Upload
others
View
77
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
HUBUNGAN SELF CARE AGENCY DENGAN KEPATUHAN
MEMODIFIKASI GAYA HIDUP PASIEN HIPERTENSI
DI PUSKESMAS RAO KABUPATEN PASAMAN
TAHUN 2018
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Oleh:
HARPENI
1614201131
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS
P A D A N G
2018
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : HARPENI
NIM : 1614201131
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atas pemikiran orang
lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau
keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia
mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi atas perbuatan tidak terpuji
tersebut.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan sama sekali.
Bukittinggi, Februari 2018
Yang membuat pernyataan
Harpeni
Halaman Pengesahan
HUBUNGAN SELF CARE AGENCY DENGAN KEPATUHAN MEMODIFIKASI
GAYA HIDUP PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS RAO
KABUPATEN PASAMAN TAHUN 2018
Skripsi ini telah dipertahankan di Hadapan Sidang Tim Penguji
Pada
Hari/ Tanggal : Selasa/ 20 Februari 2018
Pukul : 11.00-12.00 wib
Oleh:
HARPENI
1614201131
Dan yang bersangkutan dinyatakan
LULUS
Tim Penguji :
Penguji I : Ns. Ida Suryati, M.Kep ..........................................
Penguji II : Ns. Lisa Mustika Sari M.Kep ..........................................
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Ns. Ida Suryati, M.Kep
Nik: 1420130047501027
Halaman Persetujuan
HUBUNGAN SELF CARE AGENCY DENGAN KEPATUHAN
MEMODIFIKASI GAYA HIDUP PASIEN HIPERTENSI
DI PUSKESMAS RAO KABUPATEN PASAMAN
TAHUN 2018
Oleh
HARPENI
NIM : 1614201131
Skripsi ini telah disetujui untuk diseminarkan
Bukittinggi, 20 Februari 2018
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Ns. Lisa Mustika Sari, M.Kep Def primal, S. Kep, M. Biomed. PA
NIK : 1420114098511072 NIK : 1420126128409054
Diketahui,
Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
Ns. Ida Suryati, M.Kep
NIK : 1420106037395017
Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang
Skripsi, Februari 2018
HARPENI
Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi
di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018
ABSTRAK
xv+VI bab+49 halaman+2 tabel+3 skema+6 lampiran
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 90mmHg, Pada
populasi manula,hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik
90mmHg.Dalam melakukan pencegahan dan perawatan hipertensi perlu dlakukan self care Agency
dan juga dapat melakukan modifikasi gaya hidup pasien hipertensi yang sangat diperlukan oleh pasien
agar hipertensinya jangan kambuh.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada
hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi di
Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018. Penelitian ini dilakukan pada bulan February
2018.Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskritif korelasi.Populasi dan sampel
adalah pasien Hipertensi yang memenuhi kriteria, dengan teknik simple random sampling,dengan
jumlah sampel 45 orang. Pengumpulan data dengan menggunakan lembaran Kuesioner dengan uji
statistik menggunakan analisa Chi Square.Hasil analisa univariat didapatkan lebih dari separo(53,3%)
responden melakukan self care Agency di Puskesmas Rao Pasaman tahun 2018.Lebih dari separo
(68,9%) responden memiliki kepatuhan memodifikasi gaya hidup di Puskesmas Rao Pasaman tahun
2018.Analisa bivariat ditemukan ada Hubungan Self Care Agency Dengan kepatuhan Memodifikasi
Gaya Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018,dengan nilai P
value< α (0,019<0,050). Disarankan kepada institusi pelayanan kesehatan agar terus meningkatkan
upaya-upaya untuk memotivasi pasien hipertensi dengan cara memberikan informasi atau penyuluhan
tentang hipertensi dan faktor resiko hipertensi serta cara pencegahannya.Bagi peneliti selanjutnya agar
melakukan penelitian menggunakan metode lain seperti eksperimen.
Kata Kunci:.Kepatuhan Modifikasi gaya hidup Hipertensi, Self Care Agency
Daftar Bacaan:20 Buku (2008-2014)
Undergraduate Program of Nursing Science, Perintis, School of Health Sciences
Skripsi, Februari 2018
HARPENI
Relationship Self Care Agency With Compliance of Modify the Lifestyle of Hypertension Patients
at Public Health Center Rao Pasaman District 2018
ABSTRACT
xv + VI chapter+49 Pages+ 6 Tables+3 schemes+6 attachments
Hypertension is systolic blood pressure ≥140 mmHg and diastolic blood pressure ≥ 90mmHg, In the
elderly population, hypertension is defined as systolic pressure 160 mmHg and diastolic pressure
90mmHg.In doing prevention and treatment of hypertension need to do self care agency and also can
make the lifestyle modification of patient hypertension that is needed by the patient for hypertension
do not recur. The purpose of this study is to obtain whether there is a relationship Self Care Agency
Compliance Modify the Lifestyle of Hypertension Patients at Public Health Center Rao Pasaman
District 2018. This research was conducted in February 2018. The design used in this study is
descritical correlation. Population and sample are hypertensive patients who meet the criteria, with
simple random sampling technique, with a sample size of 45. Data collection using sheets of
questionnaires with statistical test using Chi Square analysis. Univariate analysis results obtained
more than half (53.3%) of respondents conducted self-care Agency at Rao Pasaman Health Center in
2018. More than half (68.9%) of respondents have compliance modify lifestyle at Rao Pasaman
Public Health Center 2018. Bivariate analysis found there is Relationship of Self Care Agency With
Compliance Modify Lifestyle of Hypertension Patient at Public Health Center Rao Pasaman District
Year 2018, with P value <α (0,019 <0,050). It is suggested to health care institution to continuously
improve efforts to motivate hypertension patient by giving information or counseling about
hypertension and hypertension risk factor and how to prevent it. For further researcher to do
research using other method like experiment.
Keywords: Compliance in Hypertension lifestyle modification, Self Care Agency
Reading List: 20 Books (2008-2014)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Mahasiswa :
Nama : HARPENI
Umur : 38 tahun
Tempat /Tanggal lahir : Langsat Kadap, 14 Maret 1980
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Kampung Tujuh, Nagari Tj Betung, Kec Rao Selatan, Kab
Pasaman
Kewarganegaraan : Indonesia
Jumlah saudara : 4 orang
Anak ke : 3 orang
Identitas orang tua :
Nama ayah : H. Syorofna
Pekerjaan ayah : Tani
Nama ibu : Hj. Lismarni
Pekerjaan ibu : IRT
Alamat : Kampung Tujuh, Nagari Tj Betung, Kec Rao Selatan, Kab
Pasaman
Riwayat pendidikan :
1. SD Inpres Kampung Tujuh : 1986 - 1992
2. MTsN Langsat Kadap : 1992 - 1995
3. SMAN Rao : 1996 - 1999
4. AKPER Garuda Putih Jambi : 2000 - 2003
KATA PENGANTAR
حِيْمِِ حْمَنِِ لرَّ بِسْــــــــــــــــــمِِ اللِِ الرَّ
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah membeikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
berjudul “Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup
Pasien Hipertensi Di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018”. Dalam
penyusunan skripsi, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,
maka dari itu pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M.Biomed selaku Ketua STIKes Perintis Padang
2. Ibu Ns. Ida Suryati, M.Kep, selaku Ka Prodi Studi Sarjana Keperawataan STIKes
Perintis Padang
3. Ibu Ns. Lisa Mustika Sari, M.Kep selaku pembimbing satu yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan oleh
penulis
4. Bapak Def Primal, M.Biomed selaku pembimbing dua yang telah banyak memberikan
bimbingan dan arahan sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis
5. Bapak Kepala Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman yang telah memberi izin untuk
pengambilan data awal dan penelitian selanjutnya
6. Bapak dan Ibu Staf pengajar Program studi Sarjana Keperawatan STIKes Perintis
Padang, yang telah banyak pula memberikan ilmu serta bimbingan yang bermanfaat
bagi penulis
7. Teristimewa kepada Ibu, Ayah, Suami dan Anak-anak yang telah memberikan
bantuan baik moril maupun spritual dan dorongan semangat, doa, kasih sayang serta
pengertian yang tulus dalam menggapai cita- cita
8. Rekan- Rekan mahasiswa seangkatan STIKes Perintis Padang khususnya sahabatku “
5 sekawan” yang telah banyak memberikan masukan yang sangat berguna dalam
menyelesaikan Skripsi ini
Sekalipun penulis telah mencurahkan segenap pemikiran, tenaga dan waktu agar penulis
ini menjadi lebih baik, penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu penulis dengan senang hati menerima saran dan kritikan yang
bersifat membangun demi kesempurnaan Skripsi ini.
Akhir kata, pada – Nya jualah kita berserah diri. Semoga Skripsi ini bermamfaat bagi kita
semua khususnya pada profesi keperawatan. Amin.
Bukittinggi, Februari 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Halaman Judul ......................................................................................................... i
Pernyataan Keaslian Skripsi .................................................................................. ii
Halaman Pengesahan .............................................................................................. iii
Halaman Persetujuan .............................................................................................. iv
Abstrak ..................................................................................................................... v
Biodata ...................................................................................................................... vii
Kata Pengantar ........................................................................................................ viii
Daftar Isi ................................................................................................................... x
Daftar Tabel ............................................................................................................. xiii
Daftar Skema ........................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ..................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 7
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8
1.4. Mamfaat Penelitian ............................................................................ 8
1.5. Ruang Lingkup Penelitan ................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perawatan Diri berdasarkan Teori Orem .......................................... 10
2.1.1. Teori Perawatan Diri .............................................................. 10
2.1.2. Teori Devisit Perawatan Diri .................................................. 11
2.1.3. Agen Perawatan Diri .............................................................. 13
2.1.4. Kebutuhan Perawatan diri Teraupetik .................................... 13
2.1.5. Teori Sistem Perawatan .......................................................... 15
2.2. Kemampuan Keperawatan Diri .......................................................... 16
2.2.1. Definisi Kemampuan Perawatan Diri ..................................... 16
2.2.2. Komponen Kemampuan Perawatan Diri ................................ 17
2.3. Hipertensi ........................................................................................... 18
2.3.1. Pengertian Hipertensi ............................................................ 18
2.3.2. Penyebab Hipertensi ............................................................. 19
2.3.3. Patofisiogi Hipertensi ................................................................. 20
2.3.4. Gejala Hitertensi .................................................................... 21
2.3.5. Klasifikasi Hipertensi ............................................................ 22
2.3.6. Penatalaksanaan Hipertensi ................................................... 23
2.3.7. Komplikasi Hipertensi ........................................................... 25
2.3.8. Pencegahan Hipertensi .......................................................... 25
2.4. Modifikasi Gaya Hidup ................................................................... . 26
2.5. Kerangka Teori .................................................................................... 27
BAB III KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep .................................................................................. 28
3.2 . Definisi Operasional .............................................................................. 29
3.3. Hipotesis ................................................................................................ 30
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian ...................................................................................... 31
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 31
4.3. Populasi, Sampel dan Tekhnik Sampling ................................................ 32
4.3.1. Populasi ......................................................................................... 32
4.3.2. Sampel ........................................................................................... 32
4.3.3. Tekhnik Sampling ......................................................................... 33
4.4. Pengumpulan Data ..................................................................................... 33
4.5. Cara Pengolahan dan Analisa Data ........................................................... 34
4.6. Etika Penelitian........................................................................................... 36
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Lokasi Penelitian ..................................................................... 38
5.1.1. Hasil Penelitian .......................................................................... 38
5.1.2. Analisa Univariat ....................................................................... 38
5.1.3. Analisa Bivariat ......................................................................... 39
5.2. Pembahasan .............................................................................................. 40
5.2.1. Self Care Agency ........................................................................ 40
5.2.2. Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup ....................................... 41
5.2.3. Hubungan Self Care Agency dengan Kepatuhan Memodifikasi
Gaya Hidup Pasien Hipertensi ................................................... 43
5.3. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 46
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan ............................................................................................... 47
6.2. Saran ......................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.3. Tabel Data hipertensi ................................................................................ 18
Tabel 3.2. Definisi operasional ................................................................................... 29
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Bagan Perawatan Diri Orem .................................................................... 12
Skema 2.5 Kerangka Teori ....................................................................................... 27
Skema 3.1 Kerangka Konsep ..................................................................................... 28
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Permohonan menjadi responden
Lampiran 2. Persetujuan menjadi Responden ( Informed conscent)
Lampiran 3. Kisi- kisi kuisioner
Lampiran 4. Lembaran Kuisioner
Lampiran 5. Surat Izin Pengambilan Data
Lampiran 6. Lembaran Konsul
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja baik tua maupun muda,
baik kaya atau pun miskin. Penyakit hipertensi dikenal sebagai the sillent killer atau
pembunuh yang diam–diam dan tidak diketahui datangnya, karena banyak kasus tidak
timbul gejala dan tanda yang khas hingga terjadi komplikasi yang serius dan secara
tiba-tiba membawa kematian. Ketika seseorang terdiagnosa hipertensi maka orang
tersebut dituntut untuk menjalani pengobatan seumur hidup secara rutin dan menjaga
pola hidup sehat agar hipertensi dapat terkontrol dan tidak menimbulkan komplikasi,
(Susilo, 2012). Hipertensi tanpa penanggulangan yang baik cendrung menimbulkan
komplikasi seperti gagal jantung, stroke, gagal ginjal (Darmawan, 2012)
World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2012 sedikitnya 839 juta
kasus hipertensi, dan diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada tahun 2025. Sekitar 80%
kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama dinegara-negara berkembang. Berdasarkan
Rikesdas (2013), prevalensi hipertensi Indonesia cukup tinggi yaitu sebesar 41%.
Menurut Dinkes RI 2013, data 33 propinsi di Indonesia terdapat 5 propinsi dengan
kasus hipertensi tertinggi, yaitu Bangka Belitung (30,9%), Kalimantan Selatan (30,8%),
Kalimantan Timur (29,6%), Jawa Barat (29,4%), Gorontalo (29,4%), Sumatera Barat (
22,6%). Kasus hipertensi di Kota Padang dilihat dari hasil laporan tahun 2014 Dinas
Kesehatan Kota Padang berada pada posisi teratas, hal ini terjadi seiring dengan
perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan
Kota Padang tahun 2015, hipertensi termasuk kedalam penyakit terbanyak dialami oleh
masyarakat dan data Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman pada tahun 2015 jumlah
penderita hipertensi yang berkunjung ke Puskesmas sebanyak 518 orang, sedangkan
pada tahun 2016 jumlah hipertensi sebanyak 611 orang. (data laporan Puskesmas Rao,
2016).
Dalam pengobatan hipertensi diperlukan beberapa langkah yang harus dilakukan oleh
penderita hipertensi dalam upaya mengontrol hipertensinya. Menurut Darmawan
(2012), dalam upaya mengontrol hipertensi penderita, selain teratur meminum obat
harus disertai dengan perubahan gaya hidup yaitu tidak merokok, lakukan olah raga
secara teratur, kurangi berat badan jika overweigh, diit hipertensi yaitu kurangi sodium,
alokohol dan kafein, makan dengan diet sehat termasuk didalamnya perbanyak makan
buah dan kurangi lemak, serta mengendalikan stress dengan baik. Hal serupa juga
diungkapkan oleh Anggraeni & Susilo (2012), dalam melakukan perawatan diri pasien
hipertensi dapat dilakukan dengan mengurangi berat badan, diet gizi seimbang dan
mengurangi garam, mengendalikan stres, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi
alkohol, olah raga teratur dan kepatuhan minum obat. Namun masih banyak ditemukan
pasien hipertensi yang tidak patuh dalam melakukan perawatan diri dengan baik,
(Bayouna et al, (2014).
Novian, (2013) dalam penelitiannya menemukan banyak pasien hipertensi yang tidak
patuh dalam diit hipertensi. Dalam penelitian Barak et al (2014), hipertensi yang tidak
terkontrol banyak ditemukan pada pasien hipertensi dengan obesitas. Sementara data
menurut Herawati (2011), menemukan banyak pasien hipertensi yang tidak terkontrol
karena tidak mematuhi diit hipertensi dan kebiasaan olah raga yang tidak baik.
Hairunisa et al, (2012), dalam penelitiannya menemukan hanya sedikit pasien
hipertensi yang memiliki tekanan darah terkontrol akibat tidak patuh minum obat dan
diet. Warren et al, (2012), dalam penelitiannya menemukan sering terpapar asap rokok
menjadi hambatan dalam melakukan perawatan diri. Demikian juga dengan penelitian
Sinubu, et al (2015), stres akibat beban kerja yang terlalu berat membuat tekanan darah
mereka jadi tidak terkontrol. Demikian juga dengan hasil penelitian warrean et al,
(2012) kebiasaan mengkonsumsi alkohol yang tinggi membuat tekanan darah mereka
tidak terkontrol.
Hipertensi dapat dikontrol dengan managemen diri yang baik serta kepatuhan pola
hidup sehat (Susilo, 2012). Penanganan hipertensi dan lamanya pengobatan dianggap
kompleks, pengobatan jangka panjang bahkan mungkin seumur hidup terkadang
menimbulkan kejenuhan dari pasien (Triyanto, 2014). Diperlukan pengetahuan,
kemampuan dan kepatuhan dari pasien dalam mengelola perilaku di kehidupan sehari –
hari supaya hipertensi terkontrol dengan baik dan mencegah terjadinya komplikasi,
(Harnila, 2013).
Kurangnya pengetahuan, kesadaran pasien serta dukungan sosial kepada pasien
hipertensi akan membuat pasien hipertensi membiarkan pola hidup yang tidak sehat
tersebut berlangsung terus dalam kehidupan sehari - hari tanpa tahu bahaya penyakit
yang mengintai dibalik itu semua (Lingga, 2012). Untuk itu perawatan diri yang baik
dan kemampuan dalam melakukan perawatan diri sangat perlu dilakukan oleh pasien
hipertensi dalam mengontrol hipertensinya.
Didalam teori keperawatan terdapat model konsep keperawatan Orem yang dikenal
dengan model Self Care, yaitu suatu wujud perilaku perawatan diri seseorang dalam
menjaga kehidupan, kesehatan dan perkembangan kehidupan sekitar untuk
meningkatkan kesejahteraan serta mencegah percepatan penyakitnya.
Self care dalam konteks pasien dengan penyakit kronis merupakan hal yang kompleks
dan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien serta kontrol dari
penyakit kronis (Laser & Lubkin, 2009 dalam Nursalam 2013). Dalam penelitian
Findow et al, (2012) didapatkan hasil adanya hubungan antara kepatuhan perawatan
diri yang baik dengan hipertensi terkontrol. Namun dalam penelitian Warren et al
(2012), ditemukan masih banyak pasien hipertensi yang tidak terkontrol dan mengalami
hambatan dalam melakukan perawatan diri karena faktor kurangnya pengetahuan,
kurangnya dukungan keluarga, tidak adanya keyakinan dari pasien itu sendiri. Orem
dalam Nursalam, (2013) faktor dasar, faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor
pendukung merupakanfaktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam melakukan
self care management dalam pengelolaan penyakitnya.
Pengetahuan tentang hipertensi dan bagaimana penatalaksanaanya sangat diperlukan
oleh pasien hipertensi dalam mengontrol tekanan darahnya dengan baik. Pengetahuan
merupakan domain yang sangatpenting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2007). Seseorang yang paham tentang hipertensi, berbagai penyebabnya
dan bagaimana penatalaksanaannya maka akan melakukan tindakan sebaik mungkin
agar penyakitnya tidak berlanjut (Setiawan, 2008). Mulyati, Yetty& Sukmarini (2013)
dalam penelitiannya menemukan responden yangmemiliki pengetahuan yang baik akan
mampu merawat diri dengan baik.Sementara penelitian yang dilakukan oleh Prihanda,
(2012) banyak pasien hipertensi yang tidak mematuhi aturan diet hipertensi karena
kurangnya pengetahuan. Dalam sebuah journal of Public Health (2015) didapatkan
tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan pengobatanpasien
hipertensi.Seseorang yang memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan
perawatan diri yang baik, tentunya diharapkan bisa melakukan perubahan gaya hidup
kearah yang lebih baik. Orem dalam Paula & Janet,(2009) keyakinan menjadi sentral
dalam perawatan diri, dimana individu merasa yakin dan mampu dalam
mempertahankan kesehatan dan kesejahteraaan dengan merawat diri mereka sendiri.
Window, et al (2012) dalam penelitiannya menemukan masih banyak pasien hipertensi
yang tidak mampu menahan dirinya untuk tidak mengkonsumsi alkohol, walaupun
mereka tahu alkohol tidak baik untuk penderita hipertensi.
Demikian juga penelitian Prihanda, (2012) banyak ditemukan pasien hipertensi yang
tidak mampu mengelola hipertensinya dengan baik sehingga berkembang menjadi
hipertensi dengan komplikasi. Hal serupa juga ditemukan dalam penelitian Herwati,
(2011) didapatkan masih banyak ditemukan pasien hipertensi yang tidak mampu
mengelola diet dan kebiasaan olah raga dengan baik sehingga banyak ditemukan pasien
hipertensi dengan obesitas dengan tekanan darah tidak terkontrol. Hal ini merupakan
gambaran dari perawatan diri yang tidak baik dari pasien hipertensi.
Pekerjaan seseorang juga ikut berperan dalam usahanya melakukan perawatan diri
supaya hipertensi dapat terkontrol dengan baik. Menurut Notoatmodjo, (2007) orang
yang bekerja cendrung memiliki sedikit waktubahkan tidak ada waktu untuk
mengunjungi fasilitas kesehatan. Sementaradilihat dari hasil Unes journal of publich
health (Novian, 2013) tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kepatuhan kontrol,
diet hipertensi.Namun Herawati, (2011) dalam penelitian mendapatkan banyak
pasienyang tidak bisa melakukan olah raga dikarenakan aktifitas yang padat oleh
pekerjaan.
Sementara pada penelitian Tumenggung, (2013), ditemukan ibu yang pekerjaannya
hanya sebagai ibu rumah tangga cendrung memiliki hipertensi tidak terkontrol
dikarenakan banyak berdiam diri dengan rutinitas yang suntuk, menonton, ngemil, tidak
mematuhi aturan diet dan tidur siang lebih lama. Sementara hasil penelitian Rajasati, et
al, (2015) didapatkan responden yang bekerja sebagai buruh memiliki self care yang
kurang baik karena terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak patuh pada
pengobatan, lupa minum obat dan tidak punya waktu khusus untuk berolah raga. Disini
dapat dilihat bekerja atau pun tidak bekerja sama–sama mempengaruhi dalam self care
hipertensi.
Pendidikan seseorang juga dapat mempengaruhi dalam usaha pemeliharaan kesehatan.
Notoatmodjo, (2010) perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
didasarkan pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran. Dilihat dari
Unes journal of public health, (2015) ditemukan tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan dengan kepatuhan pengobatan hipertensi, malah ditemukan responden yang
tidak patuh tersebut berasal dari pendidikan yang tinggi.
Berbeda dengan hasil penelitian Fong, et al (2014) ditemukan responden yang
berpendidikan rendah tidak melakukan pengendalian hipertensi dengan baik.Petugas
kesehatan juga memegang tanggung jawab untuk memantau individu dengan
memberikan pengetahuan mengenai hipertensi untuk meminimalkan komplikasi.
Dalam sebuah journal of reseach fundamentalcare on line, (2013) meneliti di daerah
pedalaman Iran dan ditemukan gambaran perawatan diri pasien hipertensi yang kurang
sebagai akibat dari kurangnya pemahaman mengenai hipertensi sehingga sangat
dibutuhkan peran petugas kesehatan dalam meningkatkan kepatuhan perawatan diri,
kejadian hipertensi yang cukup tinggi ditambah dengan pendidikan pasien yang rendah
serta meningkatnya hipertensi dengan diderita pasien tersebut.
Puskesmas Rao merupakan Puskesmas rawat jalan dan rawat ianp yang berada di
kecamatan. Puskesmas berada dipinggir jalan rayadengan akses yang mudah dijangkau
dari berbagai arah. Puskesmas Rao merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama BPJS
dan juga melayani pasien umum pada setiap hari kerja. Hasil surve awal yang peneliti
lakukan pada tanggal 3 dan 5 oktober 2017 dengan petugas kesehatan di Puskesmas
Rao, terdapat 10 orang yang mengalami hipertensi, mengatakan bahwa serangan
hipertensi kerap kali terjadi. Kejadian ini tidak diketahui penyebabnya, bahkan 6 orang
dari responden tersebut tidak mampu merawat dirinya sendiri karna kondisinya dan 4
responden lainnya menyatakan karena ketidakpatuhan terhadap pantangan-pantangan
yang bisa meningkatkatkan tekanan darah. Hal ini menggambarkan kurangnya
kesadaran dari pasien dalam melakukan kepatuhan pengobatan, tidak patuh dengan diit
hipertensi, dan tidak menjalankan pola hidup sehat yang dapat dibuktikan dengan hasil
tekanan darahnya.
Dalam hal usaha pengendalian hipertensi ini ada beberapa usahayang dilakukan oleh
petugas puskemas diantaranya senam Prolanis 1 kalidalam seminggu, konselling
terutama untuk kasus hipertensi yang baru dikenal dan kegiatan penyuluhan rutin yang
dilakukan setiap bulan, Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merasat ertarik untuk
melakukan penelitian tentang Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan
Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman
Tahun 2017. Fenomena tersebut tentu harus menjadi perhatian bagi kita bersama,
mengingat hipertensi merupakan penyakit kronis yang harus dijalani seumur hidup.
Bagaimana hendaknya kasus hipertensi yang cendrung meningkat dari setiap tahunnya
ini tapi tidak menurunkan kualitas hidup dari pasien itu sendiri. Bagaimana nantinya
pasien hipertensi ini tetap bisa menjalani hidup dengan kualitas yang baik serta
terhindar dari resiko komplikasi. Hal ini dapat terwujud tentunya apabila kepatuhan
pasien terhadap perawatan diri terhadap penyakit hipertensi yang dilaksanakan dengan
baik dan berkelanjutan disepanjang hidupnya, sehingga hipertensi dapat terkontrol
dengan baik.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah melihat peran pasien hipertensi dalam
melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap kenaikan tekanan darahnya,
selanjutnya bagaimana pasien hipertensi dalam menjalankan tugas kesehatan agar
pasien tersebut patuh dalam menjalankan gaya hidup, dapat terlaksana dan dilakukan
dengan baik, setelah itu bagaimana kejadian hipertensi tidak terjadi kembali dengan
memodifikasi gaya hidup. Penelitian ini menggunakan olahan data univariat dan
bivariat dimana akan dilihat Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan
Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman
Tahun 2018.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan peneliti ini adalah untuk mengetahui Hubungan Self Care Agency
dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas
Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekwensi self care agency dalam memodifikasi gaya
hidup pasien hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018
b. Diketetahui distribusi frekwensi kepatuhan memodifikasi gaya hidup pasien
hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018
c. Dialisis hubungan self care agency dengan kepatuhan memodifikasi gaya
hidup pasien hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Peneliti
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, meningkatkan pemahaman dalam
bidang riset keperawatan dan menambah wawasan penelitian dalam menyusun
proposal penelitian.
1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan
Sumber masukan dalam bidang ilmu terkait dan dapat memberikan sumbangan
pikiran untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan melihat dari aspek yang
berbeda seperti meneliti tentang perbedaan pelaksanaan dukungan keluarga
dengan
kejadian hipertensi berulang, dan sebagai informasi awal bagi peneliti
selanjutnya.
1.4.3. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pada pelayanan
keperawatan medikal bedah, dapat meningkatkan pengetahuan keperawatan
medikal bedah dalamHubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan
Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten
Pasaman Tahun 2018.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan Self Care Agency dengan
Kepatuhan Meodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten
Pasaman Tahun 2018. Populasi dalam penelian ini adalah pasien hipertensi yang
berkunjung ke wilayah Puskesmas Rao tahun 2017 yang berjumlah 51 orang pasien
setiap bulannya. Desain penlitian yang digunakan adalah croos sectional dan alat ukur
yang digunakan adalah kuesioner dalam bentuk pertanyaan, teknik pengambilan sampel
adalah simple random sampling. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari di
wilayah kerja Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman tahun 2018.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perawatan Diri (Self Care) Berdasarkan Orem
Pada dasarnya semua manusia mempunyai kebutuhan untuk melakukan perawatan diri
dan mempunyai hak untuk melakukan perawatan diri secara mandiri, kecuali bila orang
itu tidak mampu. Self care menurut Orem (2001) adalah kegiatan memenuhi kebutuhan
dalam mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan individu baik dalam
keadaan sehat maupun sakit yang dilakukan oleh individu itu sendiri.
Teori defisit perawatan diri (Deficit Self Care) Orem dibentuk menjadi 3 teori yang
saling berhubungan :
1. Teori perawatan diri (self care theory): menggambarkan dan menjelaskan tujuan dan
cara individu melakukan perawatan dirinya.
2. Teori defisit perawatan diri (deficit self care theory): menggambarkan dan
menjelaskan keadaan individu yang membutuhkan bantuan dalam melakukan
perawatan diri, salah satunya adalah dari tenaga keperawatan.
3. Teori sistem keperawatan (nursing system theory): menggambarkan dan
menjelaskan hubungan interpersonal yang harus dilakukan dan dipertahankan oleh
seorang perawat agar dapat melakukan sesuatu secara produktif.
Adapun penjelasan mengenai ketiga teori keperawatan di atas adalah sebagai berikut :
2.1.1. Teori perawatan diri (self care theory) berdasarkan Orem terdiri dari :
a. Perawatan diri adalah tindakan yang diprakarsai oleh individu dan
diselenggarakan berdasarkan adanya kepentingan untuk mempertah ankan
hidup, fungsi tubuh yang sehat, perkembangan dan kesejahteraan.
b. Agen perawatan diri (self care agency) adalah kemampuan yang kompleks dari
individu atau orang-orang dewasa (matur) untuk mengetahui dan memenuhi
kebutuhannya yang ditujukan untuk melakukan fungsi dan perkembangan
tubuh. Self Care Agency ini dipengaruhi oleh tingkat perkembangan usia,
pengalaman hidup, orientasi sosial kultural tentang kesehatan dan sumber-
sumber lain yang ada pada dirinya.
c. Kebutuhan perawatan diri terapeutik (therapeutic self care demands) adalah
tindakan perawatan diri secara total yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu
untuk memenuhi seluruh kebutuhan perawatan diri individu melalui cara-cara
tertentu seperti, pengaturan nilai-nilai terkait dengan keadekuatan pemenuhan
udara, cairan serta pemenuhan elemen-elemen aktivitas yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut (upaya promodi, pencegahan, pemeliharaan dan
penyediaan kebutuhan).
2.1.2. Teori Defisit Perawatan Diri (Deficit Self Care Theory)
Setiap orang memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
secara mandiri, tetapi ketika seseorang tersebut mengalami ketidakmampuan
untuk melakukan perawatan diri secara mandiri, disebut sebagai Self Care
Deficit. Defisit perawatan diri menjelaskan hubungan antara kemampuan
seseorang dalam bertindak/beraktivitas dengan tuntunan kebutuhan tentang
perawatan diri, sehingga ketika tuntutan lebih besar dari kemampuan, maka
seseorang akan mengalami penurunan/defisit perawatan diri. Orem memiliki
metode untuk proses penyelesaian masalah tersebut, yaitu bertindak atau
berbuat sesuatu untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain, sebagai
pendidik, memberikan supportfisik, memberikan supportpsikologis dan
meningkatkan pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi serta
mengajarkan atau mendidik orang lain.
Adapun kerangka konseptual Orem sebagai berikut :
H H
H
F
H H
Gambar 2.1 Kerangka konseptual Orem’sself care untuk keperawatan.
H = hubungan, < = hubungan dengan gangguan, saat iniatau yang akan datang.
Penjelasan gambar tersebut sebagai berikut :
Perawatan diri adalah kemampuan individu untuk melakukan perawatan diri. Perawatan
diri dapat mengalami gangguan atau hambatan apabila seseorang jatuh pada kondisi
sakit, kondisi yang melelahkan (stres fisik dan psikologik) atau mengalami kecacatan.
Defisit perawatan diri terjadi bila agen keperawatan atau orang yang memberikan
perawatan diri baik pada diri sendiri atau orang lain tidak dapat memenuhi kebutuhan
perawatan dirinya. Seorang perawat dalam melakukan kegiatan ini harus mempunyai
pengetahuan tentang asuhan keperawatan sehingga dapat mengambil keputusan yang
tepat bagi klien.
Kebutuhan perawatan
diri
Perawatan diri
Gangguan
Agen keperawatan
Agen perawatan diri
Fakt
or
kond
isi
Fakto
r
kondi
si
2.1.3. Agen perawatan diri
Agen perawatan diri merupakan kekuatan individu yang berhubungan dengan
kemampuan untuk melakukan perawatan diri. keterbatasan dalam melakukan
perawatan diri (self care limitation) dapat terjadi karena adanya gangguan atau
masalah pada sistem tubuh yang sementara atau menetap pada seseorang serta
mempengaruhi kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri.
2.1.4. Kebutuhan perawatan diri terapeutik
Kebutuhan akan perawatan diri adalah keseluruhan upaya-upaya perawatan diri
yang ditampilkan untuk menemukan syarat-syarat perawatan diri dengan cara
menggunakan metode-metode yang tepat dan berhubungan dengan seperangkat
teknologi terkini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan self care (basic conditioning
factor) berdasarkan Orem tahun 2001 yaitu :
1) Usia
Usia merupakan salah satu faktor penting pada self care. Bertambahnya usia
sering dihubungkan dengan berbagai keterbatasan maupun kerusakan fungsi
sensoris. Pemenuhan kebtuhan self care akan bertambah efektif seiring
dengan bertambahnya usia dan kemampuan (Orem, 2001)
2) Jenis Kelamin
Jenis kelamin mempunyai kontribusi dalam kemampuan perawatan diri. Pada
laki-laki lebih banyak melakukan penyimpangan kesehatan seperti kurangnya
menejemen berat badan dan kebiasaan merokok dibandingkan pada
perempuan.
3) Status Perkembangan
Status perkembangan menurut Orem meliputi tingkat fisik seseorang,
fungsional, perkembangan kognitif dan tingkat psikososial (Orem,2001).
Tahap perkembangan mempengaruhi kebutuhan dan kemampuan self care
individu. Kognitif dan perilaku seseorang akan berubah sepanjang hindupnya
sehingga perawat harus mempertimbangkantingkat pertumbuhan dan
perkembangan klien dalam memberikan pelayanan kesehatan (Potter &
Perry, 2010).
4) Status kesehatan
Status kesehatan berdasarkan Orem antara lain status kesehatan saat ini,
status kesehatan dahulu (riwayat kesahatan dahulu) serta persepsi tengtang
kesehatan masing masing individu. Status kesehatan meliputi diagnosis
medis, gambaran kondisi pasien, komplikasi, perawatan yang dilakukan dan
gambaran individu yang mempengaruhi kebutuhan self care (self care
requisite). Tinjauan dari self care menurut Orem, status kesehatan pasien
yang mempengaruhi kebutuhan self care dapat dikelompokkan menjadi 3
kategori yaitu : sistem bantuan penuh (wholly compensatory system), sistem
bantuan sebagian (partially compensatory system) dan sistem dukungan
pendidikan (supportif-education system).
5) Sosiokultural
Sistem yang saling terkait denganlingkungan sosial seseorang, keyakinan
spiritual, hubungan sosial dan fungsi unit keluarga.
6) Sistem pelayanan kesehatan
Sumber daya dari pelayanan kesehatan yangdapat diakses dan tersedia untuk
individu dalam melakukan diagnostik dan pengobatan.
7) Sistem keluarga
Peran atau hubungan anggota keluarga dan orang lain yang signifikan serta
peraturan seseorang di dalam keluarga. Selain itu, sistem keluarga juga
meliputi tipe keluarga, budaya yang mempengaruhi keluarga, sumber-sumber
yang dimiliki individu atau keluarga serta perawatan diri dalam keluarga.
8) Pola hidup
Pola hidup yang dimaksud adalah aktivitas normal seseorang yang biasa
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
9) Lingkungan
Tempat seseorang biasanya melakukan perawatan diri dilingkungan rumah.
10) Ketersediaan sumber
Ketersediaan sumber ini termasuk ekonomi, personal, kemampuandan
waktu. Ketersediaan sumber-sumber yang mendukung perawatan diri atau
proses penyembuhan pasien.
2.1.5. Teori Sistem Keperawatan (Theory of Nusing System)
Menggambarkan kebutuhan klien/individu yang di dasari pada teori Orem
tentang pemenuhan kebutuhan sendiri dan kemampuan pasien dalam melakukan
perawatan mandiri.
Terdapat tiga kategori sistem keperawatan yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri klien/individu berdasarkan Orem tahun 2001 sebagai
berikut :
a. Sistem Bantuan penuh (Wholly Compensatory System)
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien yang dalam keadaan
tidak mampu secara fisik dalam melakukan pengontrolan pergerakan serta
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kondisi yang termasuk dalam kategori ini
adalah pasien koma yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dirinya sendiri,
tidak mampu melakukan pergerakan dan tidak mampu mengambil keputusan
yang tepat bagi dirinya.
b. Sistem Bantuan Sebagian (Partially Compensatory System)
Tindakankeperawatan yang sebagian dapat dilakukan oleh klien/individu dan
sebagian dilakukan oleh perawat. Perawat membantu dalam memenuhi
kebutuhan self careakibat keterbatasan gerak yang dialami oleh
klien/individu.
c. Sistem Dukungan Pendidikan (Supportif-Education System)
Merupakan sistem bantuan yang diberikan pada klien/individu yang
membutuhkan edukasi dalam rangka mencapai derajat kesehatan setinggi-
tingginya agar pasien mampu melakukan tindakan keperawatan setelah
dilakukan edukasi.
2.2. Kemampuan Perawatan Diri (Self Care Agency) Berdasarkan Orem
2.2.1. Definisi Kemampuan Perawatan Diri (Self Care Agency)
Self caredefisit adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami
ketidakmampuan dalam melakukan perawatan dirinya sendiri. Orem (2001)
menggunakan istilah agencyuntuk menggambarkan kekuatan atau kemampuan
dalam melakukan suatu tindakan untuk mencapai suatu tujuan.
Self Care Agency adalah kemampuan manusia yang dibutuhkan untuk terus
merawat diri sendiri atau orang lain. Kemampuan perawatan diri mengacu
pada kekuatan atau kemampuan untuk terlibat dalam tindakan untuk
memenuhi kebutuhan self care atau disebut dengan self care requsite
(universal,development, dan deviation). Kemampuan seseorang untuk
melakukan tindakan-tindakan yang tujuannya bervariasi sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan, status kesehatan, pendidikan, pengalaman
hidup, budaya, dan sumber daya. Kemampuan yang dibutuhkan dalam
merespon tuntutan kebutuhan perawatan diri dalam situasi atau kondisi yang
khusus.
2.2.2. Komponen Kemampuan Perawatan Diri (Self Care Agency)
Menurut Orem (2001) dalam Baker dan Denyes (2008) terdapat tiga
komponen self care agency yaitu :
a. Kemampuan dasar dan disposisi (Foundational Capabilities And
Disposition)
Kemampuan dasar meliputi sensasi, persepsi, dan memori, sedangkan
disposisi meliputi pemahaman seseorang mengenai dirinya sendiri,
kesadaran diri dan citra diriatau motivasi seseorang dalam mencapai tujuan
untuk perawatan diri sesuai dengan karakteristik dan maknanya bagi
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Kecerdasan umum juga di
identifikasi sebagai kemampuan dasar yaitu kemampuan individu secara
umum untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir secara rasional dan
berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya.
b. Komponen kekuatan atau tenaga (Power Components)
Kemampuan spesifik untuk mempertahankan kesehatanyang berhubungan
dengan tindakan perawatan diri.
c. Kemampuan untuk melakukan perawatan diri (Capabilities To Perform Self
Care Operations)
Kemampuan seseorang untuk terus melakukan perawatan diri baik untuk
diri mereka sendiri maupun orang lain sangat bervariasi, dimana hal ini
dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan status kesehatan,
tingkat pendidikan, pengalaman dan budaya. Self care berhubungan erat
dengan basic conditioning factor yang merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang dalam memenuhi kebutuhan self care seperti usia,
jenis kelamin, status perkembangan, status kesehatan, sosiokultural, sistem
pelayanan kesehatan, sistem keluarga, pola keluarga, pola hidup,
lingkungan dan ketersediaan sumber.
2.3. Hipertensi
2.3.1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolic
> 90 mmHg atau bila pasien memakai obat anti hipertensi (Mansjoer, 2000 : 518)
Hipertensi dapat didefinsikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada
populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90mmHg (Brunner dan Suddart, 2001 : 896).
Sedangkan menurut The Sixth report of Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation and Treatment (JNC VI), hipertensi adalah jika tekanan
darah sistolik lebih atau sama dengan 141 mmHg dan tekanan diastolic lebih atau
sama dengan 90 mmHg (Idham, 2002:45)
Menurut JNC VI, hipertensi dapat dikalsifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu:
Kategori Sistolik Diastolik
Optimal < 120 dan < 80
Normal < 130 dan < 85
Normal Tinggi 130-139 dan 85-89
Hipertensi
Tingkat 1 140-159 atau 90-99
Tingkat 2 160-179 atau 100-109
Tingkat 3 ≥ 180 atau ≥ 110
Secara umum seorang lansia dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah
sistolik/diastoliknya ≥ 140/90 mmHg atau salah satu diantaranya (normalnya
120/80 mmHg). Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah
ke dalam pembuluh nadi (saat jantung mengkerut). Diastolik adalah tekanan
darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali (pembuluh
nadi mengempis kosong). (Smeltzer, 2001)
2.3.2. Penyebab/Etiologi
Hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah : (Karyadi, 2002)
a. Peningkatan tekanan darah arteri. Jantung memompa dengan lebih besar
disebabkan volume cairan yang lebih banyak setiap detiknya atau pembuluh
darah (dindingnya) yang dilalui lebih kaku akibat pengaruh usia.
b. Meningkatnya jumlah cairan dalam tubuh akibat adanya gangguan fungsi
ginjal, sehingga natrium dan air tidak dapat dikeluarkan dalam jumlah yang
cukup.
c. Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri
besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak
dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh
yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
Namun menurut Susalit (2001) ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi :
1) Genetik : Respon neuroligi terhadap stress atau kelainan transport Na.
2) Obesitas : Belum diketahui mekanisme yang pasti yang dapat menjelaskan
hubungan antara obesitas dan hipertensi primer. Pada penyelidikan dibuktikan
bahwa curah jantung dan volume darah sirkulasi pasien obesitas dengan
hipetensi lebih tinggi dibanding dengan penderita yang mempunyai berat
badan normal.
3) Stress : Folkow (1987) dalam Susalit (2001) menunjukkan bahwa stress
dengan peninggian aktivitas saraf simpatis menyebabklan konstriksi
fungsional dan hipertrofi structural
4) Usia : Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua.
5) Kebiasaan hidup. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah:konsumsi garam yang tinggi, kegemukan atau makan
berlebihan, Merokok (Cahaya.2011)
2.3.3. Patofisiologi Hipertensi
Menurut Brunner & Suddarth (2001) mekanisme yang mengontrol konstriksi
dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah
ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetikolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepasnya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh
darah terhadap rangsangan vasokonsriktor. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa
hal tersebut bisa terjadi. (Brunner & Suddarth 2001)
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstiksi. Medulla adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstrikstor
pembuluh darah. Vasokonstrik yang menyebabkan penurunan aliran darah ke
ginjal menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstitor
kuat yang pada gilirannnya merangsang sekresi aldosteron oleh koteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Brunner & Suddarth 2001).
Sebagai pertimbangan gorontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis otot polos pembuluh jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot pembuluh darah, yang mana gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya renggang pembuluh darah. Konsekuensinya aorta dan arteri besar
berkurang kemampuan dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth 2001)
2.3.4. Gejala Hipertensi
Pada sebagian besar penderita tidak menimbulkan gejala. Masa laten ini
menyelubungi perkembangan hipertensi sampai terjadi kerusakan organ yang
spesifik. Kalaupun menunjukkan gejala, gejala tersebut biasanya ringan dan
tidak spesifik, misalnya pusing-pusing. Meskipun jika kebetulan beberapa
muncul bersamaan dan diyakini berhubungan dengan hipertensi, gejala-gejala
tersebut sering tidak dikaitkan dengan hipertensi. Akan tetapi, jika hipertensinya
berat dan menahun, dan tidak diobati, biasa timbul gejala, antara lain
(Puspitorini, 2009) : sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, nafas
pendek (terengah-engah), gelisah, pandangan menjadi kabur, mata berkunang-
kunang, mudah marah, telinga berdengung, sulit tidur, rasa berat ditengkuk,
nyeri di daerah kepala bagian belakang/tengkuk, nyeri di dada, otot lemah,
pembengkakan di kaki dan pergelangan kaki, keringat berlebihan, kulit tampak
pucat dan kemerahan, denyut jantung yang kuat, cepat atau tidak teratur, kadang
penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan “koma”
karena pembengkakan otak. Keadaan yang disebut ensefalopati hipertensif ini
memerlukan penanganan medis secepat mungkin.
Mut Corwin (2000) sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami
hipertensi bertahun-tahun, dan berupa : nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang
disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah intrakranium.
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi. Ayunan langkah
yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat. Nokturai karena
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi domerus Edema dependen dan
pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. (Cahaya.2011)
2.3.5. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Mansjoer (2000) berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi 2
golongan yaitu :
a. Hipertensi Esensial (Primer). Penyebab tidak diketahui namun banyak faktor
yang mempengaruhi seperti genetik, efek dari skresi Na, obesitas, merokok
dan stress.
b. Hipetensi Sekunder. Pengebab spesifikasi diketahui, karena penggunaan
kontrasepsi oral, penyakit injal, hipertensi vascular renal,
hiperaldosteronisme primer dan lain-lain. Secara klinis derajat hipertensi
dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari “the sixth report of the
Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment of High
Blood Pressure” (JNC-VI, 1997) dalam Brunner & Suddarth (2001) adalah
sebagai berikut :Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun ke
atas
Kategori Sistolik mmHg Diastolic mmHg
Normal
Normal tinggi
Hipertensi
Stadium I (ringan)
Stadium II (sedang)
Stadium III (berat)
Stadium IV (sangat berat)
< 130
130 - 139
140 - 159
160 - 179
180 - 209
> 210
< 85
85 - 89
90 - 99
100 - 109
110 - 119
> 120
Sumber :Mansyur 2010
2.3.6. Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan tiap program penanganan bagi pasien adalah mencegah terjadinya
morbilitas dan mortalitas dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah
dibawah 140/90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2001:900). Menurut Yugiantoro
(2006) penatalaksanaan hipertensi secara Non Farmakologis :
a. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan
b. Pembatasan Alkohol
c. Olah raga
d. Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipetensi
karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan
dapat meningkatkan kerja jantung.
e. Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan tahanan perifer total
dengan cara menghambat respon stress saraf simpatis.
f. Mengurangi Asupan Natrium
Menurut Corwin (2000) penatalaksanaan Secara Farmakologis
1) Diuretik Loop. Bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi
curah jantung dengan menyebabkan ginjal meningkatkan ekskresi garam dan
air. Misalnya : Furosemide (lasik) kerja utama adalah menghambat
reabsorbsi natrium dan air dalam ginjal.
2) Inhibitor Adrenergik. Misalnya : Propanol (inderal) kerja utama adalah
menyekat sistem saraf simpatik (B-adrenergik reseptor) khususnya saraf
simpatis ke jantung, menghasilkan kecepatan jantung yang lebih lambat dan
tekanan darah yang lebih rendah.
3) Vasodilator. Misalnya : Natrium nitroprusida, kerja utama adalah
vasodilatasi perifer dengan merelaksasi otot polos.
4) Pengambat enzim pengubah angiotensin II (inhibitor ACE) berfungsi untuk
menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim yang diperlukan
untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal ini menurunkan
tekanan darah baik dengan secara langsung menunrunkan tahanan perifer dan
karena angiotensin II diperlukan untuk sintesis aldesteron maupun dengan
meningkatkan pengeluaran natrium melalui urin sehingga colume plasma dan
curah jantung menurun. (Cahaya.2011)
2.3.7. Komplikasi Hipertensi
Menurut Corwin dalam Cahaya(2011) komplikasi hipertensi adalah
1) Stroke
Dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh non-otak yang terpajan tekanan tinggi.
2) Infark Miokardium
Apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup
oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat
aliran darah melalui pembuluh tersebut.
3) Gagal ginjal
Karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler- kapiler
ginjal, glomerulus.
4) Ensefalopati (kerusakan otak)
Dapat terjadi terutama pada hipertesi maligna (hipertensi yang meningkat
cepat).Wanita dengan PIH dapat mengalami kejang. Bayi yang lahir
mungkin memiliki berat lahir rendah akibat perfusi plasenta yang tidak
adekuat, dapat mengalami hipoksia dan asidosis, apabila ibu mengalami
kejang selama / sebelum proses persalinan.
2.3.8. Pencegahan Hipertensi
Penderita hipertensi yang tergolong ringan boleh dikatakan tidak memerlukan
obat, tetapi dapat dikontrol melalui sikap sehari-hari. Pengontrolan sikap inilah
yang merupakan langkah pencegahan yang sangat baik bagi penderita hipertensi
(Dalimartha, 2008).
Hal-hal berikut yang merupakan tindakan pencegahan bagi penderita hipertensi
adalah sebagai berikut :
a. Diet rendah lemak dapat mengurangi atau menghindari makanan berminyak,
seperti gorengan, daging yang berlemak, susu full cream, dan kuning telur.
b. Diet rendah garam. Batasi pemakaian garam dan makanan yang diasinkan,
seperti cumi asin, ikan asin, telur asin dan kecap asin.
c. Hindari konsumsi daging kambing, durian, dan minuman beralkohol tinggi.
d. Lakukan olahraga secara teratur dan terkontrol, seperti jalan kaki cepat,
berlari, naik sepeda dan berenang.
e. Berhenti merokok
f. Berhenti minum kopi.
g. Turunkan berat badan bagi penderita obesitas
h. Hindari stres dengan gaya dan sikap hidup yang lebih santai
i. Obati penyakit penyerta, seperti kencing manis, hipertiroid dan kolesterol
tinggi.
2.4. Memodifikasi Gaya Hidup
Memodifikasi gaya hidup adalah cara merubah gaya hidup seseorang dari yang kurang
baik menjadi lebih baik. Untuk itu, langkah terpenting dalam mengontrol tekanan darah
adalah dengan modifikasi gaya hidup. Anjuran terapi tekanan darah tinggi adalah
modifikasi gaya hidup selain terapi dengan obat. Termasuk dalam modifikasi gaya
hidup dalam penurunan berat badan, penerapan diet kombinasi, reduksi asupan garam,
aktivitas fisik yang teratur, dan pembatasan asupan alkohol. Selain itu berhenti
merokok juga dianjurkan untuk mengurangi resiko kardiovaskular secara keseluruhan.
Masing-masing mempunyai efek penurunan tekanan darah yang berperan pada
pencegahan komplikasi hipertensi dan bila dijalankan secara bersamaan akan
mempunyai efek penurunan tekanan darah yang lebih nyata.
2.5.Kerangka teori
Hubungan Self Care Agensy Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Pasien
Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018
Skema 2.5 Skema Hubungan Peran Keluarga dengan Kepatuhan memodifikasi gaya hidup
Self care Agency
Perubahan Gaya hidup pd
Klien Hipertensi
Faktor resiko keluarga Hipertensi:
• Faktor-faktor yang
dapat dikontrol (Stres,
Obesitas, Gaya hidup)
• Faktor yang tidak dapat
dikontrol (Jenis kelamin,
Keturunan, Usia)
Modifikasi Gaya hidup:
- Mengenal masalah
kesehatan
- Mengenal Lingkungan
- Memilihara anggota
keluarga
Penatalaksanaan gaya hidup Hipertensi
- Pengontrolan berat badan
- Aktivitas fisik
- Menghindari merokok
- Mengatur diet
- Pemeriksaan kesehatan (TD dan Darah)
Modifikasi Gaya hidup Kepatuhan
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan Self Care Agency Dengan
Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten
Pasaman Tahun 2018. Ada pun variabel yang dibahas penelitian ini adalah yang tertera
pada kerangka konsep dibawah ini
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 3.1 Kerangka konsep:
Kepatuhan Modifikasi gaya
Hidup
• Dilakukan
• Tidak dilakukan
Self Care Agency
3.2. Defenisi Operasional
N
o
Variabel Defenisi Operasional Cara
Ukur
Alat Ukur Skala
Ukur
Hasil
Ukur
1 Independen
Self Care
Agency
kegiatan memenuhi
kebutuhan dalam
mempertahankan
kehidupan, kesehatan
dan kesejahteraan
individu baik dalam
keadaan sehat maupun
sakit yang dilakukan
oleh individu itu
sendiri
Angket
Kuesioner
Ordinal
Dilakukan
≥ 5,24
Tidak
dilakukan
< 5,24
2 Dependen
Kepatuhan
Modifikasi
gaya hidup
klien
hipertensi
Segala bentuk tugas
yang dilkukan
individu untuk
memelihara
kesehatannya dengan
cara merubah gaya
hidup yang lebih baik
Angket
Kuesioner
Ordinal
Patuh:
≥25,04
tidak Patuh
< 35,04
3.3. Hipotesis Penelitian
Ha : Ada Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup
Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018.
Ho : Tidak Ada Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya
Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah studi korelasi. Yaitu
merupakan penelitian atau penelaah hubungan antara dua variabel pada suatu situasi
atau sekelompok subjek (Notoatmodjo, 2005).Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup
Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2017. Penelitian ini
menggunakan pendekatan cross sectional, dimana pengumpulan data variabel
independen dan variabel dependen dilakukan secara bersamaan atau sekaligus
(Notoatmodjo, 2007).
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Rao Peneliti tertarik
melakukan penelitian disini karena tingginya angka kejadian hipertensi pada
klien yang berkunjung di Puskesmas Rao dan belum ada yang meneliti tentang
hubungan self care agency dengan Kepatuhan memodifikasi gaya hidup pasien
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Rao.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari dan pengumpulan data bulan
Februari tahun 2018.
4.3. Populasi, Sampel dan Sampling
4.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang
diteliti (Notoatmodjo, 2005: 79). Populasi dalam penelitian ini adalah klien yang
beresiko mengalami hipertensi akan dilakukan modifikasi gaya hidup oleh
pasien yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Rao yang berjumlah rata rata
51 orang pasien ( data puskesmas rao tahun 2016)
4.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau yang mewakili populasi yang
diteliti(Notoatmodjo.2005). Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 45
orang Pengambilan sampel dilakukan dengan rumus :
n = 1+Ν (d)2 51
= 51
1 + 51 (0.05)2
51
1 + 0,1275
51
11,1275
= 45,23
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
d = Tingkat signifikansi (0,05) (Notoadmojo,2005)
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1.Responden yang bersedia diteliti
2.Responden yang bisa baca tulis
3.Responden dengan hipertensi
4. Responden yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Rao
4.3.3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti Simple random sampling
adalah pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang
ada dalam anggota keluarga. Cara ini dilakukan jika populasinya homogen.
4.4. Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpul Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner Lembar
kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang,
dimana responden tinggal memberi jawaban atau memberikan tanda-tanda tertentu
(Notoatmodjo, 2007). untuk mengukur self care agency digunakan lembar kuesioner,
untuk mengukur kepatuhan modifikasi gaya hidup digunakan kuesioner dengan
pengisian sistem cheklist () .
2. Cara Pengumpulan Data
Instrumen penelitian diberikan kepada sampel penelitian, maka terlebih untuk
mengetahui sejauh mana instrumen penelitian di pahami maka uji coba dilakukan
terhadap 5 orang (10%) sampel penelitian dan setelah dinyatakan hasilnya baik maka
pengumpulan data dilakukan dengan cara mengisi lembaran kuesioner yang
pengisiannya dilakukan oleh responden sendiri, didampingi oleh peneliti yang terlebih
dahulu memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisiannya. Setelah
kuesioner selesai diisi responden, peneliti memeriksa semua item pernyataan yang
diisii oleh responden. Setelah dilakukan penelitian semua kuesioner terisi dengan
lengkap.
4.5. Cara Pengolahan dan Analisis Data
1. Cara Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul pada peneliti ini akan dianalisa melalui tahap–tahap
berikut :
a. Editing
Penyuntingan data dilakukan sebelum proses pemasukan data dan sebaliknya
dilakukan di lapangan agar data yang salah atau meragukan masih dapat
ditelusuri kembali pada responden, sehingga diharapkan akan memperoleh data
yang valid dan setelah dilakukan penelitian semua kuesioner terisi dengan
lengkap.
b. Coding
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pemberian tanda, symbol, kode bagi
tiap–tiap data. Kegunaan dari koding adalah untuk mempermudah pada saat
analisis data dan juga mempercepat pada saat mengentri data, untuk kategori
self care agency jika dilakukan diberi code “1”, jika tidak diberi kode “0”, untuk
memodifikasi gaya hidup jika reponden patuh di beri code “1” jika tidak “0”..
c. Scoring
Pada tahap ini peneliti memberikan nilai atau skor pada tiap-tiap pernyataan
kuesioner dimana untuk variabel independen jika jawaban ya diberi nilai “1”,
dan jika jawaban tidak diberi nilai“0” untuk variabel dependen selalu = 5,
sering = 4, kadang- kadang = 3, jarang = 2, tidak pernah = 1.
d. Tabulasi data
Setelah instrumen diisi dengan baik kemudian ditabulasi dan disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel distribusi kolerasi.
e. Prosesing
Pada tahap ini dilakukan kegiatan proses data terhadap semua kuesioner dan
format observasi yang lengkap dan benar untuk dianalisis. Pengolahan data
dilakukan dengan sistem komputerisasi dengan menggunakan rumus Chi
Square.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi
dan statistik deskriptif untuk melihat variabel independen self care agency
hipertensi dan variabel dependen kepatuhan memodifikasi gaya hidup
hipertensi.Tujuannya untuk mendapatkan gambaran tentang sebaran (distribusi
frekuensi) dari masing–masing variabel.. Untuk variabel dependen yaitu
modifikasi gaya hidup yang dibahas adalah semua kegiatan tambahan yang dapat
dilakukan responden dalam mengenali dan membuat kegiatan tambhan sehngga
cara penaggulangan tekanan darah dapat dilakuan agar tekanan darah tidak
meningkat dan selalu dalam keadaan stabil . Dan untuk melihat data distribusi
masing masing variabel digunakan analisa univariat dengan memakai rumus
Mean yaitu
X= mean = ΣX/N
X= rata rata
ΣX= jumlah tatal betul
N= Jumlah sampel
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel yang diteliti. Pengujian hipotesis untuk mengambil
keputusan apakah hipotesis yang diujikan cukup meyakinkan ditolak atau
diterima, dengan menggunakan uji statistik Chi Square-Test. Untuk melihat
kemaknaan perhitungan statistik digunakan batasan kemaknaan 0,05 sehingga
jika nilai P value < 0,05 maka secara statistik Ho ditolak dan ada hubungan
antara varabel , dan jika P value > 0,05 maka secara statistik Ho diterima maka
tidak ada hubungan antara variabel .
4.6. Etika Penelitian
Terlebih dahulu peneliti melakukan pengurusan surat izin penelitian dari STIKes
Perintis Padang, kemudian mengajukan surat izin penelitian tersebut ke kepala
Puskesmas Rao untuk minta izin pengambilan data dan peneliti menjelaskan tujuan
penelitian, manfaat penelitian, serta prosedur penelitian yang akan dilakukan dan
selanjutnya peneliti melakukan :
1. Informed Concent( pernyataan persetujuan )
Peneliti mengajukan lembar permohonan kepada calon responden yang memenuhi
kriteria inklusi untuk menjadi responden dengan memberikan penjelasan tentang
tujuan dan manfaat penelitian ini.Tujuan dari informed concent adalah supaya subjek
penelitian mengerti maksud, tujuan dan dampak dari penelitian.
2. Anomity ( tanpa nama )
Menjaga kerahasiaan subjek, identitas responden tidak perlu dicantumkan nama
responden tetapi pada lembar pengumpulan data peneliti hanya mencantumkan atau
menuliskan dengan memberikan kode.
3. Confidentiality ( kerahasiaan )
Informasi yang telah diberikan oleh responden serta semua data yang telah terkumpul
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Informasi tersebut tidak akan dipublikasikan
atau diberikan ke orang lain tanpa seizin responden.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Lokasi Peneliti
Puskesmas Rao merupakan puskesmas rawat jalan dan rawat inap yang berada di
kecamatan Rao. Puskesmas berada di pinggir jalan raya dengan akses yang mudah di
jangkau dari berbagai arah. Puskesmas Rao merupakan fasilitas kesehatan tingkat
pertama BPJS dan juga melayani pasien umum. Wilayah kerja puskesmas Rao terdiri
dari 2 nagari, dan 18 jorong dengan jumlah penduduk 23.595 jiwa.
5. 1.1 Hasil Penelitian
Penelitian yang berjudul “Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan
Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman
Tahun 2018.” dilakukan pada bulan Februari tahun 2018 dengan jumlah responden
sebanyak 45 orang, dimana responden adalah pasien hipertensi di Puskesmas Rao.
Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi, setelah data
dikumpul kemudian diolahsistem komputerisasidan disajikan dalam bentuk tabel
dibawah ini :
5.1.2 Analisis Univariat
a. Self Care Agency
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Self Care Agency Responden Tentang Pengontrolan
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Rao Pasaman
Tahun 2018
No Self Care Agency Frekuensi %
1 Dilakukan 24 53,3
2 Tidak Dilakukan 21 46,7
Total 45 100
Berdasarkan tabel 5.1 diatas terlihat lebih dari separo (5.3.3 %) responden melakukan
self care agency di Wilayah kerja Puskesmas Rao dalam pengontrolan hipertensi
b. Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup
Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Rao
Tahun 2018
No Kepatuhan Memodifikasi
Gaya Hidup
Frekuensi %
1 Patuh 31 68,9
2 Tidak Patuh 14 31,1
Total 45 100
Berdasarkan tabel 5.2 diatas terlihat lebih separo (68,9%) patuh dalam memodifikasi
gaya hidup di Puskesmas Rao.
5.1.3. Analisis Bivariat
a. Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup
Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan
Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao
Kabupaten Pasaman Tahun 2018
Self Care
Agency
Kepatuhan memodifikasi
Gaya hidup
Total
n
% P
Value
OR
(CI 95%)
Tidak
patuh
% Patuh %
N n.
Tidak
dilakukan
4 19,0 17 81,0 21 100
0,019
0,329 Dilakukan 10 41,7 14 58,3 24
100
Jumlah 14 31,1 31 68,9 45 100
Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat dilihat bahwa dari 24 orang responden yang
melakukani Self Care Agency terdapat sebanyak sebanyak 14 orang (58,3%),
responden yang patuh dalam melakukan memodifikasi gaya hidup, sedangkan dari 21
orang responden yang tidak melakukan Self Care Agency terdapat sebanyak 17 orang
(81,0%) yang patuh dalam memodifikasi gaya hidup .Berdasarkan uji statistik
didapatkan P value = 0,019 didapatkan Ha diterima maka ada Hubungan Self Care
Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi di
Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018. OR= 0,329 artinya responden yang
memiliki Self Care Agency dilakukan mempunyai peluang sebesar 0,329 kali untuk
patuh dalam memodifikasi gaya hidup dalam mengontrol hipertensi di Puskesmas Rao
pasaman tahun 2018.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Self Care Agency
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terlihat lebih dari separo (5.3.3 %)
responden melakukan self care agency di Wilayah kerja Puskesmas Rao dalam
pengontrolan hipertensi
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Popi tahun 2011 dengan
judul Hubungan faktor Self Care Agency terhadap pengontrolan diet pasien hipertensi
didapatkan hasil sebanyak 75% responden melakukan sebesar 25% responden dan
memiliki Self Care Agency rendah. Penelitian tersebut diatas dipertegas oleh
penelitian Rince (2008) dengan judulHubungan Lingkungan fisik lansia terhadap
pelaksanaan diet hipertensi didapatkan hasil 85% responden memiliki lingkungan
fisik yang baik dan 15% responden memiliki lingkungan fsik yang kurang baik.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan self care agency menurut Orem
tahun 2001 yaitu: usia, jenis kelamin, status perkembangan (kognitif dan psikososial),
status kesehatan, sosiokultural, sistem pelayanan kesehatan, sistem keluarga, pola
hidup, sistem dukungan pendidikan (edukasi).
Menurut asumsi peneliti banyaknya responden yang Self care Agency yang dilakukan
dikarenakan pada umumnya responden yang peneliti teliti memiliki keinginan yang
tinggi untuk hidup sehat, dalam melakukan self care agency dan ini dilakuan pasien
hipertensi untuk meningkatkan kesehatannya dan kesehatan mereka dapat
dipertahankan dalam melakukan pemeliharaan kesehatan sendiri . Dan didukung oleh
sumber daya pelayanan kesehatan yang mudah diakses, sebahagian besar responden
melakukan perawatan sendiri dalam melihat penyakit hipertensinya. Akan tetapi
sebanyak 46,7% masih belum melakukan self care agency , hal ini karena kurangnya
keinginan dan motifasi untuk melakukan perawatan dirinya dalam melakukan self
care agency , sehingga banyaknya yang melakukan self care agency karena dari
beberapa pasien yang ada di puskesmas Rao mereka sudah memiliki kemauannya
dalam melakukan perawatan diri dalam memelihara penyakitnya.
5.2.2 Kepatuhan memodifikasi gaya hidup
Berdasarkan hasil penelitian terlihat lebih separo (68,9%) patuh dalam memodifikasi
gaya hidup di Puskesmas Rao.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sandra (2008) dengan judul Hubungan
dukungan keluarga terhadap motivasi kepatuhan lansia dalam menjalankan diet
hipertensididapatkan hasil 65% responden memiliki dukungan keluarga baik dan 35
% responden memiliki dukungan keluarga yang tidak baik. Penelitian Mely (2010)
dengan judul Hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan lansia dalam
pengontrolan hipertensi juga menyatakan sebanyak 70% responden memiliki
dukungan yang baik.
Menurut penelitian Restu (2011) dengan judul Hubungan pendidikan terhadap
pengontrolan hipertensi pada lansiadi dapatkan hasil 78% responden baik dalam
pengontrolan hipertensidan 22% lagi responden tidak baik dalam pengontrolan
hipertensi.
Memodifikasi gaya hidup adalah cara merubah gaya hidup seseorang dari yang
kurang baik menjadi lebih baik. Untuk itu, langkah terpenting dalam mengontrol
tekanan darah adalah dengan modifikasi gaya hidup. Anjuran terapi tekanan darah
tinggi adalah modifikasi gaya hidup selain terapi dengan obat. Termasuk dalam
modifikasi gaya hidup dalam penurunan berat badan, penerapan diet kombinasi,
reduksi asupan garam, aktivitas fisik yang teratur, dan pembatasan asupan alkohol.
Selain itu berhenti merokok juga dianjurkan untuk mengurangi resiko kardiovaskular
secara keseluruhan. Masing-masing mempunyai efek penurunan tekanan darah yang
berperan pada pencegahan komplikasi hipertensi dan bila dijalankan secara
bersamaan akan mempunyai efek penurunan tekanan darah yang lebih nyata
Menurut The Sixth report of Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment (JNC VI), hipertensi adalah jika tekanan darah sistolik
lebih atau sama dengan 141 mmHg dan tekanan diastolic lebih atau sama dengan 90
mmHg (Idham, 2002:45)
Menurut asumsi peneliti banyaknya responden yang memofikasi gaya hidup yang
baik dikarenakan pasien hipertensi dan juga anggota keluarga sudah tau dan paham
tentang cara perawatan hipertensi dirumah, sehingga mereka memberikan dukungan
kepada anggota yang memderita hipertensi baik secara emosional seperti empati dan
peduli kepada keluarganya, informasi seperti memberikan nasehat dan petunjuk
tentang cara menyelesaikan masalah, dukungan penghargaan seperti memberikan
pujian terhadap tindakan yang telah dilakukan oleh pasien dan keluarganya dan
kepatuhan dalam mendukungan pasien melakukan perawatan hipertensi untuk
kebutuhan berobat .
5.2.4 Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Pasien
Hipertensi di Puskesmas Rao
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 24 orang responden yang
memiliki Self Care Agency yang dilakukan terdapat sebanyak sebanyak 14 orang
(58,3%), responden yang patuh dalam melakukan memodifikasi gaya hidup, sedangkan
dari 21 orang responden yang Self Care Agency tidak dilakukan terdapat sebanyak 17
orang (81,0%) yang patuh dalam memodifikasi gaya hidup. Berdasarkan uji statistik
didapatkan P value = 0,019 sehingga bila dibandingkan dengan α = 0,05 maka P
value< α(0,01<0,05) sehingga Ha diterima maka ada Hubungan Self Care Agency
Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao
Kabupaten Pasaman Tahun 2018. OR= 0,329 artinya responden yang memiliki Self
Care Agency dilakukan mempunyai peluang sebesar 0,329 kali untuk patuh dalam
memodifikasi gaya hidup dalam mengontrol hipertensi di Puskesmas Rao pasaman
tahun 2018
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Popi (2011) dengan hasil ada hubungan
perawatan diri terhadap pengontrolan diet pasien hipertensi di Puskesmas Nilam Sari
Kota Bukittinggi tahun 2011. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Rince (2008) tidak ada hubungan perawatan diri lansia terhadap pelaksanaan diet
hipertensi di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2008, berbedanya hasil
penelitian ini dikarenakan jumlah sampel pada penelitian ini hanya 38 orang dan
mengkategorikan pengetahuan kedalam 3 kategori yakni tinggi, sedang dan rendah,
tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling dan
pengolahan data dilakukan secara manual.
Memodifikasi gaya hidup adalah cara merubah gaya hidup seseorang dari yang kurang
baik menjadi lebih baik. Untuk itu, langkah terpenting dalam mengontrol tekanan darah
adalah dengan modifikasi gaya hidup. Anjuran terapi tekanan darah tinggi adalah
modifikasi gaya hidup selain terapi dengan obat. Termasuk dalam modifikasi gaya
hidup dalam penurunan berat badan, penerapan diet kombinasi, reduksi asupan garam,
aktivitas fisik yang teratur, dan pembatasan asupan alkohol. Selain itu berhenti
merokok juga dianjurkan untuk mengurangi resiko kardiovaskular secara keseluruhan.
Masing-masing mempunyai efek penurunan tekanan darah yang berperan pada
pencegahan komplikasi hipertensi dan bila dijalankan secara bersamaan akan
mempunyai efek penurunan tekanan darah yang lebih nyata
Menurut Puspitorini (2009), mengklasifikasikan faktor penyebab terjadinya hipertensi,
yaitu faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tak dapat dikontrol. Faktor yang dapat
dikontrol adalah stres, gaya hidup dan obesitas (obesitas); dan faktor yang tidak
dikontrol adalah keturunan, jenis kelamin, dan usia.Untuk menghindari terjadinya
komplikasi pada ansia hipertensi, perlu adanya pengontrolan tekanan darah dan
perubahan perilaku gaya hidup.
Menurut asumsi peneliti, adanya responden yang self care agency nya dilakukan dalam
pengontrolan faktor resiko hipertensi banyak yang melakukannya, hal ini di sebabkan
oleh karena adanya kepatuhan dari dalam diri responden tersebut tinggi yang terlihat
dari hasil jawaban kuesioner responden yang mana mereka jarang memeriksakan
kesehatan ketempat pelayanan kesehatan terdekat untuk melakukan pengontrolan
tekanan darah dan responden cenderung memilih makanan yang beminyak dan
berlemak atau kebiasaan hidup yang tidak baik.
Hipertensi dapat dikontrol dengan managemen diri yang baik serta kepatuhan pola
hidup sehat (Susilo, 2012). Penanganan hipertensi dan lamanya pengobatan dianggap
kompleks, pengobatan jangka panjang bahkan mungkin seumur hidup terkadang
menimbulkan kejenuhan dari pasien (Triyanto, 2014). Diperlukan pengetahuan,
kemampuan dan kepatuhan dari pasien dalam mengelola perilaku di kehidupan sehari –
hari supaya hipertensi terkontrol dengan baik dan mencegah terjadinya komplikasi,
(Harnila, 2013).
Kurangnya pengetahuan, kesadaran pasien serta dukungan sosial kepada pasien
hipertensi akan membuat pasien hipertensi membiarkan pola hidup yang tidak sehat
tersebut berlangsung terus dalam kehidupan sehari - hari tanpa tahu bahaya penyakit
yang mengintai dibalik itu semua (Lingga, 2012). Untuk itu perawatan diri yang baik
dan kemampuan dalam melakukan perawatan diri sangat perlu dilakukan oleh pasien
hipertensi dalam mengontrol hipertensinya. Didalam teori keperawatan terdapat model
konsep keperawatan Orem yang dikenal dengan model Self Care yang harus dilakukan
oleh psien hipertensi , yaitu suatu wujud perilaku perawatan diri seseorang dalam
menjaga kehidupan, kesehatan dan perkembangan kehidupan sekitar untuk
meningkatkan kesejahteraan serta mencegah percepatan penyakitnya. Begitu juga
dengan adanya Self care ini dalam konteks pasien dengan penyakit kronis merupakan
hal yang kompleks dan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
serta kontrol dari penyakit kronis,
Penderita hipertensi yang tergolong ringan boleh dikatakan tidak memerlukan obat,
tetapi dapat dikontrol melalui sikap sehari-hari. Pengontrolan sikap inilah yang
merupakan langkah pencegahan yang sangat baik bagi penderita hipertensi Hal-hal
berikut yang merupakan tindakan pencegahan dalam self care agency dalam
memodifikasi gaya hidup bagi penderita hipertensi seperti diet rendah lemak dapat
mengurangi atau menghindari makanan berminyak, diet rendah garam.
Dan dalam memodifikasi gaya hidup hendaknya batasi pemakaian garam dan makanan
yang diasinkan, seperti cumi asin, ikan asin, telur asin dan kecap asin, hindari konsumsi
daging kambing, durian, dan minuman beralkohol tinggi, lakukan olahraga secara
teratur dan terkontrol, berhenti merokokdan minum kopi, hindari stress. Tentunya untuk
melakukan hal itu pasien hipertensi tidak akan bisa melakukannya sedsiri tanpa adanya
dukungan dari keluarga.Anggota keluarga juga merupakan sumber dukungan dalam
memodifikasi gaya hidup dan bantuan paling bermakna dalam membantu anggota
keluarga yang lain dalam merubah gaya hidupnya, dukungan keluarga merupakan unsur
penting dalam keberhasilan individu, anggota keluarga dalam melakukan dan
mempertahan perilaku kesehatan.
Adanya hubungan dari hasil penelitian yang peneliti lakukan dikarenakan adanya
keterkaitan self care agency dengan modifikasi gaya hidup terhadap pasien hipertensi
dimana pasien hipertensi dan khususnya keluarga juga merupakan sumber dukungan
dan bantuan paling bermakna dalam membantu anggota keluarga hipertensi dalam
merubah gaya hidupnya, keluarga juga merupakan unsur penting dalam keberhasilan
individu, anggota keluarga dalam melakukan dan mempertahan perilaku kesehatan.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menyadari adanya kekurangan. Dalam
pengambilan data, peneliti harus menjumpai responden kerumahnya karna responden
tersebut sedang sibuk berdagang, kesawah karna pada saat ini sedang panen jadi
pasien tersebut tidak datang kontrol/berobat kepuskesmas peneliti tidak hanya
menunggu dipuskesmas saja tetapi harus melakukan penelitian dan pengambilan data
ke rumah-rumah dan ke posyandu.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan pada bulan februari 2018 terhadap 45 orang responden
tentang Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Pasien
Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018 maka dapat diambil
kesimpulan:
6.1.1 Lebih dari separo (53,3%) responden melakukan self care Agency di Puskesmas Rao
Pasaman tahun 2018.
6.1.2 Lebih dari separo (68,9%) responden memiliki kepatuhan memodifikasi gaya hidup di
Puskesmas Rao Pasaman tahun 2018
6.1.3 Ada Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup
Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018, dengan nilai P
value< α(0,019<0,05)
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan diatas beberapa saran
yang ingin peneliti sampaikan adalah :
6.2.1 Bagi institusi pelayanan
Kepada Institusi pelayanan diharapkan agar terus meningkatkan upaya-upaya untuk
memotivasi pasien hipertensi dengan cara memberikan informasi atau penyuluhan/
tentang hipertensi dan faktor resiko hipertensi serta cara pencegahannya.
6.2.2 Bagi peneliti selanjutnya
Berdasarkan penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar
untuk penelitian Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya
Hidup Pasien Hipertensi dan pengontrolan faktor resiko hipertensi pada pasien, dan
kepada peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan skripsi ini dengan menggunakan
metode lain seperti metode penelitian eksperimen..
6.2.3 Bagi institusi pendidikan
Kepada Institusi pendidikan diharapkan agar dapat menambah buku bacaan di
perpustakaan terkait dengan riset kepererawatan sehingga dapat membantu mahasiswa
dalam penyususnan skripsi.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi, 2009.Agen proses. Htt://www. Rajawana.com/artikel/kesehatan.diakses tanggal 3
Desember 2012
Cahaya RI. Hipertensi. http://www.blog.spot.com/201106. Diakses tanggal 5Desember tahun
2012
Departemen Kesehatan RI. (2013). Pedoman tekhnis penemuan dan tatalaksana penyakit
hipertensi. Jakarta: Direktorat pengendalian penyakit tidak menular.
http://www.kapukonline.com/2012/02/konsepkeperawatandorotheaeorem.html
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu kepeawatan. Jakarta:
Salemba medika
\Mely Zurta. 2010. Hubungan dukunagn keluarga terhadap kepatuhan lansia dalam
pengontrolan hipertensi di Puskesmas Padang Tarok tahun 2010. Karya tulis ilmiah
STIkes Perintis Bukittinggi.
Mugie. 2009. Hipertensi pada lansia, kontrol ketat dan cegah komplikasi.
http://www.budhidarma.depsos.go.id/modules. diakses tanggal 5 desember 2012
Popi Marianti. 2011. Hubungan faktor pengetahuan terhadap pengontroloan diet pasien
hipertensi di Puskesmas Nilan Sari Kota Bukittinggi Tahun 2011. Karya tulis ilmiah
STIkes Perintis Bukittinggi
Popi monica Sandra. 2008. Hubungan dukungan keluarga terhadap motivikasi lansia dalam
menjalankan diet hipertensi di Puskesmas Gurun Panjang Koto Bukittinggi Tahun
2008. Karya Tulis ilmiah STIKes Perintis Bukittinggi
Puspitorini, Myra.2009. Hipertensi: Cara Mudah Mengatasi Tekanan Darah Timggi. Ed
2.Yogyakarta : Images press
Rikerdas, (2013). Laporan hasil riset kesehatan dasar tahun 2013. Jakarta Badan penelitian
dan pengembangan kesehatan kementrian kesehatan RI.
Restu.2011.Hubungan Pendidikan Terhadap Pengontrolan Hipertensi Pada Lansia Di
Puskesmas Bunda Medan Tahun 2011. www/libraryusu.co.id. diakses tanggal 30
Januari 2013
Rince Kamelia.2008.Hubungan Pengetahuan Lansian Terhadap Pelaksanaan Diet
Hipertensi Di Rumah Sakit Stoke Nasional Bukittinggi Tahun 2008. Karya Tulis
Ilmiah Stikes Perintis Bukittinggi
Rosiana.2011.Hubungan Motivasi Keluarga .Terhadap Dukungan Keluarga Dalam
Perawatan Lansia Hipertensi Di Puskesmas Sukosari Semarang Tahun 2011
.www.ktid3keperawatan.com diakses tanggal 30 januari 2013
Setiawan, (2008). Care your self hipertensi. Jakarta: Penebar plus.
Sovia.2012.Hipertensi Pada Lansia.http://www.poltekesrawana.blogspot.com/2012/12/11/kti
bab 2. Konsep hipertensi.html. diakses tanggal 5 Desember tahun 2012
Sukmadinata, N. (2012) Metodelogi penelitian pendidikan Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sutrani, L. (2014). Hipertensi. Jakarta: PT. Gramedia pustaka utama.
Wijaya R. 2010. Pada Usia Lanjut Tekanan Darah Harus Dikontrol.Http://Www.Radio
1034fm.or.Id Diakses Tanggal 5 Desember Tahun 2012-12-26 Zulfitri S.2006.
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Lanjut Usia Hipertensi Dalam
Mengontrol Kesehatannya Di Wilayah Kerja Puskesmas Kolok Kota Sawahlunto.
Stikes: Prima nusantara.
World Health Organization ( WHO). (2012) Report of hypertension, Geneva.
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth:
Bapak/ Ibu Calon Responden
Di tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Harpeni
NIM : 1614201131
Pendidikan : Mahasiswa Program C STIkes Perintis Sumatera Barat.
Dengan ini saya mohon kesediaan Bapak/ Ibu untuk menjadi responden pada
penelitian yang saya laksanakan dengan judul “Hubungan Self Care Agency Dengan
Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi Di Puskesmas Rao
Kabupaten Pasaman Tahun 2018”. Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian bagi
Bapak/ Ibu sebagai responden.
Kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan
peneliti. Apabila Bapak/ Ibu menyetujui untuk menjadi responden, Maka saya mohon
kesediaan Bapak/ Ibu untuk menandatangani lembaran persetujuan dan menjawab pertanyaan
yang disertakan bersama surat ini. Demikian saya sampaikan, atas bantuan dan kerjasama
Bapak/ Ibu saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
Harpeni
1614201131
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Conscent)
Dengan ini saya sampaikan, bahwa saya:
Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah membaca sdan mendengarkan penjelasan dari peneliti, maka saya bersedia menjadi
responden penelitian oleh HARPENI Mahasiswa Program C STIkes Perintis Sumatera Barat
yang berjudul “Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi
GayaHidup Pasien Hipertensi Di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018”.
Tanda tangan saya menunjukkan bahwa saya telah diberikan informasi dan memutuskan
berpartisipasi dalam penelitian ini.
Rao, ............................2018
Responden
(..........................................)
Lampiran 3
KISI-KISI KUESIONER
No Variabel Yang dinilai Jumlah itm
pernyataaan
1 Variabel independen
Self Care Agency
Variabel dependen
Kepatuhan memodifikasi
gaya hidup
Suatu cara diri sendiri agar dapat
melakukan pengontrolan dan
menjaga kesehatannya sendiri
dalam menanggulangi gejala atau
penyakitnya
Segala cara tambahan dalam
mengurangi gejala tekanan darah
aar hipetensi dapat berkurang
8
10
Lampiran 4
LEMBAR KUESIONER
No. Responden
Hubungan Self Care Agency dengan kepatuhan memodifikasi
hidup pasien hipertensi di Puskesmas Rao Pasaman Tahun 2018
A. Petunjuk Pengisian Pertanyaan
1. Baca dan isilah lembaran kuesioner
dengan lengkap
2. Berilah tanda ceklis (√ ) pada salah
satu yang ditentukan.
3. Jika telah diisi dengan lengkap
diserahkan kembali pada peneliti.
Terima Kasih atas Partissipasi Bapak/ Ibu dan Sekamat Mengisi
Nama : ....................................................
Tgl Lahir : ....................................................
Umur : ...................................................
Alamat : ...................................................
B. Self Care Agency
No Pernyataan Kategori
Ya
Tidak
1 Saya mampu menjaga diri saya jika tanda-tanda tekanan
darah saya naik
2 Saya harus mengatur makanan saya agar tekanan darah
saya bisa terkontrol
3 Saya mengingatkan diri saya agar selalu menjaga
makanan yang banyak mengandung garam
4 Saya mau mempelajari jenis makanan yang harus
dikonsumsi dan yang harus dihindar olen penderita
hipertensi
5 Saya akan selalu melakukan olah raga untuk menjaga
tekanan darah saya supaya tidak naik
6 Saya bisa menjaga emosi saya agar tekanan darah saya
tidak naik dan hidup saya lebih santai
7 Saya mau melakukan pengontrolan tekanan darah saya
ke puskesmas
8 Saya selalu minum obat apabila tekanan darah saya
meningkat
C. Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Hipertensi
No pernyataan Kategori
Selalu Sering Kadang2 Jarang Tdk
pernah
5 4 3 2 1
1 Saya sekarang makanan
makanan yang rendah kadar
garam untuk dikonsumsi
2 Setiap saya makan pagi saya
selalu diringi dengan makan
buah
3 Saya sekarang sudah mulai
makan sayur di sela-sela
makan pagi dan siang
4 Saya melakukan latihan
fisik ringan di rumah untuk
melatih otot dada dalam
menguragi kenaikan tekanan
darah
5 Untuk menguragi rokok
saya sekarang
menggantikannya dengan
permen
6 Saya sekali seminggu
melakukan penimbangan
berat badan saya agar selalu
ideal
7 Menghindari rasa pusing ,
Saya berusaha untuk
mengalihkan perhatian pada
hal-hal yang menyenangkan
8 Saya mengurangi membawa
atau mengangkat beban
yang berat untuk
mengurangi rasa sakit saya
9 Saya setiap mingu
melakukan pemeriksaan
tekanan darah ke puskesmas
terdekat agar tekanan darah
bisa di kontrol
10 Saya membuat jus
mentimun apabila obat
hiertensi saya sudah mulai
habis
...............Terima Kasih ............