31

Click here to load reader

Kesalahan Persepsi Tata Nilai Perkawinan … · Web viewmulai dilangsungkannya perkawinan sampai pasangan suami-istri meninggal dunia atau berpisah. Untuk memperoleh nilai kerukunan

  • Upload
    vodien

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kesalahan Persepsi Tata Nilai Perkawinan … · Web viewmulai dilangsungkannya perkawinan sampai pasangan suami-istri meninggal dunia atau berpisah. Untuk memperoleh nilai kerukunan

Kesalahan Persepsi Tata Nilai PerkawinanKeluarga Perkotaan

Menyebabkan Penurunan Kerukunan Keluarga

Modul 1Untuk Meningkatkan

Ketahanan dan Kehati-hatian Keluarga

Untuk Para Calon Suami, Calon Istri, Suami atau Istridi Perkotaan

OlehKhoiril Arief Saleh

Jl. Bolavoli 18 Arcamanik, Bandung. Telp. (022)7102411

Page 2: Kesalahan Persepsi Tata Nilai Perkawinan … · Web viewmulai dilangsungkannya perkawinan sampai pasangan suami-istri meninggal dunia atau berpisah. Untuk memperoleh nilai kerukunan

Konsultan Manajemen Keluarga Muslim

Kesalahan Persepsi Tata Nilai Perkawinan Keluarga Perkotaan Menyebabkan Penurunan Kerukunan Keluarga

Oleh : Khoiril Arief SalehJl. Bolavoli 18 Arcamanik, Bandung. Telp. (022)7102411

Kesalahan persepsi tata nilai kerukunan perkawinan beserta akibat-akibatnya dari keluarga perkotaan di Indonesia dijelaskan dalam 5 bagian. Diawali penjelasan tentang pola kerukunan keluarga, perubahan tata nilai perkawinan, perubahan persepsi tata nilai hingga menjelaskan kemungkinan mengatasinya. Pada akhir tulisan ini disajikan kesimpulan dan saran.

1. Pola Kerukunan KeluargaMula-mula sangat sulit menunjukkan kondisi suatu keluarga karena mempunyai tolak ukur yang sangat banyak. Sangat sulit menentukan tolak ukur yang dapat dianggap mewakili kondisi keluarga. Meskipun penulis telah banyak mempunyai data tetapi belum sanggup menjelaskannya dengan suatu cara yang mudah dipahami dan dianalisa lebih lanjut. Setelah berjalan beberapa tahun, barulah penulis menemukan cara yang mudah untuk dipahami dan dianalisa.

Dengan latar belakang matematika dan fisika, penulis mencoba mengkuantitatifkan beberapa tolak ukur dalam keluarga. Melalui beberapa kali perubanan akhirnya dibuat model keluarga yang digambarkan dalam suatu kurva dua dimensi. Hasil pemodelan tersebut dijelaskan dalam uraian berikut.

Pola kerukunan keluarga adalah kondisi umum kerukunan keluarga, mulai masa perkawinan hingga suami-istri meninggal dunia atau berpisah. Untuk menjelaskan pola tersebut, penulis menggambarkan dalam bentuk kurva kerukunan keluarga. Sumbu vertikal menunjukkan nilai kerukunan keluarga sedang sumbu horizontal menunjukkan waktu mulai dilangsungkannya perkawinan sampai pasangan suami-istri meninggal dunia atau berpisah.

Untuk memperoleh nilai kerukunan keluarga digunakan beberapa parameter, yaitu: Banyaknya ketidak puasan keluarga; baik ketidak puasan suami terhadap istri ataupun

ketidak puasan istri terhadap suami. Semakin banyak ketidak puasan, semakin turun nilai kerukunan keluarga, demikian sebaliknya bila semakin sedikit ketidak puasan, semakin tinggi nilai kerukunan keluarga.

Banyaknya keluhan keluarga; baik keluhan suami terhadap istri ataupun keluhan istri terhadap suami. Keluhan didefidisikan sebagai ketidak puasan yang relatif agak berlebih sehingga yang bersangkutan mulai mengeluarkan isi hatinya, mengeluarkan keluhan. Semakin sedikit keluhan, semakin tinggi nilai kerukunan keluarga, demikian sebaliknya semakin banyak keluhan semakin kecil nilai kerukunan keluarga.

Banyaknya protes (unjuk rasa) keluarga; baik protes suami terhadap istri ataupun protes istri terhadap suami. Protes didefinisikan sebagai suatu keluhan yang relatif agak berlebih sehingga yang bersangkutan mulai tidak bisa hanya sekedar mengeluh saja. Unjuk rasa secara terang-terangan mulai dilakukan pada suami atau pada istri, melakukan protes. Semakin sedikit protes, semakin tinggi nilai kerukunan keluarga, demikian sebaliknya semakin banyak protes semakin kecil nilai kerukunan keluarga.

2

Page 3: Kesalahan Persepsi Tata Nilai Perkawinan … · Web viewmulai dilangsungkannya perkawinan sampai pasangan suami-istri meninggal dunia atau berpisah. Untuk memperoleh nilai kerukunan

Konsultan Manajemen Keluarga Muslim

Banyaknya perselisihan antara suami dan istri. Dari ketiga tolak ukur di atas, perselisihan menjadi puncaknya. Semakin sedikit perselisihan, semakin tinggi nilai kerukunan keluarga, demikian sebaliknya semakin banyak perselisihan semakin kecil nilai kerukunan keluarga.

Bentuk kurva kerukunan keluarga terhadap waktu tersebut sesungguhnya sangat bergelombang, untuk mempermudah evaluasi, dilakukan penghalusan dan penyederhanaan. Berdasarkan pengamatan, berhasil dirangkum data menjadi suatu model kerukunan keluarga. Telah dibuat 4 (empat) buah model kerukunan keluarga. Model-model tersebut dinamakan : Pola kerukunan keluarga masa lampau di Indonesia Pola kerukunan keluarga budaya barat Pola kerukunan keluarga saat ini di Indonesia Pola kerukunan keluarga ideal.Tiap model mempunyai ciri yang berbeda-beda. Masing-masing model pola kerukunan keluarga tersebut dijelaskan dalam sub-bagian sub-bagian berikut.

1.1. Pola Kerukunan Keluarga Masa Lampau di IndonesiaPola ini berlangsung di Indonesia hingga pertengahan abad kedua puluh atau hingga berakhirnya penjajahan Belanda di Indonesia. Dialami kesulitan untuk memperoleh data langsung karena sebagian besar pelaku-pelakunya telah meninggal dunia saat ini. Hanya berdasarkan informasi berantai dan sedikit data langsung, dibuat model pola kerukunan keluarga masa lampau di Indonesia. Meskipun demikian, diyakini benar ketepatan model pola kerukunan keluarga masa lampau di Indonesia tersebut. Model pola kerukunan keluarga masa lampau di Indonesia tersebut ditunjukkan dalam Gambar 1. Untuk mengetes kebenaran model tersebut, telah diwawancarai pendapat beberapa orang yang dianggap mengerti masalah tersebut. Hampir semua orang yang diwawancarai menyatakan kebenaran model tersebut.

Pada masa lampau, ketika kakek-nenek melangsungkan kehidupan berumah tangga (berkeluarga), sebagian besar diawali dengan ketidak puasan. Mereka belum saling kenal dan cinta. Hanya orang-orang tua mereka sajalah yang menghendaki dilangsungkannya pernikahan mereka. Kurva pola kerukunan keluarga diawali dengan nilai kerukunan yang rendah. Ada beberapa pasang suami-istri terus menderita, mereka tidak dapat mempertahankannya dan diakhiri dengan perceraian. Meskipun demikian jumlahnya relatif kecil sekali. Sebagian besar perkawinan mereka berhasil meningkatkan nilai kerukunan keluarga dan diakhiri dengan nilai kerukunan atau kebahagiaan yang tinggi.

Sebuah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga dahulu banyak diakhiri dengan kebahagiaan hingga meninggal dunia. Berdasarkan kenyataan tersebut timbul pertanyaan besar, mengapa mereka dapat meningkatkan kerukunan keluarga, meskipun diawali dengan nilai kerukunan yang sangat rendah ?. Pertanyaan tersebut dijawab dalam uraian berikut.

Secara umum kita ketahui bahwa awal kerukunan keluarga masa lampau hanya didasarkan pada kewajiban masing-masing anggauta keluarga. Suami menjalankan kewajiban-kewajiban suami berdasarkan tradisi atau adat, sedang istri juga menjalankan kewajiban-kewajiban istri berdasarkan tradisi atau adat. Kewajiban dijalankan secara disiplin, dilakukan terus menerus, lama kelamaan.................................timbulah benih-benih cinta, saling mengerti dan saling memahami. Pepatah Jawa mengatakan "witing trisna jalaran soko kulina". Pada fasa seperti itu, perkawinan tradisional menemukan celah kebahagiaan dan kerukunan. Biasanya kerukunan dan kebahagiaan tersebut berlanjut terus hingga akhir hayatnya.

3

Page 4: Kesalahan Persepsi Tata Nilai Perkawinan … · Web viewmulai dilangsungkannya perkawinan sampai pasangan suami-istri meninggal dunia atau berpisah. Untuk memperoleh nilai kerukunan

Konsultan Manajemen Keluarga Muslim

Gambar 1.

Dapat dimengerti bahwa perkawinan tradisional diawali dengan perjuangan berat, kemudian diganti dan dilanjutkan dengan kerukunan yang panjang. Apa kunci keberhasilan mereka ?. Melalui beberapa kajian, berikut ini disajikan hasil analisa yang menyimpulkan kunci keberhasilan mereka adalah sebagai berikut : Tradisi keluarga masa lampau selalu mengutamakan kewajiban masing-masing ketimbang

melakukan protes. Suami lebih mengutamakan melakukan kewajibannya terhadap istrinya ketimbang menyampaikan protes kepada istrinya. Istri juga lebih mengutamakan kewajiban terhadap suaminya ketimbang melakukan protes atau tuntutan kepada suaminya.

Banyak persiapan dilakukan calon suami atau istri agar menjadi suami atau istri yang baik. Keluarga pihak suami, terutama ayah dan ibu suami selalu memberikan doktrin untuk

membenahi suami agar dapat menjalankan kewajiban kepada istrinya. Keluarga pihak istri, terutama ayah dan ibu istri selalu memberikan doktrin atau membenahi

istri agar dapat menjalankan kewajiban terhadap suaminya. Jarang sekali pihak keluarga istri mengajar istri untuk melakukan protes atau tuntutan kepada suaminya.

Kewajiban suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami seakan-akan telah menjadi hukum yang benar-benar dimengerti masyarakat Indonesia masa lampau.

Keharmonisan sistim tersebut dijalankan dengan benar. Suami dan istri tahu benar posisi masing-masing, tahu benar apa yang harus dilakukannya masing-masing.

Dengan keenam kunci tersebut diatas, keluarga masa lampau terbukti sukses menaikkan nilai kerukunan keluarga dan berakhir dengan kerukunan yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa

4

Page 5: Kesalahan Persepsi Tata Nilai Perkawinan … · Web viewmulai dilangsungkannya perkawinan sampai pasangan suami-istri meninggal dunia atau berpisah. Untuk memperoleh nilai kerukunan

Konsultan Manajemen Keluarga Muslim

pelaksanaan semua hal-hal yang telah disebutkan di atas merupakan suatu wujud nyata pelaksanaan suatu aturan yang lengkap dalam keluarga.

1.2. Pola Kerukunan Keluarga Budaya BaratBanyak orang Indonesia mengatakan bahwa cara pengelolaan kerukunan keluarga budaya barat jauh berbeda dengan budaya Indonesia atau Asia pada umumnya. Budaya keluarga barat mengutamakan kebebasan dan persamaan hak yang benar-benar hampir sejajar antara suami dan istri. Segala sesuatu diselesaikan dengan diskusi terbuka antara suami dan istri. Keluarga budaya Indonesia mengandalkan kesetiaan dan menganut pembagian kewajiban suami dan istri sejara wajar. Suami sebagai pemimpin dan istri taat kepada suami.

Gambar 2.

Guna membuktikan perbedaan itu, penulis sengaja menghayati dan melakukan beberapa wawancara di salah satu kota yang dianggap mewakili sebagian keluarga budaya barat.

Dari hasil wawancara dengan penduduk Australia dan pendatang yang berada di Australia, mereka menyatakan pendapat bahwa: Semua perkawinan di Australia didasarkan atas kemauan kedua belah pelakunya, tidak ada

paksaan sama sekali.

5

Page 6: Kesalahan Persepsi Tata Nilai Perkawinan … · Web viewmulai dilangsungkannya perkawinan sampai pasangan suami-istri meninggal dunia atau berpisah. Untuk memperoleh nilai kerukunan

Konsultan Manajemen Keluarga Muslim

Perceraian di Australia yang berbudaya barat ini, sangat tinggi dibanding di Indonesia. Bahkan beberapa penduduk Australia berpendapat sangat ekstrim, mereka berpendapat bahwa separuh pernikahan di Australia berakhir dengan perceraian.

Memang banyak sebab utama perceraian antara lain karena perbedaan personel, kebebasan yang berlebihan, ambisi perempuan dan masalah ekonomi.

Memang benar bahwa keluarga "budaya barat" benar-benar berbeda dengan keluarga budaya Indonesia. Keluarga "budaya barat" mengutamakan kebebasan dan persamaan hak yang benar-benar hampir sejajar antara suami dan istri.

Dari kenyataan-kenyataan tersebut di atas, diperkiraan model pola kerukunan keluarga "budaya barat" saat ini. Model tersebut ditunjukkan oleh kurva pada Gambar 2. Secara singkat dapat diterangkan dalam uraian berikut.

Semua pernikahan pada "budaya barat" diawali dengan kebahagiaan yang tinggi. Pernikahan diawali dengan nilai kerukunan keluarga yang tinggi. Kerukunan keluarga mulai menurun beberapa waktu kemudian setelah mulai timbul problem, timbul perbedaan keperluan, timbul perbedaan keinginan dan sebagainya. Dalam kondisi seperti itu, kurva kerukunan keluarga terus menurun dan pada suatu saat sampai pada posisi kritis. Pada saat itu, tidak jarang pasangan suami istri yang memutuskan untuk cerai. Mungkin hingga separuh dari suami istri ber”budaya barat” (Australia) memutuskan untuk cerai. Sebagian lagi pasangan suami istri dapat mempertahankan perkawinan dan dapat menemukan jalan perbaikan kerukunan keluarga.

Setelah posisi kritis, sulit melanjutkan membuat model hingga suami dan istri tersebut meninggal dunia. Meskipun demikian, minimal pembaca dapat menganalisa perkiraan model yang disajikan. Tentunya pembaca menyimpan pertanyaan besar, "mengapa kurva terus menurun dan mengapa begitu mudah terjadi perceraian ?" Jawabannya dijelaskan dalam uraian berikut.

Di dalam hubungan suami-istri terdapat banyak komponen pembentuk kerukunan keluarga. Diantaranya terdapat komponen penting antara lain : Keserasian, keserasian dalam melaksanakan jalannya roda keluarga. Keindahan, misalnya indahnya bercinta, indahnya wajah, indahnya suasana dsb. Problem, misalnya problem keuangan, problem waktu, problem kesehatan dsb. Hal-hal lain yang belum tercakup dalam pembahasan ini.

Pada dasarnya "keserasian" dalam melaksanakan jalannya roda keluarga selalu meningkat dari waktu kewaktu. Dapat dipahami bahwa "keindahan" dalam berkeluarga akan terus menurun bila tanpa pembinaan yang baik. Kecantikan dan kegagahan seseorang akan menurun dari waktu kewaktu, keindahan suasana juga akan menurun dari waktu kewaktu. Penurunan tersebut akan diganti dengan kebosanan dan kejenuhan. Seiring dengan waktu, biasanya "problem" dalam keluarga selalu meningkat; muncul problem keuangan, muncul problem kesehatan, muncul problem waktu dan lain sebagainya.

Munculnya kejenuhan, kebosanan dan problem-problem baru menyebabkan meningkatnya keluhan, protes maupun perselisihan suami-istri. Hal tersebut secara langsung menyebabkan turunnya nilai kerukunan keluarga. Untuk mempertahankan agar kurva kerukunan keluarga tetap stabil harus diimbangi dengan meningkatkan "keserasian" keluarga secara tajam. Kenaikan pelan-pelan tidak cukup mengimbangi penurunan komponen lainnya.

Kenaikan secara cepat dari komponen "keserasian" pelaksanaan jalannya roda keluarga, tidak mungkin ditempuh dengan cara diskusi dan musyawarah. Suatu cara dimana semua masalah

6

Page 7: Kesalahan Persepsi Tata Nilai Perkawinan … · Web viewmulai dilangsungkannya perkawinan sampai pasangan suami-istri meninggal dunia atau berpisah. Untuk memperoleh nilai kerukunan

Konsultan Manajemen Keluarga Muslim

harus didiskusikan atau dimusyawarahkan bersama. Tidak mungkin semua harus dipikir bersama antara suami dan istri dengan posisi yang benar-benar sama. Cara tersebut memerlukan waktu yang sangat lama, karena kadang-kadang menimbulkan ketidak cocokan pembagian tugas. Untuk mengimbangi penurunan “keindahan” dan meningkatnya “problem”, tidak mungkin kenaikan keserasian dilakukan dengan waktu yang sangat lambat.

Seperti halnya pada permainan bulu tangkis dobel campuran yang kompak, suami dan istri harus sudah mengetahui posisinya masing-masing. Siapa berkewajiban menyerang dengan smess-smess yang tajam dan siapa berkewajiban mengatur bola agar musuh kebingungan. Meskipun dalam permainan dapat memutar posisi tetapi pada kondisi normal atau pada kondisi tertentu pemain harus secepatnya menempati posisinya masing-masing. Penempatan tersebut harus dilakukan dengan menggunakan reflek, bukan melalui diskusi, musyawarah atau dipikir bersama-sama. Analogi teknik ini harus dipahami benar-benar oleh suami dan istri. Suami harus memahami benar kewajiban terhadap istrinya dan istri juga harus memahami benar kewajiban terhadap suaminya, tanpa melalui diskusi, musyawarah atau dipikir bersama. Setelah benar-benar paham dan benar-benar menghayati kewajibannya masing-masing, baru boleh melakukan diskusi dan musyawarah dalam melaksanakan kewajiban bersamanya.

Teknik tersebut diatas, kurang atau tidak dimiliki oleh keluarga “budaya barat”. Sebagai konsekuensi dari penerapan keluarga budaya barat adalah kelambatan kenaikan komponen "keserasian" dalam melaksanakan jalannya roda keluarga. Dengan sendirinya tidak akan dapat mengimbangi penurunan komponen "keindahan". Akibatnya, kondisi total kurva kerukunan keluarga menurun. Mungkin “problem” juga dapat menyebabkan makin tambah cepatnya penurunan kerukunan keluarga.

1.3. Pola Kerukunan Keluarga Saat Ini di IndonesiaHampir semua perkawinan di Indonesia sekarang ini didasarkan atas saling mengenali dan saling mencintai. Sangat jarang kawin paksa ditemui di Indonesia pada kondisi sekarang ini. Hampir dapat dipastikan bahwa perkawinan di Indonesia sekarang ini diawali dengan nilai kerukunan keluarga yang tinggi.

Telah dipantau dan/atau diwawancarai lebih dari 20 keluarga menengah ke atas dengan usia perkawinan lebih dari 8 tahun, bahkan ada beberapa keluarga yang berusia perkawinan lebih dari 15 tahun. Sebagian besar mereka mengakui bahwa setelah beberapa tahun dilangsungkan pernikahan, pola kerukunan keluarganya menurun. Setelah kira-kira 5 tahun perkawinan, pola kerukunan keluarga benar-benar menunjukkan penurunan yang tajam. Beberapa keluarga meyakini benar bahwa waktu itu merupakan titik terendah kerukunan keluarganya. Hampir semua keluarga mengakui bahwa setelah waktu itu mereka berjuang untuk meningkatkan kerukunan keluarganya. Biasanya mereka berhasil, kerukunan keluarganya berangsur angsur meningkat nilainya hingga hampir menyamai pada saat dimulainya perkawinan. Ada beberapa keluarga yang tidak berhasil meningkatkan kerukunannya dan diakhiri dengan perceraian. Jumlah keluarga tersebut relatif kecil. Model kerukunan keluarga perkotaan di Indonesia saat ini ditunjukkan pada gambar 3.

Sebuah pertanyaan muncul bila melihat pola kerukunan keluarga tersebut. Mengapa kurva mesti turun terlebih dahulu sebelum mencapai nilai yang stabil ? Mungkinkah kurva kerukunan keluarga tersebut diusahakan agar tidak menurun terlalu tajam ?. Pertanyaan tersebut dibahas dalam bagian keempat subbab keempat.

7

Page 8: Kesalahan Persepsi Tata Nilai Perkawinan … · Web viewmulai dilangsungkannya perkawinan sampai pasangan suami-istri meninggal dunia atau berpisah. Untuk memperoleh nilai kerukunan

Konsultan Manajemen Keluarga Muslim

Gambar 3.

1.4. Pola Kerukunan Keluarga IdealMeskipun ada, pola kerukunan keluarga ideal sangat sulit ditemui di masyarakat Indonesia pada umumnya. Pola kerukunan keluarga ideal ditunjukkan pada Gambar 4. Penurunan kerukunan keluarga ideal secara umum relatif sedikit dibanding dengan kerukunan keluarga yang umum di Indonesia.

Dalam pemantauan dan wawancara, keluarga ideal ini tidak banyak ditemukan (sangat jarang). Sebuah pertanyaan timbul, bisakah pola kerukunan keluarga-keluarga yang umum terjadi di Indonesia diubah menjadi atau mendekati pola kerukunan keluarga ideal ?. Jawaban pertanyaan tersebut dibahas dalam bagian empat.

8

Page 9: Kesalahan Persepsi Tata Nilai Perkawinan … · Web viewmulai dilangsungkannya perkawinan sampai pasangan suami-istri meninggal dunia atau berpisah. Untuk memperoleh nilai kerukunan

Konsultan Manajemen Keluarga Muslim

Gambar 4

2. Perubahan Besar-Besaran Pola Kerukunan Keluarga Di IndonesiaModel pola kerukunan keluarga telah ditunjukkan pada Gambar 1, 2, 3 dan 4. Pola kerukunan keluarga dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Perubahan besar-besaran terjadi sebagai akibat dari perubahan tata nilai perkawinan pada pertengahan abad keduapuluh. Konsekuensi dari perubahan tata nilai perkawinan tersebut terjadilah perubahan sikap para orangtua dalam memberikan andilnya pada kerukunan keluarga anak-anaknya. Hal tersebut diuraikan secara rinci dalam subbagian-subbagian berikut.

2.1. Kelemahan Keluarga Masa lampauPada zaman kakek nenek melangsungkan kehidupan berumah tangga (berkeluarga), biasanya diawali dengan perkawinan tradisional (perkawinan masa lampau). Perkawinan tersebut berlangsung atas kehendak masing-masing orangtua, dimana pelaku perkawinan hanya sekedar menjalankan perintah dan tradisi saja. Meskipun demikian, banyak keluarga tersebut berjalan dengan baik, tenteram dan rukun hingga akhir hayatnya.

Model pola kerukunan keluarga masa lampau di Indonesia ditunjukkan dalam sebuah kurva kerukunan keluarga (gambar 1). Dapat dipahami bahwa kerukunan keluarga zaman dahulu tidak didasarkan pada kecocokan dan cinta kedua pelakunya. Kerukunan keluarga masa lampau mula-

9

Page 10: Kesalahan Persepsi Tata Nilai Perkawinan … · Web viewmulai dilangsungkannya perkawinan sampai pasangan suami-istri meninggal dunia atau berpisah. Untuk memperoleh nilai kerukunan

Konsultan Manajemen Keluarga Muslim

mula hanya didasarkan pada kewajiban masing-masing pelakunya. Suami menjalankan kewajiban-kewajibannya berdasarkan tradisi atau adat, sedang istri juga menjalankan kewajiban-kewajibannya berdasarkan tradisi atau adat. Kewajiban dijalankan secara disiplin, dilakukan terus menerus, kemudian timbulah benih-benih cinta, saling menyayangi, saling mengerti dan saling memahami. Pada saat itu, mulailah kerukunan dan kebahagiaan keluarga meningkat. Biasanya kerukunan tersebut berlanjut terus hingga akhir hayatnya. Meskipun diakhiri dengan kerukunan keluarga yang tinggi tetapi masih ada kekurangannya, yaitu diawali dengan nilai kerukunan yang sangat rendah.

Selain hal tersebut di atas adat budaya keluarga masa lampau cenderung membuka kesempatan suami berbuat arogan terhadap istrinya. Meskipun perbuatan itu tidak dibenarkan tetapi sistem kontrol agar suami tidak melakukannya, relatif lemah. Memang ada rambu-rambu adat budaya melarang suami berbuat arogan, antara lain adanya pepatah “ing ngarso sun tulodo, ing madyo mbangun karso, tutwuri handayani”. Suami sebagai pemimpin keluarga harus menaati pepetah tersebut. Rambu-rambu pepatah tersebut relatif kurang tenar dibanding banyaknya rambu-rambu agar istri taat dan patuh terhadap suami. Hal ini memberikan peluang pada suami untuk tidak melaksanakan kewajibannya agar menggauli istrinya dengan baik.

2.2. Usaha Merubah Tradisi Perkawinan Masa LampauPerkawinan keluarga masa lampau diawali dengan nilai kerukunan yang sangat rendah. Hal tersebut mendorong calon-calon pelaku perkawinan pada pertengahan abad duapuluhan benar-benar ingin mengubah tradisi. Banyak pahlawan muncul untuk mengubah tradisi tersebut, antara lain "Siti Nurbaya" yang hidup dalam sebuah buku buatan penerbit terkenal pada zamannya. Siti Nurbaya hanyalah suatu ceritera belaka, tetapi ceritera tersebut dapat menunjukkan ketidak setujuan kaum muda pada sistim perkawinan tradisional. Pahlawan "Siti Nurbaya" mencita-citakan agar kurva tidak berawal dari bawah tetapi langsung bermula dari atas. Mereka semua menginginkan pola kerukunan keluarga sangat ideal seperti ditunjukkan pada Gambar 4.

Banyak para remaja menolak tradisi dimana perkawinan benar-berar hanya ditentukan oleh kedua orangtua mereka saja. Peran para calon pengantin sama sekali tidak dilibatkan. Kawin lari dikalangan remaja mulai populer dibicarakan dan dilaksanakan. Evolosi sistem perkawinan yang dipercepat, mulai terjadi.

Evolosi perkawinan yang dipercepat tersebut terjadi atas peran para remaja saat itu. Mereka berjuang melalui “lobi” pada orangtua-orangtua masing-masing. Banyak tema buku-buku dan ceritera-ceritera yang berkembang dimasyarakat saat itu, memperjuangkan hal tersebut. Selain itu kemajuan informasi dan kemerdekaan sangat cepat berkembang setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia disebar luaskan. Semua berjalan bersamaan dan berkembang dengan cepat sehingga banyak para orang tua mulai menerapkan sistem perkawinan modern. Mulai banyak para calon suami ataupun istri diperbolehkan menjalin hubungan terlebih dahulu. Keputusan para calon suami dan istri disetujui oleh orangtua-orangtua mereka.

Perkembangan tersebut diatas mempersubur tumbuhnya sistem perkawinan modern dan menyempitkan ruang gerak perkawinan tradisional. Kawin paksa diganti dengan perkawinan yang memang benar-benar dikehendaki calon suami maupun calon istri. Orangtua kedua belah pihak merestui pilihan anak-anaknya. Kesemuanya itu menciptakan suatu tingkat kerukunan keluarga yang sangat tinggi pada awal perkawinan.

10

Page 11: Kesalahan Persepsi Tata Nilai Perkawinan … · Web viewmulai dilangsungkannya perkawinan sampai pasangan suami-istri meninggal dunia atau berpisah. Untuk memperoleh nilai kerukunan

Konsultan Manajemen Keluarga Muslim

Melalui perjuangan berat dan panjang, pahlawan "Siti Nurbaya" berhasil menaikkan kerukunan keluarga. Dia berhasil memberantas perkawinan tradisional mengubahnya menjadi perkawinan modern.

2.3. Perubahan Pola Kerukunan Keluarga Sebagai Akibat Perubahan Tata Nilai PerkawinanUsaha “Siti Nurbaya” untuk mengubah tradisi perkawinan masa lampau menjadi perkawinan modern sangat berhasil. Mulai pertengahan abat kesembilan belas tradisi kawin paksa sudah mulai pudar dan sangat cepat menurun frekuensi kejadiannnya. Tradisi kawin paksa boleh dikatakan hampir tidak ada lagi sekarang ini. Semua perkawinan saat ini telah didasari rasa saling mengenal dan cinta dari kedua calon suami dan istri. Dengan sendirinya kondisi tersebut memberikan dampak yang sangat baik pada kerukunan keluarga. Semua perkawinan saat ini bermula dengan kerukunan keluarga yang sangat tinggi. Model pola kerukunan keluarga benar-benar berubah, semula diawali dengan nilai kerukunan rendah berubah menjadi diawali dengan kerukunan tinggi. Terjadi perubahan tatanilai perkawinan secara besar-besaran. Hampir semua perkawinan saat ini berawal dari kedua calon yang telah saling mengenal dan mencintai. Berbahagialah "Siti Nurbaya".

Meskipun telah tercapai cita-cita "Siti Nurbaya", masih belum cukup memuaskan semua keluarga. Masih banyak hal-hal yang harus dibenahi. Meskipun kurva telah berawal pada nilai kerukunan relatip tinggi tetapi perkembangannya tidak selalu lurus atau menaik. Banyak kurva berkembang menurun, bahkan dapat menurun hingga pada titik sangat rendah. Titik terendah tersebut dapat jauh lebih rendah dari awal kurva perkawinan sebelum era "Siti Nurbaya". Pada kondisi ekstrim, kurva putus, perkawinan diakhiri dengan perceraian. Perkembangan kurva kerukunan keluarga tersebut sangat tergantung pada tata nilai hubungan suami dan istri yang bersangkutan.

Apapun hasilnya yang jelas telah terjadi perubahan besar-besaran pada tata nilai perkawinan di Indonesia. Pahlawan dongeng “Siti Nurbaya” telah berhasil mengubah model pola kerukunan keluarga di Indonesia dari model masa lampau (gambar 1) menjadi model saat ini (gambar 3).

2.4. Perubahan Andil Orangtua Dalam Ikut Mewujudkan Kerukunan KeluargaSesuai dengan konsep perkawinan keluarga zaman dahulu, rekayasa perkawinan sepenuhnya ditangani oleh orangtua. Kondisi tersebut secara tidak langsung memberikan dampak tanggung jawab dan usaha orangtua yang sangat besar, agar anaknya dapat meningkatkan kerukunan keluarganya. Kondisi perkawinan anak yang belum saling akrab, belum saling kenal dan belum saling cinta menyebabkan kuatnya usaha orangtua. Usaha tersebut diwujudkan berupa pemberian doktrin tentang kewajiban pada anaknya masing-masing. Hal tersebut sangat menonjol pada orangtua istri; banyak memberikan doktrin mengenai kewajiban istri terhadap suami. Tata nilai orangtua tersebut mempercepat kenaikan kerukunan keluarga.

Adanya perubahan tata nilai perkawinan, berubah pula tata nilai orangtua terhadap anaknya. Setelah era "Siti Nurbaya", calon suami-istri memilih pasangannya sendiri-sendiri, orangtua sudah tidak lagi memegang peranan dalam pemilihan tersebut. Orangtua tidak lagi memberikan doktrin kuat agar anaknya melakukan kewajibannya masing-masing. Orangtua menganggap

11

Page 12: Kesalahan Persepsi Tata Nilai Perkawinan … · Web viewmulai dilangsungkannya perkawinan sampai pasangan suami-istri meninggal dunia atau berpisah. Untuk memperoleh nilai kerukunan

Konsultan Manajemen Keluarga Muslim

bahwa semua akan berjalan lancar karena perkawinan anaknya telah didasari rasa cinta dan atas pilihanya sendiri.

Hal di atas menjadi salah satu sebab mengapa suami-istri pada zaman sekarang tidak terlalu hafal dan menghayati kewajibannya sendiri-sendiri. Suami kurang menghayati kewajiban suami terhadap istri dan istri juga kurang menghayati kewajiban istri terhadap suami. Pada gilirannya hal tersebut dapat ikut menurunkan kerukunan keluarga.

Selain hal yang telah dijelaskan di atas, ada kecenderungan pergeseran kebiasaan orang tua terhadap keluarga anak-anaknya. Pergeseran tersebut antara lain:

1. Orangtua tidak lagi berusaha secara kuat mendorong anaknya sendiri untuk berbuat melayani menantunya atau keluarga menantunya. Orangtua lebih bersifat pasif.

2. Ada sebagian orangtua cenderung untuk berusaha melepas sama sekali keluarga anaknya. Perkembangan keluarga anaknya sepenuhnya diserahkan kepada anaknya; tidak mau mencampuri urusan pembentukan kepribadian keluarga anaknya.

3. Ada sebagian orangtua cenderung ingin mendominasi keluarga anaknya, berusaha memasukkan ide-ide atau kebiasaan-kebiasaan keluarganya kepada keluarga anaknya. Orangtua ini cenderung mengabaikan tatanilai yang sedang dibangun anaknya maupun tatanilai dari keluarga menantunya.

4. Ada sebagian orangtua cenderung memadukan usaha 2 dan 3.Dengan menipisnya usaha nomer 1 dan beralih pada usaha 2, 3 dan 4, sedikit banyak ikut membuat masalah baru dalam keluarga anaknya, terutama pada usaha nomer 3. Kadang-kadang masalah ini menjadi salah satu sebab ikut menurunkan kerukunan keluarga.

Selain sebab-sebab diatas, faktor pendidikan juga mendorong menurunnya andil orangtua dalam ikut mewujudkan kerukunan keluarga. Meningkatnya tingkat pendidikan dan pengetahuan anak dibanding orang tuanya menyebabkan keengganan beberapa orangtua untuk menyampaikan aturan-aturan adat kepada anaknya. Beberapa dari mereka berpendapat ekstrim bahwa anak saya tidak perlu diberi aturan-aturan adat, tradisi dan kebiasaan-kebiasaan lainnya. Mereka menganggap bahwa anaknya telah pandai dan dapat mencari jalan hidupnya sendiri. Bahkan ada diantara mereka yang menerapkan metoda terbalik; orang jawa mengatakan "kebo nyusu gudel" artinya orang tua selalu mengikuti anaknya. Kondisi tersebut ikut mendorong menurunnya kurva kerukunan keluarga.

3. Pergeseran Persepsi Tata Nilai dan Dampaknya Terhadap Perjalanan Suatu KeluargaDalam bagian ini dijelaskan tentang pergeseran persepsi tata nilai yang berkembang di Indonesia pada umumnya dan di daerah perkotaan pada khususnya. Penjelasan itu diawali dengan menerangkan kondisi keluarga di perkotaan Indonesia saat ini. Kemudian disusul dengan menerangkan adanya pergeseran persepsi tata nilai tentang cara utama untuk mencapai kerukunan keluarga. Selanjutnya dibahas dampak yang ditimbulkannya.

3.1. Kondisi Keluarga Di Perkotaan Indonesia Saat IniPada seperempat akhir abad keduapuluh, banyak terjadi pergeseran nilai budaya. Budaya barat yang terkenal bernilai kebebasan, persamaan hak dan demokrasi, telah menyatu di masyarakat Indonesia. Nilai-nilai tersebut sangat dikenal terutama oleh masyarakat menegah ke atas di

12

Page 13: Kesalahan Persepsi Tata Nilai Perkawinan … · Web viewmulai dilangsungkannya perkawinan sampai pasangan suami-istri meninggal dunia atau berpisah. Untuk memperoleh nilai kerukunan

Konsultan Manajemen Keluarga Muslim

Indonesia. Bahkan hal-hal tersebut benar-benar telah merasuk pada tata nilai keluarga menengah ke atas di perkotaan Indonesia.

Pada perkembangannya, budaya bernilai kebebasan, persamaan hak dan demokrasi, memberikan dorongan untuk menggunakan tata nilai baru dalam keluarga, yaitu saling pengertian, saling paham, saling cocok dan segala sesuatu harus dilakukan dengan musyawarah. Hampir semua dilandasi dengan kata saling, yang mencerminkan tata nilai persamaan hak. Survei membuktikan bahwa sekitar tiga perempat keluarga menengah keatas menganggap bahwa kerukunan keluarga ideal dicapai melalui beberapa hal paling penting. Hal-hal yang dianggap paling penting tersebut adalah perilaku suami-istri saling memahami, saling mengerti, saling menghargai, saling toleransi dan sebagainya. Bila suami istri saling memahami, saling mengerti, saling menghargai, saling toleransi dan sebagainya, maka keluarga akan terbebas dari masalah.

Kelihatannya presepsi tersebut memang benar.................. ideal, tetapi bila dikaji lebih dalam akan terlihat kejanggalan-kejanggalan sebagai berikut:1. Pengertian-pengertian tersebut di atas sangat bersifat abstrak, sulit di difinisikan.

Saling memahami..……memahami apa ?...........…....apa batasannya ?.Saling mengerti..……….mengerti apa ?.............….....apa batasannya ?.Saling memberi………...memberi apa ?…………….apa batasannya ?.Saling menghargai.……..menghargai apa ?….....…...apa batasannya ?.Saling toleransi......……...toleransi apa ?.............…...apa batasannya ?. ….Dan sebagainya

2. Pengertian-pengertian tersebut sulit dituju atau dicapai karena tidak operasional.3. Kata "saling" mengandung unsur persamaan hak yang bermakna benar-benar sama,

meskipun antara laki-laki dan perempuan tidak sama fitrahnya.

Pada prakteknya tujuan-tujuan tersebut sulit dicapai dan secara tidak sadar pasangan suami -istri tidak tahu bahwa tujuannya tidak tercapai, karena tujuan sangat abstrak, tidak operasional dan secara lahiriah laki-laki dan perempuan memang tidak sama.

Secara alamiah keindahan romantika bercinta akan menurun, dilain pihak problem keuangan, waktu, kesehatan, komunikasi dan problem-problem yang lain mungkin makin bertambah. Penurunan tersebut menyebabkan munculnya masalah-masalah yang dianggab tidak saling memahami, tidak saling mengerti, tidak saling menghargai, tidak saling toleransi dan sebagainya.

Banyak kekecewaan timbul. Mengapa dia tidak memahami saya...…............pada hal saya sudah berusaha memahami dia. Mengapa dia tidak mengerti saya……..............pada hal saya sudah berusaha mengerti dia. Mengapa dia tidak memberi saya……..............pada hal saya sudah berusaha memberi dia. Mengapa dia tidak menghargai saya......……..pada hal saya sudah berusaha menghargai dia. Mengapa saya dianggap salah, maunya dia benar sendiri........…...................tidak toleransi, dan seterusnya.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas merupakan awal dari masalah keluarga masyarakat menengah ke atas di perkotaan Indonesia. Perkembangan berikutnya dapat menambah frekuensi ketidak puasan, keluhan, protes, pertengkaran dan sebagainya.

Survei membuktikan bahwa kerukunan keluarga di Indonesia saat ini mengalami penurunan setelah kurang lebih 5 tahun perkawinan. Banyak keluarga dapat mengatasi masalah tersebut, mengangkat kembali kemerosotan kerukunan keluarga ketingkat stabil. Ada pula keluarga benar-benar tidak dapat mengangkat kembali kemerosotan tersebut hingga berakhir dengan perceraian.

13

Page 14: Kesalahan Persepsi Tata Nilai Perkawinan … · Web viewmulai dilangsungkannya perkawinan sampai pasangan suami-istri meninggal dunia atau berpisah. Untuk memperoleh nilai kerukunan

Konsultan Manajemen Keluarga Muslim

Telah dipantau dan/atau mewawancarai 20 keluarga menengah ke atas dengan usia perkawinan lebih dari 8 tahun, bahkan ada beberapa keluarga yang berusia perkawinan lebih dari 20 tahun. Hasil pemantauan dan/atau wawancara menunjukkan bahwa keluarga-keluarga tersebut mengalami penurunan kerukunan setelah perkawinan berlangsung kurang lebih 5 tahun. Meskipun angka 5 tahun belum merupakan angka yang benar-benar akurat tetapi penurunan kerukunan keluarga tersebut benar-benar terjadi dan diyakini banyak keluarga yang diwawancarai. Dari hasil pemantauan tersebut dibuat sketsa model kerukunan keluarga seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Setelah mengalami penurunan, dalam beberapa tahun kurva naik kembali. Adanya kenaikan kurva tersebut diyakini oleh sebagian besar keluarga. Meskipun hampir semua keluarga dapat mengangkat kurva tersebut tetapi ada juga keluarga yang tidak dapat melakukannya, bahkan kurva stabil dibawah atau menurun terus menerus. Penurunan kerukunan keluarga terus menerus dapat berakibat fatal, yaitu perceraian. Meskipun presentasenya sangat kecil tetapi harus perlu diwaspadai agar tidak terjadi pada keluarga-keluarga lainnya.

Dari hasil pemantauan, wawancara dan analisa tersebut di atas, timbullah beberapa pertanyaan sebagai berikut : Mungkinkah terjadi kesalahan persepsi untuk mencapai kerukunan keluarga ? Bila benar-benar terjadi kesalahan persepsi, apa dampaknya pada kerukunan keluarga ? Mungkinkah penurunan kurva tersebut dapat dihindari ?.Hal tersebut dijelaskan dalam urain berikut.

3.2. Kesalahan Persepsi Tentang Cara Utama Untuk Mencapai Kerukunan KeluargaTelah diterangkan diatas bahwa tidak sedikit masyarakat perkotaan yang berpendidikan dan berpenghasilan menengah keatas mengalami pergeseran persepsi tata nilai. Secara tidak sadar mereka berpersepsi bahwa cara utama untuk mencapai kerukunan keluarga adalah menggunakan cara-cara yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban suami-istri. Secara tidak disadari pula cara-cara tersebut adalah cara-cara yang digunakan oleh budaya barat, mereka tidak lagi mengutamakan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia untuk menciptakan kerukunan keluarganya. Kesalahan besar telah terjadi.

Kesalahan persepsi ini menyebabkan pengamalan kehidupan hubungan suami-istri cenderung mengikuti budaya barat. Kewajiban suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami cenderung diabaikan tetapi mengutamakan kewajiban bersama suami-istri. Telah ditunjukkan dari hasil analisa survei pada beberapa orang yang dianggap penting menyimpulkan diabaikannya kewajiban silang, yaitu kewajiban suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami, mengakibatkan penurunan kerukunan keluarga.

Untuk memperjelas hal tersebut diatas disajikan beberapa contoh yang semula mengakar pada budaya tradisional di Indonesia atau terdapat pada aturan agama, saat ini sering dilupakan suami atau istri, antara lain : Suami harus dapat memimpin dan membimbing istri. Suami harus menggauli istri dengan baik. Istri harus taat dan patuh kepada suami. Istri harus melayani suami dengan baik.

14

Page 15: Kesalahan Persepsi Tata Nilai Perkawinan … · Web viewmulai dilangsungkannya perkawinan sampai pasangan suami-istri meninggal dunia atau berpisah. Untuk memperoleh nilai kerukunan

Konsultan Manajemen Keluarga Muslim

Ketaatan dan kepatuhan seorang istri terhadap suaminya serta pelayanan seorang istri terhadap suaminya ini terdapat dalam aturan agama (Islam) dan dalam aturan budaya tradisional di Indonesia. Meskipun kedua aturan tersebut tidak persis sama tetapi ada kemiripannya. Salah satu contoh aturan adat yang mengharuskan dilaksanakannya hal tersebut, dijelaskan sebagai berikut.

Dalam adat pengantin Jawa terdapat acara dimana pengantin pria menginjak telur, kemudian pengantin wanita mencuci kaki pengantin pria. Acara adat tersebut mengisyaratkan bahwa suami memberikan keturunan dan istri harus taat dan melayani suami sebaik-baiknya. Adat Jawa mengatur istri sebagai berikut :"surgo nunut neroko katut", artinya istri harus mengikuti apa saja yang dilakukan dan dikehendaki suami. Adat Jawa mengharuskan seorang istri melayani suami dengan bertutur kata sopan. Dalam kehidupan sehari-hari harus menggunakan “kromo inggil”, artinya harus menggunakan bahasa yang sangat halus. Adat Sunda mengatakan: "erek dibawa kaliang cocopet oge anujadi pamajikan mah kudu daek", artinya istri harus setia dan taat kepada suami walaupun dalam keadaan susah. Masih banyak contoh-contoh lainnya dari aturan adat budaya di Indonesia.

Tata nilai berkeluarga telah berubah, tidak ada lagi bahasa yang halus dipergunakan istri pada suaminya, seorang istri tidak lagi merasa malu untuk tidak mengikuti apa yang dilakukan suaminya, seorang istri bisa “teriak protes” bila diajak suami dengan kondisi susah. Hal itu benar-benar terjadi,…………………….katanya sih………emansipasi, harus menyamakan semua hak dan kewajiban istri maupun suami. Kadang kadang ada yang melebihi batas, ada beberapa keluarga didominasi oleh kemauan istri.

Kewajiban suami agar dapat memimpin, membimbing dan harus menggauli istri dengan baik telah ada dalam aturan agama (Islam) dan adat budaya tradisional di Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan dalam aturan adat berikut. Adat Jawa mengatakan bahwa suami dalam memimpin harus melakukan aturan sebagai berikut: "ing ngarso sung tulodo, ing madya mbangun karso, tutwuri handayani". Artinya bila didepan memberi teladan, bila ditengah memberikan dorongan, dan bila dibelakang mengikuti dengan baik. Adat Jawa mengatakan, "wong lanang dadi soko gurune keluargo", artinya laki-laki atau suami menjadi tulang punggung keluarga. Kewajiban suami terhadap istri ini tidak mengalami perubahan tata nilai tetapi teknis pelaksanaannya sering tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak suami yang kurang cakap untuk memimpin dan membimbing istri. Selain itu ada beberapa suami bertindak berlebihan dan cenderung menjadi suami arogan.

Kewajiban-kewajiban dalam tradisi budaya tersebut reratif sama dengan jenis pekerjaan yang cocok dikerjakan suami terhadap istri dan yang cocok dikerjaan istri terhadap suami, yaitu : Suami melindungi, membimbing dan memimpin istri. Suami menggauli istri dengan baik dengan tidak menyakiti perasaannya. Istri menerima perlindungan, bimbingan dan pengarahan dari suami. Istri taat dan patuh kepada suami yang memberi perlindungan, bimbingan dan pengarahan.Pekerjaan-pekerjaan seperti melakukan usaha menstabilkan hubungan sexual, melakukan reproduksi dengan mengandung dan melahirkan anak, serta menyusui dan mengasuh anak dapat dianalogikan sebagai melayani yang memberi perlindungan dan bimbingan.

Hilangnya pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan suami untuk kepentingan istri dan yang harus dilakukan istri untuk kepentingan suami akan mengganggu keseimbangan, bahkan dapat menciptakan masalah-masalah baru.

15

Page 16: Kesalahan Persepsi Tata Nilai Perkawinan … · Web viewmulai dilangsungkannya perkawinan sampai pasangan suami-istri meninggal dunia atau berpisah. Untuk memperoleh nilai kerukunan

Konsultan Manajemen Keluarga Muslim

Sebagai sumber dari masalah-masalah yang timbul tersebut adalah adanya salah persepsi tentang cara utama untuk mencapai kerukunan keluarga. Persepsi telah bergeser dari mementing kewajiban silang, yaitu kewajiban suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami menjadi mementingkan kewajiban bersama suami-istri.

3.3 Dampak Pergeseran Persepsi Tata Nilai Tentang Cara Utama Untuk Mencapai Kerukunan KeluargaTelah diterangkan diatas bahwa kesalahan persepsi berakibat langsung pada kesalahan tindakan-tindakannya. Kesalahan tindakan tersebut berupa pembalikan prioritas kewajiban, yaitu kewajiban suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami dikalahkan atau bahkan dimusnahkan dengan kewajiban bersama suami-istri. Penonjolan kewajiban bersama tersebut didorong oleh pengutamaan persamaan hak suami dan istri. Pembinaan kerukunan keluarga menjadi salah arah.

Menurunnya atau hilangnya kewajiban suami terhadap istri maupun kewajiban istri terhadap suami menyebabkan turunnya kerukunan keluarga. Hal tersebut menimbulkan beberapa dampak negatip antara lain: Baik suami maupun istri saling memendam derita yang tidak terungkap kepermukaan. Tidak terjadi kecocokan baik secara lahir maupun batin. Timbulnya langkah-langkah pelarian tanggung jawab antara lain mencari WIL, PIL atau

kegiatan-kegiatan lain sebagai pelampiasan rasa kesal. Terjadi perceraian.Lebih celaka lagi bila suami istri sama-sama bermaksud ingin mengatur dan saling menyalahkan, penurunan kerukunan keluarga sangat cepat sekali terjadi.

Masalah tersebut merupakan dampak dari kesalahan menentukan arah pembinaan kerukunan keluarga yang secara tidak sengaja berorientasi nilai budaya barat. Untuk mencapai kerukunan keluarga, secara tidak sadar mereka menggunakan cara keluarga budaya barat. Mereka berpersepsi bahwa hak dan kewajiban suami maupun istri merupakan suatu hal yang benar-benar hampir sama. Mereka menganggap bahwa segala sesuatu harus dipecahkan dengan musyawarah antara suami dan istri.

Mereka tidak tahu atau lupa bahwa angka perceraian keluarga budaya barat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan budaya Indonesia (lihat pembahasan pada subbagian 1.2). Hasil survei sebagian dari budaya barat yang dilakukan di Perth, Australia mengatakan bahwa nilai perceraian yang tinggi disebabkan oleh perbedaan personal dan terlalu tingginya nilai kebebasan. Kata perbedaan personal dan kebebasan yang berlebihan muncul akibat sangat kurangnya aturan silang. Tidak ada aturan yang ketat tentang apa yang harus dilakukan suami terhadap istrinya dan apa yang harus dilakukan istri terhadap suami akan memperbesar perbedaan personal.

Bila masalah kesalahan persepsi tata nilai saat ini tidak cepat di atasi atau ditanggulangi dengan teknik keliru, akan menyebabkan penurunan kerukunan keluarga. Pada gilirannya penurunan tersebut dapat mencapai titik sangat rendah, lebih rendah dari pasangan pengantin baru pada zaman dulu yang belum saling mengenal dan mungkin bisa berakhir dengan perceraian.

4. Mungkinkah Penurunan Kurva Kerukunan Keluarga di Indonesia Saat Ini Dapat Dihindari ?

16

Page 17: Kesalahan Persepsi Tata Nilai Perkawinan … · Web viewmulai dilangsungkannya perkawinan sampai pasangan suami-istri meninggal dunia atau berpisah. Untuk memperoleh nilai kerukunan

Konsultan Manajemen Keluarga Muslim

Telah dijelaskan bahwa kurva kerukunan keluarga perkotaan atau keluarga menengah keatas di Indonesia saat ini menurun setelah beberapa saat pernikahan dilangsungkan. Penurunan tersebut dapat mencapai puncaknya sekitar lima tahun setelah usia pernikahan berlangsung (lihat model kerukunan keluarga Indonesia saat ini, gambar 3).

Untuk mengurangi penurunan kurva pada model kerukunan keluarga Indonesia saat ini, perlu dianalisa penyebab-penyebabnya. Hal tersebut dapat diketahui dengan menganalisa model kerukunan keluarga yang mempunyai nilai penurunan kerukunan sangat tajam, yaitu model kerukunan keluarga "budaya barat". Hal-hal penting dari hasil analisa model tersebut dapat dijadikan acuan untuk tidak mencontohnya atau menjauhinya. Dilain pihak, perlu juga menganalisa kesuksesan model keluarga masa lampau yang telah terbukti berhasil menaikkan kerukunan keluarganya, untuk diambil nilai positifnya. Selain itu harus dianalisa pula penyebab kesuksesan pada model kerukunan keluarga ideal yang telah berhasil memperkecil penurunan kerukunan keluarganya.

Gambar 5 terdiri dari rangkaian kurva model kerukunan keluarga dimana sumbu tegak menyatakan kerukunan keluarga sedang sumbu datar menyatankan waktu perkawinan. Gambar tersebut menjelaskan adanya beberapa kesamaan model-model kerukunan keluarga. Model kerukunan keluarga "budaya barat" mempunyai kesamaan pola dengan awal model kerukunan keluarga Indonesia saat ini. Kedua-duanya diawali dengan nilai kerukunan yang tinggi dan diikuti dengan penurunan kerukunan yang relatif tajam. Kondisi ini diberi tanda huruf "A" pada Gambar 5 dan disebut sebagai kasus "A" atau kasus turunnya kerukunan keluarga. Model kerukunan keluarga masa lampau mempunyai kesamaan pola dengan model kerukunan keluarga Indonesia saat ini. Kedua-duanya berhasil menaikkan kerukunan keluarganya; kondisi tersebut ditandai dalam Gambar 5 dan diberi nama kasus "B" atau kasus naiknya kerukunan keluarga. Kasus C menggambarkan jumlah perceraian yang relatif tinggi; hampir sepertiga bahkan mungkin setengah dari keluarga “budaya barat” diakhiri dengan perceraian. Kasus A dan B akan dibahas dalam uraian berikut, sedang kasus C yang terdapat pada model keluarga “budaya barat” jarang terjadi pada keluarga budaya Indonesia.

Turunnya kurva kerukunan keluarga modern di Indonesia saat ini lebih banyak disebabkan oleh kesalahan persepsi tentang kewajiban suami dan istri. Keluarga budaya Indonesia mencontoh keluarga "budaya barat" yang relatif kurang mempunyai aturan lengkap. Hampir tidak dimiliki oleh keluarga "budaya barat" aturan yang membedakan antara kewajiban suami dan istri. Segala sesuatu dijalankan dengan aturan main yang sangat sederhana, yaitu suami dan istri mempunyai hak dan kewajiban yang benar-benar hampir sama. Segala sesuatu dipecahkan dengan diskusi terbuka antara suami dan istri. Hal inilah yang kadang-kadang menyebabkan timbulnya perselisihan dan ketegangan dalam keluarga. Pada gilirannya hal tersebut akan menurunkan kerukunan keluarga.

Naiknya kerukunan keluarga masa lampau disebabkan oleh dipunyainya dan dilaksanakannya aturan yang lengkap dalam keluarga. Suami dan istri teguh menjalankan tugas mereka masing-masing berdasarkan aturan keluarga yang sesuai adat dan/atau agama. Adat dan/atau agama mengatur kewajiban utama yang harus dilakukan suami atau istri, sebelum melakukan kewajiban bersama, dan jauh sebelum melakukan sunat-sunat rumah tangga. Kewajiban utama tersebut adalah kewajiban istri terhadap suami dan kewajiban suami terhadap istri. Hanya bermodal melaksanakan adat yang lengkap dengan aturan kewajiban suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami, kurva kerukunan keluarga berangsur-angsur menaik. Kenaikan kurva kerukunan keluarga perkotaan di Indonesia saat ini secara tidak sengaja juga disebabkan

17

Page 18: Kesalahan Persepsi Tata Nilai Perkawinan … · Web viewmulai dilangsungkannya perkawinan sampai pasangan suami-istri meninggal dunia atau berpisah. Untuk memperoleh nilai kerukunan

Konsultan Manajemen Keluarga Muslim

dilaksanakannya kewajiban suami terhadap istrinya dan kewajiban istri terhadap suaminya. Mereka tidak tulus melaksanakannya, mereka melaksanakan dengan alasan antara lain “sudah tua mau apalagi”, “malu dengan tetangga”, “kasihan anak-anak” dan sebagainya. Apapun alasannya yang jelas mereka melaksanakannya……………hasilnya, tentu saja kerukunan keluarga lama-lama meningkat.

Model kerukunan keluarga ideal terbentuk karena mengerjakan aturan-aturan sebagai berikut: 1. Keluarga tersebut mengerti benar tentang kewajiban suami terhadap istri dan kewajiban istri

terhadap suami. Mereka menjalankanya dengan konsisten.2. Setelah menjalankan kewajiban pada nomer 1, dijalankan pula kewajiban-kewajiban lain

secara bersamaan antara suami dan istri (menjalankan kewajiban bersama).3. Setelah menjalankan kewajiban no.1 dan 2, dijalankan hal lain yang bersifat kurang penting.

Dari hasil pemantauan/wawancara diketahui bahwa keluarga tersebut melaksanakan ketiga tahapan tersebut berdasarkan aturan agama yang dianutnya (agama Islam). Meskipun saat ini belum didukung dengan data yang banyak, minimal para pelaku dari model keluarga ideal meyakini bahwa aturan aturan agama (Islam) merupakan kunci utama untuk menjaga kerukunan keluarga.

Dari penelitian penulis terbukti bahwa banyak aturan adat yang berhubungan dengan perkawinan didasarkan atas aturan agama Islam. Aturan agama tersebut disusupkan oleh para wali, para ahli dakwah pada zaman dalulu secara halus kedalam tradisi dan budaya Indonesia. Dengan demikian, keluarga masa lampau berhasil menaikkan kerukunannya karena secara tidak sengaja menggunakan aturan-aturan agama Islam.

Dari semua pembahasan diatas dapat disarikan bahwa penurunan kurva kerukunan keluarga perkotaan saat ini dapat dihindari dengan cara melakukan aturan-aturan agama Islam. Diantara aturan-aturan agama tersebut terdapat aturan sangat penting, yaitu kewajiban suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami. Kewajiban-kewajiban tersebut menjadi prioritas utama untuk menanggulangi penurunan kerukunan keluarga saat ini. Uraian dari kewajiban-kewajiban tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Kewajiban istri terhadap suami menurut aturan agama Islam cukup singkat dan sangat operasional. Kewajiban tersebut sangat mudah dijalankan dan tidak memberatkan istri karena sesuai dengan fitrahnya, yaitu :a) Taat, patuh dan menjaga harta suami.b) Melayani suami sebaik baiknya.c) Menutup aurat.d) Tidak boleh membicarakan rahasia suami.e) Tidak boleh bepergian dan puasa tanpa seizin suami.Kewajiban penutup dari semuanya, yaitu bagian e, merupakan ukuran batasan bagaimana seorang istri menjalankan kewajiban a, b, c dan d.

Kewajiban suami terhadap istri sesuai dengan aturan agama Islam adalah sebagai berikut :a) Memberi nafkah lahir dan batinb) Mendidik dan memimpin.c) Menggauli dengan baik.d) Tidak boleh membuka rahasia istri.e) Tidak boleh menyakiti istri.f) Suami yang paling baik adalah dia yang paling baik kepada istrinya.

18

Page 19: Kesalahan Persepsi Tata Nilai Perkawinan … · Web viewmulai dilangsungkannya perkawinan sampai pasangan suami-istri meninggal dunia atau berpisah. Untuk memperoleh nilai kerukunan

Konsultan Manajemen Keluarga Muslim

Ketentuan f) merupakan batasan sejauh mana suami harus menjalankan kewajiban pada istrinya.

Selain hal terpenting tersebut di atas penurunan kerukunan keluarga dapat dibantu dengan melaksanakan beberapa kewajiban bersama suami-istri, antara lain : Saling sabar dalam mengatasi kesulitan. Saling syukur bila menerima kemudahan. Saling memberi pertolongan bila mendapat kesulitan. Saling memaafkan bila terjadi kesalahan. Saling tawakal dalam menjalankan rencana rencana keluarga. Saling berbaik sangka dalam segala hal. Saling musyawarah,……..dan seterusnya.

5. Kesimpulan Dan SaranDari semua pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal penting yang patut direnungkan oleh para suami maupun istri untuk mengatasi penurunan kerukunan keluarga. Hal-hal penting tersebut adalah sebagai berikut :

1. Hilangnya sistem kawin paksa memberikan suatu nilai kerukunan keluarga relatip tinggi pada awal perkawinan. Pada perkembangan selanjutnya nilai kerukunan keluarga relatip tidak stabil.

2. Masuknya tatanilai barat yang lebih mengutamakan persamaan hak, demokrasi dan "emansipasi", menimbulkan salah persepsi mengenai cara utama untuk menuju kerukunan keluarga yang tinggi, dari sebagian besar keluarga menengah ke atas di perkotaan Indonesia.

3. Kesalahan persepsi tersebut menjadi salah satu faktor penting yang mengakibatkan menurunnya kerukunan keluarga beberapa waktu setelah perkawinan. Banyak keluarga dapat mengangkat kerukunan keluarga kembali tetapi ada beberapa keluarga tidak sanggup mengangkatnya bahkan ada yang diakhiri dengan perceraian.

4. Diketahui bahwa perkawinan tradisional pada zaman dahulu banyak berkembang dan berakhir dengan kerukunan yang tinggi walaupun diawali kondisi kerukunan yang sangat rendah.

5. Keluarga-keluarga tradisional pada zaman dahulu dapat meningkatkan kerukunan keluarga akibat secara tidak sengaja melakukan bagian-bagian penting dari aturan-aturan agama Islam (Al-Quran dan hadis tentang hubungan suami istri) dengan disiplin. Kewajiban suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami dijalankan dengan baik terlebih dahulu dan tidak begitu memperhatikan hal-hal lain, selain itu.

6. Keluarga-keluarga perkotaan saat ini dapat mengangkat kembali nilai kerukunannya juga disebabkan secara tidak sengaja mereka melaksanakan aturan-aturan agama Islam (Al-Quran dan hadis tentang hubungan suami istri).

Untuk mengatasi penurunan kerukunan keluarga disarankan para suami maupun istri melakukan hal hal sebagai berikut :1. Lakukan kewajiban suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami sesuai aturan

agama Islam (Al-Quran dan hadis tentang hubungan suami istri) dengan sengaja dan disertai niat hanya karena Allah.

2. Jangan membalik prioritas, jangan sampai kewajiban bersama suami-istri mengalahkan kewajiban suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami.

19

Page 20: Kesalahan Persepsi Tata Nilai Perkawinan … · Web viewmulai dilangsungkannya perkawinan sampai pasangan suami-istri meninggal dunia atau berpisah. Untuk memperoleh nilai kerukunan

Konsultan Manajemen Keluarga Muslim

Gambar 5.

BEBERAPA PERSAMAAN DALAM MODELKERUKUNAN KELUARGA

.

20

WAKTU PERKAWINAN

KERUKUNAN KELUARGA

KERUKUNAN KELUARGA

WAKTU PERKAWINAN

WAKTU PERKAWINAN

KERUKUNAN KELUARGA