uji
kompetensi sesuai jabatan fungsionalnya.
- Penambahan lebih banyak anggaran untuk pengembangan mutu Sumber
Daya Manusia LPFK Surakarta.
- Agar tidak ada tumpang tindih antara tugas pokok dan tugas tambahan pada
personil, perlu segera dilakukan penambahan tenaga.
4) Anggaran:
Anggaran untuk mendukung indikator jumlah pelatihan bagi tenaga teknis dan
non teknis laboratorium sebesar Rp. 5.810.000,- dengan realisasi Rp.
3.618.000 atau 62.27%.
2.2. Gambaran Kineja Aspek Keuangan
RSB LPFK Surakarta 20
a. Peningkatan akuntabilitas dan kuantitas laporan keuangan.
Untuk mencapai sasaran ini, indikator kinerja yang digunakan diuraikan menurut
kondisi capaian, permasalahan dan usulan pemecahan permasalahannya sebagai
berikut:
- Jumlah jenis dokumen laporan keuangan Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan
Surakarta (perTriwulan, perSemester dan perTahun).
i. Kondisi yang dicapai:
Pada tahun anggaran 2013 jumlah dokumen laporan yang disusun sebanyak 7
buah dokumen meliputi :
1. Laporan Akuntabilitas Kinerja pertengahan tahun 1 dokumen
2. Laporan Akuntabilitas kinerja akhir tahun 1 dokumen
3. Laporan keuangan/SAI pertengahan tahun 1 dokumen
4. Laporan keuangan/SAI akhir tahun 1 dokumen
5. Laporan Realisasi anggaran ke BAPPENAS 4 dokumen
ii. Permasalahan:
Masih terjadi kendala didalam penyusunan laporan mengingat baru pertama
kali menyusun laporan.
iii. Usulan Pemecahan Masalah:
Adanya workshop penyusunan laporan khususnya bagi satker baru
- Anggaran:
Adapun anggaran untuk kegiatan laporan keuangan sebesar Rp. 25.300.000,-
dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 10.267.200,- atau sebesar 40,58%
b. Realisasi Belanja
i. Kondisi yang Dicapai:
Anggaran yang diberikan kepada LPFK Surakarta sebagai satker baru sebesar
Rp.1000.000.000,- yang merupakan anggaran untuk operasional kantor. Dari
anggaran tersebut yang dapat diserap sebesar Rp.783.965.966 atau sebesar
78,40 %
Dari 21,60% anggaran sisa merupakan sebagian dari anggaran efisiensi dan
anggaran yang tidak terserap.
ii. Permasalahan:
RSB LPFK Surakarta 21
1. Belum tepat didalam menyusun perencanaan mengingat belum ada tenaga
yang cakap didalam menyusun perencanaan.
2. Belum adanya tenaga pengadaan yang memiliki sertifikat sehingga masih
ragu-ragu didalam membelanjakan anggaran.
3. Belum adanya anggaran untuk pelatihan tenaga pengadaan.
iii. Usulan Pemecahan Masalah:
- Menganggarkan kegiatan pelatihan SDM pengadaan dan pejabat
perbendaharan
- Adanya kegiatan monev dari Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan ke
LPFK Surakarta.
2.2. Aspek Keuangan
Pada tahun anggaran 2013 LPFK Surakarta mendapat alokasi anggaran
belanja melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sebesar Rp
1.000.000.000,-. Alokasi tersebut digunakan untuk menunjang operasionalisasi
perkantoran LPFK Surakarta.
Realisasi belanja anggaran DIPA tahun 2013 adalah sebesar Rp
783.965.966 atau 78.40% dari anggaran yang tersedia, dengan rincian
sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
Tabel. 9. Realisasi Anggaran Tahun 2013
No. Kegiatan Uraian Anggaran Realisasi Capaian
1. Dukungan
Manajemen dan
pelaksanaan tugas
teknis lainnya
Ditjen Bina Upaya
Kesehatan
1.Dokumen
perencanaan dan
anggaran
2.Layanan
Administrasi
Kepegawaian
3.Laporan
pembinaan program
4.Laporan
akuntansi keuangan
dan inventaris
BMN
64.820.000
18.930.000
108.240.000
25.300.000
47.132.000
31.933.020
15.621.800
66.041.700
10.267.200
38.025.377
49.26%
82.52%
61.01%
40.58%
80.68%
RSB LPFK Surakarta 22
5.laporan pengujian
dan kalibrasi
6. SDM terlatih
7.Barang medik
habis pakai
8. Layanan
perkantoran
5.810.000
204.840.000
524.928.000
3.618.600
170.774.000
447.684.269
62.28%
83.37%
85.28%
JUMLAH 1.000.000.000 783.965.966 78.40%
Sebagai UPT yang bertugas untuk memberikan pelayanan pengujian dan
kalibrasi maka terdapat penerimaan berupa biaya pengujian kalibrasi dan
proteksi radiasi yang dibayarkan oleh pelanggan kepada LPFK. Maka pada
tahun 2013 LPFK surakarta menargetkan penerimaan PNBP sebesar
Rp.1.571.340.000,-. Adapun realisasi penerimaan PNBP tahun 2013 sebesar
Rp. 1.433.985.000,-
Terdiri dari :
Penerimaan Pengujian kalibrasi sebesar Rp. 608.570.000,-
Penerimaan monitoring dosis personal sebesar Rp. 818.215.000,-
Tabel 10.Trend PNBP LPFK Surakarta
Tahun 2010 s/d 2014
Tahun
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Jumlah
Target Film Pengukuran
Kalibrasi Holder
Badge
2010 236.212.000,- 236.212.000,-
2011 272.335.000,- 272.335.000,-
2012 324.984.000,- 324.984.000,-
2013 1.571.340.000 818.215.000,- 608.570.000,- 7.200.000,- 1.433.985.000,-
2014 1.628.825.000 - - -
Dari tabel. 10 di atas dapat dilihat bahwa persentase pencapaian target
PNBP LPFK Surakarta tahun 2013 adalah sebesar 91.26% dari target. Salah satu
unsur yang mempengaruhi tidak terpenuhinya target tersebut adalah karena tidak
RSB LPFK Surakarta 23
adanya penambahan peralatan dalam tahun 2013, sosialisasi yang kurang juga
menjadi penyebab tidak tercapainya target yang telah ditetapkan.
RSB LPFK Surakarta 24
BAB III
ARAH DAN PRIORITAS STRATEGIS
3.1. Rumusan Visi , Misi dan Tata Nilai
VISI :
Mengacu pada tugas dan fungsinya, LPFK Surakarta menetapkan visinya :
Menjadi Institusi Penguji dan Kalibrasi yang Unggul, Terpercaya dalam Pelayanan
Pengamanan Fasilitas Kesehatan dalam skala nasional pada tahun 2019
MISI :
a. Memberikan pelayanan teknis pengamanan fasilitas dan personal kesehatan yang
bermutu ,akurat , handal dan memuaskan pelanggan.
b. Mengembangkan SDM yang profesional dan berkualitas sebagai mitra yang
tangguh dan terpercaya
c. Mengembangkan potensi selaras dengan kemajuan teknologi fasilitas kesehatan
d. Meningkatkan dan mengembangkan jejaring kerja dalam pelayanan pengamanan
fasilitas kesehatan
e. Menjadi mitra dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan pelayanan
pengamanan kesehatan.
TATA NILAI :
Motto : A K U R A S I (Akurat – Ramah – Aman – Efisien)
Core value :
- akurat dalam pengukuran
- ramah dalam pelayanan
- efisien dalam anggaran
3.2. Aspirasi Stakeholders Inti
Sebagai lembaga pengujian dan kalibrasi dibawah Direktorat Jenderal Bina
Upaya Kesehatan maka paling tidak, pihak stakeholder yang terkait dengan LPFK
Surakarta adalah Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi, Fasilitas
RSB LPFK Surakarta 25
pelayanan kesehatan, Institusi Penguji Swasta, Bapeten, Pegawai. Tentunya masing-
masing stakeholders ini memiliki harapan dan kekhawatiran terhadap LPFK Surakarta.
Tabel 11. Memaparkan tentang harapan dan kekhawatiran stakeholder terhadap LPFK
Surakarta.
Tabel.11. Analisis Stakeholders
NO. KOMPONEN
STAKEHOLDERS HARAPAN KEKHAWATIRAN
1. Kementerian
Kesehatan
- Mampu melayani pengamanan
seluruh fasyankes diwilayah kerja
- Mampu memonitor IRM/pekerja
radiasi di wilayah kerja
- Masih terbatasnya
anggaran peningkatan
mutu SDM, alat dan
lembaga
- LPFK Surakarta baru
mampu melayani 45
jenis alat dari 125 jenis
- Terbatasnya
penyediaan film badge
2. Dinas Kesehatan
Provinsi
- Menjadi mitra dalam peningkatan
safety sarana dan prasarana
- Membimbing pengelolaan mutu alat
kesehatan
Terbatasnya sumber daya
yang dimiliki LPFK
3. Fasyankes - Mampu mengkalibrasi seluruh jenis
peralatan kesehatan di fasyankes
- Menjadi pembimbing dan mitra
dalam menjaga mutu peralatan
kesehatan
- Masih panjangnya antrian
pelayanan
- Belum mampu melayani
seluruh peralatan yang
ada di fasyankes
RSB LPFK Surakarta 26
4. Institusi Penguji
Swasta
Mampu membina mutu pengujian dan
kalibrasi
Masih adanya anggapan
institusi swasta dalam
melayani pengujian
kalibrasi, kemampuan
SDM dan alat belum
standar
5. Bapeten Menjadi mitra dalam uji kesesuaian
pesawat x-ray
Belum mampu melayani
seluruh instalasi radiasi
medik/x-ray yang ada
4. Pegawai - Tersedianya sarana dan prasarana
yang memadai
- Peningkatan kesejahteraan
pegawai
- Ketersediaan anggaran
yang kurang memadai
untuk operasional
3.3. Tantangan Strategis
Dalam mengelola suatu UPT sudah pasti akan menemukan tantangan-
tantangan yang harus dihadapi. Tantangan-tantangan ini harus dikelola dengan baik
karena apabila tidak maka akan sulit UPT berjalan mencapai target-target yang
direncanakan. Dalam mengelola LPFK Surakarta ini tantangan strategis yang
dihadapai adalah sebagai berikut :
a. Kebijakan/regulasi pemerintah yang sering berubah
b. Ketersediaan alat uji yang dapat mengimbangi peningkatan teknologi peralatan
dan sarana medis.
c. Kompetensi SDM yang belum merata.
d. Kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengalokasikan anggaran
pengujian dan kalibrasi.
e. Kemampuan pembinaan pengujian dan kalibrasi
f. Tuntutan pengelolaan antrian fasyankes
RSB LPFK Surakarta 27
3.5. Benchmarking
Benchmarking adalah suatu proses yang biasa digunakan dalam manajemen
atau umumnya manajemen strategis, dimana suatu unit/bagian/organisasi mengukur
dan membandingkan kinerjanya terhadap aktivitas atau kegiatan
serupa unit/bagian/organisasi lain yang sejenis baik secara internal maupun
eksternal. Dari hasil benchmarking, suatu organisasi dapat memperoleh gambaran
dalam (insight) mengenai kondisi kinerja organisasi sehingga dapat mengadopsi best
practice untuk meraih sasaran yang diinginkan.
Adapun manfaat dari benchmarking ini adalah :
a. Menciptakan pemahaman yang lebih baik
b. Meningkatkan kesadaran akan perubahan kebutuhan pelanggan
c. Mendorong inovasi
d. Mengembangkan realistis, tujuan peregangan
e. Membuat rencana tindakan yang realistis
Sebagai lembaga baru yang belum mempunyai pengalaman, maka LPFK
Surakarta menjadikan BPFK dan LIPI sebagai benchmarking mengingat saat ini
lembaga sejenis yang terlebih dahulu ada adalah BPFK. Adapun BPFK yang dijadikan
model adalah BPFK Surabaya dan BPFK Jakarta. Hal ini beralasan karena BPFK
merupakan lembaga sejenis yang pertama kali berdiri di Indonesia. Disamping itu
tingkat capaian yang dicapai oleh lembaga ini cukup memuaskan. Sedangkan LIPI
merupakan lembaga pemerintah yang concern dalam penelitian, termasuk di dalamnya
adalah pelayanan pengujian dan kalibrasi.
Proses yang akan dilakukan dalam benchmarking ini adalah sebagai berikut :
1. Membentuk tim peningkatan mutu yang akan mendifinisikan proses yang
menjadi target dan permasalahannya, input-input yang diperlukan dan output apa
yang diharapkan.
2. Tim yang bertugas dapat pula melakukan wawancara dengan pihak yang
berkepentingan terhadap proses tersebut (dapat pula dipandang sebagai
pelanggan) tentang tuntutan dan kebutuhan mereka dan menghubungkan atau
mengkaitkan tuntutan tersebut kepada ukuran dan standar kinerja proses. Tim
kemudian menentukan ukuran-ukuran atau standar yang paling kritis yang akan
secara signifikan meningkatkan mutu proses dan hasilnya. Juga dipilih informasi
RSB LPFK Surakarta 28
seperti apa yang diperlukan dalam proses benchmarking ini dari organisasi lain
yang menjadi tujuan benchmarking.
3. Tim Peningkatan Mutu mengumpulkan data tentang ukuran dan yang telah dipilih
terhadap organisasi yang akan di-benchmark yaitu BPFK Surabaya dan LIPI.
Pencarian informasi ini dapat dimulai dengan yang telah dipublikasikan: misalkan
hasil-hasil studi, survei pasar, survei pelanggan, jurnal, majalah dan lain-lain.
Barangkali juga ada lembaga yang menyediakan bank data tentang benchmarking
untuk beberapa aspek dan kategori tertentu. Tim dapat juga merancang dan
mengirimkan kuesioner kepada lembaga yang akan di-benchmark, baik itu
merupakan satu-satunya cara mendapatkan data dan informasi atau sebagai
pendahuluan sebelum nantinya dilakukan kunjungan langsung.
4. Tim Peningkatan Mutu kemudian membandingkan data yang diperoleh dari
proses yang di-benchmark dengan data proses yang dimiliki (internal) untuk
menentukan adanya kesenjangan (gap) di antara mereka. Tentu juga perlu
membandingkan situasi kualitatif misalnya tentang sistem, prosedur, organisasi,
dan sikap. Tim mengindentifikasi mengapa terjadi kesenjangan (perbedaan) dan
apa saja yang dapat dipelajari dari situasi ini. Satu hal yang sangat penting adalah
menghindari sikap penolakan; jika memang ada perbedaan yang nyata maka
kenyataan itu harus dapat diterima dan kemudian disadari bahwa harus ada hal-
hal yang diperbaiki.
5. Tim Peningkatan Mutu menentukan target perbaikan terhadap proses. Target-
target ini harus dapat dicapai dan realistis dalam pengertian waktu, sumber daya,
dan kemampuan yang ada saat ini; juga sebaiknya terukur, spesifik, dan didukung
oleh manajemen dan orang-orang yang bekerja dalam proses tersebut. Kemudian
tim dapat diperluas dengan melibatkan multidisiplin yang akan memecahkan
persoalan dan mengembangkan suatu rencana untuk memantapkan tindakan
spesifik yang akan diambil, tahapan-tahapan waktunya, dan siapa-siapa yang
harus bertanggung jawab.
Hasil ini akan diserahkan kepada para pelaksana penjaminan mutu ( manajer
mutu) untuk kemudian memantau kemajuan dan mengidentifikasi persoalan-
persoalan yang timbul. Ukuran dan standar dievaluasi secara bertahap, barangkali
diperlukan penyesuaian-penyesuaian terhadap rencana untuk dapat mengatasi
RSB LPFK Surakarta 29
halangan dan persoalan yang muncul. Juga para pelaksana memerlukan umpan
balik dari mereka yang berkepentingan terhadap proses dan hasilnya
(stakeholders).
3.5. Analisis SWOT
Dalam usaha pencapaian visi dan misi LPFK Surakarta maka pihak manajemen harus
melakukan analisa terhadap kekuatan ( strength ), kelemahan/kekurangan ( weakness ),
peluang ( opportunity ) dan ancaman ( threat ) yang ada dan yang akan muncul didalam
mengelola organisasi.
Tabel .12. Faktor-Faktor Peluang dan Ancaman
NO. PELUANG ANCAMAN
1. Meningkatnya keragaman jenis alat
medis dan kemajuan teknologi alat
kesehatan
Belum adanya sanksi yang tegas
terhadap pelanggaran UU tentang
pengamanan fasilitas kesehatan
2. Adanya payung hukum berupa UU Adanya komplain dari fasyankes
3. Peningkatan jenis ragam pelayanan Ketidakpastian regulasi
4. Potensi pasar yang besar Belum optimalnya sosialisasi UU
tentang pengamanan fasilitas kesehatan
5. Banyak instansi terkait yang dapat
menjadi mitra
Adanya lembaga pengujian dan kalibrasi
sejenis
6. AFTA 2015
RSB LPFK Surakarta 30
Tabel.13. Faktor Kekuatan dan Kelemahan
NO. FAKTOR KEKUATAN FAKTOR KELEMAHAN
1. Anggaran yang didukung oleh
APBN
Kemampuan SDM yang belum merata
2. Memiliki 17 SDM yang
tersertifikasi
Terbatasnya anggaran pendidikan,
investasi dan perawatan peralatan
pengujian dan kalibrasi
3. Menjadi satker mandiri Belum mempunyai seluruh Metode
Kerja (MK) dan Instruksi Kerja (IK) dari
125 jenis alat
4. Adanya sistem dan prosedur
pengujian dan kalibrasi
Belum adanya teknisi yang mempunyai
kualifikasi pendidikan S2 Fisika Medik
5. Pertumbuhan pendapatan yang
positif.
Belum mempunyai sistem IT
6. Belum terakreditasinya laboratorium
7. Letak kantor yang tidak strategis dan
tidak marketable
3.6. Diagram Kartesius Pilihan Prioritas Strategis
Bagian ini menjelaskan gambaran posisi daya saing LPFK Surakarta dalam memenuhi
visinya pada kurun tahun 2015- 2019.
Tabel.13. Identifikasi dan Penentuan Nilai Terbobot Peluang
NO
. FAKTOR PELUANG
BOBO
T
RATIN
G
NILAI
TERBOBO
T
1. Meningkatnya keragaman jenis alat
medis dan kemajuan teknologi alat
kesehatan
0,30 85 25,5
2. Adanya payung hukum berupa UU 0,30 80 24,0
3. Peningkatan jenis ragam pelayanan 0,10 50 5,0
4. Potensi pasar yang besar 0,20 80 16,0
5. Banyak instansi terkait yang dapat
menjadi mitra 0,10 50 5,0
RSB LPFK Surakarta 31
JUMLAH 75,5
Tabel.14. Identifikasi dan Penentuan Nilai Terbobot Ancaman
NO. FAKTOR ANCAMAN BOBOT RATING NILAI
TERBOBOT
1. Belum adanya sanksi yang tegas terhadap
pelanggaran UU tentang pengamanan
fasilitas kesehatan
0,20 70 14,0
2. Tingkat komplain yang tinggi 0,20 60 12,0
3. Ketidak pastian regulasi 0,20 70 14,0
4. Belum tersosialisasinya UU tentang
pengamanan fasilitas kesehatan 0,15 60 9,0
5. Adanya lembaga pengujian dan kalibrasi
yang sejenis 0,15 70 10,5
6. AFTA 2015 0,10 50 5
JUMLAH 64,5
Tabel. 15. Identifikasi dan Penentuan Nilai Terbobot Kekuatan
NO. FAKTOR KEKUATAN BOBOT RATING NILAI
TERBOBOT
1. Anggaran yang didukung oleh APBN 0,15 80 12
2. Memiliki 17 SDM yang tersertifikasi
0,20 64 12,8
3. Menjadi satker mandiri
0,25 50 12,5
4. Adanya sistem dan prosedur pengujian dan
kalibrasi 0,20 61 12,2
5. Pertumbuhan pendapatan yang positif 0,20 70 14
JUMLAH 63,5
RSB LPFK Surakarta 32
Tabel.16. Identifikasi dan Penentuan Nilai Terbobot Kelemahan
NO. FAKTOR KELEMAHAN BOBOT RATING NILAI
TERBOBOT
1. Kemampuan SDM yang belum merata 0,15 77 11,55
2. Terbatasnya anggaran pendidikan,
investasi dan perawatan peralatan
pengujian dan kalibrasi
0,15 74 11,1
3 Belum mempunyai seluruh Metode Kerja
(MK) dan Instruksi Kerja (IK) dari 125
jenis alat
0,15 74 11,1
4 Belum adanya teknisi yang mempunyai
kualifikasi pendidikan S2 Fisika Medik 0,15 69 10,35
5 Belum mempunyai sistem IT 0,10 66 6,6
6 Belum terakreditasinya laboratorium 0,15 78 11,7
7 Letak kantor yang tidak strategis dan tidak
marketable 0,15 72 10,8
JUMLAH 73,2
Untuk menentukan posisi LPFK Surakarta ada dikuadran berapa maka dilakukan perhitungan
terhadap total nilai bobot. Jumlah hasil perhitungan kemudian ditransformasikan kedalam
grafik dengan absis faktor internal dan ordinat faktor eksternal.
TABEL.17. POSISI LOKA PENGAMANAN FASILITAS KESEHATAN
SURAKARTA BERDASARKAN ANALISA SWOT
➢ Total Nilai Kekuatan = 63,5
➢ Total Nilai Kelemahan = 73,2
➢ Total Nilai Peluang = 75,5
➢ Total Nilai Ancaman = 64,5
Selisih = -9,7 Selisih = 11,0
RSB LPFK Surakarta 33
Adapun hasil adalah : Absis (sumbu X) = Kekuatan – Kelemahan
= 63,5 – 73,2
= - 9,7
Ordinat (sumbu Y) = Peluang- Ancaman
= 75,5 – 64,5
= 11,0
Gambar.5 Diagram Kartesius Posisi LPFK Surakarta
Penjelasan :
Dari hasil analisis SWOT dengan pendekatan Balance Scorecard diperoleh posisi LPFK
Surakarta berada pada kuadran II. Dengan posisi ini maka LPFK Surakarta disarankan untuk
memfokuskan arah pengembangannya di masa mendatang untuk menjaga kestabilan
organisasi atau penguatan mutu lembaga (stability), maka LPFK Surakarta harus melakukan
prioritas strategis untuk melakukan investasi penyempurnaan dan penataan kemampuan
RSB LPFK Surakarta 34
organisasi, kemampuan sistem manajemen, dan proses bisnis, serta kemampuan personilnya
sambil memantapkan tingkat penguasaan layanannya.
3.7. Analisis TWOS
Analisa ini menjelaskan berbagai sasaran strategis yang akan dilakukan LPFK
Surakarta dalam kurun waktu tahun 2015-2019. Sasaran strategis yang diidentifikasi
diperoleh melalui analisa TWOS. Sasaran strategis ini menggambarkan upaya strategis
yang akan diwujudkan oleh Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan Surakarta dalam
rangka merealisasikan visinya dalam tahun 2015-2019. Sasaran strategis disusun
berdasarkan perspektif finansial, pelanggan, proses bisnis dan pengembangan SDM dan
organisasi. Analisa ini dilakukan dengan mempertemukan :
- hasil identifikasi kekuatan dan peluang
- hasil identifikasi kekuatan dan ancaman
- hasil identifikasi kelemahan dan peluang
- hasil identifikasi kelemahan dan ancaman
RSB LPFK Surakarta 35
Gambar.6 ANALISIS TWOS
FAKTOR KEKUATAN FAKTOR KELEMAHAN
1 Anggaran yang didukung oleh
APBN
1 Kemampuan SDM yang belum
merata
2 Memiliki 17 SDM yang
tersertifikasi
2 Terbatasnya anggaran pendidikan,
investasi dan perawatan peralatan
pengujian dan kalibrasi
3 Menjadi satker mandiri 3 Belum mempunyai seluruh Metode
Kerja (MK) dan Instruksi Kerja (IK)
dari 125 jenis alat
4 Adanya sistem dan prosedur
pengujian dan kalibrasi
4 Belum adanya teknisi yang
mempunyai kualifikasi pendidikan
S2 Fisika Medik
5 Pertumbuhan pendapatan yang
positif.
5 Belum mempunyai sistem IT
6 Belum terakreditasinya laboratorium
7 Letak kantor yang tidak strategis dan
tidak marketable
FAKTOR PELUANG
1 Meningkatnya keragaman jenis alat
medis dan kemajuan tehnologi alat
kesehatan
1 Terwujudnya peningkatan kepuasan
stakeholder ( S:2.4,O:1.2.3.5)
1 Terwujudnya pemenuhan jumlah
SDM yang berkompeten( W:1.2.3,
O:1.3.4)
2 Adanya payung hukum berupa UU 2 Terwujudnya sistem tata kelola
keuangan yang transparan dan
akuntabel ( S:1.2.3.5, O:2.5)
2 Terwujudnya sistem pelayanan
pengujian dan kalibrasi yang
terstandarisasi ( W:3.6, O:1.2.5)
3 Peningkatan jenis ragam pelayanan
3 Terwujudnya jaringan kemitraan
yang luas (W:1.5 O:3.4.5)
4 Potensi pasar yang besar
4 Terwujudnya pemenuhan sarana
dan prasarana (W:2.7 O:1.3.4)
RSB LPFK Surakarta 36
5 Banyak instansi terkait yang dapat
menjadi mitra
FAKTOR ANCAMAN
1 Belum adanya sanksi yang tegas
terhadap pelanggaran UU tentang
pengamanan fasilitas kesehatan
1 Terwujudnya sistem manajemen
mutu (S:2.4, T:1.2.4.6)
1 Terwujudnya sistem tata kelola
organisasi yang baik (W:1.2.3,
T:1.2.3.4)
2 Adanya komplain dari fasyankes 2 - Terwujudkan budaya kerja yang
positif (S:2.4, T:1.2.4)
2 Terwujudnya sistem pemasaran yang
efektif dan efisien ( W:5.7 T:1.4.6)
3 Ketidakpastian regulasi
3 Terwujudnya system IT yang
terpadu (W:1.6., T:2.4)
4 Belum optimalnya sosialisasi UU
tentang pengamanan fasilitas
kesehatan
5 Adanya lembaga pengujian dan
kalibrasi sejenis
6 AFTA 2015
RSB LPFK Surakarta 37
3.8. Rancangan Peta Strategi Balanced Scorecard ( BSC )
Berdasar upaya-upaya yang telah teridentifikasi pada bagian sebelumnya maka LPFK
Surakarta menyusun peta strategis untuk kurun waktu tahun 2015-2019. Dalam peta ini
menjelaskan jalinan sebab akibat berbagai sasaran strategis yang dikelompokkan dalam
perspektif finansial, konsumen, proses bisnis dan pengembangan personal dan organisasi.
RSB LPFK Surakarta 38
Gambar.7 Peta Strategi LPFK tahun 2015-2019
Perspektif Stakeholder
Perspektif Proses
Bisnis Internal
Prespektif
Pengembangan
Personil dan
Organisasi
Terwujudnya
tata kelola
keuangan yang
transparan dan
Terwujudnya peningkatan
kepuasan stakeholder
Terwujudnya sistem
manajemen mutu
Terwujudnya sistem
pelayanan pengujian
dan kalibrasi yang
terstandarisasi
Terwujudnya sistem
manajemen pemasaran
yang efektif dan efisien
Terwujudnya
pemenuhan
jumlah SDM yang
berkompeten
Terwujudnya
pemenuhan
jumlah sarana
dan prasarana
Terwujudnya sistem tata
kelola organisasi yang baik
Perspektif
Finansial
Terwujudnya
kemitraan yang
VISI
Menjadi Institusi Penguji dan Kalibrasi yang Unggul, Terpercaya dalam Pelayanan Pengamanan Fasilitas Kesehatan dalam skala Nasional pada Tahun
2019
Terwujudnya
budaya kerja yang
positif
Terwujudnya
sistem IT yang
terpadu
Terwujudnya
tata kelola
keuangan yang
transparan dan
RSB LPFK Surakarta 39
BAB IV
INDIKATOR KINERJA UTAMA DAN PROGRAM KERJA STRATEGIS
Indikator kinerja utama ( IKU ) merupakan matrik finansial maupun non finansial
yang digunakan untuk membantu LPFK Surakarta menentukan dan mengukur kemajuan
terhadap sasaran organisasi. Tujuan Penetapan Indikator Kinerja Utama yaitu:
1. Untuk memperoleh informasi kinerja yang penting dan diperlukan dalam
menyelenggarakan manajemen kinerja secara baik;
2. Untuk memperoleh ukuran keberhasilan dari pencapaian suatu tujuan dan sasaran
strategis organisasi yang digunakan untuk perbaikan kinerja dan peningkatan
akuntabilitas kinerja.
Indikator Kinerja Utama LPFK Surakarta digunakan untuk :
- Perencanaan Jangka Menengah
- Perencanaan Tahunan
- Penyusunan dokumen Penetapan Kinerja
- Pelaporan Akuntabilitas Kinerja
- Evaluasi Kinerja
- Pemantauan dan pengendalian Kinerja
Dalam menyusun Indikator Kinerja Utama ( IKU ) ini LPFK Surakarta melakukan langkah -
langkah sebagai berikut :
1. Tahap pertama : klarifikasi apa yang menjadi kinerja utama, pernyataan hasil (result
statement) atau tujuan/sasaran yang ingin dicapai.
2. Tahap kedua : menyusun daftar awal Indikator Kinerja Utama yang mungkin dapat
digunakan.
3. Tahap ketiga : melakukan penilaian setiap Indikator Kinerja Utama yang terdapat
dalam daftar awal indikator kinerja
4. Tahap keempat : memilih Indikator Kinerja Utama
RSB LPFK Surakarta 40
No. Sasaran Strategis
KPI BOBOT
(%)
Pencapaian Baseline
Target
2014 2015 2016 2017 2018 2019
A Perspektif Stakeholder
1 1 Indeks kepuasan pelanggan 9 - 70% 75% 75 90 95
2 Jumlah alat kesehatan yang terlayani (diuji/dikalibrasi)
7 95% 95% 96% 8596 14.768 22.591
B Perspektif Bisnis Internal
1 Terwujudnya kemitraan yang luas
1 Jumlah kerja sama dalam bentuk MOU pelayanan jangka panjang ≥ 3 tahun
6 387 435 500 399 20 40
2 Terwujudnya sistem pelayanan pengujian dan kalibrasi yang terstandarisasi
2 Cakupan Jenis Pelayanan 6 50% 70% 75% 67 99 114
3 Jumlah jenis pelayanan pengujian dan atau kalibrasi yang terakreditasi
8 21% 40% 50% 3 14 16
RSB LPFK Surakarta 41
3 Terwujudnya sistem manajemen mutu
4 Jumlah uji banding alat laboratorium yang diikuti
7 - 20% 30% 6 8 9
4 Terwujudnya sistem manajemen pemasaran yang efektif dan efisien
5 Jumlah fasyankes yang dilayani 6 4% 5% 7% 25 762 922
5 Terwujudnya sistem tata kelola organisasi yang baik
6 Jumlah pelatihan yang diikuti sesuai tupoksi
7 73,68% 75% 77% 20 7 8
C Perspektif Pengembangan Personal
1 Terwujudnya pemenuhan sarana dan prasarana
1 Jumlah alat sesuai tupoksi 7 63,20% 70% 75% 80% 78 81
2 Jumlah peralatan uji yang dikalibrasi 8 11,11% 30% 40% 50% 149 188
2 Terwujudnya pemenuhan jumlah SDM yang berkompeten
3 Persentase banyaknya komplain pelanggan yang ditindak lanjuti
8 76% 90% 93% 100 % 100 % 100%
3 Terwujudnya budaya kerja yang positif
4 Tingkat capaian nilai LAKIP 5 89,97 92 93 95 95 95
RSB LPFK Surakarta 42
4 Terwujudnya sistem IT yang terpadu
5 Jumlah bagian yang telah terkoneksi secara online
4 - 50% 60% 4 6 8
D Perspektif Keuangan
1 Terwujudnya tata kelola keuangan yang transparan dan akuntabel
1 Jumlah laporan keuangan yang tepat waktu
4 - 1 : 6 1 : 5 1:3 4 4
RSB LPFK Surakarta 43
4.2. Kamus IKU
Kamus IKU merupakan penjelasan tentang difinisi IKU, periode pelaporan IKU,
Formula IKU, penanggungjawab IKU, sumber data dan target tiap tahun. Dengan adanya
kamus ini maka akan mempermudah di dalam memperolah gambaran IKU secara
menyeluruh.
Perspektif : Stakeholder
Sasaran strategis : Terwujudnya kepuasan pelanggan
IKU : Persentase Tingkat kepuasan pelanggan (TK) Indeks Kepuasan pelanggan (KP)
Definisi :
Indeks kepuasan pelanggan adalah tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan
Formula : Pengukuran IKM/IKP dilaksanakan di lokasi layanan sesuai dengan metode dan ketentuan sebagimana diatur dalam pedoman umum penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat unit layanan instansi pemerntah (KEP/25/M.PAN/2/2004).
Bobot IKU ( % ) : 9%
`
Person in charge : Instalasi Tata Operasional
Sumber data : Data kuesioner
Periode pelaporan : Tahunan
Target : 2015 2016 2017 2018 2019
70% 75%
80% / 75
82% / 90
85% / 92
RSB LPFK Surakarta 44
Perspektif : Stakeholder
Sasaran strategis : Terwujudnya kepuasan stakeholder
IKU : Persentase kelaikan alat kesehatan yang dilayani Jumlah alat kesehatan yang terlayani
Definisi :
Kelaikan alat medis adalah indikator hasil pengujian dimana peralatan medis layak digunakan untuk melayani pasien. Alat kesehatan yang terlayani adalah banyaknya alat kesehatan yang diuji/dikalibrasi sesuai dengan PP 21 tahun 2013
Formula : Jumlah Alat kesehatan yang terlayani sesuai dengan PP 21 tahun 2013
Bobot IKU ( % ) : 8%
Person in charge : Kepala Instalasi Pengujian kalibrasi dan PDP/UK
Sumber data : Laporan hasil uji
Periode pelaporan : Tahunan
Target : 2015 2016 2017 2018 2019
95% 96%
97% / 8596
98% / 14.768
99% / 16.340
RSB LPFK Surakarta 45
Perspektif : Proses Bisnis Internal
Sasaran strategis :
Terwujudnya sistem pelayanan pengujian dan kalibrasi yang terstandarisasi
IKU : Persentase cakupan pelayanan Cakupan jenis pelayanan
Definisi : Persentase pertumbuhan cakupan pelayanan adalah adanya peningkatan jenis pelayanan kepada pelanggan yang meliputi bertambahnya jenis peralatan yang diuji/dikalibrasi Cakupan pelayanan adalah peningkatan jenis pelayanan pengujian/ kalibrasi kepada pelanggan
Formula : Jumlah keseluruhan cakupan jenis pelayanan pengujian dan atau kalibrasi
Bobot IKU ( % ) : 7%
Person in charge : Kepala Instalasi Pengujian dan Kalibrasi dan Ins.PDP /UK
Sumber data : - data kemampuan pelayanan
- PP 21 tahun 2013
Periode pelaporan :
Bulanan
Target : 2015 2016 2017 2018 2019
70% 75% 80% / 80 85% / 105 90% / 112
RSB LPFK Surakarta 46
Perspektif : Proses Bisnis Internal
Sasaran strategis : Terwujudnya sistem pelayanan pengujian dan kalibrasi yang terstandarisasi
IKU :
Persentase Metode Kerja (MK) yang terbarukan Jumlah laboratorium yang terakriditasi (2017) Jumlah jenis pelayanan pengujian dan atau kalibrasi yang terakreditasi (2018)
Definisi : Metode Kerja adalah Uraian langkah-langkah di dalam melakukan suatu aktivitas pengujian, kalibrasi yang didasarkan pada standar baku (ISO,KAN,OIML,ECRI,SNI-BSN,ANSI,AAMI) Jenis pelayanan pengujian dan atau kalibrasi yang terakreditasi adalah jenis pelayanan pengujian dan atau kalibrasi yang telah memenuhi standar pelayanan Komite Akreditasi Nasional atau lembaga sejenis ( 2018 )
Jumlah jenis pelayanan pengujian dan atau kalibrasi yang
terakreditasi adalah jenis pelayanan pengujian dan atau kalibrasi yang telah memenuhi standar pelayanan Komite Akreditasi Nasional atau lembaga sejenis
Formula :
Bobot IKU ( % ) : 8%
Person in charge : Kepala Instalasi Tata Operasional
Sumber data : Permenkes 54 tahun 2015 SNI ISO 17025 : 2017
Periode pelaporan : Tahunan
Target : 2015 2016 2017 2018 2019
40% 50% 60% / 3 70% / 14 80% /18
RSB LPFK Surakarta 47
Perspektif : Proses Bisnis Internal
Sasaran strategis : Terwujudnya kemitraan kerja yang lebih luas
IKU :
Jumlah kerjasama dalam bentuk MOU pelayanan / Jumlah kerja sama dalam bentuk MOU pelayanan jangka panjang ≥ 3 tahun
Definisi : Jumlah kerjasama dalam bentuk MOU pelayanan sarana adalah banyaknya instansi pelayanan kesehatan yang menyepakati persetujuan kontrak kerjasama dalam pelayanan pengujian kalibrasi dan proteksi radiasi. MOU adalah seluruh kesepakatan kerjasama antara LPFK dengan mitra baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka Panjang
Formula :
Bobot IKU ( % ) : 7%
Person in charge : Ka.Ins. Pelayanan Teknis
Sumber data : - Data fasyankes jateng DIY
- Data fasyankes yang melakukan MOU
Periode pelaporan
: Bulanan
Target : 2015 2016 2017 2018 2019
435 500
590 / 399
640 / 20 710 / 25
RSB LPFK Surakarta 48
Perspektif : Proses Bisnis Internal
Sasaran strategis : Terwujudnya sistem manajemen mutu
IKU : Persentase perluasan ruang lingkup akreditasi laboratorium Jumlah uji banding alat laboratorium yang diikuti.
Definisi : Akreditasi Laboratorium adalah kegiatan evaluasi pelayanan dan administrasi tertentu yang dilakukan oleh lembaga penyelenggara akreditasi Uji banding adalah serangkaian kegiatan untuk membandingkan hasil pengujian dan atau kalibrasi antar laboratorium sejenis secara berkala
Jumlah uji banding alat laboratorium yang diikuti.
Formula :
Bobot IKU ( % ) : 7%
Person in charge : Ka.Inst.Tata Operasional
Sumber data :
ISO/IEC SNI 17025 tahun 2005/2008 Data hasil uji laboratorium Data hasil banding tahun sebelumnya
Periode pelaporan : Tahunan
Target : 2015 2016 2017 2018 2019
20% 30% 40% / 6 50% / 8 60% / 8
RSB LPFK Surakarta 49
Perspektif : Proses Bisnis Internal
Sasaran strategis : Terwujudnya sistem manajemen pemasaran yang efektif dan efisien
IKU :
Persentase peningkatan jumlah fasyankes yang dilayani Jumlah peningkatan fasyankes yang terlayani ( 2017 ) Jumlah fasyankes yang dilayani (2018)
Definisi : Jumlah fasyankes yang dilayani adalah banyaknya fasyankes yang melakukan pengujian, kalibrasi alat kesehatan, serta proteksi radiasi di LPFK Surakarta
Formula : Jumlah fasyankes yang dilayani.
Bobot IKU ( % ) : 7%
Person in charge : Kepala Instalasi Pengujian Kalibrasi dan PDP/UK
Sumber data : - Data fasyankes yang melakukan pengujian/kalibrasi dan proteksi radiasi
Periode pelaporan : Bulanan
Target : 2015 2016 2017 2018 2019
5% 7% 9% / 25 10% / 762 11% / 797
RSB LPFK Surakarta 50
Perspektif : Pengembangan Personal
Sasaran strategis : Terwujudnya pemenuhan jumlah SDM yang kompeten
IKU : Persentase banyaknya komplain pelanggan yang ditindak lanjuti
Definisi : Komplain pelanggan adalah segala bentuk ketidak puasan terhadap kinerja dan sarana prasarana yang tersedia
Formula :
Persentase banyaknya komplain pelanggan yang ditindak lanjuti
Bobot IKU ( % ) : 8%
Person in charge : Kepala Instalasi Tata Operasional
Sumber data : - Data Kompetensi SDM
- Data Program Pelatihan
Periode pelaporan : Tahunan
Target : 2015 2016 2017 2018 2019
90 % 93 % 95 % 97 % 100 %
RSB LPFK Surakarta 51
Perspektif : Pengembangan personal
Sasaran strategis : Terwujudnya pemenuhan sarana dan prasarana
IKU :
Persentase pemenuhan alat sesuai tupoksi JUMLAH alat sesuai tupoksi ( 174 jenis /PP 21 tahun 2013 ) >> 2018
Definisi : Peralatan sesuai tupoksi adalah alat yang digunakan untuk melaksanakan tupoksi LPFK Surakarta, dalam hal ini adalah peralatan pengujian dan kalibrasi dan proteksi radiasi Peralatan sesuai tupoksi adalah jumlah set alat yang dibutuhkan untuk pengujian kalibrasi dan proteksi radiasi berdasarkan PP 21 tahun 2013
Formula :
Bobot IKU ( % ) : 7%
Person in charge : Kepala Instalasi PDP UK dan PK
Sumber data : - Data peralatan yang dimiliki LPFK Surakarta
- Data peralatan uji sesuai dengan Permenkes No 54 Tahun 2015 - PP No 21 Tahun 2013
Periode pelaporan : Tahunan
Target : 2015 2016 2017 2018 2019
70% 75% 80%
85% / 78
90% / 80
RSB LPFK Surakarta 52
Perspektif : Pengembangan personal
Sasaran strategis : Terwujudnya pemenuhan sarana dan prasarana
IKU : Persentase peralatan uji yang dikalibrasi Jumlah peralatan uji yang dikalibrasi ( 2018 )
Definisi : Kalibrasi alat uji adalah mengkalibrasi ulang terhadap alat uji yang digunakan untuk menguji dan mengkalibrasi alat kesehatan
Formula :
Bobot IKU ( % ) : 8%
Person in charge : Ka. Instalasi TAOP BIMTEK
Sumber data : - Data Peralatan Uji yang dikalibrasi
- Data peralatan yang dimiliki LPFK Surakarta
Periode pelaporan : Tahunan
Target : 2015 2016 2017 2018 2019
30% 40% 50%
65% / 149
75% / 156
RSB LPFK Surakarta 53
Perspektif : Pengembangan personal
Sasaran strategis : Terwujudnya sistem tata kelola organisasi yang baik
IKU : Jumlah kompetensi tenaga sesuai tupoksi Jumlah kegiatan pelatihan yang diikuti sesuai tupoksi
Definisi : Pelatihan sesuai tupoksi adalah pelatihan yang diberikan kepada personil untuk meningkatkan kompetensi sesuai tugas dan fungsi LPFK Surakarta
Formula : Jumlah kegiatan pelatihan yang diikuti sesuai tupoksi
Bobot IKU ( % ) : 8%
Person in charge : Instalasi Tata Operasional
Sumber data : - Data kompetensi SDM - Data program pelatihan
Periode pelaporan : Bulanan
Target : 2015 2016 2017 2018 2019
75 % 77%
80% / 20
83% / 7 85% / 10
RSB LPFK Surakarta 54
Perspektif : Pengembangan personal
Sasaran strategis : Terwujudnya budaya kerja yang positif
IKU : Tingkat capaian Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP)
Definisi : Tingkat capaian Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) adalah jenjang penilaian Laporan yang diberikan oleh Aparat Pengawasan Interen Pemerintah (APIP)
Formula : Tingkat capaian Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP)
Bobot IKU : 6%
Person in charge : Kepala Urusan Tata Usaha
Sumber data : Dokumentasi SAKIP
Periode pelaporan : Tahunan
Target : 2015 2016 2017 2018 2019
92 93
95 / 91,5
97 / 95 100 / 96
RSB LPFK Surakarta 55
Perspektif : Perspektif Pengembangan Personel
Sasaran strategis : Terwujudnya sistem IT yang terpadu
IKU : Persentase bagian yang telah terkoneksi secara online Jumlah bagian yang terkoneksi secara online
Definisi : Bagian yang terkoneksi online adalah bagian yang telah mengaplikasikan system informasi secara online
Jumlah bagian yang terkoneksi secara online
Formula :
Bobot IKU ( % ) : 5%
Person in charge : Kepala Urusan Tata Usaha
Sumber data : - Data base system informasi LPFK Surakarta
Periode pelaporan : Tahunan
Target : 2015 2016 2017 2018 2019
50% 60%
80% / 4
90% / 6
100% / 8
RSB LPFK Surakarta 56
Perspektif : Keuangan
Sasaran strategis : Terwujudnya laporan keuangan yang akuntabel dan transparan
IKU : Rasio PNBP terhadap biaya operasional organisasi Jumlah laporan keuangan yang tepat waktu
Definisi : PNBP adalah penerimaan negara yang berasal dari kegiatan instansi pemerintah di luar sektor pajak
Biaya operasional organisasi adalah jumlah biaya yang dibutuhkan untuk membiayai operasional suatu organisas kecuali belanja pegawai dan modali Laporan Keuangan tepat waktu adalah laporan keuangan yang telah diverifikasi APIP secara berkala
Formula : Jumlah Laporan Keuangan tepat waktu adalah laporan keuangan yang telah diverifikasi APIP secara berkala
Bobot IKU ( % ) : 5%
Person in charge : Kepala Urusan Tata Usaha
Sumber data : - Data pengeluaran
- Data pemasukan
- Data realisasi anggaran
Periode pelaporan :
Tahunan Triwulan
Target : 2015 2016 2017 2018 2019
RSB LPFK Surakarta 57
1:6 1:5 1:4 / 1:3 1:3 / 4 1:2 / 4
RSB LPFK Surakarta 58
1.3. Program Kerja Strategis
Dalam rangka mewujudkan sasaran strategis tahun 2015 -2019, maka LPFK Surakarta menyusun program strategis yang merupakan
program berkelanjutan sampai akhir tahun 2019.
Tabel.19. Program Kerja Strategis tahun 2015-2019
NO. SASARAN STRATEGIS PROGRAM STRATEGIS
2015 2016 2017 2018 2019
1 Terwujudnya Pemenuhan
jumlah sarana dan prasarana
Perintisan sistem
laboratorium
sarana dan
prasarana medik
Pembentukan sistem
lab.sarana prasarana
medik
- Perencanaan
relokasi gedung
- Pemantapan sistem
lab.sarana prasarana
medik tahap I
(Pelayanan Listrik
Medis)
- Persiapan relokasi
gedung
- Pemantapan sistem
lab.sarana prasaran
medik tahap II
(Pelayanan Listrik
Medis dan Gas
Medis)
- Pelaksanaan relokasi
gedung
- Pemantapan sistem
Lab.sarana prasarana
tahap III (Pelayanan
Listrik Medis, Gas
Medis dan HVAC)
2 Terwujudnya pemenuhan
jumlah SDM yang
berkompeten
Pemenuhan
kebutuhan
peralatan dan
SDM tahap I
Pemenuhan
kebutuhan peralatan
dan SDM tahap II
Pemenuhan kebutuhan
peralatan dan SDM
tahap III ( Elektromedis
dan Teknik Mesin)
Pemenuhan SDM
berkompetensi spesialis
tahap I (Elektromedis,
Teknik Mesin, Teknik
Metrologi)
Pemenuhan SDM
berkompetensi spesialis
tahap II (Elektromedis,
Teknik Mesin, Teknik
Elektro Arus Kuat,
Teknik Metrologi)
RSB LPFK Surakarta 59
Pembentukan
sistem
peningkatan mutu
SDM
Pemantapan sistem
peningkatan mutu
SDM
Pembentukan sistem
Spesialisasi kompetensi
SDM Tahap I
(Spesialisasi Suhu,
Tekanan,Listrik, Massa,
Volume, General
Purpose, Panoramic,
CT Scan, Dental,
Mobile, TLD)
Pembentukan sistem
Spesialisasi kompetensi
SDM Tahap II
(Spesialisasi Suhu,
Tekanan,Listrik, Massa,
Volume, General
Purpose, Panoramic,
CT Scan, Dental,
Mobile, Mammography,
Fluoroscopy, TLD )
Pembentukan sistem
Spesialisasi kompetensi
SDM Tahap III
(Spesialisasi Suhu,
Tekanan,Listrik, Massa,
Volume, General
Purpose, Panoramic, CT
Scan, Dental, Mobile,
Mammography,
Fluoroscopy Mobile,
TLD , C-Arm, ESWL)
3 Terwujudnya sistem
manajemen mutu
Persiapan
Akreditasi
Lingkup
Laboratorium
Pengujian
Kalibrasi SNI
ISO/IEC 17025
Pendaftaran
Akreditasi Lingkup
Laboratorium
Pengujian Kalibrasi
SNI ISO/IEC
17025:2008 ke
Komite Akreditasi
Nasional
Kunjungan Asesmen
Akreditasi Lingkup
Laboratorium Pengujian
Kalibrasi SNI ISO/IEC
17025 : 2008 dan
Penetapan oleh Komite
Akreditasi Nasional.
- Penyesuaian Sistem
Manajemen Mutu SNI
ISO/IEC 17025:2008 ke
SNI ISO/IEC
17025:2017
- Surveilen dan
Penambahan ruang
lingkup akreditasi
Persiapan akreditasi
Laboratorium Sarana
Prasarana SNI ISO/IEC
17020
4 Terwujudnya peningkatan
kepuasan stakeholder
Pembentukan
sistem analisis
data base
pelanggan
Pembentukan
Customer Relation
Marketing ( CRM )
Pemantapan CRM tahap
I
Pemantapan CRM
tahap II
Pemantapan CRM tahap
III
5 Terwujudnya sistem
manajemen pemasaran yang
efektif dan efisien
Terbentuknya
sistem Sosialisasi
pengujian dan
kalibrasi
Persiapan
pembentukan
Instalasi Pelayanan
Teknis
- Pembentukan Instalasi
Pelayanan Teknis
- Sosialisasi Pengujian
dan Kalibrasi
- Pemantapan sistem
pelayanan di instalasi
pelayanan teknis tahap I
- Sosialisasi perjanjian
kerjasama pengujian
kalibrasi jangka
panjang
Pemantapan sistem
pelayanan di instalasi
pelayanan teknis tahap II
RSB LPFK Surakarta 60
6 Terwujudnya kemitraan
yang luas
Pembentukan
sistem jejaring
kerja antar
lembaga penguji
Pemantapan sistem
jejaring kerja antar
lembaga penguji
tahap I
- Pemantapan sistem
jejaring kerja antar
lembaga penguji tahap II
- Persiapan interkoneksi
pelayanan pengujian
kalibrasi dengan
lembaga terkait.
- Pemantapan sistem
jejaring kerja antar
lembaga penguji tahap
III
- Implementasi
interkoneksi pelayanan
pengujian kalibrasi
dengan BAPETEN
- Pemantapan sistem
jejaring kerja antar
lembaga penguji tahap
IV
- Implementasi
interkoneksi pelayanan
pengujian kalibrasi
dengan BAPETEN,
KARS, FKTP
7 Terwujudnya sistem IT yang
terpadu
Perintisan sistem
jaringan yang
terkoneksi antar
unit
Pemantapan sistem
jaringan yang
terkoneksi antar unit
Pemantapan sistem
jaringan yang terkoneksi
antar unit tahap II
Perintisan Sistem
Pelayanan Pelanggan
secara Online tahap I
Pemantapan Sistem
Pelayanan Pelanggan
secara Online tahap II
RSB LPFK Surakarta 61
BAB V
ANALISIS DAN MITIGASI RESIKO
Dalam suatu organisasi yang ingin mengedepankan peningkatan dan perubahan
organisasi menuju tujuan yang telah ditetapkan oleh penentu kebijakan akan selalu
berhadapan dengan resiko-resiko yang timbul dari setiap keputusan yang diambil. Oleh
karena itu diperlukan suatu analisa dan mitigasi resiko yang akan dihadapi dalam
mewujudkan berbagai sasaran strategis dan visi pada kurun waktu yang telah ditentukan.
5.1. Identifikasi Resiko
Tabel.20 Identifikasi Resiko
SASARAN STRATEGIS RESIKO
Perspektif Stakeholder
1. Terwujudnya peningkatan
kepuasan stakeholder
Perspektif Pengembangan
Personil
2. Terwujudnya pemenuhan
jumlah sarana dan
prasarana
3. Terwujudnya pemenuhan
jumlah SDM yang
berkompetensi
4. Terwujudnya budaya kerja
yang positif
5. Terwujudnya sistem IT
yang terpadu
a. Tidak seimbangnya banyaknya permintaan
pelanggan dengan kemampuan SDM dan
peralatan
b. Perubahan regulasi pemerintah terkait pengujian
dan kalibrasi
c. Buruknya kemitraan dan atau komunikasi dengan
fasyankes
d. Buruknya pengelolaan skala prioritas dalam
menentukan jenis pelayanan monitoring dosis
personal
e. Perubahan kebijakan regulasi pemerintah terkait
Pemanfaatan tenaga nuklir dan radiasi pengion
lainnya.
f. Buruknya pengelolaan anggaran terkait
rekalibrasi dan pemeliharaan analyzer
g. Buruknya konsistensi pelaksanaan SOP, MK dan
IK
a.
RSB LPFK Surakarta 62
SASARAN STRATEGIS RESIKO
Perspektif Proses Bisnis Internal
7. Terwujudnya kemitraan yang
luas
8. Terwujudnya system tata
kelola organisasi yang baik
9. Terwujudnya sistem
pelayanan pengujian dan
kalibrasi yang terstandarisasi
10. Terwujudnya sistem
manajemen mutu
11. Terwujudnya sistem
manajemen pemasaran yang
efektif dan efisien
Perspektif Keuangan
12. Terwujudnya tata kelola
keuangan yang transparan dan
akuntabel
h. Buruknya pencatatan komplain pelanggan
i. Buruknya tindak lanjut komplain pelanggan
j. Buruknya jalinan komunikasi dengan pelanggan
k. Sulitnya merubah budaya kerja yang buruk
l. Buruknya pengelolaan anggaran peningkatan
mutu SDM
m. Regulasi pemerintah yang berubah-ubah terkait
lembaga pemerintah
n. Buruknya pengelolaan loka
o. Sulitnya pengawasan terhadap tindakan
gratifikasi
p. Sulitnya pengendalian agar tidak terjadi piutang
dari pengguna jasa
5.2. Penilaian Tingkat Resiko
Penilaian tingkat resiko diukur dengan memperhatikan tingkat kemungkinan
kemunculan suatu jenis resiko dan dengan memeprhatikan estimasi dari besarnya dampak
resiko yang akan ditimbulkan bila resiko benar-benar terjadi di LPFK Surakarta.
Untuk menentukan kemungkinan resiko digunakan patokan sebagai berikut :
a. kemungkinan resiko terjadi sangat besar : dipastikan sangat mungkin terjadi
untuk mempengaruhi sasaran strategis. Nilai kemungkinan 0.8 sampai 1.0
b. kemungkinan resiko terjadi BESAR : kemungkinan besar terjadi untuk
mempengaruhi sasaran strategis. Nilai kemungkinan 0.6 sampai 0.8
RSB LPFK Surakarta 63
c. kemungkinan resiko terjadi SEDANG : kemungkinan sedang terjadinya resiko
untuk mempengaruhi sasaran strategis. Nilai kemungkinan 0.4 sampai 0.6
d. kemungkinan resiko terjadi KECIL : kemungkinan kecil terjadinya resiko
untuk mempengaruhi sasaran strategis. Nilai kemungkinan 0.2 sampai 0.4
e. kemungkinan resiko terjadi SANGAT KECIL untuk mempengaruhi sasaran
strategis. Nila kemungkinan resiko 0 sampai 0.2
Sedang untuk menentukan besar dampak resiko pada sasaran strategis digunakan
patokan sebagai berikut :
a. dampak resiko TIDAK PENTING : resiko memupnyai pengaruh sangat kecil
namun sasaran strategis masih bisa tercapai.
b. dampak resiko MINOR : resiko mempunyai pengaruh kecil dan memerlukan
sedikit upaya penanganan
c. dampak resiko MEDIUM : resiko mempunyai pengaruh sedang dan
membutuhkan upaya cukup serius untuk menangani
d. dampak resiko MAYOR/Besar : resiko mempunyai pengaruh besar dan
membutuhkan upaya serius untuk menanganinya
e. dampak resiko MALAPETAKA ; resiko mempunyai pengaruh tidak
terpenuhinya suatu sasaran strategis dan membutuhkan upaya sangat serius
untuk menanginya.
Berdasarkan pertemuan antara estimasi tingkat kemungkinan resiko terjadi dan
estimasi besar dampak resiko pada suatu sasaran strategis dapat dinilai tingkat resiko
dengan kualifikasi sebagai berikut :
1. Resiko rendah ( kode R )
2. Resiko moderat ( kode M )
3. Resiko Tinggi ( T, warna kuning )
4. Resiko ekstrim (E, warna merah)
RSB LPFK Surakarta 64
Tabel .21. Matrik Resiko untuk Menentukan Tingkat Resiko
Kemungkinan
( Likelihood )
Dampak Resiko ( Consequences )
Tidak Penting Minor Medium Mayor Malapetaka
I.(kmg.sgt besar ) T T E E E
II.( kmg.besar) M T T E E
III.( kmg.sdg ) R M T E E
IV.(kmg.kecil) R R M T E
V.(kmg.sgt.kcl) R R M T T
RSB LPFK Surakarta 65
Tabel. 22. Penentuan Tingkat Resiko
SASARAN STRATEGIS RESIKO KMK.TERJADI DAMPAK RSK. TINGKAT RSK. WARNA
Perspektif Stakeholder
Terwujudnya
peningkatan kepuasan
stakeholder
Perspektif Bisnis Internal
1. Terwujudnya
kemitraan yang luas
2. Terwujudnya sistem
tata kelola organisasi
yang baik
3. Terwujudnya sistem
pelayanan pengujian
dan kalibrasi yang
terstandarisasi
4. Terwujudnya sistem
manajemen mutu
5. Terjaminnya sistem
manajemen
a. Tidak seimbangnya banyaknya permintaan
pelanggan dengan kemampuan SDM dan
peralatan
b. perubahan regulasi pemerintah terkait
pengujian dan kalibrasi
c. buruknya kemitraan dan atau komunikasi
dengan fasyankes
d. Buruknya pengelolaan skala prioritas dalam
menentukan jenis pelayanan monitoring
dosis personal
e. Perubahan kebijakan regulasi pemerintah
terkait pemanfaatan tenaga nuklir dan
radiasi pengion lainnya.
f. Buruknya pengelolaan anggaran terkait
rekalibrasi dan pemeliharaan analyzer
Sedang
Kecil
Kecil
Kecil
Sedang
Kecil
Medium
Medium
Medium
Minor
Medium
Medium
Tinggi
Moderat
Moderat
Ringan
Tinggi
Moderat
Kuning
Putih
Putih
Putih
Kuning
Putih
RSB LPFK Surakarta 66
pemasaran yang
efektif dan efisien
Perpektif Pengembangan
personal
1. Terwujudnya
pemenuhan jumlah
sarana dan prasarana
2. Terwujudnya
pemenuhan jumlah
SDM yang
berkompetensi
3. Terwujudnya budaya
kerja yang positif
4. Terwujudnya system
IT yang terpadu
Perspektif Keuangan
g. Buruknya konsistensi pelaksanaan SOP,
MK dan IK
h. Buruknya pencatatan komplain pelanggan
i. Buruknya tindak lanjut komplain pelanggan
j. Buruknya jalinan komunikasi dengan
pelanggan
k. Sulitnya merubah budaya kerja yang buruk
l. Buruknya pengelolaan anggaran
peningkatan mutu SDM
m. Regulasi pemerintah yang berubah-ubah
terkait kelembagaan
n. Buruknya pengelolaan loka
o. Sulitnya pengawasan terhadap tindakan
gratifikasi
p. Sulitnya pengendalian agar tidak terjadi
piutang dari pengguna jasa
b.
Sedang
Kecil
Sedang
Kecil
Sedang
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Sedang
Medium
Medium
Medium
Medium
Medium
Medium
Mayor
Mayor
Medium
Medium
Tinggi
Moderat
Tinggi
Moderat
Tinggi
Moderat
Tinggi
Tinggi
Moderat
Tinggi
Kuning
Putih
Kuning
Putih
Kuning
Putih
Kuning
Kuning
Putih
Kuning
RSB LPFK Surakarta 67
Terwujudnya tata kelola
keuangan yang transparan
dan akuntabel
RSB LPFK Surakarta 68
Tabel .23. Posisi Berbagai Resiko dalam Matrik Resiko
Kemungkinan
( Likelihood )
Dampak Resiko ( Consequences )
Tidak Penting Minor Medium Mayor Malapetaka
I.(kmg.sgt besar ) kuning Merah
II.( kmg.besar)
III.( kmg.sdg ) a.e.g.i.k.p
IV.(kmg.kecil) d b.c.f.h.l.j n.m
V.(kmg.sgt.kcl) o
5.3. Rencana Mitigasi Resiko
Dengan mengetahui tingkat resiko maka diperlukan upaya nyata yang dibutuhkan oleh
LPFK Surakarta untuk menangani kemungkinan dan dampak resiko terhadap sasaran
strategis yang telah ditetapkan. Rencana mitigasi resiko ini disusun untuk mengendalikan
resiko agar dapat meniadakan atau mereduksi tingkat resikonya. Yang berarti diarahkan
untuk mengupayakan memperkecil atau meniadakan tingkat kemungkinan terjadinya suatu
resiko dan atau memperkecil atau meniadakan besar dampak suatu resiko.
RSB LPFK Surakarta 69
Tabel.24. Penentuan Rencana Mitigasi Resiko
SASARAN
STRATEGIS
RESIKO KMK.TER
JADI
DAMPAK
RSK.
TINGKAT
RSK.
WARNA RENCANA MITIGASI
RSK
PJ
Prespektif
Proses Bisnis
Internal
1. Terwujudnya
kemitraan yang
luas
2. Terwujudnya
system tata
kelola
organisasi yang
baik
3. Terwujudnya
sistem
pelayanan
pengujian dan
kalibrasi yang
terstandarisasi
a. Tidak seimbangnya
banyaknya permintaan
pelanggan dengan
kemampuan SDM dan
peralatan
b. Perubahan regulasi
pemerintah terkait
pengujian dan kalibrasi
c. Buruknya kemitraan dan
atau komunikasi dengan
fasyankes
Sedang
Kecil
Kecil
Medium
Medium
Medium
Tinggi
Moderat
Moderat
Kuning
Putih
Putih
a. Penambahan peralatan
dan kemampuan
personal
b. Mempersiapkan dan
menyusun strategi baru
sesuai dengan
kebijakan pemerintah
yang baru
c. Memperbaiki sistem
komunikasi dan
Sudartono
Tri Arwan
Samsuhadi
Sarwidi
RSB LPFK Surakarta 70
4. Terwujudnya
sistem
manajemen
mutu
5. Terwujudnya
sistem
manajemen
pemasaran
yang efektif
dan efisien
d. Buruknya pengelolaan
skala prioritas dalam
menentukan jenis
pelayanan monitoring
dosis personal
e. Perubahan kebijakan
regulasi pemerintah
terkait pemanfaatan
tenaga nuklir dan radiasi
pengion lainnya.
f. Buruknya pengelolaan
anggaran terkait
rekalibrasi dan
pemeliharaan analyzer
Kecil
Sedang
Kecil
Sedang
Minor
Medium
Medium
Medium
Ringan
Tinggi
Moderat
Tinggi
Putih
Kuning
Putih
Kuning
kemitraan dengan
fasyankes
d. Melakukan kajian dan
analisis terkait
pengelolaan skala
prioritas pelayanan
e. Mempersiapkan dan
menyusun strategi baru
sesuai dengan
kebijakan pemerintah
yang baru
f. Memperbaiki
manajemen anggaran
dan organisasi
Nining H.
Nining H.
Sudartono
RSB LPFK Surakarta 71
g. Buruknya konsistensi
pelaksanaan SOP, MK
dan IK
g. Melakukan edukasi
dan evaluasi
Tri Arwan
Samsuhadi
SASARAN
STRATEGIS RESIKO
KMK.TER
JADI
DAMPAK
RSK.
TINGKA
T RSK. WARNA
RENCANA
MITIGASI RSK
PJ
Prespektif
Pelanggan
Terwujudnya
peningkatan
kepuasan
stakeholders
h. Buruknya pencatatan
komplain pelanggan
i. Buruknya tindak lanjut
komplain pelanggan
j. Buruknya jalinan
komunikasi dengan
pelanggan
Kecil
Sedang
Kecil
Sedang
Medium
Medium
Medium
Medium
Moderat
Tinggi
Moderat
Tinggi
Putih
Kuning
Putih
Kuning
h. Pelatihan dan
penyiapkan unit
khusus
i. Perbaikan prosedur
dan mutu koordinasi
j. Melakukan
komunikasi efektif
dengan pelanggan
Sudartono
Tri Arwan
Samsuhadi
Sarwidi
Sudartono
RSB LPFK Surakarta 72
Prespektif
Pengembangan
Personal
Terwujudnya
pemenuhan
jumlah sarana dan
prasarana
1. Terwujudnya
pemenuhan
jumlah SDM
yang
berkompetensi
2. Terwujudnya
budaya kerja
yang positif
3. Terwujudnya
sistem IT yang
terpadu
k. Sulitnya merubah
budaya kerja yang
buruk
l. Buruknya pengelolaan
anggaran peningkatan
mutu SDM
m. Regulasi pemerintah
yang berubah-ubah
terkait kelembagaan
n. Buruknya pengelolaan
loka
o. Sulitnya pengawasan
terhadap tindakan
gratifikasi
p. Sulitnya pengendalian
agar tidak terjadi
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Sedang
Medium
Mayor
Mayor
Medium
Medium
Moderat
Tinggi
Tinggi
Moderat
Tinggi
Putih
Kuning
Putih
Putih
Kuning
k. Melakukan edukasi ,
evaluasi terhadap
personal secara
periodic
l. Memperbaiki
manajemen anggaran
dan organisasi
m. Mempersiapkan dan
menyusun strategi
baru sesuai dengan
kebijakan
pemerintah yang
baru
n. Memperbaiki
manajemen
organisasi
o. Membentuk Tim
Pengendali
Gratifikasi
Anggar W.
Tri Arwan
Samsuhadi
Sarwidi
Tri Arwan
Samsuhadi
Sudartono
RSB LPFK Surakarta 73
Perspektif
Keuangan
Terwujudnya tata
kelola keuangan
yang transparan
dan akuntabel
piutang dari pengguna
jasa
p. Membentuk Tim
Pengendali Piutang
RSB LPFK Surakarta 74
BAB VI
PROYEKSI FINANSIAL
6.1 Estimasi Pendapatan
Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan ( LPFK ) Surakarta merupakan UPT
Kementerian Kesehatan yang memberikan pelayanan kepada masyarakat yang
menyelengarakan pelayanan kesehatan berupa pengujian, kalibrasi dan monitoring dosis
personal. Dalam melaksanakan tupoksinya tersebut bisa tidak lepas dari kebutuhan
anggaran yang digunakan untuk pengembangan dan untuk operasional lembaga.
Adapun estimasi pendapatan LPFK Surakarta dalam kurun tahun 2015 – 2019
sebagaimana disajikan dalam tabel berikut :
Tabel .25. Estimasi Pendapatan
NO. SUMBER
PENDAPATAN
BASELINE
TH.Skrg
ESTIMASI PENDAPATAN ( Rp )
2015 2016 2017 2018 2019
1. Dana Pemerintah 6.216.034.000 13.44 M 12.94M 14.42 M 11.44M 13.26 M
2. Dana Masyarakat - - - - -
3. Kontribusi Unit Kerja 1.398.183.000 1.70M 1.94 M 2.21M 2.46M 2.63M
4. Pemasukan lain-lain - - - - - -
TOTAL 7.614.217.000 15.14 M 14.88 M 16.63 M 13.90 M 15.89 M
6.2. Rencana Kebutuhan Anggaran
a. Anggaran Program Kelangsungan Operasional
Anggaran program kelangsungan operasi ini ditujukan untuk menjaga kegiatan
operasional yang tidak dapat ditangguhkan.Angaran ini disusun berdasarkan jenis
pembiayaan dan estimasi besarannya per tahun.
RSB LPFK Surakarta 75
Tabel.26. Estimasi Anggaran Operasional
No. Jenis Kegiatan base line Estimasi Kebutuhan Anggaran ( Rp )
tahun sekarang 2015 2016 2017 2018 2019
1 Belanja Pegawai
1.191.106.000
1.199.316.083
1.450.000.000 1.720.000.000 1.960.000.000
2.410.000.000
2 Keperluan perkantoran
42.870.000
44.920.000
46.100.000 47.300.000 48.350.000
49.450.000
3 Penambah daya tahan tubuh
43.560.000
50.504.000
57.200.000 58.240.000 59.450.000
61.500.000
4 Belanja pakaian dinas pegawai
12.680.000
33.260.000
35.000.000 38.000.000 42.000.000
46.000.000
5 Pemeriksaan kesehatan resiko pekerjaan
15.000.000
20.800.000
22.400.000 24.900.000 28.600.000
33.000.000
6 Pemeliharaan gedung
44.000.000
48.400.000
50.840.000 53.000.000 58.300.000
64.300.000
7 Langganan daya dan jasa
12.600.000
21.600.000
23.660.000 26.200.000 28.800.000
31.880.000
8 Langganan listrik
45.000.000
114.000.000
125.000.000 136.000.000 149.600.000
154.000.000
9 Langganan telepon
24.000.000
30.000.000
33.000.000 36.300.000 39.900.000
43.200.000
10 Langganan air
9.000.000
17.400.000
20.300.000 22.300.000 24.900.000
27.400.000
11 Pemeliharaan saran kantor
26.910.000
30.383.000
41.000.000 43.000.000 47.000.000
53.000.000
12 Belanja pengiriman surat
12.000.000
67.200.000
68.000.000 72.000.000 75.000.000
79.000.000
13 Bahan habis pakai
685.738.000
1.021.160.000
1.122.000.000 1.254.000.000 1.370.000.000
1.580.000.000
RSB LPFK Surakarta 76
14. Operasional pimpinan
91.980.000 94.744.000
96.000.000 98.000.000 100.000.000
110.000.000
15. Pemeliharaan jaringan
24.928.000
27.500.000
35.000.000 37.500.000 40.000.000
48.500.000
16. Pemeliharaan analizer dan rekalibrasi
107.566.000
435.725.000
640.000.000 710.000.000 780.800.000
850.000.000
TOTAL 2.388.938.000 3.256.912.083 3.865.500.000 4.376.740.000 4.852.700.000 5.641.230.000
b. Anggaran Program Pengembangan
Anggaran program pengembangan ini ditujukan untuk pembiayaan program-program strategis yang bersumber dari program
strategis tahunan untuk pencapaian target IKU dan program strategis untuk pelaksanaan mitigasi resiko.
Tabel.27. Estimasi Anggaran Program dan Pengembangan
No. Jenis Kegiatan Base line Estimasi Kebutuhan Anggaran ( Rp )
tahun sekarang 2015 2016 2017 2018 2019
A Pencapaian IKU
1. Belanja Modal 4.000.000.000 8.456.000.000 7.200.000.000 8.150.000.000 4.590.000.000 5.560.000.000
2. Kegiatan Perencanaan/anggaran 42.948.000 277.980.000 294.100.000 306.200.000 321.400.000 337.800.000
3. Evaluasi dan laporan 27.624.000 72.734.000 79.400.000 83.200.000 86.200.000 90.050.000
4. Adm.Kepegawaian 15.456.000 73.704.000 76.400.000 82.300.000 84.800.000 86.500.000
5. Pembinaan program 60.180.000 301.472.000 313.000.000 323.000.000 345.000.000 365.500.000
6. Kegiatan Keuangan 15.456.000 169.744.000 174.200.000 191.620.000 210.782.000 230.500.000
7. Layanan operasional Kalibrasi dan proteksi radiasi 725.109.000 1.360.620.000 1.640.000.000 1.820.000.000 2.050.000.000 2.152.500.000
8. Pengelolaan PNBP 230.770.000 380.000.000 399.000.000 418.950.000 439.897.000 461.892.000
RSB LPFK Surakarta 77
B Mitigasi Resiko
Peningkatan SDM 46.780.000 555.752.000 583.539.000 612.716.000 643.352.000 675.520.000
Akriditasi laboratorium 60.956.000 238.712.000 250.650.000 263.180.000 276.350.000 290.160.000
TOTAL 5.225.279.000 11.886.718.000 11.010.289.000 12.251.166.000 9.047.781.000 10.250.422.000
RSB LPFK Surakarta 2015-2019 78
6.3. Rencana Pendanaan
Dalam merencanakan pendanaan maka dibandingkan antara pendapatan dan anggaran
pengeluarannya sehingga akan diketahui posisi keuangan LPFK Surakarta.
Tabel .28. Perbandingan pendapatan dengan anggaran pengeluaran
Tahun Pendapatan Pengeluaran Selisih
2015 15.14 M 15.14 M -
2016 14.88 M 14.88 M -
2017 16.63 M 16.63 M -
2018 13.90 M 13.90 M -
2019 15.89 M 15.89 M -
Dari tabel perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran diatas dapat disimpulkan bahwa
posisi keuangan loka pada tahun 2015 -2019 sangat tergantung pada anggaran yang diberikan
pemerintah mengingat pendapatan dari kontribusi unit kerja masih sangat sedikit.
Dalam rencana penggunaan anggaran maka diprioritaskan pada operasional perkantoran dan
pemenuhan peralatan uji, mengingat sebagai satuan kerja baru, alat yang di LPFK Surakarta
masih sangat terbatas.
RSB LPFK Surakarta 2015-2019 79
BAB VII
PENUTUP
Kegiatan yang terencanakan dengan baik akan menghasilkan suatu kinerja yang sesuai
dengan target yang telah ditentukan. Dengan menyusun Rencana Strategis Bisnis
( RSB ) tahun 2015-2019 berarti telah merencanakan secara berkesinambungan program dan
kegiatan dalam lima tahun kedepan.
Sebagai satuan kerja baru di lingkungan Direktorat Jederal Pelayanan Kesehatan,
LPFK Surakarta harus menyusun RSB ini yang diselaraskan dengan Rencana Aksi Ditjen
BUK dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan sehingga apa yang menjadi grand design
kementerian dapat terwujud.
Akhirnya RSB ini menjadi arah dan kebijakan LPFK Surakarta dalam menjabarkan
visi dan misinya serta dalam mencapai harapan dan impian organisasi.