120
Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010. KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF (Studi: Analisis Kinerja DPRD Kota Medan Periode 2004-2009) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Sarjana Diajukan oleh SRI PUJI NURHAYA 050906056 Dosen Pembimbing : Drs. Zakaria Taher, Ms.P Dosen Pembaca : Indra Fauzan S.H.I. M.Soc. Sc UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK MEDAN 2009

KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

  • Upload
    dodang

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF (Studi: Analisis Kinerja DPRD Kota Medan Periode 2004-2009)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Sarjana

Diajukan oleh

SRI PUJI NURHAYA

050906056

Dosen Pembimbing : Drs. Zakaria Taher, Ms.P

Dosen Pembaca : Indra Fauzan S.H.I. M.Soc. Sc

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU POLITIK MEDAN

2009

Page 2: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Kinerja Lembaga Legislatif ( Studi : Analisis Kinerja DPRD Kota Medan Periode

2004 -2009 )” , guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ilmu Politik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada

Kedua Orang Tua Penulis Ayahanda M.Hayat, SH dan Ibunda Nurasyiah, Nst yang

merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang, bimbingan,

motivasi, nasehat, bantuan, material serta doa yang tak pernah hentinya kepada

Penulis, dan Kepada Kakak dan Abang Penulis serta Keluarga Besar yang

memberikan dukungan baik moril dan materil serta doa yang tak pernah hentinya

kepada Penulis.

Dalam menyusun Skripsi ini, Penulis banyak memperoleh bantuan, bimbingan

dan pengarahan dari berbagai pihak. Dengan kerendahan hati, Penulis ucapkan

terimakasih kepada :

1. Bapak, Prof.Dr.H.M.Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak, Drs. Heri Kusmanto, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Page 3: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

3. Bapak, Drs. Zakaria Taher, Ms.P selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan banyak saran selama penulisan skripsi ini.

4. Bapak, Indra Fauzan, S.H.I.M.Soc.Sc selaku Dosen Pembaca yang telah

memberikan arahan dan petunjuk dalam penulisan skripsi.

5. Ibu Dra.Evi Novida Ginting selaku Dosen Wali yang memberikan bantuan dan

perhatiannya selama diperkuliahan.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara Jurusan Ilmu Politik yang telah memberikan bekal ilmu yang tidak ternilai

harganya selama masa kuliah.

7. Seluruh Staf Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara yang telah banyak memberikan bantuan kepada Penulis semasa kuliah

hingga selesai.

8. Kepada Senior – senior Ilmu Politik, bg Hendra, bg Rudi, bg Fuad yang telah

memberikan masukan dan saran selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh Staf DPRD Kota Medan, Penulis ucapkan banyak terima kasih atas

bantuan dan kerjasamanya.

10. Khususnya kepada Sahabat – sahabat qu, Nina, Icha, Filza, Nanda, Zaky dan

semua teman – teman ilmu politik angkatan 2005 terima kasih atas doa dan

dukungannya selama ini.

11. Kepada Teman-temanku diluar Perkuliahan, PieY MargoNda qu, LabOo

MarHotop, Yuni, Rissa Kapor, Maya Wali, Linda Jidad, Fanny, Kel Aji Unyung”,

yang telah banyak membantu dan mendukung sepenuh hati selama penulis

Page 4: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

menyelesaikan skripsi ini. Dan Teramat Special kepada Abg Yudi qu yang selama

ini telah banyak memberi Support, dan kepada semua pihak terkait yang telah

banyak membantu Penulis menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu dan yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis dengan segala kerendahan hati yang tulus berharap skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang bersangkutan.

Medan, November 2009

Penulis

Sri Puji Nurhaya

Page 5: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

ABSTRAK

Skripisi ini berjudul Kinerja Lembaga Legislatif ( Studi Tentang Kinerja DPRD Kota Medan ). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan Kinerja DPRD serta faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja DPRD Kota Medan Periode 2004-2009. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diolah dari hasil pengamatan dan wawancara dengan anggota DPRD serta pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi DPRD Kota Medan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Sekretariat DPRD dan Tokoh Masyarakat. Unit analisis dalam penelitian ini adalah DPRD Kota Medan sebagai suatu lembaga organisasi. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah Kelembagaan (Organisasi), Sumber Daya Manusia, dan Informasi sebagai variabel independen. Sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah Kinerja DPRD Kota Medan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja DPRD Kota Medan Periode 2004-2009 masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari indikator Akuntabilitas, Responsivitas dan Efektifitas. Rendahnya Kinerja DPRD Kota Medan ini dipengaruhi oleh faktor kelembagaan yaitu sarana dan prasarana, Sumber Daya Manusia yaitu pendidikan dan pengalaman, serta faktor informasi yaitu sumber informasi yang digunakan, keterbukaan menerima dan menyampaikan informasi, serta intensitas menyerap aspirasi masyarakat yang dimiliki oleh DPRD Kota Medan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ternyata faktor anggaran dan pembiayaan yang tinggi tidak berpengaruh terhadap kinerja DPRD Kota Medan.

Dalam peran serta pemberdayaan DPRD untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja DPRD Kota Medan dimasa yang akan datang, perlu diadakan pengenalan dan orientasi melalui pelatihan/kursus terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi DPRD sebagai lembaga perwakilan masyarakat daerah serta melalui pengembangan kualitas terhadap sistem persyaratan anggota legislatif melalui partai politik.

Page 6: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................... iv

BAB I ..................................................................................................

Pendahuluan ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 6

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7

1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7

1.5. Kerangka Teori ............................................................................ 7

1.5.1. Parlemen........................................................................... 7

1.5.1.1. Pengertian Parlemen.......................................... 8

1.5.1.2. Fungsi Parlemen ................................................ 9

a. Fungsi Perwakilan .......................................... 9

b. Fungsi Legislasi.............................................. 12

c. Fungsi Pengawasan ....................................... 13

d. Fungsi Anggaran ............................................ 14

1.5.2. Teori Perwakilan Politik ........................................ 16

1.5.2.1. Teori Mandat ...................................................... 16

1.5.3. Kinerja Lembaga DPRD .................................................... 17

1.5.3.1 Pengertian Kinerja .............................................. 17

1.5.3.2. Pengukuran Kinerja ............................................ 18

a. Akuntabilitas ................................................... 22

b. Responsivitas ................................................. 25

c. Efektifitas ........................................................ 26

1.5.4. Faktor- faktor yang mempengaruhi Kinerja........................ 27

a. Faktor– Faktor Internal ................................... 27

b. faktor – Faktor Eksternal ................................ 28

Page 7: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

1.6. Metodologi Penelitian .................................................................. 35

1.6.1. Jenis Penelitian ................................................................. 35

1.6.2. Lokasi Penelitian ............................................................... 36

1.6.3. Sumber Data ..................................................................... 36

1.6.4. Teknik Mengumpulkan Data ............................................. 37

1.6.5. Teknik Analisis Data ......................................................... 38

1.6.6. Definisi Konsep ................................................................. 38

1.6.7. Definisi Operasional............................................................. 39

1.6.8. Sistematika Penulisan........................................................ 41

BAB II ..................................................................................................

Sejarah Kota Medan ............................................................................ 42

2.1. Medan Tanah Deli ....................................................................... 42

2.2. Kampung Medan dan Tembakau Deli ......................................... 43

2.3. Legenda Kota Medan .................................................................. 47

2.4. Penjajahan Belanda di Tanah Deli .............................................. 48

2.5. Kota Medan Menyambut Kemerdekaan

Republik Indonesia ...................................................................... 51

2.6. Deskripsi DPRD Kota Medan ..................................................... 53

2.6.1. Sejarah Perkembangan DPRD ......................................... 53

2.6.2. Susunan Organisasi dan Tata Kerja

DPRD Kota Medan ........................................................... 57

a. Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ............ 57

b. Wewenang dan Tugas Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah ......................................................................... 58

c. Hak - Hak Anggota DPRD ............................................ 59

BAB III....................................................................................................

Hasil Dan Pembahasan ...................................................................... 66

3.1. Kinerja DPRD Kota Medan .......................................................... 66

Page 8: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

3.2. Indikator Kinerja DPRD Kota Medan ........................................... 69

a. Akuntabilitas .......................................................................... 69

b. Responsivitas ........................................................................ 72

c. Efektifitas............................................................................... 74

3.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja DPRD...................... 82

a. Kelembagaan (Organisasi).................................................... 82

b. Sumber Daya Manusia .......................................................... 86

c. Informasi ............................................................................... 94

BAB IV ...............................................................................................

Simpulan Dan Saran ............................................................................ 100

4.1. Simpulan ....................................................................................... 100

4.2. Saran ............................................................................................ 102

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 103

Page 9: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan salah satu lembaga atau badan

perwakilan rakyat di daerah yang mencerminkan struktur dan sistem pemerintahan

demokratis di daerah, sebagaimana terkandung dalam pasal 18 UUD 1945,

penjabarannya lebih lanjut pada UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah. DPRD dalam melaksanakan tugasnya, mempunyai hak (Pasal 19, 20 dan 21),

wewenang (Pasal 18) dan kewajiban (Pasal 22) didalam mengemban tugas sebagai

wakil rakyat. Pemberian hak-hak yang luas kepada DPRD, merupakan suatu petunjuk

bahwa upaya demokratisasi pemerintahan daerah diharapkan makin menunjukkan

bentuk yang lebih nyata. Selanjutnya menurut Marbun (1994, 129) DPRD adalah

merupakan unsur pemerintah daerah yang susunannya mencerminkan perwakilan

seluruh rakyat daerah dan komposisi serta anggotanya adalah mereka yang telah

diambil sumpah/janji serta dilantik dengan keputusan Menteri Dalam Negeri atas

nama Presiden, sesuai dengan hasil Pemilu maupun pengangkatan.

Secara umum, fungsi badan perwakilan berkisar pada fungsi perundang-

undangan, fungsi keuangan dan fungsi pengawasan. Keseluruhan hak DPRD yang

diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 pada dasarnya telah memuat fungsi-fungsi

tersebut. Sebagai lembaga legislatif, DPRD berfungsi membuat peraturan perundang-

undangan. Melalui fungsi ini DPRD mengaktualisasikan diri sebagai wakil rakyat.

Page 10: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Pasal 18 (d) dan 19 (d) UU Nomor 32 Tahun 2004 mengatur kewenangan DPRD

dalam menjalankan fungsi perundang-undangan. Fungsi lain DPRD adalah

menetapkan kebijaksanaan keuangan. Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 telah diatur

hak anggaran sebagai salah satu hak DPRD. Hak anggaran memberi kewenangan

kepada DPRD untuk ikut menetapkan atau merumuskan kebijakan daerah dalam

menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Disamping itu, DPRD

juga mempunyai hak untuk menentukan anggaran belanja sendiri (pasal 19 g). Dalam

konteks pengawasan, penetapan kebijakan dan peraturan perundangan oleh DPRD,

merupakan tahap pertama dari proses pengawasan. Penilaian terhadap pelaksanaan

peraturan-peraturan daerah oleh eksekutif adalah bentuk pengawasan lainnya. DPRD

sebagai lembaga politik melakukan pengawasan secara politis, yang tercermin dalam

hak-hak DPRD yaitu hak mengajukan pertanyaan, hak meminta keterangan dan hak

penyelidikan.

DPRD sebagai organisasi publik, senantiasa mengalami dinamika dan

perubahan yang diakibatkan oleh adanya perubahan lingkungan, sehingga dalam

organisasi perlu menyesuaikan dengan perubahan tersebut agar lebih efektif, efisien,

kompetitif, adaptif dan responsibility dalam pencapaian tujuan. Widodo (2001)

mempertegas hal ini, bahwa “organisasi mengalami perubahan dalam rangka

mencapai tujuan, bukan saja karena lingkungan dimana organisasi berada mengalami

perubahan, tapi juga tujuan organisasi”. Ini merupakan suatu keharusan agar

organisasi dapat menyesuaikan permasalahan, tuntutan dan keinginan masyarakat.

Perubahan tujuan ini akan menjadi pedoman, referensi dan sekaligus mengukur

Page 11: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

kinerja (performance) organisasi yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas

pokok dan fungsinya. Lebih lanjut, Icklis (Rondinelly, 1990) menegaskan bahwa

didalam organisasi yang berusaha untuk menjadi lebih kompetitif, responsif dan

adaptif, tujuan utama haruslah pada upaya mendorong semangat kerja sendiri diantara

para kliennya atau di dalam masyarakat dimana ia berhubungan.

Sisi kelemahan dimasa Orde Baru dapat juga dilihat dari besarnya kekuasaan

pemerintah (eksekutif) dibandingkan lembaga perwakilan rakyat (legislatif). Sebagai

negara demokrasi masing-masing lembaga, yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif

seharusnya mempunyai kekuasaan mandiri, tanpa intervensi kekuasaan antar lembaga

tersebut. Selama Orde Baru dapat dikatakan kuatnya dominasi eksekutif terhadap

legislatif dan yudiktif sehingga terdapat kerancuan dalam proses pembangunan

negara. Istilah kekuasaan otoriter berselubungkan demokrasi dapat diungkapkan

melihat fenomena negara Republik Indonesia selama 32 tahun di bawah

pemerintahan Orde Baru.

Dari kondisi ini dapat ditarik beberapa persoalan yang dapat didentifikasi

sebagai bentuk kurang berfungsi lembaga DPRD, dalam mendukung demokrasi di

daerah baik dalam proses pembentukan maupun kinerja yang dihasilkan sebagai

berikut :

1. Penyalahgunaan jabatan sebagai lembaga DPRD dalam pelaksanaan tugas

Pemerintah Daerah sehingga menjadikan tidak optimalnya fungsi kontrol

lembaga DPRD terhadap kinerjanya. Disisi lain juga mengakibatkan

Page 12: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

kerancuan pemehaman terhadap kedudukan DPRD sebagai lembaga DPRD

yang berfungsi sebagai tempat penyaluran aspirasi masyarakat di daerah.

Pada hasil jajak pendapat (Kompas 9/3/2003 :32) mengatakan :

“Fungsi pengawasan terhadap kinerja Eksekutif yang selama ini mandul, kini rajin dijalankan. Namun sebuah prestasi tidak selalu identik dengan kesempurnaan. Apalagi jika beragam kasus korupsi, penyalahgunaan jabatan dan tindakan tercela tidak luput dalam segenap akitifitas para wakil rakyat. Bahkan kini nyaris terjadi diseluruh pelosok negeri ini”.

2. Dipihak lain masalah lembaga DPRD yang juga dipersoalkan, karena

keanggotannya lebih banyak mementingkan terhadap golongan/partai yang

diwakilinya dari pada kepentingan masyarakat sehingga berdampak terhadap

tidak tersalurnya aspirasi masyarakat dengan baik dan efektif sesuai dengan

tuntutan yang dikehendaki.

Pada hasil jajak pendapat (Kompas 9/3/2003 :32) mengatakan :

“Kesimpulan ini terangkum dari pernyataan 35 persen responden yang beranggapan DPRD di daerah lebih mengutamakan kepentingan partai politiknya dibanding kepentingan masyarakat. Bahkan hal ini diperkuat pula oleh separuh responden yang menyatakan kinerja DPRD di daerah saat ini lebih banyak menyuarakan kepentingan pribadi masing-masing individu”.

Padahal peran yang diharapkan dari Lembaga DPRD amat strategis dalam

upaya pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan daerah. DPRD

diharapkan mampu menjadi penyambung aspirasi dan kepentingan masyarakat

daerah, guna kemajuan kemakmuran masyarakat sehingga dengan keluarnya Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 membawa perubahan dan paradigma baru terhadap

penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Page 13: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh lembaga

legislatif sebagai representasi dari masyarakat/rakyat yang diwakilinya, peningkatan

kinerja merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan output guna pencapaian

tujuan dari keberadaan lembaga ini. Pada umumnya, kinerja organisasi adalah

seberapa jauh output yang dihasilkan memenuhi target (rencana yang telah

ditetapkan), sehingga optimalisasi peran DPRD dalam pelaksanaan otonomi daerah

menjadi sangat krusial. Itu bukan saja karena ia merupakan tempat lahirnya semua

peraturan yang menjadi landasan bagi setiap kebijakan publik yang diterapkan di

daerah, tetapi karena posisinya yang menentukan dalam proses pengawasan

pemerintahan. Karena itu, penguatan posisi lembaga DPRD di era otonomi daerah ini

merupakan kebutuhan yang harus diupayakan jalan keluarnya, agar dapat

melaksanakan tugas, wewenang dan hak-haknya secara efektif sebagai lembaga

legislatif daerah. Optimalisasi peran ini sangat dipengaruhi, baik faktor internal

maupun eksternal lembaga ini.

Peran yang diharapkan dari Lembaga DPRD amat strategis dalam upaya

pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan daerah. DPRD diharapkan

mampu menjadi penyambung aspirasi dan kepentingan masyarakat daerah, guna

kemajuan kemakmuran masyarakat sehingga dengan keluarnya Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 membawa perubahan dan paradigma baru terhadap

penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah, DPRD mempunyai peran yang

sangat besar dalam mewarnai jalannya pemerintahan daerah otonom. Dengan peran

Page 14: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

yang demikian itu, aspek responsibilitas dalam pelaksanaan tugas menjadi salah satu

faktor penentu dalam memaknai dan memberikan manfaat terhadap jalannya

pemerintahan di daerah guna mewujudkan masyarakaet yang sejahtera dan berdaulat.

Pemahaman ini sekaligus menyajikan pandangan bahwa lembaga legislatif perlu terus

mengembangkan dirinya, yang tentunya tidak bisa terlepas dari dinamika kualitas

infrastruktur politik, hubungan dengan lembaga lainnya dalam bingkai nilai-nilai

pemerintahan nasional.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh lembaga

legislatif sebagai representasi dari masyarakat/rakyat yang diwakilinya, peningkatan

kinerja merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan output guna pencapaian

tujuan dari keberadaan lembaga ini. Pada umumnya, kinerja organisasi adalah

seberapa jauh output yang dihasilkan memenuhi target (rencana yang telah

ditetapkan), sehingga optimalisasi peran DPRD dalam pelaksanaan otonomi daerah

menjadi sangat krusial. Itu bukan saja karena ia merupakan tempat lahirnya semua

peraturan yang menjadi landasan bagi setiap kebijakan publik yang diterapkan di

daerah, tetapi karena posisinya yang menentukan dalam proses pengawasan

pemerintahan. Karena itu, penguatan posisi lembaga DPRD di era otonomi daerah ini

merupakan kebutuhan yang harus diupayakan jalan keluarnya, agar dapat

melaksanakan tugas, wewenang dan hak-haknya secara efektif sebagai lembaga

legislatif daerah. Optimalisasi peran ini sangat dipengaruhi, baik faktor internal

maupun eksternal lembaga ini.

Page 15: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui dan membahas, bagaimana

kinerja lembaga DPRD di Kota Medan dan faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhinya.

1.2. Perumusan Masalah

Dari uraian di dalam latar belakang sebagaimana di atas, maka penulis tertarik

untuk melakukan pengkajian terhadap kinerja lembaga legislatif yang menjadi the

core problem penelitian tentang kinerja DPRD Kota Medan penulis memberikan

rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Mengapa Kinerja DPRD Kota Medan rendah dilihat dari aspek

Akuntabilitas, Responsivitas dan Efektifitas?

2. Bagaimana meningkatkan Kinerja DPRD Kota Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian adalah sarana fundamental untuk memenuhi pemecahan masalah secara

ilmiah, untuk itu penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimanakah kinerja DPRD Kota Medan yang dilihat

dari aspek Akuntabilitas, Responsivitas dan Efektifitas.

Page 16: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya

kinerja DPRD, sehingga dapat diidentifikasi dan dianalisis masalah dan

kendala dalam pelaksanaan fungsi DPRD Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat penelitian ini diharapkan adalah :

1. Dapat memberikan hasil atau manfaat dalam usaha meningkatkan serta

mengembangkan kualitas agar menghasilkan kinerja yang lebih baik sebagai

lembaga DPRD, khususnya DPRD Kota Medan.

3. Untuk memberikan sumbangsih pemikiran dalam rangka meningkatkan

kinerja DPRD Kota Medan.

1.5. KERANGKA TEORI

1.5.1. PARLEMEN

Badan politik yang kita kenal sebagai DPR, dalam bahasa Eropa adalah

Parliament, di Amerika dikenal sebagai legislature. Perbedaan istilah ini

mengandung makna yang cukup dalam dan strategis. Dalam bahasa Eropa parlemen

mengandung makna “pembicaraan” masalah-masalah kenegaraan, sedangkan di

Amerika legislator mengandung makna badan pembuat undang-undang (badan

legislatif atau law making body). Dalam kenyataan kedua perbedaan tersebut terlihat

pada fungsi politik masing-masing. Namun karena badan politik ini diciptakan di

Eropa maka kita akan mengkaji sejarah pertumbuhan parlemen dalam konteks sejarah

Eropa.

Page 17: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Pada mulanya parlemen terdiri dari para raja, bangsawan, tuan-tuan tanah

serta petinggi agama.1

Parlemen dalam istilah teknis biasanya disebut legislature yang artinya badan

pembuat undang-undang (legislator). Ditinjau dari fungsinya maka parlemen tidaklah

berbeda dengan institusi perpolitikan. Untuk memperoleh defenisi parlemen sebagai

badan politik yang berbeda dari badan-badan politik lainya harus ditemukan ciri-ciri

khusus yang dapat membedakannya dengan badan lain di luar parlemen. Nelsom W.

Polsby yang mencoba membandingkan parlemen (legislature) dengan badan politik

lain, eksekutif dan birokrasi. Parlemen berbeda secara khusus dari badan lain karena

psarlemen merupakan organisasi yang beranggotakan lebih dari satu (multimember),

Pada abad ke empat belas, pertemuan dengan raja

dikembangkan menjadi media penghubung yang diperlukan raja. Para petinggi

kerajaan diharapkan kehadiranya dalam pertemuan ini untuk dimintai informasi atau

nasehat oleh raja berkenaan dengan persoalan-persoalan politik dan administrasi

kerajaan yang dirasa mempengaruhi masa depan kerajaan, sejak itu pertemuan

konsultasi lambat laun berkembang menjadi yang kita kenal dengan parlemen di

Inggris. Pada abad ke-17 hubungan antara raja dengan parlemen berubah. Pengaruh

para bangsawaan, pengusaha dan gereja dalam kehidupan ekonomi tercermin pada

keanggotaan parlemen. Sumber daya yang mereka kuasai menyebabkan parlemen

didominasi oleh tiga kekuatan politik tersebut.

1.5.1.1.Pengertian Parlemen

1 Bambang Cipto. 1995. Dewan Perwakilan Rakyat. Jakarta: Raja Grafindo Persada. hal.2

Page 18: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

menggunakan metode negoisasi dan pemilihan sebelum mengambil keputusan, dan

bertanggung jawab pada rakyat.2

a. Fungsi Perwakilan

1.5.1.2. Fungsi Parlemen

Fungsi pokok parlemen tidak harus diartikan sebagai pembuat undang-undang

(law-making body) semata-mata namun juga perlu juga dilihat sebagai media

komunikasi antara rakyat dengan pemerintah. Dalam pemerintahan sistem Parlemen

ia juga berfungsi sebagai jalur rekrutmen kepemimpinan politik.

Di Indonesia, menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2003 Tentang Susunan

dan kedudukan DPR, DPD, DPRD adalah, sbb :

Fungsi perwakilan (representasi) pada hakekanya merupakan

hubungan antara lembaga legislatif, khususnya anggota DPRD dengan

anggota masyarakat yang mereka wakili, baik secara individu, berdasarkan

kelompok maupun secara keseluruhan. Pandangan yang melihat bahwa

hubungan tersebut merupakan salah satu masalah politik di dalam kehidupan

sistem politik pada umumnya dan di dalam proses kehidupan badan legislatif

pada khususnya, bertolak dari teori demokrasi yang mengajarkan bahwa

anggota masyarakat mengambil bagian atau berpartisipasi di dalam proses

perumusan dan penentuan kebijakan pemerintah. Dengan kata lain,

pemerintah melakukan kegiatan sesuai dengan kehendak rakyat. Oleh karena

sedemikian banyaknya rakyat dalam suatu sistem politik, maka demokrasi

2 Bambang Cipto. Ibid hal.6

Page 19: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

menentukan bahwa sebagian dari partisipasi anggota masyarakat dilakukan

melalui wakil mereka di dalam badan legislatif. Dalam konteks ini, para wakil

rakyatlah yang bertindak atas nama pihak yang mewakili dan merumuskan

serta memutuskan kebijakan tentang berbagai aspek kehidupan, sehingga kita

mengenal adanya Pemilihan Umum guna melembagakan partisipasi

masyarakat dalam menentukan anggota badan legislatif. Oleh karena itu,

idealnya anggota DPRD harus bertindak dan berperilaku sebagai representasi

masyarakat untuk setiap tindak tanduk dalam seluruh kegiatannya.

Memuaskan kehendak masyarakat atau kemauan publik adalah esensi

dari fungsi anggota serta lembaga legislatif itu sendiri sebagai wakil rakyat.

Akan tetapi perlu diingat bahwa badan legislatif merupakan salah satu unit

dari sistem politik, disamping anggota masyarakat yang terdiri dari berbagai

kelompok kepentingan, oleh karena itu anggota DPRD perlu

mempertimbangkan berbagai kehendak atau opini yang ada, baik yang datang

dari perorangan maupun dari berbagai kesatuan individu seperti kekuatan

sosial politik, kelompok kepentingan, eksekutif dan sebagainya. Dengan

demikian, para wakil rakyat dituntut untuk menyelaraskan berbagai kehendak

atau opini tersebut dalam proses perumusan dan penetapan kebijakan, dengan

mengutamakan kehendak atau opini publik yang diwakili tanpa

mengorbankan sistem politik secara menyeluruh.

Atas dasar pemikiran tersebut, keberhasilan para wakil rakyat (DPRD)

untuk menegakkan keserasian antara kepentingan anggota masyarakat yang

Page 20: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

diwakilinya dengan kepentingan berbagai kelompok dan lembaga menurut

Sanit (1985, 205) harus memperhatikan empat faktor, yakni :

1) Integritas dan kemampuan atau keterampilan anggota badan legislatif. 2) Pola hubungan anggota badan tersebut dengan anggota masyarakat yang

mereka wakili yang tercermin di dalam sistem perwakilan yang berlaku. 3) Struktur organisasi badan legislatif yang merupakan kerangka formal bagi

kegiatan anggota dalam bertindak sebagai wakil rakyat. 4) Hubungan yang tercermin dalam pengaruh timbal balik antara badan

legislatif dengan eksekutif dan lembaga-lembaga lainnya sebagai unit-unit pemerintahan di tingkat daerah, serta hubungan badan tersebut dengan lembaga-lembaga yang sama di tingkat yang lebih tinggi hierarkinya.

Berdasarkan kondisi tersebut, dapat digambarkan kemungkinan

orientasi anggota DPRD dalam melaksanakan fungsinya sebagai lembaga

legislatif di daerah. Tipe orientasi anggota DPRD menurut Sanit (ibid, 228)

adalah sebagai berikut :

1) Orientasi kepada nilai dan kepentingan anggota itu sendiri (wali/trustee). 2) Orientasi kepada anggota masyarakat yang diwakilinya (delegasi/utusan). 3) Orientasi gabungan tipe wali dan utusan (politico). 4) Orientasi kepada organisasi politik yang menggerakkan dukungan

terhadapnya (partisan). 5) Orientasi kepada pemerintah (eksekutif).

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa dari sekian banyak

serta tingginya kompleksitas persoalan-persoalan yang dihadapi para wakil

rakyat, maka idealnya fungsi representasi DPRD akan terpenuhi apabila

anggota DPRD memenuhi persyaratan politik, pendidikan, moral, integritas,

pengalaman, sehat jasmani dan rokhani serta kemampuan artikulasi yang

memadai.

b. Fungsi Legislasi

Page 21: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Dengan mengikuti kelaziman teori-teori ketatanegaraan pada

umumnya, maka fungsi utama lembaga perwakilan rakyat adalah di bidang

legislatif. Keberadaan DPRD tidak dapat dilepaskan dari konsep “Trias

Politica” yang ditawarkan oleh Montesquei (Thaib, 2001 ; 44), dengan

memisahkan kekuasaan ke dalam tiga bidang kekuasaan, yakni eksekutif,

legislatif dan yudikatif. Lebih lanjut, konsep Trias Politica menghendaki

terciptanya suasana “Check and balances” karena masing-masing organ

kekuasaan dapat saling mengawasi, saling menguji, sehingga tidak mungkin

organ-organ kekuasaan itu melampaui batas kekuasaan yang telah ditentukan,

atau dengan kata lain terdapat perimbangan kekuasaan antar lembaga-lembaga

tersebut.

Dalam konteks DPRD sebagai lembaga legislatif, fungsi pembuatan

peraturan daerah merupakan fungsi utama karena melalui fungsi ini, DPRD

dapat menunjukkan warna dan karakter serta kualitasnya baik secara material

maupun fungsional. Disamping itu, kadar peraturan daerah yang dihasilkan

oleh DPRD dapat menjadi ukuran kemampuan DPRD dalam melaksanakan

fungsinya, mengingat pembuatan suatu peraturan daerah yang baik harus

dipenuhi beberapa persyaratan tertentu, sebagaimana dikemukakan oleh

Soejito (1983, 22).

a. Bahwa peraturan daerah harus ditetapkan oleh Kepala daerah dengan persetujuan DPRD yang bersangkutan.

b. Peraturan daerah dibuat menurut bentuk yang ditentukan oleh Menteri Dalam Negeri.

c. Peraturan daerah harus ditandatangani oleh Kepala Daerah serta ditandatangani oleh Ketua DPRD yang bersangkutan.

Page 22: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

d. Peraturan daerah yang memerlukan pengesahan tidak boleh diundangkan sebelum pengesahan itu diperoleh atau sebelum jangka waktu yang ditentukan oleh pengesahannya berakhir.

e. Peraturan daerah baru mempunyai kekuatan hukum dan mengikat setelah diundangkan dalam lembaran daerah yang bersangkutan.

Memperhatikan pendapat diatas, suatu peraturan daerah dapat

dikatakan baik apabila telah memenuhi berbagai syarat tersebut, sehingga

terlaksananya fungsi ini dengan baik akan sangat ditentukan oleh tingkat

pemahaman anggota legislatif terhadap apa yang menjadi aspirasi masyarakat,

kebutuhan daerah, proses pembuatan kebijakan serta pengawasan atas

kebijakan yang dihasilkan.

c. Fungsi Pengawasan

Bertitik tolak dari hakekat DPRD sebagai lembaga legislatif daerah,

maka pengawasan terhadap eksekutif merupakan fungsi lain DPRD.

Pengawasan dilakukan melalui penggunaan hak-hak yang dimiliki oleh

DPRD. Tuntutan akan pelaksanaan fungsi pengawasan menjadi sangat

penting, sebagaimana dikemukakan oleh Effendi (1989, 23).

“Pelaksanaan fungsi pengawasan oleh badan perwakilan rakyat terhadap perumusan pelaksanaan kebijaksanaan-kebijaksanaan Negara amat menarik perhatian peneliti ilmu politik maupun peneliti administrasi negara oleh karena itu merupakan suatu indikator dari pelaksanaan kedaulatan rakyat yang menjadi inti sistem demokrasi Pancasila. …………. terlepas dari ada atau tidaknya penyelewengan atau pemborosan dan inefisiensi, berbagai bentuk pengawasan, termasuk pengawasan legislatif tetap diperlukan karena fungsi ini merupakan salah satu fungsi intern dalam pengelolaan pembangunan. …………. bahwa pengawasan legislatif adalah salah satu pencerminan demokrasi Pancasila dan karena itu perlu dilaksanakan agar rakyat dapat berpartisipasi dalam pengelolaan pembangunan.

Page 23: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Dengan demikian, pengawasan oleh DPRD terhadap penyelenggaraan

pemerintahan sangat penting guna menjaga adanya keserasian

penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan yang efisien dan

berhasil guna serta dapat menghindari dan mengatasi segala bentuk

penyelewengan yang dapat merugikan atau membahayakan hak dan

kepentingan negara, daerah dan masyarakat. Fungsi pengawasan oleh DPRD

adalah salah satu bentuk pengawasan yang sangat penting diperlukan

pelaksanaannya dalam pengelolaan pembangunan, sebagai refleksi partisipasi

masyarakat dan hakekat kedaulatan rakyat yang dilaksanakan lewat para

wakilnya dalam lembaga perwakilan, sebagai hakekat demokrasi Pancasila.

d. Fungsi Anggaran

Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004, terdapat ketentuan yang mengatur

tentang hubungan antara eksekutif dan legislatif, khususnya dibidang

anggaran (Pasal 18 e). Sebenarnya, hubungan dibidang anggaran antara

eksekutif dan legislatif telah tercermin dalam fungsi legislasi yang dimiliki

oleh DPRD, mengingat APBD dituangkan kedalam Peraturan Daerah,

sehingga tanpa adanya hubungan konstitusional tersebut, tidak mungkin ada

Peraturan daerah yang akan mengatur segala sesuatu di bidang anggaran dan

keuangan daerah.

Dalam konteks fungsi anggaran ini, hal yang paling mendasar adalah

ketentuan konstitusional yang menggariskan bahwa kedudukan yang kuat

Page 24: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

diberikan kepada DPRD hendaknya disertai pula oleh tanggung jawab yang

besar terhadap rakyat yang diwakilinya, mengingat kenyataan selama ini

menunjukkan bahwa DPRD belum pernah menolak rancangan APBD yang

disampaikan oleh pihak eksekutif pada setiap permulaan tahun anggaran,

kecuali melakukan perubahan-perubahan. Dengan demikian, dalam hal

menetapkan pajak maupun APBD, kedudukan DPRD lebih kuat daripada

pemerintah. Hal ini menunjukkan besarnya kedaulatan rakyat dalam

menentukan jalannya pemerintahan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan

hasil kerja yang telah dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab yang dimilikinya, sehingga

pengukuran kinerja merupakan metode untuk menilai kemajuan yang telah dicapai

oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi dibandingkan dengan dengan

tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran digunakan untuk penilaian atas

keberhasilan, kegagalan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi yang

didasarkan pada tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan

visi dan misi organisasi.

Indikator yang dapat dipergunakan untuk mengukur kinerja DPRD adalah

sejauhmana pelaksanaan fungsi-fungsi yang melekat dalam institusi DPRD tersebut

dilaksanakan dikaitkan dengan aspek responsivitas, produktivitas dan kualitas

layanan. Meskipun DPRD sebagai lembaga legislatif daerah, namun penggunaan

konsep organisasi publik dipandang tepat karena institusi ini merupakan lembaga

Page 25: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

yang berfungsi menyalurkan aspirasi masyarakat, membuat/menghasilkan kebijakan

atau peraturan yang berdampak pada masyarakat banyak.

1.5.2. TEORI PERWAKILAN POLITIK

1.5.2.1. Teori Mandat

Duduknya seseorang di Lembaga Perwakilan baik itu karena penunjukan

maupun melalui pemilihan umum, mengakibatkan timbulnya hubungan si wakil

dengan yang diwakilinya. Pertama dibahas hubungan tersebut dengan teori yaitu: Si

wakil dianggap duduk di Lembaga Perwakilan karena mandat dari rakyat sehingga

disebut mandataris. Teori mandat dibagi atas 3 (tiga) jenis yakni :

1) Mandat Imperatif : menurut ajaran ini si wakil bertindak di lembaga

perwakilan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh yang diwakilinya. Si

wakil tidak bisa bertindak diluar instruksi tersebut dan apabila ada hal-hal

yang baru yang tidak terdapat dalam instriksi tersebut maka si wakil harus

mendapat instruksi dari yang diwakilinya baru dapat dilaksanakannya.

2) Mandat Bebas : menurut ajaran ini si wakil adalah orang-orang yang

terpercaya dan terpilih serta memiliki kesadaran hukum masyarakat yang

diwakilinya, sehingga si wakil dapat bertindak atas nama mereka yang

diwakilinya atau atas nama rakyat.

3) Mandat Reprensetatif : si wakil dianggap bergabung dalam satu lembaga

perwakilan. Rakyat memilih dan memberikan mandat pada lembaga

perwakilan, sehingga si wakil sebagai individu tidak ada hubungan dengan

Page 26: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

pemilihnya apalagi pertanggungjawabannya, lembaga perwakilan inilah

bertanggung jawab pada rakyat.

1.5.3. Kinerja Lembaga DPRD

1.5.3.1. Pengertian Kinerja

Bagi setiap organisasi, penilian terhadap kinerja merupakan suatu hal yang

penting untuk dapat mengetahui sejauh mana tujuan organisasi tersebut berhasil

diwujudkan dalam jangka waktu atau periode tertentu. Secara umum kinerja adalah

padanan kata dari “performance”. Konsep kinerja menurut Rue dan Byars3

Kemudian kinerja atau performance menurut Suyadi Prawirosentono

dapat

didefinisikan sebagai pencapai hasil atau the degree of accomplishment. Dengan kata

lain, kinerja merupakan tingkat pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian

bahwa kinerja merupakan suatu tingkatan sejauhmana proses kegiatan organisasi itu

memberikan hasil atau mencapai tujuan.

4

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa kinerja berhubungan

dengan bagaimana melakukan suatu pekerjaan dan menyempurnakan hasil pekerjaan

adalah

“Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika”.4

3 Dalam Yeremias T Keban, 1995, Indikator Kinerja Pemerintah Daerah : Pendekatan Manajement dan

Kebijakan, Seminar Sehari Kinerja Organisasi Sektor Publik, Kebijakan dan Penerapan, 20 Mei 1995, Yogyakarta, MAP-UGM. Hal 1

4 Suyudi Prawirosentono, 1992, Kebijakan Kinerja Karyawan : Kiat Membangun Organisasi Kompetitif Menjelang Perdagangan Bebas Dunia, BPFE, Yogyakarta. Hal 2

Page 27: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

berdasarkan tanggungjawab namun tetap mentaati segala peraturan-peraturan, moral

maupun etika.

Sejalan dengan pengertian di atas, Bernardin dan Rusell menyebutkan bahwa

:5

Untuk dapat mempelajari kinerja suatu organisasi, harus diketahui ukuran

keberhasilan untuk menilai kinerja tersebut. Sehingga indikator atau ukuran kinerja

“Performance is defined as the record of out comes product on a specified job function or activity during a specified time period (Kinerja merupakan tingkat pencapaian/rekor produksi akhir pada suatu aktivitas organisasi atau fungsi kerja khusus selama periode tertentu)”.5

Dari beberapa pendapat pakar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja

adalah hasil kerja yang dicapai oleh suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawabnya atau sebagai gambaran mengenai tentang besar kecilnya hasil

yang dicapai dari suatu kegiatan baik dilihat secara kualitas maupun kuantitas sesuai

dengan visi, misi suatu organisasi yang bersangkutan.

Dengan demikian perlu kiranya menilai kinerja lembaga DPRD sebagai suatu

lembaga yang mempunyai pengaruh besar dalam penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah, terutama sebagai penentu kebijakan di daerah. Dengan kinerja ini diharapkan

mampu menjelaskan apakah DPRD mampu melaksanakan fungsinya secara optimal

dalam mewujudkan aspirasi dan keinginan masyarakat daerah.

1.5.3.2. Pengukuran Kinerja

5 Jhon Bernardin, and Russel, E. A. Joyce,1998, Human Resource Management : An Experiental

Aproach.Hal 379

Page 28: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

itu tentunya harus dapat merefleksikan tujuan dan misi dari organisasi yang

bersangkutan, karena itu berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Dalam organisasi publik, masih sulit untuk menentukan kriteria kinerja yang

sesuai. Bila ditinjau dari tujuan dan misi utama kehadiran organisasi publik adalah

untuk memenuhi dan melindungi kepentingan publik, maka kinerja organisasi publik

dapat dikatakan berhasil apabila mampu mewujudkan tujuan dan misinya dalam

memenuhi kepentingan dan kebutuhan publik tersebut. Mengenai kesulitan dalam

pengukuran kinerja organisasi publik ini dikemukakan oleh Agus Dwiyanto: 6

“Kesulitan dalam pengukuran kinerja organisasi publik sebagian muncul karena tujuan dan misi organisasi publik seringkali bukan hanya sangat kabur, tetapi juga bersifat multidimensional. Organisasi publik memiliki stakeholders yang jauh lebih banyak dan kompleks ketimbang organisasi swasta. Staekholders organisasi publik seringkali memiliki kepentingan yang berbenturan antara satu dengan yang lain”.6

Namun berdasarkan atas pemahaman terhadap tujuan dan misi organisasi,

Dwiyanto lebih lanjut mengemukakan ada lima indikator untuk menilai kinerja

organisasi publik, yaitu : produktifitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas

dan akuntabilitas. Mirip dengan pendapat tersebut Lenvine mengusulkan tiga konsep

untuk mengukur kinerja organisasi publik, yaitu : responsivenees, responsibility dan

accountability (dalam Dwiyanto).7

6 Agus Dwiyanto, 1995, Penilian Kinerja Organisasi Publik, Makalah dalam Seminar

Sehari : Kinerja Organisasi Sektor Publik, Kebijakan dan Penerapannya, Fisipol UGM, Yogyakarta.Hal 1

7 Ibid, Hal 7

Guna mewujudkan lembaga ini agar berfungsi

sebagaimana keinginan tersebut maka kedudukan, susunan, tugas, wewenang, hak

dan kewajibannya diatur dalam Undang-Undang. Hal mana lembaga perwakilan

Page 29: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

rakyat di Daerah melaksanakan fungsi legislatif sepenuhnya sebagai penjelmaan

kedaulatan rakyat. Sebagaimana dikemukakan Imawan bahwa tujuan dari perwakilan

politik adalah menerjemahkan will of the people menjadi will of the state dimana

fungsinya dibedakan kedalam 2 (dua) katagori besar, yakni fungsi wakil dan fungsi

lembaga perwakilan.8

Lebih lanjut dikemukakan Imawan bahwa sebagai institusi, para wakil dalam

dewan atau lembaga perwakilan memiliki 4 (empat) fungsi dasar adalah :

9

1. Fungsi legislasi (perundangan) meliputi pembuatan aturan sendiri, menentukan pucuk pimpinan Eksekutif secara mandiri, serta menjadi mediator kepentingan rakyat dan pemerintah.

2. Fungsi budget (penganggaran) meliputi merancang dan menentukan

arah serta tujuan aktivitas pemerintahan.

3. Fungsi pengawasan, meliputi aktivitas memfasilitasi perkembangan kepentingan dalam masyarakat vis-à-vis agenda yang telah ditentukan oleh pemerintah. Lembaga perwakilan menilai apakah aktivitas pemerintahan masih selaras dengan aspirasi masyarakat, serta memastikan bahwa perkembangan aspirasi masih bisa diakomodir dalam rencana kerja pemerintah.

4. Fungsi regulator konflik, meliputi aktivitas menampung dan menyerap

konflik kepentingan yang berkembang dalam masyarakat, sehingga konflik pada tataran masyarakat dapat diubah menjadi konflik internal lembaga perwakilan sebagai bagian dari sebuah sistem politik.9

Dari keempat fungsi dasar lembaga perwakilan tersebut maka dalam

menjalankan tugas-tugasnya ia memiliki hak-hak untuk mengajukan pertanyaan,

mengajukan usul pernyataan pendapat, meminta keterangan (interplasi), mengadakan

8 Riswandha Imawan, 2000, Agenda Politik dan Ekonomi Dalam Format Reformasi Menuju

Terbentuknya Masyarakat Madani, Dalam Membongkar Mitos Masyarakat Madani, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Hal 23

9 Ibid, hal 8

Page 30: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

penyelidikan (angket) dan mengubah aturan yang berlaku (amandemen). Dalam

mengaktualisasikan fungsi dan haknya anggota Dewan atau lembaga perwakilan

rakyat sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor ini

sekaligus merefleksikan kualitas dan akuntabilitasnya sebagai wakil rakyat.

Menurut Arbi Sanit, DPRD mempunyai fungsi legislasi, pengawasan,

anggaran, pemilihan pejabat, internasional dan perwakilan, DPRD sebagai salah satu

unsur Pemerintah Daerah merupakan fungsi legislatif yang mewakili kepentingan

atau aspirasi masyarakat. Sedangkan hak dan kewajiban DPRD adalah melaksanakan

secara konsekuen GBHN, Ketetapan-Ketetapan MPR, serta mentaati segala Peraturan

Perundangan yang berlaku. Kemudian DPRD bersama Kepala Daerah menyusun

APBD untuk kepentingan daerah dalam batas-batas wewenang yang diserahkan

kepada daerah atau melaksanakan Peraturan Perundangan yang pelaksanaannya

ditugaskan kepada daerah.

Sementara menurut Yeremias T. Keban untuk mengukur kinerja DPRD dilihat

dari pendekatan kebijakan, yaitu seberapa jauh kebijakan yang ditetapkan telah

secara efektif memecahkan masalah publik. Artinya apakah kebijakan yang

dihasilkan DPRD dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan memecahkan masalah

publik dengan tepat. Pendapat tersebut menggambarkan ukurun kinerja DPRD dilihat

dari produk kebijakan yang dihasilkan sebab keterlibatan DPRD dalam

penyelenggaraan pemerintahan lebih pada “policy making”.10

10 Yeremias T Keban, 1995, Indikator Kinerja Pemerintah Daerah : Pendekatan

Manajement dan Kebijakan, Seminar Sehari Kinerja. Hal 7

Page 31: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Soesilo Zauhar mengatakan :

“…… Peningkatan kinerja individu dapat dilihat dari keterampilannya, kecakapan praktisnya, kompetensinya, pengetahuan dan informasinya, keluasan pengalamannya, sikap dan prilakunya, kebijakannya, kreatifitasnya, moralitasnya dan lain-lain. Kinerja kelompok dilihat dari aspek kerjasamanya, keutuhannya, disiplinnya, loyalitasnya dan lain-lain. Sedangkan kinerja institusi dapat dilihat dari hubungannya dengan institusi lain, fleksibelitasnya, pemecahan konflik dan lain-lain”.

Berdasarkan pendapat diatas, kinerja sangat konfleks dan memiliki derajat

yang tinggi dari suatu hasil pada kondisi tetentu, baik dilihat secara individu,

kelompok dan institusi.

Dari berbagai pendapat dan penjelasan dari para ahli di atas, baik mengenai

konsep-konsep atau pengertian tentang kinerja, pengukuran kinerja, pentingnnya

pengukuran kinerja dan bagaimana mengukur kinerja, maka penelitian ini

menggunakan ukuran kinerja organisasi, yang tentu saja dalam penentuan ukuran

tersebut disesuaikan dengan tujuan dan misi organisasi yang berhubungan, pada :

Akuntabilitas, Responsivitas dan Efektifitas sebagai indikator-indikator yang

digunakan dalam penelitian ini.

Untuk memperjelas penggunaan indikator tersebut berikut dikemukakan

beberapa hal yang berhubungan dengan teori dan konsep dari masing-masing

indikator adalah :

a. Akuntabilitas

Page 32: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Dilihat dari dimensi ini kinerja tidak bisa hanya dilihat dari ukuran internal

organisasi, seperti pencapai target. Kinerja sebaliknya harus dilihat dari ukuran

eksternal seperti nilai dan norma masyarakat.

Menurut Affan Gafar bahwa akuntabilitas adalah setiap pemegang jabatan

yang dipilih oleh rakyat harus dapat mempertanggung jawabkan kebijaksanaan yang

hendak dan telah ditempuhnya. Tidak hanya itu, ia juga harus dapat

mempertanggungjawabkan ucapan atau kata-katanya. Dan yang tidak kalah

pentingnya adalah prilaku dalam kehidupan yang pernah, sedang bahkan akan

dijalaninya.11

Lebih jauh Agus Dwiyanto mengemukakan bahwa :

12

Dari pendapat dan penjelasan di atas mengisyaratkan bahwa kinerja organisasi

dianggap atau mempuyai akuntabilitas yang baik apabila organisasi tersebut dalam

melaksanakan kegiatannya tidak bertentangan dengan aturan-aturan yang tumbuh dan

Dalam konteks Indonesia, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijaksanaan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Karena itu dilihat dari dimensi ini, kinerja organisasi publik tidak bisa hanya dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaliknya harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.12

11 Afan Gaffar, 2000, Politik Indonesia : Transisi Menuju Demokrasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Hal

7 12 Agus Dwiyanto, 1995, Penilian Kinerja Organisasi Publik, Makalah dalam Seminar Sehari : Kinerja

Organisasi Sektor Publik, Kebijakan dan Penerapannya, Fisipol UGM, Yogyakarta.Hal 8

Page 33: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

berkembang dalam masyarakat. Jadi penilaian akuntabilitas ini lebih legitimet apabila

telah memenuhi acuan-acuan yang ada dimasyarakat.

DPRD secara moral dan faktual ikut bertanggungjawab atas kelancaran

jalannya roda pemerintahan di daerah demi pelayanan kepada masyarakat. Dalam

mengatur dan mengurus pemerintahan di daerahnya, harus benar-benar sesuai dengan

kepentingan masyarakat dan berdasarkan aspirasi masyarakat, serta tindakannya

dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Oleh karena itu, DPRD harus

memperhatikan apakah pelaksanaan fungsinya telah sesuai dengan apa yang menjadi

harapan masyarakat, menguntungkan rakyat dan memperdulikan rasa keadilan. Maka

harus ada pertanggungjawaban secara moral kepada masyarakat, dengan kata lain

menunjukkkan bahwa dalam konsep akuntabilitas mengandung adanya

pertanggungjawaban kepada masyarakat. Sehingga dapat dirumuskan bahwa

organisasi memiliki akuntabilitas yang tinggi jika kegiatan dan pelaksanaan

fungsinya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.

Dimensi ini hendaknya diperhatikan DPRD sebagai lembaga perwakilan

masyarakat yang berfungsi legislasi, pengawasan, anggaran, pemilihan pejabat,

internasional dan perwakilan dan menampung aspirasi masyarakat. DPRD merupakan

aktor yang dominan dalam tahap perumusan kebijakan dalam arti bahwa mereka

mempunyai kekuasaan dan wewenang untuk memberi legitimasi terhadap perumusan

kebijakan di daerah. Sehingga masyarakat sebagai sasaran kebijakan tidak menjadi

korban kekuasaan pembuat kebijakan, harus ada pertanggungjawaban kepada

Page 34: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

masyarakat sekaligus kontrol dari masyarakat. Sebab tanpa adanya kontrol dari

masyarakat DPRD bisa saja berbuat semaunya sendiri.

Dari uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa akuntabilitas

adalah salah satu ukuran kinerja DPRD untuk melihat seberapa besar kegiatan

pelaksanaan tugas dan fungsi legislasi yang berhubungan dengan upaya

menerjemahkan aspirasi masyarakat menjadi keputusan-keputusan politik yang

nantinya dilaksanakan pihak eksekutif. Dalam hal ini kualitas anggota DPRD diuji,

dimana ia harus mampu merancang dan menentukan arah tujuan aktivitas

pemerintahan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat serta dapat

dipertanggungjawabkan kepada publik.

b. Responsivitas

Responsivitas sebagai salah satu indikator untuk mengukur kinerja

pelayanan publik, secara sederhana dapat diartikan mau mendengarkan saran.13

Agus Dwiyanto dan Baveola Kusumasari mengemukakan tentang

pentingnya responsivitas dalam hubungannya dengan penilian kinerja yaitu :

Menurut pengertian ini terlihat adanya komunikasi dalam bentuk aspirasi atau

kehendak dari satu pihak kepada pihak lain serta memperhatikan apa yang

disampaikan oleh komunikan.

14

“Dalam kaitannya dengan penilaian kinerja pelayanan publik, responsivitas sangat diperlukan dalam pelayanan publik karena hal tersebut merupakan bentuk kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda, memperioritaskan pelayanan dan

13 John M Echols, and Shadily, Hassan, 1992, An English-Indonesian Dictionary (

Kamus Inggris Indonesia), PT Gramedia, Jakarta. Hal 481 14 Agus Dwiyanto, 2001, Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Pusat Studi Kependudukan dan

Kebijakan, UGM, Yogyakarta.Hal 2

Page 35: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat”.14

Suatu organisasi yang mempunyai peran pelayanan publik dituntut

harus peka terhadap apa yang menjadi kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Responsivitas (responsivity) menurut S.P Siagian adalah kemampuan aparatur dalam

mengantisipasi dan meghadapi aspirasi baru, perkembangan baru, tuntutan baru dan

pengetahuan baru, birokrasi harus merespon secara cepat agar tidak tertinggal dalam

menjalankan tugas dan fungsinya.15

Dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sikap dan produk kelembagaan DPRD

yang dihasilkan harus dapat merefleksikan dinamika dan aspirasi yang berkembang

Berpedoman pada pendapat di atas, bahwa organisasi publik harus mampu

dan mau mendengarkan serta peka terhadap apa yang menjadi tuntutan dan aspirasi

masyarakat. Tingkat responsivitas yang akan diteliti adalah kemampuan DPRD dalam

mengenali kebutuhan masyarakat, merespon persoalan yang muncul, memahami

kemauan masyarakat untuk kemudian dikembangkan dan dituangkan dalam

kebijakan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Kemampuan untuk merespon kebutuhan masyarakatlah maka suatu organisasi

mampu bertahan dalam lingkungan yang dinamis dan kompleks serta mampu untuk

mencapai keberlanjutan organisasi itu sendiri. Organisasi yang memiliki responsivitas

yang rendah dengan sendirinya menunjukkan kinerja yang jelek dan menunjukkan

kegagalan organisasi.

15 P. Sondang Siagian, 2000, Organisasi, Kepemimpinan dan Prilaku Administrasi, PT. Gunung

Agung, Jakarta.Hal 165

Page 36: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

dimasyarakat (responsif dan aspiratif). Artinya dapat memenuhi kebutuhan dan

kepentingan masyarakat, memberi pelayanan dan kepuasan kepada masyarakat serta

mampu memecahkan masalah yang dihadapi.

c. Efektifitas

Berbicara mengenai efektifitas, menurut Kumorotomo adalah menyangkut

apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut tercapai ? Hal

tersebut erat kaitannya dengan rasional teknis, nilai, misi tujuan organisasi serta

fungsi agen pembangunan.16

16 Wahyudi Kumorotomo, dan Subando, Margono, Agus, 1998, Sistem Informasi Manajement Dalam

Organisasi Publik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.Hal 25

Dari pendapat di atas efektifitas dari kinerja DPRD dapat dilihat dari seberapa

jauh mereka dapat melaksanakan fungsinya dalam hal : legislasi, pengawasan,

anggaran, pemilihan pejabat, internasional dan perwakilan. Legislasi yaitu

merumuskan dan menetapkan Peraturan Daerah bersama-sama Pemerintah Daerah,

Pengawasan yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah,

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) serta Keputusan Kepala

Daerah, dan Menampung aspirasi masyarakat yaitu menangani dan menyalurkan

aspirasi yang diterima dan masyarakat kepada pejabat dan instansi yang

berwewenang.

Page 37: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

1.5.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Faktor-faktor yang menentukan kinerja dari sebuah organisasi adalah faktor-

faktor internal maupun eksternal organisasi yang menyumbang atau memprediksikan

keberhasilan organisasi. Setiap organisasi memiliki ukuran dan faktor penentunya

sendiri dalam mencapai kinerja sebab setiap organisasi memiliki keunikan sendiri-

sendiri.

Sejalan dengan itu Imawan mengemukakan bahwa mengklasifikasikan faktor-

faktor yang dapat menghambat anggota legislatif dalam melaksanakan fungsinya

kedalam 2 (dua) faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal.17

Hal yang paling menonjol dalam topik ini adalah terlambatnya anggota legislatif

dalam memperoleh informasi yang diperlukan dibandingkan pihak Eksekutif.

Kondisi ini dapat dimaklumi, sebab pihak Eksekutiflah yang bergelut dengan

1. Faktor-faktor internal meliputi :

a. Peraturan Tata Tertib

Tujuan diciptakannya sebuah peraturan adalah agar tugas-tugas yang dijalankan

dapat dilaksanakan secara tertib dan efisien. Namun bila peraturan itu terlalu

detail, hal ini dapat menghambat pelaksanaan satu tugas. Peraturan tata tertib yang

terlalu detail yang menjerat para anggota legislatif untuk melaksanakan tugasnya.

b. Data dan Informasi

17 Riswandha Imawan, 1993, Faktor-Faktor Yang Menghambat Usaha Optimasi Peran Dewan

Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dalam Fungsi Legislatif Dalam Sistem Politik Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta.Hal 79

Page 38: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

masalah kenegaraan sehari-hari. Selain itu untuk memutuskan satu

tindakan/kebijakan yang sifatnya kolektif organisasi jauh lebih sulit dibandingkan

pada pihak Eksekutif, mengingat banyaknya kepentingan yang ada dalam lembaga

legislatif sehingga perlu adanya bargaining para anggota/kelompok.

c. Kualitas Anggota Legislatif

Secara formal, kualitas teknis anggota legislatif mengalami peningkatan, akan

tetapi hal ini tidak berimplikasi secara signifikan terhadap peningkatan kinerja

anggota legislatif. Persoalannya terpulang pada tekad dan mental anggota legislatif

untuk benar-benar mewakili rakyat. Bahkan rahasia umum, bahwa karena mereka

dicalonkan oleh partai sehingga banyak anggota legislatif yang tidak memiliki akar

dalam masyarakat. Kondisi semacam ini menimbulkan banyaknya anggota

legislatif yang berperan seperti seorang birokrat, yang berfikir bahwa mereka

harus dilayani rakyat dan bukan sebaliknya.

2. Sedangkan yang termasuk dalam katagori faktor eksternal, adalah :

a. Mekanisme Sistem Pemilu

Sistem Pemilu yang kita anut, sebenarnya sudah sangat memadai untuk

mendapatkan wakil rakyat yang representatif, namun mekanisme pelaksanaan

sistem perwakilan berimbang dengan stelsel daftar yang kita anut, telah banyak

memunculkan tokoh-tokoh masyarakat karbitan. Pengguna vote getter yang

dikenal selama ini, telah membuka kemungkinan bagi munculnya tokoh yang

sama sekali tidak dikenal oleh masyarakat.

Page 39: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

b. Kedudukan Eksekutif dan Legislatif

Dalam sistem pemerintahan Indonesia, lemabaga legislatif ditempatkan sebagai

partner eksekutif. Partner dalam konteks ini lebih bersifat kooptasi, dimana satu

pihak (eksekutif) kedudukannya jauh lebih kuat dari pihak yang lain (legislatif)

sehingga kondisi ini sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi

masing-masing institusi/lembaga.

Adapun argumen yang penulis ajukan adalah bahwa walaupun DPRD

merupakan lembaga politik, tetapi kinerjanya sebagai suatu organisasi tetap tidak

dapat dilepaskan dari faktor kelembagaan (organisasi), Sumber Daya Manusia dan

informasi. Walaupun diakui faktor politik memberi pengaruh terhadap kinerja DPRD

sebagai lembaga politik, tetapi ke 3 (tiga) faktor tersebut juga memberi pengaruh pula

terhadap kinerja DPRD sebagaimana halnya kinerja organisasi pada umumnya. Selain

itu penelitian ini merupakan studi dibidang administrasi publik, oleh karena itu layak

pula menganalisis kinerja DPRD dari faktor kelembagaan (organisasi), Sumber Daya

Manusia dan informasi dan bukan dari faktor politik.

Maka variabel penjelas dari kinerja lembaga DPRD tersebut adalah :

1. Kelembagaan (Organisasi)

Organisasi dapat diartikan 2 macam yaitu : 1) Dalam arti statis, organisasi

sebagai wadah kerja sama sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai

tujuan tertentu. 2) Dalam arti dinamis, organisasi sebagai sistem atau kegiatan

Page 40: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.18 Sebagai kelembagaan posisi dan

bentuk DPRD sebagai institusi lembaga daerah, sebenaranya sudah cukup jelas,

namun apakah hal ini dengan sendirinya akan menjadi hal positif? syarat apa yang

masih diperlukan? Menurut Suhartono, ada dua hal yang perlu diperhatikan, Pertama,

bagaimana lembaga daerah akan menjadi oposisi dari Eksekutif, tentu akan

dipandang sebagai gangguan atas kemampuan yang sudah ada. Dalam posisi yang

demikian, institusi atau kekuatan sosial politik apa yang diharapkan akan mendorong

pelaksanaan lembaga daerah, sehingga kualitas lembaga daerah (DPRD) tidak

dicemari oleh unsur-unsur Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Kedua, sebagai

organisasi yang akan bekerja bagi kepentingan rakyat banyak, tentu saja secara

teknis, lembaga daerah akan membutuhkan sarana dan prasarana operasional. Yang

menjadi masalah siapa atau dari mana kebutuhan tersebut akan dipenuhi.19

Terhadap masalah ini muncul beberapa dugaan : 1) Pengurus lembaga daerah

akan malas sebab tidak ada insentif yang jelas; 2) Pihak daerah (Perangkat Daerah)

akan bisa mengendalikan karena pembiayaan masuk dalam Anggaran Pendapatan

Belanja Daerah (APBD) yang dikelola oleh Eksekutif; dan 3) Akan terjadi konflik

baru di daerah, sehubungan dengan kemungkinan administrasi operasional DPRD

pada rakyat.

20

Dari berbagai uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pelaksanaan fungsi dan tugas serta kinerja dari DPRD terletak dari daya dukung

18 Ibnu Syamsi, 1994, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajement, Rineka Cipta, Jakarta.Hal 13 19 Suhartono, dkk, 2000, Parlemen Desa, Dinamika DPR Kelurahan dan DPRK Gotong Royong,

Lapera Pustaka Utama, Yogyakarta. Hal 202-204 20 Ibid

Page 41: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

organisasi dan sarana prasarana yang tersedia yang ada untuk menyelaraskan

berbagai kepentingan atau pihak yang terlibat, sehingga memungkinkan kerja

lembaga tersebut lebih efektif dan efisien. Maka untuk mengetahui kinerja DPRD

dapat dilihat dari seberapa jauh kemandirian organisasinya.

2. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam menuju misi, tujuan

dan pencapaian hasil organisasi. Tanpa adanya sumber daya manusia proses yang ada

dalam organisasi tidak dapat dijalankan. Dari berbagai sumber daya yang ada dalam

organisasi, manusia merupakan sumber daya yang paling penting dalam organisasi

untuk mencapai keberhasilan. Sebab sumber daya manusia merupakan satu-satunya

yang punya akal, perasaan keinginan, kemampuan, keterampilan, pengetahuan,

dorongan, daya dan karya.21

Sebelum membahas mengenai kemampuan anggota DPRD, terlebih dahulu

penyusun akan membahas obyek yang menjadi fokus perhatian atau orientasi anggota

DPRD adalah kebijaksanaan yang dibahas atau yang disusun. Dalam kaitan ini, ia

dapat cenderung kepada pihak terwakil (pemilih), organisasi politik yang

mendukungnya, pihak eksekutif (pusat atau daerah), atau dirinya sendiri.

Kecenderungan tindakan ini dapat dibedakan dalam lima kemungkinan orientasi

anggota DPRD yaitu :

22

21Faustino Cardoso Gomes, 1995, Manajemen Sumber Daya Manusia, Andi Offset, Yogyakarta. Hal

12 22 Arbi Sanit, 1985, Perwakilan Politik di Indonesia, Rajawali Press, Jakarta. Hal 211

Page 42: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

1) Tipe Perwakilan : tipe ini menunjukkan anggota DPRD mempunyai kebebasan yang banyak dalam memberikan dukungan atau suaranya kepada pilihan-pilihan yang tersedia dalam proses perumusan dan pemutusan suatu kebijaksanaan.

2) Tipe Perwakilan delegasi atau utusan : tipe ini menunjukkan, dimana

mereka tidak bebas mengambil keputusan, dan tetapi mengikuti instruksi dan pihak kliennya. Dalam tipe ini, bila dalam rangka pengambilan keputusan para anggota diharuskan berkonsultasi terlebih dahulu dengan pihak yang diwakili atau harus mengikuti petunjuk mereka.

3) Tipe Perwakilan Partisan : tipe ini menunjukkan bahwa orientasi anggota

ditujukan kepada organisasi politik yang mendudukkan mereka dalam lembaga DPRD.

4) Tipe Perwakilan Policio : tipe ini merupakan gabungan dari tipe wali dan

delegasi. Orientasi anggota disesuaikan dengan isu atau permasalahan yang diperdebatkan. Sekiranya isu atau masalah tersebut menyangkut kepentingan pihak yang diwakili, maka ia (wakil) bertindak sebagai utusan dan jika isu atau masalah itu langsung menyangkut kepentingan dari anggota, maka ia (wakil) bertindak sebagai wali.

5) Tipe Perwakilan Eksekutif : tipe ini menunjukkan bahwa orientasi anggota

ditujukan kepada pihak pemerintah, terutama Pemerintah Daerah. 22

Memperhatikan kelima tipe tersebut di atas, yang menjadi fokus utama

atau fokus perhatian adalah fokus perhatian wakil terhadap terwakil. Secara jelasnya

untuk melihat bagaimana orientasi para anggota DPRD bila mana dihubungkan

dengan konsep orientasi di atas, adalah terutama ditujukan kepada pelaksanaan

pemerintahan daerah. Dalam kaitannya dengan kinerja DPRD yang langsung

berhubungan dengan anggota DPRD Kota Medan.

Jika dikaitkan dengan kualitas kemampuan, maka dapat dikatakan bahwa

anggota DPRD yang berkualitas adalah anggota DPRD yang mempunyai kemampuan

dalam pelaksanaan tugas, sehingga bisa menjadi teladan bagi anggota DPRD lainnya.

Page 43: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Sedangkan menurut Miftah Toha, arti penting manusia dalam organisasi

dikatakan sebagai berikut :23

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan manusia merupakan

salah satu faktor penentu keberhasilan maupun kegagalan dalam suatu organisasi.

Untuk mencapai keberhasilan dalam pembuatan kebijakan yang tepat dan bermutu,

melalui tahap dan proses yang tidak mudah kerena kebijakan publik menyangkut

berbagai aspek kehidupan masyarakat yang sangat kompleks. Sebagaimana pendapat

Levelt yang menyatakan membuat Undang-Undang merupakan pekerjaan yang sulit.

Untuk itu, disamping pengetahuan tentang hukum tata negara dan hukum tata usaha

negara, diperlukan juga penguasaan sepenuhnya materi yang diatur, demikian pula

pengalaman rutin.

“Betapapun majunya suatu organisasi dan betapapun modernnya peralatan

yang digunakan, manusia dalam organisasi tetap menduduki peranan yang

menentukan.” 23

24

Kemampuan disini dapat ditempuh melalui pendidikan formal dan

pengalaman. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang aktifitasnya di sekolah

dan bermanfaat untuk mengembangkan daya fikir. Arti penting pendidikan ialah

dapat memberi pengetahuan yang luas dan mendalam, melatih manusia berfikir

Sehingga untuk menunjang keberhasilan DPRD dituntut

kemampuan yang tinggi, keahlian dan pengalaman tertentu.

23 Miftah Thoha, 1989, Pembinaan Organisasi : Proses Diagnosa dan Intervensi, Rajawali, Jakarta. Hal

60 24 Levelt Dalam Djoko Prakoso, 1985, Proses Pembuatan Peraturan Daerah dan Beberapa Usaha

Penyempurnaannya, Ghalia Indonesia, Jakarta.Hal 7

Page 44: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

rasional dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari, serta memberi

kemampuan dan keterampilan untuk merumuskan fikiran dan pendapatnya.25

Sementara itu, Miftah Toha mengungkapkan bahwa kemampuan seseorang

dalam organisasi ditempuh dengan pengalaman. Pengalaman adalah keseluruhan

pelajaran yang dapat dipetik dari segenap peristiwa atau hal-hal yang dilalui dalam

perjalanan hidup seseorang. Dari pengalaman, seseorang akan mendapat pengetahuan

sehingga menjadikan mereka lebih menguasai bidang kerja yang ditekuninya dan

pengalaman banyak membantu seseorang dalam memecahkan masalah-masalah yang

dihadapinya.

26

3. Informasi

Dengan demikian pengalaman suatu hal yang telah dikerjakan oleh seseorang,

apa yang telah dikerjakan oleh seseorang itu kadang benar dan kadang salah. Dan

bisa juga apa yang telah dilakukan pada masa lalu itu manis atau pahit, sehingga hal

ini akan membekas pada kehidupan seseorang yang tentu saja hal ini akan

mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa potensi sumber daya manusia

akan menentukan kinerja organisasi. Dalam penelitian ini, sumber daya manusia

dilihat dari tingkat pendidikan yang pernah ditempuh dan pengalaman dibidang

organisasi.

25 Josef Riwo Kaho, 1991, Prospek Otonomi Daerah di Negara RI (Identifikasi Beberapa Faktor Yang

Mempengaruhi Penyelenggaraan), CV. Rajawali, Jakarta.Hal 72 26 Miftah Thoha, 1989, Pembinaan Organisasi : Proses Diagnosa dan Intervensi, Rajawali, Jakarta.Hal

60

Page 45: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Dalam masyarakat modern peranan dan pengaruh informasi dalam kehidupan

seseorang dan organisasi sangat terasa. Tidak ada kegiatan yang dilakukan oleh

masyarakat dan organisasi, yang tidak memerlukan informasi. Demikian pentingnya

informasi khususnya dalam suatu oranisasi, informasi dianalogikan sebagai daerah

dalam organisasi. Ini berarti kalau aliran darah mengalami hambatan maka organisasi

akan jatuh pada posisi tidak sehat.27

Informasi adalah data yang tersusun sedemikian rupa sehingga bermakna dan

bermanfaat karena dapat dikemukakan pada seseorang yang akan menggunakannya

untuk membuat suatu keputusan.

Dalam setiap organisasi, keterangan atau

informasi dianggap bahan pokok bagi setiap pembuatan keputusan.

28

Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu informasi

merupakan hal yang penting untuk mendukung kelancaran pelaksanaan fungsi dan

tugas DPRD. Dalam penelitian ini, informasi dapat dilihat dari sumber informasi

Dengan demikian bahwa informasi sangat berguna dalam menunjang

pelaksanaan fungsi DPRD, baik informasi dari media cetak seperti koran lokal dan

buletin lokal maupun informasi dari masyarakat dengan melakukan pertemuan-

pertemuan (dialog) dalam menjaring dan menampung informasi masyarakat. Maka

apabila terhambatnya suatu informasi akan mengakibatkan tidak dapat berjalan

dengan baik fungsi dan tugas DPRD sebagai wakil rakyat.

27 Wahyudi Kumorotomo, dan Subando, Margono, Agus, 1998, Sistem Informasi Manajement Dalam

Organisasi Publik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.Hal 11 28 Ibid

Page 46: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

yang digunakan, keterbukaan menerima dan menyampaikan informasi dan intensitas

dalam menyerap informasi masyarakat.

1.6. METODOLOGI PENELITIAN

1.6.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif diartikan

sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang didapat

dari apa yang diamati.29

1.6.2. Lokasi Penelitian

Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau

melukiskan apa yang sedang di teliti dan berusaha untuk memberikan gambaran yang

jelas dan mendalam tentang apa yang diteliti dan menjadi pokok permasalahan.

Berdasarkan pendapat di atas, penelitian ini diajukan untuk mempelajari kasus

atau fenomena yang terjadi pada lembaga DPRD sebagai salah satu unsur Pemerintah

Daerah merupakan fungsi legislatif yang mewakili kepentingan atau aspirasi

masyarakat.

Lokasi penelitian ini dilakukan pada lembaga DPRD Kota Medan Provinsi

Sumatera Utara.

1.6.3. Sumber Data

Dalam penelitian ini pihak yang dijadikan sumber data adalah anggota DPRD

Kota Medan Dan Sekretariat DPRD Kota Medan yang dianggap mempunyai

informasi kunci (key-informan) yaitu dengan menggunakan :

1. Data Khusus (Primer) 29 Hadari Nawawi, 1994, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: UGM Press.hal 203.

Page 47: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Data primer adalah data yang secara langsung diperoleh dari sumbernya,

melalui observasi dan wawancara dengan sumber informasi terpilih. Hasil

observasi dicek kebenarannya dengan sumber data lain (data sekunder).

2. Data Umum (Sekunder)

Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung dari

sumbernya, melalui dokumen-dokumen atau catatan tertulis. Data yang

tertulis yang bersumber pada dokumen, sehingga disebut data dokumenter,

yaitu data atau gambaran tentang lokasi penelitian, yang meliputi: keadaan

geografis, demografi, ekonomi dan sosial budaya serta keadaan Tata

Pemerintahan Daerah dan DPRD baik yang berupa data ststis maupun yang

bersifat dinamais.

1.6.4. Teknik Mengumpulkan Data

1. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam akan ditujukan kepada Ketua DPRD, Ketua

Komisi DPRD, Anggota dan Sekretaris DPRD yang dipilih secara random,

dengan tujuan semua anggota berpeluang untuk menjadi informan.Untuk

memperoleh data yang lebih akurat mengenai akuntabilitas, responsivitas dan

efektifitas pelaksanaan fungsi dan tugas DPRD. Maka peneliti juga akan

mengumpulkan data dari beberapa unsur yang terkait dengan penelitian ini

yakni concern terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah serta

mengetahui kinerja DPRD Kota Medan seperti dari pihak Eksekutif, tokoh

masyarakat dan unsur pimpinan organisasi kemasyarakatan.

Page 48: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data yang relevan dengan masalah yang diteliti

melalui dokumen-dokumen tertulis. Dokumentasi telah lama digunakan dalam

penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai

sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk

meramalkan. Oleh karena itu penggunaan dokumen merupaka hal yang tidak

terabaikan lagi.30

1.6.5. Teknik Analisis Data

Dokumentasi dalam penelitian ini lebih diutamakan untuk

memperoleh data skunder yang dibutuhkan untuk mendukung data primer.

Dokumen-dokumen yang digunakan terdiri dari dokumen-dokumen

yang ada pada instansi terkait, Pemerintah Daerah dan lembaga DPRD itu

sendiri.

Untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang ada agar sesuai

dengan tujuan penelitian, maka metode analisis yang digunakan adalah metode

Analisis Kualitatif.

16.6. Definisi Konsep

Definisi konsep dari masing-masing variabel tersebut adalah :

1. Definisi Konsep Dependent Variabel :

30 Ibid, Hal 16

Page 49: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Kinerja DPRD adalah hasil kerja yang dicapai oleh lembaga DPRD

sesuai dengan fungsi dan tugasnya dengan mengindahkan Akuntabilitas,

Responsivitas dan Efektifitas yang dapat digunakan dan dirasakan langsung

oleh masyarkat.

2. Definisi Konsep Independen Variabel :

a. Kelembagaan (organisasi) adalah sebagai wadah kerjasama atau suatu

sistem atau kegiatan sekelompok orang untuk menjalankan tugas dan

fungsi masing-masing guna mencapai tujuan organisasi.

b. Sumber Daya Manusia adalah semua potensi dan kemampuan yang

dimiliki oleh masing-masing dalam lembaga DPRD.

c. informasi adalah segala sesuatu baik berupa angka, tulisan, gambar dan

lain-lain apapun bentuknya yang disampaikan oleh seseorang atau oleh

lembaga/badan/organisasi yang dapat memberikan manfaat bagi

pengambilan suatu keputusan.

1.6.7. Definisi Operasional

Definisi operasional sering dijelaskan sebagai suatu spesifikasi kegiatan

peneliti dalam mengukur variabel.

Definisi opersional dari masing-masing variabel penelitian ini adalah:

1. Kinerja DPRD (Dependent Variabel), akan diukur dengan indikator :

a. Akuntabilitas dengan tolak ukur :

Page 50: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Apakah dari pelaksanaan kegiatan DPRD dan kebijakannya telah sesuai

dengan fungsi dan wewenangnya konsisten dengan kehendak masyarakat

dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

b. Responsivitas dengan tolak ukur :

Seberapa jauh anggota DPRD tanggap dan bisa memahami kondisi yang

berkembang dan apa yang menjadi prioritas untuk ditangani sesuai dengan

aspirasi masyarakat.

c. Efektifitas dengan tolak ukur :

Apakah tujuan, rencana dan program dari lembaga DPRD sebagai

penyambung aspirasi masyarakat dapat melaksanakan fungsinya serta

memberikan pelayanan dari amanat yang diembannya.

2. Kelembagaan (Organisasi), Sumber Daya Manusia dan Informasi (Indevenden

Variabel) dengan masing-masing operasional variabel adalah:

a. Kelembagaan (Organisasi), diukur dengan indikator :

1) Sarana dan prsarana

Pengaruh sarana dan prasarana yang dimiliki anggota DPRD dalam

lembaga legislatif daerah terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

yang diembannya sebagai wakil rakyat.

2) Anggaran dan pembiayaan

Pengaruh anggaran dan pembiayaan yang dimiliki anggota DPRD

dalam lembaga legislatif daerah untuk menunjang kelancaran

pelaksanaan tugas dan fungsi yang diembannya sebagai wakil rakyat.

Page 51: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

b. Sumber Daya Manusia, diukur dengan indikator : 1) Latar belakang pendidikan

Pengaruh latar belakang tingkat pendidikan formal yang telah dimiliki

dan pendidikan non formal yang pernah dilaksanakan anggota Dewan

terhadap kompetensi anggota DPRD dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya.

2) Pengalaman di bidang organisasi, politik dan pemerintahan.

Pengaruh tingkat pendidikan informal yang dimiliki anggota Dewan

terhadap kompetensi anggota DPRD yang berhubungan erat dengan

dunia politik praktis berdasarkan pada masa kerja dan pengalamannya

terhadap pelaksanaan tugas dan fungsinya.

c. Informasi, diukur dengan indikator : 1) Sumber Informasi yang digunakan

Tersedianya sumber informasi media yang diperlukan anggota DPRD

dalam menunjang pelaksanaan fungsi DPRD.

2) Keterbukaan menerima dan menyampaikan informasi

Mengenai Informasi yang dimiliki oleh anggota DPRD memiliki

kualitas dan dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalahan

yang dihadapi dalam pelaksanaan fungsinya.

3) Intensitas dalam menyerap informasi.

Page 52: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Informasi yang dimiliki oleh anggota DPRD memiliki validitas

(relevan atau sesuai) dengan permasalahan yang dihadapi dalam

pelaksanaan fungsinya.

1.6.8. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I Pendahuluan

Bab I ini berisikan Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah,

pembatasan masalah, Tujuan Penelitian, manfaat Penelitian, kerangka

teori, definisi konsep, metodologi penelitian.

BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian

Berisikan tentang sejarah singkat Kota Medan, susunan organisasi dan

tata kerja DPRD Kota Medan serta susunan dan kedudukan DPRD

Kota Medan.

BAB III Temuan Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini akan membahas mengenai hasil Penelitian

BAB IV Penutup

Berisikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian serta

saran- saran.

BAB II

SEJARAH KOTA MEDAN

2.1. Medan Tanah Deli

Page 53: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan

keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai

melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu

adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei

Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera. Pada mulanya yang membuka

perkampungan Medan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka

sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–

Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara

berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular. Dahulu orang

menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai

Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah

kekuasaannya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut.31

Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah

pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan

penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun

1910 bahwa disamping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang

spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempat yang bernama

Bakaran Batu (sekarang Medan Tenggara atau Menteng) orang membakar batu bata

yang berkwalitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli

Klei. Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan dua macam yakni : Maksima

Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada bulan-bulan Oktober

31Johan Hasselgren,1995, Sejarah Kota Medan, Bina Media, Hal 23.

Page 54: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

s/d bulan Desember sedang Maksima Tambahan antara bulan Januari s/d September.

Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000 pertahun dengan intensitas rata-rata

4,4 mm/jam. Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba

dan disana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman

penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-

orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi

primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan

menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.32

Pada awal perkembangannya merupakan sebuah kampung kecil bernama

"Medan Putri". Perkembangan Kampung "Medan Putri" tidak terlepas dari posisinya

yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura, tidak jauh

dari jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada zaman dahulu merupakan

jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga dengan demikian Kampung

"Medan Putri" yang merupakan cikal bakal Kota Medan, cepat berkembang menjadi

pelabuhan transit yang sangat penting.

2.2. Kampung Medan dan Tembakau Deli

33

Semakin lama semakin banyak orang berdatangan ke kampung ini dan isteri

Guru Patimpus yang mendirikan kampung Medan melahirkan anaknya yang pertama

seorang laki-laki dan dinamai si Kolok. Mata pencarian orang di Kampung Medan

32 ibid 33 ibid

Page 55: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

yang mereka namai dengan si Sepuluh dua Kuta adalah bertani menanam lada. Tidak

lama kemudianb lahirlah anak kedua Guru Patimpus dan anak inipun laki-laki

dinamai si Kecik. Pada zamannya Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang

berfikiran maju. Hal ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru (menuntut ilmu)

membaca Alqur’an kepada Datuk Kota Bangun dan kemudian memperdalam tentang

agama Islam ke Aceh.34

Keterangan yang menguatkan bahwa adanya Kampung Medan ini adalah

keterangan H. Muhammad Said yang mengutip melalui buku Deli In Woord en Beeld

ditulis oleh N.Ten Cate. Keterangan tersebut mengatakan bahwa dahulu kala

Kampung Medan ini merupakan Benteng dan sisanya masih ada terdiri dari dinding

dua lapis berbentuk bundaran yang terdapat dipertemuan antara dua sungai yakni

Sungai Deli dan sungai Babura. Rumah Administrateur terletak diseberang sungai

dari kampung Medan. Kalau kita lihat bahwa letak dari Kampung Medan ini adalah

di Wisma Benteng sekarang dan rumah Administrateur tersebut adalah kantor PTP IX

Tembakau Deli yang sekarang ini.

35

Sekitar tahun 1612 setelah dua dasa warsa berdiri Kampung Medan, Sultan

Iskandar Muda yang berkuasa di Aceh mengirim Panglimanya bernama Gocah

Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin yang

mewakili kerajaan Aceh di Tanah Deli.Gocah Pahlawan membuka negeri baru di

Sungai Lalang, Percut. Selaku Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan

34 ibid 35 ibid

Page 56: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

memanfaatkan kebesaran imperium Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas

wilayah kekuasaannya, sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan

Kecamatan Medan Deli sekarang. Dia juga mendirikan kampung-kampung Gunung

Klarus, Sampali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas Percut dan

Sigara-gara. Dengan tampilnya Gocah pahlawan mulailah berkembang Kerajaan Deli

dan tahun 1632 Gocah Pahlawan kawin dengan putri Datuk Sunggal. Setelah terjadi

perkawinan ini raja-raja di Kampung Medan menyerah pada Gocah Pahlawan.36

Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya Tuangku

Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan Kesultanan

Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya di Labuhan, kira-kira

20 km dari Medan. Jhon Anderson seorang Inggris melakukan kunjungan ke

Kampung Medan tahun 1823 dan mencatat dalam bukunya Mission to the East Coast

of Sumatera bahwa penduduk Kampung Medan pada waktu itu masih berjumlah 200

orang tapi dia hanya melihat penduduk yang berdiam dipertemuan antara dua sungai

tersebut. Anderson menyebutkan dalam bukunya “Mission to the East Coast of

Sumatera“ (terbitan Edinburg 1826) bahwa sepanjang sungai Deli hingga ke dinding

tembok mesjid Kampung Medan di bangun dengan batu-batu granit berbentuk bujur

sangkar. Batu-batu ini diambil dari sebuah Candi Hindu Kuno di Jawa.

37

Pesatnya perkembangan Kampung "Medan Putri", juga tidak terlepas dari

perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang

36 ibid 37 ibid

Page 57: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan Deli

memberikan kepada Nienhuys Van der Falk dan Elliot dari Firma Van Keeuwen en

Mainz & Co, tanah seluas 4.000 bahu (1 bahu = 0,74 ha) secara erfpacht 20 tahun di

Tanjung Sepassi, dekat Labuhan. Contoh tembakau deli. Maret 1864, contoh hasil

panen dikirim ke Rotterdam di Belanda, untuk diuji kualitasnya. Ternyata daun

tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi untuk pembungkus cerutu.

Kemudian di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys

mendirikan de Deli Maatscapij di Labuhan. Kemudian melakukan ekspansi

perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal (1869), Sungai Beras dan Klumpang

(1875), sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada tahun 1874.

Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas dan berkembang,

Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari Labuhan ke Kampung "Medan

Putri". Dengan demikian "Kampung Medan Putri" menjadi semakin ramai dan

selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai "Kota Medan".

2.3. Legenda Kota Medan

Menurut legenda di zaman dahulu kala pernah hidup di Kesultanan Deli lama

kira-kira 10 Km dari Kampung Medan yakni di Deli Tua sekarang seorang Putri yang

sangat cantik dan karena kecantikannya diberi nama Putri Hijau. Kecantikan Putri ini

tersohor kemana-mana mulai dari Aceh sampai ke ujung Utara Pulau Jawa.

Page 58: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Sultan Aceh jatuh cinta pada Putri itu dan melamarnya untuk dijadikan

permaisurinya. Lamaran Sultan Aceh itu ditolak oleh saudara kedua laki-laki Putri

Hijau. Sultan aceh sangat marah karena penolakan itu dianggapnya sebagai

penghinaan terhadap dirinya. Maka pecahlah perang antara Kesultanan Aceh dengan

Kesultanan Deli. Menurut legenda yang tersebut diatas, dengan menggunakan

kekuatan gaib seorang dari saudara Putri hijau menjelma menjadi seekor ular naga

dan seorang lagi menjadi sepucuk meriam yang tidak henti-hentinya menembaki

tentara Aceh hingga akhir hayatnya.

KesultananDeli lama mengalami kekalahan dalam peperangan itu dan karena

kecewa Putra Mahkota yang menjelma menjadi meriam itu meledak sebagian, bagian

belakangnya terlontar ke Labuhan Deli dan bagian depannya kedataran tinggi Karo

kira-kira 5 Km dari Kabanjahe.Putri Hijau ditawan dan dimasukkan dalam sebuah

peti kaca yang dimuat kedalam kapal untuk seterusnya dibawa ke Aceh. Ketika kapal

sampai di Ujung Jambo Aye, Putri Hijau mohon diadakan satu upacara untuknya

sebelum peti diturunkan dari kapal. Atas permintaannya, harus diserahkan padanya

sejumlah beras dan beribu-ribu telur dan permohonan tuan Putri dikabulkan. Tetapi

baru saja uapacara dimulai tiba-tiba berhembuslah angin ribut yang maha dahsyat

disusul gelombang-gelombang yang sangat tinggi.

Dari dalam laut muncullah abangnya yang telah menjelma menjadi ular naga

itu dan dengan menggunakan rahangnya yang besar itu diambilnya peti tempat

adiknya dikurung, lalu dibawanya masuk ke dalam laut.Legenda ini samapai sekarang

Page 59: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

masih terkenal di kalangan masyarakat Deli dan malahan juga dalam masyarakat

Melayu di Malaysia.Di Deli Tua masih terdapat reruntuhan Benteng dan Puri yang

berasal dari zaman Putri Hijau, sedang sisa meriam penjelmaan abang Putri Hijau itu

dapat dilihat di halaman Istana Maimun Medan.

2.4. Penjajahan Belanda di Tanah Deli

Belanda yang menjajah Nusantara kurang lebih setengah abad namun untuk

menguasai Tanah Deli mereka sangat banyak mengalami tantangan yang tidak

sedikit. Mereka mengalami perang di Jawa dengan pangeran Diponegoro sekitar

tahun 1825-1830. Belanda sangat banyak mengalami kerugian sedangkan untuk

menguasai Sumatera, Belanda juga berperang melawan Aceh, Minangkabau, dan

Sisingamangaraja di daerah Tapanuli.38

38 ibid

Jadi untuk menguasai Tanah Deli Belanda hanya kurang lebih 78 tahun mulai

dari tahun 1864 sampai 1942. Setelah perang Jawa berakhir barulah Gubernur

Jenderal Belanda J.Van den Bosch mengerahkan pasukannya ke Sumatera dan dia

memperkirakan untuk menguasai Sumatera secara keseluruhan diperlukan waktu 25

tahun. Penaklukan Belanda atas Sumatera ini terhenti ditengah jalan karena Menteri

Jajahan Belanda waktu itu J.C.Baud menyuruh mundur pasukan Belanda di Sumatera

walaupun mereka telah mengalahkan Minangkabau yang dikenal dengan nama

perang Paderi ( 1821-1837 ).

Page 60: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Sultan Ismail yang berkuasa di Riau secara tiba-tiba diserang oleh gerombolan

Inggeris dengan pimpinannya bernama Adam Wilson. Berhubung pada waktu itu

kekuatannya terbatas maka Sultan Ismail meminta perlindungan pada Belanda. Sejak

saat itu terbukalah kesempatan bagi Belanda untuk menguasai Kerajaan Siak Sri

Indrapura yang rajanya adalah Sultan Ismail. Pada tanggal 1 Februari 1858 Belanda

mendesak Sultan Ismail untuk menandatangani perjanjian agar daerah taklukan

kerajaan Siak Sri Indrapura termasuk Deli, Langkat dan Serdang di Sumatera Timur

masuk kekuasaan Belanda. Karena daerah Deli telah masuk kekuasaan Belanda

otomatislah Kampung Medan menjadi jajahan Belanda, tapi kehadiran Belanda

belum secara fisik menguasai Tanah Deli.

Pada tahun 1858 juga Elisa Netscher diangkat menjadi Residen Wilayah Riau

dan sejak itu pula dia mengangkat dirinya menjadi pembela Sultan Ismail yang

berkuasa di kerajaan Siak. Tujuan Netscher itu adalah dengan duduknya dia sebagai

pembela Sultan Ismail secara politis tentunya akan mudah bagi Netscher menguasai

daerah taklukan kerajaan Siak yakni Deli yang di dalamnya termasuk Kampung

Medan Putri.Perkembangan Medan Putri menjadi pusat perdagangan telah

mendorongnya menjadi pusat pemerintahan. Tahun 1879, Ibukota Asisten Residen

Deli dipindahkan dari Labuhan ke Medan, 1 Maret 1887,Ibukota Residen Sumatera

Timur dipindahkan pula dari Bengkalis ke Medan, Istana Kesultanan Deli yang

semula berada di Kampung Bahari (Labuhan) juga pindah dengan selesainya

pembangunan Istana Maimoon pada tanggal 18 Mei 1891, dan dengan demikian

Ibukota Deli telah resmi pindah ke Medan.

Page 61: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Pada tahun 1915 Residensi Sumatera Timur ditingkatkan kedudukannya

menjadi Gubernemen. Pada tahun 1918 Kota Medan resmi menjadi Gemeente (Kota

Praja) dengan Walikota Baron Daniel Mac Kay. Berdasarkan "Acte van Schenking"

(Akte Hibah) Nomor 97 Notaris J.M. de-Hondt Junior, tanggal 30 Nopember 1918,

Sultan Deli menyerahkan tanah kota Medan kepada Gemeente Medan, sehingga

resmi menjadi wilayah di bawah kekuasaan langsung Hindia Belanda. Pada masa

awal Kotapraja ini, Medan masih terdiri dari 4 kampung, yaitu Kampung Kesawan,

Kampung Sungai Rengas, Kampung Petisah Hulu dan Kampung Petisah Hilir. Pada

tahun 1918 penduduk Medan tercatat sebanyak 43.826 jiwa yang terdiri dari Eropa

409 orang, Indonesia 35.009 orang, Cina 8.269 orang dan Timur Asing lainnya 139

orang.

Sejak itu Kota Medan berkembang semakin pesat. Berbagai fasilitas

dibangun. Beberapa diantaranya adalah Kantor Stasiun Percobaan AVROS di

Kampung Baru (1919), sekarang RISPA, hubungan Kereta Api Pangkalan Brandan -

Besitang (1919), Konsulat Amerika (1919), Sekolah Guru Indonesia di Jl. H.M.

Yamin sekarang (1923), Mingguan Soematra (1924), Perkumpulan Renang Medan

(1924), Pusat Pasar, R.S. Elizabeth, Klinik Sakit Mata dan Lapangan Olah Raga

Kebun Bunga (1929).

Secara historis perkembangan Kota Medan, sejak awal telah memposisikan

menjadi pusat perdagangan (ekspor-impor) sejak masa lalu. sedang dijadikannya

medan sebagai ibukota deli juga telah menjadikannya Kota Medan berkembang

Page 62: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

menjadi pusat pemerintah. sampai saat ini disamping merupakan salah satu daerah

kota, juga sekaligus sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara.

2.5. Kota Medan Menyambut Kemerdekaan Republik Indonesia

Dimana-mana diseluruh Indonesia menjelang tahun 1945 bergema persiapan

Proklamasi demikian juga di Kota Medan tidak ketinggalan para tokoh pemudanya

melakukan berbagai macam persiapan. Mereka mendengar bahwa bom atom telah

jatuh melanda Kota Hiroshima, berarti kekuatan Jepang sudah lumpuh. Sedangkan

tentara sekutu berhasrat kembali untuk menduduki Indonesia.Khususnya di kawasan

kota Medan dan sekitarnya, ketika penguasa Jepang menyadari kekalahannya segera

menghentikan segala kegiatannya, terutama yang berhubungan dengan pembinaan

dan pengerahan pemuda. Apa yang selama ini mereka lakukan untuk merekrut massa

pemuda seperti Heiho, Romusha, Gyu Gun dan Talapeta mereka bubarkan atau

kembali kepada masyarakat. Secara resmi kegiatan ini dibubarkan pada tanggal 20

Agustus 1945 karena pada hari itu pula penguasa Jepang di Sumatera Timur yang

disebut Tetsuzo Nakashima mengumumkan kekalahan Jepang. Beliau juga

menyampaikan bahwa tugas pasukan mereka dibekas pendudukan untuk menjaga

status quo sebelum diserah terimakan pada pasukan sekutu.

Sebagian besar anggota pasukan bekas Heiho, Romusha, Talapeta dan latihan

Gyu Gun merasa bingung karena kehidupan mereka terhimpit dimana mereka hanya

diberikan uang saku yang terbatas, sehingga mereka kelihatan berlalu lalang dengan

seragam coklat di tengah kota. Beberapa tokoh pemuda melihat hal demikian

Page 63: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

mengambil inisiatif untuk menanggulanginya. Terutama bekas perwira Gyu Gun

diantaranya Letnan Achmad Tahir mendirikan suatu kepanitiaan untuk

menanggulangi para bekas Heiho, Romusha yang famili/saudaranya tidak ada di kota

Medan. Panitia ini dinamai dengan “Panitia Penolong Pengangguran Eks Gyu Gun“

yang berkantor di Jl. Istana No.17 (Gedung Pemuda sekarang). Tanggal 17 Agustus

1945 gema kemerdekaan telah sampai ke kota Medan walupun dengan agak

tersendat-sendat karena keadaan komunikasi pada waktu itu sangat sederhana sekali.

Kantor Berita Jepang “Domei" sudah ada perwakilannya di Medan namun mereka

tidak mau menyiarkan berita kemerdekaan tersebut, akibatnya masyarakat tambah

bingung. Sekelompok kecil tentara sekutu tepatnya tanggal 1 September 1945 yang

dipimpin Letnan I Pelaut Brondgeest tiba di kota Medan dan berkantor di Hotel De

Boer (sekarang Hotel Dharma Deli). Tugasnya adalah mempersiapkan

pengambilalihan kekuasaan dari Jepang. Pada ketika itu pula tentara Belanda yang

dipimpin oleh Westerling didampingi perwira penghubung sekutu bernama Mayor

Yacobs dan Letnan Brondgeest berhasil membentuk kepolisian Belanda untuk

kawasan Sumatera Timur yang anggotanya diambil dari eks KNIL dan Polisi Jepang

yang pro Belanda.

Akhirnya dengan perjalanan yang berliku-liku para pemuda mengadakan

berbagai aksi agar bagaimanapun kemerdekaan harus ditegakkan di Indonesia

demikian juga di kota Medan yang menjadi bagiannya. Mereka itu adalah Achmad

Tahir, Amir Bachrum Nasution, Edisaputra, Rustam Efendy, Gazali Ibrahim, Roos

Lila, A.malik Munir, Bahrum Djamil, Marzuki Lubis dan Muhammad Kasim Jusni.

Page 64: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

2.6. Deskripsi DPRD Kota Medan.

2.6.1. Sejarah Perkembangan DPRD

Sebelum memasuki uraian tentang tugas pokok dan fungsi DPRD selaku

lembaga legislatif di daerah beserta dengan hak dan kewenangan yang dimilikinya,

terlebih dahulu akan diuraikan keberadaan DPRD sebagai lembaga penyalur aspirasi

masyarakat di daerah. Semenjak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia

pada tanggal 17 Agustus 1945, secara konstitusional penyelenggaraan pemerintahan

daerah telah diatur eksistensinya. Hal ini dapat dilihat dari isi pasal 18 UUD 1945,

dimana ketentuan ini menghendaki dibentuknya Undang-Undang yang mengatur

tentang Pemerintahan di Daerah. Apabila dilihat dari segi hukum maupun praktek,

badan legislatif daerah (DPRD) telah mengalami 7 (tujuh) kali perubahan kedudukan

hukum sesuai dengan pergeseran politik dan perubahan konstitusi, yang selalu

dikaitkan dengan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintahan di

Daerah. Praktek ini sejalan dengan ide dasar pasal 18 UUD 1945 dan penjelasannya,

yakni pembentukan Pemerintah Daerah berikut badan permusyawaratan yang

mendampinginya.

Adapun pertumbuhan dan perkembangan dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945, tentang pembentukan

Komite Nasional Daerah menjadi Badan Perwakilan Rakyat Daerah, yang

bersama-sama dengan dan dipimpin oleh Kepala Daerah menjalankan

pekerjaan mengatur rumah tangga daerahnya, asal tidak bertentangan

Page 65: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

dengan peraturan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang lebih luas

dari padanya.

b. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948, tentang Pemerintahan Daerah.

Dalam Undang-Undang ini, susunan Pemerintah Daerah terdiri dari Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Pemerintah Daerah (DPD). Keadaan

DPRD semakin kuat, DPRD berwenang membuat pedoman untuk DPD

guna mengatur menjalankan kekuasaan, kebijaksanaan dan kewajibannya.

Dengan kata lain, ruang gerak DPD ditentukan oleh DPRD, semantara itu

Kepala Daerah hanya merupakan organ Pemerintah Pusat yang bertugas

mengawasi pekerjaan DPRD dan DPD.

c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957, tentang Pokok-Pokok Pemerintahan

Daerah. Menurut Undang-Undang ini, Pemerintah Daerah terdiri dari DPRD

dan DPD, sedangkan Kepala Daerah bukan merupakan organ tersendiri dari

Pemerintah Daerah, akan tetapi hanya menjadi Ketua dan anggota DPD

karena jabatannya. Hak-hak dan kewajiban DPRD semakin luas, dimana

DPRD mengatur dan mengurus segala urusan rumah tangga daerahnya,

kecuali urusan yang oleh Undang-Undang ini diserahkan kepada pengusaha

lain.

d. Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1959, tentang

Pemerintah Daerah. Dalam Penetapan Presiden ini, Pemerintah Daerah

terdiri dari Kepala Daerah dan DPRD. Sedangkan DPD diganti dengan

Badan Pemerintah Harian yang bertanggungjawab kepada Kepala Daerah.

Page 66: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Selanjutnya disusul dengan penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor

5 Tahun 1960, yang mengatur tentang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Gotong Royong (DPRGR) dan Sekretariat Daerah.

e. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965, tentang Pokok-Pokok

Pemerintahan Daerah. Menurut Undang-Undang ini, DPRD merupakan

unsur Pemerintah Daerah, yang tanggung jawabnya adalah membuat dan

menetapkan Peraturan Daerah, mencalonkan Wakil Kepala Daerah serta

mengajukan calon Kepala Daerah.

f. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Pemerintahan

di Daerah. Dalam Undang-Undang ini, yang menempatkan DPRD sebagai

unsur Pemerintah Daerah, guna menjamin kerja sama dan keserasian antara

Kepala Daerah dan DPRD untuk mencapai tertib pemerintahan di daerah.

g. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintah Daerah. Dalam

Undang-Undang ini, DPRD dipisahkan dari Pemerintah Daerah dengan

maksud untuk lebih memberdayakan DPRD dan peningkatan

pertanggungjawaban Pemerintah Daerah kepada rakyat.

Berdasarkan perkembangan yang ada terutama menyangkut tata

pemerintahan di daerah, melalui kajian yang berpacu pada landasan sejarah,

diharapkan dapat membantu untuk mengetahui sejauh mana eksistensi lembaga

legislatif daerah mampu berperan sesuai dengan fungsinya. Seluruh peraturan yang

mengatur tentang tata pemerintahan di daerah, yang pernah ada dan berlaku selain

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 pada hakekatnya memberikan kewenangan

Page 67: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

yang lebih besar kepada DPRD sebagai lembaga legislatif daerah untuk dapat

berperan dalam menyuarakan dan memperjuangkan aspirasi serta kepentingan

masyarakat yang diwakilinya.

Komposisi Anggota DPRD Kota Medan Periode

2004-2009 Berdasarkan Partai Politik

No. Partai Politik Jumlah

1. Partai Demokrasi Indonesia – Perjuangan (PDI-P) 5 0rang

2. Partai Golongan Karya (Golkar) 6 orang

3. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 5 orang

4. Partai Amanant Nasional (PAN) 8 orang

5. Partai Demokrat 6 orang

6. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 9 orang

7. Partai Damai Sejahtera (PDS) 5 orang

J u m l a h 45 orang

Sumber : Sekretariat DPRD Kota Medan

Berdasarkan tabel tersebut dapat di lihat bahwa komposisi keanggotaan

DPRD Kota Medanhasil Pemilihan Umum Tahun 2004 berjumlah 45 orang. Pada

komposisi Partai Keadilan Sejahtera memiliki jumlah anggota yang paling banyak, di

susul kemudian dari Partai Amanat Nasional. Jadi sampai sekarang ini keanggotaan

DPRD Kota Medan murni hasil Pemilihan Umum.

Page 68: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

2.6.2. Susunan Organisasi dan Tata Kerja DPRD Kota Medan.

1. Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Dalam hal penguatan Lembaga Legislatif Daerah (DPRD), berdasarkan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Lembaga

Legislatif Daerah (DPRD) telah mengalami perubahan dan peningkatan fungsi serta

peran yang sangat berarti dalam hal :

1) DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan

sebagai penyelenggara pemerintahan daerah.

2) membentuk perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat

persetujuan bersama.

3) Membahas dan menyetujui rancangan perda tentan APBD bersama

dengan kepala daerah.

4) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan perda dan peraturan

perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, Kebijakan

pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah

dan kerjasama internasional didaerah.

5) Mengusulakan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah/wakil

kepala daerah kepada Presiden melalui Menteri dalam Negeri Bagi DPRD

Provinsi dan Kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPRD

kabupaten/kota.

6) Memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil

kepala daerah.

Page 69: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

7) Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah

terhadap rencana perjaanjian internasional didaerah.

8) Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional

didaerah.

9) Meminta laporan keterangan pertanggung jawaban kepala daerah dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah.

10) Membentuk panitia pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam

penyelenggaraan pemilihan kepala daerah.

11) Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama antar daerah dan

dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.

Bertolak dari kenyataan bahwa Lembaga Legislatif adalah lembaga politik

yang merupakan representasi masyarakat, maka bagi anggota yang melaksanakan

tugas dalam lembaga tersebut diperlukan kadar pemahaman yang cukup atas prinsip-

prinsip dan tata kerja institusi tersebut. Disamping itu anggota perlu pula mempunyai

tingkat pemahaman tertentu mengenai kultur politik dan nilai serta kepentingan-

kepentingan yang melandasi tingkah laku politik anggota masyarakat secara

menyeluruh.

2. Wewenang dan Tugas Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DPRD adalah unsur Pemerintah kota yang susunannya mencerminkan

perwakilan seluruh rakyat daerah, bersama-sama Kepala Daerah menjalankan tugas

Page 70: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

wewenang Pemerintah Daerah di bidang legislatif. Dalam menjalankan wewenang

dan tugas DPRD secara rinci diatur dalam Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kota Medan Nomor 09 / KEP DPRD / Tahun 2004 tentang Peraturan Tata

Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan sebagaimana tertera dalam

Bab V, Pasal 30 yang menyatakan bahwa DPRD mempunyai tugas dan wewenang :

1) Membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat

persetujuan bersama.

2) Menetapkan APBD bersama dengan kepala daerah.

3) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan perda dan peraturan

perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, Kebijakan

pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah

dan kerjasama internasional didaerah.

4) Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah/wakil

kepala daerah kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur Sumatera

Utara

5) Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah

terhadap rencana perjaanjian internasional didaerah.

6) Meminta laporan keterangan pertanggung jawaban kepala daerah dalam

pelaksanaan tugas desentralisasi.

7) Tugas-tugas lain yang diberikan undang-undang.

3. Hak - Hak Anggota DPRD

Page 71: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Untuk melaksanakan tugas dan kewenangannya, DPRD memiliki beberapa

hak, baik hak institusi maupun hak anggota, yaitu :

a. Hak Mengajukan Pertanyaan Bagi Masing-masing Anggota

Dalam pelaksanaan hak ini, setiap anggota DPRD dapat

mengajukan pertanyaan kepada Kepala Daerah atau perangkat Daerah.

Pertanyaan disusun singkat, jelas dan tertulis disampaikan kepada

Pimpinan DPRD. Pimpinan DPRD dapat memusyawarahkan dengan

penanya tentang bentuk dan isi pertanyaan. Selanjutnya Pimpinan DPRD

meneruskan pertanyaan kepada Kepala Daerah atau Perangkat Daerah

lainnya. Jawaban atas pertanyaan dimaksud oleh Kepala Daerah atau

Perangkat Daerah disampaikan secara tertulis.

Apabila jawaban atas pertanyaan tersebut kurang tepat, tidak

memberikan gambaran yang sebenarnya dan atau tidak dapat memecahkan

persolalan masalah. Maka penanya dapat mengajukan melalui Pimpinan

Dewan untuk dibahas dalam panitia musyawarah. Panitia musyawarah

adalah panitia yang terakhir untuk memberikan jalan keluarnya.

b. Hak Meminta Keterangan kepada Kepala Daerah

Dalam pelaksanaan hak ini, sekurang-kurangnya 5 (lma) anggota

DPRD dapat mengajukan usul kepada Pimpinan DPRD untuk meminta

keterangan kepada Kepala Daerah tentang sesuatu kebijaksanaan dan

Keputusan Bupati. Usul tersebut disusun secara singkat, jelas dan

ditandatangani oleh para pengusul. Serta usul tersebut diberikan nomor

Page 72: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

pokok oleh sekretariat DPRD, kemudian disampaikan kepada Pimpinan

DPRD.

Selanjutnya apabila usul permintaan keterangan kepada Walikota

disetujui dalam rapat Paripurna sebagaimana permintaan keterangan

DPRD, maka permintaan keterangan tersebut dikirimkan kepada Kepala

Daerah. Dalam pemberian keterangan Kepala Daerah tersebut, diadakan

pembicaraan dengan memberikan kesempatan kepada pengusul maupun

anggota DPRD lainnya untuk memberikan pandangannya dalam rapat

paripurna. Atas pandangan para pengusul dan para anggota DPRD, DPRD

dapat menyatakan pendapatnya terhadap jawaban tersebut dalam suatu

keputusan.

c. Hak Mengajukan Pernyataan Pendapat

Sekurang-kurangnya 5 (lima) orang anggota DPRD dapat

mengajukan usul pernyataan pendapat. Usul pernyataan pendapat tersebut

disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan DPRD dengan disertai daftar

nama dan tanda tangan pengusul. Dan usul pernyataan tersebut juga

diberi nomor pokok oleh Sekretariat DPRD. Kemudian usul pernyataan

pendapat tersebut oleh Pimpinan DPRD disampaikan dalam rapat

paripurna DPRD setelah mendapat pertimbangan dari panitia

musyawarah. Dalam rapat paripurna DPRD para pengusul diberi

kesempatan untuk memberikan penjelasan atas usul yang disampaikan

tersebut.

Page 73: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Pembicaraan mengenai suatu usul pernyataan pendapat dilakukan

dengan memberikan kesempatan kepada : Anggota-anggota DPRD

lainnya untuk memberikan pandangan, Kepala Daerah untuk menyatakan

pendapat, para pengusul memberikan jawaban atas pandangan para

anggota dan pendapat Kepala Daerah. Kemudian pembicaraan diakhiri

dengan keputusan DPRD yang menerima atau menolak usul pernyataan

pendapat tersebut menjadi pernyataan pendapat DPRD.

d. Hak Prakarsa Mengenai Rancangan Peraturan Daerah

Sekurang-kurangnya 5 (lima) orang anggota DPRD dapat

mengajukan sesuatu usul prakarsa (inisiativ). Usul prakarsa tersebut

disampaikan kepada Pimpinan DPRD dalam bentuk Rancangan Peraturan

Daerah disertai penjelasan secara tertulis dan diberi nomor pokok oleh

Sekretariat DPRD. Kemudian usul prakarsa tersebut oleh Pimpinan DPRD

disampaikan dalam rapat paripurna setelah mendapat pertimbangan dari

panitia musyawarah. Dalam rapat paripurna para pengusul diberi

kesempatan memberikan penjelasan atas usul prakarsa tersebut.

Dalam pembicaraan mengenai sesuatu usul prakarsa dilakukan

dengan memberikan kesempatan kepada : Anggota-anggota DPRD

lainnya untuk memberikan pandangannya, Kepala Daerah memberikan

pendapatnya, dan para pengusul memberikan jawaban atas pandangan

para anggota dan pendapat Kepala Daerah.

Page 74: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Kemudian pembicaraan diakhiri dengan keputusan DPRD yang

menerima atau menolak usul prakarsa menjadi prakarsa DPRD. Selama

usul prakarsa belum diputuskan menjadi prakarsa DPRD para pengusul

berhak mengajukan perubahan atau mencabutnya kembali.

e. Hak Mengajukan Perubahan Rancangan Peraturan Daerah

Setiap anggota DPRD dapat mengajukan usul perubahan atas

Rancangan Peraturan Daerah. Pokok-pokok usul perubahan tersebut

disampaikan dalam pemandangan umum para anggota DPRD pada

pembicaraan tahap I (satu). Kemudian usul perubahan tersebut

disampaikan oleh anggota DPRD dalam tahap II (dua) untuk dibahas

untuk diambil keputusan.

f. Hak Penyelidikan

Setiap anggota DPRD berhak melakukan penyelidikan. Untuk

melakukan penyelidikan tersebut, penyidik wajib dilengkapi surat

Tugas/surat jalan yang diterbitkan oleh Pimpinan DPRD. Penyelidik

dalam melakukan penyelidikannya wajib membuat laporan

penyelidikannya dan menyampaikannya kepada Pimpinan DPRD.

Kemudian Pimpinan DPRD dapat membentuk Panitia musyawarah

untuk melakukan penyelidikan yang lebih komprehensip. Setelah itu hasil

penyelidikan yang dilakukan oleh Panitia khusus tersebut disampaikan

kepada Pimpinan DPRD untuk ditindak lanjuti dan selanjutnya diambil

Page 75: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

keputusan DPRD setelah memperoleh pertimbangan dari Panitia

Musyawarah.

g. Hak Protokoller

Dalam hak protokoller ini Pimpinan dan Anggota Dewan dalam

melaksanakan tugasnya berhak untuk mendapat perlindungan, keamanan

dan pembelaan. Apabila keadaan menghendaki demi kelancaran tugas

Pimpinan dan anggota DPRD berhak untuk meminta dan diberikan

pengawalan oleh aparat hukum demi menjamin keselamatannya.

h. Hak Keuangan

Dalam rangka penyelenggaraan kegiatan DPRD atas beban

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), DPRD menentukan

Anggaran Belanja DPRD, dengan hak-hak keuangan yang terdiri dari :

Uang refresentasi, Uang paket, Biaya pemeliharaan kesehatan, Tunjangan

kehormatan, Uang duka dan biaya pengangkutan jenazah, Pakaian Dinas

dan Biaya perjalanan dinas.

Disamping pembiayaan tersebut pada APBD, DPRD juga

menentukan pembiayaan untuk : Dana penunjang kegiatan, Tunjangan

kesejahtraan, Tunjangan perumahan Pimpinan dan anggota DPRD,

Fasilitas (bentuk fasilitas ditentukan oleh Pimpinan DPRD) dan besarnya

Page 76: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

hak keuangan dan fasilitas tersebut diputuskan dengan keputusan DPRD

setelah memperoleh masukan dan pertimbangan dari panitia anggaran.

i. Hak Tenaga Ahli

DPRD dalam melaksanakan hak kewajiban, tugas dan wewenang

berhak memperoleh tenaga akhli. Anggaran yang diperlukan sehubungan

dengan tenaga akhli tersebut dibebankan kepada anggaran Dewan. Dengan

demikian pengaturan lebih lanjut mengenai tenaga akhli akan diatur dalam

keputusan Pimpinan DPRD.

Kesembilan hak- hak DPRD tersebut di atas, pelaksanaannya di atur

dalam Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan Nomor

09 / KEP DPRD/ Tahun 2004, tentang Peraturana Tata Tertib Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan.

j. Mekanisme Kerja DPRD Kota Medan Dalam Penampungan Aspirasi Masyarakat

Badan Eksekutif Badan Legislatif

Daerah Daerah

Sekw

Surat ke DPRD disampaikan

Instan

Bupati

Sekda

Ketua Wakil

Rapat Pimpinan Dewan. Selanjutnya diminta kepada Bupati untuk ditindaklanjuti

Rapat kerja/peninjauan lapangan/mengundang ybs (pengadu)

Page 77: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Pada DPRD Kota Medan, mekanisme kerja itu dikatakan oleh Sekretaris

Dewan adalah :

“Setelah surat masuk ke Sekwan, kemudian dari Sekwan ke Ketua DPRD. Ketua mendisposisikan ke Wakil-Wakil Ketua, misalnya pada Ketua 1, 2, dan 3 sesuai dengan bidangnya. Selanjutnya Wakil Ketua tersebut rapat kerja peninjauan lapangan atau mengaundang langsung yang bersangkutan (pengadu), hasilnya disampaikan ke Sekwan, dari Sekwan ke Pimpinan Dewan untuk selanjutnya rapat, hasilnya disampaikan kepada Bupati, kemudian Bupati menyurati Dinas atau Instansi terkait.” (Agustus 2009)

Page 78: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Kinerja DPRD Kota Medan

Kebijakan otonomi daerah yang sedang dijalankan telah memberikan peluang

yang sangat besar bagi penguatan fungsi lembaga legislatif daerah. Hal ini sejalan

dengan semangat untuk melaksanakan demokratisasi dalam aspek pemerintahan.

Kondisi ini sangat kontradiktif dengan pengalaman sebelumnya, dimana DPRD

diletakkan setingkat lebih rendah dari Kepala Daerah. Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 memberikan kewenangan yang sangat besar bagi DPRD, mulai dari

pembuatan Peraturan Daerah yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat

persetujuan bersama, menetapkan APBD, mengusulkan pengangkatan dan

pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kepada Presiden melalui

Gubernur sampai dengan memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama antara

daerah dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah. Tentu saja hal

Page 79: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

ini berimplikasi sangat luas, terlebih karena pengalaman kita didalam berdemokrasi

sangat terbatas, bahkan tidak jarang DPRD seringkali dihujat karena keterlibatannya

dalam tindakan-tindakan yang tidak sepantasnya sesuai dengan etika politik dan

pemerintahan.

Sebagai konsekuensi dari kebijakan otonomi daerah yang didasarkan pada

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, maka penyelenggaraan pemerintahan di

Daerah dijalankan secara demokratis, artinya dalam lingkup daerahpun masyarakat

perlu dilibatkan dalam proses pembuatan dan penentuan kebijakan Pemerintah

Daerah. Oleh karena itu, DPRD sebagai salah satu unsur pemerintahan daerah

otonom, menjadi penting keberadaannya dalam membangun Pemerintah Daerah yang

demokratis. Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan di daerah, sehingga posisi

legislatif daerah menjadi sangat strategis di era sekarang ini, karena ketika daerah

diberi tanggung jawab untuk mengurus rumah tangganya sendiri sebagaimana

hakekat otonomi daerah, maka legislatif lokallah yang memproduksi sekaligus

mengendalikan berbagai kebijakan yang diperlukan dan atau tidak diperlukan. Hal ini

berangkat dari asumsi bahwa keberadaan anggota legislatif daerah sudah memahami

tugas dan fungsinya serta memiliki kemampuan sumber daya seperti yang diharapkan

ini, DPRD memainkan peran sebagai lembaga wakil rakyat, sehingga pelaksanaan

peran tersebut akan menjadi parameter untuk melihat keberadaan lembaga ini dalam

Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau

kelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab

masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal,

Page 80: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Penilaian kinerja

merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai

ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Dengan melakukan

penilaian terhadap kinerja, maka upaya untuk memperbaiki kinerja bisa dilakukan

secara lebih terarah dan sistematis. Dalam konteks ini, DPRD yang nota bene adalah

wakil rakyat memiliki fungsi perwakilan, akan tetapi bentuk keterwakilan yang

dimiliki oleh anggota legislatif lokal ini belum mencerminkan keterwakilan rakyat

kepada mereka, mengingat proses perwakilan mereka di lembaga legislatif masih

tergantung pada partai dan pengangkatan, sehingga tugas pertanggungjawaban

mereka juga menjadi kepada partai ataupun lembaga yang mengangkatnya bukan

kepada masyarakat yang memilihnya/konstituen. Hal inilah yang menyulitkan untuk

menilai kinerja Lembaga legislatif secara keseluruhan, sehingga pada akhirnya

pengukuran kinerja tersebut hanya dilihat dari seberapa banyak atau besar hak, tugas

dan wewenang yang telah dilaksanakan secara kelembagaan, berdasarkan hak, tugas

dan wewenang yang dimiliki lembaga itu.

Secara kritis, masih kurang kuatnya komitmen dan kinerja para anggota

Dewan untuk mengusut kasus-kasus yang sebenarnya lebih besar dan berarti, dapat

dilihat baik dari perspektif institusional maupun individual, seperti dalam

pembahasan masalah kunjungan anggota Dewan ke luar negeri dan kasus dana

purnabhakti yang saat ini lagi menghangat, sehingga logis saja bila rakyat masih

memiliki banyak pertanyaan tentang sejauhmana relevansi antara tugas, wewenang

dan hak yang telah diberikan kepada lembaga legislatif dengan kinerja lembaga

Page 81: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

legislatif secara menyeluruh. Dengan kata lain dipertanyakan, apakah para anggota

lembaga legislatif lokal telah bekerja secara optimal dengan segala wewenang dan

hak yang diberikan sepenuhnya pada mereka. Juga dipertanyakan, apakah mereka

telah menjalankan fungsi representatif dengan baik, sesuai dengan harapan dan janji-

janji yang diberikan pada masyarakat sewaktu Pemilu lalu. Pelaksanaan hak, tugas

dan wewenang DPRD periode 2004-2009, dapat menjadi pedoman untuk melihat

kinerja DPRD Kota Medan saat ini. Namun hal tersebut tidak dapat dijadikan sebagai

parameter absolut untuk mengukur kinerja DPRD secara keseluruhan. Pengukuran

kinerja secara kelembagaan bisa saja dilihat secara nyata dari pelaksanaan atas hak,

tugas dan wewenang, namun tidaklah semudah itu dilakukan, karena masing-masing

anggota Dewan juga memiliki fungsi dan tugas yang hakiki sebagai wakil rakyat

yang tidak dapat diukur secara kasat mata. Oleh karena itu untuk melakukan analisis

kinerja ini diperlukan beberapa indikator kinerja sebagaimana telah dijelaskan pada

bab terdahulu.

3.2. Indikator Kinerja DPRD Kota Medan.

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas disini akan diukur dari seberapa besar kegiatan DPRD dan

kebijakannya telah sesuai dengan fungsi, tugas dan wewenangnya konsisten dengan

kehendak masyarakat dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

Berdasarkan hasil pengamatan dan temuan penulis di Kota Medan mengenai kegiatan

dan kebijakan DPRD yang telah dilakukan apakah sudah sesuai dengan fungsi, tugas

dan wewenangnya, apakah konsisisten dengan kehendak masyarakat dan dapat

Page 82: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat menurut informasi yang penulis dapat,

masih jauh yang diharapkan.

Sebagaimana yang dikatakan oleh salah seorang anggota DPRD dan juga

sebagai Ketua Fraksi PAN, Bapak Ahmad Arif, SE, MM........... mengatakan bahwa

”dalam pandangan saya anggota DPRD Kota Medan masih beranjak dari apa yang diinginkan oleh partainya atau boleh dikatakan bahwa masih memikirkan kepentingan partainya. Tidak ada follow up dari anggota DPRD apabila menyangkut dengan kpentingan masyarakat”.

Dari penjelasan tersebut di atas dan berdasarkan wawancara dan

pengamatan langsung dilapangan memang dapat dikatakan bahwa kebijakan yang

telah dihasilkan DPRD belum mampu menjawab berbagai persoalan yang ada di

masyarakat. DPRD juga dalam menentukan kebijakan yaitu pada hal-hal yang

menyangkut permasalahan seperti : “Kasus-kasus tanah, tuntutan buruh, kasus yang

melibatkan PNS dalam hal ini anggota DPRD masih mempunyai kepentingan untuk

penempatan pegawai Pemerintah Daerah, masalah distribusi BBM dan masalah

kebijakan untuk peningkatan PAD, serta masalah yang berhubungan dengan kalangan

Pers, dalam hal ini kasus-kasus tersebut diselesaikan juga karena dipengaruhi adanya

kepentingan-kepentingan pribadi”.

Sejalan dengan pendapat tersebut, seorang Tokoh Masyarakat dan juga

sebagai dosen STIE Harapan, Bapak Drs. Djauzi Ilmi, SH.MM, mengatakan bahwa :

”Kebijakan yang dibuat oleh DPRD Kota Medan dalam hal peraturan daerah masih banyak yang merupakan usulan dari Pemerintah Kota Medan. Kebijakan dari Pemerintah Kota masih cenderung berpihak kepada pemilik modal, cenderung mencari PAD dan kebijakan dimaksud bersifat membebankan masyarakat dan bukan dari keinginan atau aspirasi masyarakat, anggota DPRD masih pasif menjemput aspirasi dari masyarakat”.

Page 83: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Dan senada dengan pendapat tersebut di atas, menurut Staf Humas Sekretariat

Pemerintah Daerah Kota Medan Bapak Drs.Bakti Sinurat,

Peningkatan fungsi legislasi atau fungsi pengaturan DPRD tidak hanya

melihat dari jumlah peraturan daerah yang dihasilkan yang berasal dari inisiatif

DPRD. Kualitas DPRD dalam menjalankan fungsi ini juga diukur dari muatan

mengatakan bahwa:

“Menurut saya dalam pembuatan kebijakan dalam pelaksanaan fungsi DPRD belum cukup aspiratif karena kebijakan yang dibuat cendrung untuk kepentingan Partai Politik dari anggota DPRD saja dan kepentingan Eksekutif dengan dalih efektifitas dan efisiensi PAD dan ide pembuatan kebijakan cenderung lahir dari ide Eksekutif bukan dari masyarakat”.

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa dalam akuntabilitas

pelaksanaan fungsi DPRD masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari segi kegiatan

DPRD serta kebijakannya belum ada yang nampak yang sesuai dengan fungsi, tugas

dan wewenangnya, apalagi konsisten dengan kehendak masyarakat. Dalam hal ini,

partisipasi masyarakat yang diharapkan oleh pemerintah daerah adalah keterlibatan

dan keikutsertaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, sekaligus

kesediaan untuk mematuhi dan melaksanakan kebijaksanaan tersebut belum berjalan

optimal, baik berupa partisipasi dalam proses pembuatan keputusan, dalam

pelaksanaan, dalam pemanfaatan hasil dan partisipasi dalam evaluasi. Tentu saja hal

ini sangat berimplikasi sangat luas , terlebih karena pengalaman kita di dalam

berdemokrasi sangat terbatas, bahkan tidak jarang DPRD seringkali dihujat karena

keterlibatannya dalam tindakan-tindakan yang tidak sepantasnya sesuai dengan etika

politik dan pemerintahan.

Page 84: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

peraturan daerah yang seharusnya lebih banyak berpihak kepada kepentingan

masyarakat luas.

Dalam penyusunan peraturan daerah, anggota DPRD harus lebih banyak

berperan sebagai sumber ide dan gagasan,sesuai kedudukannya sebagai insan politik.

Anggota DPRD tidak dituntut untuk menguasai secara teknis materi dan bahasa

hukum dalam peraturan daerah, karena hal tersebut dapat diserahkan kepada para ahli

dalam bidangnya masing-masing. Praktek pemerintahan daerah yang ada seringkali

menggambarkan bagaimana para anggota DPRD sibuk menyusun peraturan daerah

sampai pada hal yang sangat rinci dan substantif, tanpa didasari dengan keahlian yang

cukup. Akhirnya yang muncul adalah perdebatan berkepanjangan tentang sesuatu hal

oleh mereka yang sama-sama tidak paham mengenai substansinya, sehingga

menghabiskan waktu tanpa dapat menyelesaikannya dengan baik.

Keputusan dan kebijakan yang dikeluarkan DPRD dari segi politisnya hanya

lebih mementingkan pada golongan/partai yang diwakilinya tanpa masyarakat perlu

dilibatkan dalam proses pembuatan dan penentuan kebijakan Pemerintah Daerah.

Oleh karena itu, DPRD melaksanakan fungsinya sebagai salah satu unsur

Pemerintahan Daerah dalam pembuatan kebijakan tidak demokratis sehingga dapat

bersifat membebankan masyarakat karena bukan dari keinginan atau aspirasi

masyarakat.

Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa akuntabilitas DPRD Kota Medan

terhadap masyarakat belum berjalan dengan baik sebagaimana yang diharapkan.

Begitu pula dengan hasil pengamatan dan wawancara dengan tokoh-tokoh

Page 85: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

masyarakat dan perangkat Pemerintah Daerah yang ditemui hampir semua

mengatakan hal yang sama.

2. Responsivitas Responsivitas disini akan diukur dari kemampuan DPRD Kota Medan untuk

lebih tanggap dan bisa memahami kondisi yang berkembang dan apa yang menjadi

proritas untuk ditangani sesuai dengan aspirasi masyarakat yang sedang berkembang.

Responsivitas dimasukkan sebagai sebagai salah satu indikator karena secara

langsung kemampuan anggota DPRD dalam menjalankan misi dan tujuan yang

diembannya, khususnya lembaga legislatif daerah yang berfungsi sebagai regulator

konflik yaitu fasilitator yang mampu menjembatani perbedaan kepentingan antara

sesama kelompok masyarakat atau antara kelompok tersebut dengan Pemerintah

Daerah.

Dalam oprasionalisasinya, responsivitas lembaga legislatif dijabarkan melalui

adanya beberapa keluhan masyarakat, sikap anggota Dewan dalam merespon keluhan

masyarakat serta penggunaan keluhan masyarakat sebagai referensi bagi penyusunan

kebijakan dan langkah perbaikan dimasa mendatang. Keluhan yang disampaikan oleh

masyarakat merupakan indikator yang memperlihatkan bahwa fungsi perwakilan

yang diemban oleh lembaga legislatif daerah belum maksimal dengan harapan

masyarakat.

Berdasarkan hasil temuan di Kota Medan mengenai kemampuan anggota

DPRD dalam merespon kondisi yang berkembang dan apa yang menjadi prioritas

pekerjaannya sesuai dengan aspirasi masyarakat cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari

Page 86: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

adanya pertemuan-pertemuan oleh DPRD secara resmi dalam menampung aspirasi

masyarakat.

Sebagaimana hasil wawancara yang dilanjutkan oleh Bapak Drs.Bakti Sinurat,

ia mengatakan bahwa :

“Kalau menurut hasil pengamatan, DPRD selalu merespon terhadap aspirasi yang disampaikan masyarakat terbukti acapkali Eksekutif dipanggil untuk dengar pendapat tenteng aspirasi tersebut. Dan bahkan jika memungkinkan DPRD langsung mengadakan kunjungan kerja ke lokus tempat timbulnya aspirasi masyarakat tersebut”. (Agustus 2009)

Dan ia juga mengatakan :

“Cukup baik, terutama sering memanggil Eksekutif untuk dengar pendapat tentang kasus yang disalurkan masyarakat kepada DPRD kemudian juga DPRD sering mengadakan kunjungan kerja kemasing-masing Kecamatan dan Kelurahan”. (Agustus 2009)

Berdasarkan observasi di lapangan, sikap anggota DPRD dalam merespon

aspirasi dari masyarakat sudah cukup baik tapi belum maksimal bagi harapan

masyarakat. Hal ini terlihat dari sedikitnya anggota DPRD yang mau menerima dan

mendengarkan tuntutan mereka bahkan kadang-kadang hanya anggota Dewan

tertentu saja yang selalu ditunjuk untuk menerima masyarakat yang datang ke

Gedung DPRD untuk menyalurkan aspirasinya.

Disamping itu keluhan-keluhan yang selama ini disampaikan oleh masyarakat

belum semuanya digunakan sebagai referensi bagi penyusunan kebijakan dan

perbaikan dimasa mendatang seperti tuntutan/keluhan masyarakat tentang masalah

sengketa tanah, fasilitas yang diterima anggota Dewan seperti dana purnabhakti serta

tuntutan agar anggota Dewan tidak menghambur-hamburkan uang dengan jalan-jalan

Page 87: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

keluar daerah dalam bentuk kunjungan kerja atau studi banding belum ditanggapi

secara serius oleh anggota DPRD. Dalam hal ini juga kemampuan DPRD Kota

Medan untuk lebih tanggap terhadap kebijakan Perda yang dikeluarkan Eksekutif dan

bisa memahami kondisi yang berkembang serta apa yang menjadi proritas untuk

ditangani sesuai dengan aspirasi masyarakat yang sedang berkembang.

Kebijakan yang dikeluarkan Pemerintahan Kota yaitu eksekutif yang telah

disetujui atau disyahkan oleh legislatif dari segi politisnya hanya lebih mementingkan

pada golongan/partai yang diwakilinya tanpa masyarakat perlu dilibatkan dalam

proses pembuatan dan penentuan kebijakan Pemerintah Daerah sehingga dengan

kebijakan ini dapat membebankan masyarakat dalam rangka perolehan PAD.

Dengan demikian DPRD sebagai fungsi regulator konflik yaitu DPRD harus

mampu bertindak arif dan adil tanpa memihak pada kepentingan kelompok tertentu

sehingga solusi yang diambil merupakan jalan tengah sekaligus alternatif terbaik

pula.

3. Efektivitas

Efektivitas disini akan diukur dari apakah tujuan dari Lembaga Legislatif

sebagai penyambung aspirasi masyarakat daerah dapat melaksanakan tugas dan

fungsinya serta memberikan layanan dan amanat fungsi yang

diembannya.Berdasarkan observasi dan wawancara di lapangan menyangkut kinerja

DPRD Kota Medan khususnya dalam efektivitas tujuan DPRD sebagai Lembaga

Legislatif perwakilan masyarakat yang berfungsi dan bertujuan sebagai penyambung

Page 88: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

aspirasi serta memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan amanat fungsi

yang diembankannya masih rendah.

Rekapitulasi keputusan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh DPRD

Kota Medan periode 2004 - 2009 dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 1

Rekapitulasi Peraturan Daerah Yang Telah Ditetapkan DPRD Kota

Medan Tahun 2009

No. Nama Keputusan dan Kebijakan

1 Perda Kota Medan Nomor 1 tahun 2009 tentang pengelolaan barang milik daerah.

2 Perda Kota Medan Nomor 4 tahun 2009 tentang pelaksanaan perda kota medan nomor 2 tahun 2009 tentang urusan Pemerintahan Kota Medan

3 Perda Kota Medan No 5 tahun 2009 tentang perda kota medan no 3 tahun 2009 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja perangkat daerah Kota Medan

4 Perda Kota Medan No 7 tahun 2009 tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah.

5 Perda Kota Medan no 8 tahun 2009 tentang rencana pembangunan jangka panjang kota medan tahun 2006-2025

Sumber :Sekretariat DPRD Kota Medan

Dengan dijalankannya fungsi legislasi oleh DPRD, kebijakan-kebijakan

pemerintah akan lebih mencerminkan kehendak rakyat di daerah. Akan tetapi, dalam

prakteknya fungsi pembuatan peraturan ini tidak berjalan sebagaimana mestinya,

sebab hingga saat ini belum ada peraturan daerah yang merupakan hak inisiatif, atau

dengan kata lain hak inisiatif belum pernah dilaksanakan. Kondisi ini dapat dipahami

karena berbagai keterbatasan DPRD dibanding dengan eksekutif. Informasi, data,

Page 89: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

tenaga terampil dan kemampuan menganalisis berbagai aspek yang diperlukan dalam

menyusun suatu Rancangan Peraturan Daerah yang dimiliki oleh eksekutif masih

lebih lengkap dibanding dengan apa yang dimiliki oleh DPRD.

Dalam operasionalisasinya, penilaian kinerja DPRD terkait dengan

pelaksanaan fungsi legislasi yang dimiliki oleh Dewan yaitu berupa pembuatan

produk-produk hukum baik berupa keputusan maupun Peraturan Daerah. Melalui

pembuatan Peraturan Daerah ini, berarti DPRD telah menunjukkan warna dan

karakter serta kualitasnya, baik secara materiil maupun secara fungsional.

Kemampuan Dewan untuk membuat Peraturan Daerah akan menjadi tolok ukur

dalam menjalankan fungsi dan menjamin keberadaanya. Dalam era otonomi ini,

diperlukan suatu jalinan hubungan kerjasama yang baik antara DPRD selaku lembaga

legislatif dengan Pemerintah Daerah selaku lembaga eksekutif, sehingga keduanya

merupakan satu kesatuan yang utuh dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Dalam perspektif pembuatan Peraturan Daerah, DPRD hendaknya senantiasa

memperhatikan aspirasi dan kepentingan masyarakat. Keseluruhan aspirasi, baik

berupa tuntutan maupun dukungan dapat diperoleh melalui interaksi timbal balik

yang dilakukan oleh para anggota Dewan dengan masyarakat, baik melalui organisasi

yang diwakilinya maupun dengan kelompok-kelompok masyarakat yang ada. Pasca

reformasi dan pelaksanaan Otonomi Daerah dilihat dari perspektif konstitusi, posisi

DPRD sangat kuat. UU Nomor 32 Tahun 2004 memberikan konsekuensi dari

kedudukan lembaga tersebut.

Page 90: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Dari keseluruhan Peraturan Daerah yang berhasil ditetapkan oleh DPRD

tersebut, tidak ada satu Peraturan Daerah pun yeng merupakan Perda inisiatif dari

Dewan. Jadi pelaksanaannya ternyata partisipasi aktif Dewan baru terbatas pada

proses pembahasan dan memberikan persetujuan terhadap usulan rancangan yang

diajukan oleh pihak Eksekutif. Terlihat bahwa penggunaan hak inisiatif oleh DPRD

dalam melaksanakan fungsi legislasinya belum berjalan sebagaimana mestinya,

karena Raperda yang dijadikan Perda semuanya berasal dari Pemko. Jadi dapat

dikatakan bahwa peran DPRD terhadap keberadaan produk legislasi rendah sekali

dibanding dengan peran Pemko Medan. Keadaan demikian menunjukkan bahwa

lembaga legislatif belum memperlihatkan prakarsanya yang maksimal dalam

menampung aspirasi masyarakat dalam rangka perwujudan demokrasi yang

diwakilkan oleh rakyat kepada mereka. Kesan DPRD sebagai badan yang hanya

melegitimasi usulan/rancangan yang berasal dari Pemko, akan hilang apabila DPRD

lebih banyak menggunakan hak inisiatifnya.

Penetapan Perda dilakukan oleh kepala daerah dan DPRD untuk mendapat

persetujuan bersama pasal 42 UU No 32 tahun 2004. Hal mana menunjukkan adanya

suasana parlementer dan berlakunya mekanisme check and balances. Dikaitkan

dengan amandemen UUD 1945, kekuasaan membentuk Perda seharusnya berada di

tangan DPRD. Idealnya badan legislatif daerah menjadi sumber inisiatif, ide dan

konsep berbagai Raperda, karena posisi mereka sebagai wakil rakyat akan lebih

memahami kepentingan dan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat.

Page 91: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Berdasarkan wawancara lanjutan dengan informan Tokoh Masyarakat, Bapak

Drs. Djauzi Ilmi, SH.MM , ia juga mengatakan bahwa :

“Menurut yang saya ketahui bahwa DPRD menjalankan fungsinya belum baik, mekanisme penyaluran aspirasi belum sesuai prosedur. Begitu juga yang belum yaitu kemandirian DPRD kaitan dengan kesejahteraan anggota sehingga mempengaruhi kebijakan DPRD. Dalam artian kebijakan yang diambil DPRD cenderung bersifat mendukung kebijakan Eksekutif seteleh terjadi lobby dan pendekatan Eksekutif “shering Profit” dari rencana Perda yang disyahkan kaitan dengan Perda pembebanan kepada masyarakat dalam rangka perolehan PAD pada era otonomi daerah”. (agustus 2009)

Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Staff Humas Pemerintah Daerah

Kota Medan mengatakan bahwa :

“Belum sesuai dengan prosedur dan mekanisme, serta masih cenderung aspiratif dan membebankan masyarakat keseluruhan. Kemudian setiap produk Perda yang akan disyahkan dijalankan atau dilaksankan tidak diuji dan disosialisasi kepada masyarakat”. (agustus 2009)

Dari gambaran kedua pendapat tersebut dan hasil observasi di lapangan dapat

dikatakan bahwa tingkat keefektifan fungsi DPRD sebagai penyambung aspirasi

masyarakat di Kota Medan masih rendah. Hal ini dapat dilihat belum adanya

kemandirian anggota DPRD sehingga belum adanya output yang dihasilkan oleh

DPRD, khususnya tentang Perda yang selalu mendukung kebijakan Eksekutif karena

pada umumnya inisiatif DPRD masih minim.

Dalam pelaksanaan fungsi DPRD sebagai fungsi legislasi dan pengawasan

yaitu mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai pada pelaporan, karena

DPRD memiliki kewenangan untuk menentukan arah dan kebijaksanaan umum

APBD serta dalam pelaksanaan Peraturan Daerah mempunyai alasan atau standar

kerja yang menurut ketentuan peraturan tata tertib DPRD, tetapi menurut hasil

Page 92: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

pengamatan di lapangan dapat dikatakan bahwa masing-masing anggota DPRD

secara spesifik belum memahami tentang penjabaran fungsinya dalam peraturan tata

tertib DPRD.Dalam tata pemerintahan yang baik, pengawasan berperan dalam

memberikan umpan balik (feed back) kepada pemerintah daerah. Pengawasan harus

memberikan informasi tersebut sedini mungkin, sebagai bagian dari sistem peringatan

dini (early warning system) bagi pemerintah daerah.

Fungsi penting lain yang dimiliki DPRD adalah pengawasan atas

kebijaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Dalam bidang

pengawasan, DPRD diberikan kekuasaan untuk memberikan penilaian terhadap

kebijakan dan tingkah laku pihak eksekutif dalam menjalankan pemerintahan. Peran

DPRD dalam melakukan fungsi pengawasan ini sangat penting untuk mencegah

terjadinya penyalahgunaan, penyelewengan dan kebocoran yang dilakukan oleh pihak

eksekutif dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Dalam melaksanakan

fungsi pengawasan ini, DPRD sebenarnya mempunyai kesempatan yang luas untuk

dapat melaksanakannya, sebagaimana di atur dalam Undang-undang Nomor 32

Tahun 2009. Meskipun demikian, dalam prakteknya fungsi pengawasan tersebut

belum berjalan secara efektif. Hal ini dapat dilihat antara lain dari keluaran kebijakan

di daerah yang lebih mencerminkan produk pemerintah daripada realisasi keinginan

rakyat melalui badan perwakilannya, sementara persetujuan rakyat melalui DPRD

lebih untuk memenuhi tata cara politik semata. Dari segi kelembagaan, sering

dirasakan oleh sementara masyarakat seolah-olah legislatif belum begitu berperan

dalam melakukan fungsi kontrol popular yang dimilikinya, yakni pengawasan

Page 93: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

masyarakat terhadap pemerintah. Pengawasan sosial nampaknya belum dapat

terlaksana sebagaimana diharapkan. Hal tersebut antara lain karena wadah penyalur

aspirasi/keinginan rakyat yang juga merupakan salah satu fungsi kontrol belum

berfungsi dengan baik. Pengawasan sosial melalui lembaga legislatif juga masih

lemah, terbukti dengan masih banyaknya kritik masyarakat yang ditujukan kepada

DPRD, baik yang dilontarkan secara langsung maupun melalui media massa, yang

menyatakan bahwa DPRD belum dapat berbuat banyak dalam menampung serta

menyalurkan aspirasi masyarakat.

Sesungguhnya, penetapan kebijakan dan penetapan peraturan perundangan

oleh DPRD adalah termasuk langkah pertama dari pengawasan. Penilaian terhadap

pelaksanaan Peraturan daerah oleh eksekutif merupakan bentuk pengawasan lainnya.

Fungsi pengawasan diopersionalisasikan secara berbeda dibandingkan dengan

lembaga pengawasan fungsional. DPRD sebagai lembaga politik melakukan

pengawasan yang bersifat politis pula. Bentuk pengawasan ini dalam Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tercermin dalam hak-hak DPRD, yakni hak mengajukan

pertanyaan, hak meminta keterangan dan hak penyelidikan. Rangkaian hak tersebut

sebenarnya telah memberi kewenangan bagi DPRD dalam menjalankan fungsi

pengawasan. Problematika pelaksanaan fungsi pengawasan oleh DPRD dianggap

bersumber dari tata tertib cara pengajuan hak-hak itu yang tidak bersifat langsung dan

prosedurnya yang panjang. Selain menimbulkan keengganan bagi anggota DPRD,

karena prosesnya yang cukup panjang, juga dapat terjadi bahwa penggunaan hak

bertanya atau meminta keterangan dianggap oleh pimpinan DPRD atau berdasarkan

Page 94: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

pertimbangan panitia musyawarah tidak perlu disampaikan kepada pihak eksekutif.

Disamping itu, hak penyidikin yang dimiliki oleh DPRD sebagai hak pengawasan

yang paling ampuh, belum diatur secara rinci dan bahkan hal ini telah menimbulkan

missinterpretasi. Belum efektifnya pelaksanaan fungsi pengawasan juga bersumber

pada keterbatasan yang ada pada DPRD, karena pelaksanaan fungsi pengawasan

selain memerlukan pengetahuan dan keahlian, juga memerlukan data, informasi dan

keterangan yang memadai. DPRD Kota Medan tidak memiliki sendiri sumber-sumber

data atau informasi, serta kurang memiliki cukup tenaga ahli yang menjamin

pelaksanaan pengawasan itu secara berdaya guna.

Dari uraian di atas untuk Kota Medan bahwa dari segi akuntabilitas

pelaksanaan fungsi DPRD belum berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari tidak

berjalannya fungsi DPRD dari faktor responsivitas dan efektifitas yang telah

dijelaskan di atas, jadi dengan demikian tidak banyak yang bisa

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Dengan kata lain dapat disebutkan

bahwa akuntabilitas DPRD Kota Medan terhadap masyarakat belum berjalan dengan

baik sebagaimana yang diharapkan, baik itu fungsinya sebagai legislasi, pengawasan

dan fungsi regulator konflik.

Tetapi tidak adil bila kita menilai rendahnya kinerja DPRD tanpa melihat

faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hal ini menurut pengamatan dan wawancara

langsung di lapangan ditemui faktor-faktor yang mempengaruhi adalah Tidak adanya

sarana dan prasarana pendukung gedung kantor DPRD dan sarana mobiler dan

lainnya, begitupun dari segi anggaran dan pembiayaan untuk honor perbulan yang

Page 95: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

diperoleh dari Pemerintah Kota. Rendahnya tingkat pendidikan dan latar belakang

pengalaman dibidang organisasi, politik dan pemerintahan. Dari segi informasi juga

menjadi kendala dalam menunjang kinerja DPRD, yaitu sarana dan media informasi

yang digunakan dalam menjaring dan menyerap informasi dari masyarakat.

3.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja DPRD

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja DPRD sebagaimana telah

dibahas pada bab terdahulu. Namun dalam penelitian ini hanya ada 3 (Tiga ) faktor

utama yang berpengaruh terhadap kinerja DPRD Kota Medan sebagai berikut :

1. Kelembagaan (Organisasi)

Berdasarkan pengamatan dan wawancara di lapangan diperoleh data bahwa

secara kelembagaan (organisasi), akan diukur dari sarana dan prasarana yang tersedia

belum cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dari adanya kantor DPRD yang terdiri

dari ruang sekretariat, ruang ketua dan ruang para angggota serta ruang sidang.

Begitupun prasarana penunjang seperti mobiler, mobilisasi sebagai penunjang

kegiatan anggota dewan masih kurang yang telah disediakan oleh sekretariat daerah,

jadi secara umum dari faktor kelembagaan belum dapat menunjang kinerja DPRD.

Sedangkan dari organisasi juga sudah terdapat pembagian kerja yang jelas

antara ketua, wakil ketua dan anggota. Bahwa untuk memudahkan pelaksanaan tugas

dan koordinasi dengan Pemerintah Daerah. Begitupun dengan hubungan antara

DPRD dengan Pemerintah Daerah yang mitra sejajar selama ini berjalan dengan baik

karena masing-masing sudah diberikan tugas dan kewenangannya.

Page 96: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Sedangkan dari aspek anggaran dan pembiayaan tidak ada persoalan yang

berarti dimana biaya dan kebutuhan Sekretariat DPRD ditanggung oleh Sekretariat

Pemerintah Daerah. Begitupun dari segi tunjangan dan honor anggota DPRD sudah

jelas. Dengan demikian hal ini membawa pengaruh terhadap kinerja DPRD dalam

pelaksanaan fungsi DPRD disamping didukukung oleh sarana dan prasarana yang

memadai serta anggaran dan pembiayaan yang tersedia.

Sebagaimana dari kedua penjelasan tersebut di atas, maka faktor

kelembagaan (organisasi), akan diukur dari :

a. Peraturan Tata Tertib DPRD

Membuat peraturan tata tertib(Tatib) merupakan hak dari DPRD itu sendiri,

dengan peraturan mana DPRD dapat menjalankan tugas dan kewenangannya, serta

mengatur mekanisme kerja intern DPRD. Oleh sebab itu peraturan Tatib akan sangat

berpengaruh pada terlaksananya peran dan fungsi dewan. Peraturan Tatib yang kaku

dan rumit akan menyulitkan dewan dalam meningkatkan perannya. Idealnya Tatib

adalah aturan yang mudah dipahami dan mampu memberikan keluwesan bagi

anggota dewan untuk mengembangkan kreativitas dan berinprovisasi dalam

melahirkan produk-produk legislatif yang berkualitas.

Peraturan Tatib DPRD, merupakan penjabaran dari ketentuan-ketentuan

yang menyangkut dengan DPRD, seperti Undang-undang tentang Parpol, tentang

Pemilu, Undang-undang mengenai Susduk MPR/DPR dan DPRD serta undang-

undang yang mengatur pemerintahan daerah dan peraturan-peraturan lainnya.

Page 97: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Dalam penjelasan undang-undang Susduk MPR/DPR dan DPRD, khusus

mengenai DPRD disebutkan : “Oleh karena itu hak-hak DPRD cukup luas dan

diarahkan untuk menyerap serta menyalurkan aspirasi masyarakat menjadi

kebijakan daerah dan melakukan fungsi pengawasan”. Hak-hak DPRD yang luas

tersebut implementasinya antara lain sangat tergantung pada sejauhmana peraturan

Tatib menjabarkan hak-hak dimaksud untuk dapat dioperasionalisasikan.

Melihat pada isi peraturan Tatib DPRD Kota Medan, secara subtansi

memang tidak mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu, beberapa bagian

yang penting mengalami perubahan adalah kewenangan dan hak DPRD. Dengan

peraturan Tatib sekarang DPRD dapat memaksa seorang pejabat negara, atau pejabat

pemerintahan dan juga warga negara lainnya untuk dimintai keterangan atau

informasi mengenai suatu kasus atau permasalahan. Dalam hal terjadi penolakan

terhadap panggilan DPRD yang bersangkutan dapat dikenakan ancaman melakukan

“contempt of parliament” disebut juga telah melakukan pelecehan terhadap DPRD

dan kasus ini dapat diancam sanksi hukum. Mengusulkan pengangkatan dan

pemberhentian Walikota dan Wakil Walikota Kepala daerah kepada presiden melalui

Gubernur. Meminta pertanggungjawaban Walikota dan Wakil Walikota dan

menentukan anggaran sendiri. Dalam peraturan Tatib lama hal-hal tersebut tidak

diatur. Peraturan Tatib haruslah dibuat sedemikian rupa agar mampu menampung dan

menyalurkan aspirasi masyarakat. Peraturan itu sebaiknya tidak terlalu rumit

sehingga mudah dilaksanakan. Agar suatu peraturan tata tertib DPRD mampu

mendukung terlaksananya fungsi dan peran DPRD secara maksimal, maka peraturan

Page 98: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

itu sebaiknya tidak terlalu rumit, setidaknya ; memberikan batas kewenangan yang

tidak begitu mengikat anggota pada DPP dalam bertindak. Peraturan itu juga

hendaknya memberi ruang yang terbuka bagi anggota dewan untuk berimprovisasi

dan peraturan yang aspiratif akan menjadikan anggota dewan mampu bertindak

aspiratif dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.

b. Sarana Dan Prasarana

Faktor vital yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung kegiatan

(kemampuan) anggota Dewan adalah faktor fasilitas sarana dan prasarana. Untuk

dapat memperlancar kegiatan anggota dewan, maka diperlukan adanya sarana dan

prasarana yang baik, dalam arti cukup dalam jumlah efisien, efektif serta praktis

dalam penggunaannya. Dan untuk mencapai hasil yang maksimal maka selain

pengadaan sarana dan prsarana harus menunjang, juga harus disesuaikan dengan

kemampuan personil pemakainya.

Tabel 2

Sarana Dan Prasarana Yang Diperuntukan Bagi Anggota

DPRD Periode 2004-2009

No. Jenis (Uraian)

1 Kendaraan Dinas bagi Pimpinan DPRD (Ketua dan wakil-wakil ketua)

2 Kendaraan dinas bagi Ketua-ketua komisi

3 Kendaraan dinas bagi ketua-ketua fraksi

4 Pakaian dinas

5 Asuransi Kesehatan

6 Tunjangan Perumahan

Page 99: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Sumber : Sekretariat DPRD Kota Medan

Dari data di atas dapat di liahat bahwa fasilitas sarana dan prasarana yang

diperoleh oleh anggota Dewan belum cukup memadai dalam penunjang pelaksanaan

tugasnya menampung/mengkomodir suara rakyat Kota Medan.

Namun yang sering terjadi adalah fenomena, bahwa suara rakyat tidak

terdengar oleh Dewan bahkan tidak jarang terjadi bahwa anggota Dewan tidak mau

tahu dengan rakyat dan bahkan memperkaya diri sendiri yang menikmati kemudahan-

kemudahan yang tersedia.Melihat fenomena ini maka unsur sarana dan prasarana

yang diterima anggota Dewan tidak cukup sebagai tolak ukur untuk mengukur

kestabilitasan/ kemampuan anggota Dewan mengakomodir suara rakyat.Dengan

demikian, apabila sarana dan prasarana sebagai indikator dalam lembaga (organisasi)

terhadap pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai wakil rakyat, maka dapat

disimpulkan bahwa secara umum anggota dewan yang memiliki tingkat fasilitas

sarana dan prasarana yang cukup akan lebih dapat optimal kinerjanya baik dari aspek

akuntabilitas, responsivitas dan efektifitasnya sehingga DPRD dapat melaksanakan

tugas dan fungsinya sebagai fungsi legislasi, pengawasan dan fungsi regulator konlik.

2. Sumber Daya Manusia

Menyangkut masalah sumber daya manusia anggota DPRD Kota Medan

berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan anggota DPRD maupun Pemerintah

Daerah, secara umum dapat dikatakan masih rendah. Hal ini akan diukur dari latar

belakang pendidikan dan pengalaman dibidang organisasi, politik dan pemerintahan.

Page 100: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Salah satu tujuan pendidikan adalah menjawab tantangan sosial, ekonomi

dan keadilan. Dalam presfektif ini pendidikan diarahkan menyiapkan orang untuk

bisa mengenali dan menjelaskan masalah-masalah yang menghasilkan jawaban-

jawaban yang mendasarkan pada etika. Pada hakikatnya pendidikan adalah pelibatan

politik. Dalam konteks ini peserta didik diarahakan untuk berkembang menjadi warga

negara yang memiliki komitmen pada nilai-nilai demokratis, yakni mampu dan

berpartisipasi dalam proses sosial, politik dan ekonomi. Oleh karena itu perolehan

pengetahuan dan keterampilan bukan untuk kepentingan dirinya sendiri dan bukan

demi ilmu pengetahuan itu sendiri tetapi untuk pelayanan dan kesejahteraan

masyarakat.

Tabel Profil Anggota DPRD Kota Medan Periode 2004-2009

No

Nama

L/P

Partai

Pendidikan

1 IKRIMAH HAMIDY, ST LK PKS S - 1 2 DHIYAUL HAYATI, S.AG PR PKS S - 1 3 JAMHUR ABDULLAH, ST LK PKS S - 1 4 PARLINDUNGAN LK PKS D - 3 5 SURIANDA LUBIS, S.AG LK PKS S - 1 6 ABDUL RAHIM, S. ST LK PKS S - 1 7 DRS. ABD. MUFLIH SIMANULLANG LK PKS S - 1 8 MUSLIM LK PKS SMA 9 DRS. H. ZAKARIA RASYIDI LK PKS S - 1 10 SABAR SYAM SURYA SITEPU. H LK Partai Golkar SMA 11 BANGKIT SITEPU LK Partai Golkar SMA 12 H. HARDI MULYONO LK Partai Golkar SMEA 13 H. SYAHDANSYAH PUTRA LK Partai Golkar D - 3 14 CONRAD PARLIN NAINGGOLAN, SE LK Partai Golkar S - 1 15 SAKTI BAHAGIA ALIAS NANANG LK Partai Golkar SMA 16 DRS. H. ZULFAN , MBA LK Partai Demokrat S - 1 17 AZWAR ALIAS AZWAR MANDAY LK Partai Demokrat SMEA 18 SYAHRIZAL, SE LK Partai Demokrat S - 1 19 DRG. IDA MAWATI NABABAN PR Partai Demokrat S - 1 20 IR YUSRAN AMANSYAH LUBIS LK Partai Demokrat S - 1

Page 101: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

21 SUPRAPTO, SH LK Partai Demokrat S - 1 22 JOHNY MARPAUNG, SM.HK LK PDI Perjuangan D - 3 23 USAHA GINTING LK PDI Perjuangan SMA 24 LUHUT HUTAGALUNG LK PDI Perjuangan SMA 25 DRS. MARUDUT NADAPDAP LK PDI Perjuangan S - 1 26 SUDARMI NETTI HERAWATI PR PDI Perjuangan SMA 27 TEGAP SEMBIRING LK PDI Perjuangan SMA 28 ZULKIFLI HUSEN, SE LK PAN S - 1 29 AHMAD ARIF, SE.MM LK PAN S - 2 30 DRS.PUTRAMA ALKHAIRI LK PAN S - 1 31 DRS.H.ADI MUNASIP, MM LK PAN S - 2 32 DRS.HM.SUBANDI,BSC LK PAN S - 1 33 TAHI SINAMBELA LK PDS SMA 34 DRA. ROSMAWATY L. TOBING,APT PR PDS S - 1 35 DRS. CARIAMAN HUTASOIT LK PDS S - 1 36 JANSEN SIBARANI LK PDS SMA 37 LANDEN MARBUN, SH LK PDS S - 1 38 H. M. YUNUS RASYID, SH. MHUM LK PPP S - 2 39 IR. AHMAD PARLINDUNGAN LK PPP S - 1 40 DRS. ZAINUDDIN NASUTION, DRS LK PPP S - 1 41 JUSMAR EFFENDI LK PPP SMEA 42 DRS. YUSERIZAL LUBIS LK PBR S - 1 43 YASNI RAHMA PR PBR SMA 44 SYAHRIZAL PANGEMANAN, SH LK PBR S - 1

45 Drs. Hendra DS LK Partai Patriot Pancasila S - 1

Sumber : Sekretariat DPRD Kota Medan

Dalam biografi data para anggota menunjukkan bahwa sebagian besar anggota

DPRD mengenyam pendidikan, pendidikan SLTA sebanyak 14 orang anggota dan

D3 sebanyak 3 orang, S1 sebanyak 24 orang dan pasca sarjana sebanyak 5 orang.

Dalam penelitian ini ditemukan perbedaan diantara kelompok pendidikan

yang bervariasi. Seperti kebanyakan studi lain tentang sikap politik, memperlihatkan

bahwa apa yang dicapai dibidang pendidikan terlihat mempunyai pengaruh penting

terhadap sikap politik. Orang yang tak terdidik atau orang yang mendapat pendidikan

terbatas adalah aktor politik yang berbeda dengan orang yang telah mencapai jenjang

pendidikan yang lebih tinggi. Ada sejumlah sebab untuk ini, satu diantaranya adalah

Page 102: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

bahwa perbedaan pendidikan berkaitan erat dengan perbedaan karakteristik sosial

lainnya. Dengan demikian, apabila tingkat pendidikan dijadikan sebagai indikator

mengenai tingkat pemahaman anggota legislatif terhadap pelaksanaan tugas pokok

dan fungsinya sebagai wakil rakyat, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum

anggota Dewan yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi akan lebih memahami

teknik dan mekanisme badan legislatif serta aspirasi masyarakat yang diwakilinya.

Apabila hubungan antara pendidikan dengan kemampuan anggota legislatif tersebut

merupakan kenyataan, maka dapat dimengerti bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan, semakin tinggi pula kemampuan anggota dalam memahami hakekat

masyarakat dan badan legislatif.

Disamping pendidikan formal, semua anggota legislatif daerah juga dibekali

dengan pendidikan non formal yaitu melalui kursus-kursus, pelatihan-pelatihan dan

kegiatan-kegiatan lain yang diselenggarakan oleh partainya masing-masing.

Pendidikan non formal ini dapat menunjang anggota Dewan dalam melaksanakan

tugas pokok dan fungsinya terlebih lagi bagi anggota Dewan yang memiliki

pendidikan formal yang terbatas, sehingga harus dilengkapi dengan pendidikan non

formal yang memadai. Dari hasil wawancara dan pengamatan dilapangan, semua

anggota DPRD Kota Medan telah dibekali dengan pendidikan non formal dari

Partainya masing-masing, dengan kata lain tingkat pndidikan non formal anggota

Dewan secara keseluruhan sudah baik, namun tentunya terdapat perbedaan diantara

masing-masing anggota, baik mengenai jenis dan lamanya pendidikan non formal itu

berlangsung serta sikap dari anggota Dewan dalam mempergunakan pendidikan non

Page 103: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

formal tersebut melalui praktek dilapangan khususnya dalam melaksanakan

fungsinya sebagai wakil rakyat.

Berikut ini juga adalah pendapat dari Ketua Fraksi Amanat Nasional DPRD

Kota Medan, ( Ahmad Arif, SE.MM ) yaitu bahwa :

“Semua anggota Dewan pernah mengikuti pendidikan non formal baik yang

diadakan oleh partai masing-masing, maupun yang diikuti atas dasar inisiatif

sendiri/diluar partai, baik yang jangka pendek maupun jangka panjang”

Dari pembahasan mengenai faktor pendidikan sebagaimana tersebut diatas,

nampak bahwa dalam konteks DPRD Kota Medan, tingkat pendidikan (baik formal

maupun non formal) pengaruhnya kecil terhadap kinerja Dewan. Karena dari segi

kualitas pendidikan anggota DPRD secara keseluruhan sudah baik. Sejumlah

informan yang diwawancarai juga mengatakan hal senada, seperti Ketua Fraksi

Demokrat DPRD Kota Medan, Bapak Azwar Manday

Pengalaman adalah suatu penghayatan akan makna dari setiap problem yang

ditemukan dalam pekerjaannya, yang mendorongnya untuk menjadi seorang inovator

, mengatakan bahwa : “Tingkat

pendidikan bukan merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja Dewan dan tidak

bisa dijadikan sebagai suatu ukuran untuk menilai kinerja DPRD “

“Dan Perlu diketahui bahwa anggota DPRD lahir bukan didasarkan pada

kualitas pendidikan, akan tetapi ditentukan oleh pilihan rakyat, sehingga komposisi

anggota DPRD tidak bisa dilihat dari komposisi kualitas pendidikan akan tetapi dari

kemampuan menghimpun suara melalui partai, dan pendidikan belum tentu menjamin

kinerja Dewan, apabila tidak dilengkapi dengan pengalaman-pengalaman yang lain”.

Page 104: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

yang bersedia merubah diri, karena belajar terus menerus dari lingkungannya.39

Pengalaman tidak sekedar berhenti dalam alam pikiran, tapi diwujudkan dalam

emosi, sikap, perbuatan, pandangan dan ketrampilan. Setiap pengalaman seharusnya

menyumbang sesuatu untuk menyiapkan seorang pribadi bagi pengalaman berikutnya

yang bersifat lebih dalam dan lebih luas. Dan itulah yang justru merupakan arti dari

pertumbuhan, kontinuitas dan rekonstruksi pengalaman. Pengalaman dapat menuntun

proses berpikir seseorang sehingga orang tersebut dapat bertindak benar dan

bijaksana.

Berkenaan dengan hal tersebut, faktor yang memperngaruhi kinerja seorang

anggota DPRD juga adalah pengalaman. Anggota DPRD dikatakan berpengalaman

yaitu jika ia senantiasa menghasilkan karya/pandangan baru dalam bidangnya,

bersikap adaptif dan inovatif, senantiasa mengikuti dan menyesuaikan diri dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selalu merubah strategi

pendekatannya dalam menangani masalah pembangunan, dan senantiasa

meningkatkan ketrampilan profesioanalnya sebagai anggota DPRD. Pendapat diatas

dibenarkan oleh sebagian besar informan yang berhasil diwawancarai, juga

diantaranya adalah anggota Fraksi Amanat Nasional DPRD Kota Medan, Bapak

Drs.Putrama Alkhairi

“Pada prinsipnya, pengalaman seseorang secara signifikan berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas-tugas yang diemban oleh anggota Dewan, karena pengalaman tersebut akan menjadi dasar pijakannya dalam menghadapi suatu masalah, disamping itu akan memberikan tambahan

, mengatakan :

39 Fanggidae. AM., 1975, Kepemimpinan Pendidikan, FIP Undana Kupang, Kupang. hal,14).

Page 105: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

dalam berfikir, bersikap dan bertindak, termasuk dalam memanage permasalahan”.

Berkaitan dengan penelitian ini, maka pengalaman disini dibedakan menjadi :

a. Pengalaman di Lembaga Legislatif

Pengalaman anggota DPRD yang pernah duduk dalam lembaga legislatif

sebelumnya berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang

diembannya saat ini sebagai wakil rakyat, paling tidak dia dapat mengetahui

kekurangan-kekurangan yang ada pada periode sebelumnya untuk kemudian

berusaha memperbaikinya dengan langkah-langkah yang lebih tepat. Hal ini

sejalan dengan pendapat anggota Fraksi Golkar diatas, ( H.Hardi Mulyono )

Yakni :

“Pengalaman yang dimiliki oleh anggota DPRD yang pernah duduk di

lembaga Legislatif cukup berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas

pokok dan fungsi yang diemban oleh Dewan, karena dia bisa

mengetahui kendala-kendala yang ada dari periode sebelumnya,

sehingga pengalaman yang dimiliki oleh anggota yang pernah duduk

dilembaga legislatif tersebut dapat membantu memecahkan persoalan

yang dihadapi”.

Salah seorang anggota Fraksi Amanat Nasional tersebut diatas (Drs.Putrama

Alkhairi ) juga menambahkan, bahwa :

“Pengalaman sebagai anggota legislatif jelas sangat berpengaruh,

karena anggota DPRD yang pernah duduk di lembaga legislatif tidak

perlu belajar lagi bagaimana harus berperan sebagai anggota Dewan,

Page 106: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

lain halnya dengan yang belum pernah sama sekali, paling tidak pada

etika, sikap dan pemahaman tentang jalannya pemerintahan”.

b. Pengalaman Dalam Organisasi Kemasyarakatan

Pengalaman anggota DPRD dalam Organisasi Kemasyarakatan sangat

penting dan sangat mendukung kinerja Dewan, sebagaimana dikemukakan

oleh salah seorang tokoh masyarakat yang menjadi informan dalam penelitian

ini, yakni Salah Satu Tokoh masyarakat di Kecamatan Medan Denai, Bapak

Drs. Efendy Sipayung

“Setiap anggota DPRD pasti pernah aktif dalam organisasi

kemasyarakatan baik itu dalam lingkup kecil sampai lingkup nasional,

mengatakan :

“Menurut Saya, Pengalaman anggota DPRD dalam organisasi

kemasyarakatan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja

Dewan, karena apabila anggota Dewan sudah terbiasa atau

berpengalaman dalam organisasi kemasyarakatan, maka dia akan

terbiasa dengan tugas-tugas yang akan dihadapi sebagai anggota

Dewan, karena tugas sebagai anggota Dewan bisa dikatakan

berlangsung selama dua puluh empat jam, sehingga apabila ia tidak

terbiasa, maka akan sulit menyesuaikan diri”

Dari hasil pengamatan di lapangan, sebagian besar anggota DPRD Kota

Medan telah memiliki pengalaman yang cukup banyak dalam organisasi

kemasyarakatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ketua Fraksi Demokrat (

Azwar Manday ), yakni :

Page 107: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

meskipun tidak menutup kemungkinan ada juga beberapa anggota

Dewan yang tidak begitu aktif dalam organisasi kemasyarakatan”.

c. Pengalaman Dalam Partai Politik

Pengalaman dalam partai politik ini sangat berpengaruh terhadap

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang diemban anggota Dewan sebagai

wakil rakyat Karena bagaimanapun pengalaman ini akan sangat menentukan

tingkat kematangan dalam berpolitik. Pengalaman dalam partai politik ini

dapat dilihat dari lamanya anggota Dewan aktif dalam organisasi

politik/partainya. Dari hasil Observasi, terlihat bahwa ada beberapa anggota

Dewan yang belum lama berkecimpung dalam dunia politik, hal ini seiring

dengan terbukanya kran demokratisasi dalam masyarakat yang menghasilkan

pemilu multi partai sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada sebagian

anggota legislatif Kota Medan yang kurang berpengalaman dalam organisasi

politik. Sebenarnya sistem pemilu yang kita anut sudah sangat memadai untuk

mendapatkan wakil rakyat yang representatif, namun mekanisme pelaksanaan

sistem perwakilan berimbang dengan stelsel daftar yang kita anut, telah

banyak memunculkan tokoh-tokoh masyarakat karbitan. Penggunaan Vote

Getter yang dikenal selama ini, telah membuka kemungkinan bagi munculnya

tokoh yang sama sekali tidak dikenal oleh masyarakat.

Dari ketiga variabel pengaruh tersebut, dapat disimpulkan bahwa variabel

pengalaman merupakan faktor dominan dalam mempengaruhi kinerja dewan,

karena dengan pengalamannya itu, anggota dewan dapat menggali informasi yang

Page 108: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

berkualitas, valid dan dapat memanfaatkan informasi yang ada secara lebih tepat,

sehingga dapat melakukan pengambilan kebijakan yang tepat pula. Faktor kedua

adalah pentingnya data/informasi, sedangkan faktor pendidikan menempati posisi

terakhir karena pengaruhnya terhadap kinerja Dewan relatif kecil.

3. Informasi

Informasi adalah data yang tersusun sedemikian rupa sehingga bermakna dan

bermanfaat karena dapat dikemukakan pada seseorang yang akan menggunakannya

untuk membuat suatu keputusan. Informasi yang salah bisa menyesatkan, kita bisa

salah mengambil sikap, salah menganalisa sehingga salah pula dalam mengambil

keputusan. Memang informasi langsung atau tidak langsung mempengaruhi hidup

kita, cara pandang, cara berfikir dan cara bertindak. Hal yang penting dalam topik ini

adalah terlambatnya anggota Legislatif dalam memperoleh informasi yang diperlukan

dibandingkan dengan pihak Eksekutif. Kondisi ini dapat dimaklumi sebab pihak

Eksekutiflah yang bergelut dengan masalah kenegaraan sehari-hari.

Dalam hal ini DPRD dapat memperoses atau menindak lanjuti informasi

yang masuk sebagai kelengkapan melalui komisi kemudian kepada pimpinan untuk

dapat ditindak lanjuti atau diteruskan pada instansi yang lebih tinggi apakah

diselesaikan pada Pemerintah Daerah atau juga melalui proses hukum.

Page 109: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Kemudian informasi yang masuk ke Dewan dikelola sesuai dengan yang

berlaku untuk layak ditindak lanjuti kepada komisi yang bersangkutan sesuai dengan

bidang-bidangnya lalu disampaikan kepada pimpinan untuk diambil suatu kebijakan.

Dengan demikian, apabila keterbukaan menerima dan menyampaikan informasi

dijadikan sebagai indikator dalam proses pemahaman anggota legislatif terhadap

pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya sebagai wakil rakyat, maka dapat

disimpulkan bahwa secara umum anggota dewan dalam keterbukaan menerima dan

menyampaikan informasi sudah cukup baik karena usaha DPRD dalam menghimpun

informasi dengan melakukan : pendekatan dengan Pemerintah Kecamatan untuk

mencoba mengenali aspirasi masyarakat setempat yang sudah disimpulkan oleh

Camat setempat. Dan anggota Dewan melalui fraksinya masing-masing terjun

langsung kedaerah yang diwakilinya untuk mengetahui masih adakah masalah-

masalah yang belum tertampung, selanjutnya masalah tersebut digodok oleh fraksi

masing-masing, kemudian dengan pertimbangan fraksi ditentukan skala prioritas

mana yang harus didahulukan dan mana yang ditangguhkan, setelah itu baru

dimatangkan dalam komisi. Sehingga keterbukaan menerima dan menyampaikan

informasi dengan menggunakan pendekatan tersebut akan dapat mempengaruhi

kinerja anggota Dewan dalam memahami hakekat masyarakat dan badan legislatif

yaitu dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya sebagai fungsi legislasi,

pengawasan dan fungsi regulator konlik.

Dari segi intensitas dalam menyerap informasi dari masyarakat masih belum

baik karena DPRD dalam menyerap informasi dari masyarakat masih tergantung pada

Page 110: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

individu Dewan masing-masing dan masih melihat kondisi yang ada untuk

disampaikan pada pimpinanan.

Penampungan informasi sangat tergantung pada social control masyarakat,

dimana jika tingkat keperduliannya tinggi maka tinggal diperlukan tindak lanjut

berbentuk keputusan yang dapat diterima dan berlaku umum. Sebaliknya jika

pemahaman akan hak-hak rakyat masih relatif masih kurang dapat dikembangkan

melalui penciptaan ruang agar informasi itu dapat tersalurkan. Berbagai metode dapat

dikembangkan baik antar individu maupun melalui kelompok dengan proyeksi

intensitas dalam penyerapan informasi itu akan dijadikan sebagai dasar

pertimabangan dalam rumusan kebijakan.

Dengan demikian informasi yang ada selama ini berdasarkan pengamatan di

lapangan dirasakan belum relevan dan belum memiliki validitas yang tinggi karena

informasi yang diperoleh belum tentu sesuai terhadap permasalahan yang dihadapi

dan informasi dari masyarakat maupun LSM tersebut belum tentu benar, untuk itu

diperlukan kerja keras anggota Dewan untuk aktif mencari sumber informasi lain

yang lebih tepat dan akurat sehingga intensitas dalam menyerap informasi yang

belum relevan dan belum memadai tersebut akan dapat mempengaruhi kinerja

anggota Dewan dalam memahami hakekat masyarakat dan badan legislatif yaitu

dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya sebagai fungsi legislasi, pengawasan

dan fungsi regulator konflik.

Dari hasil observasi, ternyata data/informasi yang dimiliki oleh DPRD cukup

banyak tersedia, baik itu melalui informasi yang disampaikan oleh masyarakat yang

Page 111: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

secara langsung datang ke gedung DPRD maupun dalam bentuk surat atau

pengiriman delegasi. Disamping itu anggota Dewan juga aktif dalam mencari dan

menggali data/informasi tersebut melalui kunjungan ke daerah-daerah. Usaha DPRD

dalam menghimpun data/informasi ini dapat terlihat dari hasil wawancara dengan

Ketua Fraksi Demokrat, ( Azwar Manday ) ia mengatakan :

“Beberapa cara yang dipakai DPRD dalam menggali informasi dari masyarakat antara lain :

Pertama : melakukan pendekatan dengan Pemerintah Kota untuk mencoba mengenali aspirasi masyarakat setempat yang sudah disimpulkan oleh Walikota.

Kedua : Anggota Dewan melalui fraksinya masing-masing terjun langsung ke Daerah yang diwakilinya, untuk mengetahui masih adakah masalah-masalah yang belum tertampung, selanjutnya masalah tersebut digodok oleh fraksi masing-masing, kemudian dengan pertimbangan fraksi ditentukan skala prioritas mana yang harus didahulukan dan mana yang ditangguhkan, setelah itu baru dimatangkan dalam komisi”.

Informasi yang berkualitas adalah informasi yang relevan, tepat waktu, dan

akurat. Informasi ini pada dasarnya bersumber dari data yang sudah diolah, sehingga

mempunyai nilai tambah tersendiri.

Beberapa aspek yang menentukan kualitas/mutu informasi, yaitu :

- Ketelitian (informasi tersaji harus secara cermat, tidak terdapat kesalahan

sekecil apapun);

- Dapat dipercaya dan dibuktikan kebenaranya, lengkap dan tepat serta Up-

to-date.

- Derajat ketidakpastiannya (degree of uncertainty) bisa diprediksi.

Page 112: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Dari hasil pengamatan, kualitas data/informasi yang diterima DPRD masih

rendah/kurang berkualitas dalam arti informasi tersebut masih mentah jadi perlu

diolah kembali dengan membandingkannya dengan berbagai sumber informasi yang

lain, sebagaimana juga diungkapkan oleh Ketua Fraksi PAN ( Ahmad Arif, SE, MM )

Yakni :

“Memang informasi yang didapatkan dari masyarakat sudah cukup banyak,

namun masih diragukan kualitasnya, untuk itu perlu dilakukan cross check kembali

kepada sumber informasi yang lain, sehingga didapatkan data/informasi yang benar-

benar berkualitas”.

a. Validitas data/informasi

Validitas data/informasi yang dimaksud disini adalah apakah

data/informasi yang diperoleh anggota Dewan telah benar-benar sesuai

dengan permasalahan yang dihadapi, karena Informasi yang tepat untuk

pencari informasi yang tepat, akan menentukan keputusan yang tepat pula.

Karena itu, informasi yang bernilai tinggi akan mendukung pengambilan

keputusan yang tepat. Informasi yang ada selama ini berdasarkan pengamatan

di lapangan dirasakan belum relevan dan belum memiliki validitas yang

tinggi terhadap permasalahan yang dihadapi, untuk itu diperlukan kerja keras

dari anggota Dewan untuk aktif mencari sumber informasi lain yang lebih

tepat dan akurat. Kondisi ini diakui oleh salah seorang anggota DPRD Kota

Medan dari Fraksi Golkar, Bapak H. Hardi Mulyono yaitu :

Page 113: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

“Data/informasi yang dimiliki oleh DPRD kurang memadai dengan permasalahan yang dihadapi, sehingga seringkali anggota DPRD tertentu mendapatkannya bukan dari DPRD tetapi dari jalur informal/pribadi, dan tidak semua anggota DPRD memilikinya, tergantung dari kualitas SDM anggota Dewan dan kemauan untuk menggali informasi yang valid”

Disamping itu, ia juga menambahkan bahwa :

“Informasi yang kita peroleh belum tentu sesuai dengan permasalahan yang kita hadapi, karena informasi dari masyarakat maupun LSM tersebut belum tentu benar”.

b. Pemanfaatan data/informasi

Maksud dari pemanfaatan data/informasi disini adalah apakah

data/informasi yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber tersebut telah

dimanfaatkan secara optimal oleh anggota Dewan dalam rangka memecahkan

permasalahan masyarakat atau dalam melaksanakan tugasnya sebagai wakil

rakyat sehari-hari. Informasi merupakan kebutuhan utama manusia pada

milenium ketiga, terutama dalam proses pengambilan keputusan, dan yang

penting informasi harus mempunyai nilai yang mengagumkan, yang dapat

mengacu kepada suatu keputusan. Apabila tidak terlibat adanya pemilihan dan

keputusan, informasi akan menjadi tidak perlu, sedangkan pengertian

keputusan ini dapat berkisar dari yang sederhana sampai kepada hal-hal yang

menyangkut strategi jangka panjang. Kita tidak dapat menimbang atau

menilai informasi apabila kita tidak mengetahui keputusan yang dipengaruhi

olehnya.

Page 114: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa informan

terlihat bahwa informasi yang ada belum dimanfaatkan secara optimal oleh

Dewan dalam mengambil suatu kebijakan, diantaranya karena informasi yang

ada belum tentu akurat, tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga

belum dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan suatu keputusan.

Disini diperlukan adanya sarana pelayanan informasi yang akan menyediakan

berbagai informasi yang memadai dan mudah diperoleh, karena tanpa

informasi yang memadai dan mudah diperoleh maka para anggota legislatif

akan mengalami kesulitan dalam membahas berbagai masalah dengan mitra

kerjanya.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan

Page 115: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

1. DPRD Kota Medan hingga saat ini belum menunjukkan suatu kinerja yang

optimal dan berkualitas, dengan kata lain kinerja yang dihasilkan masih

rendah. Hal ini dapat dilihat dari indikator akuntabilitas, responsivitas dan

efektifitas.

2. Akuntabilitas, dari seberapa besar kegiatan DPRD dan kebijakannya telah

sesuai dengan fungsi dan wewenangnya konsisten dengan kehendak

masyarakat dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat masih jauh

yang diharapkan. Dimana selama ini fungsi dan hak-hak DPRD yang ada

selalu digunakan sebagai alat pemenuhan kesejahtraan anggota DPRD semata

serta kepentingan partai politik dari anggota DPRD tersebut. Dilihat dari

pelaksanaan fungsinya sebagai pembuat kebijakan belum mampu menjawab

persoalan yang ada dan tidak sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan

masyarakat. Hal ini disebabkan ide kebijakan berasal dari Eksekutif yang nota

bene mencari PAD dan kebijakan dimaksud membebankan masyarakat.

3. Responsivitas, ditinjau dari tingkat seberapa jauh anggota DPRD tanggap dan

bisa memahami kondisi yang berkembang dan apa yang menjadi prioritas

untuk ditangani sesuai dengan aspirasi masyarakat yang sedang berkembang.

Tingkat responsivitas anggota DPRD dapat dikatakan baik, hal ini seringnya

DPRD merespon pengaduan dan surat yang masuk atau mengadakan rapat

kerja dengan Perangkat Daerah. Namun hal ini belum diimbangi dari

banyaknya tuntutan/aspirasi masyarakat yang disampaikan kepada lembaga

ini, baik dalam bentuk unjuk rasa, mengirim delegasi hingga meminta audensi

Page 116: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

dengan anggota DPRD. Kondisi ini menunjukkan bahwa DPRD sebagai

fungsi regulator konflik yaitu DPRD harus mampu bertindak arif dan adil

tanpa memihak pada kepentingan kelompok tertentu sehingga solusi yang

diambil merupakan jalan tengah sekaligus alternatif terbaik pula. Namun

tingginya ekspektasi masyarakat ini belum diimbangi dengan sikap responsiv

dan langkah konkrit dari Lembaga Legislatif Daerah untuk menindaklanjuti

tuntutan dan aspirasi masyarakat tersebut.

4. Efektifitas, dilihat dari tujuan organisasi sebagai penayambung aspirasi

masyarakat daerah dapat melaksanakan fungsinya serta memberikan

pelayanan dari amanat fungsi yang diemabannya. Hal ini dapat dilihat bahwa

tingkat keefektifan DPRD masih rendah, yakni belum adnya action atau

kebijakan DPRD dalam pelaksanaan fungsinya, khususnya dalam fungsi

legislasi dan pengawasan yaitu mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,

sampai pada pelaporan, karena DPRD memiliki kewenangan untuk

menentukan arah dan kebijaksanaan umum APBD serta dalam pelaksanaan

Peraturan Daerah. Bahkan Peraturan Daerah yang ada hanya merupakan hasil

rancangan (inisiatif) dari pihak Eksekutif. DPRD hanya melakukan

pembahasan dan memberikan persetujuan untuk diberlakukan.

4.2. Saran

Page 117: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Dalam rangka peningkatan kinerja Lembaga Legislatif Daerah khususnya

kinerja DPRD Kota Medan, ditinjau dari faktor akuntabilitas, responsivitas dan

efektifitasnya perlu diadakan yakni :

a. Pengenalan dan orientasi terhadap pelaksanaan fungsi DPRD melalui

pelatihan/kursus sehingga mereka benar-benar memahami dan mengerti

terhadap fungsinya dan Peraturan Tata Tertib DPRD yang ada selaku

lembaga perwakilan masyarakat daerah. Khususnya pelaksanaan fungsi

peningkatan kemampuan dalam pembuatan kebijakan dan memberikan

respon serta menampung aspirasi masyarakat yang berkembang.

b. Mengingatkan anggota Legislatif atas tugas dan amanat yang diemabannya

serta memberikan dasar legitimasi secara terus menerus, sehingga legislatif

tidak lagi dalam keraguan dan terjebak dalam semangat yang sempit yang

hanya memperhatikan kepentingan pribadi maupun golongannya.

c. Anggota Legislatif dapat menyelenggarakan kerja sama dengan institusi-

institusi diluar DPRD yang memungkinkan anggota Legislatif lokal

mengkaji dengan seksama masalah yang dihadapi dan kapasitas yang

dimiliki. Dari proses ini diharapkan muncul semacam kesadaran untuk

meningkatkan kapasitas dalam kinerjanya dan sekaligus pemahaman

mengenai segi-segi yang hendak ditingkatkan, khususnya peningkatan

kemampuan dalam pelaksanaan fungsinya.

Page 118: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan dan Perundang-Undangan

Undang-Undang No 32 tahun 2004. Tentang Pemerintahan Daerah.

Buku

Bernardin, Jhon, and Russel, E. A. Joyce,1998, Human Resource Management :

An Experiental Aproach.

Dwiyanto, Agus, 1995, Penilian Kinerja Organisasi Publik, Makalah dalam

Seminar Sehari : Kinerja Organisasi Sektor Publik, Kebijakan dan

Penerapannya, Fisipol UGM, Yogyakarta.

------------------- 2001, Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Pusat Studi

Kependudukan dan Kebijakan, UGM, Yogyakarta.

Echols, John M, and Shadily, Hassan, 1992, An English-Indonesian Dictionary

(Kamus Inggris Indonesia), PT Gramedia, Jakarta.

Fanggidae. AM., 1975, Kepemimpinan Pendidikan, FIP Undana Kupang, Kupang.

hal,14).

Gaffar, Afan, 2000, Politik Indonesia : Transisi Menuju Demokrasi, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta.

Gomes, Faustino Cardoso 1995, Manajemen Sumber Daya Manusia, Andi Offset,

Yogyakarta.

Huntington, P. Samuel and Nelson, Joan, 1994, Partisipasi Politik di Negara

Berkembang, (Terjemahan), S. Simamora, Rineka Cipta, Jakarta.

Imawan, Riswandha, 2000, Agenda Politik dan Ekonomi Dalam Format

Reformasi Menuju Terbentuknya Masyarakat Madani, Dalam

Membongkar Mitos Masyarakat Madani, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

------------------------- 1993, Faktor-Faktor Yang Menghambat Usaha Optimasi

Peran Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dalam Fungsi

Legislatif Dalam Sistem Politik Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta.

Page 119: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Johan Hasselgren,1995, Sejarah Kota Medan, Bina Media, Hal 23.

Kaho, Josef Riwo, 1991, Prospek Otonomi Daerah di Negara RI (Identifikasi

Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penyelenggaraan), CV.

Rajawali, Jakarta.

Keban, Yeremias T, 1995, Indikator Kinerja Pemerintah Daerah : Pendekatan

Manajement dan Kebijakan, Seminar Sehari Kinerja Organisasi Sektor

Publik, Kebijakan dan Penerapan, 20 Mei 1995, Yogyakarta, MAP-UGM.

Kumorotomo, Wahyudi dan Subando, Margono, Agus, 1998, Sistem Informasi

Manajement Dalam Organisasi Publik, Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Levelt Dalam Djoko Prakoso, 1985, Proses Pembuatan Peraturan Daerah dan

Beberapa Usaha Penyempurnaannya, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Moleong, Lexy J 1995, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Karya, Bandung.

Nawawi, Hadari 1992, Metode Penelitian Bidang Sosial, Press, Yogyakarta.

Prawirosentono, Suyudi, 1992, Kebijakan Kinerja Karyawan : Kiat Membangun

Organisasi Kompetitif Menjelang Perdagangan Bebas Dunia, BPFE,

Yogyakarta.

Sanit, Arbi, 1985, Perwakilan Politik di Indonesia, Rajawali Press, Jakarta.

Siagian, P. Sondang 2000, Organisasi, Kepemimpinan dan Prilaku Administrasi,

PT. Gunung Agung, Jakarta.

Syamsi, Ibnu 1994, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajement, Rineka Cipta,

Jakarta

Suhartono, dkk, 2000, Parlemen Desa, Dinamika DPR Kelurahan dan DPRK

Gotong Royong, Lapera Pustaka Utama, Yogyakarta.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi, 1983, Metode Penelitian Survei, LP3ES,

Jakarta.

Thoha, Miftah 1989, Pembinaan Organisasi : Proses Diagnosa dan Intervensi,

Rajawali, Jakarta.

Page 120: KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14853/1/10E00221.pdf · merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Zauhar, Soesilo, 1996, Reformasi Administrasi : Konsep, Dimensi dan Strategi,

Bumi Aksara, Jakarta.