55
KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Oleh: Dewi Yull Pasaribu NIM : 148114113 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN

GERIATRI DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Dewi Yull Pasaribu

NIM : 148114113

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

i

KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN

GERIATRI DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Dewi Yull Pasaribu

NIM : 148114113

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Janganlah hendaknya kamu kuatir

tentang apa pun juga,

tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu

kepada Allah dalam doa dan

permohonan dengan ucapan syukur”

( Filipi 4 : 6 )

Kupersembahkan karya ini untuk :

Kedua orangtuaku tersayang

Kedua kakakku, Abang Rickson dan Kak Desi serta Adikku Daniel

Siapapun yang ingin terus belajar dan mengembangkan ilmu

pengetahuan demi kebaikan semua orang

serta almamaterku tercinta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

vii

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa penulis panjatkan atas segala

berkat, rahmat, dan limpahan kasih-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat

menyelesaikan naskah skripsi yang berjudul “Ketepatan Pola Pengobatan Nyer i

pada Pasien Geriatri di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta” sebagai syarat

memperoleh gelar Sarjan Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Penulisan skripsi ini mendapat dukungandan bantuan dari berbagai

pihak, sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin dan arahan kepada

peneliti.

2. Dr. dr. Rizaldy Taslim Pinzon, M.Kes, Sp.S, selaku dosen pembimbing

skripsi yang telah banyak membantu dalam berbagi ilmu, pengetahuan,

wawasan, dan bersedia meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran unutk

berdiskusi dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt. dan Ibu Dr. Rita Suhadi,

M.Si., Apt., selaku dosen penguji atas semua saran dan dukungan yang

membangun.

4. Kepala Rumah Sakit Bethesda, Poliklinik Saraf dan Penyakit Dalam rawat

jalan yang memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian

dan pengambilan data.

5. Seluruh perawat Poliklinik Saraf dan Penyakit Dalam Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta atas kesediaannya membantu dalam melakukan

penelitian.

6. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Duta Wacana, yang telah memberikan ijin untuk

melakukan penelitian.

7. Orang tua tersayang Bapak H. Pasaribu dan Mama E. Panjaitan yang

dengan ikhlas, sabar, dan penuh kasih sayang mendukung penulis baik

secara materil maupun moril hingga tahap ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi

PRAKATA .................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi

ABSTRAK .................................................................................................. xii

ABSTRACT ................................................................................................. xiii

PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

METODE PENELITIAN ............................................................................. 3

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 4

KESIMPULAN ........................................................................................... 17

SARAN ....................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 18

LAMPIRAN ................................................................................................ 20

BIOGRAFI PENULIS ................................................................................. 41

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

x

DAFTAR TABEL

Tabel I. Karakteristik Pasien ....................................................................... 5

Tabel II. Distribusi Pengunaan Obat Nyeri Berdasarkan Golongan

dan Jenis Obat ................................................................................ 9

Tabel III. Distribusi Pola Pengobatan Nyeri ................................................... 11

Tabel IV. Presentase Faktor Risiko GI dan CV .............................................. 12

Tabel V. Ketepatan Pengobatan Nyeri Berdasarkan Riwayat GI dan CV ...... 14

Tabel VI. Ketepatan Pengobatan Nyeri Berdasarkan Tipe Nyeri .................... 16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data pengobatan pasien geriatri di Rumah Sakit Bethesda

Yogyakarta ............................................................................... 20

Lampiran 2. Faktor Risiko Kardiovaskuler (CV) ........................................... 25

Lampiran 3. Faktor Risiko Gastrointestinal (GI)............................................ 27

Lampiran 4. Ethical Clearance ..................................................................... 29

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian ................................................................... 30

Lampiran 6. Informed Consent ...................................................................... 31

Lampiran 7. Form Esesmen Nyeri ................................................................. 36

Lampiran 8. Besar Sampel Minimal .............................................................. 39

Lampiran 9. Definisi Operasional.................................................................. 40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

xii

ABSTRAK

Pendahuluan: Sejalan dengan meningkatnya populasi lansia, maka meningkat

pula jumlah kasus nyeri terkait disabilitas dan perubahan degeneratif. Berbagai

jenis analgesik banyak diresepkan pada pasien ini. Namun, masing-masing obat

analgesik memiliki manfaat dan risiko. Penatalaksanaan terapi nyeri dipilih

berdasarkan tipe nyeri dan adanya komorbiditas (gastrointestinal dan

kardiovaskuler). Tujuan: Mengidentifikasi serta menganalisis ketepatan pola

pengobatan nyeri pada pasien geriatri di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

berdasarkan faktor risiko dan tipe nyeri. Metode: Jenis penelitian ini adalah

observasional deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional yang

menggunakan data prospektif dari hasil wawancara melalui lembar essesmen

nyeri dan menggunakan rekam medik elektronik untuk melengkapi data pasien.

Ketepatan pola pengobatan nyeri dilihat berdasarkan acuan American Geriatrics

Society’s, dan beberapa acuan lain yang mendukung. Hasil: Data 64 pasien

geriatri yang mengalami nyeri terdiri dari 22 laki-laki (34,4%) dan 42 perempuan

(65,6%). Analgesik terbanyak yang diresepkan adalah parasetamol sebesar 29,9%;

dosis kombinasi (57,8%) adalah yang terbanyak diresepkan dibanding dosis

tunggal (42,2%); ketepatan pengobatan nyeri pada pasien geriatri berdasarkan

faktor risiko GI dan CV sebesar 56,2%; ketepatan pengobatan nyeri pada pasien

geriatri berdasarkan tipe nyeri sebesar 68,8%. Simpulan: Ketepatan pola

pengobatan nyeri jika dinilai dari faktor resiko dan tipe nyeri sebagian besar sudah

tepat.

Kata kunci: Ketepatan, analgesik, nyeri, geriatri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

xiii

ABSTRACT

Introduction: As the elderly population increases, so does the number of cases of

disability-related disabilities and degenerative changes. Various types of

analgesics are widely prescribed in these patients. However, each analgesic drug

has its benefits and risks. Management of pain therapy is selected based on the

type of pain and the presence of comorbidities (gastrointestinal and

cardiovascular). Aim: To identify and analyze the accuracy of pain treatment

patterns in geriatric patients at Bethesda Hospital Yogyakarta based on risk

factors and type of pain. Methods: The type of this study was descriptive

observational with cross sectional study design using prospective data from

interview result through pain essence sheet and using electronic medical record

to complete patient data. The accuracy of pain treatment patterns is seen by

reference to the American Geriatrics Society's, and several other supporting

references. Results: 64 geriatric patients with pain data consist of 22 men

(34,4%) and 42 women (6,6%). Most prescribed analgesics were paracetamol of

29,9%; combined analgesic (57,8%) were the most prescribed versus single

analgesic (42,2%); accuracy of pain treatment in geriatric patients based on GI

and CV risk factors of 56,2%; and the accuracy of pain treatment in geriatric

patients by type of pain is 68.8%. Conclusion: The accuracy of pain treatment

patterns in geriatric patients based on risk factor and type of pain is largely

appropriate.

Keywords: Accuracy, analgesics, pain, geriatrics

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

1

PENDAHULUAN

Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan dan timbul dari kerusakan jaringan aktual atau potensial yang

digambarkan dalam hal kerusakan tersebut (Kamaldeen et al., 2012). Seiring

dengan berjalannya waktu, penuaan dapat menyebabkan penurunan fungsi

fisiologis, peningkatan risiko berbagai penyakit, dan penurunan daya tahan tubuh

yang pada akhirnyaakan berdampak pada kematian (WHO, 2015).

Sejalan dengan meningkatnya populasi lansia, maka meningkat pula

jumlah kasus nyeri terkait disabilitas dan perubahan degeneratif pada kelompok

ini. Prevalensi kasus nyeri terutama nyeri kronis pada lansia berkisar antara 25 –

80%. Prevalensi nyeri pada lansia di komunitas adalah 25 – 50%, sementara yang

berada di sarana perawatan khusus 45 – 80% (Barus, 2015). Penelitian terhadap 3

kelompok etnik di Asia yaitu Cina, Melayu dan India diketahui bahwa prevalensi

nyeri pada kalangan lansia dengan usia >60 tahun adalah 19,5% (Satghare et al.,

2016), sedangkan di Indonesia sendiri belum terdapat data epidemiologi

prevalensi nyeri. Pada lansia, nyeri terjadi lebih tinggi pada wanita yaitu 79%

sedangkan laki-laki 53% (Kress et al., 2014). Kondisi nyeri neuromuskuler yang

paling sering dijumpai pada lansia adalah nyeri lengan/tungkai, nyeri tengkuk, dan

nyeri pinggang. Proporsi terbesar pasien datang dengan derajat nyeri sedang yaitu

60% (Pinzon, 2015).

Pada lansia terdapat peningkatan sensitivitas terhadap kerja obat sehingga

setiap pilihan analgetik perlu dimulai dari dosis kecil dan dinaikkan bertahap

sesuai dengan toleransi pasien dan sasaran terapi (Barus, 2015). Berbagai jenis

anti nyeri banyak diresepkan pada pasien ini. Aspek yang harus dipertimbangkan

dalam pemilihan terapi farmakologi nyeri dalam kerangka Evidence Based

Medicine yaitu manfaat dan risiko efek samping (Pinzon, 2016).

Analgesik secara luas diklasifikasikan menjadi opioid dan nonopioid.

Analgesik opioid berkerja pada sistem saraf pusat dan perifer sementara analgesik

non opioid termasuk obat Non steroid anti-inflammatory drugs (NSAID)

bertindak dengan menghambat sintesis prostaglandin yang merupakan salah satu

molekul dalam persepsi perifer nyeri. Selain membantu dalam mengurangi gejala

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

2

nyeri, analgesik ini memiliki efek samping yang dapat merugikan kualitas hidup

pasien. Efek samping yang paling parah adalah ketergantungan dan toleransi

terhadap opioid serta ulserasi lambung akibat NSAID (Kamaldeen et al., 2012).

American Geriatrics Society’s merekomendasikan penggunaan NSAID

dengan hati-hati dan periode waktu tertentu untuk individu dengan clearance

kreatinin rendah, gastropati, penyakit kardiovaskular, penyakit gastrointestinal

atau keadaan depresif intravaskular seperti gagal jantung kongestif terkait dengan

efek samping dari obat tersebut (Ferrell and Argoff, 2009). Penggunaan NSAID

jangka panjang berhubungan dengan peningkatan hospitalisasi, toksisitas renal,

infark miokardium, stroke dan kematian (Jones et al., 2016).

Opioid merupakan analgetik efektif untuk nyeri sedang hingga berat dan

dapat ditoleransi untuk sindrom nyeri persisten pada usia lanjut, terutama pada

pasien kanker. Pertimbangan penting untuk memulai penggunaan opioid adalah

respon terhadap opioid sebelumnya, fungsi hepar dan ginjal, interaksi obat,

komorbiditas, dan formulasi yang tersedia (Rastogi and Meek, 2013). Dosis yang

direkomendasikan untuk usia lanjut adalah 30-50% dosis dewasa muda. Dosis

dapat dinaikkan 25-50% tiap 24 jam hingga mencapai dosis adekuat untuk

mengatasi nyeri (Jones et al., 2016). Beberapa adjuvan yang sering digunakan

untuk manajemen nyeri pada usia lanjut, seperti antidepresan, antiepilepsi,

kortikoteroid, anestesi lokal, dan relaksan otot. Umumnya digunakan untuk nyeri

persisten dan refrakter terhadap pengobatan, atau untuk nyeri neuropati (Rastogi

and Meek, 2013). Penelitian ini memfokuskan pada pasien yang memiliki risiko

gastrointestinal (GI) dan kardiovaskuler (CV) karena pada penelitian Pinzon

(2015) pasien yang mengalami nyeri paling banyak adalah pada pasien yang

memiliki penyakit penyerta gastrointestinal (29,2%) dan kardiovaskuler (14,6%).

Penatalaksanaan terapi nyeri perlu mempertimbangkan kondisi risiko

gastrointestinal dan kardiovaskuler untuk mencegah keterulangan riwayat faktor

risiko tersebut. Pemilihan terapi nyeri juga perlu diperhatikan berdasarkan tipe

nyeri karena setiap tipe nyeri memiliki pengobatan yang berbeda (Pinzon, 2015).

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi serta menganalisis

pola pengobatan nyeri pada pasien geriatri di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

3

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran evaluasi pola pengobatan

nyeri pada pasien geriatri untuk mendapatkan terapi yang tepat sesuai dengan

kondisi pasien sehingga membantu mencegah terjadinya efek samping yang lebih

berat dan nyeri dapat teratasi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional deskriptif dengan

sifat pengambilan data secara prospektif yang berasal dari hasil wawancara

essesmen nyeri pasien. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross

sectional (potong lintang). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lembar assessment nyeri. Dari hasil instrumen ini dapat mengetahui skala nyeri,

derajat nyeri, tipe nyeri, sifat nyeri, serta penyakit penyerta dan terapi yang

diterima pasien. Bahan penelitiannya adalah catatan dalam rekam medis

elektronik di komputer. Rekam medis elektronik ini digunakan untuk melengkapi

data pada lembar essesmen nyeri, seperti riwayat pengobatan, riwayat penyakit,

serta komorbiditas. Penelitian ini dilakukan di poliklinik Saraf dan Penyakit

Dalam Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta pada periode Juni – Oktober 2017.

Besar sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 61

responden. Jumlah subjek penelitian yang didapatkan yaitu 64 responden. Kriteria

inklusi meliputi pasien dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan berusia

≥60 tahun, terdiagnosis nyeri, menerima terapi farmakologi anti nyeri serta

memiliki rekam medis lengkap sesuai kebutuhan. Kriteria ekslusi meliputi pasien

yang tidak memiliki rekam medik lengkap sesuai kebutuhan dan yang tidak

menyetujui informed consent. Desain sampel yang digunakan adalah non-random

sampling dengan jenis consecutive sampling.

Subjek penelitian dikatakan positif beresiko gastrointestinal yaitu yang

memiliki >2 faktor resiko berikut : 1) pasien yang berusia ≥65 tahun, 2)

menggunakan NSAID bersamaan dengan acetyl saliclyclic acid (ASA),

kortikosteroid, atau antikoagulan, 3) memiliki riwayat perdarahan pada saluran

gastrointestinal, ulkus peptikum, dyspepsia 4) menggunakan satu obat NSAID

dengan dosis maksimal atau menggunakan dua obat kombinasi NSAID (Lanas, et

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

4

al., 2011). Dikatakan positif beresiko kardiovaskuler yaitu pasien yang memiliki

riwayat infark miokard, riwayat hipertesi, angina, stroke, IHD (Ischemic Heart

Disease), gagal jantung, dan tekanan darah tidak terkontrol (>140/90 mmHg)

(Lanas et al., 2011). Tipe nyeri dikelompokkan menjadi tipe nyeri neuropatik dan

bukan neuropatik. Bila skor ID pain pada lembar essesmen nyeri >2 maka

dikatakan nyeri neuropatik (Yudianta et al., 2015). Terapi pengobatan nyeri

dikatakan tepat apabila sesuai dengan tipe nyeri dan faktor risiko yang dialami

pasien (Cavalieri, 2007; Fine, 2012).

Permohonan ijin berupa ethical clearance dikeluarkan oleh Komisi Etik

Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen

Duta Wacana Yogyakarta dengan nomor 425/C.16/FK/2017. Surat ijin penelitian

dikeluarkan oleh Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

Pengambilan data dilakukan dengan melakukan skrining subjek yang

sesuai dengan kriteria inklusi, mengisi informed consent dan bersedia menjadi

subjek penelitian. Kemudian dilakukan wawancara berdasarkan lembar essesmen

nyeri yang sesuai dengan Panduan Managemen Nyeri Rumah Sakit Bethesda

Yogyakarta. Selanjutnya dilakukan penelusuran rekam medik elektronik komputer

untuk memastikan jawaban pasien terkait usia, pengobatan, riwayat penyakit,

serta data lain yang dibutuhkan. Data rekam medik yang diperoleh secara lengkap

ditabulasi dengan Microsoft Excel sehingga data dapat disajikan dalam bentuk

tabel dengan beberapa keterangan seperti pada lampiran.

Dilakukan pengelompokkan data karakteristik pasien. Ketepatan pola

pengobatan nyeri pada pasien geriatri dianalisis dengan membandingkan

ketepatan penggunaan obat anti nyeri terhadap tipe nyeri, dan faktor risiko

penyakit tertentu berdasarkan guideline dari American Geriatrics Society’s

guideline, Panduan Managemen Nyeri di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, serta

Guidance on The Management of Pain in Older People. Dari hasil penelitian ini

juga, peneliti melihat faktor risiko gastrointestinal dan kardiovaskuler yang dapat

berpengaruh terhadap pemilihan pengobatan nyeri yang dialami pasien geriatri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pasien geriatri yang mengalami nyeri adalah 64 pasien di poliklinik Saraf

dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Data yang diambil yaitu

data pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Karakteristrik Subjek Penelitian

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya nyeri salah satunya

adalah faktor individu. Faktor individu tersebut dipengaruhi oleh usia dan jenis

kelamin. Nyeri dapat dialami di segala usia. Sejalan dengan meningkatnya usia

meningkat pula kasus nyeri terkait disabilitas dan perubahan degeneratif pada

kelompok ini seperti degenerasi pada tulang, kerusakan jaringan, dan pengurangan

cairan (Andini, 2015). Distribusi karakteristik pasien dalam penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel I.

Tabel I. Karakteristik Pasien

Karakteristik Responden

n %

Jenis Kelamin (n= 64)

Laki-laki

Perempuan

Usia

60-64 tahun

65-69 tahun

70-74 tahun

75-79 tahun

80-84 tahun

22 34,4

42 65,6

12 18,8

22 34,4

18 28,1

7 10,9

5 7,8

Derajat Nyeri

ringan (skala 1-3)

sedang (skala 4-6)

berat (skala 7-10)

24 37,5

31 48,4

9 14,1

Sifat Nyeri

akut

kronis

24 37,5

40 62,5

Diagnosis Nyeri

multiple side (nyeri lebih dari 1 sisi)

nyeri tengkuk

nyeri lengan/tungkai

nyeri dada

nyeri perut

nyeri punggung

lain-lain

21 32,8

4 6,3

17 26,6

4 6,3

4 6,3

12 18,8

2 3,1

Nyeri Mengganggu Tidur

Tidak

Ya

34 53,1

30 46,9

Nyeri Mengganggu Aktivitas

Tidak

Ya

25 39,1

39 61,0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

6

Kejadian tertinggi nyeri pada pasien geriatri dalam penelitian ini adalah

pada perempuan 65,6% dibandingkan laki-laki 34,4% (Tabel I). Hal ini serupa

dalam beberapa penelitian dari Pinzon (2015) dan Kress (2014) yang

menyebutkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, prevalensi tertinggi yang

mengalami nyeri adalah perempuan.

Usia rerata subjek penelitian adalah 69,8±6,0 tahun. Kelompok usia yang

terendah yaitu pada usia 80-84 tahun sebesar 7,8% (Tabel I). Menurut Kementrian

Kesehatan RI, saat ini usia harapan hidup di Indonesia sekitar 72 tahun, sehingga

telah sesuai dengan penelitian ini bahwa prevalensi pasien yang mengalami nyeri

semakin menurun dimulai dari kelompok usia ≥ 70 tahun. Semakin lanjut usia

seseorang semakin lemah kondisinya karena banyak terdapat organ penting yang

mulai mengalami penurunan fungsi (Rastogi and Meek, 2013). Kurangnya

aktivitas fisik berupa olahraga teratur serta pola makan yang kurang sehat juga

dapat mempengaruhi kondisi tubuh seseorang terutama pada lansia. Aktivitas fisik

yang teratur dan terkontrol dapat mengontrol proses inflamasi (nyeri) dan

meningkatkan kapasitas fungsional organ tubuh serta menurunkan penyakit

kardiovaskuler (Wahyuni, 2016).

Penelitian ini menggunakan NPS (Numeric Pain Scale) untuk

mengetahui derajat nyeri yang dialami pasien. Proporsi pasien datang ke rumah

sakit dengan derajat nyeri ringan-sedang. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian

Santos et al., (2015) yang menyatakan bahwa sebagian besar lansia yang

dievaluasi mengalami nyeri sedang-berat. Perbedaan ini mungkin terjadi karena

nyeri bersifat subjektif sehingga setiap individu memiliki presepsi nyeri yang

berbeda (Rastogi and Meek, 2013). Berdasarkan sifat nyeri, yang paling banyak

terjadi adalah nyeri kronis sebesar 62,5%. Hal ini sesuai dengan penelitian

Bruckenthal dalam Barus (2015) yang menyatakan bahwa prevalensi nyeri

terbanyak adalah nyeri kronis pada lansia berkisar antara 25 – 80%. Usia tua

ditandai dengan adanya masalah kesehatan akibat proses penuaan dan adanya

banyak penyakit kronis yang mempengaruhi sistem dan organ. Perubahan yang

terkait dengan penuaan dan penyakit pada sistem muskuloskeletal dan saraf

menyebabkan peningkatan kejadian rasa sakit seiring bertambahnya usia sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

7

pada populasi ini banyak yang mengalami nyeri kronis (Kozak-Szkopek et al.,

2017). Kondisi nyeri yang paling sering dijumpai pada penelitian ini adalah pasien

yang memiliki diagnosis nyeri multiple sides (nyeri lebih dari satu sisi) sebesar

32,8%, nyeri lengan/tungkai sebesar 26,6% dan diikuti nyeri punggung sebesar

18,8%. Sesuai dengan penelitian Patel et al., (2014), yang menyatakan bahwa

mayoritas lansia mengalami nyeri dibeberapa lokasi (74,9%) salah satunya terkait

dengan kinerja fisik ekstremitas.

Berdasarkan wawancara terhadap pasien geriatri yang mengalami nyeri,

didapatkan hasil berupa 53,1% pasien tidak mengalami gangguan tidur dan 46,9%

pasien mengalami gangguan tidur (Table I). Hasil ini tidak sejalan dengan

penelitian Morlen dalam Harvey et al., (2017) yang mengatakan bahwa 67%

orang yang mengalami nyeri kronis juga mengeluhkan tidurnya. Gangguan tidur

meningkat seiring dengan bertambahnya usia (Harvey et al., 2017). Lansia dengan

nyeri kronis dan terus-menerus dua kali lebih mungkin mengalami kesulitan

dalam tidur. Hal ini terutama terjadi pada individu yang memiliki rasa sakit di

banyak tempat (Molton and Terrill, 2014). Perbedaan data ini mungkin dapat

terjadi karena persepsi masing-masing pasien berbeda dan tingkat kebutuhan akan

tidur bervariasi pada setiap individu yang dipengaruhi oleh penyakit, lingkungan,

keletihan, gaya hidup, stres emosional, dan obat-obatan (Indri, 2014). Hubungan

antara gangguan tidur dengan rasa sakit dan aktivitas fisik juga mungkin memiliki

keterkaitan satu sama lain, karena tidur yang buruk menyebabkan kelelahan yang

terus-menerus pada lansia dan kelelahan dapat menyebabkan penurunan aktivitas

fisik (Molton and Terrill, 2014). Sesuai dengan pernyataan tersebut, pada

penelitian ini nyeri yang mengganggu aktivitas memiliki nilai yang cukup besar

yaitu 61,0% (Table I). Oleh sebab itu, penatalaksanaan nyeri yang tidak adekuat

pada usia lanjut dapat menurunkan kualitas hidup dan menyebabkan gangguan

fungsional seperti gangguan tidur, depresi, anxietas, gangguan beraktivitas, dan

meningkatkan pembiayaan kesehatan (Asbury et al., 2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

8

Pola Pengobatan Nyeri pada Pasien Geriatri

Obat-obatan yang digunakan oleh pasien nyeri di poliklinik Saraf dan

Penyakit Dalam Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta dibagi menjadi beberapa

golongan obat. Pada penelitian ini, golongan obat yang digunakan sebanyak 3

golongan, yang kemudian terbagi kedalam beberapa kelompok obat..

Golongan obat yang paling banyak diresepkan pada pasien adalah non

opioid, yaitu sebesar 63,6%. Kelompok obat yang paling banyak digunakan yaitu

parasetamol sebesar 29,9% dan tebanyak kedua adalah NSAID sebesar 26,1%.

Hal ini sudah sesuai dalam studi terbaru yang dilakukan oleh Ely (2015), yang

mengatakan bahwa penggunaan parasetamol adalah yang paling besar dalam

pengobatan nyeri geriatri.

Parasetamol merupakan terapi lini pertama dalam pengobatan nyeri pada

geriatri karena lebih aman dibandingkan obat NSAID (Ferrell and Argoff, 2009).

Parasetamol merupakan analgetik yang aman dan efektif untuk nyeri ringan

sampai sedang (Jones et al., 2016). Parasetamol juga tergolong obat analgetik

antipiretik dengan efek anti inflamasi minimal (Pinzon, 2013). Parasetamol dapat

bekerja secara perifer untuk menghambat pembentukan rasa sakit dan juga dapat

menghambat sintesis asam arakidonat menjadi prostaglandin di sistem syaraf

pusat (Medscape, 2018). Parasetamol kurang efektif untuk nyeri inflamasi kronis

(seperti rasa sakit yang berhubungan dengan rheumatoid arthritis) dibanding

NSAID.Di USA ditemukan setengah dari kasus kegagalan hepar sebagai

konsekuensi penggunaan parasetamol yang melebihi dosis. Oleh karena itu, FDA

menurunkan rekomendasi dosis maksimum acetaminofen dari 4 gr menjadi 3 gr

dengan dosis minimal parasetamol pada produk kombinasi adalah 325 mg (Gianni

et al., 2010). Efek samping jarang terjadi dan penggunaan parasetamol tidak

terkait dengan efek samping GI yang signifikan, sistem saraf pusat dan ginjal atau

toksisitas kardiovaskular (Abdulla, 2013).

Penggunaan obat NSAID dalam penelitian ini merupakan terbanyak

kedua dalam golongan non opioid yaitu sebesar 26,1%. Obat NSAID‟s (Non

Steroidal Anti Inflamatory Drugs) memiliki efek analgesik dan antiinflamasi yang

juga sering diresepkan pada nyeri ringan sampai sedang, termasuk nyeri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

9

musculoskeletal (Pinzon, 2013). Obat golongan ini bekerja dengan menghambat

biosentesis prostaglandin yang merupakan salah satu molekul dalam persepsi

perifer nyeri, melalui hambatan jalur siklooksigenase (COX) (Kamaldeen et al.,

2012). American Geriatrics Society’s merekomendasikan penggunaan NSAID

dengan hati-hati dan periode waktu tertentu. Hal ini terkait efek samping NSAID

seperti gangguan sistem gastrointestinal, kardiovaskular, dan renal.NSAID

disarankan sebagai pilihan pengobatan saat parasetamol saja tidak mencukupi

untuk mengatasi nyeri pada penanganan awal dengan mempertimbangkan risiko

efek samping dan preferensi pasien secara individu (Abdulla, 2013).

Tabel II. Distribusi Pengunaan Obat Nyeri

Golongan Kelompok Nama Obat n % Total

(%)

Non-opioid

(n= 68;

63,6%)

Parasetamol Parasetamol 32 29,9 29,9

NSAID

Celecoxib

Ibuprofen

Kalium diklofenak Meloxicam

Natrium diklofenak

1

10

1 15

1

0,9

9,4

0,9 14,0

0,9

26,1

Metampiron Metampiron/analsik 8 7,5 7,5

Adjuvan

(n=22;

20,6%)

Antidepresan Amitripthyline 1 0,9 0,9

Antikonvulsan Carbamazepine

Pregabalin

1

3

0,9

2,8 3,7

Benzodiazepine Alprazolam

Diazepam

4

13

3,7

12,2 15,9

steroid

(n= 17; 15,9%)

Kortikosteroid Methylprednisolone

Triamcinolone

10

7

9,4

6,5 15,9

Total 107 100 100

Golongan obat adjuvan pada penelitian ini digunakan sebesar 20,6%.

Pada golongan ini yang banyak diresepkan adalah kelompok benzodiazepine

sebesar 15,9%. Adjuvan merupakan golongan obat yang dikembangkan untuk

tujuan selain penghilang rasa sakit juga untuk mengubah atau mengurangi

persepsi nyeri pada banyak kondisi nyeri. Yang termasuk kelompok obat ini yaitu

antidepresan, antikonvulsan, antiepileptik, dan agen lainnya yang mengubah

potensi membran saraf, saluran ion, permukaan sel situs reseptor, tingkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

10

neurotransmiter sinaptik, dan proses neuron lainnya yang terlibat dalam

pemprosesan sinyal nyeri. Obat adjuvan dapat digunakan sendiri atau diberikan

bersama dengan analgesik nonopioid atau opioid yang digunakan dalam berbagai

kondisi nyeri persisten, terutama nyeri neuropatik.

Golongan obat yang paling sedikit diresepkan pada penelitian ini adalah

steroid sebesar 15,9%. Pada golongan ini obat yang paling sering digunakan

adalah methylprednisolone sebesar 9,4%. Hal ini sudah sesuai dengan

guidelineAmerican Geriatrics Society’s yang menyebutkan bahwa kortikosteroid

biasanya digunakan pada populasi pasien yang kecil dimana subjek mungkin

kurang responsif terhadap obat lain atau memiliki kemungkinan lebih tinggi

terkena efek samping (Ferrell and Argoff, 2009). Kortikosteroid sistemik jangka

panjang harus disediakan untuk pasien dengan gangguan nyeri inflamasi. Khasiat

lain dari kortikosteroid juga disarankan untuk mengatasi beberapa nyeri

neuropatik (Ferrell and Argoff, 2009). Menurut American Geriatrics Society’s,

penggunaan kortikosteroid dengan dosis serendah mungkin untuk mencegah efek

samping seperti gastrointestenial dan kardiovaskuler. Dosis yang disarankan oleh

American Geriatrics Society’s adalah 5 mg perhari dan di tapper sesegera

mungkin. Dalam penelitian ini, dokter sudah tepat meresepkan kortikosteroid 4

mg/hari.

Pada Tabel III menunjukkan pola pengobatan nyeri geriatri pada

penelitian ini. Regimen terapetik anti nyeri yang paling banyak diresepkan adalah

dosis kombinasi yaitu sebesar 57,8%. Hal ini sejalan dengan penelitian Ely (2015)

yang menyebutkan bahwa sebuah studi di Finlandia melaporkan 70,0% komunitas

lansia menggunakan satu atau lebih anti-inflamasi atau analgesik. Kombinasi

analgetik tidak diharamkan selama perhitungan efektivitas dan efek samping

dilakukan dengan seksama. Sebagai contoh, pasien dapat diterapi dengan

analgetik nonopioid, opioid, dan adjuvan selama memang dibutuhkan. Namun,

yang harus dihindari adalah kombinasi analgetik yang berasal dari golongan yang

sama (Barus, 2015).

Pada dosis kombinasi obat anti nyeri yang paling banyak diresepkan

adalah kombinasi parasetamol (pct) + NSAID sebesar 12,5%. Hal ini sudah sesuai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

11

dengan rekomendasi WHO yang mengatakan bahwa yang termasuk lini pertama

pengobatan nyeri adalah parasetamol, NSAID ataupun keduannya untuk

manajemen nyeri ringan (Jones et al., 2016). AGS merekomendasikan bahwa

penggunaan NSAID pada geriatri baik selektif ataupun nonselektif harus

ditambahkan dengan gastroprotektan misalnya PPI (Proton Pump Inhibitor).

Tabel III. Distribusi Pola Pengobatan Nyeri

Dosis

(n=64) Pola Pengobatan Nyeri n (%)

Tunggal

(n=27;

42,2%)

Adjuvan

NSAID

Parasetamol

2

19

6

3,1

17,7

9,4

Kombinasi

(n= 37;

57,8%)

pct + NSAID

pct + NSAID +Adjuvan

pct + kortiko

pct + kortiko + adjuvan

pct + adjuvant

NSAID + kortiko

NSAID + kortiko + Adjuvan

NSAID + Adjuvan

NSAID + Adjuvan

8

6

4

5

1

7

1

3

2

12,5

9,4

6,2

7,8

1,6

10,9

1,6

4,7

3,1

Kombinasi tertinggi kedua adalah NSAID + kortikosteroid sebesar

10,9%. Berbeda dengan penelitian Zink (2005) kombinasi NSAID dan

kortikosteroid adalah tertinggi keempat. Berdasarkan data tersebut, pasien yang

mengalami nyeri Rheumatoid Arthritis (RA) 18% menerima kombinasi NSAID

nonselektif dan kortikosteroid, dan 12% menerima kombinasi NSAID selektif dan

kortikosteroid. Kombinasi penggunaan kortikosteroid dan NSAID nonselektif

diketahui meningkatkan masalah gastrointestinal bagian atas. Dalam

penelitiannya, Zink menyebutkan bahwa bukti saat ini menunjukkan adanya risiko

ulkus peptikum hingga 15 kali lebih besar pada pasien yang secara bersamaan

menerima kortikosteroid dan NSAID (Zink, 2005). Oleh karena itu, AGS

menyebutkan bahwa kombinasi dari dua golongan ini belum direkomendasikan

kecuali jika dipantau dengan hati-hati dan diterapi dengan dosis rendah (Ferrell

and Argoff, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

12

Faktor Risiko Gastrointestinal dan Kardiovaskuler

Faktor risiko GI yaitu pasien yang berusia ≥65 tahun atau lebih;

menggunakan obat NSAID bersamaan dengan obat acetyl saliclyclic acid (ASA),

kortikosteroid, antikoagulan; memiliki riwayat perdarahan pada saluran

gastrointestinal, ulkus peptikum, dyspepsia; menggunakan satu obat NSAID

dengan dosis maksimal atau menggunakan dua obat kombinasi NSAID. Pasien

yang memiliki satu atau lebih faktor risiko kardiovaskuler (CV) seperti riwayat

infark miokard, riwayat hipertesi, angina, stroke, IHD (Ischemic Heart Disease),

gagal jantung, dan tekanan darah tidak terkontrol (>140/90 mmHg), memiliki

risiko kardiovaskuler tinggi (Lanas et al., 2011).

Tabel IV. Presentase Faktor Risiko GI dan CV

Faktor Risiko GI (n= 7 ; 10,9%)

+ -

CV

(n= 43;

67,2%)

n % n %

+ 3 4,6 40 62,5

- 4 6,3 17 26,6

Berdasarkan hasil yang diperoleh, faktor risiko yang paling tinggi dalam

penelitian ini adalah CV sebesar 67,2% dibandingkan GI. Hal ini tidak sejalan

dengan penelitian Cahyo (2017) yang mengatakan bahwa faktor risiko GI (55,4%)

yang paling banyak dibandingkan CV (41,5%). Setiap individu mempunyai

kondisi tubuh yang berbeda-beda sehingga faktor risiko pun dapat berbeda.

Penatalaksanaan pengobatan nyeri perlu mempertimbangkan faktor risiko salah

satunya risiko kardiovaskuler untuk mencegah terjadinya keterulangan atau

peningkatan kejadian kardiovaskuler. Penggunaan NSAID selektif maupun

nonselektif harus sangat dibatasi terkait dengan risiko kardiovaskuler. NSAID

nonspesifik memiliki efek anti-platelet yang dapat menurunkan masa perdarahan,

sehingga penggunaannya harus dengan hati-hati pada pasien yang sedang dalam

pengobatan anti-koagulan (Pinzon, 2013).

Golongan NSAID selektif dikatakan memiliki efek samping

gastrointestinal lebih minimal, namun memiliki risiko efek samping

kardiovaskuler lebih besar (Pinzon, 2015). Selain NSAID, penggunaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

13

kortikosteroid yang dikaitkan dengan efek samping juga diketahui memiliki risiko

CV yang tinggi, seperti hipertensi, gagal jantung, penyakit jantung iskemik, dan

atrial fibrillation (AF). Dalam sebuah studi mengatakan bahwa tingkat kejadian

CV secara signifikan lebih tinggi pada pasien yang diberi dosis tinggi

kortikosteroid (≥7,5 mg/hari prednison atau obat lain yang setara) dibanding

dengan yang tidak menerima kortikosteroid. Namun, risiko CV tidak meningkat

pada pasien yang menggunakan <7,5 mg prednison setiap hari (Liu et al., 2013).

Terapi kortikosteroid juga dikaitkan dengan peningkatan risiko GI yang

merugikan termasuk gastritis, pembentukan ulkus, perdarahan, dan dispepsia.

Dalam penelitian meta analisis Liu et al (2013) telah gagal menunjukkan

hubungan yang signifikan antara penggunaan kortikosteroid tunggal dan tukak

lambung. Namun, terjadi peningkatan yang signifikan bila obat ini dikombinasi

dengan NSAID.

Selain penggunaan NSAID dan kortikosteroid, penggunaan adjuvan pada

geriatri juga harus diperhatikan dengan kondisi pasien. Adjuvan pertama yang

ditemukan yaitu antidepresan trisiklik (amitriptyline) memiliki efek samping

aritmia jantung pada pasien lansia (Pinzon, 2015). Gabapentin, pregabalin, dan

agen antikonvulsan lainnya yang memiliki efek menguntungkan pada kondisi

nyeri neuropatik dan memiliki efek samping yang lebih sedikit dibanding obat

trisiklik antikonvulsan dan antidepresan lain pada pasien lansia (Ferrell and

Argoff, 2009).

Ketepatan Pengobatan Nyeri Berdasarkan Faktor Risiko

Pengobatan nyeri pada pasien yang memiliki kedua faktor risiko tersebut

harus memiliki ketepatan pemilihan terapi. Ketepatan pemilihan terapi tersebut

dinilai berdasarkan panduan dari American Geriatrics Society’, Panduan

Managemen Nyeri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta dan Guidance on The

Management of Pain in Older People..

Pasien yang positif risiko GI dan negatif risiko CV, terapi lini pertama

adalah parasetamol. Jika parasetamol tidak adekuat maka NSAID inhibitor

selektif COX-2 dapat digunakan untuk mengurangi efek samping contohnya

celecoxib yang memiliki lebih sedikit efek samping gastrointestinal. Pada pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

14

yang menerima NSAID baik selektif atau nonselektif harus menggunakan PPI

atau gastroprotektan. Pemberian NSAID bersamaan dengan kortikosteroid, atau

selective serotonin reuptake inhibitors memiliki kontraindikasi sehingga dapat

memperparah masalah gastrointestinal (Abdulla, 2013). Penggunaan bersamaan

aspirin dosis rendah dengan NSAID khususnya ibuprofen dapat menurunkan efek

kardioprotektif dan dapat meningkatkan risiko GI. Aspirin dosis rendah digunakan

sebagai kardioprotektif (Ong et al., 2007). Berdasarkan hasil yang diperoleh,

ketepatan pengobatan nyeri pada kelompok ini sebesar 1,6% dari total 6,3%

(Tabel V).

Tabel V. Ketepatan Pengobatan Nyeri Berdasarkan Faktor Risiko GI dan CV

Faktor Risiko

GI (n= 7; 10,9%) Total

+ -

Tepat Tidak

tepat Tepat

Tidak

Tepat Tepat

Tidak

Tepat

CV

(n= 43;

67,2%)

n % n % n % n % n % n %

+ 2 3,1 1 1,5 31 48,4 9 14,1 33 51,5 10 15,6

- 1 1,6 3 4,7 14 21,9 3 4,7 15 23,5 9 9,4

Total 3 4,7 4 6,2 45 70,3 12 28,8

Pasien yang positif risiko CV dan negatif risiko GI, parasetamol

merupakan pilihan pertama. Penggunaan NSAID selektif dan kemungkinan

nonselektif lainnya juga harus dihindari. European Society for Clinical and

Economic Aspects of Osteoporosis and Osteoarthritis (ESCEO) mengatakan

bahwa kombinasi NSAID tidak direkomendasikan karena tidak memiliki bukti

manfaat tambahan. ESCEO tidak merekomendasikan penggunaan NSAID

berturut-turut sebelum mempertimbangkan pilihan terapi lain (Pelletier et al.,

2016). Jika nyeri pasien belum teratasi maka dapat memberikan opioid lemah

jangka pendek. Berdasarkan hasil yang diperoleh, ketepatan pengobatan pada

kelompok ini sebesar 48,4% dari total 62,5 (Tabel V).

Pasien yang memiliki risiko GI dan CV positif, jika parasetamol tidak

efektif mengatasi nyeri maka direkomendasikan untuk menggunakan NSAID non

selektif terlebih dahulu sesuai dengan rekomendasi AHA (The American Heart

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

15

Association) untuk meminimalkan kejadian kardiovaskuler dan masih dapat

memilih lini terapi lain yang disesuaikan kondisi pasien. Urutan pengobatan nyeri

menurut AHA dimulai dengan parasetamol, NSAID non-selektif, NSAID non-

selektif tetapi aktivitas lebih pada COX-2 inhibitor, dan terakhir NSAID selektif

COX-2 inhibitor (Fitzgerald, 2007). Meloxicam direkomendasikan sebagai

NSAID non-selektif yang memiliki aktivitas selektifitas COX-2 lebih unggul

dibandingkan diklofenak yang juga sebagai NSAID non-selektif menunjukkan

bahwa tolerabilitas meloxicam lebih baik daripada diklofenak pada sistem

gastrointestinal (Suryana, 2014). Berdasarkan hasil yang diperoleh, ketepatan

pasien dalam kelompok ini sebesar 3,1 dari total 4,6 % (Tabel V).

Pasien yang memiliki risiko GI dan CV negatif, dapat menggunakan obat

anti nyeri seperti, parasetamol, NSAID, kortikosteroid, atau adjuvan. Kondisi

pasien dan jangka waktu penggunaan obat anti nyeri tersebut harus

dipertimbangkan.Hasil yang diperoleh, ketepatan pengobatan nyeri pada

kelompok ini sebesar 21,9% dari total 26,6% (Tabel V).

Ketepatan Pengobatan Nyeri Berdasarkan Tipe Nyeri

Penelitian ini menilai ketepatan pengobatan nyeri berdasarkan tipe nyeri.

Penatalaksanaan nyeri dikatakan tepat apabila sesuai dengan tipe nyeri yang

dialami pasien (nosiseptik, neuropatik, atau campuran) (Ong et al., 2007).

Berdasarkan hasil data yang diperoleh, pasien yang memiliki tipe nyeri

paling banyak adalah campuran sebesar 71,9%, diikuti inflamatorik 25,8%,

neuropatik 1,6%, dan 0% untuk tipe nyeri nosiseptik. Tatalaksana nyeri pada

setiap nyeri berbeda sehingga pemilihan anti nyeri pun berbeda. Obat anti

nnflamasi non steroid dan opioid merupakan pilihan utama dalam tatalaksana

nyeri nosiseptif, namun hanya memiliki sedikit manfaat pada nyeri neuropatik

(Dworkin et al., 2007). Pada Tabel VI akan menunjukkan perbedaan dari keempat

nyeri tersebut.

Pada nyeri neuropatik, terapi dikatakan tepat jika dalam penelitian ini

pasien mendapatkan terapi opioid, kortikosteroid, dan atau adjuvant (tergantung

kondisi pasien) dan tidak menerima terapi NSAID. Berdasar hasil yang diperoleh,

ketepatan pengobatan nyeri neuropatik adalah sebesar 0% dari total 1,6%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

16

Pada nyeri inflamatorik, terapi dikatakan tepat jika pasien mendapatkan

parasetamol, opioid dan atau kortikosteroid. Terapi adjuvan dapat ditambahkan

untuk mengubah atau mengurangi persepsi nyeri pada banyak kondisi. Berdasar

pada American Geriatrics Society’s, adjuvan dapat digunakan sendiri atau

diberikan bersama dengan analgesik nonopioid atau opioid dan digunakan dalam

kondisi nyeri persisten. Ketepatan pengobatan nyeri pada nyeri inflamatorik

sebesar 21,2% dari total 25,8% (Tabel VI).

Tabel VI. Ketepatan Pengobatan Nyeri Berdasarkan Tipe Nyeri

Ketepatan Pengobatan n Tepat Tidak tepat

Neuropatik 1

(1,6%)

0

(0%)

1

(1,6%)

Inflamatorik 17

(25,8%)

14

(21,2%)

3

(4,6%)

Campuran 46

(71,9%)

30

(46,8%)

16

(25,0%)

Total Subjek 64

(100%)

44

(68,8%)

20

(31,3%)

Pada nyeri campuran (nosiseptik dan neuropatik), terapi dikatakan tepat

jika pasien mendapatkan terapi dari dua tipe nyeri tersebut. Ketepatan pengobatan

nyeri campuran sebesar 46,8% dari total 71,9% (Tabel VI). Dalam penelitian ini

masih terdapat pemilihan obat yang tidak tepat terutama pada nyeri campuran.

Pemilihan obat anti nyeri yang tidak tepat akan mempengaruhi proses

penyembuhan nyeri dan biaya terhadap pengobatan semakin lebih besar. Efek

samping akan meningkat jika penggunaan terapi tidak tepat. Kelemahan dalam

penelitian ini adalah penelitian dilakukan secara cross sectional tanpa ada follow

up pasiensehingga belum bisa melihat outcome setelah penggunaan obat anti nyeri

dan dampak jangka panjang dari pengobatan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

17

KESIMPULAN

Ketepatan pola pengobatan nyeri pada pasien geriatri berdasarkan faktor

risiko GI dan CV sebesar 56,2% dari total seluruh pasien dan ketepatan pola

pengobatan nyeri berdasarkan tipe nyeri sebesar 68,8% dari total seluruh pasien.

SARAN

Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko

gastrointestinal dan kardiovaskuler dengan periode yang lebih lama agar dapat

melihat outcome dari pengobatan yang diterima pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

18

DAFTAR PUSTAKA

Abdulla, A. et al (2013) „Guidance on the management of pain in older people‟,

(January). doi: 10.1093/ageing/afs200.

Andini, F. (2015) „Risk factors of low back pain in workers‟, 4(1), pp. 13–15.

Asbury, M. et al. (2013) „Experience of Pain in the Elderly in Relation to Mood,

Anxiety and Physical Quality of Life in a PACE/BHL Program‟, The

American Journal of Geriatric Psychiatry. Elsevier Inc, 21(3), pp. S109–

S110. doi: 10.1016/j.jagp.2012.12.146.

Barus, J. (2015) „Continuing Medical Education Penatalaksanaan Farmakologis

Nyeri pada Lanjut Usia‟, 42(3), pp. 167–171.

Cavalieri, T. A. (2007) „in Geriatric Patients‟, 107(6), pp. 10–16.

Dworkin, R. H. et al. (2007) „Pharmacologic management of neuropathic pain:

Evidence-based recommendations‟, Pain, 132(3), pp. 237–251. doi:

10.1016/j.pain.2007.08.033.

Ferrell, B., Argoff, C. and Epplin, J. (2009) „Pharmacological Management of

Persistent Pain in Older Persons‟, Journal of the American Geriatrics

Society, 57(6 Suppl), pp. 1331–1346. doi: 10.1111/j.1532-

5415.2009.02376.x.

Fine, P. G. (2012) „Treatment Guidelines for the Pharmacological Management of

Pain in Older Persons‟.

Fitzgerald, G. A. (2007) „COX-2 in play at the AHA and the FDA‟, Trends in

Pharmacological Sciences, 28(7), pp. 303–307. doi:

10.1016/j.tips.2007.05.007.

Gianni, W. et al. (2010) „Prevalence of pain in elderly hospitalized patients‟,

Archives of Gerontology and Geriatrics, 51(3), pp. 273–276. doi:

10.1016/j.archger.2009.11.016.

Harvey, M. et al. (2017) „Can we improve pain and sleep in elderly individuals

with transcranial direct current stimulation ? – Results from a randomized

controlled pilot study‟, pp. 937–947.

Indri (2014) „Hubungan Antara Nyeri, Kecemasan, dan Lingkungan dengan

Kualitas Tidur pada Pasien Post Operasi Apendisitis‟, pp. 1–8.

Jones, M. R. et al. (2016) „Pain in the Elderly‟, Current Pain and Headache

Reports, 20(4), pp. 1–9. doi: 10.1007/s11916-016-0551-2.

Kamaldeen, A. S. et al. (2012) „Evaluation of analgesics usage in pain

management among physicians‟, Journal of Applied Pharmaceutical

Science, 2(6), pp. 194–198. doi: 10.7324/JAPS.2012.2618.

Kozak-Szkopek, E. et al. (2017) „Prevalence of chronic pain in the elderly Polish

population - Results of the PolSenior study‟, Archives of Medical

Science, 13(5), pp. 1197–1206. doi: 10.5114/aoms.2015.55270.

Kress, H.-G. et al. (2014) „Managing chronic pain in elderly patients requires a

CHANGE of approach‟, Current Medical Research and Opinion, 30(6),

pp. 1153–1164. doi: 10.1185/03007995.2014.887005.

Lanas, A. et al. (2011) „Prescription patterns and appropriateness of NSAID

therapy according to gastrointestinal risk and cardiovascular history in

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

19

patients with diagnoses of osteoarthritis‟, BMC Medicine. BioMed

Central Ltd, 9(1), p. 38. doi: 10.1186/1741-7015-9-38.

Liu, D. et al. (2013) „IMMUNOLOGY A practical guide to the monitoring and

management of the complications of systemic corticosteroid therapy‟,

Allergy, Asthma & Clinical Immunology. Allergy, Asthma & Clinical

Immunology, 9(1), p. 1. doi: 10.1186/1710-1492-9-30.

Molton, I. R. and Terrill, A. L. (2014) „Overview of persistent pain in older

adults.‟, American Psychologist, 69(2), pp. 197–207. doi:

10.1037/a0035794.

Ong, C. K. S. et al. (2007) „An evidence-based update on nonsteroidal anti-

inflammatory drugs‟, Clinical Medicine and Research, 5(1), pp. 19–34.

doi: 10.3121/cmr.2007.698.

Patel, K. V. et al. (2014) „Prevalence and Impact of Pain among Older Adults in

the United States: Findings from the 2011 National Health and Aging

Trends Study‟, 154(12), pp. 1–22. doi:

10.1016/j.pain.2013.07.029.Prevalence.

Pelletier, J. et al. (2016) „Ef fi cacy and safety of oral NSAIDs and analgesics in

the management of osteoarthritis : Evidence from real-life setting trials

and surveys‟. Elsevier, 45, pp. 22–27. doi:

10.1016/j.semarthrit.2015.11.009.

Pinzon, R. (2013) Panduan Manajemen Nyeri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

Pinzon, R. (2015) „Komorbiditas Nyeri pada Pasien Lanjut Usia‟, 42(3), pp.

2013–2015.

Rastogi, R. and Meek, B. D. (2013) „Management of chronic pain in elderly, frail

patients: Finding a suitable, personalized method of control‟, Clinical

Interventions in Aging, 8, pp. 37–46. doi: 10.2147/CIA.S30165.

Santos, F. C. et al. (2015) „Chronic pain in long-lived elderly: prevalence,

characteristics, measurements and correlation with serum vitamin D

level‟, Revista Dor, 16(3), pp. 171–175. doi: 10.5935/1806-

0013.20150034.

Satghare, P. et al. (2016) „Prevalence and correlates of pain in people aged 60

years and above in Singapore: Results from the wise study‟, Pain

Research and Management, 2016. doi: 10.1155/2016/7852397.

Suryana, B. P. P. (2014) „Gastrointestinal Tolerability Of Diclofenac Sodium And

Meloxicam In Osteoarthritis Patient‟, pp. 35–39.

Wahyuni, F. (2016) „Hubungan Perilaku Hidup Sehat dengan Kekambuhan

Penyakit Rheumatic pada Lanjut Usia di Puskesmas Lendah I Kulon

Progi‟.

WHO (2015) „World report on Ageing And HeAltH‟, World Report On Ageing

And Health. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.

Yudianta et al. (2015) „Assessment Nyeri‟, 42(3), pp. 214–234.

Zink, A. (2005) „Current Use of Glucocorticoids in Patients With Rheumatoid

Arthritis in Germany AND‟, 53(5), pp. 740–747. doi: 10.1002/art.21467.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

20

Lampiran 1. Data pengobatan pasien geriatri di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

No. No. RM Inisial Usia

(tahun) JK Diagnosis Nyeri TD Peresepan

1. 00-65-64-84 D 64 P multiple side

(nyeri lutut dan

siku)

120/80 Mobiflex tab 15 mg (10) 1x1

Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1

Alpentin cap 100 mg (10) 1x1

Osteor-C- CR (1) 3x1

Pacetik tab 600 mg (10) 2x1

2. 00-90-64-84 JS 60 L multiple side

(nyeri leher,

pinggang dan kaki

sbelah kanan)

150/90 Farmasal tab 100 mg (30) 1x1

Pacetik tab 600 mg (20) 2x1

Alpentin cap 100 mg (20) 2x1

Neurobion Forte 250S (30) 1x1

Glimepiride tab 2 mg (30) 1x1

3. 01-00-19-56 PH 73 L multiple side

(nyeri punggung

bawah dan lutut)

90/60 Neurobion Forte 250S (30) 1x1

Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1

Meloxicam JKN tab 15 mg (10) 1x1

Alpentin JKN cap 100 mg (20) 2x1

Triamcinolone tab 4 mg (10) 1x1

4. 01-97-53-01 AS 64 L nyeri punggung

bawah

120/70 Pacetik Tab 600 Mg (20) 2x1

Lansoprazole Jkn Cap 30 Mg (10) 1x1

Analsik Tab (500 Mg+ 2 Mg) (30) 2x1

Vitamin B 12 Tab 50 Mcg (20) 2x1

5. 01-01-03-96 LJ 70 P nyeri lutut 130/80 Osteoflam cap (30) 1x1

Levazide 100 mg+ 25 mg (60) 2x1

Neurobion Forte 250S (30) 1x1

Analsik tab (500 mg+ 2 mg) (30) 2x1

6. 01-16-23-70 SH 68 P multiple side

(nyeri perut dan

lutut sebelah

kanan)

120/80 Triamcinolone tab 4 mg (10) 1x1

Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1

Fitajoint Roller cr 35 g 2x1

Pacetik tab 600 mg (10) 2x1

7. 01-97-80-78 S 74 P nyeri punggung 140/70 Meloxicam JKN tab 15 mg (10) 1x1

Triamcinolone tab 4 mg (10) 1x1

Lansoprazole JKN cap 30 mg (10) 1x1

Alpentin JKN cap 100 mg (10) 1x1

8. 01-16-24-75 TS 66 P nyeri lutut 130/80 Farmasal tab 100 mg (16) 1x1

Neurobion Forte 250S (30) 1x1

Atorvastatin tab 20 mg (16) 1x1

Pacetik tab 600 mg (20) 2x1

Fitajoint Roller cr 35 g 3x1

Piracetam cap 400 mg (30) 2x1

9. 01-12-42-21 PS 63 P nyeri punggung 130/80 Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1

Alpentin Jkn cap 100 mg (10) 1x1

Meloxicam tab 15 mg (10) 1x1

Methylprednisolone tab 4 mg (10) 1x1

Alprazolam tab 0,25 mg (10) 1x1

10. 01-16-00-06 P 62 L nyeri pinggang

kanan

100/60 Ibuprofen Jkn tab 400 mg (20) 2x1

Pacetik tab 600 mg (20) 2x1

Methylprednisolone tab 4 mg (20) 2x1

Alpentin Jkn cap 100 mg (20) 2x1

Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1

11. 01-02-41-39 D 65 P multiple side

(nyeri lutut, leher,

dan punggung)

120/80 Vitamin B12 tab 50 mg (20) 2x1

Alpentin Jkn cap 100 mg (20) 2x1

Racikan: (20) 2-3x1

Ibuprofen Jkn 100 mg

Paracetamol Jkn 100 mg

Valisanbe 1 mg

12. 00-31-54-68 S 65 P multiple side

(nyeri bahu dan

tangan ) sebelah

kiri

130/70 Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1

Triamcinolone tab 4 mg (10) 1x1

Alpentin cap 100 mg (20) 2x1

Pacetik tab 600 mg (20) 2x1

Neurobion Forte 250S (10) 1x1

13. 01-13-86-31 T 65 L multiple side

(nyeri punggung

dan lutut)

130/80 Methylprednisolone 4 mg (20) 2x1

Ibuprofen tab 400 mg (20) 2x1

Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1

Alpentine cap 100 mg (10) 1x1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

21

14. 01-15-96-57 N 67 L multiple side

(nyeri punggung,

kepala, dan lutut)

120/70 Meloxicam tab 15 mg (10) 1x1

Alpentin cap 100 mg (10) 1x1

Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1

Vitamin B12 tab 100 mcg (10) 1x1

15. 01-05-39-45 U 73 P nyeri lutut 130/80 Kenacort tab 4 mg (20) 2x1

Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1

Osteor-C Cr 3x1

Pacetik tab 600 mg (20) 2x1

Alpentine cap 100 mg (10) 1x1

16. 00-58-07-63 SS 68 P multiple side

(nyeri punggung

dan lutut)

130/80 Vitamin B12 tab 100 mcg (20) 2x1

Alpentine cap 100 mg (20) 2x1

Racikan : (20) 2x1

Ibuprofen 100 mg

Valisanbe 1 mg

Paracetamol 250 mg

17. 00-18-39-25 RU 68 P nyeri kepala 140/90 Analsik tab (500 mg+ 2 mg) (15) 3x1

Methycobal cap 500 mcg (30) 1x1

Zypraz tab 0,5 mg (10) ½ x1

18. 00-26-80-97 S 69 P nyeri perut 160/110 Simvastatin tab 10 mg (30) 1x1

Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1

Meloxicam Jkn tab 15 mg (10) 1x1

Alprazolam Jkn tab 0,25 mg (10) 1x1

Candesartan Jkn tab 8 mg (30) 1x1

19. 00-97-20-30 MS 81 L multiple side

(nyeri perut, kaki

dan punggung)

140/90 Meloxicam Jkn tab 15 mg (10) 1x1

Levazide Jkn tab 100 mg+25 mg (40) 2x1

Arkine tab 2 mg (20) 1x1

Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1

Vitamin B Complex Jkn tab (20) 1x1

20. 02-03-97-51 SI 61 L multiple side

(nyeri tangan dan

kaki kiri)

120/80 Vitamin B12 tab 50 mcg (60) 2x1

Pacetik tab 600 mg (10) 1x1

Miniaspi Jkn tab 80 mg (30) 1x1

Provelyn cap 75 mg (30) 1x 25 mg

21. 00-63-93-27 SS 72 L nyeri lutut 130/70 Thyrozol tab 5 mg (15) 1x2

Glimepirid Askes tab 2 mg (30) 1x1

Lisinopril Jkn tab 5 mg (30) 1x1

Novomix Jkn 30 Flexpen (10 UI) x 1

Acarbose Jkn tab 50 mg (90) 3x1

Meloxicam Jkn tab 15 mg (10) 1x1

22. 02-05-57-40 P 79 L nyeri kaki 120/70 Miniaspi Jkn tab 80 mg (14) 1x1

Salbutamol Jkn tab 2 mg (14) 2 x ½

Ambroxol Jkn tab 30 mg (20) 3x1

Furosemid Jkn tab 40 mg (14) 1x1

Pacetik tab 600 mg (10) 1x1

23. 00-30-39-86 ST 70 P nyeri perut 120/70 Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1

Domperidone tab 10 mg (20) 3x1

Pacetik tab 600 mg (10) 1x1

24. 02-05-53-97 M 75 P multiple side

(nyeri kaki dan

punggung)

120/80 Meloxicam Jkn tab 15 mg (10) 1x1

Vitamin B Complex Jkn tab (30) 2x1

Paracetamol 500 mg (15) 2x1

25. 01-07-67-88 S 68 L nyeri kaki 120/80 Paracetamol tab 500 mg (15) 3x1

Meloxicam Jkn tab 15 mg (7) 1x1

Allopurinol Jkn tab 300 mg (10) 1x1

26. 01-02-62-25 R 71 P nyeri dada kiri 120/80 Codikaf tab 10 mg (30) 3x1

Analsik tab (500 mg+ 2 mg) (20) 3x1

Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1

Inpepsia syr 500 mg/5 mL 3x1C

Somerol tab 4 mg(15) 3x1

27. 01-94-89-32 M 82 P nyeri perut 130/80 Domperidone tab 10 mg (20) 3x1

Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1

Sucralfate Jkn susp 3x1C

Paracetamol 500 mg (15) 3x1

28. 00-15-15-07 WS 70 P multiple side

(nyeri kepala dan

kaki)

130/70 Metformin tab 500 mg (60) 2x1

Alprazolam Jkn tab 0,25 mg (10) 1x1

Neurobion tab 250S (30) 1x1

Glimepiride tab 1 mg (60) 2x1

Amlodipine Jkn tab 5 mg (30) 1x1

Alpentine cap 100 mg (3) 1x1

Mecobalamin cap 500 mcg (30) 1x1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

22

29. 00-54-32-97 K 84 P nyeri kaki 150/80 Glisodin cap 250 mg (30) 1x1

Fitajoint Roller cr 3x1 UE

Miniaspi tab 80 mg (30) 1x1

Candesartan tab 8 mg (30) 1x1

Meloxicam tab 15 mg (10) 1x1

30. 00-59-65-46 ID 72 P nyeri leher 130/70 Lansoprazole cap 30 mg (15) 1x1

Alprazolam Jkn tab 0,25 mg (10) 1x1

Vitamin B Complex Jkn (30) 1x1

Sucralfate Jkn susp 3x1C

31. 01-10-71-03 TS 60 P nyeri kaki jempol 110/80 Ramipril Jkn tab 5 mg (15) 1 x ½

Bisoprolol Jkn tab 5 mg (30) 1x1

Miniaspi Jkn tab 80 mg (30) 1x1

Pacetik tab 600 mg (10) 2x1

32. 01-93-11-20 MH 72 P Multiple Side

(Nyeri Lutut Dan

Badan Sebelah

Kanan)

120/80 Amlodipine Jkn tab 5 mg (30) 1x1

Miniaspi Jkn tab 80 mg (30) 1x1

Vitamin B12 tab 100 mcg (30) 1x1

Ikalep Jkn tab 250 mg (300 1X1

Racikan: (20) 2x1

Paracetamol Jkn 200 mg

Methylprednisolone Jkn 2 mg

Valisanbe 1 mg

33. 00-50-68-20 AS 74 P nyeri lutut 140/70 Brainact tab 500 mg (20) 2x1

Mediflex Tgc cr 75 g (1) 3x1

Pacetik 600 mg (10) 2x1

34. 01-16-41-76 HL 71 L nyeri dada 130/60 Glisodin cap 250 mg (30) 1x1

Trizedon Mr tab 35 mg (60) 2x1

Canderin tab 8 mg (30) 1x1

Miniaspi tab 80 mg (30) 1x1

Pacetik 600 mg (10) 2x1

35. 00-74-95-17 ES 67 L nyeri lutut 120/70 Amlodipine Jkn tab 5 mg (30) 1x1

Metformin Jkn tab 500 mg (60) 2x1

Glimepiride Jkn tab 2 mg (30) 1x1

Meloxicam Jkn tab 15 mg (5) 1x1

36. 01-03-22-62 MMS 71 P multiple side

(nyeri leher dan

lutut)

120/80 Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1

Alpentin cap 100 mg (10) 1x1

Neurobion Forte tab 250 s (30) 1x1

Analsik tab (500 mg+ 2 mg) (20) 3x1

Triamcinolone tab 4 mg (10) 1x1

Osteoflam cap (30) 1x1

37. 00-29-92-68 S 66 P multiple side

(nyeri bahu dan

punggung)

140/80 Amlodipine Jkn tab 5 mg (30) 1x1

Candesartan Jkn tab 8 mg (30) 1x1

Racikan: (20) 2x1

Ibuprofen Jkn 100 mg

Valisanbe 1 mg

Paracetamol Jkn 200 mg

38. 00-21-43-92 F 74 P nyeri punggung

bawah

120/80 Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1

Kalmeco cap 500 mcg (30) 1x1

Provelyn cap t5 mg (10) 1x25 mg

Racikan : (20) 2x1

Paracetamol Jkn 200 mg

Valisanbe 2 mg

Methylprednisolone Jkn 2 mg

39. 01-11-80-25 M 68 P nyeri lutut 130/80 Vitamin B12 tab 100 mcg (30) 1x1

Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1

Alpentin Jkn cap 100 mg (10) 1x1

Racikan : (20) 2x1

Paracetamol Jkn 200 mg

Methylprednisolone Jkn 2 mg

Valisanbe 1 mg

40. 01-11-98-37 TB 66 P nyeri jari tangan 140/90 Vitamin B12 tab 100 mcg (60) 2x1

Alpentin Jkn cap 100 mg (30) 1x1

Betahistin Mesylate Jkn tab 6 mg (20) 2x1

Racikan : (20) 2-3x1

Paracetamol Jkn 250 mg

Valisanbe 1 mg

41. 00-25-67-54 M 61 P nyeri punggung 130/80 Vitamin B12 tab 100 mcg (60) 2x1

Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1

Alpentin Jkn cap 100 mg (30) 1x1

Racikan : (20) 2x1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

23

Valisanbe 1 mg

Methylpredisolone Jkn 2 mg

Paracetamol Jkn 200 mg

42. 00-68-49-54 J 69 P nyeri leher 130/80 Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1

Sifrol Jkn tab 0,375 mg (30) 1x1

Levazide Jkn tab 100mg + 25 mg (30) 1x1

Stalevo Jkn tab 100 mg (60) 2x1

Candesartan Jkn tab 8 mg (30) 1x1

Spironolakton Jkn tab 25 mg (10) 1x1

Racikan : (20) 2x1

Paracetamol Jkn 200 mg

Valisanbe 1 mg

43. 00-05-90-11 S 62 P multiple side

(nyeri punggung

dan kaki)

110/70 Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1

Alpentin Jkn cap 100 mg (10) 1x1

Vitamin B12 tab 50 mcg (10) 1x1

Betahistin Mesylate Jkn tab 6 mg (20) 3x1

Racikan : (20) 2x1

Paraceamol Jkn 200 mg

Methylpredisolone Jkn 2 mg

Valisanbe 1 mg

44. 01-13-46-90 S 81 P nyeri lutut 140/80 Pacetik tab 600 mg (20) 2x1

Betahistin Mesylate Jkn tab 6 mg (20) 2x1

45. 02-00-67-26 S 72 P nyeri tangan 110/60 Clopidogrel Jkn tab 75 mg (10) 1x ½

Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1

Adalat Oros Jkn tab 30 mg (30) 1x1

Irbesartan Jkn tab 300 mg (30) 1x1

Alpentin Jkn cap 100 mg (10) 1x1

Racikan : 20 (2x1)

Valisanbe 1 mg

Paracetamol Jkn 200 mg

Methylpredisolone Jkn 2 mg

46. 01-11-88-80 S 72 L nyeri leher 110/80 Vitamin B12 tab 100 mcg (30) 1x1

Analsik tab (500 mg+ 2 mg) (20) 2x1

Betahistin Mesylate Jkn tab 6 mg (20) 2x1

Ikalep Jkn tab 250 mg (30) 1x1

47. 01-08-62-57 SL 60 P nyeri punggung

bawah kanan

130/80 Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1

Ibuprofen Jkn tab 400 mg (20) 2x1

Alpentin Jkn cap 100 mg (10) 1x1

Vitamin B12 tab 50 mcg (60) 2x1

48. 01-11-25-69 K 68 P multiple side

(nyeri lutut dan

punggung)

130/60 Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1

Amlodipine Jkn tab 5 mg (30) 1x1

Candesartan Jkn tab 8 mg (30) 1x1

Alpentin Jkn cap 100 mg (30) 1x1

Betahistin Mesylate Jkn tab 6 mg (20) 3x1

R:

Valisanbe 1mg

Methylpredisolone Jkn 2 mg

Paracetamol Jkn 200 mg

49. 00-15-10-36 S 65 P nyeri badan

disebelah kanan

130/70 Neurobion Forte tab 250 S (30) 1x1

Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1

Alpentin Jkn cap 100 mg (30) 1x1

Ibuprofen Jkn tab 400 mg (20) 2x1

50. 00-36-24-36 AW 69 L nyeri dada 90/60 Codein Askes tab 10 mg (15) 3x1

Concor tab 2,5 mg (14) 1 x ½

Miniaspi Jkn tab 80 mg (28) 1x1

Farsorbid Jkn tab 5 mg (20) mg k/p 1 tab

Parasetamol 500 mg (15) 1x1

51. 00-65-50-15 SS 68 P nyeri dada 130/80 Omeprazole tab 20 mg (10) 1x1

Alpentin cap 100 mg (10) 1x1

Natrium Diklofenak Jkn tab 50 mg (20) 2x1

Sucralfate Jkn susp 100 mL (1) 3x2

Amitriptyline tab 25 mg (15) 2x1

52. 00-15-72-09 M 79 P multiple side

(nyeri leher dan

tangan kanan)

140/90 Esperson 0,25% cr 15 g (1) 3x UE

Aloclair Plus Oral SOL 60 mL (1) kumur

Amlodipine tab 10 mg (30) 1x1

Codikaftab 10 mg (20) 3x1

Carbamazepin Jkn tab 200 mg (30) 2x1

Yekaflu tab 100S (15) 3x1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

24

53. 00-41-04-64 SWS 72 P multiple side

(pusing dan nyeri

kaki kanan)

130/90 Anemolat Jkn tab 1 mg (90) 3x1

Domperidone Jkn tab 10 mg (20) 3x1

Paracetamol tab 500 mg (10) 3x1

54. 02-03-71-26 MZ 77 L nyeri perut atas 150/90 Acarbose Jkn tab 50 mg (30) 1x1

Vitamin B Complex Jkn tab (30) 1x1

Erphapillin tab 200 mg (20) 2 x ½

Meloxicam Jkn tab 15 mg (10) 1x1

Omeprazole cap 20 mg (10) 1x1

55. 00-15-68-48 MIT 68 P nyeri lutut 120/80 Epocaldi cap (60) 2x1

Celebrex cap 100 mg (30) 2x1

Oste Forte tab (53) 2x1

Fitajoint Roller cr 35 g (1) 3 DD UE

Remapo cap (80) 4 DD 1

Voltaren 1% Emulgel 20 g (1) 3 DD UE

56. 01-16-35-22 W 69 L nyeri bahu 130/80 Analsik tab 5oo mg + 2 mg (15) 3x1

Triamcinolone tab 4 mg (10) 2x1

Lansoprazole cap 30 mg (6) 1x1

Alpentin cap 100 mg (6) 1x1

57. 02-00-40-68 M 60 L nyeri kaki 130/80 Betahistin Mesylate tab 6 mg (20) 3x1

Trihexyphenidyl tab 2 mg (30) 1x1

Lansoprazole Jkn cap 30 mg (6) 1x1

Vitamin B12 tab 50 mcg (30) 1x1

Meloxicam Jkn tab 15 mg (10) 1x1

58. 01-93-82-98 YS 73 L nyeri punggung 140/80 Vitamin B12 tab 50 mcg (30) 1x1

Clopidogrel Jkn tab 75 mg (16) 1x1

Amlodipine Jkn tab 5mg (30) 1x1

Atorvastatin Jkn tab 20 mg (10) 1x1

Racikan: (20) 2x1

Ibuprofen Jkn 200 mg

Parasetamol Jkn 250 mg

Valisanbe 1 mg

59. 00-65-42-34 YFS 66 p nyeri tangan 130/80 Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1

Alpentin cap 100 mg (10) 1x1

Kaflam tab 25 mg (20) 2x1

Pacetik tab 600 mg (10) 2x1

60. 00-64-38-89 SS 78 P nyeri punggung 110/70 Neurobion Forte tab 250 S (30) 1x1

Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1

Meloxicam Jkn tab 15 mg (10) 1x1

Alprazolam Jkn tab 0,25 mg (10) 1x1

Alpentin cap 100 mg (10) 1x1

61. 01-12-50-17 SN 64 P nyeri punggung 100/60 Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1

Amlodipine Jkn tab 5 mg (30) 1x1

Ibuprofen Jkn tab 400 mg (20) 2x1

Pacetik tab 600 mg (20) 2x1

Alpentin Jkn cap 100 mg (10) 1x1

62. 00-38-19-74 DS 75 L nyeri punggung 150/80 Neurobion Forte tab 250S (30) 1x1

Analsik tab (500 mg+ 2 mg) (20) 2x1

Pacetik tab 600 mg (20) 2x1

Osteoflam cap (30) 1x1

Provelyn cap 75 mg (30) 1x1

63. 00-97-01-97 J 77 P multiple side

(nyeri bahu dan

lutut)

150/80 Amlodipine Jkn tab 5 mg (30) 1x1

Levazide Jkn tab 100 mg + 25 mg (60) 2x1

Ibuprofen Jkn tab 400 mg (30) 2x1

Candesartan Jkn tab 8 mg (30) 1x1

Alpentin Jkn cap 100 mg (20) 1x1

64. 01-11-53-72 HS 83 L nyeri punggung 140/80 Vitamin C tab 100 mg (30) 1x1

Vitamin B12 tab 50 mcg (30) 1x1

Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1

Meloxicam Jkn tab 15 mg (10) 1x1

Alpentin Jkn cap 100 mg (10) 1x1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

25

Lampiran 2. Faktor Risiko Kardiovaskuler (CV)

Keterangan :

Faktor risiko CV : 0 = tidak ; 1 = ya

Kesimpulan risiko CV : 0 = tidak terdapat faktor risiko ; 1 = terdapat satu atau lebih

faktor risiko

No

.

Riwayat

Infark

Miokar

Riwayat

Angina

Riwayat

Stroke

Riwayat

Ischemic

Heart

Disease

(IHD)

Riwayat

Hipertens

i

Riwayat

Gagal

Jantung

Tekanan

darah

tidak

terkontrol

Kesimpula

n Risiko

CV

n = 2

(3,1%)

n = 0

(0%)

n= 24

(37,5%)

n = 15

(23,4%)

n = 25

(39,1%)

n = 3

(4,7%)

n = 6

(9,4%) n = 43

(67,2%)

1 0 0 1 0 0 0 0 1

2 0 0 1 0 0 0 1 1

3 0 0 0 0 1 0 0 1

4 0 0 0 0 0 0 0 0

5 0 0 0 0 1 0 0 1

6 0 0 0 0 0 0 0 0

7 0 0 0 0 0 0 0 0

8 1 0 1 0 0 0 0 1

9 0 0 0 0 0 0 0 0

10 0 0 0 0 0 0 0 0

11 0 0 0 0 0 0 0 0

12 0 0 0 0 0 0 0 0

13 0 0 0 0 0 0 0 0

14 0 0 0 0 0 0 0 0

15 0 0 0 0 0 0 0 0

16 0 0 0 0 1 0 0 1

17 0 0 0 0 0 0 0 0

18 0 0 0 1 1 0 1 1

19 0 0 0 0 0 0 0 0

20 0 0 1 1 1 1 0 1

21 0 0 0 0 1 0 0 1

22 0 0 0 1 0 0 0 1

23 0 0 0 0 1 0 0 1

24 0 0 0 0 0 0 0 0

25 0 0 0 0 0 0 0 0

26 0 0 0 0 1 0 0 1

27 0 0 0 1 0 0 0 1

28 0 0 0 0 1 0 0 1

29 0 0 0 1 1 0 1 1

30 0 0 0 0 0 0 0 0

31 0 0 0 1 1 0 0 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

26

32 0 0 1 0 0 0 0 1

33 0 0 1 1 1 0 0 1

34 0 0 0 1 0 0 0 1

35 0 0 0 0 1 0 0 1

36 0 0 0 1 0 0 0 1

37 0 0 1 0 1 0 0 1

38 0 0 1 0 1 0 0 1

39 0 0 0 0 0 0 0 0

40 0 0 1 1 0 0 0 1

41 0 0 0 0 1 0 0 1

42 0 0 1 0 1 0 0 1

43 0 0 1 0 0 0 0 1

44 0 0 1 1 1 1 0 1

45 0 0 1 0 0 0 0 1

46 1 0 1 0 0 0 0 1

47 0 0 0 0 0 0 0 0

48 0 0 1 1 1 0 0 1

49 0 0 1 0 1 0 0 1

50 0 0 0 1 0 0 0 1

51 0 0 0 0 0 0 0 0

52 0 0 0 1 1 0 0 1

53 0 0 0 1 1 1 0 1

54 0 0 0 0 0 0 1 0

55 0 0 0 0 0 0 0 0

56 0 0 0 0 0 0 0 0

57 0 0 1 0 0 0 0 1

58 0 0 1 0 0 0 0 1

59 0 0 1 0 1 0 0 1

60 0 0 1 0 0 0 0 1

61 0 0 1 0 1 0 0 1

62 0 0 1 0 0 0 1 1

63 0 0 1 0 1 0 1 1

64 0 0 1 0 0 0 0 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

27

Lampiran 3. Faktor Risiko Gastrointestinal (GI)

Keterangan :

Faktor risiko GI : 0 = tidak; 1 = ya

Kesimpulan risikoGI : 0 = tidak terdapat faktor risiko; 1 = terdapat lebih dari 2 faktor

risiko; atau yang menggunakan NSAID dengan korikosteroid danantikoagulan; atau

dua obat NSAID; atau riwayat perdarahan ulkus.

No.

Usia ≥

65

tahun

Acetyl-

salycilic

acid

Kortiko-

steroid

Anti-

koagulan

Riwayat

Perdarahan

Ulkus

Riwayat

ulkus

peptikum

Riwayat

dispepsia

Dua obat

AINS

Kesimpulan

risiko GI

tinggi

n = 52

(81,3%)

n = 10

(15,6%)

n = 17

(26,6%)

n = 0

(0%)

n = 0

(0%)

n = 1

(1,6%)

n = 3

(4,7%)

n = 1

(1,6%)

n = 7

(10,9%)

1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 0 1 0 0 0 0 0 0 0

3 1 0 1 0 0 0 0 0 1

4 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 1 0 0 0 0 0 0 0 0

6 1 0 1 0 0 0 0 0 0

7 1 0 1 0 0 0 0 0 0

8 1 1 0 0 0 0 0 0 0

9 0 0 1 0 0 0 0 0 1

10 0 0 1 0 0 0 0 0 1

11 1 0 0 0 0 0 0 0 0

12 1 0 1 0 0 0 0 0 0

13 1 0 1 0 0 0 0 0 1

14 1 0 0 0 0 0 0 0 0

15 1 0 1 0 0 0 0 0 0

16 1 0 0 0 0 0 0 0 0

17 1 0 0 0 0 0 0 0 0

18 1 0 0 0 0 0 1 0 0

19 1 0 0 0 0 0 0 0 0

20 0 1 0 0 0 0 0 0 0

21 1 0 0 0 0 0 0 0 0

22 1 1 0 0 0 0 0 0 0

23 1 0 0 0 0 0 0 0 0

24 1 0 0 0 0 0 0 0 0

25 1 0 0 0 0 0 0 0 0

26 1 0 0 0 0 0 1 0 0

27 1 0 0 0 0 1 0 0 1

28 1 0 0 0 0 0 0 0 0

29 1 1 0 0 0 0 0 0 0

30 1 0 0 0 0 0 0 0 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

28

31 0 1 0 0 0 0 0 0 0

32 1 1 1 0 0 0 0 0 1

33 1 0 0 0 0 0 0 0 0

34 1 1 0 0 0 0 0 0 0

35 1 0 0 0 0 0 0 0 0

36 1 0 1 0 0 0 0 0 0

37 1 0 0 0 0 0 0 0 0

38 1 0 1 0 0 0 0 0 0

39 1 0 1 0 0 0 0 0 0

40 1 0 0 0 0 0 0 0 0

41 0 0 1 0 0 0 0 0 0

42 1 0 0 0 0 0 0 0 0

43 0 0 1 0 0 0 0 0 0

44 1 0 0 0 0 0 0 0 0

45 1 0 1 0 0 0 0 0 0

46 1 0 0 0 0 0 0 0 0

47 0 0 0 0 0 0 0 0 0

48 1 0 1 0 0 0 0 0 0

49 1 0 0 0 0 0 0 0 0

50 1 1 0 0 0 0 0 0 0

51 1 0 0 0 0 0 1 0 1

52 1 0 0 0 0 0 0 0 0

53 1 0 0 0 0 0 0 0 0

54 1 0 0 0 0 0 0 0 0

55 1 0 0 0 0 0 0 0 0

56 1 0 1 0 0 0 0 0 0

57 0 0 0 0 0 0 0 0 0

58 1 0 0 0 0 0 0 0 0

59 1 0 0 0 0 0 0 0 0

60 1 0 0 0 0 0 0 0 0

61 0 0 0 0 0 0 0 0 0

62 1 0 0 0 0 0 0 0 0

63 1 0 0 0 0 0 0 0 0

64 1 0 0 0 0 0 0 0 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

29

Lampiran 4. Ethical Clearance

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

30

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

31

Lampiran 6. Informed Consent

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

34

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

36

Lampiran 7. Form Esesmen Nyeri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

39

Lampiran 8. Besar Sampel Minimal

Penelitian ini menggunakan studi tentang proporsi dari suatu kejadian, sehingga

menggunakan rumus sample size sebagai berikut:

𝑛 =𝑍2 𝛼 ∙ 𝑝 1 − 𝑝

𝑒2

Keterangan:

𝑍2 𝛼 : Nilai Z pada derajat kemaknaan 95% =1,96

p : proporsi sebesar 19,5%(Satghareet al., 2016)

e : presisi diasumsikan 10%

(Swarjana, 2012).

𝑛 =1,962 ∙ 0.195(1 − 0,195)

0,12= 60, 303516 ≈ 61

Perhitungan besar sampel minimal menggunakan proporsi 19,5%

berdasarkan data Satghare et al., 2016 dengan presisi yang diasumsikan

peneliti sebesar 10% kesalahan yang dapat diterima dalam penelitian.

Jumlah sampel minimal yang diperoleh dari perhitungan besar sampel,

yaitu 61 orang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

40

Lampiran 9. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional

Derajat nyeri Derajat nyeri dinilai berdasarkan NPS (Numeric Pain

Scale), dikatakan nyeri ringan jika skala 1-3, nyeri

sedang skala 4-6, dan nyeri berat skala 7-10 (Pinzon,

2016).

Tipe nyeri Tipe nyeri dikelompokkan menjadi tipe nyeri

neuropatik dan bukan neuropatik. Bila skor ID pain

pada lembar essesmen nyeri >2 maka dikatakan nyeri

neuropatik (Yudianta, 2015).

Risiko gastrointestinal

(GI)

Pasien yang berusia ≥65 tahun; menggunakan NSAID

bersamaan dengan acetyl saliclyclic acid (ASA),

kortikosteroid, atau antikoagulan; memiliki riwayat

perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulkus

peptikum, dyspepsia; menggunakan satu obat NSAID

dengan dosis maksimal atau menggunakan dua obat

kombinasi NSAID (Lanas, et al., 2011).

Risikokardiovaskuler

(CV)

Pasien yang memiliki riwayat infark miokard, riwayat

hipertesi, angina, stroke, IHD (Ischemic Heart

Disease), gagal jantung, dan tekanan darah tidak

terkontrol (>140/90 mmHg) (Lanas et al., 2011).

Ketepatanpengobatan

nyeri

Terapi pengobatan nyeri dikatakan tepat apabila sesuai

dengan guideline, tipe nyeri dan faktor risiko yang

dialami pasien(Cavalieri, 2007; Fine, 2012).

Pola pengobatan nyeri Analgesik (opioid dan nonopioid) dan atau obat lain

(kortikosteroid; adjuvan) yang diterima oleh pasien

untuk mengatasi nyeri yang dialami.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN GERIATRI …

41

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi yang berjudul “Ketepatan Pola Pengobatan

Nyeri pada Pasien Geriatri di Rumah Sakit Bethesda

Yogyakarta” memiliki nama lengkap Dewi Yull Pasaribu,

lahir di Sorong 2 Juli 1996. Penulis merupakan anak ketiga

dari 4 bersaudara.Anak dari pasangan H. Pasaribu dan E.

Panjaitan. Penulis mengawali pendidikan di TK Maranatha

Sorong pada tahun 2001-2002, SD Inpres 17 Remu Sorong

pada tahun 2002-2008, SMP Negeri 5 Sorong pada tahun

2008-2011, SMA Negeri 2 Sorong pada tahun 2011-2014, dan pada tahun 2014

meneruskan pendidikan S1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma, penulis mengikuti beberapa kegiatan kepanitiaan seperti menjadi

anggota divisi P3K Pharmacy Performance and Road To School (2014 dan 2015),

koordinator divisi Hubungan Masyarakat Donor Darah JMKI 2016, anggota

divisi Konsumsi TITRASI (Tiga Hari Temu Akrab Farmasi) 2016, dan anggota

divisi Hubungan Masyarakat USD Speak Up 2016.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI