2
Nama : Gepasiantias Albirry NPM : 110 110 110 572 Penanganan Perkara TUN Legal Opinion : Minimarket Dilarang Menjual Minuman Beralkohol sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06/M-DAG/PER/2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol. Dasar Hukum 1. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 74 Tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman beralkohol. 2. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 20/M-DAG/PER/4/2014 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 06/M-DAG/PER/1/2015. Fakta Kementrian Perdagangan telah melarang penjualan minuman beralkohol golongan A di minimarket. Hal itu seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 tentang pengendalian dan pengawasan terhadap pengadaan, peredaran dan penjualan minuman beralkohol menyebutkan pelarangan menjual minuman beralkohol di bawah 5% termasuk bir di lokasi-lokasi yang berdekatan dengan perumahan, sekolah, rumah sakit, rumah ibadah, terminal, stasiun, gelanggang olahraga, kaki lima, kios- kios, penginapan remaja, bumi perkemahan. Menteri Perdagangan Rachmat Gobel melarang penjualan minuman beralkohol golongan A di minimarket. Minuman alcohol golongan A merupakan minuman dengan kadar alcohol kurang dari 5%. Pemerintah mempersempit ruang gerak penjualan minuman beralkohol golongan A, jika sebelumnya masih bisa dibeli di minimarket, maka dengan adanya peraturan baru ini maka minuman beralkohol golongan A tersebut hanya bisa dibeli di supermarket. Sebelumnya, sesuai yang tertulis pada pasal 7 ayat 1 Perpres 74/2013, minuman beralkohol golongan A, golongan B, dan golongan C hanya dapat dijual di : 1. Hotel, bar, dan restoran yang memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundang- undangan di bidang kepariwisataan. 2. Toko bebas bea 3. Tempat tertentu selain huruf a dan b yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota dan Gubernur untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dengan ketentuan tempat tersebut tidak berdekatan dengan tempat peribadatan, lembaga pendidikan dan rumah sakit.. Permendag nomor 6 tahun 2015 ini memperkuat Peraturan Presiden nomor 74 tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol. Peraturan Presiden itu diterbitkan menyusul Putusan Mahkamah Agung No 42P/HUM/2012 Tanggal 18 Juni 2013 yang menyatakan Keputusan Presiden No.3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol sebagai tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum. Namun ada saja pihak-pihak yang menentang pertauran baru ini, seperti Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta yang menyayangkan keluarnya aturan ini. Sebab, di daerah-daerah wisata seperti Bali, minimarket bebas menjual bebas minuman beralkohol. “Pebisnis ritel mengandalkan jualan minuman beralkohol untuk melayani kebutuhan turis asing” ujar Tutum pada harian Kompas yang terbit pada Rabu (21/1/2015). 1 Menurut dia, pemerintah sebaiknya mengembalikan aturan atas perdagangan minuman beralkohol ke masing-masing daerah. Dengan begitu masing-masing daerah bisa mengandalkan bisnisnya masing-masing. Ada baiknya pemerintah lebih memperketat izin penjualan minuman beralkohol saja. Seperti aturan sebelumnya, yakni Permendag NO 20/M-DAG/PER/2014 yang membolehkan minimarket dan pengecer menjajakan minuman alkohol tipe A, syaratnya mereka wajib mengajukan Surat Keterangan Penjual Minuman Golongan A (SKP-A). minimarket hanya boleh menjual minuman beralkohol ke pembeli berusia di atas 21 tahun. Selain itu, pedagang harus menempatkan minuman beralkohol di rak khusus, dan melarang pembeli meminum langsung di gerai itu. Pendapat Hukum 1 Harian Kompas, Menteri Perdagangan Larang Minimarket Jual Minuman Beralkohol, Rabu 21/1/2015.

Kemtun Albi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ab

Citation preview

Page 1: Kemtun Albi

Nama : Gepasiantias Albirry

NPM : 110 110 110 572

Penanganan Perkara TUN

Legal Opinion : Minimarket Dilarang Menjual Minuman Beralkohol sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06/M-DAG/PER/2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol.

Dasar Hukum

1. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 74 Tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman beralkohol.

2. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 20/M-DAG/PER/4/2014 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 06/M-DAG/PER/1/2015.

Fakta

Kementrian Perdagangan telah melarang penjualan minuman beralkohol golongan A di minimarket. Hal itu seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 tentang pengendalian dan pengawasan terhadap pengadaan, peredaran dan penjualan minuman beralkohol menyebutkan pelarangan menjual minuman beralkohol di bawah 5% termasuk bir di lokasi-lokasi yang berdekatan dengan perumahan, sekolah, rumah sakit, rumah ibadah, terminal, stasiun, gelanggang olahraga, kaki lima, kios-kios, penginapan remaja, bumi perkemahan. Menteri Perdagangan Rachmat Gobel melarang penjualan minuman beralkohol golongan A di minimarket. Minuman alcohol golongan A merupakan minuman dengan kadar alcohol kurang dari 5%. Pemerintah mempersempit ruang gerak penjualan minuman beralkohol golongan A, jika sebelumnya masih bisa dibeli di minimarket, maka dengan adanya peraturan baru ini maka minuman beralkohol golongan A tersebut hanya bisa dibeli di supermarket. Sebelumnya, sesuai yang tertulis pada pasal 7 ayat 1 Perpres 74/2013, minuman beralkohol golongan A, golongan B, dan golongan C hanya dapat dijual di :

1. Hotel, bar, dan restoran yang memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan di bidang kepariwisataan.2. Toko bebas bea3. Tempat tertentu selain huruf a dan b yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota dan Gubernur untuk Daerah Khusus Ibukota

Jakarta, dengan ketentuan tempat tersebut tidak berdekatan dengan tempat peribadatan, lembaga pendidikan dan rumah sakit..

Permendag nomor 6 tahun 2015 ini memperkuat Peraturan Presiden nomor 74 tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol. Peraturan Presiden itu diterbitkan menyusul Putusan Mahkamah Agung No 42P/HUM/2012 Tanggal 18 Juni 2013 yang menyatakan Keputusan Presiden No.3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol sebagai tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum.

Namun ada saja pihak-pihak yang menentang pertauran baru ini, seperti Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta yang menyayangkan keluarnya aturan ini. Sebab, di daerah-daerah wisata seperti Bali, minimarket bebas menjual bebas minuman beralkohol. “Pebisnis ritel mengandalkan jualan minuman beralkohol untuk melayani kebutuhan turis asing” ujar Tutum pada harian Kompas yang terbit pada Rabu (21/1/2015).1 Menurut dia, pemerintah sebaiknya mengembalikan aturan atas perdagangan minuman beralkohol ke masing-masing daerah. Dengan begitu masing-masing daerah bisa mengandalkan bisnisnya masing-masing. Ada baiknya pemerintah lebih memperketat izin penjualan minuman beralkohol saja. Seperti aturan sebelumnya, yakni Permendag NO 20/M-DAG/PER/2014 yang membolehkan minimarket dan pengecer menjajakan minuman alkohol tipe A, syaratnya mereka wajib mengajukan Surat Keterangan Penjual Minuman Golongan A (SKP-A). minimarket hanya boleh menjual minuman beralkohol ke pembeli berusia di atas 21 tahun. Selain itu, pedagang harus menempatkan minuman beralkohol di rak khusus, dan melarang pembeli meminum langsung di gerai itu.

Pendapat Hukum

Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Aprindo tersebut, pada dasarnya peredaran minuman beralkohol di masyarakat cenderung meresahkan. Hal itu disebabkan karena terlalu mudahnya masyarakat kita menjangkau dan membeli minuman beralkohol. Maka dengan adanya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 ini diharapkan dapat sedikit mengurangi peredaran minuman beralkohol di masyarakat. Sudah sepatutnya peraturan ini ada dan dilaksanakan, karena minuman beralkohol bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat Indonesia. Banyak juga daerah-daerah di Indonesia yang telah menetapkan peraturan daerah yang berkaitan dengan larangan peredaran minuman beralkohol seperti yang telah dilakukan di Sukabumi melalui Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1/2014 tentang Larangan Peredaran Miras.

Jika melihat aturan yang terdapat dalam pasal 7 Perpres No. 74 tahun 2013, sangat wajar apabila penjualan minuman beralkohol di minimarket dilarang karena dilihat dari sudut persaingan usaha banyak pelaku usaha yang membuka toko ritel di tempat-tempat yang berdekatan dengan tempat peribadatan, tempat pendidikan (sekolah, kampus), terminal, stasiun, rumah sakit dan tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota atau Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan memperhatikan kondisi daerah masing-masing. Di minimarket, konsumen dapat dengan leluasa melihat, memilih dan menentukan sendiri barang yang akan dibeli berdasarkan harga yang tertera. Pada akhirnya konsumen tidak hanya membeli barang yang dibutuhkan akan tetapi juga membeli barang yang diinginkan, yang lebih bahayanya lagi apabila konsumen tersebut berusia dibawah 21 tahun. Hal tersebut juga membuat semua kalangan dari berbagai usia dapat dengan mudah membeli dan menikmati minuman beralkohol. Inilah yang membuat pelajar ataupun anak dibawah umur dapat dengan mudah mengkonsumsi alkohol karena tidak ada pengawasan batas usia dalam pembelian produk minuman beralkohol dari pihak minimarket. Hal ini membuktikan bahwa dalam prakteknya banyak minimarket yang menjual minuman beralkohol yang tidak menjalankan usahanya sesuai prosedur yang terdapat dalam pasal 15 Permendag N0. 20 Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa penjualan minuman beralkohol hanya dapat diberikan kepada konsumen yang telah berusia 21 tahun keatas dengan menunjukkan kartu identitas kepada petugas di minimarket, sehingga dapat menyebabkan setiap kalangan bebas

1 Harian Kompas, Menteri Perdagangan Larang Minimarket Jual Minuman Beralkohol, Rabu 21/1/2015.

Page 2: Kemtun Albi

mendapatkan minuman beralkohol. Minuman beralkohol dapat memberikan dampak dan efek yang buruk terhadap kesehatan. Di pemberitaan media massa akhir-akhir ini sering kita melihat warga yang meregang nyawa akibat minuman beralkohol. Kondisi ini jelas sungguh memperihatinkan. Untuk mencegah lebih banyak lagi generasi bangsa yang menjadi korban minuman beralkohol, perlu adanya perhatian dan pengawasan dari keluarga dan juga tindakan dari pemerintah agar kedepannya fenomena ini tidak terjadi lagi. Menurut saya dengan adanya peraturan yang baru ini dapat meredam dan mengurangi konsumsi minuman keras di Indonesia yang saat ini sudah sangat memprihatinkan karena minuman keras sudah dapat dikonsumsi oleh siapapun saat ini, bahkan tak kenal usia. Namun disamping peraturan tersebut, ada hal yang tidak kalah penting yang juga harus diperhatikan yaitu dengan adanya larangan penjualan minuman beralkohol di minimarket akan dikhawatirkan dapat memicu peredaran miras oplosan (illegal). Hal ini merupakan imbas dari dibatasinya akses masyarakat untuk membeli minuman beralkohol yang legal. Maka untuk mencegah terjadinya hal ini, diharapkan aparat penegak hukum dapat bertindak tegas terhadap pelaku penjual miras oplosan.

Sumber referensi:

- Peraturan Presiden No. 74 Tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol- Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1/2014 tentang Larangan Peredaran Miras.- Peraturan Menteri Perdagangan No.6 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Permendag No.20 Tahun 2014 tentang

Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol.- www.Kompas.com - http://industri.bisnis.com/read/20150126/100/395048/bir-dilarang-di-minimarket-kebijaksanaan-rachmat-gobel-

dihujani-kritik