Upload
raysyah-rahma-dhani-hasibuan
View
509
Download
44
Embed Size (px)
DESCRIPTION
.
Citation preview
KESELAMATAN KERJA
BIDANG KEBAKARAN
1. Nuke Rizky Putri 141000595
2. Sucy Mawar Hutri 141000611
3. Nova Oktavia Suryani Purba 141000631
4. Imam Ardiansyah 141000633
5. Christman Jeremy S 141000635
6. Sandy Siburian 141000647
7. Ria Triami 141000653
8. Ulfa Riana Rizky 141000665
9. Raysyah Rahmadhani Hasibuan141000673
10. Siti Riri Shafira 141000677
11. Erisa Muharani 141000705
12. Sri Rahmatika 141000711
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
KATA PENGATAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan
Hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar
Keselamatan Kerja. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu
dosen yang telah membimbing kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
ini.
Demikian makalah ini kami perbuat. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Medan, 9 Desember 2015
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHAULUAN
1.1 Latar belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kebakaran...............................................................................3
2.2. Penanggulangan Bahya Kebakaran...........................................................4
2.3. Sumber Panas Penyebab Kebakaran.........................................................4
2.4. Klasifikasi Kebakaran................................................................................5
2.5. Jenis Api Penyebab Kebakaran.................................................................6
2.6. Reaksi Terjadinya Kebakaran....................................................................7
2.7. Pengrusakan Keseimbangan Api...............................................................8
2.8. Bahaya Kebakaran.....................................................................................9
2.9. Akibat Timbul Kebakaran.......................................................................11
2.10. Peristiwa yang Menyebabkan Kebakaran................................................11
2.11. Acuan.......................................................................................................16
2.12. Pencegahan Terhadapa Kebakaran..........................................................16
2.13. Penanggulangan Kebakaran....................................................................17
2.14. Sifat Zat yang Mudah Terbakar...............................................................18
2.15. Jenis Industri yang Berisiko Terhadap Bahaya Kebakaran yang
Besar.......................................................................................................19
2.16. Ketentuan Pencegahan Umum Kebakaran............................................20
ii
2.17. Pencegahan dan Pelindungan Terhadap Kemungkinan Terjadinya
Kebakaran................................................................................................21
2.18. Standard Operating Procedures (Sop) Mengenai Keselamatan Terhadap
Kebakaran................................................................................................21
2.19. Prosedur pada Saat Terjadi Kelaparan....................................................25
2.20. Bahan-bahan yang Dapat Meledak..........................................................27
2.21. K3 Penanggulangan Kebakaran..............................................................28
2.22. Contoh Penyebab Kebakaran Secara Teknis...........................................30
2.23. Peralatan Pencegahan Kebakaran............................................................32
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................34
3.2 Saran........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................35
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kamus, kebakaran itu dinyatakan dengan keterangan, kemusnahan oleh api
dan menyebabkan kerugian. Api dinyatakan dengan keterangan: gas bercahaya yang di
akibatkan oleh terjadinya reaksi kimia pembentukan atau penguraian persenyawaan.
Secara sederhana dapat dikatakan kebakaran adalah pembakaran atau suatu reaksi antara
bahan yang dapat terbakar dengan oksigen,dalam keadaan sedemikian rupa sehingga
timbul panas dan api dan menyebabkan kerugian.
Bahaya kebakaran harus dipahami oleh setiap orang karena kebakaran biasa terjadi
dimana-mana, selain merugikan diri sendiri juga orang lain, kebakaran yang terjadi
dirumah tangga biasa mengganggu tetangga sebelah, kebakaran dibengkel sekolah akan
merugikan pihak sekolah.
Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan akibat kebakaran Pemerintah
mengeluarkan undang-undang UU No. 1 Tahun 1970 “Dengan perundangan ditetapkan
persyaratan keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran”.Yang dikuatkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI
No.186/MEN/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja disebutkan
dalam Pasal ayat 1 “Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran, menyelenggarakan latihan penganggulangan kebakaran di
tempatkerja”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
1
dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana peran tenaga kesehatan dalam
menangani korban kecelakaan kerja dan mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kebakaran
Kebakaran adalah suatu bencana yang ditimbulkan dari api, merugikan harta benda
dan membahayakan bagi keselamatan jiwa manusia.
Sedangkan api adalah suatu fenomena yang dapat diamati dengan adanya cahaya dan
panas serta adanya proses perubahan zat menjadi zat baru melalui reaksi kimia oksidasi
eksotermal. Api terbentuk karena adanya interaksi beberapa unsur/elemen yang pada
kesetimbangan tertentu dapat menimbulkan api.
Ditinjau dari jenis api, dapat dikategorikan menjadi jenis api jinak dan liar. Jenis api
jinak artinya api yang masih dapat dikuasai oleh manusia, sedang jenis api liar tidak dapat
dikuasai. Inilah yang dinamakan kebakaran.
Proses kebakaran atau terjadinya api dapat terjadi apabila terdapat elemen bahan panas
dan oksigen. Tanpa salah satu dari unsur tersebut, api tidak akan muncul. Oksigen sendiri
harus membutuhkan diatas 10% kandungan oksigen di udara yang diperlukan untuk
memungkinkan terjadinya proses pembakaran.
Ada beberapa klasifikasi kebakaran berdasarkan jenis bahan yang terbakar, antara
lain:
1. Kelas A : Benda padat seperti kertas, kayu, plastik, karet, kain, dsb.
2. Kelas B : Benda cair seperti minyak tanah, bensin, solar, tinner, gas elpiji, dsb.
3. Kelas C : Kebakaran listrik, travo, kabel/konsleting arus listriknya.
4. Kelas D : Kebakaran khusus seperti besi, aluminium, konstruksi baja.
3
2.2 Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Usaha/tindakan yang dilakukan baik sebelum, sewaktu, dan sesudah kebakaran.
1. Fire Prevention : pencegahan kebakaran untuk meniadakan terjadi peristiwa
kebakaran
2. Fire Protection : perlindungan terhadap bahaya kebakaran upaya melindungi jiwa
manusia ataupun harta benda dari bahaya kebakaran
3. Fire Fighting : pemadam kebakaran yaitu upaya melakukan tindakan dengan cepat
dan cermat dalam memadamkan setiap terjadi kebakaran
4. Fire Resque : pertolongan dalam kebakaran yaitu upaya pertolongan secepat-
cepatnya guna penyelamatan jiwa manusia serta menekan kerugian sekecil-
kecilnya
2.3 Sumber Panas Penyebab Kebakaran
Sumber panas diperlukan untuk mencapai suhu penyalaan sehingga dapat
mendukung terjadinya kebakaran. Sumber panas antara lain: panas matahari, permukaan
yang panas, nyala terbuka, gesekan, reaksi kimia eksotermis, energi listrik, percikan api
listrik, api las / potong, gas yang dikompresi.
Panas yang berasal dari sumber tersebut, dipindahkan melalui 4 cara, yaitu:
1. Radiasi : perpindahan panas yang memancarkan ke segala cara
2. Konduksi : perpindahan panas melaui benda (perambatan panas)
3. Konveksi : perpindahan panas yang menyebabkan perbedaaan
tekanan udara
4. Loncatan Bunga Api : suatu reaksi energy panas dengan udara (O2)
Sumber penyebab kebakaran , yaitu ;4
1. Adanya bahan yang mudah terbakar. Bahan yang udah terbakar bisa dari Zat kimia
cari dan gas yang mudah terbakar misalnya, minyak tanah, gas LPG, matches,
aerosol pengharum ruangan, produk-produk yang mengandung alkohol seperti
minyak wangi dan spritus. Maupun bahan padat seperti kayu, kertas, plastic.
2. Adanya sumber panas. Sumber panas ini ada di lingkungan sekitar seperti sember
panas dari sinar matahari, listrik (dengan adanya kortsluiting), gesekan dari dua
benda, reaksi kimia dan udara yang tertekan.
3. Adanya oksigen yang cukup. Kebakaran terjadi akibat adanya reaksi kimia antara
bahan yang mudah terbakar dengan oksigen melalui proses pembakaran. Semakin
besar kadar oksigen, semakin besar api yang akan menyala. Dalam keadaan normal
kadar oksigen di udara berkisar 21 %. Dalam keadaan normal udara akan memiliki
kadar yang cukup untuk melakukan proses pembakaran. Pada udara dengan kadar
oksigen setengah dari keadaan normal, yaitu 12 %, udara akan sangat sulit
menyebabkan proses kebakaran, atau dapat dikatakan tidak akan terjadi
pembakaran api.
2.4 Klasifikasi Kebakaran
Berdasarkan peraturan menteri tenaga kerja No.Per.04/Men/1980 kebakaran
diklasifikasi menjadi 4 Klas yaitu :
1. Klas A adalah Kebakaran yang terjadi dari jenis bahan padat kecuali logam. Klas
ini mempunyai ciri jenis kebakaran yang meninggalkan arang dan abu. Unsur
bahan yang terbakar biasanya mengandung carbon. Aplikasi media pemadam
yang cocok adalah bahan jenis basah yaitu “ AIR “. Prinsip kerja air dalam
pemadaman api adalah dapat menyerap kalor / panas dan dapat menembus hingga
bagian dalam. 5
2. Klas B adalah Kebakaran yang terjadi akibat bahan jenis cair dan gas. Klas ini
terdiri dariunsur bahan yang mengandung hydrocarbon dari produk minyak
bumidan turunan kimianya. Aplikasi media pemadam yang cocok untuk bahan
cair adalah jenis Busa. Prinsip kerja pada busa adalah menutup permukaan cairan
yang akan mengapung pada permukaan.
Aplikasi media pemadam yang cocok untuk bahan gas adalah jenis bahan
pemadam yang bekerja atas dasar subtitusi oksigen atau memutuskan reaksi
berantai yaitu dengan tepung kimia kering dan gas CO2 atau gas Halon.
3. Klas C adalah kebakaran pada aparat listrik yang bertegangan tinggi. Aplikasi
media pemadam ini yang cocok untuk klas C adalah jenis kering yaitu Tepung
kimia kering dan Gas CO2 atau Halon.
4. Klas D adalah Kebakaran dari bahan logam. Pada prinsipnya semua bahan dapat
terbakar termasuk pada logam. Logam dapat terbakar jika titik nyala api sangat
besar.
Kebakaran logam perlu langkah awal yang tinggi dana akan menimbulkan
temperatur yang tinggi juga. Bahan kebakaran pada logam tidak bisa
menggunakan air atau pada pemadam pada umumnya, justru akan menimbulkan
bahaya. Maka dari itu harus direncanakan langsung secara khusus dengan prinsip
kerja menutup permukaan bahan yang terbakar dengan cara menimbunnya.
2.5 Jenis Api Penyebab Kebakaran
1. Kelas A : Adalah kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat, misalnya
kertas, kayu, plastik, karet, busa dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran
untuk kelas ini berupa: air, pasir, karung goni yang dibasahi, dan
Alat Pemadam berbahan tepung kimia kering (dry powder).6
2. Kelas B : Adalah kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar
berupa cairan, misalnya bensin, solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan lain-
lainnya.Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: pasir dan Alat
Pemadam tepung kimia kering (dry powder) maupun Foam. Dilarang
memadamkan menggunakan air untuk jenis ini karena berat jenis air lebih berat
dari pada berat jenis bahan di atas sehingga bila kita menggunakan air maka
kebakaran akan melebar kemana-mana.
3. Kelas C: Adalah kebakaran yang disebabkan oleh adanya hubungan arus pendek
pada peralatan elektronik. Alat pemadam yang bisa digunakan untuk
memadamkan kebakaran jenis ini dapat juga menggunakan tepung kimia kering
(dry powder), akan tetapi memiliki resiko kerusakan peralatan elektronik, karena
dry powder mempunyai sifat lengket dan korosif. Lebih cocok menggunakan
pemadam api berbahan clean agent.
4. Kelas D : Adalah kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda berbahan metal,
untuk kebakaran jenis ini tidak di perkenankan menggunakan jenis alat pemadam
yang bersifat dingin seperti contohnya CO2, karena hal tersebut dapat memicu
ledakan sehingga bahaya kebakaran akan semakin besar. kita dapat menggunakan
DCP (dry chemical powder), walaupun hal tersebut dapat berefek korosif pada
metal namun bahaya pada saat pemadaman relatif kecil.
2.6 Reaksi Terjadinya Kebakaran (Segitiga Api)
Merupakan reaksi berantai yang berjalan dengan seimbang namun jika terjadi
ketidakkeseimbangan maka reaksi tersebut akan terhenti dan api menjadi padam.
Segitiga Api merupakan elemen- elemen pendukung terjadinya
kebakaran adalah panas, bahan bakar dan oksigen.7
1. Bahan yang mudah terbakar : Barang padat, cair atau gas
2. Panas (Suhu) : Pada lingkungannya memiliki suhu yang demikian tingginya,
(sumber panas dari Sinar Matahari, Listrik (kortsluiting, panas energimekanik
(gesekan), Reaksi Kimia, Kompresi Udara)
3. Oksigen ( O2 ) : Adanya Zat Asam ( O2 ) yang cukup. makin besar kadar oksigen
maka api akan menyala makin hebat
Dari ketiga faktor tersebut saling mengikat dengan kondisi yang cukup tersedia.
Ketiga faktor tersebut digambarkan dalam bentuk hubungansegitiga kebakaran.
Perlu diperhatikan apabila salah satu dari sisi dari segita tersebut diatastidak ada,
maka tidak mungkin terjadi kebakaran. Jadi setiap kebakaranyang terjadi dapat
dipadamkan dengan tiga cara yaitu :
a. Dengan menurunkan suhunya dibawah suhu kebakaran,
b. Menghilangkan zat asam
c. Menjauhkan barang-barang yang mudah terbakar
2.7 Pengrusakan Keseimbangan Api
CARA PENGURAIAN: adalah suatu pemadaman api dengan jalan MEMISAHKAN atau
MENYINGKIRKAN bahan-bahan yang mudah terbakar.
8
CARA PENDINGINAN: adalah pemadaman api dengan jalan MENURUNKAN PANAS,
sehingga temperatur bahan yang terbakar turun sampai di bawah titik.
CARA ISOLASI: adalah pemadaman api dengan jalan MENURUNKAN KADAR OKSIGEN
sampai di bawah 12%. Cara ini disebut juga LOKALISASI, yaitu mencegah reaksi dengan
oksigen.
2.8 Bahaya Kebakaran
Ada tiga unsur yang menyebabkan kebakaran bisa terjadi yaitu :
1. Adanya bahan yang mudah terbakar. Bahan yang udah terbakar bisa dari Zat
kimia cari dan gas yang mudah terbakar misalnya, minyak tanah, gas LPG,
matches, aerosol pengharum ruangan, produk-produk yang 9
mengandung alkohol seperti minyak wangi dan spritus. Maupun bahan padat
seperti kayu, kertas, plastic.
2. Adanya sumber panas. Sumber panas ini ada di lingkungan sekitar seperti sember
panas dari sinar matahari, listrik (dengan adanya kortsluiting), gesekan dari dua
benda, reaksi kimia dan udara yang tertekan.
3. Adanya oksigen yang cukup. Kebakaran terjadi akibat adanya reaksi kimia antara
bahan yang mudah terbakar dengan oksigen melalui proses pembakaran. Semakin
besar kadar oksigen, semakin besar api yang akan menyala. Dalam keadaan
normal kadar oksigen di udara berkisar 21 %. Dalam keadaan normal udara akan
memiliki kadar yang cukup untuk melakukan proses pembakaran. Pada udara
dengan kadar oksigen setengah dari keadaan normal, yaitu 12 %, udara akan
sangat sulit menyebabkan proses kebakaran, atau dapat dikatakan tidak akan
terjadi pembakaran api.
Untuk mencegah terjadinya kebakaran adalah dengan menghindarkan terjadinya
sumber panas yang berdekatan pada bahan yang mudah terbakar yaitu dengan cara
menurunkan suhu sumber panas. Beberapa hal yang dilakukan adalah dengan membatasi
akses sinar matahari pada bahan yang mudah terbakar, melindungi dan memeriksa
jaringan listrik dengan bahan yang sesuai dengan jumlah arus dan tegangan yang dilalui,
memberikan pelumas pada bahan yang bergesekan.
Untuk memadamkan kebakaran juga dilihat dari unsur terjadinya yaitu dengan
cara penguraian yaitu cara memadamkan dengan memisahkan atau menjauhkan benda-
benda yang dapat terbakar kemudian cara pendinginan yaitu cara memadamkan
kebakaran dengan menurunkan panas atau suhu. Biasanya digunakan air dengan cara
menyemprotkan atau menyiramkan air ketitik api. Cara berikutnya adalah 10
membuat isolasi / lokalisasi dengan mengurangi kadar / prosentase O2 pada benda-
bendayang terbakar.
2.9 Akibat Timbul Kebakaran
1. Merokok
Kecerobohan seorang perokok yang membuang puntung rokok sembarangan dengan
masih keadaan masih hidup apinya saat berada diperkemehan.
2. Zat cair yang mudah terbakar
Misalnya meletakkan minyak tanah atau gas elpiji didekat kompor.
3. Ketatarumahtanggaan yang buruk
Menggunakan peralatan masak yang tidak aman, misalnya menggunakan tabung yang
bocor, pemasangan regulator yang tidak benar, dan lain-lain.
4. Alat-alat las
Mengelas bejana bekas berisi minyak atau bahan yang mudah terbakar.
5. Kabel-kabel listrik
Banyak kabel yang terkelupas yang berpotensi terjadi korsleting.
6. Alam
Dengan musim kemarau ditambah panasnya matahari yang amat kuat secara terus
menerus memancarkan panasnya sehingga dapat menimbulkan kebakaran.
7. Kebakaran disengaja
Seperti huru – hara, sabotase dan untuk mendapatkan asuransi ganti rugi.
2.10 Peristiwa-Peristiwa yang Mengakibatkan Terjadinya Kebakaran
Adapun Peristiwa-peristiwa yang mengakibatkan terjadinya kebakaran
(Suma’mur, 1996) adalah sebagai berikut :
1. Nyala api dan bahan-bahan pijar11
Jika suatu benda padat ditempatkan dalam nyala api, suhunya akan naik, mulai
terbakar dan bernyala terus sampai habis. Kemungkinan terbakar atau tidak
tergantung dari :
a. Sifat benda padat tersebut yang mungkin sangat mudah, agak mudah dan sukar
terbakar.
b. Besarnya zat padat tersebut; jika sedikit, tak cukup timbulpanas untuk
terjadinya kebakaran.
c. Keadaan zat padat, seperti mudahnya terbakar kertas atau kayu-kayu
lempengan tipis oleh karena relatif luasnya permukaan yang bersinggungan
dengan oksigen.
d. Cara menyalakan zat padat, misalnya di atas atau sejajar dengan nyala api.
Benda pijar, mudah atau tidak mudah terbakar, akan menyebabkan terbakarnya
benda lain, jika bersentuhan dengannya. Suatu benda tak mudah terbakar akan
menyebabkan terbakarnya bahan mudah terbakar yang bersinggungan dengannya.
2. Penyinaran
Terbakarnya suatu bahan yang mudah terbakar oleh benda pijar atau nyala api
tidak perlu atas dasar persentuhan. Semua sumber panas memancarkan gelombang-
gelombang elektromagnetis yaitu sinar inframerah. Jika gelombang ini mengenai
benda, maka pada
benda tersebut dilepaskan energi yang berubah menjadi panas. Benda tersebut
menjadi panas dan jika suhunya naik , maka pada akhirnya benda tersebut akan
menyala.
3. Peledakan uap atau gas
Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan
menyala, jika terkena benda pijar atau nyala api dan pembakaran 12
yang terjadi akan meluas dengan cepat, manakala kadar gas atau uap berada pada
batas untuk menyala atau meledak. Batas-batas
kadar ini tergantung pada bahan yang bersangkutan. Cepatnya api menjalar
tergantung pada sifat zat, suhu dan tekanan udara dan berkisar di antara 1 sampai
2.000 m per detik. Kecepatan ini menentukan besarnya kerusakan yang diakibatkan
oleh peledakannya.
4. Peledakan debu atau noktah-noktah zat cair
Debu-debu dari zat yang mudah terbakar atau noktah-noktah cair yang berupa
suspensi di udara bertingkah seperti campuran gas dan udara atau uap dalam udara
dan dapat meledak.
5. Percikan api
Percikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi penyebab terbakarnya
campuran gas, uap atau debu dan udara yang dapat menyala. Biasanya percikan api
tak dapat menyebabkan terbakarnya benda padat, oleh karena tidak cukupnya
energi panas yang ditimbulkan akan menghilang di alam benda padat. Percikan api
mungkin terbentuk sebagai akibat arus listrik.
Dalam hal demikian, percikan api timbul pada pemutusan hubungan arus
terutama pada kumparan yang bertenaga listrik, pada tempat-tempat kontak dua
sambungan, pada pengosongan listrik di tempat elektroda-elektroda, dan lain-lain
sebagainya. Percikan api
dapat timbul pula oleh karena kelistrikan statis sebagai akibat gesekan dua benda
yang bergerak, di antara benda yang bergerak dan udara, dan diantara cairan atau
gas yang bukan penghantar listrik dengan pipa yang dilaluinya, seperti terjadi pada
pipa pengisian bahan bakar minyak.
13
Dalam hal ini, bahan bakar dengan berat jenis lebih besar adalah lebih
berbahaya, oleh karena bahan yang ringan akan cepat menguap dan tak terjadi
pembakaran. Percikan api yang disebabkan beradunya secara kuat dua benda dapat
membakar pula campuran gas atau uap dan udara yang mudah menyala. Agar
menyebabkan nyala api, percikan api dari sumber listrik atau mekanik sekurang-
kurangnya harus bertenaga 0,1 J. Juga percikan api sebagai gesekan dua permukaan
mungkin berbahaya. Sebagai contoh adalah penggerindaan benda logam bukan besi
seperti gelas flint yang ringan.
6. Terbakar sendiri
Kebakaran sendiri dapat terjadi pada onggokan bahan bakar mineral yang padat
atau zat-zat organis, apabila peredaran udara cukup besar untuk terjadinya proses
oksidai, tetapi tidak cukup untuk mengeluarkan panas yang terjadi. Peristiwa-
peristiwa ini dipercepat oleh tingkat kelembaban. Dalam hal mineral, zat tertentu
seperti besi mungkin bertindak seperti katalisator bagi proses, sedangkan untuk
bahan-bahan organis, peranan bakteri adalah penting. Kebanyakan minyak mudah
teroksidasi, terutama minyak tumbuh-tumbuhan.
Banyaknya panas yang terjadi ditentukan oleh luas permukaan yang bersinggungan
dengan udara. Permukaan ini akan diperluas jika minyak diserap oleh permukaan-
permukaan seperti debu atau sampah-ampah halus. Panas yang timbul akan
terkumpul, oleh karena bahan-bahan yang menyerap minyak bukan penghantar
panas. Akibatnya, bahan tersebut akan terbakar dalam waktu yang singkat.
7. Reaksi kimiawi
Reaksi kimia-kimia tertentu menghasilkan cukup panas dengan akibat
terjadinya kebakaran. Fosfor kuning teroksidasi dengan cepat, bila bersinggungan
dengan udara. Bubuk besi yang halus (besi pirofor) pijar dalam udara dan mungkin
14
menimbulkan kebakaran. Kalsium karbida mengurai secara eksotermis, jika terkena
air, dan membebaskan gas asetilen yang mungkin meledak atau terbakar oleh panas
yang terjadi. Natrium dan kalium bereaksi keras dengan air dan membebaskan zat
air, yang mungkin terbakar, jika suhu naik melebihi 40ºC. Asam sitrat yang
mengenai bahan-bahan organik akan menyebabkan nyala api. Seluloid mengurai
pada suhu 100ºC, mungkin menyala pada suhu 150ºC sebagai akibat zat asam yang
dikandungnya dan mungkin meledak, jika disimpan dalam wadah tertutup.
Zat-zat yang bersifat mengoksidasi seperti hidrogen peroksida, klorat, perklorat,
borat, perborat, dan lain-lain yang membebaskan oksigen pada pemanasan, dengan
aktif meningkatkan proses oksidasi dapat mengakibatkan terbakarnya zat-zat
organik, terutama jika bahan organik terdapat dalam bentuk partikel atau jika
kontak terus menerus dengan zat yang mengoksidasi tersebut. Zat asam murni,
terutama yang dikempa, mungkin menjadi sebab kebakaran atau peledakan, jika
bersentuhan dengan bahan-bahan yang dapat terbakar. Maka dari itu, minyak atau
oli tidak boleh dipakai untuk perawatan silinder oksigen atau katupnya.
8. Peristiwa-peristiwa lain
Gerakan antara dua benda dapat menimbulkan panas, yang semakin banyak
menurut besarnya koefisien gesekan. Manakala panas yang timbul lebih besar dari
kecepatan hilangnya panas ke lingkungan, kebakaran mungkin terjadi seperti pada
mesin yang kurang minyak atau oli pelumas. Penarikan gas secara adiabatis
menimbulkan panas, yang mungkin berakibat peledakan dengan terbakarnya
minyak pelumas, jika kompresor tidak didinginkan, atau ledakan silinder-silinder
gas yang bertekanan.
15
2.11 Acuan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (UU No. 1
Th.1970)mengatur tentang keselamatan kerja segala tempat kerja, baik di darat, di
dalam tanah, di permukaan air,di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam
wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
untuk:
1. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
2. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
3. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian- kejadian lain yang berbahaya.
4. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar-luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara
dan getaran. (pasal 3)
2.12 Pencegahan Terhadap Kebakaran
1. Memberikan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan.
2. Hindari terjadi penyulutan.
3. Upayakan kebakaran dipadamkan pada tahap dini.
4. Hati-hati bekerja dengan peralatan listrik.
5. Tidak memasang steker listrik bertumpuk – tumpuk.
16
6. Buang puntung rokok di asbak dan matikan apinya.
7. Matikan aliran listrik bila tidak digunakan.
8. Penggunaan bahan tidak mudah terbakar (non-combustible).
9. Menempatkan barang-barang yang mudah terbakar di tempat yang aman dan
jauh dari api.
10. Pekerjaan menggunakan peralatan & proses penimbul panas (hot works)
dilakukan oleh orang yang professional dan diawasi.
11. Lakukan pemeriksaan & perawatan berkala terhadap peralatan proteksi.
Laksanakan fire-safe housekeeping.
2.13 Penanggulangan Kebakaran
1. Jika terjadi kebakaran, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
memadamkan secara langsung dengan alat pemadam yang sesuai yang
diletakkan pada tempat terdekat.
2. Jika api tidak padam, panggil teman terdekat dan segera hubungi kepala gedung.
3. Bunyikan alarm / tanda bahaya kebakaran jika api belum padam.
4. Apabila alarm otomatis bebrunyi, bantu evakuasi (pengosongan gedung) melalui
pintu darurat dan segera lakukan pemadaman dengan alat pemadam yang
tersedia.
5. Hubungi unit pemadam kebakaran untuk minta bantuan dengan identitas yang
jelas.
6. Amankan lokasi dan bantu kelancaran evakuasi
7. Utamakan keselamatan jiwa daripada harta benda.
2.14 Sifat Zat yang Mudah Terbakar
17
Beberapa sifat zat atau bahan yang mudah terbakar antara lain titik nyala (flash
point), suhu nyala sendiri, sifat terbakar karena pemanasan, berat jenis, perbandingan
berat uap terhadap udara, sifat bercampur dengan air dan sifat keadaan fisik.
1. Titik Nyala
Suhu terendah dimana terdapat uap yang cukup untuk membentuk campuran
yang dapat menyala dengan udara di dekat permukaan zat tersebut. Banyak zat yang
mempunyai titik nyala di bawah suhu atmosfer sehingga dapat terbakar bila sumber
api berada di dekatnya. Semakin rendak titik nyala semakin mudah untuk terbakar.
2. Suhu Menyala Sendiri
Suhu terendah zat tersebut tanpa adanya bunga api atau nyala api. Suhu nyala
sendiri dipengaruhi oleh keadaan fisik dan sifat zat.
3. Sifat Terbakar Sendiri karena Proses Pemanasan
Zat tertentu (minyak, biji-bijian, arang dan serbuk logam) dapat mengalami
proses pemanasan sendiri dan dapat menyala dengan zat asam di udara, dapat
terbakar akibat fermentasi dan oksidasi ( jerami dan biji-bijian).
4. Berat Jenis dan Perbandingan Berat Uap Terhadap Udara.
Kebanyakan zat yang mudah terbakar terapung di atas air. Zat yang lebih berat
dari air akan mengendap dan nyala berhenti. Ini menjadi pertimbangan bagaimana
memadamkan kebakaran apakah menggunakan air atau tidak. Adapun uap zat cair
yang mudah terbakar lebih berat dari udara sehingga kebakaran sangat cepat meluas.
Sedangkan untuk gas ringan memerlukan ventilasi untuk mengencerkan sehingga
kebakaran bisa dihentikan. Kedua sifat ini mempengaruhi pemilihan bahan
pemadaman kebakaran.
5. Sifat Bercampur dengan Air18
Kemampuan zat yang mudah terbakar bercampur dengan air sangat penting
karena titik nyala akan naik. Zat cair yang mudah menyala yang terdapat dalam
tabung besar dan tertutup tidak bahaya karena tidak cukup luas permukaannya
bersentuhan dengan udara. Sebaliknya uap yang keluar dari bejana sangat berbahaya.
6. Sifat Keadaan Fisik
Keadaan fisik dari suatu zat padat tidak berhubungan dengan kondisi komposisi
kimiawi zat padat tersebut. Bentuk serbuk, debu dan potongan halus mudah terbakar.
Sedangkan bentuk gumpalan, dalam wadah, bejana sukar untuk terbakar.
2.15 Jenis Industri yang Berisiko Terhadap Bahaya Kebakaran yang Besar
Jenis Industri Sumber Bahaya Kebakaran
Tekstil Kapas
Kimia dan Farmasi Alkohol, ester
Pernis dan Perlak Alkohol, ester
Karet Benzana dan homolog
Plastik Formaldehid, pelarut
Ekstraksi Pelarut (untuk minyak
hewan dan tumbuhan serta
gemuk)
Perlarut seperti n-pentan, n-heksan,
dan n-heptan
Kayu Bubuk kayu
Rayon Viskos Karbon disulfida
Kertas Bahan yang mengandung selulosa
2.16 Ketentuan Umum Pencegahan Kebakaran19
1. Penempatan dan pengaturan barang, antara lain :
a. Tidak boleh menyimpan barang-barang secara campur
b. Pada tempat penyimpanan barang tersedia alat pemadam
c. Dilarang menyimpan bahan bakar, lap bekas bahan bakar, dan barang berbahaya
pada tempat penyimpanan barang.
2. Penenpatan alat pemadam, antara lain
a. Alat pemadam yang ditempatkan harus sesuai dengan jenis kebakaran yang
mungkin terjadi.
b. Alat pemadam harus terlihat dengan jelas
c. Alat pemadam yang ditempatkan harus mudah diambil
3. Latihan penggunaan alat-alat pemadam
4. Peraturan pencegahan kebakaran dan perlindungan bahaya kebakaran
5. Pemeriksaan / penelitian dan pengawasan pencegahan kebakaran harus dilakukan
secara terus menerus terhadap keadaan, kejadian atau kegiatan disekitar lingkungan
kerja, antara lain :
a. Tempat-tempat prmbuangan sampah
b. Tempat-tempat dan pelaksanaan pengisian bahan bakar
c. Tempat-tempat penyimpanan dan memperbaiki pesawat terbang
d. Kendaraan-kendaraan yang keluar masuk apron
e. Alat-alat pemadam yang ditempatkan20
2.17 Pencegahan dan Perlindungan Terhadap Kemungkinan Terjadi
Kebakaran
Pada dasarnya terdiri dari 3 tingkatan :
a. Pencegahan timbulnya kebakaran (preventif)
Mengetahui dan menghayati proses terjadinya api (triangle of fire)
Melaksanakan kegiatan rutin pencegahan kebakaran
b. Pencegahan penjalaran api (represif)
Alat pemadam api harus tersedia sesuai persyaratan
Letak alat pemadam api harus strategis
Alat pemadam api harus terpelihara
Penghuni ruangan harus terlatih menggunakan alat pemadam
c. Pencegahan kerusakan lebih lanjut akibat kebakaran
Komunikasi / informasi harus lancar
Fasilitas PKP-PK harus siap pakai
Pemadaman kebakaran harus sesuai prosedur
Peraturan pencegahan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi
2.18 Standard Operating Procedures (Sop) Mengenai Keselamatan
Terhadap Kebakaran
Apa itu SOP ( Standard Operating Procedures) ?
SOP adalah suatu standard acuan/pedoman berupa dukumen tertulis yang
dibakukan memuat prosedur kerja secara rinci, tahap demi tahap, dan sistemis. SOP
menjelaskan secara terperinci bagaimana suatu proses harus dilaksanakan yang dilakukan
secara berulang pada sebuah organisasi yang dikemukakan secara jelas 21
tentang apa yang diharapkan dan diisyaratkan dari semua karyawan dalam menjalankan
kegiatan sehari-hari.
Fungsi Dan Tujuan Standard Operating Procedure (SOP) adalah untuk
mendefenisikan semua konsep dan teknik yang penting serta persyaratan dibutuhkan,
yang ada dalam setiap kegiatan yang dituangkan ke dalam suatu bentuk yang langsung
dapat digunakan oleh karyawan dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari.
SOP yang dibuat harus menyertakan langkah kegiatan yang harus dijalankan oleh semua
karyawan dengan cara yang sama. Oleh sebab itu, SOP dibuat dengan tujuan memberikan
kemudahan dan menyamakan presepsi semua orang yang berkepentingan sehingga dapat
lebih dipahami dan dimengerti.
Manfaat Standard Operating Procedure
Menjelaskan secara detail semua kegiatan dari proses yang dijalankan.
Standarisasi semua aktifitas yang dilakukan pihak yang bersangkutan.
Membantu untuk menyederhanakan semua syarat yang diperlukan dalam proses
pengambilan keputusan.
Dapat mengurangi waktu pelatihan karena kerangka kerja sudah distandarkan.
Membantu menganalisa proses yang berlangsung dan memberikan feedback bagi
pengembangan SOP.
Dapat meningkatkan konsistensi pekerjaan karena sudah ada arah yang jelas.
Penggunaan SOP untuk Keselamatan terhadap kebakaran
SOP diperlukan sebagai panduan aman pada setiap pekerjaan atau proses yang
berlangsung.SOP banyak digunakan di organisasi-organisasi bidang medik, kesehatan,
teknik, lingkungan dan penanggulangan. Salah satunya adalah penggunaan SOP untuk
keselamataan terhadap kebakaran. SOP yang digunakan untuk keselamatan 22
terhadap kebakaran berfungsi sebagai pedoman atau petunjuk bagaimana dan tindakan
apa yang harus dilakukan secara tepat apabila terjadi kebakaran sehingga dapat
menghindari terjadinya korban dan kerugian.
Dengan menggunakan Prosedur yang lengkap dan benar akan dapat mencegah
terjadinya kecelakaan kerja, sehingga akan menjamin keefektifan dan evisiensi dalam
suatu pekerjaan. Oleh karena itu para pekerja dimanapun dan jenis pekerjaan apapun
wajib mentaati prosedur yang telah ditetapkan. Resiko kecelakan kerja akan ada disetiap
pekerjaan, hanya dibedakan besar kecil resiko ditentukan oleh jenis pekerjaan, besar
pekerjaan, pekerja yang telibat, fasilitas alat pelindung diri (APD) dan kompetensi
pekerja. Untuk itulah Peran SOP sebagai suatu standard dan pedoman untuk keselamatan
kerja sangat dibutuhkan untuk meminamalisir dan menhindari apabila terjadi suatu hal
yang merugikan seperti kecelakaan pada pekerjaan seperti kebakaran.
SOP yang diperlukan antara lain :
1. Pekerjaan hot-works (mengelas, memateri, mengecat, dsb)
Pekerjaan penggantian maupun perbaikan atau modifikasi yang pekerjaanya
berpotensi menimbulkan nyala api wajib menerapkan SOP sistem izin kerja panas
yang di sebut hot works permit.
2. Pemeriksaan dan pengujian kinerja peralatan
Standar operasi peralatan ini digunakan pada kegiatan sterilisasi pada pengalengan,
sterilisasi media, peralatan gelas dengan menggunakan suhu 121 °C dengan tekanan
15 Psi. Resiko yang dapat ditimbulkan dari kecerobohan mengoperasikan alat akan
menyebabkan ledakan, kerusakan bahan dan kerusakan alat.
23
3. Penggunaan dan penyimpanan gas bertekanan
Agar kita bekerja dengan aman pastikan ada label yang jelas dari instansi yang
berwenang (Asosiasi industri gas, perindustrian, perhubungan ataupun tenaga
kerja).Sebelum kita bekerja dengan tabung gas bertekanan dalam jenis apapun
pastikan kita sudah mengetahui potensi bahayanya serta prosedur keselamatan saat
menggunakannya.
4. Pemakaian dan penyimpanan bahan kimia
Hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia
diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple
hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah
sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals),
inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information). Semua
bahan harus diberi label secara jeas, dan untuk larutan harus dicantumkan tanggal
pembuatannya.
5. Penggunaan sarana dan peralatan pemadam
Memberikan pelatihan kepada petugas pemadam kebakaran di area kerja cara
penggunaan APAR sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuat, menempatkan
APAR pada lokasi yang mudah dijangkau oleh pegawai/pekerja. Untuk tempat kerja
yang berdebu dan berpartikel logam, APAR harus diletakkan minimal pada jarak 15
m.Dan Setiap pegawai / pekerja harus mengetahui lokasi APAR yang terdekat dan
cara penggunaannya.
6. Penggunaan peralatan pendingin maupun pemanas
Penggunaan wadah pemanas adalah merupakan metoda yang aman untuk transfer
panas. Dengan menggunakan wadah pemanas, wadah harus diisikan dengan
24
ketinggian tertentu, cairan untuk transfer panas dan bahan kimia yang dipanaskan
tidak boleh mengalami reaksi satu sama lain yang membahayakan jika peralatan
reaksi pecah selama eksperimen berlangsung.
Selama pemanasan, peralatan yang mengandung bahan kimia dapat terbakan maka
pendingin harus digunakan. Jika pendingin ini dioperasikan dengan menggunakan air
harus dijaga kuat dengan menggunakan klep penjepit. Hal ini harus dilakukan
dengan baik supaya pendinginan tetap terjaga tanpa menyela selama pelaksanaan
eksperimen guna menghindari kejadian kebakaran api yang membahayakan atau
bahkan terjadi ledakan.
Dalam SOP (Standard Operating Procedures) untuk keselamtaan terhadap
kebakaran terdapat beberapa prosedur atau petunjuk yang harus dilakukan bila
terjadi kebakaran seperti :
2.19 Prosedur pada Saat Terjadi Kebakaran
1. Berteriaklah bila terjadi kebakaraan
2. Beritahu segera kepada satuan pengaman atau pegawai serta orang lain yang di
temui
3. Padamkan api bila sudah merasa yakin dan sudah terlatih,bila ragu-ragu lebih
baik mengurungkan niat.
4. Raihlah APAR (alat pemadam api ringan) terdekat untuk memadamkan api,jika
sudah merasa yakin dan sudah terlatih.
5. Bila api belum berhasil dipadamkan segeralah keluar menuju emergency exit
terdekat
6. Tetap tenng dan bawalah barang bawaaan berharga anda seperlunya saja.
7. Jangan membawa barang bawaan terlalu besar.25
8. Jangan menaruh barang di jalur evakuasi dan perhatikan saat anda berlari keluar
(potensi bahaya terjatuh dan bertabrakan).
9. Bila anda berada di lantai 2,3, atau 4 serta dalam keaadaan daruratjangan
melompat sampai regu pemadam datang/evakuasi.
10. Bila terjebak kepulan asap kebkaran, maka tetap menujutangga darurat dengan
ambil nafas pendek-pendek, upayakan merayap atau merangkak untuk
menghindari asap, jangan berbalik arah karenaakan bertabrakan denagn orang
dibelakang anda.
11. Bila terpaksa harus menerobo kepulan asap maka tahanlah nafas anda dan cepat
menuju pintu darurat kebakaran.
12. Segera ikuti evacuation routemenuju assembly point yang terdekat dengan anda.
13. Hubungi pemadam kebakaran UPT keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja
dan lingkungan sesegera mungkin jika api tidak dapat dipadamkan (telepon
pemadam kebakaran keamanan, kesehatan, keselematan kerja dan lingkungan:
022-2500204 atau 081321171911).
Prosedur Penggunaan alat pemadam api ringan (APAR), yaitu;
1. Ambil APAR pada tempatnya
2. Berdirikan alat pemdam api rinaganmiring ke depan
3. Tarik tuas dan pin pengunci
4. Angkat tegak lurus
5. Tes dengan menyemprotkan ke udara
6. Arahkan ke api
7. Tekan tombol penyemprot
8. Semprotkan dari sisi ke sisi 26
2.20 Bahan Bahan yang Dapat Meledak
Peledakan adalah suatu peristiwa sebagai akibat bebasnya energy secara cepat
dan tanpa dikendalikan. Bahan yang dapat meledak adalah Suatu zat yang apabila terkena
suatu reaksi akan menghasilkan pengembangan dan perubahan besar pada tekanan yang
disebut dengan ledakan. Zat yang berbentuk padat, cair, gas ataupun campurannya yang
apabila terkena suatu aksi, berupa panas, benturan, tekanan, hentakan atau gesekan akan
berupa secara fisik maupun kimiawi menjadi zat lain yang lebih stabil. Perubahan
tersebut berlangsung dalam waktu yang singkat disertai dengan tekanan yang sangat
tinggi.
3 Syarat pemicu terjadinya peledakan :
1. Bahan yang mudah terbakar
Terdapat bahan yang mudah terbakar baik berupa bahan padat, cair, gas (kayu,
kertas, textile, bensin, minyak, acetelin dll)
2. Udara atau unsur penunjang lain bagi terjadinya pembakaran
Terdapat oksigen (O2)yang cukup kandungannya. Makin besar kandunagn
oksigen di udara maka nyala api akan semakin besar.Dalam kandunagn oksigen kurang
dari 12 % tidak akan terjadi kebakaran. Dalam keadaan normal kandunagn oksigen di
udara 21 % cukup efektif untuk terjadi kebakaran.
3. Sumber terjadinya nyala/suhu diatasnya temperature suatu zat terbakar
Terdapat suhu yang tinggi yang disebabkan oleh sumber panas seperti seperti
sinar matahari, listrik (Kortsluting,panas energy mekanik (gesekan)), reaksi kimia,
kompresi udara.
27
Bahan yang dapat meledak sangat beresiko terjadi pada saat kebakaran karena
bahan tersebut sangat peka terhadap panas dan bila dipengaruhi suhu tinggi akan
mengakibatkan kerusakan di sekitarnya.
Semua bahan atau benda yang dapat menghasilkan efek ledakan, termasuk
bahan yang dalam campuran tertentu atau jika mengalami pemanasan, gesekan, tekanan
dapat mengakibatkan peledakan.sifat eksplosif atau kedakan bahan kimia Dapat
ditentukanoleh sifat reaksinya dengan senyawa senyawa tertentu,antara lain ;
Menimbulkan panas reaksi yang sangat tinggi
Reaksinya disertai ledakan
Contoh bahan kimia yang mudah meledak :
Amonium nitrate, Amonium perchlorate, amonium picrate, detonator untuk
ammunisi, diazodinitrophenol, dinitropenol, dynamite, bubuk mesiu, picric acid,
(TNT, DNT, TMX, Nitro Glycerine, Amunisi, bubuk untuk blasting)
2.21 K3 Penanggulangan Kebakaran
Unsur Terjadinya Api
1. Udara (Oksigen)
Secara normal kandungan oksigen dalam suatu udara adalah 20%
2. Bahan bakar
Bahan bakar ini dapat berbentuk apa saja yang dapat terbakar. Jika dalam bentuk
padatan maka semakin kecil bentuknya maka bahan tersebut semakin mudah
menyala. Jika bahan tersebut berbentuk cair maka semakin rendah titik nyalanya
maka semakin mudah juga bahan tersebut menyala. Sedangkan dalam bentuk gas
dengan konsentrasi yang diperlukan dalam batas penyalaannya.
3. Panas (Heat)
28
Hal ini disebabkan oleh berbagai macam sumber yang dapat menaikkan suhu diatas
titik nyala misalnya dapat berasal dari listrik statis, percikan listrik (konsleting),
perlengkapan pemanas, pipan pemanas, puntung rokok, percikan api yang berasal
dari kegiatan pengelasan dan lain sebagainya.
Pemindahan Panas pada Kebakaran
1. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas yang terjadi secara molekuler, panas berpindah
dalam suatu bahan penghantar (konduktor) dari satu titik ke titik lain yang memiliki
temperatur lebih rendah. Sebagai gambaran apabila kita memanaskan salah satu
ujung sebuah tongkat besi maka lambat laun panas akan berpindah keujung
lainnya, sedangkan tongkat tersebut tidak berubah bentuk.
2. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas yang berhubungan dengan bahan fluida atau
bahan yang dapat mengalir dalam bentuk gas atau cairan. Pada konveksi panas
berpindah dengan berpindahnya bahan penghantar, atau lebih tepat bahan pembawa
panas tersebut. Sebagai gambaran adalah apabila terjadi kebakaran di lantai bawah
sebuah bangunan bertingkat, maka panas akan dibawa oleh asap atau gas hasil
pembakaran yang panas ke lantai di atasnya.
3. Radiasi
Perpindahan panas dengan cara radiasi tidak membutuhkan suatu bahan penghantar
seperti pada dua perpindahan panas sebelumnya. Pada radiasi panas berpindah
secara memancar, jadi panas dipancarkan segala arah dari suatu sumber panas.
Sebagai contohnya adalah radiasi sinar matahari, yang kita semua tahu bahwa dari
jarak yang jutaan kilometer melalui ruang kosong di antariksa panas matahari dapat
sampai ke bumi.
29
2.22 Contoh Penyebab Kebakaran Secara Teknis
1. Hubungan Singkat Listrik
Korseleting listrik (hubung singkat) terjadi karena adanya hubungan kawat positif
dan kawat negatif yang beraliran listrik. Hal ini karena isolasi kabel rusak yang
disebabkan gigitan binatang, sudah tua, mutu kabel jelek dan penampang kabel
terlalu kecil yang tidak sesuai dengan beban listrik yang mengalirinya. Kemudian
di sekitar terjadinya percikan api isolasi kabel sudah mencapai titik bakar. Suhu
isolasi kabel dapat mencapai titik bakar karena arus listrik yang lewat kabel jauh
lebih besar dari kemampuan kabelnya.
2. Sambaran Petir
Petir adalah pelepasan muatan listrik dari awan ke awan atau dari awan ke bumi.
Sasaran sambaran petir adalah objek yang paling tinggi. Objek yang tersambar petir
akan merasakan adanya arus petir sebesar 5000 – 10.000 A dan panas mencapai
30.000 oC.
Bahaya yang terbesar bagi manusia dan binatang kebanyakan ditimbulkan oleh
sambaran kilat-kilat tidak langsung:
- kilat yang menyambar gedung atau pohon dapat mengambil jalan paralel melalui
orang yang berdiri dekat dengan objek yang tersambar.
- Kuat medan listrik dari sambaran kilat yang dekat dengan seseorang dapat
menginduksikan arus di dalam badannya yang dapat menyebabkan kematiannya
- Kilat yang sedang berhubungan dengan tanah dapat menimbulkan gradien potensial
pada seluruh permukaan tanah di sekitarnya dengan arah melalui titik sambaran,
kalau ada orang yang berdiri dengan kedua kaki yang terpisah, maka orang tersebut
akan merasakan beda potensial yang dapat membahayakan.
3. Kebocoran Gas yang Mudah Terbakar Ditambah dengan Adanya Heat
30
Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan
menyala, jika terkena benda pijar atau nyala api dan pembakaran yang terjadi akan
meluas dengan cepat, manakala kadar gas atau uap berada dalam batas untuk
menyala atau meledak. Batas-batas kadar ini tergantung kepada bahan- bahan yang
memiliki sifat zat, suhu dan tekanan udara yang berkisar di antara 2.0000 m/s.
Kecepatan ini akan mempengaruhi besar kerusakan yang di akibatkan oleh peledak
4. Nyala Api Terbuka yang Berdekatan dengan Bahan yang Mudah Terbakar
Nyala api terbuka hendaknya jauh dari bahan-bahan yang mudah terbakar.
Api nyala terbuka hendaknya dilengkapi dengan cerobong/ penghisap tarikan
udara. Hal itu dimaksudkan agar api tidak mengarah ke tempat lain, tetapi ke arah
cerobong, untuk selanjutnya gas-gas bekasnya dibuang keluar melalui cerobong
tersebut.
5. Gesekan (Friction) Antara Dua Benda
Gesekan antara dua benda menimbulkan panas, yang semakin banyak
menurut besarnya koefisien gesekan. Manakala panas yang timbul lebih besar dari
kecepatan panas lingkungan, kebakaran mungkin terjadi pada mesin yang kurang
minyak atau oli. Penekanan gas secara adiabatis menimbulkan panas yang
berakibat pada peledakan dengan terbakarnya minyak pelumas, jika kompresor
tidak didinginkan, atau peledakan silinder-silender bertekanan.
2.23 Peralatan Pencegah Kebakaran
1. APAR/ Fire extinguishers / Racun Api
Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat yang multiguna karena dapat
dipakai untuk jenis kebakaran A,B, dan C. Peralatan ini mempunyai berbagai
ukuran beratnya, sehingga dapat ditempatkan sesusia dengan besar-kecilnya resiko
31
kebakaran yang mungkin timbul dari daerah tersebut, misalnya tempat penimbunan
bahan bakar terasa tidak rasional bila di situ kita tempatkan racun api dengan
ukuran 1,2 Kg dengan jumlah satu tabung. Bahan yang ada dalam tabung pemadam
api tersebut ada yang dari bahan kimia kering, foam/ buasa dan CO2, untuk Halon
tidak dperkenankan dipakai di Indonesia.
2. Hydrant
Sebuah hydrant adalah tindakan proteksi kebakaran aktif, dan sumber air yang
disediakan di sebagian besar wilayah perkotaan, pinggiran kota dan pedesaan
dengan layanan air kota untuk memungkinkan petugas pemadam kebakaran untuk
memasuki pasokanair kota untuk membantu memadamkan api
Ada tiga jenis hydrant, yaitu :
a. Hydrant gedung,
b. Hydrant halaman, dan
c. Hydrant kota
Sesuai dengan namanya hydrant gedung ditempatkan dalam gedung, untuk
hydrant halaman ditempatkan di halaman, sednagkan hydrant kota biasanya
ditempatkan pada beberapa titik yang memungkinkan Unit Pemadam Kebakaran
suatu kota mengambil cadangan air
3. Detektor Asap/ Smoke Detector
Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan memberitahukan kepada
setiap orang apabila ada asap pada suatu daerah maka alat ini akan berbunyi,
khusus untuk pemkaian dalam gedung.
4. Fire Alarm
Peralatan yang dipergunakan untuk memberitahukan kepada setiap orang akan
adanya bahaya kebakaran pada suatu tempat.
32
5. Spinkler
Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan memancarkan air
secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada suatu suhu tertentu pada daerah di
mana ada sprinkler tersebut
33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebakaran hanya mungkin bila ketiga sisinya saling sambung menyambung
merupakan segitiga yang tertutup, bila diambil salah satu sisinya saja maka tak mungkin
terjadi kebakaran atau terpadamkanlah kebakaran itu. Jadi untuk menyebabkan atau
memungkinkan kebakaran diperlukan 3 unsur, yaitu :
1. Bahan yang mudah terbakar
2. Oksigen
3. Suhu
Biasanya bahan yang mudah terbakar dan oksigen telah berada berdampingan. Kini
hanya diperlukan kenaikan suhu ini dapat berasal daripercikan api,korek api,api gas,
rokok dan sebagainya.
3.2 Saran
Untuk mengurangi korban dan kerugian akibat kebakaran maka kita harus senantiasa
mencegah terjadinya kebakaran serta menjauhkan barang – barang yang mudah terbakar
dan mudah meledak dari sumber api.
34
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. “Listrik Penyebab Kebakaran”. 5 Desember 2015.
http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2008/09/listrik-penyebab-kebakaran.html
Anonim. “Kimia Api”. 5 Desember 2015 http://www.wirasabha.web.id/pengetahuan-dasar-
damkar
Adelwin, Eric dkk. “Api sebagai Salah Satu Faktor Kecelakaan “. 5 Desember 2015.
http://dokumen.tips/documents/bahaya-terjadinya-kebakaran.html
Helena, Putri. “ Penanggulangan Kebakaran K3 Lingkungan”. 5 Desember 2015.
http://putriahelena.blogspot.co.id/2015/01/makalah-penanggulangan-kebakaran-k3.html
Herwiyanto. “Pengawasan K3 Listrik ”. 5 Desember 2015.
https://tiarasalsabilatoniputri.files.wordpress.com/2012/03/resume-materi-4-pengawasan-k3-
listrik.doc
https://aviationfirefightingbali.wordpress.com/2010/01/14/kelas-api-dan-alat-pemadam-yang-
cocok-digunakan-perlukah/
http://www.alat-pemadam-kebakaran.co.id/klasifikasi-jenis-penyebab-kebakaran/
http://mudiasa.blogspot.co.id/2012/05/prosedur-k3.html
http://download.portalgaruda.org/article.php?article)
(https://nuruddinmh.wordpress.com/2012/03/13/keselamatan-pada-tabung-gas-bertekanan/)
(http://ainundhia.blogspot.co.id/)
(http://k3danlingkungan.blogspot.co.id/2012/09/alat-pemadam-api-ringan-apar.html)
http://docplayer.info/103431-Petunjuk-teknis-kursus-keselamatan-di-laboratorium-kimia.html
http://www.tf.itb.ac.id/files/2011/11/KEPUTUSAN-sop-kedaruratan.pdf
http://www.tf.itb.ac.id/files/2011/11/KEPUTUSAN-sop-kedaruratan.pdf
https://eprints.uns.ac.id/17596/3/BAB_II.pdf
(http://aysigahat.blogspot.co.id/2013/04/makalah-peledakan.html)
35
http://faisalichal.blogspot.co.id/2013/06/k3-kesehatan-keselamatan-dan-keamanan.html
https://arisetiyaniankes.wordpress.com/tag/kimia/
Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
JAG Group. “Bahaya dan Ancaman Sambaran Petir”. 5 Desember 2015.
http://www.solusipetir.com/petir/bahaya-petir.html
Jasa Kalibrasi. “Segitiga Api”. 5 Desember 2015. http://jasakalibrasi.net/segitiga-api/
Lukma, Yahya. Agustus 2015. “Keselamatan dan Kesehatan Kerja”. DocSlide,
http://dokumen.tips/documents/ppt-k3-kebakaran.html. (03 Desember 2015)
Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
Republik Indonesia. 1999. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 186 Tahun 1999
Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi,Rumondang.1991. Manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja.[s.l]:Pustaka Binaman Pressindo.
Sukania, I Wayan, 2010, “Keselamatan Kerja Bidang Kebakaran Pada Fasilitas Hotel”.
Konferensi Nasional Enginering Perhotelan,
http://journal.tarumanagara.ac.id/index.php/kidtind/article/viewFile/1611/1457, 03 Desember
2015.
Suma'mur .1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta :Haji Masagung
Suma'mur .1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta :Gunung Agung,
1985
Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja. Menteri Tenaga Kerja RI. Jakarta
36