Upload
tri-dewanti-w-mubandrio
View
309
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
KETERSEDIAAN HAYATI ( BIOAVAILABILITAS ) SENYAWA BIOAKTIF
Dr. Ir. Tri Dewanti W. M.Kes.THP – FTP Univ. Brawijaya
Merupakan kecepatan dan jumlah senyawa bioaktif yang mencapai sirkulasi sistemik secara keseluruhan menunjukkan kinetic dan perbandingan zat aktif yang mencapai peredaran darah terhadap jumlah senyawa bioaktif yang diberikan.
Pengkajian terhadap ketersediaan hayati ini tergantung pada absorbsi ke dalam sirkulasi umum serta pengukuran dari yang terabsorbsi tersebut
KETERSEDIAAN HAYATI ( BIOAVAILABILITAS ) SENYAWA BIOAKTIF
BIOAVAILABILITAS
Definisi: kecepatan dan jumlah bahan-bahan aktif/senyawa tertentu yang dapat diserap dari produk dan dapat mencapai lokasi aksinya (site of action). Biasanya dievaluasi dari konsentrasi pada plasma darah dan urin
SENYAWA BIOAKTIF
Definisi : merupakan senyawa yang mempunyai efek fisiologis dalam tubuh yang berpengaruh positif terhadap kesehatan manusia . Peran senyawa bioaktif dalam tubuh diperoleh jika senyawa tersebut mencapai lokasi aksinya (site of action)
AKTIVITAS SENYAWA BIOAKTIF
Aktivitas senyawa bioaktif disebabkan oleh interaksi antara molekul senyawa bioaktif dengan bagian molekul dari obyek biologis yaitu resptor spesifik.
Untuk dapat berinteraksi dengan reseptor spesifik dan menimbulkan aktivitas spesifik, senyawa bioaktif harus mempunyai struktur sterik dan distribusi muatan yang spesifik pula.
Dasar dari aktivitas biologis adalah proses-proses kimia yang kompleks mulai dari saat senyawa bioaktif diberikan sampai terjadinya respons biologis.
Skema aktivitas Senyawa Bioaktif
INTERAKSI TUBUH – OBAT/SENYAWA BIOAKTIF
Obat/Seny. Bioaktif
Konsentrasi Obat Dalam sirkulasi sistemik
Konsentrasi Obat Pada Tempat Kerja
Efek Farmakologi/ Indikasi Teurapetik
Respon Klinik
Toksisitas Efikasi
ABSORPSI
Ikatan Dengan Reseptor
Obat Dalam Jaringan
METABOLISME
DISTRIBUSI
Terikat Protein Plasma
Bebas
EKSRESI
Farmakokinetik (Perjalanan Obat dalam Tubuh)
Farmakodinamik (Efek
Obat pada Tubuh)
FAKTOR UTAMA FARMAKOLOGI
OBAT
(Seny. Bioaktif)
TUBUH (Sistem Biologi)
Pengaruh Terhadap Tubuh
Pengaruh Tubuh terhadap obat
Kerja/Efek Obat
Farmakodinamika
Nasib Obat Dalam Tubuh
Farmakokinetika
Antaraksi Kemodinamika
Data ketersediaan hayati digunakan untuk menentukan :
1. Banyaknya senyawa bioaktif yang diabsorbsi dari formulasi atau sediaan.
2. Kecepatan diabsorbsi.3. Lama senyawa bioaktif berada dalam cairan biologi
atau jaringan dan dikorelasikan dengan respon.4. Hubungan antara kadar dalam darah dan efikasi
klinis serta toksisitas.
3 parameter yang biasanya diukur yang menggambarkan profil konsentrasi dalam darah dan waktu dari yang diberikan, yaitu :
Konsentrasi puncak (Cmaks)
Waktu untuk konsentrasi puncak (tmaks) Luas daerah dibawah kurva (AUC) Data ketersediaan hayati digunakan untuk
menentukan : Banyaknya senyawa bioaktif yang diabsorpsi dari
formulasi atau sediaan. Kecepatan diabsorpsi. Lamanya/waktu berada dalam cairan biologi atau
jaringan dan dikorelasikan dengan respon pasien. Hubungan antara kadar dalam darah dan efikasi klinis
serta toksisitas.
1. Metode menggunakan data darah2. Data urin3. Data efek farmakologis4. Data respon klinis Data darah dan data urin lazim digunakan
untuk menilai ketersediaan hayati sedian yang metode analisis zat berkhasiatnya telah diketahui cara dan validitasnya.
METODE PENILAIAN KETERSEDIAAN HAYATI
Jika cara validitas analisi belum diketahui digunakan data farmakologi dengan syarat efek farmakologik yang timbul dapat diukur secara kuntitatif,
seperti efek pada kecepatan denyut jantung atau tekanan darah yang dapat digunakan sebagai indeks dari ketersediaan hayati.
Untuk evaluasi ketersediaan hayati menggunakan data respons klinik dapat mengalami perbedaan antar individu akibat farmakokinetika dan farmakodinamik yang berbeda.
Faktor farmakodinamik yang mempengaruhi meliputi : umur, toleransi obat, interaksi obat, dan faktor- faktor patofisiologik yang tidak diketahui.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan hayati
a. Sifat fisiko kimia zat aktif Bentuk isomer ; alkaloid – alkaloid dan steroid –
steroid terdapat dalam beberapa bentuk isomer d atau l. Seringkali yang aktif atau lebih aktif hanya satu saja misal : d- etambutol, d-propoksifen,d-amfetamin, l-kloramfenikol.
Polimorfose ; bentuk Kristal yang kurang stabil lebih mudah larut dan kemudian cepat terabsorbsi daripada bentuk kristalnya yang stabil,missal kloramfenikol mempunyai 2 bentuk polimofi A dan B ; Kristal bentuk A bersifat tidak aktif.
Ukuran partikel; bila ukuran partikel lebih kecil dr luas permukaan, sehingga obat akan cepat melarut dan diabsorbsi. Hidrate dan solvate ; senyawa bioaktif cenderung untuk mengikat beberapa molekul pelarut Ikatan ini disebut solvate, dan kalau pelarutnya adalah air maka ikatan ini disebut hidrat. Ampisillin anhidrat lebih mudah larut daripada ampisillin trihidrat, sehingga pemakaian peroral akan memberikan blood level lebih tinggi. Bentuk garam, Ester dan lainnya; gugusan estolat dri eritromisin estolat dapat menyebabkan hepatotoksisitas, sedangkan stearatnya tidak. Tapi sifat fisik eritromisin stearat mempersulit pengisian dalam jumlah yang cukup kedalam kapsul berukuran wajar. Pemadatan yang tidak tepat atas bahan baku ini sebaliknya dapat menimbulkan persoalan sidolusi dan ketersediaan hayati.
Kemurnian; bahan baku Pinisillin yang tidak murni bisa mengandung
mikrokontaminan berupa hasil degradasi pinisillin sendiri, bahan inferior ini yang dapat menyebabkan alergi.
Namun, meskipun telah menggunakan bahan baku murni kalau cara dan kondisi produksi dalam hal ini kebersihan, temperature, dan kelembaban kurang baik, bahan pinisillin ini akan menimbulkan efek samping yang sama.
b. Bahan- bahan pembantu; pengaruh bahan – bahan pembantu dapat
merubah secara drastic pola absorbsinya dan oleh karena itu efek terapi dan toksisitasnya juga berpengaruh,
seperti meningkatnya toksisitas fenitoin setelah bahan pembantu yng semula dipakai CaSO4 diganti dengan laktosa.
c. Cara- cara prosesing Formulasi yang sudah baik dalam suatu
pabrik bias sama sekali berubah bila dibuat oleh pabrik lain dengan penggunaan alat-alat yang berbeda.
Ruangan dan kondisi- kondisinya ( temperature, kelembaban, penerangan , dan sebagainya ) yang memenuhi syarat. Misalnya pada pembuatan sediaan tetrasiklin yang merupakan bahan baku yang kurang stabil pada kondisi tertentu sehingga dapat mengakibatkan penguraian tetrasiklin menjadi non aktif, hepatoksik, dan nefrotoksik.
Tenaga- tanaga yang kompeten. Dikerjakan dengan system produksi dan system control yang baik. Dalam hal ini persyaratan- persyaratan Good Manufacturing Practises ( GMP ) menjadi penting.