26
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 854 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK BANDAR UDARA BOMAKIA KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pasal 457 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan telah mengatur rencana induk bandar udara pada bandar udara yang beroperasi harus disesuaikan; b. bahwa Bandar Udara Bomakia Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua merupakan bandar udara umum yang diselenggarakan oleh Unit Penyelenggara Bandar Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; c. bahwa berdasarkan hasil evaluasi terhadap studi rencana induk Bandar Udara Bomakia di Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua telah memenuhi persyaratan administratif dan teknis; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, maka perlu ditetapkan Keputusan Menteri Perhubungan tentang Rencana Induk Bandar Udara Bomakia Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua;

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK …jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2017/KP_854_TAHUN_2017.pdf · Selatan dan 139° 52' 6,204" Bujur Timur atau pada ... Motor Patroli

Embed Size (px)

Citation preview

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR KP 854 TAHUN 2017

TENTANG

RENCANA INDUK BANDAR UDARA BOMAKIA

KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Pasal 457 Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2009 tentang Penerbangan telah mengatur

rencana induk bandar udara pada bandar udara yang

beroperasi harus disesuaikan;

b. bahwa Bandar Udara Bomakia Kabupaten Boven

Digoel Provinsi Papua merupakan bandar udara

umum yang diselenggarakan oleh Unit Penyelenggara

Bandar Udara Direktorat Jenderal Perhubungan

Udara;

c. bahwa berdasarkan hasil evaluasi terhadap studi

rencana induk Bandar Udara Bomakia di Kabupaten

Boven Digoel Provinsi Papua telah memenuhi

persyaratan administratif dan teknis;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, maka

perlu ditetapkan Keputusan Menteri Perhubungan

tentang Rencana Induk Bandar Udara Bomakia

Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua;

- 2 -

Mengingat

g*

1. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4956);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang

Keamanan dan Keselamatan Penerbangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4075);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012

tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan

Hidup Bandar Udara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2012 Nomor 71, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295);

4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang

Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

5. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang

Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);

6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 94

Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan

Penerbangan Sipil Bagian 91 (C iu il A v ia t io n S a fe ty

R e g u la t io n s P a r t 91) tentang Pengoperasian Pesawat

Udara (G e n e ra l O p e ra tin g a n d F lig h t R u le s ) (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 766);

7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48

Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara

Umum;

8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31

Tahun 2006 tentang Pedoman dan

Proses Perencanaan di Lingkungan Departemen

Perhubungan;

-3-

9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 69

Tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan

Nasional (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2013 Nomor 1046);

10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 40

Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1332)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Perhubungan PM 83 Tahun 2015 tentang Perubahan

atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 40

Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 688);

11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189

Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 1844) sebagaimana

telah beberapa kali diubah, terakhir dengan

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 44

Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua atas

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189

Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2017 Nomor 816);

12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 87

Tahun 2016 tentang Tata Cara dan Prosedur

Pemberian Izin Mendirikan Bangunan Bandar Udara

dan Persetujuan Pengembangan Bandar Udara

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016

Nomor 1031);

Memperhatikan : 1. Surat Rekomendasi Gubernur Papua Nomor

553.2/6012/SET tahun 2016 tentang Rencana Induk

Bandar Udara Bomakia di Kabupaten Boven Digoel;

- 4 -

2. Surat Rekomendasi Bupati Boven Digoel Nomor:

800/ 194/BUP/V/2016 tanggal 9 Mei 2016 tentang

Rencana Induk Bandar Udara Bomakia Kabupaten

Boven Digoel Provinsi Papua;

3. Surat Kesanggupan Penyediaan Lahan untuk

Pembangunan Bandar Udara Bomakia dari Bupati

Boven Digoel Nomor 550/195/BUP/V/2016 kepada

Menteri Perhubungan RI;

4. Surat Kesanggupan Mengamankan dan Mengendalikan

Tata Guna Lahan dari Bupati Boven Digoel Nomor

50/ 490/XI/BUP/2016 tanggal 22 November 2016

kepada Menteri Perhubungan RI;

5. Surat Keterangan Lokasi Bandar Udara Tidak Terletak

di Taman Nasional dari Bupati Boven Digoel Nomor

50/486/XI/BUP/2016 tanggal 22 November 2016

kepada Menteri Perhubungan RI;

6. Surat Usulan Penetapan Rencana Induk Bandar Udara

Bomakia Nomor UM.001/372/V/BMK-2017 tanggal 12

Mei 2017 kepada Menteri Perhubungan RI.

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG

RENCANA INDUK BANDAR UDARA BOMAKIA

KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA

PERTAMA : Bandar Udara Bomakia berada di Kabupaten Boven

Digoel Provinsi Papua, dengan landas pacu 34 terletak

pada koordinat geografis 05° 48' 34,868" Lintang

Selatan dan 139° 52' 6,204" Bujur Timur atau pada

koordinat bandar udara X = 20.000 meter dan Y = 20.000

meter dimana sumbu X berimpit dengan sumbu landas

pacu yang mempunyai azimuth 347° 29' 38,513"

geografis dan sumbu Y melalui ujung landas

pacu 34 tegak lurus sumbu X.

- 5 -

KEDUA

KETIGA

KEEMPAT

KELIMA

KEENAM

Lokasi dan titik-titik ujung landas pacu Bandar Udara

sebagaimana pada Diktum PERTAMA sebagaimana

tercantum dalam Lampiran I yang tidak terpisahkan dari

Keputusan Menteri ini.

Titik referensi bandar udara/ A e ro d ro m e R e fe re n c e P o in t

(ARP) Bandar Udara Bomakia ditentukan lebih lanjut oleh

Direktur Jenderal Perhubungan Udara sesuai dengan

ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Hirarki Bandar Udara Bomakia di Kabupaten Boven

Digoel Provinsi Papua tersebut merupakan Bandar Udara

Pengumpan dan diselenggarakan oleh Direktorat

Jenderal Perhubungan Udara.

Luas lahan untuk kebutuhan pembangunan dan

pengembangan Bandar Udara Bomakia Kabupaten Boven

Digoel Provinsi Papua pada Diktum PERTAMA sebesar

kurang lebih ± 38,0387 Ha.

a. Luas lahan eksisting = 12,3150 Ha

b. Luas lahan pengembangan = 22,4737 Ha

c. Luas lahan pencadangan = 3,2500 Ha

Total kebutuhan Lahan Bandara = 38,0387 Ha

Rencana Induk Bandar Udara Bomakia di Kabupaten

Boven Digoel Provinsi Papua, sebagaimana tercantum

dalam Lampiran II Keputusan Menteri ini, terdiri dari:

a. prakiraan permintaan kebutuhan pelayanan

penumpang dan kargo;

b. kebutuhan fasilitas;

c. tata letak fasilitas dan tahapan pelaksanaan

pembangunan;

d. kebutuhan dan pemanfaatan lahan;

e. kawasan keselamatan operasi penerbangan.

- 6 -

KETUJUH : Penyelenggara Bandar Udara Bomakia di Kabupaten

Boven Digoel Provinsi Papua, wajib memenuhi

aspek keselamatan dan keamanan penerbangan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

KEDELAPAN : Penyelenggara Bandar Udara dalam jangka waktu paling

lama 3 (tiga) tahun wajib melengkapi dokumen batas

kawasan kebisingan, dokumen daerah lingkungan kerja

dan daerah lingkungan kepentingan yang merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari Lampiran II

Keputusan Menteri ini.

KESEMBILAN : Penyelenggara Bandar Udara berkewajiban untuk :

a. menyusun teknik terinci fasilitas pokok

bandar udara; dan

b. menyusun analisa dampak lingkungan terhadap

pembangunan dan pengoperasian Bandar Udara.

KESEPULUH : Pembiayaan yang timbul atas rencana induk Bandar

Udara Bomakia di Kabupaten Boven Digoel Provinsi

Papua dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

KESEBELAS : Rencana penggunaan dan pemanfaatan lahan yang tidak

sesuai dan belum diatur dalam diktum KEENAM wajib

memperoleh persetujuan Direktur Jenderal Perhubungan

Udara.

KEDUABELAS : Rencana penggunaan dan pemanfaatan lahan

sebagaimana dimaksud dalam diktum KEENAM berlaku

untuk kurun waktu 20 (dua puluh) tahun dan dapat

ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun.

- 7 -

KETIGABELAS : Direktur Jenderal Perhubungan Udara melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan Keputusan

Menteri ini.

KEEMPATBELAS : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal

ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 22 September 2017

MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

BUDI KARYA SUMADI

SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada :1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;3. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman;4. Menteri Sekretaris Negara;5. Menteri Keuangan;6. Menteri Dalam Negeri;7. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;8. Menteri Agraria dan Tata Ruang / BPN;9. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;10. Menteri Badan Usaha Milik Negara;11. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS;12. Gubernur Papua;13. Bupati Boven Digoel Provinsi Papua;14. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, para Direktur Jenderal dan para

Kepala Badan di lingkungan Kementerian Perhubungan;15. Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Papua;16. Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten

Boven Digoel.

Salinan sesuai dengan aslinya

WAHJU ADJI H., SH, DESSPembina Utama Muda (IV/c) NIP. 19651022 199203 1 001

- 8 -

Lampiran IIKeputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesiatentang Rencana Induk Bandar Udara Bomakia Kabupaten Boven Digoel Provinsi Nomor : KP 854 TAHUN 2017Tanggal : 22 September 2017

RENCANA INDUK

I. Prakiraan Permintaan Kebutuhan Pelayanan Penumpang dan KargoRencana pembangunan dan pengembangan fasilitas bandar udara untuk memenuhi kebutuhan operasi penerbangan dan pelayanan bandar udara dilakukan terutama berdasarkan perkembangan lalu lintas angkutan udara sebagaimana tercantum pada Tabel I.

Tabel IPRAKIRAAN PERMINTAAN JASA ANGKUTAN UDARA BANDAR UDARA BOMAKIA KAB BOVEN DIGOEL

PROVINSI PAPUA

NO. URAIAN EKSISTING2016 TAHAP I TAHAP

II KETERANGAN

1PergerakanPenumpanga. Tahunan 17.145 33.141 59.129 Penumpangb. Harian 48 90 162 Penumpangc. Jam Sibuk 24 72 108 Penumpang

2 Pergerakan Pesawata. Tahunan 630 1.664 2.392 Pergerakanb. Harian 4 5 6 Pergerakanc. Jam Sibuk 2 4 4 Pergerakan

3Jumlah Pesawat JamSibuk

1 2 2 Pesawat

4 Pesawat terbesar yang dilayani

GrandCaravan

DHC 6 - 300ATR 42- 600

Pesawat

5 Rute Terjauh Merauke Merauke Sentani

II. Kebutuhan Fasilitas

1. Fasilitas bandar udara yang direncanakan untuk dibangun dan dikembangkan sebagaimana tercantum pada Tabel II.

2. Pelaksanaan pembangunan dan pengembangan fasilitas bandar udara sebagaimana dimaksud pada Angka 1, wajib didahului dengan Kajian Lingkungan serta telah diterbitkannya Izin Pembangunan Bandara.

3. Pembangunan dan pengembangan fasilitas bandar udara dilaksanakan dengan mempertimbangkan prioritas kebutuhan dan kemampuan pendanaan sesuai peraturan perundang-undangan.

-9-

Tabel II

RENCANA PENGEMBANGAN DAN TAHAPAN PEMBANGUNAN BANDAR UDARA BOMAKIA DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL

PROVINSI PAPUA

NO ITEMKEBUTUHAN SISI UDARA

KETERANGANEksisting2016 TAHAP 1 TAHAP 2

1 Pesawat Terbesar Grandcaravan DHC-6 ATR-42

2 Rute Terjauh Merauke Merauke Sentani

3 Aerodrome ReferenceCode 2B 2B 2C

4 Kategori Operasional Runway

NonInstrumen

NonInstrumen

Instrumen Non Presisi

5 Dimensi Runway800 x 18 800 x 23 1400 x 30 m2Runway 16-34

6 Dimensi Runway Strip920 x 80 920 x 80 1520 x 90 m2Runway 16-34

7RESA

Runway 16 - 90 x 46 90 x 60 m2Runway 34 - 90 x 46 90 x 60 m2

8

Turning Area

Runway 16Turn Pad

untuk CodeB

Turn Pad untuk CodeC

Runway 34Turn Pad

untuk CodeB

Turn Pad untuk Code

C

9TORA

Runway 16 800 800 1400 mRunway 34 800 800 1400 m

10LDA

Runway 16 800 800 1400 mRunway 34 800 800 1400 m

11ASDA

Runway 16 800 800 1400 mRunway 34 800 800 1400 m

12TODA

Runway 16 860 950 1550 mRunway 34 860 950 1550 m

13

Apron- Jumlah Pesawat di Apron

Grand Caravand (Seat12L 1 Pesawat

DHC-6 300 (Seat 20) 2 1 PesawatATR 42-600 (Seat 48) 1 Pesawat

CadanganDHC-6 300 (Seat 20) 1 1 Pesawat

- 10 -

NO ITEMKEBUTUHAN SISI UDARA

KETERANGANEksisting2016 TAHAP 1 TAHAP 2

- Total Jumlah Pesawat 1 2 3 PesawatDimensi Apron 20 x 50 75 x 40 105 x 70 m2

14Taxiway- Perpendicular - 1 1- Dimensi Taxiway - 55,5 x 18 52 x 18 m2

15 Fasilitas Komunikasi Penerbangan HF SSB HF SSB

VHF A/G

HF SSB VHF A/G

ATISTTY

DIRECTSPEECH

AFTN

16 Pelayanan Lalu Lintas Udara AFIS AFIS

17 Fasilitas Navigasi Penerbangan GNSS

GNSS, VOR / DME

19 Fasilitas Keamanan Bandara

PagarBandara

Pagar Bandara X-Ray

Baggage X-Ray Cabin Walkthrough

MDHandheld

MDHT

RadioSimpleCCTV

Motor Patroli

Pagar Bandara X-Ray

Baggage X-Ray Cabin Walkthrough

MDHandheld

MDHT

RadioSimpleCCTV

Motor Patroli Mobil Patroli

20 Kategori PKP-PK 2 3 4

A ZONA PUBLIK1 TERMINAL PENUMPANG 120 1200 1800 m22 PARKIR MOBIL 1505 2345 m2

PARKIR MOTOR 174 264 m2LUAS KEBUTUHAN PARKIR 1679 2609 m2

3 KANTIN 238 238 m2

B ZONA TEKNIS

1

FASILITAS NAVIGASI

a. Menara Pengawas 172 172m2

(Penyediaanlahan)

b. Kantor Administrasi Airnav 120 120

m2(Penyediaan

lahan)

-11 -

KEBUTUHAN SISI UDARANO ITEM Eksisting

2016 TAHAP 1 TAHAP 2 KETERANGAN

c. Genset Airnav 48 48m2

(Penyediaanlahan)

d. Menara Air Airnav 20 20m2

(Penyediaanlahan)

FASILITASMETEOROLOGI

2 a. Taman Meteo 900 900m2

(Penyediaanlahan)

b. Kantor Meteo 260 260m2

(Penyediaanlahan)

3 BANGUNANOPERASIONAL 120 305 305 m2

4 BANGUNANADMINISTRASI 120 178 178 m2

5 BANGUNAN PKP-PK 135 295 395 m2

6 BANGUNAN DVOR 40000 40000m2

(Penyediaanlahan)

7 POWER HOUSE 12 202 202m2

(Kapasitas 80 - 250 Kva)

8 BANGUNAN WORKSHOP 438 438 m29 RUMAH POMPA 165 165 m210 GSE PARK 100 100 m2

11 BAK SAMPAH 400 400m2

(Penyediaanlahan)

13 KANTOR KEAMANAN 90 90 m2

C ZONA PENUNJANG

1 SOLAR CELL 450 450m2

(Penyediaanlahan)

2 TEMPAT PENYIMPANAN BAHAN BAKAR 200 200

m2(Penyediaan

lahan)3 RUMAH DINAS

Type 50/ 120 ( 3 unit) 240 960 m2Type 36/ 100 ( 10 unit) 300 500 1000 m2

4 MESJID 175 175 m2

5 POS JAGA ( 3 unit) 12 12 m2(Uk. 2 m x 2 m)

- 12 -

III. Tata Letak Fasilitas dan Tahapan Pelaksanaan Pembangunan

Rencana penggunaan dan pemanfaatan lahan untuk keperluan peningkatan pengoperasian, pelayanan, pengelolaan dan pengusahaan serta pembangunan dan pengembangan bandar udara sebagaimana tercantum pada Lampiran II. A dan II. B.

IV. Kebutuhan dan Pemanfaatan Lahan

1. Untuk menyelenggarakan kegiatan pengoperasian, pelayanan, pengelolaan dan pengusahaan serta pengembangan bandar udara sesuai rencana induk, dengan rincian sebagai berikut:

a. Luas lahan eksisting = 12,3150 Hab. Luas lahan pengembangan = 22,4737 Ha

c. Luas lahan pencadangan 3,2500 Ha

Total kebutuhan Lahan Bandara = 38,0387 Ha

2. Batas kebutuhan lahan sebagaimana dimaksud pada IV Angka 1, dinyatakan dalam sistem koordinat bandar udara yang posisinya ditentukan terhadap titik referensi sistem koordinat bandar udara (perpotongan sumbu X dan sumbu Y) yang terletak pada koordinat bandar udara X = 20.000 meter dan Y = 20.000 meter dimana Sumbu X berhimpit dengan sumbu landas pacu yang mempunyai azimuth 167° 29’ 38,513” - 347° 29’ 38,513” terhadap arah Utara Geografis dan Sumbu Y tegak lurus garis sumbu X dan melalui ujung landas pacu 34, sebagaimana tercantum pada Tabel III.

- 13 -

Tabel III

KOORDINAT BATAS LAHAN EKSISTING

TITIK KOORDINAT ACS KOORDINAT UTMKOORDINAT GEOGRAFIS WGS'84

LINTANGSELATAN BUJUR TIMUR

X(M) Y (M) X (M) Y (M) O » ♦1 O 1 II

El 19113.760 20041.766 374563.452 9358582.143 5 48 6.392 139 52 1.347E2 19492.556 20043.833 374647.495 9358212.782 5 48 18.424 139 52 4.056E3 19524.786 20142.596 374750.894 9358202.703 5 48 18.759 139 52 7.417E4 19644.941 20150.022 374784.163 9358087.007 5 48 22.528 139 52 8.491E5 19657.747 20199.257 374835.002 9358085.166 5 48 22.591 139 52 10.144E6 19892.061 20064.203 374753.891 9357827.167 5 48 30.987 139 52 7.490E7 19961.917 20048.804 374753.985 9357755.634 5 48 33.316 139 52 7.488E8 20119.650 20049.357 374788.680 9357601.763 5 48 38.328 139 52 8.606E9 20114.905 19958.218 374698.676 9357586.660 5 48 38.814 139 52 5.679E10 19113.760 19958.529 374482.190 9358564.118 5 48 6.973 139 51 58.704

Keterangan: E = Eksisting ; P = Pengembangan ; C = Cadangan

KOORDINAT BATAS LAHAN PENGEMBANGAN ULTIMATE DAN CADANGAN

TITIK KOORDINAT ACS KOORDINAT UTMKOORDINAT GEOGRAFIS WGS'84

LINTANGSELATAN BUJUR TIMUR

X(M) Y (M) X (M) Y (M) O » II O l II

P.l 18430.000 20064.767 374437.845 9359254.660 5 47 44.486 139 51 57.307P.2 19316.115 20064.767 374629.726 9358389.570 5 48 12.666 139 52 3.489P.3 19316.115 20273.116 374833.133 9358434.686 5 48 11.211 139 52 10.105P.4 19523.054 20273.116 374877.942 9358232.657 5 48 17.792 139 52 11.549P. 5 19891.088 20064.767 374754.231 9357828.239 5 48 30.952 139 52 7.501P.6 19910.464 20064.767 374758.427 9357809.322 5 48 31.568 139 52 7.636P.7 19928.310 20060.183 374757.816 9357790.907 5 48 32.168 139 52 7.615P.8 19961.053 20061.645 374766.334 9357759.258 5 48 33.199 139 52 7.890P.9 19991.836 20064.767 374776.047 9357729.881 5 48 34.156 139 52 8.204P. 10 20170.000 20064.767 374814.627 9357555.944 5 48 39.822 139 52 9.447P. 11 20170.000 19934.767 374687.712 9357527.794 5 48 40.730 139 52 5.319P. 12 20069.087 19934.767 374658.479 9357659.591 5 48 37.521 139 52 4.615P. 13 20069.087 19822.696 374463.224 9357616.283 5 48 38.304 139 52 1.056P. 14 20165.087 19822.696 374419.916 9357811.537 5 48 41.357 139 52 1.726P. 15 20165.087 19622.696 374615.170 9357854.845 5 48 42.754 139 51 55.375P. 16 19965.087 19622.696 374487.529 9358430.316 5 48 36.394 139 51 53.979P. 17 19965.087 19822.696 374310.930 9359226.510 5 48 34.997 139 52 0.330C.l 18180.000 20064.767 374383.710 9359498.728 5 47 36.536 139 51 55.563C.2 18180.000 19934.767 374256.795 9359470.578 5 47 37.444 139 51 51.435

Keterangan: E = Eksisting ; P = Pengembangan ; C = Cadangan

3. Kebutuhan luas lahan sebagaimana yang dimaksud pada Angka 2 seperti yang tercantum pada Lampiran II. C.

- 14-

V. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan

1. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan terdiri atas:a. Batas - batas ketinggian pada Kawasan Ancangan Pendaratan dan Lepas

Landas pada ujung landas pacu 16 (15,000 m MSL atau 1,695 m AES) ditentukan dengan kemiringan dan jarak melalui perpanjangan sumbu landas pacu sebagai berikut:1) Bagian pertama dengan kemiringan sebesar 3,33 % arah ke atas dan ke

luar dimulai dari ujung Permukaan Utama pada ketinggian ambang landas pacu 16 sampai jarak mendatar 1.299 m pada ketinggian 45 m di atas ambang landas pacu 34.

2) Bagian kedua dengan kemiringan 0% sampai jarak mendatar tambahan 1.441 m pada ketinggian 45 m di atas ambang landas pacu 34.

3) Bagian ketiga dengan kemiringan 5% arah keatas dan keluar sampai jarak mendatar tambahan 1.200 m pada ketinggian 105 m di atas ambang landas pacu 34.

b. Batas-batas ketinggian pada Kawasan Ancangan Pendaratan dan Lepas Landas pada ujung landas pacu 34 (13,305 m MSL atau 0,000 m AES) ditentukan dengan kemiringan dan jarak melalui perpanjangan sumbu landas pacu sebagai berikut:1) Bagian pertama dengan kemiringan sebesar 3,33 % arah ke atas dan

keluar dimulai dari ujung Permukaan Utama pada ketinggian ambang landas pacu 34 sampai jarak mendatar 1.350 m pada ketinggian 45 m di atas ambang landas pacu 34.

2) Bagian kedua dengan kemiringan 0% sampai jarak mendatar tambahan 1.390 m pada ketinggian 45 m di atas ambang landas pacu 34.

3) Bagian ketiga dengan kemiringan 5% sampai jarak mendatar tambahan 1.200 m pada ketinggian 105 m di atas ambang landas pacu 34.

c. Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakan, batas - batas ketinggian ditentukan oleh kemiringan 3,33 % (tiga koma tiga persen) arah ke atas dan ke luar dimulai dari ujung Permukaan Utama pada ketinggian masing- masing ambang landas pacu sampai dengan ketinggian 45 m di atas ambang landas pacu 34 sepanjang jarak mendatar 2.500 m melalui perpanjangan sumbu Landas Pacu;

d. Kawasan di Bawah Permukaan Transisi, batas - batas ketinggian ditentukan oleh kemiringan 20 % (dua puluh persen) arah ke atas dan ke luar, dimulai dari sisi panjang dan pada ketinggian yang sama seperti Permukaan Utama serta Permukaan Ancangan Pendaratan dan Lepas Landas menerus sampai memotong Permukaan Horizontal Dalam pada ketinggian 45 m di atas ketinggian ambang landas pacu 34;

- 15 -

e. Kawasan di bawah Permukaan Horizontal Dalam, batas-batas ketinggian ditentukan 45 m di atas ketinggian ambang landas pacu 34;

f. Kawasan di bawah Permukaan Kerucut, batas - batas ketinggian ditentukan oleh kemiringan 5% (lima persen) arah ke atas dan ke luar, dimulai dari tepi luar Kawasan di bawah Permukaan Horizontal Dalam pada ketinggian 45 m sampai memotong Permukaan Horizontal Luar pada ketinggian 105 m di atas ketinggian ambang landas pacu 34;

g. Titik Koordinat Kawasan keselamatan Operasi Penerbangan sebagaimana dimaksud pada Angka 1 sebagaimana tercantum pada Tabel IV.

- 16-

Tabel IV

A. KAWASAN ANCANGAN PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS

TITIK KOORDINAT ACS KOORDINAT UTMKOORDINAT GEOGRAFIS WGS’84

LINTANGSELATAN BUJruR iriMUR

X (M) Y (M) X(M) Y (M) O » tt O t tt

A. 1.1 18540.000 20075.000 374471.655 9359149.486 5 47 47.913 139 51 58.400A. 1.2 18540.000 19925.000 374325.214 9359117.005 5 47 48.961 139 51 53.637A. 1.3 16040.000 19550.000 373417.758 9361476.485 5 46 32.076 139 51 24.289A. 1.4 16040.000 20450.000 374296.404 9361671.372 5 46 25.787 139 51 52.866A.2.1 20060.000 20075.000 374800.798 9357665.550 5 48 36.252 139 52 9.004A.2.2 22560.000 20450.000 375708.254 9355306.070 5 49 53.137 139 52 38.355A.2.3 22560.000 19550.000 374829.608 9355111.182 5 49 59.426 139 52 9.775A.2.4 20060.000 19925.000 374654.357 9357633.069 5 48 37.300 139 52 4.241

B. KAWASAN KEMUNGKINAN BAHAYA KECELAKAANKOORDINAT GEOGRAFIS WGS’84

TITIK KOORDINAT ACS KOORDINAT UTM LINTANGSELATAN BUJrUR TIMUR

X(M) Y (M) X (M) Y (M) O t tt O f tf

A.l.l 18540.000 20075.000 374471.655 9359149.486 5 47 47.913 139 51 58.400A.1.2 18540.000 19925.000 374325.214 9359117.005 5 47 48.961 139 51 53.637A.1.3 16040.000 19550.000 373417.758 9361476.485 5 46 32.076 139 51 24.289A. 1.4 16040.000 20450.000 374296.404 9361671.372 5 46 25.787 139 51 52.866A.2.1 20060.000 20075.000 374800.798 9357665.550 5 48 36.252 139 52 9.004A.2.2 22560.000 20450.000 375708.254 9355306.070 5 49 53.137 139 52 38.355A.2.3 22560.000 19550.000 374829.608 9355111.182 5 49 59.426 139 52 9.775A.2.4 20060.000 19925.000 374654.357 9357633.069 5 48 37.300 139 52 4.241

C. KAWASAN DI BAWAH PERMUKAAN TRANSISIKOORDINAT GEOGRAFIS WGS’84

TITIK KOORDINAT ACS KOORDINAT UTM LINTANGSELATAN BUJUR TIMUR

X(M) Y (M) X (M) Y (M) O t II O t tt

A.l.l 18540.000 20075.000 374471.655 9359149.486 5 47 47.913 139 51 58.400B.1.1 17190.000 20277.500 374377.020 9360511.305 5 47 3.565 139 51 55.412B.1.2 21410.000 20277.500 375290.824 9356391.431 5 49 17.770 139 52 24.853A.2.1 20060.000 20075.000 374800.798 9357665.550 5 48 36.252 139 52 9.004A. 1.2 18540.000 19925.000 374325.214 9359117.005 5 47 48.961 139 51 53.637A.2.4 20060.000 19925.000 374654.357 9357633.069 5 48 37.300 139 52 4.241B.2.2 21410.000 19722.500 374748.992 9356271.250 5 49 21.648 139 52 7.229B.2.1 17190.000 19722.500 373835.188 9360391.124 5 47 7.443 139 51 37.789

- 17-

2. Kawasan Di Sekitar Penempatan Alat Bantu Navigasi Penerbangan, batas-batas ketinggian ditentukan sebagai berikut:a. Batas ketinggian di sekitar alat V ery H ig h F re q u e n c y D ire c t io n a l O m n i R a n g e

(V O R )/ D is ta n c e M e a s u r in g E q u ip m e n t (D M E ) ditentukan oleh kemiringan bidang kerucut dengan sudut 2° (sepuluh derajat) ke atas dan keluar titik antena pada ketinggian bidang co u n te rp o is dan pada jarak radial kurang 600 m dilarang adanya transmisi tegangan tinggi, bangunan metal seperti konstruksi rangka besi, tiang listrik dan lain-lain melebihi batas ketinggian sudut tersebut;

b. Batas ketinggian pada penempatan Alat Bantu Navigasi sebagaimana di maksud pada Angka 2 sebagaimana berikut:

Batas Ketinggian Pada Penempatan Alat Bantu NavigasiBatas-batas di Sekitar Penempatan D o p p le r V ery H ig h F re q u e n c y

D ire c t io n a l O m n i R a n g e (D V O R )/ D is ta n c e M e a s u r in g E q u ip m e n t (D M E )

1) Luas Tanah dan Lokasi Perletakan DVOR / DME

Luas Tanah : 200 m x 200 m

2) Persyaratan Batas-Batas Ketinggian Disekitar VOR/DME

Permukaan

Tanah

- 18 -

3) Persyaratan Bangunan dan Benda Tumbuh- Didalam radius 100 m dari titik tengah lahan: bebas benda tumbuh

dan bangunan- Didalam radius 100-200 m dari titik tengah lahan: ketinggian

bangunan dan benda tumbuh tidak melebihi bidang C o u n te r p o is e .

- Sampai radius 600 m dari titik tengah lahan pada permukaan kerucut tidak diperkenankan terdapat Saluran Udara Tegangan Tinggi.

- Di dalam batas-batas ketinggian bangunan dari benda tumbuh ditentukan oleh permukaan kerucut sebagaimana ditunjukkan pada gambar di atas.

4) Fungsi VOR/DME adalah sebagai H o m in g , E n ro u te d a n H o ld in g denganmaksud:- Untuk menentukan a z im u th , sudut searah jarum jam terhadap utara

dari stasiun VOR dengan garis yang menghubungkan stasiun tersebut dengan pesawat

- Menunjukkan data besarnya deviasi lepada Penerbang, sehingga Penerbang dapat mengetahui posisi pesawat yang berada di kiri atau kanan dari jalur penerbangan yang seharusnya.

- Menunjukkan apakah arah pesawat menuju ke atau meninggalkan stasiun VOR

3. Untuk mendirikan, mengubah atau melestarikan bangunan, serta menanam atau memelihara benda tumbuh di dalam Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan harus memenuhi batas-batas ketinggian sebagaimana dimaksud dalam Angka 1 dan Angka 2.

4. Untuk mendirikan bangunan baru di dalam Kawasan Ancangan Pendaratan dan Lepas Landas, harus memenuhi batas ketinggian dengan tidak melebihi kemiringan 1,6% (satu koma enam persen) arah ke atas dan ke luar dimulai ujung Permukaan Utama pada ketinggian masing-masing ambang landas pacu 16 dan landas pacu 34.

5. Pada Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan tidak diperkenankan mendirikan bangunan yang dapat menambah tingkat fatalitas apabila terjadi kecelakaan pesawat antara lain bangunan SPBU, Pabrik atau Gudang Kimia Berbahaya, SUTT dan/atau SUTET.

- 19-

6. Untuk mempergunakan tanah, perairan atau udara di setiap kawasan yang ditetapkan dalam Peraturan ini, harus mematuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:a. tidak menimbulkan gangguan terhadap isyarat-isyarat navigasi penerbangan

atau komunikasi radio antar bandar udara dan pesawat udara;b. Tidak menyulitkan penerbang membedakan lampu-lampu rambu udara

dengan lampu-lampu lain;c. tidak menyebabkan kesilauan pada mata penerbang yang mempergunakan

bandar udara;d. tidak melemahkan jarak pandang sekitar bandar udara;e. tidak menyebabkan timbulnya bahaya burung atau dengan cara lain dapat

membahayakan atau mengganggu pendaratan, lepas landas atau gerakan pesawat udara yang bermaksud mempergunakan Bandar Udara.

7. Pengecualian terhadap ketentuan mendirikan, mengubah, atau melestarikan bangunan sebagaimana dimaksud pada Angka 1, Angka 2, Angka 3, Angka 4, Angka 5, dan Angka 6 harus mendapat persetujuan Menteri, dan memenuhi ketentuan sebagai berikut:a. merupakan fasilitas yang mutlak diperlukan untuk operasi penerbangan;b. memenuhi kajian khusus aeronautika; danc. sesuai dengan ketentuan teknis keselamatan operasi penerbangan.

8. Terhadap bangunan yang berupa benda tidak bergerak yang sifatnya sementara maupun tetap yang didirikan atau dipasang oleh orang atau yang telah ada secara alami, sebelum diterbitkannya keputusan ini antara lain pepohonan, tiang bendera dan antena radio yang sekarang ini menjadi penghalang (o b s ta c le )

tetap diperkenankan sepanjang prosedur keselamatan operasi penerbangan terpenuhi.

- 2 0 -

9. Pemberian tanda dan/atau pemasangan lampua. Bangunan-bangunan dan/atau benda-benda sebagaimana dimaksud dalam

Angka 8 harus diberi tanda atau dipasangi lampu.b. Pemberian tanda atau pemasangan lampu, termasuk pengoperasian dan

pemeliharaannya dilaksanakan oleh dan atas biaya pemilik atau yang menguasainya dan dilaksanakan sesuai dengan pedoman yang akan diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara.

10. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan sebagaimana dimaksud padaAngka 1 tercantum pada Lampiran II D dan II E.

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

BUDI KARYA SUMADI

Salinan sesuai dengan aslinya

WAHJU ADJI H., SH, DESSPembina Utama Muda (IV/c) NIP. 19651022 199203 1 001

Y»20.200-

Y-20.000-

Y«19.800

LHt'.DUWH *,1*^PERKAMPUNGAN

10“*

HUTANSEMAKSAGU

ALIRAN AIR HUTAN

TANAHKOSONG

<? i

PAGAR

RAWASAGU

RUNWAY STRIPT I

00 . .

/ ,

ALIRAN AIR

PAGARRUNWAY STRIP

SEMAK

800 MAF

HUTANHUTAN HUTAN

HUTAN

KOORDINAT T IT IK -T IT IK UJUNG LANDAS PACU (E k a is tln g )

TITIK

SISTEM KOORDINAT SISTIM KOORDINAT GEOGRAFIS WGS’8 4 ELEVASI

ACS UTM LINTANG SELATAN BUJUR TIMUR MSL AES

X (M ) Y (M ) X (M ) Y (M ) O ’ " 0 • " (M ) (M )

T H .1 6 (E k s ) 1 9 2 0 0 .0 0 0 2 0 0 0 0 .0 0 0 3 7 4 5 3 1 .8 7 7 9 3 5 8 5 3 1 .6 2 3 5 48 8 .0 3 5 139 52 0 .3 1 8 1 5 .0 0 0 1 .6 9 5

T H .3 4 (E ks ) 2 0 0 0 0 .0 0 0 2 0 0 0 0 .0 0 0 3 7 4 7 1 4 .5 8 5 9 3 5 7 7 0 7 .8 8 6 5 48 3 4 .8 6 8 139 52 6 .2 0 4 1 3 .3 0 5 0 .0 0 0

T "

100

200 — I—

§«'i

- Y=>20 400

Y-20 200

•Y -20.000

— Y= 19 800

LAMPIRAN I

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : KP 8 5 4 TAHUN 2 0 1 7

TANGGAL : 2 2 SEPTEM8ER 2 0 1 7

I p * KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

ttd

BUDI KARYA SU MADI

RENCANA INDUKBANDAR UDARA BOMAKIA

KABUPATEN BOVEN DIGOEL, PROVINSI PAPUANAMA GAMBAR NOMOR JUMLAH

- LEMBAR

KONDISI EKSISTING

BANDAR UDARA01 0 1 / 0 6 ^

LEGENDA:

K >

LANDAS PACU

JALAN

BANGUNAN

PAGAR

SUNGAI

J _

LAPANGAN BOLA

GRID

PEMAKAMAN

TANAH KOSONG

HUTAN

RUMPUT

SEMAK

RAWA SAGU

KETERANGAN:

1. TERM IN AL2. PKP-PK3. KANTOR4. G UDANG5. RUM AH DINAS6. PO W ER HOUSE

S a linan se su a i dengan as linya iUKUM

\

1> < IV /c )

3 1 001

UTTTTTmTrnnTTrmti 2 \ ,

JA U N INSPEKSIPAGAR RENCANA SALURAN DRAINASE

BOX CULVERT RUNWAY STRIP

RUNWAY STRIP

J A U N INSPEKSI

Y = 2 0 .5 0 0 ~ Y = 2 0 .5 0 0

Y = 2 0 .2 5 0 — Y = 2 0 .2 5 0

Y=»20.000 — Y = 2 0 .0 0 0

Y = 1 9 .7 5 0 - Y = 1 9 .7 5 0

ALIRAN AIR

PAGAR RENCANA SALURAN DRAINASEALIRAN AIR

600 3 )0

90 60 1 40 0 6 ( 9 04“ + + J- + 4-

KOORDINAT T IT IK —T it ik UJUNG LANCAS PACU (R e n c a n a In d u k )

TITIK

SISTEM KOOROINAT SlSTiM KOORDINAT GEOGRAFIS WGS’ 84 ELEVASI

A.CS UTM LINTANG SELATAN BUJUR TIMUR MSL AcS

X (M ) Y (M ) X (M ) Y (M ) 0 0 • " (M ) (M )

TH. 16 .(R ip ) 1 8 6 0 0 .0 0 0 2 0 0 0 0 .0 0 0 3 7 4 4 1 1 .4 2 7 S 3 5 S 0 7 4 6 69 5 4 7 5 0 .3 4 5 139 51 5 6 .4 3 7 1 5 .0 0 0 1 .6 9 5

TH. 16 (E k s ) 1 9 2 0 0 .0 0 0 2 0 0 0 0 .0 0 0 3 7 4 5 3 1 .8 7 7 9 3 5 8 5 3 1 .6 2 3 5 4 8 3 .0 3 5 139 52 0 .3 1 8 1 5 .0 0 0 1 .6 9 5

T H .3 4 (E k s ) 2 0 0 0 0 ,0 0 0 2 0 0 0 0 .0 0 0 3 7 4 7 1 4 .5 8 5 9 3 5 7 7 0 7 .8 8 6 5 4 8 3 4 .8 6 8 139 52 6 .2 0 4 1 3 .3 0 5 0 .0 0 0

25 0

+ - Y = 1 9 .5 0 0

■LE&ENPAI ..... I EKSISTINC

I | TAHAP I

f ' " ! TAHAP II

I ------- i PAGAR BANDARA

I I PEMBATAS FASILITAS

I — I ja l a n

I v - » I ARAH AURAN

I— ■’d SUNGAI

BANGUNAN

KETERANGAN

NO FASILITAS BANDARAaSI DARAT NO FASILITAS BANDARA SISI DARAT

1 Terminal Penumpang 10 Bang Bengkel /Workshop2 Parkir Mobil Penumpang 11 Kantor Keamanan3 Parkir Roda Dua 12 Kantin umum4 Power House/Genset 13 Bangunan Rumah Pompa5 Menara Pengawas 14 Kantor Meteorologi

5a Kantor Administrasi Airnav (Lahan) 143 Taman Meteo5b Bangunan Gonset AirNav (Lahan) 15 Solar Cell5c Menara Air AirNav (Lahan) 16 Rumah Din3S

6 Bangunan Operasional 17 Area Pembakaran Sampah7 Bangunan Administrasi 18 Pos Jaga8 Bangunan PKP-PK 19 VOR8a Bak Air PKP-PK 20 GSE Park9 Masjid 21 Tempat Penyimpanan BBM

S a linan se su a i dengan as linya LAMPIRAN II A

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : KP 8 5 4 TAHUN 2 0 1 7

TANGGAL : 22 SEPTEMBER 2 0 1 7

I f l 4 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

t t d

BUDI KARYA SUMADI

RENCANA INDUKBANDAR UDARA BOMAKIA

KABUPATEN BOVEN DIGOEL, PROVINSI PAPUANAMA GAMBAR NOMOR JUMLAH

- LEMBAR

RENCANA INDUKBANDAR UDARA

0 2 0 2 / 0 6 ^

o

Y-20.400

Y-20.300 ■

Y=>20.100

8 o H

U a

LEGENDA:

0 EKSISTING

1 I TAHAP I

r~"~1 TAHAP II[ ----- : l PAGAR BANDARA

I I PEMBATAS FASILITAS

l = : l JALAN

I * I ARAH ALIRAN

l-— C l SUNGAI

|E =£? l BANGUNAN

KETERANGAN

FASILITAS BANDARA SISI DARAT

Terminal Penumpang Parkir Mobil Penumpang Parkir Roda Dua Power House/Genset Menara Pengawas Kantor Administrasi Airnav (Lahan) Bangunan Genset AifNav (Lahan) Menara Air AirNav (Lahan) Bangunan Operasional Bangunan Administrasi Bangunan PKP-PK Bak Air PKP-PKMasjid_______________________

FASILITAS BANDARA SISI DARAT

Bang Bengkel/Workshop Kantor Keamanan Kantin umum Bangunan Rumah Pompa Kantor Meteorologi Taman Meteo Solar Cell Rumah DinasArea Pembakaran SampahPos JagaVOR

GSE ParkTempat Penyimpanan BBM

S a linan se su a i dengan as linya KEPALA BIRO HUKUM

NIP

uda ( IV /c ) S l 0 3 1 0 0 1

00-Y -2 0 400

Y=20 300

- Y=20 200

Y -2 0 100

LAMPIRAN II B

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KP 8 5 4 TAHUN 2 0 1 7

TANGGAL : 2 2 SEPTEMBER 2 0 1 7

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

t t d

BUDI KARYA SUMADI

& KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

RENCANA INDUK BANDAR UDARA BOMAKIA

KABUPATEN BOVEN DIGOEL, PROVINSI PAPUANAMA GAMBAR NOMOR JUMLAH

LEMBAR-

RENCANA TATA LETAK

SISI DARAT BANDAR UDARA0 3 0 3 / 0 6 ^

Y=>20,500-

Y=>20.250

Y= 19.750-

Y=*19 500 —

P2T T

....../ / / / / / / / / / / / / / / ‘/ / / / / / S / / / / / / / / / / / / / Y / / / / / / ■/ / '_________ _

> Z / <

C f b______-___

f/ .■ /W / f a r r j - r r s r s ,

— — --------- 'i— ;__________ ________________________. ___________________________ ;________________ I

P16

600

90+

60 1400

-Y-20.500

-Y -2 0 .2 5 0

- Y=20.000

- Y = 19.750

LEGENDA :

t ' 1 LAHAN EKSISTING = 12,3150 Ha

[ l LAHAN PENGEMBANGAN = 2 2 ,4737 Ha

$ M M PENCADANGAN LAHAN = 3 ,2500 Ha

KET. NOTASI :E l- E 10 = BATAS LAHAN EKSISTING

P 1 -P 1 7 = BATAS LAHAN PENGEMBANGAN

C 1 -C 2 = BATAS PENCADANGAN LAHAN

TOTAL KEBUTUHAN LAHAN = 3 8 .0387 Ha

S a linan s e su a i dengan as linya

P e 0a ' ( IV /c )NIP. 1 V9 9 2 0 3 1 001

LAMPIRAN II C

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : KP 8 5 4 TAHUN 2 0 1 7

TANGGAL : 22 SEPTEMBER 2 0 1 7

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

ttd

BUDI KARYA SUMADI

%w KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

RENCANA INDUK BANDAR UDARA BOMAKIA

KABUPATEN BOVEN DIGOEL, PROVINSI PAPUANAMA GAMBAR

KEBUTUHAN LAHAN

BANDAR UDARA

NOMOR

0 4

JUMLAHLEMBAR

0 4 / 0 6

DATA POKOK

PMWGCO

c = viALAWATI e

a M r P.YAPEN

KEP.ARU

PDO lAKyYAMDENA

KOC*lMNAT TITIK-TUIK QAT4S KAWASAN KKOP

KEP TANIM3AR

KCORCMNAT 6C0CRAFIS WCSB4

StSTCM ACSLINTANG SELATAN DUJUR TIMUR

20075.000

19525.000

19710.000

20450.000

19925.000

20277.500

KAWASAN DI BAWAH PERMUKAAN HORISONTAL DALAM

Salinan sesuai dengan aslinya f. KEPALA BIBO-aLIKUM

KAWASAN DI BAVWH PERMUKAAI

N I P \ 1 ^ 5 1 0 2 5 1 9 9 2 0 3 1 001

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBUK INDONESIA NOMOR : KP 864 TAHUN 2017 TANGGAL : 22 SEPTEMBER 2017

KEMENTERIAN PERHUBUNGANDAFTAR KOORDINAT OBJEK OBSTOLEMENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA.KELEBIHANSISTIM KOORDINAT ELEVASI POSISI

KETINGGIANOBYEK BANDARA (ACS) GEOGRAFIS W G S^4 PUNCAK OBYEK PERM. KKOP PADA

LINTANG SELATAN KAWASANKKOPO bstcl OBSTOLE BUJUR TIMUR

KKOP

BUDI KARYA SUMADI19385 517 KDPTRPohon 20303 336

RENCANA INDUK BANDAR UDARA BOMAKIA

KABUPATEN B0VEN DIGOEL PROVINSI PAPUA

30 039 KDPTRPohon

Pohon 19647 101

20013 574 KAP0L-TH.16Pohon 18342 809

20095 507 KDPTRPohon

20242 638 KDPTRPohon 19313 703BATAS KETINGGIAN PADA

KAWASAN KESELAMATAN

OPERASI PENERBANGAN (KKOP)

SKALA = 1 53 000

NOMOR LEMBAR

KETERANGAN

KPU K a w a s a n P e rm u k o o n U to m a

K A P D L t K a w a s a n A n c a n g a n P e n d e k a ta n d a n to p a s L a n d a s

K K BKC L K a w a s a n K e m u n g k in a n B a h a y a K c c e la k o o n

KDPTR K a w a s a n d ! E tow oh P e rm u k a a n T ra n s is i

KDPHD K a w a s a n d , B o w o h P e rm u k a a n H o r iz o n ta l D a la m

KDE'KR K a w a s a n d i B a w a h P e rm u k a a n K e ru c u t

KDPWL K a w a s a n d i B a w a h P e rm u k a a n H o r iz o n ta l L u a r

§ § 1 § g«ri¥ Ï

i■

û

A«Oi

TITIK REFERENSITH.16

05* 48* 34,868" LS139* 52' 06.204" BT

KETINGGIANBANOAR UDARA

14,2 m (MSL)

AZIMUTH LANDAS PACU167* 29* 38.513”347* 29' 38.513"

PANJANG LANDAS PACU 1 400 m

KLASIFIKASI LANDAS PACUINSTRUMEN NON PRESSNOMOR KOOE 2

KETINGGIAN AMBANGTH.16- IS.OOOm(MSl) / 1 ,695m(AES)

TH.34- 13.30Sm{MSL) / d.OOOm(A£S)

TITIK REFERENSI 1 (TH.34) EKS

X = 20000,000 05* 48 ' 34.868" LS

Y = 20000,000 1391 52 ' 06,204" BT

TITIK REFERENSI II (TH.16) EKS

X = 19200 000 05* 48 ' 08,035" LS

Y - 20000.000 139* 52 ' 00.318" BT

TITIK REFERENSI III (TH.10) RIP

X = 18600 000 05' 47 ' 50,345" LS

Y - 20000,000 139• 5 1 ’ 56,437" BT

r

A l C iPERMUKAAN KERUCUT (55!)

PERMUKAAN HORIZONTAL DALAM (0%)

>A2’C

’C

0 0

A1C1 ’--------------------------- Ä T S K '- 4 . !5ERtlUKAAN TRANSISI (20%) A2B

A1Ä(1 6) (3

A2A+)

TITIK A1 ’C A1 C A' B a ;?b a :I C A2

JARAK (M ) 1 2 0 0 1441 1 2 9 9 6_________

0 1 4 0 0 61 .

D 1 3 5 0 1 3 9 0 1 2 0 0

JUM LAH JARAK (M ) 47 0 0 3 5 0 0 2Ci i i

59 7 6 0 0 7 6 0 21 10 3 5 0 0 47

KETINGGIAN (A E S ) (M )i i i i i i i i

1 0 5 4 5 4 5 1 .6 9 5 0 .0 0 0 4 5 4 5 105_________ L ________________ l_______________ 1___________________________ 1_______________________ 1_____________________1___ ______________ 1_____________ J

KETINGGIAN (M S L ) (M ) 118 3 0 5 5 8 .v305 5 8 3 0 5 15 .0 0 0 1 3 .3 D5 5 8 3 0 5 5 8 .;505 1 18. 305

KEMIRINGAN ( % ) 5 0 3 ,3 3 3 ,3 3 0 5

POTONGAN MEMANJANG A-A

SKALA HORISONTAL:

SKALA VERTIKAL :

D1<. X , PERMUKAAN

CLl

TRANSISI v̂cNo, A

_ PERMUKAAN HORIZONTAL 0ALAM - s '

* D2

2

30

C1 1&RMUKAAN HORIZONTAL DALAM g -| ’ C 2

TITIK D1 c 1 B1A1A

B2 r2 U 2 [

JARAK (M ) 1200t \r

3200 2253200 |7 57

-^ 5 32001200

JUM LAH JARAK (M ) 4700 35

III 1 ^ ^ |00 " ° 35

00 47

KETINGGIAN (A E S ) (M )T I I III I ^ l

105 45 4 5 0 0 45 45 105______L___________ I________ ________________ ________ i II i________________________________1 J

KETINGGIAN (M S L) (M ) 118 305 58. Tnc; 58.30513.30

IT

5 1

^8.305 co3.305 5B' 305 118. 305

KEMIRINGAN (% ) 5 0 202 C 0 5

POTONGAN MELINTANG B-B

SKALA HORISONTAL

SKALA VERTIKAL

TTTIK REFERENSITH 16

05* 48* 34,868' LS139* 52' 06,204** BT

KETINCGiANBANDAR UDARA

14,2 m (MSL)

AZIMUTH LANDAS PACU167* 29' 38,513"347* 29’ 38,513’

PANJANG LANDAS PACU 1 400 m

KLASIFIKASI LANDAS PACUINSTRUMEN NON PRESISINOMOR KODE 2

KETINGGIAN AMBANGTH.16- 1 S.OOOm(MSL) / 1.695m(AES)

H U 4 - 13,305m(MSL) / 0.000m(A£S)

TITIK REFERENSI 1 (TH 34) EKS

X = 20000.000 05* AS' 34,868" LS

V = 20000.000 139* 52 ' 06.204” BT

TITIK REFERENSI II (TH 16) EKS

X - 19200.000 05* 48 ' 08,035" LS

Y = 20000.000 139* 52 ' 00.318" BT

TITIK REFERENSI III (TH 16) RIP

X - 18600 000 05* 47' 50,345" LS

Y - 20000.000 139' 5 1 ' 56,437* BT

P e m b NIP. 196

G O V /c) 0 3 1 0 0 1

LAMPIRAN II.E

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KP 854 TAHUN 2017 TANGGAL : 22 SEPTEMBER 2017

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

t t d

BUDI KARYA SUMADI

RENCANA INDUK BANDAR UDARA BO M AKIA

KABU PATEN BO VEN DIGOEL PROVINSI PAPUA

NAMA GAMBAR

POTONGAN MEMANJANG DAN MELINTANG

KAWASAN KESELAMATAN OPERASI

PENERBANGAN (KKOP)

NOMOR LEMBAR

6/6