153
KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KAJIAN FISKAL REGIONAL Tahun 2019

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KAJIAN FISKAL REGIONAL Tahun 2019

Page 2: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

- Halaman ini sengaja dikosongkan -

Page 3: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

KAfA PENGANTAR

Dalam rangka menjalankan tugas Kementerian

Keuangan sebagai Pengelola Fiskal, Kanwil Ditjen

Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di

daerah menjalankan fungsi Pembinaan Pelaksanaan Anggaran

Daerah. Salah satu pelaksanaan fungsi tersebut, Kanwil Ditjen

Perbendaharaan Provinsi Aceh telah menyusun dan

menyelesaikan Kajian Fiskal Regional Tahunan (Annual

Regional Fiscal Report) Provinsi Aceh Tahun 2019.

Kajian Fiskal Regional ini diarahkan pada analisis fiskal dan ekonomi makro yang dapat

digunakan dalam pencapaian tujuan kebijakan fiskal. Kajian ini memaparkan informasi

mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di Provinsi Aceh yang antara lain tentang

makroekonorhi daerah, perkembangan pelaksanaan anggaran pusat dan daerah, serta

perkembangan pengelolaan BL U dan investasi, potensi ekonomi regional dan tantangan fiskal

daerah.

Kami menyadari masih terdapat kekurangan dan kelemahan kajian ini, untuk itu

masukan dan saran yang konstruktif sangat diharapkan guna perbaikan kajian selanjutnya.

Dalam kesempatan Ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak balk

Pemerintah Daerah dan SKPD dalam lingkup Kabupaten/Kota/Prov. Aceh, BPS Prov. Aceh,

Perwakilan Bank Indonesia Aceh dan KPPN dalam wilayah Kanwil Ditjen Perbendaharaan

Provinsi Aceh yang telah membantu dalam penyusunan Kajian Fiskal Regional Tahunan Provinsi

Aceh Tahun 2019.

Semoga dengan adanya informasi yangtertuang dalam kajian ini dapat memberikan

manfaat kepada para pemangku kepentingan.

Banda Aceh, Februari 2020 Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Aceh

Annual Regional Fiscal Report 2019

Page 4: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

ii Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

TIM PENYUSUN

Penanggungjawab : Zaid Burhan Ibrahim

(Kepala Kanwil DJPb Provinsi Aceh)

Ketua Tim : Y u s r i

(Kepala Bidang PPA II)

Koordinator : Nanang Heru Setyo Purdianto (Kepala Seksi PPA II A)

Oktana Yudha Sakti (Kepala Seksi PPA II B) Tommy Hansen Panjaitan (Kepala Seksi PPA II C)

Editor : Arriza Adiya

Luthfiya Nazla Mapaung

Desain Grafis : Kausar

Kontributor : Ieng (Kabid PPA I)

Ahmad Fahmi (Kabid PAPK) Herkwin (Kepala KPPN Banda Aceh)

Indrawan Fazrul Ichsan

Teguh Ariffandi Mahyiddin

Page 5: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Annual Regional Fiscal Report 2019 iii

DAFTAR ISI Kata Pengantar i Tim Penyusun ii Daftar Isi iii Daftar Tabel vi Daftar Grafik vii Daftar Boks viii Dashboard Makro-Fiskal Regional ix Ringkasan Eksekutif x BAB I Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah 1

1.1 Pendahuluan 1 1.2 Tujuan dan Sasaran Pembangunan 2

1.2.1 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2 1.2.2 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) 5

1.3 Tantangan Daerah 6 1.3.1 Tantangan Ekonomi Daerah 6 1.3.2 Tantangan Sosial Kependudukan 6 1.3.3 Tantangan Geografi Wilayah 6

BAB II Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional 9 2.1 Indikator Ekonomi Makro Fundamental 9

2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 9 2.1.2 Suku Bunga 14 2.1.3 Inflasi 15 2.1.4 Nilai Tukar Rupiah 17

2.2 Indikator Kesejahteraan 18 2.2.1 Indeks Pembangunana Manusia (IPM) 18 2.2.2 Tingkat Kemiskinan 21 2.2.3 Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini) 23 2.2.4 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran 25

2.3 Efektivitas Kebijakan Makro Ekonomi Dan Pembangunan Regional 26 BAB III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional 29

3.1 APBN Tingkat Provinsi 29 3.2 Pendapatan Pemerintah Pusat Tingkat Regional 30

3.2.1 Penerimaan Perpajakan 30 3.2.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 34

3.3 Belanja Pemerintah Pusat Tingkat Regional 37 3.3.1 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Organisasi 37 3.3.2 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi 38 3.3.3 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Jenis Belanja 38

3.4 Transfer Ke Daerah dan Dana Desa 41 3.4.1 Dana Transfer Umum 43 3.4.2 Dana Transfer Khusus 43 3.4.3 Dana Desa 44 3.4.4 Dana Insentif Daerah dan Otonomi Khusus 45

3.5 Analisis Cash Flow APBN Tingkat Regional 45 3.5.1 Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara) 45 3.5.2 Arus Kas Keluar (Belanja dan TKDD) 46 3.5.3 Surplus/Defisit 46

3.6 Pengelolaan BLU Pusat 47 3.6.1 Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Pusat 47 3.6.2 Perkembangan Aset, PNBP, dan Belanja BLU Pusat 48 3.6.3 Kemandirian BLU 50 3.6.4 Profil dan Jenis Layanan Satker PNBP 50

Page 6: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

iv Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

3.7 Pengelolaan Manajemen Investasi Pusat 52 3.7.1 Penerusan Pinjaman 52 3.7.2 Kredit Program 52

3.8 Perkembangan dan Analisis Belanja Wajib (Mandatory Spending) dan Belanja Infarastruktur Pusat Di Daerah 55 3.8.1 Mandatory Spending di Daerah 56 3.8.2 Belanja Infrastruktur di Daerah 57

BAB IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD 59 4.1 APBD Tingkat Provinsi (Konsolidasi Pemda) 59 4.2 Pendapatan Daerah 60

4.2.1 Dana Transfer / Perimbangan 61 4.2.2 Pendapatan Asli Daerah 63 4.2.3 Pendapatan Lain-lain 65

4.3 Belanja Daerah 65 4.3.1 Rincian Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan 65 4.3.2 Rincian Belanja Daerah Berdasarkan Jenis Belanja (Sifat Ekonomi) 67

4.4 Perkembangan BLU Daerah 68 4.4.1 Profil dan Jenis Layanan BLU Daerah 68 4.4.2 Perkembangan Pengelolaan Aset PNBP dan RM BLU Daerah 69 4.4.3 Analisis Legal 70

4.5 Surplus/Defisit APBD 71 4.5.1 Rasio Surplus/Defisit terhadap Pendapatan 71 4.5.2 Rasio Surplus/Defisit terhadap Dana Transfer 71 4.5.3 Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB 72

4.6 Pembiayaan Daerah 72 4.6.1 Rasio SILPA terhadap Alokasi Belanja 73 4.6.2 Pengeluaran Pembiayaan 73 4.6.3 Rasio Pinjaman Daerah terhadap Total Pembiayaan 73 4.6.4Keseimbangan Primer 74

4.7 Analisis Kinerja Pengeloaan Keuangan Daerah 74 4.7.1 Analisis Horizontal dan Vertikal 74 4.7.2 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah 75

4.8 Perkembangan Belanja Wajib Daerah 76 4.8.1 Belanja Daerah Sektor Pendidikan 77 4.8.2 Belanja Daerah Sektor Kesehatan 77 4.8.2 Belanja Infrastruktur Daerah 77

BAB V Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN&APBD) 79

5.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian 79 5.2 Pendapatan Konsolidasian 80

5.2.1 Analisis Proporsi dan Perbandingan 80 5.2.2 Rasio Pajak per Kapita Provinsi Aceh 81 5.2.2 Analisis Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan Konsolidasi 82

5.3 Belanja Konsolidasian 83 5.3.1 Analisis Proporsi dan Perbandingan 83 5.3.2 Analisis Rasio Belanja Konsolidasi Terhadap Jumlah Penduduk 85

5.4 Surplus/Defisit Konsolidasian 85 5.4.1 Proporsi Realisasi Surplus/Defisit Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terhadap Surplus/Defisit Konsolidasian 85 5.4.2 Analisis Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB antar Kabupaten/Kota 86

5.5 Analisis Dampak Kebijakan Fiskal Agregat 87 5.5.1 Belanja Pemerintah Terhadap PDRB 87

BAB VI Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional 89 6.1 Sektor Unggulan Daerah 91 6.2 Sektor Potensial Daerah 94

Page 7: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Annual Regional Fiscal Report 2019 v

6.2.1 PLTA Peusangan : Sumber Energi Baru Terbarukan untuk mendorong Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten

Bener Meriah 6.3 Tantangan Fiskal Regional dalam Mendorong Potensi Ekonomi Daerah

6.3.1 Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat 6.3.2 Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah 6.3.3 Sinkronisasi Kebijakan Fiskal Pusat Daerah

BAB VII Sinergi dan Konvergensi Program Penanganan Stunting di Provinsi Aceh 7.1 Gambaran Umum 7.2 Perkembangan Stunting di Aceh 7.3 Penanganan Prevalensi Stunting di Provinsi Aceh 7.4 Anggaran Penanganan Stunting di Provinsi Aceh

7.4.1 Belanja Kementerian Negara/Lembaga (Belanja K/L) 7.4.2 Transfer ke Daerah dan Dana Desa 7.4.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA)

7.5 Tantangan 7.6 Rekomendasi

BAB VIII Penutup 8.1 Kesimpulan 8.2 Rekomendasi

Daftar Pustaka

94 102 102 103 103 104 104 105 107 108 109 109110111 112 113113 115116

Page 8: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

vi Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Aceh Tahun 2017-2022 3 Tabel 2.1 Jumlah PDRB Provinsi Aceh 9 Tabel 2.2 PDRB Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan 12 Tabel 2.3 PDRB Sisi Permintaan Atas Dasar Harga Konstan 13 Tabel 2.4 Perkembangan UHH, HLS, RLS dan Pengeluaran Per Kapita Aceh 20 Tabel 2.5 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Aceh 22 Tabel 2.6 Target dan Capaian Aceh Terhadap Indikator Ekonomi Makro 26 Tabel 3.1 APBN Provinsi Aceh 29 Tabel 3.2 Realisasi Per Jenis PNBP Lainnya 36 Tabel 3.3 Tingkat Penyerapan 10 K/L Pagu Terbesar TA 2019 37 Tabel 3.4 Pagu dan Realisasi Dana Transfer Provinsi Aceh 2018 s.d. 2019 42 Tabel 3.5 Perkembangan Jumlah Aset, PNBP, dan Belanja BLU Pusat di Aceh 48 Tabel 3.6 Perkembangan Realisasi PNBP BLU, Belanja BLU, dan Rasio PNBP BLU terhadap

Belanja BLU 50 Tabel 3.7 10 Satker PNBP Aceh dengan Realisasi PNBP Terbesar di Tahun 2019 dan

Perbandingannya dengan Realisasi PNBP di Tahun 2018 51 Tabel 3.8 Nama Debitur dan Jumlah Pinjaman Daerah per 31 Desember 2019 52 Tabel 3.9 Penyaluran KUR per Sektor Ekonomi Wilayah Aceh Tahun 2018-2019 53 Tabel 3.10 Perkembangan Penyaluran KUR Per Skema Tahun 2018-2019 54 Tabel 3.11 Perkembangan Penyaluran KUR Per Wilayah Tahun 2018-2019 55 Tabel 3.12 Realisasi Capaian Output Bidang Pendidikan 56 Tabel 3.13 Realisasi Capaian Output Bidang Pendidikan 57 Tabel 3.14 Realisasi Capaian Output Bidang Infrastruktur 57 Tabel 4.1 LRA APBA+APBK Provinsi Aceh 59 Tabel 4.2 Jenis Pendapatan APBD Kab/Kota dan Provinsi di Aceh 60 Tabel 4.3 Target dan Realisasi Belanja APBD Kab/Kota dan Provinsi per Jenis Belanja 67 Tabel 4.4 Nilai Aset BLUD di Provinsi Aceh 69 Tabel 4.5 PNBP dan RM BLUD Tahun 2018 70 Tabel 4.6 Penetapan BLUD 70 Tabel 4.7 Perkembangan Kapasitas Fiskal Provinsi Aceh 75 Tabel 4.8 Perkembangan Belanja per Fungsi 76 Tabel 5.1 LRA Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Aceh 79 Tabel 5.2 Rasio Pajak per Kapita Aceh dalam 5 Tahun Terakhir 82 Tabel 5.3 Perkembangan Rasio Pajak dan Rasio Pendapatan Aceh terhadap PDRB

Aceh 82 Tabel 5.4 Perkembangan Rasio Belanja Konsolidasian Terhadap Jumlah Penduduk

di Provinsi Aceh 85 Tabel 6.1 Persebaran Komoditi Aceh 89 Tabel 6.2 Produksi Perikanan Kabupaten Simeulue 91 Tabel 6.3 Produksi Perikanan Laut menurut Jenis Ikan Kabupaten Simeulue

tahun 2014 s.d 2018 92 Tabel 6.4 Matriks Tipologi Klassen Komoditi Produksi Perikanan Menurut Jenis Ikan di

Kabupaten Simeulue 93 Tabel 6.5 Analisis SWOT Pembangunan PLTA 98 Tabel 7.1 Prevalensi Balita Stunting 2013-2019 di Indonesia 105 Tabel 7.2 Perkembangan Prevalensi Balita Stunting Beberapa Provinsi di Indonesia 106 Tabel 7.3 Indikator Daerah Bermasalah Kesehatan menurut WHO

Hasil PSG 2015 – 2017 Provinsi Aceh 107 Tabel 7.4 Tabel Daftar Kabupaten/Kota Prioritas Penanggulangan Stunting di Provinsi Aceh 108 Tabel 7.5 Belanja K/L Penanganan Stunting di Provinsi Aceh 110 Tabel 7.6 Dana TKDD untuk Penanganan Stunting di Provinsi Aceh 111 Tabel 7.7 Jumlah dan Rasio Berdasarkan Jenis Tenaga Kesehatan di Provinsi Aceh

Tahun 2018 112

Page 9: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Annual Regional Fiscal Report 2019 vii

DAFTAR GRAFIK Grafik 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Aceh dan Nasional 10 Grafik 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Aceh dan Nasional per Triwulan (PDRB ADHK) 11 Grafik 2.3 PDRB per Kapita Aceh dan Nasional 14 Grafik 2.4 BI 7-Day Repo Rate 2019 15 Grafik 2.5 Inflasi Bulanan Aceh dan Nasional Tahun 2019 16 Grafik 2.6 Inflasi Tahunan Aceh dan Nasional Tahun 2015-2019 16 Grafik 2.7 Pergerakan Kurs Tengah Mata Uang Asing Terhadap Rupiah Tahun 2019 17 Grafik 2.8 Perkembangan Ekspor Impor Aceh 2015-2019 18 Grafik 2.9 Indeks Pembangunan Manusia Aceh dan Nasional 19 Grafik 2.10Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Aceh dan Nasional 21 Grafik 2.11 Perkembangan Kemiskinan Perkotaan dan Pedesaan di Provinsi Aceh 22 Grafik 2.12 Perkembangan Rasio Gini Aceh dan Nasional 23 Grafik 2.13 Perbandingan Rasio Gini Se-Sumatera per September 2019 24 Grafik 2.14 Perkembangan Tingkat Penganguran Aceh dan Nasional 25 Grafik 2.15 Perkembangan Tenaga Kerja Menurut Lapangan Kerja Utama 26 Grafik 3.1 Realisasi Penerimaan Pajak Pemerintah Pusat Provinsi Aceh Tahun 2019 31 Grafik 3.2 Realisasi Pajak Dalam Negeri per Jenis Pajak 31 Grafik 3.3 Realisasi Penerimaan Pajak per Kab./Kota di Provinsi Aceh 32 Grafik 3.4 Realisasi Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional di Aceh 33 Grafik 3.5 Perkembangan Tax Rasio Aceh 34 Grafik 3.6 Perkembangan Realisasi PNBP Aceh 35 Grafik 3.7 Persentase Alokasi APBN Berdasarkan Klasifikasi Fungsi TA 2019 38 Grafik 3.8 Perbandingan Realisasi Anggaran Berdasarkan Klasifikasi Fungsi TA 2018 dan 2019 40 Grafik 3.9 Alokasi dan Realisasi Belanja TA 2018 dan 2019 41 Grafik 3.10Pagu dan Realisasi Transfer ke Daerah per Kab./Kota TA 2019 42 Grafik 3.11 Alokasi dan Realisasi Dana Transfer Umum Tahun 2015-2019 43 Grafik 3.12 Alokasi dan Realisasi Dana Transfer Khusus Tahun 2015-2019 44 Grafik 3.13 Alokasi dan Realisasi Dana Desa Tahun 2015-2019 44 Grafik 3.14 Alokasi dan Realisasi Dana Insentif Daerah dan Dana Otonomi Khusus Tahun 2015-2019 45 Grafik 3.15 Arus Kas Masuk di Provinsi Aceh Tahun 2019 46 Grafik 3.16 Arus Kas Keluar di Provinsi Aceh Tahun 2019 46 Grafik 3.17 Cash Flow APBN di Provinsi Aceh 47 Grafik 3.18 Perbandingan Jumlah Satker PNBP di Aceh per Jenis Layanan 51 Grafik 4.1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Aceh 62 Grafik 4.2 Tren Alokasi Dana Transfer terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, IPM, Tingkat Kemiskinan dan Tingkat Pengangguran 62 Grafik 4.3 Realisasi PAD per Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2019 63 Grafik 4.4 Rasio PAD terhadap Belanja Pemerintah Daerah per Kabupaten/Kota Tahun 2019 64 Grafik 4.5 Jenis Pendapatan Lain-lain 65 Grafik 4.6 Rasio Alokasi dan Realisasi Belanja Daerah Tahun 2019 per Klasifikasi Urusan 66 Grafik 4.6 Perbandingan per Jenis Belanja antara Provinsi dan Seluruh Kab./Kota 68 Grafik 4.7 Rasio Keseimbangan Primer per Pemda tahun 2019 74 Grafik 4.8 Perbandingan Kontribusi PAD dalam Pendapatan Daerah terhadap Surplus/Defisit Daerah 75 Grafik 5.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian 80 Grafik 5.2 Perbandingan Persentase Perubahan Pendapatan Konsolidasian 81 Grafik 5.3 Perbandingan Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah Tahun 2019 83 Grafik 5.4 Perubahan Komposisi Belanja per Jenis Belanja Tahun 2019 dari tahun 2018 84 Grafik 5.5 Perbandingan Surplus/Defisit Konsolidasian Tahun 2019 dan 2018 86 Grafik 5.6 Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB Aceh 2018 dan 2019 86 Grafik 5.5 Rasio Belanja Pemerintah (APBN + APBD) di Provinsi Aceh Terhadap PDRB Aceh 87 Grafik 6.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kab. Simeulue tahun 2014 s.d 2018 90

Page 10: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

viii Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

DAFTAR BOKS Boks 1 Clustering Daerah di Aceh Berdasarkan Analisis Tipologi Klassen 28 Boks 2 Berita Terpilih: Sumber Pendapatan Daerah Aceh 78 Boks 3 Berita Terpilih: Jalan Tol Sigli-Banda Aceh (Sibanceh) 88

Page 11: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

pertumbuhan ekonomi

dashboard makro-fiskal provinsi aceh

aceh 4,15%

indonesia 5,02%

capaianapbn

capaianapbd

realisasi apbn/apbd

realisasi pendapatan

Pajak 4,59 T (87,28%)PNBP 932,66 M (139,80%)

realisasi belanja

Pusat 14,75 T (95,30%)Transfer 35,94 T (97,30)

realisasi pendapatan

PAD 5,03 T (87,81%)Dana Perimbangan 22,50 T (95,77%)Dana Otsus & Penyesuaian 8,48 T (100%)Transfer Dana Desa 4,95 T (99,91%)Lain-lain pendapatan Yang Sah 568,62 M (88,80%)

realisasi belanja

Belanja 41,48 T (84,35%)

capaian indikator pembangunan

Pertumbuhan EkonomiMigas : 4,15%Non Migas : 4,20%

Indek Pembangunan ManusiaCapaian 2019: 71,90%

Angka KemiskinanCapaian 2019: 15,1%

Angka PenganguramCapaian 2019: 6,20%

Angka KetimpanganCapaian 2019: 0,321%

InflasiCapaian 2019: 1,69%

kontribusi & pertumbuhan 6 sektor utama terbesar pdrb aceh

Pertanian 36,68 %

Perdagangan dan Reparasi 20,32%

Kontruksi 12,57%

Adm. Pemerintahan 11,85%

Transportasi dan perguangan 9,86%

Pertambangan dan Penggalian 9,63%

Page 12: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

DI PROVINSI ACEH

(BERDASARKAN RISKESDAS 2018)

Page 13: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

x Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kondisi pembangunan ekonomi

Aceh relatif rendah jika dibandingkan

dengan beberapa Provinsi di Sumatera

dan Nasional. Hal ini ditandai dengan

pertumbuhan ekonomi yang rendah,

tingkat kemiskinan dan pengangguran

yang masih tinggi, terjadi capital output

flows dengan defisit neraca perdagangan

antar daerah serta minimnya investasi

dan peran swasta dalam pembangunan

Aceh. Permasalahan perekonomian

Aceh adalah defisit perdagangan, baik

untuk luar negeri maupun antar daerah.

Risiko harga komoditas ekspor yang

melemah dan rendahnya permintaan

global akan mempengaruhi nilai ekspor

Aceh. Defisit perdagangan antar daerah

juga masih perlu ditekan melalui

peningkatan produksi produk atau

komoditas substitusi impor.

Aceh berada pada jalur pertemuan

dua lempeng bumi, yaitu lempeng Indo-

Australia dan Eurasia. Badan

Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

(BMKG) Stasiun Geofisika Aceh Besar

menyatakan, wilayah di provinsi paling

barat Indonesia tersebut menghadapi

206 kali gempa bumi sepanjang Tahun

2019. Gempa bumi yang terjadi memiliki

magnitudo atau besaran yang bervariasi

dengan skala magnitudo paling kecil di

atas dua, dan paling tinggi di atas lima,

yaitu mencapai hingga 5,6 Skala Richter.

Data Badan Pusat Statistik (BPS)

mencatat jumlah penduduk Aceh pada

2019 sebesar 5,37 juta jiwa dengan laju

pertumbuhan 1,5 persen per tahun. Dari

jumlah itu, jumlah angkatan kerja kini

mencapai 2,36 juta orang. Sebanyak

2,21 juta orang adalah penduduk yang

bekerja. Sedangkan jumlah penganggur

sebanyak 147 ribu orang atau

penganggur terbuka sebesar 6,20

persen, mengalami penurunan apabila

dibanding 2018 yang sebesar 6,35

persen. Penduduk miskin tahun 2019

berjumlah 810 ribu orang atau sebesar

15,01 persen, mengalami penurunan 9

ribu jiwa dibandingkan dengan tahun

2018 yang berjumlah 819 ribu atau 15,32

persen.

Pertumbuhan penduduk juga

membutuhkan pertumbuhan

kesempatan kerja (sumber pendapatan).

Pertumbuhan ekonomi tanpa dibarengi

dengan penambahan kesempatan kerja

akan mengakibatkan ketimpangan dalam

pembagian dari penambahan

pendapatan tersebut (ceteris paribus),

yang selanjutnya akan menciptakan

suatu kondisi pertumbuhan ekonomi

dengan peningkatan kemiskinan.

Pada tahun 2019, laju

pertumbuhan ekonomi Aceh berada di

level 4,15 persen, turun 46 basis poin

dari tahun sebelumnya yang sebesar

Page 14: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Annual Regional Fiscal Report 2019 xi

4,61 persen. Sektor pertanian,

kehutanan dan perikanan menjadi

penggerak utama pertumbuhan dari sisi

penawaran. Sedangkan dari sisi

permintaan, Konsumsi Rumah Tangga

memiliki kontribusi terbesar

pertumbuhan ekonomi.

Dari sisi kesejahteraan

masyarakat, tren yang sangat baik

terlihat pada perkembangan IPM.

Berdasarkan data terakhir yang dirilis

BPS, angka IPM Aceh berada di level

71,90, yang artinya IPM Aceh masuk

dalam kategori IPM tinggi. Persentase

penduduk miskin Aceh pada tahun 2019

berada di angka 15,01 persen. Meskipun

persentase penduduk miskin Aceh turun

dibanding tahun sebelumnya, namun

angka tersebut masih cukup tinggi.

Bahkan jika dibandingkan dengan

provinsi lain, tercatat bahwa Aceh

menjadi provinsi dengan angka

kemiskinan tertinggi keenam se-

Indonesia, dan menjadi yang tertinggi

dibanding seluruh provinsi di Pulau

Sumatera. Hal ini mengindikasikan

program percepatan pengentasan

kemiskinan pemerintah di Aceh berjalan

lambat.

Dari lima indikator ekonomi

makro yang ditetapkan targetnya pada

KUA Provinsi Aceh (Pertumbuhan

Ekonomi, Tingkat Kemiskinan,

Pengangguran, Inflasi, dan IPM), dua

diantaranya terealisasi sesuai target di

tahun 2019 yaitu antara lain Tingkat

Pengangguran, dan Tingkat Inflasi.

Beberapa target sesuai KUA perlu di

evaluasi, misalnya target pertumbuhan

ekonomi, target tingkat kemiskinan dan

IPM.

Pertumbuhan ekonomi yang

ditargetkan sesuai KUA dianggap kurang

realistis mengingat stabilitas

pertumbuhan ekonomi Aceh yang masih

rendah dengan tren fluktuasi yang belum

stabil dalam beberapa tahun terakhir jika

dibandingkan pertumbuhan eknomi

nasional. Sementara untuk target angka

kemiskinan masih belum dapat dicapai.

Diharapkan kinerja pemerintah dapat

dipacu dalam rangka mendorong

percapatan pelaksanaan program-

program pengentasan kemiskinan di

Aceh.

Pemerataan pembangunan juga

diharapkan menjadi perhatian

pemerintah. Berdasarkan analisis

Tipologi Klassen, terdapat tiga daerah

yang masuk kategori daerah tertinggal

yaitu Kab. Aceh Tamiang, Kab. Aceh

Barat Daya, dan Kab. Aceh Timur.

Daerah-daerah tersebut diharapkan

menjadi perhatian khusus pemerintah

dalam penentuan prioritas pembangunan

di Provinsi Aceh.

Dalam komposisi APBN,

peningkatan realisasi belanja pusat

sayangnya tidak diikuti kenaikan pada

realisasi penerimaan pajak. Tercatat

Page 15: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

xii Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

realisasi penerimaan pajak naik dari

yang tahun 2018 sebesar Rp4,26 triliun

pada tahun 2019 menjadi sebesar

Rp4,60 triliun. Secara kinerja

perpajakan, tax ratio Aceh turun 3 basis

poin dari tahun lalu, melanjutkan tren

penurunan yang terjadi di tahun

sebelumnya. Hal ini mengindikasikan

bahwa tingkat kepatuhan masyarakat

Aceh dalam membayar pajak mengalami

penurunan. Sedangkan penerimaan dari

PNBP justru mengalami kenaikan,

dengan tren kenaikan yang telah berjalan

dalam empat tahun terakhir.

Dalam komposisi APBD,

ketergantungan Aceh terhadap kucuran

dana transfer dari Pemerintah Pusat

terhitung masih cukup tinggi. Tercatat di

tahun 2019 total pendapatan transfer

untuk seluruh pemerintah daerah di Aceh

(Dana Perimbangan, Dana Otsus dan

Penyesuaian, dan Alokasi Dana Desa)

memiliki proporsi sebesar 86,53 persen.

Sedangkan disisi lain, rasio proporsi

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Aceh

pada APBD tahun 2019 hanya sebesar

12,10 persen dengan total realisasi

sebesar Rp5,02 triliun.

Komposisi belanja pemerintah,

baik APBN maupun APBD, proporsi

terbesar berasal dari belanja pegawai

dengan masing-masing proporsi 42,38

persen pada belanja APBN, dan 29,14

persen pada belanja APBD. Dalam

konteks belanja konsolidasi, komposisi

realisasi belanja untuk jenis Belanja

Modal pada tahun 2019 sebesar 19,99

persen, naik dibanding tahun

sebelumnya yang sebesar 15,26 persen.

Hal ini menandakan bahwa adanya

upaya pemerintah dalam memperbaiki

kualitas belanja dengan memprioritaskan

pada belanja produktif pada tahun 2019.

Sedangkan rasio belanja pemerintah

(konsolidasi) terhadap PDRB Aceh pada

tahun 2019 sebesar 34,25 persen,

menurun dibanding rasio tahun lalu yang

sebesar 37,24 persen.

Tantangan fiskal daerah Aceh

adalah sumber pendapatan Provinsi

Aceh di masa yang akan datang, karena

selama ini hampir sebagian besar

belanja pemerintah daerah dibiayai

melalui dana otonomi khusus Aceh.

Dana Otonomi khusus Aceh akan

berakhir pada 2028 pada saat itu

pemerintah Aceh harus sudah siap

dengan sumber pendanaan baru

menggantikan dana otonomi khusus

tersebut. Salah satu caranya yaitu

meningkatkan quality spending APBD

untuk lebih diprioritaskan ke sektor-

sektor yang nantinya akan menghasilkan

pendapatan daerah di masa yang akan

datang, memperbesar belanja modal

serta mengurangi beban hutang dan

dialihkan pada investasi, serta

mengupayakan agar sektor-sektor

unggulan harus segera diupayakan

secara optimal agar mampu memberikan

Page 16: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Annual Regional Fiscal Report 2019 xiii

kontribusi pendapatan pada pemerintah

daerah sehingga bisa meningkatkan

kemampuan fiskal daerahnya.

Berdasarkan analisis dan kesimpulan

yang diambil, dapat diberikan beberapa

rekomendasi, yaitu :

1. Kebijakan di Pemerintah Daerah

a. Membuka seluas-luasnya akses bagi

investor untuk menanamkan

modalnya di Aceh dengan

memberikan jaminan keamanan dan

kemudahan birokrasi khususnya

dibidang pertanian, pengolahan

bahan mentah, maupun pariwisata.

b. Mengembangkan kawasan-kawasan

khusus di Aceh, yang diproyeksikan

mampu mendongkrak perekonomian

Aceh.

c. Memberikan perhatian lebih terhadap

stunting di Aceh.

2. Kebijakan di Pemerintah Pusat

a. Mendorong pemerintah daerah untuk

lebih berperan aktif dalam

pembiayaan usaha mikro kecil

menengah (UMKM).

b. mendorong kementerian dan lembaga

dalam pembahasan anggaran

Kementerian / Lembaga, agar lebih

memperhatikan dan memprioritaskan

sektor-sektor yang menjadi unggulan

di Provinsi Aceh, sehingga belanja

APBN di daerah bisa lebih

meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

3. Kebijakan di Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah

a. Penggunaan Anggaran yang

berkualitas dalam menangani stunting

di Aceh.

b. Memberikan perhatian lebih pada

Kabupaten Simeulue terkait potensi

perikanan dan Kabupaten Aceh

Tengah terkait PLTA dalam bentuk

stimulus fiskal baik melalui APBN

maupun APBD.

Page 17: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

BAB ISASARAN PEMBANGUNAN DANTANTANGAN DAERAH

Krueng Aceh (Indonesia: Sungai Aceh) adalah sebuah sungai di Provinsi Aceh, yang merupakan salah satu objek wisatayang sering dikunjungi baik wisatawan lokalmaupun wisatawan manca negara.

Page 18: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

- Halaman ini sengaja dikosongkan -

Page 19: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Sasaran Pembanggunan dan Tantangan Daerah | Bab I

Annual Regional Fiscal Report 2019 1

1.1 PENDAHULUAN

Perencanaan pembangunan Aceh

disusun secara komprehensif

sebagai bagian dari sistem perencanaan

pembangunan nasional dalam

kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh dan Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9

Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, merupakan landasan

hukum di bidang perencanaan pembangunan. Ketiga peraturan ini

memberikan arahan tentang tata cara perencanaan pembangunan

untuk menghasilkan rencana pembangunan jangka panjang, jangka

menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur

penyelenggaraan pemerintahan di Pusat dan Daerah dengan

melibatkan masyarakat.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang

Pemerintahan Aceh menegaskan bahwa perencanaan pembangunan

Aceh disusun secara komprehensif sebagai bagian dari sistem

perencanaan pembangunan nasional dalam kerangka Negara

Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: nilai-nilai

Islam, sosial budaya, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,

keadilan dan pemerataan, dan kebutuhan, serta disusun untuk

menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86

Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan Daerah,

Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan

Sasaran Pembangunan dan

Tantangan Daerah

Page 20: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab I | Sasaran Pembanggunan dan Tantangan Daerah

2 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara Perubahan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

mengamanatkan bahwa perencanaan daerah dirumuskan secara

transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur,

berkeadilan, dan berwawasan lingkungan. Perencanaan

pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan

kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan. Hal

ini ditujukan untuk pemanfaatan dan pengalokasian sumberdaya yang

ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu

lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.

1.2 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

1.2.1 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

RPJMD adalah dokumen

perencanaan daerah untuk

periode 5 (lima) tahunan yang

merupakan penjabaran dari visi,

misi, dan program kepala daerah.

RPJM Aceh 2017-2022 merupakan

tahapan pembangunan

ketiga dari RPJP Aceh 2005-2025

yaitu memfokuskan pada pemantapan

basis pengembangan

industri manufaktur.

RPJMD merupakan dokumen perencanaan daerah untuk

periode 5 (lima) tahunan yang merupakan penjabaran dari visi, misi,

dan program kepala daerah yang memuat tujuan, sasaran, strategi,

arah kebijakan pembangunan daerah dan keuangan daerah, serta

program perangkat daerah dan lintas perangkat daerah yang disertai

dengan kerangka pendanaan bersifat indikatif untuk jangka waktu 5

(lima) tahun. RPJMD disusun dengan berpedoman pada Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Agar pembangunan dapat memberikan hasil yang optimal,

maka RPJMD harus memperhatikan dan mempertimbangkan aspek-

aspek pembangunan spasial yang telah digariskan dalam Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW). RPJM Aceh 2017-2022 merupakan

tahapan pembangunan ketiga dari RPJP Aceh 2005-2025. Tahapan

ini memfokuskan pada pemantapan basis pengembangan industri

manufaktur. Sejalan dengan hal tersebut fokus pembangunan juga

menguatkan agroindustri yang belum berkembang secara optimal

pada tahapan pembangunan sebelumnya.

Tujuan dan sasaran pembangunan Aceh dalam RPJMA

Tahun 2017-2022 merupakan upaya pencapaian visi “Terwujudnya

Aceh yang Damai dan Sejahtera Melalui Pemerintahan yang Bersih,

Page 21: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Sasaran Pembanggunan dan Tantangan Daerah | Bab I

Annual Regional Fiscal Report 2019 3

Terdapat 23 (dua puluh tiga) tujuan

dan 54 (lima puluh empat) sasaran

dalam RPJMA Tahun 2017-2022

Adil dan Melayani” dan 10 (sepuluh) Misi. yang meliputi: Misi Pertama,

Reformasi birokrasi menuju pemerintahan yang adil, bersih dan

melayani; Misi Kedua, Memperkuat pelaksanaan Syariat Islam

beserta nilai-nilai keislaman dan budaya ke-Acehan dalam kehidupan

masyarakat dengan iktikad Ahlussunnah Waljamaah yang bersumber

hukum Mazhab Syafi’iyah dengan tetap menghormati mazhab yang

lain; Misi Ketiga, Menjaga integritas nasionalisme dan keberlanjutan

perdamaian berdasarkan MoU Helsinki; Misi Keempat, Membangun

masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing di tingkat nasional

dan regional; Misi Kelima, Mewujudkan akses dan pelayanan

kesehatan dan kesejahteraan sosial yang mudah, berkualitas dan

terintegrasi; Misi Keenam, Mewujudkan kedaulatan dan ketahanan

pangan; Misi Ketujuh, Menyediakan sumber energi listrik yang bersih

dan terbarukan; Misi Kedelapan, Membangun dan mengembangkan

sentra-sentra produksi dan industri kreatif yang kompetitif; Misi

Kesembilan, Revitalisasi fungsi perencanaan daerah dengan prinsip

evidence based planning yang efektif, efisien dan berkelanjutan; dan

Misi Kesepuluh, Pembangunan dan peningkatan kualitas infrastruktur

terintegrasi, dan lingkungan yang berkelanjutan.

Untuk mendukung pencapaian visi dan misi yang telah

ditetapkan sebagaimana yang terdapat dalam RPJMA Tahun 2017-

2022, terdapat 23 (dua puluh tiga) tujuan dan 54 (lima puluh empat)

sasaran untuk mendukung percepatan pencapaian prioritas dan

sasaran pembangunan nasional. Sasaran pembangunan Aceh tahun

2017-2022 disajikan pada Tabel 1.1 berikut ini.

Tabel 1.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Aceh Tahun 2017-2022

M I S I T U J U A N S A S A R A N

1. Reformasi birokrasi menuju pemerintahan yang adil, bersih dan melayani

1. Mewujudkan reformasi birokrasi yang berkualitas

1. Birokrasi yang bersih dan akuntabel 2. Birokrasi yang efektif dan efisien 3. Birokrasi yang memiliki pelayanan publik

yang berkualitas 4. Database kepegawaian yang terintegrasi

2. Memperkuat pelaksanaan Syariat Islam beserta nilai-nilai keislaman dan budaya keacehan dalam kehidupan masyarakat dengan iktikad Ahlussunnah Waljamaah yang bersumber hukum Mazhab Syafi’iyah dengan

2. Memperkuat pelaksanaan Aqidah, Syariah, dan Akhlak dalam tatanan kehidupan masyarakat

5. Menguatnya kualitas masyarakat berbasis Al-Qur'an dan Al-Hadist, Ijma’ dan Qiyas

6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan dayah

7. Menguatnya tatanan Ekonomi Syari'ah 8. Menguatnya penegakan Syariah dalam

bermasyarakat 9. Meningkatnya pengamalan Syariat Islam di

daerah perbatasan

Page 22: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab I | Sasaran Pembanggunan dan Tantangan Daerah

4 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

tetap menghormati mazhab yang lain.

10. Meningkatnya sarana dan prasarana keagamaan dan budaya berbasis islami

11. Menguatnya tatanan budaya, adat istiadat dan seni ke-Acehan yang Islami

3. Menjaga integritas nasionalisme dan keberlanjutan perdamaian berdasarkan MoU Helsinki

3. Meningkatnya keberlanjutan perdamaian berdasarkan prinsip- prinsip MoU Helsinki

12. Tuntasnya Aturan Turunan UU-PA 13. Tuntasnya turunan UU-PA yang tidak bisa

diimplementasikan 14. Menguatnya kapasitas SDM dan

kelembagaan korban konflik

4. Meningkatkan pembangunan demokrasi

15. Meningkatnya kebebasan sipil masyarakat 16. Meningkatnya hak-hak politik 17. Meningkatnya peran lembaga demokrasi

4. Membangun masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing di tingkat nasional dan regional

5. Meningkatkan kualitas SDM Aceh yang memiliki daya saing

18. Meningkatnya kualitas pendidikan 19. Meningkatkan akses masyarakat terhadap

pendidikan 20. Meningkatnya kualitas tenaga pendidik

dan kependidikan 21. Meningkatnya kualitas pendidikan

vokasional

6. Meningkatkan prestasi olahraga dan kepemudaan ditingkat nasional dan regional

22. Terwujudnya pemuda yang berkarakter, berkualitas, dan berdaya saing

23. Meningkatnya prestasi olahraga

5. Mewujudkan akses dan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial yang mudah, berkualitas dan terintegrasi

7. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

24. Meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat

25. Meningkatnya Akses Masyarakat Terhadap Layanan Kesehatan

8. Meningkatkan pengarusutamaan gender dalam pembangunan.

26. Menurunnya kesenjangan laki-laki dan perempuan dalam pembangunan

27. Meningkatnya peran perempuan dalam pembangunan

9. Meningkatnya kesejahteraan sosial masyarakat

28. Meningkatnya kesejahteraan PMKS 29. Meningkatnya kesejahteraan disabilitas 30. Menurunnya angka kemiskinan

6. Mewujudkan kedaulatan dan ketahanan pangan

10. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

31. Meningkatkan pembangunan sektor pertanian

11. Menurunnya Angka Kemiskinan 32. Meningkatkan Ketahanan Pangan 33. Meningkatkan kesejahteraan petani dan

Nelayan

7. Menyediakan sumber energi listrik yang bersih dan terbarukan

12. Mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi di Aceh

34. Terwujudnya kemandirian energi

13. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

35. Meningkatnya kontribusi subsektor pertambangan dan penggalian

8. Membangun dan mengembangkan sentra-sentra produksi dan industri kreatif yang kompetitif

14. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

36. Meningkatnya pembangunan industri 37. Meningkatnya neraca perdagangan 38. Meningkatnya jumlah dan nilai investasi 39. Meningkatnya kontribusi pariwisata

15. Menurunnya Angka Pengangguran

40. Meningkatnya kesempatan kerja pada sektor industri, pariwisata dan jasa lainnya

9. Revitalisasi fungsi perencanaan daerah dengan prinsip evidence based planning yang efektif, efisien dan berkelanjutan

16. Membangun Sistem Informasi Aceh secara terpadu dan dan teritegrasi.

41. Meningkatnya transparansi informasi publik

42. Terintegrasinya dan terpusatnya data secara elektronik.

17. Memperkuat perencanaan pembangunan sesuai dengan prinsip Evidence Based Planning.

43. Meningkatnya konsistensi antar dokumen perencanaan lintas sektor dan wilayah

44. Membangun Bank Data terintegrasi

10. Pembangunan dan peningkatan kualitas infrastruktur terintegrasi,

18. Mengurangi ketimpangan antar wilayah

45. Meningkatnya konektivitas antar wilayah

19. Menurunnya angka kemiskinan 46. Berkembangnya wilayahpemukiman baru

Page 23: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Sasaran Pembanggunan dan Tantangan Daerah | Bab I

Annual Regional Fiscal Report 2019 5

dan lingkungan yang berkelanjutan

20. Meningkatnya prasarana dan sarana pelayanan dasar

47. Meningkatnya pemenuhan infrastruktur dasar masyarakat

48. Meningkatnya pelayanan pertanahan

21. Meningkatkan tatakelola lingkungan Hidup lestari

49. Meningkatnya pengendalian lingkungan hidup lestari

50. Bertambahnya luasan kawasan konservasi laut dan pesisir

22. Meningkatkan pengelolaan hutan secara lestari dan berkelanjutan

51. Luas kawasan hutan yang lestari dan berkelanjutan

52. Terjaganya keanekaragaman hayati 53. Menguatnya Fungsi dan Peran KPH

23. Meningkatkan tatakelola kebencanaan

54. Pengarusutamaan pengurangan resiko bencana dalam pembangunan

Sumber: Qanun Aceh No. 1 Tahun 2019, 2020

1.2.2 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA)

Target Capaian Indikator Makro

2019: Pertumbuhan

Ekonomi 5,25 % Tingkat

Kemiskinan 14,43 % IPM 71,44

Rasio Gini 0,32 TPT 6,3.

RKPA merupakan dokumen perencanaan teknis dengan

jangka waktu satu tahun, yang disusun berdasarkan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah,

Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah, serta Tata Cara Perubahan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja

Pemerintah Daerah.

RKPA tahun 2019 memiliki tujuan dan sasaran pembangunan

sesuai dengan yang tertuang dalam RPJMA Tahun 2017-2022

dimana terdapat 23 (dua puluh tiga) tujuan dan 54 (lima puluh empat)

sasaran untuk mendukung percepatan pencapaian prioritas dan

sasaran pembangunan nasional.

Sesuai dengan RPJMA (2017-2022) Pembangunan pada

tahun 2019 diselenggarakan dengan tema “Memacu pengembangan

kawasan strategis dan pembangunan infrastruktur untuk

meningkatkan daya saing daerah dan percepatan pertumbuhan

ekonomi yang berkualitas”. Selain itu terdapat target Capaian

Indikator Makro Aceh dalam RKPA yang harus dicapai pada akhir

tahun 2019, antara lain Pertumbuhan ekonomi berkisar 5,25 persen,

Sasaran tingkat kemiskinan pada kisaran 14,43 persen, Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) menjadi 71,44, Rasio Gini menjadi

0,32 dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menjadi 6,3.

Page 24: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab I | Sasaran Pembanggunan dan Tantangan Daerah

6 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

1.3 TANTANGAN DAERAH

1.3.1 Tantangan Ekonomi Daerah

Tahun 2019 perekonomian Aceh

dan beberapa indikator sosial ekonomi mulai tumbuh secara

signifikan.

Fungsionalisasi kawasan ekonomi

khusus dan kawasan industri

diharapkan mengundang

kegiatan penanaman modal,

sekaligus menyediakan

kesempatan kerja dan menjadi

penarik komoditas Aceh.

Permasalahan perekonomian Aceh

adalah defisit perdagangan, baik

untuk luar negeri maupun antar

daerah.

Kondisi pembangunan ekonomi Aceh relatif rendah jika

dibandingkan dengan beberapa Provinsi di Sumatera dan Nasional.

Hal ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah, tingkat

kemiskinan dan pengangguran yang masih tinggi, terjadi capital

output flows dengan defisit neraca perdagangan antar daerah serta

minimnya investasi dan peran swasta dalam pembangunan Aceh.

Pada tahun 2019 perekonomian Aceh dan beberapa indikator sosial

ekonomi mulai tumbuh secara signifikan. Kebijakan pembangunan

agroindustri yang mengarah pada peningkatan nilai tambah produk

pertanian dengan pemanfaatan teknologi 4.0 sejak dari hulu sampai

ke hilir, dalam rangka percepatan pembangunan Aceh perlu dilakukan

perencanaan ekonomi Aceh tahun 2021 secara sinergis dan

terintegrasi.

Perekonomian Aceh pada tahun 2020 mempunyai outlook

yang baik. Fungsionalisasi kawasan ekonomi khusus dan kawasan

industri secara baik mengundang kegiatan penanaman modal,

sekaligus menyediakan kesempatan kerja dan menjadi penarik

komoditas Aceh sebagai bahan baku kegiatan industry di dalam

kawasan tersebut. Sektor pertambangan dan penggalian masih

menjadi salah satu mesin ekonomi Aceh melalui produksi batu bara,

minyak bumi dan gas alam di Aceh Barat, Aceh Timur dan Aceh

Tamiang. Sektor pariwisata juga diperkirakan berkembang dengan

makin terbukanya Aceh dan perbaikan dalam hal akses, amenitas dan

atraksi destinasi wisata halal. Sektor pertanian juga akan tumbuh

akibat pendekatan kawasan dan pengenalan cara budidaya pertanian

yang baik sehingga menyebabkan peningkatan komoditas secara

signifikan.

Meskipun demikian, permasalahan perekonomian Aceh

adalah defisit perdagangan, baik untuk luar negeri maupun antar

daerah. Risiko harga komoditas ekspor yang melemah dan rendahnya

permintaan global akan mempengaruhi nilai ekspor Aceh. Defisit

perdagangan antar daerah juga masih perlu ditekan melalui

peningkatan produksi produk atau komoditas substitusi impor.

Page 25: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Sasaran Pembanggunan dan Tantangan Daerah | Bab I

Annual Regional Fiscal Report 2019 7

1.3.2 Tantangan Sosial Kependudukan

Pengangguran dan kemiskinan merupakan

tantangan sosial kependudukan di

Aceh.

Badan Pusat Statistik (BPS)

mencatat jumlah penduduk Aceh

pada 2019 sebesar 5,37 juta jiwa

dengan laju pertumbuhan 1,5 persen per tahun.

Pertumbuhan penduduk juga membutuhkan pertumbuhan

kesempatan kerja. Sedikitnya

lapangan pekerjaan yang tersedia di Aceh, disinyalir

menjadi salah satu penyebab Aceh

sebagai daerah ke 6 yang paling banyak memiliki penduduk

miskin.

Pengangguran dan kemiskinan merupakan permasalahan di

banyak daerah. Pemerintah Aceh sendiri selama ini selalu

memfokuskan program pembangunannya pada penanganan

pengangguran dan kemiskinan. Hasilnya memang belum sepenuhnya

memuaskan walaupun indikator-indikator sosial yang ada telah

menunjukkan perbaikan dalam pengurangan tingkat pengangguran

dan kemiskinan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk

Aceh pada 2019 sebesar 5,37 juta jiwa dengan laju pertumbuhan 1,5

persen per tahun. Dari jumlah itu, jumlah angkatan kerja kini mencapai

2,36 juta orang. Sebanyak 2,21 juta orang adalah penduduk yang

bekerja. Sedangkan jumlah penganggur sebanyak 147 ribu orang

atau penganggur terbuka sebesar 6,20 persen, mengalami

penurunan apabila dibanding 2018 yang sebesar 6,35 persen.

Penduduk miskin tahun 2019 berjumlah 810 ribu orang atau sebesar

15,01 persen, mengalami penurunan 9 ribu jiwa dibandingkan dengan

tahun 2018 yang berjumlah 819 ribu atau 15,32 persen.

Pertumbuhan penduduk juga membutuhkan pertumbuhan

kesempatan kerja (sumber pendapatan). Pertumbuhan ekonomi

tanpa dibarengi dengan penambahan kesempatan kerja akan

mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian dari penambahan

pendapatan tersebut (ceteris paribus), yang selanjutnya akan

menciptakan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi dengan

peningkatan kemiskinan.

Sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia di Aceh,

disinyalir menjadi salah satu penyebab Aceh sebagai daerah ke 6

yang paling banyak memiliki penduduk miskin. Kurangnya lapangan

pekerjaan di sektor formal yang disebabkan lemahnya kinerja sektor

rill mengakibatkan sektor industri juga menjadi lemah. Pada akhirnya

pengangguran dan kemiskinan akan mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi suatu daerah

Page 26: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab I | Sasaran Pembanggunan dan Tantangan Daerah

8 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

1.3.3 Tantangan Geografi Wilayah

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan

Geofisika (BMKG) mencatat,

sepanjang Tahun 2019, Aceh

menghadapi 206 kali gempa bumi.

Aceh merupakan daerah istimewa yang secara resmi disebut

Nanggroe Aceh Darussalam atau disingkat NAD. Aceh adalah daerah

pertama yang mempunyai hubungan langsung dengan dunia luar.

Provinsi Aceh mendapat sebutan Serambi Mekah karena mayoritas

penduduknya beragama Islam.

Secara geografis Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

terletak pada posisi 2°–6° LU – 95°–98° BT. Letaknya yang strategis

dan menjadi lalu lintas perdagangan dunia menjadi keuntungan bagi

Aceh dalam bidang ekonomi. Dimana pemanfaatan sumber daya

alam di Aceh sangatlah penting, karena sumber daya alamnya sangat

melimpah seperti dalam bidang pertanian yang dapat menghasilkan

berbagai jenis bahan pangan seperti beras, sayur-sayuran, buah-

buahan dan budidaya tanaman jenis langka yang dapat dimanfaatkan

dalam kegiatan ekspor impor.

Dalam bidang kelautan, Aceh memiliki laut yang cukup luas

dengan keanekaragaman hayati di laut yang cukup banyak sehingga

dapat memanfaatkan hasil laut seperti ikan untuk di ekspor keluar

negeri. Selain hasil laut, laut di Aceh juga berpotensi untuk dijadikan

sebagai wisata bahari. Hasil laut Aceh ini diminati oleh beberapa

negara dunia, sehingga hal ini tentunya akan meningkatkan

perekonomian di Aceh.

Aceh berada pada jalur pertemuan dua lempeng bumi, yaitu

lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Badan Meteorologi, Klimatologi,

dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Aceh Besar menyatakan,

wilayah di provinsi paling barat Indonesia tersebut menghadapi 206

kali gempa bumi sepanjang Tahun 2019. Gempa bumi yang terjadi

memiliki magnitudo atau besaran yang bervariasi dengan skala

magnitudo paling kecil di atas dua, dan paling tinggi di atas lima, yaitu

mencapai hingga 5,6 Skala Richter. Sedangkan di wilayah daratan,

aktivitas tektonik yang terjadi di Aceh akibat adanya zona patahan

Sumatera. Zona ini memiliki panjang 1.900 kilometer, dan terbagi-bagi

dalam beberapa segmen aktif sebanyak 19 segmen serta memiliki

pergeseran ke arah kanan atau searah jarum jam.

Page 27: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

BAB IIperkembangan pembangunandan tantangan daerah

Pantai MomongPantai Momong yang berada di kawasan LampuukKabupaten Aceh Besar, Kawasan ini menyimpanbegitu banyak wisata alam yang menyejukkanmata para pengunjung.

Page 28: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

- Halaman ini sengaja dikosongkan -

Page 29: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional | Bab II

Annual Regional Fiscal Report 2019 9

2.1 INDIKATOR EKONOMI MAKRO FUNDAMENTAL

2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Analisis PDRB dilakukan untuk

mengetahui tingkat pertumbuhan

ekonomi suatu daerah termasuk di

dalamnya tingkat kesejahteraan penduduk dan

gambaran perekonomian di daerah tersebut

secara umum.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah penjumlahan

nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan oleh suatu

kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan

kabupaten/kota), dan dalam kurun waktu tertentu (satu tahun

kalender). Tujuan analisis PDRB yaitu untuk mengetahui tingkat

pertumbuhan ekonomi suatu daerah termasuk di dalamnya tingkat

kesejahteraan penduduk dan gambaran perekonomian di daerah

tersebut secara umum.

Terdapat 2 metode penghitungan PDRB, yaitu atas dasar

harga berlaku (ADHB) dan atas dasar harga konstan (ADHK). PDRB

ADHB menghitung nilai tambah barang dan jasa menggunakan harga

tahun bersangkutan, yang mana digunakan untuk melihat pergeseran

dan struktur ekonomi. Sedangkan PDRB ADHK dihitung berdasarkan

harga pada tahun dasar (saat ini menggunakan tahun dasar 2010),

yang mana digunakan untuk mengetahui prestasi pertumbuhan

ekonomi tiap tahun.

Tabel 2.1 Jumlah PDRB Provinsi Aceh (dalam triliun Rp)

U r a i a n 2 0 1 8 2 0 1 9

I II III IV Tahunan I II III IV Tahunan

ADHB dengan migas 37,13 38,83 39,76 40,19 155,91 38,85 40,90 41,67 42,80 164,21

ADHB tanpa migas 35,80 37,41 38,23 38,91 150,35 37,45 39,45 40,25 41,38 158,53

ADHK dengan migas 30,45 31,64 32,24 32,50 126,82 31,63 32,82 33,45 34,19 132,09

ADHK tanpa migas 28,95 30,12 30,63 31,15 120,85 30,12 31,31 31,86 32,67 125,96

Sumber: BPS Aceh, 2020 (diolah)

PDRB ADHB Provinsi Aceh tahun 2019 sebesar Rp164,21

triliun, dan ADHK (tahun dasar 2010) tercatat sebesar Rp132,09

triliun. Jika komponen migas dikeluarkan dalam PDRB, tercatat tahun

2019 PDRB ADHB menjadi sebesar Rp158,53 triliun, dan ADHK

Perkembangan dan Analisis

Ekonomi Regional

Page 30: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab II | Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

10 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

menjadi sebesar Rp125,96 triliun. Apabila dilihat dari jumlah PDRB

ADHB, kontribusi PDRB Aceh tercatat 'hanya' sebesar 1,04 persen

dari jumlah PDB Indonesia tahun 2019 yang sebesar Rp15.833,9

triliun.

2.1.1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Aceh pada

tahun 2019 berada pada level 4,15

persen.

Pertumbuhan ekonomi Aceh pada tahun 2019 berada pada

level 4,15 persen. Mengalami perlambatan dibanding tahun

sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,61 persen. Setelah dalam dua

tahun sebelumnya lebih tinggi, pada tahun ini pertumbuhan ekonomi

Aceh dengan komponen migas (4,15 persen) lebih rendah

dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi jika komponen migas

dihilangkan (4,20 persen).

Terjadi kenaikan untuk Sektor Pertambangan dan Penggalian

dalam komponen PDRB, setelah beberapa periode belakangan

mengalami penurunan yang merupakan dampak dari habisnya

produksi gas bumi di Lhokseumawe. Penambahan tersebut seiring

dengan mulai dilakukannya eksplorasi migas di Aceh, khususnya di

kawasan Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Tamiang, serta

pertambangan batu bara di Kabupaten Aceh Barat.

Grafik 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Aceh dan Nasional

Sumber: BPS Aceh dan Nasional, 2020 (diolah)

Pada periode triwulanan, pertumbuhan ekonomi Aceh pada

triwulan IV 2019 sebesar 5,21 persen, mengalami percepatan

dibanding triwulan III 2019 yang sebesar 3,76 persen. Angka tersebut

lebih rendah jika dibandingkan dengan periode triwulan IV 2018 yang

sebesar 5,43 persen. Sedangkan jika komponen migas dikeluarkan

dari PDRB, ekonomi Aceh pada triwulan IV 2019 tumbuh sebesar 4,88

persen, mengalami percepatan dibandingkan triwulan III 2019 yang

sebesar 4,02 persen.

-0,72

3,31

4,19 4,61

4,154,34

4,31

4,144,49

4,20

5,04 5,03 5,07 5,17 5,02

-2

0

2

4

6

2015 2016 2017 2018 2019

Aceh (dengan migas) Aceh (tanpa migas) Nasional

(%)

Page 31: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional | Bab II

Annual Regional Fiscal Report 2019 11

Grafik 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Aceh dan Nasional per Triwulan (PDRB ADHK)

Sumber: BPS Aceh dan Nasional, 2020 (diolah)

Pertumbuhan ekonomi Aceh

secara triwulanan masih berfluktuatif

dan belum stabil jika dibandingkan

pertumbuhan ekonomi nasional

Pertumbuhan ekonomi triwulanan Aceh, baik dengan migas

maupun non migas, masih berfluktuasi dalam dua tahun terakhir.

Seperti yang terlihat pada grafik 2.2 diatas bahwa stabilitas

perekonomian Aceh masih kurang jika dibandingkan dengan stabilitas

perekonomian nasional. Beberapa faktor seperti inflasi yang masih

tinggi, serta gejolak politik daerah yang sering menghambat

pelaksanaan anggaran pemerintah (khususnya pemerintah daerah)

menjadi faktor rendahnya stabilitas perekonomian Aceh.

2.1.1.2 Nominal PDRB

Sektor Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan masih merupakan leading

sector dalam perekonomian

Aceh.

3 besar sektor dengan kontribusi

tertinggi dalam perekonomian Aceh

yaitu Sektor Pertanian, Sektor

Perdagangan, dan Sektor Konstruksi.

1) PDRB Sisi Penawaran / per Sektor Lapangan Usaha

Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan menjadi sektor

unggulan di Aceh pada beberapa tahun terakhir, terutama sejak

semakin berkurangnya produksi dari sektor migas di Aceh. Salah satu

komponen utama dari sektor tersebut yaitu dari hasil perkebunan.

Perkebunan di Aceh mempunyai kontribusi yang besar terhadap

pertumbuhan perekonomian Aceh, yang mana selain dipasarkan di

dalam negeri, hasil perkebunan Aceh juga banyak yang diekspor ke

luar negeri misalnya kopi dan kelapa sawit.

Di tahun 2019, Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

menjadi kontributor terbesar dalam PDRB Aceh, yaitu sebesar

Rp36,68 triliun, dengan persentase sebesar 27,77 persen. Diikuti

Sektor Perdagangan Besar, Eceran dan Reparasi sebesar Rp20,32

triliun atau dengan persentase senilai 15,39 persen. Serta Sektor

Konstruksi, sebesar Rp12,57 triliun dengan persentase sebesar 9,51

persen.

30,45 31,64 32,24 32,50 31,63 32,82 33,45 34,19

28,95 30,12 30,63 31,15 30,12 31,31 31,86 32,67

3,34%

5,74%

4,03%

5,43%

3,88% 3,71% 3,76%

5,21%

3,65%

5,72%

3,75%

5,09% 3,88% 3,97% 4,02%4,88%

5,06%

5,27%

5,17%

5,18%5,07% 5,05% 5,02%

4,97%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

I II III IV I II III IV

2018 2019

PDRB Aceh (dengan Migas) PDRB Aceh (tanpa Migas) % y on y Aceh (dengan migas)% y on y Aceh (tanpa migas) % y on y Nasional

(tri

liun

Rp

)

Page 32: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab II | Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

12 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Tabel 2.2 PDRB Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan (dalam triliun Rp)

U r a i a n 2 0 1 8 2 0 1 9 Laju

Pertumbuhan

(%) Tahunan I II III IV Tahunan

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 35,43 9,07 9,20 9,27 9,14 36,68 3,54

Pertambangan dan Penggalian 9,15 2,41 2,35 2,50 2,37 9,63 5,26

Industri Pengolahan 6,41 1,47 1,67 1,64 1,55 6,34 -1,07

Pengadaan Listrik, Gas 0,20 0,05 0,05 0,05 0,05 0,21 6,88

Pengadaan Air 0,04 0,01 0,01 0,01 0,01 0,05 27,25

Konstruksi 11,95 2,81 2,66 3,18 3,91 12,57 5,16

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi 19,73 5,01 5,27 5,01 5,03 20,32 3,01

Transportasi dan Pergudangan 9,58 2,43 2,39 2,54 2,49 9,86 2,96

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,67 0,43 0,46 0,45 0,45 1,79 6,73

Informasi dan Komunikasi 4,40 1,12 1,15 1,16 1,19 4,63 5,26

Jasa Keuangan 2,08 0,57 0,57 0,58 0,62 2,34 12,58

Real Estate 5,16 1,34 1,38 1,39 1,40 5,51 6,87

Jasa Perusahaan 0,82 0,21 0,22 0,21 0,23 0,87 5,83

Adm. Pemerintahan, Pertahanan, dan Jamsos 11,49 2,56 3,02 3,01 3,26 11,85 3,18

Jasa Pendidikan 3,25 0,78 0,89 0,92 0,94 3,53 8,65

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3,71 0,90 1,02 1,03 1,04 3,99 7,52

Jasa Lainnya 1,76 0,45 0,48 0,49 0,49 1,90 8,07

PDRB (dengan migas) 126,82 31,63 32,82 33,45 34,19 132,09 4,15

PDRB (tanpa migas) 120,85 30,08 31,31 31,86 32,67 125,92 4,20

Sumber: BPS Aceh, 2020 (diolah)

Dalam PDRB Aceh, Sektor Pengadaan

Air mengalami peningkatan paling

signifikan (27,25%) di tahun 2019

dibanding sektor lain .

Sektor Industri Pengolahan

menjadi sektor dengan penurunan

pertumbuhan paling signifikan

(-1,07%) dibanding tahun sebelumnya

(8,26%).

Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, yang merupakan

sektor dengan kontribusi terbesar dalam struktur PDRB Aceh,

mengalami perlambatan pertumbuhan sektoral dibanding tahun

sebelumnya. Tercatat pada tahun 2019 sektor ini tumbuh sebesar

3,54 persen, menurun jika dibandingkan pertumbuhan tahun

sebelumnya yang sebesar 4,03 persen. Sektor Pengadaan Air dan

Jasa Keuangan menjadi sektor dengan pertumbuhan paling

signifikan. Tahun 2019 Sektor Pengadaan Air tumbuh sebesar 27,25

persen, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh

sebesar 7,19 persen.

Disisi lain sektor Industri Pengolahan yang pada tahun

sebelumnya mengalami pertumbuhan positif pada tahun ini justru

tumbuh negatif. Tahun 2019 sektor Industri Pengolahan tercatat

mengalami pertumbuhan negatif sebesar -1,07 persen mengalami

perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar

8,26 persen. Perlambatan tersebut diindikasikan dari turunnya hasil

pengolahan ikan di beberapa Kab/kota di Provinsi Aceh.

Page 33: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional | Bab II

Annual Regional Fiscal Report 2019 13

Konsumsi Rumah Tangga masih berkontribusi

terbesar dalam PDRB Aceh .

2) PDRB Sisi Permintaan / per Jenis Pengeluaran

Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Aceh pada tahun

2019 secara dominan disumbang oleh Konsumsi Rumah Tangga

yaitu sebesar Rp73,73 triliun atau berkontribusi sebesar 55,82 persen

dari total PDRB Aceh 2019 yang sebesar Rp132,09 triliun. Kontribusi

terbesar kedua yaitu Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

dengan investasi sebesar Rp43,51 triliun dengan persentase

kontribusi sebesar 32,94 persen. Kontribusi terbesar ketiga berasal

dari Konsumsi Pemerintah sebesar Rp23,32 triliun, atau 17,65 persen

dari total PDRB Aceh 2019. Net Ekspor Antar Daerah menyumbang

nilai paling kecil yaitu -12,48 persen. Hal ini menandakan bahwa

barang dari Aceh yang di ekspor ke daerah lain (dalam negeri) lebih

kecil jika dibandingkan barang dari daerah lain (dalam negeri) yang di

impor untuk masuk ke Aceh.

Tabel 2.3 PDRB Sisi Permintaan Atas Dasar Harga Konstan (dalam triliun Rp)

U r a i a n 2 0 1 8 2 0 1 9 Laju

Pertumbuhan

(%) Tahunan I II III IV Tahunan

Konsumsi Rumah Tangga 71,03 18,00 18,48 18,55 18,71 73,73 3,81

Konsumsi LNPRT 2,40 0,69 0,69 0,64 0,65 2,67 11,65

Konsumsi Pemerintah 21,53 3,26 6,01 6,07 7,98 23,32 8,32

PMTB 40,75 10,02 10,02 11,35 12,13 43,51 6,79

Perubahan Inventori 0,00 -0,01 0,02 0,00 0,00 0,02

Ekspor Luar Negeri 3,30 0,91 1,04 1,02 1,05 4,01 21,74

Impor Luar Negeri 1,76 0,35 0,73 1,11 0,52 2,70 53,22

Net Ekspor Antar Daerah -10,41 -0,89 -2,72 -3,06 -5,82 -12,48

PDRB 126,82 31,63 32,82 33,45 34,19 132,09 4,15

Sumber: BPS Aceh, 2020 (diolah)

Komponen pengeluaran dalam

rangka impor luar negeri mengalami

persentase pertumbuhan

paling signifikan dalam PDRB Aceh

tahun 2019.

Pertumbuhan paling signifikan dialami Impor Luar Negeri,

yang pada tahun 2019 mengalami pertumbuhan sebesar 53,22

persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan Konsumsi dalam rangka

Impor Luar Negeri tersebut dipengaruhi kenaikan nilai Impor Aceh,

khususnya pada komoditi Generating sets (gasoline engines) of an

output ≥ 12.5 MW (Mesin Genset berkapasitas 12,5 MW).

Sedangkan Ekspor Luar Negeri terkontraksi cukup signifikan

yaitu sebesar -57,37 persen dibanding tahun sebelumnya. Hal ini

menandakan bahwa terdapat pengurangan nilai ekspor baik Migas

maupun Non dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar

51 persen.

Page 34: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab II | Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

14 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

2.1.1.3 PDRB per Kapita

PDRB per kapita menunjukkan pendapatan rata-rata

penduduk di suatu daerah yang diperoleh dari hasil pembagian

pendapatan penduduk suatu daerah (PDRB) dengan jumlah

penduduk.

Grafik 2.3 PDRB per Kapita Aceh dan Nasional

Sumber: BPS Aceh dan Nasional, 2020 (diolah)

PDRB per Kapita Aceh meningkat di tahun 2019, namun masih lebih rendah

jika dibandingkan dengan PDRB per

Kapita secara Nasional.

Perkembangan PDRB per kapita Aceh tahun 2019 yaitu

sebesar Rp30,70 juta, mengalami peningkatan jika dibandingkan

tahun 2018 yang sebesar Rp29,73 juta. Peningkatan tersebut

disebabkan persentase pertambahan PDRB lebih tinggi dibandingkan

dengan pertambahan penduduk. Jika dibandingkan dengan PDB per

kapita nasional, posisi PDRB per kapita Aceh masih lebih rendah. Jika

dilihat perkembangannya dalam 5 tahun terakhir, tren kenaikan PDRB

per kapita Aceh masih cukup tipis dengan rata-rata kenaikan hanya

4,44 persen, yang mana signifikansinya dibawah tren kenaikan PDB

per kapita nasional yang memiliki rata-rata kenaikan dalam 5 tahun

terakhir sebesar 6,99 persen.

Meskipun demikian, angka PDRB per kapita tidak serta merta

menunjukkan keberhasilan dalam rangka kesejahteraan masyarakat.

Perlu dilihat indikator lain seperti IPM, Rasio Gini, angka kemiskinan

serta pengangguran.

2.1.2 Suku Bunga

Bank Indonesia melakukan penguatan kerangka operasi

moneter dengan suku bunga acuan baru yaitu BI 7-Day Repo Rate,

yang merupakan suku bunga acuan yang memiliki tenor jangka

pendek, yaitu hanya 1 minggu sampai 1 bulan. Berbeda dengan BI

Rate yang memiliki tenor jangka panjang yaitu 12 bulan.

25,81 26,94 28,23 29,73 30,70

45,1247,96

51,8956,00

59,10

0

20

40

60

80

2015 2016 2017 2018 2019

Aceh Nasional

(Ju

ta R

p)

Page 35: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional | Bab II

Annual Regional Fiscal Report 2019 15

Penggunaan BI 7-Day Repo Rate sebagai suku bunga acuan

berlaku mulai tanggal 19 Agustus 2016, dengan perhitungan mulai

bulan Januari 2019, seperti yang terlihat pada grafik berikut.

Grafik 2.4 BI 7-Day Repo Rate 2019

Sumber:Bank Indonesia, 2020

BI masih mempertahankan

kebijakan suku bunga rendah dengan terus

menurunkan suku bunga dalam tahun

2019.

Dari grafik 2.4 di atas terlihat bahwa suku bunga BI sesuai BI

7-Day Repo Rate terus bergerak turun. Di sepanjang tahun 2019,

suku bunga BI yang dibuka pada level 6,00 di bulan Januari telah

ditutup di level penurunan 100 basis poin pada bulan Desember

(5,00). Pertumbuhan ekonomi nasional yang masih stabil, serta

pertumbuhan ekonomi global 2019 yang juga diangap lebih kuat

dibandingkan 2018 dengan sumber pertumbuhan yang lebih merata

baik dari negara maju maupun negara berkembang menjadi faktor

utama BI optimis menetapkan suku bunga rendah. Selain adanya

faktor lain yaitu inflasi nasional di tahun 2019 yang terjaga tetap

rendah, dimana sampai dengan akhir tahun ditutup pada level 2,72

persen (y-on-y) dan berada dalam kisaran sasaran inflasi 4±1 persen

sesuai target pemerintah dalam kerangka ekonomi makro APBN

2019. Penurunan suku bunga tersebut diharapkan dapat diikuti

dengan penurunan suku bunga kredit di sektor perbankan, sehingga

geliat investasi masyarakat dapat meningkat.

2.1.3 Inflasi

Sepanjang tahun 2019 tren fluktuasi

inflasi Aceh dan Nasional selalu

sama kecuali pada bulan November.

Secara m-to-m, inflasi Provinsi Aceh di sepanjang tahun 2019

hampir selalu berada pada tren fluktuasi yang sama dengan inflasi

nasional. Hanya pada bulan November tren tersebut tidak sama. Pada

bulan November, inflasi Aceh yang menurun sebesar 30 basis poin

dibanding inflasi pada bulan sebelumnya, hal ini berbanding terbalik

dengan inflasi Nasional yang meningkat sebesar 12 basis poin dari

6,00%

6,00%

6,00%

6,00%

6,00%

6,00%

5,75%5,50%

5,25%5,00%

5,00%

5,00%

4,50%

5,00%

5,50%

6,00%

6,50%

Jan-19 Feb-19 Mar-19 Apr-19 Mei-19 Jun-19 Jul-19 Agu-19 Sep-19 Okt-19 Nov-19 Des-19

Page 36: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab II | Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

16 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

bulan sebelumnya. Jika dilihat inflasi di tiga kota besar di Aceh (Banda

Aceh, Lhokseumawe, dan Meulaboh), terlihat bahwa menurunnya

inflasi di Kota Lhokseumawe menjadi faktor utama turunnya inflasi

Provinsi Aceh pada bulan November. Bahkan Kota Lhokseumawe

mengalami inflasi terendah ke 67 secara nasional dari 82 kota yang

dipantau perkembangan harganya di bulan November 2019.

Grafik 2.5 Inflasi Bulanan Aceh dan Nasional Tahun 2019

Sumber:BPS Aceh dan Nasional, 2020 (diolah)

Jika di tahun 2016 dan 2017 inflasi tahunan Aceh selalu lebih

tinggi dibanding inflasi nasional, maka pada tahun 2018, inflasi

tahunan Aceh lebih rendah dibanding inflasi nasional, dan tren

tersebut berlanjut di tahun 2019.

Grafik 2.6 Inflasi Tahunan Aceh dan Nasional Tahun 2015-2019

Sumber:BPS Aceh dan Nasional, 2020 (diolah)

Grafik 2.6 menunjukkan bahwa pada tahun 2019 inflasi y-on-

y Aceh berada pada level 1,69 persen, lebih rendah dibandingkan

inflasi y-on-y nasional yang pada tahun 2019 berada pada level 2,72

persen. Inflasi tahunan Aceh menurun sebesar 15 basis poin dari

tahun 2018 yang mengalami inflasi sebesar 1,84 persen. Secara

0,40

-0,60

-0,34

0,42

1,27

0,47-0,04

-0,10

-0,32

0,22

-0,12

0,42

0,32 -0,08

0,11

0,44

0,68

0,55

0,31

0,12

-0,27

0,02

0,14

0,34

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Meulaboh Lhokseumawe Banda Aceh Provinsi Aceh Nasional

m-t

o-m

20

19

(%

)

2015 2016 2017 2018 2019

Meulaboh 0,58 3,77 4,76 0,96 4,28

Lhokseumawe 2,44 5,60 2,87 2,05 1,20

Banda Aceh 1,27 3,13 4,86 1,93 1,38

Provinsi Aceh 1,53 3,95 4,25 1,84 1,69

Nasional 3,35 3,02 3,61 3,13 2,72

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

y-o

n-y

Page 37: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional | Bab II

Annual Regional Fiscal Report 2019 17

Secara tahunan, kelompok yang

mengalami inflasi tinggi dalam inflasi

Aceh yaitu kelompok bahan

makanan.

tahunan, kelompok yang mengalami inflasi tertinggi yaitu sandang

yang hingga Desember 2019 mengalami pertumbuhan IHK dari tahun

2018 sebesar 5,62 persen. Diikuti kelompok makanan jadi, minuman,

rokok, dan tembakau yang mengalami pertumbuhan IHK sebesar 3,58

persen dari tahun 2018.

2.1.4 Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar rupiah terhadap US Dollar dan Yuan China

cenderung stabil, tercatat bahwa nilai tukar rupiah terhadap US Dollar

stabil di kisaran 14.000 dan nilai tukar Yuan China berada di kisaran

2.000.

Grafik 2.7 Pergerakan Kurs Tengah Mata Uang Asing Terhadap Rupiah Tahun 2019

Sumber:Bank Indonesia, 2020 (diolah)

Nilai tukar

US Dollar dan Yuan terhadap Rupiah

stabil di sepanjang tahun 2019,

sedangkan Euro dan Dollar

Australia terhadap Rupiah terus melemah di

sepanjang tahun 2019

Stabilitas rupiah dipengaruhi oleh

membaiknya perekonomian

Indonesia pada tahun 2019 untuk

beberapa aspek.

Sedangkan Euro dan Dollar Australia terus melemah di

sepanjang tahun 2019. Nilai tukar Rupiah terhadap Euro yang pada

bulan Januari 2019 ditutup pada level 16.257 dan di bulan Desember

2019 ditutup pada level 15.667, yang artinya dalam satu tahun Euro

telah terdepresiasi sebesar 3,63 persen dan nilai tukar Rupiah

terhadap Dollar Australia yang pada bulan Januari 2019 ditutup pada

level 10.262 dan di bulan Desember 2019 ditutup pada level 9.789,

yang artinya Dollar Australia telah terdepresiasi sebesar 4,61 persen.

Stabilitas rupiah dipengaruhi oleh membaiknya perekonomian

Indonesia pada tahun 2019 untuk beberapa aspek, seperti

membaiknya iklim investasi serta meningkatnya ekspor untuk

beberapa komoditas. Pada tahun 2019, peringkat daya saing

Indonesia turun ke posisi 50 dari posisi 45 tahun lalu. Selain itu,

peringkat kemudahan berinvestasi Indonesia (Easy of Doing

Business/EoDB) mengalami stagnan di peringkat 73.

10.262 10.090 10.149 10.073 9.995 9.955 9.700 9.607 9.636 9.749 9.590 9.789

2.109 2.112 2.125 2.123 2.095 2.067 2.047 2.018 2.014 1.998 2.015 2.000

16.257 16.082 16.077 15.986 16.097 16.159 15.724 15.810 15.578 15.719 15.606 15.667

14.142 14.132 14.315 14.286 14.457 14.212 14.096 14.308 14.245 14.078 14.172 13.970

31-Jan 29-Feb 31-Mar 30-Apr 31-Mei 30-Jun 31-Jul 31-Agu 30-Sep 31-Okt 30-Nov 31-Des

AUD CNY EUR USD

Page 38: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab II | Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

18 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Surplus neraca tahun 2019

melanjutkan tren surplus dalam 2

tahun terakhir (2017 dan 2018)

Stabilitas nilai tukar rupiah terhadap USD ternyata cukup

berdampak pada membaiknya nilai ekspor serta neraca perdagangan

di Aceh. Realisasi ekspor Aceh pada tahun 2019 sebesar 317,68 juta

USD, naik 128,51 persen dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar

139,02 juta USD. Peningkatan ekspor ini berdampak baik pada

neraca perdagangan Provinsi Aceh yang kembali meneruskan tren

surplus tahun 2017 dan 2018.

Grafik 2.8 Perkembangan Ekspor Impor Aceh 2015-2019

Sumber:BPS Aceh, 2020 (diolah)

Meningkatnya

ekspor bahan bakar mineral menjadi

faktor utama peningkatan nilai

ekspor Aceh di tahun 2019.

Jika diuraikan per komoditi ekspor, kenaikan nilai ekspor yang

terjadi di Aceh pada tahun 2019 (dibandingkan tahun sebelumnya)

seluruhnya berasal dari komoditi non migas, dengan kontribusi

terbesar yaitu berasal dari ekspor bahan bakar mineral. Nilai ekspor

bahan bakar mineral di Aceh pada tahun 2019 sebesar 154,53 juta

USD, naik signifikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya

yang hanya sebesar 129,63 juta USD.

2.2 INDIKATOR KESEJAHTERAAN

2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Kesejahteraan secara lebih luas dapat dilihat berdasarkan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM), selain dari PDRB. IPM

merupakan indeks yang memberikan ukuran pencapaian

pembangunan berdasarkan perbandingan aspek dasar manusia yang

terdiri dari kesehatan, pendidikan, dan standar hidup layak. Oleh

karena itu, IPM digunakan untuk mengukur pengaruh kebijakan

pemerintah terhadap kualitas hidup masyarakat. Semakin tinggi IPM

maka semakin baik pencapaian pembangunan manusia (0-1).

Capaian IPM antar wilayah dapat dilihat melalui pengelompokan IPM

2015 2016 2017 2018 2019

Ekspor 93.336.621 22.869.514 77.827.460 139.027.439 317.684.911

Impor 116.817.672 28.994.572 39.313.804 29.689.996 131.223.716

Neraca -23.481.051 -6.125.058 38.513.656 109.337.443 186.461.195

-100

0

100

200

300

400

Mill

ion

s

Page 39: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional | Bab II

Annual Regional Fiscal Report 2019 19

64,46

65,70

66,56

66,87

66,90

67,39

68,91

69,11

69,22

69,23

69,36

69,74

70,41

71,22

72,27

72,87

72,97

73,14

73,55

75,77

77,16

77,30

85,07

Kota Subulussalam

Simeulue

Aceh Barat Daya

Gayo Lues

Aceh Selatan

Aceh Timur

Aceh Singkil

Nagan Raya

Aceh Utara

Aceh Tamiang

Aceh Tenggara

Aceh Jaya

Pidie

Aceh Barat

Bireuen

Pidie Jaya

Bener Meriah

Aceh Tengah

Aceh Besar

Kota Sabang

Kota Langsa

Kota Lhokseumawe

Kota Banda Aceh

ke dalam beberapa kategori, yaitu: IPM<60 = IPM Rendah, 60<

IPM<70 = IPM Sedang, 70<IPM<80 = IPM Tinggi, dan IPM > 80 = IPM

Sangat Tinggi

Grafik 2.9 Indeks Pembangunan Manusia Aceh dan Nasional

Sumber:BPS Aceh dan Nasional, 2020 (diolah)

Data BPS terakhir menunjukkan bahwa IPM Aceh sampai

dengan tahun 2019 berada pada level 71,90. Artinya IPM Aceh

mencapai kategori IPM Tinggi. Meskipun angka tersebut masih tipis

dibawah IPM Nasional yang berada pada level 71,92, namun tren

kenaikan IPM Aceh terhitung sangat stabil dari tahun ke tahun.

Jika di breakdown per kabupaten/kota, IPM tertinggi dicapai

oleh Kota Banda Aceh yaitu sebesar 85,07, yang mana angka ini

termasuk kategori IPM sangat tinggi. Diikuti Kota Lhokseumawe dan

Kota Langsa yang masing-masing sebesar 77,30 dan 77,16. IPM

terendah yaitu Kota Subulussalam yaitu sebesar 64,46, yang mana

angka ini masih termasuk dalam kategori IPM sedang. Pada tahun

2019, terdapat 12 kabupaten/kota yang masuk dalam kategori IPM

sedang. Berkurang dibanding tahun sebelumnya yang terdapat 13

kabupaten/kota, dimana pada tahun ini terdapat 1 daerah (yaitu

Kabupaten Pidie) yang mengalami peningkatan status dari IPM

sedang ke IPM tinggi. Diharapkan pemerintah mampu terus

menyelenggarakan program-program yang diarahkan dalam rangka

peningkatan IPM di daerah-daerah yang masih dalam kategori

sedang, sehingga pembangunan sumber daya manusia tidak hanya

69,45

70,00

70,60

71,19

71,90

69,55

70,18

70,81

71,39

71,92

68,00

68,50

69,00

69,50

70,00

70,50

71,00

71,50

72,00

72,50

2015 2016 2017 2018 2019

Aceh Nasional

Page 40: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab II | Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

20 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

terfokus pada kota-kota besar seperti Banda Aceh atau

Lhokseumawe saja.

Dalam metode baru perhitungan IPM, terdapat tiga komponen

utama dalam pengukuran capaian pembangunan manusia, yaitu dari

aspek umur dan kesehatan (Umur Harapan Hidup), aspek pendidikan

(Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah) dan aspek

standar hidup layak (Pengeluaran per Kapita). Dengan menggunakan

data-data geometrik, ketiga aspek tersebut membentuk IPM dengan

keseimbangan peningkatan di masing-masing aspek.

Tabel 2.4 Perkembangan UHH, HLS, RLS dan Pengeluaran Per Kapita Aceh

Komponen Satuan 2014 2015 2016 2017 2018

Umur Harapan Hidup (UHH) Tahun 69,35 69,50 69,51 69,52 69,64

Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 13,53 13,73 13,89 14,13 14,27

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 8,71 8,77 8,86 8,98 9,09

Pengeluaran per Kapita Rp 000 8.297 8.533 8.768 8.957 9.186

Sumber:BPS Aceh, 2020 (diolah)

Angka Harapan Hidup Provinsi Aceh

terus mengalami kenaikan dalam 5

tahun terakhir.

Dari aspek pendidikan, angka

Harapan Lama Sekolah dan Rata- rata Lama Sekolah Provinsi Aceh terus

mengalami kenaikan dalam 5

tahun terakhir.

Dilihat dari aspek kesehatan, Angka Harapan Hidup (AHH) di

Aceh pada periode 2014-2018 terus mengalami tren kenaikan, yang

mana pada tahun 2018 tercatat angka tersebut sebesar 69,64 tahun,

yang artinya bayi yang lahir di Aceh tahun 2018 berpeluang hidup

hingga usia 69,64 tahun. Hal ini menandakan bahwa terdapat kondisi

yang semakin membaik dalam derajat kesehatan di Aceh. Meskipun

demikian, capaian tersebut masih berada dibawah UHH nasional

yang pada tahun 2018 mencapai angka 71,20 tahun.

Dari aspek pendidikan, IPM memperhitungkan komponen

angka Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah

(RLS). Di Provinsi Aceh tercatat bahwa baik HLS maupun RLS

mengalami tren kenaikan yang berkesinambungan dari tahun 2014

sampai dengan tahun 2018. Pemerintah dianggap cukup peduli

terhadap peningkatan mutu pendidikan di Aceh. Selain semakin

banyaknya dana yang dianggarkan pemerintah Aceh untuk

pemberian beasiswa, hal ini juga terlihat dari banyaknya perguruan

tinggi negeri yang tersebar di Aceh. Selain Universitas Syiah Kuala,

UIN Ar Raniry, dan Politeknik Negeri Aceh di Banda Aceh, beberapa

perguruan tinggi negeri juga tersebar di beberapa kabupaten/kota lain

seperti Universitas Malikussaleh, Politeknik Negeri Lhokseumawe,

dan STAIN Malikussaleh di Kota Lhokseumawe, Universitas

Page 41: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional | Bab II

Annual Regional Fiscal Report 2019 21

Dari aspek standar hidup layak, angka

pengeluaran per kapita Aceh juga

mengalami peningkatan yang

berkesinambungan dalam 5 tahun

terakhir.

IPM Aceh menempati

peringkat 11 tertinggi secara

nasional.

Samudera dan IAIN Zawia Cot Kala di Kota Langsa, dan Universitas

Teuku Umar di Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.

Dari aspek Standar Hidup Layak, angka pengeluaran per

kapita Aceh juga mengalami peningkatan yang berkesinambungan,

dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018. Hal itu menunjukkan

bahwa daya beli masyarakat Aceh dalam membelanjakan uangnya

untuk konsumsi barang maupun jasa semakin baik. Perubahan

kondisi perekonomian sangat mempengaruhi perubahan pola

konsumsi masyarakat.

Dari seluruh provinsi di Indonesia, Aceh menempati peringkat

ke 11, sama jika dibandingkan tahun sebelumnya yang juga

menempati peringkat 11. Capaian IPM yang tertinggi yaitu DKI Jakarta

(80,47), diikuti DI Yogyakarta (79,53), dan Kalimantan Timur (75,83)

di posisi kedua dan ketiga.

2.2.2 Tingkat Kemiskinan

Grafik 2.10 Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Aceh dan Nasional

Sumber:BPS Aceh dan Nasional, 2020 (diolah)

Tahun 2019 persentase

penduduk miskin Aceh mengalami

penurunan namun masih jauh lebih

tinggi diatas persentase

penduduk miskin Nasional.

Persentase penduduk miskin Aceh selama periode Maret

2015 sampai dengan September 2019 terus berfluktuasi. Sempat

mengalami kenaikan pada periode Maret 2018 di level 15,97 persen

atau sebesar 839 ribu jiwa dan terus menurun sampai dengan periode

September 2019 yang menjadi 15,01 persen atau sebesar 810 ribu

jiwa. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan persentase

penduduk miskin secara nasional yang pada September 2019 berada

pada level 9,22 persen, kondisi ini bahkan selalu terjadi dalam

beberapa periode terakhir.

851 859 848 841 872 829 839 831 819 810

17,08% 17,11% 16,73% 16,43% 16,89%15,92% 15,97% 15,68% 15,32% 15,01%

11,22% 11,13% 10,86% 10,70% 10,64% 10,12% 9,82% 9,66% 9,41% 9,22%

0%

4%

8%

12%

16%

20%

780

800

820

840

860

880

Mar 15 Sep 15 Mar 16 Sep 16 Mar 17 Sep 17 Mar 18 Sep 18 Mar 19 Sep 19

Jumlah Penduduk Miskin Aceh % Penduduk Miskin Aceh% Penduduk Miskin Nasional

(rib

u j

iwa)

Page 42: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab II | Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

22 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Grafik 2.11 Perkembangan Kemiskinan Perkotaan dan Pedesaan di Provinsi Aceh

Sumber:BPS Aceh dan Nasional, 2020 (diolah)

Persentase penduduk miskin di perkotaan sempat

naik pada Maret 2019 turun pada September 2019,

Persentase

penduduk miskin di pedesaan terus

turun dari Maret 2019 sampai

dengan September 2019.

Jika diuraikan berdasarkan perkotaan dan pedesaan,

persentase penduduk miskin di perkotaan sempat mengalami

kenaikan pada periode Maret 2019 dan mengalami penurunan pada

periode September 2019, sedangkan persentase penduduk miskin di

pedesaan terus mengalami penurunan dari periode Maret 2019

sampai dengan September 2019.

Selain jumlah dan persentase penduduk miskin, indikator lain

dalam permasalahan kemiskinan yaitu tingkat kedalaman dan

keparahan kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah

penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga harus

dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.

Nilai kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan tergambar

dalam indeks, seperti yang terera dalam tabel 2.5 berikut.

Tabel 2.5 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Aceh

Periode

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Perkotaan Pedesaan Perkotaan +

Pedesaan Perkotaan Pedesaan

Perkotaan +

Pedesaan

Mar 15 2,245 3,444 2,909 0,659 0,901 0,832

Sep 15 1,843 3,614 3,139 0,498 0,977 0,703

Mar 16 2,297 3,958 3,104 0,703 1,117 0,997

Sep 16 1,448 3,738 3,111 0,283 1,112 0,867

Mar 17 1,553 3,589 2,978 0,352 1,002 0,807

Sep 17 1,667 3,472 2,917 0,371 0,963 0,781

Mar 18 1,576 3,424 2,845 0,374 0,925 0,752

Sep 18 1,517 3,408 2,803 0,352 0,889 0,717

Mar 19 1,593 3,150 2,644 0,375 0,799 0,661

Sep 19 1,499 3,100 2,580 0,361 0,814 0,667

Sumber:BPS Aceh, 2020 (diolah)

694,01 703,60 688,94 678,29 700,26 663,03 667,40 668,14 651,33 643,79

157,57 155,81 159,50 163,02 172,35 166,77 172,09 163,36 168,11 165,97

19,44% 19,54% 19,11% 18,80% 19,37%18,36% 18,49% 18,52% 18,03% 17,68%

11,13% 10,92% 10,82% 10,79% 11,11%10,42% 10,44%

9,63% 9,68% 9,47%

0%

4%

8%

12%

16%

20%

24%

100

200

300

400

500

600

700

Mar 15 Sep 15 Mar 16 Sep 16 Mar 17 Sep 17 Mar 18 Sep 18 Mar 19 Sep 19

Jumlah Penduduk Miskin di pedesaan Jumlah Penduduk Miskin di perkotaan

% penduduk miskin pedesaan % penduduk miskin perkotaan

(rib

ujiw

a)

Page 43: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional | Bab II

Annual Regional Fiscal Report 2019 23

Tahun 2019 Indeks

Kedalaman Kemiskinan dan

Indeks Keparahan Kemiskinan Aceh

mengalami penurunan

dibanding tahun sebelumnya.

Kemiskinan Aceh tertinggi keenam secara nasional,

dan menjadi yang paling tinggi dari

seluruh Provinsi di Pulau Sumatera

Pada periode September 2019, Indeks Kedalaman

Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami

penurunan dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu

(September 2018). Berkurangnya kedua indeks ini mengindikasikan

bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin mendekati

garis kemiskinan dan ketimpangan rata-rata pengeluaran di antara

penduduk miskin itu sendiri semakin kecil.

Apabila dibandingkan antara daerah perkotaan dan

pedesaan, nilai indeks P1 dan indeks P2 pada pedesaan lebih tinggi

daripada perkotaan. Namun demikian sempat tejadi kenaikan indeks

P1 dan P2 di perkotaan jika dilihat dari periode September 2018-

September 2019 (periode satu tahun terakhir). Sedangkan dalam

periode yang sama indeks P1 dan P2 untuk pedesaan selalu

mengalami penurunan.

Meskipun secara angka mengalami penurunan, namun jika

dilihat dari persentase penduduk miskin di seluruh Provinsi di

Indonesia, persentase penduduk miskin Provinsi Aceh berada di

urutan tertinggi keenam, dibawah Papua, Papua Barat, NTT, Maluku,

dan Gorontalo. Angka tersebut bahkan merupakan yang tertinggi jika

dibandingkan seluruh provinsi di Pulau Sumatera. Hal ini

mengindikasikan bahwa Provinsi Aceh cenderung lambat dalam

mengentaskan kemiskinan.

Beberapa upaya perlu difokuskan pemerintah dalam rangka

penurunan angka kemiskinan di Aceh, misalnya menjaga stabilitas

harga bahan kebutuhan pokok, mengembangkan sektor UMKM, serta

memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat /

swakelola.

2.2.3 Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini)

Grafik 2.12 Perkembangan Rasio Gini Aceh dan Nasional

Sumber:BPS Aceh dan Nasional, 2020 (diolah)

0,410

0,400 0,397 0,394 0,393 0,391 0,389 0,384 0,382 0,380

0,3300,340

0,3330,341

0,329 0,329 0,3250,318 0,319 0,321

0,30

0,34

0,38

0,42

Mar 15 Sep 15 Mar 16 Sep 16 Mar 17 Sep 17 Mar 18 Sep 18 Mar 19 Sep 19

Nasional Aceh

Page 44: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab II | Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

24 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Ketimpangan Aceh mengalami

kenaikan dari periode sebelumnya

dan berada pada level lebih rendah

dari angka ketimpangan

nasional.

Rasio Gini mencerminkan tingkat ketimpangan pendapatan

dalam masyarakat dengan nilai berkisar antara 0 (sangat merata)

hingga 1 (sangat timpang).

Rasio Gini di Provinsi Aceh pada September 2019 yaitu

sebesar 0,321, mengalami kenaikan dibandingkan periode Maret

2019 yang sebesar sebesar 0,319. Angka ini masih lebih baik jika

dibandingkan dengan Rasio Gini Nasional per September 2019 yang

sebesar 0,380. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun dalam angka

PDRB per kapita Aceh masih dibawah rata-rata nasional, namun

Provinsi Aceh lebih baik dalam hal pemerataan pendapatan.

Grafik 2.13 Perbandingan Rasio Gini Se-Sumatera per September 2019

Sumber:BPS Nasional, 2020 (diolah)

Ketimpangan Aceh menjadi yang

terendah keempat Se-Sumatera.

Apabila dibandingkan dengan seluruh Provinsi di Pulau

Sumatera, angka ketimpangan Provinsi Aceh berada pada peringkat

terendah keempat, terendah setelah Provinsi Bangka Belitung,

Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Namun, angka tersebut juga

masih di atas rata-rata gini rasio Sumatera. Diharapkan upaya

pemerintah untuk terus melakukan berbagai kebijakan dalam

peningkatan distribusi pendapatan, misalnya dengan lebih concern

pada penyaluran kredit program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR)

dan kredit Ultra Mikro (UMi). Karena dengan bergeraknya sektor

UMKM, ekonomi dapat terbangun melalui hilir sehingga kesempatan

membangun usaha untuk masyarakat kecil akan lebih besar. Selain

itu, kebijakan penyaluran Dana Desa juga diharapkan mampu

mengurangi ketimpangan pembangunan yang terjadi selama ini.

0,262 0,307 0,315 0,321 0,324 0,329 0,331 0,331 0,337 0,3390,00

0,05

0,10

0,15

0,20

0,25

0,30

0,35

Babel Sumbar Sumut Aceh Jambi Bengkulu Riau Lampung Kepri Sumsel

rata

-rat

a: 0

,32

0

Page 45: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional | Bab II

Annual Regional Fiscal Report 2019 25

2.2.4 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran

Ketimpangan Aceh menjadi yang

tetinggi kedua Se-Sumatera.

Dari jumlah angkatan kerja tersebut, tercatat jumlah

pengangguran Aceh per Agustus 2019 sebanyak 147 ribu orang,

meningkat jika dibandingkan jumlah pengangguran pada periode

Februari 2019 yang sebanyak 136 ribu orang. Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) di Provinsi Aceh pada Agustus 2019 sebesar 6,20

persen, naik cukup signifikan jika dibandingkan dengan periode

Februari 2019 yang mencapai 5,53 persen. Tren TPT Aceh terus yang

mengalami penurunan secara berkelanjutan dari sejak periode

Agustus 2015 terhenti pada periode Agustus 2019. Meskipun

demikian, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, angka TPT Aceh masih

selalu tinggi jika dibandingkan TPT secara nasional.

Grafik 2.14 Perkembangan Tingkat Penganguran Aceh dan Nasional

Sumber:BPS Aceh dan Nasional, 2020 (diolah)

Sektor Jasa menjadi sektor dengan

penyerapan tenaga kerja terbanyak di

Provinsi Aceh.

Diharapkan pemerintah dapat lebih memprioritaskan pada

program-program untuk menurunkan pengangguran, misalnya

dengan mendukung sektor UMKM melalui penurunan suku bunga

KUR dan mengembangkan kredit Ultra Mikro, serta mengembangkan

beberapa sektor-sektor usaha lain seperti pariwisata serta

pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Apabila dilihat berdasarkan lapangan kerja utama di Provinsi

Aceh, pada tahun 2019 (per bulan Agustus) sektor Jasa-jasa menjadi

sektor usaha dengan serpan tenaga kerja terbanyak yaitu sebesar

1.044 ribu orang atau 47,67 persen dari seluruh tenaga kerja di

Provinsi Aceh, mengalami kenaikan jika dibandingkan periode

175 217 182 171 172 150 154 149 136 147

7,73 9,93 8,137,57 7,39

6,57 6,55 6,35

5,536,20

5,816,18

5,50 5,61 5,33 5,50 5,33 5,505,01 5,28

0,0

2,5

5,0

7,5

10,0

0

50

100

150

200

Feb 15 Agu 15 Feb 16 Agu 16 Feb 17 Agu 17 Feb 18 Agu 18 Feb 19 Agu 19

Jumlah Pengangguran Aceh TPT Aceh (%) TPT Nasional (%)

(rib

u ji

wa)

(%)

Page 46: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab II | Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

26 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Industri15,34%

Pertanian36,99%

Jasa-jasa47,67%

Agustus 2018 yang sebesar 982 ribu orang. Sektor Pertanian yang

pada tahun 2019 menyerap tenaga kerja sebanyak 810 ribu orang,

mengalami penurunan serapan tenaga kerja jika dibandingkan tahun

2018 (866 ribu). Sedangkan sektor industri manufaktur menjadi sektor

yang menyerap tenaga kerja paling kecil yaitu sebesar 336 ribu orang,

atau hanya 15,34 persen dari total jumlah tenaga kerja di Aceh.

Grafik 2.15 Perkembangan Tenaga Kerja Menurut Lapangan Kerja Utama

Sumber:BPS Aceh, 2020 (diolah)

2.3 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL

Sesuai Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Anggaran

Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA), sasaran pembangunan Aceh

pada tahun 2019 sebagaimana telah diamanatkan di dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Aceh 2017-2022 dan

RPJM Nasional 2015-2019 dengan dibandingkan dengan capaian

Aceh dan capaian nasional pada tahun 2019 tersaji dalam tabel

berikut.

Tabel 2.6 Target dan Capaian Aceh Terhadap Indikator Ekonomi Makro

U r a i a n Target Provinsi

Aceh 2019

Capaian Aceh

Tahun 2019

Capaian Nasional

Tahun 2019

Pertumbuhan Ekonomi 5,25 4,15 5,02

Tingkat Kemiskinan 14,43 15,01 9,22

Tingkat Pengangguran 6,30 6,20 5,28

Tingkat Inflasi (inflasi tahunan) 4,00 1,69 2,72

IPM 71,44 71,19 71,39

Sumber:BPS Aceh dan RKPA 2019, 2020 (diolah)

Dari tabel diatas terlihat bahwa dari lima indikator ekonomi

makro yang ditetapkan targetnya pada KUA Provinsi Aceh, dua

diantaranya masih sesuai target yaitu antara lain Tingkat

Pengangguran dan Tingkat Inflasi. Beberapa target indikator

250289

333 357 336

882

735

831 866810834

1.063975 982

1.044

0

200

400

600

800

1.000

1.200

Agu 15 Agu 16 Agu 17 Agu 18 Agu 19

Industri Pertanian Jasa-jasa

(dal

am r

ibu

an)

Page 47: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional | Bab II

Annual Regional Fiscal Report 2019 27

Dari lima indikator

ekonomi makro yang ditetapkan targetnya pada

KUA Provinsi Aceh, dua diantaranya

masih sesuai target yaitu antara lain,

tingkat pengangguran, dan

tingkat inflasi.

Target pertumbuhan ekonomi dan

tingkat kemiskinan perlu dievaluasi

dengan pertimbangan

stabilitas daerah.

pembangunan perlu dievaluasi, diantaranya target Pertumbuhan

Ekonomi, Tingkat Kemiskinan dan Indeks Pembangunan Manusia

(IPM). Target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan sesuai KUA

dianggap kurang realistis mengingat stabilitas pertumbuhan ekonomi

Aceh masih rendah dengan tren yang masih sangat fluktuatif dalam

beberapa tahun terakhir. Dengan mempertimbangkan stabilitas

pertumbuhan ekonomi Aceh yang masih lebih rendah dibandingkan

secara nasional, penetapan target pertumbuhan ekonomi dibawah

capaian nasional akan dianggap lebih realistis.

Untuk penetapan target angka kemiskinan, pemerintah Aceh

perlu mempertimbangkan posisi kemiskinan Aceh yang masih tinggi.

Meskipun secara tren mengalami penurunan dibandingkan tahun

sebelumnya, namun percepatan pengentasan kemiskinan di Aceh

terhitung lambat dibanding provinsi lain. Dengan memperketat target

angka kemiskinan (lebih rendah) diharapkan dapat lebih memacu

kinerja pemerintah di Aceh dalam rangka mendorong program-

program pengentasan kemiskinan di Aceh.

Sedangkan penetapan target Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) Aceh dianggap cukup ralisitis mengingat tren yang selalu

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun tetapi target ini juga

masih terlalu tinggi jika dibandingkan dengan capaian nasional.

Page 48: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab II | Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

28 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Boks 1. Clustering Daerah di Aceh Berdasarkan Analisis Tipologi Klassen

Dengan mengunakan dua indikator ekonomi utama yaitu PDRB per Kapita dan tingkat

pertumbuhan ekonomi (periode 2011-2018), dapat dilakukan klasifikasi atau pemetaan daerah

berdasarkan Tipologi Klassen. Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran

tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Struktur daerah akan dibagi

menjadi empat kuadran yaitu antara lain Daerah Maju dan Cepat Tumbuh (Kuadran I), Daerah

Berkembang Cepat (Kuadran II), Daerah Maju Tapi Tertekan (Kuadran III), dan Daerah Tertinggal

(Kuadran IV).

Grafik 2.16 Scatter Plot Klasifikasi Kabupaten / Kota

Sumber:BPS Aceh, 2020 (diolah)

Dari grafik Tipologi Klassen diatas, 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh diklasifikasikan

berdasarkan empat kuadran tersebut, yaitu sebagai berikut:

Daerah Maju dan Cepat Tumbuh, yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat

pendapatan yang lebih tinggi dibanding rata-rata kabupaten/kota. Terdapat 5 daerah yang termasuk

dalam kategori ini, yaitu Kota Banda Aceh, Kab. Aceh Tengah, Kota Sabang, Kab. Aceh Barat dan Kab.

Nagan Raya.

Daerah Berkembang Cepat, yaitu daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi, tetapi tingkat

pendapatan per kapita lebih rendah dibanding rata-rata kabupaten/kota. Jumlah daerah terbanyak

berada pada kategori ini, dimana terdapat 13 daerah, antara lain Kab. Simeuleu, Kab. Aceh Singkil, Kab.

Aceh Selatan, Kab. Aceh Tenggara, Kota Subulussalam, Kab. Pidie, Kab. Aceh Besar, Kab. Pidie Jaya,

Kab. Bireuen, Kab. Aceh Jaya, Kab. Bener Meriah, Kab. Aceh Barat, dan Kota Langsa.

Daerah Maju Tapi Tertekan, yaitu daerah yang memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi, namun

tingkat pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibanding rata-rata kabupaten/kota. Terdapat 2 daerah yang

termasuk dalam kategori ini, yaitu Kab. Aceh Utara, dan Kota Lhokseumawe.

Daerah Tertinggal, yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapita lebih

rendah dibanding rata-rata kabupaten/kota.Terdapat 3 daerah yang termasuk dalam kategori ini, yaitu

Kab. Aceh Tamiang, Kab. Aceh Barat Daya, dan Kab. Aceh Timur.

Kab. Simeulue

Kab. Aceh Singkil

Kab. Aceh Selatan

Kab. Aceh Tenggara

Kab. Aceh Timur

Kab. Aceh Tengah

Kab. Aceh Barat

Kab. Aceh Besar

Kab. Pidie

Kab. Bireun

Kab. Aceh Utara

Kab. Aceh Barat Daya

Kab. Gayo Lues

Kab. Aceh Tamiang

Kab. Nagan RayaKab. Aceh Jaya

Kab. Bener Meriah

Kab. Pidie Jaya Kota Banda Aceh

Kota Sabang

Kota Langsa

Kota Lhokseumawe

Kota Subulussalam

-3,50

-3,00

-2,50

-2,00

-1,50

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

4,50

5,00

5,50

0 5

10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

Per

tum

bu

han

Eko

no

mi (

%)

PDRB Per Kapita (juta)

Kuadran II: Daerah Berkembang Cepat

Kuadran I: Daerah Maju dan Tumbuh Cepat

Kuadran IV: Daerah Tertinggal

Kuadran III: Daerah Maju Tapi Tertekan

Page 49: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

BAB IIIperkembangan dan analisispelaksanaan apbn tingkatregional

Pulau PanjangPulau Panjang yang berada di KecamatanPulau Banyak, Aceh Singkil, menjadi destinasifavorit wisatawan lokal maupun mancanegarakarena disuguhi pemandangan yang elok dansejuk.

Page 50: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

- Halaman ini sengaja dikosongkan -

Page 51: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional | Bab III

Annual Regional Fiscal Report 2019 29

3.1 APBN TINGKAT PROVINSI

Pada Tahun 2019, target pendapatan

APBN Aceh meningkat

dibanding tahun sebelumnya,

alokasi belanja juga mengalami

peningkatan.

Pada tahun anggaran 2019, pendapatan negara tingkat

Provinsi Aceh ditargetkan sebesar Rp5,93 triliun dan terealisasi

sebesar Rp5,52 triliun atau 93,19 persen. Realisasi tersebut lebih

tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai angka

Rp5,16 triliun dengan presentase sebesar 86,52 persen pada tahun

2018. Sedangkan target pendapatan negara di Provinsi Aceh

menurun akibat turunnya target penerimaan pajak. Aceh mengalami

penurunan dari tahun anggaran 2018 yang sebesar Rp5,32 triliun

menjadi Rp5,26 triliun pada tahun anggaran 2019.

Tabel 3.1 APBN Provinsi Aceh (dalam miliar Rp)

Uraian 2018 2019

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

Pendapatan Negara 5.964,26 5.160,22 86,52% 5.928,21 5.524,61 93,19%

Penerimaan Perpajakan 5.315,00 4.263,78 80,22% 5.261,06 4.591,95 87,28%

Penerimaan Negara Bukan Pajak 649,26 896,44 138,07% 667,15 932,66 139,80%

Hibah 0,00 0,00 0,00% 0,00 0,00 0,00%

Belanja Negara 49.188,16 47.718,73 97,01% 52.429,09 50.701,64 96,71%

Belanja Pemerintah Pusat 14.481,27 13.400,83 92,54% 15.485,77 14.757,31 95,30%

Transfer ke Daerah dan Dana Desa 34.706,89 34.317,90 98,88% 36.943,32 35.944,34 97,30%

Surplus/(Defisit) (43.223,90) (42.558,51) 98,46% (46.500,88) (45.177,03) 97,15%

Sumber: Monev PA, OM-SPAN dan SIMTRADA, 2020 (diolah)

Penerimaan pajak menjadi sumber

utama pendapatan APBN di Aceh tahun

2019, dengan kontribusi 83,12%

dari total pendapatan APBN.

Penerimaan perpajakan masih menjadi sumber utama

pendapatan negara yang berkontribusi sebesar 83,12 persen dari

total pendapatan negara pada tahun 2019. Realisasi penerimaan

pajak pada tahun 2019 yang sebesar Rp4,60 triliun terdiri dari pajak

dalam negeri sebesar Rp4,59 triliun dan pajak perdagangan

internasional sebesar Rp3,45 miliar. Pajak dalam negeri mengalami

kenaikan sebesar 7,97 persen dibandingkan tahun sebelumnya,

berbanding terbalik dengan pajak perdagangan internasional yang

mengalami penurunan. Sementara itu Penerimaan Negara Bukan

Perkembangan dan Analisis

Pelaksanaan APBN Tingkat

Regional

Page 52: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab III | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional

30 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Komposisi alokasi belanja APBN di

Provinsi Aceh: Belanja Pusat

29,11%, dan Belaja Transfer ke Daerah

70,89%.

Realisasi Belanja APBN di Provinsi

Aceh Tahun 2019 sebesar 95,30% dari

pagu 2019.

Pajak (PNBP) menyumbang kontribusi sebesar 16,88 persen, dengan

nominal realisasi sebesar Rp932,66 miliar. Realisasi PNBP Aceh

pada tahun 2019 mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan

realisasi tahun 2018 sebesar Rp896,44 miliar.

Dari sisi Belanja Negara, alokasi anggaran di Provinsi Aceh

pada tahun 2019 adalah sebesar Rp52,43 triliun rupiah yang terdiri

dari Belanja Pemerintah Pusat (K/L) sebesar Rp15,49 triliun dan Dana

Transfer Ke Daerah dan Dana Desa sebesar Rp36,94 triliun. Alokasi

belanja tersebut meningkat sebesar Rp3,24 triliun atau 6,59 persen

dibandingkan tahun 2018. Namun secara nilai persentase realisasi

tidak sebanding dengan kenaikan pagu, persentase realisasi belanja

negara menurun dibandingkan dengan tahun 2018 yang sebesar

97,01 persen dan pada 2019 hanya terealisasi sebesar Rp50,70 triliun

atau 96,71 persen. Hal ini dikarenakan terjadinya kurang

maksimalnya realisasi pada dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa

dibandingkan tahun 2018.

Pada tahun 2018 dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa

terealisasi sebesar Rp34,31 triliun atau 98,88 persen, sedangkan

pada tahun anggaran 2019 dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa

hanya terealisasi sebesar Rp35,94 triliun atau 97,30 persen dari dana

yang dialokasikan. Di samping itu, realisasi belanja pemerintah pusat

mengalami kenaikan yang mencapai Rp14,76 triliun atau sebesar

95,30 persen dibandingkan tahun 2018 yang hanya terealisasi

sebesar Rp13,40 triliun atau 92,54 persen dari alokasi dana.

3.2 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

3.2.1 Penerimaan Perpajakan

3.2.1.1 Perkembangan Realisasi Perpajakan Provinsi Aceh

Pajak Dalam Negeri mendominasi total

realisasi pajak dengan kontribusi

99,92%.

Dari total realisasi penerimaan pajak di Aceh tahun 2019,

sebesar Rp4,59 triliun merupakan Pajak Dalam Negeri dengan

kontribusi sebesar 99,92 persen. Sedangkan Pajak Perdagangan

Internasional hanya memberikan kontribusi sebesar Rp3,45 miliar

atau 0,08 persen dari total penerimaan pajak di Aceh tahun 2019.

Page 53: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional | Bab III

Annual Regional Fiscal Report 2019 31

3,45 M

0,00 0,00

Bea Masuk Bea Keluar PendapatanPabeaan Lainnya

1,6

3M

2.2

19

,52

M

2.2

33

,05

M

53

,25

M

0,1

8M

80

,86

M

PPhMigas

PPhNon

Migas

PPN PBB Cukai PajakLainnya

Grafik 3.1 Realisasi Penerimaan Pajak Pemerintah Pusat Provinsi Aceh Tahun 2019

Sumber: OM-SPAN, 2020 (diolah)

Kontribusi terbesar dalam pajak dalam

negeri yaitu PPN, sementara yang

terkecil yaitu Cukai.

Untuk Pajak Dalam Negeri, total realisasi penerimaan 2019

masih didomi nasi PPN dan PPh Non Migas, PPN memiliki kontribusi

terbesar sebesar yaitu 48,67 persen dengan total realisasi sebesar

Rp2,23 triliun. Diikuti PPh Non Migas yang memiliki kontribusi sebesar

48,37 persen dengan total realisasi Rp2,22 triliun. Cukai memiliki

kontribusi paling kecil yaitu sebesar 0,004 persen dengan total

realisasi sebesar Rp179,39 juta. Sedangkan dari Pajak Perdagangan

Internasional, pada 2019 hanya melalui sumber penerimaan bea

masuk yang mengalami penurunan realisasi dari tahun 2018 sebesar

75,49 persen yang hanya sebesar Rp3,45 miliar pada tahun 2019.

Grafik 3.2 Realisasi Pajak Dalam Negeri per Jenis Pajak

Sumber: OM-SPAN, 2020 (diolah)

Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa dari 6 jenis Pajak

Dalam Negeri, realisasi untuk PPh Migas dan PBB mengalami

penurunan jika dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi

penerimaan PPh Migas pada tahun 2019 sebesar Rp1,63 miliar yang

jika dibandingkan tahun sebelumnya mengalami penurunan sebesar

Pajak Dalam NegeriRp4,59 triliun (99,92%)

Pajak Perdagangan Internasional

Rp3,45 miliar (0,08%)

1,63

2.219,522.233,05

53,25 0,18 80,862,68

2.094,482.005,59

79,040,00 67,91

-39,27%

5,97% 11,34%

-32,62%

0,00%

19,07%

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

PPh Migas PPh Non Migas PPN PBB Cukai Pajak Lainnya

Realisasi 2019 Realisasi 2018 %

(tri

liun

Page 54: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab III | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional

32 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Dibanding tahun lalu, realisasi PPh

Migas dan PBB tahun ini

mengalami penurunan,

sedangkan PPh Non Migas, PPN, Cukai dan Pajak Lainnya

mengalami kenaikan.

Rp1,05 miliar atau 39,27 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini

diakibatkan penurunan harga komoditas di pasar global yang

berdampak kepada penurunan harga komoditas di wilayah Aceh.

Sedangkan PBB pada tahun 2019 terealisasi sebesar Rp53,25 miliar

mengalami penurunan dibandingkan realisasi pada tahun 2018 yang

sebesar Rp79,04 miliar. Penurunan PBB merupakan dampak dari

adanya insentif pengurangan pajak khususnya PBB di Aceh.

Sementara itu, kenaikan realisasi terjadi pada PPh Non Migas,

PPN, dan Pajak Lainnya. PPN yang memiliki jumlah pendapatan

pajak terbesar tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp227,46

miliar atau sebesar 11,34 persen dibandingkan tahun lalu. Diikuti oleh

PPh Non Migas yang mengalami kenaikan sebesar 5,97 persen

disbanding realisasi tahun lalu sebesar Rp2,09 triliun. Kemudian

realisasi Pajak Lainnya yang terealisasi sebesar Rp80,86 miliar dan

mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2018 yang hanya terealisasi

sebesar Rp67,91 miliar.

Grafik 3.3 Realisasi Penerimaan Pajak per Kab./Kota di Provinsi Aceh

Sumber: OM-SPAN, 2020 (diolah)

Kontribusi terbesar penerimaan Pajak

Dalam Negeri berasal dari Kota

Banda Aceh. Sedangkan

kontribusi terkecil berasal dari Kota

Sabang.

Jika diuraikan berdasarkan kabupaten/kota, terlihat bahwa

Kota Banda Aceh merupakan daerah yang memberikan kontribusi

penerimaan perpajakan paling besar dengan total realisasi sebesar

Rp1,365 triliun atau dengan kontribusi sebesar 29,76 persen dari total

realisasi penerimaan pajak tahun 2019. Besarnya kontribusi Kota

Banda Aceh disebabkan oleh posisinya sebagai pusat perdagangan

dan jasa, serta pembangunan di Aceh, sehingga Banda Aceh dapat

dianggap sebagai poros dari perekonomian Provinsi Aceh. Kontribusi

terbesar kedua adalah Kab. Pidie Jaya dengan total realisasi pada

2,15%

-25,90%

7,41%

10,23%

3,58%

53,24%

8,48%

20,10%

16,33%

15,38%

-7,75%

12,52%

40,31%

21,84%

29,47%

19,03%

47,64%42,18%

10,33%

6,67%

22,26%

20,99%

36,78%

-100%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

(mili

ar R

p)

2018 2019 % y-on-y

Page 55: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional | Bab III

Annual Regional Fiscal Report 2019 33

Pada tahun 2019 Kab. Aceh Besar

mengalami kenaikan

penerimaan pajak paling signifikan dibanding tahun

sebelumnya

tahun 2018 sebesar Rp511,95 miliar dengan persentase kontribusi

sebesar 11,16 persen dari total realisasi penerimaan pajak tahun

2019. Sementara itu Kota Sabang menjadi daerah dengan kontribusi

penerimaan pajak terkecil dengan total realisasi sebesar Rp16,04

miliar atau hanya sebesar 0,35 persen dari total pajak dalam negeri

Aceh 2019.

Kabupaten Aceh Besar menjadi daerah dengan persentase

kenaikan penerimaan pajak tertinggi dari realisasi penerimaan tahun

sebelumnya. Tercatat penerimaan pajak dari Kab Aceh Besar naik

sebesar 53,24 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan ini sebagai

indikasi meningkatnya belanja infrasturktur pemerintah jika

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan Kab. Pidie Jaya

menjadi daerah dengan persentase penurunan pajak tertinggi yaitu

turun sebesar 25,90 persen.

Grafik 3.4 Realisasi Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional di Aceh

Sumber: OM-SPAN, 2020 (diolah)

Realisasi pajak perdagangan internasional

mengalami penurunan

dibandingkan dengan tahun lalu.

Untuk penerimaan pajak perdagangan Internasional di Aceh,

dalam 5 tahun terakhir selalu didominasi penerimaan Bea Masuk.

Pada tahun 2019 realisasi penerimaan Bea Masuk sebesar Rp3,45

miliar, atau dengan persentase sebesar 100 persen dari total

penerimaan pajak perdagangan internasional tahun 2019. Angka

penerimaan tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan

tahun sebelumnya. Selain itu untuk penerimaan dari Bea Keluar justru

nol dalam 4 tahun terakhir. Masih banyaknya komoditi di Aceh yang

diekspor melalui pelabuhan di luar Aceh, serta masih banyaknya

kegiatan ekspor yang belum tercatat untuk dikenai pungutan pajak

ekspor diduga menjadi penyebab utama penurunan tersebut.

2015 2016 2017 2018 2019

Bea Masuk 42,40 8,85 3,67 14,07 3,45

Bea Keluar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Pendapatan denda administrasi 0,32 1,01 0,81 0,00 0,00

Pendapatan Pabean Lainnya 0,00 0,02 0,00 0,00 0,00

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

(mili

ar

Total 2016:Rp9,88 Miliar

Total 2017:Rp4,48 Miliar

Total 2018:Rp14,07 Miliar

Total 2019:Rp3,45 Miliar

Total 2015: Rp42,72 Miliar

Page 56: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab III | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional

34 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

3.2.1.2 Kinerja Perpajakan Aceh

Tingkat kepatuhan masyarakat dalam

membayar pajak yang tergambar dalam Tax Ratio

Aceh terus mengalam

penurunan dalam 5 tahun terakhir

Untuk melihat sejauh mana tingkat kepatuhan dari para wajib

pajak dalam pembayaran pajak di suatu daerah, selain dari total

realisasi pajak juga harus dilihat perkembangan jumlah PDRB di

daerah tersebut. Hal itu terwujud dalam tax ratio. Tax ratio merupakan

perbandingan antara jumlah penerimaan pajak dibandingkan dengan

PDRB suatu daerah. Rasio itu digunakan untuk menilai tingkat

kepatuhan pembayaran pajak oleh masyarakat dalam suatu daerah

Grafik 3.5 Perkembangan Tax Rasio Aceh

Sumber: OM-SPAN, 2020 (diolah)

Dari grafik diatas terlihat bahwa pada tahun 2019 tax ratio

Aceh mengalami penurunan 3 basis poin, seiring dengan penurunan

angka realisasi pajak di Aceh. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat

kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak di Aceh tahun 2019

mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu,

penurunan tersebut meneruskan tren penurunan tax ratio yang juga

terjadi di tahun sebelumnya.

3.2.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Realisasi PNBP Mengalami

kenaikan dalam 5 tahun terakhir.

Selain optimalisasi sektor pajak, salah satu langkah kebijakan

fiskal di bidang pendapatan negara adalah optimalisasi PNBP. PNBP

di Aceh terbagi menjadi 3 jenis penerimaan, yaitu penerimaan Sumber

Daya Alam (SDA), Pendapatan BLU, serta PBNP Lainnya.

Realisasi PNBP di Aceh tahun 2019 sebesar Rp932,66 miliar,

naik jika dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp896,43

miliar. Selain itu terjadi kenaikan pada realisasi PNBP dalam empat

tahun terakhir pasca turun signifikan pada tahun 2015.

2015 2016 2017 2018 2019

Pajak 4,37 4,43 4,40 4,26 4,59

PDRB 128,89 137,28 141,08 150,35 164,21

tax ratio 3,39% 3,22% 3,12% 2,83% 2,80%

3,39%3,22% 3,12%

2,83% 2,80%

0,00%

1,50%

3,00%

4,50%

0

20

40

60

80

100

Page 57: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional | Bab III

Annual Regional Fiscal Report 2019 35

Grafik 3.6 Perkembangan Realisasi PNBP Aceh

Sumber: OM-SPAN, 2020 (diolah)

Jenis PNBP Pendapatan BLU

dan PNBP Lainnya mengalami

kenaikan realisasi dalam 5 tahun

terakhir.

PNBP Lainnya menjadi jenis PNBP

dengan kontribusi terbesar di Aceh .

Bila diuraikan per jenis penerimaannya, terlihat bahwa

penerimaan dari hasil pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) nihil

realisasi dalam empat tahun terakhir. Hal ini dikarenakan belum ada

sumber pendapatan dari retribusi pengelolaan SDA sebagai

pengganti sektor migas yang pada tahun-tahun sebelumnya mampu

menyumbang untuk penerimaan negara, khususnya produksi gas dari

PT. Arun di Lhokseumawe. Sedangkan Pendapatan PNBP Lainnya

mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.

Meskipun demikian, nihilnya realisasi PNBP dari sektor

pengelolaan SDA dan turunnya pendapatan dari PNBP Lainnya tidak

berpengaruh signifikan terhadap keseluruhan realisasi PNBP, karena

secara keseluruhan realisasi PNBP pada tahun 2019 tetap mengalami

kenaikan. Kenaikan tersebut tak lepas dari kenaikan yang signifikan

pada pendapatan BLU. Realisasi PNBP dari pendapatan layanan BLU

pada tahun 2019 terealisasi sebesar Rp375,83 miliar, meningkat jika

dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya yang sebesar

Rp312,94 miliar. Pendapatan BLU terus mengalami kenaikan dalam

empat tahun terakhir. Hal itu dikarenakan pendapatan PNBP yang

signifikan pada satker BLU UIN Ar-Raniry dan BP2IP Malahayati.

Selain itu, ditetapkannya Universitas Syiah Kuala sebagai satker BLU

baru pada tahun 2018 juga memiliki andil signifikan dalam naiknya

pendapatan BLU.

PNBP Lainnya, sebagai jenis PNBP dengan kontribusi

penerimaan terbesar, tahun 2019 mengalami penurunan realisasi

dibanding tahun 2018. Tercatat pada tahun 2019 total realisasi PNBP

Lainnya Rp546,13 miliar, turun jika dibandingkan dengan tahun lalu

2015 2016 2017 2018 2019

Penerimaan SDA 692,47 0,00 0,00 0,00 0,00

Penerimaan BLU 41.815,69 88.657,09 94.819,29 312.936,80 375.828,01

PNBP Lainnya 263.097,48 491.937,88 676.917,66 583.500,30 556.834,26

Total 305.605,64 580.594,97 771.736,95 896.437,10 932.662,27

305.605,64

580.594,97

771.736,95

896.437,10 932.662,27

0

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

-100.000

100.000

300.000

500.000

700.000

Page 58: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab III | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional

36 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

yang sebesar Rp622,92 miliar. PNBP Lainnya terbagi dalam sembilan

jenis, yaitu Pendapatan Pengelolaan BMN dan Penjualan,

Pendapatan Administrasi dan Penegakan Hukum, Pendapatan

Kesehatan, Perlindungan Sosial, dan Keamanan, Pendapatan

Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi, Pendapatan Transportasi,

Pendapatan Jasa Lainnya, Pendapatan Bunga, Pendapatan Iuran

dan Denda, dan Pendapatan Lain-lain.

Tabel 3.2 Realisasi Per Jenis PNBP Lainnya

Jenis PNBP Lainnya 2019 2018

Pendapatan Pengelolaan BMN dan Penjualan 16,49 7,88

Pendapatan Administrasi dan Penegakan Hukum 168,78 186,24

Pendapatan Kesehatan, Perlindungan Sosial, dan Keamanan 101,61 88,25

Pendapatan Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi 186,64 294,52

Pendapatan Transportasi 17,53 13,63

Pendapatan Jasa Lainnya 0,43 0,19

Pendapatan Bunga 3,51 6,88

Pendapatan Iuran dan Denda 2,53 0,26

Pendapatan Lain-Lain 48,60 25,06

Total 546,13 622,92

Sumber: OM-SPAN, 2020 (diolah)

Pendapatan

layanan pendidikan menjadi kontributor

tertinggi dalam PNBP Lainnya di

Aceh. Sedangkan Pendapatan Kesehatan,

Perlindungan Sosial, dan Keamanan

menjadi jenis PNBP Lainnya dengan

nominal kenaikan tertinggi dari tahun

sebelumnya.

Secara nominal Pendapatan Pendidiakan mengalami penurunan

tertinggi.

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa penerimaan dalam

rangka peningkatan kualitas pendidikan memiliki kontribusi terbesar

dalam PNBP Lainnya. Pada tahun 2019, Pendapatan Pendidikan,

Budaya, Riset, dan Teknologi berkontribusi sebesar Rp186,64 miliar.

Meskipun memiliki kontribusi paling besar, namun menurun dibanding

tahun 2018 yang berkontribusi sebesar Rp294,52 miliar.

Selanjutnya diikuti oleh Pendapatan Administrasi dan

Penegakan Hukum dengan realisasi ditahun 2019 sebesar Rp168,78

atau 30,91 persen dari total PNBP Lainnya. Sedangkan kontribusi

terkecil diperoleh dari Pendapatan Jasa Lainnya yaitu Rp426,54 juta

pada tahun 2019.

Dari Sembilan jenis PNBP Lainnya tersebut, Pendapatan

Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi pada tahun 2019 secara

nominal mengalami penurunan tertinggi dibanding tahun sebelumnya

dengan selisih penurunan Rp107,88 miliar atau secara persentase

turun 36,63 persen, hal ini disebabkan perubahan status Universitas

Syiah Kuala menjadi BLU. Secara persentase Pendapatan Bunga

mengalami penurunan yang paling besar yaitu sebesar 48,96 persen.

Page 59: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional | Bab III

Annual Regional Fiscal Report 2019 37

3.3 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

3.3.1 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Organisasi

Tahun 2019, pagu

belanja APBN yang disalurkan di

seluruh KPPN di lingkup Kanwil DJPB

Prov. Aceh bertambah

signifikan dari tahun sebelumnya

dikarenakan adanya tambahan

alokasi dari penyaluran Transfer DAK Fisik dana Desa

Alokasi APBN Tahun Anggaran 2019 untuk Belanja

Pemerintah Pusat di Provinsi Aceh sebesar Rp15,49 triliun. Alokasi

tersebut untuk membiayai 48 Kementerian Negara/Lembaga (K/L).

Realisasi hingga berakhirnya Tahun Anggaran 2019 mencapai

Rp14,76 triliun atau sebesar 95,30 persen. Dilihat dari Pagunya, 10

K/L atau Bagian Anggaran (BA) dengan Pagu Besar (menyusun 83,35

persen APBN di Provinsi Aceh) mempunyai penyerapan mendekati

target penyerapan 90 persen dengan 8 K/L yang mampu memenuhi

target. Secara keseluruhan terdapat 40 K/L yang memenuhi target.

Akibat penyerapan yang belum optimal tersebut tentu akan

menyebabkan masih adanya sisa alokasi anggaran yang tidak

direalisasikan hingga akhir tahun. Sisa alokasi yang tidak terserap

tersebut mencapai Rp601,43 miliar atau sebesar 3,91 persen dari

seluruh alokasi.

Tabel 3.3 Tingkat Penyerapan 10 K/L Pagu Terbesar TA 2019

No. Nama Kementerian/Lembaga Pagu Realisasi % Sisa Blokir

1. Kementerian Agama 3.061,01 3.083,83 100,75% (22,82) 0,43

2. Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat 2.933,82 2.629,28 89,62% 304,54 28,44

3. Kementerian Pertahanan 2.300,25 2.243,93 97,55% 56,32 0,00

4. Kepolisian Negara Republik Indonesia 1.594,21 1.715,34 107,60% (121,14) 0,00

5. Kementerian Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi 1.125,13 1.083,00 96,26% 42,13 0,00

6. Komisi Pemilihan Umum 632,49 616,70 97,50% 15,79 0,00

7. Badan Pengawas Pemilihan Umum 360,65 233,87 64,85% 126,78 0,00

8. Kementerian Perhubungan 319,23 302,19 94,66% 17,04 0,00

9. Mahkamah Agung 240,53 239,57 99,60% 0,96 0,00

10. Kementerian Pertanian 238,84 228,94 95,85% 9,90 0,00

38 K/L Lainnya 2.557,51 2.385,60 93,28% 171,91 22,75

Sumber: MEBE, 2020 (diolah)

Pada tabel diatas, ada 2 K/L yang mempunyai pengaruh besar

dengan sisa anggaran diatas Rp100 miliar antara lain Kementerian

PU/PR Rp304,54 miliar dan Badan Pengawas Pemilihan Umum

Rp126,78 miliar. Permasalahan utama dalam pelaksanaan anggaran

tahun 2019 terkait Pertama, tumpang tindih kegiatan, Kedua

pertanggungjawaban melewati batas akhir tahun anggaran untuk GU

Nihil dan SP3B BLU Ketiga, blokir belanja pada Kementerian PUPR.

Selain alokasi yang tidak terserap, masih terdapat blokir dana hingga

Page 60: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab III | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional

38 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

berakhirnya tahun anggaran 2019, terdapat Rp51,63 miliar atau 0,34

persen dari total alokasi yang tentunya berpengaruh terhadap

pelaksanaan kegiatan K/L.

3.3.2 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi

Fungsi Pelayanan Umum merupakan

fungsi dengan anggaran terbesar dari alokasi APBN

Klasifikasi anggaran menurut fungsi yang tersebar di berbagai

K/L merupakan pengelompokan alokasi anggaran yang

mencerminkan tugas-tugas pemerintahan yang melekat pada setiap

satuan kerja dan bagian anggaran. Sebaran alokasi anggaran per

fungus disajikan pada Grafik II.8. Grafik II.8 memperlihatkan bahwa

pada tahun anggaran 2019, fungsi pelayanan umum merupakan

anggaran yang mendapatkan dana alokasi APBN paling besar yaitu

Rp8,91 triliun (39,92 persen). Fungsi ini dilaksanakan oleh 14 K/L

yang ada, Bendahara Umum Negara (BA 999) merupakan K/L

dengan alokasi pagu terbesar yaitu Rp7,70 triliun atau 83,61 persen,

diikuti oleh Komisi Pemilihan Umum sebesar Rp632,49 miliar dari

pagu yang ada. Alokasi dana pada KPU tersebut digunakan dalam

rangka penyelenggaran pemilihan umum yang dilaksanakan di

provinsi Aceh pada tahun 2019.

Grafik 3.7 Persentase Alokasi APBN Berdasarkan Klasifikasi Fungsi TA 2019

Sumber: MEBE, 2020 (diolah)

F.08 - Fungsi Pariwisata dan Budaya mendapat alokasi

paling kecil yaitu sebesar Rp1,90 miliar (0,01 persen). Proporsi alokasi

dana untuk fungsi tersebut setiap tahun sangat kecil yang seharusnya

menjadi pertimbangan oleh pemerintah pusat mengingat Provinsi

39,92%

0,01%

1,78%14,01%1,52%2,35%

1,26%

9,97%

9,87%

19,18%

0,13%F.01 Pelayanan Umum

F.06 Perumahan dan Fasilitas Umum

F.08 Pariwisata dan Budaya

F.10 Pendidikan

F.11 Perlindungan Sosial

F.04 Ekonomi

F.05 Lingkungan Hidup

F.03 Ketertiban dan Keamanan

F.09 Agama

F.02 Pertahanan

F.07 Kesehatan

Page 61: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional | Bab III

Annual Regional Fiscal Report 2019 39

Pada tahun 2019, Aceh mendapat 3

juara dari nominasi yang ada di

Anugerah Indonesia Award (API) 2019

yaitu Mangrove Forest Park dari

Kota Langsa kategori Ekowisata

Terpopuler yang juga berhasil

menjadi juara Favorit API 2019,

Kilometer Nol Indonesia dari

Sabang kategori kategori Destinasi

Unik Terpopuler, dan Tansaran Bidin

dari Bener Meriah kategori Surga

Tersembunyi Terpopuler

Arah pembangunan infrastruktur di

Aceh sedang berfokus kepada

Pembangunan Jalan Tol Banda Aceh-

Sigli sepanjang 74,82 km yang

dimulai sejak Desember 2018

Aceh memiliki potensi wisata yang cukup besar untuk dapat

dikembangkan lebih baik, terutama wisata alam, wisata bahari, dan

wisata sejarah. Pada tahun 2019, Aceh mendapat 3 juara dari

nominasi yang ada di Anugerah Indonesia Award (API) 2019 yaitu

Mangrove Forest Park dari Kota Langsa kategori Ekowisata

Terpopuler yang juga berhasil menjadi juara Favorit API 2019,

Kilometer Nol Indonesia dari Sabang kategori kategori Destinasi Unik

Terpopuler, dan Tansaran Bidin dari Bener Meriah kategori Surga

Tersembunyi Terpopuler. Selain itu dengan adanya Aceh sebagai

World's Best Halal Cultural Destination 2016 yang masih menjadi

wisata andalan Aceh dianggap masih memerlukan pengembangan

infrastruktur pariwisata. Disisi lain, Sabang sebagai wisata bahari

dalam acara-acara skala internasional juga kini menjadi salah satu

spot persinggahan kapal-kapal pesiar. Maka dalam rangka

penyempurnaan kawasan wisata dan sarana pendukung di provinsi

Aceh, diharapkan pemerintah pusat juga memberikan perhatian

berupa dukungan alokasi dana pada fungsi pariwisata dan budaya.

Untuk melihat perbandingan pagu dan kinerja realisasi

anggaran menurut klasifikasi fungsi pada TA 2018 dan 2019 dapat

dilihat pada Grafik II.9. Data pada Grafik II.9 menunjukkan bahwa

kinerja penyerapan anggaran menurut klasifikasi fungsi pada akhir TA

2019 secara umum masih lebih baik dibandingkan periode

sebelumnya. Namun demikian, terdapat 1 (satu) fungsi yang

mempunyai kinerja penyerapan jauh di bawah tingkat penyerapan di

fungsi yang sama pada periode sebelumnya, yaitu F.06 – Fungsi

Perumahan dan Fasilitas Umum yang dikelola oleh Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Hal ini dikarenakan pada

2019 arah pembangunan infrastruktur di Aceh tidak berfokus kepada

pembangunan pada perumahan namun sedang berfokus kepada

Pembangunan Jalan Tol Banda Aceh-Sigli sepanjang 74,82 km yang

dimulai sejak Desember 2018.

Page 62: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab III | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional

40 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Grafik 3.8 Perbandingan Realisasi Anggaran Berdasarkan Klasifikasi Fungsi TA 2018 dan 2019

Sumber: MEBE, 2020 (diolah)

3.3.3 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Jenis Belanja

Porsi anggaran terbesar dari total

APBN di Aceh dialokasikan pada

jenis Belanja Pegawai

Porsi anggaran terbesar dialokasikan pada belanja pegawai

yaitu sebesar Rp6,56 triliun atau 42,38 persen dari total APBN di

wilayah Aceh. Belanja Bantuan Sosial mendapatkan porsi alokasi

anggaran terkecil yaitu sebesar Rp42,06 miliar dan mengalami

kenaikan pagu sebesar 61,70 persen dari anggaran TA 2018 yang

sebesar Rp26,01 miliar. Namun kenaikan pagu pada Belanja Bantuan

Sosial tidak diiringi dengan kenaikan realisasi, dikarenakan adanya

keterlambatan penetapan penerimaan bantuan sosial oleh

pemerintah yang terjadi pada Kementerian Agama Simeuleu melalui

Surat Keputusan Penetapan Penerima Bantuan Sosial yang baru

ditetapkan pada bulan Desember 2019. Selain itu pembukaan

rekening dari pusat juga baru dilakukan pada minggu kedua

Desember 2019, sehingga dana tidak dapat dicairkan hingga akhir

tahun. Terdapat juga kendala pada SPM, yaitu adanya kesalahan

pada salah satu SPM dan terlambatnya pengajuan dispensasi SPM.

Keterlambatan tersebut disebabkan oleh jauhnya jarak dari Simeulue

ke Banda Aceh.

Secara total keseluruhan pagu belanja APBN di Provinsi Aceh

mengalami peningkatan sebesar Rp895,75 miliar atau 5,30 persen

dibandingkan periode sebelumnya yang hanya sebesar Rp14,59

triliun. Namun pada jenis Belanja Modal cenderung mengalami

penurunan pagu dikarenakan realisasi yang relatif lebih kecil

dibandingkan dengan jenis belanja lainnya berdasarkan periode

96,77% 98,27%

97,55% 95,53%

93,72%88,64%

97,34% 97,15%

104,38%

90,30% 88,12%

96,26% 92,66%

99,14% 97,38%

79,34% 77,89%

97,85% 98,89%

98,30%

84,46%75,94%

6,66%12,00%

28,79%

-27,65%

-16,71%

-29,59%

7,47%

23,10%

0,70%-6,34%

65,27%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

10.000

F.01 F.02 F.03 F.04 F.05 F.06 F.07 F.08 F.09 F.10 F.11

PAGU 2019 PAGU 2018 % REAL 20019 % REAL 2018 % NAIK/TURUN PAGU

Page 63: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional | Bab III

Annual Regional Fiscal Report 2019 41

Rendahnya penyerapan pada

jenis Belanja Modal dikarenakan

adanya keterlambatan

pembebasan lahan yang

mengakibatkan proses

pembangunan fisik menjadi terhambat

sebelumnya. Pada tahun 2019, dibandingkan dengan Belanja

Pegawai dan Belanja Barang yang juga mengalami peningkatan

realisasi, Belanja Modal mengalami peningkatan realisasi paling

rendah. Rendahnya penyerapan pada jenis Belanja Modal ini

dikarenakan adanya keterlambatan pembebasan lahan yang

mengakibatkan proses pembangunan fisik menjadi terhambat. Seperti

pembangunan jaringan irigasi Lhokguci dan pembangunan pelabuhan

balohan yang merupakan proyek multiyears. Keterlambatan

pembangunan mengakibatkan pergeseran anggaran pada tahun

anggaran berikutnya.

Grafik 3.9 Alokasi dan Realisasi Belanja TA 2018 dan 2019

Sumber: MEBE, 2020 (diolah)

Adanya peningkatan pagu

pada Belanja Pegawai sebesar

8,40 persen

Untuk jenis Belanja Pegawai dan Belanja Barang masing-

masing mengalami peningkatan pagu dan kinerja penyerapan

anggaran dibandingkan dengan periode sebelumnya. Belanja Barang

pada tahun 2018 memiliki pagu sebesar Rp5,34 triliun dan pada tahun

2019 mengalami peningkatan sebesar 7,15 persen menjadi Rp5,72

triliun. Selanjutnya Belanja Pegawai mengalami peningkatan pagu

terbesar hingga 8,40 persen. Peningkatan pagu disebabkan adanya

tambahan CPNS baru rekrutmen tahun 2018 dan adanya

penyesuaian tunjangan kinerja.

3.4 TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

Transfer ke Daerah dan Dana Desa adalah bagian dari

belanja negara dalam rangka mendanai pelaksanaan desentralisasi

fiskal berupa Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana

Otonomi Khusus dan Dana Insentif Daerah dan Dana Desa. Pada

tahun 2019, total realisasi dana transfer ke daerah untuk wilayah Aceh

6.56

2,6

1

5.72

2,5

3

3.15

8,5

7

42,0

6

6.05

4,3

3

5.34

0,5

7

3.16

9,11

26,0

1

99,71%93,22% 89,94%

91,79%95,53% 90,95%

84,80%

99,77%

8,40% 7,15%-0,33%

61,70%

-50,00%

-20,00%

10,00%

40,00%

70,00%

100,00%

0,00

200,00

400,00

600,00

800,00

1.000,00

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial

PAGU 2019 PAGU 2018 % REAL 2019 % REAL 2018 % NAIK/TURUN PAGU

Page 64: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab III | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional

42 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

sebesar Rp35,94 triliun. Berikut perkembangan Pagu dan Realisasi

Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa pada tahun 2018 s.d. 2019

untuk Provinsi Aceh sebagai berikut:

Tabel 3.4 Pagu dan Realisasi Dana Transfer Provinsi Aceh 2018 s.d. 2019

Dana Transfer 2019 2018

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

Dana Alokasi Umum 15.438,16 15.438,16 100,00% 14.728,92 14.728,92 100,00%

Dana Bagi Hasil 1.830,25 1.282,51 70,07% 1.328,58 1.120,58 84,34%

DAK Fisik 2.742,87 2.608,12 95,09% 2.700,80 2.503,83 92,71%

DAK Nonfisik 3.488,00 3.176,09 91,06% 3.227,09 3.074,94 95,29%

Dana Desa 4.955,50 4.950,92 99,91% 4.459,41 4.456,72 99,94%

Dana Otsus dan DID 8.488,54 8.488,54 100,00% 8.451,29 8.433,54 99,79%

TOTAL 36.943,32 35.944,34 97,30% 34.896,10 34.318,53 98,34%

Sumber: OMSPAN dan SIMTRADA DJPK, 2020 (diolah)

Tahun 2019 Alokasi Dana Transfer ke

Daerah naik sebesar 5,87

persen dibanding tahun sebelumnya.

Alokasi Dana Transfer ke Daerah pada tahun 2019 mengalami

kenaikan sebesar Rp2,04 triliun atau sekitar 5,87 persen

dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini disebabkan oleh

kebijakan pemerintah untuk mengalokasikan lebih banyak Dana

Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil dan Dana Desa pada tahun 2019.

Dalam pelaksanan anggaran, realisasi Dana Transfer ke Daerah dan

Dana Desamencapai 97,30 persen dari total pagu yang disediakan.

Dari Rp36,94 triliun pagu dana transfer, sebesar Rp13,44

triliun atau sekitar 36,38 persen merupakan bagian pemerintah

Provinsi Aceh, sisanya Rp23,50 triliun atau sekitar 63,62 persen

disalurkan kepada 23 kabupaten/kota di wilayah Aceh.

Kabupaten/kota yang menerima dana transfer terbesar ialah

Kabupaten Aceh Utara sebesar Rp2,16 triliun dan yang menerima

dana dengan alokasi terkecil ialah Kota Subulussalam sebesar

Rp531,26 miliar. Perbandingan distribusi Dana Transfer pada 2019

untuk kabupaten/kota terlihat pada grafik 3.10 berikut.

Grafik 3.10 Pagu dan Realisasi Transfer ke Daerah per Kab./Kota TA 2019

Sumber: OMSPAN dan SIMTRADA DJPK, 2020 (diolah)

96,66%

97,24%

97,83%

97,47%

97,58%

96,97%

97,48%

98,52%

97,16%

93,77%

97,65%

96,44%

97,71%

98,10%

98,12%

97,93%

98,18%

98,66%

96,43%

97,71%

97,81%

97,65%

96,97%

75%

80%

85%

90%

95%

100%

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

(mili

ar R

p)

Pagu Realisasi % Realisasi

Page 65: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional | Bab III

Annual Regional Fiscal Report 2019 43

3.4.1 Dana Transfer Umum

Dalam 2 tahun berturut-turut, DAU mengalami realisasi

maksimal yaitu sebesar 100 persen

Dana Transfer Umum dalam PMK Nomor 50/PMK.07/2017

terbagi menjadi 2 (dua) yaitu Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana

Bagi Hasil (DBH). Dana Alokasi Umum di Provinsi Aceh yang

dialokasikan pada tahun 2019 sebesar Rp15,44 triliun, mengalami

kenaikan sebesar 4,82 persen dibandingkan dengan tahun 2018. Jika

dilihat dalam 2 tahun berturut-turut, DAU mengalami realisasi

maksimal sebesar 100 persen. Realisasi penyaluran DBH sebesar

Rp1,28 triliun atau 90,81 persen dari pagu alokasi DBH, meningkat

Rp161,93 miliar jika dibandingkan dengan realisasi pada tahun 2018

yang hanya mencapai Rp1,12 triliun atau 84,34 persen. Kenaikan

realisasi penyaluran DBH tersebut dikarenakan pagu alokasi DBH

tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp83,73 miliar atau 6,30

persen dibandingkan tahun 2018.

Grafik 3.11 Alokasi dan Realisasi Dana Transfer Umum Tahun 2015-2019

Sumber: SIMTRADA DJPK, 2020 (diolah)

3.4.2 Dana Transfer Khusus

Penggunaan Dana

Trasnfer Khusus itu sendiri yang pada

APBN dibagi menjadi 2 (dua)

yaitu DAK Fisik dan DAK Non Fisik

Melalui kebijakan Dana Transfer Khusus, Pemerintah Pusat

mengambil peran untuk mempengaruhi pola belanja daerah dalam

upaya mengurangi kesenjangan layanan antar daerah. Hal tersebut

dilakukan melalui penentuan arah penggunaan DTK itu sendiri yang

pada APBN dibagi menjadi 2 (dua) yaitu DAK Fisik dan DAK Non

Fisik. Total Pagu DAK Fisik untuk Provinsi Aceh pada tahun 2019

sebesar Rp2,74 triliun yang diantaranya Rp 2,40 triliun merupakan

DAK Fisik bertahap dan Rp339,94 triliun merupakan DAK Fisik

sekaligus. Penyaluran DAK Fisik tahun 2019 terealisasi sebesar

Rp2,61 triliun atau 95,09 persen dari pagu DAK Fisik tahun 2019,

13.2

33,9

1

13.2

33,9

1

14.0

65,9

4

14.0

65,9

4

14.6

70,5

8

14.6

93,3

4

14.7

28,9

2

14.7

28,9

2

15.4

38,1

6

15.4

38,1

6

2.04

7,8

3

1.62

8,0

4

1.56

8,7

3

1.26

2,2

8

2.47

1,5

5

1.44

1,2

5

1.32

8,5

8

1.12

0,5

8

1.83

0,2

5

1.28

2,51

15.281,75

14.861,95

15.634,67

15.328,23

17.142,14

16.134,58

16.057,50

15.849,50

17.268,41

16.720,67

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

0

4.000

8.000

12.000

16.000

20.000

Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi

2015 2016 2017 2018 2019DAU DBH Total

(mili

ar R

p)

Page 66: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab III | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional

44 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

meningkat Rp104,30 miliar atau sebesar 4,17 persen dibandingkan

tahun 2018. Sedangkan untuk Pagu DAK Non Fisik pada tahun 2019

sebesar Rp3,49 triliun, mengalami kenaikan pagu sebesar Rp260,91

juta atau 8,08 persen dibandingkan tahun 2018. Namun realisasi

penyaluran DAK Non Fisik mengalami penurunan sebesar Rp101,15

miliar atau sebesar 3,29 persen dibandingkan periode yang sama

pada tahun 2018.

Grafik 3.12 Alokasi dan Realisasi Dana Transfer Khusus Tahun 2015-2019

Sumber: SIMTRADA DJPK, 2020 (diolah)

3.4.3 Dana Desa

Realisasi

penyaluran Dana Desa di Provinsi

Aceh tahun 2019 sebesar 99,91

persen dari pagu Dana Desa yaitu

Rp4,95 triliun

Realisasi penyaluran Dana Desa di Provinsi Aceh tahun 2019

sebesar Rp4,96 triliun dengan persentase sebesar 99,91 persen dari

pagu sebesar Rp4,95 triliun. Realisasi tersebut meningkat sebesar

Rp496,10 miliar atau 11,12 persen dari periode yang sama tahun

2018. Proporsi besarnya Dana Desa yang dialokasikan setiap

tahunnya mengalami fluktuasi. Setelah di tahun 2018 mengalami

penurunan alokasi pagu dana desa, namun pada tahun 2019 terjadi

peningkatan pagu kembali.

Grafik 3.13 Alokasi dan Realisasi Dana Desa Tahun 2015-2019

Sumber: OMSPAN, 2020 (diolah)

3.22

9,3

5

3.17

8,4

9

3.05

4,7

3

2.25

7,1

1

3.03

2,9

3

2.76

2,8

4

3.22

7,0

9

3.07

4,9

4

3.48

8,0

0

3.17

6,0

9

4.7

53

,00

4.0

40

,30

2.9

47

,08

2.7

66

,47

2.7

00

,80

2.5

03

,83

2.7

42

,87

2.6

08

,12

3.229,35 3.178,49

7.807,74

6.297,42

5.980,01

5.529,31

5.927,90

5.578,77

6.230,87

5.784,21

0

2.000

4.000

6.000

8.000

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi

2015 2016 2017 2018 2019DAK Non Fisik DAK Fisik Total

(mili

ar R

p)

1,71 3,83 4,89 4,89 4,961,71 3,82 4,89 4,46 4,95

100,00% 99,81% 99,88%91,09%

99,91%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

2015 2016 2017 2018 2019

Pagu Realisasi % Realisasi

(tri

liun

Rp

)

Page 67: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional | Bab III

Annual Regional Fiscal Report 2019 45

3.4.4 Dana Insentif Daerah dan Otonomi Khusus

Realisasi

penyaluran DID dan Dana Otsus pada tahun 2019 telah terealisasi secara

maksimal yaitu 100 persen dari dana

yang dialokasikan, meningkat

dibandingkan tahun 2018 yang hanya

terealisasi sebesar 99,79 persen

Provinsi Aceh sebagai salah satu daerah yang menerima

Dana Otonomi Khusus (Otsus) diatur dalam Undang-Undang Nomor

11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Pagu dana Otsus yang

dialokasikan di Aceh pada 2019 sebesar Rp8,36 triliun dan

mengalami kenaikan sebesar 4,08 persen dibanding tahun 2018.

Realisasi penyaluran DID dan Dana Otsus pada tahun 2019 telah

terealisasi secara maksimal yaitu 100 persen dari dana yang

dialokasikan, meningkat dibandingkan tahun 2018 yang hanya

terealisasi sebesar 99,79 persen. Terlihat pada tabel dibawah bahwa

realisasi dana Otsus meningkat selama 5 tahun terakhir, namun DID

lebih cenderung mengalami fluktuasi dikarenakan alokasi dana yang

juga berfluktuasi.

Grafik 3.14 Alokasi dan Realisasi Dana Insentif Daerah dan Dana Otonomi Khusus Tahun 2015-2019

Sumber: SIMTRADA DJPK, 2020 (diolah)

3.5 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL

Analisis Cash Flow yang dimaksud adalah analisis yang

mengelaborasi lebih dalam kondisi arus kas masuk (cash in flow) dan

arus kas keluar (cash out flow) Pemerintah Pusat pada provinsi Aceh

dalam periode waktu tahun 2019. Arus kas masuk berasal dari

pendapatan Pemerintah, sedangkan arus kas keluar adalah belanja

pemerintah pusat dan dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa.

3.5.1 Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara)

Pendapatan pemerintah yang ada di Provinsi Aceh berasal

dari pendapatan pajak sebesar Rp4,60 triliun dan PNBP Rp932,66

7.05

7,76

7.05

7,7

6

7.70

7,2

2

7.70

7,2

2

7.97

1,6

5

7.97

1,6

5

8.02

9,7

9

8.02

9,79

8.35

7,4

7

8.35

7,4

7

49,2

8

49,2

8

300,

36

300,

36

726,

32

726,

32

421,

50

403,

75

131,

06

131,

06

7.107,04

7.107,04

8.007,57

8.007,57

8.697,96

8.697,96 8.451,29

8.433,54

8.488,54

8.488,54

-

2.000

4.000

6.000

8.000

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi

2015 2016 2017 2018 2019

Dana Otsus DID TOTAL

(mili

ar

Page 68: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab III | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional

46 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Pendapatan perpajakan Aceh

hanya dapat menyumbang

Rp4,60 triliun dari perpajakan

nasional yang mencapai

Rp1.950,4 triliun

miliar. Pendapatan perpajakan di Aceh hanya menyumbang sebesar

0,24 persen untuk pendapatan perpajakan secara nasional yang

mencapai Rp1.950,4 triliun. Dan secara keseluruhan pendapatan

negara dari Aceh yang mencapai Rp5,52 triliun hanya dapat

menyumbang 0,28 persen dari total pendapatan negara tahun 2019

yang mencapai Rp1.957,2 triliun.

Grafik 3.15 Arus Kas Masuk di Provinsi Aceh Tahun 2019 (triliun Rp)

Sumber: OMSPAN, 2020 (diolah)

3.5.2 Arus Kas Keluar (Belanja dan TKDD)

Aceh sebagai salah satu daerah yang

menikmati dana otonomi khusus

juga menyumbang tingginya nilai TKDD

Belanja pemerintah Provinsi Aceh terdiri dari Belanja

Pemerintah Pusat sebesar 29,11 persen dan Transfer ke Daerah dan

Dana Desa sebesar 70,89 persen. Belanja pemerintah provinsi Aceh

pada 2019 mengalami penurunan sebesar 0,31 persen dibandingkan

tahun 2018. Aceh sebagai salah satu daerah yang menikmati dana

otonomi khusus juga menyumbang tingginya nilai TKDD di Provinsi

Aceh.

Grafik 3.16 Arus Kas Keluar di Provinsi Aceh Tahun 2019 (triliun Rp)

Sumber: OMSPAN dan SIMTRADA DJPK, 2020 (diolah)

3.5.3 Surplus/Defisit

Arus kas pemerintah pusat dalam beberapa tahun terakhir

selalu defisit, artinya arus kas keluar selalu lebih besar dibandingkan

arus kas masuk. Angka defisit tersebut juga selalu mengalami

kenaikan dalam empat tahun terakhir. Pada tahun 2019 tercatat

5,521.957,20 4,59

0,93

Aceh

Nasional

Pajak

PNBP

14,76

35,94

Belanja PemerintahPusat

Transfer ke Daerahdan Dana Desa

Page 69: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional | Bab III

Annual Regional Fiscal Report 2019 47

Angka defisit dalam aruskas pemerintah pusat di Aceh selalu

mengalami kenaikan dalam

empat tahun terakhir.

Rasio pendapatan terhadap belanja

APBN di Aceh pada tahun 2019 sebesar

10,90 persen

bahwa defisit APBN di Provinsi Aceh sebesar Rp45,18 triliun,

meningkat dengan tahun 2018 yang tercatat sebesar Rp42,56 triliun.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa Aceh menerima subsidi silang

dari daerah lain di Indonesia dalam rangka membiayai sebagian besar

kebutuhan fiskalnya. Terlebih dalam komposisi dana transfer,

terdapat tambahan alokasi berupa Dana Otonomi Khusus yang

mencerminkan besarnya kebutuhan fiskal di Aceh.

Rasio pendapatan terhadap belanja APBN di Aceh pada tahun

2019 mengalami kenaikan setelah dua tahun sebelumnya mengalami

tren penurunan. Tercatat bahwa rasio pendapatan terhadap belanja

APBN di Aceh pada tahun 2019 sebesar 10,90 persen. Artinya masih

terdapat 89,10 persen dari belanja APBN yang harus ditopang dengan

sumber penerimaan yang lain (dari daerah lain). Oleh karena itu

pemerintah perlu untuk terus mengembangkan potensi penerimaan

yang ada di Aceh, baik dari sektor perpajakan maupun PNBP.

Grafik 3.17 Cash Flow APBN di Provinsi Aceh (triliun Rp)

Sumber: OMSPAN dan SIMTRADA DJPK, 2020 (diolah)

3.6 PENGELOLAAN BLU PUSAT

3.6.1 Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Pusat

Di Provinsi Aceh terdapat empat BLU Pusat, yaitu Universitas

Isla Negeri (UIN) Ar-Raniry, Badan Pengusahaan Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKS Sabang),

Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Malahayati

Aceh Besar dan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah).

4,87 5,01 5,18 5,16 5,52

41,6144,81 47,30 47,71

50,70

-36,74-39,80 -42,12 -42,55 -45,18

11,70%

11,18%10,95%

10,82% 10,90%

10,04%

10,24%

10,44%

10,64%

10,84%

11,04%

11,24%

11,44%

11,64%

11,84%

-50

-30

-10

10

30

50

70

2015 2016 2017 2018 2019

Pendapatan BelanjaSurplus / Defisit Rasio Pendapatan Terhadap Belanja

Page 70: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab III | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional

48 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

BLU Pusat yang

bergerak di bidang pendidikan yaitu

UIN Ar-Raniry, BP2IP Malahayati,

dan Unsyiah. Sedangkan BPKS

Sabang bergerak di bidang

perekonomian terpadu

UIN Ar-Raniry berstatus sebagai satker BLU yang

memberikan pelayanan di bidang pendidikan, dan merupakan salah

satu Perguruan Tinggi Negeri yang terletak di Banda Aceh. UIN Ar-

Raniry merupakan satker BLU sejak mendapat penetapan sesuai

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 293/KMK.05/2011.

BPKS Sabang merupakan satker BLU yang memberikan

pelayanan di bidang perekonomian terpadu dalam pengembangan

kawasan Sabang. Pengembangan Kawasan Sabang diarahkan untuk

kegiatan perdagangan dan investasi serta kelancaran arus barang

dan jasa kecuali jenis barang dan jasa yang secara tegas dilarang

oleh undang-undang. Pelabuhan Bebas Sabang diharapkan dapat

menjadi salah satu Kawasan Niaga dan Wisata Terkemuka Dunia

yang dimulai dari kawasan Asia.

BP2IP Malahayati Aceh Besar merupakan satker BLU

memberikan layanan di bidang pendidikan, dan merupakan sekolah

taruna yang didirikan guna putra-putri Aceh atau daerah lain yang

ingin meningatkan kompetensi di bidang kelautan.

Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) merupakan satker BLU

yang baru mendapatkan status BLU pada tahun 2018 berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 361/KMK.05/2018. Unsyiah

merupakan satker BLU yang memberikan layanan di bidang

pendidikan, dan merupakan salah satu Perguruan Tinggi Negeri yang

terletak di Banda Aceh.

3.6.2 Perkembangan Aset, PNBP, dan Belanja BLU Pusat

Tabel 3.5 Perkembangan Jumlah Aset, PNBP, dan Belanja BLU Pusat di Aceh (dalam miliar Rp)

S a t k e r BLU

2018 2019

Jumlah

Aset

Target

PNBP

Realisasi

PNBP

Realisasi

Belanja

Jumlah

Aset

Target

PNBP

Realisasi

PNBP

Realisasi

Belanja

UIN AR-Raniry 674,74 93,98 79,67 82,56 687,27 87,33 88,01 271,28

BPKS Sabang 3.966,87 7,70 9,53 148,04 2.927,60 7,70 7,70 187,33

BP2IP Malahayati 407,74 32,77 24,23 21,09 477,33 23,58 18,54 93,26

Unsyiah 2.277,40 213,23 293,56 151,19 2.336,06 216,05 270,84 573,45

Sumber: OMSPAN dan e-Rekon, 2020 (diolah)

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari tiga dari keempat

BLU Pusat yang ada di Aceh, mengalami kenaikan jumlah aset. UIN

Ar-Raniry pada tahun 2019 memiliki total aset sebesar Rp687,27

miliar, dengan rincian Rp39,46 miliar aset lancar, Rp635,34 miliar aset

tetap, dan Rp12,47 miliar aset lainnya. Angka tersebut meningkat jika

Page 71: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional | Bab III

Annual Regional Fiscal Report 2019 49

Pendapatan PNBP Layanan UIN Ar-

Raniry tahun 2019 sebesar Rp88,01

miliar meningkat dibandingkan tahun

lalu yang hanya sebesar Rp87,33

miliar

BPKS Sabang merupakan satker

BLU Pusat yang memiliki asset terbesar yaitu Rp2,93 triliun,

namun dengan realisasi

pendapatan terkecil yang hanya Rp7,70

miliar

dibandingkan total aset pada tahun sebelumnya yang sebesar

Rp674,74 miliar. UIN Ar-Raniry juga telah merealisasikan pendapatan

PNBP Layanan pada tahun 2019 sebesar Rp88,01 miliar, telah

mencapai target yang ditetapkan sebesar Rp87,33 miliar. Angka ini

meningkat jika dibandingkan dengan realisasi pendapatan tahun 2018

yang sebesar Rp79,67 miliar.

BP2IP Malahayati memiliki aset sebesar Rp477,33 miliar pada

tahun 2019, dengan rincian Rp15,84 miliar aset lancar, Rp456,87

miliar aset tetap, dan Rp4,61 miliar aset lainnya. Total aset tersebut

naik jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar

Rp407,74 miliar. Pendapatan PNBP BP2IP Malahayati pada tahun

2019 terealisasi sebesar Rp18,54 miliar, menurun jika dibandingkan

dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp24,23 miliar. Berbanding

terbalik dengan realisasi belanja yang meningkat jauh di tahun 2019

hingga sebesar Rp93,26 miliar, dibandingkan tahun sebelumnya yang

sebesar Rp21,09 miliar.

Unsyiah memiliki aset sebesar Rp2.34 triliun pada tahun 2019

dengan rincian Rp80,54 miliar aset lancar, Rp2,22 triliun aset tetap,

dan Rp31,23 miliar aset lainnya. Unsyiah telah merealisasikan

pendapatan PNBP Layanan pada tahun 2019 sebesar Rp270,84

miliar, melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp216,05 miliar.

Dari seluruh BLU Pusat yang ada di Provinsi Aceh, BPKS

Sabang memiliki jumlah aset terbesar yang mana pada tahun 2019

sebesar Rp2,93 triliun. Namun demikian, hal tersebut tidak sebanding

dengan pendapatan layanan yang dihasilkan. Pada tahun 2019,

BPKS Sabang hanya menghasilkan pendapatan sebesar Rp7,70

miliar. BPKS Sabang menjadi satker BLU dengan realisasi

pendapatan layanan terkecil dibandingkan BLU lainnya. Rendahnya

realisasi pendapatan BPKS Sabang tersebut dikarenakan belum

optimalnya jasa layanan pelabuhan dan kawasan seperti

operasionalisasi container terminal dan kerjasama pengelolaan

kawasan oleh konsorsium swasta yang masih terkendala regulasi

pemanfaatan aset BLU.

Page 72: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab III | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional

50 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

3.6.3 Kemandirian BLU

Tabel 3.6 Perkembangan Realisasi PNBP BLU, Belanja BLU, dan Rasio PNBP BLU terhadap Belanja BLU (dalam miliar Rp)

S a t k e r BLU

2018 2019

Realisasi

PNBP

Realisasi

Belanja

Rasio PNBP

Terhadap

Belanja

Realisasi

PNBP

Realisasi

Belanja

Rasio PNBP

Terhadap

Belanja

UIN AR-Raniry 79,67 82,56 96,50% 88,01 271,28 32,44%

BPKS Sabang 9,53 148,04 6,44% 7,70 187,33 4,11%

BP2IP Malahayati 24,23 21,09 114,89% 18,54 93,26 19,88%

Unsyiah 293,56 151,19 194,17% 270,84 573,45 47,23%

Sumber: OMSPAN dan e-Rekon, 2020 (diolah)

Penurunan tingkat kemandirian yang

paling rendah adalah Unsyiah sebesar 146,94

persen

Pada tahun 2019 tidak ada BLU yang

mencapai 100% rasio kemandirian

Kemandirian BLU dapat dilihat dari seberapa besar

ketergantungan suatu BLU terhadap RM, yang artinya bisa dilihat dari

seberapa besar kontribusi pendapatan layanan BLU terhadap total

belanja yang direalisasikan di tahun yang bersangkutan. Dalam hal

ini, kami menggunakan rasio pendapatan PNBP BLU di tahun

bersangkutan terhadap total realisasi belanja di tahun yang sama.

Pada tahun 2019, terlihat bahwa keempat BLU Pusat yang ada

di Provinsi Aceh mengalami penurunan tingkat kemandirian dari tahun

sebelumnya. Penurunan tingkat kemandirian yang paling rendah

adalah Unsyiah sebesar 146,94 persen dibandingkan tahun

sebelumnya, padahal mengingat tahun 2018 Unsyiah memiliki rasio

kemandirian terbaik hingga 194,17 persen. Belanja terbesar

merupakan jenis Belanja Barang yang mencapai 48,08 persen dari

total realisasi belanja. Pada tahun 2019 tidak ada BLU yang mencapai

100% rasio kemandirian Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa

Aceh masih memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap

pemerintah pusat.

3.6.4 Profil dan Jenis Layanan Satker PNBP

Satker PNBP untuk

jenis layanan Ketertiban dan

Keamanan menjadi yang paling banyak

dengan jumlah 40 satker

Di Provinsi Aceh terdapat 151 satuan kerja (satker) PNBP

dengan alokasi dana PNBP tahun 2019 sebesar Rp615,73 miliar. Dari

151 satker PNBP tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 8 jenis

layanan antara lain: Pelayanan Umum, Ketertiban dan Keamanan,

Agama, Ekonomi, Kesehatan, Lingkungan Hidup, Pendidikan, dan

Pertahanan. Hal ini tergambar pada grafik dibawah.

Page 73: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional | Bab III

Annual Regional Fiscal Report 2019 51

Grafik 3.18 Perbandingan Jumlah Satker PNBP di Aceh per Jenis Layanan

Sumber: MEBE, 2020 (diolah)

Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa satker PNBP untuk

jenis layanan Ketertiban dan Keamanan menjadi yang paling banyak

dengan jumlah 40 satker. Berikutnya satker PNBP untuk jenis layanan

Ekonomi dengan jumlah 35 satker. Sedangkan satker PNBP dengan

jumlah paling sedikit yaitu untuk jenis layanan Kesehatan yaitu hanya

sebanyak 4 satker.

Tabel 3.6 berikut memperlihatkan 10 satker PNBP di Aceh

dengan realisasi PNBP terbesar pada tahun 2019.

Tabel 3.7 10 Satker PNBP Aceh dengan Realisasi PNBP Terbesar di Tahun 2019 dan Perbandingannya dengan Realisasi PNBP di Tahun 2018 (dalam miliar Rp)

U r a i a n Jenis Layanan Realisasi

PNBP 2019

Realisasi

PNBP 2018

% Kenaikan /

(Penurunan)

Realisasi

Universitas Malikussaleh Pendidikan 58,16 55,76 4,30%

Rumkit Tk.Ii Banda Aceh Kesdam Im Pertahanan 51,35 47,66 7,74%

Ditlantas Polda Aceh Ketertiban Dan

Keamanan 43,14 6,94 521,85%

Kesdam Im Pertahanan 42,56 31,75 34,06%

Balai Pengelolaan Das Dan Hutan

Lindung Krueng Aceh

Lingkungan

Hidup 29,80 14,01 112,77%

Universitas Teuku Umar Pendidikan 22,19 17,59 26,12%

Politeknik Negeri Lhokseumawe Pendidikan 21,08 14,73 43,12%

Universitas Samudra Pendidikan 20,68 21,94 -5,75%

Poltekes Kemenkes Aceh Pendidikan 18,18 15,63 16,30%

Kantor Imigrasi Kelas III Takengon Ketertiban Dan

Keamanan 15,77 1,10 1332,32%

Sumber: MEBE, 2020 (diolah)

Tabel diatas menunjukkan bahwa Universitas Malikussaleh

menjadi satker PNBP dengan jumlah realisasi PNBP terbesar tahun

2019, yaitu sebesar Rp58,16 miliar. Angka tersebut meningkat

dibandingkan realisasi PNBP tahun sebelumnya yang sebesar

Rp55,76 miliar. Kemudian diikuti oleh Rumkit Tk. II Banda Aceh

Kesdam IM dengan total realisasi PNBP pada tahun 2019 sebesar

4035

24 24

13

6 5 4

0

10

20

30

40

50

Ketertiban danKeamanan

Ekonomi Agama LingkunganHidup

Pendidikan PelayananUmum

Pertahanan Kesehatan

Page 74: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab III | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional

52 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Peningkatan

realisasi paling signifikan secara

persentase dialami Kantor Imigrasi

Kelas III Takengon dengan persentase

kenaikan sebesar 1.332,32 persen

dari tahun sebelumnya

Rp51,35 miliar yang meningkat 7,74 persen dari realisasi tahun

sebelumnya yang sebesar Rp47,66 miliar.

Dari 10 satker PNBP tersebut, peningkatan realisasi paling

signifikan secara persentase dialami Kantor Imigrasi Kelas III

Takengon dengan persentase kenaikan sebesar 1.332,32 persen dari

tahun sebelumnya. Jika dilihat secara nominal, kenaikan tertinggi juga

dialami Ditlantas Polda Aceh dengan selisih kenaikan sebesar

Rp36,20 miliar dari realisasi PNBP tahun sebelumnya.

3.7 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT

3.7.1 Penerusan Pinjaman

Tabel 3.8 Nama Debitur dan Jumlah Pinjaman Daerah per 31 Desember 2019

No. Nama Debitur Loan ID No. Pinjaman Hak Tagih Pemerintah

1 Pemprop. NAD 2107301 RDI-352/DP3/1999 Rp22.833.926.048,23

2 Pemkab Aceh Tenggara 9107101 AMA-153/RDA-309/2012 0,00

3 Pemkab Aceh Tenggara 2107101 RDA-309/DP3/2000 0,00

4 Pemkab Aceh Tengah 2106801 SLA-1104/DP3/1999 0,00

5 PDAM Kab Aceh Timur 2065601 RDA-192/DP3/1994 0,00

6 Pemkot Langsa 2106901 SLA-1107/DP3/1999 0,00

7 Pemkab Aceh Timur 2137401 SLA-1195/DP3/2005 USD 6.350.095,97

8 Pemko Banda Aceh 2196001 SLA-1239/DSMI/2011 Rp30.798.909.817,00

Jumlah Tagihan Rp54.632.835.865,23

USD 6.350.095,97 Sumber: Aplikasi SLIM, 2020 (diolah)

Total Hak Tagih Pemerintah adalah

sebesar Rp54,63 triliun dan

USD 6.350.095,97

Nilai total outstanding pinjaman daerah per 31 Desember

2019 sebesar Rp54.632.835.865,23 dengan jumlah debitur sebanyak

8 pinjaman daerah. Nilai total outstanding tersebut terdiri dari

Tunggakan Pokok sebesar Rp10.571.875.000,00, Tunggakan Non

Pokok Rp13.262.051.048,23, dan Belum Jatuh Tempo

Rp30.798.909.817,00. Hak tagih pemerintah pusat mengalami

penurunan sebesar Rp19.450.167.116,8 jika dibandingkan dengan

tahun 2018 yang sebesar Rp74.083.002.982,03. Status dari 8

pinjaman tersebut, 1 pinjaman dalam proses penghapusan, 5

pinjaman dalam masa penutupan, dan 2 pinjaman yang masih aktif

yaitu Pemkab Aceh Timur dan Pemko Banda Aceh.

3.7.2 Kredit Program

Kredit Program ialah kredit perbankan yang disubsidi oleh

pemerintah untuk pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi Usaha

Page 75: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional | Bab III

Annual Regional Fiscal Report 2019 53

Sistem Informasi

Kredit Program (SIKP) merupakan

sistem informasi yang terintegrasi

dalam pengelolaan kredit program

Nilai penyaluran KUR di wilayah

Aceh tahun 2019 mencapai Rp1,86

triliun

Mikro, Kecil, dan Menengah. Dalam upaya mewujudkan ketepatan

sasaran penyaluran kredit program digunakan Sistem Informasi Kredit

Program (SIKP) yang merupakan sistem informasi yang terintegrasi

dalam pengelolaan kredit program. Pada tahun 2019, terdapat empat

skema kredit program yang disalurkan di wilayah Aceh yaitu Kredit

Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE), Kredit Usaha Mikro dan Kecil

(KUMK), Kredit Ultra Mikro (UMi) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Salah satu program unggulan pemerintah dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi Aceh melalui program

penyaluran KUR. Nilai penyaluran KUR di wilayah Aceh tahun 2019

mencapai Rp1,86 triliun, naik sebesar Rp122,49 miliar atau 7,05

persen dari tahun 2018. Dari sisi debitur KUR juga terjadi kenaikan

nasabah KUR sebanyak 5.193 debitur dari 66.272 debitur pada tahun

2018 menjadi 71.465 debitur pada tahun 2019.

Tabel 3.9 Penyaluran KUR per Sektor Ekonomi Wilayah Aceh Tahun 2018-2019

Sektor Ekonomi Akad Debitur

2018 2019 2018 2019

Industri Pengolahan 92,44 138,93 3.236 5.482

Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan

Perorangan Lainnya 131,20 153,30 6.120 5.741

Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 4,51 8,29 42 170

Jasa Pendidikan 1,53 0,67 39 45

Konstruksi 1,93 2,15 34 18

Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 32,46 54,26 823 1.444

Perdagangan Besar Dan Eceran 964,60 946,23 33.618 33.583

Perikanan 27,57 34,99 1.056 1.355

Pertambangan Dan Penggalian 0,06 0,02 5 2

Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan 434,91 477,21 20.118 22.250

Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 21,05 17,86 249 243

Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 25,13 25,97 932 1.132

Sumber: Aplikasi SIKP, 2020 (diolah)

Sektor Perdagangan Besar

dan Eceran menerima kucuran dana KUR tertinggi

sebesar Rp946,23 miliar

Tabel diatas menunjukkan perkembangan penyaluran KUR

per sektor ekonomi di wilayah Aceh dalam dua tahun terakhir. Dari 11

kategori jenis usaha debitur KUR, sektor Perdagangan Besar dan

Eceran menerima kucuran dana KUR tertinggi yang mencapai

Rp946.23 miliar atau sekitar 50,88 persen dari total penyaluran KUR

tahun 2019. Nasabah debitur pada sektor ini menjadi yang terbesar

dengan jumlah 33.583 debitur.

Meskipun sektor Perdagangan Besar dan Eceran menerima

kucuran dana KUR tertinggi, namun pada tahun 2019 mengalami

Page 76: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab III | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional

54 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

penurunan nilai penyaluran sebesar Rp18,37 miliar atau 1,90 persen

dibandingkan tahun 2018. Selain itu, 3 sektor lainnya juga mengalami

penurunan pada nilai penyaluran yaitu sektor Jasa Pendidikan, sektor

Pertambangan dan Penggalian, dan sektor Real Estate, Usaha

Persewaan, dan Jasa Perusahaan.

Tabel 3.10 Perkembangan Penyaluran KUR Per Skema Tahun 2018-2019

Skema Akad Debitur

2018 2019 2018 2019

Ritel

Bank Bukopin 500.000.000 3.670.000.000 1 10

Bank Mandiri 48.159.300.000 107.739.000.000 618 1.255

BNI 288.111.800.000 312.285.000.000 1.283 1.301

BRI 260.865.000.000 231.884.652.841 1.251 1.098

BTN 1.100.000.000 1.560.000.000 3 5

BRI Syariah 8.616.000.000 25.625.000.000 84 215

Bank Nobu - 98.000.000 - 2

BPD Sumbar - 95.000.000 - 1

Total – Ritel 607.352.100.000 682.956.652.841 3.240 3.887

Mikro

Bank Artha Graha 25.000.000 - 1 -

Bank Mandiri 11.720.591.000 17.094.900.000 571 801

BNI 1.229.200.000 836.100.000 84 56

BRI 1.098.928.000.000 1.130.019.200.000 60.834 60.918

BRI Syariah 15.391.500.000 11.267.000.000 696 504

Total - Mikro 1.127.294.291.000 1.159.217.200.000 62.186 62.279

TKI

BRI 771.800.000 580.228.000 109 77

BNI - 42.925.400 - 2

Internusa Multifinance - 14.530.000 - 1

Total - TKI 771.800.000 637.683.400 109 80

UMI SIKP UMi 1.969.500.000 17.070.000.000 737 5.219

Total - Umi 1.969.500.000 17.070.000.000 737 5.219

TOTAL 1.737.387.691.000 1.859.881.536.241 66.272 71.465

Sumber: Aplikasi SIKP, 2020 (diolah)

Tabel diatas menunjukkan rincian penyaluran KUR per skema

per Bank penyalur di wilayah Aceh yang pada tahun 2018 dan 2019.

Total nilai KUR melalui skema mikro mencapai Rp1,16 triliun, Ritel

sebesar Rp682,96 miliar, TKI hanya Rp637,68 miliar, dan UMi yang

mencapai Rp17,07 miliar. Sementara jumlah debitur dan nilai KUR

mikro terbesar Rp1,13 triliun dengan total debitur sebanyak 60.198

debitur. Penyaluran KUR dan jumlah debitur pada Bank BRI tersebut

meningkat dibandingkan tahun 2018.

Page 77: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional | Bab III

Annual Regional Fiscal Report 2019 55

Tabel 3.11 Perkembangan Penyaluran KUR Per Wilayah Tahun 2018-2019

No Kabupaten/Kota Akad Debitur

2018 2019 2018 2019

1 Kab. Aceh Barat 90.909.500.000 100.436.500.000 2.478 3.461

2 Kab. Aceh Barat Daya 53.517.000.000 52.967.000.000 1.836 1.840

3 Kab. Aceh Besar 116.023.700.000 131.195.600.000 4.905 5.820

4 Kab. Aceh Jaya 22.409.000.000 18.713.500.000 924 892

5 Kab. Aceh Selatan 70.818.000.000 69.248.038.000 3.257 3.238

6 Kab. Aceh Singkil 44.409.500.000 39.156.000.000 1.763 1.409

7 Kab. Aceh Tamiang 78.598.500.000 94.483.530.000 3.397 4.222

8 Kab. Aceh Tengah 66.710.500.000 93.330.500.000 2.683 3.929

9 Kab. Aceh Tenggara 45.145.500.000 46.245.000.000 2.004 2.240

10 Kab. Aceh Timur 82.446.111.000 104.791.900.000 3.759 5.038

11 Kab. Aceh Utara 168.808.780.000 184.938.745.000 8.153 9.147

12 Kab. Bener Meriah 68.912.000.000 79.930.000.000 2.848 3.274

13 Kab. Bireuen 102.054.500.000 110.542.400.000 3.913 3.855

14 Kab. Gayo Lues 10.393.500.000 7.284.000.000 514 328

15 Kab. Nagan Raya 114.959.900.000 116.343.000.000 2.984 2.529

16 Kab. Pidie 143.897.000.000 142.301.700.000 5.472 5.511

17 Kab. Pidie Jaya 32.106.500.000 36.984.000.000 1.437 1.505

18 Kab. Simeulue 12.237.000.000 11.187.000.000 662 685

19 Kota Banda Aceh 167.159.900.000 179.224.652.841 4.923 4.769

20 Kota Langsa 112.406.800.000 111.549.545.000 3.889 3.819

21 Kota Lhokseumawe 66.402.500.000 72.384.500.000 2.381 2.222

22 Kota Sabang 21.721.500.000 14.897.425.400 671 588

23 Kota Subulussalam 45.280.500.000 41.727.000.000 1.416 1.143

24 Provinsi Aceh 60.000.000 20.000.000 3 1

Total 1.737.387.691.000 1.859.881.536.241 66.272 71.465

Sumber: Aplikasi SIKP, 2020 (diolah)

Tabel diatas merinci perkembangan penyaluran KUR per

kab/kota di Aceh pada tahun 2018 dan 2019. Tiga daerah penerima

KUR terbesar yaitu Kabupaten Aceh Utara, Kota Banda Aceh, dan

Kabupaten Pidie. Sementara tiga debitur terbanyak tersebar di

Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie.

3.8 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN BELANJA INFARASTRUKTUR PUSAT DI DAERAH

Belanja wajib merupakan suatu upaya untuk memastikan

ketersediaan dalam pengalokasian anggaran berupa persentase

tertentu dari total belanja yang diatur undang-undang. Tujuannya

adalah untuk mengurangi masalah ketimpangan sosial dan ekonomi

daerah.

Page 78: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab III | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional

56 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

3.8.1 Mandatory Spending di Daerah

3.8.1.1 Belanja Sektor Pendidikan

Alokasi belanja wajib sektor

pendidikan sebesar Rp1,10 triliun

Belanja wajib pada bidang pendidikan di Aceh dialokasikan

oleh empat K/L, yaitu Kementerian Agama, Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan

Tinggi. Realisasi yang telah tercapai adalah sebesar Rp1,01 triliun

atau sebesar 92,19 persen dari total alokasi dana, yaitu Rp1,10 triliun.

Dengan capaian output sebagai berikut:

Tabel 3.12 Realisasi Capaian Output Bidang Pendidikan

No Satker Output Pagu Realisasi %

1 Kemen PUPR

Rehabilitasi dan Renovasi Sarana

Prasarana Pendidikan Dasar dan

Menengah

197.899,13 175.360,88 88,61%

2 Kementerian

Agama

Sarana dan Prasarana PTKI melalui

SBSN 158.019,26 142.225,21 90,00%

3 Kementerian

Agama Siswa MI penerima BOS 113.372,00 108.777,71 95,95%

4 Kemenristekdikti PTN Yang Direvitalisasi Sarana dan

Prasarana 85.754,70 83.690,38 97,59%

5 Kementerian

Agama Siswa MTs penerima BOS 83.838,00 82.456,67 98,35%

86 Capaian Output 460.848,44 421.318,19 91,42%

Sumber: e-Rekon, 2020 (diolah)

Rehabilitasi dan Renovasi Sarana Prasarana Pendidikan

Dasar dan Menengah menjadi capaian output dengan pagu tertinggi

yaitu Rp197,90 triliun, namun hanya dapat terealisasi sebesar 88,61

persen. Dari target realisasi yang ditetapkan pada triwulan IV yaitu

realisasi sebesar 90 persen, ada 24 K/L yang tidak memenuhi

realisasi sebesar 90 persen.

3.8.1.2 Belanja Sektor Kesehatan

Realisasi belanja

wajib sektor Kesehatan sebesar

Rp43,37 triliun atau 91,11 persen dari

alokasi dana

Belanja wajib dalam bidang kesehatan di provinsi Aceh

dialokasikan oleh lima K/L, yaitu Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional, Badan Pengawas Obat dan Makanan,

Kementerian Agama, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan

Kementerian Kesehatan. Realisasi belanja yang telah tercapai yaitu

sebesar Rp47,37 triliun atau sebesar 91,11 persen. Dengan capaian

output sebagai berikut:

Page 79: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional | Bab III

Annual Regional Fiscal Report 2019 57

Tabel 3.13 Realisasi Capaian Output Bidang Pendidikan

No Satker Capaian Output Pagu Realisasi %

1 Badan Pengawas Obat

dan Makanan Penyediaan Alat Laboratorium 5.100,00 5.099,99 100,00%

2 Kementerian Kesehatan Layanan Kekarantinaan

Kesehatan 4.491,68 3.953,50 88,02%

3

Badan Kependudukan

dan Keluarga

Berencana Nasional

Pemenuhan Ketersediaan Alokon

di Faskes 3.101,43 2.664,65 85,92%

4 Kementerian Agama Bimbingan Perkawinan Pra Nikah 2.943,65 2.916,65 99,08%

5 Badan Pengawas Obat

dan Makanan

Sarana Distribusi Obat, Obat

Tradisional, Kosmetik, Suplemen

Kesehatan dan Makanan yang

Diperiksa

2.579,13 2.489,76 96,53%

51 Capaian Output Lainnya 33.779,71 31.975,16 89,55%

Sumber: e-Rekon, 2020 (diolah)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 56 capaian

output yang ada untuk bidang kesehatan, alokasi dana terbesar

wilayah Aceh yaitu Penyediaan Alat Laboratorium oleh satker BPOM

dengan alokasi sebesar Rp5,10 triliun dan realisasi mencapai 100

persen. Adapun realisasi terkecil yaitu dengan capaian output

Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan dalam mendukung

Program Kesehatan oleh satker Kemenkes yang hanya mencapai

63,79 persen dari pagu yang dialokasikan.

3.8.2 Belanja Infrastruktur

Pembangunan infrastrukur memang masih menjadi salah satu

fokus utama pemerintah Aceh. Melalui pembangunan jalan tol

pertama di Aceh yaitu jalan tol dengan rute Banda Aceh-Sigli sejauh

73 kilometer.

Tabel 3.14 Realisasi Capaian Output Bidang Infrastruktur

No Satker Capaian Output Pagu Realisasi Blokir %

1

Kementerian

Pekerjaan

Umum Dan

Perumahan

Rakyat

'Preservasi Rekonstruksi,

Rehabilitasi Jalan 634.715,00 597.470 - 94,13%

2 'Bendungan dalam tahap

pelaksanaan (on-going) 442.159,22 427.854 6.000 96,76%

3

'Jaringan irigasi permukaan

kewenangan Pusat yang

dibangun

280.790,16 143.872 20.000 51,24%

4 'Preservasi Pemeliharaan Rutin

Jalan 125.835,26 125.810 - 99,98%

5

'Jaringan irigasi permukaan

kewenangan Pusat yang

dioperasikan dan dipelihara

96.679,69 86.233 - 89,19%

15 Capaian Output Lainnya 254.734 242.001 254.733,99 95,00%

Sumber: e-Rekon, 2020 (diolah)

Belanja wajib bidang infrastruktur dialokasikan kepada 3 K/L

yang ada di Aceh yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan

Page 80: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab III | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional

58 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Fokus infrastrukur Aceh yaitu

pembangunan jalan tol pertama di Aceh

rute Banda Aceh-Sigli

Capaian output dengan alokasi tertinggi yaitu

Preservasi Rekonstruksi dan Rehabilitasi Jalan

yang mencapai Rp634,72 triliun dengan realisasi

sebesar 94,13 persen

Perumahan Rakyat, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian

Pertanian dengan total alokasi sebesar Rp1,83 triliun. Belanja

Infrastrukur di Aceh hingga akhir tahun 2019 telah terealisasi sebesar

Rp1,62 triliun atau 88,46 persen dari total alokasi.

Adapun capaian output dengan alokasi tertinggi yaitu

Preservasi Rekonstruksi dan Rehabilitasi Jalan yang mencapai

Rp634,72 triliun dengan realisasi sebesar 94,13 persen. Dari 20 Jenis

Capaian Output, persentase realisasi terkecil adalah sebesar 51,24

persen dengan jenis capaian output Jaringan Irigasi Permukaan

Kewenangan Pusat Yang Dibangun. Hal ini dikarenakan adanya

dana yang diblokir sebesar Rp20 triliun yang berpengaruh pada

realisasi pencapaian output tersebut.

Page 81: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

BAB Ivperkembangan dan analisispelaksanaan apbd

Pantai TapaktuanPantai Tapaktuan yang berada di KabupatenAceh Selatan memiliki pesona yang indah dancantik, pantai yang begitu tenang dan dikelilingipemandangan alam yang mempesona.

Page 82: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

- Halaman ini sengaja dikosongkan -

Page 83: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD | Bab IV

Annual Regional Fiscal Report 2019 59

4.1 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA)

Provinsi Aceh mendapat alokasi Dana Otsus sejak

tahun 2008.

Provinsi Aceh ditetapkan menjadi daerah istimewa

berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang

Pembentukan Daerah Otonom Provinsi Aceh dan Perubahan

Peraturan Provinsi Sumatera Utara. Saat ini terdapat 23

kabupaten/kota dibawah wilayah pemerintahan provinsi Aceh.

Selain itu Provinsi Aceh juga merupakan daerah yang

ditetapkan sebagai daerah penerima alokasi Dana Otonomi Khusus

berdasarkan UU No.11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh.

Penyaluran Dana Otonomi Khusus Provinsi Aceh berlaku sejak 2008

sampai dengan tahun 2028 (20 tahun).

Tabel 4.1 LRA APBA+APBK Provinsi Aceh Unaudited (dalam miliar Rp)

Uraian 2019 2018

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

Pendapatan 43.309,29 41.540,47 95,92% 41.184,76 39.379,76 95,62%

PAD 5.725,67 5.027,51 87,81% 5.448,86 4.580,85 84,07%

Dana Perimbangan 23.499,28 22.504,89 95,77% 21.985,40 21.428,27 97,47%

Dana Otsus dan Penyesuaian 8.488,54 8.488,54 100,00% 8.433,21 8.029,79 95,22%

Transfer Dana Desa 4.955,50 4.950,92 99,91% 4.459,40 4.456,72 99,94%

Lain-Lain Pendapatan Yang Sah 640,31 568,62 88,80% 857,89 884,13 103,06%

Belanja 49.176,58 41.479,62 84,35% 43.293,76 37.664,27 87,00%

Surplus/ Defisit (5.867,29) 60,85 (1,04%) (2.109,00) 1.715,49 (81,34%)

Pembiayaan 4.398,46 4.260,21 96,86% 2.209,38 2.705,53 122,46%

SILPA (1.468,83) 4.321,06 (294,18%) 100,38 4.421,02 4.404,42%

Sumber: BPKA dan SIMTRADA DJPK, 2020 (diolah)

Pada APBD Aceh tahun 2019, baik

pendapatan maupun belanja

mengalami kenaikan dari

tahun sebelumnya.

Pada tahun 2019 target pendapatan dan pagu belanja

mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2018. Target

pendapatan tahun 2019 naik sebesar 5,16 persen atau sebesar

Rp2,12 triliun dari tahun sebelumnya, dan pagu belanja pada tahun

2019 naik sebesar 13,59 persen atau sebesar Rp5,88 triliun dari tahun

2018. Dari sisi realisasi, peningkatan target pendapatan APBD sejalan

Perkembangan dan Analisis

Pelaksanaan APBD

Page 84: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab IV | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

60 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Tahun 2019,baik pendapatan

maupun belanja APBD sama-sama

mengalami kenaikan nominal

realisasi dibandingkan tahun

sebelumnya.

dengan peningkatan realisasi pendapatan. Total realisasi pendapatan

APBD tahun 2019 sebesar Rp41,54 triliun atau sebesar 95,92 persen

dari target pendapatan, jumlah ini meningkat jika dibandingkan

dengan realisasi tahun sebelumnya yang sebesar Rp39,38 triliun atau

sebesar 95,62 persen dari target pendapatan 2018.

Pada belanja APBD, total realisasi tahun 2019 yaitu sebesar

Rp41,48 triliun atau sebesar 84,35 persen dari pagu belanja tahun

2019. Jumlah ini mengalami kenaikan dari sisi nominal dibandingkan

tahun sebelumnya yang sebesar Rp3,82 triliun namun mengalami

penurunan dari sisi persentase realisasi dibandingkan tahun 2018

yang sebesar 87,00 persen.

4.2 PENDAPATAN DAERAH

Realisasi pendapatan dalam

LRA APBD Aceh tahun 2019 sebesar Rp41,54 triliun atau

95,92 persen dari target pendapatan.

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah, Penerimaan pemerintah daerah terdiri dari: (1) Pendapatan

Asli Daerah (PAD), (2) Dana Perimbangan serta (3) Lain-lain

Pendapatan Daerah yang Sah. Kebijakan fiskal pada pendapatan

daerah difokuskan pada peningkatan pendapatan daerah dengan

menggali dan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan yang

sesuai dengan kewenangan daerah.

Total realisasi pendapatan sesuai dalam rekapitulasi LRA

APBD Aceh tahun 2019 adalah sebesar Rp41,54 triliun atau 95,92

persen dari target pendapatan, dengan rincian dan perkembangannya

sesuai dalam tabel 4.2

Tabel 4.2 Jenis Pendapatan APBD Kab/Kota dan Provinsi di Aceh (dalam miliar Rp)

Uraian 2019 2018

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

PAD 5.725,67 5.027,51 87,81% 5.448,86 4.580,85 84,07%

Dana Perimbangan 23.499,28 22.504,89 95,77% 21.985,40 21.428,27 97,47%

DBH 1.830,25 1.282,51 70,07% 1.328,58 1.120,58 84,34%

DAU 15.438,16 15.438,16 100,00% 14.728,92 14.728,92 100,00%

DAK 6.230,87 5.784,21 92,83% 5.927,90 5.578,77 94,11%

Dana Otsus dan Penyesuaian 8.488,54 8.488,54 100,00% 8.433,21 8.029,79 95,22%

Transfer Dana Desa 4.955,50 4.950,92 99,91% 4.459,40 4.456,72 99,94%

Lain-Lain Pendapatan Yang Sah 640,31 568,62 88,80% 857,89 884,13 103,06%

TOTAL PENDAPATAN 43.309,29 41.540,47 95,92% 41.184,76 39.379,76 95,62%

Sumber: BPKA dan SIMTRADA DJPK, 2020 (diolah)

Page 85: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD | Bab IV

Annual Regional Fiscal Report 2019 61

4.2.1 Dana Transfer / Perimbangan

Dana Perimbangan masih menjadi

sumber pendapatan utama dalam

kerangka APBD di Aceh.

Pada tahun 2019, DAK dan DBH

mengalami kenaikan alokasi,

tetapi DBH mengalami penurunan

persentase realisasi yang cukup

signifikan dibanding tahun sebelumnya.

Aceh merupakan salah satu dari 3

Provinsi di Indonesia yang

menerima alokasi dana otonomi

khusus.

Dana Desa yang disalurkan di provinsi Aceh

sebesar Rp4,95 triliun dengan

realisasi sebesar Rp4,90 triliun atau

99,91%.

Pada dua tahun terakhir, Dana Perimbangan masih menjadi

sumber pendapatan utama dalam kerangka APBD di Aceh. Terlihat

bahwa pada tahun 2019 jumlah dana perimbangan dari pemerintah

pusat yang sudah ditransfer ke seluruh pemerintah daerah di Aceh

adalah sebesar Rp22,50 triliun atau 54,18 persen dari total realisasi

pendapatan di tahun 2019. Angka tersebut mengalami kenaikan

dibanding jumlah dana perimbangan yang telah direalisasikan di

tahun 2018 yaitu sebesar Rp 21,43 triliun.

Dana perimbangan terdiri dari 3 komponen, yaitu Dana Bagi

Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus

(DAK). Alokasi terbesar yaitu DAU dengan total alokasi pada tahun

2019 sebesar Rp15,44 triliun atau sebesar 65,70 persen dari total

dana perimbangan 2019, dengan realisasi penyaluran sebesar 100

persen. Dari komponen tersebut, DAU mengalami peningkatan dalam

jumlah alokasi dari tahun sebelumnya sebesar 4,82 persen. Berikut

juga dengan DAK dan DBH mengalami kenaikan alokasi jika

dibandingkan dengan tahun 2018.

Proporsi terbesar berikutnya yaitu Dana Otonomi Khusus dan

Penyesuaian. Aceh merupakan salah satu dari 3 Provinsi di Indonesia

yang menerima alokasi dana otonomi khusus, selain Provinsi Papua

dan Provinsi Papua Barat. Tercatat alokasi untuk dana Otonomi

Khusus dan Penyesuaian untuk Provinsi Aceh pada tahun 2019 yaitu

sebesar Rp8,48 triliun dengan realisasi penyaluran 100,00 persen,

jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2018 yang memiliki pagu

sebesar Rp8,43 triliun dengan realisasi penyaluran sebesar Rp8,03

triliun atau 95,22 persen.

Dana Transfer yang terakhir adalah Dana Desa, di tahun 2019

Dana Desa yang disalurkan di provinsi Aceh sebesar Rp4,95 triliun

dengan realisasi penyaluran sebesar Rp4,90 triliun atau 99,91 persen.

Jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2018 yang

memiliki pagu sebesar Rp4,46 triliun dan terealisasi sebesar Rp4,45

atau 99,94 persen.

Kemandirian Keuangan Daerah (Otonomi Fiskal)

menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai

Page 86: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab IV | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

62 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada

masyarakat dari sumber dana asli yang dimilikinya (PAD).

Grafik 4.1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Aceh

Sumber: BPKA dan SIMTRADA DJPK, 2020 (diolah)

Dalam empat tahun

terakhir, tren rasio kemandirian

meningkat, artinya adanya usaha

pemerintah Aceh untuk mengurangi

ketergantungan dan mengelola

sendiri kegiatan pelaksanaan

pemerintahan melalui

peningkatan nilai PAD

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat rasio kemandirian

keuangan daerah di propinsi Aceh pada tahun 2019 berada di angka

13,99 persen, artinya kemampuan pemerintah Aceh membiayai

sendiri kegiatannya masih rendah dan masih memiliki ketergantungan

terhadap kucuran dana transfer dari Pemerintah Pusat yang sangat

tinggi. Namun dibandingkan dalam empat tahun terakhir, tren rasio

kemandirian cenderung meningkat, yang artinya bahwa adanya

usaha pemerintah Aceh untuk mulai mengurangi ketergantungannya

dan upaya mengelola sendiri kegiatan pelaksanaan pemerintahan

melalui peningkatan nilai PAD.

Grafik 4.2 Tren Alokasi Dana Transfer terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, IPM, Tingkat Kemiskinan dan Tingkat Pengangguran

Sumber: SIMTRADA DJPK dan BPS Aceh, 2020 (diolah)

Apabila dilihat dari tabel 4.2, Dana Transfer dari tahun 2015

sampai dengan tahun 2019 relatif mengalami peningkatan.

Peningkatan Dana Transfer sangat berpengaruh terhadap kenaikan

29,84 35,28 36,71 35,33 35,94

69,45 70,00 70,60 71,19 71,90

-0,72% 3,31% 4,19% 4,61% 4,15%

1,53

3,954,25

1,84 1,69

17,11% 16,43% 15,92% 15,68% 15,01%

9,93% 7,57% 6,57% 6,35% 6,20%

-500,00%

-300,00%

-100,00%

100,00%

300,00%

500,00%

0

10

20

30

40

50

60

70

80

2015 2016 2017 2018 2019

Dana Transfer IPM Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Kemiskinan Pengangguran

10,43% 10,47% 11,63% 12,10%

82,15% 79,21%86,12% 86,53%

12,70% 13,21% 13,51% 13,99%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

2016 2017 2018 2019

Total Pendapatan APBD Total Dana Transfer PADRasio PAD Rasio Dana Transfer Tingkat Kemandirian

Page 87: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD | Bab IV

Annual Regional Fiscal Report 2019 63

Peningkatan Dana Transfer sangat

berpengaruh terhadap kenaikan

pertumbuhan ekonomi, kenaikan

IPM, penurunan Inflasi, penurunan

tingkat kemiskinan dan penurunan

tingkat pengangguran

pertumbuhan ekonomi, kenaikan IPM, penurunan Inflasi, penurunan

tingkat kemiskinan dan penurunan tingkat pengangguran.

Di tahun 2018 Dana Transfer yang dialokasikan di provinsi

aceh sebesar Rp35,33 triliun dengan capaian IPM 71,19,

pertumbuhan ekonomi 4,61 persen, inflasi 1,84, tingkat kemiskinan

15,68 persen dan tingkat pengangguran 6,35 persen. Peningkatan

alokasi dana transfer di tahun 2019 yang menjadi Rp35,94 diikuti juga

peningkatan beberapa capaian indikator makro ekonomi dimana IPM

naik jadi 71,90, inflasi menjadi 1,69, tingkat kemiskinan turun menjadi

15,01 persen dan tingkat pengangguran turun menjadi 6,20 persen.

4.2.2 Pendapatan Asli Daerah

PAD Aceh pada tahun 2019 terdiri dari Pajak Daerah dengan

total realisasi sebesar Rp1,90 triliun, Retribusi Daerah dengan

realisasi sebesar Rp244,65 miliar, Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang Dipisahkan dengan realisasi sebesar Rp288,77 miliar,

dan Lain-lain PAD yang sah menjadi kontributor terbesar yang

memiliki rasio terhadap total PAD tahun 2019 sebesar 51,68 persen

dengan nominal realisasi sebesar Rp2,60 triliun.

Grafik 4.3 Realisasi PAD per Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2019

Sumber: BPKA, 2020 (diolah)

Dalam PAD per

Kabupaten/Kota di Aceh, Kota Banda

Aceh menjadi daerah dengan PAD

tertinggi, sementara Kab.

Apabila diuraikan per kabupaten/kota dan provinsi, terlihat

bahwa realisasi terbesar yaitu pada PAD Provinsi Aceh, dengan total

realisasi sebesar Rp2,54 triliun. Kabupaten Aceh Utara menjadi

wilayah kabupaten/kota dengan realisasi PAD tertinggi di tahun 2019

yaitu sebesar Rp259,59 miliar. Diikuti Kabupaten Pidie dengan jumlah

Pajak Daerah; 37,71%

Retribusi Daerah; 4,87%

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan; 5,74%

Lain-lain PAD yang Sah; 51,68%

PAD; 12,02%

Dana Transfer; 86,62%

Lain-Lain Pendapatan yang Sah; 1,36%

2.541,18 259,59

244,90 235,11

170,05 169,47 156,53

139,98 120,45 115,37 106,65

90,30 87,06 82,18 72,78 68,83 61,46 59,77 59,31 51,42 38,39 37,04 34,26 25,45

0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000

Provinsi Aceh

Aceh Utara

Pidie

Banda Aceh

Aceh Besar

Aceh Tengah

Bireun

Aceh Selatan

Langsa

Aceh Barat

Aceh Barat Daya

Aceh Tamiang

Nagan Raya

Bener Meriah

Aceh Jaya

Pidie Jaya

Lhokseumawe

Sabang

Aceh Timur

Aceh Gayo Lues

Aceh Singkil

Simeuleu

Sumbulussalam

Aceh Tenggara

Page 88: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab IV | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

64 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Aceh tenggara menjadi daerah

dengan PAD terkecil.

Tahun 2019, rasio PAD terhadap

belanja APBD di Aceh mengalami peningkatan dari

tahun sebelumnya.

realisasi sebesar Rp244,90 miliar, dan Kota Banda Aceh dengan

jumlah realisasi sebesar Rp235,11 miliar. Realisasi PAD terkecil yaitu

Kabupaten Aceh Tenggara dengan realisasi PAD tahun 2019 hanya

sebesar Rp25,45 miliar.

Perhitungan dari kemampuan PAD terhadap belanja

pemerintah daerah, menunjukkan bahwa kontribusi PAD untuk

membiayai belanja daerah pada tahun 2019 hanya mencapai 12,12

persen. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemerintah daerah

dalam membiayai belanjanya secara mandiri masih rendah, artinya

pemerintah daerah Aceh masih memiliki ketergantungan yang tinggi

terhadap dana transfer dari Pemerintah Pusat. Seharusnya hal ini

telah menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah dalam

meningkatkan kinerjanya guna mendongkrak pendapatan daerah.

Grafik 4.4 Rasio PAD terhadap Belanja Pemerintah Daerah per Kabupaten/Kota Tahun 2019

Sumber: BPKA, 2020 (diolah)

Kota Banda Aceh menjadi daerah

dengan rasio kemandirian

tertinggi di Aceh. Sedangkan rasio

kemandirian terendah yaitu Kab.

Aceh Tenggara.

Grafik 4.3 diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2019 tingkat

kemampuan Pemerintah Daerah dalam membiayai belanja

daerahnya tertinggi diperoleh Pemerintah Kota Banda Aceh dengan

rasio PAD terhadap belanja daerah sebesar 19,11 persen. Kemudian

diikuti Pemerintah Provinsi Aceh di peringkat kedua dengan rasio

sebesar 16,58 persen dan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang

dengan rasio sebesar 14,31 persen. Kabupaten Aceh Tenggara

menjadi daerah dengan rasio PAD terhadap belanja APBD yang

terendah yaitu hanya sebesar 2,01 persen di tahun 2019.

Pada periode kedepan diharapkan kepada pemerintah daerah

di lingkup Provinsi Aceh agar dapat terus meningkatkan PAD-nya

melalui intensifikasi pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah

yang telah ada. Pengalokasian Dana Otonomi Khusus untuk Provinsi

16,5

8%

9,93

%

11,6

4%

19,1

1%

9,40

% 12,4

2%

8,13

%

9,45

% 12,9

5%

8,88

%

10,6

6% 14,3

1%

7,88

%

7,96

%

7,99

%

6,85

%

7,05

%

8,84

%

3,21

%

5,16

%

4,46

%

3,98

%

5,12

%

2,01

%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

Page 89: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD | Bab IV

Annual Regional Fiscal Report 2019 65

Aceh seharusnya menjadi keistimewaan tersendiri karena Aceh

memiliki tambahan fiscal space yang dapat dimanfaatkan untuk

program-program besar pemerintah yang mampu mengangkat

perekonomian Aceh, baik dalam pembangunan infrastruktur guna

memberikan kepercayaan untuk investor dapat berinvestasi dengan

aman dan nyaman di Aceh, maupun dengan mendukung sektor

unggulan dan sektor yang memiliki potensi unggulan seperti sektor

pertanian, sektor perdagangan, dan sektor pariwisata.

4.2.3 Pendapatan Lain-lain

Pendapatan Lain-lain bertujan memberi potensi kepada

daerah untuk memperoleh pendapatan selain dari PAD maupun dana

perimbangan. Pendapatan Lain-lain terdiri atas pendapatan hibah,

dana darurat, dan pendapatan lainnya.

Grafik 4.5 Jenis Pendapatan Lain-lain

Sumber: BPKA, 2020 (diolah)

Pendapatan hibah masih

menyumbang nilai tertinggi yaitu

sebesar 67,61% dan pendapatan

lainnya menyumbang

32,39%.

Pendapatan Lain-lain pada tahun 2019 hanya bersumber dari

dua pendapatan yaitu Pendapatan Hibah dan Pendapatan Lainnya.

Dana Darurat adalah dana yang bersumber dari APBN untuk

dialokasikan kepada APBD bagi daerah yang mengalami bencana

nasional dan/atau peristiwa luar biasa. Tahun 2019, tidak ada dana

darurat yang disalurkan di Provinsi Aceh. Sedangkan pendapatan

hibah masih menyumbang nilai tertinggi pada pendapatan lain-lain

yaitu sebesar 67,61 persen atau sebesar Rp384,44 miliar dan

pendapatan lainnya menyumbang sebesar Rp184,18 miliar atau

32,39 persen dari total pendapatan lain-lain yang sah.

4.3 BELANJA DAERAH

4.3.1 Rincian Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan

Dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan yang

menjadi urusan daerah maka APBD Provinsi Aceh dibagi atas 25

384,44

184,18

0

0 100 200 300 400

Pendapatan Hibah

Pendapatan Lainnya

Dana Darurat

Page 90: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab IV | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

66 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

urusan. Realisasi belanja per klasifikasi urusan pada Pemerintah

Daerah Provinsi Aceh pada tahun 2019 tergambar pada grafik 4.6.

Grafik 4.6 Rasio Alokasi dan Realisasi Belanja Daerah Tahun 2019 per Klasifikasi Urusan

Sumber: BPKA, 2020 (diolah)

Belanja dalam rangka urusan Pemerintahan

Umum pada tahun 2019 mendapat

proporsi tertinggi dalam struktur

anggaran belanja APBA.

Urusan-urusan yang berkaitan

dengan peningkatan sektor-

sektor perekonomian

daerah perlu mendapat

perhatian khusus bagi pemerintah.

Dari gafik tersebut terlihat bahwa pada tahun 2019 pemerintah

sangat concern pada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan

kegiatan pemerintahan umum. Hal ini terlihat dari alokasi yang tinggi

untuk urusan tersebut yaitu sebesar 38,51 persen dari total pagu

belanja. Angka tersebut terhitung sangat besar untuk urusan yang

sebenarnya ‘hanya’ didominasi belanja operasional rutin yang

konsumtif dan kurang produktif. Alokasi tertinggi berikutnya adalah

urusan Pendidikan dengan rasio alokasi sebesar 19,79 persen,

urusan Kesehatan dengan rasio alokasi sebesar 12,28 persen, dan

urusan pekerjaan umum memiliki rasio alokasi sebesar 5,22 persen

dari keseluruhan alokasi.

Secara realisasi, urusan Perpustakaan menjadi yang tertinggi,

dengan persentase realisasi sebesar 99,80 persen dari alokasi di

tahun 2019. Realisasi terendah didapat oleh urusan Kepegawaian

dengan persentase realisasi sebesar 45,01 persen dari alokasi urusan

tersebut di tahun 2019.

Untuk urusan-urusan yang berkaitan dengan peningkatan

sektor-sektor perekonomian daerah (selain Pertanian, Kelautan, dan

Perikanan) perlu mendapat perhatian khusus karena mendapat rasio

alokasi yang sangat rendah. Bahkan beberapa diantaranya

mendapatkan rasio alokasi dibawah 1 persen, antara lain urusan

Koperasi dan UKM (0,41 persen), ESDM (0,69 persen), Perindustrian

(0,32 persen), dan Penanaman modal (0,21 persen).

38,5%

19,8%

12,3%

5,2% 5,2%2,8% 2,0% 1,4% 1,4% 1,3% 1,1% 0,8% 0,8% 0,8% 0,7% 0,7% 0,6% 0,5% 0,5% 0,4% 0,4% 0,4% 0,4% 0,3% 0,3% 0,3% 0,3% 0,2% 0,2% 0,2% 0,1% 0,1% 0,1% 0,0% 0,0%

97%

88% 88%

78% 77%

98%

88%

71%

89%97% 94% 91%

86%

64% 62%69%

100%

73%

84%

96% 93%

84%

45%

81% 80% 79%

92% 91% 90%

100%

87%

55%

99%

0% 0%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

30,0%

35,0%

40,0%

45,0%

Proporsi Pagu (%) Realisasi (%)

Page 91: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD | Bab IV

Annual Regional Fiscal Report 2019 67

Untuk perode mendatang diharapkan ada perubahan

paradigma dari arah pelaksanaan belanja pemerintah, dengan

mengurangi alokasi untuk belanja urusan Pemerintahan umum, dan

menambahkannya pada urusan-urusan lain yang berpotensi

meningkatkan perekonomian daerah.

4.3.2 Rincian Belanja Daerah Berdasarkan Jenis Belanja (Sifat Ekonomi)

Alokasi belanja APBD di Aceh

mengalami peningkatan

dibanding tahun sebelumnya, namun

secara persentase realisasi mengalami

penurunan.

Dalam rekapitulasi seluruh LRA APBD Kabupaten/Kota/

Provinsi di Aceh, terdapat 10 jenis belanja yaitu antara lain belanja

pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal, belanja bantuan

sosial, belanja bantuan keuangan, belanja hibah, belanja tak terduga,

belanja bunga, belanja subsidi dan belanja bagi hasil.

Secara keseluruhan terlihat bahwa jumlah alokasi dan

realisasi secara agregat belanja APBD Tahun 2019 mengalami

kenaikan dibanding tahun sebelumnya, namun mengalami penurunan

secara persentase realisasi dibanding tahun sebelumnya. Tahun

2019 alokasi belanja sebesar Rp49,17 triliun dengan realisasi sebesar

Rp41,48 triliun atau 84,35% dari alokasi. Hal tersebut tersaji pada

tabel 4.3.

Tabel 4.3 Target dan Realisasi Belanja APBD Kab/Kota dan Provinsi per Jenis Belanja (dalam miliar Rp)

Uraian 2019 2018

Pagu Realisasi % Realisasi Pagu Realisasi % Realisasi

Belanja Pegawai 15.114,73 12.087,73 79,97% 13.946,81 11.741,14 84,19%

Belanja Barang dan Jasa 12.944,54 10.758,35 83,11% 12.608,31 11.144,94 88,39%

Belanja Bunga 3,41 2,65 77,58% 3,01 2,86 95,02%

Belanja Subsidi 9,05 8,33 92,02% 8,77 8,47 96,58%

Belanja Hibah 1.067,31 2.368,62 221,92% 1.386,34 1.218,54 87,90%

Belanja Bantuan Sosial 284,12 590,50 207,83% 756,60 638,29 84,36%

Belanja Modal 9.704,76 8.398,34 86,54% 7.675,58 6.175,31 80,45%

Belanja Tak Terduga 238,56 58,68 24,60% 114,32 52,21 45,67%

Belanja Bagi Hasil 744,93 210,24 28,22% 1.053,17 827,00 78,52%

Belanja Bantuan Keuangan 9.065,17 6.996,19 77,18% 5.503,54 5.855,51 106,40%

TOTAL BELANJA 49.176,58 41.479,62 84,35% 43.056,45 37.664,27 87,48%

Sumber: BPKA, 2020 (diolah)

Dari tabel 4.3 terlihat bahwa tujuh jenis belanja mengalami

kenaikan alokasi dari tahun sebelumnya, yaitu belanja pegawai,

belanja barang dan jasa, belanja bunga, belanja subsidi, belanja

modal, belanja tak terduga dan belanja bantuan keuangan. Tiga jenis

belanja mengalami penurunan alokasi antara lain belanja hibah,

belanja bantuan sosial dan belanja belanja bagi hasil.

Page 92: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab IV | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

68 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Terdapat 3 jenis belanja yang

persentase realisasinya di

tahun 2019 diatas 90%, antara lain belanja subsidi,

belanja hibah dan belanja bantuan

sosial.

Terdapat tiga jenis belanja yang persentase realisasinya pada

tahun 2019 diatas 90%, antara lain belanja subsidi, belanja hibah dan

belanja bantuan sosial. Rendahnya penyerapan belanja secara total

merupakan dampak dari rendahnya realisasi belanja pegawai. Secara

nominal terjadi peningkatan pada realisasi belanja pegawai namun

secara persentase terjadi penurunan yang cukup signifikan.

Peningkatan pagu belanja pegawai disebabkan adanya tambahan

CPNS baru rekrutmen tahun 2019.

Grafik 4.6 Perbandingan per Jenis Belanja antara Provinsi dan Seluruh Kab./Kota

Sumber: BPKA, 2020 (diolah)

Apabila dibandingkan per jenis belanja antara provinsi dengan

seluruh kab./kota di Aceh, maka dapat terlihat bahwa sebesar 31,14

persen (Rp12,91 triliun) dialokasikan untuk belanja pemerintah

provinsi, sisanya sebesar 68,86 persen (Rp28,56 triliun) alokasi

belanja tersebar di 23 kab./kota. Belanja Barang dan Jasa adalah jenis

belanja yang paling besar berada di provinsi, sejumlah 39,06 persen

(Rp4,20 triliun) dialokasi di provinsi sisanya tersebar di 23 kab./kota,

sedangkan belanja bagi hasil, belanja subsidi dan belanja bunga tidak

terdapat dalam alokasi belanja pemerintah provinsi.

4.4 PERKEMBANGAN BLU DAERAH

4.4.1 Profil dan Jenis Layanan BLU Daerah

Terdapat 14 Badan Umum Layanan Daerah (BLUD) dari 11

Pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi, yaitu:

1. Provinsi Aceh, BLUD RSUD Zainoel Abidin, BLUD Rumah Sakit

Ibu dan Anak, dan BLUD Rumah Sakit Jiwa.

2. Kabupaten Aceh Tengah, BLUD RSUD Datu Beru.

3. Kabupaten Aceh Tenggara, BLUD RSUD H. Sahudin.

2.461,59 4.201,79 3.114,33 925,48 1.848,84 360,52 4,84

9.626,14 6.556,57 5.284,01

6.070,71

519,78 229,98

210,24

53,84

8,33 2,65

12.087,7310.758,35

8.398,346.996,19

2.368,62590,50 210,24 58,68 8,33 2,65

-15.000

-10.000

-5.000

0

5.000

10.000

15.000

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

Pegawai Barang danJasa

Modal BantuanKeuangan

Hibah Bansos Bagi Hasil TakTerduga

Subsidi Bunga

(miliar R

p)(m

iliar

Rp

)

Provinsi Kab./Kota Total

Page 93: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD | Bab IV

Annual Regional Fiscal Report 2019 69

4. Kota Banda Aceh, BLUD RSUD Meuraxa dan BLUD UPTD Pasar.

5. Kota Langsa, BLUD RSUD Langsa.

6. Kabupaten Aceh Timur, BLUD RSUD dr. Zubir Mahmud.

7. Kabupaten Aceh Tamiang, BLUD RSUD Kab. Aceh Tamiang.

8. Kabupaten Simeulue, BLUD RSUD Simeulue.

9. Kabupaten Bireuen, BLUD RSUD dr. Fauziah.

10. Kabupaten Aceh Utara, BLUD RSUD Cut Meutia.

11. Kabupaten Nagan Raya, BLUD RSUD Nagan Raya.

Terdapat 4 Kabupaten/Kota yang tidak mempunyai BLUD

yaitu Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya, Kota

Lhokseumawe dan Kota Sabang. Berdasarkan profil dan jenis

layanannya, 13 BLUD tersebut melayani di bidang kesehatan dan 1

BLUD di bidang pengelolaan pasar.

4.4.2 Perkembangan Pengelolaan Aset PNBP dan RM BLU Daerah

Tabel 4.4 Nilai Aset BLUD di Provinsi Aceh

No. Satker BLUD Bidang Nilai Aset (Rp)

Tahun 2017 Tahun 2018

1. RSUD Zainoel Abidin Kesehatan 609.263.056.975 -

2. Rumah Sakit Ibu dan Anak Kesehatan 67.958.566.911 -

3. Rumah Sakit Jiwa Kesehatan 155.154.060.720 -

4. RSUD Datu Beru Kesehatan 197.227.033.265 247.746.264.684

5. RSUD H. Sahudin Kesehatan 65.000.000.000 87.500.000.000

6. RSUD Langsa Kesehatan - 234.126.441.705

7. RSUD dr. Zubir Mahmud Kesehatan - 119.152.381.634

8. RSUD Kab. Aceh Tamiang Kesehatan - 115.764.761.502

9. RSUD Meuraxa Kesehatan - 161.339.394.934

10. UPTD Pasar Pasar - 348.418.600

11. RSUD Simeulue Kesehatan - 58.405.117.218

12. RSUD dr. Fauziah Kesehatan - 154.321.545.882

13. RSUD Kab. Nagan Raya Kesehatan - 93.038.005.926

Sumber: BPKA, BPKD Kota Banda Aceh BPKD Kab. Aceh Tengah BPKD Kab. Aceh Tenggara, BPKD Kab. Aceh Tamiang, BPKD Kab. Simeulue, BPKD Kab. Bireuen, BPKD Kab. Nagan Raya, 2020 (diolah)

Dari tabel diatas, BLUD RSUD Zainoel Abidin mempunyai nilai

aset untuk tahun 2017 yang paling banyak dibandingkan BLUD

lainnya. Berada di Kota Banda Aceh dan merupakan rumah sakit

terbesar di Aceh dengan fasilitas yang cukup lengkap. Sedangkan

data aset tahun 2018 RSUD Zainoel Abidin belum didapatkan

dikarenakan sedang dalam proses penyusunan laporan keuangan.

Berdasarkan data yang ada, untuk tahun 2018 BLUD RSUD Datu

Page 94: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab IV | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

70 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

RSUD Zainoel Abidin mencatat

angka realisasi pendapatan

layanan tertinggi dari 14 sampel

BLUD.”

Beru Takengon mempunyai nilai aset yang paling banyak dan BLUD

UPTD Pasar mempunyai aset terkecil.

Pada tahun 2018, RSUD Zainoel Abidin mencatat angka

realisasi pendapatan layanan tertinggi yaitu sebesar Rp559,1 miliar.

Hal tersebut sebanding dengan kapasitas layanan yang disediakan,

yang tergambar pada total realisasi belanja yang paling tinggi di tahun

2018 yaitu sebesar Rp575,7 milyar. Sedangkan pendapatan layanan

paling kecil yaitu UPTD Pasar dengan total realisasi pendapatan

sebesar Rp5,6 miliar. Hal ini terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5 PNBP dan RM BLUD Tahun 2018

No Satker BLUD Bidang PNBP RM

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

1. RSUD Zainoel Abidin Kesehatan 487.030.544.104 559.113.084.964 494.000.000.000 575.759.425.150

2. Rumah Sakit Ibu & Anak Kesehatan 27.455.000.000 26.199.830.936 37.400.500.000 27.706.662.916

3. Rumah Sakit Jiwa Kesehatan 27.921.496.300 29.032.892.085 28.771.177.916 26.637.600.530

4. RSUD Datu Beru Kesehatan 105.017.682.595 88.649.898.861 41.292.434.311 39.719.526.320

5. RSUD H. Sahudin Kesehatan 23.000.000.000 44.760.033.903 47.672.280.471 24.410.361.274

6. RSUD Meuraxa Kesehatan 122.289.560.000 97.418.669.516 36.791.178.904 34.709.313.194

7. UPTD Pasar Pasar 5.375.253.073 5.607.945.214 - -

8. RSUD Langsa Kesehatan 90.000.000.000 84.834.325.609 36.808.410.804 65.304.888.826

9. RSUD dr. Zubir Mahmud Kesehatan - - 66.402.720.719 60.500.684.307

10. RSUD Kab. Aceh Tamiang Kesehatan 62.800.000.000 57.880.146.697 92.423.371.905 85.563.365.512

11. RSUD Simeulue Kesehatan 36.081.879.593 35.052.247.469 27.208.568.503 33.644.225.074

12. RSUD dr. Fauziah Kesehatan 130.217.444.246 106.832.336.446 77.559.449.642 65.136.245.032

13. RSUD Cut Meutia Kesehatan 132.493.963.000 121.583.603.067 - -

14. RSUD Kab. Nagan Raya Kesehatan 38.000.000.000 37.454.860.248 34.585.291.564 30.229.065.971

Sumber: BPKA, BPKD Kota Banda Aceh BPKD Kab. Aceh Tengah BPKD Kab. Aceh Tenggara, BPKD Kab. Aceh Tamiang, BPKD Kab. Simeulue, BPKD Kab. Bireuen, BPKD Kab. Nagan Raya, 2020 (diolah)

Jika dilihat dari rasio pendapatan layanan terhadap realisasi

belanja sebagai salah satu indikator untuk mengukur kemandirian

BLUD, terlihat bahwa RSUD Meuraxa Banda Aceh memliki

pendapatan layanan di tahun 2018 telah melebihi jumlah realisasi

belanja. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan BLUD tersebut

terhadap rupiah murni sangat kecil.

4.4.3 Analisis Legal

Tabel 4.6 Penetapan BLUD

No. BLUD No. SK Penetapan Waktu Penetapan

1. RSUD Zainoel Abidin 445/685/2011 2011

2. Rumah Sakit Ibu dan Anak 445/688/2011 20 Desember 2011

3. Rumah Sakit Jiwa 445/689/2011 2011

4. RSUD dr. Fauziah Bireuen 561 Tahun 2009 31 Desember 2009

5. RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh 723 Tahun 2014 29 Desember 2014

6. UPTD Pasar Kota Banda Aceh 319 Tahun 2011 12 Desember 2011

Sumber: BPKA, BPKD Kota Banda Aceh, RSUD dr. Fauziah, RSUD Cut Nyak Dhien, 2020 (diolah)

Page 95: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD | Bab IV

Annual Regional Fiscal Report 2019 71

Pemerintah Aceh dan Kab./Kota telah

menetapkan BLUD dalam rangka

peningkatan pelayanan kepada masyarakat sesuai

dengan azas penyelenggaraan pelayanan umum

Berdasarkan penetapan BLUD Provinsi Aceh dan BLUD

Kabupaten/Kota pada tabel III.6 sebagai sampel oleh Kepala Daerah

telah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 tahun

2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD dan

Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 jo. Peraturan Pemerintah

No. 74 tahun 2012 tentang Pengelolaan Keuangan BLU. Pemerintah

Provinsi Aceh dan Pemerintah Kabupaten/Kota telah menetapkan

BLUD dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat

sesuai dengan azas penyelenggaraan pelayanan umum.

4.5 SURPLUS / DEFISIT APBD

4.5.1 Rasio Surplus/Defisit terhadap Pendapatan

Sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA) pemerintah daerah

TA 2019 baik di tingkat provinsi, kabupaten dan kota sebagian besar

mengalami surplus. Dalam hal surplus tersebut perlu diketahui

proporsinya terhadap pendapatan, sehingga bisa menunjukkan

performa fiskal pemerintah daerah. Untuk mengetahui hal tersebut

perlu dihitung rasio surplus terhadap agregat pendapatan.

Rasio Surplus terhadap Pendapatan = Surplus / Total Pendapatan

APBD

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑢𝑟𝑝𝑙𝑢𝑠 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 =𝑅𝑝60.845.537.363

𝑅𝑝41.822.520.264.713.000

= 0,0014 (0,14%)

Rasio surplus/defisit anggaran pada

APBD Aceh tahun 2019 turun

dibanding tahun sebelumnya.

Rasio surplus terhadap pendapatan sebesar 0,14 persen

pada tahun 2019. Hal ini menunjukkan kinerja pemerintah daerah

dalam merealisasikan penerimaan cukup baik sehingga mampu untuk

menanggung belanja daerah. Jika dibandingkan dengan tahun lalu,

rasio ini turun sebesar 306 basis poin yang sebesar 3,2 persen. Hal

ini mengindikasikan bahwa kinerja pemerintah daerah pada tahun

2019 membaik/meningkat dibanding tahun 2018.

4.5.2 Rasio Surplus/Defisit terhadap Dana Transfer

Rasio ini untuk mengetahui proporsi adanya surplus/defisit

anggaran terhadap salah satu sumber pendapatan APBD, yaitu

realisasi pencairan dana transfer. Hal ini dapat menunjukkan ekses

likuiditas Pemda akibat frontloading pencairan dana transfer. Hal ini

Page 96: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab IV | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

72 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

dapat menjadi sinyal bagi Kementerian Keuangan untuk

mengevaluasi timing pencairan dana transfer, terutama pada daerah

yang sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses

likuditas.

Rasio Surplus terhadap Pendapatan = Surplus / Total Realisasi Dana

Transfer

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑢𝑟𝑝𝑙𝑢𝑠 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑒𝑟 =𝑅𝑝60.845.537.363

𝑅𝑝35.944.336.672.188

= 0,0017 (0,17%)

4.5.3 Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB

Dari aspek rasio surplus terhadap

PDRB, kinerja pemerintah daerah dalam optimalisasi

belanja APBD mengalami sedikit

penurunan dari tahun lalu.

Rasio ini diperlukan untuk menggambarkan kesehatan

ekonomi regional, semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut

mampu memproduksi barang dan jasa untuk membiayai defisit

anggaran pemerintah daerahnya.

Rasio Surplus terhadap PDRB = Surplus / PDRB

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑢𝑟𝑝𝑙𝑢𝑠 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑃𝐷𝑅𝐵 =𝑅𝑝60.845.537.363

𝑅𝑝164.210.000.000.000

= 0,0003 (0,03%)

Rasio surplus APBD terhadap PDRB wilayah Aceh tahun

2019 sebesar 0,03%, lebih rendah dibandingkan rasio tahun lalu

sebesar 0,80%. Hal ini menggambarkan terjadinya sedikit

peningkatan kinerja pemerintah daerah pada tahun 2019 dibanding

tahun 2018.

4.6 PEMBIAYAAN DAERAH

Pembiayaan Daerah adalah seluruh penerimaan yang harus

dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali.

Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan

pengeluaran pembiayaan. Tujuan analisis pembiayaan adalah untuk

mengetahui besarnya kontribusi komponen pembiayaan yang dapat

digunakan untuk mendukung kebijakan fiskal pemda dan

defisit/surplus APBD. Analisis dilakukan dengan mencari kontributor

Page 97: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD | Bab IV

Annual Regional Fiscal Report 2019 73

utama pada masing-masing pembiayaan (penerimaan dan

pengeluaran) yang dilakukan oleh pemda.

4.6.1 Rasio SILPA terhadap Alokasi Belanja

Rasio SILPA yang meningkat

mengindikasikan kinerja pemerintah

daerah dalam optimalisasi belanja

APBD mengalami penurunan dari

tahun lalu.

Rasio ini mencerminkan proporsi belanja atau kegiatan yang

tidak digunakan dengan efektif oleh pemerintah daerah.

Rasio SILPA = Jumlah SILPA / Total Belanja APBD

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝐼𝐿𝑃𝐴 =𝑅𝑝. 4.321.055.954.709

𝑅𝑝41.479.622.963.628

= 0,1041 (10,41%)

Berdasarkan perhitungan rasio di atas terlihat bahwa sekitar

10,41 persen belanja yang tidak dapat digunakan secara efektif oleh

pemerintah daerah. Rasio ini lebih rendah dibandingkan tahun 2018

yang mencapai 3,31 persen.

4.6.2 Pengeluaran Pembiayaan

Pengeluaran Pembiayaan hanya untuk 3 komponen, yaitu Pembentukan

Dana Cadangan, Penyertaan Modal /

Investasi Pemerintah Daerah

dan Pembayaran Pokok Pinjaman

Dalam Negeri

Pada APBD Tahun 2019, Pengeluaran Pembiayaan hanya

untuk 3 komponen, yaitu Pembentukan Dana Cadangan, Penyertaan

Modal / Investasi Pemerintah Daerah dan Pembayaran Pokok

Pinjaman Dalam Negeri. Pembentukan Dana Cadangan menjadi

penyumbang Pengeluaran Pembiayaan terbesar dengan jumlah

sebesar Rp75,31 miliar atau 72,36 persen dari total Pengeluaran

Pembiayaan, Pengeluaran Pembiayaan terbesar kedua adalah

Penyertaan Modal dengan nilai sebesar Rp25,94 miliar atau 24,93

persen dari total Pengeluaran Pembiayaan dan Pembayaran Pokok

Pinjaman Dalam Negeri menjadi Pengeluaran Pembiayaan dengan

nilai dan terkecil yaitu sebesar Rp2,82 miliar atau 2,71 persen dari

total Pengeluaran Pembiayaan.

4.6.3 Rasio Pinjaman Daerah terhadap Total Pembiayaan

Rasio ini dipergunakan untuk mengetahui proporsi pencairan

pinjaman yang dilakukan daerah ataupun penerbitan obligasi daerah

untuk membiayai defisit APBD. Pada tahun 2019 terdapat 2 daerah

yang merencanakan pinjaman dalam APBD-nya, yaitu Kabupaten

Aceh Tenggara dan Kabupaten Simeulue tetapi tidak melakukan

pencairan pinjaman daerah, sehingga rasio pinjaman daerah adalah

nol.

Page 98: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab IV | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

74 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

4.6.4 Keseimbangan Primer

Keseimbangan primer dipakai untuk melihat tingkat likuiditas

suatu pemerintah daerah. Semakin besar keseimbangan primer,

maka semakin baik kemampuan daerah untuk membiayai defisitnya.

Rumusnya ialah: Total Pendapatan APBD – (Belanja APBD – Belanja

Bunga).

Grafik 4.7 Rasio Keseimbangan Primer per Pemda tahun 2019

Sumber: BPKA, 2020 (diolah)

Berdasarkan rasio keseimbangan

primer APBD 2019, rata-rata

kemampuan pendapatan

pemerintah daerah belum cukup untuk membiayai belanja.

Rasio keseimbangan primer realisasi APBD di Provinsi Aceh

tahun 2019 mencapai rata-rata Rp93,63 miliar, artinya rata-rata

kemampuan pendapatan pemerintah daerah cukup untuk membiayai

belanjanya. Tercatat pada tahun 2019 terdapat 16 pemerintah daerah

yang memiliki angka keseimbangan primer negatif. Angka

keseimbangan primer tertinggi ditempati oleh Kabupaten Bener

Meriah, sedangkan angka keseimbangan primer terendah ditempati

oleh Kabupaten Gayo Lues. Angka keseimbangan primer yang positif

menunjukan kondisi likuiditas yang relatif baik. Namun demikian perlu

dicermati apakah hal tersebut diikuti dengan kualitas belanja yang

baik. Pemerintah daerah diharapkan dapat menjaga likuiditas fiskal

pada posisi yang aman, namun tetap mengoptimalkan realisasi

belanja daerahnya.

4.7 ANALISIS KINERJA PENGELOAAN KEUANGAN DAERAH

4.7.1 Analisis Horizontal dan Vertikal

Pada grafik 4.8 terlihat bahwa, sebanyak 16 Pemda

mengalami Defisit dan hanya 8 Pemda yang mengalami surplus.

2.22

7,0

8

166,

07

68,8

3

59,5

4

32,0

3

11,6

5

8,8

5

4,7

9

-1,2

6

-3,8

0

-7,5

3

-9,5

6

-10,

10

-12,

50

-16,

35

-20,

54

-21,

19

-26,

41

-27,

34

-31,

38

-32,

79

-34,

04

-35,

57

-41,

35

-100

-50

0

50

100

150

200

Page 99: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD | Bab IV

Annual Regional Fiscal Report 2019 75

Sebanyak 16 Pemda

mengalami Defisit dan hanya 8 Pemda

yang mengalami surplus.

Kabupaten Gayo Lues adalah daerah dengan defisit terbesar yaitu

sebesar Rp41,45 miliar, hal ini diperparah dengan kontribusi PAD

Kabupaten Gayo Lues dalam total pendapatan daerah hanya

mencapai 5,38 persen, sedangkan Kabupaten Bener Meriah adalah

Pemda dengan surplus terbesar yaitu Rp2,22 triliun namun, kontribusi

PAD dalam total pendapatan daerah sangat rendah yaitu sebesar

2,52 persen. Tingginya surplus yang terjadi di Kabupaten Bener

Meriah adalah buntut dari Operasi Tangkap Tangan kepala daearah

pada tahun 2018, sehingga SKPD menjadi lebih berhati-hati dalam

realisasi belanja di Tahun Anggaran 2019.

Grafik 4.8 Perbandingan Kontribusi PAD dalam Pendapatan Daerah terhadap Surplus/Defisit Daerah

Sumber: BPKA, 2020 (diolah)

4.7.2 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah

Kapasitas Fiskal Daerah adalah kemampuan daerah untuk

membiayai pengeluaran/belanja dalam menjalankan tugas dan fungsi

pemerintahan daerah. Formulasi dalam menghitung Kapasitas Fiskal

Daerah adalah pendapatan umum APBD dikurangi dengan belanja

pegawai dan dibagi dengan jumlah penduduk miskin.

𝐾𝐹 =(𝑃𝐴𝐷 + 𝐷𝐵𝐻 + 𝐷𝐴𝑈 + 𝐿𝑃) − 𝐵𝑃

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑚𝑖𝑠𝑘𝑖𝑛

Tabel 4.7 Perkembangan Kapasitas Fiskal Provinsi Aceh

URAIAN 2016 2017 2018 2019

Pendapatan Umum 22.597.398.595.886,70 25.235.922.350.528,10 21.083.133.264.493,80 22.316.805.261.959,00

PAD 4.248.032.245.760,87 4.657.683.810.414,55 4.580.853.342.676,79 5.027.512.429.593,00

DBH 1.262.284.308.597,00 1.291.118.159.689,00 1.664.991.990.380,00 1.282.514.599.156,00

DAU 14.065.942.592.000,00 14.670.583.480.000,00 13.953.167.511.513,00 15.438.158.834.000,00

Lain-Lain yang Sah 3.021.139.449.528,79 4.616.536.900.424,57 884.120.419.924,00 568.619.399.210

Belanja Pegawai 12.475.254.327.731,00 13.111.083.473.111,00 11.741.140.223.954,00 15.114.728.087.141,60

Penduduk Miskin (jiwa) 841.000,00 829.000,00 831.000,00 810.000,00

Kapasitas Fiskal 12.035.843,36 14.625.861,13 11.241.868,88 8.891.453,30

Sumber: BPKA dan BPS Aceh, 2020 (diolah)

2.22

7,0

8

166,

07

68,8

3

59,5

4

32,0

3

11,6

5

8,8

5

4,7

9

-1,2

6

-3,8

0

-7,5

3

-9,5

6

-10,

10

-15,

15

-16,

35

-20,

54

-21,

19

-26,

41

-27,

34

-31,

38

-32,

79

-34,

04

-35,

57

-41,

35

2,52%

11,33%

16,50%

8,49%

6,64%

7,89%

4,41%

8,11%12,44%

7,91%

7,11%

2,03%

8,97%

19,35%

9,48%

13,24%10,89%

10,04%

9,63%

4,12%

11,82%

5,40%

3,27%

5,38%

-25,00%-20,00%-15,00%-10,00%-5,00%0,00%5,00%10,00%15,00%20,00%25,00%

-500

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

(tri

liun

Rp

)

Surplus/Defisit Rasio PAD terhadap Pendapatan

Page 100: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab IV | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

76 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Kapasitas fiskal Aceh pada tahun

2019 terhitung sebesar

8.891.453,30 mengalami

penurunan dari kapasitas fiskal di tahun 2018 yang

sebesar 11.2415.686,88.

Dari perhitungan diatas terlihat bahwa kapasitas fiskal di Aceh

mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Kapasitas fiskal Aceh

pada tahun 2019 terhitung sebesar 8.891.453,30 mengalami

penurunan dari kapasitas fiskal di tahun 2018 yang sebesar

11.2415.686,88. Penurunan kapasitas fiskal tersebut mengalami

anomali karena jumlah penduduk miskin Aceh mengalami penurunan,

yang pada tahun 2018 sebanyak 831 ribu orang, menjadi 810 ribu

orang di tahun 2019.

Secara teori, turunnya kapasitas fiskal daerah menunjukkan

penurunan kemampuan daerah untuk mengurangi jumlah penduduk

miskin. Disisi lain angka kemiskinan Aceh masih sangat tinggi dengan

indikasi pelaksanaan program-program pengentasan kemiskinan

yang masih lambat dijalankan pemerintah.

4.8 PERKEMBANGAN BELANJA DAERAH WAJIB

Mandatory spending adalah alokasi belanja wajib yang diatur

undang-undang. Tujuannya adalah mengurangi masalah

ketimpangan sosial dan ekonomi daerah. Mandatory spending dalam

tata kelola keuangan pemerintah daerah meliputi alokasi pendidikan,

alokasi kesehatan, penggunaan dana transfer umum, dan alokasi

dana desa.

Tabel 4.8 Perkembangan Belanja per Fungsi

URAIAN Realisasi Proporsi Realisasi

Pelayanan Umum 13.977.328.898.945 33,70%

Pertahanan 22.440.279.203 0,05%

Ketertiban dan Keamanan 455.182.014.121 1,10%

Ekonomi 3.295.854.680.247 7,95%

Lingkungan Hidup 374.335.165.337 0,90%

Perumahan dan Fasilitas Umum 6.375.157.717.655 15,37%

Kesehatan 6.538.672.751.958 15,76%

Pariwaisata 403.719.730.457 0,97%

Agama 221.576.302.842 0,53%

Pendidikan 9.073.957.300.667 21,88%

Perlindungan Sosial 741.398.122.197 1,79%

TOTAL 41.479.622963.629 100,00%

Sumber: BPKA, 2020 (diolah)

Page 101: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD | Bab IV

Annual Regional Fiscal Report 2019 77

4.8.1 Belanja Daerah Sektor Pendidikan

Sektor pendidikan aceh telah teralisasi

sebesar Rp9,07 triliun atau sebesar

21,88 persen dari total realisasi

Dalam tabel 4.8, terlihat belanja wajib pada bidang pendidikan

di Aceh telah dialokasikan sesuai amanat UUD 1945 pasal 31 ayat (4)

dan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

49 ayat (1) yaitu minimal sebesar 20 persen. Dalam belanja di sektor

pendidikan aceh telah teralisasi sebesar Rp9,07 triliun atau sebesar

21,88 persen dari total realisasi. Hal ini menandakan bahwa

Pemerintah Aceh serius dalam pengembangan sumber daya manusia

di Provinsi Aceh.

4.8.2 Belanja Daerah Sektor Kesehatan

Sektor kesehatan aceh telah teralisasi

sebesar Rp6,53 triliun atau sebesar

15,76 persen dari total realisasi

Dalam tabel 4.8, terlihat belanja wajib pada bidang kesehatan

di Aceh telah dialokasikan sesuai amanat UUD 1945 pasal 31 ayat (4)

dan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

49 ayat (1) yaitu minimal sebesar 10 persen. Dalam belanja di sektor

kesehatan aceh telah teralisasi sebesar Rp6,53 triliun atau sebesar

15,76 persen dari total realisasi. Hal ini sejalan dengan program

Pemerintah Aceh dalam penanganan kesehatan dengan adanya

program JKA (Jaminan Kesehatan Aceh).

4.8.3 Belanja Infrastruktur Daerah

Belanja di sektor Infrastruktur

Daerah aceh telah teralisasi sebesar

Rp23,64 triliun atau sebesar 57,01

persen dari total realisasi

Dalam tabel 4.8, terlihat belanja wajib pada bidang

Infrastruktur Daerah di Aceh telah dialokasikan sesuai amanat UUD

1945 pasal 31 ayat (4) dan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 49 ayat (1) yaitu minimal sebesar 25

persen dari DTU. Alokasi ini digunakan untuk belanja infrastruktur

daerah yang langsung terkait dengan percepatan pembangunan

fasilitas pelayanan publik dan ekonomi dalam rangka meningkatkan

kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan, dan mengurangi

kesenjangan penyediaan layanan publik antardaerah.Dalam belanja

di sektor Infrastruktur Daerah aceh telah teralisasi sebesar Rp23,64

triliun atau sebesar 57,01 persen dari total realisasi. Hal ini sejalan

dengan program Pemerintah Pusat dalam dalam pembangunan

infrastruktur demi menunjang program prioritas nasional..

Page 102: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab IV | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

78 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Boks 2. Berita Terpilih: Sumber Pendapatan Daerah Aceh

65 Persen Pendapatan Aceh dari Sektor Pajak Kendaraan

Redelong: Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah menyampaikan bahwa hamper 90 persen

pembiayaan negara berasal dari sektor pajak, dan masih sebagian kecil dari ekspor.

Kasubid Pendapatan Asli Aceh (PAA) Samsat Aceh Dajui membenarkan pernyataan orang

nomor satu di Aceh tersebut.

Dajui menyatakan, di Aceh saja pendapatan dari sektor pajak kendaraan mencapai 65 persen

menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) Aceh.

“Secara umum Aceh pendapatan dari kendaraan bermotor itu merupakan sektor utama, 65

persen dari pajak kendaraan bermotor kita PAD, jadi sangat menentukan pajak kita dari

Samsat, menghasilkan dari sumber pembangunan di Pemerintah Aceh khususnya,” ujar

Kasubid Pendapatan Asli Aceh (PAA) Samsat Aceh Dajui, di release RRI, Minggu

(26/1/2020).

Tambah Kasubid Pendapatan Asli Aceh (PAA) Samsat Aceh Dajui, upaya peningkatan

pendapatan dari sektor pajak akan terus dilakukan Samsat Aceh.

Diantaranya dengan penambahan layanan Samsat keliling dan membayar pajak tanpa harus

repot mendatangi Samsat.

Bahkan Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah meminta inovasi agar dalam pembayaran pajak

tidak lagi menggunakan uang cash atau setor secara tunai.

Sumber:

http://rri.co.id/takengon/post/berita/776941/ekonomi/65_persen_pendapatan_aceh_dari_sek

tor_pajak_kendaraan.html

Page 103: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

BAB vperkembangan dan analisispelaksanaan anggarankonsolidasian (apbn & apbd)

Pantai LampuukPantai Lampuuk yang berada di KabupatenAceh Besar, juga tidak kalah cantik dan indahpemandangannya dan menjadi salah satu tempatberwisata favorit dengan keluarga.

Page 104: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

- Halaman ini sengaja dikosongkan -

Page 105: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian | Bab V

Annual Regional Fiscal Report 2019 79

5.1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN

Laporan Keuangan Pemerintah

Konsolidasi disusun dengan cara meng-

konsolidasikan informasi keuangan

dalam Laporan Keuangan

Pemerintah Pusat dengan informasi

keuangan Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah.

Untuk memberikan intervensi dalam perekonomian suatu

negara/daerah, pemerintah menjalankan perannya melalui kebijakan

fiskal. Pelaksanaan kebijakan fiskal tersebut berupa pelaksanaan

belanja yang terencana dalam rangka pelaksanaan program –

program prioritas nasional serta program-program penunjang lain,

dengan ditunjang sumber daya penerimaan negara yang memadahi,

demi stabilitas perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Dalam

konteks perekonomian dan pelaksanaan kebijakan fiskal di Provinsi

Aceh, komponen pendapatan dan belanja pemerintah terdiri dari

komponen APBN dan APBD dalam sistematika keuangan konsolidasi.

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasi (LKPK) disusun

dengan cara mengkonsolidasikan data/informasi keuangan dalam

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dengan data/informasi

keuangan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).

Tabel 5.1 LRA Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Aceh (dalam miliar Rp)

Uraian

2018 2019 %

kenaikan/

penurunan Pusat Daerah Konsolidasi Pusat Daerah Konsolidasi

Pendapatan Negara 5.160,22 37.841,05 43.001,27 5.524,61 41.540,47 47.065,08 9,45%

Pendapatan Perpajakan 4.263,78 1.712,31 5.976,09 4.591,95 1.895,99 6.487,94 8,56%

PNBP 896,44 2.868,53 3.764,97 932,66 3.315,70 4.248,36 12,84%

Hibah 0,00 188,08 188,08 0,00 384,44 384,44 104,40%

Transfer 0,00 33.072,13 33.072,13 0,00 35.944,34 35.944,34 8,68%

Belanja Negara 13.400,83 44.622,11 58.022,94 50.701,65 41.479,62 92.181,27 58,87%

Belanja Pemerintah 13.400,83 30.981,75 44.382,58 14.757,31 41.479,62 56.236,93 26,71%

Transfer 0,00 13.640,36 13.640,36 35.944,34 0,00 35.944,34 163,51%

Surplus/(Defisit) (8.240,61) (6.781,06) (15.021,67) (45.177,03) 60,85 (45.116,19) 5,43%

Pembiayaan 0,00 2.705,53 2.775,89 0,00 4.260,21 4.468,38 60,97%

Penerimaan Pembiayaan 0,00 2.740,71 2.740,71 0,00 4.364,30 4.364,30 59,24%

Pengeluaran Pembiayaan 0,00 35,18 35,18 0,00 104,09 104,09 195,87%

SILPA (8.240,61) (4.075,53) (12.245,78) (45.177,03) 4.321,06 (40.647,81) 2,93%

Sumber: MEBE, OMSPAN, BPKA dan SIMTRADA DJPK, 2020 (diolah)

Perkembangan dan Analisis

Pelaksanaan Anggaran

Konsolidasian (APBN&APBD)

Page 106: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab V | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian

80 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

70,78%

29,22%

Pusat Daerah

100% 100%

21,95%

78,0

5%

Jika digabungkan APBN dan ABPD,

terjadi penurunan realisasi baik pada

pendapatan maupun belanja

pemerintah.

Jika digabungkan antara APBN dan APBD di Provinsi Aceh,

terjadi peningkatan realisasi baik pada pendapatan maupun belanja.

Tercatat bahwa pendapatan konsolidasi pada tahun 2019 terealisasi

sebesar Rp47,06 triliun, naik 9,45 persen jika dibandingkan tahun

sebelumnya yang sebesar Rp43,00 triliun. Kenaikan tersebut terjadi

baik pada komponen pendapatan pusat maupun pendapatan daerah.

Dari komponen belanja konsolidasi terjadi kenaikan realisasi.

Pada tahun 2019 belanja pemerintah tercatat terealisasi sebesar

Rp92,18 triliun, meningkat 58,87 persen dibanding tahun sebelumnya

yang sebesar Rp58,02 triliun. Kenaikan tersebut terjadi baik pada

komponen belanja pusat maupun daerah.

5.2 PENDAPATAN KONSOLIDASIAN

5.2.1 Analisis Proporsi dan Perbandingan

Grafik 5.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian

Sumber: MEBE, OMSPAN, BPKA dan SIMTRADA DJPK, 2020 (diolah)

Pendapatan Transfer menjadi

kontributor terbesar dalam

struktur pendapatan konsolidasi.

Di antara empat jenis pendapatan negara konsolidasian,

realisasi pendapatan transfer pada tahun 2019 memiliki proporsi

paling besar dibandingkan dengan jenis pendapatan yang lain, yaitu

sebesar 76,37 persen dari total pendapatan konsolidasi 2019. Angka

tersebut cukup jauh jika dibandingkan pendapatan pajak dengan

proporsi terbesar kedua sebesar 13,79 persen dari total pendapatan

konsolidasi 2019. Hal ini menandakan bahwa sumber pendapatan

Perpajakan

13,79%

PNBP

9,03%

Hibah

0,82%

Transfer

76,37%

Page 107: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian | Bab V

Annual Regional Fiscal Report 2019 81

Dari seluruh jenis pendapatan

konsolidasi, hanya pendapatan pajak

yang di dominasi oleh pendapatan

pusat

yang ada di Aceh saat ini masih belum mampu untuk menutup

kebutuhan pendanaan pemerintah di Aceh, sehingga ketergantungan

terhadap dana transfer dari pemerintah pusat masih sangat tinggi.

Hanya pendapatan perpajakan yang didominasi oleh

pendapatan dari pemerintah pusat dengan persentase 70,78 persen

dari total pendapatan pajak. Jenis pendapatan yang lain seluruhnya

didominasi realisasi pendapatan dari pemerintah daerah. PNBP

didominasi pemerintah daerah dengan rasio sebesar 78,05 persen

dari total PNBP konsolidasi. Sedangkan Pendapatan Hibah dan

Pendapatan Transfer secara keseluruhan bersumber dari pendapatan

yang berasal dari pemerintah daerah.

Grafik 5.2 Perbandingan Persentase Perubahan Pendapatan Konsolidasian

Sumber: MEBE, OMSPAN, BPKA dan SIMTRADA DJPK, 2020 (diolah)

Tahun 2019,seluruh jenis pendapatan

mengalami peningkatan

realisasi dari tahun sebelumnya

Jika dibandingkan dengan realisasi pada tahun 2018, seluruh

jenis pendapatan mengalami kenaikan realisasi di tahun 2019. Secara

nominal kenaikan terbesar terjadi pada pendapatan transfer sebesar

Rp2,87 triliun dari tahun sebelumnya. Hal ini terkait kenaikan alokasi

dana transfer untuk Provinsi Aceh di tahun 2019.

Jika dilihat secara persentase, Pendapatan Hibah pada tahun

2018 mengalami kenaikan realisasi paling signifikan yaitu sebesar

104,40 persen dari Pendapatan Hibah tahun sebelumnya. Kenaikan

ini disebabkan adanya kucuran dana hibah dari pemerintah pusat

kepada hampir seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh pada tahun

2019.

5.2.2 Rasio Pajak per Kapita Provinsi Aceh

Pajak perkapita adalah perbandingan antara jumlah

penerimaan pajak yang dihasilkan suatu daerah dengan jumlah

Perpajakan PNBP Hibah Transfer

Tahun 2019 6.487,94 4.248,36 384,44 35.944,34

Tahun 2018 5.976,09 3.764,97 188,08 33.072,13

% Perubahan 8,56% 12,84% 104,40% 8,68%

8,56%12,84%

104,40%

8,68%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

120,00%

0,00

5.000,00

10.000,00

15.000,00

20.000,00

25.000,00

30.000,00

35.000,00

40.000,00

(mili

ar

Rp

)

Page 108: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab V | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian

82 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

jumlah penduduknya. Pajak perkapita menunjukkan kontribusi setiap

penduduk pada pendapatan perpajakan suatu daerah.

Tabel 5.2 Rasio Pajak per Kapita Aceh dalam 5 Tahun Terakhir

Uraian 2015 2016 2017 2018 2019

Pajak Konsolidasi

(juta rupiah) 5.693.690,00 6.069.793,49 6.116.690,13 5.976.097,92 6.487.940,69

Jumlah Penduduk

(jiwa) 5.001.953 5.096.248 5.189.466 5.302.933 5.371.532

Rasio pajak per kapita

(juta rupiah/jiwa) 1,14 1,19 1,18 1,13 1,21

Sumber: OMSPAN, BPKA dan BPS Aceh, 2020 (diolah)

Rasio pajak per kapita Aceh tahun

2019 naik dibanding tahun

2018.

Pada tahun 2019, angka pajak perkapita terhitung sebesar

1,21 juta rupiah per jiwa, mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun

2018 yang sebesar 1,13 juta rupiah per jiwa. Kenaikan jumlah

penduduk Aceh tahun 2019 berdampak terhadap kenaikan realisasi

penerimaan pajak di Aceh tahun 2019. Hal ini juga menjadi pemutus

tren penurunan rasio pajak perkapita sejak tahun 2016.

5.2.3 Analisis Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan Konsolidasi

Rasio pajak konsolidasi dan

rasio pendapatan (gabungan pajak + PNBP) mengalami

Kenaikan dibanding tahun sebelumnya.

Rasio pajak konsolidasian di Aceh pada tahun 2019 sebesar

3,95 persen. Kenaikan realisasi pajak berdampak pada naiknya angka

rasio pajak sebesar 12 basis poin dari tahun sebelumnya yang

sebesar 3,83 persen. Hal tersebut dikarenakan peningkatan PDRB

Aceh yang cukup signifikan dibarengi dengan peningkatan

penerimaan perpajakan. Data tersebut mengindikasikan bahwa pada

tahun 2019 tingkat kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak

mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.

Penyempurnaan sistem administrasi perpajakan serta pengawasan

yang lebih intensif pada sektor usaha tertentu yang memberikan

kontribusi signifikan terhadap penerimaan pajak mampu

meningkatkan realisasi pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah.

Tabel 5.3 Perkembangan Rasio Pajak dan Rasio Pendapatan Aceh terhadap PDRB Aceh (dalam triliun Rp)

Uraian 2015 2016 2017 2018 2019

Penerimaan Pajak (Pusat+Daerah) 5,82 6,07 6,12 5,98 6,49

PNBP (Pusat+Daerah) 2,78 3,18 3,72 3,76 4,25

Total Pajak+PNBP 8,60 9,25 9,84 9,74 10,74

PDRB Aceh 128,89 137,28 145,81 155,91 164,21

Rasio Pajak (%) 4,52% 4,42% 4,19% 3,83% 3,95%

Rasio Pendapatan Gabungan terhadap PDRB (%) 6,67% 6,74% 6,75% 6,25% 6,54%

Sumber: OMSPAN, BPKA dan BPS Aceh, 2020 (diolah)

Page 109: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian | Bab V

Annual Regional Fiscal Report 2019 83

Pajak dan PNBP mengalami

kenaikan realisasi yang cukup

signifikan dibanding tahun lalu.

Jika dijumlahkan antara penerimaan pajak dengan PNBP dan

dibandingkan dengan PDRB Aceh, angka rasio penerimaan

gabungan tersebut mengalami kenaikan pada tahun 2019. Tercatat

rasio pendapatan gabungan pada tahun 2019 sebesar 6,54 persen,

naik sebesar 29 basis poin dari tahun sebelumnya yang sebesar 6,24

persen. Kenaikan tersebut disebabkan adanya kenaikan yang cukup

signifikan pada penerimaan pajak dan PNBP. Hal ini juga

mengindikasikan adanya peningkatan capaian pemerintah, baik pusat

maupun daerah, dalam menggali potensi penerimaan yang ada di

daerah, khususnya pada perpajakan.

5.3 BELANJA KONSOLIDASIAN

5.3.1 Analisis Proporsi dan Perbandingan

Pajak dan PNBP mengalami

kenaikan realisasi yang cukup

signifikan dibanding tahun lalu.

Belanja konsolidasi pada Provinsi Aceh terbagi dalam 10

(sepuluh) jenis belanja, antara lain Belanja Pegawai, Belanja Barang

dan Jasa, Belanja Modal, Belanja Bantuan Keuangan, Belanja Bunga,

Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Tak

Terduga, dan Belanja Bagi Hasil. Diantara sepuluh jenis belanja

tersebut, komponen belanja dari pemerintah pusat hanya terdapat

pada empat jenis belanja, yaitu Belanja Pegawai, Belanja Barang,

Belanja Modal, dan Belanja Bantuan Sosial. Sedangkan terdapat

enam jenis belanja yang hanya dilaksanakan oleh pemerintah daerah

melalui mekanisme APBD, yaitu Belanja Bunga, Belanja Subsidi,

Belanja Hibah, Belanja Tak Terduga, Belanja Bagi Hasil dan Belanja

Bantuan Keuangan.

Grafik 5.3 Perbandingan Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah Tahun 2019

Sumber: MEBE, OMSPAN dan BPKA, 2020 (diolah)

12.087,73

10.758,35

8.398,34

6.996,19

2.368,62

590,50

210,24 58,68 8,33 2,65

6.543,46

5.334,36

2.840,88

38,60

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

BelanjaPegawai

BelanjaBarang dan

Jasa

BelanjaModal

BelanjaBantuan

Keuangan

BelanjaHibah

BantuanSosial

Belanja BagiHasil

Belanja TakTerduga

BelanjaSubsidi

BelanjaBunga

Daerah Pusat

(mili

ar R

p)

Page 110: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab V | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian

84 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

30,34%

27,55%

15,26%

23,49%

2,10%

1,14% 0,00%

0,09%0,01%

0,005%

2018

Mayoritas realisasi belanja di Aceh

merupakan belanja daerah, dengan

rasio perbandingan dengan belanja

pusat sebesar 73,76% : 26,24%

Dari grafik 5.3 diatas terlihat bahwa baik komposisi belanja

pusat maupun belanja daerah sama-sama didominasi oleh Belanja

Pegawai, dengan proporsi masing-masing sebesar 44,34 persen

pada belanja pusat dan 29,14 persen pada belanja daerah.

Secara keseluruhan, mayoritas realisasi belanja di Aceh

merupakan belanja daerah dengan persentase proporsi sebesar

73,76 persen, berbanding belanja pemerintah pusat yang hanya

sebesar 26,24 persen. Hal ini dikarenakan alokasi yang besar pada

belanja APBD serta disisi lain alokasi belanja APBN terfokus kepada

transfer ke daerah. Hal mengindikasikan bahwa pemerintah kini

semakin kuat dalam menerapkan konsep desentralisasi fiskal dengan

berfokus pada peningkatan fiscal space di Pemerintah Daerah, dan

mengurangi alokasi untuk Belanja Pemerintah Pusat yang diharapkan

dapat semakin mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah.

Grafik 5.4 Perubahan Komposisi Belanja per Jenis Belanja Tahun 2019 dari tahun 2018

Sumber: MEBE, OMSPAN dan BPKA, 2020 (diolah)

Dibanding tahun 2018, proporsi

realisasi belanja pegawai meningkat

pada tahun 2019, sejalan dengan

proporsi realisasi belanja modal yang

juga naik.

Jika dibandingkan komposisi realisasi per jenis belanja antara

tahun 2019 dengan tahun 2018 terlihat tidak ada perubahan yang

cukup signifikan, dengan Belanja Pegawai masih sama-sama

dominan dari total realisasi belanja. Meskipun terjadi beberapa

pergeseran proporsi realisasi dimana Belanja pegawai pada tahun

2019 mengalami kenaikan persentase proporsi sebesar 279 basis

poin dari tahun 2018, kondisi tersebut sejalan dengan kebijakan

pemerintah dalam hal peningkatan kualitas pelaksanaan anggaran

dikarenakan proporsi realisasi Belanja Modal sebagai tolok ukur

belanja produktif pemerintah juga mengalami kenaikan dibanding

tahun sebelumnya.

33,13%

28,62%

19,99%

12,44%

4,21%

1,12%

0,37% 0,10%

0,01%0,005%

2019

Belanja Pegawai

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Modal

Belanja Bantuan Keuangan

Belanja Hibah

Bantuan Sosial

Belanja Bagi Hasil

Belanja Tak Terduga

Belanja Subsidi

Belanja Bunga

Page 111: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian | Bab V

Annual Regional Fiscal Report 2019 85

5.3.2 Analisis Rasio Belanja Konsolidasi Terhadap Jumlah Penduduk

Rasio belanja konsolidasian terhadap jumlah penduduk

(belanja konsolidasian per kapita) menunjukkan seberapa besar

belanja pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang digunakan

untuk menyejahterakan per penduduk di suatu daerah. Semakin

besar nilainya, semakin besar belanja yang dikeluarkan untuk

menyejahterakan satu orang penduduk wilayah tersebut.

Tabel 5.4 Perkembangan Rasio Belanja Konsolidasian Terhadap Jumlah Penduduk di Provinsi Aceh

Uraian 2015 2016 2017 2018 2019

Belanja Pusat (miliar Rp) 12.302,03 11.354,36 12.071,23 13.441,59 14.757,31

Belanja Daerah (miliar Rp) 37.717,50 41.635,05 43.104,10 44.622,12 41.479,62

Belanja Konsolidasi (miliar Rp) 50.019,53 52.989,41 55.175,33 58.063,71 56.236,93

Jumlah Penduduk (jiwa) 5.001.953 5.096.248 5.189.466 5.302.933 5.371.532

Belanja Konsolidasian per Kapita

(juta Rp/jiwa) 10,00 10,40 10,63 10,95 10,47

Sumber: MEBE, OMSPAN, BPKA dan BPS Aceh, 2020 (diolah)

Turunnya belanja

konsolidasian Aceh menyebabkan

turunnya belanja konsolidasian

perkapita

Tabel 5.4 diatas menunjukkan bahwa belanja konsolidasian

per kapita Provinsi Aceh pada tahun 2019 sebesar Rp10,47 juta/jiwa,

menurun dibandingkan tahun 2018 yang sebesar Rp10,95 juta/jiwa.

Hal tersebut menunjukkan adanya sedikit perubahan kebijakan

belanja yang dikeluarkan pemerintah untuk menyejahterakan per satu

orang penduduk di wilayah Aceh.

5.4 SURPLUS/DEFISIT KONSOLIDASIAN

5.4.1 Proporsi Realisasi Surplus/Defisit Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terhadap Surplus/Defisit Konsolidasian

Pada Tabel 5.5, dapat dilihat bahwa Tahun 2019 pelaksanaan

anggaran konsolidasian di Provinsi Aceh mengalami Defisit sebesar

Rp45,11 triliun, jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun

2018 yang mengalami defisit sebesar Rp15,02 triliun. Apabila dilihat

antara pusat dan daerah, defisit yang terjadi pada tahun 2019 sebesar

100,13 persen disumbang dari Pemerintah Pusat sedangkan

Pemerintah Daerah menyumbang sebesar -0,13 persen. Hal ini

berbeda jauh jika dibandingkan dengan tahun 2018, dimana defisit

konsolidasian yang terjadi disumbangkan dari Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah masing-masing 54,86 persen dan 45,14 persen.

Page 112: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab V | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian

86 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Grafik 5.5 Perbandingan Surplus/Defisit Konsolidasian Tahun 2019 dan 2018 (miliar Rp)

Sumber: MEBE, OMSPAN dan BPKA, 2020 (diolah)

5.4.2 Analisis Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB antar Kabupaten/Kota

Rasio ini menghitung perbandingan nilai surplus/defisit

Kab./Kota dengan nilai PDRB Kab./Kota. Rumus yang digunakan

dalam penghitungan Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB Kab./Kota

adalah:

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑢𝑟𝑝𝑙𝑢𝑠/𝐷𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑡 =𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑢𝑟𝑝𝑙𝑢𝑠/𝐷𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑡

𝑃𝐷𝑅𝐵 𝐾𝑎𝑏/𝐾𝑜𝑡𝑎

Grafik 5.6 Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB Aceh 2018 dan 2019

Sumber: MEBE, OMSPAN dan BPKA, 2020 (diolah)

Semakin kecil resio defisit terhadap PDRB yang terjadi artinya

ini semakin baik. Pada tabel 5.6 terlihat bahwa rasio defisit Aceh

mengalami peningkatan dari tahun 2018. Tahun 2019 rasio defisit

yang terjadi adalah sebesar Rp(289,37) juta meningkat dari tahun

2018 yang sebesar Rp(91,48) juta, ini berarti terjadi penurunan kinerja

di Provinsi Aceh baik dari sisi penerimaan maupun belanja Pusat dan

Daerah.

(8.240,61) 60,85

(6.781,06)

(45.177,04)(15.021,67)

(45.116,19)(50.000,00)

(40.000,00)

(30.000,00)

(20.000,00)

(10.000,00)

0,00

10.000,00

2018 2019

Daerah Pusat Konsolidasian

(15.

021,

67)

(45.

116,

19)

164,

21

155,

91

-91,48

-289,37

-350,00

-300,00

-250,00

-200,00

-150,00

-100,00

-50,00

0,00

(1.000,00)

(800,00)

(600,00)

(400,00)

(200,00)

0,00

200,00

400,00

2018 2019

Page 113: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian | Bab V

Annual Regional Fiscal Report 2019 87

5.5 ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT

5.5.1 Belanja Pemerintah Terhadap PDRB

Penyerapan anggaran

pemerintah akan membantu

pertumbuhan ekonomi

Secara konseptual dalam teori ekonomi makro, keterlibatan

pemerintah dalam perekonomian dapat dilihat dalam persamaan:

Y = C + I + G + (X - M)

Dimana Y=pendapatan nasional, C=konsumsi masyarakat,

I=investasi, G=pengeluaran pemerintah, X=ekspor, dan M=impor.

Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa besaran pengeluaran

pemerintah mempunyai pengaruh terhadap besaran pendapatan

nasional/daerah (PDB/PDRB). Artinya semakin besar pengeluaran

pemerintah (G) semakin besar pula pendapatan nasional/daerah.

Peningkatan Y merupakan pertumbuhan ekonomi, dengan kata lain

penyerapan anggaran pemerintah akan membantu pertumbuhan

ekonomi.

Grafik 5.5 Rasio Belanja Pemerintah (APBN + APBD) di Provinsi Aceh Terhadap PDRB Aceh

Sumber: MEBE, OMSPAN, BPKA dan BPS Aceh, 2020 (diolah)

Tahun 2019, rasio belanja pemerintah

terhadap PDRB turun dari tahun

sebelumnya

Konsumsi pemerintah menjadi salah satu kontributor yang

cukup krusial dalam pertumbuhan ekonomi daerah. Grafik 5.5 diatas

menunjukkan perkembangan rasio realisasi belanja pemerintah

(pusat dan daerah) di Aceh terhadap perkembangan PDRB Aceh.

Pada tahun 2019, rasio belanja pemerintah terhadap PDRB Aceh

sebesar 34,25 persen. Angka tersebut turun jika dibandingkan dengan

rasio pada tahun 2018 yang sebesar 37,24 persen. Grafik 5.5 diatas

juga menunjukkan bahwa dari 2015-2018, baik realisasi belanja

pemerintah maupun PDRB sama-sama mengalami tren kenaikan.

Dalam hal ini dapat diambil suatu hipotesis bahwa belanja pemerintah

merupakan salah satu variabel penting yang kemungkinan dapat

mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh.

2015 2016 2017 2018 2019

Realisasi Belanja Pemerintah 50,02 52,99 55,18 58,06 56,24

PDRB Aceh 128,89 137,28 145,81 155,91 164,21

Rasio Belanja terhadap PDRB (%) 38,81% 38,60% 37,84% 37,24% 34,25%

38,81% 38,60%37,84%

37,24%

34,25%

30%

35%

40%

0

50

100

150

200

Page 114: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab V | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian

88 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Boks 3. Berita Terpilih: Jalan Tol Sigli-Banda Aceh (Sibanceh)

Jalan Tol Sigli-Banda Aceh Ditargetkan Rampung Pada 2021

Bisnis.com, ACEH BESAR - Proyek jalan tol pertama di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yaitu Tol Sigli-Banda Aceh yang memiliki panjang total 74,2 kilometer ditargetkan bisa rampung seluruhnya pada 2021. Sebagai informasi, Jalan Tol Sigli-Banda Aceh terdiri dari enam seksi yaitu seksi 1 Padang Tiji-Seulimeum, seksi 2 Seulimeum-Jantho, seksi 3 Jantho-Indrapuri, seksi 4 Indrapuri-Blang Bintang, seksi 5 Blang Bintanh-Kuto Baro, dan seksi 6 Kuto Baro-Baitussalam. Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR Danang Parikesit mengungkapkan untuk seksi 4 target operasi pada Mei 2020, seksi 3 target operasi pada Desember 2020. Kemudian, seksi 1, 2, 5 dan 6 target operasi pada Desember 2021. "Kalau dari progres saat ini, pihak Hutama Karya dan Adhi Karya berkomitmen April 2020 seksi 4 bisa operasional. Diharapkan seksi 4 dapat operasional, tapi sekurang-kurangnya dapat fungsional tanpa tarif pada Lebaran 2020. [Secara keseluruhan target selesai] tahun 2021," kata Danang, Jumat (21/2/2020). Berdasarkan data, saat ini perkembangan konstruksi jalan tol yang dibangun sejak akhir 2018 dengan skema penugasan Pemerintah kepada PT Hutama Karya tersebut secara keseluruhan telah mencapai 29,76 persen. Khusus di Seksi 4 Indrapuri-Blang Bintang sepanjang 13,5 km progres konstruksinya saat ini 77,85% dengan pembebasan lahan capai 99,09 persen dan ditargetkan rampung sebelum Idul Fitri 2020. Adapun dengan rampungnya seksi 4 tersebut dinilai dapat mempermudah akses dari Banda Aceh ke Sigli dan sebaliknya dari Sigli - Indrapuri ke Bandara Udara Internasional Sultan Iskandar Muda yang berada di Kecamatan Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar. Selain itu, konstruksi Jalan Tol Banda Aceh-Sigli yang signifikan progresnya yakni pada Seksi 3 Jantho-Indrapuri (16 km) sebesar 42,22 persen dengan pembebasan lahan 95,98 persen. Sementara pada Seksi 1 Padang Tiji - Seulimeum (25,7 km) saat ini progres konstruksinya baru sekitar 1,04 persen dengan pembebasan lahan 12,72 persen. Selanjutnya Seksi 2 Seulimeum - Jantho (6,3 km) saat ini progresnya 24,25 persen dengan pembebasan lahan 81,68 persen. Adapun seksi 5 Blang Bintang-Kuto Baro (7,7 km) dengan progres 7,81 persen dengan pembebasan lahan 17,9 persen dan Seksi 6 Kuto Baro-Simpang Baitussalam (4,8 km) dengan progres 14,27 persen dengan pembebasan lahan 90,50 persen. Sementara itu, Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Sugiyartanto mengatakan, pembebasan lahan di Seksi 1 dan 5 agak terhambat karena terdapat beberapa tanah wakaf berupa masjid. "Secara nilai penggantian sudah ada kesepakatan dan sedang proses, sambil melanjutkan konstruksi. Di seksi 1 juga direncanakan akan ada terowongan sepanjang kurang lebih 2 kilometer," katanya Sebagai informasi, pembangunan jalan tol Sigli-Babda Aceh merupakan salah satu ruas Tol Trans Sumatera yang menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN). Adapun dengan dibangunnya tol akan memangkas jarak dan waktu tempuh perjalanan dari Banda Aceh ke Sigli dari sekitar 2-3 jam dengan kondisi jalan yang berkelok-kelok melalui perbukitan menjadi hanya satu jam perjalanan. Untuk mendukung pembebasan lahan, Pemerintah menggunakan skema dana talangan Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN). Total investasi untuk pembangunan ruas tol Sigli – Banda Aceh ini adalah sebesar Rp12,35 Triliun dengan biaya konstruksi sebesar Rp8,99 triliun. Saat ini total progres pembebasan lahan di seluruh seksi sudah 61,61 persen. Sebelumnya diberitakan, Presiden Joko Widodo memuji progres pembebasan lahan di Tol Sigli-Banda Aceh. Hal ini disampaikan Presiden ketika mengunjungi lokasi konstruksi Tol Sigli-Banda Aceh seksi 4 yaitu Indrapuri-Blang Bintang pada Jumat (21/2/2020). Presiden Jokowi menilai pembebasan lahan pembangunan jalan tol pertama di Aceh tersebut berjalan dengan sangat baik sehingga diharapkan pekerjaan konstruksi dapat selesai sesuai target pada 2021. Sumber: https://ekonomi.bisnis.com/read/20200222/45/1204546/jalan-tol-sigli-banda-aceh-ditargetkan-rampung-pada-2021

Page 115: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

BAB vikeunggulan dan potensi ekonomiserta tantangan fiskalregional

Pantai Ulee LheuePantai Ulee Lheue yang berada di ujungKota Banda Aceh, menyuguhi pemandangan yangindah dan nyaman, sangat enak untuk bersantai sambil menunggu matahari terbenam di sore hari.

Page 116: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

- Halaman ini sengaja dikosongkan -

Page 117: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional | Bab VI

Annual Regional Fiscal Report 2019 89

Aceh merupakan salah satu daerah di Indonesia yang

mempunyai keunggulan dan potensi dengan karakteristik masing-

masing daerah yang tersebar pada 23 kabupaten/kota. Luas Provinsi

Aceh 5.677.081 ha dengan hutan sebagai lahan terluas yang

mencapai 2.270.080 ha diikuti lahan perkebunan 800.400 ha dan

areal industri sebagai lahan terkecil yaitu 3.298 ha (Map of Aceh

Investment Opportunities, DPMPTSP Aceh, 2018).

Kebijakan pembangunan di daerah berdasarkan pada

pengembangan sektor-sektor yang menjadi prioritas unggulan. Sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan merupakan salah satu sektor

yang mendukung laju pertumbuhan ekonomi di Aceh. Sektor tersebut

merupakan sumber pertumbuhan ekonomi Aceh tahun 2019 yaitu

sebesar 0,99 persen.

Tabel 6.1 Persebaran Komoditi Aceh Kab/Kota Padi Jagung Kedelai Coklat

Kopi

Arabica

Kopi

Robusta Kelapa Pala

Buah

Pinang

Kelapa

Sawit Tebu Serai Karet Nilam

Simeulue √ √ - √ - - √ √ √ √ - - √ -

Aceh Singkil √ √ √ √ - √ √ √ √ √ - - √ √

Aceh Selatan √ √ - √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √

Aceh Tenggara √ √ - √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √

Aceh Timur √ √ - √ - √ √ - √ √ - - √ -

Aceh Tengah √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ - -

Aceh Barat √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ - √ √

Aceh Besar √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √

Pidie √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ - √ -

Bireuen √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ - √ √

Aceh Utara √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √

Aceh Barat

Daya √ √ √ √ - √ √ √ √ √ - √ √ √

Gayo Lues √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √

Aceh Tamiang √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ - √ √

Nagan Raya √ √ √ √ - √ √ - √ √ √ √ √ √

Aceh Jaya √ √ √ √ - √ √ √ √ √ - - √ √

Bener Meriah √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - √

Pidie jaya √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ - √ √

Banda Aceh √ - - - - - - - - - - - - -

Sabang - √ - √ - - √ √ √ - - - - √

Langsa √ - - √ - - √ - √ √ √ - √ -

Lhokseumawe √ √ - √ - √ √ √ √ √ √ - √ -

Subulussalam √ √ √ √ - √ √ - √ √ - - √ √

Sumber: Map of Aceh Investment Opportunities, DPMPTSP Aceh, 2018

Keunggulan dan Potensi

Ekonomi Serta Tantangan

Fiskal Regional

Page 118: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab VI | Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional

90 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Berdasarkan geografis wilayah, sebagian besar daerah

berada di dataran rendah dan dataran tinggi. Potensi perikanan baik

perikanan tangkap dan perikanan budidaya berada di seluruh daerah

di Aceh. Kabupaten Simeulue dan Kota Sabang merupakan daerah

kepulauan yang terpisah dari daratan Sumatera. Sebagai kabupaten

kepulauan, sebagian besar penduduk Kabupaten Simeulue bermata

pencaharian di laut.

Dalam pembahasan KFR ini, akan melihat potensi subsektor

perikanan yang memberikan kontribusi besar pada nilai PDRB

Kabupaten Simeulue. Dari sisi nilai rupiah, Sektor Pertanian,

Kehutanan dan Perikanan memberikan kontribusi terbesar laju

pertumbuhan perekonomian Kabupaten Simeulue.

Grafik 6.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kab. Simeulue tahun 2014 s.d 2018

Sumber: BPSP Aceh, 2020 (diolah)

Untuk data perikanan Kabupaten Simeulue yang digunakan

berdasarkan data sampai dengan tahun 2018 dikarenakan data tahun

2019 belum tersedia. Termasuk dilakukan wawancara dengan Dinas

Perikanan dan Kelautan Kabupaten Simeulue. Selanjutnya alat

analisis Tipologi Klassen yang digunakan untuk klasifikasi subsektor

perikanan berdasarkan data perikanan Kabupaten Simeulue. Analisis

Tipologi Klassen dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan

subsektor perikanan di Kabupaten Simeulue dengan pertumbuhan

PDRB Kabupaten Simeulue dan membandingkan kontribusi

subsektor perikanan dengan kontribusi PDRB Kabupaten Simeulue.

Hasil analisis tersebut akan menunjukkan posisi pertumbuhan dan

kontribusi subsektor perikanan di Kabupaten Simeulue. Komoditi

berdasarkan Tipologi Klassen dapat diklasifikasikan menjadi komoditi

prima/unggulan, komoditi potensial, komoditi berkembang dan

komoditi terbelakang.

4,334,31

4,55

4,42

4,48

4,15

4,20

4,25

4,30

4,35

4,40

4,45

4,50

4,55

4,60

2014 2015 2016 2017 2018

Page 119: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional | Bab VI

Annual Regional Fiscal Report 2019 91

6.1 SEKTOR UNGGULAN DAERAH

Kabupaten Simeulue memiliki 10 kecamatan dengan pulau

sebanyak 147 pulau mempunyai jumlah nelayan pada tahun 2018

sebanyak 3.947 orang dan kelompok nelayan sebanyak 103

kelompok. Kapal penangkapan ikan terdiri dari tanpa motor 963 unit,

perahu motor kurang dari 1 Gross Ton (GT) sebanyak 1.868 unit, 1

s.d 5 GT sebanyak 407 unit, 5 s.d 10 GT sebanyak 37 unit dan 10 s.d

20 GT sebanyak 14 unit.

Untuk tahun 2018 menghasilkan nilai produksi perikanan

tangkap sebesar Rp560,8 miliar dan perikanan budidaya sebesar

Rp858,5 juta. Jumlah produksi perikanan tangkap dan perikanan

budidaya di Kabupaten Simeulue periode tahun 2014 s.d 2018 terlihat

pada tabel berikut.

Tabel 6.2 Produksi Perikanan Kabupaten Simeulue

No Tahun Perikanan Tangkap (ton) Perikanan Budidaya (ton)

1 2018 16,430.77 24.66

2 2017 14,130.28 31.24

3 2016 14,653.00 23.73

4 2015 13,965.60 15.93

5 2014 12,696.00 13.76 Sumber: Buku Statistik Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Simeulue, 2018 (diolah)

Realisasi produksi perikanan tangkap tahun 2018 mengalami

kenaikan sebesar 2.300,49 ton atau 16,28 persen dibandingkan

realisasi capaian tahun 2017. Namun untuk produksi perikanan

budidaya mengalami penurunan sebesar 21,06 persen dari realisasi

capaian tahun 2017. Dalam lima tahun terakhir produksi perikanan

mengalami kenaikan dengan terdapat sedikit penurunan pada

perikanan tangkap tahun 2017 dibandingkan tahun 2016.

Produksi perikanan terbanyak berdasarkan jenis ikan pada

tahun 2018 yaitu gurita, kakap, kuwe, kerapu, tuna/cakalang dan

tongkol seperti pada tabel 6.3. Harga rata-rata di tingkat produsen

(nelayan) menurut jenis ikannya yang paling tinggi adalah teripang

dengan harga Rp200 juta/ton diikuti dengan lobster Rp180 juta/ton.

Nilai yang dihasilkan kedua jenis ikan tersebut sangat luarbiasa dalam

mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah. Sedangkan harga rata-

rata terendah adalah Rp10 juta/ton untuk ikan pari.

Page 120: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab VI | Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional

92 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Tabel 6.3 Produksi Perikanan Laut menurut Jenis Ikan Kabupaten Simeulue tahun 2014 s.d 2018 (per ton)

No Jenis Ikan 2014 2015 2016 2017 2018

1 Tuna/Cakalang 398.00 563.00 620.00 988.77 1,052.50

2 Tongkol 2.60 10.36 17.02 1,976.19 1,043.99

3 Kerapu 519.00 1,041.00 1,153.00 1,189.58 1,235.27

4 Tenggiri 412.00 525.00 590.00 426.29 594.98

5 Kembung 346.00 1,132.00 1,246.00 475.76 633.24

6 Kuwe 1,782.00 3,888.00 3,995.00 1,280.80 1,337.06

7 Kurisi 158.00 743.00 825.00 742.37 644.33

8 Selar 134.00 200.00 234.00 511.70 516.08

9 Lemuru 293.00 389.00 397.00 271.10 487.14

10 Ekor Kuning 132.00 236.00 255.00 392.06 559.33

11 Barakuda/Alu-Alu 108.00 209.00 221.00 173.73 317.25

12 Pari 20.00 22.58 23.48 293.80 372.70

13 Cumi-Cumi 28.00 32.09 32.64 188.68 301.97

14 Teri 449.00 750.00 787.00 504.38 270.39

15 Kepiting 27.00 34.39 36.82 116.80 93.16

16 Kakap 525.00 572.00 617.00 1,486.21 1,579.63

17 Lobster 25.00 27.33 28.47 208.66 334.49

18 Teripang 13.00 16.85 19.21 72.20 360.31

19 Gurita 249.58 236.00 308.06 987.45 1,747.49

20 Ikan Lainnya 7,074.82 3,338.00 3,247.30 1,843.75 2,949.47 Sumber: Buku Statistik Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Simeulue, 2018 (diolah)

Untuk produksi pengolahan dan pemasaran hasil perikanan

tahun 2018 sebesar 192,43 ton dengan nilai Rp28,43 miliar. Produksi

pengolahan hasil perikanan seperti ikan asin, ikan asap, ikan kayu,

dendeng ikan, naget ikan, abon ikan, kerupuk ikan, bakso ikan,

empek-empek ikan, stik ikan, fillet ikan, otak-otak panggang, minyak

ikan, teripang kering, kerupuk teripang, minyak teripang, kaki naga,

surimi, agar-agar rumput laut, kerupuk rumput laut dan olahan lainnya.

Sedangkan jumlah tenaga kerja pengolahan dan pemasaran

sebanyak 320 orang dan 10 kelompok.

Hasil dari alat analisis Tipologi Klassen untuk Komoditi

Produksi Perikanan Menurut Jenis Ikan berdasarkan matriks Tipologi

Klassen, yaitu:

Page 121: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional | Bab VI

Annual Regional Fiscal Report 2019 93

Tabel 6.4 Matriks Tipologi Klassen Komoditi Produksi Perikanan Menurut Jenis Ikan di Kabupaten Simeulue

Sumber: Analisis Data Perikanan Kabupaten Simeulue, 2020 (diolah)

Berdasarkan analisis Tipologi Klassen pada tabel diatas

adalah sebagai berikut:

a) Komoditi Unggul

Komoditi Unggul adalah komoditi yang mempunyai laju

pertumbuhan yang cepat dan memberikan kontribusi yang besar

terhadap PDRB Kabupaten Simeulue. Komoditi produksi

perikanan menurut jenis ikan yang termasuk dalam klasifikasi

komoditi unggul yaitu tuna/cakalang, kakap, gurita, kerapu, kuwe,

tongkol dan ikan lainnya. Ketujuh komoditi dikatakan komoditi

unggul karena pertumbuhan komoditinya cepat dan mempunyai

kontribusi yang cepat.

b) Komoditi Potensial

Komoditi Potensial adalah komoditi produksi perikanan menurut

jenis ikan yang mempunyai ciri, yaitu memiliki tingkat laju

pertumbuhan yang lambat tetapi kontribusi yang besar

dibandingkan PDRB Kabupaten Simeulue. Dari hasil analisis

Tipologi Klassen terdapat tiga komoditi potensial yaitu lobster,

kepiting dan teripang. Ketiga komoditi ini memiliki keunggulan

yaitu memiliki kontribusi yang lebih besar dibandingkan PDRB

Kabupaten Simeulue. Harga lobster dan teripang yang sangat

Kontribusi Komoditi

Kontribusi besar

(kontribusi komoditi ≥ kontribusi

PDRB Kabupaten Simeulue)

Kontribusi kecil

(kontribusi komoditi < kontribusi

PDRB Kabupaten Simeulue)

La

ju P

ert

um

bu

ha

n K

om

od

iti

Tumbuh

Cepat

(komoditi ≥

PDRB)

Komoditi Unggul Komoditi Berkembang

1. Tuna/Cakalang 1. Kembung

2. Kakap 2. Tenggiri

3. Gurita 3. Selar

4. Kerapu 4. Ekor Kuning

5. Kuwe 5. Kurisi

6. Tongkol 6. Cumi-cumi

7. Ikan lainnya 7. Lemuru

Tumbuh

Lambat

(komoditi <

PDRB)

Komoditi Potensial Komoditi Terbelakang

1.Lobster 1.Teri

2.Kepiting 2.Barakuda/Alu-Alu

3. Teripang 3.Pari

Page 122: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab VI | Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional

94 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

tinggi di pasaran mempunyai kontribusi yang besar dalam laju

pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Simeulue.

c) Komoditi Berkembang

Komoditi Berkembang adalah komoditi yang mempunyai laju

pertumbuhan yang cepat tapi kontribusi yang diberikan kecil.

Terdapat 7 macam komoditi yaitu kembung, tenggiri, selar, ekor

kuning, kurisi, cumi-cumi dan lemuru dalam klasifikasi ini

termasuk komoditi berkembang karena mempunyai pertumbuhan

yang cepat tapi di sisi lain kontribusinya kecil.

d) Komoditi Terbelakang

Komoditi Terbelakang adalah komoditi yang mempunyai laju

pertumbuhan yang lambat dan memberikan kontribusi yang kecil.

Ketiga jenis komoditi dalam klasifikasi ini yaitu teri, barakuda/alu-

alu dan pari mempunyai pertumbuhan yang lambat dan

kontribusinya juga kecil.

6.2 SEKTOR POTENSIAL DAERAH

6.2.1 PLTA Peusangan : Sumber Energi Baru Terbarukan Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah

Sumber energi baru terbarukan adalah sumber energi ramah

lingkungan yang tidak mencemari lingkungan dan tidak memberikan

kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global, karena

energi yang didapatkan berasal dari proses alam yang berkelanjutan,

seperti sinar matahari, angin, air, biofuel, dan geothermal. Ini

menegaskan bahwa sumber energi telah tersedia, tidak merugikan

lingkungan, dan menjadi alasan utama mengapa EBT sangat terkait

dengan masalah lingkungan dan ekologi.

Persoalan energi merupakan kepentingan semua negara di

dunia. Energi bukanlah merupakan komoditas biasa, akan tetapi

merupakan komoditas strategis mengingat seluruh sistem dan

dinamika kehidupan manusia dan negara tergantung kepada energi

sebagai urat nadi kehidupan pada semua sektor. Program pemerintah

dalam rangka mewujudkan kemandirian energi nasional bukanlah hal

yang mustahil untuk dicapai. Keseriusan pemerintah yakni bagaimana

terus meningkatkan pasokan energi dengan memaksimalkan

Page 123: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional | Bab VI

Annual Regional Fiscal Report 2019 95

berbagai potensi yang dimiliki dan belum tergarap maksimal.

Pengembangan pemanfaatan EBT merupakan upaya yang harus

didukung penuh oleh seluruh lapisan masyarakat. Ketergantungan

akan energi fosil yang semakin menipis cadangannya akan membuat

indonesia terjerembab dalam krisis energi. sejatinya, antisipasi

terhadap krisis energi bisa diatasi yaitu dengan terus melakukan

pemanfaatan terhadap EBT.

Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan

EBT, diantaranya energi bayu (angin) sebesar 950 Megawatt, tenaga

surya sebesar 11 Gigawatt, tenaga air sebesar 75 Gigawatt, energi

biomasa 32 Megawatt, biofuel sebesar 32 Megawatt, potensi energi

laut sebesar 60 Gigawatt, dan panas bumi (Geothermal) yang

diperkirakan memiliki potensi sebesar 29 Gigawatt. Pemanfaatan EBT

hingga kini masih belum maksimal. Berdasarkan catatan Kementerian

Energi dan sumber daya Mineral (ESDM), bauran pemanfaatan

sumber energi per 2015 masih dikuasai oleh energi fosil. Jika dilihat

secara nasional, sumber energi dari minyak bumi masih menjadi

tumpuan utama masyarakat indonesia dengan persentase sebesar 47

persen. disusul kemudian batu bara dan gas bumi masing-masing

telah termanfaatkan 24 persen. sisanya, yaitu sebanyak lima persen,

EBT menyumbang porsinya dalam bauran pemanfaatan energi

nasional. Jika ditinjau, angka lima persen pun tergolong sedikit

lantaran hanya 59 juta setara barel minyak dalam setahun.

Bandingkan dengan konsumsi minyak bumi yang mencapai 550 juta

setara barel minyak per tahun. Padahal kenyataanya, pertumbuhan

konsumsi energi melonjak sampai delapan persen per tahun. Kondisi

ini tidak diimbangi dengan penemuan cadangan baru energi fosil

secara signifikan, menyusul berkurangnya kegiatan eksplorasi akibat

anjloknya harga minyak dunia.

Berangkat dari kondisi tersebut, pemerintah melalui

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan

Energi Nasional akhirnya mengeluarkan jurus baru yang diyakini

ampuh, yakni menggenjot pemanfaatan EBT, dan mengerem

penggunaan sumber energi fosil. Dalam kebijakan tersebut, target

bauran EBT pada 2020 disebut sebesar 17 persen. sedangkan, pada

Page 124: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab VI | Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional

96 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

2025 mendatang, pemanfaatan EBT diharapkan sampai 23 persen.

Pemerintah telah merilis lima langkah pengembangan EBT. Pertama,

dengan menambah kapasitas pembangkit untuk produksi energi.

dalam beberapa tahun ke depan, pembangunan pembangkit listrik

tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP)

akan digencarkan. Langkah kedua, dengan menambah penyediaan

akses terhadap energi modern bagi daerah terisolasi, khususnya

pembangunan energi perdesaan dengan mikrohidro, tenaga surya,

biomassa, dan biogas. Ketiga, dengan mengurangi biaya subsidi

BBM, dimana substitusi PLTD dengan pembangkit EBT dapat

mengurangi subsidi. sedangkan, langkah keempat dan kelima adalah

mengurangi emisi gas rumah kaca dan penghematan energi besar-

besaran.

PLTA menjadi sebagai salah satu target pengembangan

pemanfaatan EBT, dimana potensi tenaga air di Indonesia

diperkirakan sebesar 74,9 GW yang tersebar di seluruh wilayah

Indonesia. Energi yang dapat dibangkitkan adalah sekitar 401.646

GWh per tahun yang setara dengan 2,5 juta barel BBM per hari yang

dibangkitkan dengan pembangkit tenaga termal. Sepertiga dari

potensi tenaga air tersebut terdapat di Irian Jaya dan sebagian besar

di Kalimantan dan Sumatera. Pemanfaatan tenaga air untuk PLTA

sampai saat ini kurang lebih 5,3 % dari seluruh potensi yang ada.

Dengan masih rendahnya persentasi pemanfaatan ini pengembangan

di masa yang akan datang perlu ditingkatkan dengan cara

pembangunan proyek terpadu untuk berbagai tujuan yang tidak hanya

untuk PLTA.

Sesuai dengan kondisi alam, pengembangan PLTA dapat

dibagi atas 2 jenis yaitu : tipe waduk dan tipe aliran langsung. Tipe

waduk dapat berupa bendungan (reservoir) dan keluaran danau (lake

outlet), sedangkan tipe aliran langsung dapat berupa aliran langsung

sungai (run-off river) dan aliran langsung dengan bendungan pendek

(run-off river with low head dam).

PLTA mempunyai kelebihan dibandingkan pembangkit listrik

tenaga termal. Beberapa kebaikan PLTA di antaranya :

Page 125: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional | Bab VI

Annual Regional Fiscal Report 2019 97

• Masa guna melebihi 50 tahun dan dapat diperpanjang lagi melalui

renovasi kerena PLTA termasuk jenis energi yang terbarukan.

• Tingkat efisiensi dapat di atas 90 %.

• Peran PLTA dalam jaringan listrik disamping untuk substitusi

tenaga termal juga dapat berfungsi sebagai pemikul beban puncak

karena dapat cepat mengikuti perubahan beban tanpa harus

mengorbankan efisiensi.

Biaya pembangkitan PLTA relatif rendah bila dibandingkan

dengan pembangkit tenaga listrik lainnya. Secara umum biaya

investasi bervariasi antara 2.000 - 3.000 US $/kW. Sedangkan biaya

operasi dan perawatan berkisar antara 3 - 15 US $/kW. Biaya

pembangkitan PLTA dapat murah karena :

• Tidak memerlukan biaya untuk bahan bakar

• Umur teknis PLTA yang panjang bahkan dapat lebih dari 50 tahun

• Keandalan yang tinggi sehingga dapat mengurangi jumlah unit

cadangan yang diperlukan, dan

• Pembangunannya dapat dilakukan secara bertahap sesuai

dengan kebutuhan pada saat pembangunan.

Untuk keperluan pengembangan PLTA dan industri sangat

memerlukan investor asing. Peran pemerintah diharapkan untuk

membangun infrastruktur sedangkan investor asing untuk

pembangunan industri serta PLTA.

Analisis SWOT (strength, weakness, opportunity and threat)

terdiri atas faktor internal yang bisa dikontrol dan faktor eksternal atau

lingkungan yang mungkin sulit dikontrol. Kedua sisi dianalisis supaya

dapat disusun suatu strategi sehingga tercapai keberhasilan dan

mempunyai daya saing. Dari faktor internal bisa diidentifikasi

kekuatan dan kelemahan (strength and weakness) sedangkan dari

faktor eksternal berupa peluang dan ancaman (opportunity and

threat). Berikut ini adalah analisis SWOT secara umum untuk

pembangunan sebuah PLTA :

Page 126: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab VI | Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional

98 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Tabel 6.5 Analisis SWOT Pembangunan PLTA

Aceh memiliki 9 kabupaten dan 4 kota dengan pelayanan

listrik 100%, sedangkan 9 kabupaten lainnya belum mencapai 100%

pelayanan. Pelayanan listrik terendah berada pada Kabupaten Bener

Meriah dengan pelayanan 94,84%. Secara keseluruhan 95,53% desa

telah terlayani dan 0,47% desa belum terlayani kebutuhan listrik.

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik diperlukan

pembangunan sarana pembangkit, transmisi, dan distribusi dengan

memperhatikan sumber energi primer setempat. Potensi sumber

energi primer untuk pembangkit tenaga listrik di Aceh terdiri dari

potensi air, panas bumi, minyak bumi, gas, dan batubara.

Diperkirakan potensi sumber tenaga mencapai 1.655 MW yang

tersebar di 18 lokasi di wilayah Aceh. Potensi panas bumi yang dapat

dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik yang diperkirakan

sekitar 1.307 MWe yang tersebar di 19 lokasi.

Salah satu potensi yaitu air menjadi salah satu pilihan dalam

pembangunan sarana pembangkit listik di Aceh. PLTA Peusangan

Takengon merupakan salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Air

(PLTA) yang sedang dilaksanakan pembangunannya oleh

Perusahaan Listrik Negara (PLN). Perencanaan pembangkit Listrik

Tenaga Air (PLTA) Peusangan Takengon dilaksanakan pada tahun

1976, dan Pembangunan PLTAPeusangan Takengon pada saat ini

merupakan kelanjutan dari pembangunan yang sempat terhenti

selama 10 tahun yang pelaksanaan pertama pada tahun 1998, yang

STRENGTHS Sumber energi air yang melimpah

dengan harga yang relatif murah

Akses ke bahan baku untuk industri

padat energi relatif mudah

WEAKNESS Sumber daya manusia yang masih

kurang, baik dalam kualitas maupun

kuantitas

Sumber dana pemerintah yang

terbatas

Kelemahan terhadap akses teknologi

OPPORTUNITIES Menghadapi era pasar global maka akan

lebih menguntungkan dengan

pembangunan industri yang dekat

dengan sumber energi dan bahan baku

Adanya kemudahan dan insentif bagi

investor yang berminat mengembangkan

sektor industri dan pariwisata

THREATS Ketergantungan pada pendanaan

bersyarat luar negeri

Tingkat erosi di sepanjang aliran

sungai relatif besar

Page 127: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional | Bab VI

Annual Regional Fiscal Report 2019 99

diakibatkan oleh konflik di Aceh. Pelaksanaan kedua dilaksanakan

pada tahun 2011 hingga sekarang. Selama masa perencanaan,

pelaksanaan awal dan masa terhentinya pembangunan dan

pelaksanaan tahap kedua yakni sekitar 36 tahun, telah terjadinya

perubahan iklim, topography, dan keadaan lingkungan. Perubahan

iklim yang terjadi berpengaruh kepada perubahan curah hujan dan di

ikuti oleh terjadinya fluktuasi debit air sungai Peusangan. Fluktuasi

yang terjadi mempengaruhi inflow pada Pembangkit Listrik Tenaga

Air. Proyek tersebut berlokasi di bagian tengah pegunungan atau di

arah barat Danau Laut Tawar, tak jauh dari Takengon, Kabupaten

Aceh Tengah. Sumber energi listrik yang memanfaatkan potensi air di

hulu sungai (krueng) Peusangan tersebut sudah diketahui dengan

beberapa studi pendahuluan sejak 1970-an. Studi kelayakan

dilakukan dengan program bantuan teknik dari Pemerintah Belgia

pada 1984-1988, sedangkan desain rinci dan dokumen lelang proyek

disiapkan sejak 1992 sampai 1994 yang didanai oleh Bank

Pembangunan Asia (ADB). Setelah sempat terhenti akibat imbas

konflik, akhirnya pada 2006 (saat kondisi Aceh semakin kondusif) PLN

mengusulkan bantuan dana kepada Japan Bank for International

Cooperation (JBIC) untuk proyek PLTA Peusangan. JBIC

mengirimkan misi mereka pada Agustus dan November 2006.

Kemudian pada akhir Maret 2007, perjanjian pinjaman baru disepakati

antara PLN dan JBIC untuk kelanjutan proyek tersebut. Baik

Pemerintah Aceh maupun PLN mengharapkan, pada tahun 2020

proyek yang dibiayai dari pinjaman Jepang itu dapat beroperasi dan

masuk sistem interkoneksi, sehingga bisa mengatasi keterbatasan

energi listrik di wilayah Aceh-Sumut.

Proyek PLTA Peusangan berkapasitas 88.0MW dengan

jaringan transmisi 150 KV, dan jaringan distribusi 20 KV. Keberadaan

proyek ini akan mengarah pada perbaikan iklim investasi dengan

memberikan konstribusi terhadap pembangunan ekonomi di Aceh.

Selain itu, pemanfaatan energi terbarukan akan mengurangi dampak

negatif terhadap lingkungan global. Skema pengembangan energi

listrik ini mempunyai tipe “run-offriver” yaitu sebagai pengembangan

proyek energi yang ramah lingkungan, sehingga proyek ini mampu

Page 128: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab VI | Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional

100 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

mengurangi beban finansial, mencegah dampak lingkungan sosial,

dan memberikan kontribusi kebijaksanaan Mekanisme Pembangunan

yang Bersih (CDM=Clean Development Mechanism), tanpa

kehilangan keaslian lingkungan. Kehadiran PLTA Peusangan

dimaksudkan untuk mengatasi situasi listrik yang terbatas dan

meningkatkan stabilitas beban puncak listrik pada sistem kelistrikan

Aceh-Sumatera Utara.

Proyek tersebut terdiri dari sebuah bendung pengatur dan

dua buah pusat pembangkit, yaitu PLTA 1 dan 2 dengan tipe kaskade

yang dibangun pada hulu sungai Peusangan. Dengan memanfaatkan

air Danau Laut Tawar dan Sungai Peusangan yang mempunyai total

head 415.2 m menghasilkan energi tahunan sebesar 323.2GWh

dengan kapasitas terpasang sebesar 88.0 MW. Nantinya, energi listrik

yang dihasilkan PLTA Peusangan akan dipasok ke seluruh Sumatera

Utara dan Aceh. Dengan daya kapasitas terpasang sebesar 88.0 MW,

daya maksimal sebesar 30 MW dapat didistribusikan melalui jaringan

20 kV untuk kebutuhan wilayah Takengon dan Bener Meriah.

Tambahan daya sebesar 30MW untuk wilayah Takengon

dan Bener Meriah seharusnya menjadi peluang bagi wilayah

Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah untuk

mengembangkan potensinya di antaranya sektor industri kecil dan

pariwisata. Ketersediaan energi listrik menjadi salah satu

pertimbangan bagi investor untuk menanamkan modalnya di suatu

daerah. Dengan demikian, tambahan 30MW dapat menjadi salah satu

jaminan untuk menarik investor masuk ke Kabupaten Aceh Tengah

dan Kabupaten Bener Meriah.

Ada pendapat para ahli bahwa sesungguhnya driver dari

ekonomi adalah energi, khususnya listrik. Data empiris dari berbagai

negara di dunia menunjukan bahwa setiap 1 kwh konsumsi listrik akan

memberikan kontribusi sekitar $4 - $5 PDB. Artinya secara empiris

sebuah negara dengan GDP di bawah $7000, kontribusi listrik adalah

faktor dominan (di atas 90%) karena kompleksitas ekonominya sangat

sederhana yaitu ekploitasi sumber daya alam (raw meterial) sehingga

tidak punya nilai tambah yang menyebabkan listrik menjadi faktor

penentu -- Lain dengan negara dengan GDP per kapita di atas

Page 129: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional | Bab VI

Annual Regional Fiscal Report 2019 101

$10,000 maka biasanya ekonominya menjadi lebih kompleks artinya

listrik sudah tidak lagi menjadi faktor penentu (di bawah 65%). Bila

pendapat ini benar bahwa listrik adalah driver pertumbuhan ekonomi

maka seharusnya pendekatan berbasis permintaan (demand driven)

sudah tidak valid lagi. Pendekatan demand driven yang menyebabkan

hampir 65% kapasitas listrik terpasang berada di Pulau Jawa dengan

permintaan tertinggi yang akhirnya menyebabkan pemerataan

pembangunan tidak merata yang terbukti dengan meningkatnya terus

Gini ratio sejak tahun 2000, walaupun terjadi sedikit penurunan sejak

tahun 2016. Dengan demikian, untuk melakukan pemerataan

pembangunan atau menutup kesenjangan pendapatan cukup

merubah pendekatan penyedian listrik dari pendekatan demand

driven menjadi supply driven.

Terlepas dari berbagai pendapat atau teori, penyediaan

infrastruktur adalah keharusan yang disediakan oleh pemerintah bagi

masyarakatnya. Untuk itu, dengan adanya pembangunan PLTA

Peusangan dan penyediaan daya listrik mencapai 30MW perlu

adanya perubahan strategi pembangunan di daerah-daerah yang

terdampak.

Sebagai contoh di Kabupaten Aceh Tengah, berdasarkan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2017-2022,

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Utara periode 2012-2016

ditunjukkan oleh PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) 2010 dan

tanpa memasukkan migas, berkisar antara 3,303,27 persen.

Pertumbuhan ekonomi ini menurut sektor lapangan usaha masih

didominasi oleh sektor pertanian, pertambangan dan penggalian serta

industri pengolahan.

Dengan tambahan ketersediaan aliran listrik sebesar 30MW

diharapkan dapat terus dikembangkan sektor-sektor lain yang dapat

dijadikan sektor unggulan. Semisal sektor industri kecil, dimana sektor

ini masih minim “peminat” nya. Hasil industri kecil masih bertumpu di

empat kecamatan yaitu, Kecamatan Tanah Jambo Aye dengan

industri produk pisang sale, Kecamatan Dewantara (Ulee Pulo dan

Ulee Reuleung) dengan industri pembuatan batu bata, Kecamatan

Page 130: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab VI | Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional

102 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Muara Batu (Bungkah) dan Kecamatan Baktiya dengan industri

produk kerajinan souvenir khas Aceh.

Selain itu, di sektor Pariwisata, Potensi budaya dan keindahan

alam di Kabupaten Aceh Utara belum digali dan dikembangkan

sebagai potensi wisata Kabupaten Aceh Utara yang berhasil guna.

Peningkatan kinerja obyek dan daya tarik wisata belum

dikembangkan secara optimal, berkelanjutan, dan berwawasan

lingkungan serta belum tersedianya dukungan sarana dan prasarana

pariwisata dengan standar nasional. Namun demikian, tingkat

kunjungan wisatawan di Kabupaten Aceh Tengah semakin

meningkat. Bahkan di tahun 2016, tingkat kunjungan wisatawan

mencapai 111.038 wisatawan. Peningkatan ini seharusnya diikuti

dengan peningkatan jumlah penginapan dan hotel yang tersedia di

Kabupaten Aceh Tengah. Penambahan sarana dan prasarana

pendukung sektor pariwisata semestinya tidak lagi menjadi hal yang

mustahil untuk diwujudkan dengan adanya dukungan infrastuktur

sektor energi yang tentunya harus diikuti dengan kemudahan-

kemudahan lain sehingga investor mau menanamkan modalnya di

Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah, sehingga

perlahan dapat membantu pertumbuhan ekonomi regional setempat.

6.3 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH

6.3.1 Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat

Pemerintah Pusat dalam mendukung laju pertumbuhan

perekonomian di suatu daerah sangat berperan penting. Sebagai

negara kepulauan, tidak terlepas dari pengembangan wilayah “daerah

pinggiran/perbatasan”. Tantangannya adalah banyaknya daerah

nusantara yang perlu dialokasikan anggarannya membuat

Pemerintah Pusat perlu menyusun skala prioritas pembangunan

nasional di bidang kelautan dan perikanan serta sesuai kebutuhan

daerah. Berdasarkan hal tersebut:

a. Perlunya pengalokasian anggaran pada APBN terutama bantuan

kepada nelayan untuk sarana dan prasarana kelautan dan

perikanan.

Page 131: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional | Bab VI

Annual Regional Fiscal Report 2019 103

b. Disamping itu, Kabupaten Simeulue sebagai kabupaten kepulauan

sangat memerlukan kapal pengawas perikanan dan kelautan.

6.3.2 Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah

Pemerintah Provinsi Aceh dan Pemerintah Daerah Kabupaten

Simeulue memerlukan strategi pengembangan komoditi yang menjadi

unggulan. Peningkatan kualiatas produk dengan meningkatkan

keahlian SDM yang ada melalui pembinaan dan pelatihan dalam

penanganan perikanan tangkap dan perikanan budidaya serta

pemasaran hasil perikanan. Termasuk dalam hal ini. Pemerintah

Daerah dituntut untuk menjaga konservasi kelautan dan pengawasan

atas pencurian ikan termasuk usaha penangkapan ikan melalui

“pengeboman ikan”. Untuk itu, direkomendasikan:

a. Pemerintah Provinsi Aceh dapat memberikan prioritas terhadap

Kabupaten Simeulue dalam rangka pembinaan dan pelatihan SDM

termasuk aparatur di bidang kelautan dan perikanan. Dalam hal

pengawasan kelautan dan perikanan, dapat dialokasikan bantuan

kapal pengawasan kelautan dan perikanan serta bantuan alat

penangkapan ikan kepada nelayan di Kabupaten Simeulue.

b. Pemerintah Daerah Kabupaten Simeulue dapat melaksanakan

langkah-langkah berikut:

• Adanya alokasi anggaran untuk pembinaan dan pelatihan SDM

(nelayan, SDM perikanan budidaya dan SDM pengolahan dan

pemasaran hasil perikanan).

• Melakukan pengawasan kelautan dan perikanan secara rutin

melalui sarana prasarana perikanan yang memadai.

• Bantuan kepada nelayan dan kelompok nelayan untuk alat

penangkapan ikan.

• Peningkatan PAD yang berasal dari sektor perikanan.

6.3.3 Sinkronisasi Kebijakan Fiskal Pusat Daerah

a. Terhadap kebijakan fiskal pusat dan daerah perlu keselarasan

pengalokasian anggaran di sektor kelautan dan perikanan melalui

program kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan daerah.

b. Perlunya menyusun ketentuan di sektor kelautan dan perikanan

yang dapat menunjang perekonomian daerah.

Page 132: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

- Halaman ini sengaja dikosongkan -

Page 133: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

BAB viianalisis tematik

Pantai Lhok SeduPantai Lhok Sedu berada di KabupatenAceh Besar merupakan destinasi yangwajib wisatawan kunjungi apabila berlibur ke Aceh, Pemandangan yang elok dantempat yang nyaman untuk menikmatikeindahan alamnya.

Page 134: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

- Halaman ini sengaja dikosongkan -

Page 135: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Analisis Tematik | Bab VII

Annual Regional Fiscal Report 2019 104

7.1 GAMBARAN UMUM

Stunting dapat berpengaruh

terhadap daya saing bangsa.

Prevalensi Stunting di Indonesia

menurung.

Stunting adalah gangguan pertumbuhan pada anak, dimana

tinggi badan anak lebih pendek dari standar usianya. Hal ini

disebabkan oleh masalah kekurangan gizi kronis atau kurangnya

asupan gizi dalam kurun waktu yang lama. Stunting bukan hanya

menyebabkan permasalahan pertumbuhan fisik, tetapi juga

berkontribusi terhadap 15% - 17% dari seluruh kematian anak.

Selain itu, stunting juga berdampak pada perkembangan otak,

sehingga dalam jangka panjang akan berpengaruh pada daya saing

sumber daya manusia suatu bangsa.

Angka prevalensi stunting di Indonesia tergolong tinggi.

Rata-rata prevalensi balita stunting Indonesia menjadi tertinggi

ketiga di South-East Asian Region pada tahun 2005-2017 yaitu

sebesar 36.4%, dibawah Timor Leste (50.2%) dan India (38.4%)

(WHO, 2018). Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata lebih dari

sepertiga balita di Indonesia menderita permasalahan stunting.

Namun demikian, kecenderungan prosentase prevalensi balita

stunting di Indonesia dari tahun ke tahun menurun, sebagaimana

terlihat dalam grafik di bawah ini. Penurunan angka prevalansi

stunting sudah melampaui target yang ditetapkan Pemerintah,

namun masih berada di atas standar yang ditetapkan WHO yaitu

sebesar 20%.

Tabel 7.1 Prevalensi Balita Stunting 2013-2019 di Indonesia (dalam persen)

Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Prevalensi Stunting 37,2 28,9 29,0 27,5 29,6 30,8 27,7

Standar WHO 20 20 20 20 20 20 20

Target 32 Sumber: Kementerian Kesehatan, 2020 (diolah)

Sinergi dan Konvergensi

Program Penanganan

Stunting di Provinsi Aceh

Page 136: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab VII | Analisis Tematik

105 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Penanganan permasalahan

Stunting di Indonesia

dilaksanakan secara terintegrasi.

Keberhasilan menurunkan prosentase prevalensi balita

stunting di Indonesia tidak terlepas dari komitmen dan upaya-upaya

pemerintah. Sebagai bentuk komitmen, Pemerintah telah

menetapkan target prioritas penurunan angka stunting di dalam

RPJMN Tahun 2015 – 2019. Dalam pelaksanaannya, penanganan

stunting oleh Pemerintah dilaksanakan secara terintegrasi, yaitu

dilakukan dengan pendekatan multi-sektor melalui sinkronisasi

program-program nasional, lokal, dan masyarakat dan di seluruh

tingkat baik pusat maupun daerah. Kebijakan APBN yang

dilaksanakan juga mencerminkan upaya yang sangat serius dalam

penanganan stunting. Hal ini diwujudkan dengan ditetapkannya

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 142/PMK.02/2018 yang

mengatur kebijakan APBN untuk penanganan permasalahan

stunting.

7.2 PERKEMBANGAN STUNTING DI ACEH

Prevalensi Stunting Provinsi Aceh

tergolong tinggi di Indonesia.

Prevalensi stunting Provinsi Aceh apabila dibandingkan

dengan daerah lain tergolong tinggi. Provinsi Aceh merupakan

Provinsi dengan prosentase prevalensi stunting tertinggi ketiga di

Indonesia (37,3%) dibawah Provinsi NTT (42,6%) dan Provinsi

Sulawesi Barat (41,8%) (Riskesdas Kemenkes, 2018). Prosentase

tersebut masih berada di atas prosentase nasional yaitu sebesar

30,8%.

Tabel 7.2 Perkembangan Prevalensi Balita Stunting Beberapa Provinsi di Indonesia

No Provinsi 2007

(%)

2010

(%)

2013

(%)

2018

(%)

Penurunan dari

2007 -2018 (%)

1 Aceh 44,6 38,9 41,5 37,3 7,3

2 Sumatera Utara 43,1 42,3 42,5 32,3 10,8

3 Sumatera Selatan 44,7 40,4 36,7 32 12,7

4 Nusa Tenggara Barat 43,7 48,2 45,3 33,7 10

5 Nusa Tenggara Timur 46,7 58,4 51,7 42,6 4,1

6 Kalimantan Tengah 42,8 39,6 41,3 34,2 8,6

7 Kalimantan Selatan 41,8 35,3 44,2 33,2 8,6

8 Sulawesi Tenggara 40,5 37,8 42,6 28,8 11,7

9 Sulawesi Barat 44,5 41,6 48 41,8 2,7

10 Maluku 45,8 37,5 40,6 34,1 11,7

Indonesia 36,8 35,6 37,2 30,8 6,0

Sumber: Riskesdes Kementerian Kesehatan, 2007, 2010, 2013, 2018 (diolah)

Page 137: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Analisis Tematik | Bab VII

Annual Regional Fiscal Report 2019 106

Prevalensi Stunting Provinsi Aceh

menurun.

Prevalensi Stunting sebagian besar

Kab/Kota di Provinsi Aceh tinggi.

Dalam satu dekade angka prevalensi stunting di Provinsi

Aceh mengalami penurunan. Dibandingkan dengan tahun 2007,

pada tahun 2018 terjadi penurunan sebesar 7,3%. Prosentase

penurunan tersebut masih lebih tinggi dibanding prosentase

penurunan nasional yaitu sebesar 6%. Prosentase penurunan

prevalensi stunting di Provinsi Aceh juga tidak sesignifikan Provinsi

Sumatera Selatan dan Maluku yang pada tahun 2007 mempunyai

angka prevalensi stunting lebih tinggi dari Provinsi Aceh.

WHO (2010) mengklasifikasikan prevalensi stunting ke dalam

beberapa kategori. Tergolong rendah apabila prevalensi stunting

berada di bawah 20%, sedang (20-29.9%), tinggi (30-39.9%) dan

sangat tinggi (≥40%).

Jika dilihat dari sebarannya, sebagian besar kabupaten/kota

di Provinsi Aceh mempunyai prevalensi stunting yang tinggi.

Berdasarkan hasil survei Pemantauan Status Gizi (PSG 2018), pada

tahun 2017, 4 Kabupaten/Kota mempunyai prevalensi stunting yang

sangat tinggi, 14 Kabupaten/Kota tergolong tinggi, dan 5

Kabupaten/Kota tergolong sedang.

Tabel 7.3 Indikator Daerah Bermasalah Kesehatan menurut WHO Hasil PSG 2015 – 2017 Provinsi Aceh

No. KAB/KOTA PENDEK STUNTING TB/U

2015 (%) 2016 (%) 2017 (%)

1 SIMEULUE 37,7 28,6 35,7

2 SINGKIL 37,0 28,9 38,7

3 ACEH SELATAN 43,7 26,6 44,9

4 ACEH TENGGARA 39,0 21,0 38,2

5 ACEH TIMUR 31,3 32,3 43,6

6 ACEH TENGAH 13,0 27,0 37,2

7 ACEH BARAT 36,3 25,5 33,2

8 ACEH BESAR 25,0 12,2 31,2

9 PIDIE 32,3 27,7 43,7

10 BIREUN 28,0 36,6 34,4

11 ACEH UTARA 39,0 36,1 35,9

12 ACEH BARAT DAYA 28,7 31,6 31,6

13 GAYO LUES 30,3 15,5 38,5

14 ACEH TAMIANG 25,3 15,1 32,4

15 NAGAN RAYA 40,3 28,6 26,2

16 ACEH JAYA 25,7 22,8 38,3

17 BENER MERIAH 34,3 38,0 37,6

18 PIDIE JAYA 37,0 17,4 34,6

19 BANDA ACEH 24,0 27,1 25,1

20 SABANG 27,3 24,3 29,8

21 LANGSA 25,3 22,2 29,7

22 LHOKSEUMAWE 34,3 27,4 25,2

23 SUBULUSSALAM 31,7 32,9 47,3

ACEH 31,6 26,4 35,7

INDONESIA 37,2 21,7 29,6 Sumber: Dinkes Aceh, 2018 (diolah)

Page 138: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab VII | Analisis Tematik

107 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

3 Kab/Kota di Provinsi Aceh

termasuk dalam 160 Kab/Kota

prioritas.

Tiga Kabupaten di Provinsi Aceh dengan prevalensi stunting

tertinggi berdasarkan Riskesdas 2013, termasuk ke dalam 160

kabupaten/kota di Indonesia yang menjadi sasaran Prioritas

Nasional penanganan stunting. Ketiga daerah tersebut adalah

Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Pidie, dan Kabupaten Aceh

Timur.

Tabel 7.4 Tabel Daftar Kabupaten/Kota Prioritas Penanggulangan Stunting di Provinsi Aceh

Tahun Kabupaten/ Kota Prevalensi Stunting

2013 (%)

Jumlah Balita Stunting

2013 (Jiwa)

2018 (Tahap 1) Aceh Tengah 59,25 13.327

2019 (Tahap 1) Pidie 57,47 20.903

2019 (Tahap 2) Aceh Timur 39,31 17.200 Sumber: Setwapres, Kemenko Bidang PMK, 2018 (diolah)

7.3 PENANGANAN PREVALENSI STUNTING DI PROVINSI ACEH

Berbagai upaya telah dilaksanakan

Pemerintah Provinsi Aceh dalam

melaksanakan pencegahan dan

penanganan stunting secata

terintegrasi.

Pemerintah Provinsi Aceh berkomitmen dan berupaya keras

menangani prevalensi stunting di wilayahnya. Pada awal tahun

2019, Gubernur Aceh menetapkan peraturan tentang pencegahan

dan penanganan stunting terintegrasi, melalui Peraturan Gubernur

Aceh Nomor 14 Tahun 2019. Ini menjadi dasar, arahan dan acuan

dalam melaksanakan pencegahan dan penanganan stunting baik

bagi kabupaten/kota maupun stakeholders di Aceh. Di dalam

peraturan tersebut, ditargetkan terwujudnya “Aceh Bebas Stunting

Tahun 2022” dengan melaksanakan 5 pilar yaitu: (1) Komitmen dan

kebijakan pemerintah yang tepat; (2) Kampanye daerah yang

berfokus pada perubahan perilaku dan berkearifan local; (3)

Konvergensi, koordinasi dan konsolidasi program nasional, provinsi

dan kabupaten/kota; (4) Mendorong kebijakan gizi dan

ketahanan/keamanan pangan; dan (5) Pemantauan dan evaluasi

program. Penanganan Permasalahan stunting merupakan

tanggungjawab bersama, untuk itu Pemerintah Provinsi Aceh telah

membentuk Tim Koordinasi pencegahan dan penanganan stunting

terintegrasi melalui Keputusan Gubernur Nomor 050/1762/2019

yang merupakan satgas lintas sektor sebagai pelaksana aksi

integrasi.

Salah satu program unggulan pencegahan penanganan

stunting di Aceh adalah melalui Program Rumoh Gizi Gampong

Page 139: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Analisis Tematik | Bab VII

Annual Regional Fiscal Report 2019 108

Rumoh Gizi Gampong (RGG)

merupakan program unggulan

pencegahan dan penanganan

Stunting di tingkat desa

(RGG). RGG merupakan model penanganan dan pencegahan

stunting secara terpadu dan terintegrasi melalui pendekatan

pemberdayaan keluarga dan masyarakat pada level gampong/desa.

Program ini difokuskan pada 3 aspek yaitu: (1) Pelayanan gizi pada

kelompok risiko; (2) Edukasi dan peningkatan kapasitas keluarga

dan masyarakat; (3) penguatan ketahanan pangan keluarga,

pemberdayaan keluarga dan perilaku hidup bersih dan sehat, dan

kegiatan lain sesuai kondisi desa masing-masing.

Integrasi penyuksesan program ini juga diarahkan terhadap

sumber pendanaan. Sesuai Peraturan Gubernur, pembiayaan

program RGG dapat berasal dari Dana Desa, Anggaran DAK Non

Fisik, anggaran lintas sektor terkait, bantuan, dan swadaya

masyarakat.

7.4 ANGGARAN PENANGANAN STUNTING DI PROVINSI ACEH

Terdapat tiga kegiatan utama

penanganan Stunting.

Sumber pendanaan penanganan

Stunting antara lain berasal dari Belanja

K/L, Dana TKDD, dan APBD.

Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa terdapat tiga

kegiatan yang perlu dilaksanakan guna mengatasi permasalahan

stunting. Kegiatan dimaksud yaitu: (1) Intervensi gizi spesifik, yaitu

upaya menangani penyebab langsung masalah gizi (asupan

makanan dan penyakit infeksi); (2) Intervensi gizi sensitive, yaitu

upaya menangani penyebab tidak langsung yang menyebabkan

terjadinya masalah gizi (ketahanan pangan, akses pelayanan

kesehatan, kesehatan lingkungan, pola asuh). Termasuk di

dalamnya adalah kebijakan di bidang pertanian, pendidikan,

penyediaan air bersih dan sanitasi, perlindungan sosial, dan

pemberdayaan perempuan; (3) Lingkungan yang mendukung, yaitu

terkait lingkungan pendukung lainnya seperti pemerintahan,

pendapatan dan kesetaraan.

Penanganan stunting dapat dilaksanakan lebih efektif apabila

ketiga kegiatan tersebut di atas dilaksanakan secara terintegrasi,

termasuk sumber pendanaan. Berikut ini adalah gambaran sumber

pendanaan (angka sementara yang dapat diidentifikasi) penanganan

stunting di Provinsi Aceh, baik yang bersumber dari APBN (Belanja

Kementerian Negara/Lembaga dan Transfer ke Daerah dan Dana

Desa) maupun yang bersumber dari APBA.

Page 140: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab VII | Analisis Tematik

109 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

7.4.1 Belanja Kementerian Negara/Lembaga (Belanja K/L)

.

Total Belanja APBN di Provinsi Aceh adalah sebesar

Rp52,43 triliun, dengan proporsi Belanja K/L sebesar Rp15,49 triliun.

Dari total Belanja K/L tersebut, setelah dilakukan penyederhanaan

dan clustering data, Belanja K/L untuk penanganan stunting di

Provinsi Aceh teridentifikasi sebesar Rp191,78 miliar dengan

realisasi sebesar Rp175,03 miliar (91.3%).

Belanja tersebut digunakan untuk pelaksanaan tiga

kelompok kegiatan penanganan stunting. Alokasi untuk intervensi

gizi spesifik sebesar Rp8,15 miliar (terealisasi Rp7,23 miliar atau

88.7%); untuk intervensi gizi sensitif sebesar Rp167,99 miliar

(terealisasi Rp153,50 miliar atau 91.4%); dan untuk pendampingan,

koordinasi dan dukungan teknis sebesar Rp15,63 miliar (terealisasi

Rp14,29 miliar atau 91.4%). Belanja K/L untuk penanganan stunting

adalah sebagai berikut:

Tabel 7.5 Belanja K/L Penanganan Stunting di Provinsi Aceh

Belanja Pagu

(Rp)

Realisasi

(Rp)

%

Real K/L

Intervensi gizi spesifik 8.150.364.000 7.233.155.380 88.7% Kemenkes

Intervensi gizi sensitif 167.997.668.000 153.500.454.282 91.4%

Kementan, Kemenkes,

Kemenag, Kemensos,

Kementerian PUPR,

BPOM, BKKBN

Pendampingan,

koordinasi dan

dukungan teknis

15.632.202.000 14.295.369.566 91.4% Kementan, Kemenkes,

Kementerian PUPR, BPS

Total 191.780.234.000 175.028.979.228 91.3% Sumber: MEBE, 2020 (diolah)

7.4.2 Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)

Penggunaan Dana TKDD untuk

menangani stunting dialokasikan

melalui dana DAK Fisik dan NonFisik serta Dana Desa.

Dalam rangka mendukung penanganan prevalensi stunting,

Kementerian Keuangan menebitkan Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 61/PMK.07/2019 yang memberikan pedoman penggunaan

dana TKDD untuk pelaksanaan kegiatan penanganan stunting

terintegrasi. Dalam aturan tersebut disebutkan bahwa dana TKDD

yang dapat digunakan antara lain terdiri atas: a. Dana Alokasi

Khusus (DAK) Fisik; b. DAK Nonfisik; dan c. Dana Desa.

Dari total Belanja APBN di Provinsi Aceh sebesar Rp52,43

triliun, terdapat alokasi Dana TKDD sebesar Rp36,94 triliun. Setelah

dilakukan penyederhanaan dan clustering data TKDD, teridentifikasi

dana TKDD untuk penanganan stunting pada alokasi dana DAK

Page 141: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Analisis Tematik | Bab VII

Annual Regional Fiscal Report 2019 110

Fisik, DAK Non Fisik dan Dana Desa, sebagai berikut:

Tabel 7.6 Dana TKDD untuk Penanganan Stunting di Provinsi Aceh

Dana TKDD Pagu

(Rp)

Realisasi

(Rp)

%

Real Keterangan

DAK Fisik 465.061.873.000 418.934.596.798 90.1%

Bidang Kesehatan untuk

penanganan stunting, Sanitasi,

dan Air Minum

DAK Non Fisik 578.312.940.000 466.411.642.765 80.7%

Dana Bantuan Operasional

Kesehatan, Dana Bantuan

Operasional KB, Dana

Pelayanan Adminduk. Dana

Bantuan Operasional

Penyelenggaraan PAUD

Dana Desa 4.955.500.482.000*) 1.001.267.813.030**) 20.2%

Dana Desa dengan capaian

output: Pencegahan stunting,

Air Bersih, Dukungan KB, PAUD,

Layanan dan Penyuluhan

Kesehatan, dan Sanitasi

Total 5.998.875.295.000 1.886.614.052.593 31.4%

*)Total pagu Dana Desa Provinsi Aceh **)Realisasi Dana Desa yang digunakan untuk penanganan stunting Sumber: OMSPAN,Simtrada,2020 (diolah)

7.4.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA)

Peraturan Gubernur Aceh Nomor 14 Tahun 2019

menyebutkan bahwa pembiayaan dalam pelaksanaan pencegahan

dan penanganan stunting terintegrasi di Aceh dibebankan pada

APBA (atau APBAceh), APBK (atau APBKabupaten/Kota), APBG

(APBGampong atau APBDesa) dan Sumber dana lainnya yang sah

dan tidak mengikat.

Terdapat kesulitan dalam pengumpulan data APBA untuk

pencegahan dan penanganan stunting di Provinsi Aceh.

Berdasarkan konfirmasi Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, pada tahun

anggaran 2019, paling tidak terdapat alokasi dana yang

dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi untuk pelaksanaan

kegiatan dimaksud, antara lain sebagai berikut:

1. Kegiatan Penyusunan Peta Informasi Masyarakat Kurang Gizi di

3 Kabupaten/Kota dengan alokasi sebesar Rp150.000.000,-

2. Kegiatan Penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi

Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium, Kurang Vitamin A dan

Kekurangan Gizi Mikro Lainnya, dengan capaian keluaran yang

diharapkan yaitu penurunan angka stunting dan angka balita

kurus. Alokasi dana untuk kegiatan ini berasal dari DAK Non

Fisik, Dana Otsus dan SILPA Otsus Aceh sebesar

Rp5.516.200.000,-

3. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat untuk Pencapaian

Page 142: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab VII | Analisis Tematik

111 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

Keluarga Sadar Gizi yang bersumber dari SILPA Otsus Aceh

sebesar Rp550.000.000,- Keluaran yang diharapkan dari

kegiatan ini adalah peningkatan tenaga yang dilatih tata laksana

gizi dan terlaksananya pemberdayaan masyarakat untuk

pencapaian gizi baik di 3 Kabupaten Lokus.

7.5 TANTANGAN

Upaya penurunan prevalensi stunting di Provinsi Aceh

menemui beberapa tantangan. Tantangan dimaksud antara lain

adalah kurangnya sumber daya, termasuk tenaga kesehatan.

Berdasarkan data, beberapa tenaga kesehatan yang berkaitan

dengan stunting masih di bawah standar nasional sebagaimana

terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 7.7 Jumlah dan Rasio Berdasarkan Jenis Tenaga Kesehatan di Provinsi Aceh Tahun 2018

Tenaga Kesehatan Jumlah Tenaga Rasio per 100.000

Penduduk Standar

Dokter Spesialis 606 11 10

Dokter Umum 1.356 26 40

Dokter Gigi 269 5 12

Perawat 10.099 191 158

Bidan 10.865 206 100

Apoteker 239 5 9

Tenaga Teknis Kefarmasian 760 14 24

Kesehatan Masyarakat 1.840 35 16

Sanitarian/Kesling 705 13 18

Nutrisions/Gizi 501 9 14

Keterapian Fisik 305 6 5

Keteknisian Medis 1.448 27 18 Sumber: Dinkes Provinsi Aceh,2018

Tantangan lain adalah keterbatasan sumber dana dan

sarana/prasarana kesehatan di daerah yang masih belum memadai.

Dalam diskusi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh dicontohkan

bahwa alat ukur tinggi badan bayi sebagai alat pendeteksi awal bayi

stunting masih belum mencukupi di berbagai daerah. Tantangan lain

adalah terkait dengan kesadaran masyrakat. Tidak hanya di Provinsi

Aceh, membangun kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan

menjaga lingkungan sehat juga menjadi tantangan. Selain itu,

kondisi geografis untuk menjangkau daerah terpencil juga menjadi

tantangan yang harus dihadapi. Guna menjangkau daerah-daerah

Page 143: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Analisis Tematik | Bab VII

Annual Regional Fiscal Report 2019 112

terpencil, Pemerintah Provinsi Aceh melakukan kegiatan bakti sosial

kesehatan di berbagai daerah yang dipimpin oleh Gubernur.

Penanganan stunting tidak hanya dilakukan oleh satu pihak tapi

melibatkan berbagai pihak, untuk itu diperlukan upaya koordinasi

dan sinergi untuk mewujudkannya.

7.6 REKOMENDASI

Penanganan stunting merupakan tanggung jawab bersama

dan diperlukan keterlibatan berbagai pihak di semua tingkatan.

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa sumber daya penanganan

stunting telah melibatkan banyak pihak seperti K/L, Pemerintah

Daerah, Pemerintah desa hingga masyarakat. Masing-masing unit

juga memiliki sumber daya fiskal yang secara langsung maupun

tidak langsung diarahkan untuk menangani permasalahan stunting,

dimana apabila diakumulasikan menjadi kuantitas yang sangat

besar. Apabila dikaitkan dengan angka prevalensi stunting di

Provinsi Aceh yang masih tinggi, mengindikasikan belum efektifnya

penggunaan anggaran (meskipun hal ini memerlukan kajian lebih

mendalam). Belum efektifnya penggunaan anggaran dimungkinkan

dapat terjadi karena kualitas penggunaan anggaran yang masih

rendah dan/atau integrasi pelaksanaan kegiatan yang belum

tersinergi dengan baik. Selain itu penggunaan anggaran juga

diharapakan mempertimbangkan kendala-kendala lain yang secara

langsung atau tidak langsung yang menjadi akar permasalahan di

wilayah tersebut, seperti kurangnya SDM, sarana/prasarana medis

dan akses kesehatan.

Page 144: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

- Halaman ini sengaja dikosongkan -

Page 145: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

BAB viiipenutup

Pantai Pulo JawaPantai Pulo Jawa yang berada di ujung Kota Banda Aceh merupakan destinasi warga lokal untuk menikmati senja sore hari sambil melihatpara nelayan memanen hasil tangkapannya.

Page 146: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

- Halaman ini sengaja dikosongkan -

Page 147: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Penutup | Bab Viii

Annual Regional Fiscal Report 2019 113

8.1 KESIMPULAN

Dari uraian bab-bab sebelumnya dapat disampaikan kesimpulan KFR Tahunan

(annual report) Provinsi Aceh Tahun 2019 sebagai berikut :

1. Laju pertumbuhan ekonomi Aceh pada tahun 2019 berada pada level 4,15 persen.

Mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,61

persen. Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV 2019 sebesar 5,21 persen,

mengalami percepatan dibanding triwulan III 2019 yang sebesar 3,76 persen.

Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan periode triwulan IV 2018

yang sebesar 5,43 persen.

2. Inflasi y-on-y Aceh berada pada level 1,69 persen, lebih rendah dibandingkan

inflasi y-on-y nasional yang pada tahun 2019 berada pada level 2,72 persen.

Inflasi tahunan Aceh menurun sebesar 15 basis poin dari tahun 2018 yang

mengalami inflasi sebesar 1,84 persen.

3. IPM Aceh sampai tahun 2019 berada pada level 71,90. Artinya IPM Aceh

mencapai kategori IPM Tinggi. IPM tertinggi dicapai oleh Kota Banda Aceh yaitu

sebesar 85,07, yang mana angka ini termasuk kategori IPM sangat tinggi. IPM

terendah yaitu Kota Subulussalam yaitu sebesar 64,46, yang mana angka ini

masih termasuk dalam kategori IPM sedang.

4. Angka kemiskinan Aceh tahun 2019 sebesar 15,01 persen, mengalami penurunan

dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 15,68 persen.

5. Rasio Gini di Provinsi Aceh pada September 2019 yaitu sebesar 0,321, mengalami

kenaikan dibandingkan periode Maret 2019 yang sebesar sebesar 0,319.

6. Pengangguran Aceh per Agustus 2019 sebanyak 147 ribu orang, meningkat jika

dibandingkan jumlah pengangguran pada periode Februari 2019 yang sebanyak

136 ribu orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Aceh pada

Agustus 2019 sebesar 6,20 persen, naik cukup signifikan jika dibandingkan

dengan periode Februari 2019 yang mencapai 5,53 persen.

Penutup

Page 148: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Bab ViII | Penutup

114 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

7. Dari lima indikator ekonomi makro yang ditetapkan targetnya pada KUA Provinsi

Aceh 2019 (Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Kemiskinan, Pengangguran, Inflasi,

dan IPM), dua diantaranya masih sesuai target yaitu Tingkat Pengangguran dan

Tingkat Inflasi.

8. Pada tahun 2019, pemerintah pusat mengalokasikan belanja APBN di Provinsi

Aceh sebesar Rp15,48 trilliun dan terealisasi sampai dengan akhir tahun 2019

sebesar Rp14,75 trilliun (95,30 persen) meningkat dibandingkan tahun lalu yang

sebesar 92,54 persen. Selain itu, dana APBN juga dialokasikan dalam bentuk

dana transfer ke daerah sebesar Rp36,94 trilliun dengan angka penyaluran

sampai dengan akhir tahun 2019 telah terealisasi sebesar Rp35,94 trilliun (97,30

persen). Sehingga total dana APBN yang dialokasikan di Provinsi Aceh sebesar

Rp52,42 trilliun dengan capaian realisasi sebesar Rp50,70 trilliun atau 96,71

persen.

9. Total realisasi penerimaan pajak tahun 2019 sebesar 4,59 triliun, naik jika

dibandingkan tahun 2018 yang sebesar 4,26 triliun. Sedangkan total realisasi

PNBP pada tahun 2019 sebesar Rp932,66 miliar, meningkat bila dibandingkan

dengan tahun 2018 yang sebesar Rp896,44 miliar.

10. Rasio Pajak Aceh pada tahun 2019 (2,80%) mengalami penurunan dari tahun

2018 (2,83%), baik rasio pajak pusat maupun rasio pajak secara konsolidasi

(pusat + daerah).

11. Realisasi belanja APBD pada tahun 2019 yaitu sebesar Rp41,47 triliun, dengan

persentase realisasi sebesar 84,35 persen dari jumlah pagu belanja 2019. Secara

persentase, mengalami penurunan jika dibandingkan dengan persentase realisasi

belanja APBD di tahun 2018 yang sebesar 87,00 persen.

12. Ketergantungan Aceh terhadap kucuran dana transfer dari pemerintah pusat

masih tinggi. Di tahun 2019, total pendapatan transfer untuk seluruh pemerintah

daerah di Aceh (Dana Perimbangan, Dana Otsus dan Penyesuaian, dan Alokasi

Dana Desa) memiliki proporsi sebesar 86,53 persen, sedangkan disisi lain,

proporsi PAD Aceh pada tahun 2019 hanya sebesar 12,10 persen.

13. Prevalensi stunting Provinsi Aceh apabila dibandingkan dengan daerah lain

tergolong tinggi. Provinsi Aceh merupakan Provinsi dengan prosentase prevalensi

stunting tertinggi ketiga di Indonesia (37,3%) dibawah Provinsi NTT (42,6%) dan

Provinsi Sulawesi Barat (41,8%) (Riskesdas Kemenkes, 2018). Prosentase

tersebut masih berada di atas prosentase nasional yaitu sebesar 30,8%.

Page 149: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

Penutup | Bab Viii

Annual Regional Fiscal Report 2019 115

14. Dalam satu dekade angka prevalensi stunting di Provinsi Aceh mengalami

penurunan. Dibandingkan dengan tahun 2007, pada tahun 2018 terjadi penurunan

sebesar 7,3%. Prosentase penurunan tersebut masih lebih tinggi dibanding

prosentase penurunan nasional yaitu sebesar 6%.

8.1 REKOMENDASI

Berdasarkan analisis dan kesimpulan yang diambil, dapat diberikan beberapa

rekomendasi, yaitu :

1. Kebijakan di Pemerintah Daerah

a. Membuka seluas-luasnya akses bagi investor untuk menanamkan modalnya di

Aceh dengan memberikan jaminan keamanan dan kemudahan birokrasi khususnya

dibidang pertanian, pengolahan bahan mentah, maupun pariwisata.

b. Mengembangkan kawasan-kawasan khusus di Aceh, yang diproyeksikan mampu

mendongkrak perekonomian Aceh.

c. Memberikan perhatian lebih terhadap stunting di Aceh.

2. Kebijakan di Pemerintah Pusat

a. Mendorong pemerintah daerah untuk lebih berperan aktif dalam pembiayaan usaha

mikro kecil menengah (UMKM).

b. Mendorong kementerian dan lembaga dalam pembahasan anggaran Kementerian /

Lembaga, agar lebih memperhatikan dan memprioritaskan sektor-sektor yang

menjadi unggulan di Provinsi Aceh, sehingga belanja APBN di daerah bisa lebih

meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

3. Kebijakan di Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

a. Penggunaan Anggaran yang berkualitas dalam menangani stunting di Aceh.

b. Memberikan perhatian lebih pada Kabupaten Simeulue terkait potensi perikanan

dan Kabupaten Aceh Tengah terkait PLTA dalam bentuk stimulus fiskal baik melalui

APBN maupun APBD.

Page 150: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

116 Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019

DAFTAR PUSTAKA

Aceh, Bappeda Provinsi. 2017. Rencana Pembangunan Jangka Menengah. Banda Aceh: Bappeda Provinsi Aceh.

_,2019. Rencana Kerja Pemerintah Aceh. Banda Aceh: Bappeda Provinsi Aceh Aceh, BPS Provinsi .2019. Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh Website.

http://www.aceh.bps.go.id/.

_,2019, Aceh Dalam Angka Tahun 2019, BPS Provinsi Aceh.

_. 2019. Berita Resmi Statistik Tahun 2019. BPS Provinsi Aceh.

Aceh, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. 2018. Map of Aceh Investment Opportunities.Banda Aceh: Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Aceh.

Aceh, Dinas Kesehatan. 2018. Studi Monitoring dan Avaluasi Program Gizi PSG dan PKG Aceh 2017.

Aceh, Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi. Laporan Review Pelaksanaan Anggaran Tahun 2019.

Aceh, Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi. LKPP Tingkat Kuasa BUN Tahun 2019.

Aceh, Badan Pengelola Keuangan. LKPD Pemerintah Aceh Tahun 2019 Unaudited.

Indonesia, Bank. 2019. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Aceh 2018, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh.

Kesehatan, Kementerian. 2019. Laporan Nasional Riskesdas 2018.

Keuangan, Direktorat Jenderal Perimbangan. 2019. Website Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. http://www.djpk.depkeu.go.id/. Aplikasi Simtrada

Keuangan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 2019. Aplikasi OMSPAN

Pajak, Direktorat Jenderal. 2019. Website Direktorat Jenderal Pajak. http://www.pajak.go.id/.

Simeulue, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten. 2018. Buku Statistik Kelautan dan Perikanan 2018.

Statistik, Badan Pusat. 2019. Badan Pusat Statistik. Website Badan Pusat Statistik. http://www.bps.go.id/.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomr 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh.

Peraturan Gubernur Aceh Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pencegahan dan Penanganan Stunting Terintegrasi di Aceh.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 61/PMK.07/2019 tentang Pedoman Penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Mendukung Pelaksanaan Kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan.

Page 151: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

- Halaman ini sengaja dikosongkan -

Page 152: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KANTOR WILAYAH PROVINSI ACEH Gedung Keuangan Negara, Gedung A Lantai 2-3

Jalan T. Chik Ditiro Banda Aceh 23241

Page 153: KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN · Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan di ... mengenai potret dari profil dan dinamika kondisi fiskal di

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI ACEH

GEDUNG A LANTAI 2 & 3, KOMPLEK GEDUNG KEUANGAN NEGARA, JALAN TGK. CHIK DITIRO, BANDA ACEH 23241; TELEPON (0651) 31070 FAKSIMILE (0651) 31094 SUREL: [email protected],

LAMAN: WWW.DJPB.KEMENKEU.GO.ID/KANWIL/ACEH

NOTA DINASNOMOR ND-118/WPB.01/2020

Yth : Direktur Pelaksanaan AnggaranDari : Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi AcehSifat : BiasaLampiran :Hal : Laporan Kajian Fiskal Regional Tahunan (Annual Regional Fiscal Report)

Provinsi Aceh Tahun 2019Tanggal : 27 Februari 2020

Menindaklanjuti Surat Edaran Direkur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-61/PB/2017tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional dan memperhatikan Nota DinasDirektur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND-54/PB.2/2020, bersama ini disampaikan LaporanKajian Fiskal Regional Tahunan (Annual Regional Fiscal Report) Provinsi Aceh Tahun 2019.Softcopy laporan dimaksud telah dikirimkan ke alamat email [email protected].

Demikian disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Ditandatangani secara elektronikZaid Burhan Ibrahim