21
1 KRISIS EKONOMI GLOBAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP SEKTOR AGROINDUSTRI INDONESIA 1) Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian I. PENDAHULUAN Krisis ekonomi global saat ini diawali krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat sejak pertengahan 2007. Penyebabnya adalah kredit macet pada industri properti. Sebagai negara adidaya, krisis yang terjadi di Amerika Serikat (AS) akhirnya berpengaruh pula pada negara-negara lain terutama diUni Eropa dan Asia termasuk di Indonesia (Edy Suandi,2009). Berbeda dengan krisis tahun 1997/1998, kali ini tidak hanya terjadi pada sektor perbankan dan pasar uang tetapi berimbas pula pada sektor industri riil. Macetnya perputaran uang di sektor properti AS tentu saja menurunkan tingkat likuiditas perbankan membuat banyak investor yang menarik investasinya di luar negeri untuk memenuhi kebutuhan modal industri dalam negerinya. Penarikan investasi juga menyebabkan tertekannya nilai tukar rupiah(Triyono, 2008). Hal ini terlihat dari data nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2013, sudah melemah sekitar 15 persen terhadap dollar Amerika Serikat.Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut ternyata tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan eksportir di Indonesia (Triyono, 2008). Jika mengacu kepada prediksi IMF, pertumbuhan ekonomi global masih akan turun tahun 2013. Semula IMF memprediksi ekonomi akan tumbuh 3,9 persen, namun dikoreksi menjadi 3,6 persen. Sementara Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengatakan dalam 20 tahun ini rata-rata pertumbuhan perdagangan 5,4 persen, namun tahun 2013 diperkirakan hanya 4,5 persen.Indonesia termasuk negara yang merasakan implikasi krisis ekonomi global meskipun masih bersifat second round effect, dampak derivatif hard landing Cina sebagai mitra dagang terbesar (Eddy Cahyono, 2013). Saat ini gejala transmisi krisis ekonomi global mulai terdeteksi dari neraca perdagangan Indonesia yang secara kumulatif dari Januari-Maret 2013 mengalami defisit sebesar US$67,5 juta. Nilai ekspor Maret 2013 sebesar US$15 miliar atau turun 13,03 persen dibandingkandengan nilai ekspor pada Maret 2012. Khusus untuk ekspor nonmigas mencapai US$12,10 miliar pada Maret 2013, atau turun 12,07 persen dibandingkan pada Maret 2012. Pangsa pasar ekspor nonmigas terbesar pada Maret 1 . Makalah disampaikan pada Seminar Agroindustri Outlook 2014: Dampak Perekonomian Global dan Perubahan Iklim Bagi Sektor Pertanian, Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Kampus Yogyakarta, 4 November 2014.

Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_10.pdf · menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di ... agroindustri di

  • Upload
    ngokiet

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_10.pdf · menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di ... agroindustri di

1

KRISIS EKONOMI GLOBAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP SEKTOR AGROINDUSTRI INDONESIA1)

Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Kementerian Pertanian

I. PENDAHULUAN

Krisis ekonomi global saat ini diawali krisis finansial yang terjadi di Amerika

Serikat sejak pertengahan 2007. Penyebabnya adalah kredit macet pada industri

properti. Sebagai negara adidaya, krisis yang terjadi di Amerika Serikat (AS) akhirnya

berpengaruh pula pada negara-negara lain terutama diUni Eropa dan Asia termasuk di

Indonesia (Edy Suandi,2009). Berbeda dengan krisis tahun 1997/1998, kali ini tidak

hanya terjadi pada sektor perbankan dan pasar uang tetapi berimbas pula pada sektor

industri riil. Macetnya perputaran uang di sektor properti AS tentu saja menurunkan

tingkat likuiditas perbankan membuat banyak investor yang menarik investasinya di luar

negeri untuk memenuhi kebutuhan modal industri dalam negerinya. Penarikan investasi

juga menyebabkan tertekannya nilai tukar rupiah(Triyono, 2008). Hal ini terlihat dari

data nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2013, sudah melemah sekitar 15 persen

terhadap dollar Amerika Serikat.Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut ternyata tidak

memberikan keuntungan bagi perusahaan eksportir di Indonesia (Triyono, 2008).

Jika mengacu kepada prediksi IMF, pertumbuhan ekonomi global masih akan

turun tahun 2013. Semula IMF memprediksi ekonomi akan tumbuh 3,9 persen, namun

dikoreksi menjadi 3,6 persen. Sementara Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)

mengatakan dalam 20 tahun ini rata-rata pertumbuhan perdagangan 5,4 persen,

namun tahun 2013 diperkirakan hanya 4,5 persen.Indonesia termasuk negara yang

merasakan implikasi krisis ekonomi global meskipun masih bersifat second round

effect, dampak derivatif hard landing Cina sebagai mitra dagang terbesar (Eddy

Cahyono, 2013).

Saat ini gejala transmisi krisis ekonomi global mulai terdeteksi dari neraca

perdagangan Indonesia yang secara kumulatif dari Januari-Maret 2013 mengalami

defisit sebesar US$67,5 juta. Nilai ekspor Maret 2013 sebesar US$15 miliar atau turun

13,03 persen dibandingkandengan nilai ekspor pada Maret 2012. Khusus untuk ekspor

nonmigas mencapai US$12,10 miliar pada Maret 2013, atau turun 12,07 persen

dibandingkan pada Maret 2012. Pangsa pasar ekspor nonmigas terbesar pada Maret

1 . Makalah disampaikan pada Seminar Agroindustri Outlook 2014: Dampak Perekonomian Global dan Perubahan

Iklim Bagi Sektor Pertanian, Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Kampus Yogyakarta, 4 November 2014.

Page 2: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_10.pdf · menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di ... agroindustri di

2

2013 masih didominasi oleh China, yaitu sebesar US$1,80 miliar, disusul Jepang US$

1,34 miliar, Amerika Serikat sebesar US$1,32 miliar dan Uni Eropa mencapai US$1,25

miliar (BPS, 2013).

Dampak krisis ekonomi global yang terjadi di Indonesia tidak hanya

menyebabkan terjadinya defisit perdagangan, tetapi secara kongkrit krisis ekonomi

global juga akan menyeret sektor-sektor ekonomi Indonesia termasuk sektor

agroindustri akan menangung dampaknya. Agroindustri yang dimaksud adalah industri

yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik produk antara

(intermediate product) maupun produk akhir (finish product), termasuk di dalamnya

adalah penanganan pasca panen, industri pengolahan makanan dan minuman, industri

biofarmaka, industri bio-energy, industri pengolahan hasil ikutan (by-product) serta

industri agrowisata.

Dampak krisis ekonomi global terhadap sektor agroindustri, sudah mulai

dirasakan seperti pembiayaan kegiatan investasi (baik oleh pengusaha dalam maupun

luar negeri) akan terus menciut, penyerapan tenaga kerja melambat, daya beli

masyarakat turun (Mukti, 2009). Demikian juga terhadappetani, khususnya para petani

yang produksinya berorientasi pada pasar ekspor akan merasakan dampak krisis

ekonomi global, akibat lesunya daya beli pasar internasional, yang pada akhirnya akan

menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di Indonesia.

Gambaran krisis ekonomi global di atas merupakan situasi titik balik (turning

point) yang dapat membuat suatu keadaan bertambah baik atau bertambah buruk.

Oleh karena itu, pertanyaan paling relevan yang kemudian muncul adalah seberapa

besar dampak krisis tersebut akan mempengaruhi perekonomian dan kinerja sektor

agroindustri di Indonesia. Makalah ini akan membahas dampak krisis global tersebut

kedalam perekonomian Indonesia, khusus pada sektor agroindustri. Pembahasan

tersebut akan dilengkapi dengan uraian secara ringkas tentang arah kebijakan

pertanian/agroindustri dalam menghadapi krisis ekonomi global.

II. METODE ANALISIS

Analisis dampak krisis ekonomi global dilakukan dengan menggunakan

modelGlobal Trade Analysis Project (GTAP), yaitu model ekonomi keseimbangan umum

(Computable General Equilibrium/CGE) banyak negara dan banyak komoditas. CGE

model merupakan salah satu pendekatan analisis yang dapat menghitung dampak

ekonomi di suatu negara atau regional sebagai akibat adanya goncangan ekonomi

(shock) atau perubahan suatu kebijakan. Kemampuan model CGE untuk mengkaitkan

kinerja ekonomi makro dan mikro dari suatu dampak shock membuat model CGE dapat

Page 3: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_10.pdf · menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di ... agroindustri di

3

digunakan sebagai informasi dalam pengambilan kebijakan secara komprehensif

(James, 2007).

Bahkan beberapa pakar ekonomi seperti Lionel (2002), Avinas and Norman

(2002), Ross (2011), Burfisher (2011), Manuel, et al., (2012) dan Dixon and Jorgenson

(2012) mengklasifikasikan model CGE sebagai pendekatan analisis yang melihat

ekonomi sebagai sistem yang komprehensif dengan komponen-komponennya yang

saling terkait satu sama lain (industri, rumah tangga, investors, pemerintah, importir

dan eksportir).

Sebagaimana model CGE lainnya, model standar GTAP juga memberikan

spesifikasi dari berbagai teori dan perilaku agen secara eksplisit dalam bentuk

persamaan matematis. Pemilihan bentuk fungsi mengacu pada 2 hal utama, (i)

kesesuaian teori, dan (ii) kenyataan empiris, serta (iii) kebutuhan kajian. Salah satu

bentuk fungsi (untuk selanjutnya disebut nesting) yang sering digunakan adalah bentuk

fungsi Cob-Douglas dimana parameter yang menunjukkan proporsi dari komponen

pembentuknya diasumsikan tetap. Jika harga relatif dari suatu komoditas berubah,

maka penggunaannya, katakan untuk konsumsi juga akan mengalami perubahan untuk

mempertahankan proporsi nominalnya sesuai dengan besaran parameter yang telah

ditentukan sebelumnya (relative share).

Secara lengkap model GTAP dapat dilihat di dalam Hertel (1997). Model GTAP

diolah dengan menggunakan software RunGTAP. Proses agregasi sektor dan

negara/wilayah dilakukan dengan menggunakan GTAPAgg. Proses pengolahan data

dengan RunGTAP dilakukan dengan melakukan penyesuaian closure dan shock sesuai

dengan tujuan kajian. Olahan data ini akan dihasilkan keluaran (output) seperti file

solusi (solution file), perubahan volume (volume changes) dan dekomposisi

(decomposition).

Secara umum, closure yang digunakan dalam simulasi mengikuti closure standar

GTAP yakni: (1) Variabel harga dan kuantitas dari komoditas yang dapat

diperdagangkan lintas negara dan tidak termasuk dalam kategori endowment

commodities, ditempatkan sebagai variabel endogen, (2) Pendapatan setiap region

adalah endogen, dan (3) Seluruh variabel kebijakan, produktivitas (technical changes)

dan populasi ditempatkan sebagai variabel eksogen.

Dalam melakukan simulasi perkiraan dampak krisis ekonomi global diasumsikan

terjadi penurunan daya beli masyarakat sebesar 25 persen di kawasan Uni Eropa dan

Amerika Serikat. Asumsi ini dibuat atas dasar adanya penurunan ekspor yang

disebabkan penurunan daya beli atau permintaan dari negara-negara yang mengalami

krisis ekonomi, seperti Amerika, Eropa, dan negara lainnya. Hal ini terlihat dari data

surplus perdagangan Indonesia Januari hingga Juni 2012 mengalami penurunan

Page 4: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_10.pdf · menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di ... agroindustri di

4

menjadi US$ 476,2 juta dibandingkan periode yang sama tahun 2011 sebesar US$ 15

miliar.Sebagai tujuan utama ekspor, penurunan daya beli tentu menurunkan

permintaan agregat akan produk yang berasal dari Indonesia. Turunnya ekspor

mengakibatkan turunnya pendapatan nasional sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi

akan mengalami perlambatan.

Dalam konteks kajian ini hasil simulasi model GTAP akan dilinkkan dengan model

CGE inter-regionalatau disebut sebagai model IndoTerm (Indonesia The Enormous

Regional Model), yaitu model Computable General Equilibrium (CGE) antar-regional

(inter-regional) yang memodelkan secara spesifik provinsi-provinsi di Indonesia. Hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara komprehensif tentang

dampak krisis ekonomi global sampai pada tingkat regional.

Model IndoTerm merupakan pengembangan dari model Orani-G (single country),

yang strukturnya terdiri atas sistem persamaan yang menggambarkan permintaan

tenaga kerja, permintaan faktor produksi, permintaan input antara, permintaan

kombinasi faktor produksi dan input antara, permintaan kombinasi dari output,

permintaan barang investasi, permintaan rumah tangga, permintaan ekspor dan

permintaan akhir lainnya, permintaan margin, harga penjualan, keseimbangan pasar,

pajak tak langsung, PDB pada sisi penerimaan dan pengeluaran, neraca perdagangan,

tingkat pengembalian modal, dan akumulasi investasi dan modal (Horridge, 2003).

Persamaan tersebut secara lengkap disajikan pada Lampiran 1. Solusi sistem

persamaan-persamaan tersebut diselesaikan dengan menggunakan paket software

GEMPACK (General Equilibrium Modelling PACKage) versi 11.2 tahun 2012.

Pendekatan model IndoTerm adalah bersifat bottom-up dimana

optimasidiselesaikan pada tingkat spesifik provinsi-provinsi yang kemudian diaggregasi

ke tingkatnasional, dengan menggunakan agregat fungsiConstant elasticity of

substitution (CES) dan fungsi Leontief. Pendekatanbottom-up ini memungkinkanharga

sertakuantitasbervariasisecara independenantar region. Ini berartibahwa variasi harga

sertakuantitasdi tiap wilayah dapat diamati dengan menggunakan model ini.

Dalam model IndoTerm juga memiliki closure, yaitu: (1) variabel perubahan

teknis (technical change variables), (2) variabel tingkat pajak (tax rate variables), (3)

rumah tangga pasokan faktor/household supplies of factors (tenaga kerja, tanah dan

modal) dan jumlah rumah tangga q, (4) harga luar negeri; (6) nilai tukar (the exchange

rate) yang merupakan numeraire, yaitu harga relatif terhadap satu barang sehingga

bukan harga absolut; dan (7) pengeluaran subsisten rumah tangga.

Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data sekunder. Data utamanya

adalah Data Base GTAP versi 8 yang dikeluarkan oleh Centre for Global Trade Analysis,

Purdue University pada tahun 2012. Data GTAP adalah data yang melingkupi Input-

Page 5: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_10.pdf · menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di ... agroindustri di

5

Output Tabel masing-masing negara dan aliran perdagangan antar negara dengan

banyak komoditas; terdiri dari 129 negara dan 57 sektor. Untuk keperluan kajian ini,

data diagregasi ke dalam 5 negara/regional dan 13 komoditas, karena kajian ini lebih

difokuskan pada sektor agroindustri.

Adapun agregasi negara adalah sebagai berikut : (1) Indonesia, (2) China, (3)

Amerika Serikan, (4) Uni Eropa/UE, dan (5) Sisa dari dunia. Selanjutnya, dari sepuluh

komoditas yang diaggregasikan terdapat 8 komoditas yang terkait dengan sektor

agroindustri, yaitu tanaman biji-bijian, sayuran dan buah, minyak sayur dan lemak,

pertanian lainnya, gula, produksi hewani dan produk hewani, produk makanan, serta

minuman dan tembakau. Selanjutnya, database yang digunakan dalam model

IndoTerm adalahTabel Input-Output Indonesia tahun 2005, yangdiaggregasi dari 175

sektor menjadi 13 sektor, seperti sektor-sektor ekonomi yang terdapat pada GTAP

database (Lampiran 2).

III. DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL

Menjelang akhir 2008, perekonomian dunia dihadapkan pada satu babak baru

yaitu runtuhnya stabilitas ekonomi global, seiring dengan meluasnya krisis finansial ke

berbagai negara. Berdasarkan laporan Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014, yang

dirilis Bank Indonesia pada 15 April 2009 menyebutkan bahwa krisis finansial global

mulai muncul sejak bulan Agustus 2007, yaitu pada saat salah satu bank terbesar

Perancis BNP Paribas mengumumkan pembekuan beberapa sekuritas yang terkait

dengan kredit perumahan berisiko tinggi AS (subprime mortgage). Pembekuan ini

lantas mulai memicu gejolak di pasar finansial dan akhirnya merambat ke seluruh

dunia. Di penghujung tahun 2008, intensitas krisis semakin membesar seiring dengan

bangkrutnya bank investasi terbesar AS Lehman Brothers, yang diikuti oleh kesulitan

keuangan yang semakin parah di sejumlah lembaga keuangan berskala besar di AS,

Eropa, dan Jepang (Edy Suandi, 2009).

Di Uni Eropa krisis keuangan telah mengancam perekonomian dunia. Krisis ini

berakar pada kegagalan Uni Eropa untuk memperbaiki perbankan. Faktor lain yang

mendorong terjadi krisis keuangan Eropa adalah faktor krisis utang di negara Yunani,

yang kemudian merembet ke Irlandia dan Portugal. Ketiga negara tersebut memiliki

utang yang lebih besar dari GDP-nya, dan juga sempat mengalami defisit (pengeluaran

negara lebih besar dari GDP). Krisis mulai terasa pada akhir tahun 2009, dan akhirnya

IMF menyetujui paket bailout (pinjaman) sebesar €110 milyar untuk Yunani, €85 milyar

untuk Irlandia,dan €78 milyar untuk Portugal pada tanggal 2 Mei 2010(Sendy Widjaja,

2011).

Page 6: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_10.pdf · menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di ... agroindustri di

6

Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat dan Uni Eropa telah berkembang

menjadi masalah serius. Gejolak tersebut mulai mempengaruhi stabilitas ekonomi global

di beberapa kawasan. Menurut perspektif ekonomi, perdagangan antar satu negara

dengan negara lain saling berkaitan, misalnya melalui aliran barang dan jasa. Impor

suatu negara merupakan ekspor bagi negara lain. Dalam hubungan yang sedemikian,

dimungkinkan resesi di satu negara akan berdampak secara global, karena penurunan

impor di satu tempat menyebabkan tertekannya ekspor di tempat lain.

Untuk menganalisis perkiraan dampak krisis ekonomi globalini digunakan model

General Trade Analysis Project (GTAP) dan model IndoTerm, yaitu sebuah model

Computable General Equilibrium (CGE) yang masing-masing telah dikembangkan oleh

Purdue University(Amerika Serikat) dan Centre of Policy Studies (CoPS), Monash

University (Australia). Kedua model tersebut, mengasumsikanperekonomian dunia dan

regional telah berada pada kondisi keseimbangan umum, dimana seluruh agen dalam

perekonomian tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi harga atau bertindak

sebagai price taker sehingga harga yang terbentuk sepenuhnya merupakan interaksi

antara permintaan dan penawaran. Secara implisit, masing-masing model tersebut

mengasumsikan bahwa setiap pasar berada dalam kondisi pasar persaingan sempurna

(competitive) atau dikenal sebagai konsep Walrasian General Equilibrium.

Dalam melakukan simulasi perkiraan dampak krisis global diasumsikan terjadinya

penurunan daya beli masyarakat di kawasan Uni Eropa dan Amerika Serikat masing-

masing sebesar 25 persen. Asumsi ini dibuat atas dasar terjadinya penurunan ekspor

yang disebabkan adanya penurunan daya beli atau permintaan dari negara seperti

Amerika, dan Eropa karena persoalan ekonomi di negara tersebut akibat dari krisis

global. Sebagai tujuan utama ekspor, penurunan daya beli tentu akan memberikan

dampak terhadap perekonomian Indonesia, khususnya di sektor agroindustri.

3.1. Dampak terhadap Keragaan Makroekonomi

Dari hasil olahan model GTAP terlihat bahwa krisis ekonomi global diprediksi

akan memberikan dampak terhadap keragaan makroekonomi antar negara (Tabel 3.1).

Hal ini terlihat dari nilai nominal GDP di masing-masing negara kecuali Uni Eropa

mengalami penurunan sebesar 1,12% (Indonesia), 1,10% (China), 0,84% (USA).

Peningkatan nilai GDP masih terjadi di Uni Eropa (0,42%) karena tidak semua negara di

kawasan Uni Eropa mengalami krisis sehingga beberapa negara di kawasan tersebut

masih mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif. Sebaliknya, di Indonesia, China

dan USA penurunan nilai nominal GDP lebih disebabkan penurunan nilai ekspor, akibat

penurunan permintaan ekspor di negara-negara yang mengalami krisis ekonomi.

Page 7: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_10.pdf · menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di ... agroindustri di

7

Indikator makro lainnya, seperti nilai impor juga mengalami penurunan kecuali di

kawasan Uni Eropa. Di Uni Eropa peningkatan nilai impor (0,32%) menyebabkan trade

balance di kawasan tersebut bernilai negatif. Artinya, nilai impor di negara-negara

tersebut jauh lebih besar daripada nilai ekspornya. Hal ini juga terjadi pada trade

balance Amerika Serikat yang mengalami defisit sebesar US$ 5,653,62 juta. Sebaliknya,

di Indonesia dan China trade balancenya masih bernilai positif karena penurunan nilai

impor masih lebih besar dari penurunan nilai ekspor. Kondisi seperti ini berpengaruh

terhadap nilai term of trade. Dari Tabel 3.1. terlihat term of trade Indonesia bernilai

negatif karena penurunan harga global untuk semua barang di Indonesia sangat kecil,

yaitu sebesar 0,02%, sementara di China, USA dan Uni Eropa masing-masing sebesar

0,14%, 0,32%, dan 0,13%.

Tabel 3.1. Dampak Krisis Ekonomi Global Terhadap Keragaan Makroekonomi

Keterangan: ()= nilai negatif

Temuan dampak makro ini sejalan dengan banyak studi yang berkesimpulan

bahwa krisis ekonomi global berimplikasi negatif bagi banyak negara. Hal ini terjadi

karena di era globalisasi seperti sekarang ini, tidak bisa dipungkiri bahwa terjadi

ketergantungan ekonomi antara satu negara dengan negara yang lain. Hal ini sering

disebut sebagai teori dependensi, yaitu saling ketergantungan satu sama lain. Jika

ditinjau dari konfliknya atau masalahnya, dalam hal ini krisisnya, maka sering disebut

sebagai teori domino, dimana jika terjadi kejatuhan yang menyenggol pihak lain, maka

pihak tersebut juga akan jatuh.Interkoneksi sistem bisnis global yang saling terkait,

membuat "efek domino" krisis yang berbasis di Amerika Serikat ini, dengan cepat dan

mudah menyebar ke berbagai negara di seluruh penjuru dunia,tak terkecualikan

Indonesia.

Di Indonesia dampak krisis ekonomi global juga berdampak sampai pada tingkat

regional. Dengan menglinkkan hasil simulasi model GTAP dengan model IndoTerm,

diperoleh gambaran regional makroekonomi, seperti terlihat pada Gambar 3.1. Nilai real

GDP Indonesia secara keseluruhan mengalami penurunan sebesar 0.163%. Penurunan

Indikator Indonesia China USA EU_25 Rest of World

1. Nominal GDP (% change) (1.22) (1.10) (0.84) 0.42 (1.33)

2. Nilai ekspor (% change) (0.74) (0.45) (1.78) (0.88) (0.76)

3. Nilai Impor (% change) (1.76) (1.37) (0.86) 0.32 (1.93)

4. Indek harga Ekspor (1.35) (1.10) (0.86) (0.53) (1.52)

5. Indek Harga Impor (1.19) (1.17) (1.25) (0.91) (1.09)

6. Trade Balance ($ US Million) 933.83 7,853.69 (5,653.62) (69,687.15) 66,553.23

7. Term of trade (% Change) (0.16) 0.07 0.39 0.38 (0.43)

Page 8: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_10.pdf · menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di ... agroindustri di

8

real GDP juga terjadi di wilayah Sumatera (0,306%), dan Kalimantan (1,079). Hal ini

diduga karena banyak produk primernya (sektor perkebunan) di Sumatera dan

Kalimantan yang berorientasi pada pasar ekspor, sehingga dampak krisis ekonomi

global akan sangat dirasakan terutama turunnya daya beli pasar internasional. Kondisi

ini menyebabkan investasi di wilayah tersebut juga mengalami penurunan masing-

masing sebesar 0,191% (Sumatera) dan 1,01% (Kalimantan). Akibatnya, aggragate

penyerapan tenaga kerja juga mengalami penurunan.

Gambar 3.1. Dampak krisis ekonomi global terhadap regional makroekonomi

Berbeda halnya di wilayah Jawa, Sulawesi, Bali-NTT dan Papua-Maluku dimana

real GDPnya masih bernilai positif dengan adanya krisis ekonomi global. Hal ini terjadi

karena pada situasi krisis, investasi di wilayah tersebut masih mengalami peningkatan,

walaupun dengan persentase yang relatif kecil. Peningkatan real GDP di wilayah

tersebut juga didorong oleh penurunan nilai Consumer Price Index (CPI) dan konsumsi

rumah tangga.

3.2. Dampak Terhadap Kinerja Sektoral

Uraian berikut akan membahas perkiraan dampak terhadap kinerja sektor

ekonomi, khususnya terkait sektor agroindustri, seperti Tanaman biji-bijian, Sayuran-

Buah, Tanaman minyak & Lemak, Gula, Pertanian lainnya, Produksi hewan dan produk

hewani, Produk Makanan, serta Minuman dan Produk Tembakau. Analisis yang

Real GDPReal Houshold Consumption

Real Investment

Aggregate Employment

CPI

Indonesia -0.163 -0.260 -0.085 0.000 -1.088

Sumatera -0.306 -0.238 -0.191 -0.005 -1.103

Jawa 0.025 -0.158 0.099 0.061 -1.070

Kalimatan -1.079 -1.126 -1.010 -0.432 -1.184

Sulawesi 0.138 -0.056 0.270 0.064 -1.068

Bali-NT 0.046 -0.150 0.132 0.008 -1.083

Papua-Mal 0.046 -0.187 0.121 0.031 -1.060

-1.400

-1.200

-1.000

-0.800

-0.600

-0.400

-0.200

0.000

0.200

0.400

%(Perubahan)

Page 9: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_10.pdf · menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di ... agroindustri di

9

dilakukan adalah berdasarkan perubahan yang terjadi pada beberapa variabel ekonomi,

seperti output, input (tenaga kerja dan intermediate input), ekspor, dan impor.

3.2.1. Dampak Terhadap Output dan Input

Keterkaitan perubahan output dapat dipelajari pada Lampiran 3(Tabel 3.2 dan

3.3). Hasil simulasi model GTAP meunjukkan tidak selalu krisis ekonomi global

menurunkan ouput sektor agroindustri di banyak negara. Di Indonesia, misalnya sektor

yang mengalami peningkatan output hampir semua sektor agroindustri kecuali gula,

dan minuman dan tembakau yang outputnyamengalami penurunan masing-masing

sebesar 0,061% dan 0,081%. Peningkatan output ini diduga karena adanya dukungan

pasar domestik yang kuat. Struktur demografi Indonesia menjadi daya dukung pasar

domestik tersebut. Jumlah penduduk dengan kategori kelas menengah – menurut Bank

Dunia adalah penduduk dengan pengeluaran antara 2 dan 20 dollar AS per hari –

meningkat sebanyak 50 juta antara tahun 2003-2010. Sebaliknya, penurunan output

gula, dan minuman dan tembakau diduga disebabkan berkurangnya permintaan baik

dari luar maupun domestik sehingga perusahaan/produsen cenderung menurunkan

produksinya.

Apabila dilihat secara regional dengan menggunakan model IndoTerm, ternyata

krisis global memberikan dampak yang bervariasi terhadap output agroindustri di

masing-masing wilayah. Di Sumatera, misalnya hanya output sayur dan buah-buahan,

gula, minuman dan tembakau yang mengalami penurunan, sementara sektor lainnya

mengalami peningkatan, walaupun relatif kecil,seperti terlihat pada Tabel3.2 (Lampiran

3).

Demikian halnya wilayah Jawa, hampir sebagian besar output agroindustri

mengalami peningkatan kecuali sayur dan buah-buahan, minyak sayur dan lemak,

produksi hewan dan produk hewan, serta minuman dan tembakau. Sebaliknya di

wilayah Kalimatan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, dan Papua-Maluku hampir sebagian

besar output agroindustri mengalami penurunan. Penurunan output terbesar di wilayah

Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua-Maluku terjadi pada sektor gula masing-

masing sebesar 0,66%, 0,68%, 0,475%, dan 0,445%. Sementara di wilayah Jawa dan

Bali-Nusa Tenggara terjadi pada sektor minyak sayur dan lemak masing-masing sebesar

0,383%, dan 0,496%.

Perlambatan pertumbuhan ouput sektor agroindustri di beberapa wilayah di

Indonesia terkait dengan turunnya permintaan ekspor dan menurunnya beberapa harga

komoditas agroindustri. Penurunan ini tidak terlepas dari dinamika naik turunnya

pertumbuhan ekonomi daerah, akibat adanya krisis ekonomi global. Disamping itu,

Page 10: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_10.pdf · menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di ... agroindustri di

10

Indonesia juga terdiri daribanyak provinsi yang masing-masing tentunya memiliki

karakteristik yang relatif berbeda. Oleh sebab itu, dampak dari krisis ekonomi global

pada output agroindustri akan memiliki intensitas yang berbeda dan sangat tergantung

pada kondisi dan karakteristik dari masing-masing wilayah tersebut.

Penurunan jumlah output beberapa komoditi di sektor agroindustri menyebabkan

jumlah penggunaan tenaga kerja pada sektor tersebut mengalami penurunan, seperti

terlihat pada Lampiran 4 (Tabel 3.3). Di Sumatera, misalnya penggunana tenaga pada

sektor sayur dan buah-buahan turun sebesar (0,09%), gula (0,71%), produksi hewan

dan produk hewani (0,078%) dan minuman dan tembakau (0,128%). Sebaliknya di

wilayah Kalimatan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, dan Papua-Maluku hampir semua

sektor mengalami penurunan penggunaan tenaga kerja.Di wilayah Sumatera dan

Kalimatan penurunan penggunaan tenaga kerja terbesar terjadi pada sektor gula

masing-masing sebesar 0,71% dan 0,695%.Sementara di wilayah Sulawesi, Bali-Nusa

Tenggara, Papua-Maluku penurunan penggunaan tenaga kerja terjadi pada sektor

minyak sayur dan lemak masing-masing sebesar 0,364%, 0,541% dan 0,464%.

Sebagaimana diketahui bahwa agroindustri (industri pertanian) merupakan

industri yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik produk

akhir (Finish Product) maupun input antara (Intermediate input).Dalam konteks

penggunaan intermediate input, krisis ekonomi global diperkirakan berpotensi

memberikan dampak negatif, seperti terlihat pada Lampiran 5 (Tabel 3.4). Produk

makanan, misalnya penurunan penggunaan input antara yang berasal dari sektor biji-

bijan adalah sebesar (0,594%), Sayur dan buah-buahan (3.872%), Minyak sayur dan

Lemak (5.124%), Gula (12.273%), Produksi hewan dan produk hewani (1.819%), dan

Minuman dan Tembakau (7.807%).

3.2.2. Dampak Terhadap Ekspor dan Impor

Hasil simulasi dengan menggunakan model GTAP menunjukkan bahwa dampak

krisis ekonomi global terhadap kinerja ekspor dan impor dari seluruh sektor ekonomi di

beberapa negara sangat bervariasi, seperti terlihat pada Lampiran 6 (Tabel 3.5 dan

3.6). Hampir semua sektor yang terkait dengan agroindustri mengalami penurunan

ekspor. Di Indonesia penurunan ekspor terbesar ditemukan pada sektor gula (2,452%),

serta minuman dan tembakau (2,324%). Hal ini diduga karena terjadinya penurunan

daya beli atau permintaan dari negara yang mengalami krisis ekonomi, seperti Amerika,

Eropa dan negara-negara lainnya. Penurunan jumlah ekspor juga disebabkan output

dari beberapa sektor ekonomi mengalami penurunan, seperti diuraikan sebelumnya.

Demikian halnya di China, penurunan ekspor terbesar juga ditemukan pada sektor gula,

serta minuman dan tembakau, masing-masing sebesar 2,178% dan 2,423%.

Page 11: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_10.pdf · menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di ... agroindustri di

11

Sebaliknya, di Amerika dan Uni Eropa, hampir seluruh sektor ekonomi mengalami

penurunan nilai ekspor.

Krisis ekonomi global juga mendorong peningkatan jumlah impor seperti terlihat

pada Tabel 3.6 (Lampiran 5). Semua sektor ekonomi di Indonesia mengalami

penurunan impor dengan persentase yang berbeda-beda. Penurunan impor terbesar,

terutama terkait dengan agroindustri terjadi pada sektor minuman dan tembakau

(1,292%). Penurunan impor inidimungkinkan karena adanya pengurangan penggunaan

bahan baku yang berasal dari impor, sebagai akibat dari penurunan output. Penurunan

impor juga didorong oleh rendahnya daya beli masyarakat dari negara-negara yang

mengalami krisis ekonomi.

3.3. Dampak Terhadap Kemiskinan

Analisis kemiskinan dilakukan dengan menggunakan formulasiinsiden kemiskinan

(incidence of poverty) dengan garis kemiskinan (poverty line) di perkotaan dan di

perdesaan ditetapkan berdasarkan standar BPS tahun 2008, yaitu masing-masing

sebesar Rp. 204,896 dan Rp. 161,831per kapita per bulan. Sementara nilai head-count

index yang diaggregasisebelum dilakukan simulasi, adalah Sumatera sebesar 17,21%,

Jawa (16,06%), Kalimantan (10,92), Sulawesi (16,84), Bali-NTT (21,25) dan Papua-

Maluku (33,29%). Nilai ini menunjukkan proporsi penduduk yang berada di bawah garis

kemiskinan terhadap total penduduk.

Gambar 3.2. Dampak krisis ekonomi global terhadap Perubahan tingkat kemiskinan menurut wilayah (%)

Page 12: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_10.pdf · menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di ... agroindustri di

12

Gambar 3.2 menunjukkan bahwa krisis ekonomi global berdampak pada

peningkatan jumlah penduduk miskin, baik secara nasional maupun regional.

Peningkatan kemiskinan terbesar terjadi di wilayah Jawa dan Kalimantan masing-

masing sebesar 0,13%, kemudian disusul oleh Sumatera (0,11%), dan Papua-Maluku

(0,09%). Peningkatan jumlah masyarakat miskin ini merupakan konsekuensi dari

penurunan jumlah pengunaan tenaga kerja di beberapa sektor ekonomi. Temuan ini

sejalan dengan hasilstudi Organisasi Perburuhan Dunia (ILO), yang menyatakan sekitar

20 juta orang akan kehilangan pekerjaannya hingga akhir 2009, akibat krisis ekonomi

global. Peningkatan jumlah kemiskinan tersebut juga disebabkan olehtingkat

pendapatan masyarakat Indonesia yang sensitif (elastis) terhadap perubahan kondisi

perekonomian.

IV. ARAH KEBIJAKAN AGROINDUSTRI

Dalam upaya mencegah dan mengantisipasi dampak krisis ekonomi global,

pemerintah telah mengambil beberapa kebijakan nasional, baik kebijakan moneter,

fiskal maupun kebijakan penguatan sektor riil. Paparan berikut ini akan

menggambarkan secara ringkas kebijakan-kebijakan sektor pertanian dan agroindutri

yang telah dan akan diambil oleh Pemerintah terkait upaya-upaya penguatan ekonomi

dalam rangka mengantisipasi dampak krisis, untuk mendukung perekonomian

Indonesia agar dapat tumbuh pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

Di bidang pertanian/agroindustri langkah-langkah dalam rangka pencegahan dan

pengurangan dampak krisis ekonomi tersebut diarahkan untuk melindungi produsen

(petani) pada sisi supply serta konsumen (masyarakat) pada sisi demand. Terkait

dengan komoditas pangan, langkah yang ditempuhadalah memantapkan ketahanan

pangan nasional, dimana penyediaanpangan nasional harus diupayakan sebesar-

besarnya dari produksi dalamnegeri dan mengurangi ketergantungan impor dari negara

lain.Hal iniuntuk menciptakan kemandirian dan kedaulatan pangan nasional.Kebijakan

yang dapat ditempuh dari sisi supply adalah : (i) meningkatkan produksi dan

produktivitas pangan di dalam negeri, (ii) meningkatkan kelembagaan pertanian,

khususnya permodalan dan penelitian, (iii)memberikan perlindungan kepada petani

dalam konteks ketahanan pangan, tingkat penghidupan masyarakat desa dan

kesejahteraan masyarakat, serta (iv) mempertegas regulasi retail modern. Sementara

dari sisi demand-nya, kebijakan di bidang pangan yang dapat diterapkan adalah : (i)

memperkuat cadangan pangan pemerintah dan masyarakat, (ii) menjamin kelancaran

manajemen distribusi pangan pokok, (iv) stabilisasi harga pangan nasional, serta (v)

melaksanakan strategi diversifikasi pangan.

Page 13: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_10.pdf · menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di ... agroindustri di

13

Dalam mencegah dan mengurangi dampak krisis ekonomi global terhadap

komoditas perkebunan nasional, maka kualitas komoditas perkebunan nasional harus

terus ditingkatkan. Saat ini, komoditas perkebunan nasional telah memiliki keunggulan

komparatif yang berupa sumberdaya alam dan sumberdaya manusia (tenaga kerja).

Keunggulan tersebut hendaknya dapat digunakan untuk mendorong keunggulan

kompetitif (daya saing) komoditas perkebunan nasional di dalam perdagangan

internasional. Sasaran ke depan yang harus dicapai adalah komoditas/produk

perkebunan Indonesia harus memiliki daya saing tinggi.

Langkah strategi yang dapat ditempuh untuk mendukung peningkatan daya

saing komoditas perkebunan adalah dengan: (i) mengefektifkan penerapan teknologi

perkebunan dan mengefisienkan usaha perkebunan, serta (ii) mempromosikan

komoditas dan produk perkebunan di pasar internasional dan dalam negeri, baik yang

telah dikuasai maupun yang masih berupa alternatif atau tambahan. Sementara untuk

kebijakan yang dapat diambil adalah : (i) revitalisasi perkebunan, yang meliputi aspek

lahan, pembiayaan, benih, pupuk, teknologi, dan infrastruktur; (ii) diversifikasi

komoditas dan produk; (iii) diversifikasi pasar; (iv) pengamanan harga/resiko harga; (v)

efisiensi pemasaran; (vi) sistem informasi dan analisis pasar, serta (vii) penelitian dan

kajian/analisis kebijakan.

Terkait dengan pengembangan tanaman hortikultura, langkah strategis yang

dapat dilakukan dalam rangka mengurangi dampak krisis ekonomi antara lain : (i)

mendorong peningkatan mutu dan daya saing produk hortikultura dalam rangka

mengurangi ketergantungan impor yang cenderung terus meningkat (untuk komoditas

buah durian dan jeruk), (ii) mendorong diversifikasi pasar, (iii) mendorong investasi

melalui peran swasta, (iv) mendorong industri benih dalam negeri untuk mengurangi

ketergantungan terhadap benih impor, (v) mengembangkan kawasan agribisnis

hortikultura, serta (vi) menciptakan kemitraan antara pelaku bisnis dengan petani

hortikultura.

V. PENUTUP

Gambaran perkiraan dampak krisis ekonomi global seperti yang telah diuraikan

sebelumnya, memberikan implikasi bahwa memasuki tahun 2014, ekonomi Indonesia

masih menghadapi risiko atas ketidakpastian global yang tinggi. Sektor agroindustri

yang memiliki spektrum kegiatan dan pasar yang sangat luas tak terkecualikan akan

mengalami dampak negatif akibat krisis ekonomi global. Jika kondisi tersebut tidak

ditanggulangi secara serius dan efektif, maka secara kongkrit krisis global akan

mengakibatkan semua petani akan menangung dampaknya.Oleh karenaitu, perlu

Page 14: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_10.pdf · menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di ... agroindustri di

14

adanya langkah-langkah dalam rangka pencegahan danpengurangan dampak krisis

ekonomi tersebut. Langkah-langkah tersebutharus mampu melindungi produsen

(petani) pada sisi supply sertakonsumen (masyarakat) pada sisi demand.

DAFTAR PUSTAKA

Avinas Dixit and Victor Norman. 2002. Theory of International Trade: A dual, General Equilibrium Approach. Cambridge University Press.

Burfisher, Mary (2011). Introduction to Computable General Equilibrium Models, Cambridge University Press.

Dixon, Peter B. and Dale W. Jorgenson (eds.). 2012. Handbook of Computable General Equilibrium Modeling. Volumes 1A and 1B. North Holland, Elsevier B.V.

Eddy Cahyono, S. 2013. Konektivitas Nasional Meningkatkan Daya Saing. http://www.setkab.go.id/artikel-7690-konektivitas-nasional-meningkatkan-daya-saing.html (diakses 28 Oktober 2013)

Edy Suandi Hamid.2009. Akar Krisis Ekonomi Global dan Dampaknya Terhadap Indonesia. Jurnal La Riba (Jurnal Ekonomi Islam), Vol 3, No 1 (2009)

Hertel, T.W. 1997. Global Trade Analysis: Modeling and Application. published by Cambridge University Press

James C. Moore. 2007. General Equilibrium and Welfare Economic. Springer Berlin Heidelberg. New York.

Lionel W. McKenzie. 2002. Classical General Equilibrium Theory. The MIT Press

Cambrige, massachusetts London, England.

Manuel Alejandro C, Guerra A, I and Sancho. 2012. Applied General Equilibrium.

Springer Dordrecht Heidelberg London New York.

Mukti Aji. 2009. Krisis Global dan Dunia Pertanian Indonesia. http://mukti-

aji.blogspot.com/2009/03/krisis-global-dan-dunia-pertanian.html (diakses

29 Oktober 2013)

Ross M. Starr. 2011. General Equilibrium Theory. Cambridge University Press

Sendy Widjaja. 2011. Potensi Dampak Krisis Yunani Terhadap Perekonomian Indonesia.

Jurnal Ekonomi, Vol 16, No 3 (2011)

Triyono. 2008. Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika. Jurnal

Ekonomi PembangunanVol. 9, No. 2, Desember 2008, hal. 156 - 167

Page 15: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_10.pdf · menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di ... agroindustri di

15

Lampiran 1. Persamaan Model Orani-G

Identifier Description Equation number

commodity and factor demands

(1.1) domestic commodities for domestic use d = fd(z, c, p1, p2, qd) n

(1.2) imported commodities m = fm (z, c, p1,p2, qm) n

(1.3) export demand e = f e(p1*, qe) n

(1.4) demands for primary factor l = fl (z, p3, ql) k

(1.5) commodity supplies pricing a y = f y (z, p1, qy) n

(1.6) in production v(p1, qy)=w(p1, p2,p3,qw) h

(1.7) in exporting p1 = p1*s n

(1.8) in importing p2 =p2*t n

market clearing

(1.9) for commodities d + e = y n

(1.10) for primary factors l = l* k

other equations

(1.11) balance of trade b = (p1*)e-(p2*)m 1

(1.12) Cpi = f (p1, p2) 1

(1.13) wage indexation p3 = fp3 (, qp3) k

total 7n +h+3k+2

Source : Dixon et al., 1982 Note : adenotes diagonal matrix

Variable Description Number

D Demands for domestically produced commodity n

Z Activity levels for each industry h

C Aggregate real absorption 1

P1 Local prices of domestic commodities n

P2 Local prices of imported commodities n

M Demand for imported commodities n

E Exports n

P1* Foreign currency price for exports n

P2* Foreign currency price for imports n

L Demands for primary factors k

P3 Prices for primary factors k

Y Commodities output levels n

Exchange rate (Rp/US $) 1

T One plus ad valorem rates of protection n

S One plus ad valorem rates of export subsidy n

L* Factor employment levels k

B Balance of trade 1

Consumer price index 1

QP3 Shift terms factor price equations k

Total 10n+h+4k+4

QD, QM, QE, QL

QY, QV ,QW

Large number of variables designed to assist in the

simulation of exogenous changes in technology, export

demands, household preferences and indirect taxes

Source : Dixon et al., 1982

Page 16: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_10.pdf · menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di ... agroindustri di

16

Lampiran 2. Agregasisektorekonomidari 175 sektormenjadi 13 sektor

No. Sector No Sector No Mapping No Mapping Aggregasi

1 Paddy 101 Soaps 1 Cerealgrain 101 Other_Agri Tanaman biji-bijian

2 Maize 102 Cosmetics 2 Cerealgrain 102 Other_Agri Sayuran-Buah

3 Cassava 103 OthChemicals 3 Veget_friut 103 Other_Agri Tanaman minyak & Lemak

4 SweetPotatos 104 PetrolRefPrd 4 Veget_friut 104 oil&Gas Pertanian lainnya

5 OthRootCrops 105 LNG 5 Other_Agri 105 oil&Gas Gula

6 Groundnut 106 SmokedRubber 6 Vegetable oils and fats 106 Other_Agri Produksi hewan dan produk hewani

7 Soybean 107 Tires 7 Vegetable oils and fats 107 Other_Agri Produk Makanan

8 OtherBeans 108 OthRubberPrd 8 Veget_friut 108 Other_Agri Minuman dan Produk Tembakau

9 Vegetables 109 PlasticPrd 9 Veget_friut 109 Other_Agri Manufacturing

10 Fruits 110 Ceramics 10 Veget_friut 110 mining Pertambangan

11 CerOthFoodCr 111 GlassPrd 11 Other_Agri 111 mining Minyak dan Gas

12 Rubber 112 ClayCerStruc 12 Other_Agri 112 mining Jasa

13 Sugarcane 113 Cement 13 Sugar 113 mining Sektor lain

14 Coconut 114 OthNonFerPrd 14 Vegetable oils and fats 114 mining

15 Oilpalm 115 BasicFerrous 15 Vegetable oils and fats 115 Other

16 FibreCrops 116 BasFerrPrd 16 Other_Agri 116 Other

17 Tobacco 117 BasicNonFerr 17 Other_Agri 117 mining

18 Coffee 118 BasNonFerrPr 18 Other_Agri 118 mining

19 Tea 119 ToolsCutlery 19 Other_Agri 119 manuf

20 Clove 120 MtlFurniture 20 Other_Agri 120 manuf

21 Cacao 121 StructMetlPr 21 Other_Agri 121 mining

22 Cashew 122 OthMetalPrds 22 Vegetable oils and fats 122 mining

23 OthEstateCrp 123 Engines 23 Other_Agri 123 manuf

24 OthAgric 124 MachineryApp 24 Other_Agri 124 manuf

25 Livestock 125 ElecGenMotor 25 Animal_prods 125 manuf

26 FreshMilk 126 ElecMachiner 26 Animal_prods 126 manuf

27 PoultryPrd 127 CommunicEqup 27 Animal_prods 127 manuf

28 OthLivestock 128 HholdElecApp 28 Animal_prods 128 manuf

29 Wood 129 OthElecApp 29 Other_Agri 129 manuf

30 OthForestPrd 130 Battery 30 Other_Agri 130 manuf

31 SeaFish 131 Ships 31 Other_Agri 131 manuf

32 InlandFish 132 Trains 32 Other_Agri 132 manuf

33 Shrimp 133 MotorVehicle 33 Other_Agri 133 manuf

34 AgricSvc 134 MotorCycle 34 Other_Agri 134 manuf

35 Coal 135 OthTransEqup 35 mining 135 manuf

36 CrudeOil 136 Aircraft 36 oil&Gas 136 manuf

37 NaturalGas 137 ScientifEqup 37 oil&Gas 137 manuf

38 TinOre 138 Jewellery 38 mining 138 manuf

39 NickelOre 139 MusicalInst 39 mining 139 manuf

40 BauxiteOre 140 SportGoods 40 mining 140 manuf

41 CopperOre 141 OthManufact 41 mining 141 manuf

42 GoldOre 142 ElecGasSupp 42 mining 142 manuf

43 SilverOre 143 WaterSupply 43 mining 143 Other

44 IronOre 144 Building 44 mining 144 Other

45 OthMining 145 AgrConstruct 45 mining 145 Other

46 NMetalMinral 146 PublicWorks 46 mining 146 Other

47 CrudeSalt 147 ConstUtilsCo 47 mining 147 Other

48 Quarrying 148 OthConstruct 48 mining 148 Other

49 Meat 149 Trade 49 Animal_prods 149 Serv

50 ProcessMeat 150 MotorRepairs 50 Animal_prods 150 Serv

Page 17: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_10.pdf · menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di ... agroindustri di

17

Lanjutanlampiran 2.

No. Sector No Sector No Mapping No Mapping Aggregasi

51 DairyPrds 151 Restaurant 51 Animal_prods 151 Serv

52 CanFruitVeg 152 Hotel 52 Food products 152 Serv

53 SaltDryFish 153 RailTrans 53 Food products 153 Serv

54 ProcFish 154 RoadTrans 54 Food products 154 Serv

55 Copra 155 SeaTrans 55 Vegetable oils and fats 155 Serv

56 EdibleOil 156 RiverTrans 56 Vegetable oils and fats 156 Serv

57 Rice 157 AirTrans 57 Food products 157 Serv

58 WheatFlour 158 TransSvc 58 Food products 158 Serv

59 OthFlour 159 Communicaton 59 Food products 159 Serv

60 BakeryPrds 160 Banking 60 Food products 160 Serv

61 Noodles 161 OthFinance 61 Food products 161 Serv

62 Sugar 162 Insurance 62 Sugar 162 Serv

63 PeeledGrain 163 RealEstateDo 63 Food products 163 Serv

64 Confectionry 164 BusinessSvc 64 Food products 164 Serv

65 ProcCoffee 165 GeneralGov 65 Food products 165 Serv

66 ProcTea 166 GovEducSvc 66 Food products 166 Serv

67 SoyaBeanPrds 167 GovHealthSvc 67 Food products 167 Serv

68 OthFoods 168 OthGovSvc 68 Food products 168 Serv

69 AnimalFeed 169 PrivatEducat 69 Food products 169 Serv

70 AlcoBeverage 170 PrivatHealth 70 Beverages and tobacco products170 Serv

71 SoftDrinks 171 OthPrCommun 71 Beverages and tobacco products171 Serv

72 TobaccoPrds 172 Films 72 Beverages and tobacco products172 Serv

73 Cigarettes 173 RecCultSvcPr 73 Beverages and tobacco products173 Serv

74 Kapok 174 PersHousSvc 74 manuf 174 Serv

75 Yarn 175 OthGoodsSvc 75 manuf 175 Serv

76 Textile 76 manuf

77 NCloTextPrd 77 manuf

78 KnittingMill 78 manuf

79 CarpetRope 79 manuf

80 Clothing 80 manuf

81 Leather 81 Other_Agri

82 LeatherPrds 82 Other_Agri

83 Footwear 83 Other_Agri

84 Sawmill 84 Other_Agri

85 Plywood 85 Other_Agri

86 WoodBldngPrd 86 Other_Agri

87 WoodFurnture 87 Other_Agri

88 OthWoodPrd 88 Other_Agri

89 NonPlasticr 89 Other_Agri

90 Pulp 90 Other_Agri

91 PaperCard 91 Other_Agri

92 PaperPrds 92 Other_Agri

93 PrintPublish 93 Other_Agri

94 BascChemical 94 Other_Agri

95 Fertil izer 95 Other_Agri

96 Pesticides 96 Other_Agri

97 PlastcsFibre 97 Other_Agri

98 Paints 98 Other_Agri

99 Drugs 99 Other_Agri

100 NativeMedicn 100 Other_Agri

Page 18: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_10.pdf · menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di ... agroindustri di

18

Lampiran 3. Dampakkrisis global terhadap output sector ekonomi menurut wilayah

Tabel 3.2. Persentase perubahan output sector ekonomi global

Tabel 3.3. Persentase perubahan output sector ekonomi wilayah di Indonesia

No Output Indonesia Sumatera Jawa Kalimatan Sulawesi Bali-NTPapua-

Mal

1 Biji-bijian 0.096 0.037 0.017 -0.099 0.031 -0.007 0.069

2 Sayur dan buah-buahan 0.015 -0.086 -0.070 -0.301 -0.061 -0.061 -0.090

3 Minyak sayur dan Lemak 0.079 0.196 -0.383 0.000 -0.288 -0.496 -0.409

4 Pertanian Lainnya 0.495 0.483 0.796 0.862 -0.045 -0.114 -0.028

5 Gula -0.061 -0.660 0.029 -0.648 -0.475 -0.142 -0.445

6 Produksi hewan dan produk hewani0.089 -0.016 -0.005 -0.211 -0.063 -0.045 -0.087

7 Produk Makanan 0.091 0.155 0.079 0.116 0.035 -0.048 0.133

8 Minuman dan Tembakau -0.081 -0.215 -0.222 -0.280 -0.318 -0.182 -0.249

9 Manufacturing 0.748 1.104 0.307 2.368 1.687 0.893 1.936

10 Mineral 0.003 0.722 0.851 0.870 0.599 0.405 0.385

11 Minyak dan Gas -1.231 -2.718 -5.059 -3.491 -1.920 -2.965 -3.426

12 Jasa 0.141 0.167 0.202 -0.099 0.170 0.031 0.016

13 Sektor Lainnya -1.055 -0.015 0.223 -0.594 0.284 0.139 0.149

NoOutput Indonesia China USA EU_25

Rest of

World

1 Biji-bijian 0.096 0.101 -0.423 -0.807 0.422

2 Sayur dan buah-buahan 0.015 0.070 -0.156 -1.524 0.229

3 Minyak sayur dan Lemak 0.079 0.182 -1.181 0.560 0.204

4 Pertanian Lainnya 0.495 0.266 -0.615 -0.338 0.853

5 Gula -0.061 0.018 -0.331 2.649 -0.195

6 Produksi hewan dan produk hewani 0.089 0.043 -0.248 -0.124 0.178

7 Produk Makanan 0.091 0.091 -0.220 0.185 0.142

8 Minuman dan Tembakau -0.081 -0.040 -0.266 1.863 -0.261

9 Manufacturing 0.748 0.032 -0.745 0.164 0.493

10 Mineral 0.003 0.015 -0.349 -0.844 0.589

11 Minyak dan Gas -1.231 -1.281 -0.039 15.623 -1.430

12 Jasa 0.141 0.078 0.126 -0.297 0.098

13 Sektor Lainnya -1.055 -0.711 0.218 1.589 -1.249

Page 19: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_10.pdf · menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di ... agroindustri di

19

Lampiran 4. Dampak krisis ekonomi global terhadap Penggunaan tenaga kerja pada

sektor ekonomi Indonesia

Tabel 3.3. Persentase perubahan Penggunaan tenaga kerja pada sektor ekonomi

Indonesia

No Output Sumatera Jawa Kal imatan Sulawes i Bal i -NT Papua-Mal

1 Biji-bijian 0.035 0.015 -0.103 0.029 -0.010 0.068

2 Sayur dan buah-buahan -0.090 -0.074 -0.307 -0.064 -0.064 -0.093

3 Minyak sayur dan Lemak 0.129 -0.468 -0.084 -0.364 -0.541 -0.464

4 Pertanian Lainnya 0.416 0.752 0.857 -0.160 -0.237 -0.140

5 Gula -0.710 -0.020 -0.695 -0.512 -0.188 -0.486

6 Produksi hewan dan produk hewani -0.078 -0.066 -0.291 -0.114 -0.090 -0.135

7 Produk Makanan 0.256 0.252 0.232 0.043 0.001 0.199

8 Minuman dan Tembakau -0.128 -0.065 -0.199 -0.306 -0.137 -0.191

9 Manufacturing 1.140 0.298 2.672 1.622 0.903 1.965

10 Mineral 0.890 0.923 1.371 0.711 0.567 0.549

11 Minyak dan Gas -3.379 -5.204 -3.300 -2.838 -3.448 -4.040

12 Jasa 0.116 0.104 0.032 0.081 -0.012 -0.030

13 Sektor Lainnya 0.120 0.313 -0.107 0.296 0.194 0.226

Page 20: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_10.pdf · menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di ... agroindustri di

20

Lampiran 5.Dampak krisis ekonomi global terhadap Penggunaan intermediate input pada sektor ekonomi Indonesia

Tabel 3.4. Persentase perubahanintermediate input pada sektor ekonomi Indonesia

No Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Total

1 Biji-bijian -1.253 -4.769 -6.276 7.008 -13.424 -2.883 0.984 -8.950 42.875 18.411 -101.143 1.362 1.029 -67.030

2 Sayur dan buah-buahan -1.788 -4.406 -6.814 7.161 -13.264 -2.723 1.134 -8.791 42.576 17.870 -101.432 1.520 0.733 -68.223

3 Minyak sayur dan Lemak -0.194 -3.421 -5.171 8.117 -12.321 -1.777 2.060 -7.846 44.237 19.471 -99.824 2.476 2.328 -51.866

4 Pertanian Lainnya 0.187 -3.146 -4.864 8.433 -12.076 -1.388 2.338 -7.563 44.412 19.804 -99.772 2.904 2.780 -47.951

5 Gula 0.538 -2.740 -4.491 8.416 -12.607 -1.839 1.920 -7.733 44.925 20.207 -99.158 2.746 3.061 -46.754

6 Produksi hewan dan produk hewani -0.385 -3.663 -5.413 7.767 -12.562 -2.044 1.748 -8.087 43.883 18.600 -100.722 2.226 1.460 -57.191

7 Produk Makanan -0.594 -3.872 -5.123 8.126 -12.273 -1.819 2.107 -7.807 44.286 19.571 -100.266 2.516 1.928 -53.220

8 Minuman dan Tembakau 2.510 -0.770 -2.521 8.784 -11.656 -1.035 2.757 -5.905 44.910 22.187 -97.231 3.164 5.033 -29.775

9 Manufacturing 0.443 -2.837 -4.586 8.661 -11.739 -1.191 2.667 -7.262 44.737 20.107 -99.269 2.849 2.831 -44.589

10 Mineral -0.539 -3.289 -5.498 8.068 -12.277 -1.742 2.101 -8.161 44.205 19.557 -100.442 2.380 2.371 -53.265

11 Minyak dan Gas 5.287 4.597 1.242 14.737 -6.803 4.212 7.617 -2.402 50.418 25.466 -93.198 8.763 8.520 28.456

12 Jasa -0.005 -2.872 -4.769 8.100 -11.848 -1.266 2.197 -8.003 43.831 19.297 -99.870 2.387 2.030 -50.791

13 Sektor Lainnya 0.607 -2.672 -4.422 8.868 -11.573 -1.028 2.841 -7.097 44.594 19.972 -99.092 3.227 1.858 -43.917

Keterangan:

1= Biji-bijian 12= Jasa

2= Sayurdanbuah-buahan 13= Sektorlainnya

3= MinyaksayurdanLemak

4= PertanianLainnya

5= Gula

6= Produksihewandanprodukhewani

7= ProdukMakanan

8= MinumandanTembakau

9= Manufacturing

10= Mineral

11= Minyakdan Gas

Page 21: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_10.pdf · menurunkan kinerja sektor-sektor ekonomi di ... agroindustri di

21

Lampiran 6. Dampak krisis ekonomi global terhadap Nilai ekspor pada sector ekonomi global

Tabel3.5. Persentase perubahan nilai ekspor pada sector ekonomi global

No Output Indonesia China USA EU_25 Rest of World

1 Biji-bijian -0.293 -0.058 -1.446 -2.2 0.744

2 Sayur dan buah-buahan -0.023 0.088 -0.531 -1.461 0.926

3 Minyak sayur dan Lemak -0.972 -1.17 -2.732 -0.509 -0.801

4 Pertanian Lainnya 0.053 -0.155 -2.522 -1.572 0.618

5 Gula -2.452 -2.178 -3.894 1.59 -2.153

6 Produksi hewan dan produk hewani 0.722 0.747 -2.217 -1.492 1.191

7 Produk Makanan -0.336 -0.396 -1.757 -0.94 -0.073

8 Minuman dan Tembakau -2.324 -2.423 -2.955 -0.613 -2.443

9 Manufacturing 0.282 -0.579 -2.976 -1.338 0.072

10 Mineral -0.428 0.363 -0.976 -2.752 0.496

11 Minyak dan Gas -6.241 -9.793 -5.499 31.014 -5.496

12 Jasa 2.053 0.794 0.94 -2.213 1.458

13 Sektor Lainnya 1.422 0.867 -1.175 -2.918 1.374

Tabel 3.6. Persentase perubahan nilai impor pada sector ekonomi global

No Output Indonesia China USA EU_25 Rest of World

1 Biji-bijian -0.839 -1.403 -0.137 1.261 -1.433

2 Sayur dan buah-buahan -0.988 -1.06 -0.439 1.013 -1.194

3 Minyak sayur dan Lemak -1.269 -1.035 -0.572 -0.63 -1.229

4 Pertanian Lainnya -1.052 -0.912 -0.293 -0.256 -1.5

5 Gula -1.068 -0.963 -0.333 -1.61 -1.153

6 Produksi hewan dan produk hewani -1.39 -1.695 -0.171 0.361 -1.722

7 Produk Makanan -1.132 -1.107 -0.447 0.16 -1.349

8 Minuman dan Tembakau -1.291 -0.883 -0.8 -1.237 -1.253

9 Manufacturing -1.734 -1.225 -0.236 0.134 -1.921

10 Mineral -1.572 -1.423 -0.948 0.453 -1.437

11 Minyak dan Gas -2.821 -2.562 -2.741 -0.035 -3.373

12 Jasa -1.859 -1.464 -1.361 1.272 -1.822

13 Sektor Lainnya -2.703 -2.378 -0.287 1.905 -2.322