27
STATUS PASIEN 1. IDENTITAS Pasien Suami Nama : Ny. E Tn. R Umur : 18 th 42 th Pendidikan : SMP SMA Pekerjaan : IRT Wiraswasta Alamat : Paminggir Paminggir No.CM : 76-92-xx Masuk RS : 11 Mei 2015 Ruangan : Zade 2. ANAMNESIS A. Keluhan utama : Sakit perut hebat bagian bawah perut. B. Anamnesa khusus : G 1 P 0 A 0 Ibu datang dengan mengeluhkan sakit perut hebat pada perut bagian bawah seperti di lilit, dirasakan sejak 2 hari SMRS. Ibu mengaku sedang haid, siklus haid tidak teratur, dan mengeluh nyeri pada panggul. Demam disangkal ibu. Pada pemeriksaan USG didapatkan kesan menyokong gambaran kehamilan ektopik terganggu. C. Riwayat Obstetri Kehamila n ke Tempat Penolo ng Cara Kehamil an Cara Persali nan BB Lahi r Jenis Kelami n Usia Keadaan : Hidup/Ma 1

KET Kasus Ni No Abstrak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

med

Citation preview

STATUS PASIEN1. IDENTITASPasienSuamiNama: Ny. ETn. RUmur: 18 th42 thPendidikan: SMPSMAPekerjaan: IRTWiraswastaAlamat: PaminggirPaminggirNo.CM: 76-92-xxMasuk RS: 11 Mei 2015Ruangan: Zade

2. ANAMNESISA. Keluhan utama :Sakit perut hebat bagian bawah perut.

B. Anamnesa khusus :G1P0A0 Ibu datang dengan mengeluhkan sakit perut hebat pada perut bagian bawah seperti di lilit, dirasakan sejak 2 hari SMRS. Ibu mengaku sedang haid, siklus haid tidak teratur, dan mengeluh nyeri pada panggul. Demam disangkal ibu. Pada pemeriksaan USG didapatkan kesan menyokong gambaran kehamilan ektopik terganggu.

C. Riwayat ObstetriKehamilan keTempatPenolongCara KehamilanCara PersalinanBB LahirJenis KelaminUsiaKeadaan : Hidup/Mati

I------------ Kehamilan Saat Ini -------------

D. Riwayat Perkawinan :Status : Menikah pertama kaliUsia saat menikah : Perempuan: Menikah Usia 17 tahun, Pendidikan Terakhir SMP, Pekerjaan IRTLaki-laki: Menikah Usia 41 tahun, Pendidikan Terakhir SMA, Pekerjaan WiraswastaE. HaidSiklus haid: Tidak TeraturLama haid: 5-7 hariBanyaknya darah: BiasaNyeri haid: DirasakanMenarche usia: 13 tahunHPHT: LupaF. Riwayat kontrasepsiTidak pernah menggunakan alat kontrasepsi.G. Prenatal CareBelum pernah kontrol.H. Keluhan selama kehamilan Tidak ada keluhan selama kehamilan I. Riwayat Penyakit DahuluTidak ada riwayat penyakit dahulu.

3. PEMERIKSAAN FISIKA. Status PraesensKeadaan umum: BaikKesadaran: Compos mentisTensi : 120/80 mmHgNadi : 80 x/menitRespirasi : 20 x/menitSuhu: 35,5 C Kepala: Konjungtiva Anemis : -/- Sklera ikterik : -/- Leher: Tiroid : tidak ada kelainan KGB : tidak ada kelainan Cor : Bunyi jantung I-II murni reguler Gallop (-), Murmur (-)Pulmo : VBS kiri = kanan, Rhonki -/-, Wheezing -/-Abdomen: Datar, lembut, NT +, DM-, PS/PP-/-Hepar dan Lien: Dalam batas normal Ekremitas : Akral dingin, Edema tungkai , Varises -/-

4. STATUS GINEKOLOGIKA. Pemeriksaan luarInspeksi: Datar, lembut, simetrisPalpasi: Fundus Uteri: Tak TerabaPerkusi/Auskultasi: BU +B. Inspekulo : Fluxur +, darah +C. Pemeriksaan Dalam Vulva: TAKVagina: TAKPortio: Tebal lunakOstium Uteri Eksternum : TertutupCorpus uteri : TAKParametrium Kiri : TAKParametrium Kanan : TAKCavum Douglas : tidak menonjol, teraba massa, ada nyeri tekan

5. PEMERIKSAAN PENUNJANGTanggal : 30 April 2015Pukul : 10:58 WIBRuang : Lab. Klinik GARUT Jl. A. Yani No. 40URINE RUTINpH6,5

BJ1010

Protein urine(-) Negatif

Reduksi(-) Negatif

UrobilinNormal

Bilirubin urin(-) Negatif

Sedimen Eritrosit3 - 5

Sedimen Leukosit7 - 10

Epitel Sel15 - 20

Tanggal : 11 Mei 2015Pukul : 15:08 WIBRuang : IGD PONEKDarah RutinHasilNilai Normal

Hemoglobin8.9 gr/dL12.0 ~ 15.0

Hematokrit27%35 ~ 47

Leukosit11400/mm33800 ~ 10600

Trombosit191.000/mm3150000 ~ 440000

Eritrosit3.10 juta/mm33.6 ~ 5.8

Tanggal : 11 Mei 2015Pukul : 17:36 WIBRuang : RUANG BERSALINTes KehamilanPOS (+)

Tanggal : 11 Mei 2015Pukul : 19:40 WIBRuang : RUANG BERSALINDarah RutinHasilNilai Normal

Hemoglobin8.6 gr/dL12.0 ~ 15.0

Hematokrit27%35 ~ 47

Leukosit10790/mm33800 ~ 10600

Trombosit428.000/mm3150000 ~ 440000

Eritrosit2.96 juta/mm33.6 ~ 5.8

Tanggal : 12 Mei 2015Pukul : 08:39 WIBRuang : RUANG BERSALINDarah RutinHasilNilai Normal

Hemoglobin8.3 gr/dL12.0 ~ 15.0

Hematokrit26%35 ~ 47

Leukosit7820/mm33800 ~ 10600

Trombosit390.000/mm3150000 ~ 440000

Eritrosit 2.89 juta/mm33.6 ~ 5.8

Tanggal : 12 Mei 2015Pukul : 08:56 WIBTempat : Lab. Klinik Jl. Cimanuk 11 A Paminggir GARUTPP Test+/Positif

Tanggal : 12 Mei 2015Pukul : 15:16 WIBRuang : RUANG BERSALINDarah Rutin HasilNilai Normal

Hemoglobin7.8 gr/dL12.0 ~ 15.0

Hematokrit24%35 ~ 47

Leukosit8340/mm33800 ~ 10600

Trombosit394.000/mm3150000 ~ 440000

Eritrosit 2.75 juta/mm33.6 ~ 5.8

ULTRASONOGRAFI (USG)

5. DIAGNOSIS AWALKehamilan Ektopik Terganggu

6. RENCANA PENGELOLAAN R/ Kuretase dan PA Cek lab Infus RL 500cc 20gtt Cefotaxime 2x1 Ampl. Observasi KU, TTV, Perdarahan

LAPORAN OPERASI

Nama : Ny. EUmur : 18 TahunNo. CM : 7692xxxRuang :Jam Operasi Mulai :16.40Jam Operasi Selesai :17.35Lama Operasi :

Akut / Terencana : AkutTanggal : 12 Mei 2015

Operator :Asisten I : Perawat Instrumen:

dr. RachmatAsisten II : Sirkulasi:

Ahli Anestesi :Asisten Anestesi :

Jenis Anestesi : NU

dr. Daddi Sp.Andr. MellyObat Anestesi :

Diagnosa Pra-Bedah :Kehamilan Ektopik TergangguIndikasi Operasi :Akut Abdomen ec KET

Diagnosa Pasca bedah : Ruptur tuba pars Ampularis SinistraJenis Operasi : Salpingektomi Sinistra

Kategori Operasi : Besar

Disinfeksi dengan : Povidone IodineJaringan yang di eksisi : Tidak dikirim PA

Laporan Operasi Lengkap :

Dilakukan tindakan a dan antiseptic Dilakukan insisi mediana inferior sepanjang 10 cm. Setelah peritoneum dibuka, tampak ruptur tuba pars ampula sinistra yang aktif mengeluarkan darah 500cc Adnexa kanan dalam batas normal. Dilakukan Salpingektomi sinistra. Pangkal tuba dan sebagian mesosalping kiri di klem di gunting dan diikat. Perdarahan dirawat. Rongga abdomen dicuci dengan NaCl 0.9% Fascia dijahit dengan PGA No. 1 Kulit dijahit

FOLLOW UP

TanggalCatatanInstruksi

12/05/2015Jam 16.40Keluarga melalui suaminya (Tn. R) setuju untuk dilakukannya pembedahan ......dengan segala resiko.... (inform consent)

12/05/2015POD Op.O/ KU : CM T : 99/51 mmHg N : 98 x/mnt R : 24 x/mnt S : 36.5oCAbd : Datar LembutNT : - PS/PP : -/- DM : -L.O : Tertutup VerbandA/ Post Salpingektomi Sinistra a.i ruptur tuba pars. Ampula sinistra Cefotaxime 2 x 1g iv Kaltrofen 2 x 100mg iv Transfusi s/d Hb >8 Puasa Mobilisasi Obs.

13/05/2015POD IO/ KU : CM T : 100/60 mmHg N : 86 x/mnt R : 22 x/mnt S : 36,5oCMata: Ca: -/- Si: -/-Abd : Datar LembutNT : - PS/PP : -/- DM : -L.O : Tertutup VerbandPerdarahan : +BAB/BAK : -/-A/ Post Salpingektomi Sinistra a.i ruptur tuba pars. Ampula sinistra Cefotaxime 2 x 1g iv Kaltrofen 2 x 100mg iv Mobilisasi Test feeding

Permasalahan1. Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ini?2. Apakah pengelolaan kasus ini sudah tepat?3. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?

1. BAGAIMANA PENEGAKKAN DIAGNOSIS PADA KASUS INI?KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGUA. DEFINISIKehamilan ektopik didefinisikan sebagai setiap kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri, yaitu bila sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi/ nidasi/ melekatnya buah kehamilan di luar tempat yang normal, yakni di luar rongga rahim.Hampir 95% kehamilan ektopik terjadi di berbagai segmen tuba Falopii, dengan 5% sisanya terdapat di ovarium, rongga peritoneum atau di dalam serviks. Apabila terjadi ruptur di lokasi implantasi kehamilan, maka akan terjadi keadaan perdarahan masif dan nyeri abdomen akut yang disebut kehamilan ektopik terganggu. Pada konsepsi yang normal, ovum dibuahi oleh sperma pada tuba falopii kemudian ovum yang sudah dibuahi tersebut akan bergerak sepanjang tuba menuju uterus sekitar 3-4 hari kemudian. Implantasi dapat juga terjadi pada cervix, ovarium, dan abdomen. Fetus memproduksi suatu enzim yang memungkinkannya untuk berimplantasi pada berbagai macam jaringan, dan apabila fetus berimplantasi di tempat lain selain uterus maka dapat mengakibatkan kerusakan jaringan karena usaha dari fetus itu sendiri untuk mendapatkan suplai darah yang cukup.

B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKOEtiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur dibagian ampulla tuba, dan dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah.Beberapa pembagian yang berbeda mengenai faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini adalah sebagai berikut:1. Faktor dalam lumen tubaa. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu.b. Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berlekuk-lekuk dan hal ini sering disertai gangguan fungsi silia endosalping.c. Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit.2. Faktor pada dinding tuba : Endometriosis tuba dapat mempermudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba3. Factor di luar dinding tubaa. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan telur.b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.4. Faktor laina. migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus; pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur.b. Fertilisasi in vitro.c. Merokok (diduga mempengaruhi motilitas tuba), bertambahnya usia, dan memiliki lebih dari satu pasangan seksual juga telah memiliki kaitan yang lemah lemah terhadap peningkatan risiko kehamilan ektopik.

C. KLASIFIKASI KEHAMILAN EKTOPIKGambar 1. Klasifikasi KETMenurut lokasinya,1. Kehamilan abdominal a. Kehamilan abdominal primer (sangat jarang ditemukan)Terjadi apabila ovum dan spermatozooa bertemu dan bersatu di dalam satu tempat pada peritoneum dalam rongga perut dan juga kemudian berimplantasi di tempat tersebut, karena syarat-syarat untuk implantasi kurang baik maka kehamilan berhenti dengan kematian mudigah disertai dengan perdarahan.b. Kehamilan abdominal sekunder Mudigah yang menjadi janin dapat meninggalkan tuba melalui ostium abdominalis atau melalui sobekan dinding tuba dan kemudian kantung janin melekat dalam rongga peritoneum, begitu juga plasenta berinsersi diluar tuba pada dinding belakang uterus, pada ligamentum latum, atau pada dinding panggul. Walaupun terjadi gangguan tetapi tidak menyebabkan meninggalnya mudigah dan vaskularisasi masih cukup untuk memungkinkan mudigah tumbuh terus.2. Kehamilan ampula tuba3. Kehamilan ektopik terbanyak dijumpai pada kehamilan di tuba falopii (90% -97%) 4. Kehamilan isthmus tuba 5. Kehamilan interstitial tuba Jarang terjadi hanya sekitar 1-2 % dari semua kehamilan tuba, ruptur terjadi pada kehamilan lebih tua bisa mencapai akhir bulan keempat (16-20 minggu), karena jaringan endometrium pada daerah ini lebih mampu melebar. Ukuran yang meningkat dan implantasi endometrium parsial, kehamilan ektopik lanjut ini dapat salah didiagnosis sebagai kehamilan intrauterin karena perdarahan sangat banyak sehingga harus segera dioperasi jika tidak dapat menyebabkan kematian. 6. Kehamilan ovarial Terjadi apabila spermatozooa memasuki folikel de graaf yang baru saja pecah dan menyatukan diri dengan ovum yang masih tinggal dalam folikel. Nasib kehamilan ini ialah ovum yang dibuahi mati atau terjadilah ruptur. Diagnosis ditegakkan atas dasar 4 kriteria dari Spiegelberg,i. Tuba pada sisi kehamilan harus normalii. Kantung janin harus terletak dalam ovariumiii. Kantung janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovarii propriumiv. Jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantung janin7. Kehamilan intraligamen8. Kehamilan cornu 9. Kehamilan fimbriae 10. Kehamilan servik (sangat jarang terjadi)

D. EPIDEMIOLOGIKehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas, kehamilan ektopik baru memberikan gejala bila kehamilan tersebut terganggu. Sehingga insidens kehamilan ektopik yang sesungguhnya sulit ditetapkan. Kehamilan ektopik lebih sering di temukan pada wanita kulit hitam dari pada wanita kulit putih. Perbedaan ini diperkirakan karena peradangan pelvis lebih banyak ditemukan pada golongan wanita kulit hitam.Meskipun secara kuantitatif mortalitas akibat KET berhasil ditekan, persentase insidens dan prevalensi KET cenderung meningkat dalam dua dekade ini. Dengan berkembangnya alat diagnostik canggih, semakin banyak kehamilan ektopik yang terdiagnosis sehingga semakin tinggi pula insidens dan prevalensinya.Keberhasilan kontrasepsi pula meningkatkan persentase kehamilan ektopik, karena keberhasilan kontrasepsi hanya menurunkan angka terjadinya kehamilan uterin, bukan kehamilan ektopik, terutama IUD dan mungkin juga progestagen dosis rendah. Meningkatnya prevalensi infeksi tuba juga meningkatkan keterjadian kehamilan ektopik. Selain itu, perkembangan teknologi di bidang reproduksi, seperti fertilisasi in vitro, ikut berkontribusi terhadap peningkatan frekuensi kehamilan ektopik.Kehamilan ektopik banyak terdapat bersama dengan keadaan gizi buruk dan keadaan kesehatan yang rendah, maka insidennya lebih tinggi di Negara sedang berkembang dan pada masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi rendah daripada di Negara maju dan pada masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi tinggi.

E. PATOFISIOLOGIPada proses awal kehamilan, apabila embrio tidak bisa mencapai endometrium untuk proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran tuba dan kemudian akan mengalami beberapa proses seperti pada kehamilan pada umumnya. Karena tuba bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan embrio atau mudigah, maka pertumbuhan dapat mengalami perubahan dalam bentuk berikut ini,1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorpsiPada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi kurang dengan mudah terjadi resorpsi total. Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa dan haidnya terlambat untuk beberapa hari. 2. Abortus ke dalam lumen tubaPerdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh villi koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya. Bila pelepasan menyeluruh, mudigah dan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah ke arah ostium tuba abdominale. Perdarahan yang berlangsung terus menyebabkan tuba membesar dan kebiru-biruan (hematosalping) dan selanjutnya darah mengalir ke rongga perut melalui ostium tuba berkumpul di kavum douglas dan akan membentuk hematokel retrouterina.Gambar 2. Abortus Tuba

3. Ruptur dinding tubaRuptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstisialis terjadi pada kehamilan lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur adalah penembusan vili koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi spontan atau karena trauma ringan. Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba abdominale. Bila ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder terjadi. Dalam hal ini, dinding tuba telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena tekanan darah dalam tuba. Kadang ruptur terjadi di arah ligamentum latum dan terbentuk hematoma intraligamenter antara 2 lapisan ligamentum tersebut. Jika janin hidup terus dapat terjadi kehamilan intraligamenter.Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba. Nasib janin bergantung pada tuanya kehamilan dan kerusakan yang diderita.Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong amnion dan dengan plasenta masih utuh kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut, sehingga terjadi kehamilan ektopik lanjut atau kehamilan abdominal sekunder.Gambar 3. Komplikasi Kehamilan Ektopik, Ruptur tuba

F. MANIFESTASI KLINISTrias gejala dan tanda dari kehamilan ektopik terganggu adalah riwayat keterlambatan haid atau amenorrhea yang diikuti perdarahan abnormal (60-80%), nyeri abdominal atau pelvik (95%). Gejala lain yang muncul biasanya sama seperti gejala pada kehamilan muda, seperti mual, rasa penuh pada payudara, lemah, nyeri bahu, dan dispareunia. Selain itu pada pemeriksaan fisik didapatkan pelvic tenderness, pembesaran uterus dan massa adneksa.1. NyeriNyeri dirasakan biasanya pada perut bagian bawah, yang disebabkan karena distensi tuba. Nyeri abdomen dapat disertai hemoperitoneum, nyeri pleuritik atau nyeri bahu yang disebabkan karena iritasi diafragma.2. Perdarahan abnormalKebanyakan wanita dengan kehamilan ektopik mengalami amenorrhea, dan hanya seperempat saja yang tidak mengalami amenorrhea. Amenorrhea yang terjadi, diikuti dengan perdarahan yang berupa perdarahan berwarna coklat gelap, dapat terjadi intermitten ataupun kontinyu.3. Perubahan uterusUterus mungkin dapat terdorong ke salah satu sisi karena massa ektopik atau karena ligamen yang terisi oleh darah. Pada 25 % wanita, uterus membesar sesuai dengan stimulasi hormon selama kehamilan. Ditemukannya desidua uterus tanpa trofoblas dapat merupakan tanda kehamilan ektopik namun tidak absolut.

G. DIAGNOSIS AnamnesisTerjadi amenorea, yaitu haid terlambat mulai beberapa hari sampai beberapa bulan atau hanya haid yang tidak teratur. Kadang-kadang dijumpai keluhan hamil muda dan gejala hamil lainnya. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, dan perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah. Kehamilan ektopik harus dipikirkan pada semua pasien dengan test kehamilan positif, nyeri pada pelvis, dan perdarahan uterus abnormal. Pemeriksaan umumPenderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut dapat ditemukan tanda-tanda syok. Pemeriksaan ginekologiTanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba maka akan terasa sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Cavum douglasi yang teraba tonjolan dan nyeri raba menunjukkan adanya hematocele retrouterina. Suhu kadang-kadang bisa naik sehingga menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Tes kehamilanApabila test positif, dapat membantu diagnosis khusunya terhadap tumor-tumor adneksa, yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan. Tes kehamilan yang negatif tidak banyak artinya, umunya tes ini menjadi negatif beberapa hari setelah meninggalnya mudigah. Dilatasi dan kerokanBiasanya kerokan dilakukan, apabila sesudah amonorea terjadi perdarahan yang cukup lama tanpa ditemukan kelainan nyata di samping uterus, sehingga dipikirkan abortus inkompletus, perdarahan disfungsional dan lain-lain. LaparoskopiLaparoskopi merupakan cara pemeriksaan yang sangat penting untuk diagnosis kehamilan ektopik pada umumnya dan kehamilan ektopik yang tidak terganggu. UltrasonografiKeunggulan, bahwa tidak invasif atau tidak perlu memasukkan alat dalam rongga perut. Dapat dinilai kavum uteri, kosong atau berisi, tebal endometrium, adanya massa di kanan atau kiri uterus dan apakah kavum Douglas berisi cairan.

Gambar 4 USG Kehamilan Ektopik

KuldosintesisKuldosintesis adalah prosedur klinik diagnostik untuk mengidentifikasi adanya perdarahan intra peritoneal, khusunya pada kehamilan ektopik terganggu. Kuldosintesis diindikasikan pada kasus kehamilan ektopik dan abses pelvik. Teknik :1. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi2. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik3. Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam serviks dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak.4. Jarum spinal no.18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan semprit 10 ml dilakukan pengisapan.5. Bila pada pengisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain kasa dan diperhatikan apakah darah merah yang dikeluarkan merupakan :a. Darah segar berwarna merah dan akan membeku; darah berasal dari arteri atau vena yang tertusukb. Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku,darah menunjukkan adanya hematokel retrouterina.Gambar 5 teknik Kuldosintesis

H. DIAGNOSA BANDING1. SalpingitisGejalanya serupa tetapi pada hasil laboratorium, tes kehamilan terbukti negatif, adanya peningkatan AL dan juga adanya peningkatan suhu.2. Aborsi threatenedPerdarahan lebih hebat, nyeri lebih terlokalisasi pada perut tengah bawah. Ditemukannya kista korpus luteum dapat membingungkan dalam menentukan diagnosis.3. AppendisitisTidak didapatkan amenorrhea ataupun perdarahan pervaginam. Nyeri pada kuadran kanan bawah abdomen cenderung menetap, dengan disertai demam, dan gejala gastrointestinal. Hasil tes kehamilan negatif. 4. Torsi OvariiBiasanya nyeri hilang timbul, tetapi dapat menetap apabila asupan vaskuler terpenuhi. Dapat dijumpai peningkatan AL dan masssa adneksa yang dapat teraba. Hasil tes kehamilan negatif. 5. Lain-lain, misalnya perdarahan uterus disfungsional (biasanya tidak nyeri dan perdarahan lebih hebat dibanding dengan kehamilan ektopik), kista korpus luteum yang menetap, penggunaan IUD, gastroenteritis, atau infeksi traktus urinarius.

I. KOMPLIKASIKomplikasi dari kehamilan ektopik dapat terjadi akibat kurang tepatnya diagnosis, terlambat mendiagnosis, ataupun terlambat memberikan terapi. Terlambatnya diagnosis ataupun terapi dapat mengakibakan ruptur tuba ataupun ruptur uteri, diikuti dengan perdarahan masif, syok, DIC dan kematian. Selain itu adapula komplikasi lain seperti :1. Jaringan trofoblas yang persistenAda resiko bahwa tidak semua jaringan trofoblas dapat diangkat, maka dari itu follow up post operasi diperlukan.2. Kehamilan Ektopik yang persistenAdalah komplikasi yang paling sering ditemui. Salpingektomi merupakan tindakan yang dapat diandalkan dan memberikan jaminan tidak berulangnya kehamilan ektopik.

2.APAKAH PENGELOLAAN KASUS INI SUDAH TEPAT?J. PENATALAKSANAANPrinsip umum penatalaksanaan ialah,1. Segera dibawa ke rumah sakit2. Transfusi darah dan pemberian cairan untuk mengkoreksi anemia dan hipovolemia3. Operasi segera dilakukan setelah diagnosis dapat dipastikan :a. Kehamilan di tuba dilakukan salpingektomiGambar 6. Pengikatan, pemisahan, dan pemotongan. (WHO-edukia, 2013)

b. Kehamilan di kornu dilakukan ovorektomi atau salpingo-oovorektomic. Kehamilan di kornu dilakukan: Histerektomi bila telah umur > 35 tahun Fundektomi bila masih muda untuk kemungkinan masih bisa haid. Eksisi bila kerusakan pada kornu kecil dan kornu dapat direparasid. Kehamilan abdominal Bila mudah, kantong dan plasenta diangkat Bila besar atau susah (kehamilan abdominal lanjut), anak dilahirkan dan tali pusat dipotong dekat plasenta, plasenta ditinggalkan dan dinding perut ditutup.

3.BAGAIMANAKAH PROGNOSIS PADA PASIEN INI?K. PROGNOSISAngka kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopik terganggu turun sejalan dengan ditegakkannya diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Ibu yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu, mempunyai resiko 10% untuk terjadinya kehamilan ektopik terganggu berulang. Ibu yang sudah mengalami kehamilan ektopik terganggu sebanyak dua kali terdapat kemungkinan 50% mengalami kehamilan ektopik terganggu berulang.1. Bagi kehamilan berikutnyaUmumnya penyebab kehamilan ektopik (misalnya penyempitan tuba atau pasca penyakit radang panggul) bersifat bilateral. Sehingga setelah pernah mengalami kehamilan ektopik pada tuba satu sisi, kemungkinan pasien akan mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba sisi yang lain.2. Bagi ibu Bila diagnosis cepat ditegakkan, umumnya prognosis baik. Terutama bila cukup penyediaan darah dan fasilitas operasi.

PEMBAHASANKehamilan ektopik adalah setiap kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri. Kehamilan ektopik merupakan keadaan emergensi yang menjadi penyebab kematian maternal selama kehamilan trimester pertama. Tempat tersering mengalami implantasi ekstrauterin adalah pada tuba Falopii (95%). Ny. E, G1P0A0, 18 tahun, datang ke Rumah Sakit dengan mengeluhkan sakit perut hebat pada perut bagian bawah seperti di lilit, dirasakan sejak 2 hari SMRS. Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang di tegakkan diagnosis Kehamilan Ektopik Terganggu, diputuskan untuk dilakukan Laparotomi, dan setelah peritoneum dibuka, tampak ruptur tuba pars ampula sinistra yang aktif mengeluarkan darah. Diputuskan untuk melakukan Salpingektomi sinistra. Pasien dipulangkan dengan kondisi baik dan disarankan kontrol ke poliklinik kandungan. Secara umum, alur penegakkan diagnosis dan penatalaksaan sudah tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Bangun, R. Karakteristik Ibu Penderita KET di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2003-2008. Medan : USU. 2009 Prawirohardjo S, Hanifa W. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam: Ilmu Kandungan, edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2005; 250-8.Prawirohardjo, S. Kehamilan Ektopik dalam Ilmu Kandungan. Jakarta Pusat: Yayasan Bina Pustaka. 2009Prawirohardjo, S. Kehamilan Ektopik dalam Ilmu Kebidanan. Jakarta Pusat: Yayasan Bina Pustaka. 2009Prawirohardjo, S. Kuldosentesis dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. 2006Prawirohardjo, S. Kehamilan Ektopik dalam Ilmu Kebidanan, Jakarta Pusat : Yayasan Bina Pustaka. 2007Seeber, B.E, Barnhart, K.T. Suspected Ectopic Pregnancy in Clinical Expert Series in Obstetric and Gynecology Magazine vol 107 No. 2 Part 1. American College of Obstetricians and Gynecologist. 2006

20