7

Click here to load reader

Kerajaan Banawa (Donggala) Di Sulawesi Tengah _ Melayu Online

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kerajaan Banawa (Donggala) Di Sulawesi Tengah _ Melayu Online

Pengunjung baru ?Mendaftar menjadi member | Login

Beranda | Berita | Opini | Artikel | Sejarah Melayu | Budaya Melayu | Sastra Melayu | Tokoh Melayu | Peneliti Melayu | PenghargaanKamus Melayu | Ensiklopedi Melayu | Agenda | Direktori | Pautan | Forum | Resensi Buku | Perpustakaan | Koleksi | Kedai

Komentar Tamu | Tentang Kami | Kerjasama | Hubungi Kami | Donasi | Peta SitusBahasa Indonesia | English | Français | Thailand | Filipino | Nederlands | Italiano | Arabic | Deutsch | Español | Burmese | Khmer

Rabu, 28 Oktober 2015 | Khamis, 14 Muharam 1437 H Advanced Search »

Pengunjung Online : 7.850 Hari ini : 36.322 Kemarin : 68.693 Minggu

kemarin : 1.467.938

Bulankemarin : 5.462.895

Anda pengunjung ke99.096.690

Sejak 01 Muharam 1428( 20 Januari 2007 )

IMAGE GALLERY

Sejarah MelayuBeranda > Sejarah Melayu > Kerajaan Melayu > Kerajaan Melayu di Indonesia > Kerajaan Melayu diSulawesi Tengah > Kerajaan Banawa (Donggala) di Sulawesi Tengah

Kerajaan Banawa (Donggala) di Sulawesi Tengah

Kerajaan Banawa adalah salah satu kerajaan Melayu yang terdapat di Sulawesi Tengah. Kerajaan ini seringdisebut Kerajaan Donggala Banawa karena lahir di wilayah Donggala. Kerajaan yang berdiri pada medio abadke-15 Masehi ini terlahir berkat andil tokoh legendaris yang berpetualang dari tanah Bugis, yaitu Sawerigading.Sejak pertama kali didirikan, kerajaan ini mampu mempertahankan eksistensinya hingga erapascakemerdekaan Republik Indonesia. Saat ini, Banawa menjadi wilayah kecamatan yang merupakan ibukotadari Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah.

1. Sejarah

Penduduk Donggala adalah percampuran dari berbagai ras dan suku bangsa, hasil persilangan ras Wedoid danNegroid yang berkembang menjadi suku bangsa baru menyusul datangnya orang-orang Proto-Melayu padatahun 3000 SM. Aroma Melayu semakin kental ketika pada era 300 SM kaum perantau yang berasal dari rasDeutro-Melayu juga menyambangi Donggala dan tempat-tempat di Sulawesi Tengah lainnya(www.sejarahbangsaindonesia.co.cc). Mayoritas penduduk Kerajaan Banawa adalah orang-orang dari SukuKaili.

a. Cikal-Bakal Berdirinya Kerajaan Banawa

Pendahulu Kerajaan Banawa adalah suatu perabadan monarki milik Suku Kaili yang bernama KerajaanPudjananti atau yang sering juga disebut sebagai Kerajaan Banawa Lama. Kerajaan ini diperkirakan masiheksis pada abad ke-11 hingga 13 M, sezaman dengan Kerajaan Singasari yang dilanjutkan oleh Majapahit.Diperkirakan, Kerajaan Pudjananti mengalami masa kejayaan antara kurun tahun 1220 sampai 1485 M.

Kerajaan Banawa (Donggala) di Sulawesi Tengah | Melayu Online http://melayuonline.com/ind/history/dig/506/kerajaan-banawa-di-sulawes...

1 dari 7 10/28/2015 6:26 PM

Page 2: Kerajaan Banawa (Donggala) Di Sulawesi Tengah _ Melayu Online

AGENDA

Belum ada data - dalamproses

Kerajaan Pudjananti menjadi salah satu dari tiga kerajaan tua yang terdapat di Sulawesi Tengah, yaituKerajaan Banggai (Benggawi) dan Sigi (Jamrin Abubakar, dalam http://catatanjamrin.blogspot.com).

Versi legenda, diceritakan bahwa raja yang paling terkenal dalam riwayat Kerajaan Pudjananti bernama RajaLian. Sang penguasa dikisahkan menikahi seorang wanita dipercaya datang dari alam gaib. Perkawinan inimembuahkan seorang anak perempuan bernama Gonenggati yang memberi Raja Lian tujuh orang cucu,masing-masing enam cucu laki-laki dan satu cucu perempuan. Keenam cucu laki-laki tersebut kemudianmenyebar ke daerah-daerah lain, menikah dengan wanita setempat, dan menjadi penguasa di daerah-daerahbaru tersebut (http://infokom-sulteng.go.id).

Sesuai namanya, pusat pemerintahan Kerajaan Pudjananti diduga kuat berlokasi di daerah yang bernamaPudjananti atau Ganti. Jarak Pudjananti tidak begitu jauh dari Donggala, yang kelak menjadi ibukota KerajaanBanawa, hanya sekitar 2 kilometer. Pudjananti merupakan kawasan tua yang sudah lama berpenghuni(Abubakar, dalam http://catatanjamrin.blogspot.com).

Donggala sudah kesohor sebagai salah satu kota perdagangan yang ramai. Bahkan, Donggala merupakan kotapelabuhan tertua di Sulawesi Tengah (Agustan T. Syam, dalam http://portal.cbn.net.id). Kota pelabuhan inioleh orang Eropa disebut dengan nama Banava, yang boleh jadi merupakan akar dari kata Banawa (Abubakar,dalam http://catatanjamrin.blogspot.com).

Ketenaran bandar niaga Donggala sempat disebutkan dalam lembaran naskah catatan perjalanan yang ditulisoleh pengelana dari negeri Cina. Seorang pedagang Eropa, bernama Antonio de Paiva, pada kurun tahun1542-1543 bertolak ke Donggala dengan maksud untuk mencari kayu cendana. Pada saat itu, wilayah Banawamemang banyak ditumbuhi pohon cendana. Hal tersebut dikuatkan dengan hasil riset yang dilakukan oleh Dr.Boorsman di mana ia menemukan batang-batang pohon cendana di pegunungan di sekitar Palu dan Donggala(Abubakar, dalam http://catatanjamrin.blogspot.com).

Penamaan Banawa sebagai kerajaan dimungkinkan juga terkait erat dengan nama kapal yang ditumpangiSawerigading untuk mengarungi samudera, termasuk mengunjungi Ganti dan Donggala. Sawerigading adalahseorang pangeran dari Kerajaan Luwu Purba, putera dari Sang Raja Batara Lattu. Nama Sawerigading dikenalmelalui cerita dan kisah dari epik sastra Bugis yang legendaris, yakni La Galigo (http://id.wikipedia.org).

Di suatu tempat yang tidak jauh dari Ganti dan Donggala, kapal yang ditumpangi rombongan Sawerigadingterpaksa berlabuh karena mengalami sedikit kerusakan. Menurut kepercayaan masyarakat lokal di sana,tempat di mana Sawerigading menyangga bahteranya itu lantas dikenal dengan nama Langgalopi yang dalambahasa Bugis-Donggala berarti “galangan perahu” (Abubakar, dalam http://catatanjamrin.blogspot.com).

Langgalopi termasuk wilayah kekuasaan milik Kerajaan Pudjananti. Sawerigading kemudian memutuskan untukmengunjungi kerajaan itu. Bukti bahwa rombongan Sawerigading pernah melalukan pelayaran sampai kewilayah kekuasaan Kerajaan Pudjananti termaktub dalam Kitab Bahasa Bugis. Dalam kitab itu disebutkanbahwa salah satu daerah jelajah Sawerigading adalah Pudjananti (Abubakar, dalamhttp://catatanjamrin.blogspot.com).

Sawerigading sempat berkunjung ke Kerajaan Sigi di Teluk Kaili dan bermaksud menyunting Ratu Ngilinayo,pemimpin Kerajaan Sigi, untuk dijadikan istrinya. Akan tetapi, pernikahan itu tidak pernah terjadi karenaterjadi gempa bumi pada saat pembicaraan pinang-meminang dilangsungkan sehingga rencana tersebutmenjadi kacau-balau. Akibat bencana itulah, seperti yang diyakini dalam legenda, perairan Teluk Palu menjadikering. Orang-orang yang semula berdomisili di pegunungan pun mulai turun dan mendirikan permukiman barudi lembah bekas laut itu serta beranak-pinak hingga sekarang (Abubakar, dalamhttp://catatanjamrin.blogspot.com).

Singkat cerita, dari hasil kunjungan ke Kerajaan Pudjananti itu muncul gagasan untuk menikahkan anak lelakiSawerigading, yakni La Galigo, dengan puteri Kerajaan Pudjananti yang bernama Daeng Malino Karaeng TompoRi Pudjananti. Dari perkawinan itu, La Galigo dikarunai dua orang anak, masing-masing laki-laki danperempuan. Cucu laki-laki Sawerigading diberi nama Lamakarumpa Daeng Pabetta La Mapangandro, yangartinya “pergi menantang, menang, dan akhirnya semua menyembah kepadanya”. Sedangkan anak yangperempuan diberi nama Wettoi Tungki Daeng Tarenreng Masagalae Ri Pudjananti, yang bermakna “bintangtunggal yang diikuti semua orang” (Iin Ainar Lawide, dalam http://iinainarlawide.blogspot.com).

Lamakarumpa Daeng Pabetta La Mapangandro dinikahkan dengan I Badan Tassa Batari Bana, puteri dari kakakRaja Bone. Setelah pernikahan itu, Sawerigading dan La Galigo mulai menggagas pendirian pemerintahan barusebagai pengganti Kerajaan Pudjananti. Dibuatlah kesepakatan dari raja-raja yang menurunkan darahbangsawan murni kepada kedua mempelai menghadiahkan seluruh wilayah Kerajaan Pudjananti. Sejak saatitu, sebuah pemerintahan hasil afiliasi Bugis dan Kaili dengan nama baru, yaitu Kerajaan Banawa (Abubakar,dalam http://catatanjamrin.blogspot.com).

b. Masa Awal dan Eksistensi Kerajaan Banawa

Kerajaan Banawa resmi berdiri di bawah kepemimpinan seorang ratu, yakni I Badan Tassa Batari Bana yangbertahta sejak tahun 1485 hingga 1552 M (Abubakar, dalam http://catatanjamrin.blogspot.com). Penerus

Kerajaan Banawa (Donggala) di Sulawesi Tengah | Melayu Online http://melayuonline.com/ind/history/dig/506/kerajaan-banawa-di-sulawes...

2 dari 7 10/28/2015 6:26 PM

Page 3: Kerajaan Banawa (Donggala) Di Sulawesi Tengah _ Melayu Online

kepemimpinan I Badan Tassa Batari Bana juga seorang perempuan, bernama I Tassa Banawa. Ratu ke-2Kerajaan Banawa ini memerintah sejak tahun 1552 sampai dengan 1650 M. Pada masa pemerintahan I TassaBanawa, wilayah kekuasaan Kerajaan Banawa semakin bertambah luas. Selain itu, kabinet I Tassa Banawajuga berhasil merumuskan tata cara atau sistem pemerintahan dan membentuk Dewan Adat Pittunggota atausemacam lembaga legislatif kerajaan (http://infokom-sulteng.go.id).

Masa pemerintahan I Tassa Banawa berakhir pada tahun 1650 M. Penerus I Tassa Banawa adalah cucuperempuannya, yaitu Puteri Intoraya. Ratu ke-3 Kerajaan Banawa ini menikah dengan dengan seorang lelakibernama La Masanreseng Arung dari Cendana Mandar. Pernikahan pasangan ini dikaruniai empat orang anak,masing-masing dua laki-laki dan dua perempuan, yang diberi nama La Bugia, La Lotako, Puteri Nanggiwa, danPuteri Nanggiana (Lawide, dalam http://iinainarlawide.blogspot.com).

Pada era kepemimpinan Ratu Intoraya, pengaruh Islam mulai masuk ke wilayah Donggala. Penyebaran danperkembangan ajaran Islam di lingkungan Kerajaan Banawa, dan juga di seluruh wilayah Sulawesi Tengah,pada medio abad ke-16 M itu dipelopori oleh kerajaan-kerajaan dari Sulawesi Selatan yang sudah terlebih dulumemeluk Islam. Pelopor syiar Islam di kawasan Sulawesi Tengah adalah orang-orang dari Kerajaan Bone danWajo (www.sejarahbangsaindonesia.co.cc).

Sejalan dengan itu, Ratu Intoraya pun menjadi penguasa Kerajaan Banawa pertama yang memeluk Islam.Tindakan yang dilakukan oleh Ratu Intoraya dan segenap keluarga Kerajaan Banawa itu membuat sebagianbesar rakyat juga turut berbondong-bondong masuk Islam.

Tidak cuma masuknya ajaran Islam saja yang mewarnai dinamika kehidupan Kerajaan Banawa pada masapemerintahan Ratu Intoraya, melainkan juga pengaruh bangsa-bangsa asing yang datang dari Eropa. Portugisadalah wakil dari kaum Barat pertama yang memasuki wilayah ini, kemudian disusul oleh Spanyol dan Belandalewat kongsi niaganya yakni Vereniging Oost-indische Compagine (VOC). Namun dalam perkembanganselanjutnya, peta kekuatan di kawasan tersebut berada dalam dominasi pengaruh kompeni Belanda.

Memasuki tahun ke-19 pemerintahan Ratu Intoraya, VOC sudah menjalin mitra niaga dengan sejumlahkerajaan di kawasan Sulawesi Tengah, termasuk dengan Kerajaan Banawa, dan kerajaan-kerajaan Suku Kaililainnya seperti Kerajaan Tawaeli, Palu, Loli, dan Sigi. VOC mengadakan kontrak penambangan emas denganmasing-masing penguasa kerajaan tersebut (http://infokom-sulteng.go.id).

Belanda menawarkan kepada raja-raja lokal yang bersemayam di wilayah itu untuk pemberian bantuan dalambidang penanggulangan keamanan. Peluang Belanda terbuka kian lebar karena pada waktu itu wilayahKerajaan Banawa dan kerajaan-kerajaan lain di Sulawesi Tengah sedang rawan kejahatan yang dilakukan olehgerombolan perompak dari wilayah Mindanao, Filipina, itu seringkali menganggu kawasan perairan di SelatMakassar (www.sejarahbangsaindonesia.co.cc).

Kaum kompeni kian mendapat angin dengan diizinkannya membangun benteng atau loji. Pemerintahan RatuIntoraya sebagai orang nomor satu di Kerajaan Banawa berakhir pada tahun 1698 M. Putra sulung RatuInoraya, yakni La Bugia, naik ke puncak kekuasaan tertinggi kerajaan. Dengan demikian, La Bugia adalahlaki-laki pertama yang menempati singgasana Kerajaan Banawa di mana tiga penguasa sebelumnya adalahperempuan. Setelah ditabalkan sebagai raja, La Bugia menyandang gelar kehormatan sebagai La Bugia PueUva (Lawide, dalam http://iinainarlawide.blogspot.com).

Pada era kepemimpinan Raja La Bugia Pue Uva, kemakmuran warga masyarakat Kerajaan Banawa semakinmaju. Bandar niaga Donggala semakin mendapat perhatian dari berbagai kalangan sebagai salah satu sentrajaringan perniagaan di nusantara. Bahkan, saking kondangnya citra Donggala, pada masa pemerintahan RajaLa Bugia Pue Uva ini datang gangguan dari bangsa Portugis yang berambisi untuk merebut pelabuhan dagangDonggala sehingga terjadi pertempuran melawan pihak Kerajaan Banawa. Dalam peperangan laut ini, Raja LaBugia Pue Uva berhasil mempertahankan Donggala dari ancaman Portugis (Abubakar, dalamhttp://catatanjamrin.blogspot.com).

Periode pemerintahan Raja La Bugia Pue Uva usai pada tahun 1758 M. Sebagai anak pertama, Puteri I Sabidaadalah orang yang paling berhak untuk meneruskan tahta ayahandanya. Dengan demikian, Kerajaan Banawakembali dipimpin oleh seorang perempuan. Ratu I Sabida mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi seorangpejabat kerajaan yang bernama Madika Matua Banawa. Pernikahan ini membuahkan tiga orang putera danseorang puteri, masing-masing bernama La Bunia, Kalaya, Lauju, dan Puteri I Sandudongie.

Sosok Ratu I Sabida digambarkan sebagai tokoh wanita yang pemberani dan sakti mandraguna. Ia memimpindengan penuh wibawa, tegas, disegani oleh kawan maupun lawan, dan berhasil membawa Kerajaan Banawamenjadi peradaban yang sejahtera. Selain itu, Ratu I Sabida juga membuka ruang interaksi dengan kaumpedagang asing yang singgah di pelabuhan Donggala dan yang menetap untuk sementara di wilayah KerajaanBanawa. Pada masa ini, mulai diperkenalkan cara merajut tenun sutra, yang kini dikenal sebagai kain tenunDonggala, oleh para saudagar dari Gujarat (Abubakar, dalam http://catatanjamrin.blogspot.com).

Dalam urusan pewarisan tahta, Ratu I Sabida tampaknya cenderung memilih Puteri I Sandudongie sebagaicalon penerusnya kendati ketiga anaknya yang lain adalah laki-laki, termasuk anak yang paling sulung. SetelahRatu I Sabida meninggal dunia, puteri bungsunya itulah yang diangkat sebagai pelanjut tahta KerajaanBanawa. I Sandudongie naik jabatan sebagai ratu pada tahun 1800. Raja perempuan terakhir dalam sejarah

Kerajaan Banawa (Donggala) di Sulawesi Tengah | Melayu Online http://melayuonline.com/ind/history/dig/506/kerajaan-banawa-di-sulawes...

3 dari 7 10/28/2015 6:26 PM

Page 4: Kerajaan Banawa (Donggala) Di Sulawesi Tengah _ Melayu Online

Kerajaan Banawa ini menikah dengan Magau Lando Dolo dan memperoleh seorang anak laki-laki yang diberinama La Sa Banawa (Lawide, dalam http://iinainarlawide.blogspot.com).

Pada masa kuasa Ratu Kerajaan Banawa yang ke-6 ini, Belanda juga berhasil memaksa Ratu I Sandudongieuntuk menandatangani sejumlah kesepakatan yang tentu saja merugikan pihak Kerajaan Banawa. Kontrakperjanjian yang disodorkan oleh Belanda kepada Ratu I Sandudongie pada tahun 1824, misalnya, memuat isiyang pada intinya semakin menguatkan dominasi Belanda dalam monopoli perdagangan di Donggala. Salahsatu keuntungan istimewa yang diperoleh Belanda dengan kontrak tersebut adalah bahwa Belandadiperbolehkan mendirikan Kantor Bea dan Cukai (Doane), beserta macam-macam fasilitas, dengan dalihmemperlancar kegiatan ekonominya (Abubakar, dalam http://catatanjamrin.blogspot.com).

Setelah menjadi ratu selama 45 tahun, Ratu I Sandudongie wafat pada tahun 1845. Putera semata wayangnya,La Sa Banawa, ditetapkan selaku pemimpin Kerajaan Banawa yang berikutnya. Setelah ditahbiskan menjadiraja, La Sa Banawa memperoleh nama kehormatan La Sa Banawa I Sanggalea Dg Paloera dan menyandanggelar adat Mpue Mputi. Penguasa ke-7 Kerajaan Banawa ini mengawini I Palusia dan dikaruniai dua orang anaklaki-laki yang diberi nama I Tolare dan La Marauna (Lawide, dalam http://iinainarlawide.blogspot.com).

Di era kepemimpinan Raja La Sa Banawa I Sanggalea Dg Paloera, meski masih berada di bawah bayang-bayang pengaruh Belanda, populeritas Donggala kian menjulang. Donggala tidak hanya sebagai kota pelabuhansaja, tetapi juga sebagai kota pelajar, kota perdagangan, kota pemerintahan, kota perjuangan, dan kotabudaya yang sering menjadi rujukan dan didatangi oleh orang-orang dari berbagai belahan dunia. JosepCondrad, pengelana sekaligus penulis berkebangsaan Inggris kelahiran Polandia, menjadikan Donggala sebagaisalah satu tempat penjelajahan yang dilakoninya. Selama masa kunjungan ke Kerajaan Banawa sejak tahun1858, Condrad menjalin persahabatan yang erat dengan Raja La Sa Banawa I Sanggalea Dg Paloera(Abubakar, dalam http://catatanjamrin.blogspot.com).

Kepala pemerintahan Kerajaan Banawa yang berikutnya adalah La Makagili yang tidak lain adalah cucu dariRaja La Sa Banawa I Sanggalea Dg Paloera. Penguasa Kerajaan Banawa yang ke-8 ini menduduki puncaksinggasana sejak tahun 1888 dengan gelar La Makagili Tomai Doda Pue Nggeu dan dikenal sebagai sosokpemimpin yang paling berani dan gigih melawan penjajah Belanda.

Tepat pada tanggal 23 Juli 1893, pusat pemerintahan Kerajaan Banawa yang selama ini berlokasi di Pudjanantialias Ganti dipindahkan ke Donggala. Penetapan Donggala sebagai ibukota Kerajaan Banawa ini bertahanhingga Kerajaan Banawa bersatu di bawah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sementara itu, tahtaRaja La Makagili Tomai Doda Pue Nggeu berakhir pada permulaan abad ke-20, tepatnya pada tahun 1902(Lawide, dalam http://iinainarlawide.blogspot.com)

c. Kerajaan Banawa pada Era Kemerdekaan RI

Memasuki abad ke-20, pemerintah kolonial Hindia Belanda semakin kuat menancapkan pengaruhnya terhadapkerajaan-kerajaan yang terdapat di Sulawesi Tengah, tidak terkecuali Kerajaan Banawa. Kerajaan-kerajaanlokal tersebut telah diikat oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dengan berbagai macam kontrak politik danekonomi (http://infokom-sulteng.go.id). Pada periode tahun 1902 hingga 1926, pemimpin Kerajaan Banawaadalah La Marauna dengan gelar La Marauna Pue Totua dan mendapat julukan kehormatan sebagai Mpue Totua(Lawide, dalam http://iinainarlawide.blogspot.com).

Pengemban estafet kepemimpinan Kerajaan Banawa yang ke-10 ialah Raja La Gaga Pue Tanamea yangbertahta sejak tahun 1926 sampai dengan tahun 1932. Raja La Gaga Pue Tanamea adalah anak dari kakakkandung Raja La Marauna Pue Totua yang telah menjabat sebelumnya. Setelah Raja La Marauna Pue Totuamangkat, yang diangkat sebagai penggantinya adalah putera keempat almarhum raja, bernama La RuhanaLamarauna. Pada masa pemerintahan Raja Banawa ke-11 ini, terjadi pertempuran sengit antara Belandadengan Jepang yang mendarat di wilayah Sulawesi Tengah pada tanggal 15 Mei 1942. Akhirnya, Jepangberhasil mengambil-alih penguasaan wilayah Kerajaan Banawa (www.sejarahbangsaindonesia.co.cc).

Raja La Ruhana Lamarauna harus menjalankan pemerintahannya dengan waspada dan berhati-hati selama erapenjajahan Jepang. Pada masa ini, Kerajaan Banawa nyaris tidak memiliki kewenangan dan kekuasaan secarapolitik lagi dan hanya sekadar menjalani kehidupan sembari menunggu terjadinya perubahan. Harapan ituterwujud ketika pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Raja LaRuhana Lamarauna pun leluasa dapat menjalankan roda pemerintahan Kerajaan Banawa hingga tutup usiapada tahun 1947 (Lawide, dalam http://iinainarlawide.blogspot.com).

Pemangku tahta Kerajaan Banawa yang selanjutnya adalah putera bungsu Raja La Ruhana Lamarauna,bernama La Parenrengi Lamarauna. Selain sebagai pemangku tahta, Raja Banawa ke-12 ini juga berkecimpungdi ranah perpolitikan nasional dengan merangkap jabatan sebagai Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) yangpertama di Sulawesi Tengah. Suami dari Hajja Sania Tombolotutu ini merupakan raja terakhir Kerajaan Banawadan memungkasi riwayat hidupnya pada tahun 1986. Raja La Ruhana Lamarauna menghembuskan nafasterakhirnya di Palu (Lawide, dalam http://iinainarlawide.blogspot.com).

Raja La Parenrengi Lamarauna disebut sebagai raja terakhir Kerajaan Banawa karena sejak tanggal 12 Agustus1952, Donggala ditetapkan sebagai salah satu dari dua kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah, selain

Kerajaan Banawa (Donggala) di Sulawesi Tengah | Melayu Online http://melayuonline.com/ind/history/dig/506/kerajaan-banawa-di-sulawes...

4 dari 7 10/28/2015 6:26 PM

Page 5: Kerajaan Banawa (Donggala) Di Sulawesi Tengah _ Melayu Online

Kabupaten Poso (Edi Wicaksono, dalam http://ediwicak.blogspot.com). Status daerah Banawa pun dialihkanmenjadi kecamatan dan ditetapkan sebagai ibukota Kabupaten Donggala. Sejak saat itu, kehidupan Banawaselaku pemerintahan kerajaan dinyatakan usai.

2. Silsilah

I Badan Tassa Batari Bana (1485-1552 M).I Tassa Banawa (1552-1650 M).I Toraya (1650-1698M).La Bugia Pue Uva (1698-1758 M).I Sabida (1758-1800).I Sandudongie (1800-1845).La Sa Banawa I Sanggalea Dg Paloera (1845-1888).La Makagili Tomai Doda Pue Nggeu (1888-1902).La Marauna Pue Totua (1902-1926).La Gaga Pue Tanamea (1926-1932).La Ruhana Lamarauna (1932-1947).La Parenrengi Lamarauna (1947-1959)

(Abubakar, dalam http://catatanjamrin.blogspot.com; Lawide, http://iinainarlawide.blogspot.com).

3. Sistem Pemerintahan

Kerajaan Banawa mengadopsi sistem pemerintahan yang telah diberlakukan dalam tata cara pemerintahankerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan. Kemiripan pola pengaturan kehidupan di Kerajaan Banawa dengankerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan tersebut terlihat dari bentuk bangunan dan pemakaian gelar kehormatanuntuk bangsawan.

Bangunan adat khas Kerajaan Banawa dikenal dengan sebutan baruga yang merupakan lambang kewibawaandan kekuasaan kerajaan (Marahalim Siagian, dalam www.masagala.co.cc). Sedangkan gelar-gelar kehormatankerajaan yang dianugerahkan kepada para bangsawan di Kerajaan Banawa juga nyaris persis dengan gelarbangsawan di Sulawesi Selatan, sebut saja pemakaian gelar yang berawalan La, Daeng, Andi, dan sebagainya.

Di samping itu, format dan struktur pemerintahan yang dijalankan di Kerajaan Banawa juga memakai gayakerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan yakni dengan menganut sistem Pitunggota. Pitunggota adalah suatususunan pemerintahan kerajaan dan lembaga legislatif yang dipimpin oleh seorang Baligau. KeanggotaanPitunggota terdiri dari tujuh pejabat tinggi kerajaan, termasuk menteri dan pejabat daerah, yaitu antara lainMadika Malolo, Madika Matua, Ponggawa, Tadulako, Galara, Pabicara, dan Sabandara(http://linosidiru.blog.friendster.com).

Madika Malolo adalah sebutan untuk raja muda sebagai wakil dari Raja Banawa dalam mengurusi persoalan-persoalan tertentu. Pengangkatan Madika Malolo dilakukan langsung secara adat oleh raja dan harus mendapatrestu dari dewan kerajaan. Madika Matua merupakan jabatan perdana menteri yang merangkap sebagaipejabat urusan luar negeri dan ekonomi. Seorang Madika Matua diangkat dan diberhentikan oleh raja ataspersetujuan Baligau. Anggota Pitunggota lainnya yakni Ponggawa atau menteri dalam negeri, Tadulako ataumenteri pertahanan dan keamanan, Galara atau menteri kehakiman, Pabicara atau menteri penerangan, danSabandara alias menteri perhubungan kelautan (http://infokom-sulteng.go.id).

Tata cara pemerintahan di Kerajaan Banawa juga terdapat dua lembaga tinggi, yakni Libu Nu Maradika(semacam Majelis Permusyawaratan Rakyat) dan Libu Nto Deya (semacam Dewan Permusyawaratan Rakyat).Tugas Libu Nu Maradika adalah mengesahkan penobatan raja terpilih. Sedangkan Libu Nto Deya ialah dewanyang mewakili tujuh penjuru wilayah atau Kota Pitunggota. Bentuk Kota Pitunggota ditetapkan berdasarkanluas wilayah kerajaan yang memiliki perwakilan Soki (kampung). Selain itu, dalam tradisi Kerajaan Banawadikenal tingkat penggolongan strata sosial masyarakat, antara lain yaitu Madika/Maradika (kaum raja danbangsawan), Totua Nungata (keturunan tokoh-tokoh masyarakat), To Dea (rakyat biasa), dan Batua yangmerupakan kasta hamba atau budak (http://id.wikipedia.org).

4. Wilayah Kekuasaan

Sejak era pemerintahan Raja La Sabanawa I Sanggalea Dg Paloera (1845-1888) hingga Raja La RuhanaLamarauna (1932-1947), Kerajaan Banawa memiliki luas wilayah sekitar 460.000 hektare yang terbagi atastiga daerah. Pertama adalah kawasan Banawa Selatan yang memiliki area wilayah dari Loli Watusampu sampaiSurumana yang berbatasan dengan daerah Mamuju. Berikutnya adalah kawasan Banawa Tengah yangmembentang dari Pantoloan sampai Sindue. Bagian ketiga adalah kawasan Banawa Utara dengan cakupandaerah yang terhampar dari Balaesang hingga Dampelas Sojol, termasuk Pulau Pasoso dan Pangalasing(Lawide, http://iinainarlawide.blogspot.com).

Daerah-daerah yang dahulu termasuk dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Banawa pada masa sekarangmenjadi desa-desa yang bernaung di wilayah administratif Kecamatan Banawa. Daerah-daerah itu meliputiGanti, Bambarimi, Boneoge, Boya, Gunling Bale, Kabonga Besar, Kabonga Kecil, Kola-Kola, Labuanbajo,

Kerajaan Banawa (Donggala) di Sulawesi Tengah | Melayu Online http://melayuonline.com/ind/history/dig/506/kerajaan-banawa-di-sulawes...

5 dari 7 10/28/2015 6:26 PM

Page 6: Kerajaan Banawa (Donggala) Di Sulawesi Tengah _ Melayu Online

Lalombi, Limboro, Lolioge, Lolitasiburi, Lumbudolo, Lumbumarara, Maleni, Mbuwu, Powelliwa, Salengkaenu,Salubomba, Salumpaku, Surlimana, Tanahmea, Tanjung Batu, Tolongano, Tosale, Towale, dan Watatu(http://id.wikipedia.org).

(Iswara N. Raditya/Ker/021/10-2010)

Sumber Foto: http://id.wikipedia.org

Referensi

Agustan T. Syam, “Tanjung Karang Masih Menawan”, dalam http://portal.cbn.net.id, data diunduh padatanggal 29 September 2010.

“Banawa, Donggala”, dalam http://id.wikipedia.org, data diunduh pada tanggal 29 September 2010.

Edi Wicaksono, “Sejarah Kabupaten Donggala”, dalam http://ediwicak.blogspot.com, data diunduh padatanggal 29 September 2010.

Iin Ainar Lawide, ”Sejarah Singkat Kerajaan Banawa”, dalam http://iinainarlawide.blogspot.com, datadiunduh pada tanggal 29 September 2010.

Jamrin Abubakar, “Pelabuhan Donggala, Dari Sawerigading sampai Orde Baru”, dalamhttp://catatanjamrin.blogspot.com, data diunduh pada tanggal 29 September 2010.

“Lintasan Sejarah”, dalam http://infokom-sulteng.go.id, data diunduh pada tanggal 29 September 2010.

Marahalim Siagian, “Kurangnya Minat Riset Antropologi Tentang Orang Kaili”, dalamhttp://www.masagala.co.cc, data diunduh pada tanggal 29 September 2010.

“Palu Tempoe Doeloe”, dalam http://linosidiru.blog.friendster.com, data diunduh pada tanggal 29September 2010.

“Sawerigading”, dalam http://id.wikipedia.org, data diunduh pada tanggal 29 September 2010.

“Sejarah Singkat Kabupaten Donggala”, dalam http://donggala.go.id, data diunduh pada tanggal 29September 2010.

“Sejarah Sulawesi Tengah”, dalam http://www.sejarahbangsaindonesia.co.cc, data diunduh pada tanggal29 September 2010.

“Sureq Galigo”, dalam http://id.wikipedia.org, data diunduh pada tanggal 29 September 2010.

Dibaca : 28.264 kali.

Kembali ke atas

Berikan komentar anda :

Silakan Login Untuk KomentarSilakan Login atau Mendaftar terlebih dahulu jika anda belum menjadi anggota.

Kolom untuk yang sudah menjadi member

Email

Password

Mendaftar Menjadi AnggotaBelum mempunyai akun ? silakan klik disiniMembuat akun hanya perlu beberapa menit.

Beranda | Berita | Opini | Artikel | Sejarah Melayu | Budaya Melayu | Sastra Melayu | Tokoh Melayu | Peneliti Melayu | PenghargaanKamus Melayu | Ensiklopedi Melayu | Agenda | Direktori | Pautan | Forum | Resensi Buku | Perpustakaan | Koleksi | Kedai

Komentar Tamu | Tentang Kami | Kerjasama | Hubungi Kami | Donasi | Peta Situs

Kerajaan Banawa (Donggala) di Sulawesi Tengah | Melayu Online http://melayuonline.com/ind/history/dig/506/kerajaan-banawa-di-sulawes...

6 dari 7 10/28/2015 6:26 PM

Page 7: Kerajaan Banawa (Donggala) Di Sulawesi Tengah _ Melayu Online

Kerajaan Banawa (Donggala) di Sulawesi Tengah | Melayu Online http://melayuonline.com/ind/history/dig/506/kerajaan-banawa-di-sulawes...

7 dari 7 10/28/2015 6:26 PM