Upload
vuongtruc
View
235
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PASANGAN EDUCATED URBAN DI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
(Studi tentang Pengaruh Determinan Altruisme dan Spiritualitas)
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kelulusan dan Guna Memperoleh Gelar
Magister Agama (MA) dalam Ilmu Pengkajian Islam Konsentrasi Psikologi Islam
Oleh
HARMATHILDA
13.2.00.1.16.0001
Promotor
Prof. Dr. ABDUL MUJIB, M.Ag, M.Si
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 / 2017 H
ii
“Keberhasilan hanya untuk mereka yang benar - benar konsisten dan fokus
pada perjuangan mencapai keberhasilan itu. Menyerah itu tidak ada, yang
ada hanya kemalasan untuk bangkit dari keterpurukan”
(Mathilda H. Soleh)
Tesis ini dipersembahkan untuk :
Kedua orang tua tercinta, Hasanusi Soleh & Mas’ar Arasj
Suami tersayang, Andi Hermawan
Dan
Ketiga anak kami, Muhammad Artiorinu Herlito
Aisha Anmamiraj Hermaira
Khadija Anmalira Hermawan
iii
SURAT PERNYATAAN
Saya, yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Harmathilda
NIM : 13.2.00.1.16.01.0001
Jenjang : Magister (S2)
Program Studi : Pengkajian Islam
Kosentrasi : Psikologi Islam
Promotor : Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul ‚Kepuasan Pernikahan
pada Pasangan Educated Urban di Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Studi tentang
Pengaruh Determinan Altruisme dan Spiritualitas)‛ adalah hasil karya asli saya,
kecuali kutipan – kutipan yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapat kesalahan
dan kekeliruan didalamnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Selain itu apabila terdapat plagiasi yang dapat berakibat diberikan sanksi berupa
pencabutan gelar oleh Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta maka saya siap menanggung resikonya.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 17 Februari 2017
Saya yang membuat pernyataan,
Harmathilda
NIM 13.2.00.1.16.01.0001
iv
SURAT PERSETUJUAN PROMOTOR / PENGUJI\\
Tesis dengan judul ‚Kepuasan Pernikahan pada Pasangan Educated Urban di Daerah
Khusus Ibukota Jakarta (Studi tentang Pengaruh Determinan Altruisme dan
Spiritualitas)‛, yang ditulis oleh :
Nama : Harmathilda
NIM : 13.2.00.1.16.01.0001
Jenjang : Magister (S2)
Program Studi : Pengkajian Islam
Kosentrasi : Psikologi Islam
Telah melaksanakan Ujian Pendahuluan pada hari Senin, 13 Februari 2017 dihadapan
tim penguji dan telah dinyatakan Lulus. Tesis ini telah diperbaiki sesuai dengan
saran, komentar dan petunjuk tim penguji sehingga disetujui untuk diajukan ke Ujian
Promosi Tesis.
Jakarta, Februari 2017
NO N A M A TANDA
TANGAN TANGGAL
1 Dr. JM Muslimin, MA.
(Ketua Sidang Merangkap Penguji)
2 Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si.
(Promotor Merangkap Penguji)
3 Prof. Dr. Achmad Mubarok, MA.
(Penguji)
4 Dr. Gazi, M.Si
(Penguji)
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis ini. Salawat dan
Salaam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penelitian ini disusun
dalam rangka penyusunan Tesis yang menjadi salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Magister Agama (MA) dari Sekolah Pascasarjana Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini terselesaikan dengan dukungan penuh dari suami tercinta, Andi
Hermawan. Doa dari kedua orang tua, Drs. H. Hasanusi Soleh, M.Pd dan Hj. Mas’ar
Arasj. Tak terlupakan terimakasih untuk pengertian anak – anak kami, Muhammad
Artiorinu Herlito, Aisha Anmamiraj Hermaira & Khadija Anmalira Hermawan
terutama di saat terakhir penyelesaian.
Ucapan terima kasih kepada Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr.
Dede Rosyada, MA., kepada Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA., beserta Ketua Program Doktoral Prof. Dr.
Didin Saefuddin, MA., dan Ketua Program Magister Dr. JM. Muslimin, MA.
Penelitian ini tidak lepas dari bimbingan dan kesediaan waktu luangnya Prof.
Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si untuk berdiskusi. Selain itu, penulis juga mengucapkan
terima kasih atas saran dan kritikan membangun dari Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor,
MA., Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA., Prof. Dr. Zulkifli, MA., Prof. Dr. Abuddin
Nata, MA., Prof. Dr. Achmad Mubarok, MA., Dr. Ahmad Dardiri, MA.,
Suparto, M.Ed., Ph.D., Dr. Gazi, M.Si., dan Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D.,
sehingga mendapatkan banyak ilmu mengenai penulisan karya ilmiah. Terima kasih
juga kepada seluruh civitas akademik yang turut memberikan iklim belajar yang
kondusif, dan kepada semua pihak yang telah bersedia menyediakan waktu luangnya
membantu penulis dalam mengisi kuisioner serta wawancara guna memberikan
informasi dan pengetahuan yang diperlukan penulis selama melakukan penelitian ini.
Teman – teman seperjuangan di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang tidak mungkin disebutkan satu persatu namanya, khususnya teman –
teman CherryBello 2013, terima kasih telah menjadi teman berbagi kebahagiaan dan
kesulitan selama masa-masa perkuliahan.
Akhir kata, penulis mengucapkan selamat membaca, semoga bermanfaat dan
dapat menambah wawasan kita bersama. Kritikan, saran dan rekomendasi yang
membangun sangat terbuka dan diharapkan demi kebaikan dan pengembangan
penelitian ini, khususnya di bidang Psikologi Islam, Aamiin.
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Pedoman transliterasi Arab - Latin yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
A. Konsonan
b = ب
t = ت
th = ث
j = ج
h{{{{ = ح
kh = خ
d = د
dh = ذ
r = ر
z = ز
s = ش
sh = ظ
s} = ص
d{ = ض
t{ = ط
z{ = ظ
ع = ‘
gh = غ
f = ف
q = ق
k = ك
l = ل
m = م
n = ى
h =
w = و
y = ي
B. Vokal
1. Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
fathah a A
Kasrah i I
dhammah u U
2. Vokal Rangkap
Tanda Nama Gabungan Huruf Nama
ى... fathah dan ya Ai a dan i
و... fathah dan wau Au a dan w
vii
Contoh:
ط يي ول H{usain : ح h{aul : ح
C. Maddah
Tanda Nama Huruf Latin Nama
ا fathah dan alif a a dan garis di atas ــــ
kasrah dan ya i i dan garis di atas ــــ ي
dhammah dan wau ū u dan garis di atas ــــ و
D. Ta’ marbutah ( ة )
Transliterasi ta’ marbutah ditulis dengan ‚h‛ baik dirangkai dengan kata sesudahnya
maupun tidak contoh mar’a ( هرأة ) madrasah ( هدرضة (
Contoh:
al-Madi nah al-Munawwara : الودية الوورة
E. Shaddah
Shaddah/tasydi d di transliterasi ini dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang
sama dengan huruf yang bersaddah itu.
Contoh:
nazzal : سل rabbanâ : ربـا
F. Kata Sandang
Kata sandang ‚الـ‛ dilambangkan berdasar huruf yang mengikutinya, jika diikuti huruf
syamsiyah maka ditulis sesuai huruf yang bersangkutan, dan ditulis ‚al‛ jika diikuti
dengan huruf qamariyah. Selanjutnya ل ا ditulis lengkap baik menghadapi al-
Qomariyah contoh kata al-Qomar (القور ) maupun al- Syamsiyah seperti kata al-
Rajulu ( الرجل )
Contoh:
al-Qalam : القلن al-Shams : الشوص
G. Pengecualian Transliterasi
Adalah kata-kata bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia
dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia, seperti lafal هللا, asma ’ al-husna dan ibn,
kecuali menghadirkannya dalam konteks aslinya dan dengan pertimbangan
konsistensi dalam penulisan.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku altruime dan spiritualitas
berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada pasangan educated urban di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Perilaku altruisme dalam rumah tangga
efektif dan perlu untuk saling berperan dalam tolong menolong, memberikan
dukungan moral, pengendalian diri dan kontrol egoisme. Demikian juga pernikahan
yang memiliki spiritualitas yang baik dapat membantu pasangan dalam mencapai
kepuasan pernikahan, karena spiritualitas seseorang dapat mempengaruhi pola pikir
dan perilakunya sehari – hari dalam menjalani kehidupan pernikahan tersebut.
Tesis ini mendukung teori dari Sofyan S. Willis (2008) bahwa jika pendidikan
cukup baik maka wawasan mengenai keluarga dapat dipahami dengan baik juga.
Tesis ini juga mendukung hasil penelitian Oluwole & David Adebayu (2008), Renata
Forste (2008), dan Paul A. M. Van Lange (1997) bahwa adanya hubungan yang
signifikan antara kepuasan pernikahan dengan religiusitas. Senada juga dengan hasil
penelitian A. Singh (2010) dan Utami Pratiwi (2009) bahwa faktor empati,
pengontrolan diri, dan egosentrisme yang rendah dapat menjadi penentu penyesuaian
dirinya dengan orang lain dan lingkungan.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan menggunakan pendekatan
penelitian kuantitatif dan kualitatif (mixed methods), dengan menggunakan model
explanatory sequential design, yaitu penelitian kombinasi yang dilakukan dengan 2
(dua) tahap. Sumber data diperoleh dari data primer dalam penelitian ini meliputi
metode skala, sedangkan data sekunder meliputi metode dokumentasi, observasi dan
wawancara. Jenis skala yang digunakan adalah skala Likert. Skala kepuasan
pernikahan menggunakan ENRICH Marital Satisfaction Scale dari Blaine Fowers,
skala spiritualitas mengadopsi dari John Swinton, dan skala perilaku altruisme
menggunakan The Self Report Altruism (SRA) Scale dari J. P Rushton.
Key word : Altruisme, Spiritualitas, Kepuasan Pernikahan
ix
ملخص
أثبت ىذا البحث أن التدين والغريية يؤثران تأثريا إجيابيا على اإلقناع بالزواج لدى األزواج املتعلمني واملثقفني بعاصمة جاكرتا. فأعترب السلوك الغريي فعاال وضروريا ملا فيو من تبادل األدوار بني الزوجني يف
الزواج القائم على تدين جيد ميكن أن يساعد التعاون والدعم املعنوي وضبط النفس والتحكم الذايت. وكما أن األزواج يف احلصول على اإلقناع بالزواج، ملا لو أثر يف تكوين النموذج الفكري والسلوك اليومي لدى األزواج يف
حياهتم الزوجية.
( يف قولو إن األزواج كلما هتذبوا هتذبا جيدا م8002أيدت ىذه الرسالة نظرية سفيان س. وليس ) ارفهم عن األسرة ميكن أن يفهموىا فهما جيدا. وعالوة على ذلك فقد أيدت ىذه الرسالة نتائج البحث فمع
.Paul A.MمRenata Forste (8002 ،)مDavid Adebayu(8002 ،) و Oluwole اليت توصل إليها
Van Langs (7331الذين رأوا أن ىناك عالقة دالة بني اإلقناع بالزواج والتدين. ويف ن )فس الوقت ناسبت مم( اللذين صرحا أن التعاطف واملراقبة 8003) Utami Pratiwiم( و 8070) A.Singhىذه الرسالة حبث
الذاتية واألنانية املنخفضة من العوامل اليت تعني مدى تكيف املرء مع غريه والبيئة اليت يعيش فيها.
ندمج( باستخدام التصميم التتابعي انتهج ىذا البحث املدخلني الكمي والنوعي ) ااملدخل امل الكشفي. وأما البيانات يف ىذا البحث فتم اكتساهبا من املصادر األولية والثانوية. فمصادىا األولية أكتسبت
ENRICHمقاييس، من مقياس ليكرت، ومقياس درجة اإلقناع بالزواج باستخدام 9باستخدام (Evaluation and Nurturing relationship Issues, Communication, and Happiness) ل
Blaine Fowers ومقياس درجة التدين ل ،John Swinton ومقياس السلوك الغريي باستخدام ،. وأما مصادرىا الثانوية فأكتسبت J.P Rushtonل SRA (The Self Report Altruism)مقياس
باستخدام الدراسة الوثائقية واملالحظة املباشرة واملقابلة الشخصية.
الغريية، التدين، اإلقناع بالزواجالكلمات المفتاحية:
x
ABSTRACT
This research revealed that altruism and spiritualism had significant impact
on marital satisfaction at educated urban couples in Special Region of Jakarta.
Altruism at home is effective and necessary to help each other, to give moral support,
to have self and ego-control. It is also applied for marriage with good spiritualism in
which helping each other to gain marital satisfaction, because someone’s spirituality
affects his mind-set and daily behaviours to live a married life.
This thesis supported a theory stated by Sofyan S. Willis (2008) that if
someone has a good educational background, he will have good knowledge about
family. Similarly, research by Oluwole & David Adebayu (2008), Renata Forste
(2008), and Paul A. M. Van Lange (1997) contended that there was a significant
relationship between marital satisfaction and religiosity. Likewise, studies by A.
Singh (2010) and Utami Pratiwi (2009) mentioned that low emphatic factor, self-
control, and egocentrism determined self-adjustment with others and the
environment.
This study employed mixed method (quantitative and qualitative) by using
explanatory sequential design, i.e. a research with two steps. The data were gained
from primary sources, i.e. scale method, while the secondary data was from
documentation, observation, and interviews. The scale used was Likert Scale. The
satisfaction the scale of marriage used ENRICH Marital Satisfaction Scale from
Blaine Fowers, the spiritual scale was adopted from John Swinton, and the altruism
scale applied The Self Report Altruism (SRA) from J. P. Rushton.
Key words: Altruism, Spirituality, Marital Satisfaction
xi
DAFTAR ISI
JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . i
SURAT PERNYATAAN . . . . . . . . . . . . . . . iii
SURAT PERSETUJUAN PROMOTOR . . . . . . . . . . . . . . . iv
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN . . . . . . . . . . . . . . . vi
ABSTRAK INDONESIA . . . . . . . . . . . . . . . viii
ABSTRAK ARAB . . . . . . . . . . . . . . . ix
ABSTRAK INGGRIS . . . . . . . . . . . . . . . x
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . xi
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . xv
DAFTAR BAGAN . . . . . . . . . . . . . . . xix
DAFTAR LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . xx
DAFTAR SINGKATAN . . . . . . . . . . . . . . . xxii
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . 1
A. Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Permasalahan . . . . . . . . . . . . . . . 9
1. Identifikasi Masalah . . . . . . . . . . . . . . . 9
2. Pembatasan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . 10
3. Perumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . 10
C. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . 11
D. Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . 11
1. Manfaat Praktis . . . . . . . . . . . . . . . 11
2. Manfaat Teoritis . . . . . . . . . . . . . . . 11
E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan . . . . . . . . . . . . . . . 11
F. Metodologi Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . 14
1. Pendekatan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . 14
2. Tempat dan Waktu Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . 14
3. Identifikasi Variabel Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . 14
4. Populasi dan Sampel Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . 16
5. Definisi Operasional . . . . . . . . . . . . . . . 17
6. Teknik Pengumpulan Data . . . . . . . . . . . . . . . 18
7. Analisis Data . . . . . . . . . . . . . . . 24
8. Hipotesis Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . 26
G. Sistematika Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . 27
BAB II PERILAKU ALTRUISME DAN
SPIRITUALITAS DALAM KEPUASAN
PERNIKAHAN . . . . . . . . . . . . . . . 29
A. Kepuasan Pernikahan : Dari Kepuasan
Seksual Hingga Kepuasan Spiritualitas . . . . . . . . . . . . . . . 29
xii
1. Tinjauan Teoritis Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 29
2. Kebutuhan Batin Dalam Kehidupan
Manusia . . . . . . . . . . . . . . . 31
3. Faktor Kontribusi Terhadap
Kepuasan Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 33
4. Aspek-Aspek Kepuasan Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 36
5. Dimensi – Dimensi Kepuasan . . . . . . . . . . . . . . . 38
Pernikahan
B. Masyarakat Urban, Peran Pendidikan dan
Gender Dalam Kepuasan Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 40
1. Masyarakat Urban . . . . . . . . . . . . . . . 40
2. Peranan Pendidikan Dalam Pernikahan . . . . . . . . . . . . . 41
3. Peran Gender . . . . . . . . . . . . . . . 43
C. Perilaku Altrusime Dalam Perspektif
Islam . . . . . . . . . . . . . . . 44
1. Perilaku Altruisme : Tinjauan Secara
Teoritis . . . . . . . . . . . . . . . 44
2. Reaksi Terhadap Kesulitan Pasangan. . . . . . . . . . . . . . . 51
3. Empati dan Motivasi Menolong . . . . . . . . . . . . . . . 52
4. Faktor-faktor Seseorang Melakukan
Perilaku Altruisme . . . . . . . . . . . . . . . 56
D. Spiritualitas Dalam Diri Manusia . . . . . . . . . . . . . . . 60
1. Makna Spiritualitas Sebagai
Keyakinan dan Nilai Hidup Manusia . . . . . . . . . . . . . . . 60
2. Fakor-faktor yang Mempengaruhi
Spiritualitas . . . . . . . . . . . . . . . 63
3. Dimensi – Dimensi Spiritualitas . . . . . . . . . . . . . . . 64
E. Perilaku Altruisme dan Spirtualitas
Dalam Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 65
BAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
PERILAKU ALTRUISME DAN
SPIRITUALITAS TERHADAP KEPUASAN
PERNIKAHAN . . . . . . . . . . . . . . . 67
A. Deskripsi Pengujian Validitas &
Reabilitasi Perilaku Altruisme,
Spiritualitas dan Kepuasan Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 67
B. Deskripsi Subjek Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . 68
1. Gender Partisipan . . . . . . . . . . . . . . . 69
2. Usia Partisipan . . . . . . . . . . . . . . . 69
3. Pendidikan Terakhir Partisipan . . . . . . . . . . . . . . . 70
4. Pekerjaan Partisipan . . . . . . . . . . . . . . . 71
5. Pendapatan Per Bulan Partisipan . . . . . . . . . . . . . . . 71
6. Lamanya Pernikahan yang Dijalani . . . . . . . . . . . . . . . 72
7. Jumlah Anak . . . . . . . . . . . . . . . 73
xiii
8. Pendidikan Terakhir Pasangan . . . . . . . . . . . . . . . 75
9. Pekerjaan Pasangan . . . . . . . . . . . . . . . 76
10. Mazhab Partisipan . . . . . . . . . . . . . . . 78
C. Deskripsi Data Penelitian
Perilaku Altruisme, Spiritualitas
dan Kepuasan Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 79
1. Deskripsi Variabel Altruisme
Pasangan Urban Educated . . . . . . . . . . . . . . . 79
2. Deskripsi Variabel Spiritualitas
Pasangan Urban Educated . . . . . . . . . . . . . . . 87
3. Deskripsi Variabel Kepuasan
Pernikahan Pasangan Urban Educated . . . . . . . . . . . . . . . 95
D. Pengujian Hipotesis Perilaku
Altrusime dan Spiritualitas
Terhadap Kepuasan Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 104
1. Analisis Regresi Variabel Penelitian
Altruisme dan Spiritualitas terhadap
Kepuasan Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 105
2. Pengujian Analisis Demografi
Pendidikan . . . . . . . . . . . . . . . 108
3. Pengujian Proporsi Varians masing-
masing Independent Variabel . . . . . . . . . . . . . . . 109
BAB IV PERILAKU ALTRUISME DAN
SPIRITUALITAS SEBAGAI SALAH
SATU UPAYA MENCAPAI
KEPUASAN PERNIKAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . 113
A. Efektivitas Spiritualitas Dalam
Perilaku Altruisme untuk
Mencapai Kepuasan Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 113
B. Spiritualitas : Sebagai Tujuan
Hidup dan Tujuan Pernikahan
Hingga Akhir Hayat . . . . . . . . . . . . . . . 125
1. Pernikahan adalah Tanggung
Jawab dan Amanah . . . . . . . . . . . . . . . 131
2. Pernikahan untuk Meraih Kebahagiaan
Sejati dengan Suami sebagai
Kepala Keluarga . . . . . . . . . . . . . . . 134
3. Pernikahan sebagai Pusat Pancaran
Cahaya . . . . . . . . . . . . . . . 136
C. Pengaruh Pendidikan Terhadap
Kepuasan Pernikahan
Mencapai Kepuasan Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 147
xiv
BAB V PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . 149
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . 149
B. Saran dan Rekomendasi . . . . . . . . . . . . . . . . 150
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . 152
GLOSARIUM . . . . . . . . . . . . . . . . 164
INDEKS . . . . . . . . . . . . . . . . 167
LAMPIRAN – LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . 174
LAMPIRAN A . . . . . . . . . . . . . . . . 175
LAMPIRAN B . . . . . . . . . . . . . . . . 204
BIOGRAFI PENULIS . . . . . . . . . . . . . . . . 233
xv
DAFTAR TABEL
TABEL 1 Blue Print Skala Altruisme . . . . . . . . . . . . . . . 20
TABEL 2 Alternatif Jawaban & Skor Item
Skala Altruisme . . . . . . . . . . . . . . . 20
TABEL 3 Blue Print Skala Spiritualitas . . . . . . . . . . . . . . . 21
TABEL 4 Alternatif Jawaban & Skor Item
Skala Spiritualitas . . . . . . . . . . . . . . . 21
TABEL 5 Blue Print Skala Kepuasan
Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 22
TABEL 6 Alternatif Jawaban & Skor Item
Skala Kepuasan Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 23
TABEL 7 Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan
Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 36
TABEL 8 Aspek – Aspek Penentu Perilaku
Altruisme . . . . . . . . . . . . . . . 49
TABEL 9 Norma Penting Dalam Perilaku
Altruisme . . . . . . . . . . . . . . . 56
TABEL 10 Reability Statistic Variabel X1
(Altruisme) . . . . . . . . . . . . . . . 67
TABEL 11 Reability Statistic Variabel X2
(Spiritualitas) . . . . . . . . . . . . . . . 68
TABEL 12 Reability Statistic Variabel Y
(Kepuasan Pernikahan) . . . . . . . . . . . . . . . 68
TABEL 13 Jumlah Partisipan Penelitian
Berdasarkan Gender . . . . . . . . . . . . . . . 69
TABEL 14 Jumlah Partisipan Penelitian
Berdasarkan Usia . . . . . . . . . . . . . . . 69
TABEL 15 Jumlah Partisipan Penelitian
Berdasarkan Pendidikan Terakhir . . . . . . . . . . . . . . . 71
TABEL 16 Jumlah Partisipan Penelitian
Berdasarkan Pekerjaan . . . . . . . . . . . . . . . 71
xvi
TABEL 17 Jumlah Partisipan Penelitian
Berdasarkan Pendapatan Per Bulan . . . . . . . . . . . . . . . 72
TABEL 18 Jumlah Partisipan Penelitian
Berdasarkan Lama Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 73
TABEL 19 Jumlah Partisipan Penelitian
Berdasarkan Jumlah Anak . . . . . . . . . . . . . . . 74
TABEL 20 Jumlah Partisipan Penelitian
Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pasangan . . . . . . . . . . . . . . . 75
TABEL 21 Jumlah Partisipan Penelitian
Berdasarkan Pekerjaan Pasangan . . . . . . . . . . . . . . . 76
TABEL 22 Jumlah Partisipan Penelitian
Berdasarkan Mazhab . . . . . . . . . . . . . . . 78
TABEL 23 Kategorisasi Perilaku Altruisme
Pada Pasangan Urban Educated . . . . . . . . . . . . . . . . 80
TABEL 24 Kategorisasi Aspek Peduli
(Altruisme) pada Pasangan Urban
Educated . . . . . . . . . . . . . . . 82
TABEL 25 Kategorisasi Aspek Penolong
(Altruisme) pada Pasangan Urban Educated . . . . . . . . . . . . . . . . 83
TABEL 26 Kategorisasi Aspek Perhatian
Pada Orang Lain (Altruisme) pada
Pasangan Urban Educated . . . . . . . . . . . . . . . . 84
TABEL 27 Kategorisasi Aspek Penuh
Perasaan pada Pasangan Urban Educated . . . . . . . . . . . . . . . . 85
TABEL 28 Kategorisasi Aspek Rela
Berkorban (Altruisme) pada Pasangan
Urban Educated . . . . . . . . . . . . . . . . 86
TABEL 29 Kategorisasi Spiritualitas
Secara Umum pada Pasangan Urban
Educated . . . . . . . . . . . . . . . 88
xvii
TABEL 30 Tingkat Kategorisasi Aspek Makna
Hidup (Spiritualitas) pada Pasangan
Urban Educated . . . . . . . . . . . . . . . 90
TABEL 31 Tingkat Kategorisasi Aspek Nilai
(Spiritualitas) pada Pasangan Urban Educated . . . . . . . . . . . . . . . 91
TABEL 32 Tingkat Kategorisasi Aspek
Transenden (Spiritualitas) pada
Pasangan Urban Educated . . . . . . . . . . . . . . . 92
TABEL 33 Tingkat Kategorisasi Aspek
Keterhubungan (Spiritualitas) pada
Pasangan Urban Educated . . . . . . . . . . . . . . . 93
TABEL 34 Tingkat Kategorisasi Aspek Proses
Menjadi (Spiritualitas) pada Pasangan
Urban Educated . . . . . . . . . . . . . . . 94
TABEL 35 Tingkat Kategorisasi Kepuasan
Pernikahan Secara Umum pada
Pasangan Urban Educated . . . . . . . . . . . . . . . 95
TABEL 36 Perbandingan Nilai Mean Gender terhadap Kepuasan Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 98
TABEL 37 Perbandingan Nilai Mean Gender terhadap Altruisme . . . . . . . . . . . . . . . 99
TABEL 38 Perbandingan Nilai Mean Gender terhadap Spiritualitas . . . . . . . . . . . . . . . 100
TABEL 39 Perbandingan Nilai Mean Mazhap terhadap Kepuasan Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 100
TABEL 40 Hasil Pengujian Hipotesis Regresi
Berganda Altruisme dan Spiritualitas
terhadap Kepuasan Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 106
TABEL 41 Pengaruh Keseluruhan Independent Variabel terhadap Kepuasan Pernikahan. . . . . . . . . . . . . . . 106
TABEL 42 Coefisients Regresi Berganda masing–
masing Independent Variabel (Altruisme dan Spiritualitas) . . . . . . . . . . . . . . . 107
xviii
TABEL 43 Hasil Analisis Pendidikan Pasangan
Partisipan terhadap Kepuasan
Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 108
TABEL 44 Hasil Komparasi Pendidikan Pasangan
Partisipan terhadap Kepuasan
Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 108
TABEL 45 Proporsi Varians masing – masing Independent Variabel . . . . . . . . . . . . . . . 109
xix
DAFTAR BAGAN
BAGAN 1 Kerangka Variabel Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . 15
BAGAN 2 Hipotesis Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . 27
BAGAN 3 Hierarki Kebutuhan Menurut
Abraham Maslow . . . . . . . . . . . . . . . 32
BAGAN 4 Motivasi dan Tingkah Laku Moral . . . . . . . . . . . . . . . 55
BAGAN 5 Efek Bystander . . . . . . . . . . . . . . . 57
BAGAN 6 Konsekuensi Bagi Korban . . . . . . . . . . . . . . . 59
BAGAN 7 Becoming’s Schematic . . . . . . . . . . . . . . . 129
xx
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A . . . . . . . . . . . . . . . 175
Instrumen Penelitian Kualitatif
Lembar Skala Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . 176
Blue Print Skala Kepuasan Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 182
Blue Print Skala Altruisme . . . . . . . . . . . . . . . 183
Blue Print Skala Spiritualitas . . . . . . . . . . . . . . . 185
Pedoman Wawancara I . . . . . . . . . . . . . . . 187
Pedoman Wawancara II . . . . . . . . . . . . . . . 188
Pedoman Wawancara III . . . . . . . . . . . . . . . 189
Hasil Wawancara Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . 189
LAMPIRAN B . . . . . . . . . . . . . . . 204
Hasil Analisis Data Penelitian Kuantitatif
Tabulasi Skala Kepuasan Pernikahan (Y) . . . . . . . . . . . . . . . 205
Tabulasi Skala Altruisme (X1) . . . . . . . . . . . . . . . 208
Tabulasi Skala Spiritualitas (X2) . . . . . . . . . . . . . . . 211
Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Kepuasan
Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 214
Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Altruisme . . . . . . . . . . . . . . . 215
Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Spiritualitas. . . . . . . . . . . . . . 216
Deskripsi Subjek Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . 217
Kategorisasi Kepuasan Pernikahan, Altruisme dan
Spiritualitas . . . . . . . . . . . . . . . 219
Hasil Analisis Komparasi Gender terhadap Kepuasan
Pernikahan (Independent Sample T Test) . . . . . . . . . . . . . . . 225
Hasil Analisis Komparasi Gender terhadap Altruisme
(Independent Sample T Test) . . . . . . . . . . . . . . . 225
Hasil Analisis Komparasi Gender terhadap Spiritualitas
(Independent Sample T Test) . . . . . . . . . . . . . . . 226
Hasil Analisis Komparasi Mazhab terhadap Kepuasan
Pernikahan (Independent Sample T Test) . . . . . . . . . . . . . . . 226
Hasil Analisis Pendidikan Pasangan Partisipan
terhadap Kepuasan Pernikahan (One way Anova) . . . . . . . . . . . . . . 227
Hasil Komparasi Pendidikan Pasangan Partisipan
terhadap Kepuasan Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . 227
xxi
Hasil Analisis Pengujian Hipotesis Regresi Berganda
Altruisme dan Spiritualitas Terhadap Kepuasan
Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . 228
Hasil Analisis Proporsi Varians Masing – masing
Independent Variabel . . . . . . . . . . . . . . . 229
xxii
DAFTAR SINGKATAN
DAS : Dyadic Adjustment Scale
DKI : Daerah Khusus Ibukota
EMS : ENRICH Marital Satisfaction Scale
ENRICH : Evaluation and Nurturing Relationship Issues, Communication and
Happiness
OLS : Ordinary Least Square
POLRI : Kepolisian Negara Republik Indonesia
QS. : Quran Surah
SPSS : Statictical Package for The Social Science
SRA : The Self Report Altruism
TNI : Tentara Nasional Indonesia
UU RI : Undang – undang Republik Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan secara umum mengenai latar belakang masalah
penelitian, yang dilanjutkan dengan permasalah – permasalahan yang menjadi topik
utama penelitian, kemudian pembahasan tujuan dilakukannya penelitian ini serta
manfaatnya. Di bab ini juga menjelaskan penelitian terdahulu yang relevan,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan yang digunakan.
A. Latar Belakang Masalah
Pernikahan merupakan komitmen yang didasarkan kepada kepercayaan kedua
belah pihak dan keyakinan bahwa hal ini dilakukan sebagai salah satu bentuk
ibadah manusia kepada Allah. Ketika seseorang memutuskan untuk menikah maka
ada kebutuhan psikologis, rasa aman dan nyaman yang dapat terpenuhi. Di
Indonesia, pernikahan antara pria dan wanita diatur dan diakui secara hukum dalam
Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahun 1974 pasal 1
mengenai pernikahan, adalah ‚Ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.‛ 1 Definisi pernikahan
menurut UU RI tersebut di atas bahwa dalam sebuah pernikahan pria dan wanita
disatukan secara lahiriah dan batiniah, disatukan dalam ikatan yang berlandaskan
kepada nilai Ketuhanan dan hal yang dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut Hilman Kusuma, pernikahan merupakan cikal bakal terciptanya
keluarga sebagai tahap pertama dalam pembentukannya dengan tujuan untuk
mewujudkan keluarga yang bahagia, damai, sejahtera lahir dan batin, sebuah rumah
tangga yang penuh limpahan rahmat dan kasih sayang (keluarga sakinah mawaddah warahmah).
2 Sedangkan pernikahan menurut hukum Islam ataupun undang-undang
perkawinan pada prinsipnya sama dan memiliki tujuan yang sama yaitu membentuk
keluarga yang bahagia dan sejahtera serta upaya pengesahan keturunan.3
Pernikahan seringkali dipandang sebagai tahapan akhir dari bentuk interaksi
laki – laki dan wanita yang lebih intim, membutuhkan komitmen tinggi dan
pengorbanan untuk mempertahankannya. Dibutuhkan juga rasa kepedulian dan
kasih sayang yang ditunjukkan terhadap pasangan pernikahan. Meredam sikap
egois atau acuh terhadap kebutuhan pasangan. Suami dan isteri dalam ikatan
pernikahan juga tidak lepas dari pribadi sosial yang membutuhkan pertolongan
keterikatan satu sama lainnya.
1 Undang–Undang Republik Indonesia, ‚Tentang Pernikahan‛, Nomor 1, Tahun 1974
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_1_74.htm. Accessed : 20/01/16, 17.09. 2 Hilman Kusuma, Hukum Perkawinan Indonesia (Bandung : Mandar Maju, 1990),
170. 3 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam (Jakarta : Bulan Bintang, cetakan Pertama,
1988), 108.
2
Dalam pernikahan terdapat suatu keterikatan yang kuat dan permanen antara
pria dan wanita yang sah untuk mencapai tujuan pernikahan yaitu kebahagiaan.
Pasangan pernikahan memiliki niat dan tekad untuk berusaha membina hubungan
dengan menyatukan segala aspek dari masing – masing individu demi membentuk
kehidupan rumah tangga.
Dalam teori proses perkembangan menurut M. K DeGenova, dalam Ida Ayu
Alit (2014) bahwa memilih pasangan merupakan salah satu keputusan terpenting
yang dibuat oleh setiap individu sepanjang hidup mereka. Pemilihan pasangan
adalah proses penyaringan untuk memilih calon pasangan hidup yang dilakukan
seseorang hingga akhirnya terpilih satu calon pasangan hidup tersebut.4
Pernikahan bisa berjalan panjang hingga akhir hayat atau berpisah di tengah
masa pernikahan tersebut. Setiap pasangan suami istri pasti berharap pada
pernikahan yang berhasil. Untuk itu pencapaian kepuasan pernikahan menjadi hal
terpenting. 5 Kualitas pernikahan dapat dievaluasi dengan melihat proses yang
dilalui pasangan dalam pernikahan. Salah satu konsep yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi kualitas pernikahan dengan penyesuaian diadik (dyadic adjustment) yang dicetuskan oleh Graham Spanier.
6 Sedangkan kualitas pernikahan yang baik
ditandai oleh komunikasi yang baik, keintiman dan kedekatan, seksualitas,
kejujuran, dan kepercayaan yang kesemuanya itu menjadi sangat penting untuk
menjalin relasi pernikahan yang memuaskan. Aspek – aspek lain dari pernikahan
juga penting dan menjadi dasar serta keharusan bagi upaya kedua pasangan untuk
4 Ida Ayu Alit & Made Diah Lestari, ‚Hubungan Pola Asuh Authoritative Dengan
Kecenderungan Homogamy Dalam Pemilihan Pasangan Pada Wanita Bali Dewasa Awal
Wangsa Brahmana di Denpasar‛, Jurnal Psikologi Udayana, Volume 1, No. 3 (2014) ; 88–
94. Published by : e-journal Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Udayana. Society. http://ojs.unud.ac.id/index.php/psikologi/article/download/21088/13868.
Accessed : 05/08/2016, 20.16. 5 Ada beberapa kriteria yang dicetuskan para ahli dalam mengukur keberhasilan
pernikahan. Kriteria itu antara lain (a) awetnya suatu pernikahan, (b) kebahagiaan suami
dan isteri, (c) kepuasan pernikahan, (d) penyesuaian seksual, (e) penyesuaian pernikahan,
dan (f) kesatuan pasangan (Burgess dan Locke, 1960). Lihat, Iis Ardhianita
& Budi Andayani, ‚Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari Berpacaran dan Tidak Berpacaran‛,
Jurnal Psikologi, Volume 32, No. 2, 101-111, ISSN: 0215-8884 (2005); 101 – 111.
Published by Universitas Gadjah Mada. http://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/7074/5526.
Accessed : 20/01/16, 21.37. 6 Spanier mendefinisikan penyesuaian diadik sebagai proses yang bergerak dalam
kontinum yang dapat dievaluasi sebagai penyesuaian yang baik atau penyesuaian yang
buruk. Penyesuaian pernikahan dan kepuasan pernikahan terkait dengan 50% laju perceraian
di Amerika Serikat, selain itu juga terkait dengan distress individu, kesehatan fisik dan
kesejahteraan anak. Lihat, Pingkan C. B. Rumondor, ‚Gambaran Penyesuaian Diadik Pada
Pasangan Dewasa Muda Di Awal Pernikahan‛, Jurnal Humaniora, Volume 2, No.1 (April
2011); 468-476. Published by ejournal Universitas Bina Nusantara. http://research-
dashboard.binus.ac.id/uploads/paper/document/publication/Proceeding/Humaniora/Vol.%20
2%20No.%201%20April%202011/51%20-%20PSI%20-%20Pingkan%20Rumondor%20-
%20OK.pdf. Accessed : 25/02/2016, 17.25.
3
mengakomodasinya dalam kehidupan pernikahan. Kebersamaan sebagai tim juga
merupakan hal penting yang mendapat penekanan. 7
Peran penting dalam pernikahan erat kaitannya dengan hubungan
interpersonal yang jauh lebih rumit bila dibandingkan dengan hubungan
persahabatan atau bisnis. Makin banyak pengalaman dalam hubungan interpersonal
antara pria dan wanita yang dimiliki seseorang, makin besar pengertian wawasan
sosial yang telah mereka kembangkan, dan semakin besar kemauan mereka untuk
bekerja sama dengan sesamanya, serta semakin baik mereka menyesuaikan diri satu
sama lain dalam perkawinan.8
Dalam pernikahan, terdapat permasalahan – permasalahan yang timbul
sejalan dengan waktunya menjalani pernikahan tersebut. Dibutuhkan pemikiran
yang rasional dan perasaan yang tenang untuk menyelesaikan semua permasalahan
hingga tidak terjadi perpecahan dalam rumah tangga. Perlu adanya penyesuaian diri
karena masing – masing individu berasal dari latar belakang sosial, budaya,
ekonomi, pendidikan dan hasil didikan yang berbeda. Dari berbagai studi mengenai
ketidakharmonisan pernikahan telah menunjukkan bahwa perceraian pada pasangan
yang berpendidikan tinggi tidak berbeda halnya dengan perceraian pada pasangan
lainnya. Pasangan yang berpendidikan tinggi bukan berarti tanpa masalah dan
rentan terhadap keputusan bercerai. Padahal menurut Sofyan S. Willis bahwa jika
pendidikan cukup baik pada suami isteri maka wawasan tentang keluarga dapat
dipahami dengan baik juga. Sebaliknya pada suami isteri yang pendidikannya
rendah sering tidak dapat memahami lika liku keluarga9 Dapat dikatakan bahwa
pendidikan sebagai salah satu faktor yang menentukan wawasan dan pola pikir
seseorang dalam melihat pentingnya suatu hal. Korelasi antara persepsi, perilaku
dan pola pikir masyarakat dengan tingkat pendidikan sangat signifikan. Artinya
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin
rasional dalam pengambilan berbagai keputusan.10
Demikian juga strategi setiap orang dalam pemilihan pasangan juga beragam,
misalnya individu yang memiliki latar belakang pendidikan serta status sosial
ekonomi tinggi memilih pasangan yang memiliki latar belakang pendidikan dan
status sosial ekonomi yang tinggi juga. Dari contoh tersebut dapat dilihat individu
7 Sawitri Supardi Sadarjoen, Konflik Marital – Pemahaman Konseptual, Aktual dan
Alternatif Solusinya (Bandung : Refika Aditama, Cetakan Pertama, 2005), 5. 8 Cinde Anjani & Suryanto, ‚Pola Penyesuaian Perkawinan pada Periode Awal‛,
Jurnal INSAN, Volume 8, Nomor 3 (Desember 2006). Published by : e-journal Fakultas
Psikologi Universitas Airlangga. http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-05%20-
%20Pola%20Penyesuaian%20Perkawinan%20pada%20Periode%20Awal.pdf. Accessed :
05/08/2016. 20.44. 9
Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga (Family Counseling) – Suatu Upaya Membantu Anggota Keluarga Memecahkan Masalah Komunikasi di Dalam Sistem Keluarga (Bandung : Alfabeta, Cetakan Keempat, 2015), 18.
10 Radita Kusumaningrum, Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis
Kontrasepsi Yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur (Semarang : Laporan Akhir
Penelitian Karya Tulis, Universitas Diponegoro, 2009), 48 - 49.
4
cenderung memilih pasangan yang memiliki kesamaan atribut dengan diri individu
tersebut.11
Dengan demikian, artinya bahwa sebenarnya pendidikan memegang peranan
penting karena dapat mempengaruhi pola pikir seseorang. Untuk sebagian pasangan
menganggap bahwa gap pendidikan yang terlalu jauh, tidaklah terlalu penting
dalam pernikahan mereka. Padahal pola pikir seseorang yang berbeda tingkat
pendidikannya tentu menjadi beda pula pemikirannya. Pernikahan yang langgeng
artinya adanya kecocokan diantara pasangan tersebut yang dapat dipertahankan.
Kecocokan yang meliputi emosional, spiritualitas, sikap saling menolong dan
intelektual.
Sikap tolong menolong sama pentingnya dalam jiwa seseorang yang sehat
secara batiniah. Altruisme dalam suatu rumah tangga dapat menunjukkan
kepedulian terhadap pasangannya atau pada orang lain, selain persamaan
intelektual tersebut. Sikap egois yang tinggi dapat merusak jiwa seseorang menjadi
tidak sehat secara mental dan dapat menyebabkan hubungan seseorang dengan
orang lain menjadi tidak harmonis, dan bahkan dapat merusak pernikahan itu
sendiri. Rasa peduli dan sikap empati terhadap pasangan pernikahan dapat
mempererat tali pernikahan. Suami / istri yang tergerak untuk melakukan tindakan
altruisme karena adanya keinginan untuk menolong walaupun harus dengan
pengorbanan. Tindakan ini sebaiknya murni dilakukan dengan rasa cinta dan kasih
sayang tanpa adanya keinginan mengambil keuntungan atau meminta balasan dari
pasangannya. Mempertahankan pernikahan pada hakekatnya menjaga komitmen
dan berkorban demi kebahagiaan pasangan.
Salah satu contoh kasus perilaku altruisme dalam rumah tangga misalnya
keterlibatan suami dalam pengasuhan anak – anaknya. Ketelibatan ayah dalam
perkembangan dan pengasuhan anak memberikan manfaat yang sangat besar sekali,
terutama dalam perkembangan kognitif, sosial dan emosi anak. Keterlibatan suami
ini akan berdampak terhadap pengurangan stress dan depresi yang biasa terjadi
pada istri.
Dalam suatu hasil penelitian yang dilakukan oleh Brenda L. Volling dan Jay
Belsky (1992) tentang kontribusi ayah dengan anak pertamanya yang berusia 6
tahun terhadap kualitas interaksi anak sulung dengan saudara kandungnya. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan anak akan lebih mengembangkan interaksi
prososial dengan saudara kandungnya bila sang ayah dapat menunjukkan kasih
sayang dan perasaannya kepada anak yang lebih tua dibandingkan kepada anak
yang lebih muda.12
Penjelasan di atas membuktikan bahwa setiap individu tidak dapat hidup
tanpa adanya interaksi dengan orang – orang disekelilingnya. Individu harus dapat
11
Ida Ayu Alit & Made Diah Lestari, ‚Hubungan Pola Asuh Authoritative‛.
Accessed : 05/-8/2016, 21.25. 12
Brenda L. Volling & Jay Belsky, ‚The Contribution of Mother-Child and Father-
Child Relationships to the Quality of Sibling Interaction: A Longitudinal Study‛, Journal Child Development, Volume 63, No. 5 (1992); 1209-1222. Published by : Blackwell
Publishing on behalf of the Society for Research in Child Development.
http://www.jstor.org/stable/1131528. Accessed : 10/05/2016. 14.10.
5
membatasi rasa kecintaannya yang berlebihan terhadap dirinya sendiri atau
bersikap egois terlebih dalam kehidupan berumah tangga. Rasa keinginan yang kuat
untuk selalu menjaga keseimbangannya menyayangi, mengulurkan bantuan dan
memberikan pertolongan kepada orang lain harus selalu ada.
Menurut Komaruddin Hidayat, dalam menjalani kehidupan sehari-hari tidak
seorang pun bisa mandiri dan lepas dari bantuan orang lain. 13
Apalagi manusia tidak
pernah bisa dipisahkan dari keterkaitannya dengan masyarakat yang bersifat
resiprok atau timbal balik.14
Menurut Trivers, dalam Felix Warneken (2009),
altruisme merupakan tindakan timbal balik dimana seorang individu membantu
orang lain ketika berada dalam kondisi yang dapat saling menolong satu sama
lainnya (sehingga dapat mengarah seseorang untuk menumbuhkan rasa ingin
menolong). Sikap menolong juga dapat menjadi sinyal positif kesehatan jiwa dan
sekaligus dapat menumbuhkan reputasi baik bagi orang tersebut.15
Dalam Islam, perilaku mengutamakan kepentingan orang lain daripada
kepentingan diri sendiri biasa disebut sebagai itsar. Pada dasarnya, sejak masa anak
– anak secara naluri manusia telah memiliki sikap itsar. Sikap ini walau telah ada
dalam diri manusia sejak masa batitanya, namun perlu adanya bimbingan dari orang
tua dan sekitarnya sehingga dapat tumbuh dengan baik. Sikap itsar menjadi penting
dalam kehidupan sehari – hari manusia karena manusia perlu melakukan kerjasama,
saling menolong, tidak egois, dan menjadi orang yang pemurah dan tolong
menolong dalam segala hal terlebih ketika individu tersebut sudah memasuki masa
pernikahan.
Manusia tidak mungkin mampu mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri
tanpa bantuan pihak lain termasuk dalam kehidupan berumah tangga. Islam
mengajarkan kepada pemeluknya untuk berbuat kebajikan yang tidak ada putus–
putusnya kepada sesamanya dalam bentuk pengorbanan harta benda, berderma dan
bershadaqah kepada siapapun.16
Islam menasehatkan kepada setiap muslim agar
menyambut dorongan berderma dan segi–segi kebajikan, baik dilakukan secara
terang–terangan maupun yang tersembunyi.17
Itsar (ثار secara umum adalah mendahulukan orang lain dari pada diri (اإلي
sendiri. Satu sifat yang mungkin sudah agak sulit ditemukan kini. Padahal itsar
13
Komaruddin Hidayat, Psikologi Ibadah – Menyibak Arti Menjadi Hamba dan Mitra Allah di Bumi (Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta, Cetakan I, , 2008), 18.
14 P. Hardono Hadi, Jatidiri Manusia – Berdasarkan Filsafat Organisme A. N
Whitehead (Jakarta : Penerbit Kanisius, Cetakan ke 7, 2002), 125 – 127. 15
Felix Warneken & Michael Tomasello, ‚The roots of human altruism‛ , The British Journal of Psychology, Volume 100 (2009) ; 455–471. Published by : The British
Psychological Society. http://www.eva.mpg.de/psycho/pdf/Publications_2009_PDF/
Warneken_Tomasello_Roots_of_2009.pdf. Accessed : 26/05/2015, 20.00. 16
Sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Surah Al-Baqarah,
ayat 274, ‚Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati‛.
17 Muhammad Al-Ghazali, Akhlaq Seorang Muslim, Terjm. Mohammad Rifai, Judul
Asli : Khuluqul Muslim, Darul Bayaan, Kuwait, 1970 (Semarang : CV Wicaksana, Cetakan
Pertama, 1986), 231.
6
adalah salah satu akhlak yang paling utama. Bahkan dalam beberapa tulisan tentang
tingkatan ukhuwah, itsar berada pada tingkatan tertinggi dalam implementasi
ukhuwah islamiyah. Hal ini dirasa sangat wajar jika kita merujuk pada salah satu
hadits nabi, ‚Tidak beriman seseorang diantaramu hingga kamu mencintainya
seperti kamu mencintai dirimu sendiri.‛ (HR. Bukhari-Muslim).18
Itsar bisa dilakukan tanpa ada aturan dan persyaratan. Semua manusia bisa
melakukannya sebab itsar tidak memandang status dan derajat juga tidak
membedakan gender. Sebagian orang mungkin menganggap bahwa konsep itsar 19
ini merupakan satu sikap yang sangat sulit ditemukan baik dulu hingga kini, karena
banyak anggapan yang menyatakan bahwa fitrah manusia adalah mendahulukan
kepentingannya sendiri dibanding kepentingan orang lain dan agak sulit
dibayangkan ada seseorang yang mau mendahulukan kepentingan orang lain
dibanding kepentingannya sendiri. Namun suatu contoh yang mudah dari
implementasi itsar yang dapat ditemukan pada masa generasi terbaik umat ini.20
Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang – orang yang
disekelilingnya. Allah sendiri juga selalu menunjukkan rasa cinta Nya kepada umat
manusia dan menyerukan agar manusia saling menyayangi terhadap sesamanya,
berbuat baik kepada sesama makhluk Nya. 21
Peran dari iman adalah membuat
keseimbangan antara kecintaan manusia kepada diri sendiri dan kecintaannya
kepada orang lain dengan melakukan apa yang dapat merealisasikan kemaslahatan
individu serta kepentingan bersama. Hal ini jelas dengan memberikan arahan
kepada manusia agar tidak berlebihan mencintai dirinya sendiri dan
mengarahkannya kepada kecintaan terhadap saudara-saudaranya yang seiman,22
apalagi kecintaan terhadap pasangannya.
Dalam Al-Quran sendiri bukan hanya menyebut manusia dengan sebutan
insan yang bermakna makhluk psikologis tetapi juga menyebut an nas dan unas yang bermakna manusia sebagai makhluk sosial. Perilaku sosial seseorang
terkadang sangat berbeda dengan perilaku individualnya. Seseorang yang penakut
terkadang bisa berbuat sangat berani dan beringas ketika dia menyatu dalam
18
Aka Komar, ‚Belajar Itsar dari Para Sahabat‛, Rubrik (Rabu, 1 Mei 2013).
Published by : kompasiana.com. http://www.kompasiana.com/akayaka/belajar-itsar-dari-
para-sahabat_552b2b45f17e613a79d623f5. Accessed : 02/02/2017, 11.39. 19
Disebutkan juga dalam ayat Al-Quran surah Al-Hasyr, ayat 9, ‚Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran darinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.‛
20 Aka Komar, ‚Belajar Itsar dari Para Sahabat‛. Accessed : 02/02/2017, 12.02.
21 Disebutkan juga dalam ayat Al-Quran surah At-Taubah, ayat 71, ‚Dan orang-
orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong
bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari
yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta'at pada Allah dan Rasul-
Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.‛ 22
Muhammad ‘Utsman Najati, Jiwa Manusia Dalam Sorotan Al-Quran, Terjm. Ibn
Ibrahim, Judul Asli : Al-Quran wa ‘ilmu an-nafs (Jakarta : CV Cendekia Sentra Muslim,
Cetakan Pertama, 2001), 89 – 90.
7
perilaku sosial. 23
Dengan demikian dapat dikatakan juga, perilaku altruisme juga
tidak lepas dari tingkat spiritualitas seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan tindakan altruime. Keinginan seseorang dalam hal tindakan altruisme
melibatkan spiritual dan emosi yang sifanya baik. 24
Emosi menurut Antonio R. Damasio, dalam Daniel Coleman (2004),
sebenarnya dapat mengganggu penalaran atau akal sehat manusia terutama dalam
situasi dan kondisi tertentu terutama bila tanpa adanya kecakapan mengelola emosi
dengan baik. Ketika seseorang sedang dalam keadaan kesal maka dia akan
mengalami kesulitan menilai orang lain secara tepat bahkan dapat melemahkan
keterampilan sosial orang tersebut. 25
Hal ini dapat menjadi bencana dalam rumah
tangga. Hal kecil bisa menjadi hal besar. Menurut Patton, dalam Fabiola Meirnayati
(2005), seseorang yang memiliki kecerdasan emosi akan mampu menghadapi
tantangan dan menjadikan seorang manusia yang penuh tanggung jawab dan
optimis dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah,26
termasuk dalam
menghadapi permasalah dan dinamika dalam kehidupan berumah tangga.
Untuk itu kemudian timbul kesadaran spiritualitas yang memicu rasa syukur,
iklas atau pun sukacita dan berefek lanjutan pada kejernihan pikiran.27
Keterkaitan
emosi manusia dengan tingkat spiritualitasnya sangat saling mempengaruhi.
Kemampuan mengendalikan emosi dan kemampuan diri dalam menghadapi suatu
masalah sangat diperlukan. Emosi yang terarah dan bersifat positif dapat
memberikan sesuatu rasa empati yang berdampak positif juga dalam kehidupan
pernikahannya.
Spiritual yang kata bendanya adalah spirit, berasal dari kata latin spiritus
berarti bernafas. Kata spirit juga memiliki beberapa arti, diantaranya prinsip yang
menghidupkan atau vital sehingga menghidupkan suatu organisme fisik, makhluk
supernatural, kecerdasan atau bagian bukan material dari orang. Sehingga spiritual
23
Achmad Mubarok, Psikologi Keluarga – Dari Keluarga Sakinah Hingga Keluarga Bangsa (Jakarta : Mubarok Institute, Cetakan ke 8, 2011), 39 – 40.
24 Emosi dikontrol oleh struktur otak subkortikal yang lebih tua secara evolusioner
dan lebih serupa dengan struktur otak yang ditemukan pada binatang (yang tidak memiliki
korteks besar seperti manusia). Lihat, Thomas F. Oltmans & Robert E. Emery, Psikologi Abnormal, terjm. Helly Prajitno Soetjipto & Sri Mulyantini Soetjipto, Judul Asli :
Abnormal Psychology (Jakarta : Pustaka Pelajar, Cetakan ke 1, Edisi Ke 7, 2013), 58 – 59. 25
Daniel Coleman, Richard Boyatzis & Annie McKee, Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi, terjm. Susi Purwoko, Judul Asli : Primal Leadership Realizing The Power Emotional Intelligence (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2004), 14 – 15.
26 Fabiola Meirnayati Trihandini, ‚Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual,
Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Karyawan - Studi Kasus di
Hotel Horison Semarang‛. Tesis : Universitas Diponegoro (2005), 3. 27
Peter Garlans Sina & Andris Noya, ‚Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap
Pengelolaan Keuangan Pribadi‛. Jurnal Manajemen, Volume 11, Nomor 2, (Mei 2012); 171
– 188. Published by : IAES Indonesia Section on behalf on Universitas Kristen Maranatha.
http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnal-manajemen/article/view/1044/pdf. Accessed :
08/09/2015, 09.51.
8
dapat diartikan sebagai yang berhubungan dengan spiritual, yang berhubungan yang
suci atau yang berhubungan dengan yang supernatural.28
John Swinton, dalam Robert M Lawrence (2005), berpendapat bahwa
spiritualitas secara luas didefinisikan sebagai keyakinan dalam kekuatan yang lebih
besar dari dirinya sendiri, tujuan hidup, keyakinan, kepercayaan terhadap takdir,
menemukan makna dalam penderitaan, rasa syukur atas kehidupan, kehidupan
sebagai hadiah, dan ekspresi perilaku seperti doa, meditasi, dan ibadah kelompok.29
Kebutuhan batin merupakan suatu kebutuhan dalam mencari arti dan tujuan
hidup. Kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, dan
kebutuhan untuk memberi dan mendapatkan maaf. Dalam rangka memenuhi
kebutuhan spiritual tersebut ada 4 (empat) karakteristik spiritual, yaitu : hubungan
dengan diri sendiri, hubungan dengan alam, hubungan dengan orang lain dan
hubungan dengan Allah.30
Spiritualitas dalam pemahaman Islam tidak seperti
pemahaman sekuler, justru spiritualitas yang berpedoman pada petunjuk yang
diberikan Allah SWT. Islam tidak melihat spiritualitas secara terpisah dari aktivitas
dan kesibukan sehari-hari melainkan spiritualitas Islam berlandaskan atas tauhid,
mengesakan Allah karena tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali Allah. 31
Unsur spiritual dalam diri manusia membuat sebuah bertanya mengapa manusia
dalam mengerjakan sesuatu dan membuat mencari cara – cara yang secara
fundamental lebih baik untuk melakukannya. Unsur spiritual dalam diri manusia itu
yang membuat manusia ingin agar hidupnya berarti dan berupaya memiliki arti
hidup.32
28
Achmah Muhammad, ‚Spiritual Management‛. Jurnal Ilmiah, MD Volume II
Nomor 1, (Edisi Juli - Desember 2009); 9 – 19. Published by : UIN Sunan Kalijaga.
http://digilib.uinsuka.ac.id/8601/1/Achmah%20Muhammad%20Spiritual%20Management.p
df. Accessed : 09/09/2015, 18.06, 12. 29
Robert M Lawrence & Oyepeju Raji, ‚Introduction to Spirituality, Health Care
and Mental Health‛, Articles Publication, (2005); 1 – 17. Published by : Royal College of
Psychiatrists. http://www.rcpsych.ac.uk/pdf/LawrenceOyepejuIntroSpirituality.pdf.
Accessed : 14/03/2016, 11.59. 30
Fenti Hasnani, ‚Spiritualitas Dan Kualitas Hidup Penderita Kanker Serviks‛.
Jurnal Ilmiah, 125 Jurnal Health Quality, Volume 3, Nomor 2, Mei 2012); 69 – 140.
Published by : Politeknik Kesehatan Jakarta. http://www.poltekkesjak arta1.ac.id/file/
dokumen/64Spiritualitas_Kualitas_Hidup_Penderita_Kanker_Serviks.pdf. Accessed :
15/09/2015, 11.09. 31
Mohammad Shadiq Khairi, ‚Memahami Spiritual Capital Dalam Organisasi Bisnis
Melalui Perspektif Islam‛ (academia.edu : Jurnal Akuntansi Multiparadigma Universitas Brawijaya, Volume 4, Nomor 2 (Agustus 2013); 286 – 307. Published by : Academia on behalf of
Universitas Brawijaya.. http://www.academia.edu/10983266/Memahami_Spiritual_Capital_
Dalam_Organisasi_Bisnis_Melalui_Perspektif_Islam. Accessed : 10/09/2015, 19.16. 32
Danar Zohar & Ian Marshall, Spiritual Capital – Memberdayakan SQ di Dunia Bisnis, Terjm. Helmi Mustofa, Judul Asli : Spiritual Capital : Wealth We Can Live By
Using Our Rational, Emotional, and Spiritual Intelligence to Transform Ourselves and
Corporate Culture, Bloomsbury Publishing Plc, London, 2004 (Jakarta : PT Mizan Pustaka,
Cetakan Kedua, 2005), 63.
9
Sedangkan meskipun terdapat persepsi negatif dari spiritualitas yang
menurut Tim Lowder sebagian besar disebabkan karena adanya praktik agama yang
dogmatis dan kaku. Namun, mayoritas peneliti setuju bahwa spiritualitas dan
agama memiliki kesamaan tetapi tidak sama. Bahkan, sebagian besar agama
didirikan sebagai hasil dari pencarian manusia terhadap timbulnya spiritual dalam
diri mereka, 33
sehingga dalam mencapai kebahagiaan pernikahan pun harus
dibarengi rasa pengorbanan dan keyakinan spiritualitas dalam diri masing – masing
individu pasangan.
Kaitannya dengan masyarakat yang hidup di kota Jakarta, yang mana
menurut K. Ryan, dalam Arif Agus Setiawan (2016) bahwa Jakarta sebagai Ibukota
Negara Indonesia mengalami perkembangan teknologi yang terbilang cukup pesat.
Inilah yang membuat Jakarta menjadi salah satu kota besar di Indonesia bahkan di
Asia. Namun, untuk membuat suatu kota dapat berkembang tidak hanya faktor
teknologi yang memiliki peran penting, melainkan faktor karakter dari masyarakat
di kota tersebut. Karakter adalah pola perilaku atau keadaan seseorang yang
bersifat individual, dan berkaitan dengan perilaku yang ada di sekitarnya.34
Masyarakat urban yang mana lebih menekankan pada sifat – sifat
kehidupannya yang mengutamakan rasional dan tidak mencampuradukkan dengan
hal – hal yang bersifat emosional. Tentu saja masyarakat urban sangat berbeda
kehidupannya dengan masyarakat pedesaan. Masyarakat urban dengan sifat
kehidupan yang rush, terburu – buru dan terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri
pada orang lain (individualistik).
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas dan fenomena yang terjadi
mengenai kepuasan pernikahan, perilaku altruisme dan spiritualitas pada
pernikahan, oleh karena itu, yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
lainnya adalah penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih dalam lagi
dengan mengangkat permasalahan dengan menggabungkan pengaruh altruisme dan
spiritualitas terhadap kepuasan pernikahan pada pasangan educated urban di daerah
khusus ibukota Jakarta.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasi
beberapa permasalahan, sebagai berikut :
a. Terjadi perdebatan paradigma berpikir diantara komunitas akademik
mengenai perilaku altruisme dalam kehidupan sosial manusia. Sebagian ahli
berpendapat tindakan altruisme dilakukan karena tidak lebih dari tindakan
33
Tim Lowder, ‚A Ghost in the Machine : The Important Role of Workplace Spirituality‛.
International Journal, New Dimmesion (December 20, 2005); 1 – 15. Published by : Academia.
http://www.academia.edu/948792/A_Ghost_in_the_Machine_The_Important_Role_of_Workplace_Spiritualit
y. Accessed : 11/09/2015, 14.21. 34
Arif Agus Setiawan, ‚Perubahan Karakter Masyarakat Perkotaan‛, Artikel Urban Lifestyle (Mei 2016); 1 - 6. Published by : research gate.net.
https://www.researchgate.net/publication/302892058_Perubahan_Karakter_Masyarakat_Pe
rkotaan. Accessed : 24/01/2017, 14.12.
10
suka rela tanpa pamrih yang merupakan bagian dari tanggung jawab sosial.
Namun sebagian ahli menganggap bahwa tindakan altruisme tidak
sepenuhnya dilakukan karena dorongan kemanusiaan. Adanya unsur – unsur
internal atau maksud tertentu didalamnya. Selain itu adanya perdebatan juga
mengenai pengaruh spiritualitas seseorang. Untuk itu adanya pemahaman
yang lebih matang mengenai konsep spiritualitas sebagai salah satu
pendorong dalam melakukan tindakan altruisme dalam mencapai kepuasan
pernikahan pasangan educated urban.
b. Ketidakpuasan dalam pernikahan dapat menyebabkan perceraian terjadi.
Sedangkan anak-anak yang hidup dengan salah satu orangtua setelah
perceraian akan berakibat lebih buruk. Perceraian diketahui meningkatkan
risiko gangguan psikis pada anak-anak. Selain itu, ternyata praktik asuh
bersama, yakni di mana anak-anak bergantian menghabiskan waktu dengan
masing-masing orang tua-nya dapat menyebabkan stres. Studi sebelumnya
pun menunjukkan seorang anak yang hidup dengan orang tua yang terpisah
lebih mudah terkena masalah emosi dan perilaku dibandingkan dengan anak
yang hidup dengan keluarganya intinya.35
Untuk itu menjadi permasalahan
yang sangat serius untuk diperhatikan bahwa perlu adanya pencapaian
kepuasan pernikahan sehingga bisa meredam keinginan pasangan berpisah.
c. Implementasi dari perilaku altruisme dan spiritualitas dalam menjalankan
pernikahan untuk mencapai kepuasan pernikahan pada pasangan educated urban.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka fokus rumusan masalah
penelitian ini adalah menganalisa atau mengungkapkan Pengaruh Determinan
Altruisme dan Spiritualitas terhadap Kepuasan Pernikahan pada Pasangan educated urban. Subjek dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang secara umum yaitu
pasangan yang berpendidikan tinggi (minimal Strata 1), bekerja dan berada di
daerah khusus ibukota Jakarta.
3. Perumusan Masalah
Dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka perumusan masalah
yang akan dijawab dalam penelitian ini, sebagai berikut :
a. Adakah pengaruh determinan altruisme dan spiritualitas terhadap kepuasan
pernikahan pasangan educated urban di daerah khusus ibukota Jakarta ?
b. Apakah dampak dari ketidakpuasan pernikahan ?
c. Adakah implementasi dari perilaku altruisme dan spiritualitas dalam
menjalankan pernikahan untuk mencapai kepuasan pernikahan ?
35
Munady & P.R.L.M. Muhamad, ‚Angka Perceraian di Indonesia Sangat Fantastis‛,
Berita Nasional. (22 Desember 2015, 05:36). http://www.pikiran-
rakyat.com/nasional/2015/12/22/354484/angka-perceraian-di-indonesia-sangat-fantastis.
Published by : Pikiran Rakyat Online. Accessed : 04/03/2016, 20.06.
11
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian yang
akan dilakukan ini untuk menganalisa sejauhmana :
1. Pengaruh perilaku altruisme dan spiritualitas dalam upaya mencapai
kepuasan pernikahan pasangan educated urban di daerah khusus ibukota
Jakarta.
2. Dampak dari ketidakpuasan pernikahan terhadap pasangan educated urban di
daerah khusus ibukota Jakarta.
3. Implementasi perilaku altruisme dan spiritualitas dalam menjalankan
pernikahan pada pasangan educated urban di daerah khusus ibukota Jakarta.
D. Manfaat Penelitian
Pada penelitian ini akan ditinjau 2 manfaat penting dari kajian permasalah
tersebut, sebagai berikut :
1. Manfaat Praktis
Diharapkan dengan hasil penelitian dapat menambah pengetahuan,
memberikan kesadaran bagi setiap pembacanya bahwa pematangan konsep
spiritualitas yang baik dapat memberikan dampak positif dalam melakukan
tindakan altruism dalam upaya pencapaian kepuasan pernikahan. Dengan demikian
diharapkan dapat mengurangi jumlah perceraian yang semakin tinggi setiap
tahunnya.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan –
masukan positif bagi penelitian – penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
kepuasan pernikahan, spiritualitas dan perilaku altruisme, serta bagi perkembangan
ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Islam melalui data – data empiris yang sudah
teruji secara ilmiah ini. Juga untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan bahan
kajian ilmiah bagi penelitian – penelitian selanjutnya.
E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurhikmah Hairak Biga tentang
Pembagian Peran Dalam Keluarga dan Pengaruhnya Terhadap Perceraian Pasangan Muslim Berpendidikan Tinggi berpendapat bahwa pasangan suami istri yang
memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi, keduanya seharusnya lebih
memahami segala bentuk pembagian peran dalam keluarga.36
Sedangkan menurut
Sofyan Wilis dalam bukunya Konseling Keluarga (Family Counseling) bahwa latar
belakang pendidikan dapat menjadi salah satu faktor menentukan perilaku
seseorang. Seseorang dengan mendapatkan pendidikan cukup baik akan terlihat
pada tutur katanya, pergaulan dan cara sikapnya.37
36
Nurhikmah Hairak H. Biga, Pembagian Peran Dalam Keluarga dan Pengaruhnya Terhadap Perceraian Pasangan Muslim Berpendidikan Tinggi (Yogyakarta : Tesis, UIN
Sunan Kalijaga, 2015), 7. 37
Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga (Family Counseling), 9
12
Oluwole dan David Adebayo melakukan penelitian terhadap 2000 wanita
yang menguji pengaruh dari keterbukaan diri, efikasi diri38
, dan spiritualitas pada
pernikahan, menemukan hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan
kepuasan pernikahan.39
Penelitian yang dilakukan oleh Margareth G. Dudley & Frederick A.
Kosinski (1990) menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
religiusitas dan kepuasan pernikahan. Adapun prediksi terkuat untuk kepuasan
pernikahan adalah ibadah keluarga, kesesuaian dengan pasangan pada religiusitas,
dan kedatangan ke tempat ibadah.40
Paul A. M. Van Lange, dalam Zahrotun Nihayah (2013) meneliti tentang
Willingness to Sacrifice in Close Relationships, kepuasan perkawinan secara umum
di pengaruhi oleh kesediaan berkorban suami maupun istri. Lebih jauh Van Lange
mengatakan bahwa kesediaan berkorban berhubungan dengan fungsi pasangan yang
oleh sebagian orang disebut sebagai penyesuaian diadik, karena semakin baik
fungsi pasangan otomatis semakin baik pula penyesuaian diadiknya. 41
Sedangkan menurut Renata Forste dan Kiira Fox dalam penelitiannya Gender Roles, Household Labor, and Family Satisfaction: A Cross-National Comparison,
Persoalan-persoalan yang terkait dengan tugas
dalam rumah tangga dapat
diminimalisir dengan saling berbagi tugas pada suami. Keterlibatan suami dalam
pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak dapat memberikan
pengaruh yang
positif terhadap kepuasan perkawinan istri
42
38
Efikasi diri adalah keyakinan seorang individu mengenai kemampuannya dalam
mengorganisasi dan menyelesaikan suatu tugas yang diperlukan untuk mencapai hasil
tertentu. Lihat, Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari, ‚Efikasi Diri, Dukungan Sosial
Keluarga dan Self Regulated Learning Pada Siswa Kelas VIII‛, Jurnal Humanitas. Published
by : e-journal Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
http://journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/download/448/290. Accessed :
12/04/2016. 15.26. 39
Oluwole, David Adebayo, ‚Marital Satisfaction: Connections of Self-Disclosure, Sexual Self-Efficacy and Spirituality among Nigerian Women‛, Pakistan Journal of Social
Sciences, Volume 5, No. 5 (2008); 464 – 469. Published by : Medwell Journals.
http://docsdrive.com/pdfs/medwelljournals/pjssci/2008/464-469.pdf. Accessed : 03/04/2016.
15.18. 40
Zahrotun Nihayah, Yufi Adriani, Zulfa Indira Wahyuni, ‚Peran Religiusitas dan
Faktor-Faktor Psikologis Terhadap Kepuasan Pernikahan‛, Jurnal for Conference Proceedings Annual International Conference on Islamic Studies – AICIS XII (2013); 937 –
964. Published by : UIN Sunan Ampel Surabaya.
http://eprints.uinsby.ac.id/265/1/Buku%202%20Fix_425.pdf. Accessed : 27/01/2016, 22.39. 41
Paul A. M. Van Lange, et al, ‚Willingness to Sacrifice in Close Relationships‛,
Journal of Personality ami Social Psychology, Volume 72, No. 6 (1997) ; 1373-1395.
Published by : the American Psychological Association, Inc.
http://doi.apa.org/journals/psp/72/6/1373.pdf. Accessed : 24/02/2016, 18.06. 42
Renata Forste & Kiira Fox, ‚Gender Roles, Household Labor, and Family
Satisfaction: A Cross-National Comparison‛, Working Paper, Departement of Sociology
Brigham Young University (2008); 1 - 31. http://paa2010.princeton.edu/papers/101364.
Published by : Princeton University Press. Accessed : 05/03/2016, 08.58.
13
Penelitian oleh Mefisya Nuzullia WS dan Retno Kumolohadi tentang
Hubungan Antara Orientasi Religius Instrinsik Dengan Tingkat Kepuasan Pernikahan Karyawan PT. Telkom Indonesia berpendapat bahwa Individu yang
memiliki orientasi religius intrinsik akan memandang kehidupan pernikahan
sebagai suatu ibadah dan upaya mendekatkan diri dengan Tuhan. Kehidupan rumah
tangga yang penuh dengan tantangan, diselesaikannya berdasarkan pertimbangan
agama yang berusaha diterapkannya dalam kehidupan nyata sehari – hari. Individu
tersebut tidak banyak berkeluh kesah dan tetap merasa kehidupan pernikahannya
ini terasa memuaskan. 43
Selanjutnya Utami Pratiwi yang melakukan penelitian dengan judul
Altruisme Ibu Rumah Tangga Di Perumahan / Pemukiman Menengah Atas
terhadap sejumlah ibu rumah tangga di pemukiman kalangan menengah ke atas
yang merupakan ibu rumah tangga di perumahan menengah atas. Peneliti menilai
mereka berdekatan secara fisik namun berjauhan secara sosial. Penelitian ini
menemukan beberapa komponen yang menyebabkan altruisme masih terdapat
dalam diri subjek sebagai ibu rumah tangga yang tinggal di komplek perumahan
tingkat menengah atas diantaranya faktor empati, meyakini keadilan dunia,
pengendalian dan pengontrolan diri serta egosentrisme yang rendah yang
menyebabkan subjek berprilaku altruisme. Dengan demikian, subjek penelitian
menunjukkan bahwa subjek mampu memenuhi semua kriteria karakteristik individu
altruistik dengan baik.44
Dalam hal berkenaan dengan spiritual, Mohammad Shadiq Khairi dalam
jurnalnya yang berjudul Memahami Spiritual Capital Dalam Organisasi Bisnis Melalui Perspektif Islam, menyatakan bahwa spiritualitas berpedoman pada
petunjuk yang diberikan Allah dan dengan demikian maka sebagai umat Muslim
harus memastikan bahwa segala sesuatu yang dilakukannya adalah untuk
memperoleh ridho Allah. Islam tidak melihat spiritualitas secara terpisah dari
aktivitas dan kesibukan sehari-hari. Spiritualitas Islam berlandaskan atas tauhid,
mengesakan Allah karena tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali Allah.
Dengan demikian spiritual yang dimaksudkan dalam penelitian ini tidak terlepas
dari nilai-nilai Islam yakni tauhid. 45
Selanjutnya dalam buku Gaji & Faojah berjudul Psikologi Agama – Memahami Pengaruh Agama Terhadap Perilaku Manusia yang mengutip pendapat
43
Mefisya Nuzullia WS & Retno Kumolohadi, ‚Hubungan Antara Orientasi Religius
Instrinsik Dengan Tingkat Kepuasan Pernikahan Karyawan PT. Telkom Indonesia‛. Naskah Publikasi, University Islam Indonesia (2007). Published by : psychology.uii.ac.id.
http://psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi-03320217.pdf.
Accessed : 24/02/2016, 13.06. 44
Utami Pratiwi, ‚Altruisme Ibu Rumah Tangga Di Perumahan / Pemukiman
Menengah Atas‛. Jurnal Penelitian pemukiman, Volume II, Nomor 2 (2009); 1 - 16.
Published by : e-journal Universitas Gunadarma. http://www.gunadarma.ac.id/library/
articles/graduate/psychology/2009/Artikel_10504187.pdf. Accessed : 15/09/2015, 21.05. 45
Mohammad Shadiq Khairi, ‚Memahami Spiritual Capital Dalam Organisasi Bisnis
Melalui Perspektif Islam‛. Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL Universitas Brawijaya. Accessed : 15/11/ 2015, 13.51.
14
dari O’Neil & Kenny menegaskan bahwa agama berkonotasi pengalaman spiritual
sebagai bagian dari suatu sistem keyakinan, penerapan dan pengetahuan yang
terorganisir. 46
F. Metodologi Penelitian
Beberapa hal penting yang dilakukan dalam penelitian ini, sebagaimana
diterangkan sebagai berikut :
1. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian
dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif (mixed methods). Lebih jelasnya mixed methods dengan menggunakan model explanatory sequential design, yaitu penelitian kombinasi yang dilakukan dengan 2 (dua)
tahapan. Tahap pertama, dilakukan pengumpulan data kuantitatif. Tahap kedua,
mengumpulkan data kualitatif untuk membantu menjelaskan atau menguraikan
hasil penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif memberikan hasil gambaran
umum dari masalah penelitian. Sedangkan pendekatan kualitatif untuk memperkuat
analisis yang telah didapatkan, diperlukan untuk memperbaiki, memperluas atau
menjelaskan gambaran umum. 47
Dalam penelitian kualitatifnya, peneliti akan melakukan wawancara dan
observasi untuk menguatkan hasil analisis data yang diperoleh melalui penelitian
kuantitatif sebelumnya. Wawancara yang dilakukan peneliti dilakukan dengan
maksud untuk menghasilkan lebih banyak informasi dalam waktu yang relatif
pendek, sedangkan observasi yang dilakukan peneliti dalam keadaan yang
sebenarnya dengan atau tanpa sepengetahuan obyek yang diselidiki.48
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pasangan pernikahan educated urban yang
tersebar di 5 wilayah di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sedangkan penyebaran
skala penelitian yang berlangsung dari tanggal 20 Juni – 30 Juli 2016.
3. Identifikasi Variabel Penelitian
Adapun variabel-variabel penelitian yang terdapat dalam penelitian ini,
sebagai berikut :
a. Variabel bebas (X1) : Perilaku Altruisme
Variabel bebas (X2) : Spiritualitas
b. Variabel terikat (Y) : Kepuasan Pernikahan
46
Gazi & Faojah, Psikologi Agama – Memahami Pengaruh Agama Terhadap Perilaku Manusia (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, Cetakan I,
2010), 2. 47
John W. Creswell, Educational Research : Planning, Conducting and Evaluating Quantitative and Qualitative Research (Boston : Pearson, 4th Edition, 2012), 535.
48 J. Supranto, Metode Riset – Aplikasinya Dalam Pemasaran (Jakarta : Lembaga
Penerbit FEUI, 1991), 61, 64.
15
BAGAN 1
KERANGKA VARIABEL PENELITIAN
Peneliti melihat permasalahan – permasalahan yang biasa terjadi dalam
ketidakpuasan pernikahan. Permasalahan kebutuhan seksual, kebutuhan psikologis,
kebutuhan materi dan spiritualitas biasanya yang menjadi pemicu terjadinya
ketidakpuasan pernikahan. Ada beberapa hal treatment untuk mencapai kepuasan
pernikahan itu, salah satunya dengan menggunakan faktor sosio (dalam hal ini
perilaku altrusime) dan spiritualitas.
KEPUASAN
PERNIKAHAN
Terpenuhinya :
- Isu Kepribadian - Resolusi Konflik - Komunikasi - Kesetaraan
Peran - Waktu Luang - Pengaturan
Keuangan - Hubungan Seks - Anak &
Pengasuhan - Keluarga &
Teman - Agama
Altruisme
1. Peduli (Caring) 2. Penolong (Helpful) 3. Perhatian kepada orang lain
(Considerate of others) 4. Penuh Perasaan (Feeling) 5. Rela Berkorban (Willing to make a
sacrifice)
Spiritualitas
1. Makna Hidup (Meaning) 2. Nilai (Values) 3. Transeden (Transcendence) 4. Terhubung (Connection) 5. Proses Menjadi (Becoming)
Ketidakpuasan
Pernikahah
Masalah
Spiritualitas
Masalah
Kebutuhan
Materi
Masalah
Kebutuhan
Psikologis
Masalah
Kebutuhan
Seksual
Treatment 1. Bio
2. Psychologi
3. Sosio
4. Spiritualitas
16
4. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling
a. Populasi Penelitian
Populasi49
merupakan keseluruhan objek yang ingin diteliti, dan populasi
sering juga disebut universe. Anggota populasi dapat berupa benda hidup maupun
benda mati, dimana sifat-sifat yang ada pada populasi dapat diukur atau diamati.50
Adapun populasi dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling,51
dengan pasangan pernikahan educated urban yang terdapat di wilayah DKI Jakarta
berjumlah 165 orang. Populasi dalam penelitian ini memiliki karakteristik, sebagai
berikut :
1) Individu berjenis kelamin pria dan wanita yang telah terikat dalam
pernikahan yang sah secara agama dan Negara, yang bekerja berada di
wilayah DKI Jakarta.
2) Responden yang beragama Islam (hal ini disebabkan penelitian yang
dilakukan dalam perspektif agama Islam).
3) Responden memiliki latar belakang pendidikan minimal Sarjana Strata 1, dan
memiliki pasangan yang juga berlatar belakang pendidikan minimal Sarjana
Strata 1. Hal ini dimaksudkan dengan kesesuaikan dengan tujuan dan arah
sasaran penelitian terhadap pasangan educated urban.
4) Responden dan pasangan memiliki penghasilan tetap setiap bulannya.
5) Responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian sehat secara fisik
dan psikis saat penelitian berlangsung.
b. Sampel Penelitian
Menurut J. Supranto, sampel merupakan suatu cara pengumpulan data yang
sifatnya tidak menyeluruh artinya tidak mencakup seluruh obyek penelitian akan
tetapi hanya sebagian dari populasi saja.52
Untuk sampel 53
penelitian, dengan
jumlah populasi sebanyak 165 orang, akan tetapi fakta dilapangan saat
pengambilan data kuantitatif hanya 140 orang yang berhasil dikumpulkan. Hal ini
dikarenakan, pada saat penelitian kondisi responden yang tidak memungkinkan
49
Menurut Sudjana, populasi merupakan totalitas semua nilai yang mungkin, hasil
menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik
tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap, dan jelas yang ingin dipelajari sifat –
sifatnya. Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung : Tarsito, Edisi ke 5, 1992), 6. 50
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), 173. 51
Purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan peneliti jika memiliki
pertimbangan – pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya. Muhammad Idrus,
Metode Penelitian Ilmu Sosial – Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Jakarta : Erlangga,
Edisi ke 2, 2009), 96. 52
J. Supranto, Metode Riset – Aplikasinya Dalam Pemasaran (Jakarta : Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Edisi ke 5, 1991), 48. 53
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (sampel sendiri
secara harfiah berarti contoh). Alasan perlunya pengambilan sampel adalah keterbatasan
waktu, tenaga dan biaya, lebih cepat dan lebih mudah, memberi informasi yang lebih
banyak dan dalam, dan dapat ditangani lebih teliti. Rozaini Nasution, ‚Teknik Sampling‛,
(2003); 1 – 7. Published by : e-journal Universitas Sumatera Utara.
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rozaini.pdf. Accessed : 25/09/2015, 08.38.
17
untuk berpartisipasi dalam penelitian karena kesibukan responden, kealpaan
responden hingga batas akhir waktu penelitian hingga ada responden yang belum
bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
c. Teknik Sampling
Teknik sampling dalam Penelitian ini adalah penelitian nonprobability sampling 54
dengan menggunakan teknik purposive sampling, sampling yang
pengambilan elemen – elemen yang dimasukkan dalam sampel dilakukan dengan
sengaja, dengan catatan bahwa sample tersebut mewakili populasi.55
5. Definisi Operasional
Definisi operasional diperlukan untuk menjelaskan variabel pengukuran
secara teoritik ke dalam bentuk yang dapat diukur. Dengan demikian diharapkan
tidak ditemukannya salah penafsiran.
Kepuasan pernikahan yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan
evaluasi penilaian subyektif perasaan bahagia yang dirasakan pasangan terhadap
pasangan pernikahannya yang melibatkan 3 (tiga) kebutuhan dasar dalam
pernikahan, yaitu kebutuhan materil, kebutuhan seksual, dan kebutuhan psikologis.
Adapun untuk mengukur kepuasan pernikahan pada subjek penelitian ini,
digunakan skala ENRICH (Evaluation and Nurturing Relationship Issues, Communication and Happiness) Marital Satisfaction Scale (EMS) dari Blaine J.
Fowers & David H. Olson, yang terdiri dari Isu Kepribadian, Resolusi Konflik,
Komunikasi, Kesetaraan Peran, Waktu Luang, Pengaturan Keuangan, Hubungan
Seks, Anak & Pengasuhan, Keluarga & Teman, dan Agama. 56
Sedangkan perilaku altruisme yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan
suatu sikap memberikan perhatian, bantuan dan kesejahteraan kepada orang lain
secara sadar atau tidak sadar yang didasari pada hati nurani dan keiklasan tanpa
memperhatikan diri sendiri atau tanpa motif internal bahkan cenderung dengan
mengorbankan jiwa sang penolong. Adapun untuk mengukur perilaku altruisme
pada subjek penelitian ini digunakan skala berdasarkan pengembangan dari J. P
Rushton, R. D Chrisjohn & G. C Fekken, yaitu The Self Report Altruism (SRA)
Scale 57
, yang terdiri dari Peduli (Caring), Penolong (Helpful), Perhatian Kepada
54
Penelitian nonprobability sampling yang menunjukkan bahwa nonprobability
sampling menjadi alternatif pilihan dengan pertimbangan yang terkait dengan penghematan
biaya, waktu, dan tenaga serta keterandalan subyektifitas peneliti. Lihat, Dergibson Siagian
Sugiarto, Metode Statistika – Untuk Bisnis dan Ekonomi, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2000), 119. 55
J. Pupranto, Metode Riset, 60. 56
Blaine J. Fowers & David H. Olson, ‚ENRICH Marital Satisfaction Scale : A Brief
Research and Clinical Tool‛, Journal of Family Psychology, Volume 7, No. 2. (1993); 176 -
185. Published by : e-journal Penn State's College of Information Sciences and Technology.
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.201.2&rep=rep1&type=pdf.
Accessed : 10/04/2016, 21.11. 57
J. Philippe Rushton, Roland D. Chrisjohn & G. Cynthia Fekken, ‚The altruistic
personality and the self-report altruism scale - Personality and Individual Differences‛.
18
Orang Lain (Considerate of Others), Penuh Perasaan (Feeling) dan Rela Berkorban
(Willing to Make a Sacrifice). Spiritualitas yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan esensi ruh dan
tahapan perjalanan batin manusia yang memicu rasa bersyukur mencari makna dan
tujuan hidup dalam suasana harmonis dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain dan
lingkunganya. Adapun untuk mengukur spiritualitas pada subjek penelitian ini di
gunakan skala spiritualitas dari John Swinton58
, yang terdiri dari Makna hidup
(Meaning), Nilai (Values), Transeden (Trancendence), Terhubung (Connection),
dan Menjadi (Becoming). 59
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini bersumber dari
data primer dan data skunder.60
Adapun data primer dalam penelitian ini meliputi skala penelitian, sedangkan
data sekunder meliputi wawancara dan dokumentasi. Untuk teknik pengumpulan
data dijelaskan, sebagai berikut :
a. Skala Penelitian
Penelitian kuantitatif ini digunakan skala yang telah didesain sejak dibuatnya
proposal penelitian. Skala ini yang akan mengukur atau mendokumentasikan respon
subjek sesuai dengan alternatif pilihan yang diberikan.61
Skala pengukuran
merupakan alat untuk mengumpulkan data dengan daftar pertanyaan yang telah
disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal mengisi
atau menandai dengan mudah dan cepat. 62
Adapun jenis skala yang digunakan adalah skala Likert, yang umum
digunakan untuk mengukur sikap atau respons seseorang terhadap suatu objek.
Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala Likert sangat popular di kalangan
para ahli psikologi sosial dan para peneliti. Hal ini dikarenakan selain praktis, skala
Journal Personality and Individual Differences, Department of Psychology, Faculty of
Social Science, The University of Western Ontario, Ontario, Canada, Elsevier Ltd, Volume
2, Issue 4 (1981); 293 – 302. Published by : Science Direct.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/0191886981900842. Accessed :
09/10/2015, 20.31. 58
Muhammad Sholeh, ‚Hubungan Aspek – aspek Kecerdasan Emosional, Itsar dan
Spiritualitas Dengan Kepuasan Kerja Guru‛. Tesis : Universitas Indonesia (2011), 92. 59
Robert M Lawrence & Oyepeju Raji, ‚Introduction to Spirituality, Health Care
and Mental Health‛, Accessed : 14/03/2016, 13.49. 60
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan
menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai
sumber informasi yang dicari. Sedangkan, data sekunder adalah data yang diperoleh dari
pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti. Lihat, Saifuddin Azwar, Metode
Penelitian, 91. 61
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, 35-36. 62
Sudjana, Metode Statistik (Bandung : Tarsito, 1992), 19.
19
Likert yang dirancang dengan baik pada umumnya memiliki reliabilitas yang
memuaskan.63
Skala ini hanya menggunakan item yang secara pasti baik dan secara pasti
buruk. Item yang pasti disenangi, disukai, yang baik, diberi tanda negatif (-). Total
skor merupakan penjumlahan skor responsi dari responden yang hasilnya
ditafsirkan sebagai posisi responden. Skala ini menggunakan ukuran ordinal
sehingga dapat membuat ranking walaupun tidak diketahui berapa kali satu
responden lebih baik atau lebih buruk dari responden lainnya.
(1) Skala Perilaku Altruisme Adapun rancangan instrument untuk skala perilaku altruisme menggunakan
skala perilaku altruisme The Self Report Altruism (SRA) Scale dari J. P Rushton,
R. D Chrisjohn & G. C Fekken64
. Skala SRA merupakan skala yang berasal dari ide
bahwa beberapa orang memiliki kepribadian altruistik, atau secara konsisten
altruistik. Para peneliti percaya bahwa jika pola altruistik konsisten perilaku yang
terjadi pada diri individu maka individu dapat diukur melalui self report measure.65
Skala SRA ini membutuhkan responden untuk melaporkan atas 20 butir perilaku
tertentu.66
Adapun dimensi – dimensi skala spiritualitas dapat dilihat dalam blue print pada tabel, sebagai berikut :
63
Risnita, ‚Pengembangan Skala Model Likert‛. Jurnal Ilmiah, Edu-Bio, Volume 3
(2012); 86 - 99. Published by : e-journal IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=252693&val=6813&title=Pengembang
an%20Skala%20Model%20Likert. Accessed : 29/09/2015, 16.12. 64
J. Philippe Rushton, Roland D. Chrisjohn & G. Cynthia Fekken, ‚The altruistic
personality and the self-report altruism scale - Personality and Individual Differences‛.
Journal Personality and Individual Differences, Department of Psychology, Faculty of
Social Science, The University of Western Ontario, Ontario, Canada, Elsevier Ltd, Volume
2, Issue 4 (1981); 293 – 302. Published by : Science Direct.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/0191886981900842. 65
Alecia C. Eubanks, ‚To What extent is it altruism ? An Examination of How
Dimensions of Religiosity Predict Volunteer Motivation Amongst College Students‛.
Dissertation Department of Psychology (May 2008). Published by : Proquest LLC.
https://books.google.co.id/books?id=bugE-boDQgUC&pg=PA69&lpg=PA69&dq=self-
report+altruism+scale+%28sra%29&source=bl&ots=r4oRElF-N0&sig=qbCkM8wtn9bfKA
oJVk-zGf5guJg&hl=id&sa=X&rediresc=y#v=onepage&q=self-report%20altruism%20
scale%20%28sra%29&f=false. Accessed : 09/10/2015, 22.40. 66
J. Philippe Rushton, et al, ‚Altruism and Aggression : The Heritability of
Individual Differences‛. International Journal Univerity of Western Ontario, Vat 50, No. 6,
022-3514/96/03,75 (1986); 1192 – 1198. Published by : e-journal University of Western
Ontario. http://www.psychology.uwo.ca/faculty/rushtonpdfs/Altruism%20and%20
Aggression%201986.pdf. Accessed : 16/10/2015, 23.37.
20
TABEL 1
BLUE PRINT SKALA ALTRUISME
N
O DIMENSI INDIKATOR
NO
ITEM
JUMLAH
ITEM
1 Peduli
(Caring)
- Prihatin terhadap masalah orang
lain
- Memperhatikan dan kesediaan atas
kesulitan orang lain
2, 4,
12, 13 4
2 Penolong
(Helpful)
- Memberikan sesuatu yang
dibutuhkan orang lain
- Melakukan kegiatan dengan suka
rela
1, 8,
9, 20 4
3
Perhatian kepada
orang lain
(Considerate of Others)
- Tidak acuh terhadap orang lain
- Memperhatikan kebutuhan orang
lain
6, 7,
10, 15 4
4 Penuh Perasaan
(Feeling) - Empati terhadap orang lain
- Mampu memahami orang lain
5, 16,
17, 18 4
5
Rela Berkorban (Willing to Make a Sacrifice)
- Keinginan untuk memberikan
kesejahteraan terhadap orang lain
- Bersikap untuk mengulurkan
bantuan kepada orang lain
3, 11,
14, 19 4
Jumlah Total Item
20
Skala altruisme terdiri dari 5 aspek, yaitu Peduli (Caring), Penolong
(Helpful), Perhatian kepada orang lain (Considerate of others), Penuh Perasaan
(Feeling), dan Rela Berkorban (Willing to make a sacrifice). Setiap aspek diukur
dengan butir – butir pertanyaan yang terkait dengan totalnya 25 item pernyataan
dengan jenis skala model Likert, sebagaimana berikut :
TABEL 2
ALTERNATIF JAWABAN & SKOR ITEM SKALA ALTRUISME
SKOR ITEM POSITIF
(Favourable) NILAI
SKOR
SKOR ITEM NEGATIF
(Unfavourable)
SS (Sangat Sesuai) 5 STS (Sangat Tidak Sesuai)
S (Sesuai) 4 TS (Tidak Sesuai)
AS (Agak Sesuai) 3 ATS (Agak Tidak Sesuai)
TS (Tidak Sesuai) 2 S (Sesuai)
STS (Sangat Tidak Sesuai) 1 SS (Sangat Sesuai)
(2) Skala Spiritualitas
Pengukuran terhadap skala spiritualitas dalam penelitian ini, menggunakan
skala spiritualitas dari John Swinton. Penggunaan skala spiritualitas dari Swinton
karena dalam skala Swinton ada butir indikator transenden, yang mana adanya
pengakuan terhadap eksistensi Tuhan, dan ini bersinergi / selaras dengan konsep
21
Islam dalam Al-Quran, surah Al-Rum, ayat 30. 67
Adapun dimensi – dimensi dan
butir pertanyaan skala spiritualitas dapat dilihat dalam blue print pada tabel,
sebagai berikut : TABEL 3
BLUE PRINT SKALA SPIRITUALITAS
NO DIMENSI INDIKATOR NO
ITEM
JUMLAH
ITEM
1 Makna Hidup (Meaning)
- Memaknai pernikahan sebagai salah satu
ibadah.
- Menjalani pernikahan dengan tujuan
hingga akhir hayat.
1, 2,
3, 4 4
2
Nilai
(Values)
- Kepercayaan terhadap manfaat berbuat
baik.
- Kepercayaan yang mengatur tentang cara
berperilaku dalam memenuhi keinginan
terdalamnya.
5, 6,
7, 8 4
3 Transenden
(Transcendence)
- Pengakuan atas keberadaan atau
eksistensi Tuhan.
- Sikap pasrah kepada Tuhan.
9, 10,
11, 12 4
4 Terhubung
(Connected) - Ingatan (dzikir) kepada Tuhan.
- Sholat dan berdoa kepada Tuhan.
13, 14,
15, 16 4
5
Menjadi
(Becoming)
- Memandang diri sebagai makhluk Tuhan.
- Memandang diri sebagai khalifah di muka
bumi.
- Menemukan jati diri melalui reflaksi.
17, 18,
19, 20 4
Jumlah Total Item 20
Skala spiritualitas dalam penelitian ini terdiri dari 5 aspek, yaitu Makna
hidup (Meaning), Nilai (Values), Transenden (Trancendence), Terhubung
(Connection), dan Menjadi (Becoming). Setiap aspek diukur dengan butir – butir
pertanyaan yang terkait dengan totalnya 25 item pernyataan dengan jenis skala
sikap model Likert. Terdapat 5 kode alternatif jawaban dan masing-masing
memiliki skor, sebagaimana berikut :
TABEL 4
ALTERNATIF JAWABAN DAN SKOR ITEM SKALA SPIRITUALITAS
Skor Item Positif (Favourable) Nilai Skor Skor Item Negatif (Unfavourable)
SS (Sangat Sesuai) 5 STS (Sangat Tidak Sesuai)
S (Sesuai) 4 TS (Tidak Sesuai)
AS (Agak Sesuai) 3 ATS (Agak Tidak Sesuai)
TS (Tidak Sesuai) 2 S (Sesuai)
STS (Sangat Tidak Sesuai) 1 SS (Sangat Sesuai)
67
Al-Quran, surah Al-Rum (30), ‚Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.‛
22
(3) Skala Kepuasan Pernikahan Pengukuran terhadap skala Kepuasan Pernikahan dalam penelitian ini,
menggunakan skala kepuasana pernikahan dari Blaine J. Fowers dan David H.
Olson. Pengembangan alat ukur dibuat berdasarkan penjelasan dimensi ENRICH Marital Satisfaction Scale (EMS) terdapat pada jurnal yang berjudul ENRICH Marital Satisfaction Scale : A Brief Research and Clinical Tool (Fowers &
Olson,1993), ENRICH Marital Inventory : A Discriminant Validity and Cross – Validity Assessment (Fowers & Olson, 1989), dan The Aplicability of Western Marital Satisfaction Measure for Couples in Taiwan Based on ENRICH (April
Chiung-Tao Shen, 2001). Adapun dimensi – dimensi dan butir pertanyaan skala
kepuasan pernikahan dapat dilihat dalam blue print pada tabel dibawah ini, sebagai
berikut :
TABEL 5
BLUE PRINT SKALA KEPUASAN PERNIKAHAN
NO DIMENSI INDIKATOR NO
ITEM JUMLAH
ITEM
1 Isu – Isu
Kepribadian
- Pemahaman individu tentang
pemahamannya dari sifat & sikap
masing – masing pasangan.
- Level kenyamanan dari individu dalam
menerima dan memahami kebiasan dan
karakter kepribadian dari pasangan.
1, 2 2
2 Resolusi
Konflik
- Keterbukaan pasangan dalam menyadari
dan memecahkan masalah.
- Strategi dan proses yang digunakan
untuk mengakhir perselisihan.
3, 4 2
3 Komunikasi
- Persepsi kemampuan individu sendiri
dalam berkomunikasi dengan pasangan.
- Level kenyamanan masing – masing
pasangan dalam kemampuan berbagi
emosi & keyakinan.
5, 6 2
4 Kesetaraan
Peran - Peran pencarian nafkah.
- Peran dalam pengasuhan anak. 7, 8 2
5 Waktu Luang
- Aktivitas sosial versus aktifitas pribadi.
- Preferensi penggunaan waktu luang
untuk aktifitas bersama / terpisah.
9, 10 2
6 Pengaturan
Keuangan
- Kepuasan dengan pengaturan keuangan.
- Kepuasan dengan keadaan ekonomi
keluarga.
11, 12 2
7 Hubungan
Seks
- Kepuasan dan kasih sayang.
- Level kenyamanan dalam
mendiskusikan isu – isu seksual.
13, 14 2
8 Anah dan
Pengasuhan
- Kesadaran pasangan tentang dampak
anak terhadap hubungan.
- Kesepakatan tentang mendisiplinkan
anak.
15, 16 2
23
9 Keluarga dan
Teman
- Sikap keluarga & teman – teman
terhadap pernikahan.
- Kenyamanan yang dirasakan dengan
hadirnya keluarga dan teman – teman
pasangan.
17, 18 2
10 Agama
- Arti dan pentingnya keterlibatan
kegiatan keagamaan.
- Peran yang diharapkan dari keyakinan
agama terhadap pernikahan.
19, 20 2
Jumlah Total Item 20
Skala kepuasan pernikahan dalam penelitian ini terdiri dari 10 aspek, yaitu
Isu Kepribadian, Resolusi Konflik, Komunikasi, Kesetaraan Peran, Waktu Luang,
Pengaturan Keuangan, Hubungan Seks, Anak & Pengasuhan, Keluarga & Teman,
dan Agama. Setiap aspek diukur dengan butir – butir pertanyaan yang terkait
dengan totalnya 38 item pernyataan dengan jenis skala sikap model Likert. Terdapat 5 kode alternatif jawaban dan masing-masing memiliki skor, sebagaimana
berikut :
TABEL 6
ALTERNATIF JAWABAN DAN SKOR ITEM
SKALA KEPUASAN PERNIKAHAN
SKOR ITEM POSITIF
(Favourable) NILAI
SKOR
SKOR ITEM NEGATIF
(Unfavourable)
SS (Sangat Sesuai) 5 STS (Sangat Tidak Sesuai)
S (Sesuai) 4 TS (Tidak Sesuai)
AS (Agak Sesuai) 3 ATS (Agak Tidak Sesuai)
TS (Tidak Sesuai) 2 S (Sesuai)
STS (Sangat Tidak Sesuai) 1 SS (Sangat Sesuai)
b. Wawancara Penelitian
Menurut Sugiyono, Wawancara digunakan apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti serta
mengetahui hal – hal dari responden yang lebih mendalam.68
Dalam wawancara69
68
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung : CV Alvabeta, Cetakan
kesembilan, 2002), 157. 69
Adapun beberapa jenis wawancara yang akan digunakan penulis dalam penelitian
ini, sebagai berikut (1) Wawancara Terstruktur, kegiatan yang dilakukan dengan cara
terlebih dahulu mempersiapkan bahan pertanyaan yang diajukan dalam wawancara. Sekilas
langkah ini hampir sama dengan angket yang dibacakan, hanya saja dalam wawancara
terstruktur ini, peneliti harus mampu untuk mengembangkan kemampuannya menggali
informasi dari informan; (2) Wawancara Tidak Terstruktur, jenis wawancara yang lebih
sesuai dalam penelitian kualitatif sebab memberikan peluang kepada peneliti untuk
mengembangkan pertanyaan – pertanyaan penelitian dengan tidak lepas dari konteks
penelitian; dan (3) Wawancara Kelompok, diimplementasikan dengan cara mengajukan
pertanyaan simultan kepada beberapa individu yang telah hadir dalam kelompok yang telah
ditetapkan. Lihat, Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, 107 - 108.
24
terdapat tanya jawab yang dipergunakan untuk mengetahui dan menemukan motif
– motif, perasaan, ide – ide, opini, keyakinan, pengalamanan seseorang yang
diperlukan untuk penyelidikan.70
Peneliti dalam melaksanakan wawancara
penelitian ini, dilakukan terhadap pasangan pernikahan educated urban.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan dnegan cara
mempelajari dan mencatat bahan – bahan bacaan, jurnal, dokumen, makalah,
laporan serta bahan lainnya yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Peneliti juga
menggunakan alat bantu berupa kamera dan recorder untuk mendokumentasikan
semua kegiatan yang terjadi.
7. Analisis Data
Untuk kebutuhan analisis penelitian ini terdiri dari 2 pengujian, yaitu uji
asumsi dan uji hipotesis dengan menggunakan alat bantu analisis berupa program
yang dipilih adalah Statictical Package for The Social Science (SPSS) versi 20 for Windows Release.
a. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Dalam melakukan pengujian (uji coba) instrument ukur psikologis, terdapat 2
(dua) tahapan pengujian data, yaitu uji validitas dan uji reabilitas. Kedua tahap ini
saling melengkapi satu sama lainnya. Tahapan pengujian juga dilakukan sekaligus
uji validitas dan disertai uji reliabilitas.71
1) Pengujian Validitas
Menurut Saifudin Azwar yang dikutip oleh Zulkifli Matondang, menyatakan
bahwa validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi
ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut
menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari
pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat fakta
atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur. 72
Dalam penelitian ini, jenis uji validitas yang digunakan menggunakan
validitas alat ukur (test validity)73
yang merujuk pada makna kemampuan sebuah
alat ukur (skala) untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan untuk
70
Hasanusi Soleh, Sari Metodelogi Riset (Jakarta : Widyaiswara Badan Diklat
Departemen Dalam Negeri, Jilid 1, 1993), 67. 71
Iredho Fani Reza, Penyusunan Skala Psikologi – Memahami Manusia Secara Empiris (Palembang : Noer Fikri Offset, Cetakan ke I, 2016), 67.
72 Zulkifli Matondang, ‚Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian‚.
Jurnal Tabularasa PPS UNIMED, Volume 6, Nomor 1 (Juni 2009); 87 – 97. Published by :
e-journal Universitas Negeri Medan. http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-
24576-Zulkifli.pdf. Accessed : 17/10/2015, 20.33. 73
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, 125.
25
mengetahui kemampuan alat ukur ini, menggunakan validitas konstruk (construct validity), yaitu validitas yang menunjukkan sejauhmana suatu tes mengukur trait
atau konstrak teoretik yang hendak diukurnya. 74
Oleh karena itu, sebenarnya
konsep validitas konstruk mengacu pada teori yang digunakan oleh seorang
peneliti, bukan pada banyaknya pendapat ahli tentang variabel yang diteliti. 75
Selanjutnya menurut Muhammad Idrus, harga validitas yang diterima dan
dinyatakan valid jika memiliki nilai haraga ≥ 0,3.76
2) Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketepatan atau consistency atau dapat dipercaya. Artinya
instrument yang digunakan dalam penelitian ini akan memberikan hasil yang sama
meskipun diulang – ulang dan dilakukan oleh siapa dan kapan saja. 77
Sedangkan
reliabilitas menurut Saifudin Azwar merupakan tingkat kepercayaan hasil suatu
pengukuran, dengan demikian pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi adalah
yang mampu memberikan hasil ukur terpercaya atau reliabel. 78
Adapun metode untuk melakukan uji reliabilitas yang digunakan di dalam
penelitian ini menggunakan teknik koefisien Alpha Cronbach (α). Data untuk
menghitung koefesien reliabilitas alpha cronbach diperoleh lewat penyajian satu
bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok responden. Dengan
menyajikan satu skala hanya satu kali, maka problem yang mungkin timbul pada
pendekatan reliabilitas tes ulang dapat dihindari. 79
Salah satu program yang
digunakan untuk pengolahan data mencari harga koefisien reliabilitas penelitian ini
menggunakan program SPSS 20.
b. Pengujian Asumsi
Pengujian asumsi klasik80
adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi
pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS)81
.
Pengujian asumsi yang sering digunakan yaitu pengujian normalitas dan pengujian
linearitas,82
sebagaimana diterangkan berikut :
1) Pengujian Normalitas
Pengujian normalitas berguna untuk menentukan data yang telah
dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Pengujian
74
Saifuddin Azwar, Tes Prestasi (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), 175. 75
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, 126. 76
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, 130. 77
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, 131. 78
Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
1999), 83. 79
Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, 87. 80
Shabrina Husna, ‚Uji Normalitas‛. Jurnal Ilmiah (2013); 1 – 20. Published by :
Statistik Pendidikan. http://statistikapendidikan.com/wp-content/uploads/2013/10/UJI-
NORMALITAS-shabrinahusna.pdf. Accessed : 19/10/2015, 22.19. 81
Ordinary Least Square (OLS) adalah suatu metode ekonometrik yang mana
terdapat variabel independent sebagai variabel penjelas, dan terdapat variabel dependent yang merupakan variabel yang dijelaskan dalam suatu persamaan linier. Damodar N.
Gujarati, Basic Econometrics (Singapore : Ms Grawth Hill, 4th
Edition, 2004 ), 18. 82
Shabrina Husna, ‚Uji Normalitas‛, Accessed : 19/10/2015, 22.32.
26
normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal
atau tidak. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi
pada nilai residualnya. 83
2) Pengujian Linieritas
Pengujian linearitas merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk
mengetahui status linear tidaknya suatu distribusi data penelitian. Pengujian
linearitas dilakukan dengan mencari persamaan garis regresi variabel bebas X
terhadap variabel terikat Y. Berdasarkan garis regresi yang telah dibuat tersebut,
selanjutnya diuji keberartian koefisien garis regresi serta linearitasnya.84
Untuk mengetahui data dikatakan linier, menurut Hadi, jika kurang dari ρ <
0,05 berarti variabel bebas berkorelasi linier dengan variabel terikat. Sebaliknya,
jika lebih atau sama dengan ρ > 0,05 berarti variabel bebas tidak berkorelasi linier
dengan variabel terikat.85
c. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis berhubungan dengan penerimaan atau penolakan suatu
hipotesis. 86
suatu prosedur yang dilakukan dengan tujuan memutuskan apakah
menerima atau menolak hipotesis mengenai parameter populasi.87
Adapun untuk melihat tingkat korelasi antara dua variabel, yaitu :
spiritualitas dan perilaku altruisme.
8. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu hipotesis
mayor dan hipotesis minor, sebagaimana diterangkan berikut :
a. Hipotesis Mayor
Perilaku altruisme (peduli, penolong, perhatian kepada orang lain, penuh
perasaan, rela berkorban) dan spiritualitas (Makna hidup, Nilai, Transenden,
Terhubung, dan Menjadi) berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
pernikahan pada pasangan educated urban di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
83
Oktaviana, ‚Uji Normalitas‛. Jurnal Ilmiah (2013); 1 -12. Published by : Statistik
Pendidikan. http://statistikapendidikan.com/wp-content/uploads/2013/10/uji-norrmalitas-
Statistika-Pendidikan-Okta.pdf. Accessed : 19/10/2015, 22.26. 84
Wahyu Setyawan, ‚Uji Linearitas‛. Jurnal Ilmiah (2013); 1 – 12. Published by :
Statistik Pendidikan. http://statistikapendidikan.com/wp-content/uploads/2013/05/Uji-
Linearitas.WahyuSetyawan.pdf. Accessed : 19/10/2015, 22.43. 85
Sutrisno Hadi, Seri Program Statistik-Versi 2000 (Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada, 2000), 103. 83Sutrisno Hadi, Seri Program Statistik-Versi 2000, 114-115 86
Thomas Yuni Gunarto, ‚Statistik 2‛. 1 – 11. Published by : Universitas
Gunadarma. http://thomasyg.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/8192/Uji+
Hipotesis.pdf. Accessed : 19/10/2015, 23.08. 87
Ledhyane Ika Harlyan, ‚Uji Hipotesis – Statistik MAM 4137‛. (2012) Published
by : Universitas Brawijaya. http://ledhyane.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/ Pengujian-
Hipotesis.pdf. Accessed : 19/10/2015, 23.12.
27
b. Hipotesis Minor
Berdasarkan teori – teori dasar yang sudah dijelaskan di depan maka
hipotesis minor dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh yang signifikan
kepedulian (caring), penolong (helpful), perhatian kepada orang lain (considerate of others), perasaan (feeling), rela berkorban (willing to make a sacrifice), makna
hidup (meaning), nilai (value), transeden (trancendence), terhubung (connection),
dan menjadi (becoming) terhadap kepuasan pernikahan pada pasangan educated urban di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
BAGAN 2
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis Minor
Hipotesis Mayor
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah memahami penulisan tesis ini maka dibuat secara
sistematis berdasarkan pedoman akademik dan pedoman penulisan tesis yang telah
ditentukan Institusi, sebagai berikut : 88
BAB I, Pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu yang relevan, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II, berisi uraian mengenai konsep kepuasan pernikahan dalam konteks
perilaku altruisme dan spiritualitas, yang diawali membahas mengenai kepuasan
pernikahan dari kepuasan seksual hingga kepuasan spiritualitas, kemudian
mengenai peran pendidikan dan gender dalam kepuasan pernikahan, selanjutnya
determinan altruisme dalam perspektif Islam, lalu spiritualitas dalam diri manusia,
dan diakhiri dengan pembahasan perilaku altruisme & spiritualitas dalam
pernikahan.
BAB III, peneliti secara terperinci membahas deskripsi hasil penelitian
kuantitatif, yang diawali dengan dijelaskan mengenai deskripsi pengujian validitas
88
Tim Penyusunan Buku Pedoman, Pedoman akademik - Program Magister dan Doktor Pengkajian Islam 2011-2015 (Jakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011).
Perilaku altruisme dan spiritualitas
berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan pernikahan
pada pasangan pernikahan
educated urban di DKI Jakarta.
Ada pengaruh yang signifikan rasa peduli
(caring), penolong (helpful), perhatian
kepada orang lain (considerate of others),
perasaan (feeling), rela berkorban (willing to make a sacrifice), makna hidup
(meaning), nilai (value), transeden
(trancendence), terhubung (connection),
dan menjadi (becoming) terhadap kepuasan
pernikahan pada pasangan pernikahan
educated urban di DKI Jakarta.
28
& reabilitas altruisme, spiritualitas dan kepuasan pernikahan, selanjutnya
membahas deskripsi subjek penelitian, kemudian deskripsi data penelitian
altruisme, spiritualitas dan kepuasan pernikahan, dan sub bab ini ditutup dengan
penjelasan uji hipotesis altruisme dan spiritualitas terhadap kepuasan pernikahan.
BAB IV, membahas pencapaian kepuasan pernikahan melalui efektivitas
spiritualitas dalam perilaku altruisme untuk mencapai kepuasan pernikahan,
kemudian membahas spiritualitas : sebagai tujuan hidup dan tujuan pernikahan
hingga akhir hayat, dan terakhir membahas pengaruh pendidikan terhadap kepuasan
pernikahan.
BAB V, merupakan penutup terdiri dari kesimpulan dari hasil penelitian dan
saran – saran dari penulis.