3
Kesenjangan Teori Dan Praktek Di Lapangan Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa yaitu jasa kesehatan. Sebagai suatu industri jasa maka rumah sakit tentunya juga harus menjalankan fungsi-fungsi bsnis dalam manajerialnya, salah satunya adalah bagaimana menghasilkan suatu produk jasa yang bermutu atau berkualitas (Yoga, 2007). Apabila rumah sakit tidak memperhatikan kualitas pelayanannya maka akan ditinggalkan oleh pelanggannya yang menyebabkan kerugian bagi semua pihak baik petugas, pengelola atau pemilik rumah sakit sehingga tidak mendapatkan pendapatannya. Pengguna atau pelangan juga akan ikut dirugikan karena berkurang atau tidak mendapatkan layanan yang bermutu apalagi bagi masyarakat yang tidak mampu untuk memilih rumah sakit lain sesuai dengan keinginannya. Kemampuan rumah sakit dalam menyampaikan kualitas pelayanan kesehatan yang baik merupakan harapan bagi setiap masyarakat ketika datang untuk melakukan konsultasi atas permsalahan kesehatan yang sedang mereka rasakan (khairani, 2005) Secara umum pelayanan rumah sakit terdiri dari pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pelayanan rawat jalan (ambulatory) adalah satu bentuk dari pelayanan kedokteran. Secara sederhana yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap (hospitalization). Pelayanan rawat jalan ini termasuk tidak hanya yang diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan yang telah lazim dikenal rumah sakit atau klinik, tetapi juga yang diselenggarakan di rumah pasien (home care) serta di rumah perawatan (nursing homes). Masalah

Kesenjangan Teori Dan Praktek Di Lapangan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kesenjangan

Citation preview

Kesenjangan Teori Dan Praktek Di LapanganRumah sakit merupakan salah satu industri jasa yaitu jasa kesehatan. Sebagai suatu industri jasa maka rumah sakit tentunya juga harus menjalankan fungsi-fungsi bsnis dalam manajerialnya, salah satunya adalah bagaimana menghasilkan suatu produk jasa yang bermutu atau berkualitas (Yoga, 2007). Apabila rumah sakit tidak memperhatikan kualitas pelayanannya maka akan ditinggalkan oleh pelanggannya yang menyebabkan kerugian bagi semua pihak baik petugas, pengelola atau pemilik rumah sakit sehingga tidak mendapatkan pendapatannya. Pengguna atau pelangan juga akan ikut dirugikan karena berkurang atau tidak mendapatkan layanan yang bermutu apalagi bagi masyarakat yang tidak mampu untuk memilih rumah sakit lain sesuai dengan keinginannya. Kemampuan rumah sakit dalam menyampaikan kualitas pelayanan kesehatan yang baik merupakan harapan bagi setiap masyarakat ketika datang untuk melakukan konsultasi atas permsalahan kesehatan yang sedang mereka rasakan (khairani, 2005)Secara umum pelayanan rumah sakit terdiri dari pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pelayananrawat jalan(ambulatory) adalah satu bentuk dari pelayanan kedokteran. Secara sederhana yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap (hospitalization). Pelayanan rawat jalan ini termasuk tidak hanya yang diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan yang telah lazim dikenalrumah sakitatau klinik, tetapi juga yang diselenggarakan di rumah pasien (homecare) serta di rumah perawatan (nursing homes). Masalah yang sering dialami oleh para perawat di ruang rawat jalan adalah komplain dari pasien tentang pelayanan yang lamban, kinerja administrasi dan dokter spesialis yang dating terlambat (www.lampungpost.com/cetak/ berita.phd?id =2009).Berdasarkan hasil observasi kami menemukan masalah di ruang rawat jalan (poli) RSUD Depok adalah kejenuhan pasien saat menunggu waktu panggilan dokter/ pelayanan dan resiko penurunan sensitivitas saat mengukur tekanan darah. Berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, standar minimal rawat jalan adalah sebagai berikut:

a. Dokter yang melayani pada Poliklinik Spesialis harus 100 % dokter spesialis.

b. Rumah sakit setidaknya harus menyediakan pelayanan klinik anak, klinik penyakit dalam, klinik kebidanan, dan klinik bedah.

c. Jam buka pelayanan adalah pukul 08.00 13.00 setiap hari kerja, kecuali hari Jumat pukul 08.00 11.00.

d. Waktu tunggu untuk rawat jalan tidak lebih dari 60 menit.Berdasarkan keputusan menteri kesehatan diatas dapat dilihat bahwa unit rawat jalan RSUD Depok tidak memenuhi standar pelayanan minimal rumah sakit yaitu waktu tunggu untuk rawat jalan tidak lebih dari 60 menit. Waktu tunggu yang lebih dari 60 menit membuat pasien mengalami kejenuhan saat menunggu panggilan dokter. Waktu tunggu yang yang tidak efisien dapat mengundang ketidak puasan pasien akan sebuah pelayanan kesehatan. Pasien akan menganggap pelayanan kesehatan jelek apabila sakitnya tidak cepat sembuh , waktu tunggu lama, dan petugas kesehatan tidak ramah meskipun profesional. Wijono (1999) dalam Hassan (2012). Masalah kedua yang kami angkat di ruang poli RSUD Depok adalah penurunan sensitivitas dalam mengukur tekanan darah. Pengukuran tekanan darah di poli penyakit dalam, poli saraf dan poli bedah mencapai lebih dari 30 pasien. Hal ini mengakibatkan pembacaan tekanan darah yang terkadang bias. Kesalahan pengamatan tekanan darah adalah keterbatasan utama dari metode auscultatory.Kesalahan sistematis menyebabkan kesalahan intra-pengamat dan kesalahan inter-pengamat.Terminal preferensi digit mungkin adalah manifestasi paling umum dari penentuan tekanan darah suboptimal.Hal ini umumnya direkomendasikan bahwa pengamat harus membaca tekanan darah terdekat ke 2 mmHg, tetapi ketidaktepatan dalam perekaman "nol" sebagai angka terakhir dalam penentuan tekanan darah auscultatory telah dilaporkan oleh peneliti dalam beberapa pengaturan klinis dan penelitian menurut Wiryowidagyo (2002) dalam Abdillah (2012). Menurut Wiryowidagyo (2002) dalam Abdillah (2012) Hal ini juga dipengaruhi oleh jumlah pengukuran dalam tekanan darah. Ketika serangkaian pembacaan diambil, yang pertama biasanya yang tertinggi.Minimal 2 pembacaan harus dilakukan dengan interval minimal 1 menit, dan rata-rata dari bacaan tersebut harus digunakan untuk mewakili tekanan darah pasien.Jika ada perbedaan > 5 mmHg antara pembacaan pertama dan kedua, tambahan (1 atau 2) pembacaan harus diperoleh, dan kemudian rata-rata dari beberapa bacaan tersebut yang digunakan.