Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN
GERIATRI DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Dewi Yull Pasaribu
NIM : 148114113
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
KETEPATAN POLA PENGOBATAN NYERI PADA PASIEN
GERIATRI DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Dewi Yull Pasaribu
NIM : 148114113
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Janganlah hendaknya kamu kuatir
tentang apa pun juga,
tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu
kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur”
( Filipi 4 : 6 )
Kupersembahkan karya ini untuk :
Kedua orangtuaku tersayang
Kedua kakakku, Abang Rickson dan Kak Desi serta Adikku Daniel
Siapapun yang ingin terus belajar dan mengembangkan ilmu
pengetahuan demi kebaikan semua orang
serta almamaterku tercinta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa penulis panjatkan atas segala
berkat, rahmat, dan limpahan kasih-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat
menyelesaikan naskah skripsi yang berjudul “Ketepatan Pola Pengobatan Nyer i
pada Pasien Geriatri di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta” sebagai syarat
memperoleh gelar Sarjan Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Penulisan skripsi ini mendapat dukungandan bantuan dari berbagai
pihak, sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin dan arahan kepada
peneliti.
2. Dr. dr. Rizaldy Taslim Pinzon, M.Kes, Sp.S, selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah banyak membantu dalam berbagi ilmu, pengetahuan,
wawasan, dan bersedia meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran unutk
berdiskusi dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt. dan Ibu Dr. Rita Suhadi,
M.Si., Apt., selaku dosen penguji atas semua saran dan dukungan yang
membangun.
4. Kepala Rumah Sakit Bethesda, Poliklinik Saraf dan Penyakit Dalam rawat
jalan yang memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian
dan pengambilan data.
5. Seluruh perawat Poliklinik Saraf dan Penyakit Dalam Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta atas kesediaannya membantu dalam melakukan
penelitian.
6. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Duta Wacana, yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian.
7. Orang tua tersayang Bapak H. Pasaribu dan Mama E. Panjaitan yang
dengan ikhlas, sabar, dan penuh kasih sayang mendukung penulis baik
secara materil maupun moril hingga tahap ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
PRAKATA .................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
ABSTRAK .................................................................................................. xii
ABSTRACT ................................................................................................. xiii
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
METODE PENELITIAN ............................................................................. 3
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 4
KESIMPULAN ........................................................................................... 17
SARAN ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 18
LAMPIRAN ................................................................................................ 20
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................. 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR TABEL
Tabel I. Karakteristik Pasien ....................................................................... 5
Tabel II. Distribusi Pengunaan Obat Nyeri Berdasarkan Golongan
dan Jenis Obat ................................................................................ 9
Tabel III. Distribusi Pola Pengobatan Nyeri ................................................... 11
Tabel IV. Presentase Faktor Risiko GI dan CV .............................................. 12
Tabel V. Ketepatan Pengobatan Nyeri Berdasarkan Riwayat GI dan CV ...... 14
Tabel VI. Ketepatan Pengobatan Nyeri Berdasarkan Tipe Nyeri .................... 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data pengobatan pasien geriatri di Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta ............................................................................... 20
Lampiran 2. Faktor Risiko Kardiovaskuler (CV) ........................................... 25
Lampiran 3. Faktor Risiko Gastrointestinal (GI)............................................ 27
Lampiran 4. Ethical Clearance ..................................................................... 29
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian ................................................................... 30
Lampiran 6. Informed Consent ...................................................................... 31
Lampiran 7. Form Esesmen Nyeri ................................................................. 36
Lampiran 8. Besar Sampel Minimal .............................................................. 39
Lampiran 9. Definisi Operasional.................................................................. 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
ABSTRAK
Pendahuluan: Sejalan dengan meningkatnya populasi lansia, maka meningkat
pula jumlah kasus nyeri terkait disabilitas dan perubahan degeneratif. Berbagai
jenis analgesik banyak diresepkan pada pasien ini. Namun, masing-masing obat
analgesik memiliki manfaat dan risiko. Penatalaksanaan terapi nyeri dipilih
berdasarkan tipe nyeri dan adanya komorbiditas (gastrointestinal dan
kardiovaskuler). Tujuan: Mengidentifikasi serta menganalisis ketepatan pola
pengobatan nyeri pada pasien geriatri di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
berdasarkan faktor risiko dan tipe nyeri. Metode: Jenis penelitian ini adalah
observasional deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional yang
menggunakan data prospektif dari hasil wawancara melalui lembar essesmen
nyeri dan menggunakan rekam medik elektronik untuk melengkapi data pasien.
Ketepatan pola pengobatan nyeri dilihat berdasarkan acuan American Geriatrics
Society’s, dan beberapa acuan lain yang mendukung. Hasil: Data 64 pasien
geriatri yang mengalami nyeri terdiri dari 22 laki-laki (34,4%) dan 42 perempuan
(65,6%). Analgesik terbanyak yang diresepkan adalah parasetamol sebesar 29,9%;
dosis kombinasi (57,8%) adalah yang terbanyak diresepkan dibanding dosis
tunggal (42,2%); ketepatan pengobatan nyeri pada pasien geriatri berdasarkan
faktor risiko GI dan CV sebesar 56,2%; ketepatan pengobatan nyeri pada pasien
geriatri berdasarkan tipe nyeri sebesar 68,8%. Simpulan: Ketepatan pola
pengobatan nyeri jika dinilai dari faktor resiko dan tipe nyeri sebagian besar sudah
tepat.
Kata kunci: Ketepatan, analgesik, nyeri, geriatri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
ABSTRACT
Introduction: As the elderly population increases, so does the number of cases of
disability-related disabilities and degenerative changes. Various types of
analgesics are widely prescribed in these patients. However, each analgesic drug
has its benefits and risks. Management of pain therapy is selected based on the
type of pain and the presence of comorbidities (gastrointestinal and
cardiovascular). Aim: To identify and analyze the accuracy of pain treatment
patterns in geriatric patients at Bethesda Hospital Yogyakarta based on risk
factors and type of pain. Methods: The type of this study was descriptive
observational with cross sectional study design using prospective data from
interview result through pain essence sheet and using electronic medical record
to complete patient data. The accuracy of pain treatment patterns is seen by
reference to the American Geriatrics Society's, and several other supporting
references. Results: 64 geriatric patients with pain data consist of 22 men
(34,4%) and 42 women (6,6%). Most prescribed analgesics were paracetamol of
29,9%; combined analgesic (57,8%) were the most prescribed versus single
analgesic (42,2%); accuracy of pain treatment in geriatric patients based on GI
and CV risk factors of 56,2%; and the accuracy of pain treatment in geriatric
patients by type of pain is 68.8%. Conclusion: The accuracy of pain treatment
patterns in geriatric patients based on risk factor and type of pain is largely
appropriate.
Keywords: Accuracy, analgesics, pain, geriatrics
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan dan timbul dari kerusakan jaringan aktual atau potensial yang
digambarkan dalam hal kerusakan tersebut (Kamaldeen et al., 2012). Seiring
dengan berjalannya waktu, penuaan dapat menyebabkan penurunan fungsi
fisiologis, peningkatan risiko berbagai penyakit, dan penurunan daya tahan tubuh
yang pada akhirnyaakan berdampak pada kematian (WHO, 2015).
Sejalan dengan meningkatnya populasi lansia, maka meningkat pula
jumlah kasus nyeri terkait disabilitas dan perubahan degeneratif pada kelompok
ini. Prevalensi kasus nyeri terutama nyeri kronis pada lansia berkisar antara 25 –
80%. Prevalensi nyeri pada lansia di komunitas adalah 25 – 50%, sementara yang
berada di sarana perawatan khusus 45 – 80% (Barus, 2015). Penelitian terhadap 3
kelompok etnik di Asia yaitu Cina, Melayu dan India diketahui bahwa prevalensi
nyeri pada kalangan lansia dengan usia >60 tahun adalah 19,5% (Satghare et al.,
2016), sedangkan di Indonesia sendiri belum terdapat data epidemiologi
prevalensi nyeri. Pada lansia, nyeri terjadi lebih tinggi pada wanita yaitu 79%
sedangkan laki-laki 53% (Kress et al., 2014). Kondisi nyeri neuromuskuler yang
paling sering dijumpai pada lansia adalah nyeri lengan/tungkai, nyeri tengkuk, dan
nyeri pinggang. Proporsi terbesar pasien datang dengan derajat nyeri sedang yaitu
60% (Pinzon, 2015).
Pada lansia terdapat peningkatan sensitivitas terhadap kerja obat sehingga
setiap pilihan analgetik perlu dimulai dari dosis kecil dan dinaikkan bertahap
sesuai dengan toleransi pasien dan sasaran terapi (Barus, 2015). Berbagai jenis
anti nyeri banyak diresepkan pada pasien ini. Aspek yang harus dipertimbangkan
dalam pemilihan terapi farmakologi nyeri dalam kerangka Evidence Based
Medicine yaitu manfaat dan risiko efek samping (Pinzon, 2016).
Analgesik secara luas diklasifikasikan menjadi opioid dan nonopioid.
Analgesik opioid berkerja pada sistem saraf pusat dan perifer sementara analgesik
non opioid termasuk obat Non steroid anti-inflammatory drugs (NSAID)
bertindak dengan menghambat sintesis prostaglandin yang merupakan salah satu
molekul dalam persepsi perifer nyeri. Selain membantu dalam mengurangi gejala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
nyeri, analgesik ini memiliki efek samping yang dapat merugikan kualitas hidup
pasien. Efek samping yang paling parah adalah ketergantungan dan toleransi
terhadap opioid serta ulserasi lambung akibat NSAID (Kamaldeen et al., 2012).
American Geriatrics Society’s merekomendasikan penggunaan NSAID
dengan hati-hati dan periode waktu tertentu untuk individu dengan clearance
kreatinin rendah, gastropati, penyakit kardiovaskular, penyakit gastrointestinal
atau keadaan depresif intravaskular seperti gagal jantung kongestif terkait dengan
efek samping dari obat tersebut (Ferrell and Argoff, 2009). Penggunaan NSAID
jangka panjang berhubungan dengan peningkatan hospitalisasi, toksisitas renal,
infark miokardium, stroke dan kematian (Jones et al., 2016).
Opioid merupakan analgetik efektif untuk nyeri sedang hingga berat dan
dapat ditoleransi untuk sindrom nyeri persisten pada usia lanjut, terutama pada
pasien kanker. Pertimbangan penting untuk memulai penggunaan opioid adalah
respon terhadap opioid sebelumnya, fungsi hepar dan ginjal, interaksi obat,
komorbiditas, dan formulasi yang tersedia (Rastogi and Meek, 2013). Dosis yang
direkomendasikan untuk usia lanjut adalah 30-50% dosis dewasa muda. Dosis
dapat dinaikkan 25-50% tiap 24 jam hingga mencapai dosis adekuat untuk
mengatasi nyeri (Jones et al., 2016). Beberapa adjuvan yang sering digunakan
untuk manajemen nyeri pada usia lanjut, seperti antidepresan, antiepilepsi,
kortikoteroid, anestesi lokal, dan relaksan otot. Umumnya digunakan untuk nyeri
persisten dan refrakter terhadap pengobatan, atau untuk nyeri neuropati (Rastogi
and Meek, 2013). Penelitian ini memfokuskan pada pasien yang memiliki risiko
gastrointestinal (GI) dan kardiovaskuler (CV) karena pada penelitian Pinzon
(2015) pasien yang mengalami nyeri paling banyak adalah pada pasien yang
memiliki penyakit penyerta gastrointestinal (29,2%) dan kardiovaskuler (14,6%).
Penatalaksanaan terapi nyeri perlu mempertimbangkan kondisi risiko
gastrointestinal dan kardiovaskuler untuk mencegah keterulangan riwayat faktor
risiko tersebut. Pemilihan terapi nyeri juga perlu diperhatikan berdasarkan tipe
nyeri karena setiap tipe nyeri memiliki pengobatan yang berbeda (Pinzon, 2015).
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi serta menganalisis
pola pengobatan nyeri pada pasien geriatri di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran evaluasi pola pengobatan
nyeri pada pasien geriatri untuk mendapatkan terapi yang tepat sesuai dengan
kondisi pasien sehingga membantu mencegah terjadinya efek samping yang lebih
berat dan nyeri dapat teratasi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional deskriptif dengan
sifat pengambilan data secara prospektif yang berasal dari hasil wawancara
essesmen nyeri pasien. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross
sectional (potong lintang). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar assessment nyeri. Dari hasil instrumen ini dapat mengetahui skala nyeri,
derajat nyeri, tipe nyeri, sifat nyeri, serta penyakit penyerta dan terapi yang
diterima pasien. Bahan penelitiannya adalah catatan dalam rekam medis
elektronik di komputer. Rekam medis elektronik ini digunakan untuk melengkapi
data pada lembar essesmen nyeri, seperti riwayat pengobatan, riwayat penyakit,
serta komorbiditas. Penelitian ini dilakukan di poliklinik Saraf dan Penyakit
Dalam Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta pada periode Juni – Oktober 2017.
Besar sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 61
responden. Jumlah subjek penelitian yang didapatkan yaitu 64 responden. Kriteria
inklusi meliputi pasien dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan berusia
≥60 tahun, terdiagnosis nyeri, menerima terapi farmakologi anti nyeri serta
memiliki rekam medis lengkap sesuai kebutuhan. Kriteria ekslusi meliputi pasien
yang tidak memiliki rekam medik lengkap sesuai kebutuhan dan yang tidak
menyetujui informed consent. Desain sampel yang digunakan adalah non-random
sampling dengan jenis consecutive sampling.
Subjek penelitian dikatakan positif beresiko gastrointestinal yaitu yang
memiliki >2 faktor resiko berikut : 1) pasien yang berusia ≥65 tahun, 2)
menggunakan NSAID bersamaan dengan acetyl saliclyclic acid (ASA),
kortikosteroid, atau antikoagulan, 3) memiliki riwayat perdarahan pada saluran
gastrointestinal, ulkus peptikum, dyspepsia 4) menggunakan satu obat NSAID
dengan dosis maksimal atau menggunakan dua obat kombinasi NSAID (Lanas, et
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
al., 2011). Dikatakan positif beresiko kardiovaskuler yaitu pasien yang memiliki
riwayat infark miokard, riwayat hipertesi, angina, stroke, IHD (Ischemic Heart
Disease), gagal jantung, dan tekanan darah tidak terkontrol (>140/90 mmHg)
(Lanas et al., 2011). Tipe nyeri dikelompokkan menjadi tipe nyeri neuropatik dan
bukan neuropatik. Bila skor ID pain pada lembar essesmen nyeri >2 maka
dikatakan nyeri neuropatik (Yudianta et al., 2015). Terapi pengobatan nyeri
dikatakan tepat apabila sesuai dengan tipe nyeri dan faktor risiko yang dialami
pasien (Cavalieri, 2007; Fine, 2012).
Permohonan ijin berupa ethical clearance dikeluarkan oleh Komisi Etik
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Duta Wacana Yogyakarta dengan nomor 425/C.16/FK/2017. Surat ijin penelitian
dikeluarkan oleh Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Pengambilan data dilakukan dengan melakukan skrining subjek yang
sesuai dengan kriteria inklusi, mengisi informed consent dan bersedia menjadi
subjek penelitian. Kemudian dilakukan wawancara berdasarkan lembar essesmen
nyeri yang sesuai dengan Panduan Managemen Nyeri Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta. Selanjutnya dilakukan penelusuran rekam medik elektronik komputer
untuk memastikan jawaban pasien terkait usia, pengobatan, riwayat penyakit,
serta data lain yang dibutuhkan. Data rekam medik yang diperoleh secara lengkap
ditabulasi dengan Microsoft Excel sehingga data dapat disajikan dalam bentuk
tabel dengan beberapa keterangan seperti pada lampiran.
Dilakukan pengelompokkan data karakteristik pasien. Ketepatan pola
pengobatan nyeri pada pasien geriatri dianalisis dengan membandingkan
ketepatan penggunaan obat anti nyeri terhadap tipe nyeri, dan faktor risiko
penyakit tertentu berdasarkan guideline dari American Geriatrics Society’s
guideline, Panduan Managemen Nyeri di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, serta
Guidance on The Management of Pain in Older People. Dari hasil penelitian ini
juga, peneliti melihat faktor risiko gastrointestinal dan kardiovaskuler yang dapat
berpengaruh terhadap pemilihan pengobatan nyeri yang dialami pasien geriatri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pasien geriatri yang mengalami nyeri adalah 64 pasien di poliklinik Saraf
dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Data yang diambil yaitu
data pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Karakteristrik Subjek Penelitian
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya nyeri salah satunya
adalah faktor individu. Faktor individu tersebut dipengaruhi oleh usia dan jenis
kelamin. Nyeri dapat dialami di segala usia. Sejalan dengan meningkatnya usia
meningkat pula kasus nyeri terkait disabilitas dan perubahan degeneratif pada
kelompok ini seperti degenerasi pada tulang, kerusakan jaringan, dan pengurangan
cairan (Andini, 2015). Distribusi karakteristik pasien dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel I.
Tabel I. Karakteristik Pasien
Karakteristik Responden
n %
Jenis Kelamin (n= 64)
Laki-laki
Perempuan
Usia
60-64 tahun
65-69 tahun
70-74 tahun
75-79 tahun
80-84 tahun
22 34,4
42 65,6
12 18,8
22 34,4
18 28,1
7 10,9
5 7,8
Derajat Nyeri
ringan (skala 1-3)
sedang (skala 4-6)
berat (skala 7-10)
24 37,5
31 48,4
9 14,1
Sifat Nyeri
akut
kronis
24 37,5
40 62,5
Diagnosis Nyeri
multiple side (nyeri lebih dari 1 sisi)
nyeri tengkuk
nyeri lengan/tungkai
nyeri dada
nyeri perut
nyeri punggung
lain-lain
21 32,8
4 6,3
17 26,6
4 6,3
4 6,3
12 18,8
2 3,1
Nyeri Mengganggu Tidur
Tidak
Ya
34 53,1
30 46,9
Nyeri Mengganggu Aktivitas
Tidak
Ya
25 39,1
39 61,0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Kejadian tertinggi nyeri pada pasien geriatri dalam penelitian ini adalah
pada perempuan 65,6% dibandingkan laki-laki 34,4% (Tabel I). Hal ini serupa
dalam beberapa penelitian dari Pinzon (2015) dan Kress (2014) yang
menyebutkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, prevalensi tertinggi yang
mengalami nyeri adalah perempuan.
Usia rerata subjek penelitian adalah 69,8±6,0 tahun. Kelompok usia yang
terendah yaitu pada usia 80-84 tahun sebesar 7,8% (Tabel I). Menurut Kementrian
Kesehatan RI, saat ini usia harapan hidup di Indonesia sekitar 72 tahun, sehingga
telah sesuai dengan penelitian ini bahwa prevalensi pasien yang mengalami nyeri
semakin menurun dimulai dari kelompok usia ≥ 70 tahun. Semakin lanjut usia
seseorang semakin lemah kondisinya karena banyak terdapat organ penting yang
mulai mengalami penurunan fungsi (Rastogi and Meek, 2013). Kurangnya
aktivitas fisik berupa olahraga teratur serta pola makan yang kurang sehat juga
dapat mempengaruhi kondisi tubuh seseorang terutama pada lansia. Aktivitas fisik
yang teratur dan terkontrol dapat mengontrol proses inflamasi (nyeri) dan
meningkatkan kapasitas fungsional organ tubuh serta menurunkan penyakit
kardiovaskuler (Wahyuni, 2016).
Penelitian ini menggunakan NPS (Numeric Pain Scale) untuk
mengetahui derajat nyeri yang dialami pasien. Proporsi pasien datang ke rumah
sakit dengan derajat nyeri ringan-sedang. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian
Santos et al., (2015) yang menyatakan bahwa sebagian besar lansia yang
dievaluasi mengalami nyeri sedang-berat. Perbedaan ini mungkin terjadi karena
nyeri bersifat subjektif sehingga setiap individu memiliki presepsi nyeri yang
berbeda (Rastogi and Meek, 2013). Berdasarkan sifat nyeri, yang paling banyak
terjadi adalah nyeri kronis sebesar 62,5%. Hal ini sesuai dengan penelitian
Bruckenthal dalam Barus (2015) yang menyatakan bahwa prevalensi nyeri
terbanyak adalah nyeri kronis pada lansia berkisar antara 25 – 80%. Usia tua
ditandai dengan adanya masalah kesehatan akibat proses penuaan dan adanya
banyak penyakit kronis yang mempengaruhi sistem dan organ. Perubahan yang
terkait dengan penuaan dan penyakit pada sistem muskuloskeletal dan saraf
menyebabkan peningkatan kejadian rasa sakit seiring bertambahnya usia sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
pada populasi ini banyak yang mengalami nyeri kronis (Kozak-Szkopek et al.,
2017). Kondisi nyeri yang paling sering dijumpai pada penelitian ini adalah pasien
yang memiliki diagnosis nyeri multiple sides (nyeri lebih dari satu sisi) sebesar
32,8%, nyeri lengan/tungkai sebesar 26,6% dan diikuti nyeri punggung sebesar
18,8%. Sesuai dengan penelitian Patel et al., (2014), yang menyatakan bahwa
mayoritas lansia mengalami nyeri dibeberapa lokasi (74,9%) salah satunya terkait
dengan kinerja fisik ekstremitas.
Berdasarkan wawancara terhadap pasien geriatri yang mengalami nyeri,
didapatkan hasil berupa 53,1% pasien tidak mengalami gangguan tidur dan 46,9%
pasien mengalami gangguan tidur (Table I). Hasil ini tidak sejalan dengan
penelitian Morlen dalam Harvey et al., (2017) yang mengatakan bahwa 67%
orang yang mengalami nyeri kronis juga mengeluhkan tidurnya. Gangguan tidur
meningkat seiring dengan bertambahnya usia (Harvey et al., 2017). Lansia dengan
nyeri kronis dan terus-menerus dua kali lebih mungkin mengalami kesulitan
dalam tidur. Hal ini terutama terjadi pada individu yang memiliki rasa sakit di
banyak tempat (Molton and Terrill, 2014). Perbedaan data ini mungkin dapat
terjadi karena persepsi masing-masing pasien berbeda dan tingkat kebutuhan akan
tidur bervariasi pada setiap individu yang dipengaruhi oleh penyakit, lingkungan,
keletihan, gaya hidup, stres emosional, dan obat-obatan (Indri, 2014). Hubungan
antara gangguan tidur dengan rasa sakit dan aktivitas fisik juga mungkin memiliki
keterkaitan satu sama lain, karena tidur yang buruk menyebabkan kelelahan yang
terus-menerus pada lansia dan kelelahan dapat menyebabkan penurunan aktivitas
fisik (Molton and Terrill, 2014). Sesuai dengan pernyataan tersebut, pada
penelitian ini nyeri yang mengganggu aktivitas memiliki nilai yang cukup besar
yaitu 61,0% (Table I). Oleh sebab itu, penatalaksanaan nyeri yang tidak adekuat
pada usia lanjut dapat menurunkan kualitas hidup dan menyebabkan gangguan
fungsional seperti gangguan tidur, depresi, anxietas, gangguan beraktivitas, dan
meningkatkan pembiayaan kesehatan (Asbury et al., 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Pola Pengobatan Nyeri pada Pasien Geriatri
Obat-obatan yang digunakan oleh pasien nyeri di poliklinik Saraf dan
Penyakit Dalam Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta dibagi menjadi beberapa
golongan obat. Pada penelitian ini, golongan obat yang digunakan sebanyak 3
golongan, yang kemudian terbagi kedalam beberapa kelompok obat..
Golongan obat yang paling banyak diresepkan pada pasien adalah non
opioid, yaitu sebesar 63,6%. Kelompok obat yang paling banyak digunakan yaitu
parasetamol sebesar 29,9% dan tebanyak kedua adalah NSAID sebesar 26,1%.
Hal ini sudah sesuai dalam studi terbaru yang dilakukan oleh Ely (2015), yang
mengatakan bahwa penggunaan parasetamol adalah yang paling besar dalam
pengobatan nyeri geriatri.
Parasetamol merupakan terapi lini pertama dalam pengobatan nyeri pada
geriatri karena lebih aman dibandingkan obat NSAID (Ferrell and Argoff, 2009).
Parasetamol merupakan analgetik yang aman dan efektif untuk nyeri ringan
sampai sedang (Jones et al., 2016). Parasetamol juga tergolong obat analgetik
antipiretik dengan efek anti inflamasi minimal (Pinzon, 2013). Parasetamol dapat
bekerja secara perifer untuk menghambat pembentukan rasa sakit dan juga dapat
menghambat sintesis asam arakidonat menjadi prostaglandin di sistem syaraf
pusat (Medscape, 2018). Parasetamol kurang efektif untuk nyeri inflamasi kronis
(seperti rasa sakit yang berhubungan dengan rheumatoid arthritis) dibanding
NSAID.Di USA ditemukan setengah dari kasus kegagalan hepar sebagai
konsekuensi penggunaan parasetamol yang melebihi dosis. Oleh karena itu, FDA
menurunkan rekomendasi dosis maksimum acetaminofen dari 4 gr menjadi 3 gr
dengan dosis minimal parasetamol pada produk kombinasi adalah 325 mg (Gianni
et al., 2010). Efek samping jarang terjadi dan penggunaan parasetamol tidak
terkait dengan efek samping GI yang signifikan, sistem saraf pusat dan ginjal atau
toksisitas kardiovaskular (Abdulla, 2013).
Penggunaan obat NSAID dalam penelitian ini merupakan terbanyak
kedua dalam golongan non opioid yaitu sebesar 26,1%. Obat NSAID‟s (Non
Steroidal Anti Inflamatory Drugs) memiliki efek analgesik dan antiinflamasi yang
juga sering diresepkan pada nyeri ringan sampai sedang, termasuk nyeri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
musculoskeletal (Pinzon, 2013). Obat golongan ini bekerja dengan menghambat
biosentesis prostaglandin yang merupakan salah satu molekul dalam persepsi
perifer nyeri, melalui hambatan jalur siklooksigenase (COX) (Kamaldeen et al.,
2012). American Geriatrics Society’s merekomendasikan penggunaan NSAID
dengan hati-hati dan periode waktu tertentu. Hal ini terkait efek samping NSAID
seperti gangguan sistem gastrointestinal, kardiovaskular, dan renal.NSAID
disarankan sebagai pilihan pengobatan saat parasetamol saja tidak mencukupi
untuk mengatasi nyeri pada penanganan awal dengan mempertimbangkan risiko
efek samping dan preferensi pasien secara individu (Abdulla, 2013).
Tabel II. Distribusi Pengunaan Obat Nyeri
Golongan Kelompok Nama Obat n % Total
(%)
Non-opioid
(n= 68;
63,6%)
Parasetamol Parasetamol 32 29,9 29,9
NSAID
Celecoxib
Ibuprofen
Kalium diklofenak Meloxicam
Natrium diklofenak
1
10
1 15
1
0,9
9,4
0,9 14,0
0,9
26,1
Metampiron Metampiron/analsik 8 7,5 7,5
Adjuvan
(n=22;
20,6%)
Antidepresan Amitripthyline 1 0,9 0,9
Antikonvulsan Carbamazepine
Pregabalin
1
3
0,9
2,8 3,7
Benzodiazepine Alprazolam
Diazepam
4
13
3,7
12,2 15,9
steroid
(n= 17; 15,9%)
Kortikosteroid Methylprednisolone
Triamcinolone
10
7
9,4
6,5 15,9
Total 107 100 100
Golongan obat adjuvan pada penelitian ini digunakan sebesar 20,6%.
Pada golongan ini yang banyak diresepkan adalah kelompok benzodiazepine
sebesar 15,9%. Adjuvan merupakan golongan obat yang dikembangkan untuk
tujuan selain penghilang rasa sakit juga untuk mengubah atau mengurangi
persepsi nyeri pada banyak kondisi nyeri. Yang termasuk kelompok obat ini yaitu
antidepresan, antikonvulsan, antiepileptik, dan agen lainnya yang mengubah
potensi membran saraf, saluran ion, permukaan sel situs reseptor, tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
neurotransmiter sinaptik, dan proses neuron lainnya yang terlibat dalam
pemprosesan sinyal nyeri. Obat adjuvan dapat digunakan sendiri atau diberikan
bersama dengan analgesik nonopioid atau opioid yang digunakan dalam berbagai
kondisi nyeri persisten, terutama nyeri neuropatik.
Golongan obat yang paling sedikit diresepkan pada penelitian ini adalah
steroid sebesar 15,9%. Pada golongan ini obat yang paling sering digunakan
adalah methylprednisolone sebesar 9,4%. Hal ini sudah sesuai dengan
guidelineAmerican Geriatrics Society’s yang menyebutkan bahwa kortikosteroid
biasanya digunakan pada populasi pasien yang kecil dimana subjek mungkin
kurang responsif terhadap obat lain atau memiliki kemungkinan lebih tinggi
terkena efek samping (Ferrell and Argoff, 2009). Kortikosteroid sistemik jangka
panjang harus disediakan untuk pasien dengan gangguan nyeri inflamasi. Khasiat
lain dari kortikosteroid juga disarankan untuk mengatasi beberapa nyeri
neuropatik (Ferrell and Argoff, 2009). Menurut American Geriatrics Society’s,
penggunaan kortikosteroid dengan dosis serendah mungkin untuk mencegah efek
samping seperti gastrointestenial dan kardiovaskuler. Dosis yang disarankan oleh
American Geriatrics Society’s adalah 5 mg perhari dan di tapper sesegera
mungkin. Dalam penelitian ini, dokter sudah tepat meresepkan kortikosteroid 4
mg/hari.
Pada Tabel III menunjukkan pola pengobatan nyeri geriatri pada
penelitian ini. Regimen terapetik anti nyeri yang paling banyak diresepkan adalah
dosis kombinasi yaitu sebesar 57,8%. Hal ini sejalan dengan penelitian Ely (2015)
yang menyebutkan bahwa sebuah studi di Finlandia melaporkan 70,0% komunitas
lansia menggunakan satu atau lebih anti-inflamasi atau analgesik. Kombinasi
analgetik tidak diharamkan selama perhitungan efektivitas dan efek samping
dilakukan dengan seksama. Sebagai contoh, pasien dapat diterapi dengan
analgetik nonopioid, opioid, dan adjuvan selama memang dibutuhkan. Namun,
yang harus dihindari adalah kombinasi analgetik yang berasal dari golongan yang
sama (Barus, 2015).
Pada dosis kombinasi obat anti nyeri yang paling banyak diresepkan
adalah kombinasi parasetamol (pct) + NSAID sebesar 12,5%. Hal ini sudah sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dengan rekomendasi WHO yang mengatakan bahwa yang termasuk lini pertama
pengobatan nyeri adalah parasetamol, NSAID ataupun keduannya untuk
manajemen nyeri ringan (Jones et al., 2016). AGS merekomendasikan bahwa
penggunaan NSAID pada geriatri baik selektif ataupun nonselektif harus
ditambahkan dengan gastroprotektan misalnya PPI (Proton Pump Inhibitor).
Tabel III. Distribusi Pola Pengobatan Nyeri
Dosis
(n=64) Pola Pengobatan Nyeri n (%)
Tunggal
(n=27;
42,2%)
Adjuvan
NSAID
Parasetamol
2
19
6
3,1
17,7
9,4
Kombinasi
(n= 37;
57,8%)
pct + NSAID
pct + NSAID +Adjuvan
pct + kortiko
pct + kortiko + adjuvan
pct + adjuvant
NSAID + kortiko
NSAID + kortiko + Adjuvan
NSAID + Adjuvan
NSAID + Adjuvan
8
6
4
5
1
7
1
3
2
12,5
9,4
6,2
7,8
1,6
10,9
1,6
4,7
3,1
Kombinasi tertinggi kedua adalah NSAID + kortikosteroid sebesar
10,9%. Berbeda dengan penelitian Zink (2005) kombinasi NSAID dan
kortikosteroid adalah tertinggi keempat. Berdasarkan data tersebut, pasien yang
mengalami nyeri Rheumatoid Arthritis (RA) 18% menerima kombinasi NSAID
nonselektif dan kortikosteroid, dan 12% menerima kombinasi NSAID selektif dan
kortikosteroid. Kombinasi penggunaan kortikosteroid dan NSAID nonselektif
diketahui meningkatkan masalah gastrointestinal bagian atas. Dalam
penelitiannya, Zink menyebutkan bahwa bukti saat ini menunjukkan adanya risiko
ulkus peptikum hingga 15 kali lebih besar pada pasien yang secara bersamaan
menerima kortikosteroid dan NSAID (Zink, 2005). Oleh karena itu, AGS
menyebutkan bahwa kombinasi dari dua golongan ini belum direkomendasikan
kecuali jika dipantau dengan hati-hati dan diterapi dengan dosis rendah (Ferrell
and Argoff, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Faktor Risiko Gastrointestinal dan Kardiovaskuler
Faktor risiko GI yaitu pasien yang berusia ≥65 tahun atau lebih;
menggunakan obat NSAID bersamaan dengan obat acetyl saliclyclic acid (ASA),
kortikosteroid, antikoagulan; memiliki riwayat perdarahan pada saluran
gastrointestinal, ulkus peptikum, dyspepsia; menggunakan satu obat NSAID
dengan dosis maksimal atau menggunakan dua obat kombinasi NSAID. Pasien
yang memiliki satu atau lebih faktor risiko kardiovaskuler (CV) seperti riwayat
infark miokard, riwayat hipertesi, angina, stroke, IHD (Ischemic Heart Disease),
gagal jantung, dan tekanan darah tidak terkontrol (>140/90 mmHg), memiliki
risiko kardiovaskuler tinggi (Lanas et al., 2011).
Tabel IV. Presentase Faktor Risiko GI dan CV
Faktor Risiko GI (n= 7 ; 10,9%)
+ -
CV
(n= 43;
67,2%)
n % n %
+ 3 4,6 40 62,5
- 4 6,3 17 26,6
Berdasarkan hasil yang diperoleh, faktor risiko yang paling tinggi dalam
penelitian ini adalah CV sebesar 67,2% dibandingkan GI. Hal ini tidak sejalan
dengan penelitian Cahyo (2017) yang mengatakan bahwa faktor risiko GI (55,4%)
yang paling banyak dibandingkan CV (41,5%). Setiap individu mempunyai
kondisi tubuh yang berbeda-beda sehingga faktor risiko pun dapat berbeda.
Penatalaksanaan pengobatan nyeri perlu mempertimbangkan faktor risiko salah
satunya risiko kardiovaskuler untuk mencegah terjadinya keterulangan atau
peningkatan kejadian kardiovaskuler. Penggunaan NSAID selektif maupun
nonselektif harus sangat dibatasi terkait dengan risiko kardiovaskuler. NSAID
nonspesifik memiliki efek anti-platelet yang dapat menurunkan masa perdarahan,
sehingga penggunaannya harus dengan hati-hati pada pasien yang sedang dalam
pengobatan anti-koagulan (Pinzon, 2013).
Golongan NSAID selektif dikatakan memiliki efek samping
gastrointestinal lebih minimal, namun memiliki risiko efek samping
kardiovaskuler lebih besar (Pinzon, 2015). Selain NSAID, penggunaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
kortikosteroid yang dikaitkan dengan efek samping juga diketahui memiliki risiko
CV yang tinggi, seperti hipertensi, gagal jantung, penyakit jantung iskemik, dan
atrial fibrillation (AF). Dalam sebuah studi mengatakan bahwa tingkat kejadian
CV secara signifikan lebih tinggi pada pasien yang diberi dosis tinggi
kortikosteroid (≥7,5 mg/hari prednison atau obat lain yang setara) dibanding
dengan yang tidak menerima kortikosteroid. Namun, risiko CV tidak meningkat
pada pasien yang menggunakan <7,5 mg prednison setiap hari (Liu et al., 2013).
Terapi kortikosteroid juga dikaitkan dengan peningkatan risiko GI yang
merugikan termasuk gastritis, pembentukan ulkus, perdarahan, dan dispepsia.
Dalam penelitian meta analisis Liu et al (2013) telah gagal menunjukkan
hubungan yang signifikan antara penggunaan kortikosteroid tunggal dan tukak
lambung. Namun, terjadi peningkatan yang signifikan bila obat ini dikombinasi
dengan NSAID.
Selain penggunaan NSAID dan kortikosteroid, penggunaan adjuvan pada
geriatri juga harus diperhatikan dengan kondisi pasien. Adjuvan pertama yang
ditemukan yaitu antidepresan trisiklik (amitriptyline) memiliki efek samping
aritmia jantung pada pasien lansia (Pinzon, 2015). Gabapentin, pregabalin, dan
agen antikonvulsan lainnya yang memiliki efek menguntungkan pada kondisi
nyeri neuropatik dan memiliki efek samping yang lebih sedikit dibanding obat
trisiklik antikonvulsan dan antidepresan lain pada pasien lansia (Ferrell and
Argoff, 2009).
Ketepatan Pengobatan Nyeri Berdasarkan Faktor Risiko
Pengobatan nyeri pada pasien yang memiliki kedua faktor risiko tersebut
harus memiliki ketepatan pemilihan terapi. Ketepatan pemilihan terapi tersebut
dinilai berdasarkan panduan dari American Geriatrics Society’, Panduan
Managemen Nyeri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta dan Guidance on The
Management of Pain in Older People..
Pasien yang positif risiko GI dan negatif risiko CV, terapi lini pertama
adalah parasetamol. Jika parasetamol tidak adekuat maka NSAID inhibitor
selektif COX-2 dapat digunakan untuk mengurangi efek samping contohnya
celecoxib yang memiliki lebih sedikit efek samping gastrointestinal. Pada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
yang menerima NSAID baik selektif atau nonselektif harus menggunakan PPI
atau gastroprotektan. Pemberian NSAID bersamaan dengan kortikosteroid, atau
selective serotonin reuptake inhibitors memiliki kontraindikasi sehingga dapat
memperparah masalah gastrointestinal (Abdulla, 2013). Penggunaan bersamaan
aspirin dosis rendah dengan NSAID khususnya ibuprofen dapat menurunkan efek
kardioprotektif dan dapat meningkatkan risiko GI. Aspirin dosis rendah digunakan
sebagai kardioprotektif (Ong et al., 2007). Berdasarkan hasil yang diperoleh,
ketepatan pengobatan nyeri pada kelompok ini sebesar 1,6% dari total 6,3%
(Tabel V).
Tabel V. Ketepatan Pengobatan Nyeri Berdasarkan Faktor Risiko GI dan CV
Faktor Risiko
GI (n= 7; 10,9%) Total
+ -
Tepat Tidak
tepat Tepat
Tidak
Tepat Tepat
Tidak
Tepat
CV
(n= 43;
67,2%)
n % n % n % n % n % n %
+ 2 3,1 1 1,5 31 48,4 9 14,1 33 51,5 10 15,6
- 1 1,6 3 4,7 14 21,9 3 4,7 15 23,5 9 9,4
Total 3 4,7 4 6,2 45 70,3 12 28,8
Pasien yang positif risiko CV dan negatif risiko GI, parasetamol
merupakan pilihan pertama. Penggunaan NSAID selektif dan kemungkinan
nonselektif lainnya juga harus dihindari. European Society for Clinical and
Economic Aspects of Osteoporosis and Osteoarthritis (ESCEO) mengatakan
bahwa kombinasi NSAID tidak direkomendasikan karena tidak memiliki bukti
manfaat tambahan. ESCEO tidak merekomendasikan penggunaan NSAID
berturut-turut sebelum mempertimbangkan pilihan terapi lain (Pelletier et al.,
2016). Jika nyeri pasien belum teratasi maka dapat memberikan opioid lemah
jangka pendek. Berdasarkan hasil yang diperoleh, ketepatan pengobatan pada
kelompok ini sebesar 48,4% dari total 62,5 (Tabel V).
Pasien yang memiliki risiko GI dan CV positif, jika parasetamol tidak
efektif mengatasi nyeri maka direkomendasikan untuk menggunakan NSAID non
selektif terlebih dahulu sesuai dengan rekomendasi AHA (The American Heart
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Association) untuk meminimalkan kejadian kardiovaskuler dan masih dapat
memilih lini terapi lain yang disesuaikan kondisi pasien. Urutan pengobatan nyeri
menurut AHA dimulai dengan parasetamol, NSAID non-selektif, NSAID non-
selektif tetapi aktivitas lebih pada COX-2 inhibitor, dan terakhir NSAID selektif
COX-2 inhibitor (Fitzgerald, 2007). Meloxicam direkomendasikan sebagai
NSAID non-selektif yang memiliki aktivitas selektifitas COX-2 lebih unggul
dibandingkan diklofenak yang juga sebagai NSAID non-selektif menunjukkan
bahwa tolerabilitas meloxicam lebih baik daripada diklofenak pada sistem
gastrointestinal (Suryana, 2014). Berdasarkan hasil yang diperoleh, ketepatan
pasien dalam kelompok ini sebesar 3,1 dari total 4,6 % (Tabel V).
Pasien yang memiliki risiko GI dan CV negatif, dapat menggunakan obat
anti nyeri seperti, parasetamol, NSAID, kortikosteroid, atau adjuvan. Kondisi
pasien dan jangka waktu penggunaan obat anti nyeri tersebut harus
dipertimbangkan.Hasil yang diperoleh, ketepatan pengobatan nyeri pada
kelompok ini sebesar 21,9% dari total 26,6% (Tabel V).
Ketepatan Pengobatan Nyeri Berdasarkan Tipe Nyeri
Penelitian ini menilai ketepatan pengobatan nyeri berdasarkan tipe nyeri.
Penatalaksanaan nyeri dikatakan tepat apabila sesuai dengan tipe nyeri yang
dialami pasien (nosiseptik, neuropatik, atau campuran) (Ong et al., 2007).
Berdasarkan hasil data yang diperoleh, pasien yang memiliki tipe nyeri
paling banyak adalah campuran sebesar 71,9%, diikuti inflamatorik 25,8%,
neuropatik 1,6%, dan 0% untuk tipe nyeri nosiseptik. Tatalaksana nyeri pada
setiap nyeri berbeda sehingga pemilihan anti nyeri pun berbeda. Obat anti
nnflamasi non steroid dan opioid merupakan pilihan utama dalam tatalaksana
nyeri nosiseptif, namun hanya memiliki sedikit manfaat pada nyeri neuropatik
(Dworkin et al., 2007). Pada Tabel VI akan menunjukkan perbedaan dari keempat
nyeri tersebut.
Pada nyeri neuropatik, terapi dikatakan tepat jika dalam penelitian ini
pasien mendapatkan terapi opioid, kortikosteroid, dan atau adjuvant (tergantung
kondisi pasien) dan tidak menerima terapi NSAID. Berdasar hasil yang diperoleh,
ketepatan pengobatan nyeri neuropatik adalah sebesar 0% dari total 1,6%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Pada nyeri inflamatorik, terapi dikatakan tepat jika pasien mendapatkan
parasetamol, opioid dan atau kortikosteroid. Terapi adjuvan dapat ditambahkan
untuk mengubah atau mengurangi persepsi nyeri pada banyak kondisi. Berdasar
pada American Geriatrics Society’s, adjuvan dapat digunakan sendiri atau
diberikan bersama dengan analgesik nonopioid atau opioid dan digunakan dalam
kondisi nyeri persisten. Ketepatan pengobatan nyeri pada nyeri inflamatorik
sebesar 21,2% dari total 25,8% (Tabel VI).
Tabel VI. Ketepatan Pengobatan Nyeri Berdasarkan Tipe Nyeri
Ketepatan Pengobatan n Tepat Tidak tepat
Neuropatik 1
(1,6%)
0
(0%)
1
(1,6%)
Inflamatorik 17
(25,8%)
14
(21,2%)
3
(4,6%)
Campuran 46
(71,9%)
30
(46,8%)
16
(25,0%)
Total Subjek 64
(100%)
44
(68,8%)
20
(31,3%)
Pada nyeri campuran (nosiseptik dan neuropatik), terapi dikatakan tepat
jika pasien mendapatkan terapi dari dua tipe nyeri tersebut. Ketepatan pengobatan
nyeri campuran sebesar 46,8% dari total 71,9% (Tabel VI). Dalam penelitian ini
masih terdapat pemilihan obat yang tidak tepat terutama pada nyeri campuran.
Pemilihan obat anti nyeri yang tidak tepat akan mempengaruhi proses
penyembuhan nyeri dan biaya terhadap pengobatan semakin lebih besar. Efek
samping akan meningkat jika penggunaan terapi tidak tepat. Kelemahan dalam
penelitian ini adalah penelitian dilakukan secara cross sectional tanpa ada follow
up pasiensehingga belum bisa melihat outcome setelah penggunaan obat anti nyeri
dan dampak jangka panjang dari pengobatan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
KESIMPULAN
Ketepatan pola pengobatan nyeri pada pasien geriatri berdasarkan faktor
risiko GI dan CV sebesar 56,2% dari total seluruh pasien dan ketepatan pola
pengobatan nyeri berdasarkan tipe nyeri sebesar 68,8% dari total seluruh pasien.
SARAN
Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko
gastrointestinal dan kardiovaskuler dengan periode yang lebih lama agar dapat
melihat outcome dari pengobatan yang diterima pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
DAFTAR PUSTAKA
Abdulla, A. et al (2013) „Guidance on the management of pain in older people‟,
(January). doi: 10.1093/ageing/afs200.
Andini, F. (2015) „Risk factors of low back pain in workers‟, 4(1), pp. 13–15.
Asbury, M. et al. (2013) „Experience of Pain in the Elderly in Relation to Mood,
Anxiety and Physical Quality of Life in a PACE/BHL Program‟, The
American Journal of Geriatric Psychiatry. Elsevier Inc, 21(3), pp. S109–
S110. doi: 10.1016/j.jagp.2012.12.146.
Barus, J. (2015) „Continuing Medical Education Penatalaksanaan Farmakologis
Nyeri pada Lanjut Usia‟, 42(3), pp. 167–171.
Cavalieri, T. A. (2007) „in Geriatric Patients‟, 107(6), pp. 10–16.
Dworkin, R. H. et al. (2007) „Pharmacologic management of neuropathic pain:
Evidence-based recommendations‟, Pain, 132(3), pp. 237–251. doi:
10.1016/j.pain.2007.08.033.
Ferrell, B., Argoff, C. and Epplin, J. (2009) „Pharmacological Management of
Persistent Pain in Older Persons‟, Journal of the American Geriatrics
Society, 57(6 Suppl), pp. 1331–1346. doi: 10.1111/j.1532-
5415.2009.02376.x.
Fine, P. G. (2012) „Treatment Guidelines for the Pharmacological Management of
Pain in Older Persons‟.
Fitzgerald, G. A. (2007) „COX-2 in play at the AHA and the FDA‟, Trends in
Pharmacological Sciences, 28(7), pp. 303–307. doi:
10.1016/j.tips.2007.05.007.
Gianni, W. et al. (2010) „Prevalence of pain in elderly hospitalized patients‟,
Archives of Gerontology and Geriatrics, 51(3), pp. 273–276. doi:
10.1016/j.archger.2009.11.016.
Harvey, M. et al. (2017) „Can we improve pain and sleep in elderly individuals
with transcranial direct current stimulation ? – Results from a randomized
controlled pilot study‟, pp. 937–947.
Indri (2014) „Hubungan Antara Nyeri, Kecemasan, dan Lingkungan dengan
Kualitas Tidur pada Pasien Post Operasi Apendisitis‟, pp. 1–8.
Jones, M. R. et al. (2016) „Pain in the Elderly‟, Current Pain and Headache
Reports, 20(4), pp. 1–9. doi: 10.1007/s11916-016-0551-2.
Kamaldeen, A. S. et al. (2012) „Evaluation of analgesics usage in pain
management among physicians‟, Journal of Applied Pharmaceutical
Science, 2(6), pp. 194–198. doi: 10.7324/JAPS.2012.2618.
Kozak-Szkopek, E. et al. (2017) „Prevalence of chronic pain in the elderly Polish
population - Results of the PolSenior study‟, Archives of Medical
Science, 13(5), pp. 1197–1206. doi: 10.5114/aoms.2015.55270.
Kress, H.-G. et al. (2014) „Managing chronic pain in elderly patients requires a
CHANGE of approach‟, Current Medical Research and Opinion, 30(6),
pp. 1153–1164. doi: 10.1185/03007995.2014.887005.
Lanas, A. et al. (2011) „Prescription patterns and appropriateness of NSAID
therapy according to gastrointestinal risk and cardiovascular history in
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
patients with diagnoses of osteoarthritis‟, BMC Medicine. BioMed
Central Ltd, 9(1), p. 38. doi: 10.1186/1741-7015-9-38.
Liu, D. et al. (2013) „IMMUNOLOGY A practical guide to the monitoring and
management of the complications of systemic corticosteroid therapy‟,
Allergy, Asthma & Clinical Immunology. Allergy, Asthma & Clinical
Immunology, 9(1), p. 1. doi: 10.1186/1710-1492-9-30.
Molton, I. R. and Terrill, A. L. (2014) „Overview of persistent pain in older
adults.‟, American Psychologist, 69(2), pp. 197–207. doi:
10.1037/a0035794.
Ong, C. K. S. et al. (2007) „An evidence-based update on nonsteroidal anti-
inflammatory drugs‟, Clinical Medicine and Research, 5(1), pp. 19–34.
doi: 10.3121/cmr.2007.698.
Patel, K. V. et al. (2014) „Prevalence and Impact of Pain among Older Adults in
the United States: Findings from the 2011 National Health and Aging
Trends Study‟, 154(12), pp. 1–22. doi:
10.1016/j.pain.2013.07.029.Prevalence.
Pelletier, J. et al. (2016) „Ef fi cacy and safety of oral NSAIDs and analgesics in
the management of osteoarthritis : Evidence from real-life setting trials
and surveys‟. Elsevier, 45, pp. 22–27. doi:
10.1016/j.semarthrit.2015.11.009.
Pinzon, R. (2013) Panduan Manajemen Nyeri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Pinzon, R. (2015) „Komorbiditas Nyeri pada Pasien Lanjut Usia‟, 42(3), pp.
2013–2015.
Rastogi, R. and Meek, B. D. (2013) „Management of chronic pain in elderly, frail
patients: Finding a suitable, personalized method of control‟, Clinical
Interventions in Aging, 8, pp. 37–46. doi: 10.2147/CIA.S30165.
Santos, F. C. et al. (2015) „Chronic pain in long-lived elderly: prevalence,
characteristics, measurements and correlation with serum vitamin D
level‟, Revista Dor, 16(3), pp. 171–175. doi: 10.5935/1806-
0013.20150034.
Satghare, P. et al. (2016) „Prevalence and correlates of pain in people aged 60
years and above in Singapore: Results from the wise study‟, Pain
Research and Management, 2016. doi: 10.1155/2016/7852397.
Suryana, B. P. P. (2014) „Gastrointestinal Tolerability Of Diclofenac Sodium And
Meloxicam In Osteoarthritis Patient‟, pp. 35–39.
Wahyuni, F. (2016) „Hubungan Perilaku Hidup Sehat dengan Kekambuhan
Penyakit Rheumatic pada Lanjut Usia di Puskesmas Lendah I Kulon
Progi‟.
WHO (2015) „World report on Ageing And HeAltH‟, World Report On Ageing
And Health. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
Yudianta et al. (2015) „Assessment Nyeri‟, 42(3), pp. 214–234.
Zink, A. (2005) „Current Use of Glucocorticoids in Patients With Rheumatoid
Arthritis in Germany AND‟, 53(5), pp. 740–747. doi: 10.1002/art.21467.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Lampiran 1. Data pengobatan pasien geriatri di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
No. No. RM Inisial Usia
(tahun) JK Diagnosis Nyeri TD Peresepan
1. 00-65-64-84 D 64 P multiple side
(nyeri lutut dan
siku)
120/80 Mobiflex tab 15 mg (10) 1x1
Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1
Alpentin cap 100 mg (10) 1x1
Osteor-C- CR (1) 3x1
Pacetik tab 600 mg (10) 2x1
2. 00-90-64-84 JS 60 L multiple side
(nyeri leher,
pinggang dan kaki
sbelah kanan)
150/90 Farmasal tab 100 mg (30) 1x1
Pacetik tab 600 mg (20) 2x1
Alpentin cap 100 mg (20) 2x1
Neurobion Forte 250S (30) 1x1
Glimepiride tab 2 mg (30) 1x1
3. 01-00-19-56 PH 73 L multiple side
(nyeri punggung
bawah dan lutut)
90/60 Neurobion Forte 250S (30) 1x1
Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1
Meloxicam JKN tab 15 mg (10) 1x1
Alpentin JKN cap 100 mg (20) 2x1
Triamcinolone tab 4 mg (10) 1x1
4. 01-97-53-01 AS 64 L nyeri punggung
bawah
120/70 Pacetik Tab 600 Mg (20) 2x1
Lansoprazole Jkn Cap 30 Mg (10) 1x1
Analsik Tab (500 Mg+ 2 Mg) (30) 2x1
Vitamin B 12 Tab 50 Mcg (20) 2x1
5. 01-01-03-96 LJ 70 P nyeri lutut 130/80 Osteoflam cap (30) 1x1
Levazide 100 mg+ 25 mg (60) 2x1
Neurobion Forte 250S (30) 1x1
Analsik tab (500 mg+ 2 mg) (30) 2x1
6. 01-16-23-70 SH 68 P multiple side
(nyeri perut dan
lutut sebelah
kanan)
120/80 Triamcinolone tab 4 mg (10) 1x1
Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1
Fitajoint Roller cr 35 g 2x1
Pacetik tab 600 mg (10) 2x1
7. 01-97-80-78 S 74 P nyeri punggung 140/70 Meloxicam JKN tab 15 mg (10) 1x1
Triamcinolone tab 4 mg (10) 1x1
Lansoprazole JKN cap 30 mg (10) 1x1
Alpentin JKN cap 100 mg (10) 1x1
8. 01-16-24-75 TS 66 P nyeri lutut 130/80 Farmasal tab 100 mg (16) 1x1
Neurobion Forte 250S (30) 1x1
Atorvastatin tab 20 mg (16) 1x1
Pacetik tab 600 mg (20) 2x1
Fitajoint Roller cr 35 g 3x1
Piracetam cap 400 mg (30) 2x1
9. 01-12-42-21 PS 63 P nyeri punggung 130/80 Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1
Alpentin Jkn cap 100 mg (10) 1x1
Meloxicam tab 15 mg (10) 1x1
Methylprednisolone tab 4 mg (10) 1x1
Alprazolam tab 0,25 mg (10) 1x1
10. 01-16-00-06 P 62 L nyeri pinggang
kanan
100/60 Ibuprofen Jkn tab 400 mg (20) 2x1
Pacetik tab 600 mg (20) 2x1
Methylprednisolone tab 4 mg (20) 2x1
Alpentin Jkn cap 100 mg (20) 2x1
Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1
11. 01-02-41-39 D 65 P multiple side
(nyeri lutut, leher,
dan punggung)
120/80 Vitamin B12 tab 50 mg (20) 2x1
Alpentin Jkn cap 100 mg (20) 2x1
Racikan: (20) 2-3x1
Ibuprofen Jkn 100 mg
Paracetamol Jkn 100 mg
Valisanbe 1 mg
12. 00-31-54-68 S 65 P multiple side
(nyeri bahu dan
tangan ) sebelah
kiri
130/70 Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1
Triamcinolone tab 4 mg (10) 1x1
Alpentin cap 100 mg (20) 2x1
Pacetik tab 600 mg (20) 2x1
Neurobion Forte 250S (10) 1x1
13. 01-13-86-31 T 65 L multiple side
(nyeri punggung
dan lutut)
130/80 Methylprednisolone 4 mg (20) 2x1
Ibuprofen tab 400 mg (20) 2x1
Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1
Alpentine cap 100 mg (10) 1x1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
14. 01-15-96-57 N 67 L multiple side
(nyeri punggung,
kepala, dan lutut)
120/70 Meloxicam tab 15 mg (10) 1x1
Alpentin cap 100 mg (10) 1x1
Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1
Vitamin B12 tab 100 mcg (10) 1x1
15. 01-05-39-45 U 73 P nyeri lutut 130/80 Kenacort tab 4 mg (20) 2x1
Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1
Osteor-C Cr 3x1
Pacetik tab 600 mg (20) 2x1
Alpentine cap 100 mg (10) 1x1
16. 00-58-07-63 SS 68 P multiple side
(nyeri punggung
dan lutut)
130/80 Vitamin B12 tab 100 mcg (20) 2x1
Alpentine cap 100 mg (20) 2x1
Racikan : (20) 2x1
Ibuprofen 100 mg
Valisanbe 1 mg
Paracetamol 250 mg
17. 00-18-39-25 RU 68 P nyeri kepala 140/90 Analsik tab (500 mg+ 2 mg) (15) 3x1
Methycobal cap 500 mcg (30) 1x1
Zypraz tab 0,5 mg (10) ½ x1
18. 00-26-80-97 S 69 P nyeri perut 160/110 Simvastatin tab 10 mg (30) 1x1
Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1
Meloxicam Jkn tab 15 mg (10) 1x1
Alprazolam Jkn tab 0,25 mg (10) 1x1
Candesartan Jkn tab 8 mg (30) 1x1
19. 00-97-20-30 MS 81 L multiple side
(nyeri perut, kaki
dan punggung)
140/90 Meloxicam Jkn tab 15 mg (10) 1x1
Levazide Jkn tab 100 mg+25 mg (40) 2x1
Arkine tab 2 mg (20) 1x1
Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1
Vitamin B Complex Jkn tab (20) 1x1
20. 02-03-97-51 SI 61 L multiple side
(nyeri tangan dan
kaki kiri)
120/80 Vitamin B12 tab 50 mcg (60) 2x1
Pacetik tab 600 mg (10) 1x1
Miniaspi Jkn tab 80 mg (30) 1x1
Provelyn cap 75 mg (30) 1x 25 mg
21. 00-63-93-27 SS 72 L nyeri lutut 130/70 Thyrozol tab 5 mg (15) 1x2
Glimepirid Askes tab 2 mg (30) 1x1
Lisinopril Jkn tab 5 mg (30) 1x1
Novomix Jkn 30 Flexpen (10 UI) x 1
Acarbose Jkn tab 50 mg (90) 3x1
Meloxicam Jkn tab 15 mg (10) 1x1
22. 02-05-57-40 P 79 L nyeri kaki 120/70 Miniaspi Jkn tab 80 mg (14) 1x1
Salbutamol Jkn tab 2 mg (14) 2 x ½
Ambroxol Jkn tab 30 mg (20) 3x1
Furosemid Jkn tab 40 mg (14) 1x1
Pacetik tab 600 mg (10) 1x1
23. 00-30-39-86 ST 70 P nyeri perut 120/70 Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1
Domperidone tab 10 mg (20) 3x1
Pacetik tab 600 mg (10) 1x1
24. 02-05-53-97 M 75 P multiple side
(nyeri kaki dan
punggung)
120/80 Meloxicam Jkn tab 15 mg (10) 1x1
Vitamin B Complex Jkn tab (30) 2x1
Paracetamol 500 mg (15) 2x1
25. 01-07-67-88 S 68 L nyeri kaki 120/80 Paracetamol tab 500 mg (15) 3x1
Meloxicam Jkn tab 15 mg (7) 1x1
Allopurinol Jkn tab 300 mg (10) 1x1
26. 01-02-62-25 R 71 P nyeri dada kiri 120/80 Codikaf tab 10 mg (30) 3x1
Analsik tab (500 mg+ 2 mg) (20) 3x1
Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1
Inpepsia syr 500 mg/5 mL 3x1C
Somerol tab 4 mg(15) 3x1
27. 01-94-89-32 M 82 P nyeri perut 130/80 Domperidone tab 10 mg (20) 3x1
Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1
Sucralfate Jkn susp 3x1C
Paracetamol 500 mg (15) 3x1
28. 00-15-15-07 WS 70 P multiple side
(nyeri kepala dan
kaki)
130/70 Metformin tab 500 mg (60) 2x1
Alprazolam Jkn tab 0,25 mg (10) 1x1
Neurobion tab 250S (30) 1x1
Glimepiride tab 1 mg (60) 2x1
Amlodipine Jkn tab 5 mg (30) 1x1
Alpentine cap 100 mg (3) 1x1
Mecobalamin cap 500 mcg (30) 1x1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
29. 00-54-32-97 K 84 P nyeri kaki 150/80 Glisodin cap 250 mg (30) 1x1
Fitajoint Roller cr 3x1 UE
Miniaspi tab 80 mg (30) 1x1
Candesartan tab 8 mg (30) 1x1
Meloxicam tab 15 mg (10) 1x1
30. 00-59-65-46 ID 72 P nyeri leher 130/70 Lansoprazole cap 30 mg (15) 1x1
Alprazolam Jkn tab 0,25 mg (10) 1x1
Vitamin B Complex Jkn (30) 1x1
Sucralfate Jkn susp 3x1C
31. 01-10-71-03 TS 60 P nyeri kaki jempol 110/80 Ramipril Jkn tab 5 mg (15) 1 x ½
Bisoprolol Jkn tab 5 mg (30) 1x1
Miniaspi Jkn tab 80 mg (30) 1x1
Pacetik tab 600 mg (10) 2x1
32. 01-93-11-20 MH 72 P Multiple Side
(Nyeri Lutut Dan
Badan Sebelah
Kanan)
120/80 Amlodipine Jkn tab 5 mg (30) 1x1
Miniaspi Jkn tab 80 mg (30) 1x1
Vitamin B12 tab 100 mcg (30) 1x1
Ikalep Jkn tab 250 mg (300 1X1
Racikan: (20) 2x1
Paracetamol Jkn 200 mg
Methylprednisolone Jkn 2 mg
Valisanbe 1 mg
33. 00-50-68-20 AS 74 P nyeri lutut 140/70 Brainact tab 500 mg (20) 2x1
Mediflex Tgc cr 75 g (1) 3x1
Pacetik 600 mg (10) 2x1
34. 01-16-41-76 HL 71 L nyeri dada 130/60 Glisodin cap 250 mg (30) 1x1
Trizedon Mr tab 35 mg (60) 2x1
Canderin tab 8 mg (30) 1x1
Miniaspi tab 80 mg (30) 1x1
Pacetik 600 mg (10) 2x1
35. 00-74-95-17 ES 67 L nyeri lutut 120/70 Amlodipine Jkn tab 5 mg (30) 1x1
Metformin Jkn tab 500 mg (60) 2x1
Glimepiride Jkn tab 2 mg (30) 1x1
Meloxicam Jkn tab 15 mg (5) 1x1
36. 01-03-22-62 MMS 71 P multiple side
(nyeri leher dan
lutut)
120/80 Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1
Alpentin cap 100 mg (10) 1x1
Neurobion Forte tab 250 s (30) 1x1
Analsik tab (500 mg+ 2 mg) (20) 3x1
Triamcinolone tab 4 mg (10) 1x1
Osteoflam cap (30) 1x1
37. 00-29-92-68 S 66 P multiple side
(nyeri bahu dan
punggung)
140/80 Amlodipine Jkn tab 5 mg (30) 1x1
Candesartan Jkn tab 8 mg (30) 1x1
Racikan: (20) 2x1
Ibuprofen Jkn 100 mg
Valisanbe 1 mg
Paracetamol Jkn 200 mg
38. 00-21-43-92 F 74 P nyeri punggung
bawah
120/80 Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1
Kalmeco cap 500 mcg (30) 1x1
Provelyn cap t5 mg (10) 1x25 mg
Racikan : (20) 2x1
Paracetamol Jkn 200 mg
Valisanbe 2 mg
Methylprednisolone Jkn 2 mg
39. 01-11-80-25 M 68 P nyeri lutut 130/80 Vitamin B12 tab 100 mcg (30) 1x1
Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1
Alpentin Jkn cap 100 mg (10) 1x1
Racikan : (20) 2x1
Paracetamol Jkn 200 mg
Methylprednisolone Jkn 2 mg
Valisanbe 1 mg
40. 01-11-98-37 TB 66 P nyeri jari tangan 140/90 Vitamin B12 tab 100 mcg (60) 2x1
Alpentin Jkn cap 100 mg (30) 1x1
Betahistin Mesylate Jkn tab 6 mg (20) 2x1
Racikan : (20) 2-3x1
Paracetamol Jkn 250 mg
Valisanbe 1 mg
41. 00-25-67-54 M 61 P nyeri punggung 130/80 Vitamin B12 tab 100 mcg (60) 2x1
Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1
Alpentin Jkn cap 100 mg (30) 1x1
Racikan : (20) 2x1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Valisanbe 1 mg
Methylpredisolone Jkn 2 mg
Paracetamol Jkn 200 mg
42. 00-68-49-54 J 69 P nyeri leher 130/80 Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1
Sifrol Jkn tab 0,375 mg (30) 1x1
Levazide Jkn tab 100mg + 25 mg (30) 1x1
Stalevo Jkn tab 100 mg (60) 2x1
Candesartan Jkn tab 8 mg (30) 1x1
Spironolakton Jkn tab 25 mg (10) 1x1
Racikan : (20) 2x1
Paracetamol Jkn 200 mg
Valisanbe 1 mg
43. 00-05-90-11 S 62 P multiple side
(nyeri punggung
dan kaki)
110/70 Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1
Alpentin Jkn cap 100 mg (10) 1x1
Vitamin B12 tab 50 mcg (10) 1x1
Betahistin Mesylate Jkn tab 6 mg (20) 3x1
Racikan : (20) 2x1
Paraceamol Jkn 200 mg
Methylpredisolone Jkn 2 mg
Valisanbe 1 mg
44. 01-13-46-90 S 81 P nyeri lutut 140/80 Pacetik tab 600 mg (20) 2x1
Betahistin Mesylate Jkn tab 6 mg (20) 2x1
45. 02-00-67-26 S 72 P nyeri tangan 110/60 Clopidogrel Jkn tab 75 mg (10) 1x ½
Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1
Adalat Oros Jkn tab 30 mg (30) 1x1
Irbesartan Jkn tab 300 mg (30) 1x1
Alpentin Jkn cap 100 mg (10) 1x1
Racikan : 20 (2x1)
Valisanbe 1 mg
Paracetamol Jkn 200 mg
Methylpredisolone Jkn 2 mg
46. 01-11-88-80 S 72 L nyeri leher 110/80 Vitamin B12 tab 100 mcg (30) 1x1
Analsik tab (500 mg+ 2 mg) (20) 2x1
Betahistin Mesylate Jkn tab 6 mg (20) 2x1
Ikalep Jkn tab 250 mg (30) 1x1
47. 01-08-62-57 SL 60 P nyeri punggung
bawah kanan
130/80 Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1
Ibuprofen Jkn tab 400 mg (20) 2x1
Alpentin Jkn cap 100 mg (10) 1x1
Vitamin B12 tab 50 mcg (60) 2x1
48. 01-11-25-69 K 68 P multiple side
(nyeri lutut dan
punggung)
130/60 Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1
Amlodipine Jkn tab 5 mg (30) 1x1
Candesartan Jkn tab 8 mg (30) 1x1
Alpentin Jkn cap 100 mg (30) 1x1
Betahistin Mesylate Jkn tab 6 mg (20) 3x1
R:
Valisanbe 1mg
Methylpredisolone Jkn 2 mg
Paracetamol Jkn 200 mg
49. 00-15-10-36 S 65 P nyeri badan
disebelah kanan
130/70 Neurobion Forte tab 250 S (30) 1x1
Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1
Alpentin Jkn cap 100 mg (30) 1x1
Ibuprofen Jkn tab 400 mg (20) 2x1
50. 00-36-24-36 AW 69 L nyeri dada 90/60 Codein Askes tab 10 mg (15) 3x1
Concor tab 2,5 mg (14) 1 x ½
Miniaspi Jkn tab 80 mg (28) 1x1
Farsorbid Jkn tab 5 mg (20) mg k/p 1 tab
Parasetamol 500 mg (15) 1x1
51. 00-65-50-15 SS 68 P nyeri dada 130/80 Omeprazole tab 20 mg (10) 1x1
Alpentin cap 100 mg (10) 1x1
Natrium Diklofenak Jkn tab 50 mg (20) 2x1
Sucralfate Jkn susp 100 mL (1) 3x2
Amitriptyline tab 25 mg (15) 2x1
52. 00-15-72-09 M 79 P multiple side
(nyeri leher dan
tangan kanan)
140/90 Esperson 0,25% cr 15 g (1) 3x UE
Aloclair Plus Oral SOL 60 mL (1) kumur
Amlodipine tab 10 mg (30) 1x1
Codikaftab 10 mg (20) 3x1
Carbamazepin Jkn tab 200 mg (30) 2x1
Yekaflu tab 100S (15) 3x1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
53. 00-41-04-64 SWS 72 P multiple side
(pusing dan nyeri
kaki kanan)
130/90 Anemolat Jkn tab 1 mg (90) 3x1
Domperidone Jkn tab 10 mg (20) 3x1
Paracetamol tab 500 mg (10) 3x1
54. 02-03-71-26 MZ 77 L nyeri perut atas 150/90 Acarbose Jkn tab 50 mg (30) 1x1
Vitamin B Complex Jkn tab (30) 1x1
Erphapillin tab 200 mg (20) 2 x ½
Meloxicam Jkn tab 15 mg (10) 1x1
Omeprazole cap 20 mg (10) 1x1
55. 00-15-68-48 MIT 68 P nyeri lutut 120/80 Epocaldi cap (60) 2x1
Celebrex cap 100 mg (30) 2x1
Oste Forte tab (53) 2x1
Fitajoint Roller cr 35 g (1) 3 DD UE
Remapo cap (80) 4 DD 1
Voltaren 1% Emulgel 20 g (1) 3 DD UE
56. 01-16-35-22 W 69 L nyeri bahu 130/80 Analsik tab 5oo mg + 2 mg (15) 3x1
Triamcinolone tab 4 mg (10) 2x1
Lansoprazole cap 30 mg (6) 1x1
Alpentin cap 100 mg (6) 1x1
57. 02-00-40-68 M 60 L nyeri kaki 130/80 Betahistin Mesylate tab 6 mg (20) 3x1
Trihexyphenidyl tab 2 mg (30) 1x1
Lansoprazole Jkn cap 30 mg (6) 1x1
Vitamin B12 tab 50 mcg (30) 1x1
Meloxicam Jkn tab 15 mg (10) 1x1
58. 01-93-82-98 YS 73 L nyeri punggung 140/80 Vitamin B12 tab 50 mcg (30) 1x1
Clopidogrel Jkn tab 75 mg (16) 1x1
Amlodipine Jkn tab 5mg (30) 1x1
Atorvastatin Jkn tab 20 mg (10) 1x1
Racikan: (20) 2x1
Ibuprofen Jkn 200 mg
Parasetamol Jkn 250 mg
Valisanbe 1 mg
59. 00-65-42-34 YFS 66 p nyeri tangan 130/80 Lansoprazole cap 30 mg (10) 1x1
Alpentin cap 100 mg (10) 1x1
Kaflam tab 25 mg (20) 2x1
Pacetik tab 600 mg (10) 2x1
60. 00-64-38-89 SS 78 P nyeri punggung 110/70 Neurobion Forte tab 250 S (30) 1x1
Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1
Meloxicam Jkn tab 15 mg (10) 1x1
Alprazolam Jkn tab 0,25 mg (10) 1x1
Alpentin cap 100 mg (10) 1x1
61. 01-12-50-17 SN 64 P nyeri punggung 100/60 Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1
Amlodipine Jkn tab 5 mg (30) 1x1
Ibuprofen Jkn tab 400 mg (20) 2x1
Pacetik tab 600 mg (20) 2x1
Alpentin Jkn cap 100 mg (10) 1x1
62. 00-38-19-74 DS 75 L nyeri punggung 150/80 Neurobion Forte tab 250S (30) 1x1
Analsik tab (500 mg+ 2 mg) (20) 2x1
Pacetik tab 600 mg (20) 2x1
Osteoflam cap (30) 1x1
Provelyn cap 75 mg (30) 1x1
63. 00-97-01-97 J 77 P multiple side
(nyeri bahu dan
lutut)
150/80 Amlodipine Jkn tab 5 mg (30) 1x1
Levazide Jkn tab 100 mg + 25 mg (60) 2x1
Ibuprofen Jkn tab 400 mg (30) 2x1
Candesartan Jkn tab 8 mg (30) 1x1
Alpentin Jkn cap 100 mg (20) 1x1
64. 01-11-53-72 HS 83 L nyeri punggung 140/80 Vitamin C tab 100 mg (30) 1x1
Vitamin B12 tab 50 mcg (30) 1x1
Lansoprazole Jkn cap 30 mg (10) 1x1
Meloxicam Jkn tab 15 mg (10) 1x1
Alpentin Jkn cap 100 mg (10) 1x1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Lampiran 2. Faktor Risiko Kardiovaskuler (CV)
Keterangan :
Faktor risiko CV : 0 = tidak ; 1 = ya
Kesimpulan risiko CV : 0 = tidak terdapat faktor risiko ; 1 = terdapat satu atau lebih
faktor risiko
No
.
Riwayat
Infark
Miokar
Riwayat
Angina
Riwayat
Stroke
Riwayat
Ischemic
Heart
Disease
(IHD)
Riwayat
Hipertens
i
Riwayat
Gagal
Jantung
Tekanan
darah
tidak
terkontrol
Kesimpula
n Risiko
CV
n = 2
(3,1%)
n = 0
(0%)
n= 24
(37,5%)
n = 15
(23,4%)
n = 25
(39,1%)
n = 3
(4,7%)
n = 6
(9,4%) n = 43
(67,2%)
1 0 0 1 0 0 0 0 1
2 0 0 1 0 0 0 1 1
3 0 0 0 0 1 0 0 1
4 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 1 0 0 1
6 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0
8 1 0 1 0 0 0 0 1
9 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 0 0 0 0 0
13 0 0 0 0 0 0 0 0
14 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 1 0 0 1
17 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 1 1 0 1 1
19 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 1 1 1 1 0 1
21 0 0 0 0 1 0 0 1
22 0 0 0 1 0 0 0 1
23 0 0 0 0 1 0 0 1
24 0 0 0 0 0 0 0 0
25 0 0 0 0 0 0 0 0
26 0 0 0 0 1 0 0 1
27 0 0 0 1 0 0 0 1
28 0 0 0 0 1 0 0 1
29 0 0 0 1 1 0 1 1
30 0 0 0 0 0 0 0 0
31 0 0 0 1 1 0 0 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
32 0 0 1 0 0 0 0 1
33 0 0 1 1 1 0 0 1
34 0 0 0 1 0 0 0 1
35 0 0 0 0 1 0 0 1
36 0 0 0 1 0 0 0 1
37 0 0 1 0 1 0 0 1
38 0 0 1 0 1 0 0 1
39 0 0 0 0 0 0 0 0
40 0 0 1 1 0 0 0 1
41 0 0 0 0 1 0 0 1
42 0 0 1 0 1 0 0 1
43 0 0 1 0 0 0 0 1
44 0 0 1 1 1 1 0 1
45 0 0 1 0 0 0 0 1
46 1 0 1 0 0 0 0 1
47 0 0 0 0 0 0 0 0
48 0 0 1 1 1 0 0 1
49 0 0 1 0 1 0 0 1
50 0 0 0 1 0 0 0 1
51 0 0 0 0 0 0 0 0
52 0 0 0 1 1 0 0 1
53 0 0 0 1 1 1 0 1
54 0 0 0 0 0 0 1 0
55 0 0 0 0 0 0 0 0
56 0 0 0 0 0 0 0 0
57 0 0 1 0 0 0 0 1
58 0 0 1 0 0 0 0 1
59 0 0 1 0 1 0 0 1
60 0 0 1 0 0 0 0 1
61 0 0 1 0 1 0 0 1
62 0 0 1 0 0 0 1 1
63 0 0 1 0 1 0 1 1
64 0 0 1 0 0 0 0 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Lampiran 3. Faktor Risiko Gastrointestinal (GI)
Keterangan :
Faktor risiko GI : 0 = tidak; 1 = ya
Kesimpulan risikoGI : 0 = tidak terdapat faktor risiko; 1 = terdapat lebih dari 2 faktor
risiko; atau yang menggunakan NSAID dengan korikosteroid danantikoagulan; atau
dua obat NSAID; atau riwayat perdarahan ulkus.
No.
Usia ≥
65
tahun
Acetyl-
salycilic
acid
Kortiko-
steroid
Anti-
koagulan
Riwayat
Perdarahan
Ulkus
Riwayat
ulkus
peptikum
Riwayat
dispepsia
Dua obat
AINS
Kesimpulan
risiko GI
tinggi
n = 52
(81,3%)
n = 10
(15,6%)
n = 17
(26,6%)
n = 0
(0%)
n = 0
(0%)
n = 1
(1,6%)
n = 3
(4,7%)
n = 1
(1,6%)
n = 7
(10,9%)
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 1 0 0 0 0 0 0 0
3 1 0 1 0 0 0 0 0 1
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 1 0 0 0 0 0 0 0 0
6 1 0 1 0 0 0 0 0 0
7 1 0 1 0 0 0 0 0 0
8 1 1 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 1 0 0 0 0 0 1
10 0 0 1 0 0 0 0 0 1
11 1 0 0 0 0 0 0 0 0
12 1 0 1 0 0 0 0 0 0
13 1 0 1 0 0 0 0 0 1
14 1 0 0 0 0 0 0 0 0
15 1 0 1 0 0 0 0 0 0
16 1 0 0 0 0 0 0 0 0
17 1 0 0 0 0 0 0 0 0
18 1 0 0 0 0 0 1 0 0
19 1 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 1 0 0 0 0 0 0 0
21 1 0 0 0 0 0 0 0 0
22 1 1 0 0 0 0 0 0 0
23 1 0 0 0 0 0 0 0 0
24 1 0 0 0 0 0 0 0 0
25 1 0 0 0 0 0 0 0 0
26 1 0 0 0 0 0 1 0 0
27 1 0 0 0 0 1 0 0 1
28 1 0 0 0 0 0 0 0 0
29 1 1 0 0 0 0 0 0 0
30 1 0 0 0 0 0 0 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
31 0 1 0 0 0 0 0 0 0
32 1 1 1 0 0 0 0 0 1
33 1 0 0 0 0 0 0 0 0
34 1 1 0 0 0 0 0 0 0
35 1 0 0 0 0 0 0 0 0
36 1 0 1 0 0 0 0 0 0
37 1 0 0 0 0 0 0 0 0
38 1 0 1 0 0 0 0 0 0
39 1 0 1 0 0 0 0 0 0
40 1 0 0 0 0 0 0 0 0
41 0 0 1 0 0 0 0 0 0
42 1 0 0 0 0 0 0 0 0
43 0 0 1 0 0 0 0 0 0
44 1 0 0 0 0 0 0 0 0
45 1 0 1 0 0 0 0 0 0
46 1 0 0 0 0 0 0 0 0
47 0 0 0 0 0 0 0 0 0
48 1 0 1 0 0 0 0 0 0
49 1 0 0 0 0 0 0 0 0
50 1 1 0 0 0 0 0 0 0
51 1 0 0 0 0 0 1 0 1
52 1 0 0 0 0 0 0 0 0
53 1 0 0 0 0 0 0 0 0
54 1 0 0 0 0 0 0 0 0
55 1 0 0 0 0 0 0 0 0
56 1 0 1 0 0 0 0 0 0
57 0 0 0 0 0 0 0 0 0
58 1 0 0 0 0 0 0 0 0
59 1 0 0 0 0 0 0 0 0
60 1 0 0 0 0 0 0 0 0
61 0 0 0 0 0 0 0 0 0
62 1 0 0 0 0 0 0 0 0
63 1 0 0 0 0 0 0 0 0
64 1 0 0 0 0 0 0 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lampiran 4. Ethical Clearance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Lampiran 6. Informed Consent
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Lampiran 7. Form Esesmen Nyeri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Lampiran 8. Besar Sampel Minimal
Penelitian ini menggunakan studi tentang proporsi dari suatu kejadian, sehingga
menggunakan rumus sample size sebagai berikut:
𝑛 =𝑍2 𝛼 ∙ 𝑝 1 − 𝑝
𝑒2
Keterangan:
𝑍2 𝛼 : Nilai Z pada derajat kemaknaan 95% =1,96
p : proporsi sebesar 19,5%(Satghareet al., 2016)
e : presisi diasumsikan 10%
(Swarjana, 2012).
𝑛 =1,962 ∙ 0.195(1 − 0,195)
0,12= 60, 303516 ≈ 61
Perhitungan besar sampel minimal menggunakan proporsi 19,5%
berdasarkan data Satghare et al., 2016 dengan presisi yang diasumsikan
peneliti sebesar 10% kesalahan yang dapat diterima dalam penelitian.
Jumlah sampel minimal yang diperoleh dari perhitungan besar sampel,
yaitu 61 orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Lampiran 9. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional
Derajat nyeri Derajat nyeri dinilai berdasarkan NPS (Numeric Pain
Scale), dikatakan nyeri ringan jika skala 1-3, nyeri
sedang skala 4-6, dan nyeri berat skala 7-10 (Pinzon,
2016).
Tipe nyeri Tipe nyeri dikelompokkan menjadi tipe nyeri
neuropatik dan bukan neuropatik. Bila skor ID pain
pada lembar essesmen nyeri >2 maka dikatakan nyeri
neuropatik (Yudianta, 2015).
Risiko gastrointestinal
(GI)
Pasien yang berusia ≥65 tahun; menggunakan NSAID
bersamaan dengan acetyl saliclyclic acid (ASA),
kortikosteroid, atau antikoagulan; memiliki riwayat
perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulkus
peptikum, dyspepsia; menggunakan satu obat NSAID
dengan dosis maksimal atau menggunakan dua obat
kombinasi NSAID (Lanas, et al., 2011).
Risikokardiovaskuler
(CV)
Pasien yang memiliki riwayat infark miokard, riwayat
hipertesi, angina, stroke, IHD (Ischemic Heart
Disease), gagal jantung, dan tekanan darah tidak
terkontrol (>140/90 mmHg) (Lanas et al., 2011).
Ketepatanpengobatan
nyeri
Terapi pengobatan nyeri dikatakan tepat apabila sesuai
dengan guideline, tipe nyeri dan faktor risiko yang
dialami pasien(Cavalieri, 2007; Fine, 2012).
Pola pengobatan nyeri Analgesik (opioid dan nonopioid) dan atau obat lain
(kortikosteroid; adjuvan) yang diterima oleh pasien
untuk mengatasi nyeri yang dialami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul “Ketepatan Pola Pengobatan
Nyeri pada Pasien Geriatri di Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta” memiliki nama lengkap Dewi Yull Pasaribu,
lahir di Sorong 2 Juli 1996. Penulis merupakan anak ketiga
dari 4 bersaudara.Anak dari pasangan H. Pasaribu dan E.
Panjaitan. Penulis mengawali pendidikan di TK Maranatha
Sorong pada tahun 2001-2002, SD Inpres 17 Remu Sorong
pada tahun 2002-2008, SMP Negeri 5 Sorong pada tahun
2008-2011, SMA Negeri 2 Sorong pada tahun 2011-2014, dan pada tahun 2014
meneruskan pendidikan S1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, penulis mengikuti beberapa kegiatan kepanitiaan seperti menjadi
anggota divisi P3K Pharmacy Performance and Road To School (2014 dan 2015),
koordinator divisi Hubungan Masyarakat Donor Darah JMKI 2016, anggota
divisi Konsumsi TITRASI (Tiga Hari Temu Akrab Farmasi) 2016, dan anggota
divisi Hubungan Masyarakat USD Speak Up 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI