27
Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019 1425 KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK DALAM KERJA SAMA RADEN JULI MOERTIONO Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia [email protected] ABSTRAK Itikad baik sudah harus ada sejak fase prakontrak dimana para pihak mulai melakukan negosiasi hingga mencapai kesepakatan dan fase pelaksanaan kontrak. Itikad baik seharusnya dimiliki oleh setiap individu sebagai bagian dari makhluk sosial yang tidak dapat saling melepaskan diri dari ketergantungan sosial terhadap individu lain untuk saling bekerjasama, saling menghormati dan menciptakan suasana tenteram bersama-sama. Melepaskan diri dari keharusan adanya itikad baik dalam setiap hubungan dengan masyarakat adalah pengingkaran dari kebutuhannya sendiri; kebutuhan akan hidup bersama, saling menghormati dan saling memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif (normatif research) dengan fokus permasalahan terkait tentang ketentuan hukum terhadap pelaksanaan iktikad baik dalam perjanjian kerja sama. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: ketentuan hukum terhadap iktikad baik dalam perjanjian kerja sama adalah sebuah kesepakatan timbal balik dimana para pihak dalam perjanjian tersebut saling memberikan janji. Perjanjian dibuat sebagai sebuah alat bukti yang dijadikan dasar agar hak dan kewajiban para pihak dapat dilaksanakan. Dalam perjanjian para pihak bebas mementukan kehendaknya. Kebebasan para pihak dalam teori perjanjian klasik tersebut bukan bebas dalam arti yang sebebas- bebasnya, namun dibatasi pada hukum yang berlaku. Pada prinsipnya apa yang diperjanjikan para pihak tidak boleh bertentangan dengan hukum yang berlaku. Kata Kunci: Itikad Baik dan Kerja Sama ABSTRACT Good faith has to be present since the pre-contract phase where the parties begin to negotiate to reach agreement and phase of contract implementation. Good faith should be owned by every individual as part of social beings who can not escape from social dependence on other individuals to work together, respect each other and create a peaceful atmosphere together. Breaking away from the necessity of goodwill in every relationship with society is a denial of his own needs; the need to live together, mutual respect and mutual fulfillment of personal and social needs. Type of research used in this research is normative research research (normative research) with the focus of related problem is the legal provision for good faith in a cooperation agreement is a reciprocal agreement in which the parties to the agreement give each other promises. The agreement is made as an evidence used as the basis for the rights and obligations of the parties to be carried out. In the agreement the parties are free to determine their will. The freedom of the parties in the classical covenant theory is not free in the free sense, but is limited to applicable law. In principle, what is agreed upon by the parties may not conflict with applicable law. Keywords : Good Faith, Cooperation and Association

KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1425

KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAANIKTIKAD BAIK DALAM KERJA SAMA

RADEN JULI MOERTIONOUniversitas Pembinaan Masyarakat Indonesia

[email protected]

ABSTRAKItikad baik sudah harus ada sejak fase prakontrak dimana para pihak mulai melakukan negosiasihingga mencapai kesepakatan dan fase pelaksanaan kontrak. Itikad baik seharusnya dimiliki olehsetiap individu sebagai bagian dari makhluk sosial yang tidak dapat saling melepaskan diri dariketergantungan sosial terhadap individu lain untuk saling bekerjasama, saling menghormati danmenciptakan suasana tenteram bersama-sama. Melepaskan diri dari keharusan adanya itikad baikdalam setiap hubungan dengan masyarakat adalah pengingkaran dari kebutuhannya sendiri;kebutuhan akan hidup bersama, saling menghormati dan saling memenuhi kebutuhan pribadi dansosial. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif(normatif research) dengan fokus permasalahan terkait tentang ketentuan hukum terhadappelaksanaan iktikad baik dalam perjanjian kerja sama. Berdasarkan hasil penelitian diketahuibahwa: ketentuan hukum terhadap iktikad baik dalam perjanjian kerja sama adalah sebuahkesepakatan timbal balik dimana para pihak dalam perjanjian tersebut saling memberikan janji.Perjanjian dibuat sebagai sebuah alat bukti yang dijadikan dasar agar hak dan kewajiban parapihak dapat dilaksanakan. Dalam perjanjian para pihak bebas mementukan kehendaknya.Kebebasan para pihak dalam teori perjanjian klasik tersebut bukan bebas dalam arti yang sebebas-bebasnya, namun dibatasi pada hukum yang berlaku. Pada prinsipnya apa yang diperjanjikan parapihak tidak boleh bertentangan dengan hukum yang berlaku.

Kata Kunci: Itikad Baik dan Kerja Sama

ABSTRACTGood faith has to be present since the pre-contract phase where the parties begin to negotiate toreach agreement and phase of contract implementation. Good faith should be owned by everyindividual as part of social beings who can not escape from social dependence on other individualsto work together, respect each other and create a peaceful atmosphere together. Breaking awayfrom the necessity of goodwill in every relationship with society is a denial of his own needs; theneed to live together, mutual respect and mutual fulfillment of personal and social needs. Type ofresearch used in this research is normative research research (normative research) with the focus ofrelated problem is the legal provision for good faith in a cooperation agreement is a reciprocalagreement in which the parties to the agreement give each other promises. The agreement is madeas an evidence used as the basis for the rights and obligations of the parties to be carried out. In theagreement the parties are free to determine their will. The freedom of the parties in the classicalcovenant theory is not free in the free sense, but is limited to applicable law. In principle, what isagreed upon by the parties may not conflict with applicable law.

Keywords : Good Faith, Cooperation and Association

Page 2: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1426

1. PENDAHULUANItikad baik adalah suatu

pengertian yang abstrak dan sulituntuk dirumuskan, sehingga oranglebih banyak merumuskannyamelalui peristiwa-peristiwadipengadilan. Itikad baik dalampelaksanaan perjanjian berkaitandengan masalah kepatutan dankepantasan. Asas itikad baik dapatdibedakan atas itikad baik yangsubyektif dan itikad baik yangobyektif.

Itikad baik dalam pengertianyang subyektif dapat diartikansebagai kejujuran seseorang atasdalam melakukan suatu perbuatanhukum, yaitu apa yang terletak padasikap batin seseorang pada saatdiadakan suatu perbuatan hukum.Sedang itikad baik dalam pengertianyang obyektif dimaksudkan adalahpelaksanaan suatu perjanjian yangharus didasarkan pada normakepatutan atau apa yang dirasakanpatut dalam suatu masyarakat. Itikadbaik secara subyektif menunjuk padasikap batin atau unsur yang adadalam diri pembuat, sedangkan itikadbaik dalam arti obyektif lebih padahal-hal diluar diri pelaku.

Mengenai pengertian itikadbaik secara subyektif dan obyektif,dinyatakan oleh Muhamad Faiz.bahwa Itikad baik subyektif, yaituapakah yang bersangkutan sendirimenyadari bahwa tindakannyabertentangan dengan itikad baik,sedangkan itikad baik obyektifadalah kalau pendapat umummenganggap tindakan yang demikianadalah bertentangan dengan itikadbaik.

Itikad baik dalam sebuahpenjanjian harus ada sejak suatuperjanjian akan disepakati. Dengankata lain, bahwa itikad baik telah adapada saat negosiasi prakesepakatan

untuk membuat dan/atau menyusunsuatu perjanjian. RidwanaKhairandy. menyatakan bahwa"Itikad baik sudah harus ada sejakfase prakontrak dimana para pihakmulai melakukan negosiasi hinggamencapai kesepakatan dan fasepelaksanaan kontrak".

Itikad baik seharusnyadimiliki oleh setiap individu sebagaibagian dari makhluk sosial yangtidak dapat saling melepaskan diridari ketergantungan sosial terhadapindividu lain untuk salingbekerjasama, saling menghormatidan menciptakan suasana tenterambersama-sama. Melepaskan diri darikeharusan adanya itikad baik dalamsetiap hubungan dengan masyarakatadalah pengingkaran darikebutuhannya sendiri; kebutuhanakan hidup bersama, salingmenghormati dan saling memenuhikebutuhan pribadi dan sosial.

Keberadaan itikad baik dalamsetiap hubungan dengan masyarakatmemberi arti penting bagi ketertibanmasyarakat, itikad baik sebagai sikapbatin untuk tidak melukai hak oranglain menjadi jaminan bagi hubunganmasyarakat yang lebih tertib.

Ketiadaan itikad baik dalamhubungan masyarakat mengarahpada perbuatan yang secara umumdicela oleh masyarakat, celaandatang dari sikap batin pembuat yangtidak memiliki itikad baik, sikapbatin di sini mengarah pada‘kesengajaan sebagai bentukkesalahan’ pembuat yang secarapsikologis menyadari perbuatannyaserta akibat yang melekat ataumungkin timbul dari pada perbuatantersebut.

Kebebasan berkontrak danasas pacta sunt servanda dalamkenyataaanya dapat menimbulkanketidakadilan. Kebebasan berkontrak

Page 3: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1427

didasarkan pada asumsi bahwa parapihak dalam kontrak memiliki posisitawar (bargaining position) yangberimbang, tetapi dalamkenyataaannya para pihak tidakselalu memiliki posisi tawar yangberimbang.

Pada dasarnya perikatanadalah hubungan hukum yang terjadiantara dua orang atau lebih yangterletak dalam lapangan hukumkekayaan, dimana pihak yang satuberhak atas prestasi dan pihaklainnya wajib memenuhinya, dandalam perikatan terdapat hubunganhukum antara dua orang (2 pihak),berdasarkan kepentingan hak dapatmenuntut suatu hal dari pihak yanglain dan pihak yang lainberkewajiban untuk memenuhikewajiban itu. Secara formil, sebuahperjanjian mengandung beberapaunsur-unsur yaitu; adanya pihak-pihak, adanya persetujuan, adanyatujuan, adanya prestasi, adanyasyarat-syarat tertentu, adanya bentuktertentu.

Suatu perjanjian yang tidakdijalankan dengan itikad baik tentuakan menimbulkan wanperstasi.Mengingat akibat-akibat yang timbuldari wanprestasi itu begitu penting,maka harus ditetapkan terlebihdahulu apakah pihak yang berjanjibenar-benar melakukan wanprestasi.Dan apabila hal tersebut disangkalolehnya, maka harus dibuktikan dimuka pengadilan. Pada prakteknyamemang tidak mudah menyatakanbahwa seseorang itu lalai atau alpaatau melakukan wanprestasi.

Problematika tentang iktiadbaik dalam pelaksanaan sebuahperjanjian juga kerap terjadi dalamberbagai bentuk perjanjian termasukperjanjian kerja sama. Salah satunyadapat dilihat pada Perjanjian KerjaSama Antara Asosiasi Bongkar Muat

Dengan Koperasi Tenaga BongkarMuat Upaya Karya. Legal standingperjanjian kerja sama dimaksudmerujuk pada Instruksi BersamaMenteri Perhubungan dan MenteriTenaga Kerja Nomor:IM.2/HK.601/PHB-89 dan Nomor:INS.03/MEN/89 tentangPembentukan Koperasi PelabuhanSebagai Pengganti Yayasan UsahaKarya, dan ketentuan PeraturanMenteri Perhubungan Nomor: PM.60Tahun 2014 dan PM. 93 Tahun 2015tentang Penyelenggaraan DanPengusahaan Bongkar Muat Barang.

Adapun perumusan masalahyang akan diteliti lebih lanjut dalampenulisan ini adalah sebagai berikutbagaimana ketentuan hukumterhadap pelaksanaan iktikad baikdalam perjanjian kerja sama?. Suatupenelitian ilmiah harus mempunyaitujuan yang jelas dan merupakanpedoman dalam mengadakanpenelitian dan juga menunjukkankualitas dari penelitian tersebutberdasarkan permasalahan yang telahdirumuskan. Maka tujuan yanghendak dikaji dalam penelitian iniadalah Untuk mengkaji ketentuanhukum pelaksanaan iktikad baikdalam suatu perjanjian kerja sama.

2. METODE PENELITIANPenelitian hukum pada

dasarnya merupakan suatu kegiatanilmiah yang didasarkan pada metode,sistematika dan pemikiran tertentuyang bertujuan untuk mempelajarisatu atau beberapa gejala hukumtertentu dengan jalanmenganalisanya, kecuali itu makajuga diadakan pemeriksaan yangmendalam terhadap fakta hukumtersebut untuk kemudian yangditimbulkan di dalam gejala yangbersangkutan.

Page 4: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1428

Penelitian hukum merupakanproses untuk menemukan aturanhukum, prinsip-prinsip hukum,maupun doktrin-doktrin hukum gunamenjawab isu hukum yang dihadapi.Dalam melakukan penelitian hukumlangkah-langkah yang dilakukanadalah sebagai berikut:1. Mengidentifikasikan fakta

hukum dan mengeliminir hal-halyang tidak relevan untukmenetapkan isu hukum yanghendak dipecahkan;

2. Pengumpulan bahan-bahanhukum dan sekiranya dipandangmempunyai relevansi jugadengan bahan-bahan nonhukum;

3. Melakukan telaah atas isu yangdiajukan berdasarkan bahan-bahan yang telah dikumpulkan;

4. Menarik kesimpulan dalambentuk argumentasi yangmenjawab isu hukum;

5. Memberikan preskripsiberdasarkan argumentasi yangtelah dibangun di dalamkesimpulan.

Untuk keberhasilan suatupenelitian baik dalam memberikangambaran dan jawaban terhadappermasalahan yang diangkat, tujuanserta manfaat penelitian sangatditentukan oleh metode yangdigunakan dalam penelitian.Sehubungan dengan pembahasanpermasalahan dalam tesis ini penulismeneliti permasalahan yang adaberdasarkan kepada metode yangtersusun secara sistematis dandengan pemikiran tertentu di dalammenganalisa.

1. Spesifikasi PenelitianSpesifikasi penelitian yang

dilakukan dalam penelitian ini adalahpenelitian hukum normatif.Penelitian hukum normatif dilakukan

guna melihat hukum dari suatusistem normatif yang bersifatotonom, terlepas dari kehidupanmasyarakat, dengan maksud untukmenggambarkan keadaan yang adadengan mempergunakan metodepenelitian ilmiah. Jenis penelitiandalam penelitian ini adalah penelitianhukum normatif.

Sifat penelitian ini adalahdeskriptif analisis yaitu penelitianyang menggambarkan objek,menerangkan dan menjelaskansebuah peristiwa dengan maksuduntuk mengetahui keadaan objekyang diteliti. Sifat penelitiandeskriptif dimaksudkan untukmemberikan data yang setelitimungkin tentang manusia, keadaanatau gejala-gejala lainnya.

Menurut Sumadi Suryabrata,penelitian deskriptif adalahpenelitian yang bernaksud untukmembuat pencandraan (deskripsi)mengenai situasi-situasi ataukejadian-kejadian. Penelitiandeskriptif adalah akumulasi datadasar dalam cara cara deskripsisemata-mata tidak perlu mencari ataumenerangkan saling hubungan,mentest hipotesis, membuat ramalan,atau mendapatkan makna dariimplikasi.

Penelitian hukum yuridisnormatif membutuhkan sumber datayang berasal dari data sekunderberupa bahan hukum primer, bahanhukum sekunder dan bahan hukumtersier, yaitu:1. Bahan hukum primer, yakni

Undang-Undang, PeraturanPemerintah , dan KItab HukumPerdata.

2. Bahan hukum sekunder, yaknisemua dokumen yang merupakanhasil penelitian para ahli, hasilkarya ilmiah, buku-buku ilmiah,informasi atau merupakan hasil

Page 5: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1429

kajian dari berbagai mediaseperti koran, dan artikel yangdimuat di website internet yangberkaitan dengan perjanjiankhususnya perjanjian Standar.

3. Bahan hukum tertier, yaknibahan yang bisa memberikanpetunjuk dan penjelasan terhadapbahan hukum primer sepertiensiklopedi, majalah, artikel-artikel, surat kabar dan jurnal-jurnal hukum

Pelaksanaan penelitianhukum yuridis normatif padapenulisan ini secara garis besar ditunjukan kepada:1. Penelitian terhadap asas-asas

hukum, misalnya terhadaphukum positif atau penelitianterhadap kaidah hukum yanghidup dalam masyarakat.

2. Penelitian terhadap sistematikahukum, yakni dengan menelaahpengertian dasar dan sistemhukum dalam perundang-undangan.

2. Metode PendekatanMetode pendekatan yang

dilakukan dalam penelitian ini adalahmetode pendekatan peraturanperundang-undangan karena pokokpermasalahan diarahkan untukmeneliti norma hukum yang adadalam satu kesatuan (komprehensif),inklusif dalam satu sistem, dantersusun hirarkis. Pendekatanpenelitian ini juga menggunakanpendekatan konsep untuk memahamikonsep perjanjian baku dalam hukumperdata dan perlindungan hukumterhadap debitur melalui konsephukum. Penelitian yang diarahkanuntuk mengidentifikasi ataumenetapkan konsep tertentu dalamhukum, dilakukan dengan caramemahami, menerima, danmenangkap konsep tersebut untuk

dibahas kemudian di dukung dengandata empiris melalui wawancaratidak tertulis pada sumber yangberkompeten terkait dengan judulpenelitian yang diangkat untukditeliti.

3. Prosedur Pengambilandan Pengumpulan Data

Prosedur pengambilan danpengumpulan data studi kepustakaan(library research) denganmenggunakan data sekunder yaitupenelitian kepustakaan atau studidokumen yang digunakan untukmendapatkan landasan-landasanteoritis berupa pendapat-pendapatatau tulisan-tulisan para ahli ataupihak-pihak lain yang berwenangdan juga untuk memperolehinformasi baik dalam bentukketentuan formal maupun datamelalui naskah resmi yang ada.

4. Analisis DataUntuk melakukan analisis

data yang dilakukan dengan modelanalisis data secara kualitatif.Sebagaimana dikemukakanWidoyoko bahwa metode kualitatifberangkat dari paradigma postpositivism, di mana setiap aspekdalam realitas sosial dilihat secaraholistik sebagai satu kesatuanalamiah yang perlu diinterpretasisecara mendalam, terlebih realitassosial dipahami sebagai realitas yangmajemuk. Analisis dapat dirumuskansebagai suatu proses penguraiansecara sistematis dan konsistenterhadap gejala-gejala tertentu.

Metode penelitian kualitatifadalah metode yang bersifatinteraktif, yaitu metode yang lebihmenekankan pada aspek pencarianmakna di balik empirisitas danrealitas sosial sehingga pemahamanmendalam akan realitas sosial akan

Page 6: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1430

menjadi sangat diperhatikan, danmetode ini akan menghasilkan databerupa pernyataan-pernyataan ataudata yang dihasilkan berupa datadeskriptif mengenai subjek yangditeliti.

Sebagaimana dikemukakan Lexy J.Moleong dalam bukunya MetodePenelitian Kualititatif, bahwapenelitian yang menggunakanmetode ini memakai logika berpikirinduktif, suatu logika yang berangkatdari kaidah-kaidah khusus ke kaidahyang bersifat umum. Untukmemudahkan dalam pengerjaananalisis, maka data dimuat dan untukselanjutnya dari data kulitatiftersebut akan ditarik suatukesimpulan dengan menggunakanmetode deduktif dan induktif yangdigabung untuk menghindariterjadinya kesalahan, sehinggadiperoleh gambaran yang jelas.

3. HASIL DAN PEMBAHASANA. Konsep Pemikiran Tentang

Iktikad BaikSuatu kontrak terdiri dari

serangkaian kata. Oleh karena itu,untuk menetapkan isi kontrak, perludilakukan penafsiran, sehingga dapatdiketahui dengan jelas maksud parapihak dalam kontrak. Asas itikadbaik memegang peranan pentingdalam penafsiran kontrak.Sedangkan Itikad baik pada tahap prakontrak merupakan kewajiban untukmemberitahukan atau menjelaskandan meneliti fakta material bagi parapihak yang berkaitan dengan pokokyang dinegosiasikan ataudiperjanjikan tersebut.

Para pihak memilikikewajiban itikad baik, yaknikewajiban untuk meneliti(onderzoekplicht) dan kewajiban

untuk memberitahukan danmenjelaskan (medelelingsplicht).Dalam konteks perjanjian jual belimisalkan, pembeli wajib menelitiberkaitan dengan objek yangdiperjanjikan. Di sisi lain, penjualmemiliki kewajiban untukmenjelaskan semua informasi yangdia ketahui penting bagi pembeli.

Asas itikad baik merupakansalah satu asas yang dikenal dalamhukum perjanjian . Ketentuantentang itikad baik ini diatur dalamPasal 1338 ayat (3) bahwa“perjanjian harus dilaksanakandengan itikad baik”. Sementara itu,di Negeri Belanda peranan tertinggiterhadap itikad baik dalam tahap pra-perjanjian bahkan kesepakatanditempatkan di bawah asas itikadbaik, bukan lagi pada teori kehendak.

Begitu pentingnya itikad baiktersebut sehingga dalamperundingan-perundingan atauperjanjian antara para pihak, keduabelah pihak akan berhadapan dalamsuatu hubungan hukum khusus yangdikuasai oleh itikad baik danhubungan khusus ini membawaakibat lebih lanjut bahwa keduabelah pihak itu harus bertindakdengan mengingat kepentingan-kepentingan yang wajar dari pihaklain. Bagi masing-masing calonpihak dalam perjanjian terdapat suatukewajiban untuk mengadakanpenyelidikan dalam batas-batas yangwajar terhadap pihak lawan sebelummenandatangani kontrak ataumasing-masing pihak harus menaruhperhatian yang cukup dalammenutup kontrak yang berkaitandengan itikad baik.

1. Pemikiran Filsafat tentangItikad Baik

Immanuel Kant, seorang ahlifilsafat Jerman (1724-1820)berpendapat bahwa sesuatu itu yang

Page 7: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1431

secara absolut baik, adalah keinginanbaik (good will) itu sendiri. Jadijelas, dalam hal ini pertanyaannyaadalah “bagaimana dapatdiidentifikasi keinginan baiktersebut?” Kant menyatakan bahwaada hukum moral yang rasional,yang bisa diidentifikasi berdasarkanakal. Menurut Kant, hukum moralsemata-mata merupakan usahaintelektual untuk menemukannya,dengan kata lain tidak diciptakannya.

Teoritisi hukum memilikiperbedaan pendekatan yang berbedadalam mengalisis hukum, keadilandan moral. Ada yang mendukunghubungan hukum, keadilan danmoral, ada yang memisahkannya,tergantung kepada kepercayaan dannilai masing-masingi ndividu, ataudengan perkataan lain, pembahasantentang bahasa moral mengenai yangsalah dan benar. Pertanyaan yanglebih spesifik adalah kapan bisaberdebat masalah moral sama denganberdebat tentang fakta, dimana yangpertama hanyalah masalah pendapat.Hal demikian merupakan pertanyaanyang besar dimana para philosofmenganggapnya sebagai bagian darifilsafat yang dikenal sebagai etika(ethics) yang menawarkan banyakjawaban.

Argumen berdasarkankewajiban, yang dalam kamusfilsafat sebagai argumendeontological dapat dibagi kedalamyang berdasarkan agama danberdasarkan bukan agama. Argumenberdasarkan agama, umpamanya,Tuhan menyampaikan kebenaranmelalui kitab suci, atau melaluisabda nabi, pengalaman-pengalamantranscudentil, atas dasar mana hidupseluruhnya didasarkan. Bilakebenaran fakta ini tidak bisaditunjukkan sama dengan kebenarandari fakta yang “asli” dapat

ditunjukkan, hal itu karena faktaberkenaan dengan keberadaan Tuhanbukanlah fakta dalam arti kedua.Mereka yang percaya adanya Tuhan,tentu puas dengan yang pertama(argumen berdasarkan agama),mereka yang tidak mempercayaiTuhan tentu berpendapat berlainan.Mereka yang mempercayai adanyaTuhan, membuktikan Tuhan itu adaberdasarkan argumen yang rasional.

Selain itu, ada perbedaanpaham mengenai legitimasikekuasaan dalam agama ini terikatdalam perbedaan antara Katolik danProtestan. Dalam hal ini penganutagama mempercayai perbedaandalam menafsirkan kitab suci dandoktrin. Mereka yang tidak puasdengan jawaban yang berdasarkankeyakinan agama, mencoba mencarijawaban berdasarkan jawabanrasionalitas atas masalah moral.

Philosof beriman, ImanuelKant (1724-1804), misalnya,menganggap sesuatu yang absolutdan tak bersyarat mengenai yangbaik adalah itikad yang baik,sedangkan yang lainnya yang secarakomersional dikatakan sebagai baik(seperti kaya atau sehat) adalah baikhanya sejauh dipergunakan untukmencapai hasil yang baik. Jelas, inimengarahkan kita kepada pertanyaanbagaimana mengidentifikasikanitikad baik tersebut. Jawaban Kantadalah terdapat “pre-existing morallaw”, dimana manusia ada rasionaldan memiliki kehendak yang bebas,dapat mengidentifikasi denganmenggunakan akalnya dan apa yangia perlu identifikasi dalam usahauntuk mengetahui bagaimanamelaksanakan kehendak bebasnya.

Hal penting bagi Kant adalahmoral itu ada sebagaimana adanya,dari usaha intelektual manusia untukmencerminkannya. Dengan

Page 8: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1432

perkataan lain, manusia tidakmenciptakan moral. Moral adalahuniversal, absolut, tidak bersyaratdan harus dipatuhi. Itikad baik dalamhukum perjanjian merupakan doktrinatau asas yang berasal dari ajaranbona fides dalam Hukum Romawi.Itu sebabnya asas itikad baikmemang lebih memiliki kedekatandengan Sistem Civil Law ketimbangdengan Sistem Common Law.

Fides berarti sumber yangbersifat religius, yang bermaknakepercayaan yang diberikanseseorang kepada orang lainnya, atausuatu kepercayaan atas kehormatandan kejujuran seseorang kepadaorang lainnya. Bona fidesmensyaratkan adanya itikad baikdalam perjanjian yang dibuat olehorang-orang Romawi. Pada mulanyahukum perjanjian Romawi hanyamengenal iudicia stricti iuris, yaituperjanjian yang lahir dari perbuatanmenurut hukum (negotium) yangsecara ketat dan formal mengacupada ius civile (seperangkat hukumyang mengatur hak dan kewajibanwarga Romawi).

Dalam hal hakim menghadapisuatu kasus, hakim harus memutussesuai dengan hukum dan apa yangdinyatakan dalam perjanjian. Barukemudian, berkembang pula apayang disebut dengan iudicia bonaefidei suatu konsep yang bersumberdari ius gentium (hukum alam) yangmengajarkan bahwa seseorang dalammembuat dan melaksanakanperjanjian harus sesuai dengan itikadbaik. Ajaran ini berkembang seiringdiakuinya perjanjian informalsebagai perjanjian yang bersifatkonsensual.

Itikad baik dalam hukumkontrak Romawi mengacu kepadatiga bentuk perilaku para pihak alamkontrak, yaitu: Pertama, para pihak

harus memegang teguh janji atauperkataannya; Kedua, para ihak tidakboleh mengambil keuntungan dengantindakan yang menyesatkan terhadapsalah satu pihak; Ketiga, para pihakmematuhi kewajibannya danberperilaku sebagai orang terhormatdan jujur, walaupun kewajibantersebut tidak secara tegasdiperjanjikan.

Pada awal perkembanganhukum perjanjian Romawi,perjanjian dipandang sebagai sesuatuyang bersifat ritualistik. perjanjianharus dibuat dalam suatu bentukritual (kontrak formal). Sedangkan,kontrak informal, seperti perjanjianjual-beli, sewa-menyewa,persekutuan perdata, dan pemberianmandat (kuasa), pada awalnya hanyamemiliki kekuatan moral. Barulahdalam perkembangan selanjutnyakontrak informal ini memperolehpengakuan sebagai perjanjiankonsensual, seiring denganperkembangan ajaran itikad baikdalam masyarakat Romawi.

Wirjono Prodjodikoroberpendapat bahwa itikad baikdiperlukan karena hukum tidak dapatmenjangkau keadaan-keadaan dimasa mendatang. Beliaumenjelaskan: Tidak ada buahperbuatan orang-orang manusia yangsempurna. Oleh karena peraturan-peraturan tersebut di atas hanyaterbikin, oleh orang-orang manusiasaja, maka peraturan-peraturan itutidak ada yang sempurna. Peraturan-peraturan tersebut hanya dapatmeliputi keadaan-keadaan yang padawaktu terbentuknya peraturan-peraturan itu telah diketahui akankemungkinannya. Baru kemudianternyata ada keadaan-keadaan yangseandainya dulu juga sudah diketahuikemungkinannya, tentu atausekiranya dimasukkan dalam

Page 9: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1433

lingkungan peraturan. Dalam halkeadaan-keadaan semacam inilahnampak penting faktor kejujuran daripihak yang berkepentingan.

Selain itu, asas itikad baiksebenarnya merupakan gagasan yangdipakai untuk menghindari tindakanberitikad buruk dan ketidakjujuranyang mungkin dilakukan oleh salahsatu pihak, baik dalam pembuatanmaupun pelaksanaan perjanjian.Pada akhirnya, asas ini sebenarnyahendak mengajarkan bahwa dalampergaulan hidup di tengah-tengahmasyarakat, pihak yang jujur atauberitikad baik patut dilindungi; dansebaliknya, pihak yang tidak jujur,patut merasakan pahit getir akibatketidakjujuran tersebut. Walaupunasas itikad baik dipahami sebagaisalah satu asas yang pentingdan berpengaruh dalam hukumperjanjian, namun tidak ada definisiyang komprehensif yang dapatmenjelaskan pengertian itikad baikitu sendiri.

Ridwan Khairandyberpendapat bahwa salah satupermasalahan dalam kajian itikadbaik adalah keabstrakan maknanya,sehingga timbul pengertian itikadbaik yang berbeda-beda. Itikad baiktidak memiliki makna tunggal, danhingga sekarang masih terjadiperdebatan mengenai bagaimanasebenarnya makna atau arti itikadbaik. Bahkan James Gordleymenyatakan dalam kenyataannyasangat sulit untuk mendefinisikanitikad baik.

Dalam Black’s LawDictionary dijelaskan bahwa itikadbaik (good faith) adalah:

A state of mind consisting in(1) honesty in belief orpurpose, (2)faithfulness toone’s duty or obligation, (3)observance of reasonable

commercial standards of fairdealing in a given trade orbusiness, or (4)absence ofintent to defraud or to seekunconscionable advantage.

Charles Fried memahamiitikad baik sebagai sebuah carabertransaksi dengan pihak lain dalamperjanjian dengan jalan jujur(honestly) dan baik (decently).Sejalan dengan itu, WirjonoProdjodikoro menyamakan istilahitikad baik dengan kejujuran (goedetrouw), seperti yang banyak pulatercatat dalam literatur-literaturhukum. Kesulitan untuk memberikanbatasan terhadap itikad baik bukanhanya merupakan persoalan dalamhukum perjanjian di Indonesia. DiAmerika Serikat, keharusan untukbertindak dengan itikad baik dalamthe Uniform Commercial Code jugatidak dijelaskan secara luas. Hakimdisana pun tidak memberikandefinisi yang jelas ketika merekamendasarkan putusannya pada itikadbaik.

Profesor Robert S. Summersberpendapat bahwa itikad baikadalah “excluder” (pengecualian)karena biasanya hakim menggunakanistilah itikad baik untukmengesampingkan perilaku tertentu.Itikad baik memiliki makna yangkhusus dan bervariasi dengan jalanmembedakannya dengan berbagaimakna itikad buruk, yang oleh hakimdilarang.

Secara filosofis, itikad baikdibedakan menjadi 2, yaitu itikadsubyektif dan itikad baik obyektifyang diuraikan sebagai berikut:

a. Itikad Baik SubjektifTerminologi pemegang

barang (bezitter) yang beritikad baik,pembeli barang yang beritikad baikatau lainnya, sebagai lawan dari

Page 10: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1434

orang-orang yang beritikad burukadalah itikad baik dengan anasirsubjektif. Seorang pembeli barangyang beritikad baik adalah orangyang membeli barang dengan penuhkepercayaan bahwa si penjualsungguh-sungguh pemilik daribarang yang dibelinya tersebut. Iasama sekali tidak mengetahui jikaseandainya ia membeli dari orangyang tidak berhak. Itu mengapa iadisebut sebagai seorang pembeliyang jujur. Dalam anasir ini, itikadbaik memiliki arti kejujuran ataubersih.

Dalam konsep yang hampirsama, Wirjono Prodjodikoromemahami itikad baik dalam anasirsubjektif ini sebagai itikad baik yangada pada waktu mulai berlakunyasuatu hubungan hukum. Itikad baikpada waktu mulai berlakunyahubungan hukum biasanya berupapengiraan dalam hati sanubari yangbersangkutan, bahwa syarat-syaratyang diperlukan bagi mulaiberlakunya hubungan hukum itusudah dipenuhi semua. Jikakemudian ternyata bahwa sebenarnyaada syarat yang tidak terpenuhi,maka pihak yang beritikad baik inidianggap seolah-olah syarat tersebuttelah dipenuhi semua. Dengan katalain, pihak yang beritikad baik initidak boleh dirugikan sebagai akibatdari tidak dipenuhinya syarattersebut.

b. Itikad Baik ObyektifAda perbedaan sifat antara

itikad baik pada mulai berlakunyahubungan hukum dengan itikad baikdalam hal pelaksanaan hak-hak dankewajiban-kewajiban dalamhubungan hukum. Itikad baik yangpertama terletak pada keadaan jiwaseorang manusia pada suatu waktu,yaitu pada waktu mulai berlakunyahubungan hukum. Lain halnya

dengan itikad baik dalampelaksanaan hak dan kewajibandalam hubungan hukum. Disini punitikad baik nampak pada tindakanyang akan dilakukan oleh keduabelah pihak, khususnya tindakansebagai pelaksanaan perjanjian.

Dalam melakukan tindakaninilah itikad baik harus berjalandalam sanubari seseorang berupaselalu mengingat bahwa manusia itusebagai bagian dari sebuahmasyarakat harus jauh dari sifatmerugikan pihak lain denganmempergunakan secara membabibuta kata-kata yang dipakai padamulai orang membentuk suatuperjanjian. Kedua belah pihak harusselalu memperhatikan hal ini dantidak boleh mempergunakankelalaian pihak lain untukmenguntungkan diri sendiri. Dengankata lain, itikad baik dalammelaksanakan hak dan kewajibanpada hubungan hukum bersifat lebihdinamis. Sedangkan sifat darikejujuran pada waktu mulaiberlakunya hubungan hukum lebihstatis.

Dalam hal suatu perjanjiandianggap melanggar asas itikad baik,hukum memberikan kewenangankepada hakim untuk mengubah ataubahkan menghapus sebagian ataukeseluruhan perjanjian. Asas itikadbaik juga memberikan petunjukbahwa dalam melaksanakanperjanjian hendaknya masing-masingpihak berlaku adil kepada pihaklainnya. Itikad baik merupakanpengertian hubungan (Relatie begrip)asas itu selanjutnya akan berlaku didalam suatu hubungan Kontraktual,sedangkan kecermatankemasyarakatan merupakan suatupengertian (Begrip) yang umum jaditidak didasarkan pada adanyahubungan Kontraktual.

Page 11: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1435

Itikad baik dalam artiobyektif merupakan suatu relatie(Begrip) dipegang teguh pada masa-masa sebelum perang duniaselanjutnya yurisprudensi jugamenetapkan berlakunya atas itikadbaik di dalam beberapa lembagahukum yaitu:1) Keputusan para pihak (Partij

Beslissing)Lembaga ini dimaksud gunamenyelesaikan sengketa yangmungkin timbul diatara parapihak yang membuat suatuperjanjian, di mana para pihakberjanji bahwa jika terjadiperselisihan diantara para pihak.Dalam hal ini, maka dalammelaksanakan keputusan iniharus diindahkan asas itikad baik.Penerapan asas ini dimaksudkansebagai suatu pengawasan dalampengambilan keputusan tersebut.

2) Nasihat yang mengikat (BindendAdvies)Lembaga ini juga timbul untukmenyelesaikan suatuperselisihan. Dalam lembagaBindend Advies ini para pihakmemperjanjikan bahwaperselisihan yang mungkinterjadi diantara mereka, akandimintakan penyelesaiannya padapihak III, dannasihat/pertimbangan pihak IIIini mengikat para pihak yangbrsengketa itu. Di dalammengambil keputusan berkenandenga sengketa tersebut pihak keIII tersebut harus mengindahkanasas itikad baik (kepatutan)supaya ia tidak berlaku tidak adilterhadap para pihak.

3) Perubahan Anggaran Dasar(Statuten Wijziging)Keputusan suatu badan hukumterutama yang berkenaan denganperubahan anggaran dasar badan

hukum tersebut harus didasarkanpada itikad baik (Kepatutan),supaya perubahan itu masihmerupakan pelaksanaan yangpatut dari perjanjian semula.

Setelah Perang Dunia II,terjadi perkembangan yang pentingdari asas itikad baik ini. Asas iniyang pada mulanya merupakan suatupengertian hubungan, yangkarenanya senantiasa berlaku dalamsuatu hubungan kontraktual,kemudian dinyatakan berlaku dalamhal-hal lain yang tidak didasarkansuatu hubungan kontraktual. ArestH.R. tanggal 15 Nopember 1957menetapkan bahwa:

Para pihak yang sedangberarda dalam tahap prakontraktual dan sedangbernegosiasi untukmemperoleh kata sepakat,masing-masing mempunyaikewajiban-kewjiban yangdidasarkan pada itikad baik(kepatutan), kewajiban ituadalah:a. Kewajiban untukmemeriksa (Onderzoekplicht)b. Kewajiban untukmemberitahukan (Mededelingplicht).

Misalkan saja dalamperjanjian jual beli, Si penjualberkewajiban untuk memberikaninformasi mengenai segala sesuatuyang penting berkenan denganobyek/perjanjian itu, yang dapatmembantu pembeli untuk mengambilkeputusan untuk membeli bendatersebut sedangkan pembeliberkewajiban untuk memeriksaobyek perjanjian tersebut apakah adacacatnya atau tidak, apakah adarencana pemerintah yang akanberpengaruh terhadap benda tersebut.Kewajiban untuk memberitahukan

Page 12: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1436

dan memeriksa itu harus dilandasiitikad baik.

Menurut Sudikno asas hukumitu bersifat dinamis, ia berkembangmengikuti kaedah hukumnya,sedangkan kaedah hukum akanberubah mengikuti kaedahhukumnya, sedangkan kaedahhukum akan berubah mengikutiperkembangan masyarakat, jaditerpengaruh waktu dan tempat(Historich Bestimmt).

Di atas telah diuraikan bahwaasas itikad baik telah mengalamiperkembangan dari suatu pengertianhubungan (Relatie Begrip) menjadisuatu asas hukum antara para pihak.Di bawah ini akan diterangkanperkembangan selanjutnya, untukmelihat apakah asas itikad baik itumasih tetap merupakan suatu asasyang belaku di bidang hukumperjanjian saja atau telahberkambang menjadi asas yangberlaku juga dibidang hukum lain.

Asas itikad baik yang hanyamerupakan suatu asas yang berlakudibidang hukum perjanjian telahberkembang dan diterima sebagaiasas di bidang-bidang atau cabang-cabang hukum yang lain, baik yangsesama keluarga hukum privaatmaupun yang merupakan bidanghukum publik. Dengan perkataanlain, asas itikad baik itu telahberkembang dari asas hukum khususmenjadi asas hukum umum.

Perkembangan yangdemikian ini menurut hemat penulissesungguhnya merupakan sesuatukeniscayaan, mengingat bahwa asasitikad baik ini adalah perwujudandari suatu asas yang bersifatuniversal yaitu asas penilaian baikdan buruk sebagai dikemukakan olehScholten, di dalam tataran dogmatikhukum. Sebagai suatu asas yanguniversal, ia berlaku kapan dan

dimana saja, tidak tergantung olehwaktu dan tempat.

Hal ini juga dibuktikan darikenyataan bahwa asas itikad baik inidiadopsi pula di dalam Pasal 2 ayat(2) piagam PBB, yang menyebutkanbahwa:

All members, in order toensure to all of them the rightand benefitresulting frommembership, shall fulfill ingood Faith theobligationassumed by them inaccordance with the persentcharter.

Serta di dalam Pasal 26 KonvensiWina 1969, yang menyebutkanbahwa: “Every treaty in force isbinding upon the parties to it andmust be performed by them in goodfaith.”

Pengakuan yang lebih jelaslagi bahwa asas itikad baik itumerupakan suatu asas yang bersifatuniversal dapat ditemukan di dalamconsiderans Konvensi Wina 1969tersebut sebagai berikut: “Theprinciples of free consent and ofgood faith and the pacta suntservanda rule are universallyrecognized”.

Dari berbagai kenyataantersebut di atas tidak salah kiranyajika penulis berpendapat bahwa asasitikad baik yang tadinya merupakansuatu asas hukum khusus kini telahberkembang menjadi suatu asashukum umum, yang seyogyanyamenjadi salah satu pedoman di dalampenyelesaian berbagai masalahhukum yang timbul di tanah air ini.

2. Pemikiran KUH Perdata(BW) tentang Itikad Baik

Salah satu asas hukumkhusus sebagaimana disebutkan dimuka adalah asas itikad baik. Asasini adalah asas hukum khusus karena

Page 13: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1437

merupakan asas hukum yang hanyaberlaku dibidang hukum perdata saja.Kebanyakan ahli hukummendasarkan kajian itikad baikdalam Pasal 1338 ayat (3) BW, yangmengatur bahwa: “Persetujuan-persetujuan (perjanjian) harusdilaksanakan dengan itikad baik.”

Namun demikian, ayat inisebenarnya bukan satu-satunyaketentuan dalam BW yang mengaturmengenai itikad baik. Di sampingitu, BW sebenarnya memahamiitikad baik dalam berbagai bentuk;tidak hanya itikad baik yang dikenaldalam Pasal 1338 ayat (3) BWtersebut saja. Asas itikad baik inisesungguhnya berasal dari hukumromawi. Di dalam hukum Romawiasas ini disebut asas Bonafides. BWmempergunakan istilah itikad baikdalam 2 pengertian.

Pengertian itikad baik yangpertama adalah pengertian itikadbaik dalam arti subyektif itu disebutkejujuran. Pengertian itikad baikdalam artian subyektif/kejujuranterdapat dalam Pasal 530 BW danseterusnya yang mengatur mengenaikedudukan berkuasa (bezit). Itikadbaik dalam arti subyektif merupakansikap batin atau suatu keadaan jiwa.

Djaja S. Meliala, dalambukunya yang berjudul “MasalahItikad Baik dalam KUHPerdata”,berpendapat bahwa itikad baikmemiliki peranan yang amat pentingdalam hukum perdata, baik terkaitdengan hak kebendaan (zakenrecht)sebagaimana diatur dalam Buku IIBW, maupun hak perorangan(persoonlijkrecht) sebagaimanadiatur dalam Buku III BW; bahkan,tidak dapat pula diabaikan artipentingnya dalam bidang hukumperorangan dan keluarga dalam BukuI BW.

Oleh karena itu, dapatdisimpulkan bahwa itikad baiksesungguhnya tidak hanya ada dalamranah Buku III BW semata,melainkan terkandung pula dalamBuku II dan Buku IV serta secaraimplisit dalam Buku I BW. PadaPasal 529 BW diterangkan tentangpengertian kedudukan berkuasa(bezit) selanjutnya pada Pasal 530BW dikatakan bahwa: kedudukandemikian (bezit) itu ada yangberitikad baik dan ada yangburuk.Seorang bezitter dianggapberitikad baik apabila ia tidakmengetahui adanya cacat pada”kepemilikannya”.

Dalam hal ini keadaan jiwayang demikian itu dilindungi olehundang-undang. Dalam hal ini itikadbaik (kejujuran) dimaknai sebagaikeinginan dalam hati sanubari pihakyang memegang atau menguasaibarang pada waktu ia mulaimenguasai barang itu bahwa syarat-syarat yang diperlukan untukmendapatkan hak milik atas barangitu telah dipenuhi, sehinggakejujuran yang bersifat statis. Hal inidapat juga ditegaskan bahwa:“Dalam hukum benda itu itikad baikberarti kejujuran atau kebersihan”.

Selanjutnya dinyatakan”Kedudukan itu (bezit) beritikadbaik, manakala si yang memegangmemperoleh kebendaan tadi dengancara memperoleh hak milik, dalammana tak tahulah dia akan cacat-celayang terkandung di dalamnya” (Pasal531 BW). Selanjutnya Pasal 548 BWmengatur ”Tiap-tiap kedudukanberkuasa yang beritikad baik,memberi kepada si yangmemangkunya, hak-hak ataskeberadaan yang dikuasai, sebagaiberikut:1. Bahwa ia sampai pada saat

kebendaan itu dituntut kembali di

Page 14: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1438

muka hakim, sementara harusdianggap sebagai pemilikkebendaan;

2. Bahwa ia karena daluwarsa dapatmemperoleh hak milik ataskebendaan itu;

3. Bahwa ia sampai pada saatpenuntutan kembali akankebendaan itu di muka hakim,berhak menikmati segala hasilnya;

4. Bahwa ia harus dipertahankandalam kedudukannya, bilamanadiganggu dalam memangkunya,ataupun dipulihkan kembali dalamitu, bilamana kehilangankedudukannya.”

Itikad baik yang berartikejujuran ini juga diatur dalam Pasal1386 BWdalam pasal tersebutmenentkan bahwa: “Pembayaranyang dengan itikad baik dilakukanpada seseorang yang memegangsurat piutangnya adalah sah”. Artiitikad baik di sini adalah bahwa SiPembayar utang tidak mengetahuibahwa pihak yang menerimapembayaran itu bukan krediturnya,keadaan jiwa yang demikian itulahyang dilindungi oleh undang-undangsehingga meskipun pembayaran ituditerima oleh orang yang bukankrediturnya tetapi pembayaran itudianggap sah. Selanjutnya menurutPL Wery “tidak mengetahui adanyacacat itu meliputi juga tidak usahmengetahui”.

Pengertian itikad baik yangkedua adalah itikad baik dalam artianobyektif. Di dalam Bahasa Indonesiapengertian itikad baik dalam artianobyektif itu disebut juga denganistilah kepatutan. Itikad baik dalamartian obyektif itu dirumuskan dalamayat (3) Pasal 1338 ayat (3) BWyang berbunyi “suatu perjanjianharus dilaksanakan dengan itikadbaik”.

Lebih lanjut, Werymenyatakan:

“Kedua pihak harus berlakuyang satu dengan yang lainseperti patutnya diantaraorang-orang yang sopantanpa tipu daya tanpa tipumuslihat, tanpa akal-akalan,tanpa mengganggu pihaklain, tidak melihatkepentingannya sendiri sajatetapi juga dengan melihatkepentingan pihak lain”.

Hal serupa juga dikemukakanoleh Aser Rutten sebagai berikut:

“Melaksanakan perjanjianberdasarkan itikad baikberarti bahwa Sikrediturdalam pelaksanaan haknyadan debitur di dalampemenuhan kewajibannyaharus beriktikad sesuaidengan prsyaratan“Redelijkheid en billijkheid,artinya para pihak harusmelaksanakan perjanjian itusebagaimana yangseharusnya dilakukan olehorang-orang yang beradab”.

Selanjutnya melaksanakansuatu perjanjian, perilaku para pihak,baik debitur maupun kreditur harusdiuji atas dasar norma-normaobjektif yag tidak tertulis. Olehkarena itu pula itikad baik dalamPasal 1338 ayat (3) BW itu disebutitikad baik dalam arti obyektif.Obyektif di sini menunjuk kepadakenyataan bahwa perilaku para pihakitu harus sesuai dengan anggapanumum tentang itikad baik dan tidaksemata-mata berdasrkan padaanggapan para pihak sendiri.

Hal hal demikian jugaditegaskan oleh Wiryono

Page 15: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1439

Prodjodikoro yang menyatakanbahwa:

Kejujuran (itikad baik) dalamPasal 1338 ayat (3) BW,tidak terletak pada keadaanjiwa manusia, akan tetapiterletak pada tindakan yangdilakukan oleh kedua belahpihak dalam melaksanakanjanji, jadi kejujuran di sinibersifat dinamis, kejujurandalam arti dinamis ataukepatutan ini berakar padasifat peranan hukum padaumumnya, yaitu usaha untukmengadakan keseimbangandari berbagai kepentinganyang ada dalam masyarakat.Dalam suatu tata hukum padahakekatya tidakdiperbolehkan kepentinganorang lain sama sekaliterdesak atau diabaikan.Masyarakat harus merupakansesuatu neraca yang berdiritegak dalam keadaanseimbang.

Hal tersebut dimaksudkanbahwa dalam melaksanakanperjanjian dengan itikad baik adalahmelaksanakan perjajian denganmengandalkan norma-normakepatutan dan kesusilaan. Jadipelaksanaan perjanjian harus dinilaiberdasarkan ukuran obyektifataudengan lain perkataan.

Pelaksanaan perjanjian harusberjalan di atas rel yang benarselanjutnya menurut Subekti Pasal1338 BW itu memberikan kekuasaanpada hakim untuk mengawasipelaksanaan suatu pernajian agarjangan sampai pelaksanaan itumelanggar kepatutan atau keadilan.Oleh karena itu hakim berkuasauntuk menyimpang dari sisiperjanjian menurut hurufnya,

manakala pelaksanaan menurut hurufitu akan bertentangan dengan itikadbaik. Itikad dalam arti kepatutan itudipergunakan pula di dalam Pasal1339 BW yang menyebutkan:

Suatu perjanjian tidak hanyamengikat untuk hal-hal yangdengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuksegala sesuatu yang menurutsifat perjanjian diharuskanoleh kepatutan, kebiasaanatau Undang- Undang.

Menurut Houwing itikad baikdan kepatutan dalam kedua pasal itusama. Istilah kepatutan dalam Pasal1339 BW diambil dari Domat danistilah itikad baik dalam Pasal 1338ayat (8) BW diambil dari Pothier.Selanjutnya Pasal 1965 BWmengatur ”Itikad baik selamanyaharus dianggap ada, sedangkan siapayang menunjuk kepada suatu itikadburuk diwajibkan membuktikannya.”Pasal 1966 BW adalah cukup bahwapada waktu benda atau piutangdiperoleh, itikad baik itu ada.

Kemudian, secara eksplisitmelindungi seorang pembeli bendabergerak beritikad baik dalam Pasal1977 ayat (1) BW yang mengatur:

Terhadap benda bergerakyang tidak berupa bungamaupun piutang yang tidakharus dibayar kepada sipembawa maka barang siapayang menguasainya (denganitikad baik) dianggap sebagaipemiliknya.

Menurut Subekti, itikad baikyang dipergunakan dalam pasal-pasaltersebut berbeda maknanya. Itikadbaik yang digunakan dalam istilah“pemegang barang (bezitter)” dan“pembeli barang” berbeda denganitikad baik dalam hokum perjanjian

Page 16: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1440

atau sebagaimana diatur dalam Pasal1338 ayat (3) BW. Itikad baik yangterkandung dalam Pasal 1338 ayat(3) BW mengandung pengertianbahwa pelaksanaan perjanjian ituharus berjalan dengan mengindahkannorma-norma kepatutan dankesusilaan. Itikad baik yang pertamamengandung unsur subjektif,sedangkan yang kedua mengandungunsur objektif.

3. Pemikiran Asas itikadbaik di beberapa Negara.

Asas itikad baik dapatdisimpulkan dari Pasal 1338 ayat (3)BW yang berbunyi ”Perjanjian harusdilaksanakan dengan itikad baik”.Asas itikad baik merupakan asasdimana para pihak dalam kontrakharus melaksanakan substansikontrak berdasarakan kepercayaanatau keyakinan teguh atau kemauanbaik dari para pihak. Asas itikad baikdibagi menjadi dua, yaitu itikad baiknisbi dan itikad baik mutlak.

Dalam itikad baik nisbi,orang memperhatikan sikap dantingkah laku yang nyata dari subjek,sedang itikad baik mutlak,penilaiannya terletak pada akal sehatdan keadilan, dibuat ukuran yangobjektif untuk menilai keadaan. Asasitikad baik merupakan asas dimanapara pihak dalam kontrak harusmelaksanakan substansi kontrakberdasarakan kepercayaan ataukeyakinan teguh atau kemauan baikdari para pihak. Itikad baik dalamkontrak merupakan lembaga hukumyang berasal dari hukum Romawiyang kemudian diserap oleh Civillaw.

Dalam perkembangannyadiserap pula dalam hukum kontrak dibeberapa negara yang menganutCommon La w System, sepertiAmerika Serikat, Australia, Selandia

Baru, dan Kanada. Amerika Serikattelah mener ima asas itikad baikdalam Uniform Commercial Code(UCC) maupun dalam putusanpengadilan. UCC menentukan :”Every contract or duty within thisAct imposes an obligation of goodfaith in its perfomances adnenforcement” BW mempergunakanistilah itikad baik dalam duapengertian, pengertian yang pertamaadalah itikad baik dalam pengertiansubyektif, di dalam bahasa Indonesiadisebut dengan kejujuran, pengertiantersebut terdapat dalam Pasal 530BW yang mengatur mengenaikedudukan berkuasa (bezit). Itikadbaik dalam arti subyektif merupakansikap bathin atau suatu keadaan jiwa.

Itikad baik yang berartikejujuran ini juga diatur dalam Pasal1386 BWndalam pasal tersebutdiatur ”Pembayaran yang denganitikad baik dilakukannkepadaseseorang yang memegang suratpiutangnya adalah sah” Pengertianitikat baik yang kedua adalah itikadbaik dalam arti obyektif. Didalambahasa Indonesianitikad baik dalampengertian ini disebut juga denganistilah kepatutan. Obyektifndisinimenunjuk kepada kenyataan bahwaperilaku para pihak itu harussesuaindengan anggapn umumtentang itikad baik dan tidak semata-mata pada anggapann para pihaksendiri.

Sampai saat ini tidak adamakna tunggal itikad baik dan masihmenjadinperdebatan mengenaibagaimana sebenarnya makna itikadbaik tersebut. Amerikan Serikat telahsejak lama menerima doktrin itikadbaik dalam kontrak yangnterefleksidalam Uniform Commercial Codes(UCC), Restatement of Contract,maupun putusan-putusan pengadilan.Hakim-hakim di Selandia Baru,

Page 17: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1441

Kanada, Australia belum begitu lamamengenal doktrin itikad baik sebagaibagian hukum mereka.

Walaupun itikad baikmenjadi asas penting dalam hukumkontrak dinberbagai sistem hukum,namun asas itikad baik tersebutmasih menimbulkannpermasalahanberkaitan dengan keabstrakan maknaitikad baik, sehinggatimbulnpengertian itikad baik yangberbeda-beda baik dari persepektifwaktu, tempat sertan subyeknya.Menurut ketentuan dari Pasal 1457BW, yang dimaksud dengan jual beliadalah: “Suatu perjanjian denganmana pihak yang satu mengikatkandirinya untuk menyerahkan hak atassuatu barang dan pihak yang lainuntuk membayar harga yang telahdijanjikan”.

Menurut undang-undang,sejalan saat ditutupnya perjanjianrisiko mengenai barangnya sudahberalih kepada si pembeli, artinyajika barang itu rusak hingga tidakdapat diserahkan kepada pembeli,maka orang ini harus tetapmembayar harganya. Sampai padawaktu penyerahannya itu si penjualharus merawatnya dengan baik. Jikasi penjual melalaikan kewajibannya,misalnya padawaktu yang telahditentukan belum menyerahkanbarangnya, maka mulai saat itu iamemikul risiko terhadap barang itudan dapat dituntut untuk memberikanpembayaran kerugian atau pembelidapat menuntut pembatalanperjanjian.

Sebaliknya jika si pembelitidak membayar harga barang padawaktu yang ditentukan si penjualdapat menuntut pembayaran itu yangjika ada alasan dapat disertai dengantuntutan kerugian ataupun ia dapatmenuntut pembatalan perjanjiandengan pemberian kerugian juga

barang yang belum dibayar itu dapatdiminta kembali.

Jual beli yang diatur dalamBW ini bersifat obligatoir, yangartinya bahwa perjanjian jual be1ibaru meletakkan hak dan kewajibantimbal balik antara kedua belah pihakpenjual dan pembeli, yaitumeletakkan kepada penjualkewajiban untuk menyerahkan hakmilik atas barang yang dijualnyasekaligus memberikan kepadanyahak untuk mendapat pembayaranharga yang telah disetujui dan disisilain meletakkan kewajiban kepadapembeli untuk membayar hargabarang sesuai imbalan haknya untukmenuntut penyerahan hak milik atasbarang yang dibelinya atau denganperkataan lain bahwa jual beli yangdianut Hukum Perdata jual belibelum memisahkan hak milik.

B. Ketentuan HukumPelaksanaan Itikad BaikDalam Perjanjian Kerja Sama

Pengertian mengenai itikadbaik/good faith dalam kontrak secarajelas dipaparkan dalam SimposiumHukum Perdata Nasional yangdiselenggarakan Badan PembinaanHukum Nasional (BPHN) yangmenentukan bahwa itikad baikhendaknya diartikan sebagai berikut:

1. Kejujuran dalam membuatkontrak;

2. Pada tahap pembuatanditekankan, apabilakontrak dibuat di hadapanpejabat, para pihakdianggap beritikad baik(meskipun ada jugapendapat yang menyatakankeberatannya);

3. Sebagai kepatutan dalamtahap pelaksanaan, yaituterkait suatu penilaian baikterhadap perilaku para

Page 18: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1442

pihak dalam melaksanakanapa yang telah disepakatidalam kontrak, semata-mata bertujuan untukmencegah perilaku yangtidak patut dalampelaksanaan kontraktersebut.

Berdasarkan pengertian itikadbaik dalam kontrak/perjanjiantersebut maka unsur yang utamaadalah kejujuran. Kejujuran parapihak dalam perjanjian ini meliputipada kejujuran atas identitas diri dankejujuran atas kehendak dan tujuanpara pihak. Kejujuran adalah unsuryang utama dalam pembuatanperjanjian/kontrak karenaketidakjujuran salah satu pihakdalam perjanjian/kontrak dapatmengakibatkan kerugian bagi pihaklainnya.

Pertama, sebagai ilustrasi adasalah satu pihak yang tidak jujurdalam awal pembuatan perjanjian,mengenai identitasnya, tentunyakemungkinan besar tidak akanmelaksanakan isi perjanjian karenatujuan awalnya semata-mata inginmendapatkan prestasi dari pihak lainnamun sebaliknya dirinya tindakmelaksanakan prestasinya.

Kedua, para pihak tidak jujursejak awal akan tujuanperjanjian/kontrak dibuat. Sebagaiilustrasi si A berutang kepada si B, siA belum dapat melunasi utangnyasesuai dengan jadwal kepada si Bmaka si A beritikad menjaminkanasetnya kepada si B, namunbukannya para pihak membuatperjanjian hutang dengan perjanjianjaminan melalui fidusia ataupun haktanggungan, melainkan para pihakmembuat perjanjian pengikatan jualbeli dengan pilihan pembeliankembali (buyback).

Ilustrasi tersebut menunjukkanbahwa para pihak tidak jujur dalamtujuan pembuatan kontrak/perjanjiankarena perjanjian yang dibuat tidaksesuai dengan tujuan yangsebenarnya. Perjanjian tersebutsecara hukum telah batal dan denganbatalnya perjanjian tersebut makatentunya merugikan para pihakdalam perjanjian tersebut.

Pengertian itikad baik dalamSimposium Hukum Perdata Nasionaltersebut sejalan dengan pendapatJ.M.Van Dunne dimana dalam 3fase perjanjian yaitu: precontractuale, contractuale fase, danpostcontractuale fase, asas itikadbaik harus melekat pada setiap faseperjanjian tersebut. Berkaitan denganfase perjanjian tersebut, masing-masing terdapat akibat hokum yangberbeda apabila dalam ada itikadtidak baik. Adanya itikad tidak baikdalam fase sebelum pembuatankontrak (pre contractuale) dapatberakibat dituntutnya pihak yangberitikat tidak baik tersebut tidakhanya secara perdata namun jugasecara pidana.

Asas-asas perjanjian diaturdalam KUHPerdata, yang sedikitnyaterdapat lima asas yang perlumendapat perhatian dalam membuatperjanjian: asas kebebasanberkontrak (freedom of contract),asas konsensualisme (concsensualism), asas kepastian hukum (pacta suntservanda), asas itikad baik (goodfaith) danasas kepribadian (personality)sebagaimana diuraikan sebagaiberikut:1. Asas Kebebasan Berkontrak

(freedom of contract);Setiap orang dapat secara bebasmembuat perjanjian selamamemenuhi syarat sahnyaperjanjian dan tidak melanggar

Page 19: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1443

hukum, kesusilaan, sertaketertiban umum. Menurut Pasal1338 ayat (1) KUH Perdata,“Semua perjanjian yang dibuatsecara sah berlaku sebagaiundang-undang bagi merekayang membuatnya.” “Semuaperjanjian…” berarti perjanjianapapun, diantara siapapun. Tapikebebasan itu tetap adabatasnya, yaitu selamakebebasan itu tetap berada didalam batas-bataspersyaratannya, serta tidakmelanggar hukum (undang-undang), kesusilaan (pornografi,pornoaksi) dan ketertiban umum(misalnya perjanjian membuatprovokasi kerusuhan).

2. Asas Kepastian Hukum (PactaSunt Servanda)Jika terjadi sengketa dalampelaksanaan perjanjian, misalnyasalah satu pihak ingkar janji(wanprestasi), maka hakimdengan keputusannya dapatmemaksa agar pihak yangmelanggar itu melaksanakan hakdan kewajibannya sesuaiperjanjian – bahkan hakim dapatmemerintahkan pihak yang lainmembayar ganti rugi. Putusanpengadilan itu merupakanjaminan bahwa hak dankewajiban para pihak dalamperjanjian memiliki kepastianhukum – secara pasti memilikiperlindungan hukum.

3. Asas Konsensualisme(concensualism)Asas konsensualisme berartikesepakatan (consensus), yaitupada dasarnya perjanjian sudahlahir sejak detik tercapainya katasepakat. Perjanjian telahmengikat begitu kata sepakatdinyatakan dan diucapkan,sehingga sebenarnya tidak perlu

lagi formalitas tertentu.Pengecualian terhadap prinsip iniadalah dalam hal undang-undangmemberikan syarat formalitastertentu terhadap suatuperjanjian.

4. Asas Itikad Baik (goodfaith/tegoeder trouw)Itikad baik berarti keadaan batinpara pihak dalam membuat danmelaksanakan perjanjian harusjujur, terbuka, dan salingpercaya. Keadaan batin parapihak itu tidak boleh dicemarioleh maksud-maksud untukmelakukan tipu daya ataumenutup-nutupi keadaansebenarnya.

5. Asas Kepribadian (personality)Asas kepribadian berarti isiperjanjian hanya mengikat parapihak secara personal tidakmengikat pihak-pihak lain yangtidak memberikankesepakatannya. Seseoranghanya dapat mewakili dirinyasendiri dan tidak dapat mewakiliorang lain dalam membuatperjanjian. Perjanjian yang dibuatoleh para pihak hanya berlakubagi mereka yang membuatnya.

Menurut Asser dalamperjanjian terdiri dari bagian inti(essensialia), dan bagian bukan inti(naturalia dan Accidentalia),dengan penjalasan antara lain:a. Unsur Essensialia.

Unsur yang mutlak harus ada.Unsur ini sangat erat berkaitandengan syarat sahnya perjanjian(Pasal 1320 KUHPerdata) danuntuk mengetahui ada/tidaknyaperjanjian serta mengetahui jenisperjanjiannya. ContohnyaKesepakatan.

b. Unsur Naturalia.Unsur yang lazimnya ada/sifatbawaan perjanjian sehingga

Page 20: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1444

secara diam-diam melekat padaperjanjian. Misalnya menjaminterhadap cacat tersembunyi.

c. Unsur Accidentalia.Unsur yang harus tegasdiperjanjikan misalnya pemilihantempat kedudukan. Sedangkanmenurut Salim H. S., dalambukunya Titik Triwulan Tutikbahwa suatu perikatan terdapatbeberapa unsur pokok antara lain1) adanya kaidah hukum; 2)Adanya Subjek Hukum; 3)Adanya prestasi (objekperikatan); 4) dan dalam bidangtertentu.

Pengertian perjanjian diaturdalam Pasal 1313 KUHPerdatadimana dalam Pasal tersebutdijelaskan bahwa perjanjian adalahsuatu perbuatan dengan mana satuorang atau lebih mengikatkan dirinyaterhadap satu orang lain atau lebih.Namun, pengertian perjanjian secaraumum adalah suatu peristiwa dimanaapabila seseorang berjanji kepadaseorang lainnya atau dimana duapihak atau lebih saling berjanji untukmelaksanakan sesuatu ataupun tidakuntuk melakukan sesuatu.

Dengan kata lain, perjanjianmerupakan suatu peristiwa konkretyang dapat diamati. Dalambentuknya, perjanjian merupakansuatu rangkaian perkataan yangmengandungkesepakatan/persetujuan para pihakyang membuatnya baik secara lisanmaupun dalam bentuk tertulis.Dariperistiwa itulah maka timbul suatuhubungan antara para pihak tersebutyang dinamakan perikatan.

Pengertian dari perikatanadalah suatu hubungan hukum antaradua orang atau dua pihak,berdasarkan mana pihak yang satuberhak menuntut sesuatu hal daripihak yang lain, dan pihak yang lain

berkewajiban untuk memenuhituntutan. Perikatan merupakan suatupengertian yang tidak konkret tetapiabstrak atau tidak dapat diamatikarena perikatan merupakan akibatdari adanya suatu perjanjian yangmenyebabkan orang-orang atau parapihak terikat untuk memenuhi apayang telah disepakati.Perikatan lahirkarena suatu persetujuan atau karenaundang-undang.

Semua kesepakatan yangdibuat sesuai dengan undang-undang, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yangmembuatnya.Persetujuan itu tidakdapat ditarik kembali selain dengankesepakatan kedua belah pihak, ataukarena alasan-alasan yang ditentukanoleh undang-undang. Persetujuanharus dilaksanakan dengan itikadbaik yaitu keinginan subyek hukumuntuk berbuat sesuatu, kemudianmereka mengadakan negosiasidengan pihak lain, dan sudah barangtentu keinginan itu merupakansesuatu hal yang baik.Itikad baikyang sudah mendapat kesepakatanterdapat dalam isi perjanjian untukditaati oleh kedua belah pihaksebagai suatu peraturan bersama. Isiperjanjian ini disebut prestasi yangberupa penyerahan suatu barang,melakukan suatu perbuatan, dantidak melakukan suatu perbuatan.

Grotius memahami kontrakadalah suatu perbuatan sukarela dariseseorang yang membuat janjitentang sesuatu kepada seseoranglainnya dengan penekanan bahwamasing-masing akan menerimanyadan melaksanakannya sesuai denganyang telah diperjanjikan. Kotrakbahkan dipahami oleh Grotius lebihdari sekedar janji, karena kontrakbahkan berdasarkan kehendak bebasdan kekuatan personal dari individu-individu yang membuatnya, yang

Page 21: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1445

didukung oleh harta kekayaan yangmereka miliki yang dapat dialihkanberdasarkan kontrak tersebut.

Kontrak menurut Hartkampadalah tindakan hukum yangterbentuk dengan memperhatikanperaturan perundang-undanganperihal aturan betuk formal olehperjumpaan pernyataan kehendakyang saling bergantung satu samalain sebagaimana dinyatakan olehdua atau lebih pihak, dandimaksudkan untuk menimbulkanakibat hukum demi kepentingansalah satu pihak serta atas bebanpihak lainnya, atau demi kepentingandan atas beban kedua belah pihak.Kontrak atau perjanjian ini merupakansuatu peristiwa hukum dimana seorangberjanji kepada orang lain atau duaorang saling berjanji untuk melakukanatau tidak melakukan sesuatu.

Pada dasarnya setiap orangdapat melakukan kontrak dengan siapasaja yang dikehendaki sepanjang orangtersebut tidak dilarang oleh undang-undang untuk melakukan kontrak.Pihak-pihak dalam kontrak ini dapatberupa orang perorangan atau badanusaha yang bukan badan hukum ataubadan hukum. Dalam melakukankontrak, pihak-pihak yang terlibat dalamkontrak tersebut dapat bertindak untukkepentingan dan atas namanaya sendiri,namun dapat pula bertindak atas namasendiri, namun untuk kepentingan oranglain bahkan dapat bertindak untukkepentingan dan atas nama orang lain.

Perjanjian kerjasama berasaldari kata perjanjian dankerjasama.Perjanjian menurut VanDunne adalah suatu hubunganhukum antara dua pihak atau lebihberdasarkan kata sepakat untukmenimbulkan akibat hukum.Perjanjian kerjasama tidak ada diatursecara rinci di dalamKUHPerdata.Namum, menurut Pasal1319 KUHPerdata, perjanjian kerjasamatermasuk dalam perjanjian innominaat.

Berdasarkan pendapat-pendapat para sarjana tersebut dapatdiartikan bahwa perjanjian adalahsebagai perbuatan hukum yangmenimbulkan perikatan, yaituhubungan hukum yang terjadidiantara dua orang atau lebih, yangterletak di dalam lapangan kekayaandimana pihak yang satu berhak atasprestasi dan pihak lainnya wajibmemenuhi prestasi. Maka berdasarkanhal tersebut klasifikasi Jenis PerjanjianKerjasama tersebut dapat dibedakanberbagai cara yaitu :1. Perjanjian menurut sumbernya:

a. Perjanjian yang bersumberdari hukum keluarga.Misalnya, perkawinan:

b. Perjanjian yang bersumberdari hukum kebendaan,adalah perjanjian yangterhubungan denganperalihan hukum benda.

c. Perjanjian obligatoir, adalahperjanjian yang menimbulkankewajiban.

d. Perjanjian yang bersumberdari hukum acara.

e. Perjanjian yang bersumberdari hukum publik.

2. Pejanjian menurut hak dankewajiban para pihak, dibedakanmenjadi:

a. Perjanjian timbal balik, adalahperjanjian pokok yangmenimbulkan kewajiban pokokbagi kedua belah pihak.Perjanjian ini ada 2 macam,yaitu timbal balik yangsempurna dan tidak sempurna.Contoh : Perjanjian jual-beli.

b. Pasal 1457 KUH Perdata, jualbeli adalah suatu perjanjiandengan mana pihak yang satumengikatkan dirinya untukmenyerahkan suatu kebendaandan pihak lainnya membayarharga yang telah diperjanjikan.

Page 22: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1446

c. Perjanjian sepihak, adalahperjanjian yang menimbulkankewajiban pada satu pihak saja,seangkan pada pihak lainhanya ada hak. Misalnya, hibah(Pasal 1666 KUHPerdata) danperjanjian pemberian kuasa(Pasal 1792 KUHPerdata).

3. Perjanjian menurut keuntunganasalah satu pihak dan adanyaprestasi pada pihak yang lain,dibedakan menjadi;a. Perjanjian Cuma-Cuma, adalah

perjanjian yang hanyamemberikan keuntungan padasalah satu pihak.Contoh:Perjanjian hibah.

b. Perjanjian atas beban adalahperjanjian dimana terhadapprestasi dari pihak yang satuselalu terhadap kontra prestasidari pihak lain dan.santarakedua prestasi itu adalahhubungannya menurut hukum.Contoh: Perjanjian jual-beli,sewa-menyewa, dan lain-lain.

c. Perjanjian menurut namanya,dibedakan menjadi perjanjiankhusus/ bernama/ nominaatdan perjanjian umum/ tidakbernama/ innominaat/perjanjian jenis baru (Pasal1319 KUHPerdata)

d. Perjanjian khusus/ bernama/nominaat adalahperjanjianyang memiliki namadan diatur dalamKUHPerdata.30 Contoh :Perjanjian-perjanjian yangterdapat dalam Buku III BabV-XVIII KUH Perdata, antaralain perjanjian jual-beli,perjanjian tukar-menukar,perjanjian sewa-menyewa,perjanjian untuk melakukanpekerjaan, perjanjianpersekutuan, perjanjian tentangperkumpulan, perjanjian hibah,

perjanjian penitipan barang,perjanjian pinjam pakai,perjanjian pinjam-meminjam,perjanjian bunga tetap, ataubunga abadi, perjanjianuntung-untungan, perjanjianpemberian kuasa, perjanjianpenanggungan, dan perjanjianperdamaian.

e. Perjanjian umum/ tidakbernama/innominaat/perjanjian jenis baru, adalahperjanjian yang timbul,tumbuh, dan hidup dalammasyarakat

Pada prinsipnya suatuperjanjian kerja sama harusmemenuhi beberapa syarat pokokberikut ini antara lain:a. Maksud mengadakan perjanjian,

pihak-pihak yang berjanji harusbermaksud supaya pejanjian yangmereka buat itu mengikat secarasah yang menumbulkan hak dankewajiban bagi pihak yang diakuioleh hukum.

b. Persetujuan yang tetap, pihak-pihak yang berjanji harusmencapai persetujuan yang tetapdengan penerimaan tanpa syaratatau tidak sedang berunding.Perundingan adalah tindakanyang mendahului tercapainyapersetujuan yang tetap, setelahperundingan selesai tawaranpihak yang satu diterima olehpihak yang lain artinya tercapaikesepakatan tentang pokokperjanjian, ketika itulah terjadipersetujuan yang tetap.

c. Prestasi, suatu perjanjian harusmenjadi perbuatan kedua belahpihak, tiap-tiap pihak yangberjanji untuk mematuhi prestasikepada pihak lain harusmemperoleh pula pemenuhanprestasi yang telah dijanjikanoleh pihak lainnya (prestasi

Page 23: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1447

timbal balik). d. Bentuk,bentuknya dapat berupa lisanatau tertulis, tetapi padaumumnya dilakukan secaratertulis.

d. Syarat-syarat tertentu, syarat-syarat tertentu ini harusmemungkinkan pengadilanmengetahui dengan pasti apayang telah disetujui oleh parapihak. f. Kausa yang halal,artinya bahwa perjanjian ini tidakbertentangan dengan ketertibanumum. Perihal perjanjian diaturdalam Buku III KUH Perdataberjudul “Tentang Perikatan.”

Menurut Subekti, perkataan“perikatan” (verbintenis) mempunyaiarti lebih luas dari perkataan“perjanjian,” sebab dalam Buku IIIKUH Perdata diatur juga perihalhubungan hukum yang sama sekalitidak bersumber dari pesetujuan atauperjanjian, yaitu perihal perikatanyang timbul dari perbuatan melawanhukum (onrechtmatige daad) danperikatan yang timbul daripengurusan kepentingan orang lainyang tidak berdasarkan persetujuan(zaakwaarneming).

Pelaksanaan Itikad baikdalam perjanjian kerjasama tentunyamemiliki hubungan hukum dankonsekuensi hukum tersendirisebagaimana telah diatur dalamKUH Perdata. Perjanjian kerjasamasebagai sebuah bentuk perikatanmerupakan suatu perbuatan hukumyang diatur oleh undangundang.Undang-undang di dalam Pasal 1313KUH Perdata menyebutkan bahwaperjanjian adalah suatu perbuatandengan mana satu orang atau lebihmengikatkan dirinya terhadap satuorang lain atau lebih. Di dalambukunya P.N.H Simanjuntakmerangkum beberapa defenisi

perjanjian menurut sarjana yangberbeda-beda, antara lain:a. Subekti menyatakan bahwa

perjanjian adalah suatu peritiwadimana seorang berjanji kepadaorang lain atau dimana dua orangitu saling berjanji untukmelaksanakan suatu hal.

b. Wirjono Prodjodikoroberpendapat bahwa perjanjianadalah suatu perhubungan hukummengenai harta benda antara duapihak, dimana satu pihak berjanjiuntuk melakukan sesuatu hal atauuntuk tidak melakukan sesuatuhal, sedang pihak lain berhakuntuk menuntut pelaksanaan janjiitu.

c. Menurut R. Setiawan,persetujuan adalah suatuperbuatan hukum, dimana satuorang atau lebih mengikatkandirinya terhadap satu orang ataulebih.

d. Menurut AbdulkadirMuhammad, perjanjian adalahsuatu persetujuan dengan manaatau lebih saling mengikatkandiri untuk melaksanakan suatuhal dalam lapangan hartakekayaaan.

Perikatan adalah hubungan hukumyang terjadi diantara 2 (dua) orangatau lebih yang terletak didalamlapangan harta kekayaan, dimanapihak yang satu berhak atas prestasidan pihak lainnya wajib memenuhiprestasi itu. PNH Simanjuntak dalambukunya merangkum beberapaistilah-istilah perikatan (verbintenis).Para sarjana menterjemahkan secaraberbeda-beda, KUH Perdatamenggunakan istilah “perikatan”untuk “verbintenis”, Utrechtmemakai istilah perutangan untuk“verbintenis”, Subektimempergunakan istilah “verbintenis”untuk “perikatan”, Soediman

Page 24: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1448

Kartohadiprodjo memakai istilah“hukum pengikatan” sebagaiterjemahan dari“verbintenissenrecht” sedangkanWirjono Prodjodikoro memakaiistilah “het verbintenissenrecht”sebagai hukum perjanjian bukanhukum perikatan.

4. KESIMPULANMerujuk pada pemaparan

hasil penilitian dan pembahasansebagaimana telah diuraikan di atas,maka dapat ditarik kesimpulansebagai berikut bahwa ketentuanhukum terhadap iktikad baik dalamperjanjian kerja sama adalah sebuahkesepakatan timbal balik dimanapara pihak dalam perjanjian tersebutsaling memberikan janji. Perjanjiandibuat sebagai sebuah alat bukti yangdijadikan dasar agar hak dankewajiban para pihak dapatdilaksanakan. Dalam perjanjian parapihak bebas mementukankehendaknya. Kebebasan para pihakdalam teori perjanjian klasik tersebutbukan bebas dalam arti yangsebebas-bebasnya, namun dibatasipada hukum yang berlaku. Padaprinsipnya apa yang diperjanjikanpara pihak tidak boleh bertentangandengan hukum yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKAA.Qirom Syamsudin M. 1985.

Pokok-Pokok HukumPerjanjian BesertaPerkembangannya.Yogyakarta: Liberty.

Abdul Kadir Muhammad, 1992.Hukum Perikatan, Bandung:Citra Aditya Bakti.

Ahmadi Miru. 2007. Hukum KontrakPerancangan Kontrak.

Jakarta: PT RajaGrafindoPersada.

Agus Yudha Hernoko. 2008. AsasProporsionalitas DalamKontrak Komersial,Yogyakarta: LaksbangMediatama.

Bryan A. Garner. 2004. Black’s LawDictionary, 8th edition, WestSt. Paul: Thomson.

Ediwarman. 2015. MonografMetodologi PenelitianHukum; Panduan PenulisanSkripsi, Tesis, dan Disertasi.,Medan: Sofmedia.

Djaja S. Meliala. 1987. MasalahItikad Baik dalam KUHPerdata. Cetakan Pertama ,Bandung: Bina Cipta.

John Salindheo, 1988. MasalahTanah Dalam Pembangunan,Cetakan Kedua. Jakarta:Sinar Grafika, 1988.

J.M. Van Dunne dalam Agus YudhaHernoko, Hukum Perjanjian :Asas Proporsionalitas DalamKontrak Komersial, LaksbangMediatama, Yogyakarta,2008.

Joni Emirzon. 2000. AlternatifPenyelesaian Sengketa diLuar pengadilan. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Kamaluddin. 1983. SaranaPenunjang Angkutan Laut.Jakarta : Bina Aksara.

K. Wantjik. 1997. Hukum AcaraPerdata, Jakarta: GhaliaIndonesia.

Page 25: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1449

Khairandy Ridwan. 2003. Itikad Baikdalam KebebasanBerkontrak. Jakarta: PascaSarjana Fakultas HukumUniversitas Indonesia.

Mariam Darus Badrulzaman. 2001.Kompilasi Hukum Perikatan.Bandung: Citra Aditya Bakti

Mariam Darus Badrulzaman. 2006.KUHPerdata Buku III,Bandung: Penerbit Alumni.

Muhammad Syaifuddin. 2005.Hukum Kontrak MemahamiKontrak dalam PerspektifFilsafat,Teori, Dogmatik, danPraktik Hukum (SeriPengayaan HukumPerikatan). Bandung: MandarMaju.

M. Solly Lubis. 1994. Filsafat Ilmudan Penelitian. Bandung:Mandar Maju.

Miles dan Huberman. 1992. AnalisisData Kualitatif: Buku tentangSumber Data-data Baru.Jakarta: Universitas IndonesiaPress.

Peter Mahmud Marzuki. 2010.Penelitian Hukum, Jakarta:Kencana Prenada MediaGroup.

Priyatna Abdurrasyid. 2002. Abitrasedan Alternatif PenyelesaianSengketa. Jakarta: FikahatiAneska.

P.N.H., Simanjuntak. 2009. PokokPokok Hukum PerdataIndonesia, Jakarta:Djambatan.

Retno Prabandari. 2007. Jenis-jenisPerjanjian Sebagai DasarHukum Dalam PengalihanHak Guna Bangunan ObjekHak Tanggungan. Tesis.Semarang: UniversitasDiponegoro.

Reinhard Zimmerman and SimonWhitttaker. 2000. GoodFaith in European ContractLaw. USA: CambridgeUniversity Press.

Riduan Syahrani. 1992. Seluk Belukdan Asas-Asas HukumPerdata. Bandung: Alumni.

R. Subekti. 2011. Pokok-PokokHukum Perdata. Jakarta: PT.Intermasa.

S.B March dan J. Soulsby alihBahasa oleh AbdulkadirMuhammad. 2006. HukumPerjanjian, Bandung:Alumni.

Sentosa Sembiring. 2006. HimpunanLengkap PeraturanPerundang-Undangantentang Badan Peradilan danPenegakan Hukum, Bandung:Nuasa Aulia.

Sudikno Mertokusumo. 1986.Rangkuman Kuliah HukumPerdata, Yogyakarta:Fakultas Pascasarjana UGM.

---------. 2004. Penemuan Hukum.Yogyakarta: Liberty, halaman9.

Sudaryo Soimin. 1994. Status TanahDan Pembebasan Tanah.Jakarta: Sinar Grafika.

Page 26: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1450

Sumadi Suryabrata. 2006.Metodologi Penelitian.Jakarta: Rajawali Pers.

Soerjono Soekanto. 1981. PengantarPenelitian Hukum, Jakarta:UI Press.

-----------. 1982. Kesadaran Hukumdan Kepatuhan Hukum,Jakarta: Rajawali.

Titik Triwulan Tutik. 2008. HukumPerdata dalam sistem HukumNasional, Jakarta: PenerbitPrenada Media Group.

Uyono, C. R. 2007. Shipping:Pengangkutan IntermodalEkspor Impor Melalui Laut.Jakarta: Percetakan ArgyaPutra.

Wirjono Projhodikoro. 1982. HukumPerkapalan danPengangkutan Laut. Jakarta:Bina Aksara, halaman 10.

---------. 2006. Asas-Asas HukumPerjanjian. Bandung:Bandung.

A. Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang HukumPerdata

Kitab Undang-Undang HukumDagang.

Undang-Undang No 21 Tahun 1992tentang Pelayaran.

Peraturan Pemerintah No.61 Tahun1954 tentang PenetapanPeraturan MengenaiPerusahaan Muatan KapalLaut.

Peraturan Pemerintah No.5 tahun1964 tentangPenyelenggaraan danPengusahaan Angkutan LautPeraturan Pemerintah No.2Tahun 1969 tentangPenyelenggaraan danPengusahaan Angkutan Laut.

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun1999 tentang Angkutan diPerairan PeraturanPemerintah RI No.69 Tahun2001 tentang Kepelabuhanan

Keputusan Bersama DirekturJenderal Perhubungan Laut,Direktur Jenderal PembinaanHubungan Industrial danPengawasan Ketenagakerjaandan Deputi BidangKelembagaan Koperasi danUsaha Kecil dan MenengahNomor :AL.59/1/12-02 ;300/BW/2002;113/SKB/DEP. I/VIII/2002tentang Pembinaan danPengembangan KoperasiTenaga Kerja Bongkar Muat(TKBM) Di Pelabuhan.

Keputusan Menteri Perhubungan No:KM 13 Tahun 1989 TentangPembinaan PerusahaanBongkar Muat.

Keputusan Menteri Perhubungan No:KM 14 Tahun Tahun 2002Tentang Tata Cara BongkarMuat Barang.

Keputusan Menteri Perhubungan No:KM 25 Tahun 2002 TentangPedoman Dasar PerhitunganTarif Pelayanan Jasa BongkarMuat dari dan ke Kapal diPelabuhan.

B. Internet dan Jurnal Ilmiah

Page 27: KETENTUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN IKTIKAD BAIK …

Prosiding Seminar Nasional & Expo II Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019

1451

Anonim. “Teori Keadilan MenurutAristoteles, Plato, ThomasHobbes”. Dalamhttp://pusatinformasi212.blogspot.co.id/2017/04/teori-keadilan-menurut-aristoteles-plato-thomas-hobbes.html,diakses pada hari Kamis, 01Februari 2018, Pukul20.15WIB.

Bambang Sutiyoso. 2013.“Penafsiran Kontrak MenurutKitab Undang-UndangHukum Perdata danMaknanya Bagi Para Pihakyang Bersangkutan,” JurnalHukum Ius Quia Iustum, Vol.20, No. 2, halaman 222.

Faiz. “Muhammad. Kemungkinandiajukan Perkara denganKlausula Arbitrase ke MukaPengadilan”. Dalamwww.panmuhamadfaiz.co.diakses hari Senin, tanggal 12September 2006, Pukul12.00Wib.

http://www.legalakses.com/asas-asas-perjanjian/. diakses 12Juni 2017, pukul 12.30WIB.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kerja_sama, diakses pada hariKamis, 01 Februari 2018,pukul 21.36WIB.

http://suaratkbm.com/regulasi/sejarah-koperasi-tkbm-pelabuhan di

akses tertanggal 12September 2017, Pukul07.30WIB

http://www.dephub.go.id/berita/baca/aturan-kemenhub-tentang-bongkar-muat-barang-direvisi/?cat=U29zaWFsaXNhc2kgUGVyYXR1cmFufHNlY3Rpb24tNj di aksestertanggal 23 Juni 2017,pukul 17.30WIB

M. Edy Sentosa, “Metode MetodePenelitian”, dalamhhtp//theglobalgenerations.blogspot.com, diakses padatanggal 21 Agustus 2014,pukul 21.30WIB.

“Perjanjian Bernama dan PerjanjianTidak Bernama”,http://iyudkidd02street17.blogspot.com, diakses padatanggal 02 September 2014,pukul 20.21WIB

Siti Ismijati Jenie, 2007, “Itikad BaikPerkembangan dari AsasHukum Khusus Menjadi AsasHukum Umum di Indonesia”,Pidato Pengukuhan JabatanGuru Besar, FakultasHukumUniversitas Gajah MadaYogyakarta,www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=927, diaksestanggal 11 Juni 2015, pukul17.30WIB.