5
ز ن ن أ و ل ن ن س ز أ ل ن ن ض ف أ ن ن ي أ س ل أ م ي ع أ ب ح م د أ ن ن ! " # ن ن$ ز% أ& ' ن ن( ! أ زي% " ع$ و)*+ أ أ ف ض ل ي", - ن ن أز* ف. أ , / و0 د/ أو1 ح أ2", 3 م*$. 4 ز( و أ5 6 ن ن* ! أ7 ع م 2", 8 ز+9 و أ2 ع: 8 دم; أ<0=/ أ3 >: أو2 ن ن? ح أ@ م ن ن س A أ7 ن ن= ن نB 5 ! أ7 ن ن أ 5 C أ د/ ن ن9 و أ<2D ح: 2 ن ن", 7 ن ن*( ! أE ن ن ز: <7 = ن ن س و 8 ن ن د>, أدF م ن ن! ح( C ! أ د/ ن ن9 و أ B G ! ن ن; 5 ! أ ز! ن ن9 5 و7 ’ي ن ن", / ! H 5 ! أ زي% 5 @ ي ض> أ&I ! م ح أ7 ن ن4 أ= ن ن(J KG ! أ74 حL و أ7 J 2", و7 ي", 7" أ2" ! L <7 ( M" ! ن ن س و 7 ع ن ن( ز ن ن أ NG ن ن ! أ = أ أ= ع>: ! أو8 وزD و8 و ز, وO دع4 ( ! أ< أزF يPQ مF ي"?: Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, RSTUVU WXYZ [UTZ \VVU] Subhanahu wata’ala ^ _U[[ `UaT bSVU] cSaTXbXd eSWUfU eZbU dS[UZe [UZe XbXdUa fUa cSaXhXaeUa dS[UZeg[UZe eZbU[ dXiZj RU`U [ShdUedZ [U]kUdUa dSdSc[U]Ua `UaT [Sh]Ue XabXe fZZ[UfU]Z fSaTUa [SaUh dSVUZa \VVU] Subhanahu wata’ala dScUbU `UaT cScZVZeZ UVgUdcUXV ]XdaUj RU`U YXTU [ShdUedZ [U]kU lU[ mX]UccUf Shallallahu ‘alaihi wasallam UfUVU] ]Uc[U fUa XbXdUagl`U `UaT bSVU] cSa`UcWUZeUa hZdUVU] fSaTUa WSaX] UcUaU] dS]ZaTTU cSaZaTTUVeUa XcUb ZaZ f UTUcU `UaT YSVUdj nZfUe UfU dUbX eS[UZeUa WXa eSiXUVZ XcUb bSVU] fZUYUe e UfU dUbX eSYSVSeUa WXa eSiXUVZ XcUb ZaZ bSVU] fZZaTUbeUa fUhZa`Uj R]UVUkU dSaUabZUdU bShiXhU]eUa eSWUfU lU[Z eZbU mX]UccUf [SdShbU eSVXUhTUa`U^ WUh fUa eUXc cXdVZcZa `UaT cSaTZeXbZ WSbXaYXea`Uj Hadirin rahimakumullah, mUhZVU] eZbU dSaUabZUdU [ShbUekU eSWUfU \VVU] Subhanahu wata’ala fSaTUa dS[SaUhg[SaUh bUekU fUa cUhZVU] eZbU cSaYUfZ ]Uc[Ug]Uc[Ugl`U `UaT [ShdUXfUhUj pUZbX [Sh ZcUa `UaT fZkXYXfeUa fSaTUa dUVZaT cSaiZabUZ^ eUdZ] dU`UaT^ fUa boVoaTgcS eS[SaUhUa dShbU dUVZaT cSaUdZ]UbZ fUa cSVUeXeUa UcUh cUqhXr aU]Z cXaTeUhj Jama’ah jum’ah rahimakumullah, \VgscUc \]cUf fUa UVgscUc mXdVZc hU]ZcU]XcUVVU] cShZkU`UbeUa fSaTUa VUrUf dScUeaU fUhZ YUVUa dU]U[Ub \[X uXhUZhU] t fUhZ lU[Z Shallallahu ‘alaihi wasallam [U]kU [SVZUX [ShdU[fU^

khutbah jumat.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

no

Citation preview

:Maasyiral muslimin rahimakumullah,Segala puji bagi AllahSubhanahu wataala, Rabb yang telah mengutus kepada kita sebaik-baik utusan dan menurunkan sebaik-baik kitab suci. Saya bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi dengan benar selain AllahSubhanahu wataalasemata yang memiliki al-asmaul husna. Saya juga bersaksi bahwa Nabi MuhammadShallallahu alaihi wasallamadalah hamba dan utusan-Nya yang telah menyampaikan risalah dengan penuh amanah sehingga meninggalkan umat ini di atas agama yang jelas. Tidak ada satu kebaikan pun kecuali umat telah diajak kepadanya. Tidak ada satu kejelekan pun kecuali umat ini telah diingatkan darinya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad beserta keluarganya, para sahabatnya, dan kaum muslimin yang mengikuti petunjuknya.Hadirin rahimakumullah,Marilah kita senantiasa bertakwa kepada AllahSubhanahu wataaladengan sebenar-benar takwa dan marilah kita menjadi hamba-hamba-Nya yang bersaudara. Yaitu bersaudara karena iman yang diwujudkan dengan saling mencintai, kasih sayang, dan tolong-menolong dalam kebenaran serta saling menasihati dan melakukan amar maruf nahi mungkar.Jamaah jumah rahimakumullah,Al-Imam Ahmad dan al-Imam Muslim rahimahumallah meriwayatkan dengan lafadz yang semakna dari jalan sahabat Abu Hurairah z dari NabiShallallahu alaihi wasallam bahwa beliau bersabda, Sesungguhnya AllahSubhanahu wataalameridhai untuk kalian tiga hal dan membenci dari kalian dari tiga hal: AllahSubhanahu wataalameridhai kalian agar beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun; berpegang kuat dengan agama AllahSubhanahu wataalasemuanya (bersatu) dan tidak bercerai berai; serta agar menasihati orang yang Allah telah jadikan sebagai penguasa bagi kalian. (Dan Allah) membenci kalian dari mengatakan (setiap apa yang) dikatakan (kepada kalian), banyak bertanya, dan membuang-buang harta. (HR. Ahmad dan Muslim)Hadirin rahimakumullah,Di dalam hadits yang mulia ini, Nabi Muhammad memberitakan bahwa AllahSubhanahu wataala meridhai kita untuk memiliki tiga sifat yang dengannya seseorang akan berbahagia di dunia dan akhirat. Sifat-sifat tersebut adalah: Yang pertama adalah agar kita memperbaiki akidah dengan memurnikan ibadah hanya untuk AllahSubhanahu wataaladan berlepas diri dari berbagai jenis kesyirikan. Ini adalah perkara pertama yang harus diperhatikan. Sebab, akidah merupakan pondasi yang dibangun di atasnya amalan seseorang. Apabila baik akidahnya, akan bernilai sebagai ibadah dan akan bermanfaat amal salehnya. Adapun jika rusak akidahnya, amalannya tidak bermanfaat dan tidak bernilai di sisi AllahSubhanahu wataala. Oleh karena itu, seluruh rasul diperintah untuk mengajak pada perbaikan akidah sebelum hal yang lainnya. Setiap rasul mengatakan, Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Rabb bagimu selain- Nya. (al-Araf: 59)Perkara kedua yang AllahSubhanahu wataalaridha terhadap hamba-Nya adalah agar kaum muslimin bersatu di atas agama-Nya dan meninggalkan perpecahan. Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk mengikuti jalan yang satu, yaitu jalan RasulullahShallallahu alaihi wasallamdan para sahabatnya. Kita tidak boleh berpecah belah dalam akidah dan ibadah serta dalam hal yang berkaitan dengan hukum-hukum agama. Meskipun tidak dimungkiri bahwa berbeda dan berselisih adalah sifat dan tabiat manusia, namun hal tersebut tidak berarti diperbolehkan. AllahSubhanahu wataalatelah memberikan jalan keluar ketika terjadi perselisihan, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya, Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al- Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya. (an-Nisa: 59)Maka dari itu, jangan sampai kaum muslimin memiliki akidah dan ibadah yang berbeda-beda. Begitu pula tidak boleh masing-masing menetapkan hukum, ini halal dan ini haram dari dirinya sendiri tanpa berdasarkan dalil dan bimbingan ulama.Jamaah Jumah rahimakumullah,Perlu diketahui bahwa berpecah belah adalah sifat orang-orang Yahudi dan Nasrani yang kita dilarang untuk mengikuti jalan mereka sebagaimana tersebut dalam firman AllahSubhanahu wataala, Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan al-kitab kepada mereka (Yahudi dan Nasrani) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata. (al-Bayyinah: 4)Di dalam ayat lainnya, AllahSubhanahu wataalaberfirman, Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. (Ali-Imran: 105)Dari ayat tersebut kita juga memahami bahwa perpecahan bukanlah rahmat. Justru perpecahan adalah azab dan akan membuat kaum muslimin saling bermusuhan. Perpecahan akan mencegah kaum muslimin untuk saling menolong dalam kebaikan.Oleh karena itu, yang semestinya dilakukan oleh kaum muslimin agar menjadi umat yang satu, yaitu dengan kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah serta mengikuti jalan Rasulullah saw, baik dalam akidah, ibadah, muamalah, maupun perselisihan yang terjadi di antara mereka.Perlu diingat, agama kita adalah agama yang menjaga persatuan dan kebersamaan dalam banyak permasalahan, seperti dalam bermasyarakat dan bernegara, maupun dalam menjalankan ibadah shalat, haji, berhari raya, dan yang semisalnya.Karena itu, sungguh memprihatinkan keadaan sebagian kaum muslimin yang berpecah-belah dalam kelompok-kelompok tertentu yang masing-masing bangga dengan kelompoknya serta fanatik buta membela kelompoknya tanpa melihat benar atau salah.

Khutbah Kedua . . :Maasyiral muslimin rahimakumullah,Adapun perkara ketiga yang AllahSubhanahu wataalaridha untuk kita menjalankannya adalah menegakkan nasihat terhadap penguasa dengan menaatinya, mendoakan kebaikan untuknya ataupun membantunya untuk kebaikannya dan kebaikan masyarakatnya. Penguasa yang dimaksud adalah penguasa muslim yang sah yang memimpin suatu negeri dan memiliki wilayah serta kekuatan, baik dia menjadi penguasa dengan cara dipilih maupun cara yang lainnya. AllahSubhanahu wataalaridha kepada kaum muslimin untuk menaati pemerintah dalam perkara yang maruf serta untuk tidak melanggar aturan yang telah ditetapkannya selama tidak bertentangan dengan syariat AllahSubhanahu wataala.Begitu pula orang-orang yang mengemban amanat atau tugas dari penguasa, seperti para pegawai pemerintahan atau yang semisalnya, wajib bagi mereka untuk menjalankan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. Tidak boleh baginya untuk memanfaatkan tugas yang diembannya sebagai kesempatan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau orang-orang dekatnya sehingga berlaku tidak adil dan merugikan masyarakat secara umum.Hadirin rahimakumullah,Perlu diingat pula bahwa adanya seorang pemimpin muslim bagi suatu masyarakat adalah karunia AllahSubhanahu wataalayang sangat besar. Tidak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi apabila suatu negara tidak ada pemimpinnya. Tentu kekacauan, rasa tidak aman, dan ketakutan akanmenyelimuti negeri tersebut. Namun, tentu saja seorang pemimpin tidak akan menjadi sebab kebaikan ketika masyarakat tidak mau menaatinya dan menghormatinya. Maka dari itu, sungguh hal ini merupakan prinsip-prinsip yang sangat penting untuk dipahami dan diamalkan.Demikianlah yang disebutkan dalam hadits yang mulia ini. Kandungannya akan mendatangkan kebaikan yang besar jika kaum muslimin mengamalkannya dalam kehidupannya.