28
KHULA>S{AH AL-WA>FIYYAH AWAL BULAN Makalah Disusun guna memenuhi tugas Hisab Rukyat Kontemporer Dosen pengampu : Dr. H. Ahmad Izzuddin, M. Ag. Oleh : Arjuna Hiqmah Lubis Nim : 1702048021 MAGISTER ILMU FALAK PROGRAM PASCA SARJANA UIN WALISONGO SEMARANG 2018

KHULA> S{AH ALWA>FIYYAHAWAL BULANif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/... · 2018-04-14 · Makalah. Disusun guna memenuhi tugas. Hisab Rukya. t. Kontemporer. Dosen

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

KHULA>S{AH AL-WA>FIYYAH AWAL BULAN

Makalah

Disusun guna memenuhi tugas

Hisab Rukyat Kontemporer

Dosen pengampu : Dr. H. Ahmad Izzuddin, M. Ag.

Oleh :

Arjuna Hiqmah LubisNim : 1702048021

MAGISTER ILMU FALAK

PROGRAM PASCA SARJANA

UIN WALISONGO SEMARANG

2018

i

DAFTAR ISIDAFTAR ISI............................................................................................................ i

ABSTRAK .............................................................................................................. ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang........................................................................................................ 1

1. Perkembangan Ilmu Falak di Indonesia.............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

C. Tujuan penulisan..................................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 4

KITAB AL-KHULA>S{AH AL-WA>FIYYAH AWAL BULAN KARYA ZUBAERUMAR AL-JAELANI............................................................................................. 4

A. Biografi Zubaer Umar Al-Jaelani ........................................................................... 4

B. Kitab Al-Khula>s{ah Al-Wa>fiyyah Awal Bulan......................................................... 7

C. Algoritma Perhitungan Awal Bulan Kitab Al-Khula>S{Ah Al-Wa>Fiyyah KaryaZubaer Umar Al-Jaelani.................................................................................................. 9

D. Keunggulan Kitab Al-Khula>s{ah Al-Wa>fiyyah Karya Zubaer Umar Al-Jaelani. ... 17

BAB III ................................................................................................................. 19

PENUTUP ............................................................................................................ 19

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

Lampiran-lampiran ............................................................................................... 21

A. Cara Menghitung Awal Bulan .............................................................................. 21

DAFTAR ISI

ii

ABSTRAK

Sejarah perkembangan ilmu falak di Indonesia sangatlah pesat, dilihatdari semangat ulama-ulama yang belajar ilmu falak pada awal abad ke-20 saatmereka pergi haji sambil menuntut ilmu-ilmu agama Islam atau disebut juga hajisantri. Diantara para ulama yang telah berhasil membuat sebuat karya yangfenomenal adalah kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah karya Zubaer Umar Al-Jaelani.Beliau juga dikenal sebagai seorangyang aktif dalam dunia akademik danorganisasi NU, beliau juga dikenal rendah hati meskipun beliau adalah seorangpakar ilmu falak namun terus belajar sampai ke berbagai daerah di Arab.

Kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah karya Zubaer Umar Al-Jaelani ini adalahsalah satu rujukan ilmu falak hingga saat ini karena keakuratan perhitungannyayang digolongkan dengan hisab hakiky tahkiky. Kitab ini juga membahasberbagai perhitungan kajian ilmu falak antara lain: penanggalan, awal waktusalat, arah kiblat, gerhana, awal bulan dan sebagainya. Maka dalam makalah inisaya mencoba membahas biografi KH. Zubaer Umar al-Jaelani dan kitabnya al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah yang membahas tentang awal bulan Qamariah sertakeunggulan kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah. Dari itu penulis sangatmengharapkan masukan ataupun kritik yang konstruktif guna perbaikan makalahini.

1

Khula>s{ah Al-Wa>fiyyah Awal Bulan

BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang

1. Perkembangan Ilmu Falak di Indonesia

Dalam perkembangan astronomi/ ilmu falak di Indonesia, pada umumnya

diajarkan di lembaga-lembaga non-formal seperti pondok-pondok pesantren dan

madrasah. Di lembaga tersebut, kajian astronomi lebih banyak menggunakan

kitab-kitab tradisional.1 Termasuk diantaranya adalah kitab al-Khula>s{ah al-

Wa>fiyyah karya Zubaer Umar Al-Jaelani.

Sebagaimana rihlah ilmiah yang dilakukan oleh para ulama hisab seperti

Zubaer Umar Al-Jaelani dengan hasil karya monumentalnya al-Khula>s{ah al-

Wa>fiyyah dan Muhammad Manshur Al-Batawi dengan hasil karya

monumentalnya Sullamun Nayyirain. Statemen ini sejalan dengan analisis Taufik

bahwa pemikiran hisab rukyah Indonesia merupakan hasil cangkokan dari

pemikiran hisab rukyah Mesir (Timur Tengah), semacam dari kitab Mathla’ Al-

Said fi hisab al-Kawaqib ala Rasdi al-Jadid karya Husain Zaid al-Misra dan kitab

al-Manahij al-Hamidiyah karya Abdul Hamid Mursy Ghais al-Falaky al-Syafi’i.2

Di Indonesia, Ilmu falak juga berkembang pesat.3 Setidaknnya sejarah

tentang perkembangan ilmu falak sebagai keilmuan yang mandiri di Indonesia

dimulai pada awal abad ke-20. Dalam perhitungan awal bulan Qamariah

misalnya, sebelum abad ke-20, di dunia Islam umumnya berkembang metode

hisab yang belakangan diidentifikasi sebagai metode hisab Hakiky Taqribi.

Perhitungannya masih berpatokan pada asumsi bahwa bumi sebagai pusat

1 Siti Tatmainul Qulub, Ilmu Falak dari Sejarah ke Teori dan Aplikasi, ( Depok: PT. RajaGrafindo Pesada, 2017),16.

2 Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis dan Solusi Permasalahannya, (Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra, 2012), 179.

3 Susiknan Azhari, Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan sains Modern,(Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007), 10.

2

peredaran bulan dan matahari; yang disebut dengan geosentris.4 Kitab al-

Khula>s{ah al-Wa>fiyyah sudah dilengkapi dengan data-data bulan, data-ata

matahari yang cukup akurat. Rumus yang dipakai untuk menentukan posisi

bulan, tinggi bulan dan matahari sudah menggunakan rumus-rumus

trigonometri, walaupun masih dalam bentuk yang sederhana. oleh Ichtiyanto

yang berdasarkan hasil penelitiannya ia mengatakan bahwa garapan Kitab al-

Khula>s{ah al-Wa>fiyyah itu lebih akurat dibandikan dengan hasil garapan kitab-

kitab yang menganut sistem hakiki takribi, seperti kitab Sullam an-Nayyiraini,

kitab Fathu Rauf al- Mannan tetapi masih di bawah hasil garapan sistem

Almanac Nautica dan Ephemeris.5

B. Rumusan Masalah

Dari sejarah singkat ilmu falak di atas penulis mencoba untuk membahas

sejarah kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah karya Zubaer Umar Al-Jaelani diantaranya

adalah:

a. Biografi Zubaer Umar Al-Jaelani

b. Kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah awal bulanc. Menentukan awal bulan qamariah dengan perhitungan kitab al-

Khula>s{ah al-Wa>fiyyah karya Zubaer Umar Al-Jaelani

d. Keunggulan kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah karya Zubaer Umar Al-

Jaelani.

C. Tujuan penulisan

a. Untuk mengetahui biografi Zubaer Umar Al-Jaelani

b. Untuk mengetahui Kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah awal bulanc. Untuk mengetahui perhitungan awal bulan Qamariah dengan

perhitungan kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah karya Zubaer Umar Al-

Jaelani

4 Watni Marpaung, Pengantar Ilmu falak, (Jakarta: Prenada Media Group, 2015), 20.5 H. Abdurrahman, “Sistem Hisab dan Imkanurrukyah yang Berkembang di Indonesia”

dalam Jurnal Hisab Rukyat: 26.

3

d. Untuk mengetahui keunggulan kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah karya

Zubaer Umar Al-Jaelani.

4

BAB II

KITAB AL-KHULA>S{AH AL-WA>FIYYAH AWAL BULAN KARYAZUBAER UMAR AL-JAELANI

A. Biografi Zubaer Umar Al-Jaelani

Kyai Zubaer demikian panggilannya, seorang

ulama yang juga seorang akademisi yang terkenal

sebagai pakar falak dengan karya monumentalnya kitab

al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah. Ia lahir di Padangan

Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro Jawa

Timur apada tanggal 16 September 1908.6 Setelah dari

Bojonegoro beliau tinggal di kota Salatiga, Jawa Tengah

sampai wafat disana pada tanggal 10 Desember 1990.7

Dunia pendidikan yang ia jalani hampir seluruhnya dalam pendidikan

tradisional yakni madrasah dan pondok pesantren termasuk ketika mukim

lithalab al-ilmi di Makkah al-Mukaramah pada waktu menjalani ibadah haji.

Sebagaimana kondisi real di abad itu bahwa pesantren masih merupakan satu-

satunya lembaga pendidikan untuk tingkat lanjut yang tersedia bagi penduduk

pribumi di pedesaan, sehingga diasumsikan sangat berperan dalam mendidik para

elite pada masanya. Jenjang pendidikannya dimulai di madrasah Ulum tahun

1916-1921, pondok pesantren Termas Pacitan 1921-1925, pondok pesantren

Simbang kulon Pekalongan, 1925-1926, pondok pesantren Tebuireng Jombang,

1926-1929. Kemudian pada tahun 1930 Ia menjalankan ibadah haji yang

dilanjutkan dengan Thalab al-ilmu di Makkah selama lima tahun (1930-1935).

Merujuk pendapat Snoauck Hurgronje, perjalanan haji Kyai Zubaer tersebut

dapat dikategorikan haji santri.

6 Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, 179.7 Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Jogjakarta: Buana Pustaka, 2005), 118.

5

Asumsi ini diperkuat dengan penelitian Martin Van Bruinessen bahwa

pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20 banyak orang Indonesia yang

bemukim di Makkah, bahkan disinyalir bangsa Asia Tenggara (masyarakat

Jawah) merupakan salahsatu kelompok terbesar. Karena adanya asumsi bahwa

Makkah sebagai pusat dunia dan sumber ngelmu, sehingga banyak orang

Indonesia yang bermukim di Makkah, dan bahkan ada dugaan kuat gerakan

agama Islam terilhami dari sana, seperti Nawawi Banten, Mahfud Termas dan

Ahmad Khatib Minangkabau yang mengajar di Makkah dan banyak mendidik

ulama Indonesia yang kemudian banyak berperan penting di Indonesia.

Sebagai seorang santri yang mempunyai jiwa pendidik, nampak dengan

diangkat sebagai guru madrasah Salafiyah Tebuireng Jombang, walaupun status

ia masih sebagai santri pondok pesantren Tebuireng, dalam konsep istilah Imam

Hanafi disebut ifadah dan istifadah. Sampai Ia menjabat rektor IAIN Walisongo

Jawa Tengah di Semarang pada 5 Mei 1971. Di samping Ia juga pernah

memimpin Pondok Pesantren al-Ma’had al-Diniy, Reksosari Suruh Salatiga

(1935-1945), kemudian mendirikan pesantren Luhur yang kemudian menjdi IKIP

NU yang akhirnya menjadi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang sekarang

menjadi STAIN Salatiga. Dan terakhir mendirikan pondok pesantren Joko

Tingkir (1977) yang sekarang tinggal petilasannya yang terkenal dengan

kampung Tingkir.

Kaitan dengan kepakaran Ia dalam bidang hisab rukyah dengan karya

munumentalnya al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah, sebagaimana disampaikan oleh putra

menantu Ia (bapak KH Bakri Tolkhah) ternyakan merupakan hasil meguru Ia

ketika mukim di Makkah selama lima tahun (1930-1935), karena sebelum Ia

meguru (mukim) di Makkah belum nampak ada bakat (kepakaran) dalam hisab

rukyah. Guru Ia di Makkah dalam hisab rukyah adalah Umar Hamdan dengan

kitab kajian al-Mathlaus Said karya Husain Zaid al-Misra dan al-Manajihul

Hamidiyah karya Abdul hamid Mursy.

Sebagimana informasi dari bapak Taufik, bahwa menurut pelacakan

sejarah bahwa al-Mathlaus Said dan al-Manajihul Hamidiyah merupakan buah

6

modifikasi dan revisi dari naskah tabril magesty yang berprinsip Geosentris

temuan Claudius Ptalelomeus yang dalam sejarah diperkenalkan oleh Ulugh

Beik. Di mana dalam perjalanan keilmuan Ulugh Beik melakukan pengembangan

keilmuan dan penelitian sampai di Paris Prancis dan juga sampai di Mesir yang

terbukukan dalam Mathlaus Sa’id ala Rasdil Jadid. Dan kitab al-Khula>s{ah al-

Wa>fiyyah merupakan buah karya ilmiyah KH Zubaer yang merujuk pada prinsip

al-Mathlaus Sa’id tersebut. Di samping itu, juga ada karya yang merujuk pada

prinsip al-Mathlaus sa’id yakni Hakiky karya Muhammad Wardan Dipanungrat,

hanya saja sudah dibahasa Indonesiakan dengan markaz Yogyakarta. Sedangkan

kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah menggunakan markaz Mesir dan masih berbahasa

Arab.8

Suatu ketika, Kyai Afdul Fattah, seorang kepala desa Reksosari, Suruh,

Salatiga yang terkenal kaya raya meminta salah seorang murid KH. Hasyim

Asy’ari untuk dibawa ke Reksosari. Kemudian KH Hasyim asy’ari berkenan

memberikan salah seorang muridnya kepada Kyai Abdul Fatah dengan syarat

untuk mendidik terlebih dahulu murid tersebut sebelum di masyarakat. Hingga

akhirnya, dengan persetujuan diantara mereka, KH. Zubaer Umar al-Jaelani

diserahkan kepada Kyai Abdul Fatah dan menikahkannya dengan putri beliau.

Setelah berlangsungnya pernikahan tersebut, baru kemudian Kyai Abdul Fatah

mengirim KH>. Zubaer Umar al-Jaelani ke Makkah dengan tujuan haji dan

melanjutkan pendidikan di Makkah (1930-1935).

Pada awalnya, KH. Zubair Umar al-Jailani di minta oleh KH. Hasyim

Asy’ari untuk mendalami Ilmu hadits, setibanya di Makkah nanti. Akan tetapi,

KH. Zubair Umar al-Jailani lebih memilih menekuni Ilmu Falak yang telah

menjadi hobi beliau sejak kecil. Namun, keinginannya untuk mendapatkan guru

Ilmu Falak di Makkah al-Mukarramah kandas. Karena saat test berlangsung di

ketahui bahwa beliau dalam dunia falak telah jauh di atas guru yang ada di

Makkah sehingga guru tersebut justru yang belajar kepada KH. Zubair Umar al-

Jaelani.

8 Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, 179-184.

7

Kemudian beliau meninggalkan Makkah dan menuju ke Madinah untuk

menemui ahli falak di sana. Namun saat di Madinah, beliau juga tidak

mendapatkan guru yang diharapkan. Kemudian beliau disarankan untuk pergi ke

Syiria (Damaskus). Sesampainya di Syiria, hasilnya tetap sama. Hingga ahirnya

beliau melanjutkan perjalanan ke Palestina. Dan harapan beliau untuk bertemu

ahli falak di sana juga masih belum terpenuhi. Baru kemudian beliau disarankan

untuk menemui seorang guru di Jami’ al-Azhar. Disinilah beliau bertemu dengan

Syeikh Umar Hamdan dengan kitab kajian al-Matlhaus Sa’id karya Husain Zaid

al-Misra dan al-Manahij al-Hamidiyah karya Abdul Hamid Mursy. Data

astronomis yang digunakan kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah sama dengan yang

ada pada kitab al-Mathlaus Sa’id tetapi menggunakan epoch (mabda) Makkah

(39° 50’), karena kitab tersebut dikonsep ketika KH. Zubair Umar al-Jaelani

bermukim di Makkah.

Di Jami’ al-Azhar, beliau diangkat menjadi dosen falak. Dalam mengajar,

beliau tidak menggunakan buku rujukan. Namun para mahasiswa beliau tekun

rajin sehingga banyak catatan-catatan yang dibuat oleh mereka. Setelah

mengetahui bahwa mahasiswa KH>. Zubaer Umar al-Jaelani banyak yang

mencatat materi mata kuliah beliau. Akhirnya materi-materi tersebut beliau

kumpulkan dan beliau bawa ke Indonesia yang akhirnya dibukukan menjadi kitab

al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah. Sehingga bisa disimpulkan bahwa penulisan kitab ini

bukan merupakan sesuatu kesengajaan.9

B. Kitab Al-Khula>s{ah Al-Wa>fiyyah Awal Bulan

Kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah Fil Falaki bijadwali al-

Lugorimiyyah adalah karya monumental dari seorang ulama

Indonesia KH. Zubaer Umar al- Jaelani. Kitab al-Khula>s{ah al-

Wa>fiyyah ini dipengaruhi oleh kitab Mathlaus Sa’id fi Hisab al-

9 AZ Ni’mah, “Hisab Awal Waktu Salat Zubaer Umar Al-Zailani Dalam Kitab Al-Khulasah Al-Wafiyah”, Diakses tanggal 25 Maret 2018, eprints.walisongo.ac.id>092111090_Bab3.42-23.

8

Kawakib ‘ala Rashd al-Jadid karangan Husein Zaid al-Mishra dan al-Manahij al-

Hamidiyah karangan Abdul Hamid Mursy Ghais al-Falaki kedua asy-Syafi’i.

Kedua kitab tersebut dibawa oleh mereka yang menunaikan ibadah haji setelah

menyempatkan diri untuk belajar di Tanah Suci. Menurut M. Taufik bahwa kitab

ilmu falak yang ditulis oleh ulama falak nusantara pada periode kedua ini banyak

yang merupakan cangkokan dari kedua kitab tersebut. Diantara kitab-kitab ulama

nusantara tersebut adalah kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah karya Zubaer Umar al-

Jaelani yang dicetak pertama kali pada 1354H/1935M.10

Kemudian dalam perkembangan wacana hisab rukyah, berpijak pada

hasil seminar sehari hisab rukyah pada tanggal 27 April 1992, di Tugu Bogor,

sistem hisab yang terdapat kitab dan buku hisab yang berkembang di Indonesia

diklasifikasikan dalam tiga klasifikasi yakni hisab hakiky taqriby, hisab hakiky

tahkiky, dan hisab hakiky kontemporer. Dari klasifikasi ini disinyalir hisab

hakiky tahkiky dan hakiky kontemporer lebih akurat daripada hisab hakiky

taqriby.

Satu diantara yang menarik dikaji adalah eksistensi pemikiran hisab Zubaer

Umar al-Jaelani dalam al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah yang termasuk dalam klasifikasi

hisab yang keakurasiannya tinggi (hisab hakiky tahkiky), walaupun usia rihlah

ilmiah (pengembaraan intelektual) tidak jauh waktunya dari rihlah ilmiah yang

dilakukan oleh Muhammad Manshur al-Batawi yang diklasifikasikan dalam hisab

hakiky taqriby (hisab yang keakurasiannya masih cukup rendah). Dan memang

dalam beberapa konsep hisab Zubaer Umar al-Jaelani tidak jauh berbeda dengan

bebrapa konsep yang dikembangkan hisab hakiky kontemporer yang notabene

yang setiap tahun diadakan penelitian (research).

Misalnya dalam konsep lintang dan bujur Makkah sebagai markaz kiblat

dalam al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah disebutkan bahwa lintang Makkah 21° 35’ LU

dan bujurnya 39° 54’ BT. Konsep tersebut ternyata tidak jauh berbeda dengan

konsep hakiky kontemporer, seperti Islamic Calendar menunjukkan 21° LU dan

40° BT, sedangkan berdasarkan GPS (Global Position System) menunjukkan 21°

10 Marpaung, Pengantar Ilmu falak, 22-23.

9

25’14,17” LU dan 39° 49, 41’ BT. Sedangkan data yang menunjukkan 21° 30’

LU dan 39° 54’ BT.

Begitu pula dalam konsep irtifa’ul hilal (tinggi hilal), ternyata konsep Zubaer

Umar al-Jaelani sama dengan konsep hisab hakiky kontemporer semisal New

Comb, yakni ketinggian hilal diukur melalui lingkaran vertikal. Dengan

konsekuensi jika ijtima’ terjadi sebelum terbenam matahari, maka hilal pada saat

ghurub belum tentu positif. Berbeda dengan konsep Sullamun Nayyirain karya

Muhammad Manshur bahwa tinggi hilal adalah selisih antara saat ijtima’ dengan

saat terbenam matahari dibagi dua yang berarti menggunakan asensia rekta

(panjatan tegak).

Dan masih banyak lagi, apalagi ternyata Zubaer Umar al-Jaelani tidak hanya

pakar hisab rukyah, namun juga pakar muqaronah fiqh dan hadis. Asumsi ini

berpijak pada berbagai nukilan dan berbagai pemikiran yang Ia tuangkan di kitab

al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah.11

C. Algoritma Perhitungan Awal Bulan Kitab Al-Khula>S{Ah Al-Wa>FiyyahKarya Zubaer Umar Al-Jaelani

Kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah dalam menentukan awal bulan qamariyah

memuat beberapa sisitem, sistem hakiky takriby dan juga sistem hakiky tahkiki.

Dalam kitab ini, 9ystem hakiky takriby dipakai untuk dasar mengerjakan hisab

hakiky tahkiki. Dengan kata lain untuk mengerjakan hisab hakiky tahkiki

terlebih dahulu harus mengerjakan hisab hakiky takriby. Kitab ini terdiri dari 272

halaman yang terdiri dari 12 bab. Diantaranya:

1. Penanggalan

Dalam bab ini dijelaskan tentang penanggalan hijriyah, masehi

dan penanggalan jawa (tarikh Aji Saka) serta hal-hal yang terkait

dengannya. Selain itu jugadijelaskan tentang konversi antara satu

penanggalan dengan sistem penanggalan yang lain.

11 Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, 180-181.

10

2. Ilmu Falak

Pada bab kedua menjelaskan tentang dasar-dasar ilmu falak. Pada

bab ini lebih fokus pada bumi, bulan dan matahari. Serta benda-benda

langit yang lain. Selain teori-teori terkait dengan benda-benda langit

tersebut, pada bab ini juga menjelaskan tentang pergerakan serta garis

edar dan hal-hal lain yang berhubungan dengan benda-benda langit.

Dengan pergerakan benda-benda langit teresebut, juga terdapat dampak

yang menyertai sehingga dalam bab ini juga dijelaskan tentang waktu

yang mana waktu tersebut terkait erat dengan pergerakan Bumi, Bulan

dan Matahari.

3. Bab ketiga menjelaskan tentang bagaimana cara perhitungan dalam

kitab ini. Baik data-data yang dibutuhkan maupun cara

menghitungnya secara langsung. Seperti halnya mencari busur siang

dan busur malam, tinggi kulminasi, bu’dul al-quth dan sebagainya.

4. Pada bab empat, kitab ini menjelaskan tentang waktu-waktu salat dan

arah kiblat serta hal-hal yang terkait dengannya.

5. Bab lima menjelaskan tentang ijtima’ (konjungsi) dan istiqbal

(oposisi).

6. Bab enam menjelaskan tentang hilal. Mukus hilal, cahaya hilal, posisi

hilal, azimut hilal dan ketinggiannya serta hal-hal yang terkait

dengannya. Selain itu, pada bab ini juga memperbincangkan tentang

rukyat al-hilal, kesatuan mathla’, dan permasalahan fiqh tentang

rukyat al-hilal.

7. Pada bab tujuh, kitab ini menjelaskan tentang gerhana Bulan serta

proses terjadinya dan cara perhitungannya.

8. Pada bab delapan masih terkait dengan bab tujuh yakni menjelaskan

tentang gerhana matahari, proses terjadinya dan cara perhitungannya.

9. Pada bab ini dijelaskan tentang bintang-bintang yang lain (asteroid).

10. Pada bab sepuluh dijelaskan tentang al-Mudzannabat (Bintang

Berekor/ Komet).

11

11. Bab sebelas menjelaskan tentang udara (jawwu) serta cahaya senja

serta cahaya fajar yang merupakan akibat adanya udara.

12. Sedangkan untuk bab yang terakhir, dijelaskan tentang bintang sejati

(zodiak).

Selain terdapat 12 bab diatas, dalam kitab ini juga dilengkapidengan

pengetahuan umum, seperti beberapa bait syair arab serta berbagai

macam ukuran baik panjang, berat, maupun luas yang disajikan

menggunakan bahasa arab.

Sementara itu, data-data yang dibutuhkan dalam perhitungan-

perhitungan pada teori yang terdapat pada bab 1 sampai bab 12 juga telah

termuat dalam kitab tersebut, yakni pada halaman 210 sampai halaman

269. Sehingga mempermudah dalam penggunaan kitab tersebut.

Diantaranya adalah data-data tentang data Matahari yaitu Bujur

Astronomi ( طول الشمس( , Lintang Astronomi ض الشمس)(عر , Asensio Rekta,

Deklinasi ,(نصف قطر السمش) jarak Geosentris, Semi Diameter ,(میل السمش)

Kemiringan Ekliptika (المیل الكلي) dan Perata Waktu (تعدیل الشمس).

Sedangkan data bulan yang disediakan adalah Bujur Astronomi ( طؤل

,(عرض القمر) Lintang Astronomi ,(القمر Asensio Rekta, Deklinasi (میل القمر),

Horizontal Parallaks Semi ,(نصف قطر القمر) Semi Diameter ,(إختالف ھلمنظر)

Kemiringan Bulan (سمت الرأس) dan Luas Cahaya Bulan.

Data-data tersebut disajikan dalam bentuk tabel-tabel dan simbol-

simbol dalam penulisannya. Seperti halnya simbol hari dalam penulisan

angka arab (angka jumaliyah), yakni: angka satu dengan huruf alif (أ), dua

dengan ba (ب), tiga dengan (ج), empat dengan (د), lima dengan ha’(ه),

enam dengan (و), tujuh dengan za (ز).

Selain itu juga terdapat singkatan-singkatan untuk kata yang panjang

yang masuk ke dalam tabel-tabel tersebut, seperti:

a. م = yaum (hari)

b. ت = sa’ah (jam)

c. ج = derajat dan buruj (zodiak)

12

d. ق = menit (دقیقة)

e. ي = detik (ثواني)

f. “ = secon (ثوا لث)

g. “” = seperenampuluh secon (روابع)

h. ° = derajat

i. ⸝ = menit derajat

j. ⸝⸝ = detik derajat

Dalam data-data yang terdapat dalam tabel-tabel tersebut juga

terdapat data yang bernilai negatif yang ditandai dengan nilai (-) dan nilai

positif yang ditandai dengan tanda plus (+) atau tanda (=) yaitu dalam

tabel perata waktu (equation of time).

Data-data yang dicari dalam tabel-tabel tersebut diantaranya:

1. Al-‘Alamah berarti “petunjuk” yakni petunjuk waktu (hari, jam,

dan menit) terjadi ijtima’ atau konjungsi antara matahari dan

bulan yang ditentukan berdasarkan waktu rata-rata. ‘Alamah ini

dijadikan acuan untuk mendapatkan waktu ijtima’ yang

sebenarnya.

2. Al-Wasth yaitu busur sepanjang ekliptika yang diukur dari Bulan

hingga ke titik aries setelah bergerak. Sehingga wasth dirumuskan

dengan (khashhah + Auj).

3. Al-Khashah yaitu busur sepanjang ekliptika yang diukur dari titik

pusat bulan hingga titik aries sebelum bergerak.

4. Al-Markaz dalam ilmu falak terdapat tiga pengertian yaitu

a. Markaz sebagai tempat observasi atau suatu lokasi yang

dijadikan pedoman dalam perhitungan,

b. Markaz sebagai titik pusat pada rubu’ yang terdapat

padanya benang,

c. Markaz diartikan sebagai busur sepanjang ekliptika yang

diukur dari matahari sampai titik aries sebelum bergerak.

13

Pengertian yang ketiga ini biasa disebut juga dengan

Khashshah sehingga markaz adalah wasat dikurangi auj.\

5. ‘Uqdah yaitu titik kumpul yang dalam astronomi dikenal dengan

nama Node, yaitu titik perpotongan antara lintasan Bulan dengan

ekliptika. Ada 2 titik simpul yaitu ‘uqdah jaujahar dan ‘uqdah

sa’idah (titik simpul naik) adalah perpotongan lintasan Bulan

dengan ekliptika dengan ekliptika dalam lintasannya dari utara ke

selatan. Dalam astronomi disebut Descending Node.12

Perhitungan akhir bulan Ramadan 1440 H dengan titik koordinat

Semarang -7° Lintang Selatan 110° 24’ Bujur Timur dan pada ketinggian 100

meter dengan sistem perhitungan kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah karya Zubaer

Umar

Ijtima’ akhiadhan 1440 H

المركز الخاصة الوسط العالمة الحركات

Hal

aman

226

⸝ ° ج ⸝ ° ج ⸝ ° ج قة عة یوم 1439

32 15 5 23 24 10 57 27 8 8 0 5 1430

24 23 8 11 28 8 31 23 8 17 7 4 9

56 8 2 34 22 7 28 21 5 25 7 2 1439

57 21 8 21 22 7 58 21 8 36 18 6 + Ramadhan

53 0 11 55 14 3 26 13 2 1 2 2 Jumlah

تعدیل الوسط 8 1 − 55 1 − تعدیل العالمة

الطول الشمس 18 12 2 6 0 2 Harih. 217(e) jam

12 Ni’mah, “Hisab Awal Waktu,” 52-51.

14

⸝⸝ ⸝ ° Halaman

6 0 تعدیل الخاصة 227

+ 2 1 المركزتعدیل 228

8 1 البعدالغیرمعدل

x 5 0

40 5 0

+ 2 1 تعدیل المركز

40 7 1 الوسطتعدیل

8 1 البعدالغیرمعدل

− 10 0 اال یامتعدیل 262

58 0 معدلالبعد

x 59 1 خصة الساعة 264

2 55 1 العالمةتعدیل

15

Menghitung Thul al Syams dan Thul al Qamar saat ghurub pada hari senintanggal 3 juni 2019/ 29 Ramadan 1440 H dari zawal di Ka’bah 1 jam 13 menit

العقدة حا صة القمر وسط القمر خا صة الشمس وسط الشمس م كا تالحر

⸝⸝ ⸝ ° ج ⸝⸝ ⸝ ° ج ⸝⸝ ⸝ ° ج ⸝⸝ ⸝ ° ج ⸝⸝ ⸝ ° ج7 25 22 1 39 0 12 8 24 24 11 4 6 50 17 0 48 50 0 4 2 1410 (h. 213)

10 13 4 6 24 53 18 11 45 49 23 1 6 59 18 1 49 29 19 1 1 + 29 (h. 215)

17 38 26 7 3 54 0 8 9 14 5 6 12 49 6 2 37 20 20 5 3 1439

51 29 12 0 14 20 23 6 46 37 19 7 4 36 22 7 46 36 22 7 5 + Sya’ban (h. 216)

8 8 9 8 17 14 24 2 55 51 24 1 16 25 29 9 23 57 12 1 1 Jumlah

58 28 1 0 11 49 5 0 21 56 8 0 48 35 27 0 53 35 27 0 7 + 28 hari (h. 216)

6 37 10 8 28 3 0 3 16 58 3 2 4 1 26 10 16 33 10 2 1 Jumlah

8 0 0 0 39 32 0 0 56 32 0 0 28 2 0 0 28 2 0 0 + 1 jam (h. 217)

14 37 10 8 7 36 0 3 12 31 4 2 32 3 26 10 44 35 10 2 1 Jumlah

2 0 0 0 4 7 0 0 8 7 0 0 32 0 0 0 32 0 0 0 + 13 menit (h. 218)

16 37 10 8 11 43 0 3 20 38 4 2 4 4 26 10 16 36 10 2 1 Jumlah

54 4 + 0 13 6 − 13 6 − دلیل اول 22 3 1 +10 42 10 8 58 36 0 3 7 32 4 2 38 39 11 2 طول الشمس36 5 29 1 29 17 1 + 29 17 1 + 20 38 4 2 وسط القمر46 47 9 10 27 54 1 3 36 49 5 2 38 39 11 2 طول الشمس

دلیل خامس 51 12 − 0 14 18 6 − 18 1 7 036 41 1 3 22 31 29 1 18 1 7 +

دلیل ثا لث 20 38 4 2 طول الشمس 36 2 14 02 53 24 9 دلیل ربع 11 43 0 3 − خا صة القمر22 31 29 1 25 21 13 8 دلیل ثا ن46 25 0 −36 5 29 136 6 0 +2 12 29 1

طول قمر

16

1) ⸝⸝ ⸝ ° ج 2) ⸝⸝ ⸝ ° جدلیل اول 4 4 26 10 دلیل اول 4 4 26 1010-26 29 3 1 10-26 14 61027 50 1 1 10-27 4 6

39 1 10 10 004 4 0 4 47 00 0 1 00 0029 3 3 14 6

hal. 218-219 7 00 0 hal. 219-220 1 00 00تعدیل الشمس 22 3 1 ول قمرتعدیل ا 13 6 00

3) ⸝⸝ ⸝ ° ج 4) ⸝⸝ ⸝ ° جدلیل ثا ن 25 21 13 8 دلیل اول 4 4 26 108-13 21 17 1 10-26 52 128-14 44 17 1 10-27 33 12

23 0 0 − 19 0 025 21 0 4 4 08 00 0 − 1 0029 3 3 52 12

hal. 220-221 21 17 1 hal. 220-221 1 00اثا ن القمرتعدیل 29 17 1 ال خا صةتعدیل 51 12

5) ⸝⸝ ⸝ ° ج 6) ⸝⸝ ⸝ ° جدلیل ثا لث 36 41 1 3 دلیل ربع 2 53 24 9

3-1 2 18 6 9-24 35 243-2 19 18 6 9-25 55 25

17 0 0 − 20 1 −36 41 0 2 5312 00 0 − 11 1 −

hal. 221-222 2 18 6 hal. 221-222 35 24تعد لثا لث 14 18 6 ال خا صةتعدیل 46 25

17

7) ⸝⸝ ⸝ ° ج 8) ⸝⸝ ⸝ ° جدلیل اول 4 4 26 10 خا مسدلیل 46 47 9 1010-26 54 4 10-9 34 610-27 47 4 10-10 37 6

7 0 − 3 0 −4 4 46 47 −0 0 0 − 2 0 054 4 Hal. 225 34 6

hal. 225 0 0 0 تعدیل خامس 36 6 0العقدةتعدیل 54 4

D. Keunggulan Kitab Al-Khula>s{ah Al-Wa>fiyyah Karya Zubaer Umar Al-

Jaelani.

Kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah karya Zubaer Umar Al-Jaelani sudah lima

kali koreksi dibandingkan dengan kitab Sullamun Nayyirain hanya sekali

koreksi, sehingga keakuratan hisab dalam al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah lebih baik.

Secara ringkas koreksi dalam al-Khulasah al-wafiyah terdapat pada

menghitung posisi bulan:

1. Koreksi sebagai akibat perubahannya eccentricity bulan yang interval

perubahan tersebut selama 31.8 hari. Besar koreksi ini adalah 1.2739 sin

(2C-Mm). 2C adalah dua kali lipat selisih antara wasat matahari dengan

wasat rata-rata bulan. Sedangakan Mm adalah simbol bagi Khashshah

Bulan.

2. Koreksi perata tahunan, sebagai akibat gerak tahunan bulan bersama-sama

dengan bumi mengelilingi matahari dalam orbit yang berbentuk ellip.

Besarnya adalah 0.1858 sin M. M adalah simbol bagi Khashshah matahari.

3. Variasi yang mengakibatkan bulan baru atau bulan purnama tiba terlambat

atau lebih cepat. Besarnya adalah 0.37 sin M. M adalah simbol bagi

Khashshah Matahari. Ketiga korensi tersebut digunakan mengoreksi

Khashshah Bulan.

18

4. Koreksi perata pusat sebagai bentuk ellip orbit Bulan. Besarnya adalah

6.2886 sin Mm’. Mm’ adalah simbol bagi Khashshah yang telah dikoreksi.

5. Koreksi lain untuk mengoreksi wasat bulan ilah A4 = 0,214 sin (2Mm’).

Mm’ adlah khashshah yang telah terkoreksi. Dengan demikian wasat Bulan

yang telah terkoreksi didapatkan dengan cara mengoreksi wasat rata-rata

dengan koreksi pertama, kedua, ketiga dan keempat.

6. Koreksi variasi sebesar 0.6583 sin (1’-L). L adalah thul Matahari, dan 1’

adalah wasat Bulan yang telah terkoreksi tersebut.

7. Koreksi bagi uqdah ialah sebesar 0,16 sin (M). M adalah khashshah

Matahari.

8. Koreksi-koreksi tersebut dituangkan dalam bentuk tabel, tabel koreksi

kesatu sampai kelima. Tabel-tabel tersebut menggunakan variabel-variabel

dalam rumus-rumus tersebut. Kitab tersebut untuk mencari posisi Matahari

dan Hilal di atas horizon dengan menggunakan rumus-rumus dengan

berbahsa Arab yang kurang sederhana, tetapi kalau disederhanakan serta

dipakai simbol-simbol matematika modern. Maka hasilnya sama dengan

rumus-rumus yang digunakan astronomi modern.

Di samping keistimewaan al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah dalam hal mencakup

pembahasan fiqh ikhtilafiyah hisab rukyah, ternyata dalam al-Khula>s{ah al-

Wa>fiyyah terdapat pembahasan tentang batasan atau ukuran yang diebutkan

dalam al-Risalah fi al-Maqayis. Di antaranya pembahasan ukuran dirham

dengan tahwil gram, dhira’, kaki dan lain-lain yang ditahwil dengan ukuran

standar internasional. Inilah ciri khas al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah yang tidak

dimiliki oleh kitab-kitab hisab yang lain. 13

13 Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, 185-186.

19

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan melihat sejarah perkembangan ilmu falak di Indonesia pada awal

abad ke-20 hingga pada hari ini, kita akan dapat melihat kisah para ulama yang

menuntut ilmu dengan sangat tekun hingga dapat menghasilkan karya-karta yang

monumental yang tidak dapat dijabarkan satu-persatu karena semua saling

berkaitan dan bersinergi untuk melahirkan sebuah pedoman yang hingga pada hari

ini masih dapat kita baca dan pergunakan untuk bahan pembelajaran, salah

satunya adalah kitab karya Zubaer Umar al-Jaelani yaitu kitab al-Khula>s{ah al-

Wa>fiyyah.

Kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah, adalah salah satu kitab yang

keakuratannya sangat tinggi hingga pada hasil seminar sehari hisab rukyah pada

tanggal 27 April 1992, di Tugu Bogor, maka digolongkan kepada sistem hisab

hakiky tahkiky yang sesuai dengan pemikiran heliosentris sehingga hasil

perhitungannya lebih akurat dibandingkan dengan kitab-kitab yang masih

berpemikiran geosentris.

Selain sebagai ahli falak, beliau juga sangat aktif dalam dunia akademik

maupun organisasi seperti NU dan lain sebagainya, beliau dikenal sebagai orang

yang sangat rendah hati meskipun beliah seorang yang sudah ahli dapat dilihat

dari pengalamannya belajar di timur tengah sampai harus belajar ke Syria Mesir

dan sebagainya namun beliau tetap ingin terus menimba ilmu dan berguna untuk

ummat muslim melalui karyanya yang terkenal yaitu kitab al-Khula>s{ah al-

Wa>fiyyah.

20

DAFTAR PUSTAKA

Qulub, Siti Tatmainu. Ilmu Falak dari Sejarah ke Teori dan Aplikasi. Depok: PT.Raja Grafindo Pesada, 2017.

Izzuddin, Ahmad. Ilmu Falak Praktis dan Solusi Permasalahannya. Semarang:PT. Pustaka Rizki Putra, 2012.

Azhari, Susiknan. Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan sains Modern.Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007.

Marpaung, Watni. Pengantar Ilmu falak. Jakarta: Prenada Media Group, 2015.

Abdurrahman. “Sistem Hisab dan Imkanurrukyah yang Berkembang diIndonesia” dalam Jurnal Hisab Rukyat: 26.

Khazin, Muhyiddin. Kamus Ilmu Falak. Jogjakarta: Buana Pustaka, 2005.

Ni’mah, AZ. “Hisab Awal Waktu Salat Zubaer Umar Al-Zailani Dalam KitabAl-Khulasah Al-Wafiyah”. Diakses tanggal 25 Maret 2018.eprints.walisongo.ac.id>092111090_Bab3. 42-23.

21

Lampiran-lampiran

A. Cara Menghitung Awal Bulan

1. Perhitungan akhir bulan Ramadan 1440 H dengan titik koordinat Semarang -

7° Lintang Selatan 110° 24’ Bujur Timur dan pada ketinggian 100 meter

dengan sistem perhitungan kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah. Ijtima’ terjadi

pada hari ke-2 (Senin) pukul: 12 + 0 jam 6 menit = 12:6 WHM (Waktu

Hakiky Makkah).

Equation of time (e) = 0° 2’

12° 6’ − 0° 2’+ (45° − 39° 49’ 34,22”) ÷ 15 = 12° 24’ 41,72”

12° 24’ 41,72” + 4 = 16° 24’ 41,72” WIB

Konversi Taqriby:

Jadi konversi taqriby tanggal 4 juni 2019 hari senin pukul 16° 24’ 41,72”

2. Matahari terbenam

Bujur Matahari (BM) = 2 ج 12° 18’( Hal. 217) 1j = 2’

35m = 1’ +2 ج 12° 21’

Waktu ijtima’ – Waktu ghurub = (16j 24m 41,72d WIB)Waktu ghurub = 18 −

Jumlah = 1j 35m 18,28 ͩ = 1j 35 ͫ

ج2 12° 33,33 /1440 \ 43,2048°− ج4

+ 43 −ج6 4° 1397

622 +2019

22

3. Mencari deklinasi matahari sin (δm) = (sin 72° 21’ x sin 23° 27’) = 22°17’06, 41”

4. Tinggi Matahari (hₘ) = -(KU + SD ₘ+ Ref ₘ)

Kerendahan Ufuk = 0° 1,76’x√100 = 0°17’36”

hₘ = -(0°17’36”+0° 16’+0° 34’) = -1° 07’36”

Cost tₘ = sin hₘ ÷ cos φˣ ÷ δₘ − tan φˣ x tan δₘ =

sin -1° 07’36” ÷ cos -7 : 22° 17’06,41” – tan 22° 17’ 06,41” =

88° 20’35,89” ÷ 15 = 5j 53 ͫ 22,39 ͩ WIB (Waktu Hakiky)

5. Waktu Ghurub Pukul 12 + WH – e + (BD – BT) ÷ 15

= 12 + 5j 53 ͫ 22,39 ͩ − 0° 2’ + (105° − 110° 24’) ÷ 15

= 17° 29’46” = Pukul 17:30 WIB + ikhtiyat 2 menit

Jadi ghurub terjadi pada Pukul 7:32 WIB

6. Matahari zawal di Ka’bah = 12 − 0° 2’ + (45° − 39° 49’34,22”) : 15

= 12:19 GMT

23

Perbedaan Waktu Arab Ke WIB = 4 jam

Jadi jam di Ka’bah = Pukul 12:19 + 4 jam = 16:19 WIB

Ghurub di Semarang = 17:32 WIB

Selisih waktu zawal = 17:32 − 16:19 = 1j 13 ͫ

a. Thul al-Syams (ELM) = 2ج 11° 39’ 38” (71° 39’ 38”)

Thul al-Qamar (ALB) = 1ج 29° 12’ 2” (51° 29’ 2”) −

Beda Thul = 12° 10’ 36”

b. Syabaq Syam fi al-Thul (h. 223)

4” 4’ 26° ج10 (دلیل اول) = (0° 2’ 24” − 0° 2’ 24”) x (5 − 0° 4’ 4”) : 5 + 0° 2’ 24”

= 0° 2’ 24”

c. Sabaq Qamar fi al-Thul (h. 223)

(0° 32’25” − 0° 32’ 5”) x (15 − 04° 1’ 3”) : 5 + 0° 32’ 5”)

3” 41’ 1° ج3 (دلیل ثا لث) = (0° 33’ 2,26333”)

Beda Sabaq = 0° 30’ 38,2633”

d. Ijtma’ Haqiqi bit Tahqiqi = Ghurub + beda Thul : beda Sabaq

= 17j 32m + 12° 10’ 36” : 0° 30’ 38,2633”

= 17° 22’ 47,1145”

e. Deklinasi matahari saat terbenam

Sin-1 δm = sin 71° 39’ 38” x sin 23° 27’

δm = 22° 11’ 36,76”

f. Sudut waktu matahari terbenam

Cost tm = sin h: cos φx : cos δm – tan φx x tan δm

= sin-1 (1° 7’ 36” : cos -7° : cos 22° 17’ 06,41” – tan -7° x tan

22°17’06,41”

Sudut waktu tm = 88°20’35,89”

24

g. Azimut matahari

Cotan A = tan δm x cos φx: sin tm – sin φx : tan tm

= (tan 22°17’06,41” x cos -7 : sin 88°20’35,89” – sin -7° : tan

88°20’35,89”)-1

A = 67°41’0,57” U-B

Azimut matahari = 360° − 67°41’0,57” = 292°18’59,4”

h. ARAm (Asencio Recta Matahari)

Cos ARAm = Thul Syams : cos δm

= (cos 71°39’38” : cos 22°17’06,41”)

= 70°7’13,39”

i. Deklinasi bulan

Sin δb = Sin Thul Qamar x sin 23°27’

δb MAQ = Sin 59°29’2” x sin 23°27’ = 20°12’6,68”

j. Cos A = Sin MA x cos TQ

= (23°27’ x cos 59°29’2”)

= 78°20’30,95”

k. Sin Mail Tsani lil Qamar (MTsQ) = Sin MAQ : sin A

= 20°12’6,68” : 78°20’30,95”

= 20°38’47,67”

l. Sin AQ = Sin 5°1’x sin DK

= Sin 5° 1’ x sin 309° 47’ 46”

Ardhul Qomar = -3° 51’8,71”

m. Hb = MTsQ + AQ

= 20°38’47,67” + -3° 51’8,71”

Hisbah al bud = 16° 47’38,96”

n. Sin DB = Cos MAQ x sin Hb : cos MTsQ

= cos 20°12’6,68” x 16° 47’38,96” : cos 20°38’47,67”

Bu’dul Qamar ‘an al- Mu’addal / Deklinasi Bulan = 16° 50’39,17”

25

o. ARAb (Asensia Recta Bulan)

Cos ARAb = Cos TQ : cos DB

= Cos 59°29’2” : cos 16° 50’39,17”

ARAb = 57°57’28,27”

p. Sudut waktu Bulan tm = ARm + tm − ARb

= 70° 7’ 13,39” + 88°20’35,89” – 57°57’28,27”

= 100°30’21”

q. Tinggi hilal haqiqy =

Sin hb = Sin φx x sin δb + cos φx x cos δb x cos tb

= Sin -7° x sin 16°50’39,17” + cos -7 x cos 16°50’39,17” x

cos 100°30’21”

= -12°2’95,7”

Dari perhitungan akhir bulan Ramadan 1440 H dengan titik koordinat

Semarang -7° Lintang Selatan 110° 24’ Bujur Timur dan pada ketinggian 100

meter dengan sistem perhitungan kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah karya Zubaer

Umar Al-Jaelani, maka dapat disismpulkan:

a. Ijtima’/ konjungsi Taqribi : Senin, 4 Juni 2019 Pukul 16:25 WIB

b. Ijtima’/ konjungsi Bit-tahqiqi : Senin, 4 Juni 2019 Pukul 17: 22 WIB

c. Terbenam Matahari : Pukul 17:32 WIB

d. Tinggi Matahari : -1° 7’ 36”

e. Tinggi Hilal Haqiqi : -12° 2’ 95,7”

f. Azimut Matahari : 292° 18’ 59,4”

g. Karena ketinggian bulan dibawah ufuk maka diistikmalkan 30 hari.