75
KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memeroleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Oleh: Siti Fatimah 1110033100050 PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H./2017 M.

KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBAL

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memeroleh

Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Oleh:

Siti Fatimah

1110033100050

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H./2017 M.

Page 2: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan
Page 3: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan
Page 4: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

“KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBAL”

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memeroleh

Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Oleh:

Siti Fatimah

NIM. 1110033100050

Dosen Pembimbing

Hanafi, MA

NIP. 19691216 199603 1 002

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H./2017 M.

Page 5: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan
Page 6: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

iv

PEDOMAN TRANSLITERASI

Arab Indonesia Inggris Arab Indonesia Inggris

ṭ ṭ ط a a ا

ẓ ẓ ظ b b ب

‘ ‘ ع t t ت

gh gh غ ts th ث

f f ف j j ج

q q ق ḥ ḥ ح

k k ك kh kh خ

l l ل d d د

m m م dz dh ذ

n n ن r r ر

w w و z z ز

h h ه s s س

’ ’ ء sy sh ش

y y ي ṣ ṣ ص

h h ة ḍ ḍ ض

VOKAL PANJANG

Arab Indonesia Inggris

ā ā ٲ

ىٳ ī ī

وٲ ū ū

Page 7: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

v

Abstrak

Siti Fatimah (1110033100050)

Kerja dalam Perspektif Muhammad Iqbal

Muhammad Iqbal adalah tokoh pembaru pemikiran Islam pada abad ke-20.

Sumbangsihnya terhadap pemikiran-pemikiran Islam masih sangat melekat dalam

benak para cendikiawan Muslim dan non-Muslim yang mengagumi pemikirannya.

Penilitan ini terfokus kepada pemikiran Muhammad Iqbal tentang Kerja. Penelitian

ini menggunakan metode kepustakaan (library research). Adapun metodologi skripsi

ini menggunakan pendekatan deskriptif-analitis.

Muhammad Iqbal memiliki pemikiran filsafat Ego atau disebut dengan filsafat

khudi. Melalui teori filsafat khudi (Ego), Muhammad Iqbal memunculkan pemikiran-

pemikiran lainnya, salah satunya adalah pandangannya tentang kerja. Kerja menurut

Muhammad Iqbal adalah untuk merealisasikan dirinya melalui sesuatu yang harus

dibentuk dan dibentuk kembali dengan kerja yang tidak pernah putus. Sesuatu yang

terus-menerus dibentuk itu adalah karya cipta dan ilmu pengetahuan, sedangkan kerja

yang tidak pernah putus adalah usaha dan kerja keras. Kerja adalah proses gerak

manusia dalam suatu kegiatan menuju kebaikan yang sempurna. Kerja tersebut harus

bersifat dinamis dan kreatif. Dengan kedinamisan, kerja manusia tidak hanya untuk

memenuhi kebutuhan jasmani saja, tapi juga untuk memenuhi kebutuhan rohani.

Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

karya cipta dan ilmu pengetahuan baru.

Kerja manusia adalah aktivitas ibadah, aktivitas yang seharusnya membuat

manusia semakin merasa dekat dan giat beribadah kepada Allah. Aktivitas kerja juga

seharusnya sebagai salah satu cara untuk bisa bersikap toleransi dengan manusia lain,

karena peran manusia adalah mencapai kesatuan generasi yang lebih baik dari

generasi sebelumya atau dalam level lebih tinggi mencapai kesempurnaan generasi

Insan Kamil (Manusia Sempurna).

Kata Kunci: Muhammad Iqbal, Kerja, Dinamis, Kreatif.

Page 8: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

vi

UCAPAN SYUKUR DAN TERIMA KASIH

Bismillāhirraḥmānirraḥīm

Alḥamdulillāh segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Tiada kata

mampu mengungkap rasa syukur kepada-Nya. Atas bimbingan dan kehendak-

Nya, akhirnya penulis sanggup dan mampu menyelesaikan penulisan skripsi

dengan judul KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBAL.

Ṣalawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada baginda Nabi

Muhammad saw, pemberi nilai-nilai keislaman yang paling beradab diantara

zaman-zaman peradaban.

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, Fakultas

Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis

sadari bahwa skripsi ini terselesaikan bukan dengan hasil jerih payah penulis

sendiri, melainkan adanya dorongan motivasi serta bantuan baik moril dan materil

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, patut kiranya penulis sampaikan rasa terima

kasih dan penghargaan yaitu:

1. Jika langit dan bumi dibatasi oleh setinggi-tinggi dan seluas-luasnya, maka

ucapan terima kasih untuk kedua orangtuaku yaitu Abah H. Muhamad Sartim

dan Mimi Hj. Malikhah tiada terhingga. Berkat didikan, kasih sayang, serta

doa-doa tulus dari mereka, penulis mampu untuk menyelesaikan tugas ini.

2. Kepada Bapak Hanafi Arsyad, MA sebagai dosen pembimbing dalam

menulis skripsi ini. Terima kasih yang sedalam-dalamnya atas keluangan

waktu, kesabaran, serta keikhlasan dalam membimbing penulis. Semoga amal

Page 9: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

vii

kebaikan Bapak selalu menjadi bekal keberkahan bagi setiap aktivitas dan

kesehatan Bapak.

3. Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ibu Dra. Tein Rohmatin, MA

dan Bapak Dr. Abdul Hakim Wahid, MA selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris

Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam. Mereka sebagai orang tua sekaligus rekan

kerja penulis di Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam yang tidak pernah bosan

untuk selalu mendorong, menyemangati, dan mengingatkan dalam proses

penyelesaian tugas ini.

4. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Muhammad

Suryadinata, MA selaku Wadek Bidang Kemahasiswaan, yang selalu

mengingatkan untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Faqih, MA

yang telah bersedia meningatkan dan meminjamkan beberapa referensi pokok

untuk penyelesaian skripsi ini.

5. Terima kasih kepada Prof. Dr. Masri Mansoer, MA selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin, Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.M. selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dosen-dosen beserta staf dan karyawan di lingkungan

Fakultas Ushuluddin. Mereka telah memberikan bantuan dan kemudahan

dalam bidang administrasi dikampus.

6. Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Miftahussalam, S.Ag

selaku Kepala Sekolah SMP Plus dan SMK Mutiara Bangsa Kemiri, dan

kepada Ibu Sukaesih, S.Ag. Mereka sebagai orangtua kedua penulis selalu

mendoakan dengan tulus dan memberikan dorongan untuk penyelesaian tugas

ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Hery Ahmad,

Page 10: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

viii

S.Kom.I, Bapak Mister Hadidi, S.Sy, Bapak Muhammad Nur, S.Pd.I, Ibu

Sultanah, Ibu Zulaichoh, S.Pd, beserta guru-guru, staf, karyawan, siswa-

siswi, dan alumni SMP Plus dan SMK Mutiara Bangsa Kemiri yang selalu

memberikan doa-doa terbaik bagi penulis.

7. Terima kasih yang tak terhingga untuk Aa Ali, adik-adikku Mumun, Endim,

Yusuf, Aam, Maswah, “dua comel” Saroh dan Robiah. Berkat doa tulus dan

semangat dari mereka, penulis mampu untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Terima kasih untuk sahabat-sahabat Kosan Kaffah, Huda Riyana Yasin,

Ilawati, Raisa Soraya, Linda Pratiwi, Tuti Aliyah dan Mba Mutmainah, yang

selalu menyemangati dikala semangat penulis terasa menurun.

9. Terima kasih untuk sahabat-sahabat AF 2010 Mba Syiroh, Abdus Syakur,

Bahrur Rosi, Tuti Maesaroh, Ruha, Sofi, Diana, Nina, Epin, Misbah, Bindan,

Ocho, Diah, dan sahabat-sahabat AF lainnya yang tidak mungkin disebutkan

satu persatu. Suatu keberuntungan bagi penulis dapat mengenal dan

menjadikan mereka sebagai sahabat terbaik.

10. Terima kasih yang sedalam-dalamnya untuk Ibu Zubaidah Said Jamhuri dan

Ibu Hasbullah yang pernah memberikan kesempatan tempat tinggal bagi

penulis ketika masih dalam masa perkuliahan. Bimbingan mereka untuk

menjadi perempuan mandiri adalah pengetahuan dan pengalaman yang tidak

bisa disampaikan hanya dengan kata-kata.

Semoga peran serta mereka mendapat balasan kebaikan, senantiasa diberi

keberkahan dan kebahagiaan dunia maupun akhirat, āmīn yā rabb al-„ālamīn.

Ciputat, 16 Oktober 2017

Siti Fatimah

Page 11: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .............................. iii

PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 7

D. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7

E. Metode Penelitian ......................................................................... 9

F. Sistematika Penulisan ................................................................... 10

BAB II BIOGRAFI

A. Kehidupan dan Pendidikan ........................................................... 11

B. Karier ............................................................................................ 14

C. Tokoh-tokoh yang Berpengaruh ................................................... 20

D. Karya-karya .................................................................................. 23

BAB III KERJA DAN FILSAFAT A. Definisi Kerja ............................................................................... 28

B. Kerja dalam Ruang Lingkup Filsafat............................................ 30

C. Korelasi antara Kerja dengan Filsafat ......................................... 37

BAB IV KERJA MENURUT MUHAMMAD IQBAL

A. Dinamis ......................................................................................... 41

B. Kreatif ........................................................................................... 49

C. Ibadah ........................................................................................... 58

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 59

B. Saran-Saran .................................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 62

Page 12: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Muhammad Iqbal adalah tokoh yang dikenal sebagai pembaru pemikiran

Islam pada awal abad ke-20. Muhammad Iqbal terkenal dengan semangat

nasionalisme yang tinggi, selain itu Muhammad Iqbal juga merupakan

penyumbang utama ide dan perjuangan bagi pemisahan umat Muslim India dari

umat Hindu India dengan membentuk wilayah tersendiri.1

Selain sebagai seorang nasionalis, Muhammad Iqbal juga dikenal sebagai

penyair yang hebat dari Punjab.2 Syair-syairnya mampu menggetarkan semangat

perjuangan bagi mereka yang membacanya, syair-syair tersebut kemudian

dikumpulkan dan disatukan menjadi sebuah buku, seperti Asrar-i Khudi (Rahasia-

Rahasia Pribadi), Payam-i Masyriq (Pesan dari Timur), Javid Nama (Kitab

Keabadian), serta beberapa kumpulan puisi lainnya. Fazlur Rahman pun memuji

Muhammad Iqbal sebagai satu-satunya pengkaji filsafat yang murni dan menjadi

kebanggan dunia Islam, karena meskipun Muhammad Iqbal memperoleh

pengetahuan dari Timur dan Barat tetapi ia mampu untuk tidak terlalu menerima

pemikiran materialis Barat dan tidak dominan pada intuisi Timur.3

Salah satu pemikiran utama dan memang filsafatnya yaitu pandangan

tentang individualitas, diri pribadi, ego atau lebih sering disebut oleh Muhammad

1 A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan (Bandung: Mizan,

1993), h. 189. 2 A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, h. 174.

3 Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas Tentang Transformasi Intelektual, terj. Ahsin

Mohammad (Bandung: Pustaka, 1985), h. 85.

Page 13: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

2

Iqbal sebagai khudi.4 Pembahasan individualitas manusia ini kemudian dijelaskan

lebih lanjut dalam The Reconstruction of Religious Thought in Islam (Rekontruksi

Pemikiran Religius dalam Islam).5

Salah satu hal menarik dalam prosa tersebut adalah Muhammad Iqbal

menjadikan Tuhan sebagai co-worker (rekan kerja) dari manusia.6 Menurut

Muhammad Iqbal, manusia memiliki bagian cita-cita yang lebih dalam dari alam

sekitarnya, melalui segenap potensi yang ada pada dirinya manusia mampu untuk

hidup menyesuaikan diri dengan alam, bahkan manusia mampu untuk mengatur

dan memola alam sesuai kepentingan dan tujuannya sendiri.7 Namun hal tersebut

hanya bisa tercapai apabila manusia mau mengembangkan potensi tersebut.

Tujuan dari Muhammad Iqbal menjadikan Tuhan sebagai „rekan kerja‟

(co-worker) manusia adalah untuk membangkitkan kesadaran manusia bahwa

tidak ada sosok realitas begitu kuat dan begitu menginspirasi seperti ruh manusia.

Dalam ruh manusia terdapat aktivitas kreatif, bergerak maju, bangkit dari satu

keadaan kepada keadaan lain.8

Dengan menjadikan Tuhan sebagai “rekan kerja” manusia, tugas manusia

tidak sedikit, manusia harus turut serta aktif berpartisipasi dalam proses

penciptaan alam. Tuhan tidak pernah berhenti untuk menciptakan alam, dan dalam

proses penciptaan tersebut manusia dilibatkan oleh Tuhan, dalam istilah

Muhammad Iqbal, manusia sebagai co-worker adalah perpanjangan tangan dari

4 Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi (Rahasia-Rahasia Pribadi), terj. Bahrum Rangkuti

(Jakarta: Bulan Bintang, 1953), h. 18. 5 Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, terj. Hawasi dan Musa

Kazhim (Bandung: Mizan, 2016), h. 115. 6 Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, h. 13.

7 Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, h. 14.

8 Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, h. 12.

Page 14: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

3

Tuhan sehingga manusia menjadi subjek yang aktif dan kreatif.9 Ia harus mampu

menjadikan keberadaan alam sebagai objek dari kreativitas kerja manusia, karena

proses penciptaan alam tidak bisa berhenti begitu saja setelah diciptakan. Alam

harus terus dikembangkan oleh manusia dengan segenap potensi yang

dimilikinya.

Dalam hal ini Muhammad Iqbal menggunakan ayat 11 surat al-Ra„d untuk

menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi lebih dalam mengatur nasibnya,

“Sesungguhnya Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka

mengubah nasib mereka sendiri.”10

Namun apabila manusia berhenti untuk

berinisiatif dan tidak mau mengembangkan kekayaan batinnya, maka ruh di

dalamnya akan mengeras membatu dan merendahkan derajatnya sampai ke

tingkat benda mati.

Muhammad Iqbal sangat menekankan pentingnya aksi dibandingkan

hanya pemikiran yang tidak pernah terwujud nyata. Maka dari itu dalam

pengantar The Reconstruction of Religious Thought in Islam, Muhammad Iqbal

menegaskan bahwa al-Qur‟an adalah sebuah kitab yang menekankan „perbuatan‟

(deed) daripada „pemikiran‟ (idea).11

Kerja manusia tidak diperuntukkan bagi

dirinya sendiri, kerja manusia untuk membangun alam. Seperti disebutkan oleh

Muhammad Iqbal dalam puisinya, Tuhan dan Manusia:12

“Tuhan

Kubentuk dunia ini dari lempung yang satu dan sama

9 Hawasi, Eksistensialisme Mohammad Iqbal (Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2003), h.

24. 10

Q.S. Al-Ra„d [13]: 11 11

Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, h. xxiii. 12

Muhammad Iqbal, Pesan dari Timur, terj. Abdul Hadi W.M. (Bandung: Mizan, 1985),

h. 66.

Page 15: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

4

Kau bikin Iran, Ethiopia dan negeri Mongol

Dari tanah kau buat besi, murni tanpa campuran

Kau buat pedang, anak panah dan senjata

Kau bikin kapak, untuk menebang pohon yang Ku (Tuhan) tumbuhkan

Dan membuat sangkar untuk burung Ku (Tuhan) yang berkicau bebas

Manusia

Kau (Tuhan) mencipta malam, aku mencipta lampu yang meneranginya

Kau (Tuhan) buat lempung, ku bikin darinya cawan minuman

Kau (Tuhan) bikin hutan liar, gunung dan padang rumputan

Ku cipta kebun, taman, jalan-jalan dan padang gembala

Ku rubah racun berbisa jadi minuman segar

Akulah yang mencipta cermin cerlang dari pasir.”

Puisi analogi percakapan antara Tuhan dan manusia tersebut menjelaskan

bahwa apa yang telah Tuhan ciptakan di dunia ini tidak berhenti begitu saja, tugas

manusialah untuk melanjutkan peran penciptaan selanjutnya terhadap dunia. Oleh

karena itu, Tuhan dan manusia adalah “rekan kerja” paling baik dalam proses

penciptaan alam. Manusia sebagai pemberi nama, pemberi bentuk, dan pemberi

fungsi pada benda-benda alam.

Karena segala sesuatunya berasal dari Tuhan, maka seharusnya kerja

manusia adalah sebagai wujud ibadah kepada Tuhan dan pada setiap pekerjaan

yang manusia lakukan tidak bisa mengalihkan peran Tuhan. Kerja manusia tidak

diperuntukkan bagi dirinya saja, melainkan juga sebagai interpretasi dari

keberadaan Tuhan. Jika manusia menjadikan diri bekerja hanya untuk diri sendiri,

menurut Murtadha Muthahhari, semua gerak-gerik manusia sangat egois,

kesibukan dan aktivitasnya dilakukan hanya untuk dirinya.13

Mulai bangun dari

tidur sampai kembali ke tempat tidur, semua jerih payah yang manusia lakukan

hanya untuk kehidupan pribadinya saja, asal perut kenyang, badan tertutupi, dan

tersedia tempat tinggal untuk dirinya.

13

Murtadha Muthahhari, Manusia Seutuhnya: Studi Kritis atas Berbagai Pandangan

Filsafat, Irfan, dan Teori Sosial Modern (Insan Kamil), terj. Abdillah Hamid Ba‟abud (Jakarta:

Sadra Press, 2012), h. 190.

Page 16: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

5

Pemikiran Muhammad Iqbal adalah salah satu bentuk keprihatinan yang

mendalam pada krisis Islam dalam masyarakat kontemporer, terutama pada

Muslim India.14

Muhammad Iqbal mengetahui kemunduran yang terjadi pada

umat Muslim India diakibatkan oleh pembatasan pemerintah India terhadap ruang

lingkup pendidikan, politik, dan pekerjaan bagi Muslim India saat itu. Dalam

bidang pendidikan Universitas Punjab seperti hanya dikhususkan menjadi

lembaga pendidikan Hindu, begitu pula dalam panggung politik yang dikuasi oleh

ahli-ahli hukum Hindu, sementara dalam lingkup pekerjaan umat Muslim India

hanya diperbolehkan untuk mengelola ladang mereka sendiri sedangkan kantor-

kantor umum dan lembaga-lembaga pemerintahan sangat sulit dimasuki oleh

seorang Muslim.15

Akibat dari pembatasan ruang gerak tersebut, secara perlahan membuat

Muslim India mengalami kemunduran, kemandegan pengetahuan, dan hal paling

terlihat jelas adalah minoritas Muslim India dan mayoritas Hindu satu sama lain

saling membenci dan bermusuhan.16

Konflik tersebut membuat pemikiran

Muhammad Iqbal semakin mengkristal, hingga muncullah ide bahwa umat Hindu

dan Muslim India harus terpisah, karena masing-masing harus bekerja demi masa

depan nasional mereka secara terpisah.17

Ide tersebut disampaikan oleh

Muhammad Iqbal pada sidang tahunan All India Muslim League pada tahun

1930.18

14

John L. Esposito, Dinamika Kebangunan Islam, terj. Bakri Siregar (Jakarta: Rajawali,

1987), h. 214. 15

A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, h. 180. 16

A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, h. 181. 17

A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, h. 178. 18

A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, h. 182.

Page 17: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

6

Kondisi Muslim India yang diperlemah dan menjadi minoritas masyarakat

diantara mayoritas umat Hindu dengan pemerintah kolonial Inggris, menjadikan

pemikiran dan pengetahuan Muslim India jalan di tempat. Sikap kelemahan akan

menunjukkan kepasifan, ketika sikap pasif telah melekat pada diri manusia,

hidupnya akan terus bergantung pada diri yang lain, akibatnya manusia akan

kehilangan kualitas diri dengan melenyapkan keunikannya.19

Sikap tersebut

menurut Muhammad Iqbal dianggap sebagai penyimpangan dari semangat Islam,

yaitu semangat gerakan yang dinamis dan evolusi yang kreatif.20

Robert D. Lee menyebutkan bahwa Muhammad Iqbal memandang dunia

sebagai produk usaha manusia,21

dengan kata lain dunia menjadi lahan kerja bagi

manusia dalam mewujudkan kreativitasnya terhadap alam. Muhammad Iqbal

menganalogikan dalam Javid Nama (Kitab Keabadian), dimana Bartari-Hari

sebagai filosof kuno India, menasehati Zinda-Rud sebagai diri Muhammad Iqbal:

“Dunia yang kau lihat ini bukanlah buatan Tuhan

Kaulah penyebab jentera pemintalmu berputar

Pun benang yang tergulung padanya

Tunduklah pada Hukum imbalan perbuatan

Karena dari perbuatan terlahir Neraka, Pembersihan Jiwa dan Surga.”22

Puisi tersebut menjelaskan bahwa semata-mata dunia bukanlah buatan

Tuhan, manusia diberikan peran kreatif untuk mengatur, memola, dan membuat

produk melalui kedinamisan yang ada dalam dirinya. Kegiatan kreatif tersebut

akan memperoleh imbalan dari kerja yang dilakukannya, jika melalui

19

Robert D. Lee, Mencari Islam Autentik: Dari Nalar Puitis Iqbal Hingga Nalar Kritis

Arkoun, ter. Ahmad Baiquni (Bandung: Mizan, 2000), h. 73. 20

John L. Esposito, Dinamika Kebangunan Islam, h. 215. 21

Robert D. Lee, Mencari Islam Autentik: Dari Nalar Puitis Iqbal Hingga Nalar Kritis

Arkoun, h. 77. 22

Muhammad Iqbal, Javid Nama: Ziarah Abadi, terj. Dewi Candraningrum (Yogyakarta:

Fajar Pustaka, 2000), h. 84.

Page 18: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

7

pekerjaannya manusia menjadi lebih jauh dari Tuhannya, maka imbalannya

adalah neraka. Tapi apabila kreativitas manusia digunakan untuk kebaikan, maka

akan sesuai dengan kebaikan yang telah manusia itu perbuat, bahkan dijanjikan

surga. Berdasarkan latar belakang tersebut kajian kerja dalam perpektif

Muhammad Iqbal sangat menarik bagi penulis, karena Muhammad Iqbal tidak

menjadikan kerja hanya sebagai aktivitas fisik saja, dibalik kerja manusia ada

peran Tuhan yang ingin menunjukkan keberadaannya dalam setiap aktivitas

manusia, termasuk dalam proses kerja manusia.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi dan memfokuskan

pada pokok persoalan apa dan bagaimana pandangan Muhammad Iqbal tentang

kerja. Jika Muhammad Iqbal memandang Tuhan sebagai co-worker “rekan kerja”

manusia, lalu kerja seperti apa yang diinginkan Tuhan ada pada manusia? Adapun

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bahwa Muhammad Iqbal sangat

lekat dengan pemikiran kedinamisan, daya kreatif dan perbuatan nyata (action)

dari manusia.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui latar belakang

pemikiran dan gagasan Muhammad Iqbal tentang kerja, selain itu penulisan ini

merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan perkuliahan di Strata Satu (S1)

Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengetahui makna

kerja manusia dan tidak terlepas dari peran Tuhan.

Page 19: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

8

D. Tinjauan Pustaka

Penulis telah meninjau beberapa karya ilmiah berupa skripsi yang

membahas tentang pemikiran Muhammad Iqbal. Pertama, skripsi pada tahun

2003 yang berjudul Pandangan Muhammad Iqbal Tentang Ego ditulis oleh

Mursali, mahasiswa Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Secara garis besar skripsi ini fokus pada diri atau ego yang

menjadi faktor sentral dalam mengontrol kehidupan manusia.

Kedua, skripsi pada tahun 2007 yang berjudul Konsep Tuhan Menurut

Muhammad Iqbal ditulis oleh Jamaluddin Alafghani mahasiswa Aqidah Filsafat

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Inti dari skripsi ini adalah

tentang konsep Ego Mutlak atau Tuhan yang tidak hanya transenden tapi juga

immanen sebagai realitas yang ada disekitar manusia, tentunya menurut

Muhammad Iqbal.

Ketiga, skripsi pada tahun 2012 yang berjudul Mistisime Islam dalam

Perspektif Iqbal (Konsep Deskripstif, Filosofis dan Tasawuf) ditulis oleh Hifdi

Ridho mahasiswa Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Skripsi ini membahas konsep Khuda (Tuhan) yang termanifestasi dalam

diri (khudi) manusia, dimana manusia dapat menyerap sifat-sifat Tuhan tapi tidak

sampai menghilangkan realitas manusia itu sendiri sebagai makhluk karena

Pencipta berbeda jauh dengan ciptaan.

Keempat, skripsi pada tahun 2015 yang berjudul Kehendak Kreatif dalam

Pandangan Muhammad Iqbal ditulis oleh A. Rusliyanto mahasiswa Filsafat

Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga

Page 20: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

9

Yogyakarta. Skripsi ini memfokuskan pada kehendak kreatif manusia menuju

realisasi akan Khudi pada diri manusia.

Kelima, skripsi pada tahun 2016 yang berjudul Epistemologi Muhammad

Iqbal ditulis oleh Zaini Tafrikhan mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini menggarisbesarkan pada

cara memperoleh pengetahuan melalui intuisi, karena dengan intuisi manusia

mampu untuk mengenali diri, alam semesta dan Tuhan.

Keenam, tesis pada tahun 2016 yang ditulis oleh Zulkarnain berjudul

“Filsafat Khudi Mohammad Iqbal dan Relevansinya Terhadap Masalah Keindonesiaan

Kontemporer”, Pascasarjana UIN Sumatera Utara Medan. Tesis ini fokus pada

pembahasan relevansi filsafat khudi terhadap masalah etika dan budaya pada Indonesia.

Dari beberapa tinjauan pustaka tersebut, semua telah sama-sama

membahas tokoh Muhammad Iqbal, namun tentunya berbeda dalam fokus

pembahasan yang akan penulis kaji. Permasalahan yang akan penulis teliti adalah

apa dan bagaimana kerja dalam perspektif Muhammad Iqbal.

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode kepustakaan

(library research) terhadap karya Muhammad Iqbal yaitu The Reconstruction of

Religious Thougt in Islam yang telah diterjemahkan oleh Hawasi dan Musa

Kazhim dengan judul Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, dan Asrar-i

Khudi yang juga telah diterjemahkan oleh Bahrum Rangkuti menjadi Asrar-i

Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, serta karya-karya lain yang relevan. Dalam hal

ini penulis menggunakan sumber-sumber pustaka sebagai rujukan utama dan

Page 21: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

10

mengumpulkan buku-buku serta dokumen lain berupa buku-buku, jurnal, skripsi,

tesis, dan artikel dari internet yang berkaitan dengan penelitian ini.

Adapun metodologi skripsi ini menggunakan pendekatan deskriptif-

analitis yaitu pengumpulan dan pengolahan data dari berbagai sumber literatur

yang relevan dengan tema pembahasan dalam penulisan ini kemudian

menganalisanya.

Secara teknis, penulisan skripsi ini berdasarkan pada Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: CeQda UIN Syarif

Hidayatullah, 2007. Sedangkan pedoman transliterasi berasal dari Jurnal

Himpunan Peminat Ilmu Ushuluddin (HIPIUS). Volume 1, Nomor 1, Januari

Tahun 2011.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, pada bab pertama pendahuluan,

terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Kemudian bab dua membahas biografi Muhammad Iqbal, mulai dari sejarah

pendidikan, karier dan karya-karya dari Muhammad Iqbal. Selanjutnya bab tiga,

membahas tentang definisi kerja secara umum, kerja dalam ruang lingkup filsafat,

serta membahas korelasi antara kerja dan filsafat. Bab empat akan membahas inti

dari tema skripsi yakni Kerja dalam Perspektif Muhammad Iqbal. Dalam bab ini

akan dibahas kerja menurut Muhammad Iqbal, dalam pandangannya terhadap

kedinamisan, kreativitas, dan ibadah. Bab lima atau terakhir merupakan penutup

dari skripsi ini yang berisi tentang kesimpulan, dan saran-saran.

Page 22: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

11

BAB II

BIOGRAFI MUHAMMAD IQBAL

A. Kehidupan dan Pendidikan

Muhammad Iqbal lahir pada 9 November 1877 M.1 di Sialkot perbatasan

Punjab, Pakistan. Muhammad Iqbal terlahir dari rahim seorang ibu bernama Imam

Bibi yang terkenal sangat religius meskipun tidak pernah mendapatkan pendidikan

formal umum.2 Sedangkan ayahnya bernama Syaikh Nur Muhammad adalah

seorang sufi yang bekerja keras untuk keluarga dan agamanya.3 Nenek

moyangnya berasal dari kaum Brahmana di Lembah Kashmir dan telah memeluk

Islam dua ratus tahun yang lalu.4

Disebutkan dalam Tokoh-Tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20 bahwa

keluarga Muhammad Iqbal dikenal sebagai keluarga yang religius, kereligiusan

inilah kelak mencetak Iqbal menjadi seorang sufi sekaligus pemikir.5 Dapat dilihat

dari cara Muhammad Iqbal memperoleh pendidikan pertamanya, yaitu pendidikan

yang lengkap dari kedua orangtuanya, berupa pengetahuan mengenai agama

Islam. Muhammad Iqbal juga mempelajari ilmu agama di maktab (madrasah)

untuk belajar al-Qur‟an.6 Begitu pula yang diberikan kepada ketiga saudara

1 A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan (Bandung: Mizan,

1993), h. 173. 2 Zaini Tafrikhan, “Epistemologi Muhammad Iqbal” (Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 15. 3 Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 182.

4 Abul Hasan Ali Al-Husni An-Nadwi, Percikan Kegeniusan Muhammad Iqbal, terj.

Suyibno H.M. (Jakarta: Integrita Press, 1985), h. 13. 5 Herry Muhammad, dkk., Tokoh-Tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20 (Jakarta:

Gema Insani, 2006), h. 237 6 Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam: dari Masa

Klasik Hingga Indonesia Kontemporer (Jakarta: Kencana 2010), h. 26.

Page 23: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

12

perempuan dan saudara laki-laki Muhammad Iqbal.7 Muhammad Iqbal sangat

beruntung memiliki orang tua seperti Syaikh Nur Muhammad dan Imam Bibi,

mereka tidak pernah membatasi pendidikan anak-anaknya hanya pada ilmu

agama, tapi juga memberikan ruang bagi anak-anaknya untuk mempelajari ilmu-

ilmu lainnya dalam sekolah-sekolah formal.8

Muhammad Iqbal mendapatkan pendidikan dasar dan menengah di

Sialkot, Iqbal sangat beruntung memiliki seorang guru seperti Sayyid Mir Hasan

(1844-1929). Sayyid Mir Hasan adalah seorang terpelajar, ulama sekaligus sufi

yang dijuluki sebagai Shāms al-‘Ulamā.9 Ia adalah salah satu guru yang cukup

berpengaruh penting bagi pemikiran Muhammad Iqbal karena mengajarkan

esensi-esensi kebudayaan Islam dan sangat memahami betul bakat yang dimiliki

Muhammad Iqbal sejak muda.10

Atas saran dari Sayyid Mir Hasan, Muhammad

Iqbal terus mengembangkan bakatnya dalam bidang sastra. Sayyid Mir Hasan

berhasil menanamkan rasa cinta ilmu pengetahuan dan kesusastraan Islam, sampai

akhir hayat Muhammad Iqbal tidak pernah melupakan jasa baik gurunya itu.11

Pada tahun 1892 Muhammad Iqbal berhasil lulus dari sekolah menengah

dengan predikat pujian dan mendapatkan beasiswa dari Scotch Mission College.

Pada tahun 1893, Iqbal menjadi mahasiswa tingkat pertama yang kuliah pada

ilmu-ilmu humaniora di Scotch Mission College. Pada 1895 Iqbal berhasil

7 Javid Iqbal, dkk., Sisi Manusiawi Iqbal, terj. Nurul Agustin dan Ihsan Ali Fauzi

(Bandung: Mizan, 1992), h. 17-18. 8 Zulkarnain “Filsafat Khudi Mohammad Iqbal dan Relevansinya terhadap Masalah

Keindonesiaan Kontemporer (Tesis Pascasarjana UIN Sumatera Utara Medan, 2016), h. 20. 9 Abul Hasan Ali Al-Husni An-Nadwi, Percikan Kegeniusan Muhammad Iqbal, terj.

Suyibno H.M. (Jakarta: Integrita Press, 1985), h. 13. 10

Luce Claude Maitre, Pengantar ke Pemikiran Iqbal, terj. Djohan Effendi (Bandung:

Mizan, 1985), h. 13. 11

Abul Hasan Ali Al-Husni An-Nadwi, Percikan Kegeniusan Muhammad Iqbal, h. 13.

Page 24: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

13

menyelesaikan tahun keduanya di Scotch Mission College, Sialkot.12

Karena

bakat yang ada pada dirinya, orang tua Muhammad Iqbal mendorongnya untuk

melanjutkan ke jenjang lebih tinggi yaitu Government College, sebuah lembaga

pendidikan terbaik di anak benua itu.13

Muhammad Iqbal menambah wawasan dalam ilmu pengetahuan kepada

Sir Thomas Arnold yang merupakan tokoh orientalis Inggris terkenal.14

Muhammad Iqbal berhasil meraih gelar B.A. dalam bidang bahasa Arab pada

1897 dan masternya pada tahun 1899.15

Pengaruh yang sangat kental dalam

perkembangan intelektual Muhammad Iqbal dipelopori oleh Sir Thomas Arnold,

ia merupakan guru Muhammad Iqbal yang terkenal sangat piawai dalam

memadukan pengetahuan luas tentang filsafat Barat dan pengertian mendalam atas

kebudayaan Islam dan kesusastraan Arab.16

Ia adalah pemberi dorongan paling

utama bagi Muhammad Iqbal untuk bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik

di Eropa.17

Pada tahun 1905, Muhammad Iqbal belajar di Lincoln‟s Inn untuk gelar

pengacara. Sementara di Universitas Cambridge, Muhammad Iqbal mendaftarkan

dirinya di tingkat sarjana muda dan belajar pada R.A. Nicholson, seorang spesialis

12

John L. Esposito, Dinamika Kebangunan Islam, terj. Bakri Siregar (Jakarta: Rajawali,

1987), h. 214. 13

Javid Iqbal, dkk., Sisi Manusiawi Iqbal, terj. Nurul Agustin dan Ihsan Ali Fauzi

(Bandung: Mizan, 1992), h. 18. 14

John L. Esposito, Dinamika Kebangunan Islam (Jakarta: Rajawali, 1987), h. 214. 15

Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam: dari Masa

Klasik Hingga Indonesia Kontemporer (Jakarta: Kencana, 2010), h. 87. 16

Luce Claude Maitre, Pengantar ke Pemikiran Iqbal, terj. Djohan Effendi (Bandung:

Mizan, 1985), h. 14. 17

Danusiri, Epistemologi dalam Tasawuf Iqbal (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,

1996), h. 4-5.

Page 25: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

14

dalam sufisme, dan John McTaggart seorang Neo-Hegelian.18

Ini adalah salah

satu hal yang tidak biasa, mengingat Muhammad Iqbal telah meraih gelar master

filsafat dari Universitas Punjab di Lahore, sekaligus sedang mempersiapkan

sebuah disertasi doktoral dalam bidang filsafat yang diajukan pada Universitas

Munich di Jerman. Disertasi tersebut berjudul The Development of Metaphysics in

Persia yang mampu Muhammad Iqbal pertahankan di hadapan Prof. F. Hommel

dan berhasil meraih gelar dictoris philosophiae gradum pada 4 November 1907.19

Bagi Muhammad Iqbal, kesempatannya berada di Eropa merupakan cara

terbaik untuk menimba ilmu sebaik mungkin. Hal ini Muhammad Iqbal buktikan

dengan sederet gelar yang berhasil diraihnya, mulai dari gelar doktor filsafat, gelar

sarjana muda tahun 1907 dari Universitas Cambridge dan dikukuhkan sebagai

pengacara hukum di Lincoln‟s Inn, London, pada Juli 1908.20

Kehidupan Muhammad Iqbal ketika berada di Eropa sangatlah

memberikan kesan dalam beberapa hal. Selama di Eropa Muhammad Iqbal

berhasil menguasai pemikiran Eropa secara mendalam, pemikiran teologi dari

Thomas Aquinas hingga filsafat Henri-Louis Bergson dan Nietzsche.21

Tidak

heran jika pemikiran Muhammad Iqbal nantinya terpengaruh oleh beberapa

pemikiran Barat, termasuk idenya tentang individualitas yang dinamis.22

Bagi

Muhammad Iqbal, masyarakat Eropa memiliki sikap nasionalisme yang sempit

dan bersifat egois, namun juga cukup terpengaruh dengan masyarakat Eropa yang

18

John L. Esposito, Dinamika Kebangunan Islam, h. 214. 19

Javid Iqbal, dkk., Sisi Manusiawi Iqbal, h. 27-28. 20

Javid Iqbal, dkk., Sisi Manusiawi Iqbal, h. 46. 21

Robert D. Lee, Mencari Islam Autentik: dari Nalar Puitis Iqbal Hingga Nalar Kritis

Arkoun, terj. Ahmad Baiquni (Bandung: Mizan, 1997), h. 70. 22

John L. Esposito, Dinamika Kebangunan Islam, h. 215.

Page 26: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

15

sangat dinamis dan tidak kunjung merasa cukup.23

Usai menyelesaikan studi di

Eropa, Muhammad Iqbal kembali ke kampung halamannya di Lahore pada tahun

1908.24

B. Karier

Berbagai jenjang karier pernah Muhammad Iqbal jajaki, bahkan

Muhammad Iqbal terkenal memiliki kecakapan luar biasa dalam beberapa bidang

sebagai penyair, penulis prosa, filosof, ahli bahasa, ahli hukum, politisi, dan

guru.25

Berbagai keahlian Muhammad Iqbal menunjukkan bahwa ia termasuk

sebagai seorang pekerja keras dalam bidang-bidang yang ia geluti, ia tidak pernah

merasa cukup dengan keahlian yang dimilikinya, ia merasa perlu untuk terus

mengembangkan potensi-potensi yang masih ada dalam dirinya.

Sebelum Muhammad Iqbal memutuskan untuk melanjutkan

pendidikannya di Eropa. Terhitung setelah meraih gelar M.A. dalam bidang

filsafat pada tahun 1899, Iqbal telah menjadi staf dosen di perguruan tinggi

Pemerintah (Government College), tetapi karier sastranya telah memenuhi ruang

kerjanya terlebih dahulu.26

Sebelum akhirnya Muhammad Iqbal memutuskan

untuk menerima saran Sir Thomas Arnold pergi melanjutkan studi ke Eropa.

Ketika di Eropa, Muhammad Iqbal memulai karir dengan ditunjuk sebagai

guru besar dalam bahasa Arab di Universitas London selama enam bulan, dan

23

Bahrum Rangkuti, “Selintas Riwayat Hidup Iqbal” dalam buku terjemahan Muhammad

Iqbal, Asrar-I Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi (Jakarta: Bulan Bintang, 1953), h. 108. 24

Bahrum Rangkuti, “Selintas Riwayat Hidup Iqbal,” h. 108. 25

Luce Claude Maitre, Pengantar ke Pemikiran Iqbal, terj. Djohan Effendi (Bandung:

Mizan, 1985), h. 15 26

A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, h. 174

Page 27: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

16

diserahi jabatan sebagai ketua jurusan bidang Filsafat dan Kesusastraan Inggris. 27

Selama itu pula Muhammad Iqbal banyak mengadakan ceramah mengenai Islam

dan kebudayaan di London, yang kemudian dimuat dalam berbagai surat kabar

dan majalah berbahasa Inggris.28

Sekembalinya ke Lahore, Muhammad Iqbal memilih untuk mengajar di

Government College,29

lembaga pendidikan yang pernah menjadi almamaternya.

Ia memberikan pengajaran tentang filsafat, sastra Arab, dan Inggris. Namun hanya

setahun ia mengajar di lembaga pendidikan tersebut, hal ini disebabkan karena

Muhammad Iqbal merasa tidak bebas mengemukakan pemikiran dan kegelisahan

intelektualnya selama mengajar di Government College.30

Selain mengajar, Muhammad Iqbal pun bekerja sebagai advokat

(pengacara), namun kecintaannya kepada menulis prosa dan merangkai syair telah

membuatnya tidak tertarik lagi pada profesi hukum.31

Muhammad Iqbal selalu

menghadiri pertemuan-pertemuan tahunan yang diadakan oleh Arjuman Humayat-

i Islami (Perkumpulan Pembelaan Islam), pada acara tersebut Muhammad Iqbal

membacakan syair-syairnya, salah satunya adalah syair Shikwa (Ratap

Keluhan).32

Dari sini Muhammad Iqbal mulai tertarik pada Islam sebagai

organisasi sosial dan politik.33

27

Luce Claude Maitre, Pengantar ke Pemikiran Iqbal, h. 15. 28

Bahrum Rangkuti, “Selintas Riwayat Hidup Iqbal,” h. 108. 29

Bahrum Rangkuti, “Selintas Riwayat Hidup Iqbal,” h. 108. 30

Government College adalah salah satu lembaga pendidikan di Lahore yang dikuasai

oleh Pemerintahan Inggris, kala itu Inggris masih menjajah wilayah India. Muhammad Iqbal dan

Amin Husein Nasution, Politik Islam, h. 28. 31

Abul Hasan Ali Al-Husni An-Nadwi, Percikan Kegeniusan Muhammad Iqbal, h. 15. 32

Abul Hasan Ali Al-Husni An-Nadwi, Percikan Kegeniusan Muhammad Iqbal, h. 15. 33

A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, h. 175.

Page 28: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

17

Pada tahun 1922 gelar kebangsawanan sir dianugerahkan kepada

Muhammad Iqbal oleh Raja George V, dan juga mendapatkan gelar allamah.34

Dalam kancah politik praktis, Muhammad Iqbal meniti karier sebagai Dewan

Legislatif Punjab untuk masa jabatan tahun 1926-1930. Pada tahun 1930, Iqbal

diangkat menjadi Presiden Dewan Legislatif yang sekaligus pada waktu itu juga

menjabat sebagai Presiden Liga Muslim. Untuk pertama kalinya di depan forum

terbuka, Muhammad Iqbal mengajukan tujuan nasional dari pendirian sebuah

Negara Islam di wilayah Timur Laut India.35

Di samping itu Muhammad Iqbal pernah menghadiri Konferensi Meja

Bundar sebanyak dua kali tahun 1931 dan 1932. Kemudian pada tahun 1933,

Iqbal terpilih sebagai Presiden Komite Kashmir dan pada tahun 1934 dipercaya

untuk memimpin Konferensi Muslim India. Dari banyaknya jabatan strategis yang

pernah dipegangnya, kiranya Muhammad Iqbal dapat dikatakan sebagai pemikir

yang ulung sekaligus politikus yang mahir.36

Ketertarikan Muhammad Iqbal terhadap politik adalah sebagai upaya

untuk menumbuhkan semangat umat Islam dalam mengatur hidupnya sendiri

terlepas dari dominasi Hindu India.37

Muhammad Iqbal prihatinan terhadap krisis

yang menimpa Islam dalam masyarakat kontemporer, terutama pada Muslim

India.38

Muhammad Iqbal bahkan melihat kemunduran yang terjadi pada umat

34

Robert D. Lee, Mencari Islam Autentik: dari Nalar Puitis Iqbal Hingga Nalar Kritis

Arkoun, h. 70. 35

Luce Claude Maitre, Pengantar ke Pemikiran Iqbal, h. 18. 36

Danusiri, Epistemologi dalam Tasawuf, h. 8-9. 37

Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam: dari Masa

Klasik Hingga Indonesia Kontemporer, h. 89. 38

John L. Esposito, Dinamika Kebangunan Islam, terj. Bakri Siregar (Jakarta: Rajawali,

1987), h. 214.

Page 29: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

18

Muslim India diakibatkan oleh pembatasan pemerintah India terhadap ruang

lingkup pendidikan, pekerjaan, dan politik bagi Muslim India saat itu. Dalam

bidang pendidikan Universitas Punjab seperti dikhususkan menjadi lembaga

pendidikan Hindu, begitu pula dalam panggung politik yang dikuasi oleh ahli-ahli

hukum Hindu, sementara dalam kantor-kantor umum dan lembaga-lembaga

pemerintahan sangat sulit dimasuki oleh seorang Muslim.39

Akibat dari pembatasan ruang gerak tersebut, secara perlahan membuat

Muslim India mengalami kemunduran, kemandegan pengetahuan, dan hal paling

terlihat jelas adalah minoritas Muslim India dan mayoritas Hindu satu sama lain

saling membenci dan bermusuhan.40

Konflik tersebut membuat pemikiran

Muhammad Iqbal semakin mengkristal, hingga muncullah ide bahwa umat Hindu

dan Muslim India harus terpisah, karena masing-masing harus bekerja demi masa

depan nasional mereka secara terpisah.41

Ide tersebut disampaikan oleh

Muhammad Iqbal pada sidang tahunan All India Muslim League pada tahun

1930.42

Bagi Muhammad Iqbal, umat Muslim India hanya dapat tetap hidup dan

bertahan di bumi India dengan memiliki pemerintahan sendiri yang terlepas dari

dominasi umat Hindu dalam berbagai aspek.43

Selain itu, Muhammad Iqbal

melihat bahwa umat Muslim India sangat terpaku pada pemahaman-pemahaman

konservatif ulama-ulama terdahulu tanpa pernah melakukan telaah ulang terhadap

39

A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, h. 180. 40

A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, h. 181. 41

A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, h. 178. 42

A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, h. 182. 43

Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam: dari Masa

Klasik Hingga Indonesia Kontemporer, h. 89.

Page 30: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

19

hukum-hukum dan peraturan yang sudah usang, yaitu untuk tidak terlalu

mementingkan kehidupan duniawi karena bersifat sementara.44

Akibatnya

pemikiran umat Islam menjadi statis dan tidak ada perkembangan, padahal zaman

sudah semakin maju dan berkembang. Ulama-ulama konservatif adalah pihak

yang harus bertanggungjawab atas keadaan pemikiran umat Muslim India yang

hanya mementingkan masalah-masalah akhirat saja dan mengesampingkan

masalah duniawi.45

Padahal antara kehidupan duniawi dan kehidupan akhirat

adalah dua sisi yang saling memiliki keterkaitan sangat erat, tidak bisa hanya

dengan mementingkan salah satunya saja.

Berdasarkan keadaan lingkungan sosial politik umat Islam di atas,

Muhammad Iqbal ingin menggerakkan kembali seluruh umat Muslim India dan di

seluruh dunia untuk bersikap dinamis dan kreatif dalam menghadapi hidup dan

menciptakan perubahan-perubahan di bawah tuntutan ajaran-ajaran al-Qur‟an.46

Hal tersebut dapat dimulai terlebih dahulu dari hal paling dasar dari setiap

individu yaitu dengan mengenali individualitas dirinya sebagai Muslim.

Dengan mulai mengenali dirinya sebagai individu, manusia mampu untuk

mengetahui fungsi penciptaanya di bumi sebagai khalifah (wakil) Tuhan, dan

mulai bangun dari tidur panjangnya melakukan pergerakan menuju

perkembangan, dalam tahap perkembangannya sebagai masyarakat, manusia

mampu untuk membuat peradaban baru dengan bersama-sama menggunakan

44

Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam: dari Masa

Klasik Hingga Indonesia Kontemporer, h. 91. 45

Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam: dari Masa

Klasik Hingga Indonesia Kontemporer, h. 92-93. 46

Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam: dari Masa

Klasik Hingga Indonesia Kontemporer, h. 93.

Page 31: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

20

segenap potensi yang ada pada diri masyarakat. Muhammad Iqbal menginginkan

hal ini terjadi pada masyarakat Muslim India pada saat itu. Namun ternyata

tubuhnya tidak sanggup menyaksikan hal tersebut terlaksana, karena Muhammad

Iqbal telah dipanggil keharibaan Ilahi.

Muhammad Iqbal meninggal dunia pada usia 71 tahun, tepatnya pada

tanggal 20 April 1938.47

Jenazahnya dimakamkan keesokkan harinya di sebelah

kiri tangga menuju masjid Badsyahi, Lahore. Dengan iringan rakyat yang

berjumlah besar dari berbagai golongan, kematiannya diratapi dan memperoleh

ucapan bela sungkawa dari para pemimpin besar dan tokoh-tokoh ahli pikir. Hal

ini membuktikan bahwa kematiannya merupakan “kerugian” besar bagi kaum

Muslim India dan dunia Islam pada umumnya.48

C. Tokoh-tokoh yang Berpengaruh

1. Mir Hassan

Sayyid Mir Hassan (Shāms al-Ulamā) lahir pada tahun 1844 dan wafat

pada tahun 1929, adalah seorang sarjana Al-Qur‟an, Hadis, tasawuf, dan bahasa

Arab. Dia adalah seorang profesor bahasa Arab di Scotch Mission College di

Sialkot.49

Ia dianugerahi gelar Shāms al-‘Ulamā oleh British Crown. Dia adalah

salah satu guru yang terkenal dari Muhammad Iqbal.

Dia memiliki pengaruh cukup besar bagi Muhammad Iqbal. Sayyid Mir

Hassan adalah seorang sarjana dengan pengetahuan tentang beberapa bahasa

47

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi (Rahasia-Rahasia Pribadi), h. 110. 48

Javid Iqbal, dkk., Sisi Manusiawi Iqbal, h. 51. 49

Abul Hasan Ali Al-Husni An-Nadwi, Percikan Kegeniusan Muhammad Iqbal, h. 13.

Page 32: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

21

Islam. Mir Hassan memberi pelatihan yang menyeluruh dalam tradisi sastra Islam

yang kaya dan sangat berpengaruh bagi Muhammad Iqbal.50

Mir Hassan adalah seorang staf pengajar pada sebuah fakultas di Sialkot

dan ia menggemari sastra Persia. Terkenal sebagai tokoh di kawasan itu dan

disegani. Hingga apabila ia datang, semuanya memberi jalan padanya. Dia

terkenal sebagai pengajar yang keras dalam bahasa Arab. Namun keluasan

ilmunya membuat ia disegani oleh para mahasiswa.51

Pada tahun 1922, ketika gubernur Inggris mengususlkan pemberian gelar

kebangsaan kepada Muhammad Iqbal atas prestasi sastra, Iqbal meminta agar Mir

Hassan harus diberikan gelar Shāms al-„Ulamā. Ketika gubernur mengatakan

bahwa Mir Hassan tidak menulis buku apapun, Iqbal menjawab bahwa dirinya

adalah buku yang telah dihasilkan Mir Hassan. Mir Hassan memberikan pengaruh

bagi terbentuknya pemikiran Muhammad Iqbal tentang intelektual dan

kesusastraan dunia Timur.

2. Thomas Arnold

Thomas Arnold lahir pada 19 April 1864, dididik di kota London oleh

seorang orientalis Inggris dan sejarawan seni Islam. Pada tahun 1888 ia bekerja

sebagai guru di MAO College, Aligarh. Pada tahun 1898, ia menerima jabatan

sebagai professor filsafat di Govement College Lahore dan kemudian menjadi

50

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi (Rahasia-Rahasia Pribadi), h. 107. 51

Zulkarnain “Filsafat Khudi Mohammad Iqbal dan Relevansinya terhadap Masalah

Keindonesiaan Kontemporer,” h. 39.

Page 33: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

22

dekan fakultas oriental di Punjab University. Dari 1904-1909 bekerja di Kantor

India sebagai asisten pustakawan.52

Pada tahun 1909 ia diangkat menjadi penasehat pendidikan mahasiswa

India dan Inggris. Saat itulah ia berkenalan dengan Muhammad Iqbal. Dari 1917

ke 1920 ia bertindak sebagai penasehat sekretaris Negara untuk India. Ia adalah

profesor bahasa Arab dan studi Islam di sekolah studi oriental, University of

London, dari tahun 1921 ke tahun 1930. Arnold menjadi editor Inggris terlebih

dahulu untuk edisi pertama The Encyclopaedia of Islam. Dari Sir Thomas Arnold,

Muhammad Iqbal dikenalkan kepada kesusastraan dan pemikiran Barat.53

3. Jalāl al-Dīn Rūmī

Jalāl al-Dīn Rūmī lahir di Balkh (sekarang Afganistan) pada 30 September

1207 M. Jalāl al-Dīn Rūmī adalah tokoh sufi yang memiliki pemikiran evolusi.54

Manusia muncul sebagai hasil akhir dari proses evolusi panjang dan kompleks.

Meskipun manusia adalah tahap akhir dalam perkembangan ini, proses evolusi

tidak berakhir pada kematiannya, perubahan masih perlu dilakukan.

Sebagai wakil Tuhan, manusia diberi suatu amanat yang merupakan fungsi

manusia dalam penciptaanya. Pelaksanaannya merupakan tugas manusia yang

paling penting, karena demi kepentingan itulah manusia diciptakan. Hanya dengan

percaya akan Tuhan saja tidak cukup, manusia mesti “mengejawantah” baik untuk

52

Zulkarnain “Filsafat Khudi Mohammad Iqbal dan Relevansinya terhadap Masalah

Keindonesiaan Kontemporer,” h. 44. 53

Luce Claude Maitre, Pengantar ke Pemikiran Iqbal, h. 14. 54

Mulyadhi Kartanegara, Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi Islam

(Bandung: Mizan, 2003), h. 14.

Page 34: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

23

Tuhannya maupun terhadap sesama.55

Puisi-puisi Jalāl al-Dīn Rūmī memberikan

pengaruh terhadap pemikiran Muhammad Iqbal tentang peran manusia di dunia

dalam pemikiran Islam.

Tidak hanya para nabi saja yang bisa menjadi manusia sempurna. Setiap

individu berpotensi menjadi manusia sempurna dalam keadaan spiritualnya yang

paling sempurna. Manusia harus mengupayakannya dengan sangat keras, dengan

mengembangkan semua sifat-sifat yang agung sehingga mencapai kemampuan

terjauh dalam ibadah terus-menerus kepada Tuhan.56

Dalam Asrar-i Khudi-nya, Muhammad Iqbal menyatakan bahwa Jalāl al-

Dīn Rūmī yang membangkitkan, mengingatkan, dan menyerunya untuk berjalan

pada jalan ini serta mengantarkannya pada makna dalam mencapai risalahnya.

Jalāl al-Dīn Rūmī mengalih tanahku jadi intan permata

Dihiasinya abuku dengan keindahan

Dan butir pasir ini berasal dari padang pasir

Agar diperolehnya sinar kemilau sang mentari

Akulah gelombang dan aku akan bermukim dalam lautnya

Agar kujadikan mutiara kemilau kepunyaanku.57

Pengaruh tokoh-tokoh tersebut sangat memberikan peran besar bagi

pemikiran Muhammad Iqbal terhadap perkembangan pemikiran filsafat, sastra,

dan intuisi yang harus dilakukan oleh seorang individu demi mencapai harapan

kebaradaan sebenarnya, yaitu menjadi khalifah (wakil) Tuhan di bumi.

D. Karya-karya

55

Media Zainul Bahri, Satu Tuhan Banyak Agama: Pandangan Sufistik Ibn ‘Arabī, Rūmī,

dan al-Jīlī (Jakarta: Mizan Publika, 2011), h. 181. 56

Mulyadhi Kartanegara, Jalāl al-Dīn Rūmī Guru Sufi dan Penyair Agung (Jakarta:

Teraju, 2004), h. 15. 57

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi (Rahasia-Rahasia Pribadi), terj. Bahrum Rangkuti

(Jakarta: Bulan Bintang, 1953), h. 114.

Page 35: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

24

Muhammad Iqbal terkenal sebagai penulis dan penyair paling produktif

semasa hidupnya, terbukti dengan beberapa buku hasil karya tulisnya. Muhammad

Iqbal menulis karya-karyanya dalam bahasa Urdu, bahasa Persia, dan bahasa

Inggris. Beberapa karya berbahasa Urdu telah diterjemahkan ke dalam bahasa

Inggris dan bahasa lainnya seperti bahasa Indonesia. Inilah beberapa karya

Muhammad Iqbal yang terkenal:

a. Karya dalam bentuk puisi:

Asrar-I Khudi (Rahasia Diri) buku puisi ini terbit tahun 1915. Ini adalah

buku yang pertama kali terbit mengenai filsafat agama berbahasa Persia terbit

pada tahun 1915. Dalam buku ini ditegaskan ego dan penegasan dirinya serta

perjuangan hidup. Karya ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh

R.A. Nicholson yang diterbitkan pada tahun 1920. Selain itu karya ini juga

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Bahrum Rangkuti dengan judul

Rahasia-Rahasia Diri terbit pada tahun 1953 oleh penerbit Bulan Bintang,

Jakarta.

Rumuz-i-Bekhudi (Misteri Ketiadaan Diri) buku ini terbit pada 1918

berupa syair-syair failasuf berbahasa Persia. Tema-temanya adalah hubungan

antara individu, masyarakat dan umat manusia dalam sistem sosial menurut Islam.

Payam-i-Masyriq (Pesan dari Timur) terbit pada tahun 1923 berbahasa

Persia. Pesan di dalamnya adalah pandangan Muhammad Iqbal terhadap dunia

Timur bersikap dinamis, terus maju dan berkarya.

Page 36: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

25

Bang-i-Dara (Lonceng Kafilah) terbit pada tahun 1924 berbahasa Urdu.

Buku ini menggambarkan perkembangan pandangan dan pemikiran serta puisi

Iqbal.

Zabur-i’Ajam (Mazmur Persia) buku ini terbit pada 1927 dalam bahasa

Persia.

Javid Nama (Kitab Keadilan) terbit pada tahun 1932 berbahasa Persia.

Buku ini sering dianggap sebagai magnum opus Muhammad Iqbal. Di dalamnya

Iqbal menunjukkan kematangan putisnya dan puncak kematangan kecerdasannya.

Pesan untuk putranya sekaligus ditunjukkan kepada generasi muda Muslim

umumnya. Karya ini telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Dewi

Candraningrum dengan judul Javid Nama: Ziarah Abadi oleh penerbit Fajar

Pustaka Baru Yogyakarta 2000.

Musafir (Sang Pengembara) terbit pada tahun 1934 berbahasa Persia. Di

dalamnya berisikan kesan-kesan Iqbal setelah mengunjungi Afghanistan.

Bal-i-Jibril (Sayap Jibril) terbit pada tahun 1935 berbahasa Urdu. Karya

ini memuat karangan-karangan Urdu Iqbal yang ditulis sejak diterbitkannya Bang-

i-Dara.

Pas chi bayad kard ay aqwam-i Sharg? (Apa yang harus dilakukan wahai

masyarakat Timur?) terbit pada tahun 1936 berbahasa Persia. Di dalamnya

memuat penjelasan Iqbal tentang sosio-politik dan masalah-masalah dunia Timur

yang berasal dari pengaruh peradaban Barat.

Page 37: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

26

Zarb-i-Kalim (Pukulan Tongkat Musa) terbit pada tahun 1936 berbahasa

Urdu. Karya ini membahas peradaban modern dan masalah-masalah yang

dihadapinya.

Armaghan-i-Hijaz (Buah Tangan dari Hijaz) terbit pada tahun 1938

berbahasa Urdu dan Persia. Karya ini terbit beberapa bulan setelah Iqbal wafat.

b. Karya dalam bentuk prosa:

‘Ilm al-Iqtishad, terbit pada tahun 1903 berbahasa Urdu. Karya ini adalah

sebuah risalah ekonomi yang ditulis atas anjuran gurunya, Thomas Arnold

The Development of Metaphysics in Persia: A Contribution to the History

of Muslim Philosophy, ini adalah tesis Iqbal untuk meraih gelar doktoral di

Universitas Munich pada tahun 1908. Buku ini memaparkan garis besar pemikiran

metafisika masyarakat Iran, mulai dari Zoroaster hingga Baha‟ullah. Karya ini

telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Joebar Ayoeb dengan judul

Metafisika Perisa: Suatu Sumbangan untuk Sejarah Filsafat Islam terbit pada

tahun 1990 oleh penerbit Mizan, Bandung.

The Reconstruction of Religious Thought in Islam, terbit pada tahun 1930

berbahasa Inggris. Buku ini adalah kumpulan kuliah-kuliah atas undangan

Asosiasi Muslim Madras. Dalam buku ini terdapat enam bab pembahasan. Karya

ini merupakan karya failasuf Islam dalam kerangka pemikiran dan konsep-konsep

Barat. Karya ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Ali Audah,

Taufiq Ismail, Gunawan Muhammad dengan judul Membangun Kembali Pikiran

Agama dalam Islam terbit pertama kali pada tahun 1982 oleh penerbit Tintamas,

Jakarta. Kemudian diterjemahkan ulang oleh Hawasi dan Musa Kazhim dengan

Page 38: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

27

judul Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam terbit pada tahun 2016 oleh

penerbit Mizan, Bandung.

Speeches and Statements of Iqbal, terbit pada tahun 1944 berbahasa

Inggris. Berisikan berbagai persoalan politik yang dihadapi umat Islam.

Page 39: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

28

BAB III

KERJA DAN FILSAFAT

A. Definisi Kerja

Kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan

manusia, baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun

hal-hal yang berkaitan dengan masalah jasmani dan rohani.1 Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia kerja memiliki beberapa pengertian: pertama, kerja

adalah kegiatan melakukan sesuatu, yang dilakukan (diperbuat); kedua, kerja

adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah, mata pencaharian; ketiga,

perayaan yang berhubungan dengan perkawinan, khitanan atau pesta perjamuan,2

dan masih ada beberapa pengertian lain namun menurut hemat penulis kurang

sesuai dengan tema yang akan dibahas. Kerja dalam Kamus Sinonim Bahasa

Indonesia disamakan dengan karya dan usaha.3 Berarti kerja menuntut manusia

untuk menghasilkan atau menciptakan karya, dan kerja adalah bentuk usaha

mencipta karya.

Kerja adalah bagian sentral dalam kehidupan manusia, melalui pikiran dan

tubuhnya, manusia mengorganisir pekerjaan dengan membuat benda-benda yang

dapat membantu pekerjaannya, dan menentukan tujuan akhir dari kerjanya

tersebut.4 Keseharian hidup manusia sebagian besar diisi dengan kerja, karena

manusia harus melangsungkan hidup dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan

1 Ahmad Abrar, “Etos Kerja dalam Islam,” artikel diakses pada 3 Oktober 2017 dari

https://pintania.wordpress.com/etos-kerja-dalam-islam. 2 Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 428

3 Mohammad Ngafenan, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia (Semarang: Dahara Prize,

1994), h. 87 4 Reza A.A Wattimena, Filsafat Manusia: Menjadi Manusia Otentik (Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2013), h. 86.

Page 40: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

29

dasarnya, maka dari itu manusia harus bekerja. Jika pun manusia dapat

memperoleh segala kebutuhannya tanpa melalui bekerja, manusia pasti akan

merasa bosan dengan kehidupan yang dijalaninya, karena manusia telah diberikan

kelebihan lain oleh Tuhan dengan akalnya. Akal manusia tidak diciptakan untuk

memikirkan hal yang sama setiap harinya. Akal manusia diciptakan untuk berpikir

setiap hari, dengan pikirannya manusia mampu menggerakkan kemampuan

anggota tubuhnya melakukan aktivitas sehari-hari.

Kerja dan bekerja adalah dua hal yang berbeda. Pekerja adalah penghasil

kerja, dan kegiatan menghasilkan kerja itu disebut sebagai bekerja.5 Menurut

Franz Magnis Suseno, pekerjaan adalah segala kegiatan yang direncanakan,

dilaksanakan karena kita mau, dengan sungguh-sungguh mencapai suatu hasil,

baik itu berupa benda, karya, tenaga ataupun jasa.6 Kerja dan pekerjaan tentu tidak

akan dianggap ada apabila tidak menjadi sesuatu atau memperoleh hasil, hasil

tersebut bisa berupa benda, karya, tenaga dan jasa. Maka dari itu pekerjaan identik

dengan sebuah usaha manusia untuk menampilkan diri di hadapan diri yang lain

dengan hasil kerjanya.

Kerja dan pekerjaan dalam kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan,

karena keduanya merupakan satu kesatuan utuh yang harus ada pada diri manusia.

Kerja dimaknai sebagai perbuatan melakukan sesuatu, sementara pekerjaan adalah

kegiatan untuk memperoleh penghasilan.7 Terkadang pekerjaan dan profesi pun

dibedakan berdasarkan jenis kerja yang dilakukan. Profesi lebih pada pekerjaan

5 Reza A.A Wattimena, Filsafat Manusia: Menjadi Manusia Otentik, h. 89.

6 Franz Magnis Suseno, “Manusia dan Pekerjaannya: Berfilsafat Bersama Hegel dan

Marx” dalam Soerjanto Poespowardojo dan K. Bertens ed., Sekitar Manusia (Jakarta: Gramedia,

1978), h. 74. 7 Kees Bertens, Pengantar Etika Bisnis (Yogyakarta: Kanisius, 2000), h. 154.

Page 41: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

30

yang memerlukan keahlian khusus, prosedur kerja yang lebih sistematis, dan lebih

rumit untuk menyelesaikan sesuatu. Pekerjaan dan profesi keduanya memiliki

tujuan yang sama yaitu memperoleh penghasilan berupa upah atau gaji dari setiap

kerja yang telah selesai. Bagaimanapun pekerjaan adalah kegiatan manusiawi

yang serius dan dilakukan karena terpaksa untuk memperoleh upah.8

Kerja yang dianggap ada adalah kerja yang menjadikan atau mewujudkan

pemikirannya menjadi ada. Maka dari itu, ide atau pemikiran memang penting

bagi setiap pekerjaan, tapi apalah gunanya ide atau pemikiran jika tidak pernah

mewujud dalam dunia.

B. Kerja dalam Ruang Lingkup Filsafat

Ilmu dalam ruang lingkup filsafat adalah pengetahuan untuk mempelajari

dan mengetahui secara mendetail segala yang ada, baik itu bersifat fisik maupun

metafisik. Namun dalam pemikiran Barat, keberadaan metafisik masih diragukan,

karena keberadaannya tidak dapat dibuktikan secara nyata melalui alat indera.

Barat lebih mengutamakan pengetahuan rasio dan fisik, selama pengetahuan

tersebut dapat terukur dan terbukti melalui alat inderawi dan diterima oleh rasio

(akal). Karena objek kajian pemikiran Barat hanya seputar hal fisik, maka

pemikiran mereka tentang kerja pun tidak jauh dari ruang lingkup fisik. Kerja

hanya dianggap sebagai proses pemenuhan kebutuhan manusia akan kehidupan,

kekayaan, kekuasaan dan status sosial dalam masyarakat.9 Alam semesta hanya

digunakan untuk kepentingan manusia, karena hanya manusia yang mampu

mengolah apa yang telah alam berikan.

8 Kees Bertens, Pengantar Etika Bisnis (Yogyakarta: Kanisius, 2000), h. 154.

9 Dr. Syamsuri, MA dalam Studium Generale “Filsafat Kerja Perspektif Islam dan Barat”,

29 September 2016.

Page 42: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

31

Sejarah filsafat Barat menyebutkan bahwa pemikiran tentang kerja muncul

seiring dengan perkembangan yang cukup pesat dalam dunia industri.10

Kemudian

dibarengi pula dengan kemunculan pemikiran kerja dari beberapa tokoh filsafat

Barat seperti John Locke, Adam Smith, George Wilhelm Friedrich Hegel, dan

Karl Marx.

1. John Locke

John Locke, berkata bahwa kerja membuat manusia memilki alasan

natural akan hak milik. Apa yang dihasilkan oleh keringatnya itulah miliknya.11

Karena kerja, manusia memiliki dirinya dan segala yang diperlukan untuk

melanjutkan keberlangsungan hidupnya. Tapi bila manusia dengan kerjanya

makin menuai kesulitan dan kehancuran, mska didalamnya telah terjadi

perbudakan dan penindasan.12

Menurut Locke, tanda lenyapnya perbudakan ialah ketika kerja manusia

memungkinkan dirinya memilki hidupnya semakin baik. Ketika sistem dalam

masyarakat tidak memungkinkan manusia makin manusiawi dengan kerja yang

dilakukannya, sistem itu disebut sistem yang tidak adil.13

Kemungkinan mengenai betapa beratnya sebuah kerja memang tergantung

juga bagaimana yang bersangkutan memaknainya. Tetapi yang pasti, orang

menemukan dirinya makin manusiawi dalam kerja. Kerja bukanlah pembatas

10

Franz Magnis Suseno, “Manusia dan Pekerjaannya: Berfilsafat Bersama Hegel dan

Marx” dalam Soerjanto Poespowardojo dan K. Bertens ed., Sekitar Manusia (Jakarta: Gramedia,

1978), h. 73. 11

Franz Magnis Suseno, “Manusia dan Pekerjaannya: Berfilsafat Bersama Hegel dan

Marx” dalam Soerjanto Poespowardojo dan K. Bertens ed., Sekitar Manusia, h. 73. 12

Armada Riyanto CM., Menjadi Mencintai; Berfilsafat Teologis Sehari-hari

(Yogyakarta: Kanisius, 2013), h. 121. 13

Armada Riyanto CM., Menjadi Mencintai; Berfilsafat Teologis Sehari-hari, 123.

Page 43: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

32

antara pekerja dan pemilik modal, justru kerja untuk membangun relasi

komunikatif antara pekerja dan pemilik modal, sistem sosialisasi modern ini

mempromosikan relasi-relasi yang lebih manusiawi di dalam kerja. 14

Kerja yang

adil adalah kerja yang memperhitungkan masa depan, kerja tidak hanya untuk

keperluan saat ini, tapi juga untuk kebutuhan masa depan yang layak dan

manusiawi.15

Kerja merupakan kegiatan fisik yang bersifat materi, kerja memerlukan

pikiran untuk berpikir logis dan sistematis untuk menyelesaikannya karena setiap

pekerjaan memiliki prinsip-prinsip dasar dan urutan yang logis, seimbang dan

rasional.16

Kerja memerlukan tenaga sebagai pengerak tubuh untuk meraih atau

mencapai keberlangsungan kerja, biasanya ini terdapat pada pekerja yang

menghasilkan barang materi atau produksi, tapi bukan tidak mungkin seorang

pemikir pun menggunakan tenaganya untuk menghasilkan sebuah hasil kerja

(karya). Kerja juga sangat membutuhkan pentingnya jiwa yang sehat sebagai

penggerak semangat diri dan penambah hasil kerja yang maksimal.

2. Adam Smith

Adam Smith menguniversalkan makna kerja bagi manusia. Ia

berpandangan bahwa seluruh kebudayaan merupakan hasil dari pekerjaan

manusia. Ia mengelompokkan dua jenis pekerjaan, yakni pekerjaan yang produktif

dan pekerjaan yang tidak produktif. Pekerjaan produktif ialah pekerjaan kaum

14

Armada Riyanto CM., Menjadi Mencintai; Berfilsafat Teologis Sehari-hari, h. 124. 15

Armada Riyanto CM., Menjadi Mencintai; Berfilsafat Teologis Sehari-hari, h. 124. 16

Armada Riyanto CM., Menjadi Mencintai; Berfilsafat Teologis Sehari-hari, h. 125.

Page 44: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

33

tani, buruh, sedangkan pekerjaan yang tidak produktif adalah pekerjaan para

prajurit, politisi dan ahli hukum.17

Adam Smith menunjukkan tingkatan dalam menenetukan kerja.

Pertama, meningkatkan kerajinan pada setiap pekerja yang pada giliranya

memperbaiki kondisi hidup pekerja dan masyarakat ke arah yang lebih baik.

Smith melihat bahwa pembagian kerja mendorong kemakmuran pribadi dan

bersama karena melalui kerja peningkatan produk dapat dicapai.18

Kedua,

Pembagian kerja menyebabkan penghematan waktu. Artinya, pembagian kerja

membuat seorang karyawan bekerja secara efisien. Ketiga, pembagian kerja

mendorong dan menimbulkan penemuan mesin-mesin baru yang mempermudah

sekaligus menghemat tenaga kerja. Smith menyatakan bahwa pembagian kerja

membuat pekerja memiliki kesempatan untuk memikirkan cara-cara baru dalam

meningkatkan produktivitasnya.19

3. George Wilhelm Friedrich Hegel

Hegel menempatkan pekerjaan sebagai keseluruhan konteks kegiatan

manusia.20

Ia menilai bahwa kerja merupakan sesuatu yang dinamis, berkembang

dan menjadi sarana bagi manusia untuk menyadari diri melalui taraf-taraf dialektis

yang semakin mendalam.21

Artinya, manusia menemukan diri apabila menyadari

sepenuhnya apa yang dikerjakanya. Sebuah fenomena lahir dari konsepsi batin,

17

Franz Magnis Suseno, “Manusia dan Pekerjaannya: Berfilsafat Bersama Hegel dan

Marx” dalam Soerjanto Poespowardojo dan K. Bertens ed., Sekitar Manusia, h. 73. 18

Diakses pada 8 Juni 2017 http://me-dailyjournal.blogspot.co.id/2014/10/manusia-dan-

etos-kerja.html 19

Diakses pada 8 Juni 2017 http://me-dailyjournal.blogspot.co.id/2014/10/manusia-dan-

etos-kerja.html 20

Franz Magnis Suseno, “Manusia dan Pekerjaannya: Berfilsafat Bersama Hegel dan

Marx” dalam Soerjanto Poespowardojo dan K. Bertens ed., Sekitar Manusia, h. 74. 21

Franz Magnis Suseno, “Manusia dan Pekerjaannya: Berfilsafat Bersama Hegel dan

Marx” dalam Soerjanto Poespowardojo dan K. Bertens ed., Sekitar Manusia, h. 74.

Page 45: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

34

dengan cara ini penyair bekerja melalui bahan yang diberikan oleh perasaannya,

kemudian diproyeksikan menjadi citra tentang kemampuan yang terkonsep.22

Dengan menemukan dirinya, manusia semakin nyata.23

Jadi, kerja

memainkan peran utama terhadap pengungkapan kepribadian manusia. Melalui

kerja manusia merealisakian dirinya. Hegel menguraikan manusia merealisasikan

dirinya melalui keterkaitan subjek dan objek. Dalam perjumpaan dengan objek-

objek, manusia menyadari dirinya sebagai subyek. Bentuk kesadaran ini

diungkapkan oleh Hegel dalam dua hal.

Pertama, kesadaran akan keakuan manusia secara negasi. Artinya, ketika

melihat objek-objek manusia menyadari dirinya bukan sebagai objek, melainkan

sebagai subjek.24

Kedua, kesadaran bahwa tanpa objek, manusia tidak memiliki

kesadaran. Itu berarti, manusia hanya dapat sadar akan dirinya ketika berada di

tengah-tengah objek.25

Jadi struktur objek dan subjek merupakan struktur dasar

kesadaran diri manusia. Atas dasar itu maka dalam pemikiran Hegel pekerjaan

bagi manusia merupakan sebuah proses aktualisasi diri. Melalui pekerjaan,

manusia membuktikan dimensi-dimensinya yang mendasar sebagai makhluk

rohani dan makhluk transendental.26

4. Karl Marx

22

George Wilhelm Friedrich Hegel, Filsafat Sejarah, terj. Cuk Ananta Wijaya

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 2. 23

George Wilhelm Friedrich Hegel, Filsafat Sejarah, h. 13. 24

Franz Magnis Suseno, “Manusia dan Pekerjaannya: Berfilsafat Bersama Hegel dan

Marx” dalam Soerjanto Poespowardojo dan K. Bertens ed., Sekitar Manusia, h. 75. 25

Franz Magnis Suseno, “Manusia dan Pekerjaannya: Berfilsafat Bersama Hegel dan

Marx” dalam Soerjanto Poespowardojo dan K. Bertens ed., Sekitar Manusia, h. 76. 26

Franz Magnis Suseno, “Manusia dan Pekerjaannya: Berfilsafat Bersama Hegel dan

Marx” dalam Soerjanto Poespowardojo dan K. Bertens ed., Sekitar Manusia, h. 79.

Page 46: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

35

Pandangan Hegel diatas memiliki arti penting bagi Karl Marx. Mengikuti

pandangan Hegel, Karl Marx juga menempatkan pekerjaan sebagai realisasi diri

melalu objektivasi.27

Ia mengakui bahwa pencapaian kenyataan manusia yang

sepenuhnya hanya bisa terjadi melalui pekerjaan.28

Dalam pekerjaannya manusia tidak hanya sadar secara intelektual,

melainkan dengan cara berkarya secara nyata, ia dapat memandang dirinya sendiri

dalam dunia yang diciptakannya.29

Bagi Marx, selain mengungkapkan dimensi

personal, kerja juga mengungkapkan dimensi sosial-historis. Hasil-hasil karya

manusia tidak saja dinikmatinya sendiri, melainkan juga dirasakan oleh orang

lain, bahkan oleh orang-orang dari zaman yang berbeda. Dengan demikian bagi

Marx kerja menjadi penghubung manusia dengan manusia yang lain, bahkan

manusia dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Hasil kerja manusia

menunjukkan sejarah peradaban kehidupan manusia pada zamannya.30

Berbeda dengan pemikiran Barat yang tidak memasukkan Tuhan dalam

kerja manusia, dalam pandangan Islam kerja tidak hanya untuk pemenuhan

kebutuhan fisik (jasmani) manusia, tapi juga berperan penting bagi pemenuhan

kebutuhan rohani (batin) seseorang. Jadi alam tidak sepenuhnya milik manusia,

alam hanyalah titipan bagi wakil Tuhan di dunia. Alam dititipkan pada manusia

untuk di jaga, di rawat, dan dilestarikan sumber daya yang terkandung di

27

Franz Magnis Suseno, “Manusia dan Pekerjaannya: Berfilsafat Bersama Hegel dan

Marx” dalam Soerjanto Poespowardojo dan K. Bertens ed., Sekitar Manusia, h. 83. 28

Reza A.A. Wattimena, Menjadi Manusia Otentik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h.

88. 29

Franz Magnis Suseno, “Manusia dan Pekerjaannya: Berfilsafat Bersama Hegel dan

Marx” dalam Soerjanto Poespowardojo dan K. Bertens ed., Sekitar Manusia, h. 83. 30

James Garvey, 20 Karya Filsafat Terbesar, terj. Mulyatno (Yogyakart: Kanisius,

2010), h. 208.

Page 47: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

36

dalamnya, supaya tetap memenuhi eksistensi manusia saat ini dan di masa depan.

Jika alam tidak terawat dengan baik malah di rusak, alam pun akan “marah”

dengan cara yang tidak dapat manusia duga sebelumnya.31

Jalāl al-Dīn Rūmī sebagai seorang sufi menganjurkan untuk selalu bekerja,

berusaha, dan berjuang. Karena pada diri manusia selain memiliki badan, di

dalamnya terdapat kekuatan dan potensi. Allah menghendaki manusia untuk

menggunakannya dengan terus berusaha berjuang dalam kehidupan dan

menggunakan segenap potensinya. Kemudian hasilnya, kita percayakan kepada

Allah semata, karena pada hakikatnya usaha adalah manifestasi rasa syukur

kepada Allah.32

Bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh

dengan mengerahkan seluruh aset, pikir dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan

atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan

dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik atau

dengan kata lain dapat juga kita katakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu

memanusiakan dirinya.33

Kerja adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia baik

kebutuhan fisik, psikologis, maupun sosial. Dengan pekerjaan manusia akan

memperoleh kepuasan-kepuasan tertentu yang meliputi pemenuhan kebutuhan

fisik dan rasa aman, serta kebutuhan sosial dan kebutuhan ego. Selain itu

kepuasan seseorang terhadap pekerjaan juga diperoleh melalui berbagai bentuk

31

Diakses pada 18 Oktober 2016 http://makalah-ibnu.blogspot.co.id/2014/05/pandangan-

islam-tentang-kerja.html 32

Abul Hasan al-Nadwi, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986), h. 36. 33

Ali Sumanto Alkindi, Bekerja Sebagai Ibadah: Konsep Memberantas Kemiskinan,

Kebodohan dan Keterbelakangan Umat (Solo: CV Aneka, 1997), h. 43.

Page 48: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

37

kepuasan yang dapat dinikmati diluar kerja, misalnya kepuasan sewaktu bekerja,

menikmati liburan, dan yang lebih mendasar lagi dapat menghidupi diri dan

keluarga.34

Selain itu, kerja adalah aktivitas yang mendapat dukungan sosial dan

individu itu sendiri. Dukungan sosial itu dapat berupa penghargaan masyarakat

terhadap aktivitas kerja yang ditekuni. Sedangkan dukungan individu dapat

berupa kebutuhan-kebutuhan yang melatarbelakangi aktivitas kerja. Seperti

kebutuhan untuk aktif, untuk berproduksi, berkreasi, untuk memperoleh

pengakuan dari orang lain, memperoleh prestise serta kebutuhan-kebutuhan

lainnya. Bekerja merupakan kegiatan pokok dari suatu aktivitas kemanusiaan

yang dapat dibagi menjadi sejumlah dimensi, yaitu dimensi Fisiologis. Dimensi

psikologis, dimensi ikatan sosial dan ikatan kelompok, dimensi ekonomi, dimensi

kekuasaan, serta dimensi kekuasaan ekonomi.35

Rezeki adalah urusan Allah, manusia hanya wajib berusaha sekuat tenaga

dan jangan sampai kita merasa angkuh setelah mendapatkan rezeki yang banyak,

karena meskipun telah berusaha semaksimal mungkin, tanpa campur tangan Allah

tidak mungkin rezeki itu akan menghampiri kita.

C. Korelasi Kerja dengan Filsafat

Kerja memiliki dinamika dan dimensi yang melekat di dalam dirinya.

Dimensi pertama adalah dimensi fisik, manusia bukanlah mesin yang memiliki

ritme kerja berulang-ulang. Manusia memiliki cara kerja berbeda, jika ia

34

Ali Sumanto Alkindi, Bekerja Sebagai Ibadah: Konsep Memberantas Kemiskinan,

Kebodohan dan Keterbelakangan Umat, h. 45. 35

Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h.

25.

Page 49: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

38

melakukan pekerjaan yang berulang-ulang, maka yang muncul adalah rasa mudah

lelah, bosan dan akhirnya memilih untuk meninggalkan pekerjaanya.36

Dimensi

kedua adalah dimensi psikologis, dari dimensi ini kerja memiliki sudut pandang

berbeda. Seseorang yang bekerja akan dianggap eksistensinya dalam masyarakat,

dibandingkan seseorang yang tidak atau belum bekerja (pengangguran). Karena

seorang pekerja merupakan penggerak laju ekonomi, baik dalam lingkungan

internal seperti keluarga maupun eksternal dalam masyarakat.37

Keberadaan

manusia butuh pengakuan dalam masyarakat, dengan demikian pekerjaan

seseorang atau hasil kerja seseorang sangat butuh untuk dilihat atau diberikan

penghargaan.

Dimensi ketiga yaitu dimensi ekonomis kerja, ekonomi selalu menjadi

bagian dari kehidupan manusia. Maka dari itu manusia dapat disebut sebagai

makhluk ekonomi, karena berjalannya alur perekonomian karena manusia itu

sendiri.38

Manusia membuat produk, menawarkan, menjual dan untuk kebutuhan

ekonomis manusia lainnya. Semua saling berkaitan dan tidak dapat diputuskan.

Kerja pun bukan untuk pemenuhan kebutuhan hari ini, tapi juga untuk persiapan

di masa depan. Dimensi terakhir adalah dimensi kekuasaan kerja, manusia perlu

menjalin relasi kerja demi tercapainya kekuasaan atas hasil kerja yang dilakukan

terus-menerus.39

Kerja melekat pada setiap kegiatan yang diperbuat manusia, maka manusia

dalam masyarakat, manusia diakui dan diterima oleh masyarakat karena dia

36

Reza A.A. Wattimena, Menjadi Manusia Otentik, h. 90. 37

Reza A.A. Wattimena, Menjadi Manusia Otentik, h. 91. 38

Reza A.A. Wattimena, Menjadi Manusia Otentik, h. 94. 39

Reza A.A. Wattimena, Menjadi Manusia Otentik, h. 93.

Page 50: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

39

bekerja atau memiliki pekerjaan. Kerja manusia memiliki nilai tersendiri bagi

keberlangsungan hidupnya, baik jasmani maupun rohani. Terkadang banyak

manusia yang memiliki pekerjaan atau profesi dan berpenghasilan baik tapi masih

merasakan kurang dalam kebahagiaan hidup. Tidak sedikit manusia yang bekerja

sederhana dan berpenghasilan kurang tapi mendapatkan kedamaian dan

kebahagiaan hidup.

Namun dalam Islam, kerja manusia harusnya menjadi ladang untuk

menanam nilai-nilai ibadah di dalamnya. Dengan menjadikan kerja sebagai ladang

ibadah, manusia akan terus semangat bekerja dengan harapan hasil dari kerja

tersebut tidak hanya untuk dinikmati pada saat ia hidup di dunia saja, hasil kerja

tersebut sebagai bentuk investasi meraih ketenangan dan ketenteraman di akhirat

kelak.40

Korelasi antara kerja dan filsafat dapat ditemukan dalam kedinamisan dan

kreativitas kerja. Karena kegiatan kerja manusia akan eksis dari hasil kerja yang

diperbuat oleh manusia. Kreativitas manusia menandakan bahwa ia ada untuk

menciptakan, merubah, menata, memola dan memperbaiki apa yang sudah

terdapat dalam alam menjadi sesuatu ide baru. Hal ini dapat terwujud nyata jika

manusia mau menggerakkan kedinamisan pikiran dan tenaganya dalam

aktivitasnya untuk berkreasi dalam alam. Karena itulah tujuan pekerjaan manusia

di bumi, yaitu sebagai perpanjangan ide dari kreativitas Tuhan tentang alam.

Bekerja bagi umat Islam tentu tidak hanya dilandasi oleh tujuan-tujuan

yang bersifat duniawi belaka. Lebih dari itu, bekerja adalah untuk beribadah.

40

Dr. Syamsuri, MA dalam Studium Generale “Filsafat Kerja Perspektif Islam dan

Barat”, 29 September 2016.

Page 51: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

40

Bekerja akan memberikan hasil. Hasil inilah yang memungkinkan kita dapat

makan, berpakaian, tinggal di sebuah rumah, memberi nafkah keluarga, dan

menjalankan bentuk-bentuk ibadah lainnya secara baik.

“Bahwa Allah sangat mencintai orang-orang mukmin yang suka bekerja keras

dalam usaha mencari mata pencaharian”. (HR. Tabrani dan Bukhari)

“Dari „Aisyah (istri Rasulullah), Rasulullah Saw bersabda : “Seseorang bekerja

keras ia akan diampuni Allah”. (HR. Tabrani dan Bukhari)

Dua hadis tersebut menjelaskan bahwa Rasulullah saw. menekan

pentingnya bekerja bagi umat Muslim, Rasulullah saw. sangat menyukai Muslim

yang bekerja dibandingkan orang yang bermalas-malasan, karena dengan kerja

keras seseorang tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan sendiri, tapi juga bisa

untuk memenuhi kebutuhan keluarga termasuk istri, anak-anak dan orang tua.

Islam menghargai semua itu sebagai sedekah, ibadah, dan amal saleh.41

Bila bekerja dianggap sebagai ibadah yang suci, maka demikian pula harta

benda yang dihasilkannya. Alat-alat pemuas kebutuhan dan sumber daya manusia,

melalui proses kerja adalah hak orang-orang yang memperolehnya dengan kerja

tersebut, dan harta benda itu dianggap sebagai sesuatu yang suci. Jaminan atas hak

milik perorangan, dengan fungsi sosial, melalui institusi zakat, shadaqah, dan

infaq, merupakan dorongan yang kuat untuk bekerja. Dasarnya adalah

penghargaan Islam terhadap upaya manusia.42

Oleh karena itu seharusnya kerja

manusia tidak menjadikan manusia menjadi semakin jauh kepada Tuhan, justru

dengan bekerja manusia memperoleh spirit baru dalam segala aktivitasnya, segala

pekerjaannya adalah sebagai bentuk ibadah kepada Tuhan.

41

Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islam, h. 25. 42

Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islam , h. 26.

Page 52: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

41

BAB IV

KERJA MENURUT MUHAMMAD IQBAL

A. Dinamis

Pandangan kerja Muhammad Iqbal berasal dari latar belakang sosio-historis

yang terjadi pada masyarakat Muslim India saat itu, diantaranya yaitu, pertama,

terdapat gerakan Rasionalis yang bermula dari masa Abbasiyah, para ulama saat itu

menganggap gerakan ini sebagai suatu sumber perpecahan dan merupakan ancaman

berbahaya bagi stabilitas Islam, dan cara terbaik untuk terhindar dari hal tersebut

adalah dengan menggunakan hukum syariat yang mengikat kepada keputusan para

ulama konservatif.1 Kedua, berkembangnya asketisme sufistik yang bukan berasal

dari tradisi Islam, yaitu dengan menjadikan perbedaan mendalam terhadap

pengetahuan lahir dan batin yang menciptakan sikap ketidakpedulian pada semua hal

duniawi.2 Ketiga, runtuhnya Baghdad dianggap sebagai puncak trauma mendalam

bagi Islam, dan kekhawatiran ulama konservatif akan konflik dan perpecahan yang

nantinya akan terjadi di masa depan telah melarang segala macam pembaruan dalam

hukum syariat.3

Selain itu, terjadinya pembatasan pemerintah India terhadap ruang lingkup

pendidikan, politik, dan pekerjaan bagi Muslim India saat itu. Dalam bidang

pendidikan Universitas Punjab seperti hanya dikhususkan menjadi lembaga

1 Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, terj. Hawasi dan Musa

Kazhim (Bandung: Mizan, 2016), h. 192-193. 2 Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, h. 193.

3 Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, h. 194

Page 53: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

42

pendidikan Hindu, begitu pula dalam ranah politik yang dikuasi oleh ahli-ahli hukum

Hindu, sementara dalam lingkup pekerjaan umat Muslim India hanya diperbolehkan

untuk mengelola ladang mereka sendiri sedangkan kantor-kantor umum dan lembaga-

lembaga pemerintahan sangat sulit dimasuki oleh seorang Muslim.4 Akibat dari

pembatasan ruang gerak tersebut, secara perlahan membuat Muslim India mengalami

kemunduran, dan kemandegan pengetahuan.5

Pembatasan wilayah kerja oleh pemerintah India pun menjadikan Muslim

India semakin terlena oleh dasar kehidupan asketis, yaitu mengasingkan diri dan

meninggalkan segala bentuk permasalahan duniawi dengan tidak bekerja,

menganggur, memiskinkan diri, dan hanya mementingkan permasalahan akhirat.6

Jika keterlenaan asketis dan keadaan tidak bekerja ini terus berlanjut, lantas

bagaimana seseorang memenuhi kebutuhan jasmaninya sehari-hari, dan dalam

lingkup lebih besar, bagaimana Islam dapat merebut kembali masa kejayaannya yang

pernah direnggut secara paksa dengan kehancuran Baghdad, sementara gerak dan

pikiran umat Muslim sendiri telah dibuat stagnan oleh para ulama konservatifnya.7

Inilah apa yang Muhammad Iqbal sebut sebagai pandangan statis yang usang.8

Padahal menurut Muhammad Iqbal, pada hakikatnya hidup manusia adalah

sebuah gerak dinamis, di dalamnya terdapat potensi-potensi tidak terbatas yang

4 A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, h. 180.

5 A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, h. 181.

6 Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam: dari Masa Klasik

Hingga Indonesia Kontemporer (Jakarta: Kencana 2010), h. 93. 7 Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam: dari Masa Klasik

Hingga Indonesia Kontemporer, h. 92. 8 Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, h. 189.

Page 54: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

43

mampu untuk membuat perubahan-perubahan dalam gerak waktu yang terus

berlangsung.9 Kemajuan dan kemunduran peradaban manusia dapat terjadi dengan

usaha kerjanya. Maka dari itu Muhammad Iqbal mengambil ayat 11 dalam Qur‟an

surah Al-Ra‟d,10

sebagai rujukan atas semua kerja dan usaha manusia. Sebagaimana

yang Muhammad Iqbal katakan dalam puisinya Kasb-i halal:

Haruslah kau malu mewarisi intan berlian dari leluhurmu

Bagaimana mungkin ini memberi ni‟mat kepadamu dalam usaha memburunya.

…………

Nyalakanlah dari dalam abumu sendiri kilauan api tak kentara selama ini

Apakah gunanya beroleh sinar cemerlang orang lain?11

Puisi tersebut menjelaskan bahwa harusnya seseorang malu karena beroleh

kebaikan (intan berlian) dari warisan leluhur atau nenek-moyangnya, harusnya ia

berusaha sendiri untuk memperoleh nikmat yang lebih dibandingkan dengan hanya

memperoleh kebaikan dari orang lain, meskipun itu kebaikan yang dimiliki

leluhurnya.

Kasb-i halal berarti memperoleh cita dan pikiran semata oleh usaha dan

tenaga sendiri, bukan dengan cara mencuri, menipu atau selingkuh.12

Dijelaskan lagi

bahwa setiap sesuatu yang diperoleh bukan dari jerih payah dan pikiran sendiri

sangatlah melemahkan, sikap ini sudah keluar dari makna kasb-i halal.13

Namun saat

kasb-i halal telah dijadikan sebagai pedoman hidup, dengan sendirinya menjadikan

9 Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, h. 6.

10 إن هللا اليغير مابقىم حتى يغيروا مابأنفسهم

“Sesungguhnya Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka mengubah

nasib mereka sendiri,” (QS. Al-Ra‟d: 11). 11

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, terj. Bahrum Rangkuti

(Jakarta: Bulan Bintang, 1953), h. 39. 12

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 39. 13

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 39.

Page 55: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

44

seseorang tersebut untuk terus-menerus menyempurnakan pribadi, serta

pengaplikasiannya pada berbagai amal perbuatan dan pikiran adalah selaras dengan

kehendak Tuhan.14

Kerja menurut Muhammad Iqbal adalah tujuan akhir dari terbentuknya ego

(individualitas), yaitu bukan untuk melihat sesuatu, tapi untuk menjadi sesuatu.15

Tujuan ego (individu) sebenarnya adalah untuk merealisasikan dirinya melalui

sesuatu yang harus dibentuk dan dibentuk kembali dengan kerja yang tidak pernah

putus.16

Sesuatu yang terus-menerus dibentuk itu adalah karya cipta dan ilmu

pengetahuan, sedangkan kerja yang tidak pernah putus adalah usaha dan kerja keras

membanting tulang.17

Maka dalam syairnya dengan jelas Muhammad Iqbal sangat menolak terhadap

sikap yang memperlemah pribadi, Muhammad Iqbal lebih mendukung pribadi yang

berani dan senang berjuang untuk nasibnya sendiri, puisi tersebut yaitu:

Berdo‟alah kepada Tuhan supaya kau berani!

Berjuanglah dengan nasibmu!

Janganlah nodai kehormatan agama murni!

Dia yang menyapu kumal patung dari Ka‟bah suci

Bersabda. Tuhan mencintai si pencari nafkah sendiri.18

Oleh karena itu Muhammad Iqbal menjadikan Tuhan sebagai “rekan kerja”

(co-worker) manusia di dunia, selama manusia mau mengambil inisiatifnya dengan

mengembangkan kekayaan batinnya dan terus menggunakan dorongan cita-citanya

14

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 39. 15

Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, h. 255. 16

Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, h. 256. 17

Hawasi, Eksistensialisme Mohammad Iqbal (Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2003), h.

41. 18

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 128.

Page 56: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

45

untuk memajukan kehidupan.19

Dengan menjadikan Tuhan “rekan kerja” dari

manusia, tugas manusia sebenarnya tidak selesai setelah proses penciptaannya. Kerja

manusia tidak untuk kepentingan dirinya sendiri, melainkan sebagai bentuk

penyempurnaan pribadi melalui kerjanya yang dinamis dan kreatif.

Tuhan adalah yang mencipta terus-menerus dan dalam proses tersebut

manusia terlibat sebagai co-creator, sehingga manusia dengan daya dinamisnya,

menjadi subjek yang aktif dan kreatif bagi objek disekelilingnya.20

Di sinilah manusia

berperan sebagai khalifah Tuhan di muka bumi.

Tujuan ilmu dan seni bukanlah pengetahuan

Tujuan tamansari bukanlah putik dan kembang

Ilmu ialah alat bagi penjelmaan kehidupan

Ilmu ialah alat untuk mewujudkan pribadi

Ilmu dan seni ialah khadim bagi kehidupan21

Muhammad Iqbal memililiki pandangan bahwa ilmu dan seni adalah wujud

dari pribadi manusia. Ilmu dan seni merupakan hasil olah pikir manusia yang tercipta

dalam bentuk pengetahuan, teknologi dan karya. Ilmu dan seni adalah sesuatu yang

harus terus-menerus dibentuk sebagai wujud dari realisasi kerja manusia di bumi.

Bagi Muhammad Iqbal, kehidupan adalah proses yang terus maju ke depan

bergerak secara dinamis menuju perbaikan, dan esensi hidup ialah penciptaan terus-

menerus terhadap cita dan gairah-gairah baru terhadap alam.22

Maka dari itu

19

Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, h. 13. 20

Hawasi, Eksistensialisme Mohammad Iqbal, h. 24. 21

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 122. 22

Bahrum Rangkuti, “Pengantar Kepada Cita Iqbal” dalam buku terjemahan Muhammad

Iqbal, Asrar-I Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 26.

Page 57: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

46

Muhammad Iqbal sangat tidak menyukai kelemahan pribadi, untuk itu pribadi harus

diperkuat oleh:23

1. Cinta kasih („isyq-o-muhabbat). Sikap cinta kasih ini memiliki tingkatan yang

lebih tinggi dari sekedar cinta kepada individu. Cinta ini ialah gerak maju menuju

citra ideal yang terbentuk untuk dirinya sendiri.24

Bentuk cinta ini adalah dengan

taat sepenuhnya pada ketentuan Tuhan, dengan cinta ini tiada ragu dalam diri

pribadi, sehingga sifat-sifat Tuhan meresap dalam diri pribadi. Wujud cinta ini

yaitu diapat terlihat dari keimanan, cita-cita, dan amal untuk mewujudkan Insan

Kamil (Manusia Sempurna).25

2. Faqr yaitu sikap tidak perduli terhadap apa yang telah disediakan oleh dunia ini,

oleh sebab memiliki cita-cita yang lebih agung. Cita-cita tersebut menjadikan

roh meninggalkan dan menanggalkan segala sesuatu yang dimilikinya secara

aktif untuk mencapai sesuatu yang lebih agung, dengan menanggalkan baju

duniawinya mencapai nilai rohani, namun tidak dengan meninggalkan dirinya

dari masyarakat justru dengan berbaurnya diri pada masyarakat, tersingkaplah

kebaikan-kebaikan Tuhan dalam diri.26

3. Keberanian, ialah sifat Muslim yang tidak ingin kehilangan iman dan

keyakinannya akan ukurannya sendiri pada nilai dan mata kehidupan.

Keberanian adalah sikap mencapai maksud dan merealisasikannya menjadi

23

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 27. 24

Luce Claude Maitre, Pengantar ke Pemikiran Iqbal, terj. Djohan Effendi (Bandung: Mizan,

1985), h. 30. 25

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 30. 26

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 34-36.

Page 58: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

47

wujud tanpa rasa takut. Hialngnya keberanian adalah hilangnya cita-cita yang

tidak akan pernah tercapai.27

4. Toleransi adalah sikap saling menghormati dan tenggang rasa. Sikap ini

merupakan pemelihara individualitas diri dan diluar diri, yaitu menghormati diri

sendiri dan orang lain tanpa mencampurinya dengan urusan agama, selama masih

bisa saling hidup rukun.28

5. Hidup dengan usaha dan nafkah yang sah adalah bentuk untuk mencapai cita dan

harapan semata-mata dari usaha dan tenaga sendiri, tanpa meminta-minta.

Karena meminta-minta adalah sikap paling rendah yang tidak boleh ada pada diri

individu, ini adalah sikap yang melemahkan diri, menjadikan diri tidak mau

untuk mengembangkan potensinya, karena usahanya diperoleh dari meminta-

minta.29

6. Mengerjakan kerja kreatif dan asli adalah bentuk sempurnanya individualitas,

karena kerja kreatif akan menghasilkan karya asli hasil olah pikir. Akal manusia

mencerminkan ide-ide dan cita-cita terpendam Tuhan yang ingin diketahui oleh

manusia lainnya, karena manusia adalah ciptaan yang dapat mewujudkan hal

terpendam menjadi muncul nyata. Meski setiap kreatif manusia berbeda-beda,

tapi jika ia terus menggunakan segenap usahanya untuk mewujudkan kretivitas,

maka usahanya tidaklah disebut sebagai usaha yang sia-sia.30

27

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 37. 28

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 38. 29

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 39. 30

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 40.

Page 59: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

48

Sifat-sifat di atas menunjukkan bahwa tiada daya yang mesti manusia pendam

dalam dirinya, justru segala daya potensi dan sudah menjadi sifat dasar bagi

penciptaan manusia, dapat membuktikan bahwa manusia adalah makhluk dinamis.

Dia harus terus berusaha mencapai kesempurnaan individualitas tahap demi tahap,

supaya tercapai dengan konkrit tujuan dari kerja manusia di dunia.

Dalam pembukaan Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, Muhammad

Iqbal menyatakan bahwa al-Qur‟an adalah sebuah kitab yang menekankan perbuatan

daripada pemikiran.31

Ide atau pemikiran memang penting, tapi menjadi tidak penting

jika ide dan pemikiran tersebut tidak pernah berwujud konkrit, itu hanya akan

menjadi sesuatu yang sia-sia dipikirkan dan menjadi, apa yang disebut, bualan belaka.

Bagi Muhammad Iqbal, walaupun pada mulanya kehidupan ruhani banyak

ditentukan oleh fisik, namun dalam perkembangan selanjutnya kehidupan ruhani

justru cenderung mengatasi kehidupan fisik.32

Peranan fisik seseorang sangat penting

dalam bekerja, namun dibalik peran fisik terdapat pula peran jiwa yang mengatur

keberlangsungan kegiatan fisik tersebut secara teratur hingga rasio manusia pun tidak

akan merasa terkejut dengan pekerjaan yang telah dikerjakannya. Tanpa disadari

terkadang seseorang merasa takjub dengan hasil kerjanya sendiri, ini menyatakan

bahwa ruhani menampakkan diri dalam kegiatan kehidupan alami, material, maupun

duniawi.33

31

Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, h. xxiii. 32

K.G. Saiyidain, Percikan Filsafat Iqbal Mengenai Pendidikan, Terj. M.I. Soelaeman

(Bandung: Diponegoro, 1981), h. 65. 33

K.G. Saiyidain, Percikan Filsafat Iqbal Mengenai Pendidikan, h. 65.

Page 60: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

49

Kerja adalah sesuatu yang bersifat dinamis, tanpa kedinamisan kerja tidak

akan terwujud dalam karya, kerja hanya akan menjadi sebuah pemikiran-pemikiran

yang tidak akan pernah mewujud. Kerjaan pikiranlah yang membuatnya terlihat statis

dengan menjadikannya deretan waktu yang berbeda-beda.34

Lebih lanjut dikatakan

bekerja adalah aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan

tertentu (jasmani dan rohani) dan dalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya

dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti

pengabdian dirinya kepada Tuhan.35

Paham dinamisme sebagaimana yang dikemukakan di atas itulah yang

ditonjolkan Iqbal sehingga ia mempunyai kedudukan penting dalam proses

pembaharuan di India. Dalam syair-syairnya ia mendorong umat Islam supaya

bergerak, menciptakan dunia baru dan jangan tinggal diam, karena menurutnya, itulah

intisari hidup.

B. Kreatif

Kreatif dan kreativitas memiliki makna sama yakni keaktifan akal pikiran

(rasio) untuk menciptakan sesuatu hal baru, berupa benda, tenaga, jasa, atau

sumbangan pikiran. Akal bukanlah benda atau produk sekali pakai, tapi akal ada

untuk berpikir, mencermati, mengamati, dan dalam tahap akhir menyelesaikan proses

menciptakan ide-ide baru. Khudi manusia merupakan pendamba kreativitas hakiki,

34

Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, h. 58. 35

Ahmad Abrar, “Etos Kerja dalam Islam,” artikel diakses pada 3 Oktober 2016 dari

https://pintania.wordpress.com/etos-kerja-dalam-islam.

Page 61: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

50

maka dari itu manusia menyukai kreativitas baru. Dalam syairnya Muhammad Iqbal

menyatakan:

Bentuk kejadian ialah akibat khudi

Apa saja yang kau lihat ialah rahasia khudi

Bila khudi bangkit kepada kesadaran nyata

Dijelmakannya alam cita dan pikiran murni

Ratusan alam terlingkung dalam intisarinya

Menjelmakan dirimu melahirkan yang nafi-khudimu

Oleh khudi tersemailah di luasan dunia bibit kemauan nyata

Mulanya disangkanya dirinya lain dari dirinya

Dijelmakannya dari dirinya bentuk-bentuk yang lain

Agar memperkembang biak ni‟mat pertarungan

Dijatuhkanya tenaga lengannya

Agar disadarinya tenaganya sendiri

Tipuan pada dirinya sendiri ialah intisari kehidupan

Penaka kembang mawar

Khudi hidup oleh mandi dalam darahnya sendiri.36

Syair ini cukup jelas menerangkan bahwa alasan kejadian benda adalah akibat

khudi (pribadi), dengan kesadaran nyata (kreativitas) akan tercipta alam cita dan

pikiran murni. Dari diri khudi muncul dan terciptalah bentuk-bentuk lain dari alam.

Hanya saja cita dan pikiran murni ini dapat sempurna dengan terwujud melalui usaha

sekuat tenaga dari manusia itu sendiri. Kegagalan dalam usaha manusia memang

selalu ada, tetapi asalkan disempurnakan dengan segenap keinginan dan amal,

kegagalan bukanlah penghalang yang berarti.37

Dalam hal ini, Muhammad Iqbal

menjelaskan sifat-sifat yang dapat melemahkan pribadi (ego), yaitu:

36

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 118. 37

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 40.

Page 62: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

51

1. Takut adalah sikap manusia dengan berbagai sifat yang bertautan dengannya

seperti keluh, kesah, gelisah, marah, cemburu, segan dan malu merupakan

penghalang bagi kemajuan dan perkembangan individu dan bangsa.38

2. Meminta-minta (suāl) adalah sikap yang memperoleh segala usaha dan karunia

bukan dengan usaha dan keringat sendiri. Dalam salah satu surat kepada putranya,

Javid, Muhammad Iqbal menulis:

Bina di kerajaan cinta tempatmu bersemayam

Ciptakan zaman baru, fajar nan malam kemilau

Tenunlah katamu, jika Tuhan melimpahi kau sahabat alam

Dari kesenyapan mawar dan teratai menghimbau

Janganlah pinta karunia di tukang gelas maghribi pintar

Bikin piala dan kendimu dari tanah lempungmu berpendar

Laguku penaka buah anggur di tnagkai pohonnya

Buat minumanmu merah mengalir dari kumpulannya

Jalan hidupku bagai faqir, tiada syahdu menggaya

Janganlah jual pribadimu seraya berpakaian peminta-minta.39

3. Perbudakan dapat melenyapkan semangat berusaha dari orang atau bangsa yang

dijajah. Perbudakan malah dapat merusak watak dan tabiat seseorang.40

4. Sombong adalah sikap yang tidak sehat, karena dapat menjadi pemisah dan

perusak hubungan antara manusia dengan manusia lainnya. Sikap sombong dapat

berbentuk membanggakan keturunan, golongan, dan Negara.41

Waktu adalah gerak kreatif,42

di dalamnya manusia bergerak menuju

perubahan-perubahan. Kerja manusia sangat berpengaruh pada gerak waktu tersebut.

Dengan usaha dan tenaganya, kerja manusia akan terwujud dalam bentuk baru, dan

38

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 41. 39

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 36. 40

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 43. 41

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 44. 42

Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, h. 6.

Page 63: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

52

waktu adalah saksi dari sejarah peradaban manusia melalui benda-benda peninggalan

dari manusia terdahulu.43

Alam semesta bukanlah hanya berisi benda, ia adalah sebuah tindakan yang

terwujud dalam alam.44

Setiap hari Tuhan melaksanakan kerja yang baru.45

Ayat ini

menjelaskan bahwa tindakan Tuhan terwujud nyata dalam alam. Setiap harinya

Tuhan tidak pernah lelah untuk menciptakan kerja-kerja baru. Semua kerja ini adalah

kegiatan kreatif mandiri dari Pencipta (Tuhan).46

Muhammad Iqbal menyebutkan bahwa Allah sebagai co-worker, atau rekan

sekerja di muka bumi. Pandangan ini menuntut manusia untuk menyelesaikan

ciptaan-ciptaan yang belum selesai.47

Secara tidak langsung, Allah telah memberikan

kebebasan kepada manusia untuk ikut serta dalam proses kreatif penciptaan-Nya.

Muhammad Iqbal dalam syairnya menyebutkan ada sebuah percakapan

menarik antara Tuhan dan Manusia48

yang menunjukkan betapa manusia memiliki

kreativitas dalam mengolah dan memola alam supaya manusia bisa hidup

berdampingan dan menyesuaikan diri dengan alam.

“Tuhan

Kubentuk dunia ini dari lempung yang satu dan sama

Kau bikin Iran, Ethiopia dan negeri Mongol

Dari tanah ubuat besi, murni tanpa campuran

Kau buat pedang, anak panah dan senjata

Kau bikin kapak, untuk menebang pohon yang Ku tumbuhkan

43

K.G. Saiyidain, Percikan Filsafat Iqbal Mengenai Pendidikan, h. 80. 44

Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, h. 57. 45

(QS. Al-Rahmān: 29) ك يوم هو ف شأن

46 Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, h. 56.

47 Danusiri, Epistemologi dalam Tasawuf Iqbal (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h. 150.

48 Muhammad Iqbal, Pesan dari Timur, terj. Abdul Hadi W.M. (Bandung: Mizan, 1985), h.

66.

Page 64: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

53

Dan membuat sangkar untuk burung Ku yang berkicau bebas

Manusia

Kau mencipta malam, aku mencipta lampu yang meneranginya

Kau buat lempung, ku bikin darinya cawan minuman

Kau bikin hutan liar, gunung dan padang rumputan

Ku cipta kebun, taman, jalan-jalan dan padang gembala

Ku rubah racun berbisa jadi minuman segar

Akulah yang mencipta cermin cerlang dari pasir.”49

Syair tersebut menjelaskan bahwa alam tercipta untuk manusia sebagai lahan

untuk diolah, diperbaiki dan dirawat sebagai wujud dari usaha manusia menjadi

khalifah di bumi. Kreativitas manusia merupakan cerminan dari apa yang diinginkan

Tuhan mewujud dalam alam. Sehingga alam tidak diciptakan hanya sekali, tapi ia

bisa diolah kembali terus-menerus.

Bagi Muhammad Iqbal, penciptaan merupakan lawan dari pengulangan yang

merupakan sifat kegiatan mekanis, dan ilmu pengetahuan manusia, terutama

pemikiran Barat, ada untuk berupaya membentuk keseragaman pengalaman.50

Maka

dari itu terciptalah barang produksi yang terbentuk berulang-ulang untuk kepentingan

dan kebutuhan konsumsi manusia, mulai dari kebutuhan primer seperti sandang,

pangan, dan papan, sampai kepada kebutuhan sekunder yang sifatnya investasi atau

hanya untuk legalitas kepemilikan semata.

Secara dialektis manusia mampu menyelesaikan ciptaan Tuhan yang belum

selesai, dan dari semua makhluk Tuhan hanya manusia yang mampu berperan serta

49

Muhammad Iqbal, Pesan dari Timur, terj. Abdul Hadi W.M. (Bandung: Mizan, 1985), h.

66. 50

Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, h. 57.

Page 65: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

54

dalam kehidupan kreatif Penciptanya.51

Tuhanlah yang menciptakan bahan bakunya,

sedangkan manusia yang mengelolanya menjadi barang-barang konsumtif.

Sebenarnya Muhammad Iqbal adalah pemikir yang menolak sikap

kapitalisme, karena kapitalisme merupakan bentuk halus perbudakan. Kaum kapitalis

menikmati hasil jerih payah dari kaum buruh yang bekerja keras. Seperti dalam

syairnya yang menceritakan perbincangan antara Comte dan buruh:52

Comte

Seluruh Manusia adalah bagian yang saling menjalin

Mereka adalah daun dan batang

Dari sebuah pohon besar

Jika otak manusia merupakan tempat duduk

Intelek dan jika kakinya

Terikat setia pada tanah

Karena mereka terantai

Oleh ketentuan alam yang tak terlelakkan

Seorang manusia memerintah, yang lain bekerja

Keduanya menuruti ketentuan itu

Seorang Mahmud tak dapat

Mengerjakan pekerjaan seorang ayaz

Tidakkah kau lihat, karena kerjalah

Antara kalian berbeda?

Hidup menjelma taman, dengan mawar dan duri keduanya

Kemudian dijawab oleh buruh, sebagai berikut:

Buruh

Kaum kapitalis yang tak punya urusan

Selain makan dan tidur, adalah beban di bumi ini

Yang tumbuh subur berkat mereka yang bekerja

Tidakkah kau tahu penganggur ini pencuri sejak lahir?

Kejahatan yang ia lakukan ingin kau maafkan

Seluruh hikmahmu telah membuatmu kebingungan.

C. Ibadah

51

Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, h. 84. 52

Muhammad Iqbal, Pesan dari Timur (Payam-i Mashriq), terj. Abdul Hadi W.M. (Bandung:

Pustaka Salman, 1985), h. 154-155.

Page 66: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

55

Muhammad Iqbal berpendapat bahwa ketika manusia telah menjalani

kehidupan dengan aktif dan menggunakan kreativitasnya sebagai co-worker Tuhan,

segala perbuatan manusia secara otomatis merupakan cerminan dari Tuhan. Selain

itu, selama Tuhan yang menjadi dasar tertinggi dari segala segi kehidupan, termasuk

kerja, maka kesetiaan kepada Tuhan itulah pada hakikatnya berarti kesetiaan manusia

kepada cita-citanya sendiri.53

Muhammad Iqbal sangat menekankan pentingnya aksi dibandingkan hanya

pemikiran yang tidak pernah terwujud nyata. Maka dari itu dalam pengantar The

Reconstruction of Religious Thought in Islam, Muhammad Iqbal menegaskan bahwa

al-Qur‟an adalah sebuah kitab yang menekankan „perbuatan‟ (deed) daripada

„pemikiran‟ (idea).54

Sudut pandang Ego yang mencakup di dalam-Nya pikiran dan

perbuatan, tindak mengetahui dan mencipta, ialah identik.55

Semuanya berfungsi

sebagai kesatuan-kesatuan ego.

Dalam kaitannya dengan kerja manusia, perbuatan sangat penting bagi

tercapainya cita-cita dan pengharapan terbesar akan perkembangan dari pemikiran-

pemikiran peradaban baru manusia. Jika hal tersebut diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari manusia, terutama dalam pekerjaan manusia, akan tercapailah maksud dan

tujuan dari Tuhan menciptakan manusia, yaitu khalifah Allah di bumi. Manusia tidak

hanya akan berpikir dan menghasilkan ide-ide yang tidak jelas wujudnya, tapi

eksistensi manusia akan terlihat nyata dalam pemikiran-pemikirannya yang dapat

53

Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, h. 191. 54

Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, h. xxiii. 55

Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, h. 89.

Page 67: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

56

turun dari dunia ide (hayal) menuju dunia riil (nyata). Pernyataan ini terungkap dalam

syairnya:

Lupakanlah dirimu kalau kau bijaksana

Kalau tak bisa kau nafi dalam dirimu, kau gila

Tutuplah matamu, telinga dan bibirmu

Agar citamu akan sampai ke langit tinggi

Tamasya dunia ini maya, maya semata:

Hai sang tolol,

Janganlah siksa dirimu dengan khayal semata!56

Dalam syair lain:

Diambilnya dari rohmu gairah kejadian

Dibuangnya dari tambangmu intan-permata kemilau

Dilukiskannya untung bagai cita kerugian

Setiap kepujian, katanya penuh noda

Diterjunkannya kau ke dalam samudera pikiran

Tapi kau menjadi lemah dalam perbuatan57

Sebagai filosof praktis, Muhammad Iqbal dalam filsafatnya tidak

menyodorkan suatu cita impian semata yang tidak bisa dipikirkan perwujudannya,

justru sebaliknya, memberi kita saran praktis untuk sikap hidup yang lebih tepat di

dunia.58

Tujuan pribadi manusia adalah untuk menjadi Insān al-Kamīl (Manusia

Sempurna),59

hal ini tidak terlepas pula dari kerja manusia. Untuk mencapai tujuan

tersebut manusia harus mampu melalui tiga tahap penyempurnannya, yaitu:60

1. Taat kepada Tuhan ini bisa dilakukan dimulai dengan taat pada hukum dan

ketentuan Tuhan. Kemudian diibaratkan dengan gambaran taat seorang unta yang

56

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 134. 57

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 140. 58

Luce Claude Maitre, Pengantar ke Pemikiran Iqbal, h. 36. 59

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 46. 60

Muhammad Iqbal, Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 46.

Page 68: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

57

bekerja keras membanting tulang, mengarungi padang pasir sambil membawa

penumpang dengan rasa selalu senang, khidmat, dan sabar.61

2. Menguasai diri sendiri, yang menjadikan kesadaran tertinggi dari keakuan, yaitu

kesadaran diri tentang Pribadi

3. Kekhalifahan Ilahi. Manusia yang telah sempurna kerohaniannya menjadi cermin

dari sifat Tuhan, sehingga sebagai orang suci dia menjadi khalifah (wakil) Tuhan

di muka bumi.62

Robert D. Lee menyebutkan bahwa Muhammad Iqbal memandang dunia

sebagai produk usaha manusia,63

dengan kata lain dunia menjadi lahan kerja bagi

manusia dalam mewujudkan kreativitasnya terhadap alam. Muhammad Iqbal

menganalogikan dalam Javid Nama (Kitab Keabadian), dimana Bartari-Hari sebagai

filosof kuno India, menasehati Zinda-Rud sebagai diri Muhammad Iqbal:

“Dunia yang kau lihat ini bukanlah buatan Tuhan

Kaulah penyebab jentera pemintalmu berputar

Pun benang yang tergulung padanya

Tunduklah pada Hukum imbalan perbuatan

Karena dari perbuatan terlahir Neraka, Pembersihan Jiwa dan Surga.”64

Puisi tersebut menggambarkan bahwa Tuhan telah mempercayakan dunia

kepada diri setiap manusia, kreativitas manusia yang dibarengi dengan aksi akan

menghasilkan perwujudan dari hasil kerja manusia. Apabila kreativitas manusia

digunakan untuk kebaikan, maka akan sesuai dengan kebaikan yang telah manusia itu

61

Hawasi, Eksistensialisme Mohammad Iqbal, h. 46. 62

Hawasi, Eksistensialisme Mohammad Iqbal, h. 47. 63

Robert D. Lee, Mencari Islam Autentik: Dari Nalar Puitis Iqbal Hingga Nalar Kritis

Arkoun, terj. Ahmad Baiquni (Bandung: Mizan, 2000), h. 77. 64

Muhammad Iqbal, Javid Nama: Ziarah Abadi, terj. Dewi Candraningrum (Yogyakarta:

Fajar Pustaka, 2000), h. 84.

Page 69: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

58

perbuat, begitu pula sebaliknya. Tuhan telah mempercayakan dunia kepada manusia

untuk membentuknya menurut kehendaknya.65

Kerja manusia di dunia adalah bentuk perbuatan dari cerminan Tuhan yang

telah menciptakan alam. Kerja manusia tergantung dari perbuatan yang dapat

membuatnya hancur dengan keburukan perilaku atau mempersiapkan untuk kerja

selanjutnya untuk memperoleh tingkat yang lebih tinggi dengan dipercayakannya

derajat tertinggi sebagai manusia sempurna.66

Muhammad Iqbal menegaskan

penekanan al-Qur‟an kepada amal. Yakni, setelah segenap penghargaannya kepada

alam empiris, rasio, dan intuisi itu, akhirnya keberadaan seseorang dinilai dari

kualitas amalnya.67

Kerja manusia tidak hanya dapat dilihat dari aktivitas ibadah yang ia lakukan,

tapi lebih kepada cara untuk bisa bersikap toleransi dengan manusia lain, dan

melakukan kerja bersama-sama untuk mencapai kesatuan generasi yang lebih baik

dari generasi sebelumya atau dalam level lebih tinggi mencapai kesempurnaan

generasi Insān al-Kamīl (Manusia Sempurna).

65

Robert D. Lee, Mencari Islam Autentik: Dari Nalar Puitis Iqbal Hingga Nalar Kritis

Arkoun, h. 77. 66

Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, h. 138. 67

Haidar Bagir, Muhammad Iqbal dalam Pandangan Para Pemikir Syi’ah (Jakarta: Islamic

Center Jakarta, 2002), h. ix.

Page 70: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

59

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kerja manusia adalah cerminan dari apa yang diharapkan Tuhan terjadi

pada diri manusia, sementara sifat-sifat Tuhan selalu mencerminkan kebaikan.

Karena manusia adalah co-worker dan co-creator dari Tuhan, maka hasil kerja

manusia harus berdasarkan nilai-nilai kebaikan. Kebaikan yang diinginkan Tuhan

adalah terciptanya keseimbangan antara aksi dan kreasi.

Kerja menurut Muhammad Iqbal adalah untuk merealisasikan dirinya

melalui sesuatu yang harus dibentuk dan dibentuk kembali dengan kerja yang

tidak pernah putus. Sesuatu yang terus-menerus dibentuk itu adalah karya cipta

dan ilmu pengetahuan, sedangkan kerja yang tidak pernah putus adalah usaha dan

kerja keras.

Manusia tercipta tidak untuk bersikap acuh terhadap alam, diri manusia

telah diberikan daya kreatif untuk membentuk alam, maka kerja manusia untuk

alam adalah cerminan dari apa yang diinginkan Tuhan terjadi dalam alam. Kerja

manusia adalah wujud kebaikan dari sifat-sifat Tuhan.

Kerja manusia di dunia adalah bentuk perbuatan dari cerminan Tuhan

yang telah menciptakan alam. Kerja manusia tergantung dari perbuatan yang

dapat membuatnya hancur dengan keburukan perilaku atau mempersiapkan untuk

kerja selanjutnya untuk memperoleh tingkat yang lebih tinggi dengan

dipercayakannya derajat tertinggi sebagai manusia sempurna.

Page 71: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

60

Kerja manusia tidak hanya dapat dilihat dari aktivitas ibadah yang ia

lakukan, tapi lebih kepada cara untuk bisa bersikap toleransi dengan manusia lain,

dan melakukan kerja bersama-sama untuk mencapai kesatuan generasi yang lebih

baik dari generasi sebelumya atau dalam level lebih tinggi mencapai

kesempurnaan generasi Insan Kamil (Manusia Sempurna).

Bagi penulis, Muhammad Iqbal ingin menunjukkan bahwa manusia dan

Tuhan adalah rekan kerja yang sangat baik demi tercapainya perkembangan dan

peradaban baru di dunia. Manusia sebagai pencipta kedua setelah Tuhan, harus

benar-benar menggunakan segenap kemampuannya untuk melindungi, menjaga,

merawat, serta melestarikan alam, demi tercapainya keberlangsungan kehidupan

manusia di masa depan yang masih terus berjalan, serta menjaga keberlangsungan

kehidupan alam beserta makhluk lain yang ada di dalamnya.

B. Saran

Sebagai orang yang mengerti akan pentingnya peran kerja bagi setiap

manusia, tidak seharusnya kita menganggap kerja sebagai hal yang sepele. Kerja

manusia harus lebih bermakna dalam setiap waktunya. Jikapun tidak bermakna

bagi diri kita, setidaknya kerja kita dapat memberikan makna bagi orang lain.

Karena kita sebagai orang-orang yang mengerti akan etika dan norma-

norma agama serta filsafat, setidaknya kita tahu bahwa kerja kita tidak boleh

hanya untuk kepentingan dan proses memenuhi kebutuhan yang sifatnya jasmani

saja. Tapi kerja kita juga harus bersifat pemenuhan kebutuhan rohani, termasuk

kehidupan dan investasi bagi kehidupan kita setelah mati, yaitu di akhirat kelak.

Page 72: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

61

Penulis yakin bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari

itu penulis terima segala kritikan dan saran yang sifatnya untuk memperbaiki

ataupun membangun pandangan dalam skripsi ini.

Page 73: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

62

DAFTAR PUSTAKA

Ali, H.A. Mukti. Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan. Bandung:

Mizan, 1998.

Alkindi, Ali Sumanto. Bekerja Sebagai Ibadah: Konsep Memberantas

Kemiskinan, Kebodohan dan Keterbelakangan Umat. Solo: CV Aneka,

1997.

An-Nadwi, Abul Hasan Ali Al-Husni. Percikan Kegeniusan Dr. Muhammad

Iqbal, terj. Suyibno Hz. M. t.k. Integrita Press, 1985.

Bagir, Haidar. Muhammad Iqbal dalam Pandangan Para Pemikir Syi’ah. Jakarta:

Islamic Center Jakarta, 2002.

Balai Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988.

Garvey, James. 20 Karya Filsafat Terbesar, terj. Mulyatno. Yogyakart: Kanisius,

2010.

Iqbal, Muhammad. Asrar-i Khudi: Rahasia-Rahasia Pribadi, terj. Bahrum

Rangkuti. Jakarta: Bulan Bintang, 1953.

_____________. Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam (The

Reconstruction of Religius Thought in Islam), terj. Hawasi dan Musa

Kazhim. Bandung: Mizan, 2016.

_____________. Javid Nama: Ziarah Abadi, terj. Dewi Candraningrum.

Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2000.

_____________. Pesan dari Timur (Payam-i Mashriq), terj. Abdul Hadi W.M.

Bandung: Mizan, 1985.

Iqbal, Javid. dkk. Sisi Manusiawi Iqbal. terj. Nurul Agustin dan Ihsan Ali Fauzi.

Bandung: Mizan, 1992.

Iqbal, Muhammad dan Nasution, Amin Husein. Pemikiran Politik Islam: dari

Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Kencana 2010.

Khamaeni, Ali. Muhammad Iqbal dalam Pandangan Para Pemikir Syi’ah, terj.

Andi Haryadi. Jakarta: Islamic Center Jakarta, 2002.

Lee, Robert D. Mencari Islam Autentik dari Nalar Puitis Iqbal Hingga Nalar

Kritis Arkoun, terj. Ahmad Baiquni. Bandung: Mizan, 2000.

Page 74: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

63

Maitre, Luce Claude. Pengantar ke Pemikiran Iqbal, terj. Djohan Effendi.

Bandung: Mizan, 1985.

Muthahhari, Murtadha. Manusia Seutuhnya: Studi Kritis atas Berbagai

Pandangan Filsafat, Irfan, dan Teori Sosial Modern (Insan Kamil), terj.

Abdillah Hamid Ba’abud. Jakarta: Sadra Press, 2012.

Nasuhi, Hamid. dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, dan

Disertasi. Jakarta: CeQda UIN Syarif Hidayatullah, 2007.

Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan.

Jakarta: Bulan Bintang, 2011.

Ngafenan, Mohammad. Kamus Sinonim Bahasa Indonesia. Semarang: Dahara

Prize, 1994.

Rahman, Fazlur. Gelombang Perubahan dalam Islam, terj. Aam Fahmia, Jakarta:

RajaGrafindo, 2000.

_______. Islam, terj. Ahsin Mohammad, Bandung: Pustaka, 2003.

Rusliyanto, A. “Kehendak Kreatif dalam Pandangan Muhammad Iqbal: Sebuah

Kritik Metafisika Ketuhanan.” Tesis. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,

2015.

Saiyidain, K.G. Percikan Filsafat Iqbal Mengenai Pendidikan, terj. M.I.

Soelaeman. Bandung, Diponegoro

Suseno, Franz Magnis. “Manusia dan Pekerjaannya: Berfilsafat Bersama Hegel

dan Marx” dalam Soerjanto Poespowardojo dan K. Bertens ed., Sekitar

Manusia. Jakarta: Gramedia, 1978.

Syamsuri. Studium Generale “Kerja dalam Perspektif Filsafat”. 26 November

2016 di Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tasmara, Toto. Membudayakan Etos Kerja Islam. Jakarta: Gema Insani Press,

2002.

Wattimena, Reza A.A. Filsafat Manusia: Menjadi Manusia Otentik. Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2013.

Page 75: KERJA DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36532/1/SITI... · Sementara kerja kreatif adalah kerja yang menjadikan manusia mampu menciptakan

64

Zulkarnain, “Filsafat Khudi Mohammad Iqbal dan Relevansinya Terhadap

Masalah Keindonesiaan Kontemporer.” Tesis. Medan: Pascasarjana UIN

Sumatera Utara, 2016