Upload
adi-wirasmo
View
172
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI ANTROPOMETRI PERBAIKAN MERIAM
TYPE OERLIKON 20 MM
(STUDI KASUS DI KRI SOPUTAN-923 SATBANARMATIM)
TUGAS MATA KULIAH ERGONOMI
Disusun oleh Kelompok 5 :
Anggota : 1. Kapten Laut (P) Adi Wirasmo NRP 14904/P
2. Kapten Laut (P) Agus Tri Ariyanto NRP 15365/P
3. Lettu Laut (S) Aries Sofyan NRP 16642/P
4. Lettu Adm Adzani NRP 532466
KOMANDO PENGEMBANGAN DAN PENDIDIKAN TNI ANGKATAN LAUT
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
SURABAYA
2010
STUDI ANTROPOMETRI PERBAIKAN MERIAM
TYPE OERLIKON 20 MM
(STUDI KASUS DI KRI SOPUTAN-923 SATBANARMATIM)
ABSTRAK
Meriam Type Oerlikan 20 mm KRI Soputan-923 adalah
alutsista yang dimiliki oleh TNI AL merupakan jenis alutsista lama
yang masih harus dipergunakan dengan semaksimal mungkin
guna mendukung tugas dalam menjalankan fungsi pertahanan
Negara khususnya penegakan kedaulatan NKRI di laut.
Dimana untuk mencapai kondisi yang lebih baik penulis
mengawali penelitian ini dengan melakukan kajian terhadap konsep
antropometri dan perancangan sistem kerja terhadap dimensi
pegangan tangan pada meriam oerlikon 20 mm di KRI
Soputan-923 sehingga didapatkan rancangan meriam oerlikon
yang sesuai dengan dimensi tubuh operatornya.
Kata kunci : konsep antropometri, dimensi, pegangan tangan.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
TNI Angkatan Laut memerlukan alat utama sistem senjata
(Alutsista) untuk mendukung tugas pokoknya dalam menjaga
kedaulatan wilayah NKRI di laut, namun alutsista yang dimiliki
oleh TNI kebanyakan adalah alutsista lama yang masih
dipergunakan dengan semaksimal mungkin. Karena tugas TNI
dalam menjalankan fungsi pertahanan Negara harus tetap
berjalan, meskipun dukungan anggaran sangat terbatas.
Demikian juga meriam jenis oerlikon 20 mm yang masih
digunakan untuk melengkapi persenjataan KRI Soputan-923.
Meriam yang dirancang pada tahun 1919 ini telah banyak
digunakan dalam perang dunia pertama maupun kedua oleh
beberapa negara termasuk Inggris, Jerman, Jepang dan juga
Angkatan Laut Amerika ( U.S. Navy)
Dari pengalaman operator penggunaan meriam oerlikon
20 mm pada KRI Soputan-923 dirasa kurang nyaman, sehingga
operator mengalami kesulitan dalam melakukan penembakan
ataupun dalam mengarahkan meriam kesasaran. Dicontohkan
oleh salah seorang operator bahwa dalam sepuluh kali latihan
penembakan dalam cuaca yang mendukung hanya dua
penembakan yang tepat sasaran, disamping itu dirasakan
adanya ketidaknyamanan pada carphalis yaitu antara ibu jari
dan telunjuk pada saat menembak dan mengarahkan meriam
pada sasaran. hal ini disebabkan pegangan tangan yang terlalu
pendek dan kecil.
Gambar 1. Pegangan tangan meriam oerlikon 20 mm KRI
Soputan-923
Ketepatan pada sasaran merupakan hal pokok yang harus
dilaksanakan dalam pengoperasian meriam, tanpa ketepatan
sasaran seberapapun kerusakan yang dihasilkan meriam menjadi
6 cm
tidak bermanfaat. Ketepatan ini dipengaruhi beberapa faktor yaitu
kecakapan operator, kondisi cuaca dan kesesuaian peralatan.
Pemasalahan berkaitan dengan kecakapan operator dapat
diatasi dengan memberikan latihan yang cukup serta pengalaman
selama berdinas, kondisi cuaca diatasi dengan perencanaan waktu
menembak yang baik sedangkan ketidak sesuaian peralatan dapat
diatasi dengan merubah dimensi peralatan yang disesuaikan
dengan dimensi tubuh operator.
Sebagai senjata yang digunakan untuk pertahanan udara
pada kapal permukaan, saat ini meriam oerlikon 20 mm belum
mempunyai pengganti dikarenakan keterbatasan anggaran
sehingga pemanfaatannya harus dioptimalkan. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan menyesuaikan atau
mendesain ulang peralatan. Penyesuaian peralatan ini dapat
dilaksanakan dengan menyesuaikan dimensi peralatan dengan
dimensi tubuh manusia.
Bagian yang perlu disesuaikan dengan operator adalah
bagian pegangan tangan dimana dimensi panjang dan diameter
lingkaran akan disesuaikan dengan dimensi tangan operator,
sehingga meriam tersebut akan lebih nyaman untuk digunakan.
2 Perumusan Masalah
Sejalan dengan hal tersebut diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang dibahas dalam penulisan tugas ini yaitu apa
saja perbaikan yang dapat dilakukan agar meriam tersebut dapat
dipakai secara lebih optimal?
3. Tujuan
Tujuan penulisan tugas ini adalah melakukan evaluasi
dimensi pegangan tangan pada meriam oerlikon 20 mm di KRI
Soputan-923, sehingga didapatkan rancangan meriam oerlikon
yang sesuai dengan dimensi tubuh operatornya
4. Ruang Lingkup Pembahasan
Sesuai dengan tujuan penulisan diatas maka ruang lingkup
penulisan harus dibatasi agar tujuan tersebut tercapai, pembatasan
pada penulisan ini adalah :
a. Peralatan yang diteliti adalah meriam oerlikon 20 mm
yang dipasang pada KRI Soputan-923.
b. Operator peralatan adalah anggota KRI Soputan-923
divisi senjata sebanyak 3 orang.
c. Evaluasi hanya didasarkan pada studi antropometri.
d. Hasil evaluasi hanya berupa saran dan tidak dibuat
prototype karena keterbatasan waktu dan biaya.
5. Sistematika Penulisan
Penulisan tugas ini disusun sebagai berikut :
Bab I Pendahulan
Pada bab ini menjelaskan latar belakang dilaksanakannya
penelitian, perumusan masalah yang diangkat, tujuan penelitian
ini, ruang lingkup pembahasan, dan sistematika pembahasan.
Bab II Landasan Teori
Pada bab ini menjelaskan mengenai studi literatur yang
merupakan landasan teori yang berkaitan dan mendukung topik
tugas ini yang antara lain mengenai konsep keilmuan ergonomi,
perancangan sistem kerja, teori antropometri.
Bab III Metodologi Penelitian
Pada bab ini menjelaskan mengenai tahapan-tahapan
yang akan dilalui dalam penelitian ini sehingga langkah-langkah
penelitian akan lebih mudah dilaksanakan tanpa melewatkan
bagian penting dari penelitian tersebut.
BAB II
STUDI LITERATUR
1. Ergonomi
Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis
untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan
dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga
orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik yaitu
mencapai tujuan yang dinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif,
nyaman, aman, sehat dan efisien (Sutalaksana, 2006). Istilah ergonomi
menurut Sedarmayanti (1996) berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ergos
berarti bekerja, nomos merupakan hukum alam.
Asal mula konsep ergonomi dimulai ketika masyarakat primitif
membuat alat dari batu untuk mempermudah pekerjaannya.
Kemudian dengan terjadinya perubahan waktu, maka secara
perlahan-lahan peralatan tersebut berkembang menjadi lebih baik.
Mulai dari batu yang tidak berbentuk menjadi batu yang mulai berbentuk
dengan meruncingkan beberapa bagian dari batu tersebut. Selain itu
pada bagian genggaman batu mulai dibentuk bulatan yang sebesar
genggaman tangan sehingga lebih memudahkan pemegangan dan
cengkeraman saat digunakan. Dengan berubahnya peralatan batu ini
membuktikan bahwa manusia telah berusaha memperbaiki alat-alat
yang dipakainya untuk memudahkan pemakaian.
Banyak lagi perbuatan manusia yang serupa itu dari abad ke abad.
Namun hal tersebut berlangsung apa adanya, tidak teratur dan tidak
terarah, bahkan kadang-kadang secara kebetulan. Baru pada abad 20
orang mulai mensistemasikan cara-cara perbaikannya dan secara
khusus mengembangkannya. Usaha ini berkembang terus dan
sekarang dikenal sebagai salah satu cabang ilmu yang disebut
Ergonomi.
Pada awal mulanya, ergonomi banyak dikaji oleh para ahli
psikologi, pada saat itu pemilihan operator merupakan hal yang paling
diutamakan, namun ternyata lambat laun terbukti hasil akhir secara
keseluruhan kurang memuaskan. Baru ketika perang dunia II, mata para
ahli menjadi terbuka bahwa untuk merancang suatu sistem kerja, kita
harus bisa mengintegrasikan elemen-elemen yang membentuk sistem
kerja tersebut. Ergonomi yang kini merupakan ilmu tersendiri yang
mempelajari karakteristik dan tingkah laku manusia, pada mulanya
menerapkan informasi ini untuk mengembangkan peralatan-peralatan
militer.
Untuk mempermudah dalam mempelajari ergonomi, Sutalaksana
dkk (2006) membagi bidang kajian ergonomi sebagai berikut :
a. Penelitian tentang Displai.
Yang dimaksud dengan displai disini adalah bagian dari
lingkungan yang mengkomunikasikan keadaannya kepada
manusia.
b. Penelitian mengenai hasil kerja manusia dan proses
pengendaliannya.
Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia
ketika bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur setiap
aktivitas tersebut. Penelitian ini banyak berhubungan dengan Ilmu
Faal Kerja dan Biomekanika.
c. Penelitian mengenai tempat kerja.
Tempat kerja yang baik, dalam artian sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia, dapat diperoleh apabila
ukuran-ukuran dari tempat kerja tersebut sesuai dengan tubuh
manusia. Hal-hal yang bersangkutan dengan dimensi tubuh
manusia ini dipelajari dalam antropometri.
d. Penelitian mengenai Lingkungan Fisik.
Yang dimaksud dengan lingkungan fisik disini meliputi
ruangan dan fasilitas-fasilitas yang biasa digunakan oleh manusia,
serta lingkungan kerja.
Untuk dapat bekerja dengan optimal, maka manusia
harus bekerja dalam lingkungan yang baik. Tempat kerja sebagai
salah satu faktor lingkungan yang baik harus sesuai dengan
kondisi manusia tersebut, karena berhasil tidaknya suatu
pekerjaan ditentukan oleh keoptimalan manusia. Oleh karena itu
perancangan tempat kerja menjadi faktor yang sangat penting.
Santoso (2004) memberikan 12 prinsip ergonomi dalam
perancangan tempat kerja agar efisien, antara lain :
1. Pastikan semua benda yang ada mudah
digunakan.
2. Bekerja dengan ketepatan tinggi.
3. Hindarkan akses kerja terulang-ulang (mengulangi
tugas karena ada kesalahan).
4. Postur kerja harus baik (tepat).
5. Hindarkan atau kurangi dari paparan getaran.
6. Minimkan kelelahan dan ketegangan otot (hindarkan
kerja melebihi jam kerja).
7. Minimkan dari tekanan secara langsung.
8. Peralatan dalam ruang kerja yang dapat
disesuaikan (adjustable).
9. Perlengkapan kerja harus standar.
10. Perbaiki organisasi kerja.
11. Perbaiki desain tempat kerja.
12. Berilah latihan (training) bila bekerja masih belum
sempurna.
Sedarmayanti (1996) menjelaskan bahwa hal-hal yang
diperlukan dalam perancangan tempat kerja agar dapat dikatakan
nyaman adalah sebagai berikut :
1. Perancangan berdasarkan individu ekstrim.
2. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan.
3. Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata
para pemakainya.
2. Sistem Manusia Mesin
Tujuan pendekatan ergonomi dalam perancangan tempat
kerja adalah terj adinya keserasian antara manusia dengan sistem kerja
atau dapat dikatakan bahwa desain sistem kerja harus menjadikan tenaga
kerja dapat bekerja secara layak. Untuk mencapai keserasian ini maka
manusia harus berinteraksi secara langsung dengan “mesin”. Mesin
dalam hal ini mempunyai arti semua obyek fisik seperti peralatan,
perlengkapan, fasilitas, dan benda-benda yang bisa digunakan oleh
manusia dalam melaksanakan kegiatannya.
Interaksi antara manusia dengan mesin dapat menghasilkan
produktivitas yang tinggi, karena baik manusia dan mesin memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing yang bisa saling melengkapi.
Terdapat beberapa pekerjaan yang akan lebih baik apabila menggunakan
manusia dan terdapat pula beberapa pekerjaan yang akan lebih baik
apabila menggunakan mesin. Akan tetapi manusia memiliki kelebihan
utama yang tidak dimiliki oleh mesin yaitu bahwa manusia memiliki sifat
mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. Manusia bisa berubah
peranannya dengan cepat dan teratur.
Untuk mencapai efisiensi yang maksimal, sistem manusia-
mesin perlu di rancang secara menyeluruh, dengan manusia sebagai
unsur pelengkap bagi kemampuan mesin dan mesin sebagai unsur
pelengkap bagi kemampuan manusia (Sedarmayanti, 1996).
3. Pengertian Antropometri
Pheasant (1988) menjelaskan pengertian antropometri adalah
ilmu yang secara khusus berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia,
yang digunakan untuk menentukan perbedaaan individu, kelompok, dan
sebagainya. Sementara itu Sanders & McCormick (1992) menjelaskan
bahwa antropometri merupakan pengetahuan yang menyangkut
pengukuran dimensi tubuh manusia dan karakteristik khusus lain dari
tubuh yang relevan dengan perancangan alat-alat/benda-benda yang
digunakan manusia. Akan tetapi dari beberapa pengertian di atas inti dari
antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh manusia untuk
diaplikasikan pada peralatan kerja manusia. Antropometri berasal dari
bahasa Yunani yaitu Anthropos yang berarti manusia dan Metron yang
berarti ukuran.
Menurut Sutalaksana dkk (2006), terdapat dua jenis antropometri,
yaitu :
a. Antropometri Statis.
Merupakan pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada
permukaan.
b. Antropometri Dinamis
Merupakan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia
dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-
gerakan yang mungkin terjadi saat bekerja.
Akan tetapi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pengukuran tubuh manusia. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi ciri-
ciri fisik manusia sehingga berbeda satu dengan yang lain. Kroemer
(2001) menjelaskan faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Umur.
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir
sampai dengan umur sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun
untuk wanita.
b. Jenis Kelamin.
Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih
besar kecuali pada bagian dada dan pinggul.
c. Rumpun dan Suku Bangsa (Ras).
Orang Eropa pada umumnya memiliki ukuran tinggi badan
yang lebih tinggi daripada orang asia. Demikian pula bentuk bagian
tubuhnya, misalnya raut wajah berbeda untuk setiap suku bangsa.
d. Sosio ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh.
Faktor sosio ekonomi berpengaruh pada kemampuan
seseorang untuk memenuhi tingkat gizi yang dikonsumsinya.
Dengan konsumsi gizi yang baik, seseorang akan lebih mudah
terhindar dari penyakit dan berpengaruh juga pada
perkembangan fisiknya.
e. Pola Hidup.
Pola hidup yang paling berpengaruh terhadap dimensi tubuh
manusia adalah pola makan. Hal ini dapat kita lihat pada
adanya perbedaan dimensi tubuh olahragawan dengan
karyawan kantor.
Karena terdapat perbedaan ukuran tubuh manusia, maka
Sutalaksana dkk (2006) dalam pemakaian data antropometri
menjelaskan 3 (tiga) prinsip dalam pemakaian data tersebut, yaitu :
a. Perancangan berdasarkan individu yang ekstrem.
Prinsip ini digunakan apabila kita mengharapkan agar
fasilitas yang dirancang tersebut dapat dipakai dengan enak dan
nyaman oleh sebagian besar orang yang akan memakainya
(biasanya minimal oleh 95% pemakai).
b. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan.
Prinsip ini digunakan untuk merancang objek agar objek
dapat menampung atau bisa dipakai dengan enak dan nyaman
oleh semua pengguna potensial. Kursi pengemudi mobil yang bisa
diatur maju mundur dan kemiringan sandarannya serta tinggi kursi
sekretaris dan tinggi permukaan meja yang dapat dinaik turunkan
merupakan contoh pemakaian prinsip ini .
c. Perancangan individual.
Prinsip ini digunakan apabila objek yang bersangkutan
khusus dirancang bagi suatu individu tertentu. Berarti ukuran
bagian-bagian objek dibuat tepat untuk tubuh “pemesannya”.
Memang, biasanya ini adalah untuk pemakai khusus seperti orang
yang berukuran tubuh ekstrem : amat gemuk, sangat tinggi,
dan sebagainya.
Karena terdapatnya berbagai keragaman tersebut di atas,
maka untuk menampung seluruh keragaman data itu diperkenalkanlah
konsep persentil.
4. Konsep Persentil.
Data-data yang didapatkan dari proses pengambilan data dalam
sebuah populasi memiliki kecenderungan variasi data. Variasi data ini
wajar karena setiap sample atau responden dalam suatu populasi
memiliki karakteristiknya masing-masing. Akan tetapi dengan adanya
variasi data ini, maka dalam suatu perancangan sistem kerja akan
menjadi suatu tantangan untuk dapat mengelola keseluruhan data
sehingga hasil perancangan tersebut dapat digunakan oleh sebagian
besar populasi atau jika memungkinkan untuk seluruh data
Persentil pada dasarnya menyatakan persentase suatu responden atau
sample dalam suatu populasi yang memiliki karakteristik yang sama
atau lebih kecil dari nilai karakteristik tersebut. Misalnya persentil 10 dari
populasi ukuran tinggi tubuh awak kapal menunjukkan bahwa 90% dari
populasi awak kapal yang diukur memiliki tinggi tubuh yang melebihi nilai
tersebut. Nilai persentil didapatkan dari pengukuran suatu populasi dan
nilainya merupakan frekuensi distribusi normal untuk analisis statistik.
Persoalan antropometri akan terletak pada faktor-faktor : (1) seberapa
besar sampel pengukuran yang harus diambil untuk memperoleh data, (2)
haruskah setiap sampel dibatasi per kelompok (segmentasi) yang homogen, (3)
apakah sudah tersedia data antropometri untuk populasi tertentu yang nantinya
akan menjadi target pemakai produk, dan (4) bagaimana toleransi bisa diberikan
terhadap perbedaan dari data yang tersedia dengan populasi yang dihadapi?
Variasi ukuran akan memberikan fleksibilitas rancangan dan sifat “mampu suai”
(adjustable) dengan suatu rentang ukuran tertentu.
95th percentile, 95% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran
tersebut; 5th percentile, 5% populasi berada pada atau dibawah ukuran tersebut.
Gambar berikut akan mengakomodasikan 95% populasi yang ada berada
pada rentang 2.5th - 97.5th percentile sebagai batas-batasnya.
Gambar 2.1 Batas persentil
Design for Extreme Individuals. Setiap rancangan
produk/fasilitas kerja dibuat untuk memenuhi dua sasaran pokok: (1)
sesuai dengan ukuran ekstrim (terbesar atau terkecil) dari anggota tubuh,
dan (2) masih tetap bisa digunakan dengan nyaman untuk ukuran
mayoritas populasi yang lain. Implementasi ukuran ditetapkan untuk
dimensi minimum didasarkan pada nilai “upper percentile” (90-th, 95-th,
atau 99-th), seperti penetapan tinggi/lebar pintu darurat, passage ways,
dll. Untuk dimensi maksimum fasilitas kerja yang ingin dirancang akan
ditetapkan berdasarkan nilai “lower percentile” (1-st, 5-th, atau 10-th) dari
distribusi data antropometri yang ingin dipakai, seperti penetapan jarak
jangkau dari fasilitas kontrol yang akan dioperasikan oleh seorang
operator, dll. Penetapan dimensi maximum/minimum biasanya
menggunakan nilai 5-th dan 95-th percentile.
Design for Adjustable Range. Rancangan bisa dirubah-rubah
ukurannya sehingga cukup fleksibel dipakai oleh setiap orang yang
memiliki bentuk dan dimensi ukuran yang berbeda. Contoh sederhana
adalah dalam rancangan “adjustable automobile seats” (range 5-th s/d 95-
th percentile).
Design for the Average. Rancangan menggunakan ukuran rata-
rata (50-th percentile) dari populasi data antropometri yang ada. Dalam
realitasnya sedikit sekali orang yang memiliki ukuran tubuh rata-rata.
2.5-th %-tiles 97.5-th %-tiles
1.96x
1.96x
95%
2.5%
2.5%
Dalam hal ini rancangan peralatan dibuat untuk orang yang berukuran
rata-rata, sedangkan ukuran yang ekstrim dibuatkan rancangan tersendiri.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Tahapan Proses Penelitian
Secara sistematis, gambaran tahapan proses pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah seperti pada gambar 3.1.
2. Studi Pendahuluan
Dalam studi pendahuluan ini dilakukan perumusan berbagai
masalah yang muncul sehingga akan didapatkan sebuah pemikiran
yang sistematis untuk membentuk dasar dan kerangka pikir penelitian.
Penelitian awal dilakukan dengan mendapatkan masukan dari sumber
terkait, membaca literatur yang telah ada, hasil penelitian-penelitian yang
telah ada sebelumnya, observasi terhadap objek yang akan dikaji,
wawancara dengan pihak yang terkait, pengambilan gambar serta cara
kerja dari objek itu sendiri.
Pengenalan awal terhadap objek yang akan dikaji ini sangatlah
penting untuk mengetahui karakteristik dari objek tersebut. Dengan
mengetahui karakteristik objek, maka akan didapatkan pemahaman
yang lebih dalam untuk dapat memecahkan permasalahan yang
dihadapi. Hal ini sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi existing
dari sistem itu sendiri sehingga penelitian tidak memberikan solusi
yang salah terhadap permasalahan yang dihadapi.
3. Studi Literatur
Untuk mendukung perumusan masalah dan pengolahan data
pada bab IV diperlukan suatu acuan literatur yang berisi metoda-
metoda dan konsep-konsep. Kutipan konsep dan penggunaan metoda
diperlihatkan pada bagian bab II. Dengan adanya studi literatur ini maka
penelitian akan memiliki dasar yang kuat karena studi yang dilakukan
pada setiap tahap penelitian dalam setiap aspek yang menjadi dasar
pertimbangan dalam semua tahap penelitian harus berdasarkan fakta dan
teori yang validitasnya telah teruji secara empiris, sehingga konsep
yang diajukan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Selain itu
studi literatur juga berfungsi untuk mengontrol langkah-langkah
penelitian secara keseluruhan. Secara detail studi literatur ini dapat
dilihat pada daftar pustaka.
Studi literatur yang dipelajari meliputi :
a. Teori atau konsep mengenai ergonomi.
b. Konsep sistem manusia-mesin.
c.Konsep antropometri.
Dalam penelitian ini, ergonomi merupakan bahasan utamanya
karena faktor manusia menjadi dasar utama perancangan yang meliputi
antara lain sistem kerja manusia mesin, antropometri dan persentil.
Dengan mengetahui hasil studi terhadap system manusia-mesin, akan
didapatkan variable-variabel yang harus dimasukkan ke dalam
perancangan yang akan dilakukan. Kemudian dilakukan studi
terhadap dimensi tubuh manusia dihubungkan dengan variabel-variabel
dalam perancangan yang telah didapatkan sebelumnya.
4. Tahap Penelitian
a. Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan penentuan data terhadap
teknik dan alat pengumpulan data. Dalam penggunaan manusia
sebagai pusat perancangan, aspek antropometri merupakan
salah satu aspek penting karena perancangan produk harus
sesuai dengan dimensi tubuh penggunanya untuk menciptakan
kenyamanan bekerja. Data antropometri awak KRI Soputan-923
dalam penelitian ini didapatkan dengan cara pengukuran langsung
terhadap pengguna dari alat tersebut.
1). Responden
Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, maka responden yang digunakan adalah awak
KRI Soputan 923 yang mengoperasikan meriam oerlikon 20
mm.
2). Tempat
Tempat pengambilan data antropometri dilakukan
KRI Soputan-923 yang berlabuh di Armada RI Kawasan
Timur.
3). Peralatan yang digunakan
Alat yang digunakan adalah alat ukur antropometri.
4). Penentuan Dimensi Antropometri Terkait
Manusia memiliki ukuran antropometri yang banyak,
akan tetapi tidak semua ukuran tersebut digunakan dalam
perancangan perbaikan meriam oerlikon. Hanya ukuran-
ukuran yang terkait perancangan meriam oerlikon yang
digunakan dalam penelitian ini.
Dimensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
12. Lebar telapak tangan (Metacarpal)
13. Lebar telapak tangan (Sampai ibu jari)
17. Diameter genggaman ( Maksimum)
5). Prosedur Pengukuran Antropometri
Data antropometri yang ditentukan sebelumnya
untuk diukur kemudian dilanjutkan dengan pengukuran
terhadap responden.
b. Pengolahan Data
Pembuatan data-data bernilai persentil ditujukan untuk dapat
menyajikan data dalam nilai perseratusan. Hal ini sangat
diperlukan untuk mengakomodasi pengguna yang lebih banyak.
Walaupun suatu rancangan tidak dapat memenuhi sejumlah
bagian dari populasi yang bersifat ekstrim, namun rancangan tetap
ditujukan untuk sebagian besar populasi tersebut. Untuk data
yang berdistribusi normal maka perhitungan persentil dapat
dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi normal. Pada
penelitian ini persentil yang digunakan adalah 3 buah persentil yaitu
persentil 5, persentil 50 dan persentil 95.
c Analisis dan Evaluasi
Analisis yang dilakukan meliputi ukuran antropometri
yang digunakan untuk perancangan meriam oerlikon, dengan
memasukkan faktor persentil dan allowance sehingga didapatkan
ukuran yang disarankan.
5 Kesimpulan dan Saran
Sebagai tahap akhir dalam penelitian, maka pada tahap ini
akan ditarik kesimpulan dari hasil evaluasi yang telah dilakukan. Selain
itu juga akan diberikan saran-saran penelitian yang akan dikembangkan
yang berhubungan dengan penelitian ini.
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
1. PengumpulanData
Untuk melakukan suatu evaluasi ergonomis ataupun
perancangan terhadap suatu objek tertentu, maka harus diketahui
terlebih dahulu data awal yang dimiliki oleh objek tersebut, sehingga
pada saat dilakukan evaluasi maupun perancangan, data awal ini
dapat dijadikan acuan analisis terhadap hasil evaluasi maupun
perancangan objek.
a. Data Pegangan Tangan Meriam Oerlikon 20 MM di KRI
Soputan-923
Meriam Oerlikon 20 MM mempunyai dua pegangan
tangan yaitu disebelah kanan dan kiri dengan ukuran yang
sama untuk itu evaluasi pegangan tangan dilaksanakan
terhadap satu pegangan tangan dan berdampak pada
pegangan tangan pada sisi yang lain. Data Pegangan
Tangan meriam Oerlikon 20 MM pada KRI Soputan-923
dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut
Tabel 4.1 Ukuran dimensi Pegangan Tangan
No Nama Bagian Ukuran
1 Panjang Pegangan Tangan 6 Cm
2 Diameter Pegangan Tangan 2,5 Cm
Untuk lebih jelasnya, ukuran pegangan tangan Meriam
Oerlikon 20 MM dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut :
Gambar 4.1 Ukuran Dimensi pegangan tangan
b. Data Antropometri
Sesuai dengan penjelasannya pada bab sebelumnya bahwa
perancangan pegangan tangan Meriam Oerlikon 20 MM
menggunakan prinsip Human Centered Design, maka data
antropometri sangat diperlukan dalam penelitian ini. Data ini
merupakan data utama yang menjadi konsep penelitian ini.
Sebagai konsep utama penelitian, maka data antropometri harus
disesuaikan dengan penggunanya. Dengan demikian data-data
dimensi personil departemen operasi KRI Soputan-923 adalah
merupakan data antropometri yang akan di ambil. Jumlah
personil yang digunakan 24 orang karena jumlah ini adalah
jumlah keseluruhan dari personil departemen operasi KRI
Soputan-923. Sedangkan data yang diambil merupakan data
antropometri statis untuk berbagai dimensi pengukuran.
6 cm
2,5 cm
Pengukuran dilakukan di KRI Soputan-923. Untuk rekapitulasi data
antropometri yang didapatkan dari pengukuran tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4.2 Berikut
Tabel 4.2 Data Antropometri personil Departemen Operasi
NO NAMAUkuran
12 13 171 Legiyanto Lettu (P) 16177/P 87 105 472 Besar Agung W Serma Bah 76045 85 104 463 Sektiadi Serma Nav 76135 90 106 474 Waryo Serka Amo 76164 86 105 465 Udiono Serka Nav 82090 82 101 426 Ali Sadikin Serka Saa 86434 85 103 447 Machmudi Sertu Bah 67315 81 100 408 Eko Febrian Serda Saa 108044 87 106 479 Gino Serda Kom 72529 88 106 4810 Muntholib Koptu Bah 71969 86 106 4611 Edi Priyanto Kopda Bah 76726 89 108 5012 Sunardi Kopda Nav 77479 89 107 4913 Takmad Kopda Bah 85056 91 109 5014 Suyono Wiryo D Kopda Mer 85293 81 100 4015 Hariyanto Klk Bah 90301 90 109 5016 Sumarsono Klk Isy 90474 93 110 5217 Erizal Klk Mer 90420 93 109 4918 Sujadi Klk Bah 92104 81 99 3919 Sujud Kls Mer 95171 92 109 4820 Bruri Supriyatno Kls Saa 96783 84 102 4121 Ariyanto Kls Bah 97465 87 104 4322 Imam Khabib Kls Nav 97571 85 103 4223 Wiharto Kld Bah 105048 85 103 4124 Bagus Setiawan Kld Bah 108344 84 101 40
Keterangan
12 : Lebar Telapak Tangan (Metacarpal)
13 : Lebar Telapak Tangan (Sampai Ibu Jari)
17 : Diameter Gengam (Maksimum)
2. Pengolahan Data
Data yang telah didapatkan dari hasil pengukuran secara
langsung oleh responden kemudian dilakukan pengujian terhadap data
tersebut sebelum dilakukan pembuatan model mannequin nya. Uji ini
meliputi uji normalitas data, uji keseragaman data, uji kecukupan data
serta perhitungan persentil. Selanjutnya data tersebut dimasukkan ke
dalam software Mannequin Pro untuk membuat model mannequin
personil pengguna kursi cockpit. Pada perangkat lunak ini akan dilakukan
penyesuaian sesuai karakteristik personil penggunanya
a. Uji Normalitas Data Antropometri
Untuk pengujian normalitas data ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan perangkat lunak Minitab 15. Data
berdistribusi normal apabila nilai uji signifikansi Kolmogorov Smirnov
adalah > 0,05. Secara lengkap hasil uji normalitas data ini dapat
dilihat pada gambar 4.2, 4.3, 4.4
Gambar 4.1 Uji Normalitas telapak tangan
Gambar 4.2 Uji Normalitas telapak tangan sampai ibu jari
Gambar 4.3 Uji Normalitas diameter genggam
Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Uji Normalitas
No Variable Antropometri P value Keterangan
1 Lebar telapak tangan
(metacarpal)
0,150 Normal
2 Lebar telapak tangan (sampai
ibu jari)
0,150 Normal
3 Diameter Gengam (Maksimul) 0,150 Normal
Dari tabel dapat dilihat bahwa p value = 0,150 lebih
besar dari nilai α= 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data
tersebut normal.
b. Uji Keseragaman Data
Setelah dilakukan uji normalitas data dan didapatkan data
yang berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya adalah uji
keseragaman data.
Tabel 4.4 Hasil Uji Keseragaman Data Antropometri
No Data Antopometri BKA BKB Keterangan
1 Lebar telapak tangan
(metacarpal)
2 Lebar telapak tangan
(sampai ibu jari)
3 Diameter Gengam
(maksimum)
Pada perhitungan yang telah dilakukan pada uji
keseragaman data ini didapatkan data bahwa data antropometri
telah memenuhi batasa atas dan batas bawah dari masing-
masing variable antropometri. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa data antropometri tersebut adalah seragam.
c. Uji Kecukupan Data
Pada table 4.5 merupakan perhitungan yang telah dilakukan
berdasarkan yang telah dijelaskan pada landasan teori bab
sebelumnya.
Tabel 4.5 Hasil Uji Kecukupan Data
No. Data Antropometri Jumlah Data Pembulatan1 Lebar telapak tangan
(metacarpal)
2 Lebar telapak tangan
(sampai ibu jari)
3 Diameter Gengam
(Maksimul)
Pada penelitian ini, jumlah responden yang diukur adalah
sebanyak 20 orang. Sedangkan pada table 4.5 terlihat bahwa
jumlah data yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian adalah
lebih kecil daripada jumlah responden yang telah diukur. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa data antropometri yang
telah dikumpulkan telah memenuhi daripada perhitungan jumlah
data yang dibutuhkan.
d. Perhitungan Persentil
Dalam melakukan perhitungan persentil harus ditentukan
jenis persentil yang digunakan. Untuk mengitung panjang
pegangan tangan digunakan upper percentile dari lebar telapak
tangan sampai ibu jari, sedangkan diameter pegangan tangan
menggunakan lower persentile dari data Diameter genggam
maksimum
Untuk menentukan panjang pegangan tangan didapat
dari data Lebar telapak tangan (sampai ibu jari), dari data diatas
dapat diketahui rata rata lebar telapak tangan (sampai ibu jari)
awak KRI Soputan-923 adalah 105 mm, dengan deviasi standar
3,27 maka dengan menggunakan upper persentil 95% panjang
pegangan tangan yang direkomendasikan adalah
105+1,645(3,27) = 110,4 mm
Untuk menentukan diameter pegangan tangan didapat
dari data diameter genggam maksimum. Dari data diatas dapat
diketahui rata rata diameter genggam maksimum adalah 45,3
dengan deviasi standar 3,9 lower persentil 5% maka diameter
pegangan tangan yang direkomendasikan adalah 45,3-
1.645(3,9) = 39 mm
Instruksi revisi :
1. Latar belakang masalah hendaknya dieksplorasi lagi
lebih mendalam agar pembaca memahami motivasi/
dasar pemikiran anda dalam mengangkat kasus yang
diamati. Penjelasan motivasi dapat disertai dengan
gambar pendukung apabila dirasa mampu membantu
penjelasan anda. Anda boleh memasukkan paragraf 1
dan 2 dalam rumusan masalah anda sebagai latar
belakang penelitian.
2. Rumusan masalah langsung disebutkan saja paragraf ke
tiga. Untuk paragraf 1 dan 2 boleh dimasukkan ke latar
belakang.
3. Metodologi penelitian anda sudah sangat bagus, namun
alangkah lebih bagus lagi apabila aspek pengamatan anda
tidak hanya segi anthropometri saja. Cobalah untuk
mengeksplorasi lebih dalam lagi problematika yang muncul,
dan masukkan dalam latar belakang anda!
4.