5
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,  Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah l dengan menjalankan perintah-perintah-Nya sekuat kemampuan kita, serta dengan menjauhi segala larangan-Nya. Dan marilah kita senantiasa mengingat bahwa dunia yang kita tempati ini bukanlah tempat tinggal selamanya. Bahkan sebenarnya kita sedang dalam suatu perjalanan menuju tempat tinggal yang sesungguhnya di alam akhirat nanti. Telah banyak orang yang dulunya bersama kita atau bahkan dahulu tinggal satu rumah dengan kita, telah melewati dan meninggalkan dunia ini. Mereka telah meninggalkan tempat beramal di dunia ini menuju tempat perhitungan dan pembalasan amalan. Akan segera datang pula saatnya kita menyusul mereka. Maka, marilah kita manfaatkan dunia ini sebagai tempat mencari bekal untuk kehidupan akhirat kita. Sungguh seseorang akan menyesal ketika pada hari perhitungan amal nanti dia datang dalam keadaan tidak membawa amal shalih. Allah l berfirman: . ى ا    و ن ا      ت   ي      “Pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: ‘Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal shalih) untuk hidupku (di akhirat) ini’.” (Al -Fajr: 23-24) Hadirin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah l, Di dalam perjalanan hidup di dunia ini, kita akan menjumpai hari-hari yang Allah l berikan keutamaan di dalamnya. Yaitu dengan dilipatgandakannya balasan amalan dengan pahala yang berlipat, tidak seperti hari-hari biasanya. Di antara hari-hari tersebut adalah sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Hal ini sebagaimana tersebut di dalam sabda Nabi n:             ف ح ـ ص ا  ا      - ي ف د ـ ا  و :     س  ي ف د ـ ا  و    س ر   : ا  . ا م   ي  ء ي   ك ذ    ع   ـ    و    ج خ  ر      س “Tidaklah ada hari yang amal shali h di dalamnya lebih dicintai oleh Allah dari hari-hari tersebut (yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah).” Para sahabat pun bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah jihad di  jalan Allah tidak lebih utama?” Rasulullah n berkata: “Tidaklah jihad lebih utama ( dari beramal di hari-hari tersebut), kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan keduanya (karena mati syahid).” (HR. Al -Bukhari) Saudara-saudaraku kaum muslimin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah l, Pada sepuluh hari yang pertama ini, kita juga disyariatkan untuk banyak berdzikir kepada Allah l, baik itu berupa ucapan takbir, tahmid, maupun tahlil. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah l: “Dan supaya mereka berdzikir menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan.” (Al -Hajj: 28) Diterangkan oleh para ulama bahwa hari-hari yang ditentukan pada ayat tersebut adalah sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah. Maka hadits dan ayat tadi menunjukkan keutamaan hari-hari tersebut dan betapa besarnya rahmat Allah l kepada hamba-hamba-Nya. Karena Allah l masih memberikan kesempatan bagi orang yang belum mampu menjalankan ibadah haji untuk mendapatkan keutamaan yang besar pula, yaitu beramal shalih pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Sehingga sudah semestinya kaum muslimin memanfaatkan sepuluh hari pertama ini dengan berbagai amalan ibadah, seperti berdoa, dzikir, sedekah, dan sebagainya. Termasuk amal ibadah yang disyariatkan untuk dikerjakan pada hari- hari tersebut kecuali hari yang kesepuluh adalah puasa. Apalagi ketika menjumpai hari Arafah, yaitu hari kesembilan di bulan Dzulhijjah, sangat ditekankan bagi kaum muslimin untuk berpuasa yang dikenal dengan istilah puasa Arafah, kecuali bagi jamaah haji yang sedang wukuf di Arafah. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi n ketika ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau n menjaw ab: ة ا و  ة ض ـ ا  ة ا   “(Puasa Arafah) menghapus dosa -dosa setahun yang lalu dan yang akan datang.” (HR. Muslim)  Adapun bagi para jamaah haji, mereka tidak diperbolehkan untuk berpuasa, karena pada hari itu mereka harus melakukan wukuf. Karena mereka memerlukan cukup kekuatan untuk memperbanyak dzikir dan

Khutbah Jum'at

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Keutamaan dzulhijah

Citation preview

7/17/2019 Khutbah Jum'at

http://slidepdf.com/reader/full/khutbah-jumat-569091ced9e26 1/4

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, 

Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah l dengan menjalankan perintah-perintah-Nya sekuat

kemampuan kita, serta dengan menjauhi segala larangan-Nya. Dan marilah kita senantiasa mengingat

bahwa dunia yang kita tempati ini bukanlah tempat tinggal selamanya. Bahkan sebenarnya kita sedang

dalam suatu perjalanan menuju tempat tinggal yang sesungguhnya di alam akhirat nanti. Telah banyak

orang yang dulunya bersama kita atau bahkan dahulu tinggal satu rumah dengan kita, telah melewati

dan meninggalkan dunia ini. Mereka telah meninggalkan tempat beramal di dunia ini menuju tempat

perhitungan dan pembalasan amalan. Akan segera datang pula saatnya kita menyusul mereka. Maka,

marilah kita manfaatkan dunia ini sebagai tempat mencari bekal untuk kehidupan akhirat kita. Sungguh

seseorang akan menyesal ketika pada hari perhitungan amal nanti dia datang dalam keadaan tidak

membawa amal shalih. Allah l berfirman: اى.   ن و   ا ي ت      

“Pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan:

‘Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal shalih) untuk hidupku (di akhirat) ini’.” (Al-Fajr:

23-24)

Hadirin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah l,

Di dalam perjalanan hidup di dunia ini, kita akan menjumpai hari-hari yang Allah l berikan keutamaan di

dalamnya. Yaitu dengan dilipatgandakannya balasan amalan dengan pahala yang berlipat, tidak seperti

hari-hari biasanya. Di antara hari-hari tersebut adalah sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Hal ini

sebagaimana tersebut di dalam sabda Nabi n:           ف ح ـ صا   ا   -يف د ـ   :و ا   د في س ـ  و ا  سر  :ا  . م ا ي 

يء  ك   ع  ذ ـ  

  و   ر خج      س

“Tidaklah ada hari yang amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah dari hari-hari tersebut (yaitu

sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah).” Para sahabat pun bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah jihad di

 jalan Allah tidak lebih utama?” Rasulullah n berkata: “Tidaklah jihad lebih utama (dari beramal di hari-haritersebut), kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali

dengan keduanya (karena mati syahid).” (HR. Al-Bukhari)

Saudara-saudaraku kaum muslimin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah l,

Pada sepuluh hari yang pertama ini, kita juga disyariatkan untuk banyak berdzikir kepada Allah l, baik itu

berupa ucapan takbir, tahmid, maupun tahlil. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah l:

“Dan supaya mereka berdzikir menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan.” (Al-Hajj: 28)

Diterangkan oleh para ulama bahwa hari-hari yang ditentukan pada ayat tersebut adalah sepuluh hari

awal bulan Dzulhijjah. Maka hadits dan ayat tadi menunjukkan keutamaan hari-hari tersebut dan betapa

besarnya rahmat Allah l kepada hamba-hamba-Nya. Karena Allah l masih memberikan kesempatan bagi

orang yang belum mampu menjalankan ibadah haji untuk mendapatkan keutamaan yang besar pula,

yaitu beramal shalih pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Sehingga sudah semestinya kaum

muslimin memanfaatkan sepuluh hari pertama ini dengan berbagai amalan ibadah, seperti berdoa,

dzikir, sedekah, dan sebagainya. Termasuk amal ibadah yang disyariatkan untuk dikerjakan pada hari-

hari tersebut –kecuali hari yang kesepuluh– adalah puasa. Apalagi ketika menjumpai hari Arafah, yaitu

hari kesembilan di bulan Dzulhijjah, sangat ditekankan bagi kaum muslimin untuk berpuasa yang dikenal

dengan istilah puasa Arafah, kecuali bagi jamaah haji yang sedang wukuf di Arafah. Hal ini sebagaimana

yang disabdakan oleh Nabi n ketika ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau n menjawab:ة ضة وا ـ  اة ا  

“(Puasa Arafah) menghapus dosa-dosa setahun yang lalu dan yang akan datang.” (HR. Muslim) 

Adapun bagi para jamaah haji, mereka tidak diperbolehkan untuk berpuasa, karena pada hari itu merekaharus melakukan wukuf. Karena mereka memerlukan cukup kekuatan untuk memperbanyak dzikir dan

7/17/2019 Khutbah Jum'at

http://slidepdf.com/reader/full/khutbah-jumat-569091ced9e26 2/4

doa pada saat wukuf di Arafah. Sehingga pada hari tersebut kita semua berharap untuk mendapatkan

keutamaan yang sangat besar serta ampunan dari Allah l. Karena Nabi n menyebutkan bahwa hari itu

adalah hari pengampunan dosa-dosa dan hari dibebaskannya hamba-hamba yang Allah l kehendaki

dari api neraka. Sebagaimana dalam sabda beliau n: فة   را  ا ف  ق ن          

“Tidak ada hari yang Allah membebaskan hamba-hamba dari api neraka, lebih banyak daripada di hariArafah.” (HR. Muslim) 

Hadirin rahimakumullah,

Pada bulan Dzulhijjah juga ada hari yang sangat istimewa yang dikenal dengan istilah hari nahr. Yaitu

hari kesepuluh di bulan tersebut, di saat kaum muslimin merayakan Idul Adha dan menjalankan shalat Id

serta memulai ibadah penyembelihan qurbannya, sementara para jamaah haji menyempurnakan amalan

hajinya. Begitu pula hari-hari yang datang setelahnya, yang dikenal dengan istilah hari tasyriq, yaitu hari

yang kesebelas, keduabelas, dan ketigabelas. Allah l mengkhususkan hari-hari tersebut sebagai hari-hari

untuk makan, minum, dan berdzikir. Dan hari-hari itulah yang menurut keterangan para ulama adalah

hari yang disebutkan dalam firman Allah l:“Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.” (Al-Baqarah: 203)

Dan Nabi n juga menyebutkan tentang hari-hari tersebut:و  ز   ذو بشو  م    م  

“Hari-hari Mina (hari nahr dan tasyriq) adalah hari-hari makan dan minum serta berdzikir kepada Allah l.”

(HR. Muslim)

Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah,

Berkaitan dengan dzikir yang Allah l perintahkan kaum muslimin untuk banyak mengucapkannya pada

hari-hari tasyriq dan hari-hari sebelumnya di awal bulan Dzulhijah, para ulama dalam Al-Lajnah Ad-

Da`imah menyebutkan fatwa sebagai berikut:“Disyariatkan pada Idul Adha takbir mutlak dan takbir muqayyad. Adapun takbir mutlak maka

(disyariatkan untuk dilakukan) pada seluruh waktu dari mulai awal masuknya bulan Dzulhijah sampai hari

yang terakhir dari hari-hari tasyriq. Sedangkan takbir muqayyad (disyariatkan untuk dilakukan) pada

setiap selesai shalat wajib mulai dari setelah selesai shalat subuh pada hari Arafah sampai setelah shalat

‘Ashr pada akhir hari tasyriq. Dan pensyariatkan hal tersebut ditunjukkan oleh ijma’ dan perbuatan para

sahabat g.” 

Hadirin rahimakumullah,

Akhirnya, marilah kita berusaha memanfaatkan hari-hari yang penuh dengan keutamaan untuk

menambah dan meningkatkan amal shalih kita. Begitu pula kita manfaatkan waktu yang ada untukmemperbanyak dzikir kepada Allah l. Sehingga kita akan menjadi orang yang mendapatkan kelapangan

hati, senantiasa takut kepada-Nya dan terjaga dari gangguan setan, serta faedah lainnya dari amalan

berdzikir kepada Allah l.

ذ   و ذ{ .

ا ن

ا    ونذ      وا  شا }.

ا

 

ا

 ت ا

 

   

 

 

 

  ظ ا

 آن ا

   

   ا

 ك

.

 

   ا

 

 

 ن

 

 ل

 ق

  ا

ا

 

 

 

 وه

 

 ذ

 

 

 ي

.

7/17/2019 Khutbah Jum'at

http://slidepdf.com/reader/full/khutbah-jumat-569091ced9e26 3/4

 Khutbah Kedua

ص    ع  ا        ا طا ع ص        ي  ا

ب    ا ش    ا با      ن

       ه   ا

 ن  ش  

ا 

   ا  ا   ش  ه      لق ي   ا غ

 

 ا

 ص

 شاا

   ا

 

 

 ي

 ه

 

 ا

 

 ا

 

 ا

  ص

  آ

 

 

 

 

 ن

   

  ا        ا:

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, 

Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah l dengan selalu menjalankan berbagai ketaatan kepada-

Nya. Di antara bentuk ketaatan yang sangat besar keutamaannya dan sangat penting untuk

mendekatkan diri kepada Allah l adalah menyembelih binatang qurban. Amalan ini merupakan sunnah

Nabi Ibrahim q dan Nabi kita Muhammad n. Maka seorang muslim yang memiliki kemampuan

semestinya menjalankan amal ibadah yang mulia ini, yaitu menyembelih hewan qurban, baik dia lakukan

sendiri dan ini lebih afdhal, atau meminta orang lain yang mengetahui hukum dan cara penyembelihanyang syar’i untuk melakukan penyembelihannya. Namun tidak boleh baginya untuk membayar upah

penyembelihannya dengan sebagian dari hewan qurbannya, baik itu kepalanya, kulitnya, atau yang

semisalnya. Meskipun boleh baginya untuk memberinya sebagai sedekah sebagaimana diberikan kepada

yang lainnya dari kalangan fakir miskin. Atau bisa pula dia memberikan sebagian dari hewan qurbannya

sebagai hadiah, sebagaimana dia berikan pula kepada yang lainnya baik tetangga ataupun kerabatnya

meskipun mereka orang yang kaya. Dan disunnahkan bagi orang yang berqurban untuk memakan

hewan sembelihannya, namun tidak boleh baginya untuk menjual bagian apapun dari hewan

sembelihannya. Begitu pula tidak boleh bagi orang yang berqurban untuk memotong rambut dan

kukunya dari mulai masuknya awal bulan Dzulhijah sampai dia melakukan ibadah penyembelihan hewan

qurban. Yang demikian tadi disebutkan dalam hadits-hadits yang shahih.

Saudara-saudaraku kaum muslimin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah l,

Disebutkan pula dalam hadits Nabi n, bahwa untuk melaksanakan ibadah qurban ini, tujuh orang atau

kurang bisa bergabung secara bersama-sama dengan menyembelih seekor onta atau sapi. Begitu pula

bisa dengan menyembelih seekor kambing, namun itu hanya mencukupi untuk satu orang. Namun

dengan menyembelih satu ekor kambing sudah mencukupi untuk diri dan keluarganya, baik yang masih

hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Dengan cara dia niatkan pahalanya untuk dirinya dan

seluruh keluarganya baik yang hidup maupun yang telah meninggal dunia1. Maka semua akan

mendapat keutamaan dan pahala yang sangat besar. Wallahu a’lam bish-shawab.

Hadirin rahimakumullah,

Ibadah menyembelih qurban ini harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah disyariatkan. Baik

yang berkaitan dengan waktu penyembelihan maupun yang berkaitan dengan kriteria dan syarat-syarat

hewan yang bisa dijadikan sebagai hewan qurban. Adapun yang berkaitan dengan waktu

penyembelihan, waktunya adalah dimulai dari setelah selesai shalat Idul Adha dan berakhir waktunya

menurut pendapat yang benar hingga tenggelamnya matahari pada hari ketiga belas di bulan

Dzulhijjah. Nabi n bersabda:

ى خ

 

 

 ح

 

 

 ن

 

 ق

 ح ذ

 

 

“Barangsiapa yang menyembelih sebelum shalat, maka sembelihlah (lagi) kambing untuk menggantikan

kambing (yang disembelih sebelum saatnya) tersebut.” (Muttafaqun ‘alaih) 

7/17/2019 Khutbah Jum'at

http://slidepdf.com/reader/full/khutbah-jumat-569091ced9e26 4/4

Hadirin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah l,

Adapun berkaitan dengan syarat hewan yang akan dijadikan sebagai hewan qurban, hewan tersebut

harus sudah mencapai umur yang telah ditentukan. Juga sebagaimana disebutkan dalam sabda Nabi n,

hewan itu bukanlah hewan yang buta satu matanya dan sangat jelas butanya, serta bukan pula hewan

yang terkena sakit dan sangat jelas sakitnya. Bukan pula hewan yang pincang sehingga tidak bisa

berjalan mengikuti lainnya, serta bukan hewan yang sudah sangat tua sehingga tidak pantas untuk

dikonsumsi dagingnya. Oleh karena itu, wajib bagi kaum muslimin untuk belajar dan bertanya kepada

ahlinya tentang hal-hal yang berkaitan dengan ibadah qurban ini.

Hadirin rahimakumullah,

Semestinya seseorang yang berqurban berusaha untuk mencari sebaik-baik hewan yang akan dijadikan

sebagai hewan qurban. Hewan yang tinggi nilai/harganya, seperti yang banyak dagingnya, bagus

warnanya, dan kuat/sehat tubuhnya, atau yang semisalnya. Karena, yang demikian termasuk bentuk

pengagungan terhadap syi’ar-syi’ar Allah l yang menunjukkan besarnya ketakwaan dirinya. Hal ini

sebagaimana tersebut dalam firman Allah l:

“Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu menunjukkan ketakwaanhati.” (Al-Hajj: 32)

Akhirnya, mudah-mudahan Allah l senantiasa memberikan kepada kita petunjuk-Nya sehingga kita bisa

menjalankan ibadah sebagaimana yang disyariatkan-Nya. Dan mudah-mudahan Allah l tidak menjadikan

kita menjadi orang yang sia-sia amalannya, karena beribadah dengan tidak ikhlas atau tidak sesuai

dengan petunjuk Rasulullah n dan Al-Khulafa` Ar-Rasyidin. Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

“Katakanlah: ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi

perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini,

sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya’.” (Al-Kahfi: 103-104)

ا ضرا جي    ص    آ  

  ك       

ص 

ا    شا

ا    ا 

 

ا  

ا   ج   ثن    ا م   ن     ي .

ا   ا  ا  

د ا ي.  ك 

ا  لذ ي   ا م   

 

اح ص  

ا .

 ا كد  

ي   ا لا      ت  ا ؤ ي  ا ؤ ت   ا ي    ا 

ا .ن 

 ف

  ات  

     ة خ  ا       ا     آ

     اات    اب ارس .

ا

 د

…   

 ا

 

 دز

 

 

 وه شا

 

 

 ا

  ظ ا

 ا

 وا ذان

 

 

 

 

 

.