21
218 KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL PERADABAN ISLAM NUSANTARA Misri A. Muchsin Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Jl. Syeikh Abdul Rauf Darussalam Banda Aceh, 23111 e-mail: [email protected] Abstract: Peureulak Sultanate and the Discourse on ‘Zero Point of Nusantara’s Islamic Civilization’. In March 2017, Indonesian Government officially recognized Barus, a historical small city at the western coast of Sumatra, as the zero point of Indonesian Islamic Civilization. This recognition was marked by a relatively modest monument, inaugurated by the President of the Republic of Indonesia. Muslim historians responded differently: some agree and others disagree. The present author finds it very important to underline once again that Peureulak Sultanate at the eastern coast of Aceh was the first sizeable Islamic Kingdom of not just the Indonesia archipelago but also of the whole Southeast Asian archipelago. As a matter of fact, this has been the conclusion of several historical studies. Therefore, from scholarly point of view, the placement of this important monument at Barus needs to be studied and revisited. While Barus was indeed the first point of the arrival of Islam, the Muslim community there did not form any sizeable socio-political force. Peureulak, on the other hand, was successful in doing so. Keywords: Peureulak, Aceh, Nusantara, Southeast Asia, politics, manuscript JOURNAL OF CONTEMPORARY ISLAM AND MUSLIM SOCIETIES VOL. 2 NO. 2 JULI-DESEMBER 2018

KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL …

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL …

218

KESULTANAN PEUREULAKDAN DISKURSUS TITIK NOL PERADABAN

ISLAM NUSANTARA

Misri A. Muchsin

Universitas Islam Negeri Ar-RaniryJl. Syeikh Abdul Rauf Darussalam Banda Aceh, 23111

e-mail: [email protected]

Abstract: Peureulak Sultanate and the Discourse on ‘Zero Pointof Nusantara’s Islamic Civilization’. In March 2017, IndonesianGovernment officially recognized Barus, a historical small city atthe western coast of Sumatra, as the zero point of Indonesian IslamicCivilization. This recognition was marked by a relatively modestmonument, inaugurated by the President of the Republic of Indonesia.Muslim historians responded differently: some agree and others disagree.The present author finds it very important to underline once againthat Peureulak Sultanate at the eastern coast of Aceh was the firstsizeable Islamic Kingdom of not just the Indonesia archipelago butalso of the whole Southeast Asian archipelago. As a matter of fact,this has been the conclusion of several historical studies. Therefore,from scholarly point of view, the placement of this important monumentat Barus needs to be studied and revisited. While Barus was indeedthe first point of the arrival of Islam, the Muslim community theredid not form any sizeable socio-political force. Peureulak, on theother hand, was successful in doing so.

Keywords:Peureulak, Aceh, Nusantara, Southeast Asia, politics, manuscript

JOURNAL OF CONTEMPORARY ISLAMAND MUSLIM SOCIETIES

VOL. 2 NO. 2 JULI-DESEMBER 2018

Page 2: KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL …

219

VOL. 2 NO. 2 JULI-DESEMBER 2018

PendahuluanKedatangan dan pengembangan Islam di Nusantara sampai

mencapai hampir ke seluruh Asia Tenggara telah memiliki sejarahyang panjang. Sejarawan Inggris, Thomas W. Arnold menyebutkanbahwa masyarakat di Aceh adalah masyarakat yang mula-mulamenerima Islam, sedangkan Peureulak serta Pasai merupakankerajaan Islam pertama di Nusantara.1 Menurut satu keteranganlain, abad pertama Hijriyah atau sekitar abad kedelapan Masehi,Islam sudah datang dan menapaki kawasan ini, tepatnya diPeureulak atau Perlak. Menurut keterangan ahli, Peureulak sebagaisatu kerajaan Islam ternama, sudah pernah dipimpin oleh duapuluh orang raja atau sultannya.2

Menurut satu kisah, awal Islam di Peureulak sudah mulaisejak masa pemerintahan Khalifah ‘Umar Ibn Khaththâb. Ketikaitu, Parsi bisa ditaklukan dan rakyatnya diislamkan. Oleh karenanyaorang-orang Arab dan Parsi yang sudah berada di Peureulak,ketika itu juga ikut memeluk Islam.3 Bahkan ketika terjadiperistiwa peperangan antara pihak ‘Ali Ibn Abi Thâlib denganMu‘âwiyah ibn Abi Shufyân yang terkenal dengan Perang Shiffin,banyak pengikut ‘Ali yang disebut sebagai ‘Alawiyin melarikandiri dari Tanah Arab ke Asia Tenggara, khususnya ke Peureulak.Terdapat pengikut ‘Ali yang melarikan diri ke Nusantara sampaike negeri Peureulak yaitu ‘Ali ibn Muhammad ibn Ja‘far Shâdiqibn Muhammad al-Bâqir ibn Zainal ‘Âbidin ibn Husain ibn‘Ali ibn Abi Thâlib.4

Kedatangan ‘Ali ibn Muhammad ibn Ja‘far Shiddiq disambutbaik oleh Maharaja Syahir Nuwi dan rakyat Peureulak. Karenaia berasal dari dua keturunan bangsawan terhormat yaitu ‘Aliibn Abi Thâlib dan Fâthimah binti Rasulullah, Maharaja SyahirNuwi mengawinkan ‘Ali ibn Muhammad dengan adik kandungnya,Puteri Makhdum Tansyuri.5 Dalam perkawinan bangsawan Quraisydengan bangsawan Peureulak ini dianugerahkan seorang putera

Page 3: KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL …

220

yang diberi nama ‘Abd al-‘Azîz. Setelah itu, ‘Abd al-‘Aziz dikawinkanpula dengan Puteri Meurah Makhdum Khudawi atau PuteriPeureulak.6

Pada tahun 173 H/790 M atau pada abad ke I Hijriahbersamaan 8 M, dicatat dalam sejarah bahwa Khalifah Harunal-Rasyid, Khalifah Bani ‘Abbasiyah mengirim satu armadadakwah berjumlah seratus orang yang terdiri dari bangsa Arab,Parsi (Iran sekarang), dan India ke Bandar Peureulak. Akantetapi menurut satu riwayat, sebelum tiba di Peureulak, terlebihdahulu sebelumnya singgah di Barus, yang terkenal denganbandar dagangnya. Rombongan tersebut dipanggil sebagai NakhodaKhalifah.7 Kedatangan Nakhoda Khalifah disambut baik olehMaharaja Syahir Nuwi. Dari Peureulak inilah Islam bersemidan selanjutnya berkembang mewujudkan kerajaan Islam diTimur dan Barat Aceh, seperti Pasai, Pedir, Lingga, Daya danterakhir Aceh Darussalam yang sukses menyatukan kerajaanitu semua di bawah pemimpin besarnya Ali Mughayat Syah(memerintah 1511-1530 M).

Dalam perkembangannya, kerajaan Aceh Darussalam, terutamazaman Sultan Iskandar Muda (1606-1636 M), Sultan IskandarTsani dan Sultanah Ratu Safiah al-Din Syah, mengantar kerajaanini pada puncak kejayaannya. Pimpinan kerajaan yang gemardan cinta mengembangkan ilmu dan dakwah melalui pengayomanpara ulama dan dainya merupakan satu di antara penyebabutama kemajuan kerajaan ini. Mereka yang diayomi SultanKerajaan Aceh itu adalah alim-ulama yang mengemban amanahpengembangan ilmu agama.

Artikel ini membahas Peureulak sebagai satu kerajaan Islamternama dan tertua di Nusantara-Asia Tenggara. Pendekatanyang digunakan adalah pendekatan sejarah dan filologi, denganmemanfaatkan sumber klasik atau naskah yang ada hubungannyadengan tema bahasan, seperti Hikayat Raja Pasai, Sejarah Melayu,

Page 4: KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL …

221

VOL. 2 NO. 2 JULI-DESEMBER 2018

dan Sulalat al-Salatin karya Tun Seri Lanang. Dari pengkajianakan ditegaskan bahwa Peureulak sebagai satu kerajaan Islamternama dan tertua di Nusantara-Asia Tenggara, dan sudah pernahdipimpin oleh 20 orang raja atau sultannya. Umumnya ahliyang berpendapat demikian adalah Ali Hasjmy merujuk padanaskah klasik, sebagai catatan dari Abu Ishak al-Makarani, berjudulRisalah Idharul Haq fi Mamlakati Ferla wa al-Fasi, naskah TazkiratTabaqat Jumu’ Sultan al-Salatin, karya Syekh Syamsul BahriAbdullah al-Asyi; dan Silsilah Raja-raja Perlak dan Pasai. Studiini dilakukan untuk mengkaji penetapan Barus sebagai awaltitik nol peradaban Islam Nusantara. Harapannya, penetapantersebut akan dikaji kembali dengan lebih teliti-cermat, sehinggamenemukan kepastian historis dan kredibelitasnya.

Kedatangan Islam di PeureulakIstilah Peureulak atau Perlak berasal dari nama dari pohon

kayu yang digunakan untuk dibuat perahu oleh para nelayan.Orang-orang Aceh menyebutnya sebagai Bak Peureulak. Dalambahasa Parsi Peureulak disebut sebagai Taj Alam, yang bermaknamahkota alam.8 Ada sumber menyebutkan bahwa Islam sebelumdidakwahkan di Peureulak mula-mula datang-menapak di Barus(satu wilayah yang pernah menjadi wilayah kekuasaan Aceh),9 kemudianbaru ke Peureulak. Hal ini seperti beberapa keterangan sumberHikayatRaja Pasai dan Sejarah Melayu menguatkan hal itu:

36 (44) Setelah berapa lamanya kemudian daripada sabdaNabi SAW. itu, maka terdengarlah kepada segala isi negeriMekkah nama negeri Samudera. Maka Syarif Makkah punmenyuruh sebuah kapal membawa segala perkakas kerajaan,seraya disuruhnya singgah ke negeri Ma’abri. Adapun namanakhoda kapal itu Syekh Ismail namanya. Maka kapal itupun berlayarlah, lalu ia singgah di negeri Ma’abri. Makakapal Syeih Ismail itu pun berlabuh di laut.

Page 5: KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL …

222

37 (44-45) Berapa lamanya di laut maka sampailah kapalkepada sebuah negeri, Fansuri namanya. Maka segala orangisi negeri Fansuri itu pun masuklah Islam...Berapa lamanyamaka sampai kepada sebuah negeri pula Thobri (Lamri) namanya.Maka orang Thobri itu pun masuk Islam... Berapa lamanyamaka sampailah ke negeri Haru namanya. Maka segala orangdalam negeri Haru itu pun masuk Islam... Maka fakir itupun bertanya orang dalam negeri itu “Di mana negeri yangbernama negeri Samudera?” Maka kata orang Haru itu “Sudahlalu”. Maka fakir itu pun naik ke kapal lalu berlayar pula.Maka jatuh ke negeri Perlak. Maka mereka itu pun diislamkannya.Maka kapal itu pun berlayar ke Samudera.10

Keterangan di atas mungkin menjadi argumentasi awal penetapanBarus sebagai awal titik nol peradaban Islam di Nusantara yangditetapkan beberapa waktu lalu oleh Presiden Republik Indonesia,Ir. Joko Widodo.11 Hanya saja perlu dinyatakan, Barus tidak pernahmenjadi kerajaan Islam, apalagi menjadi satu kekuatan politikIslam, dan yang pernah menjadi dan berwujud kerajaan Islamawal adalah Peureulak, Pasai dan selanjutnya Aceh Darussalam.Proses pencarian Samudera, untuk mewujudkan perintah sepertiyang dimaksudkan sabda Nabi Muhammad SAW., menjadi tujuanutama dan mereka singgah di beberapa tempat seperti tersebutdi atas, menjadi wujud Islam di sana, termasuk di Peureulak.Untuk maksud tersebut pada pertengahan abad ke-8 M, SyarifMekah di zaman khalifah Harun al-Rasyid, bertitah dan menyiapkansebuah kapal dari Jeddah yang dinakhodai oleh Syekh Ismailbeserta Fakir Muhammad (Bekas Raja di Malabar) untuk menyiarkanIslam di Samudera. Kapal dimaksud mula-mula singgah di Fansuri-Barus. Syeikh Ismail dan rombongan turun ke darat beberapasaat, menemukan beberapa orang untuk diislamkan di sana sertameminta sekaligus mengajar mereka untuk membaca al-Qur’an,kemudian baru meneruskan perjalanan-pelayarannya mencari Samudera,tetapi mereka singgah dahulu di bandar Peureulak.12

Page 6: KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL …

223

VOL. 2 NO. 2 JULI-DESEMBER 2018

Dengan demikian jelaslah bahwa memang ada kemungkinanpengislaman pertama berlangsung di Fansuri-Barus, dan wilayahini pernah menjadi wilayah teritorial kesultanan Aceh Darussalamdi kemudian hari. Hal ini sangat beralasan, seperti diungkapkanoleh T. Ibrahim Alfian,13 karena secara geografis wilayahnyayang strategis, yang terletak antara lautan Hindia dan Laut CinaSelatan yang menghubungkan negeri-negeri sebelah timur, sepertiCina dan Jepang; dan dengan negeri-negeri sebelah barat, yaituAnak Benua India, Parsi/Persia dan negara-negara Arab, Afrika,serta dengan benua Eropa. Barus merupakan kawasan yang palingujung barat Sumatera, para pendatang-pedagang dari timur danbarat tentu menjadikan pelabuhan Barus tempat singgah danperdagangan-rempah-rempah termasuk kapur Barus demikianterkenal. Kawasan ini menjadi tempat bagi para pedagang menunggugiliran datang angin musim timur-laut dan barat-daya yangakan membawa mereka dan barang-barang dagangannya ke tempattujuan masing-masing, termasuk ke Peureulak.

Peureulak: Kekuatan Pertama Politik Islam di NusantaraKontroversi awal masuk Islam dan sekaligus kerajaan/kesultanan

Islam pertama di Nusantara, telah memacu ahli untuk melakukanseminar berulang kali. Di Medan pada 17-20 Maret 1963, diBanda Aceh pada 10-16 Juli 1978, di Rantau Kuala SimpangAceh Timur ketika itu, pada tanggal 25-30 September 1980, danseminar khusus tentang Peureulak, dalam rangka milad ke-30Fakultas Adab IAIN Ar-Raniry pada 30 Oktober 2010. Hasildan keputusan seminar di Rantau Kuala Simpang Aceh Timur,menetapkan Peureulak sebagai kesultanan Islam pertama di Nusantara-Asia Tenggara, dan untuk kenangan bagi generasi mendatangtelah membangun Monumen Islam Asia Tenggara (MONISA),dan dengan dukungan semua pihak termasuk pemerintah AcehTimur ketika itu. Akan tetapi sesuai dengan bergulirnya waktu,

Page 7: KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL …

224

monumen itu pun seperti ditelan masa, padahal benar-benarmenjadi tonggak sejarah, sumber informasi, sumber inspirasidan destinasi pariwisata Aceh berdimensi sejarah-budaya yangmenarik.14

Walaupun ada kontroversi, menurut keterangan ahli, Peureulaksebagai satu kerajaan Islam ternama, tertua dan sudah pernahdipimpin oleh 20 atau paling tidak ada yang katakan 19 orangraja atau sultannya.15 Adapun ahli yang berpendapat demikiandi antaranya adalah Ali Hasjmy yang merujuk pada naskahklasik sebagai catatan dari Abu Ishak al-Makarani yang berjudulRisâlah Idhar al-Haq fî Mamlakati Ferla wa al-Fasi, lalu naskahTazkirat Tabaqat Jumu’ Sultan al-Salatin karya Syeikh SyamsulBahri Abdullah al-Asyi, dan Silsilah Raja-raja Perlak dan Pasai.Dari naskah-naskah ini disimpulkan bahwa Kerajaan atau KesultananPeureulak sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara yangdiproklamirkan pada 1 Muharram 225 H/ 840 M, dengan sultanpertamanya Sultan Alauddin Sayyid Maulana Abdil Aziz Syah.Kesultanan Peureulak berakhir pada tahun 1292 M.16 Hal inisesuai dengan disatukannya ke kerajaan Pasai di Samudera Gedong,Aceh Utara sekarang.

Menurut catatan sejarah, bahwa hubungan perdaganganantara Arab, Parsi, Cina, Eropa dan lain-lain dengan Nusantarasudah berjalan sejak sebelum kedatangan Islam. M. Arifin Aminmengutip Maharaja Onggang Parlindungan, pengarang bukuTuanku Rao yang menyebutkan sebelum lahir Nabi MuhammadSAW. bahkan sebelum lahir ‘Isa a.s, orang-orang Parsi (sebelumIslam) telah mengadakan hubungan perdagangan lewat jalanlaut dengan Tiongkok.17 Dalam pada itu sebahagian pedagangArab dan Parsi telah membina perkampungan di rantau Asia, diantaranya dengan Peureulak. Hal dimaksud seperti catatan seorangpeneliti Balitbang Kementrian Agama RI, sebagai berikut:

Page 8: KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL …

225

VOL. 2 NO. 2 JULI-DESEMBER 2018

Untuk tempat persinggahan kapal mereka mendirikanRendezvous(tempat bertemu di tepi pantai) di Bombay India dan diPerlak Aceh. Ketika itu Perlak adalah sebuah kerajaan yangmasyhur di kalangan saudagar-saudagar Arab-Parsi karenaletak pelabuhannya yang strategik. Yang menjadi Raja Perlakketika itu ialah Maharaja Syahir Nuwi yang berdarah Parsicampuran Siam.18

Pada masa pemerintahan Khalifah ‘Umar Ibn Khaththâb13-24 H/634-644 M, Parsi dapat ditaklukkan dan rakyatnya diislamkan.Sebab itu, orang-orang Arab dan Parsi yang berada di Peureulakketika itu ikut juga memeluk Islam.19 Bahkan ketika terjadiperistiwa peperangan antara ‘Ali Ibn Abi Thâlib dengan Mu‘awiyahibn Abi Shufyan yang terkenal dengan Perang Shiffin, banyakpengikut ‘Ali yang disebut sebagai ‘Alawiyin melarikan diridari Tanah Arab. Terdapat pengikut ‘Ali yang melarikan diri keNusantara sampai ke negeri Peureulak yaitu ‘Ali ibn Muhammadibn Ja‘far Shiddiq ibn Muhammad al-Baqir ibn Zainal ‘Abidinibn Husein ibn ‘Ali ibn Abi Thâlib.20

Kedatangan keturunan ‘Ali ini disambut baik oleh MaharajaSyahir Nuwi dan rakyat Peureulak, karena ia berasal dari duaketurunan bangsawan terhormat yaitu ‘Ali ibn Abi Thâlib danFâthimah binti Rasulullah. Oleh karenanya, Maharaja SyahirNuwi menikahkan ‘Ali ibn Muhammad dengan adik kandungnyaPuteri Makhdum Tansyuri.21

Dalam perkawinan bangsawan Quraisy dengan bangsawanPeureulak ini dianugerahkan seorang putera yang diberi nama‘Abdul ‘Aziz. Setelah itu, ‘Abdul ‘Aziz dikawinkan pula denganPuteri Meurah (bangsawan pribumi) Makhdum Khudawi atauPuteri Peureulak.22

Pada tahun 173 H/790 M atau pada abad I H/ 8 M, sepertisudah disebutkan di awal artikel ini, dicatat dalam sejarah bahwaKhalifah Harun al-Rasyid, Khalifah Daulah ‘Abbasiyah mengirimkan

Page 9: KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL …

226

satu armada dakwah berjumlah seratus orang yang terdiri daribangsa Arab, Parsi (Iran sekarang), dan India ke Bandar Peureulak.Rombongan tersebut disebutkan sebagai Nakhoda Khalifah.23

Kedatangan Nakhoda Khalifah ini disambut baik oleh MaharajaSyahir Nuwi. Menurut cerita rakyat sekitar, bahwa Bandar Khalifahuntuk ibu kota Kesultanan Peureulak diambil dari nama nakhodaKhalifah, yang telah ikut mempopulerkan bandar dan kesultananini sebagai pusat niaga/perdagangan internasional.24

Kehadiran rombongan dakwah tersebut tentu saja semakinmenguatkan Islam dalam kehidupan rakyat Peureulak. Ini merupakanusaha lanjutan dari proses islamisasi rakyat Peureulak yang memangtelah dilakukan sejak masa Khalifah ‘Umar Ibn Khaththâb.Sebagai hasil dari pengaruh Islam yang cepat dalam masyarakatPerlak, pada hari Selasa, 1 Muharram, tahun 225 H /840 M,Maharaja Perlak memproklamirkan secara resmi bahwa Peureulaksebagai kerajaan Islam yang pertama di Asia Tenggara.25 Yangmenjadi Raja pertama ditabalkan menantunya yaitu ‘Abdul ‘Azizdengan gelaran Sultan ‘Alaiddin Mualana ‘Abdul ‘Aziz Syah.26

Pada hari peresmiannya, Bandar Perlak ditukar namanya menjadiBandar Khalifah27 sebagai kenangan dan penghargaan kepadarombongan Nakhoda Khalifah yang telah berperan mengembangkanIslam di Peureulak. Bandar Khalifah begitu terkenal di kalanganpara pedagang Arab dan non-Arab sekalipun, karena telah menjadipelabuhan penting dan tempat persinggahan mereka dalam perjalananke Cina atau balik ke Asia Barat.28

Seiring ditetapkan sebagai kerajaan Islam yang pertama,akhirnya Peureulak mampu menjadi pusat perdagangan Islamdi Nusantara. Sesungguhnya, Peureulak telah mencapai kemajuansejak pertengahan abad ke 9 M, dimana Perlak merupakan kawasantermaju dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Sumatera.Hal ini dibuktikan oleh Marco Polo, dimana ia pernah menegaskanbahwa “Perlak selalu didatangi oleh saudagar-saudagar Muslim

Page 10: KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL …

227

VOL. 2 NO. 2 JULI-DESEMBER 2018

yang membawa penduduk Bandar ini memeluk undang-undangMuhammad yang terkenal kemudian dengan sunnah Rasulullahdan syariat Islam.”29

Pada masa Sultan ‘Abdul ‘Aziz Syah (840-864 M), sistempemerintahan kerajaan Perlak telah tersusun dengan rapi. Menurutsejarah ia bercirikan organisasi kerajaan ‘Abbasiyah. Para SultanPerlak sangat ambil berat dalam bidang pendidikan. Ini dibuktikandengan didirikan sebuah institusi pendidikan Islam ZawiyahBuket Cibrek30 yang diresmikan pada tahun 865 M.31 Menurutsejarah ia merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di AsiaTenggara. Kejayaan ini dicapai pada masa pemerintahan Sultan‘Alaiddin Maulana ‘Abdur Rahim Syah yang memerintah dari(864-888 M), Sultan kedua kerajaan Islam Perlak. Pada masapemerintahan Sultan Sayyid Maulana ̀ Abbas Syah yang memerintahdari tahun 888-913 M, Sultan ke III Perlak, dicatat satu lagi kegemilangandengan didirikan lembaga pendidikan kedua iaitu Zawiyah CotKala Perlak yang diresmikan pada tahun 899 M.32 Dalam bidangpendidikan, dengan lembaganya yang sudah eksis ketika itu,menjadi “kiblat pendidikan Islam Nusantara,” karena lembagainilah yang telah banyak menghasilkan alumni dan kemudianmereka berperan sebagai pendidik dan sekaligus mubaligh Nusantarayang berjasa dalam penyebaran dan Islamisasi Asia Tenggaraumumnya dan Nusantara khususnya.

Dari aspek pertanian, Perlak merupakan daerah penghasillada dan rotan. Dalam bidang industri, Perlak menjadi daerahpenghasil emas yang banyak terdapat di Alue Meuh atau sungaiEmas. Dalam bidang seni rakyat, Perlak menghasilkan ukiranseni yang indah seperti gading gajah dan kayu yang meraihsimpatik dari para pedagang asing. Seluruh aspek ini telah menjadifaktor pendorong bagi kemajuan Perlak.

Page 11: KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL …

228

Kemunduran Kesultanan PeureulakAda beberapa faktor mengapa Kesultanan Peureulak mengalami

kemunduran. Pertama, pertentangan aliran Syiah dan Sunni.33

Pada akhir pemerintahan Sultan ke III, Sultan ‘Alaiddin MaulanaSayyid ‘Abbas Syah, kerajaan atau kesultanan Peureulak mulaitimbul persengketaan. Peristiwa ini menyebabkan popularitasPeureulak sedikit menurun. Awalnya, ketika pulangnya salahseorang keluarga Meurah34 Peureulak dari Mekah yaitu Meurah‘Abdul Kadir Syah. Ia merupakan tokoh yang bermazhab Syâfi‘idan berpaham Sunni. Oleh karena itu, timbul persengketaanantara kedua paham, Sunni dan Syiah, yang sudah lama memerintahPeureulak.35 Peristiwa ini terus berlanjut sampai pada masa pemerintahanSultan Sayyid Maulana ‘Ali Mughayat Syah. Untuk mengatasimasalah ini, daerah Perlak mau tidak mau harus dibagi menjadidua daerah.36 Pertama, Perlak bahagian Baroh (Utara) yang beradadalam kekuasaan Sayyid Maulana dengan ibukotanya BandarKhalifah. Kedua, Perlak bahagian Tunong (Selatan) yang beradadi bawah kepemimpinan Makhdum Meurah ‘Abdul Kadir Syahdan pusat pemerintahannya berada di Bandar Tualang.

Pada ketika itu, kerajaan Islam Peureulak telah dibagi menjadiUtara dan Selatan atau yang disebut juga sebagai PeureulakDaratan dan Peureulak Pesisir yang diperintah oleh dua Dinasti,masing-masing Dinasti ‘Aziziyah37 dan Dinasti Makhdum yangdiasaskan oleh Meurah ‘Abdul Kadir Syah. Pada masa pemerintahanMakhdum ‘Abdul Malik Syah Johan Berdaulat dari 966-973 M,Sultan Perlak ke VII, sekali lagi terjadi huru-hara. Tetapi ia mampumenyelesaikan huru hara ini dengan suatu perjanjian damai yangdisebut Perjanjian Alue Meuh, pada 10 Muharram 353 H/963 M.Ada empat isi dari perjanjian ini.38 Pertama, kedua belah pihaktidak boleh angkat senjata. Kedua, Dinasti ‘Aziziyah memerintahPerlak Baroh. Ketiga, Dinasti Makhdum memerintah PerlakTunong. Keempat, hubungan luar negeri harus di bawah satu

Page 12: KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL …

229

VOL. 2 NO. 2 JULI-DESEMBER 2018

pimpinan, dalam hal ini diserahkan kepada Sultan ‘Abdul MalikSyah. Akibat perjanjian ini, Peureulak dapat diselamatkan dariperpecahan dan kehancuran.

Faktor kedua penyebab kemunduran kerajaan ini adalahadanya serangan Kerajaan Sriwijaya. Penyerangan Sriwijaya kePeureulak karena Sultan Peureulak menolak permintaan Sriwijayaagar kerajaan Peureulak tunduk di bawah kekuasaannya danmembayar upeti. Tim Sejarah Aceh Timur mengutip isi suratpenolakan tersebut dari kitab Idhar al-Haq fi Mamlakatil Peureulakkarangan Abu Ishak al-Makarany al-Pasy. Butiran surat tersebutseperti berikut:

Paduka Tuan Sriwijaya, Telah maklum adanya surat PadukaTuan, sayang kami tidak dapat kabulkan permintaan PadukaTuan. Tidak sah hukumnya kami orang Islam harus tundukkepada agama Budha, bila perang diperlukan kami menanti.

Sulthan Alaidin Sayid Maulana Mahmud Syah (Kerajaan NegeriPeureulak, 10 Muharram 375 H. = 985 M.)39

Kemakmuran negeri Peureulak membuat Maharaja kerajaanSriwijaya di Palembang Sumatera Selatan menyerangnya padatahun 375 H/ 988 M,40 ditambah lagi karena iri hati Sriwijayaatas perkembangan Islam di Peureulak dengan begitu cepat.Pada hari Ahad bulan Zulhijjah 377 H., Sultan ‘Alaiddin SayyidMaulana Mahmud Syah di Peureulak Baroh meninggal duniaakibat serangan tersebut. Dengan itu kerajaan Peureulak dikuasaisepenuhnya oleh Sultan Makhdum Malik Ibrahim Syah JohanBerdaulat di Peureulak Tunong dan terus menentang Sriwijaya.41

Ketidakstabilan politik internal, terutama kerajaan yangterpaksa dibagi menjadi Peureulak Tunong dan Peureulak Barohmenjadi salah satu satu faktor penyebab kerajaan Islam Peureulakmenjadi demikian lemah. Peperangan dengan Sriwijaya yangberjalan selama tiga tahun menjadi faktor kedua kerajaan Perlak

Page 13: KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL …

230

mundur. Perang ini berakhir dengan Sriwijaya terpaksa meninggalkanPeureulak dan pulang ke Palembang untuk menghadapi ancamanserangan Dharma Wangsa Raja Mataram dan serangan IndraCola dari India. Dengan berakhirnya pendudukan Sriwijayake atas Peureulak, kerajaan dapat disatukan kembali.

Raja terakhir yang memerintah Peureulak ialah Sultan MakhdumMalik ‘Abdul ‘Aziz Syah 662-692 H/1263-1292 M. Walaupunmasih bertahan tetapi kondisinya semakin lemah. Selanjutnyakerajaan Perlak disatukan menjadi federasi di bawah kerajaanSamudera Pasai di Geudong Aceh Utara pada abad ke 7 H/13M.42 Dengan demikian keberadaan dan kebesaran Peureulaksebagai pusat pemerintahan utama sudah bergeser ke SamuderaPasai di Geudong Aceh Utara.

Penetapan Titik Nol Peradaban Islam NusantaraPada tanggal 24 Maret 2017, Presiden RI, Joko Widodo

mengadakan kunjungan kerja ke Kecamatan Barus, KabupatenTapanuli Tengah. Atas permintaan masyarakat di sana, Presidenmenetapkan dan meresmikan Tugu Titik Nol Islam Nusantara.Menurut Hendri Susanto Tobing (Sekretaris Daerah KabupatenTapanuli Tengah), pemerintah daerah menyiapkan kehadiranPresiden Jokowi untuk meresmikan titik nol peradaban penyebaranagama (bukan hanya Islam) di seluruh Indonesia yang dimulaidari Barus. Dijelaskan dan ditetapkan oleh Presiden Jokowi,bahwa sejarah penyebaran agama-agama di Indonesia, terutamaIslam, Nasrani, Hindu dan Budha dimulai dari Barus. “Khususuntuk Muslim, sebagai buktinya adalah situs Mahligai dan SitusPapan Tinggi yang menyebarkan Islam kira-kira abad kelimamasehi. Diikuti perkembangan selanjutnya yang masuk melaluiTimur Tengah melalui Tapanuli Tengah ke seluruh Nusantara.”43

Page 14: KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL …

231

VOL. 2 NO. 2 JULI-DESEMBER 2018

Keterangan dan sekaligus argumentasi penetapan titik nolIslam di Barus, seperti kutipan di atas, ada yang janggal danmalah sesuatu yang mustahil. Misalnya disebutkan penyebaranIslam di sana “kira-kira abad kelima masehi”? Hal ini jelastidak mungkin atau mustahil, karena Islam mulai didakwahkanoleh Nabi Muhammad SAW di Mekah, sesuai dengan awalditerimanya wahyu pada tahun 611 M atau baru abad ketujuhMasehi. Nabi Muhammad lahir pun tahun 571 M atau abadkeenam. Oleh karenanya masuk dan penyebaran Islam di Baruspada abad lima masehi sesuatu yang mengada-ada dan tidak adadata dan fakta sejarah yang mendukungnya.

Menurut satu keterangan, proses masuknya Islam ke Baruskhususnya, Sumatera dan Nusantara pada umumnya terkaiterat dan diawali dari perjalanan para pedagang Arab yang singgahdi Barus. Peristiwa itu sudah dimulai sejak zaman Nabi MuahammadSAW., yaitu orang-pedagang Arab yang pergi berdagang ke Cina-Tiongkok dan mereka kebanyakan singgah di Bandar Barusterlebih dahulu. Misalnya kisah seorang pedagang Arab yangbernama Wahab bin Abu Kasbah dan rombongannya, inginberdagang ke Cina dan singgah di pulau Morsala, yang letaknyaantara pantai Barus dan Sibolga. Di pulau tersebut Wahab sambilistirahat memperbaiki kapalnya, mengadakan salat berjamaahdan membeli 10 budak yang berasal dari Nias, kemudian dibawake Cina guna dididik untuk menjadi ulama, dan di pulau Morsalasendiri ditetapkan seorang kadi yang bernama Saka. Dialahyang berperan mengislamkan penduduk setempat di kemudianhari. Sementara 10 budak yang sudah diislamkan dan dididikhingga menjadi ulama, menjadi penyebar Islam ke berbagaiwilayah di kemudian hari. Berkaitan dengan penyebaran Islamdi Nusantara, Barus menjadi salah satu salurannya. Ada satuketerangan menarik berkenaan dengan kedatangan Islam di Barus,sesuai dengan penjelasan buku The Religious Life of Chinese

Page 15: KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL …

232

Muslims, bahwa keberadaan Islam di Barus terkait dengan misiDinasti Tang di bawah kepemimpinan Kaisar Kao Tsung, yangmengirim misi persahabatan ke Madinah yang ketika itu memerintahKhalifah ‘Utsmân bin ‘Affân, dan dalam waktu bersamaan mengirimpula misi yang sama ke Cina. Ketika itulah misi dari Madinahdalam perjalanan ke Cina melalui laut, singgah terlebih dahuludi Barus untuk penambahan kebutuhan makanan dan menungguperalihan angin-musim. Dengan demikian selama berada diBarus utusan Madinah ini diprediksi berdakwah menyebarkanIslam kepada penduduk setempat, sehingga mulailah Islam dikenaldi Barus. Malah sumber ini juga menginformasikan bahwamisi dari pemerintah Madinah, dari Barus melanjutkan perjalanannyake Tulang Bawang, Lampung, pusat pemerintahan Sriwijaya diPalembang, ke Brunei dan baru selanjutnya ke Kanton, Cina.

Keterangan yang menyatakan orang Arab-Madinah menjadikanBarus tempat transit, jika dihubungkan dengan makam-makamyang ada di situs Mahligai dan situs makam Papan Atas atauTangga Seribu, membuktikan kebenarannya, karena yang dimakamkandi kedua situs makam tersebut umumnya dari Arab, sepertimakam Syekh Mahmud yang berada di puncak bukit TanggaSeribu/Papan Atas dengan panjangnya mencapai delapan meter,pada nisannya menginformasikan bahwa almarhum berasal dariTanah Arab.

Keterangan lain, yaitu dari Kitab Sejarah Melayu, yangmenyebutkan bahwa Syekh Ismail yang berasal dari Mekah,khilafahnya di Madinah mau menuju Samudera Pasai, tetapitidak tahu persis kawasan tujuannya. Ia memilih singgah lebihdahulu di Bandar Barus, dan memperkenalkan Islam kepadamasyarakat setempat. Kemudian dari sana baru ia melanjutkanke Pasai untuk menyebarkan Islam pula di sana. Dari ungkapanterakhir memberi sinyal bahwa Barus merupakan wilayah yangmula-mula menerima dan didatangi Islam. Kemudian baru ke

Page 16: KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL …

233

VOL. 2 NO. 2 JULI-DESEMBER 2018

wilayah lain, yaitu ke Peureulak dan Pasai. Hanya saja, walaupunBarus yang mula-mula menerima Islam, tetapi umat Islam disana tidak menghasilkan atau tidak membentuk kekuasaan ataukerajaan Islam sebagai kekuatan politiknya, tetapi masyarakatIslam di Peureulak lah yang sukses mencapai kekuatan politikIslam pertama di Nusantara.

PenutupBerdasarkan studi di atas dapat disimpulkan bahwa Peureulak

merupakan kerajaan Islam ternama dan tertua di Nusantarabahkan di Asia Tenggara. Kerajaan ini pernah dipimpin oleh20 orang raja. Kesimpulan ini didukung oleh sejumlah pakar,misalnya Ali Hasjmy, di mana ia merujuk pada naskah klasikseperti Risâlah Idhar al-Haq fi Mamlakati Ferla wa al-Fasi, naskahTazkirat Tabaqat Jumu’ Sultanul Salatin, dan Silsilah Raja-rajaPerlak dan Pasai. Dari naskah-naskah tersebut disimpulkan bahwakerajaan atau kesultanan Peureulak adalah kerajaan Islam pertamadi Nusantara yang diproklamirkan pada 1 Muharram 225 H/840 M, dengan Sultan pertamanya Sultan Alauddin Sayyid MaulanaAbdil Aziz Syah. Kesultanan Peureulak berakhir pada tahun1292 M. Kemudian, kerajaan ini disatukan dengan KerajaanPasai di Samudera Gedong Aceh Utara sekarang setelah beberapawaktu mengalami perpecahan dan pasca penyerangan KerajaanSriwijaya dari Palembang. Kemudian, tentu saja penetapan Barussebagai awal titik nol Islam Nusantara perlu dikaji kembalisecara lebih mendalam, teliti dan cermat, sehingga bisa ditemukankepastian historisnya, apalagi memang agama Islam tidak menjadikekuatan politik di Barus, dan bahwa kawasan ini awalnya merupakanbekas kawasan kekuasaan Kerajaan Aceh di masa itu.

Page 17: KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL …

234

Pustaka AcuanAlfian, Teuku Ibrahim. Wajah Aceh dalam Lintasan Sejarah. Banda

Aceh: Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh, 1999.Ambary, Hasan Muhammad. “Mencari Jejak Kerajaan Islam

Tertua di Indonesia (Perlak).” Kertas Seminar Sejarah Masukdan Berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara, AcehTimur, 25-30 September 1980.

Amin, M. Arifin et al. “Sejarah Masuk dan BerkembangnyaIslam di Aceh” (Kertas Seminar Sejarah Masuknya Islamdi Aceh Timur 1972.

Arnold, Thomas W. The Preaching of Islam: A History of thePropagation of Muslim Faith. USA: Kessinger Publishing,2006.

Bustamam-Ahmad, Kamaruzzaman. “From Power to CulturalLandscapes: Rewriting History of Shi‘ah in Aceh,” dalamJournal of Indonesian Islam, Vol. 11, No. 2, 2017.

Djamil, M. Yunus. Gerak Kebangkitan Aceh: Kumpulan KaryaSejarah Muhammad Junus Jamil. Bandung: Jaya Mukti,2005.

Djamil, M. Yunus. Tawarich Raja-raja Keradjaan Atjeh. BandaAceh: Kodam I Iskandar Muda, 1968.

Fakhriati. “Peradaban Islam di Peureulak dalam Perspektif KajianFilologis.” Makalah, Fakultas Adab IAIN Ar-Raniry, 30Oktober 2010.

Hasjmy, A. Syi‘ah dan Ahlusunnah Saling Rebut Pengaruh diKepulauan Nusantara. Surabaya: t.p., 1993.

Hasjmy, A. “Sejarah Pemerintahan Selama Berdiri Kerajaan-Kerajaan Islam di Aceh.” Kertas Seminar Masuk dan BerkembangnyaIslam di Aceh, Banda Aceh, Juli 1978.

Hasjmy, A. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia.Bandung: Al-Ma‘arif, 1993.

Page 18: KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL …

235

VOL. 2 NO. 2 JULI-DESEMBER 2018

Hasjmy, Ali, et al., “Sejarah Kerajaan Islam Perlak.” Kertas SeminarSejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh danNusantara di Aceh Timur 25-30 September 1980.

Hasjmy, Ali. “Sejarah Pemerintahan Selama Berdiri Kerajaan-Kerajaan Islam di Aceh.” Kertas Seminar Masuk dan BerkembangnyaIslam di Aceh, Banda Aceh, Juli 1978.

Hasjmy, Ali. Kebudayaan Aceh dalam Sejarah. Jakarta: Beuna,1983.

Ishak, Abdullah. Islam di Nusantara (Khususnya di Tanah Melayu).Kuala Lumpur: Badan Dakwah dan Kebajikan Malaysia,1990.

Jakobi, Tgk. A.K. Aceh dalam Perang Mempertahankan ProklamasiKemerdekaan 1945-1949 dan Peranan Teuku Hamid Azwarsebagai Pejuang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama kerjasamadengan Yayasan Seulawah RI-001, 1998.

Lambourn, Elizabeth . “The Formation of the Batu Aceh Traditionin Fifteenth-century Samudera-Pasai,” dalam Indonesia andThe Malay World, Vol. 32, 2004.

Lanang, Tun Seri. Sulalat al-Salatin, terj. Muhammad Haji Salleh.Kuala Lumpur: Yayasan Karyawan & DBP, 1997.

Majalah Santunan, Tahun IV, No. 49, Banda Aceh, November1980.

Team Sejarah Aceh Timur. “Masuknya Islam di Peureulak A.Timur dan Perkembangannya.” Kertas Seminar SejarahMasuk dan Berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantaradi Aceh Timur 25-30 September 1980.

Zainuddin, M. Tarikh Aceh dan Nusantara. Medan: PustakaIskandar Muda, 1961.

Page 19: KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL …

236

Catatan Akhir:1Thomas W. Arnold, The Preaching of Islam: A History of the Propagation

of Muslim Faith (USA: Kessinger Publishing, 2006).2Mereka adalah yang pertama Sultan ‘Alauddin Sayyid Maulana ‘Abdul ‘Aziz

Syah (225–249 H/840-865 M); dan terakhir Sultan Makhdum ‘Alauddin Malik ‘AbdulAziz Syah Johan Berdaulat (662-692 H/1263-1291 M).

3Ali Hasjmy, “Sejarah Pemerintahan Selama Berdiri Kerajaan-Kerajaan Islamdi Aceh,” (Kertas Seminar Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh, Banda Aceh,Juli 1978), h. 5.

4Ibid., h. 18.5Team Sejarah Aceh Timur, “Masuknya Islam di Peureulak A. Timur dan

Perkembangannya,” (Kertas Seminar Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam diAceh dan Nusantara di Aceh Timur 25-30 September 1980), h. 5.

6Majalah Santunan, Tahun IV, No. 49, Banda Aceh, November 1980, h. 12.7Ali Hasjmy et al., Sejarah Kerajaan Islam Perlak, (1980), h. 4. Lihat juga, Abdullah

Ishak, Islam di Nusantara (Khususnya di Tanah Melayu) (Kuala Lumpur: BadanDakwah dan Kebajikan Malaysia, 1990), h. 89.

8Hasan Muhammad Ambary, “Mencari Jejak Kerajaan Islam Tertua di Indonesia(Perlak)” (Kertas Seminar Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh danNusantara, Aceh Timur, 25-30 September 1980), h. 6; Ali Hasjmy et al., “SejarahKerajaan Islam Perlak” (Kertas Seminar Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam diAceh dan Nusantara di Aceh Timur 25-30 September 1980), h. 8.

9Penjelasan buku The Religious Life of Chinese Muslims. Keterangan lain,yaitu dari Kitab Sejarah Melayu, yang menyebutkan bahwa Syekh Ismail yang berasaldari Mekah, khilafahnya di Madinah mau menuju Samudera Pasai, tetapi tidak tahupersis kawasan tujuannya. Ia memilih singgah lebih dahulu di Bandar Barus, danmemperkenalkan Islam kepada masyarakat setempat. Kemudian dari sana baru iamelanjutkan ke Pasai untuk menyebarkan Islam pula di sana. Dari ungkapan terakhirmemberi sinyal bahwa Barus merupakan wilayah yang mula-mula menerima dandidatangi Islam. Kemudian baru ke wilayah lain, yaitu ke Peureulak dan Pasai.

10Tun Seri Lanang, Sulalat al-Salatin, terj. Muhammad Haji Salleh (Kuala Lumpur:Yayasan Karyawan & DBP, 1997), h. 44-45.

11“Barus, Titik Nol Islam Nusantara,” dalam Kompas, 18 Oktober 2018.12Abdullah Munchi menjelaskannya dalam Sejarah Melayu, seperti dikutip

oleh M. Zainuddin, Tarikh Aceh dan Nusantara (Medan: Pustaka Iskandar Muda,1961), h. 120.

13Teuku Ibrahim Alfian, Wajah Aceh dalam Lintasan Sejarah (Banda Aceh:Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh, 1999), h. 1.

14Majalah Santunan, Tahun IV, No. 49, Banda Aceh, November 1980, h. 12.15Lihat Ali Hasjmy, Kebudayaan Aceh dalam Sejarah (Jakarta: Beuna, 1983), h.

45-47.

Page 20: KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL …

237

VOL. 2 NO. 2 JULI-DESEMBER 2018

16Fakhriati, “Peradaban Islam di Peureulak dalam Perspektif Kajian Filologis”(Makalah, Fakultas Adab IAIN Ar-Raniry, 30 Oktober 2010), h.3.

17 M. Arifin Amin et al., “Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh”(Kertas Seminar Sejarah Masuknya Islam di Aceh Timur 1972), h. 12.

18Ali Hasjmy, “Sejarah Pemerintahan Selama Berdiri Kerajaan-Kerajaan Islamdi Aceh” (Kertas Seminar Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh, Banda Aceh,Juli 1978), h. 5.

19Ibid., h. 5.20Ibid., h. 18.21Team Sejarah Aceh Timur, “Masuknya Islam di Peureulak A. Timur dan

Perkembangannya,” h. 5.22Ibid., h. 6.23Abdullah Ishak, Islam di Nusantara (Khususnya di Tanah Melayu) (Kuala

Lumpur: Badan Dakwah dan Kebajikan Malaysia, 1990), h. 89.24Fakhriati, “Peradaban Islam di Peureulak,” h.2.25Tgk. A.K. Jakobi, Aceh dalam Perang Mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan

1945-1949 dan Peranan Teuku Hamid Azwar sebagai Pejuang (Jakarta: GramediaPustaka Utama kerjasama dengan Yayasan Seulawah RI-001, 1998), h. 17-18.

26M. Yunus Djamil, Tawarich Raja-raja Keradjaan Atjeh (Banda Aceh: KodamI Iskandar Muda, 1968), h. 5; M. Yunus Djamil, Gerak Kebangkitan Aceh: KumpulanKarya Sejarah Muhammad Junus Jamil (Bandung: Jaya Mukti, 2005), h. 12.

27Bandar Khalifah terletak di Aceh Timur sekitar 5 Km dari Kota Peureulaksekarang ke arah hulu atau pedalamannya.

28A. Hasjmy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia (Bandung:Al-Ma‘arif, 1993), h. 201.

29A. Hasjmy, Sejarah masuk, h. 200.30Buket di sini bermaksud Bukit. Buket Cibrek adalah nama sebuah kampung

di Perlak, Aceh Timur.31Amin, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh, h. 22.32Ibid., h. 23.33Tentang Syiah di Aceh, lihat Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, “From Power

To Cultural Landscapes: Rewriting History of Shi‘ah in Aceh,” dalam Journal ofIndonesian Islam, Vol. 11, No. 2, 2017.

34Meurah berasal dari kata Mohrat bermaksud Maharaja atau Raja-raja. LihatAmbary, “Mencari Jejak Kerajaan Islam Tertua di Indonesia (Perlak)”, h. 7.

35A. Hasjmy, Syi‘ah dan Ahlusunnah Saling Rebut Pengaruh di KepulauanNusantara (Surabaya: t.p., 1993), h. 46.

36Ibid., h. 46.37Dinasti Aziziyah adalah era Pemerintahan Sayyid Maulana sebagai pengasas

kerajaan Perlak yang memerintah selama 148 tahun bermula 840-988 M. DinastiMakhdum bermula sejak pemerintahan Makhdum Meurah ‘Abdul Kadir Syah atau

Page 21: KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL …

238

era Pemerintahan Raja-raja pribumi yang memerintah sampai berakhirnya kerajaanPerlak. Lihat, Ambary, “Mencari Jejak Kerajaan Islam Tertua di Indonesia (Perlak)”,h. 6.

38A. Hasjmy, Syi‘ah dan Ahlusunnah, h. 25-26.39Dikutip dari kitab Idhar al-Haq fi Mamlakatil Peureulak karangan Abu Ishak

Makarani al-Pasy yang disalin ulang oleh T. Muhammad, 1950, tidak diterbitkan.Lihat, Team Sejarah Aceh Timur, “Masuknya Islam di Peureulak A. Timur dan Perkembangannya,”h. 8

40Ibid., h. 27.41A. Hasjmy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, h. 200.42Elizabeth Lambourn, “The Formation of the Batu Aceh Tradition in Fifteenth-

century Samudera-Pasai,” dalam Indonesia and The Malay World, Vol. 32, 2004.43“Inilah Foto dan Sejarah Tugu Titik Nol Islam Nusantara di Barus-Tapteng,”

dalam https://sumutpos.co/2017/03/24/inilah-foto-dan-sejarah-tugu-titik-nol-islam-nusantara-di-barus-tapteng/2.