Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Kementerian Pertanian
i Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
KATA PENGANTAR
Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan Tahun 2015-2019 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan, yangselanjutnya dijabarkan dalam Rencana Kinerja
Tahunan,Perjanjian Kinerja dan diakhiri dengan penyusunan Laporan Kinerja (LAKIN). Laporan Kinerja merupakan pertanggungjawaban kinerja suatu instansi/organisasi dalam
mencapai tujuan atau sasaran strategis instansi. Beberapa aturan yang mendasari Laporan Kinerja yaitu Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Instansi
Pemerintah, Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2016
tentang Pedoman Pengelolaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian dan Peraturan MenPAN & RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Capaian kinerja Ditjen Perkebunan berdasarkan IKSP dalam PK Dirjen Perkebunan Tahun
2019 adalah sebagai berikut: 1) Produksi gula tebu mencapai 2,258 juta ton (75,27%); 2) Pertembuhan ekspor produk perkebunan meningkat 5,66% (148,17%); 3) Rasio pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk industri dalam negeri mencapai 199,83%; 4) Ketersediaan alat dan mesin pertanian (alsintan) berdasarkan kebutuhan (pasca panen
perkebunan) mencapai 100,00%; 5) rasio luas serangan OPT terkendali dan area terkena DPI tertanggulangi terhadap luas lahan terserang OPT dan berpotensi terkena DPI sebesar 1,60% atau mencapai 99,81%; 6) Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perkebunan berdasarkan penilaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian (Skor Nilai SAKIP) sebesar83,39%
atau mencapai 99,27%; 7) Nilai Kinerja (NK) (berdasarkan PMK 249 tahun 2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lemabaga) sebesar 84,52% atau mencapai 91,87%; 8)Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Direktorat Jenderal Perkebunan (Nilai
Skala Likert 1-4) sebesar 3,58 atau mencapai 119,33%; 9) Nilai pemeringkatan informasi publik Direktorat Jenderal Perkebunan (Skor Nilai) sebesar 78,36% atau mencapai 104,49%.
Realisasi anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan pada Tahun 2019 adalah sebesar Rp. 1.072.741.473.213,- atau mencapai 96,09% dari pagu DIPA/POK dengan total anggaran sebesar Rp.1.116.345.160.000,-dengan capaian fisik sebesar 99,27%.
Pelaksanaan Pembangunan perkebunan tidak terlepas dari permasalahan, hambatan dan kendala, namun dengan upaya percepatan dan penanganan serta langkah-langkah
strategis permasalahan tersebut dapat diminimalisir dampaknya bagi pembangunan perkebunan. Hal ini bertujuan agar kegiatan pembangunan perkebunan dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, akuntabel dan tranparan.
Dokumen Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019 ini
tersusun berkat dukungan dan kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, semoga dokumen ini menjadi pertanggungjawaban kinerjaDirektorat Jenderal Perkebunan yang memadai.
Jakarta, Februari 2020 Direktur Jenderal Perkebunan
Dr. Ir. Kasdi Subagyono, M.Sc NIP. 196405211990031001
Kementerian Pertanian
ii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ........................................................ i DAFTAR ISI ................................................................. ii DAFTAR TABEL ............................................................. v DAFTAR LAMPIRAN ........................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................. 1 1.1. Latar Belakang ........................................... 1 1.2. Organisasi................................................. 3 1.3. Aspek Strategis Organisasi.............................. 10
1.3.1. Tantangan Pembangunan Perkebunan Dalam Ruang Lingkup Global ................ 11 1.3.2. Tantangan Pembangunan Perkebunan Dalam Ruang Lingkup Sektor Pertanian .... 11 1.3.3. Tantangan Pembangunan Perkebunan Dalam Ruang Lingkup Sub Sektor Perke- bunan ............................................ 10
1.4. Aspek Sumberdaya Manuasia .......................... 13
BAB II PERENCANAAN KINERJA ....................................... 14 2.1. Perencanaan Strategis Direktorat Jenderal
Perkebunan Tahun 2015 – 2019 ....................... 14 2.1.1. Visi Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2015-2019 ............................... 16 2.1.2. Misi Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2015-2019 ............................... 16 2.1.3. Tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2015-2019 ............................... 17 2.1.4. Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Perke-
bunan Tahun 2015-2019 ....................... 17 2.1.5. Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Perke-
Bunan ............................................. 19 2.1.6. Program Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2015-2019 ............................... 21 2.1.7. Agenda Prioritas NAWACITA Tahun 2015-
2019 .............................................. 22 2.1.8. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2015-2019 ............................... 24 2.1.9. Kaitan Kegiatan Dengan Fokus
Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun 2015-2019 ........................................ 25
2.2. RencanaKinerja Tahunan (RKT) Tahun 2019....... 29 2.2.1. Sasaran Kegiatan Direktorat Jenderal Per-
kebunan Tahun 2019 ........................... 30 2.3. Perjanjian Kinerja Tahun 2019 …………………………… 32
Kementerian Pertanian
iii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ..................................... 35
3.1. Capaian Kinerja Organisasi .......................... 35 3.2. Evaluasi dan Analisis Ukuntabilitas Kinerja 38
3.2.1. Produksi gula tebu ............................. 39 3.2.2. Pertumbuhan volume ekspor untuk produksi
perkebunan ..................................... 47 3.2.3. Rasio pemenuankebutuhan komoditas
perkebunan untukindustri dalam negeri ... 53 3.2.4. Rasio pengajuan Alat Mesin Pertanian
(Alsintan) pascapanen dan penolahan hasilperkebunanyang dapatdipenuhi terhadap seluruh permintaan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) pascapanen dan pengolahan hasilperkebunan ................. 55
3.2.5. Rasio luas serangan OPT Terkendali dan Area terkena DPI Tertanggulangiterhadap Luas Lahan terserang OPT dan Berpotensi Terkena DPI ..................................... 60
3.2.6. Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perkebunan Berdasarkan Penilaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian ........................ 63
3.2.7. Nilai Kinerja (NK) berdasarkan PMK 249 tahun 2011 (perubahan menjadi PMK 214 tahun 2017) Tentang Pengukuran Kinerja dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian / Lembaga ......................................... 65
3.2.8 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas Layanan Publik Direktorat Jenderal Perkebunan ...................................... 68
3.2.9 Nilai Pemeringkatan Informasi Publik Direktorat Jenderal Perkebunan ............. 71
3.3. Realisasi Anggaran ....................................... 73 3.3.1 Realisasi Anggaran Berdasarkan Kegiatan
Utama ............................................ 73 3.3.2 Penyerapan Anggaran Berdasarkan Jenis
Belanja ........................................... 74 3.3.3 Realisasi Anggaran Berdasarkan Output
Kegiatan Ditjen. Perkebunan ................. 75 3.3.4 Realisasi Anggaran Berdasarkan Satker
Lingkup Ditjen. Perkebunan .................. 77 3.3.5 Permasalahan Umum Realisasi Anggaran
Tahun 2019 ...................................... 78
Kementerian Pertanian
iv Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
BAB IV PENUTUP ........................................................ 81 4.1. Kesimpulan Umum ...................................... 81 4.2. Rencana Tindak Strategis .............................. 86
Kementerian Pertanian
v Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
DAFTAR TABEL Tabel 1 : Distribusi Pegawai Berdasar Golongan .................. 13
Tabel 2 : Pegawai berdasarkan Gender / Jenis Kelamin ......... 13
Tabel 3 : Pegawai Berdasar Pendidikan ............................ 13
Tabel 4 : Sasaran program, Indikator Kinerja Sasaran Program (IKSP) dan Target Kinerja Tahun 2015-2019 ............ 21
Tabel 5 : Kegiatan Utama Ditjen Perkebunan dan Dukungan Anggaran Tahun 2019 ...................................... 30
Tabel 6 : Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019 ................................... 33
Tabel 7 : Capaian Kinerja Ditjen Perkebunan Tahun 2018 berdasarkan Perjanjian Kerja ........................... 36
Tabel 8 : Analisis Realisasi Produksi Gula Tebu Tahun 2015-2019 ................................................................. 39
Tabel 9 : Rekomendasi dan Solusi Akar Permasalahan terkait Gula Tebu ................................................... 43
Tabel 10 : Analisis Efisiensi Atas Penggunaan Sumberdaya Kegiatan Mendukung Dalam Mencapai Produksi Gula Tebu Tahun 2019 ........................................... 45
Tabel 11 : Capaian Kinerja Peningkatan Volume Ekspor Komoditas Strategis Komoditas Perkebunan ........... 48
Tabel 12 : Realisasi Kinerja Volume Ekspor Komoditas Perkebunan Tahun 2019 dibanding Tahun lalu dan beberapa tahun sebelumnya .............................. 49
Tabel 13 : Analisis Akar Permasalahan Turunnya Volume Ekspor Komoditas Perkebunan Tahun 2019 … ................... 51
Tabel 14 : Analisis Efisiensi Atas Penggunaan Sumberdaya Kegiatan Pendukung Dalam Mencapai Sasaran Kegiatan dan Indikator Sasaran Kegiatan Pertumbuhan Volume Ekspor Untuk Produk Perkebunan Tahun 2019 ......... 52
Tabel 15 : Evaluasi dan Analisis Rasio Pemenuhan Kebutuhan Komoditas Perkebunan Untuk Kebutuhan Dalam Negeri Tahun 2019 .................................................. 54
Tabel 16 : Evaluasi dan Analisis Terhadap Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja Rasio Pengajuan Alat Mesin Pertanian
Kementerian Pertanian
vi Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
(Alsintan) Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Perkebunan .................................................. 56
Tabel 17 : Analisis Efisiensi Atas Penggunaan Sumberdaya Kegiatan Pendukung Dalam Mencapai Sasaran Kegiatan dan Indikator Sasaran Kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2019 ......... 59
Tabel 18 : Evaluasi dan Analisis Rasio Serangan OPT Terkendali dan Area Terkenan DPI tertanggulangi terhadap Luas Lahan terserang OPT dan Berpotensi Terkena DPI Tahun 2019 .................................................. 60
Tabel 19 : Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumberdaya (penggunaan anggaran) dan analisis Program/Kegiatan yang Menunjang Capaian ataupun kegagalan .......... 62
Tabel 20 : Evaluasi dan Analisis Realisasi Nilai AKIP yang diberikan oleh Itjen Kementerian Pertanian pada Tahun 2015–2019……………………………………………… 63 Tabel 21 : Evaluasi dan Analisis Nilai Kinerja (NK) Ditjen
Perkebunan Tahun 2015-2019 ............................ 66 Tabel 22 : Evaluasi dan Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM) Atas layanan Publik Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 ............................ 68
Tabel 23 : Analisis Efisiensi Atas Penggunaan Sumberdaya
Kegiatan Utama dalam Mencapai target Indikator Kinerja Kegiatan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Atas Pelayanan Publik Ditjen Perkebunan ............. 70
Tabel 24 : Evaluasi dan Analisis NPIP Ditjen Perkebunan Tahun
2015-2019 .................................................... 71 Tabel 25 : Realisasi dan Capaian Fisik Kegiatan Ditjen
Perkebunan Tahun 2019 Berdasarkan Kegiatan Utama 72 Tabel 26 :Serapan dan Capaian Fisik Kegiatan Ditjen Perkebunan
Tahun 2019 Berdasarkan Jenis Belanja ................. 73
Kementerian Pertanian
vii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Struktur Organisasi Ditjen Perkebunan .......... 87
Lampiran 2 : Perjanjian Kinerja Ditjen Perkebunan ........... 91
Lampiran 3 :Indikator Sasaran Program (SP) dan Indikator Kinerja Sasaran Program (IKSP) .................. 92
Lampiran 4 : Realisasi Berdasarkan Output Kegiatan Ditjen Perkebunan Tahun 2019 ............................ 94
Lampiran 5 : Realisasi Berdasarkan Satker Lingkup Ditjen Perkebunan Tahun 2019 ............................ 96
Lampiran 6 : Hasil Reviu Lakin Ditjen. Perkebunan Tahun 2019 ................................................... 104
Kementerian Pertanian
1 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan perkebunan sebagai bagian integral dari pembangunan
pertanian dan pembangunan nasional merupakan salah satu potensi
strategis dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Oleh karenanya pengelolaannya harus diselaraskan dengan upaya
pengelolaan sumber daya alam dan pemeliharaan daya dukungnya agar
bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke-
generasi. Pada Tahun 2015-2019, sub sektor perkebunan masih menjadi
sub sektor penting dalam peningkatan perekonomian nasional. Peran
strategis sub sektor perkebunan baik secara ekonomis, ekologis maupun
sosial budaya ini digambarkan melalui kontribusinya dalampenyumbang
PDB; nilai investasi yang tinggi dalam membangun perekonomian
nasional; berkontribusi dalam menyeimbangkan neraca perdagangan
komoditas pertanian nasional; sumber devisa negara dari komoditas
ekspor; berkontribusi dalam peningkatan penerimaan negara dari cukai,
pajak ekspor dan bea keluar; penyediaan bahan pangan dan bahan baku
industri; penyerap tenaga kerja; sumber utama pendapatan masyarakat
pedesaan, daerah perbatasan dan daerah tertinggal; pengentasan
kemiskinan; penyedia bahan bakar nabati dan bioenergy yang bersifat
terbarukan, berperan dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca serta
berkontribusi dalam pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup
dengan mengikuti kaidah-kaidah konservasi. Sejalan dengan berbagai
kontribusi sub sektor perkebunan tersebut maka segala bentuk usaha
budidaya perkebunan harus mengedepankan keseimbangan pengelolaan
sumber daya alam, sumber daya manusia dan alat/sarana prasarana input
produksi melalui kegiatan penyelenggaraan perkebunan yang memenuhi
kaidah pelestarian lingkungan hidup. Hal tersebut dijelaskan dalam
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014, juga menyatakan bahwa
perkebunan adalah segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam,
sumber daya manusia, sarana produksi, alat dan mesin, budidaya, panen,
pengolahan dan pemasaran terkait tanaman perkebunan. Dengan
pengertian yang luas tersebut, penyelenggaraan perkebunan mengemban
amanat yang berat dalam mendukung pembangunan nasional. Amanat
tersebut mengharuskan penyelenggaraan perkebunan ditujukan untuk (1)
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; (2) meningkatkan
Kementerian Pertanian
2 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
sumber devisa negara; (3) menyediakan lapangan kerja dan kesempatan
berusaha; (4) meningkatkan produksi, produktivitas, kualitas, nilai
tambah, daya saing dan pangsa pasar; (5) meningkatkan dan memenuhi
kebutuhan konsumsi serta bahan baku industri dalam negeri; (6)
memberikan perlindungan pada pelaku usaha perkebunan dan
masyarakat; (7) mengelola dan mengembangkan sumber daya perkebunan
secara optimal, bertanggung jawab dan lestari, dan (8) meningkatkan
pemanfaatan jasa perkebunan.
Dalam era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal perencanaan dan
penganggaran diamanatkan mengikuti pembagian kewenangan pusat dan
daerah sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Pemerintah pusat dan daerah memiliki kewenangan dan tanggung jawab
masing-masing dalam pembangunan.
Undang-undang tersebut memasukkan bidang-bidang terkait sub sektor
perkebunan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah seperti tenaga
kerja, statistik, pemberdayaan masyarakat dan desa, pangan, lingkungan
hidup dan pertanahan sebagai urusan wajib yang tidak terkait pelayanan.
lmplikasi penetapan urusan pertanian sebagai urusan pemerintah bersifat
pilihan khususnya sub sektor perkebunan yang memiliki kekhasan
komoditas sesuai potensi unggulan daerah adalah akan membuka peluang
negosiasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk
menentukan pembagian kewenangan sub sektor perkebunan yang tepat
dan disesuaikan dengan kebijakan program, anggaran dan regulasi yang
efektif dan efisien.
Pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi serta pengelolaan
sumberdaya, kebijakan dan program bagi instansi pemerintah,
diwujudkan melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) yang memadai. SAKIP yang memadai harus mengandung unsur
Perencanaan Kinerja (Renstra, RKT, PK), Pengukuran Kinerja, Laporan
Kinerja dan Evaluasi Pemanfaatan Informasi Kinerja. Hal ini tertuang di
dalamPeraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).
Laporan Kinerja (LAKIN) sebagai salah satu unsur penting dalam SAKIP
disusun berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (MENPAN &RB) Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata
Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dengan Format yang
terdiri dari: 1) Bab I Pendahuluan; 2) Bab II Perencanaan Kinerja; 3) Bab
Kementerian Pertanian
3 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
III Akuntabilitas Kinerja yang meliputi: (a) Capaian Kinerja Organisasi
sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi dengan melakukan
analisis capaian kinerja; (b) Realisasi Anggaran yang digunakan dan telah
digunakan sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja; 4) Bab IV Penutup
dan Lampiran. Didalam Bab III diwajibkan membahas 1) capaian terhadap
target tahun ini; 2) capaian kinerja dibandingkan dengan tahun
lalu/beberapa tahun sebelumnya; 3) capaian kinerja terhadap Rentra dan
PK; 4) membandingkan capaian kinerja dengan standar Nasional; 5)
analisis keberhasilan dan penyebab kegagalan; analisis atas efesiensi
penggunaan sumberdaya; 7) analisis program/kegiatan yang menunjang
keberhasilan pencapaian kinerja.
1.2. Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri PertanianNomor:
43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 3Agustus 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kemeterian Pertanian terkait nomenklatur organisasi
Direktorat Jenderal Perkebunan, dalam melaksanakan tugasnya,
Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai tugas “perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi dan produktivitas
tebu dan tanaman perkebunan standarisasi teknis di bidang
perkebunan”. Untuk pelaksanaan tugas tersebut, Direktorat Jenderal
Perkebunan menyelenggarakan fungsi:
1) Perumusan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan,
dan pascapanen perkebunan, pengolahan, pemasaran hasil,
pengembangan bahan baku bio energi, pembinaan usaha perkebunan
berkelanjutan, serta pengendalian hama penyakit dan perlindungan
perkebunan;
2) Pelaksanaan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya,
perlindungan, dan pascapanen perkebunan, pengolahan, pemasaran
hasil, pengembangan bahan baku bio energi, pembinaan usaha
perkebunan berkelanjutan, serta pengendalian hama penyakit dan
perlindungan perkebunan;
3) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang
perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan,
pengolahan, pemasaran hasil, pengembangan bahan baku bio energi,
pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan, serta pengendalian
hama penyakit dan perlindungan perkebunan;
4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan,
budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan, pengolahan,
Kementerian Pertanian
4 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
pemasaran hasil, pengembangan bahan baku bio energi, pembinaan
usaha perkebunan berkelanjutan, serta pengendalian hama penyakit
dan perlindungan perkebunan;
5) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perkebunan;
6) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Perkebunan terdiri dari
Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Perbenihan, Direktorat
Tanaman Semusim dan Rempah, Direktorat Tanaman Tahunan dan
Penyegar, Direktorat Perlindungan Perkebunan dan Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan. Struktur organisasi Ditjen
perkebunan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 1.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian tersebut maka tugas dan fungsi
dari masing-masing unit kerja adalah sebagai berikut:
1) Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan, mempunyai tugas
memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh unit
organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal
Perkebunan menyelenggarakan fungsi:
a. Koordinasi, penyusunan rencana dan program, anggaran, serta
kerjasama di bidang perkebunan;
b. Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan;
c. Evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana, pengelolaan
urusan kepegawaian, dan penyusunan rancangan peraturan
perundang-undangan, dan pelaksanaan hubungan masyarakat
serta informasi publik;
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan serta pemberian
layanan rekomendasi di bidang perkebunan;
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Direktur Jenderal
Perkebunan.
2) Direktorat Perbenihan Perkebunan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
peningkatan penyediaan benih tebu dan tanaman perkebunan lain.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Perbenihan Perkebunan
menyelenggarakan fungsi:
a) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penilaian varietas dan
pengawasan mutu benih, peningkatan penyediaan benih tanaman
semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar serta
penguatan kelembagaan benih;
Kementerian Pertanian
5 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
b) Pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian varietas dan
pengawasan mutu benih, peningkatan penyediaan benih tanaman
semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta
penguatan lembaga benih;
c) Menyusun norma, standar, prosedur, dan kreteria di bidang
penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, peningkatan
penyediaan benih tanaman semusim dan rempah, tanaman
tahunan dan penyegar, serta penguatan lembaga benih;
d) Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penilaian
varietas dan pengawasan mutu benih, peningkatan penyediaan
benih tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan
penyegar, serta penguatan lembaga benih;
e) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang penilaian
varietas dan pengawasan mutu benih, peningkatan penyediaan
benih tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan
penyegar, serta penguatan lembaga benih;
f) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perbenihan Perkebunan.
3) Direktorat Tanaman Semusim dan rempah, mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
dibidang peningkatan produksi tanaman tebu, semusim dan rempah
lain. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman
Semusim menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan produksi,
tanaman tebu dan pemanislainnya, serat dan atsiri, lada, paladan
cengkeh, serta rempah dan semusim lainnya;
b. Pelaksanan kebijakan di bidang peningkatan produksi, tanaman
tebu dan pemanis lainnya, serat dan atsiri, lada, pala dan
cengkeh, serta rempah dan semusim lainnya;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang
peningkatan produksi, tanaman tebu dan pemanis lainnya, serat
dan atsiri, lada, pala dan cengkeh, serta rempah dan semusim
lainnya;
d. Pengembangan bahan baku bio energi tanaman tebu;
e. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan
produksi, tanaman tebu dan pemanis lainnya, serat dan atsiri,
lada, pala dan cengkeh, serta rempah dan semusim lainnya;
f. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
peningkatan produksi, tanaman tebu dan pemanis lainnya, serat
Kementerian Pertanian
6 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
dan atsiri, lada, pala dan cengkeh, serta rempah dan semusim
lainnya; dan
g. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Tanaman Semusim dan
rempah.
4) Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang peningkatan produksi tanaman tahunan dan penyegar. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman Tahunan dan
Penyegar menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan produksi
tanaman karet dan tanaman tahunan lain, tanaman kelapa sawit,
tanaman kelapa dan palma lain, serta tanaman penyegar;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi tanaman
karet dan tanaman tahunan lain, tanaman kelapa sawit, tanaman
kelapa dan palma lain, serta tanaman penyegar;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang
peningkatan produksi tanaman karet dan tanaman tahunan lain,
tanaman kelapa sawit, tanaman kelapa dan palma lain, serta
tanaman penyegar;
d. Pengembangan bahan baku bio energi kelapa sawit;
e. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan
produksi tanaman karet dan tanaman tahunan lain, tanaman
kelapa sawit, tanaman kelapa dan palma lain, serta tanaman
penyegar;
f. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Tanaman Tahunan dan
Penyegar.
5) Direktorat Perlindungan Perkebunan, mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pengendalian hama penyakit dan perlindungan perkebunan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan
Perkebunan menyelenggarakan fungsi :
a. Pengelolaan data dan informasi organisme pengganggu tumbuhan;
b. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan;
c. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah, tanaman
tahunan dan penyegar, serta penanggulangan gangguan usaha,
dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;
Kementerian Pertanian
7 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
d. Pelaksanan kebijakan di bidang pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah, tanaman
tahunan dan penyegar, serta penanggulangan gangguan usaha,
dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim
dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta
penanggulangan gangguan usaha, dampak perubahan iklim dan
pencegahan kebakaran;
f. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah,
tanaman tahunan dan penyegar, serta penanggulangan gangguan
usaha, dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;
g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan dibidang
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim
dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta
penanggulangan gangguan usaha, dampak perubahan iklim dan
pencegahan kebakaran;
h. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan
Perkebunan.
6) Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang peningkatan pasca panen, pengolahan dan
pemasaran hasil perkebunan. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan pasca
panen, pengolahan, standardisasi, penerapan standar mutu, dan
pembinaan usaha, serta pemasaran hasil perkebunan;
b. Pelaksanan kebijakan di bidang peningkatan pasca panen,
pengolahan, standardisasi, penerapan standar mutu, dan
pembinaan usaha, serta pemasaran hasil perkebunan;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
peningkatan pasca panen, pengolahan, standardisasi, penerapan
standar mutu, dan pembinaan usaha, serta pemasaran hasil
perkebunan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan
pasca panen, pengolahan, standardisasi, penerapan standar mutu,
dan pembinaan usaha, serta pemasaran hasil perkebunan;
Kementerian Pertanian
8 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
peningkatan pasca panen, pengolahan, standardisasi, penerapan
standar mutu, dan pembinaan usaha, serta pemasaran hasil
perkebunan;
f. Koordinasi perumusan dan harmonisasi standar, serta penerapan
standar mutu di bidang perkebunan; dan
g. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan.
7) UPT Pusat yang berada di daerah sebanyak 4 UPT sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Pertanian Nomor:08,09,10,11/Permentan
/OT.140/2/2008, tanggal 9 Pebruari 2008 yaitu: BBPPTP Surabaya,
BBPPTP Medan, dan BBPPTP Ambon. yang statusnya setara Eselon II.b
dan BPTP Pontianak statusnya setara Eselon III.a.
Kedudukan dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan (BBPPTP) adalah sebagai unit pelaksana teknis Direktorat
Jenderal Perkebunan berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur Jenderal Perkebunan, pembinaan teknis bidang
perbenihan dilaksanakan oleh Direktur Tanaman Semusim dan
rempah, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar, dan bidang
proteksi dilaksanakan oleh Direktur Perlindungan Perkebunan.
Sedangkan untuk Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) adalah
sebagai unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Perkebunan berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Perkebunan, pembinaan teknis dilaksanakan oleh Direktur
Perlindungan Perkebunan.
Tugas pokok BBPPTP Surabaya, Medan, dan Ambon adalah
melaksanakan pengawasan, pengembangan pengujian mutu benih,
dan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan,
serta pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen
mutu dan laboratorium. Sedangkan BPTP Pontianak mempunyai tugas
pokok melaksanakan analisis teknis dan pengembangan proteksi
tanaman perkebunan.
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut diatas,
BBPPTP Surabaya, Medan, dan Ambon menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut:
a. Pengawasan pelestarian plasma nutfah tingkat nasional;
b. Pelaksanaan pengujian mutu benih perkebunan introduksi, eks
impor, dan yang akan di ekspor, serta rekayasa genetika;
Kementerian Pertanian
9 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
c. Pelaksanaan pengujian adaptasi (observasi) benih perkebunan
dalam rangka pelepasan varietas;
d. Pelaksanaan penilaian pengujian manfaat dan kelayakan benih
perkebunan dalam rangka penarikan varietas;
e. Pelaksanaan pengujian mutu dan sertifikasi benih perkebunan
dalam rangka pemberian sertifikat layak edar;
f. Pelaksanaan pemantauan benih perkebunan yang beredar lintas
provinsi;
g. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pengujian mutu
benih perkebunan dan uji acuan (referee fest);
h. Pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT)
perkebunan;
i. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi
OPT serta faktor yang mempengaruhi;
j. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan
dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi;
k. Pengembangan teknik surveillance OPT penting;
l. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model
peramalan taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian OPT
perkebunan;
m. Pelaksanaan eksplorasi dan iventarisasi musuh alami OPT
perkebunan;
n. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan , penilaian
kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan;
o. Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi agens hayati OPT
perkebunan;
p. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang
berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu;
q. Pelaksanaan pengujian dan analisis residu pestisida;
r. Pemberian pelayanan teknik kegiatan perbenihan dan proteksi
tanaman perkebunan;
s. Pengelolaan data dan informasi kegiatan perbenihan dan
proteksi tanaman perkebunan;
t. Pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu
dan manajemen laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman
perkebunan;
u. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama
laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan;
v. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan
rumah tangga Balai Besar.
Kementerian Pertanian
10 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Sedangkan BPTP Pontianak dalam melaksanakan tugasnya,
menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT)
perkebunan;
b. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi
OPT serta faktor yang mempengaruhi;
c. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan
dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi;
d. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan dan
pelepasan agens hayati OPT perkebunan;
e. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model
peramalan taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian OPT
perkebunan;
f. Pelaksanaan eksplorasi dan iventarisasi musuh alami OPT
perkebunan;
g. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian
kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan;
h. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang
berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu;
i. Pelaksanaan pengujian dan pemanfaatan pestisida nabati;
j. Pemberian pelayanan teknik kegiatan analisis teknis dan
pengembangan proteksi tanaman perkebunan;
k. Pengelolaan data dan informasi kegiatan analisis teknis dan
pengembangan proteksi tanaman perkebunan;
l. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama
laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan;
m. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan
rumah tangga Balai.
1.3. Aspek Strategis Organisasi
Mencermati isu-isu strategis sebagaimana diungkapkan dalam Rancangan
Teknokratik RPJMN 2015-2019 yang meliputi bidang ekonomi, sumber
daya alam dan lingkungan hidup, kesejahteraan rakyat, kewilayahan dan
kedaerahan serta bidang politik, hukum, pertahanan dan keamanan,
maka tantangan ke depan yang akan dihadapi dalam membangun
perkebunan secara garis besar dikelompokkan menjadi 1) tantangan
pembangunan perkebunan dalam ruang lingkup global; 2) tantangan
pembangunan perkebunan dalam ruang lingkup sektor pertanian dan 3)
tantangan pembangunan perkebunan dalam ruang lingkup sub sektor
perkebunan.
Kementerian Pertanian
11 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
1.3.1. Tantangan Pembangunan Perkebunan dalam Ruang Lingkup
Global
Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan ke depan dalam
ruang lingkup global terutama berkaitan dengan liberalisasi pasar global
yang dapat diklasifikasikan yaitu:
1. Liberalisasi perdagangan global (implikasi pertemuan WTO, APEC, G20
dan kerjasama bilateral/multilateral/regional lainnya);
2. Kondisi perekonomian global yang menimbulkan gejolak harga
dunia (implikasi negatif era pasar bebas ASEAN/AEC 2015);
3. Tuntutan terhadap atribut mutu/kualitas produk (implikasi dari
tuntutan daya saing komoditas);
4. Perubahan iklim akibat pemanasan global (implikasi terhadap
munculnya bencana alam dan peningkatan serangan 0PT);
5. Dukungan terhadap optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan hidup (implikasi terhadap pembangunan perkebunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan);
6. Tingginya tingkat permintaan akibat ledakan jumlah penduduk dan
urbanisasi (implikasi terhadap ketersediaan bahan baku);
7. Aspek distribusi/pengangkutan dan pemasaran (implikasi dari
globalisasi produksi dan pasar)
1.3.2. Tantangan Pembangunan Perkebunan dalam Ruang Lingkup
Sektor Pertanian
Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan ke depan dalam
ruang lingkup sektor pertanian terutama berkaitan dengan kondisi
pertanian secara umumdapat diklasifikasikan yaitu:
1. Kondisi keberlangsungan kelembagaan petani/pekebun (implikasi
lemahnya posisi tawar lembaga petani/pekebun);
2. Penurunan minat generasi muda terhadap budidaya pertanian/
perkebunan (implikasi terbatasnya sumber daya insani (SOl)
pertanian/perkebunan);
3. Kondisi permodalan dan akses kredit usaha (implikasi
pengembangan usaha agribisnis pertanian/ perkebunan);
4. Dukungan ketersediaan infrastruktur dan sarana prasarana pertanian/
perkebunan (implikasi terhadap daya dukung usaha agribisnis
pertanian/ perkebunan);
5. Penurunan kehilangan hasil (implikasi penanganan pascapanen yang
baik);
Kementerian Pertanian
12 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
6. Kecukupan pangan bergantung impor (implikasi kebijakan
ketahanan dan kedaulatan pangan);
7. Desentralisasi pengembangan pertanian/ perkebunan (implikasi dari
pemusatan pembangunan pertanian/ perkebunan di Pulau Jawa);
8. Tuntutan atas penerapan otonomi daerah (implikasi terhadap
pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, pemerintah
daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota);
9. Ketidaksinambungan kebijakan/regulasi serta koordinasi lintas
sektoral dan daerah (implikasi tumpang tindih kebijakan/regulasi
lintas sektor).
1.3.3. Tantangan Pembangunan Perkebunan dalam Ruang Lingkup
Sub Sektor Perkebunan
Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan ke depan dalam
ruang lingkup sub sektor perkebunan terutama berkaitan dengan kondisi
perkebunan secara khusus dari aspek hulu dan hilirdapat diklasifikasikan
yaitu:
1. Ketersediaan benih dan sarana produksi (implikasi peningkatan
produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan);
2. Keterbatasan, penurunan kualitas, status kepemilikan, persaingan
pemanfaatan, degradasi dan konversi/ alih fungsi lahan (implikasi
permasalahan umum sumber daya lahan berkelanjutan);
3. Pemberdayaan pekebun (implikasi peningkatan kemampuan
pekebun dalam usaha agribisnis perkebunan);
4. Kondisi pertanaman perkebunan (implikasi banyaknya tanaman tua
dan tanaman dengan produktivitas rendah);
5. Anomali Iklim sebagai penyebab tidak stabilnya jadwal tanam dan
jadwal panen.
5. Tuntutan penerapan konsep pembangunan perkebunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan (implikasi dari
pemberlakuan ISPO);
6. Tuntutan pengaturan perizinan usaha perkebunan (implikasi
reformasi birokrasi perizinan dalam era otonomi daerah);
7. Konflik dan gangguan usaha perkebunan (implikasi keamanan,
kenyamanan berusaha serta penciptaan minat dan iklim investasi).
Kementerian Pertanian
13 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
1.4. Aspek Sumber Daya Manusia
Pegawai Direktorat Jenderal Perkebunan sampai dengan 30 Desember 2019
berjumlah sebanyak 963 orang yang tersebar pada 6 unit kerja eselon II di
Kantor Pusat dan 4 Unit Pelaksana Teknis (3 BBPPTP& 1 BPTP). Data
pegawai didasarkan pada Golongan Kepangkatan, didasarkan pada
Gender/Jenis Kelamin dan didasarkan pada Pendidikanbeserta
persebarannya dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Pegawai Berdasar Golongan
Tabel 2. Pegawai berdasar Gender/Jenis Kelamin
Tabel 3. Pegawai Berdasar Pendidikan
Kementerian Pertanian
14 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
2.1. Perencanaan Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019
Rencana Strategis (Renstra) Ditjen. Perkebunan Tahun 2015-2019 disusun
dengan mengacu pada arah dan kebijakan pembangunan nasional
sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2015-2019 sesuai amanat
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019. Arah kebijakan umum
pembangunan nasional Tahun 2015-2019 adalah 1) meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan; 2) meningkatkan
pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam yang berkelanjutan; 3)
mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan
pemerataan; 4) meningkatkan kualitas lingkungan hidup, mitigasi
bencana alam dan penanganan perubahan iklim; 5) penyiapan landasan
pembangunan yang kokoh; 6) meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan; dan 7)
mengembangkan dan memeratakan pembangunan daerah. Untuk
mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan 9 Agenda Prioritas
NAWACITA sebagai jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat
secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam
kebudayaan.
Amanat pembangunan nasional dalam 9 Agenda Prioritas NAWACITA yang
wajib dilaksanakan Ditjen. Perkebunan dalam pengembangan perkebunan
Tahun 2015-2019 sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2015-2019
mencakup 2 agenda prioritas diantaranya 1) meningkatkan produktivitas
rakyat dan daya saing di pasar Internasional dengan sub agenda prioritas
akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan
agroindustri berbasis komoditas perkebunan; dan 2) mewujudkan
kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik dengan sub agenda peningkatan kedaulatan pangan.
Selain itu agenda prioritas terkait membangun Indonesia dari pinggiran
dengan memperkuat daerah-daerah (perbatasan, daerah tertinggal dan
daerah kawasan timur Indonesia) dan desa dalam kerangka negara
kesatuan menjadi salah satu arah kebijakan yang akan diprioritaskan
Ditjen. Perkebunan melalui kegiatan sistematik.
Kementerian Pertanian
15 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Sasaran pokok sub agenda prioritas peningkatan agroindustry adalah
peningkatan produksi komoditas andalan dan prospektif ekspor
perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kakao, teh, kopi dan kelapa
serta mendorong berkembangnya agroindustri di perdesaan. Sedangkan
sasaran pokok sub agenda prioritas peningkatan kedaulatan pangan
adalah tercapainya peningkatan ketersediaan pangan dari tebu yang
bersumber dari produksi dalam negeri untuk memenuhi konsumsi gula
rumah tangga dan industri rumah tangga.
Secara umum pengembangan komoditas perkebunan difokuskan pada 16
komoditas unggulan yaitu Tebu, Kelapa Sawit, Karet, Kelapa, Kakao,
Kopi, Lada, Teh, Pala, Cengkeh, Jambu Mete, Sagu, Kemiri Sunan, Kapas,
Tembakau dan Nilam. Penentuan komoditas tersebut sesuai dengan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 tentang
jenis komoditas tanaman binaan Direktorat Jenderal Perkebunan,
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal
Hortikultura serta Keputusan Menteri Pertanian
Nomor3399/Kpts/PD.310/10/2009 tentang perubahan lampiran I dari
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006. Arah
pengembangan komoditas-komoditas tersebut dicapai melalui program
peningkatan produksi dan produktivitas dengan implementasi kegiatan
seperti rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang
didukung oleh penyediaan benih bermutu, pemberdayaan pekebun dan
penguatan kelembagaan, pembangunan dan pemeliharaan kebun sumber
benih, penanganan pascapanen, pembinaan usaha, pengolahan produksi,
pemasaran produksi dan perlindungan perkebunan serta pemberian
pelayanan berkualitas dibidang manajemen dan kesekretariatan.
Komoditas-komoditas unggulan perkebunan yang masih dalam tahap
inisiasi tetap dikembangkan dan difasilitasi Ditjen. Perkebunan yang
diarahkan untuk pemenuhan standar pelayanan minimum (SPM) yang
meliputi penyediaan benih/ varietas unggul, pembangunan/
pemeliharaan kebun sumber benih (demplot, kebun induk, kebun entres
dan lain-lain), pengendalian OPT, pasca panen, pengolahan dan
pemasaran, pemberdayaan pekebun, peningkatan kapasitas sumber daya
insani (SDI) dan penguatan kelembagaan.
Sasaran strategis Ditjen. Perkebunan Tahun 2015-2019 yang selaras
dengan kebijakan Kementerian Pertanian sebagaimana tertuang dalam
Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 adalah mendukung: 1)
peningkatan produksi gula; 2) pengembangan komoditas bernilai tambah;
3) penyediaan bahan baku bioindustri dan bio energi; 4) peningkatan
Kementerian Pertanian
16 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
sumberdaya insani; 5) peningkatan kualitas aparatur dan layanan
kelembagaan pertanian; 6) peningkatan akuntabilitas kinerja
Kementerian Pertanian; 7) peningkatan pendapatan petani.
2.1.1. Visi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019
Dalam rangka mendukung Visi Pembangunan Nasional Tahun 2015- 2019
yaitu "Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong-Royong" dan Visi Kementerian Pertanian Tahun
2015-2019 yaitu terwujudnya kedaulatan pangan dan kesejahteraan
petani maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan Visi Direktorat
Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 yaitu "Menjadi Direktorat Jenderal
yang profesional dalam mewujudkan peningkatan produksi komoditas
perkebunan secara optimal, berdaya saing dan bernilai tambah tinggi
untuk kesejahteraan pekebun”.
2.1.2. Misi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019
Mengacu pada misi pembangunan nasional dan Kementerian Pertanian
maka misi pembangunan perkebunan ditetapkan sebagai berikut:
1) Mewujudkan peningkatan produksi tanaman perkebunan secara
berkelanjutan.
2) Mewujudkan pelayanan prima dan berkualitas dibidang manajemen
dan kesekretariatan.
3) Mewujudkan peningkatan penyediaan teknologi dan penerapan pasca
panen dan pengolahan hasil perkebunan secara berkelanjutan.
4) Menyediakan fasilitas pembinaan dan penanganan usaha perkebunan
berkelanjutan serta penanganan gangguan usaha dan konflik
perkebunan.
5) Mewujudkan sistem perlindungan perkebunan dan penanganan dampak
perubahan iklim yang terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan.
6) Mewujudkan integrasi antar pelaku usaha budidaya tanaman
perkebunan dengan pendekatan kawasan.
7) Mendorong upaya pemberdayaan petani dan penumbuhan
kelembagaan petani.
8) Mendorong upaya penerapan budidaya tanaman perkebunan dengan
baik dan berwawasan lingkungan.
9) Mewujudkan sistem pertanian bio-industry berbasis pengembangan
komoditas perkebunan.
Kementerian Pertanian
17 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
10)Mendorong pengembangan produk perkebunan di tataran domestik
dan internasional yang berkualitas dan berdaya saing.
2.1.3. Tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019
Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai serta
mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang
akan dihadapi bangsa Indonesia kedepan, maka tujuan pembangunan
nasional diimplementasikan ke dalam arah kebijakan umum untuk
mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional dan pembangunan
pertanian pada periode jangka menengah Tahun 2015- 2019, maka
Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan tujuan Direktorat Jenderal
Perkebunan dalam pembangunan perkebunan Tahun 2015-2019 yang
akan dicapai sesuai dengan penetapan Visi, Misi serta tugas dan fungsi
organisasi sebagai berikut :
1) Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan melalui
rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang
didukung oleh penyediaan benih unggul, bermutu dan bersertifikat,
sarana produksi dan alat mesin pertanian/pengolahan/pascapanen
serta pembangunan kebun sumber benih tanaman perkebunan.
2) Memberikan pelayanan perencanaan, program, anggaran, kerjasama
teknis, administrasi keuangan, aset, umum, organisasi, tata laksana,
kepegawaian, hukum, humas, administrasi perkantoran, evaluasi
pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data serta informasi yang
berkualitas.
3) Melakukan pengembangan komoditas perkebunan sumber bio-energi,
sistem pertanian polikultur serta penerapan integrasi tanaman
perkebunan dalam mendukung pengembangan sistem pertanian bio-
industry melalui pendekatan zero waste management.
4) Melakukan pengembangan pemasaran produk unggulan perkebunan
yang berdaya saing dan bernilai tambah tinggi yang meliputi bidang
informasi, pemantauan dan stabilitas harga, sarana dan kelembagaan
pasar, jaringan pemasaran, analisis, dan pengembangan ekspor,
pemasaran bilateral/regional/multilateral dan kerjasama komoditas.
2.1.4. Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019
Arah kebijakan Pembangunan Perkebunan ditetapkan Dalam rangka
mendukung arah kebijakan Pembangunan Nasional Tahun 2015-2019
dankebijakan Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019.Arah kebijakan
Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 sebagai dasar
Kementerian Pertanian
18 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
pelaksanaan strategi, program dan kegiatan Direktorat Jenderal
Perkebunan Tahun 2015-2019 ditetapkan menjadi Arah Kebijakan Umum
dan Arah Kebijakan Khusus.
Arah kebijakan umum ditetapkan dalam rangka mendukung program
Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 yaitu peningkatan
produksi komoditas perkebunan berkelanjutan, Arah kebijakan umum
Pembangunan Perkebunan Tahun 2015-2019 yaitu:
1. Pengembangan komoditas perkebunan strategis
a. Kebijakan penerapan budidaya yang abaik (GAP)
b. Kebijakan perkaretan Internasional (ITRC)
c. Kebijakan sinergitas BPDP kelapa sawit dan peremajaan kelapa
sawit rakyat
d. Kebijakan moratorium Alih Fungsi Hutan Alam dikonversi menjadi
lahan perkenbunan kelapa sawit
e. Kebijakan penanganan standarisasi mutu dan pembinaan usaha
perkebunan.
f. Kebijakan pengembangan potensi produk/komoditas perkebunan
ter-indikasi geografis (IG)
2. Pengembangan kawasan berbasis komoditas unggulan perkebunan
3. Pengembangan dan penguatan sistem pembiayaan perkebunan
4. Pengembangan sarana prasarana dan infrastruktur pendukung usaha
agribisnis prkebunan
5. Perlindungan, pelestarian, pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan
hidup
6. Peningkatan upaya adaptasi, mitigasi bencana, perubahan iklim dan
perlindungan perkebunan
7. Peningkatan penerapan dan penanganan pascapanen, pengolahan dan
fasilitasi pemasaran komoditas perkebunan
8. Dukungan pengelolaan dan pelaksanaan program tematik
pembangunan perkebunan
9. Penguatan tata kelola kepemerintahan yang baik dan reformasi
birokrasi sebagai dasar pelayanan prima.
Arah kebijakan khusus adalah arah kebijakan pembangunan perkebunan
Tahun 2015-2019 yang ditetapkan dalam rangka mendukung pencapaian
sasaran strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 yaitu:
1. Pemenuhan penyediaan bahan baku tebu dalam rangka peningkatan
produksi gula nasional.
2. Peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan berorientasi
ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor perkebunan.
Kementerian Pertanian
19 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
3. Pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan
fondasi sistem pertanian bio-industry.
4. Pengembangan sumber daya insani (SDI) perkebunan.
5. Penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha perkebunan.
6. Akuntabilitas kinerja aparatur pemerintahan yang baik.
7. Peningkatan pendapatan keluarga pekebun.
2.1.5. Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan
Dalam RPJMN Tahun 2015-2019 ditetapkan 9 agenda prioritas NAWACITA
yang menunjukkan sasaran prioritas pembangunan nasional dalam
mewujudkan jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara
politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam
kebudayaan. Perumusan agenda prioritas NAWACITA yang menjadi tugas
dan fungsi Direktorat Jenderal Perkebunan adalah mewujudkan
kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi
domestik melalui peningkatan kedaulatan pangan dengan sasaran
produksi gula Tahun 2019 mencapai 3,00 juta ton. Selain itu agenda
prioritas terkait akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui
peningkatan agroindustri berbasis komoditas perkebunan dengan sasaran
produksi Tahun 2019 untuk komoditas kelapa sawit sebesar36,42 juta ton
CPO; komoditas karet sebesar 3,81 juta ton karet kering; komoditas
kakao sebesar 961 ribu ton biji kering; komoditas teh sebesar 162,7 ribu
ton daun kering; komoditas kopi sebesar 778 ribu ton kopi berasan; dan
komoditas kelapa sebesar 3,49 juta ton setara kopra.
Untuk mendukung pencapaian sasaran strategis nasional dan sasaran
strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019, sesuai tugas dan
fungsinya, Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan sasaran
strategisnya untuk periode 2015-2019 yang difokuskan pada peningkatan
produksi dan produktivitas 16 komoditas strategis yangmenjadi
unggulan nasional perkebunan. Implementasi dukungan Direktorat
Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 dalam pencapaian 7 sasaran
strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 yaitu:
a. Meningkatnya pendapatan petani
b. Meningkatnya ketahanan pangan nasional
c. Meningkatnya nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian
nasional
d. Terpenihinya kebutuhan pangan strategis nasional
e. Terjaminnya kualitas dan keamanan pangan sytrategis nasional
f. Stabilnya harga komoditas pertanian strategis
Kementerian Pertanian
20 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
g. Dimanfaatkannya inovasi teknologi
h. Tersedianya infrastruktur pertanian yang sesuai kebutuhan
i. Terkendalinya penyebaran OPT dan DPI pada tanaman
j. Meningkatnya penerapan pengelolaan pertanian terpadu di pedesaan
k. Meningkatnya kualitas kelembagaan petani nasional
l. Terwujudnya reformasi birokrasi di lingkungan Kementan.
Strategi pelaksanaan program dan kegiatan terhadap pencapaian arah
dan kebijakan pembangunan perkebunan Tahun 2015-2019 yang
ditetapkan Direktorat Jenderal Perkebunan. Strategi pembangunan
perkebunan 5 tahun mendatang dapat dibagi menjadi Strategi Umum dan
Strategi Khusus.
Strategi umum pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang adalah:
1) Strategi pengembangan komoditas perkebunan strategis;
2) Strategi pengembangan kawasan berbasis komoditas perkebunan
unggulan nasional;
3) Strategi pengembangan dann penguatan sistem pembiayaan
perkebunan;
4) Strategi pengembangan sarana prasarana dan infrastruktur
pendukung usaha perkebunan;
5) Strategi perlindungan, pelestarian, pemanfaatan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
6) Strategi peningkatan upaya adaptasi, mitigasi bencana, perubahan
iklim dan perlindungan perkebunan;
7) Strategi peningkatan penerapan dan penanganan pascapanen,
pengolahan dan fasilitasi pemasaran komoditas perkebunan
8) Strategi dukungan pengelolaan dan pelaksanaan program tematik
pembangunan perkebunan;
9) Strategi penguatan tata kelola kepemerintahan yang baik dan
reformasi birokrasi sebagai dasar petayanan prima;
10) Stategi pemenuhan penyediaan bahan baku tebu dalam rangka
peningkatan produksi gula nasional
11) Strategi peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan
berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing komoditas
perkebunan
12) Strategi pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan
pengembangan fondasi system pertanian bio-industry
13) Strategi pengembangan sumberdaya insani perkebunan (SDI)
14) Strategi penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha
perkebunan
Kementerian Pertanian
21 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
15) Strategi akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik
16) Strategi peningkatan pendapatan keluarga pekebun
Strategi khusus pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang adalah:
1) Strategi pemenuhan penyediaan bahan baku Tebu dalam rangka
peningkatan produksi gula nasional;
2) Strategi peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan
berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing komoditas
perkebunan;
3) Strategi pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan
pengembangan fondasi sistem pertanian bio-industry;
4) Strategi pengembangan sumberdaya insani pekebunan (SDI);
5) Strategi penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha
perkebunan;
6) Strategi akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik;
7) Strategi peningkatan pendapatan keluarga pekebun.
2.1.6. Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2017-2019
Sesuai hasil analisis terhadap potensi, permasalahan, peluang dan
tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan bahwa program
pembangunan perkebunan Tahun 2017-2019 yang menjadi tanggung
jawab Direktorat Jenderal Perkebunan adalah "peningkatan produksi
tanaman perkebunan berkelanjutan" dengan 9 Indikator Kinerja
Sasaran Program (IKSP) sebagaimana tabel 4.
Tabel 4. Sasaran Program, Indikator Kinerja Sasaran Program (IKSP) Dan Target Kinerja Tahun 2017-2019.
NO. SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA SASARAN PROGRAM (IKSP) TARGET RENSTRA
2017 2018 2019
1 Terpenuhinya Kebutuhan Pangan Strategis
Produksi Gula Tebu (Juta Ton GKP) 2,40 2,80 3,00
2 Meningkatnya Nilai Tambah dan Daya Saing Komoditas Pertanian Perkebunan
Pertumbuhan Volume Ekspor untuk Produk Perkebunan (%) 6,06 4,57 3,82
Rasio Pemenuhan Komoditas Perkebunan untuk Industri Dalam Negeri (%)
30,00 35,00 40,00
3 Tersedian Infrastruktur Pertanian Pasca Panen
Rasio Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanan (ALSINTAN) Berdasarkan Kebutuhan (Pasca Panen Perkebunan %)
100,00 100,00 100,00
4 Terkendalinya Penyebaran OPT dan Tertanggulangi DPI pada Tanaman Perkebunan
Rasio Luas Serangan OPT Terkendali dan Area Terkena DPI Tertanggulangi terhadap Luas Lahan Terserang OPT Berpotensi Terkena DPI
1,05 1,60 1,60
5 Terwujudnya Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Linkungan Direktorat Jenderal Perkebunan
Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perkebnan Berdasarkan Penilaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian (Skore Nilai SAKIP)
82,00 83,00 84,00
Nilai Kinerja (NK) (berdasarkan PMK 249/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga) (%)
85,00 90,00 92,00
6 Meningkatnya Kualitas Layanan dan Informasi Publik Direktorat Jenderal Perkebunan
Indeks Kepuasan Masyrakat (IKM) atas Layanan Publik Direktorat Jenderal Perkebunan (Nilai Skala Likert 1-4)
3,00 3,00 3,00
Nilai Pemeringkatan Informasi Publik Direktorat Jenderal Perkebuna (Skore Nilai)
65,00 70,00 75,00
Sumber: Renstra Ditjen Perkebunan Tahun 2015-2019.
Kementerian Pertanian
22 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Untuk mencapai proyeksi tersebut, program Direktorat Jenderal
Perkebunan Tahun 2017-2019 lebih diprioritaskan untuk meningkatkan
produksi dan produktivitas tanaman unggulan perkebunan melalui
intensifikasi, rehabilitasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung
oleh penyediaan benih bermutu, pemberdayaan petani dan penguatan
kelembagaan, pembangunan/ pemeliharaan kebun sumber benih,
penanganan pascapanen, pembinaan usaha dan perlindungan perkebunan
serta pemberian pelayanan berkualitas.
Fasilitasi dan pembinaan baik dukungan kegiatan, pembinaan/
pengawalan/pendampingan, regulasi dan pendanaan didaerah perlu
didukung oleh Pemerintah Daerah setempat melalui SKPD
yangmembidangi perkebunan di provinsi dan kabupaten/kota terhadap
komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya masing masing selain
dukungan terhadap pengembangan 16 komoditas unggulan perkebunan
yang ditetapkan dalam Renstra ini yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kelapa,
Kakao, Kopi, Lada, Teh, Pala, Tebu dan Cengkeh, Jambu Mete, Sagu,
Kemiri Sunan, Kapas, Tembakau dan Nilam.
2.1.7. Agenda Prioritas NAWACITA Tahun 2015-2019
NAWACITA sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2015-2019
mengamanatkan Kementerian Pertanian untuk berkewajiban dan
bertanggungjawab terhadap pencapaian sasaran pokok sub agenda
prioritas peningkatan kedaulatan pangan dan peningkatan agroindustri
Tahun 2015-2019.
Dari Agenda Prioritas NAWACITA sebagaimana diketahui yang dijabarkan
lebih lanjut kedalam kegiatan prioritas dimana Ditjen. Perkebunan
mendapat amanat untuk melaksanakan kegiatan prioritas Tahun 2015-
2019 sebagai berikut:
1) Pengembangan 150 desa pertanian organik berbasis komoditas
perkebunan
Sasaran kegiatan prioritas ini adalah tercapainya 150 desa pertanian
pertanian organik berbasis komoditas perkebunan yang berhasil
tersertifikasi sampai dengan Tahun 2019 oleh Lembaga Sertifikasi Organik
yang terakreditasi. Berdasarkan hal tersebut, mulai Tahun 2016, Ditjen.
Perkebunan memprioritaskan kegiatan desa organik ini pada tahap awal
dengan melakukan pembinaan pada kelompok tani tentang bagaimana
melakukan budidaya tanaman perkebunan organik sampai dengan
Kementerian Pertanian
23 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
fasilitasi sertifikasi organik berbasis kelompok tani pada lahan
perkebunan tertentu.
2) Perluasan areal perkebunan 150.000 hektar di lahan kering
Perluasan areal perkebunan di lahan kering bertujuan untuk
mengembangkan komoditas perkebunan dilahan-lahan bukaan baru yang
sesuai dengan agroekosistemnya dan dilahan-lahan sub optimal.
Komoditas perkebunan yang diproyeksikan sampai dengan tahun 2019
seluas 150.000 hektar adalah komoditas cengkeh, kakao, kopi, lada, pala,
tebu, jambu mete, karet, kelapa, kelapa sawit dan kemiri sunan.
3) Pengembangan food estate
Pengembangan food estate bertujuan untuk menciptakan pusat-pusat
pertumbuhan/sentra pangan berbasis komoditas pertanian dalam rangka
mewujudkan kedaulatan pangan, agar Indonesia sebagai bangsa dapat
mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara berdaulat.
Pengembangan food estate dilaksanakan di daerah yang belum dapat
dikategorikan sebagai daerah lumbung-lumbung pangan dan belum secara
mandiri memenuhi pangan masyarakatnya. Pelaksanaan food estate
bersamaan dalam mendukung kegiatan pengembangan 1 juta hektar
kawasan pangan Merauke dan pengembangan rice estate dengan di
Provinsi Kalimantan Barat (8 Kabupaten/Kota) seluas 120.000 hektar;
Provinsi Kalimantan Tengah (14 Kabupaten/Kota) seluas 180.000 hektar;
Provinsi Kalimantan Utara (Kabupaten Bulungan) seluas 10.000 hektar
dan Provinsi Maluku (Kab. Kepulauan Aru) seluas 190.000 hektar.
4) Pengembangan kelapa sawit di wilayah perbatasan
Sasaran kegiatan ini adalah pengembangan perkebunan kelapa sawit
rakyat pada areal eksisting dan perluasan areal perkebunan kelapa sawit
seluas 1 juta hektar di perbatasan negara terutama di Provinsi
Kalimantan Barat, Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur melalui pola
PIR (perkebunan inti rakyat). Diharapkan melalui kegiatan ini dapat
menarik investor untuk membangun industri hilir kelapa sawit di daerah
perbatasan.
5) Pengembangan tebu dan inisiasi pembangunan pabrik gula baru
Pengembangan tebu dimaksudkan dalam mendukung pemenuhan bahan
baku tebu untuk peningkatan produksi gula nasional 3,82 juta ton pada
Tahun 2019 (pemenuhan gula Kristal putih/ GKP) melalui perluasan areal
tebu 500.000 hektar di Provinsi Sulawesi Tenggara, sedangkan kegiatan
Kementerian Pertanian
24 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
inisiasi pembangunan pabrik gula baru dilakukan dengan
merekomendasikan Kementerian/Lembaga terkait (BUMN, Kementerian
Perindustrian dan Kementerian Perdagangan) dalam hal pemanfaatan
lahan pengembangan tebu yang belum dilengkapi pabrik gula dengan
target membangun/rehabilitasi 14 PG baru di Jawa & Luar Jawa.
6) lntegrasi tanaman perkebunan dengan ternak sapi di lahan
perkebunan kelapa sawit dan integrasi tanaman pangan di lahan
perkebunan kelapa sawit
2.1.8. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019
Sebagai penjabaran dari program, masing-masing unit eselon II lingkup
Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai 1 (satu) kegiatan. Dengan
demikian di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan terdapat 9(sembilan)
kegiatan pembangunan perkebunan sesuai Peraturan Menteri Pertanian
Nomor : 43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 3 Agustus 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yaitu:
(1) Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah dengan kegiatan
pengembangan tanaman semusim dan rempah;
(2) Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar dengan kegiatan
pengembangan tanaman tahunan dan penyegar;
(3) Direktorat Perbenihan Perkebunan dengan kegiatan dukungan
perbenihan tanaman perkebunan;
(4) Direktorat Pengolahan dan Pemasaran hasil Perkebunan dengan
kegiatan dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan;
(5) Direktorat Perlindungan Perkebunan dengan kegiatan dukungan
perlindungan perkebunan;
(6) Sekretariat Ditjen. Perkebunan dengan kegiatan dukungan
manajemen dan dukungan teknis lainnya;
(7) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP)
Medan dengan kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu
benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan;
(8) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP)
Surabaya dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta
penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan;
Kementerian Pertanian
25 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
(9) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP)
Ambon dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta
penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan.
2.1.9. Kaitan Kegiatan Dengan Fokus Kegiatan Pembangunan
Perkebunan Tahun 2015-2019
Kaitan antara kegiatan pembangunan perkebunan yang menjadi tanggung
jawab masing-masing Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan
dengan fokus kegiatan yang ditetapkan tercantum dalam Renstra Eselon II
Lingkup Ditjen Perkebunan sebagai berikut:
A. Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah
Prioritas pengembangan tanaman semusim dan rempah difokuskan pada 7
komoditas unggulan perkebunan yaitu Tebu, Lada, Pala, Cengkeh, Kapas,
Tembakau dan Nilam. Selain itu difasilitasi pengembangan komoditas
spesifik lokal seperti tanaman pemanis lain, tanaman serat, tanaman
atsiri, tanaman rempah dan semusim lainnya. Sasaran peningkatan
produksi tanaman semusim dan rempah adalahterlaksananya
pengembangan tanaman semusim dan rempah dengan fokus kegiatan
pengembangan Tahun 2015-2019 adalah:
1) Pengembangan areal produktif tanaman tebu, yang menjadi tugas
pokok dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Tebu dan Pemanis
Lain;
2) Pengembangan areal produktif tanaman rempah (Lada, Pala,
Cengkeh, tanaman rempah dan tanaman atsiri lainnya), yang menjadi
tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Lada, Pala dan
Cengkeh; Sub Direktorat Tanaman Rempah dan Semusim Lain; dan
Sub Direktorat Tanaman Serat dan Atsiri.
3) Pengembangan areal produktif tanaman semusim lainnya (kapas,
tembakau, nilam, tanaman pemanis lain, tanaman serat dan semusim
lain); yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman
Tebu dan Pemanis Lain; Sub Direktorat Tanaman Rempah dan
Semusim Lain; dan Sub Direktorat Tanaman Serat dan Atsiri.
4) Perluasan tanaman semusim dan rempah di lahan kering; yang
menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Tebu dan
Pemanis Lain; Sub Direktorat Tanaman Rempah dan Semusim Lain;
Sub Direktorat Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh; dan Sub Direktorat
Tanaman Serat dan Atsiri.
Kementerian Pertanian
26 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
5) Fasilitasi teknis pengembangan tanaman semusim dan rempah, yang
menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Tebu dan
Pemanis Lain; Sub Direktorat Tanaman Rempah dan Semusim Lain;
Sub Direktorat Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh; Sub Direktorat
Tanaman Serat dan Atsiri; dan Sub Bagian Tata Usaha serta kelompok
jabatan fungsional.
B. Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar
Prioritas pengembangan tanaman tahunan dan penyegar difokuskan pada
9 komoditas unggulan perkebunan yaitu kelapa sawit, karet, kelapa,
jambu mete, kemiri sunan, sagu, kakao, kopi dan teh. Selain itu
difasilitasi pengembangan komoditas spesifik lokal seperti tanaman palma
lain, tanaman penyegar lain dan tanaman tahunan lainnya. Sasaran
peningkatan produksi tanaman tahunan dan penyegar adalah
terlaksananya pengembangan tanaman tahunan penyegar dengan fokus
kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah:
1) Pengembangan areal produktif tanaman kakao; yang menjadi tugas
dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Penyegar.
2) Pengembangan areal produktif tanaman tahunan (Kelapa Sawit,
Karet, Kelapa, Jambu Mete, Kemiri sunan dan Sagu); yang menjadi
tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Karet dan Tanaman
Tahunan lainnya; Sub Direktorat Tanaman Kelapa Sawit; dan Sub
Direktorat Tanaman Kelapa dan Palma lain.
3) Pengembangan areal produktif tanaman penyegar lainnya (Kopi dan
Teh); yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman
Penyegar.
4) Perluasan tanaman tahunan dan penyegar di lahan kering; yang
menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Karet dan
Tanaman Tahunan lainnya; Sub Direktorat Tanaman Kelapa Sawit; Sub
Direktorat Tanaman Penyegar dan Sub Direktorat Tanaman Kelapa
dan Palma lain.
5) Fasilitasi teknis pengembangan tanaman tahunan dan penyegar, yang
menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Karet dan
Tanaman Tahunan lainnya; Sub Direktorat Tanaman Kelapa Sawit; Sub
Direktorat Tanaman Penyegar; Sub Direktorat Tanaman Kelapa dan
Palma lain; Sub Bagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional.
Kementerian Pertanian
27 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
C. Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan
Sasaran kegiatan dukungan perbenihan tanaman perkebunan adalah
terlaksananya penyediaan benih unggul tanaman perkebunan dengan
fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah;
1) Pengembangan sumber benih unggul tanaman perkebunan, yang
menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Benih Tanaman Semusim
dan Rempah; dan Sub Direktorat Benih Tanaman Tahunan dan
Penyegar.
2) Pengawasan mutu benih tanaman perkebunan, yang menjadi tugas
dan fungsi dari Sub Direktorat Penilaian Varietas dan Pengawasan
Mutu Benih.
3) Pengembangan Kelembagaan Perbenihan Tanaman Perkebunan, yang
menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Kelembagaan Benih.
4) Fasilitasi Teknis Penyediaan Benih Tanaman Perkebunan, yang
menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Benih Tanaman Semusim
dan Rempah; Sub Direktorat Benih Tanaman Tahunan dan Penyegar;
Sub Direktorat Penilaian Varietas dan Pengawasan Mutu Benih; Sub
Direktorat Kelembagaan Benih, Sub Bagian Tata Usaha dan Kelompok
Jabatan Fungsional.
D. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan
Sasaran kegiatan dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan
adalah terlaksananya pengembangan pengolahan dan pemasaran hasil
perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019
adalah:
1) Pengembangan Pascapanen Komoditas Perkebunan, yang menjadi
tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Pascapanen.
2) Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan, yang menjadi tugas dan
fungsi dari Sub Direktorat Pengolahan.
3) Pembinaan usaha perkebunan, yang menjadi tugas pokok dan fungsi
dari Sub Direktorat Standarisasi, Mutu dan Pembinaan Usaha.
4) Pembinaan penerapan standar dan sistem jaminan mutu keamanan
pangan bagi pelaku usaha perkebunan, yang menjadi tugas dan fungsi
dari Sub Direktorat Standarisasi, Mutu dan Pembinaan Usaha.
5) Pengembangan pemasaran hasil perkebunan, yang menjadi tugas
pokok dan fungsi dari Sub Direktorat Pemasaran Hasil.
6) Fasilitasi Teknis Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perkebunan, yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat
Kementerian Pertanian
28 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Pascapanen; Sub Direktorat Pengolahan; Sub Direktorat Standarisasi,
Mutu dan Pembinaan Usaha; Sub Direktorat Pemasaran Hasil; Sub
Bagian Tata Usaha dan kelompok jabatan fungsional.
E. Dukungan Perlindungan Perkebunan
Sasaran kegiatan dukungan perlindungan perkebunan adalah Menurunnya
Luas Areal yang Terserang OPT dan Terfasilitasinya Pencegahan
Kebakaran Lahan dan Kebun, Bencana Alam, Dampak Perubahan Iklim
dan Gangguan/ Konflik Usaha Perkebunan dengan fokus kegiatan
pengembangan Tahun 2015-2019 adalah:
1) Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) perkebunan;
yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Pengendalian OPT
Tanaman Semusim dan Rempah; dan Sub Direktorat Pengendalian OPT
Tanaman Tahunan dan Penyegar.
2) Pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan; yang menjadi
tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Data dan Kelembagaan
Pengendalian OPT.
3) Antisipasi dampak perubahan iklim; yang menjadi tugas dan fungsi
dari Sub Direktorat Gangguan Usaha, Dampak Perubahan Iklim dan
Pencegahan Kebakaran.
4) Kesiapsiagaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun, yang menjadi
tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Gangguan Usaha, Dampak
Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran.
5) SL-PHT tanaman perkebunan; yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub
Direktorat Data dan Kelembagaan Pengendalian OPT.
6) Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik berbasis komoditas
perkebunan; yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Data
dan Kelembagaan Pengendalian OPT.
7) Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan, yang menjadi
tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Gangguan Usaha, Dampak
Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran.
8) Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan, yang menjadi
tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Data dan Kelembagaan
Pengendalian OPT; Sub Direktorat Pengendalian OPT Tanaman
Semusim dan Rempah; Sub Direktorat Pengendalian OPT Tanaman
Tahunan dan Penyegar; Sub Direktorat Gangguan Usaha, Dampak
Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran; Sub bagian Tata Usaha
dan kelompok jabatan fungsional.
Kementerian Pertanian
29 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
F. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya
Sasaran kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya adalah Terlaksananya Pelayanan Teknis dan Administrasi Seluruh Unit Organisasi di Lingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah: 1) Jumlah Dokumen Perencanaan, Keuangan dan Perlengkapan, Umum,
serta Evaluasi dan Layanan Rekomendasi, yang menjadi tugas dan fungsi dari Bagian Perencanaan; Bagian Keuangan dan Perlengkapan; Bagian Evaluasi dan Layanan Rekomendasi; dan Bagian Umum.
2) Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya, yang menjadi tugas dan fungsi dari Bagian Perencanaan; Bagian Keuangan dan Perlengkapan; Bagian Evaluasi dan Layanan Rekomendasi; dan Bagian Umum.
G. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan, Surabaya dan Ambon
Sasaran kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BBPPTP) Medan, Surabaya dan Ambon adalah terlaksananya pengawasan dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan dan penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah:
1) Sertifikasi dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan; 2) Pembangunan kebun contoh, uji dempot dan uji koleksi tanaman
perkebunan; 3) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan; 4) Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia
pengendali hayati tanaman perkebunan; 5) Fasilitasi teknis dukungan pengawasan dan pengujian mutu benih dan
teknologi proteksi tanaman perkebunan. Sedangkan sasaran kegiatan dukungan penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BPTP) Pontianak adalah terlaksananyapenyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah 1) rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan; dan 2) eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati tanaman perkebunan.
2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2019 Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019 merupakan bagian dari program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 yaitu: “Peningkatan produksitanaman perkebunan berkelanjutan”.
Kementerian Pertanian
30 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
2.2.1. Sasaran Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Sasaran Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019 adalah Terwujudnya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan secara optimal serta pengembangan sistem pertanian bioindustry berkelanjutan. Dalam mencapai sasaran Program Ditjen Perkebunan, sasaran Kegiatan utama Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019,sebagaimana tabel 5, sedangkan sasaran kegiatan per output kegiatan sebagaimana pada lampiran 4.
Tabel 5. Kegiatan Utama Ditjen Perkebunan dan Dukungan Anggaran Tahun 2019
NO KODE / KEGIATAN PAGU (Rp.)
1 1777|Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar 378.905.183.000
2 1779|Dukungan Perlindungan Perkebunan 55.999.089.000
31780|Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya
Ditjen Perkebunan212.928.730.000
41781|Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih
Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan81.002.915.000
5 5888|Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah 246.982.139.000
65889|Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perkebunan83.047.667.000
7 5890|Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan 57.479.437.000
JUMLAH 1.116.345.160.000
Program peningkatan produksi dan produkstivitas tanaman perkebunan
berkelanjutan Tahun 2019 didukung oleh alokasi anggaran sebesar Rp.
1.116.345.160.000,-.
Kegiatan Utama Ditjen Pekebunan dan dukungan anggaran Tahun 2019
tersebut dapat dijelaskan bahwa:
1. Kegiatan pengembangan tanaman tahunan dan penyegar dengan
alokasi anggaran sebesar Rp. 378.905.183.000,-. Dengan output
kegiatan sebagai berikut:
a. Pengembangan tanaman kopi seluas 11.830 ha;
b. Pengembangan tanaman kakao seluas 7.730 ha;
c. Pengembangan tanaman karet seluas 16.010 ha;
d. Pengembangan tanaman kelapa seluas 14.125 ha;
e. Pengembangan tanaman tahunan dan penyegar lainnya seluas
1.800 ha;
Kementerian Pertanian
31 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
f. Pengembangan tanaman tahunan dan penyegar di Papua dan
Papua Barat seluas 540 ha;
g. Fasilitasi teknis dukungan pengembangan tanaman tahunan dan
penyegar selama 12 bulan.
2. Kegiatan dukungan perlindungan perkebunan dengan alokasi anggaran
sebesar Rp. 55.999.089.000,-. Dengan output kegiatan sebagai
berikut:
a. Penanganan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) tanaman
perkebunan seluas 7.350 ha;
b. Penanganan dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran
lahan dan kebun sebanyak 7 kelompok tani;
c. Pengembangan desa pertanian orgnaik berbasis komoditas
perkebunan sebanyak 155 desa;
d. Fasilitasi teknis dukungan perlindungan perkebunan selama 12
bulan;
e. Penanganan gangguan dan konflik usaha perkebunan sebanyak 20
provinsi.
3. Kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya dengan
alokasi anggaran sebesar Rp. 212.928.730.000,-. Dengan output
kegiatan sebagai berikut:
a. Layanan dukungan manajemen selama 12 bulan;
b. Layanan internal (overhead) selama 12 bulan;
c. Layanan perkantoran selama 12 bulan.
4. Kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta
penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BBPPTP) dengan
alokasi anggaran sebesar Rp. 81.002.915.000,-. Dengan output
kegiatan sebagai berikut:
a. Pengawasan dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan
sebanyak 88.734.620 batang;
b. Pengembangan teknologi proteksi tanaman perkebunan sebanyak
39 teknologi;
c. Fasilitasi teknis dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih
serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan selama
12 bulan;
d. Layanan dukungan manajemen sebanyak 4 layanan;
e. Layanan sarana dan prasarana internal 4 layanan;
f. Lyanan perkantoran sebanyak 4 layanan.
Kementerian Pertanian
32 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
5. Kegiatan pengembangan tanaman semusim dan rempah dengan
alokasi anggaran sebesar Rp. 246.982.139.000,-. Dengan output
kegiatan sebagai berikut:
a. Pengembangan tanaman tebu seluas 15.250 ha;
b. Pengembangan tanaman rempah seluas 46.256 ha;
c. Pengembangan tanaman semusim lainnya seluas 1.617 ha;
d. Pengembangan tanaman semusim dan rempah di Papua dan
papua Barat seluas 700 ha;
e. Fasilitasi teknis dukungan pengembangan tanaman semusim
lainnya selama 12 bulan.
6. Kegiatan dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan
dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 83.047.667.000,-. Dengan output
kegiatan sebagai berikut:
a. Fasilitasi pasca panen tanaman perkebunan sebanyak 106 KT;
b. Fasilitasi teknis dukungan pengembangan pengolahan dan
pemasaran hasil perkebunan selama 12 bulan;
c. Fasilitasi pengolahan hasil perkebunan sebanyak 136 unit;
d. Pengembangan penerapan standarisasi mutu dan pembinaan
usaha perkebunan sebanyak 36 KT;
e. Pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan sebanyak 30 KT;
f. Pengembangan pemasaran hasil perkebunan sebanyak 1 (satu)
KT;
g. Pengolahan sagu papua dan Papua Barat sebanyak 6 unit.
7. Kegiatan Dukungan Perkebenihan Tanaman Perkebunan dengan
alokasi anggaran sebesar Rp. 57.479.437.000,-. Dengan output
kegiatan sebagai berikut:
a. Penyediaan benih unggul tanaman perkebunan sebanyak 4.008
ha;
b. Fasilitasi teknis dukungan penyediaan benih unggul tanaman
perkebunan selama 12 bulan.
2.3. Perjanjian Kinerja
Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan
kinerja/kesepakatan kinerja/penetapan kinerja antara atasan dengan
bawahan dalam mewujudkan suatu capaian kinerja pembangunan dari
sumber daya alam yang tersedia melalui target sasaran kinerja serta
indikator kinerja kegiatan yang menggambarkan keberhasilan
pencapaiannya yang berupa hasil (outcomes) maupun keluaran (output).
Kementerian Pertanian
33 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
sebagai penjabaran dari Rencana strategis Direktorat Jenderal
Perkebunan setiap tahunnya dan telah mengikuti Pedoman Permen-PAN
dan RB Nomor 53 Tahun 2014. PK Direktorat Jenderal Perkebunan
ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian
pada bulan Februari2019. PK Ditjen Perkebunan ditandatangi pada
tanggal 05 Februari 2019.
Sebagai dukungan terhadap pencapaian kinerja pada PK, pada Tahun
2018 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi dana yang
tertuang dalam DIPA/POK yang dikeluarkan pada tanggal 05 Februari
2018dengan total anggaran sebesar Rp. 1.114.218.315.000,-. Selanjutnya
pada bulan September 2018 melalui refokusing anggaran bertambah
menjadi Rp. 1.116.345.160.000,-.
Anggaran tersebut diterima oleh 102 satker lingkup Ditjen Perkebunan
terdiri 1 (satu) satker Pusat Ditjen Perkebunan, 4 Satker UPT Pusat Ditjen
Perkebunan, 66 Satker (DK dan TP) Provinsi yang menangani perkebunan
dan 31 Satker Kabupaten yang menangani perkebunan di seluruh
Indonesia.
Sasaran Program (SP) dan Indikator Kinerja Sasaran Kegitan (IKSP) serta
target yang telah disusun dalam Format Perjanjian Kinerja(PK)
Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019dapat dilihat pada Tabel.6,
sedangkan PK, SP dan IKSP dapat dilihat dilampiran 2.
Tabel 6. Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2019
No Sasaran Indikator Kinerja Target
1 Terpenuhinya kebutuhan pangan
strategis
Produksi gula tebu (Ton) 3.000.000
Pertumbuhan volume ekspor untuk produk perkebunan (%) 3,82
Rasio pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk
industri dalam negeri
40,00
3 Tersedianya infrastruktur pertanian pasca
panen
Rasio ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan)
berdasarkan kebutuhan (pasca panen perkebunan) (%)
100,00
4 Terkendalinya penyebaran OPT dan
tertanggulangi DPI pada tanaman
perkebunan
Rasio luas serangan OPT terkendali dan area terkena DPI
tertanggulangi terhadap luas lahan terserang OPT dan
berpotensi terkena DPI
1,60
Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perkebunan berdasarkan
penilaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian (Skor
84,00
Nilai Kinerja(NK) (berdasarkan PMK 249 tahun 2011 tentang
Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
92,00
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik
Direktorat Jenderal Perkebunan (Nilai Skala Likert 1-4)
3,00
Nilai pemeringkatan informasi publik Direktorat Jenderal
Perkebunan (Skor Nilai)
75,00
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
6 Meningkatnya kualitas layanan dan
informasi publik Direktorat Jenderal
Perkebunan
2 Meningkatnya nilai tambah dan daya
saing komoditas pertanian perkebunan
5 Terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah di lingkungan Direktorat
Jenderal Perkebunan
Sumber : Ditjen Perkebunan, 2019.
Berdasarkan pada Tabel 6 diatas dapat diuraikan bahwa:
Kementerian Pertanian
34 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
1) Sasaran terpenuhinya kebutuhan pangan strategis Ditjen Perkebunan
dengan indikator kinerja produksi gula tebu sebesar 3.000.000 ton;
2) Sasaran program meningkatnya nilai tambah dan daya saing
komoditas perkebunan dengan indikator kinerja kegiatan sebagai
berikut:
a. Pertumbuhan volume ekspor untuk produk perkebunan sebesar
3,82%
b. Rasio pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk
industry dalam negeri sebesar 40%;
3) Sasaran program tersedianya infrastruktur pertanian perkebunan
pasca panen dengan indikator kinerja kegiatan rasio ketersediaan alat
dan mesin pertanian (Alsintan) berdasarkan kebutuhan (pasca panen
perkebunan) sebesar 100%;
4) Terkendalinya penyebaran OPT dan tertanggulanginya DPI pada
tanaman perkebunan dengan indicator kinerja kegiatan rasio
serangan OPT terkendali dan area terkena DPI tertanggulangi
terhadap luas lahan terserang OPT dan berpotensi terkena DPI,
sebesar 1,6%;
5) Terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di lingkungan
Direktorat Jenderal Perkebunan dengan indikator kinerja kegiatan
sebagai berikut:
a. Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perkebunanberdasarkan penilaian
Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian sebesar 84 (Skor Nilai
AKIP);
b. Nilai Kinerja (NK) berdasarkan PMK 249 tahun 2011 (sekarang PMK
214 2017) tentang Pengukuran Kinerja dan Evaluasi Kinerja atas
Pelaksanaan Rencana Kerta dan Anggaran Kementerian
Negara/lembaga sebesar 92,00;
6) Miningkatknya kualitas layanan dan informasi publik Direktorat
Jenderal Perkebunan dengan indikator kinerja kegiatan sebagai
berikut:
a. Indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas layanan publik Direktorat
Jenderal Perkebunan sebesar 3,00 (skala Likert 1-4);
b. Nilai peningkatan informasi publik Direktorat Jenderal Perkebunan
sebesar 75,00 (Skor nilai)
Dalam upaya keseragaman, konsistensi dan ketepatan serta akurasi
dalam pengukuran capaian kinerja sasaran program (SP) dan Indikator
Kinerja Sasaran Program (IKSP) digunakan petunjuk cascading dan manual
IKSP sebegaimana pada lampiran 3.
Kementerian Pertanian
35 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Capaian Kinerja
Capaian kinerja organisasi disajikan sebagai pertanggungjawaban
pimpinan atas nama organisasi untuk setiap perjanjian kinerja sasaran
strategis organissasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja dengan
menggunakan analisis yang realistis dan formal sesuai aturan yang
berlaku.
Pengukuran kinerja dilakukan dalam rangka menjamin adanya
peningkatan dalam pelayanan publik dan meningkatkan akuntabilitas
dengan melakukan klarifikasi output dan outcome yang akan dan
seharusnya dicapai untuk memudahkan terwujudnya organisasi yang
akuntabel. Setiap akhir tahun anggaran dan berakhirnya kegiatan,
instansi harus melakukan pengukuran kinerja untuk mengetahui
pencapaian target kinerja yang ditetapkan dalam dokumen Perjanjian
Kinerja. Hal ini sesuai yang diamanatkan dalam permen-PAN dan RB
Nomor 53 Tahun 2014.
Secara nasional ukuran Capaian unit instansi Pemerintah bisa diukur
dengan mengunakan kriteria capaian Sub Sektor tertentu. Ditjen
perkebunan dalam hal ini menggunakan indikator makro dan indikator
mikro serta kriteria lainnya yang relevan dengan target yang telah di
tetapkan dalam PK. Tingkat kinerja ini, tidak bisa di klaim sebagai
capaian secara substantif karena banyak pihak yang turut berperan dalam
pencapaiannya. Namun demikian Ditjen Perkebunan memiliki peran yang
sangat besar dalam pencapaian indikator tersebut khususnya sub sektor
perkebunan. Peran tersebut harus dilakukan sesuai dengan tugas dan
fungsi sebagai fasilitator dan penggerak pembangunan sesuai dengan
kewenangannya.
Capaian Kinerja Ditjen Perkebunan Tahun 2019, sesuai perjanjian kinerja
antara Dirjen Perkebunan dengan Menteri Pertanian dapat dilihat pada
tabel 7. sebagai berikut:
Kementerian Pertanian
36 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Tabel 7. Capaian Kinerja Ditjen Perkebunan Tahun 2019, Berdasarkan Perjanjian Kinerja
No Sasaran Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian (%) Kriteria Keberhasilan
1 Terpenuhinya kebutuhan pangan strategis Produksi gula tebu Ton 3.000.000 2.258.133 75,27 Cukup Berhasil
Pertumbuhan volume ekspor untuk produk perkebunan % 3,82 5,66 148,17 Sangat Berhasil
Rasio pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk industri dalam
negeri
% 40,00 79,93 199,83 Sangat Berhasil
3 Tersedianya infrastruktur pertanian pasca panen Rasio ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) berdasarkan kebutuhan
(pasca panen perkebunan)
% 100,00 100,00 100,00 Berhasil
4 Terkendalinya penyebaran OPT dan
tertanggulangi DPI pada tanaman perkebunan
Rasio luas serangan OPT terkendali dan area terkena DPI tertanggulangi
terhadap luas lahan terserang OPT dan berpotensi terkena DPI
% 1,60 1,60 99,81 Berhasil
Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perkebunan berdasarkan penilaian Inspektorat
Jenderal Kementerian Pertanian
Skor nilai
SAKIP
84,00 83,39 99,27 Berhasil
Nilai Kinerja(NK) (berdasarkan PMK 249 tahun 2011 tentang Pengukuran dan
Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lemabaga)
% 92,00 84,45 91,79 Berhasil
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Direktorat Jenderal
Perkebunan
Skol Skala
Likert 1-4
3,00 3,58 119,33 Sangat Berhasil
Nilai pemeringkatan informasi publik Direktorat Jenderal Perkebunan Skor 75,00 78,36 104,48 Sangat Berhasil
Terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah di lingkungan Direktorat Jenderal
Perkebunan
Meningkatnya nilai tambah dan daya saing
komoditas pertanian perkebunan
Meningkatnya kualitas layanan dan informasi
publik Direktorat Jenderal Perkebunan
2
5
6
Sumber: Ditjen Perkebunan 2019.
Berdasarkan Tabel 7. tersebut diatas, capaian kinerja Ditjen Perkebunan
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Sasaran terpenuhinya kebutuhan pangan strategis dengan indikator
kinerja produksi gula mencapai 75,27% dengan kategori cukup
berhasil. Capaian ini dihitung berdasarkan perbandingan antara
capaian produksi tahun 2019 (evaluasi akhir giling) sebesar 2.258.133
ton Gula Kristal Putih (GKP) dibandingkan dengan target 3.000.000
ton GKP;
2. Capaian sasaran meningkatnya nilai tambah dan daya saing komoditas
perkebunan sesuai dengan indikator sebagai berikut:
a) Pertumbuhan ekspor untuk produk perkebunan mencapai 148,21%
dengan kategori sangat berhasil. Capaian ini dihitung berdasarkan
perbandingan antara capaian rata-rata ekspor komoditas
perkebunan Tahun 2019 sebesar 5,66% dibandingkan dengan
target 3,82%;
b) Rasio pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk industri
dalam negeri mencapai 199,83% dengan katagori sangat berhasil.
perbandingan antara besarnya pemenuhan sebesar 49.686.460 ton
dibanding kebutuhan 62.160.211 ton atau terpenuhi 79,93%
dibandingkan dengan target pemenuhan 40% untuk lima komoditas
unggulan (kelapa sawit, karet, kakao, kopi dan tebu).
Kementerian Pertanian
37 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
3. Capaian sasaran tersedianya infrastruktur pertanian pasca panen
terpenuhinya kebutuhan pangan strategis dengan indikator kinerja
ketersediaan alat dan mesin pertanian (alsintan) berdasarkan
kebutuhan (pasca panen perkebunan) mencapai 100%. Dihitung
berdasarkan realisasi ketersediaan alsintan sebesar 255 Unit dari 255
unit yang ditargetkan;
4. Capaian sasaran terkendalinya penyebaran OPT dan tertanggulanginya
DPI pada tanaman perkebunan dengan indikator kinerja rasio luas
serangan OPT terkendali dan area terkena DPI tertanggulangi
terhadap luas lahan terserang OPT dan berpotensi terkena DPI
sebesar 1,597% atau mencapai 99,81% dengan katagori cukup
berhasil. Dihitung berdasarkan luas serangan OPT terkendali dan area
DPI tertanggulangi seluas 7.490 Ha dibandingkan dengan luas
terserang OPT dan berpotensi terkena DPI seluas 468.923 Ha atau
tertanggulangi sebesar 1,597%. Adapun populasi perhitungan secara
keseluruhan adalah 11.515.907 ha.
5. Capaian sasaran kinerja terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah dilingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan sesuai
indikator kinerja sebagai berikut:
a) Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perkebunan berdasarkan penilaian
Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian (Skor Nilai SAKIP)
mencapai 83,89% atau 99,97% masuk dalam katagori berhasi.
Dihitung berdasarkan capaian nilai SAKIP sebesar 83,89 dibanding
target 84,00.
b) Nilai Kinerja(NK) (berdasarkan PMK 214 tahun 2017 tentang
Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan Rencana Kerja
dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga) sebesar 84,45 atau
91,75% dari target 92 masuk dalam katagori berhasil. Dihitung
berdasarkan nilai kinerja yang ada dalam aplikasi on line SMART
PMK 214 Tahun 2017 yang diisi oleh semua satker lingkup Ditjen
Perkebunan.
6. Capaian sasaran kinerja meningkatnya kualitas layanan dan informasi
publik Direktorat Jenderal Perkebunan sebagai berikut:
a) Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Direktorat
Jenderal Perkebunan (Nilai Skala Likert 1-4) sebesar 3,58 atau
mencapai 119,33% masuk dalam katagori sangat berhasil. Dihitung
berdasarkan realisasi rata-rata Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
atas layanan publik Direktorat Jenderal Perkebunan (Nilai Skala
Kementerian Pertanian
38 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Likert 1-4) dari 4 Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pusat lingkup Ditjen
Perkebunan.
b) Nilai pemeringkatan informasi publik Direktorat Jenderal
Perkebunan (Skor Nilai) sebesar 78,36% atau mencapai 104,48%
masuk dalam katagori sangat berhasil. Dihitung berdasarkan hasil
penilaian dari Biro Hukum dan Hubungan masyarakat Setjen
Kementerian Pertanian.
Capaian kinerja setiap sasaran kinerja tersebut dianalisis sesuai
PermenPAN&RB nomor 53 Tahun 2014 pada subab berikutnya.
3.2. Evaluasi dan Analisis Akuntabilitas Kinerja Sesuai yang diamanahkan dalam PermenPAN&RB Tahun 2014, Laporan Kinerja pelaksanaan anggaran lingkup Instansi Pemerintah diwajibkan mengevaluasi dan menganalisis kinerja berdasarkan aspek sebagai berikut: 1. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini; 2. Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun
ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir; 3. Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan
target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi;
4. Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional (jika ada);
5. Analisis penyebab capaian/kegagalan atau peningkatan/ penurunan kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan;
6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya (penggunaan anggaran);
7. Analisis program/kegiatan yang menunjang capaian ataupun kegagalan pencapaian perjanjian kinerja.
Untuk mengukur setiap indikator kinerja sasaran program (IKSP) dalam perjanjian kinerja (PK) berpedoman pada manual iku yang ditetapkan pada saat penyusunan IKSP lingkup Kementerian Pertanian. Sedangkan Untuk mengukur efisiensi (E) di gunakan formula berdasarkan PMK 214 Tahun 2017, sebagai berikut:
Sedangkan untuk mengukur nilai efisiensi (NE) digunakan formula berikut:
Kementerian Pertanian
39 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Dari formula tersebut berarti suatu kegiatan di katakan efisien jika memiliki nilai efisiensi lebih besar sama dengan 50% dan jika lebih besar dari 100% dikatakan efisien tetapi perlu penjelasan lebih lanjut karena dianggap anomali.
3.2.1. Produksi Gula Tebu
Gula tebu merupakan salah satu komoditas strategis Kementerian Pertanian. Sebagai salah satu indikator capaian kinerja Ditjen Perkebunan gula berbasis tebu mendapat perhatian khusus lingkup Ditjen Perkebunan.
Produksi gula tebu merupakan IKSP dari sasaran kinerja terpenuhinya kebutuhan pangan strategis perkebunan. Data produksi gula yang digunakan bersumber dari BPS dan atau data statistik komoditas perkebunan yang dikelola oleh Ditjen Perkebunan.
Formula yang digunakan dalam menghitung produksi gula tebu adalah produktivitas gula tebu dikalikan dengan luas panen gula tebu.
Evaluasi dan analisis realisasi kinerja dan capaian produksi Gula tebu dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini.
Tabel 8.Analisis realisasi kinerja dan capaian produksi Gula tebu
Tahun 2015-2019
Tahun Target (Ton) Realisasi (Ton) Capaian (%) Realisasi Capaian
2015 2.972.000 2.497.997 84,05 90,40 89,55
2016 3.270.000 2.204.619 67,42 102,43 111,65
2017 2.400.000 2.121.671 88,40 106,43 85,15
2018 2.800.000 2.174.400 77,66 103,85 96,93
2019 3.000.000 2.258.133 75,27
Produksi gula tebuIK-1 2019 Dibandingkan dengan tahun
sebelumnya
Terpenuhinya kebutuhan pangan strategis perkebunan
Sumber: LAKIN Direktorat Tanaman Semusim, 2019.
A. Target dan realisasi kinerja tahun ini
Realisasi Kinerja produksi gula tebu Tahun 2019 adalah sebesar 2.258.133
ton atau mencapai 75,27% dari target sebesar 3.000.000 ton dan masuk
dalam kategori cukup berhasil.
Kementerian Pertanian
40 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
B. Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
Berdasarkan tabel 8. diatas dapat dijelaskan bahwa realisasi kinerja dan capaian kinerja Tahun 2019 jika dibandingkan dengan Tahun lalu dan beberapa tahun sebelumnya yaitu:
1. Dibanding Tahun 2018
Realisasi kinerja produksi gula tebu mengalami kenaikan sebesar 3,85% atau mencapai 103,85% dari produksi gula tebu Tahun 2018. (realisasi produksi gula tebu tahun 2019 sebesar 2.258.133 ton dibanding realisasi produksi gula tebu Tahun 2018 sebesar 2.174.400 ton).
Capaian kinerja produksi gula tebu mencapai 96,93% atau mengalami penurunan sebesar 2,39% (Capaian kinerja produksi gula tebu Tahun 2019 mencapai 75,27% dibanding capaian kinerja produksi gula tebu Tahun 2018 sebesar 77,66%).
2. Dibanding Tahun 2017
Realisasi kinerja produksi gula tebu mengalami kenaikan sebesar 4,97% atau mencapai 106,43% dari produksi gula tebu Tahun 2017. (realisasi produksi gula tebu tahun 2019 sebesar 2.258.133 ton dibanding realisasi produksi gula tebu Tahun 2017 sebesar 2.121.671 ton).
Capaian kinerja produksi gula tebu mencapai 85,15% atau mengalami penurunan sebesar 13,13% (Capaian kinerja produksi gula tebu Tahun 2019 mencapai 75,27% dibanding capaian kinerja produksi gula tebu Tahun 2017 sebesar 88,40%).
3. Dibanding Tahun 2016
Realisasi kinerja produksi gula tebu mengalami kenaikan sebesar 1,02% atau mencapai 102,43% dari produksi gula tebu Tahun 2016. (realisasi produksi gula tebu tahun 2019 sebesar 2.258.133 ton dibanding realisasi produksi gula tebu Tahun 2016 sebesar 2.204.619 ton).
Capaian kinerja produksi gula tebu mencapai 111,65% atau mengalami peningkatan sebesar 7,85% (Capaian kinerja produksi gula tebu Tahun 2019 mencapai 75,27% dibanding capaian kinerja produksi gula tebu Tahun 2016 sebesar 67,42%).
4. Dibanding Tahun 2015
Realisasi kinerja produksi gula tebu mengalami penurunan sebesar 10,60% atau mencapai 90,40% dari produksi gula tebu Tahun 2015. (realisasi produksi gula tebu tahun 2019 sebesar 2.258.133 ton
Kementerian Pertanian
41 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
dibanding realisasi produksi gula tebu Tahun 2015 sebesar 2.497.997 ton).
Capaian kinerja produksi gula tebu sebesar 89,55% atau mengalami penurunan sebesar 8,78% (Capaian kinerja produksi gula tebu Tahun 2019 mencapai 75,27% dibanding capaian kinerja produksi gula tebu Tahun 2015 sebesar 84,05%).
C. Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi mencapai 75,27% dari target 3.000.000 ton gula tebu.
D. Realisasi kinerja tahun ini dibandingkan dengan standar nasional tidak dapat dianalisis karena tidak ada standar nasional produksi gula tebu.
E. Analisis penyebab capaian/kegagalan atau peningkatan/ penurunan kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.
Berdasarkan analisis capaian indikator kinerja dinyatakan bahwa produksi
gula tebu Tahun 2019 masuk dalam katagori cukup berhasil.
Permasalahan tidak tercapainya produksi gula tebu dikelompokkan ke
dalam 11 (sebelas) domain permasalahan, yaitu perubahan iklim atau
anomali ilkim, Inovasi teknologi budidaya terbarukan belum optimal,
terbatasnya varietas unggul baru yang adatif di lahan kering, dukungan
pengolahan belum optimal, petani meragukan transparansi rendemen,
dukungan Kebijakan dan regulasi belum tepat, distabilitas Harga petani,
minimnya kuantitas dan kualitas SDM pertebuan, Sumber Daya Alam (SDA)
terbatas untuk tebu, Minimnya investasi terhadap industri gula berbasis
tebu.
1. Perubahan iklim atau anomali ilkim, menyebabkan petani tidak
memiliki pola tanam yang tetap berakibat pada masa tanam,
pemeliharaan dan panen tidak sesuai standar teknis, pertumbuhan
tebu stagnan dan kering. Hal ini terjadi karena usaha tani tebu
mayoritas (90%) di lahan kering sulit pengairan sehingga waktu
tanam, pemeliharaan dan panen tidak sesuai dengan pola tanam yang
direkomendasikan.
2. Inovasi teknologi budidaya tebu terbarukan belum optimal,
menyebabkan sebagian besar petani masih menggunakan teknologi
yang belum tepat guna (rendemen dan produktivitas masih rendah),
akibatnya penerapan inovasi teknologi budidaya tebu belum optimal,
pengelolaan lahan tebu sempit dan terpencar, dan modernisasi
melalui mekanisasi pertanian belum diterapkan secara optimal.
Kementerian Pertanian
42 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
3. Terbatasnya varietas unggul baru yang adaptif di lahan kering,
menyebabkan produktivitas tebu dan rendemen rendah. Akibatnya
petani menanam tebu dengan varietas asalan atau varietas unggul
yang tidak sesuai spesifikasi lokasi.
4. Dukungan Pengolahan belum Optimal, menyebabkan sistem pasar
belum berjalan dengan baik, kehilangan produksi karena rendahnya
efisiensi industri pengolahan, persaingan industri kurang sehat dan
lain-lain. Hal ini disebabkan kondisi PG di Indonesia rata-rata sudah
berumur tua, dengan kapasitas giling kecil di bawah 3.000 TCD,
sehingga berdampak pada kinerja PG untuk menghasilkan rendemen
gula tidak optimal.
5. Petani meragukan transparansi rendemen, menyebabkan minat petani
untuk meningkatkan rendemen lebih kecil dan lebih besar
kemungkinan berminat meningkatkan berat tebu, hal ini berakibat
pada sistem budidaya yang kurang spesifik meningkatkan
produktivitas.
6. Dukungan Kebijakan dan regulasi belum tepat, antara lain kebijakan
alih fungsi lahan tebu ke lahan marginal/lahan kering, tanpa
dukungan kebijakan lanjutan khusus tebu, kebijakan harga masih
belum menguntungkan petani, stakeholders gula tebu sangat
heterogen.
7. Distabilitas Harga petani disebabkan sistem pasar gula misalnya
dengan beredarnya gula kristal putih impor, distorsi gula rafinasi di
pasaran, harga Patokan Petani (HPP) yang ditentukan oleh
Kementerian Perdagangan masih di bawah Biaya Pokok Produksi (BPP)
yang ditentukan Kementerian Pertanian. Hal ini menyebabkan kurang
menariknya pengembangan tebu, sehingga existing tanaman tebu
tidak bertambah bahkan sebaliknya. Jika hal ini dibiarkan maka
luasan areal tebu akan semakin berkurang.
8. Minimnya kuantitas dan kualitas SDM pertebuan, menyebabkan
sulitnya memperoleh tenaga kerja baik petani/pengusaha tebu,
penyuluh/pembina pertebuan dan SDM lainnya yang menangani
langsung gula berbasis tebu di Indonesia hal ini tercermin dari
pengelolaan pertanian di daerah dilakukan secara desentralisasi,
banyak petugas teknis pertanian yang ditugaskan tidak sesuai dengan
bidang teknis keahliannyadankurangnya jumlah petugas penyuluh
tanaman tebu, sehingga menyebabkan budidaya tebu tidak sesuai
standar teknis.
9. Sumber Daya Alam (SDA) terbatas untuk tebu, karena tebu sangat
cocok di daerah berpengairan yang cukup maka alam yang sesuai
Kementerian Pertanian
43 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
adalah iklim yang stabil, daerah cukup air dan atau daerah
berpengairan modern. Hal ini sulit di temukan jika dilakukan oleh
petani secara spot-spot dan harus di lahan hamparan yang sudah sulit
ditemukan di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh persaingan
komoditas, ketersediaan lahan dan minat petani/pengusaha itu
sendiri.
10. Minimnya minat investasi terhadap industri gula berbasis tebu,
menyebabkan pengembangan tebu tidak konsisten. Hal ini tercermin
dari banyaknya rencana pengembangan industri gula berbasis tebu
oleh investor yang mengalami kesulitan bahkan mengakhiri niatnya
tanpa hasil, padahal kunci pengembangan tebu adalah tersedianya
pabrik Gula (PG). Hal ini disebabkan investasi di industri gula berbasis
tebu relatif besar sementara dukungan regulasi, sarana infrastruktur
dan sosial ekonomi kemasyarakatan masih sangat kurang.
11. Manajemen pengelolaan pengembangan tebu dan faktor
pendukungnya baik hulu dan hilir belum sinergi dan belum maksimal.
Hal ini disebabkan komitmen terhadap pembangunan pertebuan
belum ada persepsi yang sama dari semua stakehorders.
Permasalahan tersebut di atas sangat berpengaruh besar terhadap
eksistabilitas pergulaan nasional. Oleh karena itu, solusi dan
rekomendasinya adalah terselesaikannya permasalahan yang sangat
komplek tersebut.
Berdasarkan analisis akar permasalahan yang telah dilakukan terkait
permasalahan tidak tercapainya produksi gula tebu, maka rekomendasi
solusi perbaikan kinerja yang diberikan berdasarkan akar permasalahan
tersebut secara ringkas disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Rekomendasi Solusi Akar Permasalahan Produksi Gula Tebu
No Akar masalah Rekomendasi solusi 1 Pengembangan Tebu 90% di
lahan Kering/marginal 1. Penyediaan sumur dalam,
embung, sumur dangkal, permukaan
2 Sistem Budidaya belum Optimal
2. Meningkatkan pembinaan, pendampingan dan penyuluhan
3. Rehabilitasi Tanaman melalui bongkar ratoon dan rawat ratoon
4. Adopsi inovasi terbarukan dari studi banding, penelitian dan percontohan atau demplot.
3 Sulitnya memperoleh benih unggul tepat waktu (sesuai pola tanam)
5. Koordinasi dan kerjasama dengan lembaga penelitian dan sumber benih
6. Pembangunan benih unggul secara berjenjang dan terencana
4 Rendemen tidak Optimal 7. Revitalisasi PG 8. Penataan varietas 9. Sistem budidaya sesuai rekomendasi teknis 10. Memperbaiki manajemen tebang muat angkut
Kementerian Pertanian
44 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
No Akar masalah Rekomendasi solusi 5 Transparansi rendemen 11. Fasilitasi pengawas rendemen
12. Membentuk Tim Transparansi Rendemen 13. Pengawalan rendemen melibatkan petani, dinas
terkait, Perguruan tinggi dan PG 14. Pengukuran rendemen individu menggunakan Core
Sampler
6 Sulit melakukan perluasan areal tebu
15. Meningkatkan Koordinasi dengan K/L terkait dengan pembebasan lahan
16. Meningkatkan animo masyarakat untuk mengembangkan tanaman tebu
17. Perluasan di lahan pengembangan
7 Lahan sempit dan terpencar 18. Melakukan regrouping lahan minimal 10 ha, bekerja sama dengan pemda dan BPN
8 Harga ditingkat petani relative tidak stabil
19. Menekan biaya produksi dengan full mekanisasi, regrouping lahan, manajemen tebang muat angkut, subsidi pupuk, insentif produksi gula tebu dan profesionalitas petani tebu
20. Membentuk Tim pengawasan pasar gula 21. Penguatan lembaga pemasaran bentukkan petani/klp
tani tebu 22. Mengupayakan aturan yang dapat melindungi atau
menstabilkan harga gula di tingkat petani.
9 Minimnya kuantitas dan kualitas SDM pertebuan
23. Melatih tenaga kerja pertebuan 24. Meningkatan kapabilitas SDM petugas teknis dan
penyuluh dan petani tebu melalui pelatihan/traning 25. Profesionalisasi kelembagaan petani melalui pelatihan
dan training 26. Asosiasi tebu Indonesia di optimalkan
10 Terbatasnya SDA 27. Optimalisasi lahan 28. Optimalisasi penggunaan sumber daya air 29. Memanfaatkan iklim sebagai sumberdaya yang efisien 30. Menggunakan sarana dan prasarana yang mendukung
11 Dukungan lembaga riset pengembangan tebu kurang
31. Pemberdayaan lembaga riset tebu yang sudah ada secara optimal
12 Minimnya investasi 32. Sosialisasi dan koordinasi dengan investor 33. Meningkatkan koordinasi sinergi dengan pihak-pihak
terkait 34. Memfasilitasi investor baik secara administrasi maupun
insfrastruktur
13 Menyatukan persepsi yang sama terhadap kemajuan pembangunan pergulaan Nasional
35. Sosialisasi kepada seluruh stakeholders pergulaan dalam menyatukan persepsi.
36. Meningkatkan kebersamaam lembaga/instansi/organisasi terkait
37. Meningkatkan pemberdayaan petani/kelompoktani/koperasi/asosiasi pertebuan Indonesia
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2019.
Secara keseluruhan terdapat 13 akar masalah yang perlu diselesaikan
secara sinergisitas baik lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan, lingkup
Kementerian Pertanian dan Kementerian/Lembaga terkait. Hal ini
disebabkan produksi gula tebu sangat terkait dengan stakeholders
pergulaan secara luas. Masing-masing akar permasalahan telah
dirumuskan rekomendasi solusi yang sesuai dan relevan dengan konteks
akar masalah yang dihadapi, dimana dihasilkan 37 rekomendasi solusi
tindak lanjut upaya perbaikan kinerja ke depan.
Kementerian Pertanian
45 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Dalam upaya pencapaian target kinerja, pada Tahun 2019 Direktorat
Jenderal Perkebunan melakukan kegiatan pembinaan, koordinasi dan
pengembangan tanaman tebu yang tersentral di 16 provinsiyaitu Jawa
Barat, D.I. Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Riau,
Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi
Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Bali, Maluku dan
Maluku Utara.
F. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya (penggunaan anggaran) dan analisis program/kegiatan yang menunjang capaian ataupun kegagalan;
Pada Tahun 2019, untuk mendukung kinerja pencapaian target produksi
gula tebu, Ditjen Perkebunan melakukan kegiatan utama peningkatan
produksi dan produktivitas tanaman semusin dan rempah melalui
kegiatan pengembangan tebu seperti pada Tabel 10.
Tabel 10. Analisis Efesiensi atas penggunaan sumber daya kegiatan
Pendukung dalam mencapai produksi gula tebu Tahun 2019
VOLUME SAT VOLUME SAT %
1 Pengembagan Tanaman Tebu 86.348.507 82.021.421 94,99 1,03 56,69 11 Prov 39 Kab
a Perluasan Tanaman Tebu 8.764.127 1.045 ha 7.489.643 85,46 945 ha 90,43 1,06 63,75 2 Prov 3 Kab
b Rawat Ratoon 60.940.627 14.055 ha 59.513.823 97,66 14.055 ha 100,00 1,02 55,85 8 Prov 39 Kab
c Pembangunan KBD 3.745.000 150 ha 2.680.287 71,57 103 ha 68,67 0,96 39,43 1 Kab
d Pengadaan Alsin (Traktor) 850.000 1 Unit 847.550 99,71 1 Unit 100,00 1,00 50,72 7 Prov 8 Kab
e Pengadaan Sumber air (Pompa) 3.866.351 105 Pkt 3.819.875 98,80 105 Pkt 100,00 1,01 53,01 1 Prov 2 Kab
d Peningkatan Kapabilitas 791.840 2 Pkt 764.489 96,55 2 Pkt 100,00 1,04 58,64 9 Prov 5 Kab
f Pengawalan dan pendampingan 3.958.682 13 Keg 3.752.767 94,80 13 Keg 100,00 1,05 63,00 1 Prov 1 Kab
g penyusunan masterplan 346.000 1 Pkt 339.958 98,25 1 Keg 100,00 1,02 54,37 1 Prov
h Pertemuan Koordinasi (TKP) 347.000 1 Pkt 347.000 100,00 1 Pkt 100,00 1,00 50,00 9 Prov 39 Kab
i Penerapan Varietas Tebu Adaptif 2.738.880 8 keg 2.466.029 90,04 8 keg 100,00 1,11 74,91 1 Prov 1 Kab
2 Dukungan Perlindungan
Perkebunan
875.700 844.966 1,04 58,77 2 Prov 5 Kab
a Gerakan pengendalian OPT tebu 875.700 400 ha 844.966 96,49 400 ha 100,00 1,04 58,77 2 Prov 5 Kab
3 Dukungan Perbenihan Perkebunan 1.212.574 620.594 51,18 1,63 146,66 2 Prov 2 Kab
a Pemeliharaan KBD tebu 2019 1.212.574 157 ha 620.594 51,18 131 ha 83,44 1,63 146,66 2 Prov 2 Kab
TOTAL/RATA-RATA 88.436.781 83.486.981 94,40 1,04 55,39 -
LOKASI
NILAI
EFISIENSI
(%)
KEUANGAN
Rp.(000)
FISIK KEUANGAN
Rp.(000) (%)
FISIK EFESIENSI
(%) NO KEGIATAN
TARGET REALISASI
SSumber: Lakin Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah 2019.
Jika mengacu pada PMK 214 Tahun 2017, dari analisis pencapaian kinerja
kegiatan pengembangan tebu Tahun 2019 di atas, dapat dijelaskan nilai
efisiensi per kegiatan diperoleh efisiensi sebesar 1,04% dan nilai efisiensi
rata-rata sebesar 54,78% (Efisien), dengan rincian pencapaian kegiatan
sebagai berikut:
1. Kegiatan pengembangan tebu dilaksanakan secara efisien dengan
nilai efisiensi sebesar 56,07% dengan rincian sebagai berikut:
Kementerian Pertanian
46 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Perluasan Tanaman tebu seluas 945 ha (90,43%) dengan
penyerapan anggaran sebesar 85,46% dari pagu anggaran, dengan
nilai efisiensi sebesar 63,75% (efisien). Namun terdapat kegiatan
yang tidak terlaksana sebesar 9,57% atau seluas 100 ha di
kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara.
Rawat ratoon seluas 14.055 ha (100,00%) dengan penyerapan
anggaran sebesar 97,66% dari pagu anggaran, dengan nilai
efisiensi sebesar 55,85% (efisien).
Pembangunan KBD seluas 103 ha (68,67%) dengan penyerapan
anggaran sebesar 71,57% dari pagu anggaran, dengan nilai
efisiensi sebesar 39,43% (tidak efisien). Tidak mencapai target
disebabkan tidak tersedianya benih sedangkan tidak efisien
dikarenakan terdapat penambahan item pekerjaan diluar unit cost
pembangunan KBD yaitu penambahan pupuk dan biaya tebang
muat angkut benih.
Pengadaan Alsintan sebanyak 1 Unit (100%) dengan penyerapan
anggaran sebesar 99,71%, dengan nilai efisiensi sebesar 50,72%
(efisien).
Pengadaan sumber air (pompa) sebanyak 105 Unit (100%) dengan
penyerapan anggaran sebesar 98,80%, dengan nilai efisiensi
sebesar 53,01% (efisien).
Peningkatan kapabilitas petugas dan petani tebu sebesar 2 paket
kegiatan (100,00%), dengan penyerapan sebesar 96,55%, dengan
nilai efisiensi sebesar 58,64% (efisien).
Pengawalan dan pendampingan tanaman tebu sebesar 13 kegiatan
(100%), dengan penyerapan sebesar 94,80% dan nilai efisiensi
sebesar 63% (efisien).
Penyusunan masterplan sebanyak 1 paket (100%) dengan
penyerapan anggaran sebesar 98,25% dan nilai efisiensi sebesar
54,37% (efisien).
Pertemuan koordinasi TKP-PLPTKP sebanyak 1 paket (100%)
dengan penyerapan anggaran 100% dan nilai efisiensi 50,00%
(efisien).
Penerapan varietas tebu adaptif di wilayah pengembangan
sebesar 8 paket (100%) dengan penyerapan anggaran sebesar
90,04% dan nilai efisiensi sebesar 74,91% (efisien).
2. Dukungan perlindungan perkebunan dengan gerakan pengendalian
OPT tebu sebesar 400 ha (100%) dengan penyerapan anggaran
sebesar 96,49% dan nilai efisiensi sebesar 58,77% (efisien).
Kementerian Pertanian
47 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
3. Dukungan perbenihan yaitu pemeliharaan Kebun Benih Datar (KBD)
seluas 112 ha (71,34%) dengan penyerapan anggaran sebesar 51,18%
dan nilai efisiensi sebesar 120,64% (anomaly). Tidak tercapai target
seluas 45 ha disebabkan: KBD tidak lolos sertifikasi 25 ha (NTB dan
Sulawesi Tenggara) dan secara teknis tidak siap salur/rusak
sebanyak 20 Ha (NTB dan Sulawesi tenggara).
3.2.2. Pertumbuhan volume ekspor untuk produks perkebunan Ekspor merupakan indikator yang paling strategis dalam pencapaian
kinerja pembangunan komoditas perkebunan. Hal ini disebabkan dengan
adanya ekspor berarti ada beberapa indikator kinerja yang dicapai oleh
institusi yaitu:
1. Terpenuhinya kebutuhan dalam negeri
2. Pemasukan Devisa negara yang mampu menopang kebutuhan
anggaran pembangunan perkebunan
3. Memberikan nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan sehingga
berdampak kepada kesejahteraan petani/pekebun.
4. Menjamin kestabilan harga komoditas perkebunan.
5. Meningkatkan promosi dagang ke luar negeri
6. Memperluas pasar bagi produk Indonesia
7. Kemajuan pembangunan perkebunan komoditas andalan dan unggulan
Pertumbuhan volume ekspor untuk produk perkebunan merupakan IKSP
dari sasaran program meningkatnya nilai tambah dan daya saing
komoditas pertanian perkebunan. IKSP ini dihitung dengan menggunakan
formula sebagai berikut:
Evaluasi dan analisis capaian peningkatan volume ekspor Komoditas Strategis Ditjen Perkebunan adalah sebagai berikut:
A. Target dan realisasi kinerja tahun ini
Realisasi kinerja volumen ekspor komoditas perkebunan pada tahun 2018 berdasarkan perjanjian kinerja Direktur Jenderal perkebunan dapat ditunjukkan pada tabel 11.
Volume ekspor produk perkebunan (t) - Volume ekspor komoditas perkebunan (t-1)
Volume ekspor komoditas perkebunan (t-1)
æ
èç
ö
ø÷x100%
Kementerian Pertanian
48 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Tabel 11. Capaian Kinerja peningkatan volume ekspor komoditas Strategis komoditas Perkebunan
1 Lada 47.620 51.708 8,58
2 Pala 20.207 19.957 (1,24)
3 Cengkeh 20.246 25.990 28,37
4 Jambu Mete 58.391 90.541 55,06
5 Kopi 279.961 359.147 28,28
6 Kelapa Sawit 34.602.284 35.593.500 2,86
7 karet 2.954.367 2.582.684 (12,58)
8 kakao 380.830 341.519 (10,32)
9 Kelapa 1.985.192 1.878.925 (5,35)
10 Teh 49.038 43.120 (12,07)
11 Nilam 10.718 7.962 (25,71)
12 Serai Wangi 1.768 1.676 (5,22)
13 Tembakau 32.310 33.266 2,96
14 Vanili 204 261 28,01
15 Gambir 18.016 18.608 3,29
TOTAL/RATA_RATA 40.461.151 41.048.864 5,66
TARGET PK 3,82
CAPAIAN KINERJA 148,21
NoKOMODITAS
STRATEGIS
PERTUMBUHAAN (%)
2018 2019 2019/2018
Sumber: Pusat Data dan Sistem Informasi Kementan, 2020 (Diolah)
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan
volume ekpor komoditas perkebunan meningkat rata-rata 5,66% atau
mencapai 148,21% dari target Tahun 2019 sebesar 3,82%. Kenaikan
tertinggi pada jambu mete (55,06%) sedang yang terendah nilam (-
25,71%).
B. Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dibandingkan
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
Keragaan volume ekspor komoditas perkebunan beberapa tahun
terakhir dibandingkan dengan capaian Tahun 2019 sebagaimana pada
Tabel 12.
Kementerian Pertanian
49 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Tabel 12. Realisasi Kinerja Volume Ekspor Komoditas Perkebunan Tahun 2019 dibanding dengan Tahun lalu dan Beberapa Tahun Sebelumnya
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2019.
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa dalam periode taahun
2015-2019 volume ekspor komoditas perkebunan mengalami
pertumbuhan pertumbuhan rata-rata sebesar 52,85%. realisasi kinerja
Tahun 2019 ini, jika dibandingkan dengan Tahun lalu dan beberapa tahun
sebelumnya yaitu:
1) Dibanding Tahun 2018, volume ekspor komoditas perkebunan
mengalami kenaikan sebesar 5,66%.
2) Dibanding Tahun 2017, volume ekspor komoditas perkebunan
mengalami peningkatan sebesar 54,98%.
3) Dibanding Tahun 2016, volume ekspor komoditas perkebunan
mengalami peningkatan sebesar 40,61%.
4) Dibanding Tahun 2015, volume ekspor komoditas perkebunan
mengalami peningkatan sebesar 52,85%.
C. Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi mencapai 281,04% dari total target Pertumbuhan volume ekspor komoditas perkebunan sejak tahun 2016 sebesar 14,45%.
D. Realisasi kinerja tahun ini dibandingkan dengan standar nasional tidak dapat dianalisis karena belum ada target berdasarkan standar nasional terkait realisasi volume ekspor komoditas perkebunan.
E. Analisis penyebab capaian/kegagalan atau peningkatan/ penurunan kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.
1 Lada 58.075,05 53.099,62 42.690,77 47.619,80 51.707,76 (8,11) 8,58 21,12 (2,62) (10,96)
2 Pala 17.027,10 15.842,35 19.936,38 20.206,99 19.957,25 9,89 (1,24) 0,10 25,97 17,21
3 Cengkeh 12.888,87 12.754,38 9.078,76 20.246,35 25.990,12 20,26 28,37 186,27 103,77 101,65
4 Jambu Mete 104.654,65 70.325,57 62.811,44 58.390,78 90.541,04 (1,86) 55,06 44,15 28,75 (13,49)
5 Kopi 502.020,68 414.651,16 467.790,12 279.960,74 359.147,41 (1,27) 28,28 (23,22) (13,39) (28,46)
6 Kelapa Sawit 32.543.312,32 28.493.069,24 33.519.211,16 34.602.284,10 35.593.499,71 6,57 2,86 6,19 24,92 9,37
7 karet 2.630.313,17 2.578.790,69 3.276.336,17 2.954.366,91 2.582.684,20 5,99 (12,58) (21,17) 0,15 (1,81)
8 kakao 355.320,83 330.029,48 354.752,34 380.829,84 341.518,64 1,09 (10,32) (3,73) 3,48 (3,88)
9 Kelapa 1.826.309,77 1.564.260,45 1.878.834,27 1.985.191,96 1.878.925,46 5,70 (5,35) 0,00 20,12 2,88
10 Teh 61.915,30 51.319,02 54.187,17 49.038,02 43.120,02 (6,95) (12,07) (20,42) (15,98) (30,36)
11 Nilam 926,82 1.232,79 1.259,95 10.718,00 7.962,00 190,58 (25,71) 531,93 545,85 759,07
12 Serai Wangi 2.181,17 28.561,50 938,95 1.768,31 1.676,00 (436,50) (5,22) 78,50 (94,13) (23,16)
13 Tembakau 30.675,47 28.005,21 29.134,04 32.309,77 33.265,74 3,26 2,96 14,18 18,78 8,44
14 Vanili 354,60 606,21 294,81 203,75 260,81 (22,23) 28,01 (11,53) (56,98) (26,45)
15 Gambir 14.019,84 15.446,13 15.215,44 18.015,77 18.608,07 7,21 3,29 22,30 20,47 32,73
TOTAL/RATA_RATA 38.159.995,63 33.657.993,79 39.732.471,78 40.461.151,08 41.048.864,24 (15,09) 5,66 54,98 40,61 52,85
2019Rata2
Pertumbuhan (%)2019/2018 2019/2017 2019/2016 2019/2015
No
KOMODITAS
STRATEGIS
PERKEBUNAN
REALISASI VOLUME EKSPOR KOMODITAS PERKEBUNAN/TAHUN/KOMODITAS (T0N) REALISASI KINERJA (%)
2015 2016 2017 2018
Kementerian Pertanian
50 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Berdasarkan analisis capaian indikator kinerja dinyatakan bahwa
realisasi pertumbuhan volume ekspor komoditas perkebunan
mengalami peningkatan sebesar 5,66% atau mencapai 148,21% dari
target 3,82%, dan masuk dalam katagori sangat berhasil.
Capaian indikator kinerja ini dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai
berikut :
1. Peran pemerintah dalam memfasilitasi promosi produk
perkebunan unggulan, sehingga meningkatkan akses pasar produk
tersebut;
2. Meningkatnya kesadaran akan peningkatan kualitas dan jaminan
mutu sesuai standar negara tujuan ekspor;
3. Adanya peningkatan pangsa pasar produk perkebunan Indonesia di
negara mitra tujuan ekspor dibandingkan dengan kompetitornya;
4. Adanya peningkatan ekspor produk perkebunan Indonesia di
negara mitra (tujuan ekspor);
5. Rasio volume komoditas perkebunan yang memenuhi standar mutu
terhadap volume hasil pascapanen di kelompok tani binaan;
6. Jumlah pelaku usaha perkebunan yang memenuhi kualifikasi untuk
sertifikasi meningkat;
7. Rasio akses pasar ekspor komoditas perkebunan yang
dimanfaatkan terhadap akses pasar ekspor yang terbangun.
Sedangkan beberapa komoditas yang mengalamani penurunan volume
ekspordipengaruhi oleh beberapa permasalahan/kendala/hambatan
antara lain:
1. Pala, permasalahan: belum terpenuhinya kualitas produk dan
masih minimnya promosi produk ke manca negara.
2. Sereh wangi, permasalahan: promosi belum intensif, kualitas
produk masih masih belum popular di kalangan pengusaha dan
petani.
3. Kelapa, permasalahan: produksi kelapa relatif kurang stabil,
kualitas produk kalah bersaing dengan produk luar negeri.
4. Kakao, permasalahan: penurunan luas lahan, pasokan terbatas,
permintaan dalam negeri tinggi.
5. Teh, permasalahan: oversupply teh dunia, permintaan China
menurun, penurunan luas areal perkebunan teh, kurangnya share
produk olahan teh Indonesia kepasar global
6. Karet, permasalahan: oversupply karet alam dunia, penurunan
permintaan China, Jepang dan USA, kompetisi dengan karet
sintetis, penurunan harga minyak dunia.
Kementerian Pertanian
51 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
7. Nilam, permasalahan: produksi relatif rendah dan produk turunan
relatif kurang dikenal masyarakat, kurangnya investor baik secara
budidaya maupun ekspor produk.
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, analisis akar permasalahan dan rekomendasi solusi yang dapat dilakukan dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Analisis Akar Permasalahan Turunnya Volume Ekspor Komoditas Perkebunan Tahun 2019
No Akar masalah Rekomendasi solusi 1 Peningkatan produksi,
produktivitas tanaman perkebunan masih belum optimal
1. Fasilitasi pengembangan komoditas perkebunan ditingkatkan
2. Penyediaan benih unggul bermutu 3. Peningkatan penanganan OPT 4. Pengembangan teknologi budidaya
2 Perubahan Iklim 5. Peningkatan penanganan dampak perubahan iklim
3 penanganan pasca panen kurang memenuhi persyaratan ekspor
6. Perbaikan penanganan pasca panen komoditas perkebunan
3 Penurunan harga minyak dunia
7. Koordinasi pengendalian harga komoditas 8. Pengawalan komoditas dalam menghadapi gejolak
ekonomi dunia
4 Tidak seimbangnya supply and demand
9. Fasilitasi penjaminan pasokan bahan baku untuk industri dalam negeri masih belum optimal
F. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya (penggunaan anggaran) dan analisis program/kegiatan yang menunjang capaian ataupun kegagalan;
Kegiatan yang menunjang dalam meningkatkan voleme ekspor Tahun
2019 adalah seluruh kegiatan yang dialokasikan dalam DIPA/POK Ditjen
Perkebunan baik Tahun 2019 dianalisis pada Tabel 14.
Kementerian Pertanian
52 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Tabel 14.Analisis efisiensi atas penggunaan sumber daya kegiatan pendukung dalam mencapai sasaran kegiatan dan indikator sasaran kegiatan Pertumbuhan volume ekspor untuk produk perkebunan Tahun 2019
KEUANGAN KEUANGAN
Rp. VOL SAT Rp. VOL SAT (%)
1 Fasilitaspascapanen
tanamanperkebunan21.233.772.000 106 KT 20.375.460.111 95,96 106 KT 100,00 4,04 60,11
25SatkerProv
dan10satker
2 Fasilitasteknis
dukunganpengolahan
danpemasaranhasil
12.076.493.000 12 Bulan 11.758.594.151 97,37 12 Bulan 100,00 2,63 56,5832Satker
Provinsi
3 FasilitasPengolahan
HasilPerkebunan44.466.772.000 136 Unit 43.323.766.285 97,43 136 Unit 100,00 2,57 56,43
19SatkerProv
dan6satker
4 PenerapanStandarisasi
danMutuHasil1.321.000.000 36 KT 1.283.613.400 97,17 36 KT 100,00 2,83 57,08 9SatkerProv
5 Pembinaanusaha
perkebunan1.035.800.000 30 KT 989.715.183 95,55 30 KT 100,00 4,45 61,12 2SatkerProv
6 Pengembangan
PemasaranHasil11.980.000 1 Keg 11.980.000 100,00 1 Keg 100,00 0,00 50,00 1SatkerProv
7 PengolahanSagu
PapuadanPapuaBarat 2.901.850.000 6 Unit 2.861.850.000 98,62 6 Unit 100,00 1,38 53,452SatkerProv
dan1satker
KabTOTAL/RATA-RATA 83.047.667.000 80.604.979.130 97,06 56,39
KETERANGANFISIK(%)
FISIK
Volumeekspor
komoditas
perkebunan
KEGIATANINDIKATOR
KINERJA(IKK)
TARGET REALISASIEFISIENSI
NILAI
EFISIEN
SI(%)
Sumber : LAKIN Dirat PPHBUN 2019.
Analisis efisiensi atas penggunaan sumber daya kegiatan pendukung
dalam mencapai sasaran kegiatan dan indikator sasaran kegiatan
pertumbuhan volume ekspor untuk produk perkebunan Tahun 2019di atas
pada tabel 11, dapat dijelaskan bahwa nilai efisiensi kegiatan dukungan
pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan adalah sebesar 56,39%,
dengan rincian pencapaian kegiatan sebagai berikut :
1. Kegiatan pengembangan pascapanen komoditas perkebunan target 106
kelompok tani terealisasi 106 kelompok tani dengan penyerapan
anggaran sebesar 95,96% dari pagu anggaran, dengan nilai efisiensi
sebesar 60,11% (efisien). Kegiatan pengembangan pascapanen
komoditas perkebunan dilaksanakan di 25 Satker provinsi dan 10
Satker Kabupaten.
2. Kegiatan fasilitasi pengolahan hasil perkebunan target 136 unit
terealisasi 136 unit dengan penyerapan anggaran sebesar 97,43 % dari
pagu anggaran, dengan nilai efisiensi sebesar 56,43 % (efisien).
Kegiatan pengembangan pengolahan hasil perkebunan dilaksanakan di
32 satker provinsi.
3. Kegiatan pemasaran hasil perkebunan target 1 kegiatan terealisasi 1
kegiatan dengan penyerapan anggaran sebesar 100% dari pagu
Kementerian Pertanian
53 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
anggaran, dengan nilai efisiensi sebesar 50% (efisien). Kegiatan
pengembangan pemasaran hasil perkebunan dilaksanakan di 1
provinsi.
4. Kegiatan Pengembangan Penerapan Standarisasi, Mutu dan Pembinaan
Usaha Perkebunantarget 36 KT terealisasi 36 KT dengan penyerapan
anggaran sebesar 97,17% dari pagu anggaran, dengan nilai efisiensi
sebesar 57,08 % (efisien). Kegiatan Pengembangan Penerapan
Standarisasi, Mutu dan Pembinaan Usaha Perkebunan dilaksanakan di 9
provinsi.
5. Kegiatan fasilitasi teknis dukungan pengolahan dan pemasaran hasil
perkebunan target 12 bulan terealisasi 12 bulan dengan penyerapan
anggaran sebesar 97,37% dari pagu anggaran, dengan nilai efisiensi
sebesar 56,58% (efisien). Kegiatan fasilitasi teknis dukungan
pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan terdiri dari 32 kegiatan
yang dilaksanakan di pusat.
6. Pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan, target 30 KT terealisasi
30 KT dengan penyerapan anggaran sebesar 95,55% dari pagu anggaran
dengan nilai efisiensi sebesar 61,12% (efisien). Kegiatan ini
dilaksanakan di 2 provinsi.
7. Pengolahan sagu Papua dan Papua Barat terealisasi 6 Unit (100%)
dengan serapan anggaran sebesar 98,62 dan nilai efisiensi 53,45% yang
dilaksanakan di 2 satker Provinsi dan 1 satker kabupaten.
3.2.3. Rasio pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk industri dalam negeri
Salah satu indikator dari peningkatan pengolahan dan pemasaran hasil
perkebunan untuk komoditas ekspor adalah tercapainya target rasio
pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk industri dalam
negeri yang akan menghasilkan produk olahan yang selain untuk konsumsi
dalam negeri, dapat juga diekspor ke luar negeri. Evaluasi dan analisis
rasio pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk industri dalam
negeri dapat dilihat pada Tabel 15.
Kementerian Pertanian
54 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Tabel 15.Evaluasi dan Analisis Rasio Pemenuhan Kebutuhan Komoditas Perkebunan untuk Industri dalam Negeri Tahun 2015-2019
IK-2 Meningkatnya Nilai Tambah dan Daya Saing Komoditas Perkebunan
Rasio Pemenuhan Kebutuhan Komoditas Perkebunan untuk Industri Dalam Negeri
Capaian 2019 Dibandingkan Tahun Sebelumnya
Tahun Kebutuhan (Ton) Pemenuhan (Ton)
Pemenuhan (%)
Target (%)
Capaian (%)
2015 - - - - - -
2016 61.505.654 38.689.930 62,90 - 62,90 81,98
2017 61.515.470 44.982.169 73,12 30,00 73,12 81,98
2018 61.451.670 47.829.732 77,83 35,00 77,83 89,86
2019 62.160.211 49.686.460 79,93 40,00 79,93
sumber : Dirat PPHBUN, diolah (2020)
A. Target dan realisasi kinerja tahun ini
Realisasi Kinerja rasio pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan
untuk industri dalam negeri sebesar 79,93% atau mencapai 199,83% dari
target 40% dan masuk dalam katagori Sangat Berhasil.
B. Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dibandingkan
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
Berdasarkan tabel.15diatas dapat dijelaskan bahwa realisasi kinerja serta
capaian kinerja pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk
industri dalam negeri tahun 2019 yaitu:
1. Realisasi kinerja Tahun 2019 dibandingkan dengan Tahun 2018
adalah sebesar 102,70% dan Capaian kinerja Tahun 2019
dibandingkan dengan Tahun 2018 adalah sebesar 89,86%
2. Realisasi kinerja Tahun 2019 dibandingkan dengan Tahun 2017
adalah sebesar 109,31% dan Capaian kinerja Tahun 2019
dibandingkan dengan Tahun 2017 adalah sebesar 81,98%
3. Realisasi kinerja tahun 2019 dibandingkan dengan Tahun 2016adalah
sebesar 127,07% dan Capaian kinerja Tahun 2019 dibandingkan
dengan Tahun 2016 adalah sebesar 81,98%.
C. Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis Ditjen Perkebunan sesuai dengan Tabel 15. adalah sebesar 199,83% dari target 40%.
D. Realisasi kinerja tahun ini dibandingkan dengan standar nasional tidak dapat dianalisis karena tidak ada standar nasional untuk rasio pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk industri dalam negeri.
E. Analisis penyebab capaian/kegagalan atau peningkatan/ penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan.
Kementerian Pertanian
55 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Berdasarkan analisis capaian indikator kinerja dinyatakan bahwa rasio
pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk industri dalam
negeri Tahun 2019 masuk ke dalam kategori sangat berhasil. Capaian
indikator kinerja ini dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut :
1. Meningkatnya produksi perkebunan
2. Meningkatnya kualitas bahan baku yang dihasilkan petani yang difasilitasi dan dibina oleh Direktorat Jenderal Perkebunan sehingga dapat meningkatkan volume ketersediaan bahan baku untuk industri dalam negeri.
3. Kebijakan pemerintah atas pemanfaatan sumberdaya dan bahan baku dalam negeri untuk kebutuhan bahan baku industri dalam upaya meningkatkan kesejahteraan pekebun
4. Banyaknya investasi yang menfasilitasi peningkatan mutu produk perkebunan.
F. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya (penggunaan anggaran) dan analisis program/kegiatan yang menunjang capaian ataupun kegagalan;
Pembahasan pada sub unsur ini sama sebagaimana tabel 15 dan penjelasannya, dikarenakan termasuk indikator yang menjadi tanggung jawab Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan.
3.2.4. Rasio pengajuan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) pasca panen
dan pengolahan hasil perkebunan yang dapat dipenuhi terhadap seluruh permintaan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) pasca panen dan pengolahan hasil perkebunan.
Alsintan pasca panen dan pengolahan hasil merupakan kebutuhan
strategis dalam meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu
komoditas perkebunan. Permintaan alsintan pascapanen dan pengolahan
diasumsikan jumlah alsin yang difasilitasi dari dana Tugas Pembantuan.
Asumsi ini didasarkan atas ketersediaan dana dan ketepatan penerima
fasilitasi.
Evaluasi dan analisis terjadap realisasi kinerja dan capaian kinerja Rasio
pengajuan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) pasca panen dan pengolahan
hasil perkebunan yang dapat dipenuhi terhadap seluruh permintaan Alat
Mesin Pertanian (Alsintan) pasca panen dan pengolahan hasil perkebunan
Tahun 2019 dapat dilihat pada Tabel 16.
Kementerian Pertanian
56 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Tabel. 16. Evaluasi dan analisis terjadap realisasi kinerja dan capaian kinerja Rasio pengajuan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) pasca panen dan pengolahan hasil perkebunan
IK-2
Tersedianya Infrastruktur Pertanian Perkebunan Pasca Panen
Rasio Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian (ALSINTAN) berdasarkan Kebutuhan (Pasca Panen Perkebunan)
Capaian 2019 Dibandingkan Tahun Sebelumnya
Tahun Kebutuhan (Unit)
Ketersediaan (Unit)
Pemenuhan (%)
Target (%)
Capaian (%)
2015 298 298 100,00 100,00 100,00 97,25
2016 192 192 100,00 100,00 100,00 97,25
2017 301 300 99,67 100,00 99,67 97,58
2018 253 252 99,60 100,00 99,60 97,64
2019 255 248 97,25 100,00 97,25
Total/Rata-Rata 1.299 1.290 99,30 100,00 99,30
Sumber: LAKIN Dirat PPHBUN, 2019.
A. Target dan realisasi kinerja tahun ini Capaian Kinerja rasio pengajuan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) pasca
panen dan pengolahan hasil perkebunan yang dapat dipenuhi terhadap
seluruh permintaan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) pascapanen dan
pengolahan hasil perkebunanTahun 2019 mencapai 97,25% dari target 255
unit% dan masuk dalam katagori Berhasil.
B. Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
Berdasarkan Tabel 16. diatas dapat dijelaskan bahwa realisasi
kinerja dan capaian kinerja Tahun 2019 jika dibandingkan dengan
Tahun lalu dan beberapa tahun sebelumnya yaitu:
1. Dibanding Tahun 2018
Realisasi kinerja mengalami penurunan sebesar 1,59% atau
mencapai 98,41% dari ketersediaan alat mesin pertanian
(Alsintan) pascapanen dan pengolahan hasil perkebunan Tahun
2019 sebesar 248 Unit dibanding realisasi jumlah alat mesin
pertanian (Alsintan) pascapanen dan pengolahan hasil
perkebunan Tahun 2018 sebesar 252 Unit.
Capaian kinerja mengalami penurunan sebesar 2,36 % atau
mencapai 97,64 % dari capaian kinerja ketersediaan alat mesin
pertanian (Alsintan) pascapanen dan pengolahan hasil
perkebunan Tahun 2019 sebesar 97,25% dibanding capaian
kinerja ketersediaan alat mesin pertanian (Alsintan)
pascapanen dan pengolahan hasil perkebunan Tahun 2018
sebesar 99,60 %.
2. Dibanding tahun 2017
Realisasi kinerja mengalami kenaikan sebesar 17,33 % atau
mencapai 82,67% dari ketersediaan alat mesin pertanian
Kementerian Pertanian
57 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
(Alsintan) pascapanen dan pengolahan hasil perkebunan Tahun
2019 sebesar 248 Unit dibanding realisasi jumlah alat mesin
pertanian (Alsintan) pascapanen dan pengolahan hasil
perkebunan Tahun 2017 sebesar 300 Unit.
Capaian kinerja mengalami penurunan sebesar 2,42% atau
mencapai 84,56 % dari capaian kinerja ketersediaan alat mesin
pertanian (Alsintan) pascapanen dan pengolahan hasil
perkebunan Tahun 2019 sebesar 97,25% dibanding capaian
kinerja ketersediaan alat mesin pertanian (Alsintan)
pascapanen dan pengolahan hasil perkebunan Tahun 2017
sebesar 99,67%.
3. Dibanding Tahun 2016
Realisasi kinerja mengalami peningkatan sebesar 29,17% atau
mencapai 129,17% dari ketersediaan alat mesin pertanian
(Alsintan) pascapanen Tahun 2019 sebesar 248 Unit dibanding
realisasi jumlah alat mesin pertanian (Alsintan) pascapanen
Tahun 2016 sebesar 192 Unit.
Capaian kinerja mengalami penurunan sebesar 0,40 % atau
mencapai 99,60 % dari capaian kinerja ketersediaan alat mesin
pertanian (Alsintan) pascapanen Tahun 2018 sebesar 99,60 %
dibanding capaian kinerja ketersediaan alat mesin pertanian
(Alsintan) pascapanen Tahun 2016 sebesar 100,00 %.
4. Dibanding Tahun 2015
Realisasi kinerja mengalami penurunan sebesar 2,75% atau
mencapai 97,25% dari ketersediaan alat mesin pertanian
(Alsintan) pascapanen Tahun 2019 sebesar 248 Unit dibanding
realisasi jumlah alat mesin pertanian (Alsintan) pascapanen
Tahun 2015 sebesar 298 Unit.
Capaian kinerja mengalami penurunan sebesar 2,75% atau
mencapai 97,25% dari capaian kinerja ketersediaan alat mesin
pertanian (Alsintan) pascapanen Tahun 2019 sebesar 97,25 %
dibanding capaian kinerja ketersediaan alat mesin pertanian
(Alsintan) pascapanen Tahun 2015 sebesar 100,00%.
C. Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dibandingkan dengan
target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi adalah sebesar 99,30% yaitu telah terpenuhi sebanyak 1.290 unit dari total target Tahun 2015-2019 sebanyak 1.299 unit
Kementerian Pertanian
58 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
D. Realisasi kinerja tahun ini dibandingkan dengan standar nasional tidak dapat dianalisis karena tidak ada standar nasional untuk pengajuan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) pascapanen dan pengolahan hasil perkebunan yang dapat dipenuhi terhadap seluruh permintaan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) pasca panen dan pengolahan hasil perkebunan.
E. Analisis penyebab capaian/kegagalan atau peningkatan/ penurunan
kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan.
Berdasarkan analisis capaian indikator kinerja dinyatakan bahwa rasio
pengajuan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) pasca panen dan pengolahan
hasil perkebunan yang dapat dipenuhi terhadap seluruh permintaan Alat
Mesin Pertanian (Alsintan) pascapanen dan pengolahan hasil
perkebunanTahun 2019 masuk dalam kategori Berhasil. Capaian indikator
kinerja ini dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut :
1. Bantuan alat mesin pertanian yang diberikan berdasarkan peta
kawasan komoditas;
2. Bantuan alat mesin pertanian yang diberikan sesuai dengan
permintaan/pengajuan proposal dari provinsi/kabupaten;
3. Kelompok tani sasaran yang ditetapkan sebagai penerima alat mesin
pertanian dan bangunan adalah kelompok tani yang sudah terbentuk
(bukan kelompok tani yang baru)
4. Adanya pembinaan terhadap petugas dinas provinsi/kabupaten serta
pelaku usaha melalui bimbingan teknis
5. Adanya perencanaan yang tepat dan matang sehingga kegiatan dapat
dilaksanakan secara baik dan tepat waktu;
6. Makin meningkatnya minat pekebun dalam pemahaman tentang
penanganan pascapanen komoditas perkebunan dan pengolahan hasil
perkebunan;
7. Kebutuhan sarana pascapanen, dan pengolahan hasil perkebunan telah
terpenuhi;
8. Koordinasi yang optimal dan terencana antara satker provinsi dan
kabupaten sehingga kegiatan bisa terlaksana dengan baik;
9. Adanya SDM yang handal dalam penguasaan teknologi yang
memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan
Permasalahan yang dihadapi antara lain:
1. Keterbatasan kelompok tani dalam penguasaan teknologi pasca panen
dan pengolahan.
2. Pelaksanaan kegiatan atau penggunaan anggaran yang tidak mengikuti
ROPAK sehingga proses pengadaan tidak dapat dilaksaan.
Kementerian Pertanian
59 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
3. Gagal lelang pengadaan alsintan.
F. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya (penggunaan anggaran) dan analisis program/kegiatan yang menunjang capaian ataupun kegagalan
Untuk mendukung kinerja pencapaian target dari sasaran kegiatan dan indikator kinerja sasaran kegiatanDirektorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan melakukan kegiatan utama Dukungan Pengolahan dan Pemasaran melalui kegiatan : (i) pengembangan pascapanen komoditas perkebunan; (ii) pengembangan pengolahan hasil perkebunan; (iii) pengembangan penerapan standardisasi, mutu dan pembinaan usaha perkebunan; (iv) pengembangan pemasaran hasil perkebunan; dan (v) fasilitasi teknis dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya kegiatan pendukung dalam mencapai sasaran kegiatan dan indikator sasaran kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemsaran Hasil Perkebunan dapat dilihat seperti pada Tabel 17. Tabel 17.Analisis efisiensi atas penggunaan sumber daya kegiatan
pendukung dalam mencapai sasaran kegiatan dan indikator sasaran kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2019
KEUANGAN KEUANGAN
Rp. VOLUME SAT Rp. VOLUME SAT (%)
1 Fasilitaspascapanentanaman
perkebunan21.233.772.000 106 KT 20.375.460.111 95,96 106 KT 100,00 4,04 60,11
25SatkerProvdan
10satkerKab
2 Fasilitasteknisdukungan
pengolahandanpemasaranhasil
perkebunan
12.076.493.000 12 Bulan 11.758.594.151 97,37 12 Bulan 100,00 2,63 56,58 32SatkerProvinsi
3 FasilitasPengolahanHasil
Perkebunan44.466.772.000 136 Unit 43.318.796.285 97,42 136 Unit 100,00 2,58 56,45
19SatkerProvdan6
satkerKab
4 PengolahanSaguPapuadanPapua
Barat2.901.850.000 6 Unit 2.861.850.000 98,62 6 Unit 100,00 1,38 53,45
2SatkerProvdan1
satkerKab
TOTAL/RATA-RATA 83.047.667.000 80.600.009.130 97,05 54,73
KETERANGANFISIK(%)
FISIK
Tabel1.PengukuranEfisiensiKegiatanDukunganPengolahandanPemasaranHasilPerkebunanTahun2019
NO KEGIATAN
TARGET REALISASI
EFISIENSI
NILAI
EFISIENSI
(%)
Sumber :LAKIN Dirat PPHBUN, 2019.
Analisis efisiensi atas penggunaan sumber daya kegiatan pendukung
dalam mencapai sasaran kegiatan dan indikator sasaran kegiatan
dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan Tahun 2019di atas
pada Tabel 17. dapat dijelaskan bahwa nilai efisiensi kegiatan dukungan
pengolahan pemasaran hasil perkebunan adalah sebesar 54,73 %, dengan
rincian pencapaian kegiatan sebagai berikut :
1. Kegiatan pengembangan pascapanen komoditas perkebunan target
106 kelompok tani terealisasi 106 kelompok tani dengan penyerapan
anggaran sebesar 95,96 % dari pagu anggaran, dengan nilai efisiensi
sebesar 60,11 % (efisien). Kegiatan pengembangan pascapanen
Kementerian Pertanian
60 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
komoditas perkebunan dilaksanakan di 25 satker provinsi dan 5
satker kabupaten.
2. Kegiatan pengembangan pengolahan hasil perkebunan target 136
unit terealisasi 136 unit dengan penyerapan anggaran sebesar 100%
dari pagu anggaran, dengan nilai efisiensi sebesar 56,45 % (efisien).
Kegiatan pengembangan pengolahan hasil perkebunan dilaksanakan
di 19 satker provinsi dan 6 satker kabupaten.
3. Pengolahan sagu di Papua dan Papua Barat target 6 Unit terealisasi 6
Unit atau 100% dengan realisasi anggaran sebesar 98,62% dan nilai
efisiensi sebesar 53,45%.
3.2.5. Rasio Luas Serangan OPT Terkendali dan Area Terkena DPI Tertanggulangi terhadap Luas Lahan Terserang OPT dan Berpotensi Terkena DPI
Rasio Luas Serangan OPT Terkendali dan Area Terkena DPI Tertanggulangi
terhadap Luas Lahan Terserang OPT dan Berpotensi Terkena DPI diukur
berdasarkan formula sebagai berikut:
∑ =𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑂𝑃𝑇 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑛𝑑𝑎𝑙𝑖
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑂𝑃𝑇𝑥100%
Evaluasi dan analisis Rasio Luas Serangan OPT Terkendali dan Area
Terkena DPI Tertanggulangi terhadap Luas Lahan Terserang OPT dan
Berpotensi Terkena DPI Tahun 2019 dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Evaluasi dan analisis Rasio Luas Serangan OPT Terkendali dan Area Terkena DPI Tertanggulangi terhadap Luas Lahan Terserang OPT dan Berpotensi Terkena DPI Tahun 2015-2019
Realisasi Capaian
2015 36.413 1.028.624 3,54 - - 44,26 -
2016 7.584 897.963 0,84 - - 185,50 -
2017 1.000 648.212 0,15 1,01 15,27 1.015,52 641,05
2018 8.525 544.155 1,57 1,60 97,92 100,00 101,94
2019 7.490 469.003 1,60 1,60 99,81
Realisas
i (%)
Target
rasio
(%)
Capaian
(%)
IK-4
Terkendalinya penyebaran OPT dan tertanggulanginya DPI pada tanaman perkebunanRasio luas serangan OPT terkendali dan area DPI
tertanggulangi terhadap luas terserang OPT dan berpotensi
terkena DPI2018 dibandingkan
tahun sebelumnya dan
2019Luas serangan
OPT terkendali
dan area DPI
tertanggulangi
Luas terserang
OPT dan
berpotensi
terkena DPI
Sumber: Direktorat Perlinbun, 2019
A. Target dan Realisasi Kinerja Tahun ini
Realisasi rasio luas serangan OPT terkendali dan area terkena DPI tertanggulangi terhadap luas lahan terserang OPT dan berpotensi
Kementerian Pertanian
61 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
terkena DPI Tahun 2019 adalah sebesar 1,60 atau mencapai 100,00% dari target 1,60%. Capaian ini masuk dalam katagori berhasil.
B. Realisasi Kinerja serta capaian kinerja tahun ini dibandingkan dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun terakhir
Dibanding Tahun 2018, Realisasi rasio luas serangan OPT
terkendali dan area terkena DPI tertanggulangi terhadap luas
lahan terserang OPT dan berpotensi terkena DPI Tahun 2018
meningkat sangat signifikan sebesar 171,18% atau meningkat
71,18%, sedangkan capaian nya mengalami peningkatan sebesar
8,06% atau mengalami kenaikan sebesar 108,06%.
Dibanding Tahun 2017, Realisasi rasio luas serangan OPT
terkendali dan area terkena DPI tertanggulangi terhadap luas
lahan terserang OPT dan berpotensi terkena DPI Tahun 2018
meningkat sangat signifikan sebesar 171,18% atau meningkat
71,18%, sedangkan capaian nya mengalami peningkatan sebesar
8,06% atau mengalami kenaikan sebesar 108,06%.
Dibanding Tahun 2016, Realisasi rasio luas serangan OPT
terkendali dan area terkena DPI tertanggulangi terhadap luas
lahan terserang OPT dan berpotensi terkena DPI Tahun 2018
meningkat sangat signifikan sebesar 138,51% atau meningkat
sebesar 38,51%.
C. Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi adalah sebesar 97,92%.
D. Realisasi kinerja tahun ini dibandingkan dengan standar nasional
tidak dapat dianalisis karena tidak ada standar nasional untuk
Realisasi rasio luas serangan OPT terkendali dan area terkena DPI
tertanggulangi terhadap luas lahan terserang OPT dan berpotensi
terkena DPI
E. Analisis penyebab capaian/kegagalan atau peningkatan/ penurunan kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.
Realisasi rasio luas serangan OPT terkendali dan area terkena DPI
tertanggulangi terhadap luas lahan terserang OPT dan berpotensi
terkena DPI mencapai target karena beberapa hal antara lain:
Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara intensif;
Identifikasi dan pengendalian Serangan OPT di lakukan secara
terkoodinasi antara pusat, daerah dan kelompoktani/pekebun;
Kementerian Pertanian
62 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Untuk mempertahankan/meningkatkan capaian tersebut diatas,
beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain:
Meningkatan anggaran kegiatan pengendalian OPT dan
penanggulangan DPI
Menyiapkan sarana prasarana dan inprastruktur
Menyiakan SDM melalui sosialisasi, pelatihan dan pendidikan.
F. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya (penggunaan anggaran) dan analisis program/kegiatan yang menunjang capaian ataupun kegagalan
Beberapa kegiatan penunjangcapaianatas luas serangan OPT
terkendali dan area terkena DPI tertanggulangi terhadap luas lahan
terserang OPT dan berpotensi terkena DPI,seperti berikut:
Tabel 19.Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya (penggunaan anggaran) dan analisis program/kegiatan yang menunjang capaian ataupun kegagalan
Vol Sat Vol Sat %
1
Penanganan Organisme
Pengganggu Tanaman
Perkebunan
23,270,228 8325 Ha 21,934,644 94.26 8,325 Ha 100 64.35
2
Penanganan Dampak
Perubahan Iklim dan
Pencegahan Kebakaran
Lahan/Kebun
5,905,875 25 KT 5,591,465 94.68 25 KT 100 63.31
3
Pengembangan Desa
Pertanian Organik
Berbasis Komoditas
Perkebunan
28,671,420 155 Desa 27,997,156 97.65 155 Desa 100 55.88
4
Fasilitasi Teknis
Dukungan Perlindungan
Perkebunan
36,702,475 12 Bulan 34,555,843 94.15 12 Bulan 100 64.62
TOTAL/RATA-RATA 94,549,998 90,079,108 95.11 61.88
Nilai
Efisiensi
(%)
Keuangan
Rp.(000)
Fisik Keuangan
Rp.(000) (%)
Fisik No Kegiatan
Target Realisasi
Sumber: Dirat Perlindungan Perkebunan, 2019
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa kegiatan yang
menunjang rasio luas serangan OPT terkendali dan area terkena DPI
tertanggulangi terhadap luas lahan terserang OPT dan berpotensi terkena
DPI adalah sebesar Rp. 90.079.108.000,- atau 95,11% dari pagu anggaran
dengan nilai efisiensi 61,88 (efisien) dengan rincian sebagai berikut:
a. Kegiatan penanganan OPT tanaman perkebunan Tahun 2018 dengan
serapan anggaran 94,26 dan capaian fisik 100% serta nilai efisiensi
64,35% (Efisien)
Kementerian Pertanian
63 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
b. Kegiatan DPI dan pencegahan kebakaran lahan/kebun dengan serapan
sebesar 94,68% dan capaian fisik sebesar 100% serta nilai efisiensi
63,31% (efisien)
c. Pengembangan desa organik berbasis perkebunan dengan serapan
sebesar 97,65% dan serapan fisik sebesar 100% serta nilai efisiensi
55,88% (efisiensi)
d. Kegiatan fasilitasi teknis dukungan perlindungan perkebunan dengan serapan sebesar 94,15% dan capaian fisik sebesar 100% serta nilai efisiensi 64,62% (efisien)
3.2.6. Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perkebunan Berdasarkan
Penilaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian
Nilai AKIP Ditjen Perkebunan merupakan IKSP dari sasaran program
terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dilingkungnan
Ditjen Perkebunan. Komponen nilai AKIP terdiri dari aspek nilai
perencanan, nilai pengukuran kinerja, nilai pelaporan kinerja, nilai
evaluasi internal dan nilai capaian kinerja.
Tabel 20. Evaluasi dan Analisis Realisasi Nilai AKIP yang diberikan oleh Itjen Kementerian Pertanian pada Tahun 2015-2019
TahunTarget
Nilai AKIP
Realisasi
Nilai AKIP
Capaian Nilai
AKIP (%)Realisasi Capaian
2015 - 77,98 - 107,58 -
2016 - 78,62 - 106,70 -
2017 79,49 79,49 100,00 105,54 99,87
2018 83,00 82,96 99,95 101,12 99,92
2019 84,00 83,89 99,87
IK-5.1
Terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di Lingkungan
Direktorat Jenderal Perkebunan
Nilai AKIP Direktorat Jenderal
Perkebunan berdasarkan penilaian
Inspektorat Jenderal Kementerian
Pertanian
2019 Dibandingkan dengan
tahun sebelumnya
Sumber: Ditjen Perkebunan, 2019
A. Target dan Realisasi Kinerja Tahun ini
Realisasi IKSP nilai AKIP Tahun 2019 adalah sebesar 83,89 atau
mencapai 99,97% dari target 84. Nilai AKIP ini merupakan hasil
evalusi AKIP yang dilakukan pada tahun 2019 atas Kinerja Tahun 2018
dengan rincian nilai terdiri dari aspek perencanaan 26,19%; aspek
pengukuran kinerja 21,25%; aspek pelaporan kinerja 14,16%; aspek
evaluasi internal 6,69%; dan aspek pencapaian kinerja 14,68%.
B. Realisasi Kinerja serta capaian kinerja tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
Kementerian Pertanian
64 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Berdasarkan Tabel 20 diatas dapat dijelaskan bahwa realisasi kinerja
serta capaian kinerja tahun ini dibanding dengan tahun lalu dan
beberapa tahun terakhir yaitu:
Dibanding Tahun 2018, nilai AKIP Ditjenbun Tahun 2019
mengalami peningkatan sebesar 1,12% atau mencapai 101,12% dan
capaian Tahun 2019 masih lebih kecil dari tahun 2018 atau
sebesar 99,92%;
Dibanding Tahun 2017, nilai AKIP Ditjenbun Tahun 2019
mengalami peningkatan sebesar 5,54% atau mencapai 105,54% dan
capaian Tahun 2019 masih lebih kecil dari tahun 2017 atau
sebesar 99,87%;
Dibanding Tahun 2016, nilai AKIP Ditjenbun Tahun 2019
mengalami peningkatan sebesar 6,70% atau mencapai 106,7%;
Dibanding Tahun 2015, nilai AKIP Ditjen Perkebunan Tahun 2019
mengalami peningkatan sebesar 7,58% atau mencapai 107,58%.
C. Realisasi Kinerja sampai dengan tahun ini dibandingkan dengan Target Jangka Menengah Yang terdapat dalam Dokumen Rentra adalah sebesar 99,87% atau dengan katagori berhasil.
D. Realisasi Kinerja Tahun ini dibandingkan dengan Standar Nasional, yaitu 82,96% (dengann asumsi standar nasional adalah 100).
E. Analisis Penyebab Capaian/Kegagalan atau Peningakatan/Penurunan Kinerja serta Alternatif Solusi yang telah Dilakukan
Sesuai dengan kreteria nilai SAKIP Ditjen Perkebunan “A” yaitu sangat
baik dapat diambil kesimpulan bahwa pencapaian nilai SAKIP Ditjen
Perkebuan Tahun 2019 mengalami capaian dan terus meningkat
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan:
Komitmen pimpinan Ditjen Perkebunan dalam meningkatkan
akuntabilitas kinerja semakin besar;
Komitmen aparatur sipil negara (ASN) Ditjen Perkebunan
meningkatkan akuntabilitas kinerja semakin besar;
Capaian kinerja semakin meningkat
Capaian dari pembinaan yang dilakukan oleh semua pihak terkait
dalam peningkatan akuntabilitas kinerja Ditjen Perkebunan.
Beberapa hal yang harus menjadi perhatian dalam upaya
meningkatkan nilai AKIP Ditjen Perkebunan yaitu:
Keselarasan Rentra Ditjen Perkebunan dengan Renstra
Kementerian Pertanian dan Renstra Eselon II di bawahnya;
Kementerian Pertanian
65 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Menindaklanjut sebagian besar atau seluruhnya hasil
rekomenedasi dalam LAKIN untuk perbaikan kinerja ditahun
setelahnya;
Meningkatkan kinerja serapan maupun fisik kegiatan untuk
mendukung peningkatan kinerja program;
Meningkatkan keterlibatan pimpinan dalam proses
penyelenggaraan pembangunan perkebunan;
Meningkatkan nilai efesiensi secara optimal dengan
memperhatikan kaidah yang berlaku untuk menghindari
peningkatan LHA/P.
F. Analisis Efesiensi Penggunaan Sumberdaya dan Analisis Program/Kegiatan yang menunjang Capaian/Kegagalan
Kegiatan yang menunjang nilai AKIP Ditjen perkebunan merupakan
seluruh kegiatan yang melekat dalam APBN Ditjen Perkebunan Tahun
2019 yang dialokasikan kepada 38 satker lingkup Ditjen Perkebunan
baik Satker Pusat maupun daerah.
3.2.7. Nilai Kinerja (NK) Berdasarkan PMK 214 Tahun 2011 (perubahan menjadi PMK 214 2017) Tentang Pengukuran Kinerja Dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga
Sesuai dengan manual iku Ditjen Perkebunan pengukuran Nilai Kinerja
(NK) Berdasarkan PMK 249 Tahun 2011 (perubahan menjadi PMK 214
2017) Tentang Pengukuran Kinerja Dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga. Formula yang
digunakan yaitu:
NK = (I X WI)+(CH X WCH); Dimana I = (P X WP)+(K X WK) PK X WPK)+NE X WE
• I = Nilai aspek implementasi • WI= Bobot aspek implements'
• CH = Capaian hasil • P = Penyerapan anggaran
• WP= Bobot penyerapan anggaran
• K = Konsistensi antara perencanaan dan implementasi
• PK = Pencapaian keluaran
• WPK = Bobot pencapaian
keluaran
• NE = Nilai efisiensi • WE = Bobot efisiensi
• WK = Bobot konsistensi antara
perencanaan dan implementasi
Kementerian Pertanian
66 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Grafik Nilai Kinerja pada aplikasi SMART 2019
Evaluasi dan analisis realisasi dancapaian nilai AKIP tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 21. berikut: Tabel 21. Evaluasi dan analisis Nilai Kinerja (NK) Ditjen Perkebunan Tahun 2015-2019
IK – 5.2
Terwujudnya Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkunan Direktorat Jenderal Perkebunan
Nilai Kinerja (NK) berdasarkan PMK 249 Tahun 2011 tentang Pengukuran Kinerja Atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga
Tahun 2019 dibandingkan dengan Tahun Sebelumnya
Tahun Target Nilai Realisasi Nilai Kinerja
Capaian Nilai Kinerja (%)
Realisasi Capaian
2015 - - - - -
2016 - 81,19 - 102,43 -
2017 85,00 90,05 105,94 92,35 85,32
2018 90,00 75,10 83,44 110,73 108,33
2019 92,00 84,45 91,75
Sumber : Ditjen. Perkebunan, 2020 (diolah)
A. Target dan Realisasi Kinerja Tahun ini
Berdasarkan aplikasi SMART Kementerian Keuangan diperoleh realisasi
nilai kinerja (NK) Ditjen Perkebunan Tahun 2019 sebesar 84,45 atau
mencapai 91,75% dan masuk dalam kategori berhasil.
B. Realisasi Kinerja serta capaian kinerja tahun ini dibandingkan
dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun terakhir
Realisasi dan capaian nilai kinerja (NK) Ditjen Perkebunan Tahun 2019
dibandingkan dengan realisasi NK tahun lalu dan beberapa Tahun
sebelumnya yaitu:
Dibanding dengan Tahun 2018 realisasi NK Tahun 2019 mengalami
peningkatan 9,35% dan capaian NK meningkat 8,35%.
Kementerian Pertanian
67 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Dibanding dengan Tahun 2017 realisasi NK Ditjen Perkebunan
Tahun 2018 terjadi penurunan sebesar 5,60%, sedangkan capaian
NK 2019 mengalami penurunan 14,15%;
Dibanding dengan Tahun 2016, NK Ditjen Perkebunan Tahun 2019
mengalami peningkatan sebesar 3,26%.
C. Capaian Kinerja sampai dengan tahun ini dibandingkan dengan Target Jangka Menengah Yang terdapat dalam Dokumen Renstra adalah mencapai 91,79%.
D. Capaian Kinerja Tahun ini dibandingkan dengan Standar Nasional adalah 84,45% (dengan asumsi nilai tertinggi 100%).
E. Analisis Penyebab Capaian/Kegagalan atau Peningakatan/ Penurunan Kinerja serta Alternatif Solusi yang telah Dilakukan
Nilai Kinerja (NK) Ditjen perkebunan tidak mencapai target 92% atau
disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
Konsistensi penyerapan anggaran terhadap perencanaan sudah
meningkat dibanding Tahun 2018 namun belum maksimal yaitu
84,63%;
Rata-rata nilai Satker yang diukur dengan prosentasi pencapaian
kinerja relatif rendah, dimana baru mencapai 74,91%;
Dengan permasalahan tersebut diharapkan dapat melakukan
perbaikan kinerja, sebagai berikut:
Menyusun rencana kerja/jadwal pelaksanaan kegiatan (timeline)
secara terinci dengan mengacu besaran target penyerapan per
triwulan yang ditetapkan Menteri Pertanian;
Mematuhi apa yang sudah menjadi jadwal kegiatan dan jadwal
penyerapan yang termaktub dalam timeline diatas;
Meningkatkan monitoring, evaluasi dan pembinaan terhadap
pelaksanaan kegiatan dan pelaporan sesuai peraturan yang ada;
Meningkatkan dukungan anggaran dan efektifitas kegiatan
monitoring, evaluasi dan pelaporan.
3.2.8. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas LayananPublik Direktorat Jenderal Perkebunan
Indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas pelayanan publik Direktorat Jenderal Perkebunan diukur dengan menggunakan formula sebagaimana berikut:
Kementerian Pertanian
68 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Responden terdiri dari pengusaha, petani, kelompok tani, mahasiswa, dan lain-lain. Pengolahan dan Hasil Pengukuran IKM atas layanan Publik Direktorat Jenderal perkebunan seperti pada table berikut:
Tabel.22 Evaluasi dan Analisis Indeks Kepuasan masyarakat (IKM)
atas LayananPublik Direktorat Jenderal PerkebunanTahun 2015-2019
TahunTarget
Nilai
Realisasi
Nilai Kinerja
Capaian Nilai
Kinerja (%)Realisasi Capaian
2015 - - - - -
2016 - 3,36 - 106,55 -
2017 3,00 3,41 113,67 104,99 104,99
2018 3,00 3,50 116,67 102,29 102,29
2019 3,00 3,58 119,33
IK-6-1
Meningkatnya kualitas layanan dan informasi publik Direktorat Jenderal Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas
layanan publik Direktorat Jenderal
Perkebunan
2019 Dibandingkan dengan
tahun sebelumnya
Sumber: Ditjen Perkebunan, 2019
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Direktorat
Jenderal Perkebunan merupakan nilai rata-rata empat belas (14) unsur
layanan lingkup Unit Pelaksana Teknis Pusat (BBPPTP Medan, BBPPTP
Surabaya, BBPPTP Ambon dan BPTP Pontianak) meliputi: Prosedur
pelayanan, Persyaratan pelayanan, Kejelasan pelaksana pelayanan,
Kedisiplinan pelaksana pelayanan, Tanggung jawab pelaksana pelayanan,
Kemampuan pelaksana pelayanan, Keadilan mendapatkan pelayanan,
Kecepatan pelayanan, Kesopanan dan keramahan pelaksana, Kewajaran
biaya pelayanan, Kepastian jadwal pelayanan, Kenyamanan lingkungan,
dan Keamanan pelayanan.
A. Target dan Realisasi Kinerja Tahun ini Realisasi Indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas pelayanan publik Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2019 sebesar 3,58 (Nilai skala Likert 1-4) atau mencapai 119,33% dibanding target dengan kategori sangat berhasil.
B. Realisasi Kinerja serta capaian kinerja tahun ini dibandingkan dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun terakhir
Nilai IKM BBPTP Surabaya + Nilai IKM BBPTP Medan +
Nilai IKM BBPTP Ambon + Nilai IKM BBPTP Pontianak
4
æ
è
çççç
ö
ø
÷÷÷÷
x100%
Kementerian Pertanian
69 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
dari tabel dapat dijelaskan Indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas pelayanan publik Direktorat Jenderal Perkebunan ralisasi kinerja dan capaian kinerja dibandingkan tahun 2019 sebagai berikut:
dibanding Tahun 2018 realisasi kinerja mengalami peningkatan sebesar 2,29%;
dibanding Tahun 2017 realisasi kinerja mengalami peningkatan sebesar 4,99%;
sedangkan dibanding capaian kinerja Tahun 2016 mencapai 106,55%.
C. Realisasi Kinerja sampai dengan tahun ini dibandingkan dengan Target Jangka Menengah Yang terdapat dalam Dokumen Rentra.
Realisasi Indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas pelayanan publik Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2019 dibanding target jangka menengah yangterdapat dalam dokumen renstra mencapai 119,33%.
D. Realisasi Kinerja Tahun ini dibandingkan dengan Standar Nasional
Tidak dapat dianalisis karena tidak ada standar nasional untukIndeks kepuasan masyarakat (IKM) atas pelayanan publik Direktorat Jenderal Perkebunan
E. Analisis Penyebab Capaian/Kegagalan atau Peningakatan/Penurunan Kinerja serta Alternatif Solusi yang telah Dilakukan
Adanya komitmen penanggung jawab indikator kinerja aktivitas yaitu kepala bidang proteksi dan kepala bidang perbenihan pada Unit Pelaksana Teknis Pusat lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan (BBPPTP Medan, BBPPTP Surabaya, BBPPTP Ambon dan BPTP Pontianak), dan diturunkan ke level eselon IV yaitu seksi pelayanan teknik dan informasi proteksi dan seksi jaringan laboratorium proteksi, seksi pelayanan teknik dan informasi perbenihan dan seksi jaringan laboratorium perbenihan untuk melakukan pelayanan publik sesuai dengan SOP pelayanan baik pelayanan di bidang proteksi maupun pelayanan di bidang perbenihan sehinga Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan publik dapat mencapai kategori sangat berhasil.
F. Analisis Efisiensi Penggunaan Sumberdaya(penggunaan anggaran) dan analisis program/kegiatan yang menunjang capaian
Untuk mendukung pencapaian target sasaran meningkatnya kualitas layanan dan informasi publik Direktorat Jenderal Perkebunan dan indikator kinerja kegiatan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan publik Direktorat Jenderal Perkebunan maka analisis efisiensi penggunaan sumberdaya kegiatan utama Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan (BBPPTP
Kementerian Pertanian
70 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Medan, BBPPTP Surabaya, BBPPTP Ambon dan BPTP Pontianak) berupa dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan seperti berikut.
Tabel.23Analisis efisiensi atas penggunaan sumber daya kegiatan
utama dalam mencapai target indikator kinerja kegiatan Indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas pelayanan publik Direktorat Jenderal Perkebunan
KEUANGAN KEUANGAN
Rp. VOLUME SAT Rp. VOLUME SAT (%)
1 PengawasandanPengujian
MutuBenihTanaman
Perkebunan
3.374.207.000 88.734.620 Batang 3.166.734.382 93,85 71.205.317 Batang 80,25 -16,96 7,61
2 PengembanganTeknologi
ProteksiTanamanPerkebunan 4.274.561.000 39 PktTek 4.189.679.634 98,01 39 PktTek 100,00 1,99 54,96
3 FasilitasTeknisDukungan
PengujiandanPengawasan
MutuBenihsertaPenyiapan
TeknologiProteksiTanaman
Perkebunan
12.626.991.000 12 Bulan 11.611.283.205 91,96 12 Bulan 100,00 8,04 70,11
4 LayananDukungan
ManajemenEselonI6.098.388.000 4 Layanan 5.963.070.804 97,78 4 Layanan 100,00 2,22 55,55
5 LayananSaranadan
PrasaranaInternal4.455.371.000 4 Layanan 4.086.539.087 91,72 4 Layanan 100,00 8,28 70,70
6 LayananPerkantoran 50.173.397.000 4 Layanan 49.179.745.800 98,02 4 Layanan 100,00 1,98 54,95
TOTAL/RATA-RATA 81.002.915.000 78.197.052.912 96,54 2,50 56,25
(%)FISIK
Tabel1.PengukuranEfisiensiKegiatanDukunganPengolahandanPemasaranHasilPerkebunanTahun2019
NO KEGIATANTARGET REALISASI
EFISIENSINILAI
EFISIEN
SI(%)
FISIK
Sumber : LAKIN UPT Lingkup Ditjen Perkebunan, 2019 Analisis efisiensi atas penggunaan sumber daya kegiatan utama dalam
mencapai target indikator kinerja kegiatan Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM) atas pelayanan publik Direktorat Jenderal Perkebunan diatas pada
Tabel 19dapat dijelaskan bahwa kegiatan dukungan pengujian dan
pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman
perkebunan didukung dengan anggaran 81,002 milyar dengan realisasi
sebesar 96,54%, efisiensi 2,5 dan nilai efisiensi sebesar 56,25% (Efisien).
3.2.9. Nilai Pemeringkatan Informasi Publik Direktorat Jenderal Perkebunan.
Nilai pemeringkatan informasi publik (NPIP) merupakan IKSP dari sasaran
program meningkatnya kualitas layanan dan informasi publik Ditjen
Perkebunan. Pengukuran dilakukan oleh Biro Hukum dan Hubungan
Masyarakat Setjen Kementerian Pertanian mengikuti Peraturan Komisi
Informasi Publik Nomor 5 Tahun 2016 tentang Metode dan Teknik Evaluasi
Keterbukaan Informasi Badan Publik. Evaluasi dan analisis NPIP Ditjen
Perkebunan Tahun 2019 dapat dilihat pada Tabel 24.
Kementerian Pertanian
71 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Tabel 24. Evaluasi dan analisis NPIP Ditjen Perkebunan Tahun 2015- 2019
TahunTarget
Nilai
Realisasi
Nilai Kinerja
Capaian Nilai
Kinerja (%)Realisasi Capaian
2015 - - - - -
2016 - 60,07 - 127,15 -
2017 65,00 67,82 104,34 112,62 97,61
2018 70,00 70,59 100,84 108,20 100,99
2019 75,00 76,38 101,84
IK-5-2
Meningkatnya kualitas layanan dan Informasi publik Ditjen Perkebunan
Nilai Pemerinkatan Infotmasi publik Ditjen
Perkebunan
2019 Dibandingkan dengan
tahun sebelumnya
Sumber: Ditjen Perkebunan, 2019
A. Target dan Realisasi Kinerja Tahun ini
Skor nilai Pemeringkatan Informasi Publik Direktorat Jenderal
Perkebunan Tahun 2019 dengan target 75.00 dan realisasi 76.38
sehingga capaian di tahun 2018 dibanding target sebesar 101.84%
dengan kriteria sangat berhasil.
B. Realisasi Kinerja serta capaian kinerja tahun ini dibandingkan
dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun terakhir sebagai berikut:
Dibanding Tahun 2018, NPIP Ditjen Perkebunan Tahun 201
mengalami peningkatan sebesar 1,84 sedangkan capaian kinerja
2019 mengalami peningkatansebesar 0,99%;
Dibanding Tahun 2017, NPIP Ditjen Perkebunan Tahun 2019
mengalami peningkatan cukup signifikan yaitu sebesar 12,62;
Dibanding Tahun 2016, NPIP Ditjen Perkebunan Tahun 2019
mengalami peningkatan cukup signifikan yaitu sebesar 27,15;
C. Realisasi Kinerja sampai dengan tahun ini dibandingkan dengan
Target Jangka Menengah Yang terdapat dalam Dokumen Rentra adalah mencapai 101,84% masuk dalam katagori berhasil;.
D. Realisasi Kinerja Tahun ini dibandingkan dengan Standar Nasional
adalah sebesar 101,84% dengan asumsi nilai maksimal 100.
E. Analisis Penyebab Capaian/Kegagalan atau Peningakatan/
Penurunan Kinerja serta Alternatif Solusi yang telah Dilakukan
Keberhasilan mencapai target NPIP disebabkan oleh beberapa hal sebagai
berikut:
Kementerian Pertanian
72 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Komitmen pimpinan dan petugas dalam upaya melakukan pelayanan
yang memadai sesuai SOP yang telah ditetapkan;
Upaya yang dilakukan secara terus menerus untuk perbaikan sistem
dan konten informasi yang disajikan;
Menjaga kualitas informasi yang disajikan untuk pembangunan
perkebunan berkelanjutan yang menjadi konsumsi publik;
Meningkatnya upaya perbaikan tata kelola situs Web;
Kelengkapan data dan informasi yang disajikan dan sistem aplikasi;
Keragaman akses dan pemanfaatan aplikasi.
F. Analisis Efesiensi Penggunaan Sumberdaya dan Analisis
Program/Kegiatan yang menunjang Capaian/Kegagalan
Kegiatan yang menunjang pencapaian target adalah layanan perkantoran
dan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya yang yang
dilokasikan dama DIPA Ditjen Perkebunan Tahun 2019.
3.3. Realisasi Anggaran
Pada Tahun 2019 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi
anggaran yang tertuang dalam DIPA/POK dengan total anggaran sebesar
Rp. 1.116.345.100.000,-.Realisasi anggaran Direktorat Jenderal
Perkebunan pada Tahun 2019 adalah sebesar Rp. 1.072.741.473.213,-
atau 96,09% dengan capaian fisik sebesar 99,27%. Realisasi anggaran ini
dapat dilihat berdasarkan kegiatan Utama dan Kegiatan (output) Eselon II
lingkup Ditjen Perkebunan, berdasarkan jenis belanja, berdasarkan
kewenangan dan berdasarkan satker lingkup Ditjen Perkebunan.
3.3.1 Realisasi Anggaran Berdasarkan Kegiatan Utama
Realisasi anggaran berdasarkan kegiatan utama Direktorat Jenderal Perkebunan dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Realisasi dan Capaian Fisik Kegiatan Ditjen Perkebunan Tahun 2019 Berdasarkan Kegiatan Utama
NO KODEJB NAMAJENISKEGIATAN PAGU(RP) REALISASI(RP) % %FISIK
1 1777 PENGEMBANGANTANAMANTAHUNANDANPENYEGAR 378.905.183.000 366.489.880.476 96,72 97,54
2 1779 DUKUNGANPERLINDUNGANPERKEBUNAN 55.999.089.000 55.146.855.560 98,48 98,86
3 1780 DUKUNGANMANAJEMENDANDUKUNGANTEKNISLAINNYADITJENPERKEBUNAN 212.928.730.000 203.611.296.879 95,62 96,72
4 1781 DUKUNGANPENGUJIANDANPENGAWASANMUTUBENIHSERTAPENERAPANTEKNOLOGIPROTEKSI
TANAMANPERKEBUNAN
81.002.915.000 78.197.052.912 96,54 97,40
5 5888 PENGEMBANGANTANAMANSEMUSIMDANREMPAH 246.982.139.000 239.396.437.342 96,93 97,70
6 5889 DUKUNGANPENGOLAHANDANPEMASARANHASILPERKEBUNAN 83.047.667.000 80.601.959.130 97,06 97,79
7 5890 DUKUNGANPERBENIHANTANAMANPERKEBUNAN 57.479.437.000 49.297.990.914 85,77 89,32
TOTAL 1.116.345.160.000 1.072.741.473.213 96,09 97,07Sumber: OM-SPAN Kemenkeu, 2020 (diolah)
Kementerian Pertanian
73 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Berdasarkan Tabel 25 dapat dijelaskan bahwa capaian serapan Ditjen Perkebunan dikelompokkan berdasarkan kegiatan utama adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar dengan penyerapan
anggaran sebesar 96,72% dan capaian fisik sebesar 97,54%.
2. Dukungan Perlindungan Perkebunan dengan penyerapan anggaran
sebesar 98,48% dan capaian fisik sebesar 98,86%.
3. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya dengan
penyerapan anggaran sebesar 95,62% dan capaian fisik sebesar
96,72%.
4. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penyiapan
Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan dengan penyerapan
anggaran sebesar 96,54% dan capaian fisik sebesar 97,40%.
5. Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah dengan penyerapan
anggaran sebesar 96,93% dan capaian fisik sebesar 97,70%.
6. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan dengan
penyerapan sebesar 97,06% dan capaian fisik sebesar 97,79%.
7. Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan dengan serapan anggaran
sebesar 85,77% dan capaian fisik sebesar 89,32%.
3.3.2 Penyerapan Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja
Penyerapan anggaran berdasarkan jenis belanja dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan belanja sosial . Realisasi keuangan dan fisik kegiatan berdasarkan jenis belanja dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Serapan dan Capaian Fisik Kegiatan Ditjen Perkebunan Tahun 2019 Berdasarkan Jenis Belanja
NO JENISKEWENANGAN PAGU(RP) REALISASI(RP) % %FISIK
1 BelanjaPegawai 69.380.234.000 68.679.699.000 98,99 99,24
2 BelanjaBarang 1.033.162.714.000 990.986.709.636 95,92 96,94
3 BelanjaModal 13.802.212.000 13.075.064.131 94,73 96,05
4 BelanjaBantuanSosial - - - -
TOTAL 1.116.345.160.000 1.072.741.472.767 96,09 97,07Sumber: SMART/OM-SPAN Kemenkeu, 2020 (diolah)
Capaian serapan berdasarkan jenis belanja dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Belanja Pegawai terealisasi sebesar 98,99% dengan capaian fisik
sebesar 99,24%.
2. Belanja Barang terealisasi sebesar 95,92% dengan capaian fisik
sebesar 96,94%.
Kementerian Pertanian
74 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
3. Belanja Modal terealisasi sebesar 94,73% dengan capaian fisik
sebesar 96,05%.
3.3.3 Realisasi Anggaran Berdasarkan Output Kegiatan Ditjen Perkebunan
Realisasi Anggaran berdasarkan output kegiatan mencerminkan Indikator
Kinerja Kegiatan (IKK) perioritas utama Eselon II Lingkup Ditjen
Perkebunan. Realisasi berdasarkan Output Kegiatan secara terinci
dijelaskan pada Lampiran 4. Secara umum capaian output kegiatan Ditjen
Perkebunan adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar
Realisasi keuangan dan capaian fisik kegiatan pengembangan
Tanaman Tahunan dan Penyegar yaitu:
a. Pengembangan Tanaman Kopi dengan serapan sebesar 96,09% dan
capaian fisik 100%.
b. Pengembangan Tanaman Kakao dengan serapan sebesar 98,57%
dan capaian fisik 100%.
c. Pengembangan Tanaman Karet dengan penyerapan sebesar 95,53%
dan capaian fisik sebesar 99,06%.
d. Pengembangan Tanaman Kelapa dengan serapan sebesar 97,17%
dan capaian fisik sebesar 100%.
e. Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar Lainnya dengan
serapan sebesar 97,20% dan capaian fisik sebesar 100%.
f. Pengembangan Perkebunan di Daerah Perbatasan dengan serapan
sebesar 96,53% dan capaian fisik sebesar 100%.
g. Fasilitasi teknis dukungan pengembangan tanaman tahunan dan
penyegar dengan serapan sebesar 95,36% dan realisasi fisik
sebesar 100%.
2. Dukungan Perlindungan Perkebunan
Realisasi keuangan dan capaian fisik kegiatan dukungan perlindungan
perkebunan antara lain yaitu:
a. Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman
Perkebunan dengan serapan sebesar 97,99% dan capaian fisik 100%.
b. Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran
Lahan dan Kebun dengan serapan sebesar 98,15% dan capaian fisik
100%.
c. Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas
Perkebunan dengan serapan sebesar 98,44% dan capaian fisik 100%.
Kementerian Pertanian
75 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
d. Fasilitasi teknis dukungan perlindungan perlindungan Perkebunan
dengan serapan sebesar 99,35% dan capaian fisik 100%.
e. Dukungan Perlindungan Perkebunan dengan serapan sebesar 95,75%
dan capaian fisik 100%.
3. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Realisasi keuangan dan capaian fisik kegiatan Dukungan Manajemen dan
Dukungan Teknsi Lainnya yaitu:
a. Layanan Dukungan Manajemen Eselon I dengan serapan sebesar
95,18% dan capaian fisik 100%.
b. Layanan Internal dengan serapan sebesar 96,46% dan capaian fisik
100%.
c. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 97,72% dan capaian
fisik 100%.
4. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan
Realisasi keuangan dan capaian fisik kegiatan Pengujian dan Pengawasan
Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan
yaitu:
a. Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Perkebunan
dengan serapan sebesar 93,85% dan capaian fisik 80,25%;
b. Pengembangan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan dengan
serapan sebesar 98,01% dan capaian fisik 100%;
c. Fasilitasi Teknis Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih
serta Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan dengan
serapan sebesar 91,96% dan capaian fisik 100%;
d. Layanan Dukungan Manajemen Eselon I dengan serapan sebesar
97,78% dan capaian fisik 100%.
e. Layanan Internal (Overhead) dengan serapan sebesar 91,72% dan
capaian fisik 100%;
f. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 98,02% dan capaian
fisik 100%.
5. Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah Realisasi keuangan dan capaian fisik kegiatan Pengembangan Tanaman
Semusim dan Rempah yaitu:
a. Pengembangan Tanaman tebu dengan serapan sebesar 94,49% dan
capaian fisik 99,34%;
Kementerian Pertanian
76 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
b. Pengembangan Tanaman Rempah dengan serapan sebesar 98,55%
dan capaian fisik 100%
c. Pengembangan Tanaman Semusim Lainnya dengan serapan sebesar
95,32% dan capaian fisik 98,08%.
d. Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah di Papua dan Papua
Barat dengan serapan sebesar 95,38% dan capaian fisik 100%;
e. Fasilitasi Teknis Dukungan Pengembangan Tanaman Semusim dan
Rempah dengan serapan sebesar 96,70% dan capaian fisik 100%.
6. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Realisasi keuangan dan capaian fisik kegiatan Dukungan Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan yaitu:
a. Fasilitasi pasca panen tanaman perkebunan dengan serapan sebesar
94,49% dan capaian fisik 99,34%;
b. Fasilitasi Teknis Dukungan Pengembangan Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan dengan serapan sebesar 97,34% dan
capaian fisik 100%;
c. Fasilitasi Pengolahan Hasil Perkebunan dengan serapan sebesar
97,43% dan capaian fisik 100%;
d. Penerapan Standarisasi Mutu dan Pembinaan Usaha Perkebunan
dengan serapan sebesar 97,17% dan capaian fisik 100%;
e. Pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan dengan serapan
sebesar 95,55% dan capaian fisik 100%;
f. Pengembangan Pemasaran Hasil Perkebunan dengan serapan
sebesar 100% dan capaian fisik 100%;
g. Pengolahan sagu Papua dan Papua Barat dengan serapan sebesar
98,62 dan capaian fisik 100%.
7. Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan Realisasi keuangan dan capaian fisik kegiatan Dukungan Perbenihan
Tanaman Perkebunan yaitu:
1. Penyediaan Benih Unggul Tanaman Perkebunan dengan serapan
sebesar 81,98% dan capaian fisik 83,61%;
2. Fasilitasi Teknis Dukungan Penyediaan Benih Unggul Tanaman
Perkebunan dengan serapan sebesar 94,36% dan capaian fisik 100%.
3.3.4 Realisasi Anggaran Berdasarkan Satker Lingkup Ditjen Perkebunan
Sebagaimana diketahui bahwa jumlah kabupaten dan kota di seluruh
Indonesia sebanyak 514 yang tersebar di 34 provinsi. Dengan
keterbatasan APBN, untuk memenuhi rasa keadilan dan
Kementerian Pertanian
77 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
ketidakberpihakan kepada kebupaten/kota yang ingin melaksanakan
pembangunan perkebunan, maka pada Tahun 2019 Satker yang
mengelolaan dana APBN baik Dekonsentrasi maupun Tugas Pembantuan
di kelola oleh Dinas Provinsi yang menangani Perkebunan. Oleh karena itu
pada Tahun 2019 penyelenggaraan pembangunan perkebunan
dilaksanakan oleh satuan kerja (satker) lingkup Direktorat Jenderal
Perkebunan yang berjumlah 38 satker yang terdiri atas Satker Direktorat
Jenderal Perkebunan (Pusat), Satker UPT Pusat (4 satker) dan Satker
Dinas Provinsi (33 satker).
Kinerja Ditjen Perkebunan sangat tergantung pada kinerja satker-
satkernya, oleh karena itu upaya percepatan dan pencapaian target terus
dilakukan dengan cara koordinasi, sinkronisasi dan sosialisasi. Dengan
didukung oleh Tim Monev lingkup Ditjen Perkebunan baik pusat dan
daerah dan dengan berpedoman pada Pedoman Pelaksanaan Monitoring
dan Evaluasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2016 telah mampu
diperoleh informasi secara up to date setiap bulanan sehingga setiap
perkembangan pelaksanaan kegiatan terinfo ke pimpinan Ditjen
Perkebunan.
Capaian Satker tersebut dilakukan evaluasi dan analisis sehingga seecara
sederhana diperoleh prestasi satker yang secara triwulanan disampaikan
kepada Gubernur sebagai penaggungjawab daerah dan para Unit Eselon II
lingkup Ditjen Perkebunan sebagai penanggungjawab kegiatan.
Capaian keuangan per satker lingkup Ditjen Perkebunan dapat dilihat
lampiran 5.
3.3.5 Permasalahan Umum Realisasi Anggaran Tahun 2019 Dalam mendukung capaian pembangunan perkebunan ke depan
diperlukan Analisis Permasalahan dan mengidentifikasi isue strategis
dalam pelaksanaan pembangunan perkebunan.
Permasalahan secara umum pelaksanaan program dan kegiatan
pembangunan perkebunan adalah sebagai berikut:
1. Keragunan dalam pelaksanaan kontrak karena waktu yang sangat
terbatas;
2. Perubahan pola tanam menyesuaikan anomali iklim, menyebabkan
pelaksanaan kegiatan harus dilakukan secara hati-hati karena di
khawatirkan gagal tanam;
3. CP/CL yang telah dipersiapkan telah menggunakan lahannya untuk
kegiatan tanaman semusim lainnya disebabkan petani membutuhkan
pekerjaan dan pendapatan dari lahan pertanian yang diwilikinya;
Kementerian Pertanian
78 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
4. Pengadaan alat pertanian melalui e-katalog kekurangan stok di
tingkat produsen;
5. Ketersedian benih tidak sesuai dengan spesifikasi kegiatan misalnya
umur benih yang masih kurang atau lewat umur;
6. Pihak ketiga mengajukan MOU penyediaan benih yang sama dengan
pihak ketiga lainnya sehingga disaat pelaksanaan kekurangan benih
siap salur;
7. Keterbatasan pihak ketiga yang memiliki keahlian teknis sesuai
spesifikasi yang di minta;
8. Beberapa Regulasi yang menjadi penghambat percepatan
pelaksanaan kegiatan khususnya dalam kegiatan perbenihan
perkebunan atau kegiatan yang membutuhkan benih dalam
spesifikasinya;
9. Kegiatan swakelola khususnya penyediaan benih siap salur masih
terdapat beberapa kendala antara lain pedomannya terlambat
diterima, ketersediaan sumber benih, waktu sangat terbatas
khususnya APBN-P, kesiapan penangkar dll;
10. Keterbatasan dan perubahan SDM di Satker;
11. Koordinasi antar lini lingkup satker masih belum solid dan kurang
akomodatif, sehingga persiapan pelaksanaan kegiatan sering
terlambat;
12. Belum adanya sinergi yang baik antara Dinas dengan Unit Layanan
Pengadaan (ULP) dan antara pusat dengan pelaksana di Satker
daerah/antara Dinas Provinsi dengan Dinas Kabupaten atau Kota
(khususnya TP Provinsi);
13. Pelelangan yang terpusat di ULP Pemprov/Pemkab/Pemkot masih
memprioritaskan kegiatan bersumber dari APBD dan infrastruktur
sehingga pelaksanaan kegiatan Dinas yang membidangi perkebunan
mengantri dalam waktu yang lama;
14. Pelaksana kegiatan atau penggunaan anggaran yang tidak mengikuti
ROPAK;
15. Terjadinya reorganisasi dalam tubuh dinas yang membidangi
perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berdampak pada kurang
optimalnya manajemen pelaksanaan kegiatan;
16. Sebagian besar kegiatan pengembangan perkebunan tergantung
pada musim tanam/iklim. Perubahan iklim global mengakibatkan
ketidakjelasan rencana penanaman (menunggu musim);
17. Penentuan kegiatan dalam usulan proposal belum sepenuhnya
memperhatikan arus bawah secara berjenjang dan koordinasi dalam
penentuan kegiatan kurang optimal;
Kementerian Pertanian
79 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
18. Unit cost yang terlalu kecil dan terlalu besar untuk daerah-daerah
tertentu;
19. Pimpinan, penanggungjawab dan petugas/pelaksana kegiatan belum
sepenuhnya memahami Pedoman Teknis dan Pedoman-Pedoman
lainnya;
20. Rencana kegiatan belum didukung oleh kebun induk sebagai sumber
bahan untuk benih sebar/siap tanam;
21. Sistem Informasi dan Dokumentasi belum baik;
22. Terjadinya alih fungsi pemanfaatan lahan;
23. Kurangnya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan
pelatihan Pemberdayaan;
24. Implementasi Teknologi belum sepenuhnya diterapkan dan belum
tersosialisasi dengan baik;
25. Pengetahuan dan keterampilan sebagian besar petani belum
memadai;
26. Tim SPI belum optimal dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan
perkebunan.
Kementerian Pertanian
80 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan Umum
Laporan Kinerja merupakan implementasi dari Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun
2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan
Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemenrintah, sebagai
tindaklanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja
juga disusun berdasarkan atas Peratutan Menteri Pertanian Nomor 50
Tahun 2016 tentang pengelolaan akuntabilitas kinerja Kementerian
Pertanian dan PMK 214 Tahun 2017 tentang Pengukuran dan Evaluasi
Kinerja atas pelaksanaan RKA-KL.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019 yang disusun
merupakan salah satu pertanggungjawaban penyelenggaraan tugas dan
fungsi yang dilaksanakan pada tahun ke-5 (lima) pada periode
Pembangunan Perkebunan Tahun 2015-2019. Dan secara khusus
melaporkan capaian kinerja dari target yang di perjanjikan pada tahun
2019 melalui perjanjian kinerja Direktur Jenderal Perkebunan dengan
Menteri Pertanian pada Tahun 2019 atau dalam periode jangka
menenagah. Kesemuanya itu merupakan penjabaran dari
penyelenggaraan program kerja Kementerian Pertanian yang dituangkan
dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun
2015-2019 dalam Pembangunan Perkebunan yang dilaksanakan pada
Tahun 2019.
Capaian kinerja Ditjen Perkebunan berdasarkan PK Ditjen Perkebunan
adalah sebagai berikut:
1. Sasaran terpenuhinya kebutuhan pangan strategis dengan indikator
kinerja produksi gula mencapai 75,27% dengan kategori cukup
berhasil. Capaian ini dihitung berdasarkan perbandingan antara
capaian produksi Tahun 2019 sebesar 2.258.133 ton gula tebu
dibandingkan dengan target 3.000.000 ton gula tebu;
2. Capaian sasaran meningkatnya nilai tambah dan daya saing komoditas
perkebunan sesuai dengan indikator sebagai berikut:
c) Pertumbuhan ekspor untuk produk perkebunan mencapai 148,17%
dengan kategori sangat berhasil. Capaian ini dihitung berdasarkan
Kementerian Pertanian
81 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
perbandingan antara capaian rata-rata ekpsor komoditas
perkebunan Tahun 2019 sebesar 5,66% dibandingkan dengan
target 3,82%;
d) Rasio pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk industri
dalam negeri mencapai 199,83% dengan katagori sangat berhasil.
perbandingan antara besarnya pemenuhan sebesar 49.686.460 ton
dibanding kebutuhan 62.160.211 ton atau terpenuhi 79,93%
dibandingkan dengan target pemenuhan 40% untuk lima komoditas
unggulan (kelapa sawit, karet, kakao, kopi dan tebu).
3. Capaian Sasaran Tersedianya infrastruktur pertanian pasca panen
terpenuhinya kebutuhan pangan strategis dengan indikator kinerja
ketersediaan alat dan mesin pertanian (alsintan) berdasarkan
kebutuhan (pasca panen perkebunan) mencapai 100%. Dihitung
berdasarkan realisasi ketersediaan alsintan sebesar 255 Unit dari 255
unit yang ditargetkan;
4. Capaian sasaran terkendalinya penyebaran OPT dan tertanggulanginya
DPI pada tanaman perkebunan dengan indikator kinerja rasio luas
serangan OPT terkendali dan area terkena DPI tertanggulangi
terhadap luas lahan terserang OPT dan berpotensi terkena DPI
sebesar 1,597% atau mencapai 99,81% dengan katagori cukup
berhasil. Dihitung berdasarkan luas serangan OPT terkendali dan area
DPI tertanggulangi seluas 7.490 Ha dibandingkan dengan luas
terserang OPT dan berpotensi terkena DPI seluas 468.923Ha atau
tertanggulangi sebesar 1,597%. Adapun populasi perhitungan secara
keseluruhan adalah 11.515.907 ha.
5. Capaian sasaran kinerja terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah dilingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan sesuai
indikator kinerja sebagai berikut:
c) Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perkebunan berdasarkan penilaian
Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian (Skor Nilai SAKIP)
mencapai 83,39% atau 99,27% masuk dalam katagori berhasil.
Dihitung berdasarkan capaian nilai SAKIP sebesar 83,39 dibanding
target 84,00.
d) Nilai Kinerja(NK) (berdasarkan PMK 214 tahun 2017 tentang
Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan Rencana Kerja
dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga) sebesar 84,52 atau
91,87% dari target 92 masuk dalam katagori berhasil. Dihitung
Kementerian Pertanian
82 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
berdasarkan nilai kinerja yang ada dalam aplikasi on line SMART
PMK 214 Tahun 2017 yang diisi oleh semua satker lingkup Ditjen
Perkebunan.
6. Capaian sasaran kinerja meningkatnya kualitas layanan dan informasi
publik Direktorat Jenderal Perkebunan sebagai berikut:
c) Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Direktorat
Jenderal Perkebunan (Nilai Skala Likert 1-4) sebesar 3,58 atau
mencapai 119,33% masuk dalam katagori sangat berhasil. Dihitung
berdasarkan realisasi rata-rata Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
atas layanan publik Direktorat Jenderal Perkebunan (Nilai Skala
Likert 1-4) dari empat Unit Pelayanan Teknis (UPT) pusat lingkup
Ditjen Perkebunan.
d) Nilai pemeringkatan informasi publik Direktorat Jenderal
Perkebunan (Skor Nilai) sebesar 78,36% atau mencapai 104,48%
masuk dalam katagori sangat berhasil. NPIP ini diperoleh
berdasarkan hasil penilaian dari Biro Hukum dan Hubungan
Masyarakat Setjen Kementerian Pertanian mengikuti Peraturan
Komisi Informasi Publik Nomor 5 Tahun 2016 tentang Metode dan
Teknik Evaluasi Keterbukaan Informasi Badan Publik
Dalam rangka menunjang pencapaian PK 2019, Direktorat Jenderal
Perkebunan melaksanakan program “Peningkatan produksi tanaman
perkebunan berkelanjutan”. Program tersebut dilaksanakan dalam
kegiatan peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim dan
rempah, tanaman tahunan dan penyegar, perlindungan perkebunan,
pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan, perbenihan perkebunan,
dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Ditjen Perkebunan,
serta dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penerapan
teknologi proteksi tanaman.
Realisasi anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan pada Tahun 2019
adalah sebesar Rp. 1.072.741.473.213,- atau mencapai 96,09% dari pagu
DIPA/POK dengan total anggaran sebesar Rp. 1.116.345.100.000,-dengan
capaian fisik sebesar 99,27%.
Capaian serapan Ditjen Perkebunan berdasarkan kegiatan utama adalah
sebagai berikut:
1. Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar dengan penyerapan
anggaran sebesar 96,72% dan capaian fisik sebesar 97,54%.
2. Dukungan Perlindungan Perkebunan dengan penyerapan anggaran
sebesar 98,48% dan capaian fisik sebesar 98,86%.
Kementerian Pertanian
83 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
3. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya dengan
penyerapan anggaran sebesar 95,62% dan capaian fisik sebesar
96,72%.
4. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penyiapan
Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan dengan penyerapan
anggaran sebesar 96,54% dan capaian fisik sebesar 97,40%.
5. Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah dengan penyerapan
anggaran sebesar 96,93% dan capaian fisik sebesar 97,70%.
6. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan dengan
penyerapan sebesar 97,06% dan capaian fisik sebesar 97,79%.
7. Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan dengan serapan anggaran
sebesar 85,77% dan capaian fisik sebesar 89,32%.
Sedangkan capaian serapan berdasarkan jenis belanja dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Belanja Pegawai terealisasi sebesar 98,99% dengan capaian fisik
sebesar 99,24%.
2. Belanja Barang terealisasi sebesar 95,92% dengan capaian fisik
sebesar 96,94%.
3. Belanja Modal terealisasi sebesar 94,73% dengan capaian fisik
sebesar 96,05%.
Permasalahan secara umum pelaksanaan program dan kegiatan
pembangunan perkebunan adalah sebagai berikut:
1. Keragunan dalam pelaksanaan kontrak karena waktu yang sangat
terbatas;
2. Perubahan pola tanam menyesuaikan anomali iklim, menyebabkan
pelaksanaan kegiatan harus dilakukan secara hati-hati karena di
khawatirkan gagal tanam;
3. CP/CL yang telah dipersiapkan telah menggunakan lahannya untuk
kegiatan tanaman semusim lainnya disebabkan petani membutuhkan
pekerjaan dan pendapatan dari lahan pertanian yang diwilikinya;
4. Pengadaan alat pertanian melalui e-katalog kekurangan stok di
tingkat produsen;
5. Sebagian ketersedian benih belum sesuai dengan spesifikasi kegiatan
misalnya umur benih yang masih kurang atau lewat umur;
6. Pihak ketiga mengajukan MOU penyediaan benih yang sama dengan
pihak ketiga lainnya sehingga disaat pelaksanaan kekurangan benih
siap salur;
7. Keterbatasan pihak ketiga yang memiliki keahlian teknis sesuai
spesifikasi yang di minta;
Kementerian Pertanian
84 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
8. Kegiatan swakelola khususnya penyediaan benih siap salur masih
terdapat beberapa kendala antara lain pedomannya terlambat
diterima, ketersediaan sumber benih, waktu sangat terbatas
khususnya APBN-P, kesiapan penangkar dll;
9. Keterbatasan dan perubahan SDM di Satker;
10. Koordinasi antar lini lingkup satker masih belum solid dan kurang
akomodatif, sehingga persiapan pelaksanaan kegiatan sering
terlambat;
11. Belum adanya sinergi yang baik antara Dinas dengan Unit Layanan
Pengadaan (ULP) dan antara pusat dengan pelaksana di Satker
daerah/antara Dinas Provinsi dengan Dinas Kabupaten atau Kota
(khususnya TP Provinsi);
12. Pelelangan yang terpusat di ULP Pemprov/Pemkab/Pemkot masih
memprioritaskan kegiatan bersumber dari APBD dan infrastruktur
sehingga pelaksanaan kegiatan Dinas yang membidangi perkebunan
mengantri dalam waktu yang lama;
13. Pelaksana kegiatan atau penggunaan anggaran yang tidak mengikuti
ROPAK;
14. Terjadinya reorganisasi dalam tubuh dinas yang membidangi
perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berdampak pada kurang
optimalnya manajemen pelaksanaan kegiatan;
15. Sebagian besar kegiatan pengembangan perkebunan tergantung
pada musim tanam/iklim. Perubahan iklim global mengakibatkan
ketidakjelasan rencana penanaman (menunggu musim);
16. Penentuan kegiatan dalam usulan proposal belum sepenuhnya
memperhatikan arus bawah secara berjenjang dan koordinasi dalam
penentuan kegiatan kurang optimal;
17. Unit cost yang terlalu kecil dan terlalu besar untuk daerah-daerah
tertentu;
18. Pimpinan, penanggungjawab dan petugas/pelaksana kegiatan belum
sepenuhnya memahami Pedoman Teknis dan Pedoman-Pedoman
lainnya;
19. Rencana kegiatan belum didukung oleh kebun induk sebagai sumber
bahan untuk benih sebar/siap tanam;
20. Sistem Informasi dan Dokumentasi belum baik;
21. Terjadinya alih fungsi pemanfaatan lahan;
22. Kurangnya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan
pelatihan Pemberdayaan;
23. Implementasi Teknologi belum sepenuhnya diterapkan dan belum
tersosialisasi dengan baik;
Kementerian Pertanian
85 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
24. Pengetahuan dan keterampilan sebagian besar petani belum
memadai;
25. Tim SPI Satker belum optimal dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan
perkebunan.
4.2.Rencana Tindak Strategis
Laporan ini diharapkan menjadi dokumen yang aspiratif dalam
mendukung penilaian kinerja Ditjen perkebunan. Oleh karena diharapkan
mampu dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan kinerja dimasa
yanga akan datang. Rencana tindak strategis yang harus dilakukan untuk
meningkatkan mutu laporan dan subtansinya khususnya capaian kinerja
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan produksi gula tebu dengan program peningkatan
produksi tebu dengan perluasan, bongkar ratoon, rawat ratoon,
penyediaan benih unggul bersertifikat, penyediaan alsintan, fasilitasi
pemberdayaan petani, peningkatan rendemen, fasilitasi revitalisasi
pengalahan gula berbasis tebu, fasilitasi dalam menjaga stabilisasi
harga dan lain-lain.
2. Meningkatkan volume ekspor dengan program kegiatan peningkatan
produksi, pasca panen, pemasaran hasil perkebunan dan koordinasi
dengan instansi terkait.
3. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk
industri dalam negeri dengan peningakatn produksi komoditas
perkebunan dan pendataan yang informatif.
4. Fasilitasi dan penyediaan alat dan mesin pertanian.
5. Meningkatkan pengendalian OPT dan penaggulangan terhadap DPI
6. Meningkatkan nilai SAKIP lingkup Ditjen Perkebunan diharapkan
mampu menginspirasi penaggungjawab kegiatan untuk meningkatkan
kinerja dari perencanaan, pelaksanaan sampai kepada
pertanggungjawaban kegiatan.
7. Meningkatkan NK dengan fasilitasi terhadap kegiatan monitoring,
evaluasi dan pelaporan ke seluruh satker lingkup Ditjen Perkebunan
8. Meningkatkan IKM dan NPIP dengan fasilitasi dan pembinaan kepada
ASN lingkup Ditjen perkebunan dan pembinaan manajemen serta
teknis lainnya
9. Selain permasalahan teknis, permasalahan umum yang sifatnya isu
stratragis hendaknya menjadi acuan dalam mencari solusi dan upaya
tindaklanjut, sehingga kinerja dapat ditingkatkan.
Kementerian Pertanian
86 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
10. Laporan ini sebagai rangkuman dari kinerja dibawahnya hendaknya
dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan kinerja kegiatan. Hal
ini disebabkan kinerja program merupakan dampak dari kinerja
kegiatan-kegiatan yang mendukungnya.
11. Indikator kinerja hendaknya menjadi daya dorong dan acuan dalam
merumuskan jalannya pelaksanaan kegiatan sehingga titik kritis-titik
kritisnya dapat terindentifikasi secara dini dan up to date sehingga
upaya penyelesaian dapat segera dilakukan.
Kementerian Pertanian
87 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
Lampiran 1
Kementerian Pertanian
88 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Kementerian Pertanian
89 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Kementerian Pertanian
90 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Kementerian Pertanian
91 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Lampiran 2
Kementerian Pertanian
92 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
SASARAN PROGRAM (SP) DAN
INDIKATOR KINERJA SASARAN PROGRAM (IKSP)
Sasasaran Program IKSP SAT Capaian
2016
Target
2017 2018 2019
SP01
Terpenuhinyakebutu
han
panganstrategis
perkebunan
01
Produksi gula tebu
Juta
Ton
-
-
2,6
3
SP02
Meningkatnyanilai
tambahdandayas
aing
komoditaspertania
n perkebunan
02
Pertumbuhanvolume eksporuntuk
produk perkebunan
%
-
6,06
4,57
3,82
03
Rasio pemenuhan
kebutuhankomoditas
perkebunanuntuk industri
dalamnegeri
%
-
TBD
TBD
TBD
SP03
Tersedianyainfrastru
ktur
pertanianperkebuna
n pasca panen
04
RasioketersediaanAlat dan
MesinPertanian(Alsintan)
berdasarkankebutuhan
(pascapanenperkebunan)
%
100
100
100
100
SP04
Terkendalinya
penyebaranOPTdanD
PI padatanaman
perkebunan
05
RasioseranganOPTdan
DPIterhadapluastanam
tanamanperkebunan
%
-
TBD
TBD
TBD
Terwujudnya
06
NilaiAKIPDirektoratJenderal
Perkebunanberdasarkan
penilaianInspektorat
JenderalKementerian Pertanian
Nilai
79,69
82
83
84
Lampiran 3
Kementerian Pertanian
93 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Sasasaran Program IKSP SAT Capaian
2016
Target
2017 2018 2019
SP5
akuntabilitas kinerja
instansi
pemerintahdi
lingkunganDirektora
t
JenderalPerkebuna
n
07
NilaiKinerja(NK)
(berdasarkanPMK249tahun 2011)
Nilai
81,19
85
90
92
SP6
Meningkatnyakualita
s layanan
daninformasi
publikDirektorat
JenderalPerkebunan
0078
Indeks KepuasanMasyarakat
(IKM)ataslayanan publik
DirektoratJenderal Perkebunan
Nilai
IKM
3
3
3
3
9
Nilaipemeringkataninformasi
publikDirektoratJenderal Perkebunan
Nilai
60,07
65
70
75
Kementerian Pertanian
94 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Realisasi Berdasarkan Output Kegiatan Ditjen Perkebunan Tahun 2019
Pagu Realisasi Realisasi Target Realisasi Realisasi
(Rp.) (Rp.) (%) (Volume) (Volume) (%)
1 1777001|Pengembangan Tanaman Kopi Ha 106.628.626.000 102.455.622.305 96,09 11.830 11.830 100,00
2 1777002|Pengembangan Tanaman Kakao Ha 99.628.967.000 98.208.080.330 98,57 7.730 7.730 100,00
3 1777003|Pengembangan Tanaman Karet Ha 99.559.523.000 95.111.808.872 95,53 16.010 15.860 99,06
4 1777004|Pengembangan Tanaman Kelapa Ha 39.187.295.000 38.077.391.899 97,17 14.125 14.125 100,00
5 1777005|Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar Lainnya Ha 11.555.535.000 11.232.016.245 97,20 1.800 1.800 100,00
6 1777006|Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar di Papua dan Papua Barat Ha 8.325.608.000 8.036.410.300 96,53 540 540 100,00
7 1777007|Fasilitas Teknis Dukungan Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar Bulan 14.019.629.000 13.368.550.525 95,36 12 12 100,00
Total Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar 378.905.183.000 366.489.880.476 96,72 99,75
6 1779001|Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Perkebunan Ha 16.031.690.000 15.708.821.927 97,99 7.350 7.350 100,00
7 1779002|Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun KT 2.161.825.000 2.121.820.326 98,15 7 7 100,00
8 1779003|Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan Desa 20.328.020.000 20.010.315.858 98,44 155 160 103,23
9 1779004|Fasilitas Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan Bulan 15.863.104.000 15.760.092.936 99,35 12 12 100,00
10 1779006|Penanganan Gangguan dan Konflik Usaha Provinsi 1.614.450.000 1.545.804.513 95,75 20 20 100,00
Total Dukungan Perlindungan Perkebunan 55.999.089.000 55.146.855.560 98,48 101,17
11 1780950|Layanan Dukungan Manajemen Eselon I Layanan 173.507.307.000 165.148.348.901 95,18 109 109 100,00
12 1780951|Layanan Sarana dan Prasarana Internal Layanan 4.828.768.000 4.657.618.700 96,46 1 1 100,00
13 1780994|Layanan Perkantoran Layanan 34.592.655.000 33.805.329.278 97,72 1 1 100,00
Total Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan 212.928.730.000 203.611.296.879 95,62 100,00
14 1781001|Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Perkebunan Batang 3.374.207.000 3.166.734.382 93,85 88.734.620 71.205.317 80,25
15 1781002|Pengembangan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Pkt Tek 4.274.561.000 4.189.679.634 98,01 39 39 100,00
16
1781003|Fasilitas Teknis Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penyiapan Teknologi Proteksi
Tanaman Perkebunan Bulan 12.626.991.000 11.611.283.205
91,96 12 12 100,00
17 1781950|Layanan Dukungan Manajemen Eselon I Layanan 6.098.388.000 5.963.070.804 97,78 4 4 100,00
18 1781951|Layanan Sarana dan Prasarana Internal Layanan 4.455.371.000 4.086.539.087 91,72 4 4 100,00
19 1781994|Layanan Perkantoran Layanan 50.173.397.000 49.179.745.800 98,02 4 4 100,00
No Kode/Nama Output Satuan
Keuangan Fisik
Lampiran 4
Kementerian Pertanian
95 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Kementerian Pertanian
96 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Realisasi Berdasarkan Satker Ditjen Perkebunan Tahun 2019
Lampiran 5
Kementerian Pertanian
97 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Kementerian Pertanian
98 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Kementerian Pertanian
99 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Kementerian Pertanian
100 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Kementerian Pertanian
101 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Kementerian Pertanian
102 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Kementerian Pertanian
103 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
Kementerian Pertanian
104 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2019
PERNYATAAN TELAH DI REVIU