Kinerja Performance Industri Informasi

  • Upload
    ang9a

  • View
    623

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pengertian kinerja, seputar era informasi

Citation preview

BAB I PENDAHULUANPengertian KinerjaPenilaian tentang kinerja individu karyawan semakin penting ketika perusahaan akan melakukan reposisi karyawan. Artinya bagaimana perusahaan harus mengetahui factor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja. Hasil analisis akan bermanfaat untuk membuat program pengembangan SDM secara optimum. Pada gilirannya kinerja individu akan mencerminkan derajat kompetisi suatu perusahaan. Apakah sebenarnya arti kinerja itu? Berikut saya kutip ulasan yang ada dalam buku Performance Appraisal, karangan Veithzal Rivai Ahmad Fawzi MB, 2005, Rajagrafindo Persada. Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Jika dilihat dari asal katanya, kata kinerja adalah terjemahan dari kata performance, yang menurut The Scribner-Bantam English Distionary, terbitan Amerika Serikat dan Canada (1979), berasal dari akar kata to perform dengan beberapa entries yaitu: (1) melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out, execute); (2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar ( to discharge of fulfill; as vow); (3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete an understaking); dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do what is expected of a person machine). Beberapa pengertian berikut ini akan memperkaya wawasan kita tentang kinerja. 1. Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta (Stolovitch and Keeps: 1992). 2. Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja (Griffin: 1987). 3. Kinerja dipengaruhi oleh tujuan (Mondy and Premeaux: 1993). 4. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang harus memliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya( Hersey and Blanchard: 1993). 5. Kinerja merujuk kepada pencapaian tujuan karyawan atas tugas yang diberikan (Casio: 1992). 6. Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik (Donnelly, Gibson and Ivancevich: 1994). 7. Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan merupakan salah satu tolok ukur kinerja individu. Ada tiga kriteria dalam melakukan penilian kinerja individu, yakni: (a) tugas individu; (b) perilaku individu; dan (c) ciri individu (Robbin: 1996). 8. Kinerja sebagai kualitas dan kuantitas dari pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan oleh individu, kelompok maupun perusahaan (Schermerhorn, Hunt and Osborn: 1991). 9. Kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A), motivasi atau motivation (M) dan kesempatan atau opportunity (O), yaitu kinerja = (A x M x O). Artinya: kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan (Robbins: 1996). Dengan demikian, kinerja ditentukan oleh faktor-faktor

1

kemampuan, motivasi dan kesempatan. Kesempatan kinerja adalah tingkat-tingkat kinerja yang tinggi yang sebagian merupakan fungsi dari tiadanya rintanganringtangan yang mengendalakan karyawan itu. Meskipun seorang individu mungkin bersedia dan mampu, bisa saja ada rintangan yang menjadi penghambat. Sehubungan dengan itu, kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Jika dikaitkan dengan performance sebagai kata benda (noun) di mana salah satu entrinya adalah hasil dari sesuatu pekerjaan (thing done), pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseoarng atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi KinerjaKinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tapi berhubungan dengan kepuasan kerja dan tingkat imbalan, dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan dan sifat-sifat individu. Oleh karena itu, menurut model partner-lawyer (Donnelly, Gibson and Invancevich: 1994), kinerja individu pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor; (a) harapan mengenai imbalan; (b) dorongan; (c) kemampuan; kebutuhan dan sifat; (d) persepsi terhadap tugas; (e) imbalan internal dan eksternal; (f) persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja. Dengan demikian, kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal, yaitu: (1) kemampuan, (2) keinginan dan (3) lingkungan.

Penilaian KinerjaPenilaian kinerja ( performance appraisal ) pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan. Menurut Bernardin dan Russel ( 1993 : 379 ) A way of measuring the contribution of individuals to their organization . Penilaian kinerja adalah cara mengukur konstribusi individu ( karyawan) kepada organisasi tempat mereka bekerja. Menurut Cascio ( 1992 : 267 ) penilaian kinerja adalah sebuah gambaran atau deskripsi yang sistematis tentang kekuatan dan kelemahan yang terkait dari seseorang atau suatu kelompok. Menurut Bambang Wahyudi ( 2002 : 101 ) penilaian kinerja adalah suatu evaluasi yang dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja / jabatan seorang tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya. Menurut Henry Simamora ( 338 : 2004 ) penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan.

Tujuan Penilaian KinerjaMenurut Syafarudin Alwi ( 2001 : 187 ) secara teoritis tujuan penilaian dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development yang bersifat efaluation harus menyelesaikan : 1.Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi 2.Hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision 3.Hasil penilaian digunakan sebagai dasar meengevaluasi sistem seleksi. Sedangkan yang bersifat development penilai harus menyelesaikan : 1.Prestasi riil yang dicapai individu 2.Kelemahan- kelemahan individu yang menghambat kinerja 3.Prestasi- pestasi yang dikembangkan.

Manfaat Penilaian KerjaManfaat Penilaian Kinerja Kontribusi hasil-hasil penilaian merupakan suatu yang sangat

bermanfaat bagi perencanaan kebijakan organisasi adapun secara terperinci penilaian kinerja bagi organisasi adalah : 1.Penyesuaian-penyesuaian kompensasi 2.Perbaikan kinerja 3.Kebutuhan latihan dan pengembangan 4.Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja. 5.Untuk kepentingan penelitian pegawai 6.Membantu diaknosis terhadap kesalahan desain pegawai

Sistem Manajemen Kinerja - Performance ManagementManajemen kinerja (performance management / PM) adalah proses perencanaan, evaluasi, coaching & counseling, dan penilaian kinerja karyawan untuk mewujudkan objektif organisasi sekaligus mengoptimalkan potensi diri karyawan. PM tidak hanya terkait dengan manajemen kinerja individu karyawan, tetapi juga manajemen kinerja organisasi. Dengan demikian, PM merupakan sebuah siklus, yang pada dasarnya terdiri dari perencanaan kinerja (penetapan target dan penyusunan Key Performance Indicator/KPI), pemantauan / peninjauan kinerja (coaching, counseling, mentoring, feedback), penilaian kinerja (performance appraisal), dan tindak lanjut berupa pemberian penghargaan dan hukuman (reward & punishment). Siklus tersebut harus dijalankan sebagai sebuah kesadaran yang tidak terputus, dan berjalan secara berkelanjutan. Sebuah perencanaan kinerja untuk setiap individu, sejatinya, bukanlah sebuah proses yang berdiri sendiri. Pada perusahaan-perusahaan yang maju, rencana kinerja individu karyawan yang merupakan turunan (cascading) dari KPI level departemen, KPI level divisi, dan KPI level perusahaan (korporat). Kalau dirujuk ke atas, maka KPI karyawan sebetulnya berasal dari KPI perusahaan. Kita tahu, sebelum memasuki tahun baru, perusahaan secara korporat telah membuat target atau objektif bisnis pada tahun mendatang. Informasi adalah hasil pemrosesan, manipulasi dan pengorganisasian/penataan dari sekelompok data yang mempunyai nilai pengetahuan (knowledge) bagi penggunanya. Namun demikian istilah ini memiliki banyak arti bergantung pada konteksnya, dan secara umum berhubungan erat dengan konsep seperti arti, pengetahuan, negentropy, komunikasi, kebenaran, representasi, dan rangsangan mental. Banyak orang meggunakan istilah "era informasi", "masyarakat informasi," dan teknologi informasi, dalam bidang ilmu informasi dan ilmu komputer yang sering disorot, namun kata "informasi" sering dipakai tanpa pertimbangan yang cermat mengenai berbagai arti yang dimilikinya. Data adalah : kenyataan yang menggambarkan suatu kejadiankejadian dan kesatuan yang nyata. Atau data adalah : representasi dunia nyata yang mewakili suatu objek seperti manusia (pegawai, mahasiswa, pelanggan), hewan, peristiwa, konsep, keadaan dll, yang direkam dalam bentuk angka, huruf, simbol, teks, gambar, bunyi atau kombinasinya. Kebutuhan informasi didasarkan pada : 1. kegiatan bisnis yang semakin kompleks. 2. Kemampuan komputer yang semakin meningkat. Kualistas informasi tergantung pada tiga hal yaitu : 1. Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan bagi orang yang menerima informasi tersebut. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkanmaksudnya. Dalam prakteknya, mungkin dalam penyampaian suatu informasibanyak terjadi gangguan (noise) yang dapat merubah atau merusak isi dari informasi tersebut. 2. Tepat waktu, informasi yang diterima harus tepat pada waktunya, sebab informasi yang usang (terlambat) tidak mempunyai niali yang baik, sehingga bila digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan akan dapat berakibat fatal. Saat ini mahalnya nilai informasi disebabkan harus cepatnya informasi tersebut didapat, sehingga diperlukan teknologi-teknologi mutakhir untuk mendapatkan, mengolah dan mengirimkannya. 3. Relevan, informasi harus mempunyai manfaat bagi si penerima. Relevansi informasi untuk

3

tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda. Misalnya informasi mengenai sebab-musabab kerusakan mesin produksi kepada akuntan perusahaan adalah kurang relevan dan akan lebih relevan bila ditujukan kepada ahli teknik perusahaan. 4. Ekonomis, informasi yang dihasilkan mempunyai manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya mendapatkannya dan sebagian besar informasi tidak dapat tepat ditaksir keuntungannya dengan satuan nilai uang tetapi dapat ditaksir nilai efektivitasnya

BAB II Era Informasi di Era Reformasi dan GlobalisasiPergeseran Paradigma di Era GlobalisasiTulisan ini difokuskan pada pergeseran yang mendasar pada berbagai paradigma khususnya dalam dunia pendidikan & pengetahuan di era informasi mendatang. Keberadaan teknologi informasi, jaringan Internet dan percepatan aliran informasi menjadi dasar dari pergeseran tersebut. Kekuatan knowledge menjadi terlihat dengan jelas dengan adanya percepatan transaksi informasi melalui jaringan Internet. Bayangkan - Alangkah mulianya pekerjaan seorang guru yang mengajar satu juta murid dalam waktu yang bersamaan; betapa cepatnya ilmu pengetahuan tersebar. Bayangkan jika kita dapat dengan mudah berbincang dengan Presiden B.J. Habibie & para menteri pembantu yang menurut kabar telah menggunakan E-mail; alangkah indahnya hidup ini jika aspirasi rakyat banyak dapat dengan cepat mencapai & bahkan berinteraksi langsung dengan pimpinan tertinggi negara tanpa perlu takut di sensor, di ciduk, di culik oleh aparat BKO. Menjadi seorang exportir ke seluruh penjuru dunia yang berpenghasilan US$ menjadi demikian mudah. Bayangkan - batas antar negara hanya berjarak antara ujung jari anda dengan keyboard! Tampaknya semuanya demikian mudah, tentunya ada prasyarat yang menyebabkan hal-hal yang tampaknya demikian mudah menjadi mungkin. Satu hal yang sangat dominan sekali di dunia informasi adalah bahwa "keberhasilan seseorang / sebuah badan akan sangat ditentukan pada knowledge yang dihasilkan oleh orang / lembaga tersebut". Jelas bahwa keberhasilan seseorang sama sekali tidak ada kaitan dengan jabatan / kekuasaan orang tersebut; siapa orang tua-nya; bagaimana koneksi dia dengan penguasa, sederhananya di era informasi "orang menggunakan otak bukan otot untuk membeli sembako". Sepertinya sederhana & ceria sekali dunia mendatang, KKN menjadi hilang, penculikan & kegiatan represif lainnya tidak ada. Apakah memang benar demikian? Apakah konsekuensi yang harus di tanggung oleh bangsa ini dalam era mendatang . Sederhana sekali sebetulnya, hal-hal yang tadinya terpusat pada kekuasaan dan kemapanan tampaknya akan tersebar pada rakyat banyak. Jadi kekuasaan yang tadinya terpusat akan tersebar dipegang langsung oleh rakyat dibantu oleh teknologi informasi yang memungkinkan transfer knowledge dengan cepat. Dengan tersebarnya knowledge & kekuasaan pada rakyat, maka secara simultan uang, kekayaan & kekuatan ekonomi akan berada langsung pada massa yang banyak tidak lagi terpusat pada segelintir penguasa & konglomerat yang menyimpan uangnya di BankBank asing. Penyebaran kekayaan langsung pada rakyat bukannya tanpa masalah, kompetisi antar anggota masyarakat akan menjadi sangat tajam sekali untuk memenangkan / memperoleh bagian rizkinya. Disini letak kekuatan knowledge & skill, kompetisi yang sangat tajam akan mendorong berbagai aliansi maupun tekanan pada dunia pendidikan utk membangun SDM berkualitas yang sangat dibutuhkan. Faktor manusia menjadi demikian tinggi - amat sangat dominan & menentukan dalam berbagai sendi kehidupan. Keberhasilan sebuah usaha akan amat sangat tergantung pada kemampuan knowledge & skill SDM yang berada di belakangnya & bukan lagi pada koneksi / KKN. Kebutuhan akan knowledge menjadi sedemikian besar sehingga pendidikan & knowledge menjadi salah satu komoditi unggulan yang sangat diminati oleh banyak orang. Pengaturan

5

secara terpusat dari sebuah sistem pendidikan akan gagal, kompetisi akan mendorong terbentuknya berbagai bentuk aliran pendidikan (formal, informal, terakreditasi, tersertifikasi, diakui, disamakan, diacuhkan, dibiarkan) dengan tujuan yang sangat sederhana yaitu memberikan layanan knowledge bagi rakyat. Dengan tinggi-nya kebutuhan / demand di rakyat utk memperoleh pendidikan / knowledge dengan kapasitas bangku yang sangat terbatas maka tekanan pada kemapanan sistem pendidikan akan sangat terasa. Keberadaan teknologi informasi / internet, akan menambah tekanan yang ada menjadi tekanan & tantangan yang sangat luar biasa bagi sistem pendidikan di Indonesia saat ini. Knowledge dapat diperoleh dengan mudah melalui berbagai Web sites, diskusi di mailing list, chat melalui IRC. Pada sisi ekstrim, knowledge tidak lagi terpusat pada guru / dosen, tidak lagi diperlukan sekolah, tidak lagi diperlukan perguruan tinggi. Knowledge bisa diperoleh langsung dari rakyat banyak. Disini pola pengajaran yang selama ini di anut akan memperoleh tantangan yang sangat besar dari keberadaan knowledge yang demikian banyak yang terbuka bagi para siswa. Konsep learning based menjadi sangat dominan dimana guru / dosen akan lebih banyak menjadi fasilitator. Siswa / mahasiswa akan lebih cenderung menjadi lebih pandai dari gurunya - disini terjadi generation lap (kebalikan dari generation gap). Konsep distributed knowledge yang bertumpu pada teknologi informasi akan berjalan nyata utk akhirnya membentuk sebuah collective wisdom dari masyarakat. Kekuatan kumpulan masyarakat pandai bertumpu pada teknologi informasi akan mengungguli pikiran seorang professor sendirian. Proses recognition / pengakuan akan dilakukan langsung oleh masyarakat, sertifikasi keahlian dilakukan langsung oleh masyarakat profesional. Bahkan sertifikasi global seperti MCP, MCSE, MCT dari Microsoft nilainya jauh lebih tinggi daripada ijasah ITB sekalipun utk mencari pekerjaan di dunia komputer. Pengakuan keahlian seseorang akan dilakukan oleh masyarakat profesional dari hasil / karya yang dia hasilkan bukan oleh dunia pendidikan tersebut. Jelas bahwa masyarakat (society) yang akan melakukan audit / sertifikasi pada seseorang utk menyatakan bahwa orang tersebut betul-betul ahli dalam bidangnya. Tekanan pada dunia pendidikan sangat jelas, jadi mengapa kita perlu mempersulit berdirinya sekolah? Mengapa kita perlu mempertahankan ujian negara bagi lulusan PTS? Mengapa DEPDIKBUD perlu membentuk BAN PT utk mengakreditasi? Mengapa tidak kita serahkan pada mekanisme masyarakat profesional dalam sebagian proses pendidikan yang ada? Semua pergeseran paradigma ini merupakan tantangan & tekanan yang sangat nyata-nyata bagi DEPDIKBUD dalam era informasi mendatang. Belum lagi jika kita memperhatikan sistem kenegaraan, keberadaan sistem informasi yang demikian cepat bukan hanya akan membuat sebuah negara menjadi lebih demokratis & transparan, akan tetapi mungkin suatu saat nanti kekuasaan betul-betul berada di tangan rakyat tanpa perlu lagi ada sistem perwakilan, sistem kepartaian, sistem pemilu - mungkin konsep collective wisdom dapat menggantikan fungsi MPR - barangkali?

Menyikapi Era Dan Kebutuhan InformasiWe are drowning in information and starved for knowledge. Kita tenggelam dalam informasi dan haus akan ilmu pengetahuan, ~ Anonymous Di zaman yang penuh gerak ini, perubahan dapat terjadi dalam waktu sangat cepat. Informasi menjadi sesuatu yang sangat penting. Tanpa informasi, berupa data, info atau pengetahuan dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan masing-masing, maka kita akan kesulitan menentukan keputusan paling tepat. As a rule, he or she who has the most information will have the greatest success in life. Sudah menjadi aturan main, siapapun yang mempunyai informasi terbanyak akan mencapai kesuksesan besar dalam hidupnya, kata Benjamin Disraeli. Karena itu informasi terus diburu sebagai upaya menciptakan solusi. Saya pun selalu berusaha

mendapatkan informasi terbaru dalam hampir setiap aktivitas yang saya lakukan. Contohnya dalam aktivitas berolah raga di atas treadmill di sebuah pusat kebugaran. Saat itu di depan saya terpampang 10 buah televisi yang menyiarkan program tayangan dari 6 channel televisi Indonesia. Selama ini saya memperhatikan tayangan televisi lokal kurang berkualitas. Saya sangat prihatin karena mayoritas tayangan-tayangan tersebut tidak bersifat mendidik, tidak memberikan inspirasi yang mencerahkan paradigma berpikir dan berperilaku. Contohnya banyak sekali tayangan sinetron yang tidak layak untuk dikonsumsi terus menerus, karena sering menampilkan konflik, kekerasan dan gaya hidup serba mewah dan lain sebagainya yang tidak bersifat menyejukkan dan memotivasi. Jelas tayangan-tayangan tersebut tak hanya dikonsumsi orang dewasa, melainkan anak-anak dan remaja. Sebuah pepatah bijak menyebutkan, Dari kondisi lalu lintas di ibu kota sesuatu negara dan program televisinya, maka kita sudah dapat menerka bagaimana masa depan bangsanya. Keprihatinan saya muncul karena masa remaja adalah periode yang sangat penuh dengan gejolak dan tidak memiliki konsep diri yang kuat. Informasi dari tayangan-tayangan yang tidak bermutu dapat mempengaruhi pikiran bawah sadar mereka. Lambat laun sistem kepercayaan dan nilai hidup mereka dapat terpolusi, menjadi rapuh dan tidak kreatif. Padahal banyak sekali informasi positif yang dapat digunakan untuk membangun kualitas mental kita dan para generasi muda di era informasi yang serba cepat ini. Contohnya menonjolkan tayangan-tayangan yang menampilkan keharmonisan, kekeluargaan, semangat, maupun menampilkan kisah nyata bagaimana para anak bangsa itu mempersiapkan diri hingga berhasil berprestasi di bidang tertentu. Saya kira tayangan-tayangan seperti itu lebih menarik dibandingkan prestasi tokoh fiktif di sinetron. Menyikapi hal itu, alangkah baiknya jika kita bersikap lebih selektif dalam memilih informasi. The most successful people in life are generally those who have the best information. Orangorang yang sukses umumnya adalah mereka yang mempunyai informasi terbaik, kata Benjamin Disraeli. Jangan menelan semua informasi secara mentah-mentah. Pilihlah informasi dari media cetak maupun elektronik yang betul-betul bermanfaat bagi kita untuk meningkatkan keunggulan. Keunggulan adalah modal keberhasilan kita. Seiring pertambahan manusia dan berinovasi yang terus menerus, maka persaingan akan semakin ketat. Jika kita tidak terus menerus mengembangkan bidang keunggulan yang kita miliki, maka kita akan tergilas oleh perubahan yang serba cepat dalam era informasi itu sendiri. Menyikapi informasi yang sangat bebas bergerak di dunia cetak maupun elektronik, sebagai orang tua kita harus berusaha menciptakan hubungan yang dekat bersama anak-anak. Hanya dengan kedekatan dengan anak-anak yang akan membantu kita untuk mengarahkan mereka menyikapi berbagai informasi yang ada secara lebih jernih atau mengarahkan mereka mendapatkan informasi paling tepat sesuai dengan kebutuhan.

Mengais Kearifan Era InformasiSlayer, grup musik rock beraliran thrash metal pernah dituding sebagai penyebar gerakan bunuh diri di kalangan anak muda Amerika Serikat pada era 80 dan 90-an awal, terutama lewat lagu Expandable Youth dalam album bertajuk Seasons in the Abyss. Demikian pula dengan Slipknot yang dianggap bertanggung jawab akan terjadinya banyak kekerasan setelah para metalholic menonton konser mereka. Hal yang sama pun pernah terjadi ketika Motley Crue dituduh menyebarkan free sex dan penyalahgunaan narkoba. Perhatikan juga Marylin Manson atau Madonna yang dijadikan musuh bersama oleh gereja-gereja di negara Abang Sam karena kerap (dianggap) menampilkan pemujaan setan atau adegan tak senonoh di dalam konser atau klip video mereka. Penampilan, tingkah laku, dan gaya hidup mereka dapat dengan mudah diakses lewat media massa oleh jutaan atau bahkan milyaran anak muda di seluruh dunia tanpa sensor yang ketat.

7

Luar biasanya, hal ini dapat memicu peniruan ekstrim dari para idola ini. Dengan mudahnya anak-anak di pedesaan atau di pinggiran kota dapat menindik telinga atau merajah tubuh mereka agar dianggap cool, atau juga para bocah ingusan ini menyemburkan kata-kata makian dalam bahasa Inggris (tanpa paham benar maknanya) dengan seenaknya dan menjadikannya sebagai bahasa pergaulan supaya dapat diterima di lingkungannya. Contoh-contoh di atas dibeberkan untuk melukiskan sebuah misteri di balik pengaruh media massa pada anak-anak dan juga orang dewasa, yang sering menjadi tanda tanya masyarakat. Apakah kekerasan, sensualitas, dan gaya hidup hedonisme yang biasa terdapat pada citra diri selebriti berpengaruh secara signifikan pada tindakan sejenis yang terjadi di dunia nyata? Seberapa jauh masyarakat belajar dari media massa? Kemudian apakah media massa juga memberikan efek sosial politik? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu seringkali muncul di tengah-tengah masyarakat. Kekerasan seolah menjadi bagian yang tak terelakkan dari budaya bangsa kita. Perkembangan media massa sebagai akibat kemajuan teknologi komunikasi dan informasi dipandang cukup mewarnai arah perubahan sosial masyarakat Indonesia. Ini sebagian besar disebabkan karena masyarakat kita cukup sensitif terhadap hampir segala sesuatu yang dianggap baru, meskipun di saat yang sama mereka dikenal cukup kuat juga memegang tradisi lama yang dianutnya. Ini adalah salah ciri dari masyarakat majemuk atau juga ciri masyarakat dunia ketiga. Sebagai contoh, ketika Islam datang ke Nusantara, masyarakat saat itu relatif tidak begitu sulit menerima ajaran baru. Karena itulah, terjadi pertemuan dua ciri yang berbeda, sehingga pada masyarakat kita dikenal istilah sinkretisme ajaran, yaitu bentuk persekutuan dua ajaran atau lebih yang termanifestasikan pada satu bentuk kegiatan ritual. Selain sisi negatif seperti yang diungkapkan pada beberapa contoh di atas, tentu saja perkembangan teknologi komunikasi ini pun memiliki pengaruh positif yang cukup besar bagi pertumbuhan suatu masyarakat. Meskipun keraguan akan kesiapan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup di tengah kancah perubahan global masih menyertai perjalanan hidupnya, tetapi pada saat yang sama, arus globalisasi ini diharapkan membawa angin perbaikan. Globalisasi informasi misalnya, di satu sisi akan memberikan peluang yang besar bagi bangsa Indonesia untuk ikut terlibat dalam berbagai perubahan positif yang terjadi di belahan dunia manapun. Sedang di sisi lain, ia juga bisa berpengaruh terhadap berbagai perubahan sosial yang dianggapnya telah mapan dan bernilai positif sesuai dengan karakter masyarakat yang dianutnya. Fenomena lahirnya berbagai protes masyarakat di Indonesia sehubungan dengan munculnya beberapa tayangan acara televisi yang dianggapnya tidak tepat, menunjukkan adanya pertentangan etik antara norma-norma yang diyakini masyarakat di satu pihak, dengan corak pesan-pesan informasi yang disajikan. Termasuk ramainya kasus razia tabloid-tabloid yang menyajikan gambar-gambar seronok, juga merupakan satu indikator adanya perbedaan antara visi makna kebebasan yang dipahami oleh lembaga-lembaga pers di satu pihak dengan bentuk kebebasan yang dikehendaki oleh kebijakan politik di pihak lain. Ini adalah sebuah dilema, karena di Indonesia untuk sementara ini dan mungkin untuk jangka waktu yang panjang, desakan arus informasi masih harus berhadapan dengan tingkat kesiapan masyarakat yang kurang seimbang. Padahal, pada kondisi sosial seperti itu, masyarakat kita tidak bisa lagi menghindar dari kenyataan perkembangan informasi yang sangat cepat, yang tersaji dalam berbagai media, baik cetak maupun elektonik. Pada era ini, media elektronik menempati posisi dominan, menggantikan peran-peran yang biasa dimainkan oleh orangtua, guru, kyai, dan pemuka agama lainnya. Pada kenyataan seperti inilah, sistem komunikasi dapat melahirkan berbagai problema sosial. Pada kondisi masyarakat yang semakin kompleks seperti sekarang ini, sistem komunikasi telah menjadi perekat yang dapat mempersatukan masyarakat ke dalam suatu tabung kecil yang disebut global village, sehingga kini masyarakat kita pun dapat dengan mudah menikmati informasi

tentang peristiwa apapun yang terjadi di belahan dunia manapun. Bisa dibayangkan ketika masyarakat kita harus terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam mekanisme global seperti itu. Pertanyaan klasik yang mungkin kemudian muncul ke permukaan, misalnya, perangkat apa saja yang telah dipersiapkan untuk menghadapi kenyataan seperti itu. Suatu kenyataan yang tidak pernah ditemukan oleh beberapa generasi sebelumnya. Dengan kata lain, hingga saat ini, dalam banyak hal, masyarakat kita telah mengalami banyak perubahan, dari struktur masyarakat yang sederhana menjadi struktur masyarakat yang kompleks. Untuk memahami hal-hal seperti ini, agaknya kita harus sering berkaca pada sejarah. Sejak generasi pertama bangsa kita, hingga pada usianya sekarang, komunikasi merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari sistem kehidupan. Namun demikian, bentuk dan media yang digunakannya relatif berbeda antara satu generasi dengan generasi yang lainnya. Ketika bentuk masyarakat kita masih sangat sederhana, kegiatan komunikasi berlangsung antarpribadi atau bertatap muka. Mereka satu sama lain saling mengenal secara lebih dekat, karena itu nilai-nilai budaya yang dianutnya cenderung homogen. Demikian pula halnya dengan penggunaan media komunikasi yang masih sangat sederhana. Tidak begitu banyak lambang verbal maupun nonverbal yang digunakan. Tradisi berkomunikasi seperti itu nampaknya berlangsung cukup lama. Bahkan sampai sekarang, pada sebagian besar masyarakat Indonesia yang tinggal di pedesaan atau daerah terpencil, tradisi berkomunikasi seperti itu masih banyak digunakan orang. Dampaknya bisa dilihat, sekalipun pada masyarakat yang telah mengenal media komunikasi modern. Misalnya, meskipun surat kabar, radio, televisi, dan bahkan telepon selular telah menjadi perlengkapan sehari-hari, banyak orang yang masih menggunakan media ngobrol untuk mendapatkan informasi. Budaya tutur nampaknya masih lebih dominan dibanding budaya baca-tulis. Media massa baru berfungsi sebagai alat pembeda status sosial ataupun sarana hiburan. Buku tebal dengan harga cukup mahal, juga masih merupakan pelengkap hiasan rumah ketimbang referensi kerja. Kemudian, jika kita perhatikan, saat ini masyarakat Indonesia sedang berada dalam era informasi. Perjalanan ini sesuai dengan analisis Toffler yang membagi tiga tahap perkembangan peradaban manusia: agrikultur, industri, dan informasi. Terlepas apakah perjalanan pembangunan ini telah sama dengan perkembangan sikap masyarakatnya atau tidak, yang pasti, bahwa era pembangunan kita sekarang ini disebut era informasi, dan dalam arena itu pula, era pembangunan kali ini menargetkan terbentuknya suatu tatanan masyarakat baru, yaitu masyarakat informasi. Gelombang informasi seperti yang diramalkan Toffler memang sekarang sedang menggetarkan sendi-sendi kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Getaran ini begitu terasa bukan saja di negara-negara maju, tetapi juga hampir di seluruh negara berkembang, termasuk Indonesia. Sisi-sisi menarik seperti ini tentu saja akan sangat diwarnai oleh interaksi antara karakter bangsa sendiri dengan lingkungan global, sehingga hembusan globalisasi ini akan berpengaruh bukan saja pada kalangan birokrasi atau elit masyarakat lainnya, tapi akan berpengaruh pula pada masyarakat secara keseluruhan. Mungkin Slayer-Slayer baru atau Slipknot, Britney Spears, David Guetta, 50 Cent, DJ Tiesto, dan lain-lain akan bermunculan dengan mengusung peradaban baru, namun sampai sejauh mana mereka memberikan pengaruhnya, itu adalah cerita lain. Mencermati perkembangan di dunia luar adalah sebuah tindakan bijak.

Malapetaka Informasi di Era InformasiYang terjadi di negeri ini bukan hanya malapetaka alam seperti tsunami, gempa bumi, tanah longsor, atau malapetaka transportasi seperti kapal tenggelam, kereta api tabrakan, pesawat terbang hilang atau jatuh, melainkan juga malapetaka informasi. Itulah malapetaka yang tidak saja menambah panjang daftar kesedihan, tetapi juga memalukan bangsa ini ke seluruh dunia.

9

Kasus mutakhir adalah informasi telah ditemukannya pesawat Adam Air. Tidak hanya telah ditemukan, tetapi informasi yang disebarkan kepada publik bahkan lebih rinci lagi. Yaitu 12 orang selamat dan 90 orang meninggal. Tetapi kemudian informasi itu salah, tidak benar, bahkan dapat digolongkan sebagai pembohongan publik. Faktanya hingga sekarang pesawat Adam Air itu belum ditemukan. Alkisah adalah seorang warga Desa Raongan, Kecamatan Matangnga, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, yang melapor kepada Kepala Desa Raongan bahwa ada pesawat jatuh. Tanpa mengeceknya, sang kepala desa melapor ke kapolsek, diteruskan ke bupati, kapolda, gubernur, dan ujungnya sampai ke Menteri Perhubungan. Tak hanya sampai di menteri. Selanjutnya, informasi itu pun tiba di puncak kekuasaan, masuk Istana Presiden dan Wakil Presiden. Tidak hanya sampai, tetapi informasi yang salah itu pun dipercayai pemimpin negara. Dan pers pun turut berdosa karena menyebarluaskan informasi yang ternyata tidak benar. Pers mempercayai informasi itu semata karena berasal dari pejabat negara. Maka, sempurnalah kebodohan kita sebagai bangsa. Yaitu tidak mengecek fakta. Kesimpulan yang menyakitkan, bahwa untuk urusan yang sangat elementer pun ternyata bangsa ini belum lulus. Padahal, kita hidup di abad modern, di era informasi. Era yang didukung kemajuan teknologi informasi sehingga informasi bisa melintasi batas-batas negara secara seketika. Melalui internet, misalnya, tidak ada lagi batas negara, bahkan tidak ada lagi hambatan dimensi waktu dan tempat. Berkat kemajuan teknologi, informasi yang salah mengenai ditemukannya pesawat Adam Air itu menyebar ke seluruh dunia dengan sangat cepat. Itu berarti kebodohan kita sebagai bangsa pun ikut meluas seluruh jagat

Bahasa Era Informasi (pembelajaran bahasa yang memanfaatkan teknologi multimedia)Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat telah merambah bidang sosial, politik, budaya, ekonomi dan pendidikan. Dia menyatakan, pembelajaran bahasa yang memanfaatkan teknologi multimedia sebagai alat bantu memperluas aspek iptek menjadi fokus penting bagi pendidik dan peserta didik. "Penguasaan tekonologi informasi komunikasi secara kreatif dan inovatif membentuk dan menambah pengetahuan yang up to date (mutakhir)," ujar Silvana. Selain itu, menurut Silvana, penelitian yang memanfaatkan tekonologi informasi komunikasi bermanfaat meningkatkan kualitas belajar dan mengajar, baik untuk penerapan hasil bagi kesejahteraan masyarakat dan pemerintah maupun pengembangan buku ajar dan penelitian paten yang dapat mengangkat martabat bangsa. "Teknologi pendidikan dengan menggunakan media digitel, internet, e-learning diharapkan mampu menghadirkan media baru dalam penyebaran informasi, pengembangan ilmu dan potensi pendidik dan peserta didik sebagai pencapaian tujuan pendidikan," harap Silvana.

Tahap Akhir Dari Era Informasi?Walaupun di mana-mana saat ini sedang digembar-gemborkan semboyan : Mari Kita Menyongsong Era Informasi namun perlu dipahami bahwa saat ini mungkin merupakan tahap akhir dari sebuah era informasi. Dahulu revolusi industri sempat selama beberapa abad membuat buruh manusia tersisih karena terdepak oleh kehadiran mesin-mesin industri. Dan perkembangan

sistem komputer pun kini mulai mengancam eksistensi manusia pula. Tahap awal sistem komputer adalah untuk membantu manusia dalam masalah pengolahan data. Dalam tahap ini komputer berperan sebagai mesin pembantu manusia dalam melakukan komputasi. Peran manusia sebagai user dalam menindak-lanjuti proses komputasi yang dilakukan oleh komputer adalah memproses informasi dari data-data hasil kalkulasi tersebut, lalu membangun pengetahuan, dan mengambil keputusan. Tahap kedua merupakan tahap sistem informasi mungkin inilah yang dimaksud dengan era informasi itu oleh banyak orang, dimana penggunaan sistem komputer dipergunakan untuk melakukan pemrosesan informasi sehingga peran manusia adalah memproses pengetahuan dan mengambil keputusan. Tahap ketiga dari perkembangan sistem komputer sudah dimulai ketika tahap komputer sebagai pemroses informasi belum berakhir tahap ini merupakan pengembangan dari tahap kedua dimana komputer selain memproses informasi juga mampu menjadi sebuah sistem pendukung pengambilan keputusan dari informasi-informasi yang tersedia. Kunci utama dari tahap ini adalah dengan menanamkan komputer suatu kecerdasan untuk dapat memproses pengetahuan dalam sebuah mesin penalaran pengetahuan. Dan tahap inilah di mana artificial intelligence dan sistem pakar muncul dan dikembangkan. Semakin berkembang sistem komputer maka semakin sedikit peranan manusia dalam sebuah sistem secara utuh. Pada tahap ketiga, peran manusia difokuskan pada peranan pengambil keputusan. Artinya, manusia masih memiliki kedudukan penting walaupun peranannya hanya satu. Lantas muncul pertanyaan, seandainya komputer dapat berkembang hingga mampu mengambil keputusan sendiri apakah peran manusia benar-benar akan hilang dan tergantikan seluruhnya oleh komputer ? Apakah kondisi itu seperti sequel kedua dari revolusi industri ? Dan apakah akan banyak manusia-manusia yang kalah oleh teknologi seperti kekalahan para buruh pabrik terhadap mekanisasi pada abad pertengahan dahulu ketika muncul revolusi industri ? Potensi sistem komputer untuk berkembang ke tahap akhir era informasi dan beralih ke tahap selanjutnya sudah mulai terasa. Mungkin ini adalah seleksi alam untuk memfilter mana manusia yang masih menjunjung tinggi komitmen terhadap kualitas dan mana yang tidak sehingga persaingan kualitas antara manusia dengan mesin tetap dapat dimenangkan oleh manusia selaku pemimpin di muka bumi ini. Dan pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin belum dapat terjawab sebelum kita mengalami fase kebangkitan kecerdasan para mesin. Industri Informasi disebut paradoks, mana mungkin lagi mau surut melangkah mundur ke belakang mengingat industri informasi local sangat terkait dengan issue kebebasan dan tingkat pesatnya kemajuan industri informasi dunia secara global . Bagaimana bisa memenuhi keinginan tawaran dan harapan globalisasi sebagai keniscayaan jaman , sementara kemampuan dasar untuk melanjutkan kehidupan dan melengkapi kebutuhan yang menyentuh keberlangsungan isi perut saja kembali menjadi problema . Inilah yang saya maksud dengan Industri yang paradoksal .

11

BAB III PENUTUPKesimpulan1. Secara garis besar simpulannya, lebih berhati-hati atau selektif dalam memilih informasi betapapun kita sangat membutuhkannya. In your thirst for knowledge, be sure not to drown in all the information Dalam hasratmu yang begitu besar untuk menguasai ilmu pengetahuan, pastikan untuk tidak tenggelam dalam semua informasi yang ada, kata Anthony J. D'Angelo. 2. Jadi, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi ini bisa merugikan dan mengganggu kaidah-kaidah sosial dan agama, namun tindakan menolak teknologi pun bukan pilihan terbaik. Kehadiran teknologi tetap merupakan fasilitas hidup yang perlu dimanfaatkan, karena ia bisa menjanjikan berbagai kemudahan bagi kelangsungan hidup umat manusia. 3. Oleh karena itu, kasus informasi yang salah mestinya menjadi pelajaran paling penting untuk back to basic. Yaitu siapa pun, terutama pejabat negara, tidak boleh percaya begitu saja pada laporan bawahannya. Jika tidak, bangsa ini tidak hanya mengalami malapetaka alam, atau malapetaka transportasi, tetapi juga malapetaka informasi. Ironisnya, itu terjadi justru di era informasi. 4. Menurutnya, teknologi informasi komunikasi dapat memberi akses cepat dalam penyelesaian pengambilan data pendukung, pembelajaran untuk muatan kurikulum bahasa, penelitian dan media, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di era informasi ini.

Saran1. Sudah sepantasnya kita berwawasan & pola pandang yang lain khususnya dalam menyiapkan diri kita semua dalam menyongsong kompetisi global di era informasi mendatang. 2. Apa yang penting diperhatikan untuk berbagai kemudahan bagi kelangsungan hidup umat manusia adalah bagaimana kita mampu membaca tanda-tanda zaman bagi kearifan hidup kita. 3. Pilihlah informasi hanya yang bermanfaat untuk meningkatkan keunggulan kita. Jika mayoritas masyarakat sudah sangat selektif dan menghendaki perubahan, tentu kualitas tayangan atau informasi yang ada sekarang ini akan ikut berubah. Bukankah masyarakat pada dasarnya adalah juri yang sangat menentukan?