Upload
vandieu
View
231
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
165
LAMPIRAN
Seminari Petrus van Diepen Aimas
Sekolah Berpola Asrama
(Oleh Antonius Pramudji/orang tua siswa)
Pandangan awam tentang seminari adalah suatu sekolah
khusus mendidik para calon imam. Pada umumnya sekolah adalah
tempat untuk menimba ilmu pergi pagi pulang siang atau bahkan sore.
Berbeda dengan Seminari Petrus van Diepen yang menerapkan pola
“Sekolah Berasrama”, pendidikan yang diterima bukan hanya sebatas
ilmu pengetahuan ilmiah, lebih dari itu pendidikan yang diterima anak
lebih paripurna pada tujuan yaitu “menelurkan” imam Katolik.
Mencapai tujuan tersebut tidaklah mudah sebagai awam yang
juga mantan guru ada 3 hal yang saya pandang penting dalam proses
“mencetak” seorang imam Katolik. Yang pertama adalah faktor
lingkungan tempat tinggal/asrama (termasuk aturan-aturan yang
diterapkan) harus sedemikian rupa sehingga membentuk karakter/
watak yang harus dimilki oleh seorang imam Katolik. Faktor yang
pertama ini menjadi pendukung bagi faktor kedua yaitu pendidikan itu
sendiri. Pendidikan disini dimaksudkan adalah proses pendidikan
watak ilmiah (di sekolah) dan proses pendidikan watak pribadi dan
sosial (di asrama) maka tidak lepas dari pemenuhan kebutuhan sumber
daya manusia pendidik dan sarana pra-sarana sebagai pendukung
proses pendidikan. Kualitas dan kuantitas kedua hal ini harus sesuai
dan mumpuni dalam menanamkan nilai-nilai keilmiahan dan nilai-
nilai sosial keagamaan yang ingin dicapai; karena secara umum
pendidikan adalah salah satu bentuk kebudayaan manusia yang
dinamis dan sarat dengan perkembangan atau perubahan. Pendidikan
yang baik adalah pendidikan yang mampu menggali potensi peserta
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
166
didiknya sehingga mampu menghadapi tantangan di masa mendatang.
Tentu saja dalam kerangka seminari pandangan tersebut dipersiapkan
dalam sudut pandang “menjadi imam Katolik”.
“Menjadi Imam Katolik” saya tuliskan dalam tanda kutip
maksudnya ini adalah niat/motivasi anak-anak Katolik yang masuk
seminari. Motivasi adalah faktor ketiga dan terpenting dalam hal ini.
Faktor pertama dan kedua bukan hanya mendukung tapi juga harus
dapat memelihara dan memupuk niatan ini sehingga dapat bertumbuh
berkembang sesuai dengan perkembangan jaman yang dipandang dari
sudut gereja Katolik. Bukan untuk “mengkerdilkan” tetapi bukan juga
meletakannya dalam “zona nyaman” sehingga tenggelam “dimakan”
perubahan tanpa disadari. Demikian pun bagi orang-orang yang
membantu “menjadikan imam Katolik” tidak terbatas pada para
pengasuh dan para guru tetapi juga orang tua – orang tua peserta didik
pun demikian para awam harus paham bahwa niatan/motivasi ini
adalah “pondasi awal menjadi imam Katolik” anak-anak kita.
Jelaslah bahwa sekolah berpola asrama yang bisa lebih
maksimal mengakomodir ketiga faktor di atas sehingga tujuan dapat
tercapai lebih paripurna. Secara umum sekolah berpola asrama
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan sekolah konven-
sional; yaitu berbagai layanan dalam proses pendidikan dapat diterima
anak secara terus-menerus, lebih terencana dan efektif oleh semua
elemen pendidik (termasuk pengasuh karena pada dasarnya pengasuh
adalah pendidik watak sosial dan pribadi anak) dalam upaya
pendidikan yang komprehensip holistik sehingga dapat menjadi output
yang lebih sesuai dengan visi dan misi sekolah.
Tingkat kepatuhan dan kemandirian peserta didiknya lebih
dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini tidak hanya dapat dilihat dari
kemandirian secara emosi tetapi juga mandiri dalam perilaku.
Pembentukan pandangan hidup pun berjalan secara mandiri timbul
dari interaksi antar siswa yang heterogen latar belakang sosial dan
tingkat kecerdasannya;yang dipadu dengan segala peraturan yang
diberlakukan untuk membentuk kedisiplinan, kepatuhan dan tanggung
Lampiran
167
jawab diharapkan pandangan hidup positif akan terbentuk dan
membuat nilai kesetiakawanan sosialnya menjadi lebih baik.
Melalui budaya disiplin dan mandiri ini diharapkan akan
tumbuh jiwa kepemimpinan. Pemimpin yang memiliki rasa
kesetiakawanan sosial positif yang selalu mengutamakan kepentingan
bersama dari pada kepentingan diri sendiri; jika kelak menjadi seorang
pemimpin. Jiwa kepemimpinan ini tidak akan dicapai dengan hanya
mendengarkan dan melihat tetapi juga harus dialami peserta didik,
maka dalam proses pendidikan di sekolah berpola asrama selalu ada
program yang membuat peserta didiknya merasakan/mengalami
menjadi seorang pemimpin.
Berkaitan dengan pendidikan watak sosial Seminari Petrus van
Diepen sebagai sekolah berpola asrama tingkat SMP dan SMA yang
terletak di Indonesia timur serta menitikberatkan penjaringan calon
peserta didiknya pada daerah-daerah yang lebih terpencil karena itu
memiliki keunikan tersendiri. Jika sekolah berpola asrama lain yang
terletak di daerah yang lebih maju pendidkan watak hanya mengasah
watak dan perilaku sesuai nilai-nilai yang sudah dikenal anak sebelum
masuk sekolah berasrama lebih dari itu yang harus dilakukan di
seminari ini. Para pengasuh di sini harus mengenalkan, memberitahu,
mengajari, membentuk dan mengasah nilai-nilai sosial yang berlaku
jamak di masyarakat umum kepada para peserta pendidiknya.
Oleh karena keunikan ini maka prinsip “memanusiakan
manusia” menjadi titik berat dalam proses pendidikan ini dan harus
benar-benar dilaksanakan sesuai dengan kondisi input yang diperoleh.
Pengkondisian ini sangat perlu dipikirkan, direncanakan dan
dilaksanakan secara disiplin, matang dan menyeluruh sehingga prinsip
ini tidak menjadi salah arah yang malah menjadikan peserta didik
merasa seperti “kuda lepas dari ikatan”. Semoga Seminari Petrus van
Diepen dapat menjadikan keunikan ini sebagai modal postif dalam
mendidik para calom imam.
Aimas SP II, 16 April 2014
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
168
Seminari Petrus van Diepen
Sekolah Berpola Asrama
Oleh RD. Jeremias Rumlus /Rektor Seminari
Seminari Petrus van Diepen merupakan sebuah lembaga
pendidikan dengan pola asrama. Pilihan sekolah dengan pola asrama
pertama-tama dimaksud agar dapat menampung peserta didik yang
secara geografis berdomisili jauh dari akses pendidikan yang
berkwalitas. Pihak Keuskupan dalam hal ini Uskup Keuskupan
Manokwari Sorong dan Yayasan Pendidikan dan Persekolahan
Keuskupan merasa terpanggil untuk turut terlibat mencerdaskan anak-
anak yang lahir besar di tanah Papua.
Pilihan sekolah berasrama dalam konteks geografis Papua
sejatinya menjadi solusi yang menggembirakan karena beberapa
pertimbangan mendasar yang bersifat kontekstual sebagai berikut:
1. Akses transportasi georafis yang terdiri dari pulau-pulau.
Pilihan transportasi adalah kapal laut atau pesawat. Dalam hal
ini asrama memberi tempat bagi peserta didik sebagai rumah
tinggal yang mendekatkan jarak dan memudahkan untuk
mengakses pendidikan. Selama tahun pembelajaran siswa dapat
tinggal di asrama untuk menyelesaikan proses pembelajaran
dalam kurun waktu tertentu.
2. Sekolah asrama menjadi media pembiasaan hidup dengan
aturan atau disiplin hidup sebagai suatu proses pembentukan
nilai. Dengan kata lain terjadi proses pendidikan yang bersifat
holistik atau komunikatif integratif antara nilai-nilai Scientia
(pengetahuan), Sanctitas (rohani–spiritual), Sanitas (kesehatan
fisik, mental, relasi sosial).
Untuk pencapaian maksud di atas maka sekolah asrama
Seminari Petrus van Diepen dikondisikan menjadi “home”/domus/
rumah dalam pengertian:
Lampiran
169
Sekolah asrama menciptakan lingkungan penuh kasih
sayang jauh dari suasana perselisihan. Keberagaman tentu
menjadi kesulitan untuk cepat saling menerima tetapi
melalui kebersamaan yang berlangsung dalam satu
kompleks tinggal mewajibkan peserta didik untuk saling
menerima sebagai saudara seperti dalam keluarga sendiri.
Sekolah asrama dapat menjadi tempat pengolahan diri di
mana yang kecil/ adik kelas merasa dibesarkan dan yang
besar/kakak kelas boleh merasa diri kecil (rendah hati)
untuk belajar dari adik kelas. Terjadi saling pembelajaran
yang saling membesarkan.
Menjadi pusat pertumbuhan antara kasih sayang dan
angan-angan pribadi. Maksudnya di sekolah asrama peserta
didik belajar mengolah perasaan ego menjadi simpati dan
empati dalam kebersamaan. Dalam perasaan kasih sayang
inilah peserta didik menjadi termotivasi untuk terus
membangun angan-angan pribadi dalam prestasi-prestasi di
bidang akademik-intelektual, di bidang bakat kemampuan
olahraga, kesenian dan hidup sosial.
3. Kehidupan asrama di Seminari Petrus van Diepen menjadi
sebuah laboratorium sosiologis karena di sekolah asrama terjadi
interaksi sosial di mana hubungan antar manusia menjadi kunci
utama. Artinya baik di sekolah maupun di asrama diusahakan
berbagai pengalaman belajar sebagai persiapan untuk hidup di
masyarakat. Dalam hal ini Seminari membuat time schedule /
jadwal kegiatan yang terorganisir dalam aturan harian dan
program semesteran.
Berdasarkan beberapa pertimbangan mendasar di atas maka saya
berbesar hati untuk mengatakan bahwa pendidikan pola asaram
menjadi solusi yang menggembirakan bagi model pendidikan di
tanah Papua.
Aimas, 15 Mei 2014
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
170
POTRET WAJAH SEMINARI PETRUS VAN DIEPEN
(Sebuah Penilaian Terhadap Lembaga Seminari Petrus van Diepen)
Fr. Yustinus R. T. Neno, SVD*
Pengantar
Mengutamakan „anak-anak asli Papua‟ untuk menjadi manusia
baru merupakan orientasi dari berdirinya Seminari Petrus van Diepen.
Menjadi manusia baru berarti siap menanggalkan dirinya yang lama
untuk melahirkan dirinya menjadi manusia baru. Artinya, anak-anak
Papua harus mampu dan bersedia mengosongkan dirinya sehingga
dapat diisi dan dibentuk oleh pendidikan dan pembinaan yang
diberikan oleh lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan Seminari
Petrus van Diepen adalah tempat untuk menjadikan anak-anak Papua
menjadi manusia baru; memanusiakan manusia ke arah yang lebih
baik.
Tujuan pendirian dan misi Seminari Petrus van Diepen adalah
menjadikan para seminaris untuk mencintai pencerdasan dalam segi
spiritual (sancitas), intelektual (sciencia) dan fisik mental-moral
(sanitas); mengutamakan mutu dan memberdayakan pembelajar yang
terbuka dan toleran dalam membentuk kebersamaan sosial yang
beragam dan menanamkan dalam diri seminaris mentalitas agen
pastoral yang tahan uji dan berbakti bagi Gereja dan Bangsa. Berdiri di
atas pendirian dan misi akan melahirkan para seminaris sebagai
manusia yang berkualitas, baik bagi Bangsa maupun Gereja. Roh
pendirian dan misi Seminari menjadi kekuatan dan penggerak untuk
memacu semangat dari para pembina dan pendidik untuk menjadikan
peserta didik makin hari makin bersinar.
Satu tahun sudah berada di lembaga seminari menjadi alasan
yang kuat bagi saya untuk bisa memberikan penilaian tentang
* Penulis adalah staf pengajar dan pamong Asrama Seminari Petrus Van
Diepen
Lampiran
171
seminari. Penilaian yang saya berikan berdasarkan pengamatan dan
keterlibatan saya berada bersama anggota komunitas ini. Jadi, tidak
berlibihan jika saya mengatakan bahwa saya layak berbicara dan
memberikan penilaian tentang Seminari Petrus van Diepen.
Bangunan Seminari Petrus van Diepen
Seminari Petrus van Diepen memiliki bangunan yang
berkualitas; layak dijadikan sebagai tempat untuk menggali dan
menimba pengetahuan dan pembentukan karakter bagi peserta didik.
Dikatakan bangunan berkualitas karena jenis gedung sekolahnya
berskala internasional. Saya mengatakan demikian karena model
bangunannya seperti sekolah-sekolah internasional, seperti sekolah di
kota-kota besar, baik dalam negeri maupun luar negeri. Gedung
sekolah yang berkualitas dapat membuat peserta didik nyaman dan
merasa „at home‟ untuk menimba dan mencari pengetahuan dan
melahirkan spirit untuk memacu diri dalam belajar.
Seminari Petrus van Diepen memiliki dua gedung bangunan
sekolah yang dipergunakan oleh siswa/i SMP dan siswa/i SMA. Gedung
bangunan sekolah selalu mendapat perhatian perawatan, baik oleh para
guru maupun siswa-siswi. Salah satu contoh bentuk perawatan yang
diberikan kepada bangunan gedung sekolah ialah melarang siswa/i
untuk mencoret tembok bangunan dengan tulisan-tulisan. Namun,
terkadang siswa/i tidak mentaati larangan ini, sehingga ada banyak
coretan-coretan yang terlukis indah pada dinding tembok bangunan
seminari. Hal lain yang dilakukan ialah membersihkan sarang laba-laba
yang biasa melekat pada sudut tembok. Ini adalah bentuk tanggapan
dan perhatian akan rasa memiliki terhadap gedung bangunan seminari
dari para pendidik dan peserta didik. Hemat saya, tujuannya adalah
membuat gedung sekolah ini tetap indah dan bersih, sehingga baik
pendidik dan peserta didik dapat merasa nyaman dan bergairah dalam
proses belajar-mengajar.
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
172
Model Pendidikan yang Ditawarkan Seminari Petrus van Diepen
Semiari Petrus van Diepen menjalankan model pendidikan
yang ditelurkan oleh pemerintah pusat, yaitu kurikulum 2006
Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Setiap pendidik
mempersiapkan materi pelajaran kepada peserta didik sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang termuat dalam KTSP. Seminari Petrus van
Diepen juga menawarkan model pendidikan berpola asrama.
Pendidikan berpola asrama adalah salah satu cara atau model
pendidikan di mana siswa seminari dihimpun dalam sebuah asrama
yang sudah dilengkapi fasilitas, peraturan-peraturan dan pendamping
asrama. Peraturan-peraturan yang sudah ada di asrama turut serta
membantu siswa/i seminari dalam membentuk karakter kepribadian,
psiko- spiritual lewat kegiatan-kegiatan rohani, psiko-emosional, bagaimana cara hidup berkomunitas (baca: hidup bersama dengan yang
lain), memanfaatkan waktu luang dengan belajar, membaca dan
menulis dan mengajarkan kepada seminarist bagaimana cara untuk bisa
mengatur diri sendiri.
Kehadiran para pembina (pendamping) asrama dalam
kehidupan seminarist di asrama sangat membantu dalam proses
pencapaian siswa seminarist yang berkualitas; sesuai yang diharapkan
dari para foundator dan pembina. Keterlibatan para pembina dan cara
hidup yang ditampilkan merupakan cara yang paling ampuh untuk
membius para seminarist sehingga mereka tak terlempar jauh dari
kehidupan para seminaris yang sesungguhnya. Maksudnya, para
seminaris hidup dalam irama/pola hidup seminarist sesuai dengan
hukum hidup di lembaga seminari: lembaga pembentukan calon Imam.
Karena itu, keterlibatan, model hidup, dan cara pendampingan menjadi
salah satu kunci utama yang setiap formator tampilkan dan berikan
kepada formandi. Keterlibatan, model hidup, dan cara pendampingan
merupakan hal yang paling utama dan terutama ditampilkan oleh para
formator kepada formandi. Dan sejauh pengamatan saya sudah
dibuktikan oleh para formator yang bekerja/berkarya di lembaga ini.
Lampiran
173
Hemat saya, dua model pendidikan yang diterapkan dan
ditawarkan lembaga seminari kepada peserta didik dapat mewujudkan
misi dari seminari, yaitu pertama,memberdayakan para seminaris
untuk mencintai pencerdasan dalam segi spiritual (sancitas), intelektual
(sciencia) dan fisik mental-mental-moral (sanitas). Kedua,
menghadirkan komunitas pembelajar yang bercita rasa Katolik:
mengutamakan mutu dan memberdayakan pembelajar yang terbuka
dan toleran dalam membentuk kebersamaan sosial yang beragam.
Ketiga, menanamkan dalam diri seminaris mentalitas agen pastoral
yang tahan uji dan berbakti bagi Gereja dan Bangsa. Keempat, mengembangkan pribadi dewasa dan utuh melalui pengalaman
berelasi, refleksi, aksi dan evaluasi secara berkelanjutan. Dengan
demikian, Seminari Petrus van Diepan mampu menjadikan para
seminaris sebagai manusia yang berkualitas, baik bagi Bangsa maupun
Gereja.
Kualitas Para Pendidik Seminari Petrus Van Diepen
Seminari Petrus van Diepen memiliki staf pengajar yang
berasal dari lulusan Universitas dan Sekolah Tinggi yang berbeda.
Lulusan Universitas dan Sekolah Tinggi yang berbeda menunjukkan
kualitas staf pengajar yang berbeda pula, baik dalam pengetahuan,
metode pengajaran dan cara membahasakan materi yang diberikan
kepada peserta didik. Perbedaan itu mendatangkan cara pandang yang
berbeda pula, yang diberikan peserta didik kepada para pendidik. Lihat
saja komentar dan penilaian peserta didik yang pernah saya dengar,
terhadap para pendidik yang bervariasi. Ada yang mengatakan guru ini
baik sekali cara mengajar dan bahasa yang digunakan dalam
memberikan pengajaran, ada pula yang mengatakan guru itu
mempunyai pengetahuan yang luas, tapi ada pula yang mengatakan
sebaliknya. Perbedaan komentar dan penilaain dari siswa terjadi
karena mereka merasakan dan mengalami proses pengajaran yang
diberikan para Guru.
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
174
Menurut penilaian saya, kualitas pengajar di seminari tergolong
bagus dan ada yang cukup baik. Saya bisa mempertanggungjawabkan
penilaian saya ini dari pengetahuan, rasa tanggung jawab, metode
dalam mengajar dan cara menyampaikan materi yang dimiliki dari
teman-teman guru. Dalam pengamatan saya, ada beberapa guru yang
sungguh-sungguh menjalani apa yang saya sebutkan di atas, tetapi ada
guru yang tidak sungguh-sungguh menjalankannya. Bisa dikatakan
dengan perkataan lain, ada staf guru yang sungguh-sungguh
mengabdikan dirinya kepada peserta didik dan lembaga secara total,
tapi ada juga guru yang mengabdikan dirinya setengah-setengah saja.
Itu terbukti lewat kesaksian hidup yang mereka tampilkan, baik
kepada peserta didik dan lembaga.
Anjuran yang bisa saya berikan kepada pengurus lembaga
Seminari Petrus van Diepen terhadap persoalan di atas ialah pertama,
harus diadakan seleksi yang ketat dalam penerimaan Guru. Seleksi
penerimaan guru harus dinilai dari berbagai aspek, termasuk lulusan
universitas dan kemampuan pengetahuannya. Kedua, sebaiknya dibuat
suatu penyeleksian terhadap guru yang mengajar di Seminari sehingga
dapat mengetahui kualitas staf pengajar. Anjuran ini bertujuan agar
dapat menemukan Guru yang berkualitas dan sungguh-sungguh yang
mengbadi, baik kepada peserta didik dan lembaga. Guru yang
berkualitas dapat melahirkan peserta didik yang berkuaitas.
Kualitas Peserta Didik Seminari Petrus van Diepen
Kualitas peserta didik seminari van Diepen sangat bergantung
dari beberapa hal, seperti: Pertama, kualitas pendidik. Kualitas dari
pendidik sangat mempunyai pengaruh besar terhadap proses
perkembangan anak, terutama dalam aspek kognigtif, psikoemosional,
spiritual dan pembentukan karakter. Di sini, guru yang berkualitas
tahu bagaimana mendidik dan menjadikan seorang peserta didik yang
berkualitas dari semua aspek, bukan hanya satn aspek saja. Jadi,
kualitas pendidik bisa menjadi penentu dari kualitasnya seorang
peserta didik.
Lampiran
175
Kedua, harus ditemukan sebuah „sistem yang tepat‟ dalam
lembaga seminari. Sistem yang dimaksudkan ialah atmosfer Seminari
yang dapat membuat para seminari menyadari akan keberadaannya di
seminari.Sebagai contoh, ketika saya pertama kali sekolah di seminari
Flores, saya langsung merasakan atmosfer seminari yang menanamkan
budaya baca, sangat menghargai waktu, menghargai keheningan, dan
lain sebagainya. Atmosfer ini yang membius saya untuk harus diikuti
dan dijalankan dalam kehidupan saya di seminari. Dan apa yang saya
terima di seminari menengah terbawa sampai saat ini. Jika sistem yang
sudah cocok dan tepat itu ditemukan, saya yakin nuansa seminari saat
ini akan berbeda; seminari makin bersinar.
Dua hal yang saya sebutkan di atas menjadi anjuran untuk
menjadikan siswa/i seminari berkualitas. Dalam pengamatan saya
sekarang ini, secara akademik untuk konteks Papua, khususnya
Kabupaten Sorong, siswa/i seminari termasuk peserta didik yang
berkualitas secara akademik. Tapi untuk konteks Papua secara
keseluruhan belum teralu pasti. Hal ini terjadi karena masih ada
banyak orang yang lebih berkualitas di sekolah lain.
Di samping itu juga, Seminari van Diepen dikenal sangat
menjunjung tinggi nilai kejujuran, perhatian para guru kepada siswa
yang sangat baik dan peraturan yang ditetapkan lembaga seminari yang
tergolong keras. Hal initerjadi karena di dalam tubuh seminari van
Diepen sendiri (pendidik dan peserta didik) sangat menjunjung tinggi
nilai-nilai tersebut. Dan ini yang menjadi kualitas Van Diepen.
Output Yang Dilahirkan
Sepuluh tahun usia seminari van Diepen sudah menghasilkan
output yang melanjutkan study diberbagai universitas, baik dalam
negeri maupun luar negeri. Diusia yang masih tergolong sangat muda,
van Diepen melahirkan putra-putri yang mampu bersaing dengan
mahasiawa dari latarbelakang pendidikan yang berbeda. Buktinya,
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
176
laskar-laskar van Diepen masih bertahan di universitas terkenal seperti
Sanata Darma dan universitas ternama di luar negeri.
Ada juga putra-putra yang dilahirkan dari rahim van Diepen
untuk melanjutkan studinya di lembaga calon pembentukan imam.
Putra-putra pilihan Tuhan ini bersedia menanggapi dan menjawabi
panggilan Allah untuk menjadi Imam Keuskupan dan bairawan
misionaris. Mereka tersebar ke beberapa keuskupan seperti Keuskupan
Manokwari Sorong, Jayapura dan beberapa konggregasi seperti OSA,
O. Carm dan SVD. Pendidikakan, pembinaan dan pembentukan yang
terjadi di rahim Petrus van Diepen sudah melahirkan putra-putri yang
berkualitas. Pengbadian, kerja keras dan kerjasama antarpembina,
pendidik dan peserta didik melahirkan output-output yang berkualitas.
Penutup
Seminari Petrus van Diepen memiliki gedung bangunan yang
sangat mendukung proses belajar dan pendidikan peserta didik. Fasiltas
yang memadai sangat membantu peserta didik untuk mengasa
kemampuan berpikir dan menambah pengetahuan. Hadirnya pendidik
dan pembina, baik di sekolah maupun di asrama membantu
pembentukan para seminari yang berkarakter baik, sehingga
melahirkan putra-putri yang berkualitas.
Kerjasama yang dibangun oleh anggota seminari menghadirkan
keharmonisan dan memiliki visi, misi yang satu dan sama guna
melahirkan manusia yang berkualitas. Koloborasi ide dari latar
belakang pendidikan dan model pendampingan yang berbeda talah
melahirkan laskar-laskar van Diepen yang siap bersaing dan bertempur
untuk menggapai masa depan yang cerah. Semuanya itu termuat dalam
potret Seminari Petrus van Diepen.
Aimas, 2 Mei 2014
Lampiran
177
ARAH PENDIDIKAN SEMINARI PETRUS VAN DIEPEN
Oleh Fr. Mateus Syukur
Tiada satu pun lembaga di dunia ini yang dibangun tanpa
adanya visi dan misi. Jika keluarga dibangun dengan satu tujuan,
sebuah masyarakat dibangun atas dasar satu tujuan atau negara
dibangun dengan satu tujuan, tentu seminari juga dibangun atas dasar
satu tujuan. Seminari satu kata yang tidak asing lagi bagi komunitas
umat beriman terutama umat beriman katolik. Seminari merupakan
sebuah dapur kehidupan, dapur untuk mencetak masa depan dari
setiap manusia yang ingin memiliki masa depan. Seminari ibarat
sebuah kapal yang di dalamnya ditempati oleh orang-orang yang
berpengharapan menyebarangi lautan dengan selamat. Semua orang
yang menempati kapal tersebut pasti memiliki tujuan yang sama yakni
ke sebuah dermaga di seberang lautan yang mereka impikan.
Demikianlah sebuah seminari dibangun, untuk membantu perjalanan
hidup setiap manusia yang mempunyai tujuan hidup tertentu.
Arah perjalanan hidup lembaga seminari dibangun di atas dasar
pengharapan akan satu kepastian hidup, di tengah dunia yang penuh
dengan ketidakpastian. Arah perjalanan itu ialah untuk menciptakan
manusia yang produktif, kreatif dan inovatif yang berdaya guna baik
untuk bangsa, negara maupun untuk gereja. Seminari merupakan
sebuah lembaga pendidikan seperti lembaga pendidikan lainnya yang
bertujuan untuk memenuhi tuntutan akan kebutuhan manusia yang
ingin menjadi manusia sejati, yang bukan hanya sekedar ada namun
harus memiliki kesadaran akan adanya dan bertanggungjawab atas
adanya. Untuk itulah media yang diperlukan adalah belajar terus-
menerus dan tidak ada waktu untuk tidak belajar.
Sudah pasti bahwa setiap lembaga pendidikan apapun di tanah
Papua ini, hadir dengan sebuah keunikannya masing-masing. Seminari
Petrus Van Diepen juga demikian hadir dengan keunikannya
tersendiri. Keunikan itulah yang nantinya menjadi pembeda antara
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
178
lembaga pendidikan yang satu dengan yang lainnya di tanah Papua
tercinta ini. Tentu saja kekhasan yang ada di lembaga Seminari Petrus
Van Diepen, mengerucut pada sebuah tujuan untuk membangun
mindset anak-anak bangsa terutama putera/puteri Papua.
Seminari hadir untuk membangunkan kesadaran setiap
manusia akan pentingnya sebuah pendidikan. Untuk itulah diciptakan
sebuah aturan hidup yang tersistematis. Inilah keunikan yang
seharusnya tetap dipertahankan di sebuah lembaga pendidikan bahwa
ia bukan sekedar membangun salah satu dimensi dari kehidupan
manusia tetapi seharusnya mencakup seluruh aspek yang diperlukan
demi sebuah keutuhan satu pribadi yang namanya manusia. Hal inilah
yang selalu diciptakan di lembaga Seminari Petrus van Diepen.
Ada beberapa aspek pendidikan yang merupakan sarana untuk
mencapai sebuah tujuan bagi setiap anak bangsa terutama putera/puteri
Papua yang ingin, masih dan sudah mengenyam pendidikan di
Seminari Petrus Van Diepen, yaitu Aspek hidup Rohani, Aspek hidup
studi dan Aspek hidup komunitas. Ketiga aspek ini merupakan
gambaran umum yang mana setiap aspek tentu memiliki muatan dasar
pendidikan untuk membantu membangunkan kesadaran setiap pribadi
terutama yang lahir dari tanah Papua dan ingin menjadikan dirinya
bermanfaat bagi kehidupan.
Inilah yang menjadi kekhasan seminari. Aspek rohani
bertujuan untuk menyadarkan manusia bahwa ia adalah makhluk
spiritual yang senantiasa mengarahkan hidupnya pada sesuatu yang
tertinggi yakni Tuhan. Aspek hidup studi bertujuan untuk memaknai
keberadaan manusia sebagai pribadi berakal budi yang perlu diisi
dengan belajar terus-menerus. Sedangkan aspek hidup komunitas
menyadarkan manusia akan dirinya sebagai makhluk sosial yang
tentunya tidak bisa hidup tanpa adanya pribadi yang lain. Ketiga aspek
tersebut merupakan jiwa yang menggerakkan arah perjalanan
pendidikan di lembaga Seminari tersebut. (Fr. Mateus Syukur)
Aimas, 13 Oktober 2013
Lampiran
179
KOMENTAR KEPALA SMP TENTANG PENDIDIKAN SEMINARI
BERPOLA ASRAMA Oleh: RD. Adrianus Tuturop
Berdasarkan kenyataan, meski dengan jumlah
formator/Pembina asrama yang terbatas (untuk ada 24 jam di asrama)
dan dengan jumlah tenaga guru kontrak yang maksimal dan terlibat
penuh untuk pendidikan di sekolah, menorehkan keunggulan-
keunggulan bagi pendidikan berpola asrama yang memberikan
pengaruh besar pada kematangan intelektual dan kematangan
kepribadian formandi. Khusus untuk berpola asrama kematangan ini
terbentuk karena pendidikannya didasarkan pada pedoman dan
aturan-aturan hidup yang jelas tertata. Penataan kegiatan harian
ditata mulai dari doa pagi, sarapan pagi, studi/belajar (pagi sampai
siang), makan siang, istirahat siang, pengembangan minat bakat,
pendampingan bidang rohani, les sore, makan malam, belajar malam,
pendampingan khusus bagi anak-anak (perorangan maupun kelompok)
yang perlu didampingi, doa malam, rekreasi dan tidur. Kegiatan
mingguannya adalah syering bersama orang-orang sukses dan mapan
dalam menjalani hidup. Kegiatan bulanannya adalah seminar dan
kadang rekoleksi. Dan kegiatan semesterannya adalah ret-ret. Secara
terperinci, kegiatannya diatur dan tercatat dalam kalender pembinaan
di asrama dan kalender pendidikan di sekoalah.
Seluruh pendampingan yang dilakuakan, tentu memberikan
dampak pada pertumbuhan menuju kemantangan kecerdasan
intelektual dan kematangan kepribadian anak. Dari segi intelektual,
anak-anak secara perlahan-lahan, bahkan ada anak-anak yang secara
gemilang mampu mendalami bidang-bidang pendidikan yang
diajarkan. Serta memiliki kemampuan menganalisis yang baik. Dari
segi kepribadian, anak-anak berupaya mengenali jati dirinya sebagai
manusia. Mereka berupaya mengenali jati dirinya karena ada dorongan
dan pendampingan khusus yang diberikan oleh formator kepada anak
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
180
sebagai formandi. Beberapa rincian berikut adalah bagian dari
pendampingan yang dilakukan selama ini yaitu terarah pada:
1. Siswa/i-Seminaris menyadari nilai-nilai manusiawi yang
tumbuh dalam keluarga dan dapat berkembang dalam
kehidupan komunitas di seminari
2. Siswa/i-Seminaris menyadari perlunya perkembangan bebas
menuju kepribadian yang dewasa. Pribadi yang dewasa
tercermin pada : keseimbangan antara segi rasional/intelektual
dan emosional-afeksi, ketekunan,ketabahan, disiplin diri,
menghayati seksualitas secara sehat, berinisiatif dan kreatif.
3. Kedewasaan pribadi secara kristiani: hidup berpola pada Yesus
Kristus, menerima dan menghayati rahmat Tuhan, ketekunan
dan kesetiaan mendengarkan sabda Allah, menghayati nilai-
nilai hidup rohani dan bersama. Siswa/i-Seminaris rela
menerima bimbingan rohani, makin mampu mengenal
panggilan Allah
4. Siswa/i-Seminaris menyadari bahwa kedewasaan kristiani
berkembang jika ditopang oleh perkembangan kedewasaan
manusiawi
5. Seorang manusia dewasa secara manusiawi dan kristiani,
dilengkapi dengan kemampuan belajar mandiri. Hidup berpola
pada Yesus Kristus dan menuju “imamat” dengan meneladan
Bunda Maria dalam menghayati panggilan hidupnya
6. Pribadi dewasa secara manusiawi: mengenal jati dirinya
meskipun masih memerlukan pengukuhannya
7. Manusia dewasa berarti memiliki pribadi yang utuh, bukan
hanya mengenal diri melainkan akrab dengan dirinya. Ia tahu
dan menerima keunggulan dan kelemahannya. Kedewasaannya
tampak pada kemapanan intelektual dan kepribadian
8. Menjadi manusia cerdas yang mampu bersaing di segala level
dengan tetap bersandar pada nilai-nilai kemanusiaan
Lampiran
181
Itulah upaya yang dilakukan oleh para pendamping, baik secara
khusus di sekolah maupun di asrama. Terlihat para
Pembina/formator/pedidik berupaya mengarahkan diri dengan
sungguh-sungguh menjalani tanggung jawab ini dengan baik.
Semuanya terlihat berjalan dengan baik karena ada keseimbangan,
pengertian dan kerjasama, meski selalu ada pembenahan terhadap
kekurangan dan kelemahan sana-sini, tetapi tetaplah menjadi bagian
integral yang terus memperkaya kematangan pendidikan berpola
asrama. Kordinasi selalu ada, dibangun berdasarkan pembicaraan lisan,
pertemuan pribadi, pertemuan bulanan dan evaluasi-evaluasi bersama.
Dari hasil pembicaraan, pertemuan, evaluasi bersama, memunculkan
catatan-catan baru bagi pendidikan dan pembinaan terhadap siswa-
siswi/formandi.
Pada prinsipnya, tanpa mengabaikan kekurangan yang tidak diuraikan
di sini, pendidikan berpola asrama memberikan keuntungan bagi
perkembangan siswa/fromandi. Dalam artian pendidikan dan
pembinaan anak terarah dan terkontrol. Anak didampingi secara
bertahap dan terus menerus. Sehingga jelas ada proses untuk anak
melangkah ke tahap berikutnya. Anak terus didampingi dengan
kekayaan-kekayaan ilmu pengetahuan, dan tatakrama/sopan santun.
Jika dalam pendampingan bertahap, apa yang diajarkan kurang
mendapat tempat di hati dan cara hidup anak, secara otomatis yang
bersangkutan didampingi secara terpisah – dipanggil dan diarahkan
oleh Pembina/formator/pendidik.
Dari penjelasan singkat yang ada, pendidikan dan pembinaan anak
berpola asrama, tidak terlepas dari perhatian, kontrol, pengajaran,
pembinaan penuh dari para Pembina/formator/pendidik.
Demikian!
Aimas, 19 Juli 2014
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
182
PENDIDIKAN BERPOLA ASRAMA
ALA SEMINARI PETRUS VAN DIEPEN
Oleh :KonradusJurman, S.S./guru seminari Petrus van Diepen
--------------------------------------------------------------
1. Seminari Petrus van Diepen dalam Sebuah Konsep Awal
Di kalangan gereja Katolik, lembaga Seminari seringkali
diartikan sebagai panti pendidikan khusus untuk para calon imam
(Katolik). Namun dalam sejarah perjalanan pendidikan seminari,
lulusan seminari lebih banyak melahirkan tokoh masyarakat non-
imam dan sedikit saja yang menjadi imam. Seminari Petrus van Diepen
sudah dikemas dari awal mengenai “pergeseran persepsi” tentang
seminari yang tidak hanya tempat “persemaian” calon kaum klerus
tetapi juga tempat “persemaian” calon tokoh masyarakat umum.
Pergeseran orientasi kelulusannya ini diwujudkan dalam berbagai
kebijakan seminari. Misalnya, calon siswa seminari boleh datang dari
kaum wanita dan laki-laki, baik yang beragama Katolik maupun
beragama lainnya.
2. Pendidikan berpola asrama
Konsep pendidikan seminari bukan hanya untuk menguasai
apa yang disebut 3M (membaca, menulis dan menghitung). Pendidikan
seminari harus berorientasi kepada pembentukan kepribadian orang
secara komprehensif, sekurang-kurangnya ada tiga tema besar yang
disingkat dengan 3S (Scientia, Sanitas dan Sanctitas atau berilmu, sehat,
dansuci). Untuk mewujudkan manusia berkepribadian 3S ini tentu kita
membutuhkan sebuah panti pendidikan yang mendukung untuk itu,
yakni gedung sekolah dan Asrama yang memadai.
Siswa-siswi yang hidup di sekolah dan asrama, mereka
sungguh-sungguh diasah, ditempa dan dididik selama 24 jam. Di
asrama, mereka sungguh-sungguh mengetahui dan merasakan
mengalirnya waktu diikuti dengan berbagai macam kegiatan yang
sudah terencana dan terjadwal. Semua kegiatan itu bermuara pada
Lampiran
183
pembentukan kepribadian peserta didik untuk mewujudkan 3M dan 3S
tadi. Secara sederhana, orang mengatakan bahwa pendidikan berpola
asrama melatih orang untuk hidup “disiplin waktu.”
Mereduksi pendidikan berpola asrama dengan soal “displin
waktu” hemat saya adabenarnya, karena segala sesuatu kita lakukan
dalam “bingkai waktu.” Waktu terus berjalan, apabila kita tidak
mengisinya dengan berbagai kegiatan yang bermagna maka waktu itu
akan megalir dengan sia-sia. Pendidikan berpola asrama, dengan
berbagai kegiatan terjadwal, tentunya mampu merubah mindset siswa
akan pentingnya mengisi hidup dengan melakukan berbagai kegiatan
berguna dari waktu ke waktu. Setiap waktu mengalir juga mengalirkan
rahmat, sehingga orang Barat mengatakanTime is money. Menyia-
nyiakan waktu berarti menyia-nyiakan rahmat atau uang.
3. Kontroversial Aturan di Sekolah dan Asrama Seminari Petrus van
Diepen
Ada beberpa kebijakan dan aturan di lembaga ini yang
seringkali menimbulkan reaksi negative dari para siswa maupn orang
tua siswa. Di sekolah: Ada larangan bagi siswa untuk menggunakan HP
dan alat elektronik lainnya. Sistem gugur atau tahan kelas bagi siswa
yang tidak memenuhi standar kelulusan minimal. Sistem gugur bagi
siswa yang sering alpa atau tidak disiplin.
Di asrama: ada kondisi makanan di asrama yang kurang
memenuhi standar gizi yang memadai. Siswa seminari mengurus
pakaiannya sendiri.
Semua kebijakan, aturan atau keadaan yang disebutkan di atas
membuat siswa “merasa sulit” menjadi siswa seminari. Hemat saya,
setiap unsur aturan di lembaga ini mengandung nilai edukatif. Keadaan
yang membuat siswa “merasa sulit” itu merupakan pendidikan karakter
yang memotifasi mereka untuk terus berjuang dan mencari kondisi
hidup yang lebih baik. Mereka dipacu untuk hidup lebih sederhana
dan tetap bahagia tanpa alat elektronik, tanpa makanan yang sesuai
selera, melayani diri sendiri bukan dilayani. (Mungkin kita ingat
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
184
slogan: manusia unggul adalah manusia yang bisa eksis di segala
situasi). Terkadang ada banyak orang sukses sekarang, tetapi ternyata
karena ia mengalami kepahitan dan kesulitan hidup di masa lalu.
Sistem gugur dan tahan kelas, adalah ketentuan yang memacu
siswa untuk selalu berusaha mengejar prestasi. Pendidikan itu bersifat
prospektif, atau mengarah ke masa depan. Dengan mencapai prestasi
tertentu mereka boleh mendapat prestise di mata masyarakat. Dengan
prestasi tertentu mereka boleh menuntut jabatan tertentu di
masyarakat kelak (naik peringkat). Sebaliknya, orang yang belum
berprestasi harus bisa menerima sanksi yang diberikan dengan jiwa
besar.
4. Catatan prestasi pendidikan berpola asrama selama ini (Evaluasi)
1) Ada sebuah mitos di Tanah Papua, bahwa anak Papua tidak bisa
berprestasi dalam bidang eksata, tetapi di seminari Petrus van
Diepen ada banyak anak Papua selama ini yang ikutserta dalam
lomba-lomba mata pelajaran Matematika, dan IPA. Banyak anak
Papua yang mengambil jurusan IPA di SMA.
2) Siswa seminari menunjukkan habitus baru yakni munculnya
budaya membaca yang tinggi, sikap menghargai waktu,
penampilan yang rapi, berani tampil di atas pentas pada usia
anak-anak, pandai menuangkan ide-ide lewat tulisan cerpen,
puisi, fragmen, berita, opini, rekayasa music dan tarian.
Aimas, 21 Oktober 2013
Lampiran
185
Seminari Petrus van Diepen
Pendidikan Pola asrama
Oleh: Paskalis Kosay/ Siswa sekolah asrama SPVD
Seminari Petrus van Diepen adalah sebuah model pendidikan berpola
asrama. Saya adalah siswa yang berasal dari Wamena dan secara
geografis jauh dari Sorong. Saya bangga bersekolah di Seminari Petrus
van Diepen. Kebanggaan saya ini beralasan karena selama kurun waktu
proses belajar saya mengalami perkembangan dalam bidang-bidang
berikut yang menjadi dasar orientasi pendidikan di Seminari antara
lain:
1. Aspek intelektual
Dalam proses saya mengalami perkembangan karena guru-guru
mampu mentransfer ilmu pengetahuan secara baik. Standar
intelektual yang harus dicapai adalah 70 . standar ini menjadi
penanda sekaligus pendongkrak semangat untuk terus memacu diri
dalam belajar. Saya benar mengalami perkembangan dalam hal
belajar. Di sini saya belajar bahwa belajar bukan hanya untuk
sebuah angka tetapi belajar untuk hidup.
2. Aspek spiritual
Pada aspek ini saya diajarkan dan belajar untuk mendekatkan diri
pada Tuhan. Kegiatan rohani yang dijalani adalah: ibadat pagi,
ekaristi/misa, salve, pengakuan dosa, rekoleksi, retret, dan
completorium/ doa penutup. Aspek spiritual membentuk
kecerdasan spiritual sebagai bentuk kesadaran akan yang Ilahi.
Saya belajar untuk membawa diri di hadapan Tuhan pencipta.
Saya belajar untuk rendah hati di hadapan sang pencipta.
3. Aspek Jasmani
Yang saya belajar dari aspek ini adalah pengolahan diri dalam
kesehatan fisik, mental dan relasi sosial. Saya belajar melalui aturan
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
186
harian yang mengkondisikan untuk hidup sehat, bermain bersama,
hidup bersama, kegembiraan teman menjadi kegembiaraan saya,
kedukaan teman menjadi kedukaan bersama. Saya mengalami
situasi pengolahan mental untuk bertumbuh sebagai seorang anak.
Dalam proses pengolahan hidup di sana-sini saya mengalami situasi
pasang dan surut. Terkadang sampai putus asa, tetapi saya bahagia
karena terus ditemani oleh para guru di sekolah dan pamong di
asrama dengan motivasi dan pengajaran akan hidup yang baik.
Akhirnya saya mau mengatakan bahwa sekolah asrama seminari Petrus
van Diepen adalah jawaban bagi cita-cita saya untuk sekolah dan
tinggal di asrama. Saya belajar untuk mandiri dalam berbagai hal.
Menurut saya inilah model pendidikan yang menjawab kebutuhan
anak-anak Papua.
Aimas,12 Maret 2014
Lampiran
187
PEDOMAN PEMBINAAN
SEMINARI MENENGAH PETRUS VAN DIEPEN
KEUSKUPAN MANOKWARI-SORONG
BAB I
LATAR BELAKANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
SEMINARI PETRUS VAN DIEPEN
Sejarah Singkat Seminar! Petrus van Diepen
Keuskupan Manokwari-Sorong dengan luas sekitar 1 1 1 .800 km2
sebanding dengan 2/3 luasnya pulau Jawa pada tahun-tahun awal
penggembalaan Mgr. Datus hanya dilayani oleh 7 imam Diosesan.
Dengan jumlah yang sedikit ini terasa sekali bahwa keuskupan ini
sungguh membutuhkan tenaga pastoral yang harus melayani umat di
23 Paroki. Di sisi lain keuskupan Manokwari-Sorong hanya memiliki 4
Sekolah Menengah Pertama Katolik dan 2 Sekolah Menengah Atas
Katolik. Situasi seperti ini tentu sangat jauh dari usaha untuk
memajukan pendidikan di tanah Papua.
Menambah jumlah sekolah menjadi hal yang urgen tetapi hal itu tidak
akan membawa arti yang positif jika tidak dilandasi dengan komitmen
pemberdayaan mutu. Tanpa komitmen ini maka sadar atau tidak
Gereja Katolik sedang "berjalan bersama" memperpanjang deret
sekolah yang kurang bermutu. Dari situasi inilah, maka dirasakan
perlunya kehadiran sebuah Seminar! yang tidak hanya mempersiapkan
calon-calon agen pastoral tetapi juga ikut terlibat dalam upaya
memberdayakan mutu pendidikan di Papua dengan menyelenggarakan
Sekolah Menengah berpola Seminari. Maka pada tanggal 29 Juni 2005,
Mgr. Datus Lega, Pr (Uskup ketiga Keuskupan Manokwari-Sorong)
mendirikan sebuah Seminari dengan nama lengkap Seminari Petrus
van Diepen Sorong. Tahun ini (2010) Seminari Petrus van Diepen
memasuki lustrum pertama.
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
188
Seminari Petrus van Diepen adalah sebuah model Seminari menengah
yang terbuka. Sejak angkatan kedua (2006), sekolah menerima siswa
putri dan juga siswa/I dari Protestan dan Muslim untuk memberikan
nuansa pergaulan para remaja yang wajar bagi para seminaris. Para
seminaris diharapkan agar tidak menjadi malu dan canggung untuk
bertegur sapa dengan kaum wanita maupun yang berbeda keyakinan
sejak awal proses pendidikan. Hal ini tentu akan sangat berguna jika
kelak mereka memiliki hati untuk menjadi imam karena dalam medan
pelayanan mereka harus berhadapan dengan semua orang secara wajar.
Tujuan Pendirian Seminari
Seminari Petrus van Diepen didirikan untuk menanggapi situasi
perkembangan pendidikan di Papua dengan turut mengambil bagian
mempersiapkan, menciptakan dan pemberdayaan sumber daya
manusia.
Menanggapi permintaan kaum muda yang merasa terpanggil untuk
belajar dan mempersiapkan diri menjadi imam.
Mendidik Seminaris menjadi imam yang akan berkarya membangun
Gereja, khususnya keuskupan Manokwari-Sorong.
Nama, Lambang dan Motto
1. Nama
Nama lengkap seminari adalah Seminari Petrus van Diepen
Sorong. Nama diambil dari nama Mgr. Petrus van Diepen OSA, seorang
misionaris Augustin pertama yang berkarya di Papua dan juga menjadi
Uskup pertama Keuskupan Manokwari-Sorong. Beliau yang lahir 20
April 1917 di Hoogwoud-belanda telah meletakkan dasar pelayanan
pastoral bagi umat dan masyarakat Papua. Penamaan seminari dengan
namanya bermaksud menyadarkan seminaris agar meneruskan karya
pelayanan yang telah dirintisnya.
Lampiran
189
2. Logo dan Motto
Merpati putih melambangkan Roh Kudus yang menaungi Seminari
yang lahir dari rahim Papua. Bola bumi yang melingkari Papua
Indonesia merupakan pijakan kaki Seminari menjangkau dan menyatu
dengan Gereja universal. Alkitab dan salib menjadi sumber inspirasi
perjuangan dan pelayanan. Poligon bersegi lima menandakan
persatuan dalam keanekaan sebagai cerminan mottonya.
Motto Seminari: Cor Unura et Anima Una, sehati sejiwa Pelindung:
Mgr. Petrus van Diepen OSA.
BAB II
VIVI DAN MISI
SEMINARI PETRUS VAN DIEPEN
A. Visi
Terbentuknya citra seminaris yang cerdas secara utuh dan matang
dalam segi spiritual, intelektual dan mental-moral demi terwujudnya
calon agen pastoral yang dapat mengabdi Gereja dan bangsa.
Pedoman Pembinaan SPvD4
B. Misi
1. Memberdayakan para seminaris untuk mencintai pencerdasan
dalam segi spiritual (sanctitas), intelketual (sciencia) dan fisik-
mental-moral (sanitas) demi terwujudnya calon agen pastoral yang
mengabdi Gereja dan Bangsa.
2. Menghadirkan komunitas pembelajar yang bercita rasa Katolik:
mengutamakan mutu dan memberdayakan pembelajar yang
terbuka dan toleran dalam membentuk kebersamaan sosial yang
beragam
3. Menanamkan dalam diri seminaris mentalitas agen pastoral yang
tahan uji dan berbakti bagi Gereja dan Bangsa
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
190
4. Mengembangkan pribadi dewasa dan utuh melalui pengalaman
berelasi, refleksi, aksi dan evaluasi secara berkelanjutan.
C. Strategi
Untuk mencapai harapan yang termaktub dalam visi misi di atas, maka
seminari Petrus van Diepen memilih model seminari terbuka dengan
ciri hidup berasrama (bagi yang Katolik) dan bersekolah bersama
siswa-siswi yang berdominsili di sekitar seminari. Hal ini dimaksudkan
agar seminaris mampu menentukan sikap yang tepat terhadap keluarga
dan masyarakat dan membentuk identitas diri sebagai seminaris yang
mampu memberikan kesaksian kepada masyarakat.
Karena itu dengan diterimanya seorang remaja masuk seminari maka
seminaris dan orang tuanya menyatakan setuju dengan visi misi
seminari. Ini berarti ia bersedia untuk dibimbing dan dibina serta
melaksanakan bimbingan yang diberikan oleh pendamping di Seminari
dengan sikap terbuka. Bila dalam perjalanan waktu, Seminaris tidak
mampu menyesuaikan diri apa yang menjadi arah dasar pembinaan
maka ia tidak diperkenankan untuk melanjutkan pendidikan di
lembaga ini. Pendidikan seminaris merupakan tanggung jawab bersama
baik Uskup, Pastor Paroki, pemerintah, umat maupun orang tua dan
staf seminari. Staf seminari bertanggung jwab menyelenggarakan
pendidikan dan pembinaan sedangkan orang tua bertanggung jawa atas
biaya asrama, pendidikan dan kesehatan.
BAB III
PROFIL LULUSAN SEMINARI
PETRUS VAN DIEPEN
Lulusan Seminari Menengah Petrus van Diepen adalah seorang
manusia dewasa secara manusiawi dan Kristiani pada tingkatnya serta
diperlengkapi dengan kemampuan untuk belajar hidup secara mandiri
dan reflektif menuju pribadi yang berpola pada hidup Yesus Kristus
Lampiran
191
(Bdk. Pedoman Pembinaan Calon Imam di Indonesia 2001, hal. 31).
Pribadi yang demikian memiliki ciri-ciri:
- Memiliki sikap yang terbuka
- Memiliki semangat pelayanan
- Mampu berefleksi
- Peduli terhadap sesama dan lingkungan yang dijiwai dengan
hati nurani yang luhur dalam terang iman Kristiani
BAB IV
FOKUS PEMBINAAN
1. Kelas Persiapan Bawah dan SMP
a. Seminaris merasa kerasan dengan tempat yang baru, teman baru
dan suasana baru.
b. Seminaris memiliki pola hidup rohani yang teratur, sehat dan
tekun dalam studi.
Kepada mereka diperkenalkan dengan tradisi hidup rohani,
liturgi, dan devosi.
Selain itu mengembangkan budaya hidup sehat dan
memperkenalkan cara belajar yang efektif dan efisien.
c. Belajar hidup berkomunitas dan memperkenalkan nilai-nilai
hidup
d. Meningkatkan pengetahuan yang telah diterima di SD sebagai
bentuk, psrsiapan memasuki SMP
e. Meningkatkan pengetahuan yang telah diterima di SMP sebagai
bentuk persiapan memasuki SMA (KPB)
f Menanamkan rasa percaya diri
g. Pengetahuan bahasa
2. Kelas I SMA
a. Mengikuti sepenuhnya kurikulum SMA kelas I
b. Memantapkan nilai dan kebiasaan yang sudah ditanamkan di
KPB dan atau SMP
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
192
c. Seminaris mendalami hidup doa dan keheningan
d. Mengembangkan pribadi dewasa dan utuh melalui refleksi atas
pengalaman dan dihidupi dalam aksi
e. Mampu mengatur waktu secara efektif untuk studi dan kegiatan
ekstrakurikuler
3. Kelas II SMA
a. Seminaris mengikuti sepenuhnya kurikulum SMA kelas II
b. Seminaris mampu membuat pilihan mengambil keputusan sesuai
dengan usianya
c. Memiliki sikap terbuka, tanggung jawab, berani berkorban
d. Belajar berkomunikasi dengan baik
Pedoman Pembinaan SPvD6
4. Kelas III SMA
a. Seminaris mengikuti sepenuhnya kurikulum SMA kelas III
b. Menegaskan dan memantapkan keputusan panggilan hidupnya
c. Menyelesaikan ujian akhir dengan baik
d. Melanjutkan proses pembinaankejenjang yang lebih tinggi
e. Mampu berkomunikasi dengan baik
5. KPA
a. Seminaris memiliki pola hidup yang mantap, sehat rohani dan
jasmani sertatekun dalam studi
b. Siap melanjutkan proses pembinaan imamat pada jerijang yang
lebih tinggi
c. Mampu mengambil keputusan dan memantapkan panggilan
hidup imamatnya
Lampiran
193
BAB V
ASPEK-ASPEK KEGIATAN DAN PEMBINAAN
Acara harian di Seminari biasanya dimulai dan diakhiri dengan bunyi
bel. Bel dibunyikan dengan tujuan untuk mengingatkan seminaris akan
suatu kegiatan yang segera dilaksanakan. Tentu kesediaan untuk saling
mengingatkan merupakan tindakan positif yang perlu dikembangkan
agar semua acara dapat terlaksana pada waktunya dalam kebersamaan
yang menggembirakan.
Acara harian di seminar dibuat bersama dengan tujuan untuk menata
dan mengatur gerak hidup bersama sebagai sebuah komunitas. Acara-
acara yang ada berkaitan erat dengan tiga bidang yang pokok yakni
hidup rohani, hidup studi dan hidup komunitas.
A. ASPEK ROHANI
Melalui acara-acara rohani, seminaris dibimbing dan diarahkan untuk
semakin beriman dan mengikuti pola hidup Kristus dan Maria. Mereka
didampingi agar berkembang dalam hidup rohani dan memantapkan
panggilan.
l. Ibadat Pagi/ Doa Pagi
Hari baru telah diterima dengan cuma-cuma, karena itu sebagai
manusia artinya yang menerima rahmat itu sangat penting bagi
seminaris untuk mengucap puji-syukur dan mempersembahkan diri
serta segala rencana pada hari itu. Doa pagi merupakan doa komunitas
yang dilaksanakan bersama setiap hari sehingga serta acara-acara yang
melibatkan orang luar, seminaris wajib berpakaian resmi kemeja atau
kaos berkerak dengan sepatu atau sandal sepatu.
2. Ekaristi
Ekaristi adalah sumber dan puncak hidup Gereja, "...... terutama dari
Ekaristi, mengalirlah rahmat, bagaikan dari sumbernya kepada kita,
... Sebagai pengudusan manusia dan pemuliaan Allah dalam Kristus,
tujuan semua karya Gereja yang lain." (SC 10). Maka, usaha mengambil
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
194
bagian dalam perayaan Ekaristi merupakan wujud nyata kerinduan dan
keinginan kita untuk dipersatukan dengan Kristus sang Guru Ilahi.
Mengingat pentingnya Ekaristi maka selayaknya setiap hari para
seminaris yang adalah calon pemimpin Gereja dan masyarakat
mengambil bagian dalam Ekaristi agar semakin mengenal, mendalami,
mencintai dan menyerupai Kristus yang terungkap dalam kata dan
perbuatan.
3. Ibadat Pujian (Salve)
Salve diadakan pada setiap hari Selasa sore pukul 18.30. Melalui
kegiatan ini diharapkan seminaris dapat memupuk rasa hormat kepada
Yesus dalam Sakramen Mahakudus, kepada Hati Yesus yang
Mahakudus dan kepada Bunda Maria.
4. Pengakuan Dosa
Pengakuan dosa komunitas diadakan minimal 3 x dalam setahun yakni
menjelang Natal, Paskah dan Pesta Famili. Tentu jumlah ini sangatlah
kurang, sehingga seminaris diharapkan dapat mencari waktu pribadi
jika membutuhkan pelayanan pengakuan dosa. Melalui kegiatan ini,
seminaris membangun kembali relasi pribadi mereka dengan Allah
yang memanggil. Dalam Sakramen Tobat, rahmat Allah menjadi nyata
dan memampukan seseorang untuk bangkit menjadi manusia baru
dalam Kristus.
5. Doa Penutup (Completorium)
Ibadat penutup diadakan pada setiap hari Rabu dan Minggu
pukul 20.00 WIT. Ibadat penutup adalah bagian dari ibadat resmi
Gereja. Artinya dengan mengikuti ibadat ini, seminaris bersama
seluruh Gereja mengucap syukur atas segala karunia yang Tuhan
berikan selama hari yang telah berlalu.
6. Rekoleksi
Perkembangan hidup rohani, sosial maupun komunitas dapat berjalan
sesuai dengan harapan bila terus dipupuk melalui kegiatan khusus yang
Lampiran
195
membantu seminaris untuk merefleksikannya melalui sebuah
rekoleksi. Di seminari rekoleksi diadakan setiap 2 bulan sekali yang
pelaksanaannya diatur sesuai dengan situasi. Bahan yang diberikan
sesuai dengan kebutuhan seminari dan pemberi adalah salah satu staf
pembina.
7. Buku Mingguan
Hidup akan semakin berarti bila setiap pengalaman direfleksikan terus-
menerus dari hari ke hari. Segala yang direfleksikan itu baik gembira
maupun sedih, baik keberhasilan maupun kegagalan perlu dituangkan
dalam tulisan agar dapat dikenang dan dijadikan landasan bila suatu
ketika seorang seminaris mengalami hal yang sama lagi.
8. Retret
Retret merupakan kesempatan berharga untuk kembali merefleksikan,
kembali panggilan hidup. Di Seminari retret diadakan setahun sekali
dan diberikan oleh para imam yang bukan staf pembina.
9. Aksi Panggilan
Seminaris turut melibatkan diri dalam "Aksi Panggilan" sehingga
mereka dapat memberikan kesaksian atas panggilannya sebagai
seminaris. Mereka juga dapat mengenal Gereja dan umat setempat serta
menumbuhkan semangat merasul.
10. Membawakan Kata Pengantar dalam Ekaristi
Kata pengantar diberikan oleh seminaris Kelas II SMA dan KPA setiap
hari Selasa, Jumat dan Sabtu pada saat misa kelompok SMA. Tugas ini
diberikan untuk menumbuhkan semangat membaca dan mencintai
Kitab Suci serta merefleksikannya. Buah dari refleksi itu dapat
dibagikan kepada seminaris lain sehingga dapat saling memperkaya cita
rasa hidup rohani.
B. ASPEK HIDUP STUDI (SCIENTIA)
1.Program pendidikan di Seminari Petrus van diepen
Pendidikan di Seminari Petrus van Diepen memiliki 3 program yaitu:
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
196
a. Pendidikan Kelas Persiapan Atas (KPA)
Program ini diberikan bagi siswa tamatan SMA dengan lamanya
pendidikan 1 tahun. Seminaris yang menjalani program ini adalah
mereka yang mau menjadi calon imam dan mempersiakan diri untuk
memasuki Seminari Tinggi. Penerimaan calon melalui
tarekat/keuskupan tertentu.
b. Pendidikan 6 tahun bagi lulusan Sekolah Dasar
Program ini diberikan bagi seminaris yang masuk seminari sejak tamat
SD. Mata pelajaran yang diberikan disesuaikan dengan kurikulum
nasional sambil memperhatikan kekhasannya. Artinya selain mata
pelajaran umum seminari juga memberikan mata pelajaran khusus
seperti liturgi, kitab suci dan bahasa latin.
c. Kelas Persiapan Bawah
Pendidikan KPB (Kelas Persiapan Bawah) adalah tahap persiapan
sebelum masuk Sekolah Menengah Atas. Mata pelajaran yang
diberikan pada tahun pertama adalah pengulangan bahan SMP kelas III
(selama semester I) dan sebagian bahan SMA kelas I (selama semester
II) dengan memberikan prioritas pada mata pelajaran IP A,
matematika, bahasa dan pelajaran khas seminari (Kitab SuciS, Liturgi,
Bahasa Latin). Setelah dia memasuki tahun II, III dan IV, mata
pelajaran yang diberikan sama seperti Sekolah Menengah Atas kelas 1,
2 dan 3 pada umumnya. Pada tahun kedua mereka bergabung dengan
seminaris yang memulai pendidikan di seminari sejak kelas 1 SMP.
Pada akhir tahun pelajaran, semua siswa dari pelbagai program
harus memenuhi persyaratan kenaikan kelas yang umumnya dilihat
dari nilai rata-rata yakni 7,0. Apabila dalam evaluasi ada siswa yang
tidak memenuhi kriteria kenaikan kelas maka siswa yang bersangkutan
dinyatakan tidak naik. Seminaris yang tidak naik kelas bisa
mengajukan diri untuk kembali mengulamg kelas atau pindah ke
sekolah lain dengan persetujuan orang tua atau wali.
Lampiran
197
2. Pelajaran Khas Seminari
Pelajaran khas seminari adalah pengetahuan-pengetahuan tertentu
yang sungguh berciri khas Katolik dan diharapkan dapat menunjang
tugas mereka sebagai pemimpin agama atau masyarakat kelak.
Pelajaran itu misalnya: Kitab Suci, Bahasa Latin, Liturgi, Bina Vokalia.
Pelajaran-pelajaran ini diberikan pada tinggat SMP, KPB dan KPA.
Tingkat SMA diberikan pelajaran bahasa Latin, bahasa Jerman,
juralistik dan Dramaturgi. Pelajaran-pelajaran ini diberikan pada waktu
pagi, di antara kegiatan belajar mengajar sekolah karena dijadikan
sebagai muatan lokal. Perlu diketahui bahwa seminari Petrus van
Diepen seringkali mengalami kesulitan pada awal tahun pelajaran
mengingat tamatan SD yang masuk seminari ada yang belum bisa
menyesuaikan diri dengan pelajaran SMP. Karena itu sekolah
mengambil kebijakan untuk mengadakan remidial sebagai bentuk
pengulangan bahan-bahan pelajaran Sekolah Dasar - terutama mata
pelajaran dasar seperti bahasa Indonesia, matematika dan IPA
umumnya diberikan pada sore hari.
3. Studi
Agar siswa seminari memiliki pengetahuan yang luas maka waktu studi
perlu mendapat tempat dalam acara komunitas. Mengingat pentingnya
acara ini maka hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
menyiapkan pelajaran hari berikut atau mengerjakan tugas yang
diberikan oleh para guru. Untuk menunjang suasana belajar yang
baik , semua seminaris wajib memperhatikan dan menjaga keheningan
(silentium) pada waktu studi. Studi di luar jam pelajaran sekolah
dilaksanakan 2 kali yakni pukul 17.00-19.00 untuk studi pertama dan
pukul 20,00-21.00 untuk studi kedua.
Pada jam studi hendaknya setiap seminaris datang tepat waktu, duduk
pada tempatnya masing-masing, dan tidak membuat keributan atau
melakukan tindakan-tindakan yang dapat mengganggu konsentrasi
belajar dari seminaris yang lain. Bila ada waktu luang sangat
diharapkan agar dipergunakan untuk belajar sendiri dengan tenang
sebagai bentuk latihan hidup teratur dalam segala situasi.
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
198
4. Kegiatan Ekstrakurikuler Seminaris
Setiap pribadi memiliki minat dan bakat. Karena itu pengembangan
minat dan bakat menjadi pilihan yang tidak bisa diabaikan dalam pola
pembinaan seminari. Para seminaris perlu dan bahkan wajib
mengembangkan keterampilan dan bakat teristimewa bakat-bakat
yang nantinya akan sangat mendukung tugas dan pelayanannya kelak.
Kegiatan-kegiatan itu antara lain; latihan dan tanggungan koor,
latihan musik untuk mengolah rasa liturgis. Seminaris juga diberi
kesempatan bergabung dalam kelompok teater untuk membangun rasa
percaya diri. Mereka juga diwajibkan untuk membuat tulisan majalah
dinding sebagai bentuk ekspresi pengungkapan ide dalam bentuk
tulisan. Pengembangan minat dan bakat juga dapat tersalurkan dalam
pertandingan dan perlombaan setiap bulan kitab suci (September) dan
menjelang pesta keluarga (Maret-April). Selain itu seminari juga
menyediakan waktu khusus untuk pengembangan kompetensi
berbahasa Inggris dengan menjalankan program English Day setiap
hari Sabtu. Perihal ekstrakurikuer selengkapnya dapat dilihat pada hal
C. ASPEK HIDUP KOMUNITAS
Seminaris maupun pembina menjalani hidup dalam komunitas
dan dalam komunitaslah pribadi seorang seminaris dibentuk.
1. Kerja Tangan
Kerja tangan dilaksanakan sebagai bentuk tanggung jawab dan
memupuk rasa memiliki (self of belonging) akan segala yang ada di
komunias untuk dirawat dengan baik. Kerja tangan tersebut misalnya
membersihkan unit, kamar makan, kamar mandi, taman dan juga
kebun. Saat ini setiap unit memiliki kebunnya masing-masing dan
sudah ditanami dengan berbagai tanaman seperti kasbi, jagung,
lombok, pepaya, kacang panjang. Dalam program kerja tangan bukan
hanya hasil yang dihargai tetapi juga sikap dan semangat selama kerja.
Melalui kerja para seminaris dilatih dan ditanamkan sikap saling
Lampiran
199
melayani, membangun rasa solidaritas dan cinta kepada komunitas
(Mereka adalah saudaraku dan inilah rumahku).
2. Olahraga
Jiwa yang sehat berada dalam badan yang sehat (men sana in corporae
sano). Dengan berolahraga seminaris dapat menjaga kesehatan dan
kesegaran jasmani. Jenis olahraga yang fasilitasnya telah disiapakan
seminari adalah bola kaki, volley, basket, badminton dan pimpong.
Acara olahraga menjadi kesempatan untuk mengembangkan bakat dan
membangun relasi antara pribadi baik antara seminaris dengan
seminaris maupun seminaris dengan pembina. Dalam berolahraga
diharapkan dapat mengembangkan tekhnik bermain maupun membina
sportivitas.
3. Perizinan
a. Perizinan Umum
Untuk menanamkan dan membina sikap sopan santun, jujur, terbuka
dan taat kepada Pembimbing (Rektor, Prefek, Pamong Unit dan staf
yang lain) para seminaris wajib memperhatikan ketentuan-ketentuan
mengenai perizinan sebagai berikut:
1. Kepada Rektor, izin:
Untuk pergi menginap lebihdari semalam (meninggalkan asrama)
2. Kepada Prefek, izin:
- Untuk pergi menginap satu malam
- Untuk berobat ke dokter atau ke rumah sakit
- Untuk menerima tamu di luar hari minggu kunjungan dan hari
- Untuk mengadakan kerjasama dengan pihak di luar seminari
(kegiatan ekstrakurikuler)
- Untuk melakukan hal-hal yang perizinannya oleh pamong unit
3 . Kepada Pamong Unit, izin:
- Untuk mengadakan pertemuan luar biasa, di luar rutin
- Untuk bepergian ke luar selain hari libur. Setelah kembali dari
bepergian, seminaris wajib memberitahu kepada pembimbing yang
memberi izin bahwa sudah kembali
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
200
- Untuk tidak mengikuti pelajaran sekolah atau studi karena alasan
tertentu agar pamong dapat menyampaikannya kepada pihak
sekolah
- Untuk beristirahat di luar waktu yang disediakan karena sakit
- Untuk tidak mengikuti acara-acara di seminari
- Untuk melakukan kegiatan yang perizinannya ditangani oleh
Prefek apabila Prefek tidak ada ditempat
b. Penggunaan HP
- Seminaris tidak diperbolehkan memiliki HP pribadi
- Seminaris diperbolehkan menggunakan HP para pembina seijin
Prefek, Pamong Unit atau staf seminari yang lain.
c. Acara Keluarga yang tidak diberi izin
Beberapa acara yang tidak perlu dihadiri seminaris:
- Hari ulang tahun anggota keluarga
- Kematian kenalan
- Pemberkatan rumah Ibadat Sabda atau misa berkaitan dengan
kepentingan keluarga dekat
- Penerimaan Sakramen Inisiasi (Baptis, Krisma, Ekaristi) saudara
sekandung
- Acara-acara Paroki
d. Acara Keluarga yang diberi izin
- Ulang tahun perkawinan orang tua (10 tahun, 25 tahun, 50 tahun)
- Kematian orang tua dan anggota keluarga sekandung
- Ibadat atau misa arwah peringatan kematian anggota
keluarga sekandung
- Mengunjungi anggota keluarga sekandung atau orang tua yang
dirawat di RS
- Keperluan kesehatan seminaris (check-up)
- Peristiwa bencana alam
- Perkawinan saudara sekandung
Lampiran
201
4. Seksi-Seksi
Seksi-seksi diadakan supaya semua seminaris diberi tanggung jawab
atas bsri salah satu tugas. Ketua-ketua seksi dan anggotanya masing-
masing berkewajiban mengkoordinasi dan memimpin pelaksanaan
tugas yang dipercayakan kepada mereka. Mereka juga wajib
memelihara dan menjaga segala hal yang berkaitan dengan tugas
seperti alat-alat penunjang pelaksanaan seksi. Melalui penugasan
dalam seksi-seksi mereka dilatih dan dibina untuk memiliki jiwa
kepemimpinan, bertanggung jawab atas tugas dan pelayanan demi
kelancaran hidup bersama dalam komunitas.
5. Instruksi, perbaikandan peneguhan
Dalam hidup komunitas selalu saja ada gesekan-gesekan yang dapat
mengancam keharmonisan. Karena itu bila ada hal-hal yang perlu
diluruskan dan diperbaiki maka Rektor, Prefek, Pamong Unit atau staf
pembina yang lain dapat memberikan instruksi, perbaikan maupun
peneguhan kepada seminaris baik kepada pribadi maupun konferensi
komunitas. Kepada pribadi tertentu dapat dilakukan melalui
pembicaraan pribadi tetapi kepada komunitas dapat diberikan pada saat
Ekaristi, setelah doa penutup atau saat makan.
6. Rekreasi atau Hiburan
Rekreasi sangat diperlukan untuk menciptakan suasana yang
menyegarkan dan akrab dalam hidup bersama. Pentingnya kegiatan ini
maka sangat diharapkan kehadiran anggota komunitas teristimewa
rekreasi terpimpin. Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan
dengan acara rekreasi adalah sebagai berikut:
1. Rekreasi di luar komunitas seperti piknik dapat dilaksanakan sesuai
dengan kesepakatan bersama minimal 2 kali dalam setahun
2. Rekreasi di dalam komunitas dapat diisi dengan menari, bermain
kartu, catur atau menonton. Kesempatan menonton ialah
a. Pagi hari : hari Minggu dan hari libur pada pukul 10.00 - 12.30
WIT
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
202
b. Malam hari : hari Rabu dan Minggu setelah ibadat penutup -
23.00 WIT
c. Malam hari : Hari Minggu malam setelah ibadap penutup - 23.00
WIT
7. Liburan
Dalam setahun seminaris diberi kesempatan minimal sekali dengan
maksud:
1. Mencari kesegaran baru dan beristirahat dari kegiatan sekolah
2. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri di luar
lingkungan kehidupan asrama
Karena itu selama liburan hendaknva:
1. Kembali ke rumah masing-masing agar dapat bertemu orang tua
dan anggota keluarga yang lain
2. Wajib memberitahukan kepada pastor paroki perihal liburannya
3. Membantu orang tua
4. Tetap membina hidup rohani; mengikuti Ekaristi, doa pribadi,
doa keluarga
5. Membuat catatan kegiatan harian selama liburan dan
dikumpulkan kepada prefek setelah liburan.
8. Kunjungan Keluarga atau Orang Tua
Orang tua atau keluarga dapat mengunjungi seminaris pada hari
Minggu I dalam bulan. Kunjungan yang dijadwalkan ini berlaku untuk
seminaris yang berasal dari Aimas, Sorong dan sekitarnya. Sedangkan
untuk seminaris yang berasal dari tempat yang jauh dapat menerima
kunjungan orang tua atau keluarga kapan saja jika keluarga sedang
berada di Aimas, Sorong dan sekitarnya.
10. Fasilitas
Untuk menunjang segala kegiatan yang ada di seminari maka
kehadiran fasilitas tentu sangat diharapkan. Fasiiitas yang telah tersedia
mesti digunakan win.dan dirawat dengan penuh tanggung jawab
sebagai wujud rasa memiliki. Fasiiitas yang ada adalah buah kebaikan
dermawan, karena itu semua anggota komunitas wajib
Lampiran
203
menggunkannya sebagaimana mestinya. Seminaris dilarang mencoret,
mengotori, merusak, menempelkan gambar-gambar. Bila ada
kerusakan atau ada yang merusakkan sesuatu maka yang bersangkutan
wajib melapor kepada Kepala sekolah jika itu terjadi di sekolah dan
kepada Prefek w v atau Pamong Unit jika itu terjadi di asrama.
11. Sanksi
Pelanggaran atas segala peraturan atau tata tertib seminari perlu selalu
ditindaklanjuti dengan memberikan sanksi. Sanksi yang diberikan
merupakan kesempatan bagi seminaris untuk merenungkan kembali
perbuatannya dan membangun niat untuk memperbaiki segala sikap
dan cara hidupnya. Ada beberapa tahap dalam pemberian sanksi:
1. Tahap pertama: kerja (proyek):
Sanksi kerja diberikan kepada siswa jika tidak mengikuti misa,
doa penutup, tidak ikut kerja kelompok tidak ikut latihan koor
tanpa alasan yang jelas, bolos, mengambil buah-buahan tanpa
ijinan pembina, punya alat elektronik, merokok.
2. Tahap kedua: pemanggilan oleh Prefek
Jika pada tahap pertama seminaris tidak menunjukkan tanda-
tanda perbaikan dan bahkan semakin meningkat tingkat
kesalahannya maka seminaris tersebut akan dipanggil oleh
pamong unit atau Prefek untuk berbicara dari hati ke hati.
Artinya seminaris perlu menyampaikan situasi yang sedang
dialami atau latar belakang tindakannya sehingga pembina dapat
secara tepat memberikan masukan yang berarti untuk
kehidupannya. Pemanggilan ini dilakukan minimal 3 kali. Pada
tahap ini siswa diminta untuk membuat refleksi atas hidupnya di
seminari berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukannya.
3. Tahap ketiga: Surat Pernyataan
Setelah 3 kali dipanggil dan diberi masukan namun tetap tidak
menunjukkan tanda-tanda positif maka seminaris wajib membuat
surat pernyataan. Dalam surat itu seminaris wajib menyatakan
kesediaannya untuk diberi sanksi yang lebih berat dan diberi
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
204
surat panggilan kepada orang tua atau wali jika tetap mengulangi
kesalahan yang sama.
4. Tahap keempat: Pemanggilan orang tua
Pembinaan terhadap seminaris tidak hanya menjadi tanggung
jawab staf pembina saja tetapi juga melibatkan pihak lain
terutama orang tua atau wali seminaris. Karena itu orang tua atau
wali perlu dihadirkan untuk secara langsung mendengar evaluasi
pembina terhadap seminaris yang bersangkutan sehingga mereka
dapat turut memberikan sumbang saran. Pada saat orang tua
dipanggil sekali lagi seminaris wajib membuat surat pernyataan
untuk tidak mengulangi pelanggaran dan siap menerima kredit
poin jika pelanggaran terulang kembali. Surat pernyataan itu
wajib juga ditandatangani orang tua atau wali.
5. Tahap kelima: Kredit poin
Kredit point adalah sebuah kebijakan pengumpulan nilai atas
pelanggaran yang dilakukan seminaris sesuai dengan
tingkatannya. Jumlah point yang berlaku adalah 500. Jika
seminaris melewati poin yang ditetapkan maka secara otomatis
dia dikeluarkan dari asrama. Adapun poin-poin yang ditetapkan
adalah sebagai berikut:
1. Tidak mengikuti Ekaristi: 50
2. Tidak mengikuti doa penutup, Rosario, latihan koor: 25
3. Bolos dan nginap: 25
4. Bolos tanpa nginap: 20
5. Memiliki HP, MP3: 25
6. Tidak kerja: 25
7. Berkelahi dengan teman: 25
6. Tahap keenam; Dikembalikan kepada Orang Tua
Tahapan-tahapan yang dilakukan di atas tentu menyita perhatian dan
kesabaran. Namun ketika semua tahapan di atas sudah dilalui dan tidak
menghasilkan perubahandan perbaikan maka seminaris yang
bersangkutan akan dikembalikan kepada orang tua.
Lampiran
205
Catatan:
1. Seminaris yang merusak atau menghilangkan fasilitas seminari
diberi sanksi untuk menggantikan barang yang dirusakkan atau
dihilangkan
2. Pelanggaran dengan sanksi langsung pada tahap II (pemanggilan
oleh Prefek) adalah menyimpan VCD/DVD.
3. Pelanggaran dengan sanksi langsung pada tahap III (surat
pernyataan) adalah menantang, melecehkan dan tidak menaruh
hormat pada Rektor, Prefek, Pamong Unit, Staf dan karyawa
seminari, asusila.
4. Pelanggaran dengan sanksi langsung pada tahap IV (pemanggilan
orang tua atau wali) adalah minum minuman keras, narkoba
5. Pelanggaran dengan sanksi langsung pada tahap VII
(dikembalikan kepada orang tua) adalah mencuri, memukul
Rektor, Prefek, Pamong Unit, Staf Pembina dan karyawan
seminar!
A. Peraturan dan TataTertib Seminar!
Silentium (Keheningan)
a. Keheningan harus selalu diusahakan selama seminaris berada di
kelas, lingkungan unit, kapel, perpustakaan.
b. Keheningan harus selalu diusahakan setelah ibadat penutup
c. Seluruh aktivitas seminaris berhenti paling lambat pukul 23.00 WIT
3. Makan Minum
a. Seminaris wajib makan bersama baik makan pagi, siang maupun
malam
b. Seminaris tidak diperkenankan makan di luar kamar makan kecuali
karena sakit
c. Wajib memiliki dan merawat alat-alat makan
d. Tidak diperkenankan menggunakan alat makan orang
4. Studi
a. Seminaris wajib studi di kelas masing-masing
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
206
b. Menjaga ketenangan selama studi
5. Handphone
a. Penggunaan HP harus seijin Prefek atau Pamong Unit
b. Seminaris dilarang memihki HP pribadi
6. Merokok
Selama pendidikan di seminari, seminaris dilarang merokok kapanpun
dan di manapun
7. Tamu-Kunjungan
a. Hari kunjungan adalah hari Minggu pertama dalam bulan.
Penerimaan tamu dari pukul 10.00-16.00 WIT. Seminaris tidak
diperkenankan keluar kompleks seminari bersama tamunya tanpa
seizin Prefek atau Pamong Unit.
b. Selain hari kunjungan di atas, tamu hanya diterima oleh seminari
setelah izin Prefek atau Pamong Unit.
8. Polik seminari
a. Seminaris yang sakit dapat langsung berobat di polik seminari
b. Istirahat di polik atau meninggalkan polik dilakukan seizin suster
perawat
c. Seminaris yang memerlukan pemeriksaaan dokter harus meminta
surat keterangan dari suster perawat
d. Jika berada di polik, seminaris wajib mematuhi peraturan yang
ditetapkan suster perawat
9. Pakaian dan Penampilan
a. Seminaris wajib berpakayan seragam sekolah dan sepatu tertutup
juga berkaos kaki pada waktu sekolah. Pada saat sidang akademi,
liturgi di kapel kehadiran semua anggota menjadi sangat penting.
Doa ini dipimpin oleh petugas (piket) dan diikuti oleh semua
anggota komunitas baik seminaris maupun Pembina.
Lampiran
207
b. Pada saat kerja seminaris mengenakan celana pendek atau celana
olahraga dan kaos oblong
c. Tidak diperkenankari berteianjang dada selain di kamar mandi dan
kamar tidur
d. Seminaris wajib berpotongan rambut rapi
1.Ekstrakurikuler
Seminaris wajib mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan
2. Kerja
a. Kerja bakti bersifat wajib bagi semua seminaris
b. Semua seminaris wajib memiliki alat kerja sendiri seperti sab'it
dan pacul
c. Waktu kerja
Senin, Selasa, Jumat, Sabtu : pukul 15-16 WIT,
Rabu : Pukul 15-16.30 WIT
3. Musik
a. Tidak diperkenankan membawa alat-alat musik keluar dari ruang
musik tanpa seijin koordinator musik instrument
b. Setelah selesai latihan, alat-alat musik hariis iikemrmfikarilce
Tempat semula dengan rapi
c. Seminaris wajib melapor segala kehilangan dan kerusakan alat-
alat musik kepada koordinator alat-alat music
BAB VII
KEPERLUAN PRIBADI
A. Keuangan Pribadi
1 . Uang yang diberikan orang tua atau keluarga wajib diserahkan
kepada Prefek atau Pamong Unit
2. Setiap seminaris hendaknya membiasakan diri untuk mengatur dan
merencanakan penggunaan uang sakunya dengan penuh tanggung
jawab >f 3. Seminaris tidak diperkenankan memiliki rekening pribadi
atau ATM
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
208
B. PerlengkapanPribadi
1. Perlengakapan pribadi yang dibawa ke seminari hendaknya tidak
berlebihan. Semuanya itu mesti dijaga sebagai bentuk penghargaan
terhadap orang tua atau keluarga yang telah bersusah payah
menyediakan semuanya itu
2. Untuk menumbuhkan sikap sederhana, hendaknya seminaris tidak
membawa barang-barang yang mahal. Alat musik dan olahraga seperti
gitar, raket badminton boleh dibawa.
BAB VIII
KEUANGAN
Jumlah uang yang harus dilunasi orang tua siswa seminari setiap bulan
sebesar Rp. 530.000; dengan perincian:
1. Uang asrama : Rp.300.000
2. Uang Sekolah : Rp.200.000
3. Uang Saku (Koperasi dan jalan) : Rp. 30.000 +
Jumlah Rp. 530.000
Catatan: Seminari yang orang tuanya sudah melunasi secara penuh
akan menerima uang saku untuk keperluan koperasi dan uang jalan
dan yang belum melunasinya tidak akan dilayani.
Lampiran
209
ATURAN HARIAN
ASRAMA SMA SEMINARI PETRUS VAN DIEPEN
TAHUN AJARAN 2013-2014
Senin
05.00 : Bangun pagi - mandi
05.30 : Ibadat pagi dan Misa pagi
06.15 : Sarapan pagi-persiapan ke sekolah
07.00 : sekolah
13.30 : makan siang
14.00 :Istirahat siang
15.00 : Olahraga
16.00 : mandi
'17.00 : Studi I
19.00 : Makan malam
20.00 : Studi II
21.00 : Doa penutup
21.30 : rekreasi
21.00 : Istirahat malam
Selasa
15.00 : mengembangan minat
18.30 : Salve
Selanjutnya : S.D.A
Rabu
15.00 : opus manual
18.00 : latihan koor
19.00 : makan malam
20-00 : studi
21.00 : Doa Penutup
21.30 : rekreasi panjang
23.00 : istirahat malam
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
210
Kamis
15.00 : olahraga
18.00 : Misa Komunitas
Sabtu
15.00 : opus manual
18.00 : latihan koor
19.00 : makan malam
20-00 : studi (pengisian refleksi)
21.30 : Doa Penutup (meditasi,rosario)
23.00 : istirahat malam
Minggu
06.00 : bangun pagi
06.30 : Misa Minggu
08.30 : Sarapan pagi
09.00 : Studi pagi
10.00 : rekreasi, olahraga
13.00 : Makan siang
13.30 : istirahat siang
15.00 : Olahraga
18.00 : Studi I
19.00 : makan malam
20.00 : studi II
21.00 : Ibadat penutup
21.30 : rekreasi
23.00 : Istirahat malam
Lampiran
211
STAF FORMATOR SEMINARI PETRUS VAN DIEPEN
Staf Formator
1. Rektor : Rm. Jerry Rumlus, PR
2. Wakil Rektor : Rm. Januarius Vaenbes, PR
3. Prefek SMA : Rm. Alo Roja, O.Carm
4. Prefek SMP : Rm. Edy Gaut, PR
5. Ekonom : Rm. Kristo, O. Carm
6. Bapa Rohani : Rm. Alan Nasraya, SVD
7. Para Pamong Unit : Fr. Risno dan para frater lainnya
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
212
1. Struktur Organisasi
Lampiran
213
2. Gambar sekolah dan asrama
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
214
3. Kegiatan siswa Petrus Van Diepen :
a. Kegiatan Akademik
Lampiran
215
b. Liturgi
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
216
c. Olahraga
Lampiran
217
d. Kewirausahaan
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
218
3. Keikutsertaan Siswa Seminari Petrus Van Diepen dalam bidang
pendidikan
Lampiran
219
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
220
Lampiran
221
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
222
Lampiran
223
4. Hasil karya Siswa-siswi Seminari yang di tuangkan dalam majalah
CERDAS
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
224
Lampiran
225
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
226
Lampiran
227
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
228
Lampiran
229
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
230
Lampiran
231
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
232
Lampiran
233
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
234
Lampiran
235
zz
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
236
Lampiran
237
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
238
Lampiran
239
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
240
Lampiran
241
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
242
Lampiran
243
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
244
Lampiran
245
Pesantren Nurul Yaqin-Sorong
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
246
Asrama Putra Santo Agustinus
Oleh : Pius Motombrie
Pembinaan
Untuk pembinaan di asrama belum berjalan dengan baik.
Karena, sejauh pengamatan saya selama 4 bulan di asrama bersama
anak-anak saya tidak pernah melihat atau mendengar adanya
pertemuan atau pembinaan baik secara umum atau pribadi dengan
anak-anak. Para Pembinanya hanya datang sebentar menanyakan
kabar anak-anak dan menyuruh mereka bersih-bersih lalu pergi.
Hal ini mereka lakukan 2 atau 3 kali dalam sebulan. Pembinaan
semacam ini tidaklah efektif dan jauh dari sasaran atau tujuan
didirikannya sebuah asrama. Padahal orang tua sangat berharap
dengan memasukan anak-anak mereka ke asrama, ketika tamat
mereka tidak hanya memiliki intelektual yang baik tentang ilmu
pengetahuan, tetapi juga memiliki budi pekerti, serta ketrampilan
lain sesuai dengan pembinaan yang mereka dapatkan selama berada
di asrama.
Bukan hanya itu, makan pun sering terkendala. Anak-anak
tekadang makan sehari sekali dan itupen mereka makan mie yang
dibeli dengan uang mereka sendiri. Koki selalu masuk kerja setiap
hari kecuali hari libur, tetapi ia tidak bias memasak karena tak
diberi uang belanja.
Untuk itu, sangat diharapkan pembinaan asrama yang menetap
di asrama sehingga dapat mengurus dan menjalankan pembinaan
dengan baik di asrama.
Perawatan Fasilitas
Asrama memililiki beberapa fasilitas penunjang yakni :
a. 6 unit kamar tidur
b. 2 unit kamar mandi
Lampiran
247
c. 1 unit ruang makan dan belajar
d. 1 unit ruang belajar dan rekreasi
e. 1 unit ruang computer
f. 2 unit dapur, yakni dapur yang memasak menggunakan kayu
bakar dan menggunakan kompor serta dilengkapi dengan
ruang penyimpanan makanan masak dan mentah.
g. 1 unit bangunan tepat karyawan dengan tiga kamar, yang
terbagi 2 kamar karyawan dan 1 ruang perpustakaan dan baca.
h. 1 unit bagunan Pembina yang terdiri dari 4 kamar tidur, 1
ruang tamu, dan dilengkapi dengan 3 kamar mandi, 1 unit
dapur serta 1 unit ruang cuci dan menjemur pakaian.
i. 1 unit Kapela
j. 3 unit lapangan, yakni lapangan Volley, bola basket dan bola
kaki
k. 2 unit bak penampung air
l. 1 unit tempat mencuci piring. Perlu diperbaiki instalasi air dan
pembuangannya
m. 2 unit pompa sanyo. Perlu ditambah 1 unit
n. 3 unit profil tank.
Dari sekian unit bagunan yang ada, yang terpakai hanya 1 unit
bangunan kamar tidur, 1 unit aula untuk belajar dan makan, 1
unit kamar mandi serta bangunan para Pembina.
Kondisi bangunan pun tidak semuanya baik, masih
membutuhkan perbaikan seperti jendela, pintu dan talang air serta
plafon di dapur Pembina. Selain itu, lampu dan air juga perlu di
instalasi ulang.
Untuk lapangan, yang terpakai sekarang hanya lapangan basket
sedangkan lapangan Volly dan bola kaki tidak terpakai. Lapangan
bola kaki sendiri sudah ditumbuhi rumput yang sangat tebal.
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
248
Komputer, menurut anak-anak monitornya masih berfungsi
baik hanya CPUnya yang telah rusak. Juga ada 1 bh TV tetapi
rusak.
Lingkungan
Selain di isi dengan bangunan, lingkungan asrama yang cukup luas
tersebut juga ditanami buah-buahan seperti kelapa, rambutan,
mangga, jambu, durian, pisang dan sebagian lahan dibuat kolam
kangkung untuk keperluan sayuran bagi asrama. Namun semua ini
tidak terawat dengan baik, demikian pun halamannya. Hal ini terlihat
dari rumput yang sudah tumbuh tinggi dan lebat serta parit-parit yang
tersumbat sehingga pada saat hujan air tergenang di halaman asrama
bahkan sampai masuk ke dalam unit-unit ruangan.
Lampiran
249
Gambaran Umum Tentang Asrama Putri CIJ
“Santo Fransiskus Xaverius”
Kampung Baru - Sorong
1. Latar Belakang
Kepedulian akan beberapa pelajar putri SMP YPPK Don Bosco
yang datang dari luar kota Sorong dan harapan beberapa orang tua
akan tempat yang nyaman bagi putri-putrinya yang besekolah di
SMP Don Bosco, Sorong.
Komunitas menanggapi keadaan it dan bertahap, mulai membuka
asrama untuk menerima mereka yang ingin tinggal di asrama.
Tujuan : membantu mereka, mengembangkan berbagai potensi,baik
rohani maupun jasmani agar menjadi manusia beriman, berilmu,
kreatif, sehat dan mandiri.
Visi : terwujudnya kepribadian yang mandiri, disiplin,
bertanggungjawab, saling menghargai dan berjiwa
sosialyang berpedoman pada semangat Yesus Sang Guru
Ilahi.
Misi :
- Menanamkan nilai iman yang kuat dan nilai luhur budi
pekerti.
- Menumbuhkan sikap disiplin, mandiri dan
tanggungjawab.
- Menciptakan lingkungan yang bersih, rapih indah dan
nyaman.
2. Strategi Pembinaan :
Melalui kegiatan pendalaman Kitab Suci bersama.
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
250
Melalui latihan membaca Kitab Suci dan menyani sebulan
sekali
Melalui pertemuan berkala dengan pendamping.
Memberikan penjelasan tentang tata karma dan budi pekerti,
saat awal masuk asrama dan saat akan libur semester.
Mendampingi saat berdoa dan bekerja, juga saat belajar.
3. Strategi Pembinaan :
Keuangan asrama dikelola sebagai :
1. Biaya hidup setiap hari makan-minum dan bahan bakar
2. Honor pendamping/ penjaga, honor tukang masak dan
kebersihan
3. Biaya listrik dan air
4. Biaya perbaikan-perbaikan kecil
Administrasi keuangan diatur oleh bendahara (pembukuan)
TTD
SR. YUSTINE. CIJ
Lampiran
251
Asrama Putri St.Fransiskus –Kota Sorong
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
252
Lampiran
253
Asrama Putri Santa Monika
Faktor-faktor penyebab anak-anak asrama keluar atau pindah sekolah
yaitu :
1. Tidak betah
2. Sakit
3. Pacaran
4. Tidak naik kelas dan pindah sekolah
5. Sering bolos sekolah
6. Atas kemauan sendiri
7. Atas kemauan orang tua
8. Sering melanggar peraturan dan tata tertib asrama
9. Sering terlambat pulang dari liburan
10. Tidak rutin membayar uang asrama
11. Banyak tunggakan atau utang di asrama
12. Makanan kurang bervariasi
13. Sering keluar tanpa izin Pembina atau Suster
14. Tidak jujur, sering menipu Pembina atau Suster
15. Pembina atau Suster kadang-kadang kurang memperhatikan
kesehatan anak asuh.
16. Tidak diiizinkan memegang Handphone
17. Peraturan terlalu ketat
18. Ingin bebas
19. Adanya kekurangcocokkan dengan teman se-asrama atau
terlibat perkelahian.
2. Evaluasi tentang hal yang positif
Mengapa mereka yang tinggal di asrama selesai menamatkan
pendidikannya selama 3 tahun inilah hal positifnya :
1. Tenang untuk belajar / Study
2. Banyak pengalaman
3. Pribadi mereka dibentuk untuk :
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
254
a. Mandiri
b. Dewasa / Matang
c. Bertanggungjawab baik pribadi maupun dengan sesama
Saling belajar satu dengan yang lain
d. Mempunyai wadah untuk masa depan dalam meneruskan
study atau sudah terjun di masyarakat
3. Mempunyai Pembina/ suster Pembina yang mampu ;
Mengarahkan / membina
Merangkul, peduli dan mempunyai Hati (Kasih)dan sayang ke-
ibuan
Tidak pilih kasih
Sabar dalam membina dan membimbing dan
Bijaksana.
TTD
SR. MARTINA, OSA
Lampiran
255
Asrama St. Monika
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
256