65
KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN 1. Nuke Rizky Putri 141000595 2. Sucy Mawar Hutri 141000611 3. Nova Oktavia Suryani Purba 141000631 4. Imam Ardiansyah 141000633 5. Christman Jeremy S 141000635 6. Sandy Siburian 141000647 7. Ria Triami 141000653 8. Ulfa Riana Rizky 141000665 9. Raysyah Rahmadhani Hasibuan 141000673 10. Siti Riri Shafira 141000677 11. Erisa Muharani 141000705 12. Sri Rahmatika 141000711 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

.

Citation preview

Page 1: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

KESELAMATAN KERJA

BIDANG KEBAKARAN

1. Nuke Rizky Putri 141000595

2. Sucy Mawar Hutri 141000611

3. Nova Oktavia Suryani Purba 141000631

4. Imam Ardiansyah 141000633

5. Christman Jeremy S 141000635

6. Sandy Siburian 141000647

7. Ria Triami 141000653

8. Ulfa Riana Rizky 141000665

9. Raysyah Rahmadhani Hasibuan141000673

10. Siti Riri Shafira 141000677

11. Erisa Muharani 141000705

12. Sri Rahmatika 141000711

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

Page 2: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

KATA PENGATAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan

Hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar

Keselamatan Kerja. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu

dosen yang telah membimbing kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami

ini.

Demikian makalah ini kami perbuat. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

Medan, 9 Desember 2015

Pemakalah

i

Page 3: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHAULUAN

1.1 Latar belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kebakaran...............................................................................3

2.2. Penanggulangan Bahya Kebakaran...........................................................4

2.3. Sumber Panas Penyebab Kebakaran.........................................................4

2.4. Klasifikasi Kebakaran................................................................................5

2.5. Jenis Api Penyebab Kebakaran.................................................................6

2.6. Reaksi Terjadinya Kebakaran....................................................................7

2.7. Pengrusakan Keseimbangan Api...............................................................8

2.8. Bahaya Kebakaran.....................................................................................9

2.9. Akibat Timbul Kebakaran.......................................................................11

2.10. Peristiwa yang Menyebabkan Kebakaran................................................11

2.11. Acuan.......................................................................................................16

2.12. Pencegahan Terhadapa Kebakaran..........................................................16

2.13. Penanggulangan Kebakaran....................................................................17

2.14. Sifat Zat yang Mudah Terbakar...............................................................18

2.15. Jenis Industri yang Berisiko Terhadap Bahaya Kebakaran yang

Besar.......................................................................................................19

2.16. Ketentuan Pencegahan Umum Kebakaran............................................20

ii

Page 4: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

2.17. Pencegahan dan Pelindungan Terhadap Kemungkinan Terjadinya

Kebakaran................................................................................................21

2.18. Standard Operating Procedures (Sop) Mengenai Keselamatan Terhadap

Kebakaran................................................................................................21

2.19. Prosedur pada Saat Terjadi Kelaparan....................................................25

2.20. Bahan-bahan yang Dapat Meledak..........................................................27

2.21. K3 Penanggulangan Kebakaran..............................................................28

2.22. Contoh Penyebab Kebakaran Secara Teknis...........................................30

2.23. Peralatan Pencegahan Kebakaran............................................................32

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................................34

3.2 Saran........................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................35

iii

Page 5: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

BAB  I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kamus, kebakaran itu dinyatakan dengan keterangan, kemusnahan oleh api

dan menyebabkan kerugian. Api dinyatakan dengan keterangan: gas bercahaya yang di

akibatkan oleh terjadinya reaksi kimia pembentukan atau penguraian persenyawaan.

Secara sederhana dapat dikatakan kebakaran adalah pembakaran atau suatu reaksi antara

bahan yang dapat terbakar dengan oksigen,dalam keadaan sedemikian rupa sehingga

timbul panas dan api dan menyebabkan kerugian.

Bahaya kebakaran harus dipahami oleh setiap orang karena kebakaran biasa terjadi

dimana-mana, selain merugikan diri sendiri juga orang lain, kebakaran yang terjadi

dirumah tangga biasa mengganggu tetangga sebelah, kebakaran dibengkel sekolah akan

merugikan pihak sekolah.

Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan akibat kebakaran Pemerintah

mengeluarkan undang-undang UU No. 1 Tahun 1970 “Dengan perundangan ditetapkan

persyaratan keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan

kebakaran”.Yang dikuatkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI

No.186/MEN/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja disebutkan

dalam Pasal ayat 1 “Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan

memadamkan kebakaran, menyelenggarakan latihan penganggulangan kebakaran di

tempatkerja”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan

1

Page 6: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana peran tenaga kesehatan dalam

menangani korban kecelakaan kerja dan mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan

kesehatan dan keselamatan kerja.

2

Page 7: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kebakaran

Kebakaran adalah suatu bencana yang ditimbulkan dari api, merugikan harta benda

dan membahayakan bagi keselamatan jiwa manusia.

Sedangkan api adalah suatu fenomena yang dapat diamati dengan adanya cahaya dan

panas serta adanya proses perubahan zat menjadi zat baru melalui reaksi kimia oksidasi

eksotermal. Api terbentuk karena adanya interaksi beberapa unsur/elemen yang pada

kesetimbangan tertentu dapat menimbulkan api.

Ditinjau dari jenis api, dapat dikategorikan menjadi jenis api jinak dan liar. Jenis api

jinak artinya api yang masih dapat dikuasai oleh manusia, sedang jenis api liar tidak dapat

dikuasai. Inilah yang dinamakan kebakaran.

Proses kebakaran atau terjadinya api dapat terjadi apabila terdapat elemen bahan panas

dan oksigen. Tanpa salah satu dari unsur tersebut, api tidak akan muncul. Oksigen sendiri

harus membutuhkan diatas 10% kandungan oksigen di udara yang diperlukan untuk

memungkinkan terjadinya proses pembakaran.

Ada beberapa klasifikasi kebakaran berdasarkan jenis bahan yang terbakar, antara

lain:

1. Kelas A : Benda padat seperti kertas, kayu, plastik, karet, kain, dsb. 

2. Kelas B : Benda cair seperti minyak tanah, bensin, solar, tinner, gas elpiji, dsb. 

3. Kelas C : Kebakaran listrik, travo, kabel/konsleting arus listriknya. 

4. Kelas D : Kebakaran khusus seperti besi, aluminium, konstruksi baja.

3

Page 8: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

2.2 Penanggulangan Bahaya Kebakaran

Usaha/tindakan yang dilakukan baik sebelum, sewaktu, dan sesudah kebakaran.

1. Fire Prevention : pencegahan kebakaran untuk meniadakan terjadi peristiwa

kebakaran

2. Fire Protection : perlindungan terhadap bahaya kebakaran upaya melindungi jiwa

manusia ataupun harta benda dari bahaya kebakaran

3. Fire Fighting : pemadam kebakaran yaitu upaya melakukan tindakan dengan cepat

dan cermat dalam memadamkan setiap terjadi kebakaran

4. Fire Resque : pertolongan dalam kebakaran yaitu upaya pertolongan secepat-

cepatnya guna penyelamatan jiwa manusia serta menekan kerugian sekecil-

kecilnya

2.3 Sumber Panas Penyebab Kebakaran

Sumber panas diperlukan untuk mencapai suhu penyalaan sehingga dapat

mendukung terjadinya kebakaran. Sumber panas antara lain: panas matahari, permukaan

yang panas, nyala terbuka, gesekan, reaksi kimia eksotermis, energi listrik, percikan api

listrik, api las / potong, gas yang dikompresi.

Panas yang berasal dari sumber tersebut, dipindahkan melalui 4 cara, yaitu:

1. Radiasi : perpindahan panas yang memancarkan ke segala cara

2. Konduksi : perpindahan panas melaui benda (perambatan panas)

3. Konveksi : perpindahan panas yang menyebabkan perbedaaan

tekanan udara

4. Loncatan Bunga Api : suatu reaksi energy panas dengan udara (O2)

Sumber penyebab kebakaran , yaitu ;4

Page 9: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

1. Adanya bahan yang mudah terbakar. Bahan yang udah terbakar bisa dari Zat kimia

cari dan gas yang mudah terbakar misalnya, minyak tanah, gas LPG,  matches,

aerosol pengharum ruangan, produk-produk yang mengandung alkohol seperti

minyak wangi dan spritus. Maupun bahan padat seperti kayu, kertas, plastic.

2. Adanya sumber panas. Sumber panas ini ada di lingkungan sekitar seperti sember

panas dari sinar matahari, listrik (dengan adanya kortsluiting), gesekan dari dua

benda, reaksi kimia dan udara yang tertekan.

3. Adanya oksigen yang cukup. Kebakaran terjadi akibat adanya reaksi kimia antara

bahan yang mudah terbakar dengan oksigen melalui proses pembakaran. Semakin

besar kadar oksigen, semakin besar api yang akan menyala. Dalam keadaan normal

kadar oksigen di udara berkisar 21 %. Dalam keadaan normal udara akan memiliki

kadar yang cukup untuk melakukan proses pembakaran. Pada udara dengan kadar

oksigen setengah dari keadaan normal, yaitu 12 %, udara akan sangat sulit

menyebabkan proses kebakaran, atau dapat dikatakan tidak akan terjadi

pembakaran api.

2.4 Klasifikasi Kebakaran

Berdasarkan peraturan menteri tenaga kerja No.Per.04/Men/1980 kebakaran

diklasifikasi menjadi 4 Klas yaitu :

1. Klas A adalah Kebakaran yang terjadi dari jenis bahan padat kecuali logam. Klas

ini mempunyai ciri jenis kebakaran yang meninggalkan arang dan abu. Unsur

bahan yang terbakar biasanya mengandung carbon. Aplikasi media pemadam

yang cocok adalah bahan jenis basah yaitu “ AIR “. Prinsip kerja air dalam

pemadaman api adalah dapat menyerap kalor / panas dan dapat menembus hingga

bagian dalam. 5

Page 10: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

2. Klas B adalah Kebakaran yang terjadi akibat bahan jenis cair dan gas. Klas ini

terdiri dariunsur bahan yang mengandung hydrocarbon dari produk minyak

bumidan turunan kimianya. Aplikasi media pemadam yang cocok untuk bahan

cair adalah jenis Busa. Prinsip kerja pada busa adalah menutup permukaan cairan

yang akan mengapung pada permukaan.

Aplikasi media pemadam yang cocok untuk bahan gas adalah jenis bahan

pemadam yang bekerja atas dasar subtitusi oksigen atau memutuskan reaksi

berantai yaitu dengan tepung kimia kering dan gas CO2 atau gas Halon.

3. Klas C adalah kebakaran pada aparat listrik yang bertegangan tinggi. Aplikasi

media pemadam ini yang cocok untuk klas C adalah jenis kering yaitu Tepung

kimia kering dan Gas CO2 atau Halon.

4. Klas D adalah Kebakaran dari bahan logam. Pada prinsipnya semua bahan dapat

terbakar termasuk pada logam. Logam dapat terbakar jika titik nyala api sangat

besar.

Kebakaran logam perlu langkah awal yang tinggi dana akan menimbulkan

temperatur yang tinggi juga. Bahan kebakaran pada logam tidak bisa

menggunakan air atau pada pemadam pada umumnya, justru akan menimbulkan

bahaya. Maka dari itu harus direncanakan langsung secara khusus dengan prinsip

kerja menutup permukaan bahan yang terbakar dengan cara menimbunnya.

2.5 Jenis Api Penyebab Kebakaran

1. Kelas A : Adalah kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat, misalnya

kertas, kayu, plastik, karet, busa dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran

untuk kelas ini berupa: air, pasir, karung goni yang dibasahi, dan

Alat Pemadam berbahan tepung kimia kering (dry powder).6

Page 11: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

2. Kelas B : Adalah kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar

berupa cairan, misalnya bensin, solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan lain-

lainnya.Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: pasir dan Alat

Pemadam tepung kimia kering (dry powder) maupun Foam. Dilarang

memadamkan menggunakan air untuk jenis ini karena berat jenis air lebih berat

dari pada berat jenis bahan di atas sehingga bila kita menggunakan air maka

kebakaran akan melebar kemana-mana.

3. Kelas C: Adalah kebakaran yang disebabkan oleh adanya hubungan arus pendek

pada peralatan elektronik. Alat pemadam yang bisa digunakan untuk

memadamkan kebakaran jenis ini dapat juga menggunakan tepung kimia kering

(dry powder), akan tetapi memiliki resiko kerusakan peralatan elektronik, karena

dry powder mempunyai sifat lengket dan korosif. Lebih cocok menggunakan

pemadam api berbahan clean agent.

4. Kelas D : Adalah kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda berbahan metal,

untuk kebakaran jenis ini tidak di perkenankan menggunakan jenis alat pemadam

yang bersifat dingin seperti contohnya CO2, karena hal tersebut dapat memicu

ledakan sehingga bahaya kebakaran akan semakin besar. kita dapat menggunakan

DCP (dry chemical powder), walaupun hal tersebut dapat berefek korosif pada

metal namun bahaya pada saat pemadaman relatif kecil.

2.6 Reaksi Terjadinya Kebakaran (Segitiga Api)

Merupakan reaksi berantai yang berjalan dengan seimbang namun jika terjadi

ketidakkeseimbangan maka reaksi tersebut akan terhenti dan api menjadi padam.

Segitiga Api merupakan elemen- elemen pendukung terjadinya

kebakaran adalah panas, bahan bakar dan oksigen.7

Page 12: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

1. Bahan yang mudah terbakar : Barang padat, cair atau gas

2. Panas (Suhu) : Pada lingkungannya memiliki suhu yang demikian tingginya,

(sumber panas dari Sinar Matahari, Listrik (kortsluiting, panas energimekanik

(gesekan), Reaksi Kimia, Kompresi Udara)

3. Oksigen ( O2 ) : Adanya Zat Asam ( O2 ) yang cukup. makin besar kadar oksigen

maka api akan menyala makin hebat

Dari ketiga faktor tersebut saling mengikat dengan kondisi yang cukup tersedia.

Ketiga faktor tersebut digambarkan dalam bentuk hubungansegitiga kebakaran.

Perlu diperhatikan apabila salah satu dari sisi dari segita tersebut diatastidak ada,

maka tidak mungkin terjadi kebakaran. Jadi setiap kebakaranyang terjadi dapat

dipadamkan dengan tiga cara yaitu :

a. Dengan menurunkan suhunya dibawah suhu kebakaran,

b. Menghilangkan zat asam

c. Menjauhkan barang-barang yang mudah terbakar

2.7 Pengrusakan Keseimbangan Api

CARA PENGURAIAN: adalah suatu pemadaman api dengan jalan MEMISAHKAN atau

MENYINGKIRKAN bahan-bahan yang mudah terbakar.

8

Page 13: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

CARA PENDINGINAN: adalah pemadaman api dengan jalan MENURUNKAN PANAS,

sehingga temperatur bahan yang terbakar turun sampai di bawah titik.

CARA ISOLASI: adalah pemadaman api dengan jalan MENURUNKAN KADAR OKSIGEN

sampai di bawah 12%. Cara ini disebut juga LOKALISASI, yaitu mencegah reaksi dengan

oksigen.

2.8 Bahaya Kebakaran

Ada tiga unsur yang menyebabkan kebakaran bisa terjadi yaitu :

1. Adanya bahan yang mudah terbakar. Bahan yang udah terbakar bisa dari Zat

kimia cari dan gas yang mudah terbakar misalnya, minyak tanah, gas LPG,

matches, aerosol pengharum ruangan, produk-produk yang 9

Page 14: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

mengandung alkohol seperti minyak wangi dan spritus. Maupun bahan padat

seperti kayu, kertas, plastic.

2. Adanya sumber panas. Sumber panas ini ada di lingkungan sekitar seperti sember

panas dari sinar matahari, listrik (dengan adanya kortsluiting), gesekan dari dua

benda, reaksi kimia dan udara yang tertekan.

3. Adanya oksigen yang cukup. Kebakaran terjadi akibat adanya reaksi kimia antara

bahan yang mudah terbakar dengan oksigen melalui proses pembakaran. Semakin

besar kadar oksigen, semakin besar api yang akan menyala. Dalam keadaan

normal kadar oksigen di udara berkisar 21 %. Dalam keadaan normal udara akan

memiliki kadar yang cukup untuk melakukan proses pembakaran. Pada udara

dengan kadar oksigen setengah dari keadaan normal, yaitu 12 %, udara akan

sangat sulit menyebabkan proses kebakaran, atau dapat dikatakan tidak akan

terjadi pembakaran api.

Untuk mencegah terjadinya kebakaran adalah dengan menghindarkan terjadinya

sumber panas yang berdekatan pada bahan yang mudah terbakar yaitu dengan cara

menurunkan suhu sumber panas. Beberapa hal yang dilakukan adalah dengan membatasi

akses sinar matahari pada bahan yang mudah terbakar, melindungi  dan memeriksa

jaringan listrik dengan bahan yang sesuai dengan jumlah arus dan tegangan yang dilalui,

memberikan pelumas pada bahan yang bergesekan.

Untuk  memadamkan kebakaran juga dilihat dari unsur terjadinya yaitu dengan

cara penguraian yaitu cara memadamkan dengan memisahkan atau menjauhkan benda-

benda yang dapat terbakar kemudian cara pendinginan yaitu cara memadamkan

kebakaran dengan menurunkan panas atau suhu. Biasanya digunakan air dengan  cara

menyemprotkan atau menyiramkan air ketitik api. Cara berikutnya adalah 10

Page 15: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

membuat isolasi / lokalisasi dengan mengurangi kadar / prosentase O2 pada benda-

bendayang terbakar.

2.9 Akibat Timbul Kebakaran

1. Merokok

Kecerobohan seorang perokok yang membuang puntung rokok sembarangan dengan

masih keadaan masih hidup apinya saat berada diperkemehan.

2. Zat cair yang mudah terbakar

Misalnya meletakkan minyak tanah atau gas elpiji didekat kompor.

3. Ketatarumahtanggaan yang buruk

Menggunakan peralatan masak yang tidak aman, misalnya menggunakan tabung yang

bocor, pemasangan regulator yang tidak benar, dan lain-lain.

4. Alat-alat las

Mengelas bejana bekas berisi minyak atau bahan yang mudah terbakar.

5. Kabel-kabel listrik

Banyak kabel yang terkelupas yang berpotensi terjadi korsleting.

6. Alam

Dengan musim kemarau ditambah panasnya matahari yang amat kuat secara terus

menerus memancarkan panasnya sehingga dapat menimbulkan kebakaran.

7. Kebakaran disengaja

Seperti huru – hara, sabotase dan untuk mendapatkan asuransi ganti rugi.

2.10 Peristiwa-Peristiwa yang Mengakibatkan Terjadinya Kebakaran

Adapun Peristiwa-peristiwa yang mengakibatkan terjadinya kebakaran

(Suma’mur, 1996) adalah sebagai berikut :

1. Nyala api dan bahan-bahan pijar11

Page 16: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

Jika suatu benda padat ditempatkan dalam nyala api, suhunya akan naik, mulai

terbakar dan bernyala terus sampai habis. Kemungkinan terbakar atau tidak

tergantung dari :

a. Sifat benda padat tersebut yang mungkin sangat mudah, agak mudah dan sukar

terbakar.

b. Besarnya zat padat tersebut; jika sedikit, tak cukup timbulpanas untuk

terjadinya kebakaran.

c. Keadaan zat padat, seperti mudahnya terbakar kertas atau kayu-kayu

lempengan tipis oleh karena relatif luasnya permukaan yang bersinggungan

dengan oksigen.

d. Cara menyalakan zat padat, misalnya di atas atau sejajar dengan nyala api.

Benda pijar, mudah atau tidak mudah terbakar, akan menyebabkan terbakarnya

benda lain, jika bersentuhan dengannya. Suatu benda tak mudah terbakar akan

menyebabkan terbakarnya bahan mudah terbakar yang bersinggungan dengannya.

2. Penyinaran

Terbakarnya suatu bahan yang mudah terbakar oleh benda pijar atau nyala api

tidak perlu atas dasar persentuhan. Semua sumber panas memancarkan gelombang-

gelombang elektromagnetis yaitu sinar inframerah. Jika gelombang ini mengenai

benda, maka pada

benda tersebut dilepaskan energi yang berubah menjadi panas. Benda tersebut

menjadi panas dan jika suhunya naik , maka pada akhirnya benda tersebut akan

menyala.

3. Peledakan uap atau gas

Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan

menyala, jika terkena benda pijar atau nyala api dan pembakaran 12

Page 17: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

yang terjadi akan meluas dengan cepat, manakala kadar gas atau uap berada pada

batas untuk menyala atau meledak. Batas-batas

kadar ini tergantung pada bahan yang bersangkutan. Cepatnya api menjalar

tergantung pada sifat zat, suhu dan tekanan udara dan berkisar di antara 1 sampai

2.000 m per detik. Kecepatan ini menentukan besarnya kerusakan yang diakibatkan

oleh peledakannya.

4. Peledakan debu atau noktah-noktah zat cair

Debu-debu dari zat yang mudah terbakar atau noktah-noktah cair yang berupa

suspensi di udara bertingkah seperti campuran gas dan udara atau uap dalam udara

dan dapat meledak.

5. Percikan api

Percikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi penyebab terbakarnya

campuran gas, uap atau debu dan udara yang dapat menyala. Biasanya percikan api

tak dapat menyebabkan terbakarnya benda padat, oleh karena tidak cukupnya

energi panas yang ditimbulkan akan menghilang di alam benda padat. Percikan api

mungkin terbentuk sebagai akibat arus listrik.

Dalam hal demikian, percikan api timbul pada pemutusan hubungan arus

terutama pada kumparan yang bertenaga listrik, pada tempat-tempat kontak dua

sambungan, pada pengosongan listrik di tempat elektroda-elektroda, dan lain-lain

sebagainya. Percikan api

dapat timbul pula oleh karena kelistrikan statis sebagai akibat gesekan dua benda

yang bergerak, di antara benda yang bergerak dan udara, dan diantara cairan atau

gas yang bukan penghantar listrik dengan pipa yang dilaluinya, seperti terjadi pada

pipa pengisian bahan bakar minyak.

13

Page 18: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

Dalam hal ini, bahan bakar dengan berat jenis lebih besar adalah lebih

berbahaya, oleh karena bahan yang ringan akan cepat menguap dan tak terjadi

pembakaran. Percikan api yang disebabkan beradunya secara kuat dua benda dapat

membakar pula campuran gas atau uap dan udara yang mudah menyala. Agar

menyebabkan nyala api, percikan api dari sumber listrik atau mekanik sekurang-

kurangnya harus bertenaga 0,1 J. Juga percikan api sebagai gesekan dua permukaan

mungkin berbahaya. Sebagai contoh adalah penggerindaan benda logam bukan besi

seperti gelas flint yang ringan.

6. Terbakar sendiri

Kebakaran sendiri dapat terjadi pada onggokan bahan bakar mineral yang padat

atau zat-zat organis, apabila peredaran udara cukup besar untuk terjadinya proses

oksidai, tetapi tidak cukup untuk mengeluarkan panas yang terjadi. Peristiwa-

peristiwa ini dipercepat oleh tingkat kelembaban. Dalam hal mineral, zat tertentu

seperti besi mungkin bertindak seperti katalisator bagi proses, sedangkan untuk

bahan-bahan organis, peranan bakteri adalah penting. Kebanyakan minyak mudah

teroksidasi, terutama minyak tumbuh-tumbuhan.

Banyaknya panas yang terjadi ditentukan oleh luas permukaan yang bersinggungan

dengan udara. Permukaan ini akan diperluas jika minyak diserap oleh permukaan-

permukaan seperti debu atau sampah-ampah halus. Panas yang timbul akan

terkumpul, oleh karena bahan-bahan yang menyerap minyak bukan penghantar

panas. Akibatnya, bahan tersebut akan terbakar dalam waktu yang singkat.

7. Reaksi kimiawi

Reaksi kimia-kimia tertentu menghasilkan cukup panas dengan akibat

terjadinya kebakaran. Fosfor kuning teroksidasi dengan cepat, bila bersinggungan

dengan udara. Bubuk besi yang halus (besi pirofor) pijar dalam udara dan mungkin

14

Page 19: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

menimbulkan kebakaran. Kalsium karbida mengurai secara eksotermis, jika terkena

air, dan membebaskan gas asetilen yang mungkin meledak atau terbakar oleh panas

yang terjadi. Natrium dan kalium bereaksi keras dengan air dan membebaskan zat

air, yang mungkin terbakar, jika suhu naik melebihi 40ºC. Asam sitrat yang

mengenai bahan-bahan organik akan menyebabkan nyala api. Seluloid mengurai

pada suhu 100ºC, mungkin menyala pada suhu 150ºC sebagai akibat zat asam yang

dikandungnya dan mungkin meledak, jika disimpan dalam wadah tertutup.

Zat-zat yang bersifat mengoksidasi seperti hidrogen peroksida, klorat, perklorat,

borat, perborat, dan lain-lain yang membebaskan oksigen pada pemanasan, dengan

aktif meningkatkan proses oksidasi dapat mengakibatkan terbakarnya zat-zat

organik, terutama jika bahan organik terdapat dalam bentuk partikel atau jika

kontak terus menerus dengan zat yang mengoksidasi tersebut. Zat asam murni,

terutama yang dikempa, mungkin menjadi sebab kebakaran atau peledakan, jika

bersentuhan dengan bahan-bahan yang dapat terbakar. Maka dari itu, minyak atau

oli tidak boleh dipakai untuk perawatan silinder oksigen atau katupnya.

8. Peristiwa-peristiwa lain

Gerakan antara dua benda dapat menimbulkan panas, yang semakin banyak

menurut besarnya koefisien gesekan. Manakala panas yang timbul lebih besar dari

kecepatan hilangnya panas ke lingkungan, kebakaran mungkin terjadi seperti pada

mesin yang kurang minyak atau oli pelumas. Penarikan gas secara adiabatis

menimbulkan panas, yang mungkin berakibat peledakan dengan terbakarnya

minyak pelumas, jika kompresor tidak didinginkan, atau ledakan silinder-silinder

gas yang bertekanan.

15

Page 20: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

2.11 Acuan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (UU No. 1

Th.1970)mengatur tentang keselamatan kerja segala tempat kerja, baik di darat, di

dalam tanah, di permukaan air,di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam

wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja

untuk:

1. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

2. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

3. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau

kejadian- kejadian lain yang berbahaya.

4. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar-luasnya suhu, kelembaban,

debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara

dan getaran. (pasal 3)

2.12 Pencegahan Terhadap Kebakaran

1. Memberikan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan.

2. Hindari terjadi penyulutan.

3. Upayakan kebakaran dipadamkan pada tahap dini.

4. Hati-hati bekerja dengan peralatan listrik.

5. Tidak memasang steker listrik bertumpuk – tumpuk.

16

Page 21: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

6. Buang puntung rokok di asbak dan matikan apinya.

7. Matikan aliran listrik bila tidak digunakan.

8. Penggunaan bahan tidak mudah terbakar (non-combustible).

9. Menempatkan barang-barang yang mudah terbakar di tempat yang aman dan

jauh dari api.

10. Pekerjaan menggunakan peralatan & proses penimbul panas (hot works)

dilakukan oleh orang yang professional dan diawasi.

11. Lakukan pemeriksaan & perawatan berkala terhadap peralatan proteksi.

Laksanakan fire-safe housekeeping.

2.13 Penanggulangan Kebakaran

1. Jika terjadi kebakaran, langkah pertama yang harus dilakukan adalah

memadamkan secara langsung dengan alat pemadam yang sesuai yang

diletakkan pada tempat terdekat.

2. Jika api tidak padam, panggil teman terdekat dan segera hubungi kepala gedung.

3. Bunyikan alarm / tanda bahaya kebakaran jika api belum padam.

4. Apabila alarm otomatis bebrunyi, bantu evakuasi (pengosongan gedung) melalui

pintu darurat dan segera lakukan pemadaman dengan alat pemadam yang

tersedia.

5. Hubungi unit pemadam kebakaran untuk minta bantuan dengan identitas yang

jelas.

6. Amankan lokasi dan bantu kelancaran evakuasi

7. Utamakan keselamatan jiwa daripada harta benda.

2.14 Sifat Zat yang Mudah Terbakar

17

Page 22: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

Beberapa sifat zat atau bahan yang mudah terbakar antara lain titik nyala (flash

point), suhu nyala sendiri, sifat terbakar karena pemanasan, berat jenis, perbandingan

berat uap terhadap udara, sifat bercampur dengan air dan sifat keadaan fisik.

1. Titik Nyala

Suhu terendah dimana terdapat uap yang cukup untuk membentuk campuran

yang dapat menyala dengan udara di dekat permukaan zat tersebut. Banyak zat yang

mempunyai titik nyala di bawah suhu atmosfer sehingga dapat terbakar bila sumber

api berada di dekatnya. Semakin rendak titik nyala semakin mudah untuk terbakar.

2. Suhu Menyala Sendiri

Suhu terendah zat tersebut tanpa adanya bunga api atau nyala api. Suhu nyala

sendiri dipengaruhi oleh keadaan fisik dan sifat zat.

3. Sifat Terbakar Sendiri karena Proses Pemanasan

Zat tertentu (minyak, biji-bijian, arang dan serbuk logam) dapat mengalami

proses pemanasan sendiri dan dapat menyala dengan zat asam di udara, dapat

terbakar akibat fermentasi dan oksidasi ( jerami dan biji-bijian).

4. Berat Jenis dan Perbandingan Berat Uap Terhadap Udara.

Kebanyakan zat yang mudah terbakar terapung di atas air. Zat yang lebih berat

dari air akan mengendap dan nyala berhenti. Ini menjadi pertimbangan bagaimana

memadamkan kebakaran apakah menggunakan air atau tidak. Adapun uap zat cair

yang mudah terbakar lebih berat dari udara sehingga kebakaran sangat cepat meluas.

Sedangkan untuk gas ringan memerlukan ventilasi untuk mengencerkan sehingga

kebakaran bisa dihentikan. Kedua sifat ini mempengaruhi pemilihan bahan

pemadaman kebakaran.

5. Sifat Bercampur dengan Air18

Page 23: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

Kemampuan zat yang mudah terbakar bercampur dengan air sangat penting

karena titik nyala akan naik. Zat cair yang mudah menyala yang terdapat dalam

tabung besar dan tertutup tidak bahaya karena tidak cukup luas permukaannya

bersentuhan dengan udara. Sebaliknya uap yang keluar dari bejana sangat berbahaya.

6. Sifat Keadaan Fisik

Keadaan fisik dari suatu zat padat tidak berhubungan dengan kondisi komposisi

kimiawi zat padat tersebut. Bentuk serbuk, debu dan potongan halus mudah terbakar.

Sedangkan bentuk gumpalan, dalam wadah, bejana sukar untuk terbakar.

2.15 Jenis Industri yang Berisiko Terhadap Bahaya Kebakaran yang Besar

Jenis Industri Sumber Bahaya Kebakaran

Tekstil Kapas

Kimia dan Farmasi Alkohol, ester

Pernis dan Perlak Alkohol, ester

Karet Benzana dan homolog

Plastik Formaldehid, pelarut

Ekstraksi Pelarut (untuk minyak

hewan dan tumbuhan serta

gemuk)

Perlarut seperti n-pentan, n-heksan,

dan n-heptan

Kayu Bubuk kayu

Rayon Viskos Karbon disulfida

Kertas Bahan yang mengandung selulosa

2.16 Ketentuan Umum Pencegahan Kebakaran19

Page 24: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

1. Penempatan dan pengaturan barang, antara lain :

a. Tidak boleh menyimpan barang-barang secara campur

b. Pada tempat penyimpanan barang tersedia alat pemadam

c. Dilarang menyimpan bahan bakar, lap bekas bahan bakar, dan barang berbahaya

pada tempat penyimpanan barang.

2. Penenpatan alat pemadam, antara lain

a. Alat pemadam yang ditempatkan harus sesuai dengan jenis kebakaran yang

mungkin terjadi.

b. Alat pemadam harus terlihat dengan jelas

c. Alat pemadam yang ditempatkan harus mudah diambil

3. Latihan penggunaan alat-alat pemadam

4. Peraturan pencegahan kebakaran dan perlindungan bahaya kebakaran

5. Pemeriksaan / penelitian dan pengawasan pencegahan kebakaran harus dilakukan

secara terus menerus terhadap keadaan, kejadian atau kegiatan disekitar lingkungan

kerja, antara lain :

a. Tempat-tempat prmbuangan sampah

b. Tempat-tempat dan pelaksanaan pengisian bahan bakar

c. Tempat-tempat penyimpanan dan memperbaiki pesawat terbang

d. Kendaraan-kendaraan yang keluar masuk apron

e. Alat-alat pemadam yang ditempatkan20

Page 25: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

2.17 Pencegahan dan Perlindungan Terhadap Kemungkinan Terjadi

Kebakaran

Pada dasarnya terdiri dari 3 tingkatan :

a. Pencegahan timbulnya kebakaran (preventif)

Mengetahui dan menghayati proses terjadinya api (triangle of fire)

Melaksanakan kegiatan rutin pencegahan kebakaran

b. Pencegahan penjalaran api (represif)

Alat pemadam api harus tersedia sesuai persyaratan

Letak alat pemadam api harus strategis

Alat pemadam api harus terpelihara

Penghuni ruangan harus terlatih menggunakan alat pemadam

c. Pencegahan kerusakan lebih lanjut akibat kebakaran

Komunikasi / informasi harus lancar

Fasilitas PKP-PK harus siap pakai

Pemadaman kebakaran harus sesuai prosedur

Peraturan pencegahan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi

2.18 Standard Operating Procedures (Sop) Mengenai Keselamatan

Terhadap Kebakaran

Apa itu SOP ( Standard Operating Procedures) ?

SOP adalah suatu standard acuan/pedoman berupa dukumen tertulis yang

dibakukan memuat prosedur kerja secara rinci, tahap demi tahap, dan sistemis. SOP

menjelaskan secara terperinci bagaimana suatu proses harus dilaksanakan yang dilakukan

secara berulang pada sebuah organisasi yang dikemukakan secara jelas 21

Page 26: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

tentang apa yang diharapkan dan diisyaratkan dari semua karyawan dalam menjalankan

kegiatan sehari-hari.

 Fungsi Dan Tujuan Standard Operating Procedure (SOP) adalah untuk

mendefenisikan semua konsep dan teknik yang penting serta persyaratan dibutuhkan,

yang ada dalam setiap kegiatan yang dituangkan ke dalam suatu bentuk yang langsung

dapat digunakan oleh karyawan dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari.

SOP yang dibuat harus menyertakan langkah kegiatan yang harus dijalankan oleh semua

karyawan dengan cara yang sama. Oleh sebab itu, SOP dibuat dengan tujuan memberikan

kemudahan dan menyamakan presepsi semua orang yang berkepentingan sehingga dapat

lebih dipahami dan dimengerti.

Manfaat Standard Operating Procedure

Menjelaskan secara detail semua kegiatan dari proses yang dijalankan.

Standarisasi semua aktifitas yang dilakukan pihak yang bersangkutan.

Membantu untuk menyederhanakan semua syarat yang diperlukan dalam proses

pengambilan keputusan.

Dapat mengurangi waktu pelatihan karena kerangka kerja sudah distandarkan.

Membantu menganalisa proses yang berlangsung dan memberikan feedback bagi

pengembangan SOP.

Dapat meningkatkan konsistensi pekerjaan karena sudah ada arah yang jelas.

Penggunaan SOP untuk Keselamatan terhadap kebakaran

SOP diperlukan sebagai panduan aman pada setiap pekerjaan atau proses yang

berlangsung.SOP banyak digunakan di organisasi-organisasi bidang medik, kesehatan,

teknik, lingkungan dan penanggulangan. Salah satunya adalah penggunaan SOP untuk

keselamataan terhadap kebakaran. SOP yang digunakan untuk keselamatan 22

Page 27: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

terhadap kebakaran berfungsi sebagai pedoman atau petunjuk bagaimana dan tindakan

apa yang harus dilakukan secara tepat apabila terjadi kebakaran sehingga dapat

menghindari terjadinya korban dan kerugian.

Dengan menggunakan Prosedur yang lengkap dan benar akan dapat mencegah

terjadinya kecelakaan kerja, sehingga akan menjamin keefektifan dan evisiensi dalam

suatu pekerjaan. Oleh karena itu para pekerja dimanapun dan jenis pekerjaan apapun

wajib mentaati prosedur yang telah ditetapkan. Resiko kecelakan kerja akan ada disetiap

pekerjaan, hanya dibedakan besar kecil resiko ditentukan oleh jenis pekerjaan, besar

pekerjaan, pekerja yang telibat, fasilitas alat pelindung diri (APD) dan kompetensi

pekerja. Untuk itulah Peran SOP sebagai suatu standard dan pedoman untuk keselamatan

kerja sangat dibutuhkan untuk meminamalisir dan menhindari apabila terjadi suatu hal

yang merugikan seperti kecelakaan pada pekerjaan seperti kebakaran.

SOP yang diperlukan antara lain :

1. Pekerjaan hot-works (mengelas, memateri, mengecat, dsb)

Pekerjaan penggantian maupun perbaikan atau modifikasi yang pekerjaanya

berpotensi menimbulkan nyala api wajib menerapkan SOP sistem izin kerja panas

yang di sebut hot works permit.

2. Pemeriksaan dan pengujian kinerja peralatan

Standar operasi peralatan ini digunakan pada kegiatan sterilisasi pada pengalengan,

sterilisasi media, peralatan gelas dengan menggunakan suhu 121 °C dengan tekanan

15 Psi. Resiko yang dapat ditimbulkan dari kecerobohan mengoperasikan alat akan

menyebabkan ledakan, kerusakan bahan  dan kerusakan alat.

23

Page 28: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

3. Penggunaan dan penyimpanan gas bertekanan

Agar kita bekerja dengan aman pastikan ada label yang jelas dari instansi yang

berwenang (Asosiasi industri gas, perindustrian, perhubungan ataupun tenaga

kerja).Sebelum kita bekerja dengan tabung gas bertekanan dalam jenis apapun

pastikan kita sudah mengetahui potensi bahayanya serta prosedur keselamatan saat

menggunakannya.

4. Pemakaian dan penyimpanan bahan kimia

Hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia

diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple

hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah

sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals),

inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information). Semua

bahan harus diberi label secara jeas, dan untuk larutan harus dicantumkan tanggal

pembuatannya.

5. Penggunaan sarana dan peralatan pemadam

Memberikan pelatihan kepada petugas pemadam kebakaran di area kerja cara

penggunaan APAR sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuat, menempatkan

APAR pada lokasi yang mudah dijangkau oleh pegawai/pekerja. Untuk tempat kerja

yang berdebu dan berpartikel logam, APAR harus diletakkan minimal pada jarak 15

m.Dan Setiap pegawai / pekerja harus mengetahui lokasi APAR yang terdekat dan

cara penggunaannya.

6. Penggunaan peralatan pendingin maupun pemanas

Penggunaan wadah pemanas adalah merupakan metoda yang aman untuk transfer

panas. Dengan menggunakan wadah pemanas, wadah harus diisikan dengan

24

Page 29: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

ketinggian tertentu, cairan untuk transfer panas dan bahan kimia yang dipanaskan

tidak boleh mengalami reaksi satu sama lain yang membahayakan jika peralatan

reaksi pecah selama eksperimen berlangsung.

Selama pemanasan, peralatan yang mengandung bahan kimia dapat terbakan maka

pendingin harus digunakan. Jika pendingin ini dioperasikan dengan menggunakan air

harus dijaga kuat dengan menggunakan klep penjepit. Hal ini harus dilakukan

dengan baik supaya pendinginan tetap terjaga tanpa menyela selama pelaksanaan

eksperimen guna menghindari kejadian kebakaran api yang membahayakan atau

bahkan terjadi ledakan.

Dalam SOP (Standard Operating Procedures) untuk keselamtaan terhadap

kebakaran terdapat beberapa prosedur atau petunjuk yang harus dilakukan bila

terjadi kebakaran seperti :

2.19 Prosedur pada Saat Terjadi Kebakaran

1. Berteriaklah bila terjadi kebakaraan

2. Beritahu segera kepada satuan pengaman atau pegawai serta orang lain yang di

temui

3. Padamkan api bila sudah merasa yakin dan sudah terlatih,bila ragu-ragu lebih

baik mengurungkan niat.

4. Raihlah APAR (alat pemadam api ringan) terdekat untuk memadamkan api,jika

sudah merasa yakin dan sudah terlatih.

5. Bila api belum berhasil dipadamkan segeralah keluar menuju emergency exit

terdekat

6. Tetap tenng dan bawalah barang bawaaan berharga anda seperlunya saja.

7. Jangan membawa barang bawaan terlalu besar.25

Page 30: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

8. Jangan menaruh barang di jalur evakuasi dan perhatikan saat anda berlari keluar

(potensi bahaya terjatuh dan bertabrakan).

9. Bila anda berada di lantai 2,3, atau 4 serta dalam keaadaan daruratjangan

melompat sampai regu pemadam datang/evakuasi.

10. Bila terjebak kepulan asap kebkaran, maka tetap menujutangga darurat dengan

ambil nafas pendek-pendek, upayakan merayap atau merangkak untuk

menghindari asap, jangan berbalik arah karenaakan bertabrakan denagn orang

dibelakang anda.

11. Bila terpaksa harus menerobo kepulan asap maka tahanlah nafas anda dan cepat

menuju pintu darurat kebakaran.

12. Segera ikuti evacuation routemenuju assembly point yang terdekat dengan anda.

13. Hubungi pemadam kebakaran UPT keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja

dan lingkungan sesegera mungkin jika api tidak dapat dipadamkan (telepon

pemadam kebakaran keamanan, kesehatan, keselematan kerja dan lingkungan:

022-2500204 atau 081321171911).

Prosedur Penggunaan alat pemadam api ringan (APAR), yaitu;

1. Ambil APAR pada tempatnya

2. Berdirikan alat pemdam api rinaganmiring ke depan

3. Tarik tuas dan pin pengunci

4. Angkat tegak lurus

5. Tes dengan menyemprotkan ke udara

6. Arahkan ke api

7. Tekan tombol penyemprot

8. Semprotkan dari sisi ke sisi 26

Page 31: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

2.20 Bahan Bahan yang Dapat Meledak

Peledakan adalah suatu peristiwa sebagai akibat bebasnya energy secara cepat

dan tanpa dikendalikan. Bahan yang dapat meledak adalah Suatu zat yang apabila terkena

suatu reaksi akan menghasilkan pengembangan dan perubahan besar pada tekanan yang

disebut dengan ledakan. Zat yang berbentuk padat, cair, gas ataupun campurannya yang

apabila terkena suatu aksi, berupa panas, benturan, tekanan, hentakan atau gesekan akan

berupa secara fisik maupun kimiawi menjadi zat lain yang lebih stabil. Perubahan

tersebut berlangsung dalam waktu yang singkat disertai dengan tekanan yang sangat

tinggi.

3 Syarat pemicu terjadinya peledakan :

1. Bahan yang mudah terbakar

Terdapat bahan yang mudah terbakar baik berupa bahan padat, cair, gas (kayu,

kertas, textile, bensin, minyak, acetelin dll)

2. Udara atau unsur penunjang lain bagi terjadinya pembakaran

Terdapat oksigen (O2)yang cukup kandungannya. Makin besar kandunagn

oksigen di udara maka nyala api akan semakin besar.Dalam kandunagn oksigen kurang

dari 12 % tidak akan terjadi kebakaran. Dalam keadaan normal kandunagn oksigen di

udara 21 % cukup efektif untuk terjadi kebakaran.

3. Sumber terjadinya nyala/suhu diatasnya temperature suatu zat terbakar

Terdapat suhu yang tinggi yang disebabkan oleh sumber panas seperti seperti

sinar matahari, listrik (Kortsluting,panas energy mekanik (gesekan)), reaksi kimia,

kompresi udara.

27

Page 32: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

Bahan yang dapat meledak sangat beresiko terjadi pada saat kebakaran karena

bahan tersebut sangat peka terhadap panas dan bila dipengaruhi suhu tinggi akan

mengakibatkan kerusakan di sekitarnya.

Semua bahan atau benda yang dapat menghasilkan efek ledakan, termasuk

bahan yang dalam campuran tertentu atau jika mengalami pemanasan, gesekan, tekanan

dapat mengakibatkan peledakan.sifat eksplosif atau kedakan bahan kimia Dapat

ditentukanoleh sifat reaksinya dengan senyawa senyawa tertentu,antara lain ;

Menimbulkan panas reaksi yang sangat tinggi

Reaksinya disertai ledakan

Contoh bahan kimia yang mudah meledak :

Amonium nitrate, Amonium perchlorate, amonium picrate, detonator untuk

ammunisi, diazodinitrophenol, dinitropenol, dynamite, bubuk mesiu, picric acid,

(TNT, DNT, TMX, Nitro Glycerine, Amunisi, bubuk untuk blasting)

2.21 K3 Penanggulangan Kebakaran

Unsur Terjadinya Api

1. Udara (Oksigen)

Secara normal kandungan oksigen dalam suatu udara adalah 20%

2. Bahan bakar

Bahan bakar ini dapat berbentuk apa saja yang dapat terbakar. Jika dalam bentuk

padatan maka semakin kecil bentuknya maka bahan tersebut semakin mudah

menyala. Jika bahan tersebut berbentuk cair maka semakin rendah titik nyalanya

maka semakin mudah juga bahan tersebut menyala. Sedangkan dalam bentuk gas

dengan konsentrasi yang diperlukan dalam batas penyalaannya.

3. Panas (Heat)

28

Page 33: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

Hal ini disebabkan oleh berbagai macam sumber yang dapat menaikkan suhu diatas

titik nyala misalnya dapat berasal dari listrik statis, percikan listrik (konsleting),

perlengkapan pemanas, pipan pemanas, puntung rokok, percikan api yang berasal

dari kegiatan pengelasan dan lain sebagainya.

Pemindahan Panas pada Kebakaran

1. Konduksi

Konduksi adalah perpindahan panas yang terjadi secara molekuler, panas berpindah

dalam suatu bahan penghantar (konduktor) dari satu titik ke titik lain yang memiliki

temperatur lebih rendah. Sebagai gambaran apabila kita memanaskan salah satu

ujung sebuah tongkat besi maka lambat laun panas akan berpindah keujung

lainnya, sedangkan tongkat tersebut tidak berubah bentuk.

2. Konveksi

Konveksi adalah perpindahan panas yang berhubungan dengan bahan fluida atau

bahan yang dapat mengalir dalam bentuk gas atau cairan. Pada konveksi panas

berpindah dengan berpindahnya bahan penghantar, atau lebih tepat bahan pembawa

panas tersebut. Sebagai gambaran adalah apabila terjadi kebakaran di lantai bawah

sebuah bangunan bertingkat, maka panas akan dibawa oleh asap atau gas hasil

pembakaran yang panas ke lantai di atasnya.

3. Radiasi

Perpindahan panas dengan cara radiasi tidak membutuhkan suatu bahan penghantar

seperti pada dua perpindahan panas sebelumnya. Pada radiasi panas berpindah

secara memancar, jadi panas dipancarkan segala arah dari suatu sumber panas.

Sebagai contohnya adalah radiasi sinar matahari, yang kita semua tahu bahwa dari

jarak yang jutaan kilometer melalui ruang kosong di antariksa panas matahari dapat

sampai ke bumi.

29

Page 34: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

2.22 Contoh Penyebab Kebakaran Secara Teknis

1. Hubungan Singkat Listrik

Korseleting listrik (hubung singkat) terjadi karena adanya hubungan kawat positif

dan kawat negatif yang beraliran listrik. Hal ini karena isolasi kabel rusak yang

disebabkan gigitan binatang, sudah tua, mutu kabel jelek dan penampang kabel

terlalu kecil yang tidak sesuai dengan beban listrik yang mengalirinya. Kemudian

di sekitar terjadinya percikan api isolasi kabel sudah mencapai titik bakar. Suhu

isolasi kabel dapat mencapai titik bakar karena arus listrik yang lewat kabel jauh

lebih besar dari kemampuan kabelnya.

2. Sambaran Petir

Petir adalah pelepasan muatan listrik dari awan ke awan atau dari awan ke bumi.

Sasaran sambaran petir adalah objek yang paling tinggi. Objek yang tersambar petir

akan merasakan adanya arus petir sebesar 5000 – 10.000 A dan panas mencapai

30.000 oC.

Bahaya yang terbesar bagi manusia dan binatang kebanyakan ditimbulkan oleh

sambaran kilat-kilat tidak langsung:

- kilat yang menyambar gedung atau pohon dapat mengambil jalan paralel melalui

orang yang berdiri dekat dengan objek yang tersambar.

- Kuat medan listrik dari sambaran kilat yang dekat dengan seseorang dapat

menginduksikan arus di dalam badannya yang dapat menyebabkan kematiannya

- Kilat yang sedang berhubungan dengan tanah dapat menimbulkan gradien potensial

pada seluruh permukaan tanah di sekitarnya dengan arah melalui titik sambaran,

kalau ada orang yang berdiri dengan kedua kaki yang terpisah, maka orang tersebut

akan merasakan beda potensial yang dapat membahayakan.

3. Kebocoran Gas yang Mudah Terbakar Ditambah dengan Adanya Heat

30

Page 35: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan

menyala, jika terkena benda pijar atau nyala api dan pembakaran yang terjadi akan

meluas dengan cepat, manakala kadar gas atau uap berada dalam batas untuk

menyala atau meledak. Batas-batas kadar ini tergantung kepada bahan- bahan yang

memiliki sifat zat, suhu dan tekanan udara yang berkisar di antara 2.0000 m/s.

Kecepatan ini akan mempengaruhi besar kerusakan yang di akibatkan oleh peledak

4. Nyala Api Terbuka yang Berdekatan dengan Bahan yang Mudah Terbakar

Nyala api terbuka hendaknya jauh dari bahan-bahan yang mudah terbakar.

Api nyala terbuka hendaknya dilengkapi dengan cerobong/ penghisap tarikan

udara. Hal itu dimaksudkan agar api tidak mengarah ke tempat lain, tetapi ke arah

cerobong, untuk selanjutnya gas-gas bekasnya dibuang keluar melalui cerobong

tersebut.

5. Gesekan (Friction) Antara Dua Benda

Gesekan antara dua benda menimbulkan panas, yang semakin banyak

menurut besarnya koefisien gesekan. Manakala panas yang timbul lebih besar dari

kecepatan panas lingkungan, kebakaran mungkin terjadi pada mesin yang kurang

minyak atau oli. Penekanan gas secara adiabatis menimbulkan panas yang

berakibat pada peledakan dengan terbakarnya minyak pelumas, jika kompresor

tidak didinginkan, atau peledakan silinder-silender bertekanan.

2.23 Peralatan Pencegah Kebakaran

1. APAR/ Fire extinguishers / Racun Api

Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat yang multiguna karena dapat

dipakai untuk jenis kebakaran A,B, dan C. Peralatan ini mempunyai berbagai

ukuran beratnya, sehingga dapat ditempatkan sesusia dengan besar-kecilnya resiko

31

Page 36: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

kebakaran yang mungkin timbul dari daerah tersebut, misalnya tempat penimbunan

bahan bakar terasa tidak rasional bila di situ kita tempatkan racun api dengan

ukuran 1,2 Kg dengan jumlah satu tabung. Bahan yang ada dalam tabung pemadam

api tersebut ada yang dari bahan kimia kering, foam/ buasa dan CO2, untuk Halon

tidak dperkenankan dipakai di Indonesia.

2. Hydrant

Sebuah hydrant adalah tindakan proteksi kebakaran aktif, dan sumber air yang

disediakan di sebagian besar wilayah perkotaan, pinggiran kota dan pedesaan

dengan layanan air kota untuk memungkinkan petugas pemadam kebakaran untuk

memasuki pasokanair kota untuk membantu memadamkan api

Ada tiga jenis hydrant, yaitu :

a. Hydrant gedung,

b. Hydrant halaman, dan

c. Hydrant kota

Sesuai dengan namanya hydrant gedung ditempatkan dalam gedung, untuk

hydrant halaman ditempatkan di halaman, sednagkan hydrant kota biasanya

ditempatkan pada beberapa titik yang memungkinkan Unit Pemadam Kebakaran

suatu kota mengambil cadangan air

3. Detektor Asap/ Smoke Detector

Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan memberitahukan kepada

setiap orang apabila ada asap pada suatu daerah maka alat ini akan berbunyi,

khusus untuk pemkaian dalam gedung.

4. Fire Alarm

Peralatan yang dipergunakan untuk memberitahukan kepada setiap orang akan

adanya bahaya kebakaran pada suatu tempat.

32

Page 37: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

5. Spinkler

Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan memancarkan air

secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada suatu suhu tertentu pada daerah di

mana ada sprinkler tersebut

33

Page 38: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebakaran hanya mungkin bila ketiga sisinya saling sambung menyambung

merupakan segitiga yang tertutup, bila diambil salah satu sisinya saja maka tak mungkin

terjadi kebakaran atau terpadamkanlah kebakaran itu. Jadi untuk menyebabkan atau

memungkinkan kebakaran diperlukan 3 unsur, yaitu :

1. Bahan yang mudah terbakar

2. Oksigen

3. Suhu

Biasanya bahan yang mudah terbakar dan oksigen telah berada berdampingan. Kini

hanya diperlukan kenaikan suhu ini dapat berasal daripercikan api,korek api,api gas,

rokok dan sebagainya.

3.2 Saran

Untuk mengurangi korban dan kerugian akibat kebakaran maka kita harus senantiasa

mencegah terjadinya kebakaran serta menjauhkan barang – barang yang mudah terbakar

dan mudah meledak dari sumber api.

34

Page 39: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. “Listrik Penyebab Kebakaran”. 5 Desember 2015.

http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2008/09/listrik-penyebab-kebakaran.html

Anonim. “Kimia Api”. 5 Desember 2015 http://www.wirasabha.web.id/pengetahuan-dasar-

damkar

Adelwin, Eric dkk. “Api sebagai Salah Satu Faktor Kecelakaan “. 5 Desember 2015.

http://dokumen.tips/documents/bahaya-terjadinya-kebakaran.html

Helena, Putri. “ Penanggulangan Kebakaran K3 Lingkungan”. 5 Desember 2015.

http://putriahelena.blogspot.co.id/2015/01/makalah-penanggulangan-kebakaran-k3.html

Herwiyanto. “Pengawasan K3 Listrik ”. 5 Desember 2015.

https://tiarasalsabilatoniputri.files.wordpress.com/2012/03/resume-materi-4-pengawasan-k3-

listrik.doc

https://aviationfirefightingbali.wordpress.com/2010/01/14/kelas-api-dan-alat-pemadam-yang-

cocok-digunakan-perlukah/

http://www.alat-pemadam-kebakaran.co.id/klasifikasi-jenis-penyebab-kebakaran/

http://mudiasa.blogspot.co.id/2012/05/prosedur-k3.html

http://download.portalgaruda.org/article.php?article)

(https://nuruddinmh.wordpress.com/2012/03/13/keselamatan-pada-tabung-gas-bertekanan/)

(http://ainundhia.blogspot.co.id/)

(http://k3danlingkungan.blogspot.co.id/2012/09/alat-pemadam-api-ringan-apar.html)

http://docplayer.info/103431-Petunjuk-teknis-kursus-keselamatan-di-laboratorium-kimia.html

http://www.tf.itb.ac.id/files/2011/11/KEPUTUSAN-sop-kedaruratan.pdf

http://www.tf.itb.ac.id/files/2011/11/KEPUTUSAN-sop-kedaruratan.pdf

https://eprints.uns.ac.id/17596/3/BAB_II.pdf

(http://aysigahat.blogspot.co.id/2013/04/makalah-peledakan.html)

35

Page 40: KESELAMATAN KERJA BIDANG KEBAKARAN

http://faisalichal.blogspot.co.id/2013/06/k3-kesehatan-keselamatan-dan-keamanan.html

https://arisetiyaniankes.wordpress.com/tag/kimia/

Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

JAG Group. “Bahaya dan Ancaman Sambaran Petir”. 5 Desember 2015.

http://www.solusipetir.com/petir/bahaya-petir.html

Jasa Kalibrasi. “Segitiga Api”. 5 Desember 2015. http://jasakalibrasi.net/segitiga-api/

Lukma, Yahya. Agustus 2015. “Keselamatan dan Kesehatan Kerja”. DocSlide,

http://dokumen.tips/documents/ppt-k3-kebakaran.html. (03 Desember 2015)

Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan

Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.

Republik Indonesia. 1999. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 186 Tahun 1999

Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi,Rumondang.1991. Manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja.[s.l]:Pustaka Binaman Pressindo.

Sukania, I Wayan, 2010, “Keselamatan Kerja Bidang Kebakaran Pada Fasilitas Hotel”.

Konferensi Nasional Enginering Perhotelan,

http://journal.tarumanagara.ac.id/index.php/kidtind/article/viewFile/1611/1457, 03 Desember

2015.

Suma'mur .1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta :Haji Masagung

Suma'mur .1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta :Gunung Agung,

1985

Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja. Menteri Tenaga Kerja RI. Jakarta

36