129
KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR LIMBAH MENGGUNAKAN ADSORBEN SERBUK GERGAJI KAYU MERANTI SKRIPSI JENI SETYOWATI PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M / 1440 H

KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn

DALAM AIR LIMBAH MENGGUNAKAN ADSORBEN

SERBUK GERGAJI KAYU MERANTI

SKRIPSI

JENI SETYOWATI

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M / 1440 H

Page 2: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn

DALAM AIR LIMBAH MENGGUNAKAN ADSORBEN

SERBUK GERGAJI KAYU MERANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

JENI SETYOWATI

11140960000020

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M / 1440 H

Page 3: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …
Page 4: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …
Page 5: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …
Page 6: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

ABSTRAK

JENI SETYOWATI. Kinetika Adsorpsi Ion logam Cu, Cd dan Mn dalam Air

Limbah Menggunakan Adsorben Serbuk Gergaji Kayu Meranti. Dibimbing oleh

NURHASNI dan ISALMI AZIZ

Limbah hasil kegiatan industri berupa ion logam berat banyak menyebabkan

pencemaran lingkungan sehingga dibutuhkan cara untuk mengurangi dampak dari

pencemaran tersebut. Penelitian ini memanfaatkan serbuk gergaji kayu meranti

untuk menyerap ion logam berat. Penelitian bertujuan untuk menentukan efisiensi

adsorpsi, kapasitas adsorpsi, jenis isotherm adsorpsi dan kinetika adsorpsi dari

adsorben terhadap ion logam Cuprum (Cu), Kadmium (Cd) dan Mangan (Mn).

Analisis adsorben dilakukan dengan menggunakan FTIR dan SEM. Aktivasi

adsorben dilakukan dalam tiga metode, yaitu tanpa aktivasi, aktivasi fisika dan

aktivasi kimia. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adsorben yang terbaik

adalah yang diaktivasi secara fisika dengan konsentrasi adsorben optimum sebesar

2,5%, konsentrasi adsorbat 10 ppm dengan efisiensi adsorpsi mencapai 100%, pH

optimum adalah pH 5 untuk ion logam Cu dan Cd dan pH 6 untuk ion logam Mn.

Suhu dan waktu optimum yang didapatkan pada 60 oC selama 60 menit. Jenis

isotherm adsorpsi ion logam Cu, Cd dan Mn adalah isotherm Freundlich dengan

nilai R2 sebesar 0,9242; 0,9946 dan 0,9784 dan kinetika adsorpsinya mengikuti alur

orde nol untuk ion logam Cu, Cd dan Mn. Hasil analisis FTIR menunjukan adanya

gugus –OH pada adsorben serbuk gergaji kayu meranti yang dapat mengikat ion

logam pada adsorbat. Hasil dari analisis menggunakan SEM menunjukan morfologi

sebelum adsorpsi bersih dan berongga sedangkan setelah adsorpsi adsorben

menjadi lebih padat dan bergelombang. Hal ini menunjukan jika ion logam telah

berikatan dengan gugus yang ada pada adsorben.

Kata Kunci: Isotherm Freundlich, kinetika adsorpsi, orde nol

Page 7: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

ABSTRACT

JENI SETYOWATI. The Adsorption Kinetics of Cu, Cd dan Mn Metal Ion in

Wastewater Using Sawdust of Meranti Wood Absorbent. Advisor by NURHASNI

and ISALMI AZIZ

Waste resulting from industrial activities in the form of heavy metals causes

a lot of environmental pollution, so we need a way to reduce the impact of the

pollution. This study utilizes meranti wood sawdust to absorb heavy metal ions.

Study aims to determine the adsorption efficiency, adsorption capacity, type of

adsorption isotherm and adsorption kinetics from adsorbents on Cuprum (Cu),

Cadmium (Cd) and Manganese (Mn) metal ions. Adsorbent analysis was carried

out using FTIR and SEM. Activation of adsorbents is carried out in three method,

namely without activation, physical activation and chemical activation. The results

of this study indicate that the best adsorbent is physically activated with optimum

adsorbent concentration of 2.5%, adsorbate concentration of 10 ppm with

adsorption efficiency reaching 100%, optimum pH is pH 5 for Cu and Cd metals

and pH 6 for Mn metals ions. The optimum temperature and time obtained at 60 oC

for 60 minutes. The types of adsorption of Cu, Cd and Mn metals are Freundlich

isotherms with a R2 value of 0.9242; 0.9946 and 0.9784 and the adsorption kinetics

follow the zero order flow for Cu, Cd and Mn metals. The results of FTIR analysis

showed the presence of -OH groups on the adsorbent of meranti wood sawdust

which can bind metal ions to the adsorbate. The results of the analysis using SEM

showed morphology before the adsorption was clean and hollow while after

adsorption the adsorbent became more dense and wavy. This shows that metal ions

have bonded to the groups present in the adsorbent.

Keywords: Freundlich isotherm, adsorption kinetics, zero order

Page 8: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

viii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah Subhanahu Wa

Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kinetika Adsorpsi Ion logam

Cu, Cd dan Mn dalam Air Limbah menggunakan Adsorben Serbuk Gergaji Kayu

Meranti. Dalam pelaksanaan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak

bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus

kepada:

1. Nurhasni, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan ilmu pengetahuan,

bimbingan serta waktunya dalam mengarahkan penulis selama penelitian;

2. Isalmi Aziz, M.T, selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan

arahan serta waktunya untuk berdiskusi dengan penulis;

3. Dr. Hendrawati dan Nurmaya Arofah, M.Eng, selaku Penguji yang telah banyak

memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skrispsi ini;

4. Drs. Dede Sukandar, M.Si, selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas Sains

dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

5. Dr. Agus Salim, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta;

6. Seluruh Dosen dan Laboran Program Studi Kimia UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan

kepada penulis selama mengikuti perkuliahan dan penelitian;

Page 9: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

ix

7. Bapak Jamio dan Ibu Suparti selaku Orang Tua dan Adik penulis (Niko dan

Fitrriana) serta Keluarga tercinta yang senantiasa membantu penulis dengan

selalu memberikan do’a dan dukungan baik secara material maupun moril;

8. Sariana Harahap, Riska Isnaeny, Muhammad Fajar serta teman-teman

mahasiswa Program Studi Kimia angkatan 2014 yang telah memberi dukungan

kepada penulis;

9. Muhammad Akbar Tafdila, Zelda Zein HZ, Ita Lailatul Latifah, dan Niah

Kusuma Hapsari yang telah membantu penulis selama proses penelitian;

10. Tim Riders, UnKnown, dan Social Squad yang selalu membantu dan

mendukung penulis selama penyusunan skripsi;

11. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian berlangsung yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal

ibadah bagi keluarga, bapak, dan rekan-rekan, sehingga memperoleh balasan yang

lebih baik dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Jakarta, Oktober 2018

Penulis

Page 10: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

x

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................................viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................x

DAFTAR TABEL .............................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................5

1.3 Hipotesis ....................................................................................................5

1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................6

1.5 Manfaat Penelitian .....................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................7

2.1 Air Limbah.................................................................................................7

2.2 Serbuk Gergaji Kayu Meranti ....................................................................9

2.3 Adsorpsi .....................................................................................................11

2.3.1 Isotherm Adsorpsi Langmuir ...........................................................13

2.3.2 Isotherm Adsorpsi Freundlich ..........................................................15

2.4 Kinetika Adsorpsi ......................................................................................16

2.5 Logam Berat ..............................................................................................18

2.5.1 Logam Cuprum (Cu) ........................................................................20

2.5.2 Logam Kadmium (Cd) .....................................................................21

2.5.3 Logam Mangan (Mn) .......................................................................23

2.6 Spektroskopi Serapan Atom (SSA) ...........................................................24

2.7 Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FT-IR) ...................................26

2.8 Scanning Electron Microscopy (SEM) ......................................................28

Page 11: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

xi

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................30

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................30

3.2 Alat dan Bahan ..........................................................................................30

3.2.1 Alat ...................................................................................................30

3.2.2 Bahan ................................................................................................30

3.3 Diagram Alir Penelitian .............................................................................31

3.4 Prosedur Kerja ...........................................................................................32

3.4.1 Preparasi Serbuk Gergaji Kayu Meranti ..........................................32

3.4.2 Aktivasi Serbuk Gergaji Kayu Meranti ............................................32

3.4.2.1 Tanpa aktivasi ......................................................................32

3.4.2.2 Aktivasi secara fisika ...........................................................32

3.4.2.3 Aktivasi secara kimia ...........................................................32

3.4.3 Penentuan Kondisi Optimum Adsorpsi Tanpa Aktivasi ..................33

3.4.3.1 Konsentrasi adsorben ...........................................................33

3.4.3.2 Konsentrasi adsorbat ............................................................33

3.4.3.3 pH ion logam ........................................................................34

3.4.3.4 Waktu dan suhu adsorpsi ......................................................34

3.4.4 Analisis Gugus Fungsi dengan Fourier-Transform

Infrared Spectroscopy (FT-IR).........................................................35

3.4.5 Analisis Morfologi Permukaan dengan Scanning Electron

Microscopy (SEM) ...........................................................................35

3.4.6 Penentuan Isotherm Adsorpsi...........................................................36

3.4.7 Penentuan Kinetika Adsorpsi ...........................................................36

3.4.8 Regenerasi Adsorben ........................................................................36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................37

4.1 Adsorben Serbuk Gergaji Kayu Meranti ...................................................37

4.2 Kondisi Optimum Adsorpsi .......................................................................40

4.2.1 Konsentrasi adsorben .......................................................................40

4.2.2 Konsentrasi adsorbat ........................................................................43

4.2.3 pH ion logam ....................................................................................46

4.2.4 Metode aktivasi adsorben .................................................................49

Page 12: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

xii

4.2.5 Waktu dan suhu ................................................................................50

4.3 Isotherm Adsorpsi ......................................................................................52

4.4 Kinetika Adsorpsi ......................................................................................55

4.5 Regenerasi adsorben ..................................................................................59

4.6 Analisis gugus Fungsi dengan Fourier-Transform Infrared Spectroscopy

(FT-IR) .......................................................................................................62

4.7 Morfologi Permukaan dengan Scanning Electron Microscopy

(SEM) ........................................................................................................64

BAB V PENUTUP .............................................................................................66

5.1 Simpulan ....................................................................................................66

5.2 Saran ..........................................................................................................66

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................67

LAMPIRAN .......................................................................................................74

Page 13: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi kimia kayu Meranti ............................................................10

Tabel 2. Nilai rata-rata R2 ...................................................................................56

Tabel 3. Regenerasi adsorben .............................................................................61

Tabel 4. Gugus fungsi adsorben .........................................................................63

Page 14: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur Selulosa ..............................................................................11

Gambar 2. Plot antara (x/m) terhadap C ............................................................15

Gambar 3. Plot antara log (x/m) terhadap log C................................................16

Gambar 4. Skema umum komponen pada Alat SSA ........................................26

Gambar 5. Skema kerja FT-IR ..........................................................................27

Gambar 6. Skema kerja SEM ............................................................................29

Gambar 7. Diagram Alir Penelitian ...................................................................31

Gambar 8. (a) aktivasi fisika (b) aktivasi kimia (c) tanpa aktivasi ....................38

Gambar 9. Mekanisme reaksi hidrolisis asam pada selulosa ............................39

Gambar 10. Pengaruh konsentrasi adsorben terhadap ion logam Cu ................41

Gambar 11. Pengaruh konsentrasi adsorben terhadap ion logam Cd ................41

Gambar 12. Pengaruh konsentrasi adsorben terhadap ion logam Mn ...............41

Gambar 13. Pengaruh konsentrasi adsorbat terhadap ion logam Cu .................44

Gambar 14. Pengaruh konsentrasi adsorbat terhadap ion logam Cd .................44

Gambar 15. Pengaruh konsentrasi adsorbat terhadap ion logam Mn ................44

Gambar 16. Pengaruh pH adsorbat terhadap ion logam Cu ..............................47

Gambar 17. Pengaruh pH adsorbat terhadap ion logam Cd ..............................47

Gambar 18. Pengaruh pH adsorbat terhadap ion logam Mn .............................47

Gambar 19. Pengaruh suhu dan waktu terhadap ion logam Cu ........................51

Gambar 20. Pengaruh suhu dan waktu terhadap ion logam Cd ........................51

Gambar 21. Pengaruh suhu dan waktu terhadap ion logam Mn ........................51

Gambar 22. Kurva adsorpsi ion logam Cu (a) langmuir dan (b) freundlich .....53

Gambar 23. Kurva adsorpsi ion logam Cd (a) langmuir dan (b) freundlich .....53

Gambar 24. Kurva adsorpsi ion logam Mn (a) langmuir dan (b) freundlich.....53

Gambar 25. Kurva regresi linear ion logam Cu.................................................58

Gambar 26. Kurva regresi linear ion logam Cd.................................................58

Gambar 27. Kurva regresi linear ion logam Mn ................................................58

Gambar 28. Mekanisme desorpsi menggunakan EDTA ...................................60

Page 15: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

xv

Gambar 29. Spektrum gugus fungsi adsorben ...................................................63

Gambar 30. Permukaan adsorben aktivasi fisika sebelum adsorpsi (a)

sesudah adsorpsi (b) perbesaran 5000x .........................................64

Gambar 31. Morfologi permukaan pembanding sebelum adsorpsi (a) dan

sesudah adsorpsi (b) .......................................................................65

Page 16: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data adsorpsi ................................................................................74

Lampiran 2. Grafik kapasitas adsorpsi ..............................................................85

Lampiran 3. Data isotherm adsorpsi..................................................................89

Lampiran 4. Data kinetika adsorpsi ...................................................................92

Lampiran 5. Data perhitungan archenius ..........................................................95

Lampiran 6. Grafik orde kinetika adsorpsi ........................................................97

Lampiran 7. Perhitungan ...................................................................................100

Lampiran 8. Pembutan larutan ..........................................................................101

Lampiran 9. Pembuatan pH buffer ....................................................................103

Lampiran 10. Panjang Gelombang Maksimum Larutan Uji .............................104

Lampiran 11. Baku mutu air limbah .................................................................107

Lampiran 12. Hasil spektrum FT-IR .................................................................108

Lampiran 13. Hasil analisis SEM ......................................................................109

Lampiran 14. Gambar alat, bahan dan proses penelitian ..................................111

Page 17: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencemaran dapat terjadi salah satunya disebabkan oleh banyaknya air

limbah mengandung zat berbahaya yang dibuang begitu saja ke badan air tanpa

melalui pengolahan terlebih dahulu atau sudah diolah tetapi belum memenuhi

persyaratan. Logam berat yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan

mengalami pengendapan, kemudian diserap oleh organisme yang hidup di perairan

tersebut (Fitriyah et al., 2013). Pencemaran yang disebabkan oleh logam berat

merupakan masalah serius yang harus diselesaikan. Logam berat yang

kandungannya melebihi ambang batas jika terakumulasi di dalam tubuh dapat

menyebabkan penyakit serius bagi kesehatan manusia jika tetap tinggal dalam

jangka waktu yang lama (Kundari & Slamet, 2008). Kegiatan manusia seperti

penambangan logam, pelapisan dan pencampuran logam, industri minyak dan

pigmen, pembuatan pestisida dan industri penyamakan kulit sangat berpotensi

menghasilkan limbah yang mengandung ion logam berat (Igwe & Abia, 2006).

Logam Cu banyak digunakan dalam industri batu baterai, logam Cd banyak

digunakan pada lempengan elektroda dan logam Mn digunakan dalam industri

tekstil dan sebagai campuran dari logam (alloy). Ekstraksi pertambangan Cd

merupakan hasil samping dari tambang seng (kandungan Cd sebesar lebih kurang

3 kg dalam 1 ton Zn) yang berpotensi mencemari lingkungan. Uji kandungan kadar

ion logam yang dilakukan di Muara DAS Barito, mengandung kadar Cadmium (Cd)

pada stasiun pengamatan rerata sebesar 0,002 ppm sampai 0,0067 ppm (Sofarini et

al., 2010) . Uji kadar ion logam Cu dilakukan di sungai Surabaya dengan kandungan

Page 18: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

2

Cu dalam air antara 0,37-0,81 ppm melebihi ambang baku mutu (Fitriyah et al.,

2013). Konsentrasi logam Mn di Pesisir Teluk Lampung yaitu sekitar 106,01 ppm

hingga 107,69 ppm (Frederica et al., 2016). Produsen atau perusahaan tekstil

nasional berada di Jawa Barat atau di sepanjang DAS Citarum mencapai 60 persen.

Sebanyak 48 persen industri yang diamati, rata-rata pembuangan limbahnya 10 kali

melampaui baku mutu yang telah ditetapkan (Desriko, 2016). Limbah industri ini

dapat memperburuk kondisi lingkungan terutama lingkungan perairan. Logam

berat lainnya yang berbahaya dan mencemari lingkungan antara lain merkuri (Hg),

timbal (Pb), arsenik (As), khromium (Cr), dan nikel (Ni) (Darmono, 1995). Metode

menghilangkan kandungan logam berat dalam limbah dapat dilakukan dengan cara

adsorpsi. Proses adsorpsi lebih banyak dipakai dalam industri karena mempunyai

beberapa keuntungan, yaitu lebih ekonomis dan tidak menimbulkan efek samping

yang beracun (Wulandari et al., 2015).

Adsorben (zat penyerap) yang dapat digunakan pada proses adsorpsi antara

lain karbon aktif, silika dan alumina, zeolit, arang tulang, dan oksida-oksida ion

logam (Suzuki, 1990). Penelitian mengembangkan adsorben telah banyak

dilakukan menggunakan bahan-bahan organik. Penelitian adsorben ini dilakukan

dalam rangka mencari metode dan bahan yang relatif murah dan mudah (Lestari et

al., 2003). Bahan baku yang berasal dari bahan organik dapat dibuat menjadi arang

aktif karena bahan baku tersebut mengandung karbon. Metode aktivasi ini

dilakukan secara fisika (Sembiring, et al., 2003). Adsorben yang diaktivasi secara

kimia dilakukan dengan proses aktivasi menggunakan larutan kimia salah satunya

adalah HCl (Irawan, et al., 2015). Bahan organik yang digunakan beberapa

diantaranya adalah sekam padi (Nurhasni et al., 2014), jamur Mucor rouxii (Yan &

Page 19: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

3

Viraraghavan, 2003), ganggang hijau (Pavasant et al., 2005), bakteri

Thiobacillusthiooxidans (Liang Liu et al., 2004). Bahan-bahan organik ini

digunakan sebagai adsorben karena tersedia dalam jumlah yang banyak, ramah

lingkungan dan murah (Deans & Dixon, 1992). Firman Allah Subhanahu Wa

Ta’ala dalam Al-Qur’an Surah Asy-Syu’ara’ ayat 7:

Artinya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah

banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang

baik? (Q.S Asy-Syu’ara’ [26]: 7).

Surah Asy-Syu’ara’ ayat 7 menegaskan bahwa Allah telah menciptakan

segala macam tumbuh-tumbuhan yang ada di bumi ini dengan berbagai manfaat

untuk segala makhluk hidup. Tumbuh-tumbuhan begitu banyak manfaatnya yang

Allah ciptakan seperti tumbuhan yang digunakan untuk obat-obatan, untuk

makanan sehari-hari, dan sebagainya. Bahan organik yang disebutkan sebelumnya

yang telah banyak digunakan pada penelitian untuk mencari manfaat dari tumbuhan

dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Tumbuhan pohon Meranti yang

kayunya biasanya dimanfaatkan pada industri pembuatan pintu, lemari dan lain-

lain. Kandungan dalam kayu Meranti yang kaya akan selulosa juga dapat

dimanfaatkan untuk menyerap ion logam berat dalam suatu limbah.

Limbah pengolahan kayu pada industri kecil di pedesaan belum dimanfaatkan

secara optimal, sedangkan potensi limbah gergaji kayu tersebut sangat besar.

Limbah ini akan menimbulkan masalah karena pada kenyataannya di lapangan

masih ada yang ditumpuk, sebagian dibuang ke aliran sungai (pencemaran air), atau

dibakar secara langsung sehingga perlu dilakukan penanganan yang maksimal.

Page 20: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

4

Limbah penggergajian sederhana di pedesaan Jawa Barat sekitar 41,44 m3/bulan

dan selama satu tahun diperkirakan akan mencapai 498,55 m3. Limbah

penggergajian yang dihasilkan di Indonesia sebanyak 6 juta ton pertahun (Hengky

& Dewi, 2009).

Hajar et al (2016) menjelaskan tentang efektivitas adsorpsi ion logam Pb2+

dan Cd2+ menggunakan media adsorben cangkang telur ayam yang di aktivasi

menggunakan HCl 0,1 M. Model kinetika adsorpsi penjerapan Pb2+ mengikuti

model kinetika orde dua, sedangkan kinetika adsorpsi penjerapan Cd2+ mengikuti

model kinetika orde nol. Penelitian menggunakan serbuk gergaji pernah dilakukan

oleh Dey et al (2016) yang menjelaskan jika serbuk gergaji dapat dimanfaatkan

untuk adsorpsi ion logam timbal (Pb). Adsorben teraktivasi asam nitrat 1 M ini

menghasilkan pH optimum 6, berat optimum 400 mg, dan kapasitas adsorpsi

optimum sebesar 0,15 mg Pb/mg serbuk gergaji. Nurhasni et al (2014) melakukan

penelitian adsorben menggunakan sekam padi yang diaktivasi secara fisika untuk

menyerap ion logam tembaga dan timbal dalam air limbah menggunakan metode

statis (batch) dengan efisiensi penyerapan tertinggi pada air limbah multikomponen

mencapai 99,38% untuk ion logam Pb dan 78,57% untuk ion logam Cu.

Penelitian ini akan menguji kemampuan serbuk gergaji kayu meranti dalam

mengadsorpsi ion logam Cu, Cd dan Mn serta mengkaji kinetika adsorpsi terhadap

ion logam. Kinetika adsorpsi menggambarkan laju penyerapan yang terjadi pada

adsorben terhadap adsorbat. Kemampuan penyerapan adsorben terhadap adsorbat

dapat dilihat dari laju adsorpsi dengan menduga orde reaksinya. Parameter yang

diteliti adalah pengaruh konsentrasi adsorben, konsentrasi ion logam, pH, waktu

dan suhu adsorpsi serta menentukan isoterm adsorpsi dan kinetika adsorpsi.

Page 21: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

5

Adsorben yang digunakan terbagi menjadi 3 jenis yaitu tanpa aktivasi dan diaktivasi

secara fisika dan kimia. Penentuan kondisi optimum dilakukan dengan

menggunakan metode batch, kemudian dianalisis kapasitas penyerapan ion

logamnya menggunakan SSA lalu adsorben dengan aktivasi terbaik dikarakterisasi

dengan menggunakan FTIR dan SEM.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Metode aktivasi (tanpa aktivasi, aktivasi fisika dan aktivasi kimia) manakah

yang memiliki kemampuan adsorpsi lebih baik dalam menyerap ion logam?

2. Apakah konsentrasi adsorben, konsentrasi adsorbat, pH, waktu dan suhu

adsorpsi mempengaruhi efisiensi adsorpsi dalam air limbah?

3. Bagaimana jenis isotherm adsorpsi pada penyerapan ion logam dengan

adsorben serbuk gergaji kayu meranti?

4. Bagaimana persamaan kinetika adsorpsi ion logam menggunakan adsorben

serbuk kayu meranti meliputi orde reaksi dan konstanta kecepatan reaksi?

1.3 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Metode aktivasi secara fisika dan kimia memiliki kemampuan adsorpsi yang

lebih baik dalam menyerap ion logam.

2. Konsentrasi adsorben, konsentrasi adsorbat, pH, waktu dan suhu adsorpsi

berpengaruh terhadap efisiensi adsorpsi dalam air limbah.

Page 22: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

6

3. Jenis isotherm adsorpsi pada penyerapan ion logam dengan adsorben serbuk

kayu meranti mendekati isotherm Freundlich daripada isotherm langmuir.

4. Kinetika adsorpsi ion logam pada adsorben serbuk gergaji kayu meranti

mengikuti persamaaan orde nol.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah:

1. Menentukan metode aktivasi pada serbuk gergaji kayu meranti yang memiliki

kemampuan adsorpsi lebih baik dalam menyerap ion logam.

2. Menentukan kondisi optimum konsentrasi adsorben, konsentrasi adsorbat,

pH, waktu dan suhu adsorpsi.

3. Menentukan jenis isotherm adsorpsi pada penyerapan ion logam dengan

serbuk gergaji kayu meranti.

4. Menentukan persamaan kinetika adsorpsi meliputi konstanta laju adsorpsi

dan orde reaksi adsorpsi ion logam menggunakan adsorben serbuk gergaji

kayu meranti.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah menggunakan limbah

serbuk gergaji kayu meranti sebagai penyerap logam berat pada air limbah dan

berguna sebagai adsorben alternatif dalam mengurangi pencemaran lingkungan

akibat aktivitas industri, khususnya pada lingkungan perairan.

Page 23: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Limbah

Air limbah atau yang disebut dengan sewage biasanya berasal dari air limbah

rumah tangga, manusia, dan binatang tapi kemudian berkembang selain dari

sumber-sumber tersebut air limbah juga berasal dari kegiatan industri, run off, dan

infiltrasi air bawah tanah. Air limbah pada dasarnya 99,94% berasal dari sisa

kegiatan sehari-hari dan 0,06% berasal dari material yang terlarut oleh proses alam

(Lin, 2001).

Menurut PP No. 18 tahun 1999 pengertian limbah adalah sisa suatu usaha

dan/atau kegiatan. Limbah bahan berbahaya dan beracun disingkat menjadi limbah

B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya

dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya,

baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau

merusakan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup,

kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain (Riyanto, 2013).

Berbagai negara mempunyai definisi yang berbeda tentang limbah yang

berbahaya, misalnya The Federal Republic of Germany Federal Act tentang

pembangunan limbah menyebutkan limbah khusus adalah limbah yang berbahaya

bagi kesehatan manusia, udara, air, atau eksplosif, mudah terbakar, atau boleh jadi

menyebabkan penyakit. The Ontario Waste Management Corporation sebuah biro

propinsi yang di bentuk lembaga konstitusi Ontorio, Kanada mendefinisikan limbah

khusus adalah cairan industri dan limbah yang berbahaya yang tidak layak disuling

Page 24: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

8

dan dibuang pada sistem penyulingan limbah, pembakaran atau di tanam di daratan

karena memerlukan perlakuan khusus (Riyanto, 2013).

Karakteristik air limbah umumnya terbagi ke dalam sifat fisika, kimia, dan

biologi. Sifat fisika, kimia, dan biologi air limbah sangat tergantung pada sumber

kegiatan penghasil air limbah tersebut apakah itu masyarakat, industri, atau

komoditas lain. Menurut Lin (2001) sifat fisika, kimia dan biologi air limbah

dijelaskan sebagai berikut :

1. Sifat Fisika Air Limbah

Temperatur dan zat padat pada air limbah adalah faktor penting untuk proses

pengolahan air limbah. Temperatur mempengaruhi reaksi kimia dan aktivitas

biologi. Zat padat seperti total suspended solid (TSS), volatile suspended solid

(VSS) dan settleable solid mempengaruhi teknik pengoperasian dan ukuran unit

pengolahan. Zat padat terdiri dari material tersuspensi dan terlarut dalam air dan air

limbah.

2. Sifat Kimia Air Limbah

Zat padat terlarut dan tersuspensi pada air limbah mengandung material

organik dan anorganik. Material organik terdiri dari karbonat, lemak, minyak

surfaktan, protein, pestisida, senyawa kimia pertanian lain, senyawa organik volatil,

dan senyawa kimia racun lain. Material anorganik terdiri dari logam berat, pospor,

pH, alkali, klorida, sulfur, dan polutan anorganik lain.

3. Sifat Biologi Air Limbah

Mikroorganisme yang terdapat pada air limbah adalah bakteri, jamur,

protozoa, tumbuh-tumbuhan mikroskopik, binatang, dan virus. Banyak

Page 25: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

9

mikrooranisme (bakteri, protozoa) yang berhubungan langsung dan

menguntungkan untuk proses pengolahan biologi air limbah (Lin, 2001).

2.2 Serbuk gergaji kayu Meranti

Industri kayu lapis adalah salah satu industri dari sektor kehutanan yang

selain menghasilkan produk utama juga banyak menghasilkan produk samping

(limbah) yang masih sangat minim pemanfaatannya. Limbah pabrik kayu tersebut

yang berupa serbuk kayu diketahui mengandung selulosa yang berpotensi untuk

menyerap ion logam. Serbuk gergaji dihasilkan sebanyak 20–30% dari aktivitas

penggergajian. Bila produksi total kayu gergajianan Indonesia mencapai 2,6 juta m3

pertahun, maka dihasilkan limbah penggergajian sebanyak 0,78 juta m3

pertahunnya (Bakkara, 2007).

Meranti adalah kayu serbaguna yang banyak digunakan untuk aplikasi

dekoratif termasuk furniture, finishing interior, panel, cetakan, skirting dan

architrave. Kayu Meranti merupakan salah satu jenis tanaman khas daerah tropis

yang cukup terkenal. Pohon meranti dapat tumbuh di dataran rendah maupun di

hutan hujan seperti Sumatra, Kalimantan, Maluku dan Sulawesi. Kalimantan

merupakan penghasil kayu meranti dengan kualitas terbaik di Indonesia, sehingga

meranti sering disebut sebagai kayu Kalimantan. Kayu meranti memiliki tekstur

yang padat dan kokoh, sehingga banyak digunakan untuk kebutuhan furniture dan

sebagainya (Ahmad et al., 2009). Komposisi kimia dari kayu meranti sendiri terdiri

dari:

Page 26: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

10

Tabel 1. Komposisi Kimia Kayu Meranti (Supartini, 2009).

Komponen Kimia Kadar (%)

Selulosa 63,97

Lignin 20,94

Hemiselulosa 13,37

Abu 0,86

Silika 0,86

Ciri-ciri dari kayu meranti sendiri adalah sebagai berikut:

a. Meranti memiliki tinggi berkisar antara 30,40, hingga 70 meter;

b. Batang lurus dan bulat dan diameter pohon berkisar 50, 100, hingga 450

meter;

c. Meranti memiliki daya tahan yang relatif baik;

d. Terdapat alur dalam atau dangkal berwarna terang, gelap, kadang-kadang

berwarna coklat kemerahan;

e. Struktur yang agak kasar dan memiliki kepadatan kayu rata-rata 630 kg/m3

f. Termasuk jenis kayu yang keras dengan bobot rendah, sedang, hingga berat.

Kayu meranti memiliki komponen kimia yaitu selulosa yang cukup tinggi.

Komponen ini sangat dibutuhkan didalam adsorben. Selulosa merupakan

komponen kimia utama yang terdapat dalam kayu, bersama dengan hemiselulosa

dan lignin saling terikat erat dengan sistem dan sifat yang teratur seperti kristal

dengan kisi kristal berbentuk monoklin (Fengel & Wegener, 1995).

Page 27: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

11

Gambar 1. Struktur Selulosa (Zugenmaier, 2008)

Selulosa kira-kira 40-50% terdapat pada komponen kayu kering. Selulosa

tersusun dari unit-unit anhidroglukopiranosa yang tersambung dengan ikatan β-1,4-

glikosida membentuk suatu rantai makromolekul tidak bercabang. Setiap unit

anhidroglukopiranosa memiliki tiga gugus hidroksil (Potthast et al., 2006;

Zugenmaier, 2008). Seperti yang terlihat pada Gambar 1 selulosa mempunyai

rumus empirik (C6H10O5)n dengan n ~ 1500 dan berat molekul ~ 243.000 (Rowe et

al., 2009).

2.3 Adsorpsi

Adsorpsi adalah peristiwa menempelnya atom atau molekul suatu zat pada

permukaan zat lain karena ketidakseimbangan gaya dalam permukaan. Zat yang

teradsorpsi disebut adsorbat dan zat pengadsorpsi disebut adsorben (Atkins, 1997).

Proses adsorpsi digambarkan sebagai proses molekul meninggalkan larutan dan

menempel pada permukaan zat penyerap akibat ikatan fisika dan kimia (Sawyer et

al., 1994).

Proses adsorpsi dapat terjadi secara kimia maupun fisika. Pada proses

adsorpsi secara fisika gaya yang mengikat adsorbat oleh adsorben adalah gaya-gaya

Van Der Walls. Molekul terikat sangat lemah dan energi yang dilepaskan pada

Page 28: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

12

adsorpsi fisika relatif rendah yaitu <20 kJ/mol. Adsorpsi fisika umumnya terjadi

pada temperatur rendah dan dengan bertambahnya temperatur jumlah adsorpsi

berkurang dengan signifikan (Castellan, 1983). Pada proses adsorpsi secara kimia,

adsorpsi memerlukan energi aktivasi dan nilai kalor adsorpsi mencapai 100 kJ/mol

yang dibutuhkan agar terjadi interaksi ikatan-ikatan kimia. Molekul-molekul yang

teradsorpsi pada permukaan bereaksi secara kimia, sehingga terjadi pemutusan atau

pembentukan ikatan. Teradsorpsinya molekul pada antar muka menyebabkan

pengurangan tegangan permukaan dan adsorpsi akan berlangsung terus sampai

energi bebas permukaan mencapai minimum (Adamson, 1990).

Logam berat dalam limbah cair juga dapat dipisahkan secara biologis melalui

proses biosorpsi. Proses biosorpsi adalah pengikatan ion logam melalui adsorpsi

dengan menggunakan organisme inaktif atau mati (Okuo et al., 2006). Keunggulan

biosorpsi dalam mengadsorpsi logam berat pada limbah adalah prosesnya

berlangsung cepat, tingkat penyerapannya tinggi dan selektif. Biomassa, waktu

kontak, jenis dan luas permukaan biosorben berpengaruh terhadap efektifitas

biosorpsi (Alam, 2006). Proses biosorpsi banyak diaplikasikan untuk menurunkan

konsentrasi ion logam pada lingkungan maupun limbah. Biosorpsi merupakan

teknologi alternatif sehingga biosorben yang digunakan harus murah dan mudah

penyediaannya (Sahmoune et al., 2008). Luas permukaan biosorben yang besar

dapat meningkatkan jumlah situs aktif yang tersedia untuk pengikatan logam berat

(Dutta et al., 2012). Isotherm adsorpsi adalah proses adsorpsi yang berlangsung

pada temperatur tetap. Model isotherm adsorpsi yang paling umum dan banyak

digunakan dalam adsorpsi adalah model isotherm Langmuir dan model isotherm

Freundlich.

Page 29: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

13

Efisiensi adsorpsi (%) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Efisiensi adsorpsi (%) : (Co−Ct)

Co x 100%.........................(1)

Keterangan:

C0 = konsentrasi awal larutan uji (ppm)

Ct = konsentrasi akhir larutan uji (ppm)

Kapasitas adsorpsi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Q = (Co−Ct)

w x V................................................................(2)

Keterangan :

Q = Kapasitas adsorpsi per bobot molekul (mg/g)

C0 = Konsentrasi awal larutan (ppm)

Ct = Konsentrasi akhir larutan (ppm)

w = Massa adsorben (g)

V = Volume larutan (L)

2.3.1 Isotherm adsorpsi Langmuir

Isotherm adsorpsi Langmuir mendefinisikan bahwa kapasitas adsorpsi

maksimum terjadi akibat adanya lapisan tunggal (monolayer) adsorbat di

permukaan adsorben dan semua situs permukaannya bersifat homogen karena

masing-masing situs aktif hanya dapat mengadsorpsi satu molekul adsorbat (Oscik,

1982). Adsorpsi isotherm Langmuir didasarkan pada asumsi bahwa:

a. Situs-situs aktif yang proporsional pada permukaan adsorben dengan luas

permukaan adsorben masing-masing situs aktif hanya dapat mengadsorpsi satu

molekul saja, dengan demikian adsorpsi terbatas pada pembentukan lapis

tunggal (monolayer).

Page 30: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

14

b. Pengikat adsorbat pada permukaan adsorben dapat secara kimia atau fisika,

tetapi harus cukup kuat untuk mencegah perpindahan molekul teradsorpsi pada

permukaan (adsorpsi terlokalisasi).

c. Energi adsorpsi tidak tergantung pada penutupan permukaan.

Model isotherm adsorpsi Langmuir dapat diterapkan untuk mempelajari dan

menjelaskan data adsorpsi yang diperoleh dari eksperimen. Data kesetimbangan

biasanya digambarkan dalam bentuk kurva isotherm adsorpsi. Pendekatan dengan

model terhadap kurva isotherm dapat membantu menganalisis karakteristik

isotherm berupa kapasitas adsorpsinya (Amri et al., 2004). Persamaan umum

adsorpsi isotherm Langmuir dapat ditulis:

x

m =

α. β.C

1+β.C........................................................(3)

Keterangan:

x

m = Jumlah dari adsorbat yang diserap per unit berat dari adsorben (mg/g)

C = konsentrasi adsorbat dalam larutan pada saat kesetimbangan (ppm)

β = konstanta Langmuir (L/mg)

α = maksimum adsorbat yang dapat diserap (mg/g)

Konstanta α dan β dapat ditemukan dari kurva hubungan terhadap 𝐶

𝑥/𝑚 dengan

persamaan :

C

x/m =

1

α β +

1

α C ............................................(4)

Persamaan 4 adalah persamaan linier, yang kemudian dibuat grafik seperti pada

Gambar 2 berikut:

Page 31: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

15

Gambar 2. Plot antara (x/m) terhadap C

2.3.2 Isotherm adsorpsi Freundlich

Isotherm adsorpsi Freundlich mengasumsikan bahwa terdapat lebih dari satu

lapisan permukaan (multilayer) dan bersifat heterogen, yaitu adanya perbedaan

energi pengikat pada tiap-tiap situs dimana proses adsorpsi di tiap-tiap sisi adsorpsi

mengikuti isotherm Langmuir (Schnoor, 1996). Persamaan umum model adsorpsi

isotherm Freundlich dapat ditulis:

x

m = K C 1/n..........................................................(5)

keterangan:

x

m = jumlah dari adsorbat yang diserap per unit dari adsorben (mg/g)

K = konstanta Freundlich

C = konstentrasi adsorbat dalam larutan pada saat kesetimbangan (ppm)

1/n = ketidak linieran (tanpa satuan)

Persamaan 5 dibuat menjadi persamaan linier menjadi:

log x

m = log K +

1

n log C.........................................(6)

Page 32: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

16

Grafik yang diperoleh adalah garis linier dengan slope 1/n dan intersep log K, yang

kemudian dibuat grafik seperti pada Gambar 3 berikut:

Gambar 3. Plot antara log (x/m) terhadap log C

2.4 Kinetika Adsorpsi

Kinetika adsorpsi menggambarkan laju penyerapan yang terjadi pada

adsorben terhadap adsorbat. Kemampuan penyerapan adsorben terhadap adsorbat

dapat dilihat dari laju adsorpsinya. Laju adsorpsi didefinisikan sebagai perubahan

konsentrasi per satuan waktu. Laju adsorpsi dapat ditentukan berdasarkan konstanta

laju adsorpsi (k) dan tingkat (orde) reaksi yang dihasilkan. Tahap pengujian laju

adsorpsi dapat dilakukan dengan menduga orde reaksi (Muslich, 2010). Analisa

kinetika adsorpsi didasarkan pada kinetika orde nol, orde satu dan orde dua yaitu

sebagai berikut (Dogra & Dogra, 1984):

Suatu reaksi dikatakan mempunyai orde nol jika besarnya laju adsorpsinya

tidak dipengaruhi oleh berapapun perubahan konsentrasi pereaksinya. Artinya

seberapapun peningkatan konsentrasi pereaksi tidak akan mempengaruhi besarnya

Log C

Log

(x/m) Slope = 1/n

Intersep = log K

Page 33: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

17

laju adsorpsi. Persamaan linear orde reaksi nol dinyatakan dalam rumus sebagai

berikut:

- dCA

dt = k ....................................................................(7)

ʃ-dcA = ʃ k dt ................................................................(8)

CA = CAO - kt ...................................................(9)

Orde satu adalah suatu reaksi yang kecepatannya bergantung hanya pada

salah satu zat yang bereaksi atau sebanding dengan salah satu pangkat reaktannya.

Persamaan linear orde reaksi satu dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

- dCA

dt = k CA.................................................................(10)

ʃ- dCA

C A = ʃ k dt................................................................(11)

lnCA = -kt + ln CAo............................................(12)

Reaksi orde dua adalah suatu reaksi yang kelajuannya berbanding lurus

dengan hasil kali konsentrasi dua reaktannya atau berbanding langsung dengan

kuadrat konsentrasi salah satu reaktannya. Jika mekanisme adsorpsi yang terjadi

adalah reaksi orde dua dimana kecepatan adsorpsi yang terjadi berbanding lurus

dengan dua konsentrasi pengikutnya atau satu pengikut berpangkat dua. Laju

kinetika reaksi orde dua dinyatakan dalam persamaan linear berikut:

- dCA

dt = kCA

2.................................................................(13)

ʃ - dCA

CA2 = ʃ k dt .............................................................(14)

1

CA -

1

CA0 = kt.....................................................(15)

Page 34: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

18

Keterangan:

CA = konsentrasi A pada saat t = t (mol/L)

CA0 = konsentrasi A pada saat t = 0 (mol/L)

k = konstanta kinetika (mol/L. menit-1 )

t = waktu (menit)

Umumnya nilai konstanta laju adsorpsi dipengaruhi oleh faktor tumbukan,

energi aktivasi dan suhu reaksi yang bisa dinyatakan dalam bentuk persamaan

matematis sesuai persamaan Arrhenius:

k = A e-Ea/RT....................................................(16)

ln k = ln A – Ea/R.T..................................................(17)

Keterangan:

k = Konstanta laju adsorpsi

A = Faktor frekuensi tumbukan

Ea = Energi aktivasi

R = Konstanta gas ideal

T = Suhu

2.5 Logam Berat

Logam berat umumnya bersifat racun terhadap makhluk hidup walaupun

beberapa diantaranya diperlukan dalam jumlah kecil. Melalui berbagai perantara,

seperti udara, makanan, maupun air yang terkontaminasi oleh logam berat, logam

tersebut dapat terdistribusi ke bagian tubuh manusia dan sebagian akan

terakumulasikan. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus, dalam jangka waktu

lama dapat mencapai jumlah yang membahayakan kesehatan manusia. Logam berat

tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme dan terakumulasi pada organisme yang

menyebabkan berbagai macam penyakit dan kelainan (Bailey et al., 1999).

Page 35: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

19

Beberapa logam berat banyak digunakan dalam berbagai keperluan sehari-

hari dan secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari lingkungan dan

apabila sudah melebihi batas yang ditentukan berbahaya bagi kehidupan. Logam

berat yang berbahaya yang sering mencemari lingkungan antara lain merkuri (Hg),

timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), khromium (Cr), dan nikel (Ni). Logam

berat tersebut diketahui dapat terakumulasi di dalam tubuh suatu mikroorganisme,

dan tetap tinggal dalam jangka waktu lama sebagai racun. Peristiwa yang menonjol

dan dipublikasikan secara luas akibat pencemaran logam berat adalah pencemaran

merkuri (Hg) yang menyebabkan Minamata desease di teluk Minamata, Jepang dan

pencemaran kadmium (Cd) yang menyebabkan Itai-itai disease di sepanjang sungai

Jinzo di Pulau Honsyu, Jepang (Sastrawijaya, 2000).

Unsur-unsur logam berat juga dibutuhkan oleh organisme hidup dalam

berbagai proses metabolisme untuk pertumbuhan dan perkembangan sel-sel

tubuhnya. Sebagai contoh, kobalt (Co) dibutuhkan untuk pembentukan vitamin B12,

besi (Fe) dibutuhkan untuk pembuatan haemoglobin, sedangkan seng (Zn)

berfungsi dalam enzim-enzim dehidrogenase. Toksisitas (daya racun) logam berat

tergantung pada jenis, kadar, efek sinergis antagonis dan bentuk fisika kimianya.

Semakin besar kadar logam berat, daya toksisitasnya semakin besar pula. Sebagai

contoh, 50% kerang biru (Mynlus edulis) yang dipelihara dalam air yang

mengandung Pb 0,5 ppm mati dalam waktu 150 hari. Sedangkan dalam air yang

mengandung Pb 5 ppm, 50% kerang biru tersebut mati dalam waktu 105 hari

(Komarawidjaja, 2017). Adanya efek sinergis dari beberapa ion logam, juga akan

memperbesar toksisitas logam berat. Selain faktor-faktor tersebut, faktor

lingkungan perairan seperti pH, kesadahan, suhu dan salinitas juga turut

Page 36: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

20

mempengaruhi toksisitas logam berat. Tingkat kandungan logam setiap tempat

berbeda-beda tergantung dari kondisi dan tingkat pencemarannya (Darmono,

2001).

2.5.1 Logam Cuprum (Cu)

Logam Cu termasuk pada golongan logam I B dengan nomor atom 29. Logam

Cu memiliki massa atom 63,54, densitas 8,9 gr/cm3 dan titik leleh 1083,2 oC. Unsur

di alam, dapat ditemukan dalam bentuk ion logam bebas, akan tetapi lebih banyak

ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam bentuk

mineral. Logam Cu merupakan jenis logam penghantar listrik terbaik setelah perak,

karena itu banyak digunakan dalam bidang elektronika atau pelistrikan. Cu juga

dapat membentuk alloy dengan berbagai macam logam lainnya seperti dengan seng,

timah atau timbal (Cu-Zn-Sn-Pb) dalam bentuk kuningan yang banyak digunakan

dalam peralatan rumah tangga. Senyawa Cu banyak digunakan dalam industri cat

sebagai antifoling, industri insektida dan fungsida, sebagai katalis, baterai,

elektroda, penarik sulfur dan sebagai pigmen serta pencegah pertumbuhan lumut.

Kadar maksimum ion logam Cu di perairan menurut Peraturan Pemerintah RI No.

82 tahun 2001 sebesar 0,02 mg/L dan bagi pengolahan air minum Cu <1 mg/L.

Tembaga (Cu) yang diperlukan untuk proses enzimatik biasanya sangat

sedikit sedangkan dalam keadaan lingkungan yang tercemar akan menghambat

sistem enzim (enzim inhibitor). Kadar Cu ditemukan pada jaringan beberapa

spesies hewan air yang mempunyai regulasi sangat buruk terhadap logam. Pada

binatang lunak (molusca) sel leukositi sangat berperan dalam sistem translokasi dan

detoksikasi logam. Hal ini terutama ditemukan pada kerang kecil (oyster) yang

Page 37: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

21

hidup dalam air yang terkontaminasi tembaga (Cu) yang terikat oleh sel leukositi,

sehingga menyebabkan kerang tersebut berwarna kehijau-hijauan. Pencemaran

perairan oleh Cu umumnya hanya bersifat lokal yaitu pada daerah pantai, teluk,

estuari, dan tempat pembuangan limbah. Sifat racunnya tidak terlalu

membahayakan bila dibandingkan dengan Pb dan Cd (Bryan, 1976).

Manusia biasanya terpapar Cu melalui tanah, debu, makanan, serta minuman

yang tercemar Cu yang berasal dari pipa bocor pada penambangan Cu atau industri

yang menghasilkan limbah Cu. Kira-kira 75-99% total intake Cu berasal dari

makanan dan minuman. Setiap hari, manusia bisa terpapar Cu yang antara lain

berasal dari peralatan dapur atau koin (Widowati, 2008).

2.5.2 Logam Kadmium (Cd)

Kadmium (Cd) merupakan golongan logam transisi yang berada pada

golongan II B periode 5. Kadmium memiliki nomor atom 48, massa atom 112, 41,

titik didih 765 oC, titik leleh 320,9 oC dan densitas 8,65 gr/cm3. Kadmium banyak

digunakan pada lempengan elektroda, industri baterai, pengecatan, campuran dari

logam (alloy) galvanisasi karena Cd memiliki keistimewaan nonkorosif. Kadmium

di alam ditemukan dengan campuran logam lain terutama dalam pertambangan zink

dan timbal ditemukan kadmium dengan kadar 0,2 – 0,4 % sebagai hasil samping

dari pemurnian zink dan timbal (Darmono, 1995).

Kadmium termasuk golongan logam berat berwarna putih perak, lunak,

mengkilap, mudah bereaksi, serta menghasilkan kadmium oksida bila dipanaskan.

Pada perairan alami yang bersifat basa, kadmium mengalami hidrolisis, teradsorpsi

oleh padatan tersuspensi dan membentuk ikatan kompleks dengan bahan organik.

Page 38: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

22

Kadmium pada perairan alami membentuk ikatan kompleks dengan ligan baik

organik maupun anorganik, yaitu: Cd2+, CdCO3, Cd(OH)+, CdSO4 dan CdCl+

(Sanusi, 2006).

Kadmium bersifat toksik bagi semua organisme hidup,bahkan juga sangat

berbahaya bagi manusia. Kandungan kadmium dalam konsentrasi tertentu dalam

perairan dapat membunuh biota laut dan perairan lainnya. Kadar maksimum ion

logam Cd di perairan menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 sebesar

0,02 mg/L. Keracunan pada ikan dapat terjadi jika konsentrasinya mencapai 200

µg/L (Nurhasni, 2007). Logam kadmium juga mengalami proses biotransformasi

dan bioakumulasi dalam organisme makhluk hidup seperti pada tumbuhan, hewan

dan manusia. Keracunan yang disebabkan oleh kadmium bersifat akut dan kronis.

Organ tubuh yang dapat mengalami kerusakan akibat dari ion logam kadmium

antara lain ginjal, paru-paru, kerapuhan tulang, kekurangan darah, mengganggu

sistem reproduksi dan organ-organ lain serta dapat menyebabkan timbulnya kanker

pada manusia akibat paparan dari logam kadmium (Palar, 1994).

Kadmium belum diketahui fungsinya secara biologis dan dipandang sebagai

xenobiotik dengan toksisitas yang tinggi dan merupakan unsur lingkungan yang

persisten. Kadmium bentuk asap atau gas akan berakibat fatal bila konsentrasi Cd

40-50 mg/m3 terinhalasi selama 1 jam (Bastarache, 2003).

Keracunan Cd dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, kerusakan jaringan

testicular, kerusakan ginjal dan sel-sel darah merah (Widowati, 2008). Itai-itai

merupakan salah satu kerapuhan tulang karena Cd. Selain itu Cd dapat

menyebabkan gangguan pertumbuhan, reproduksi, hipertensi, teratogenesis bahkan

kanker (Linder, 1992).

Page 39: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

23

2.5.3 Logam Mangan (Mn)

Mangan (Mn) merupakan unsur logam golongan VII B, dengan berat atom

54,93, nomor atom 25, titik lebur 1247 oC, dan titik didihnya 2032 oC dan densitas

7,4 gr/cm3. Logam mangan di alam jarang sekali berada dalam keadaan unsur.

Umumnya berada dalam keadaan senyawa dengan berbagai macam valensi.

Hubungannya dengan kualitas air yang sering dijumpai adalah senyawa mangan

dengan valensi 2; 4 dan 6 (Tatsumi, 1971).

Logam mangan di dalam sistem air alami dan juga dalam sistem pengolahan

air memiliki keasaman (pH) air. Pada sistem air alami mangan mempunyai valensi

dua yang larut di dalam air dengan kondisi reduksi. Mn di dalam senyawa MnCO3,

Mn(OH)2 mempunyai valensi dua zat tersebut relatif sulit larut di dalam air, tetapi

untuk senyawa Mn seperti garam MnCl2, MnSO4, Mn(NO3)2 mempunyai kelarutan

yang besar dalam air (Manahan, 1994).

Logam Mn dimanfaatkan dalam bidang metalurgi yaitu produksi besi-baja

dan untuk industri logam yang memerlukan sekitar 85-90% dari seluruh kebutuhan

Mn. Mn juga digunakan untuk formula stainless steel dan alloy. Beberapa jenis

alloy mengandung Mn sebesar 10-15% sebagai alloy Mn. Mn dan senyawa Mn

digunakan dalam pembuatan electrical coil, korek api, kaca, cat rambut, pupuk,

penyambungan logam dan pada pabrik penghasil oksigen dan klorin serta untuk

mengeringkan cat warna hitam (Widowati, 2008).

Konsentrasi mangan di dalam sistem air alami umumnya kurang dari 0,1

mg/L, jika konsentrasinya melebihi 1 mg/L maka dengan cara pengolahan biasa

sangat sulit untuk menurunkan konsentrasinya sampai derajat yang diijinkan

sebagai air minum. Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 menetapkan

Page 40: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

24

standar kriteria mutu air mengandung konsentrasi mangan di dalam air maksimum

1 mg/L. Logam mangan di dalam tubuh manusia jika berada dalam jumlah yang

kecil tidak menimbulkan gangguan kesehatan, tetapi dalam jumlah yang besar dapat

tertimbun di dalam hati dan ginjal. Pendapat tentang gangguan kesehatan akibat

keracunan senyawa mangan ada berbagai macam, tetapi umumnya dalam keadaan

kronis menimbulkan gangguan pada sistem syaraf dan menampakkan gejala seperti

parkinson. Berdasarkan percobaan yang dilakukan terhadap kelinci, keracunan

mangan menimbulkan gangguan pada pertumbuhan tulang. Oleh sebab itu di dalam

limbah sekalipun mangan menjadi unsur yang berbahaya karena dapat mencemari

lingkungan terlebih lagi jika terpapar kepada makhluk hidup (Widowati, 2008).

2.6 Spektroskopi Serapan Atom (SSA)

Spektrometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang

pengukurannya berdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap

oleh spesi atom atau molekul analit. Salah satu bagian dari spektrometri ialah

Spektrometri Serapan Atom (SSA) yaitu suatu metode analisis unsur secara

kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang

gelombang tertentu oleh atom ion logam dalam keadaan bebas (Skoog, et al., 2000).

Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu

sel yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya

tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan

banyaknya atom bebas ion logam yang berada dalam sel (Day & Underwood,

2002).

Page 41: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

25

Sampel yang ingin diuji dengan menggunakan SSA harus dilarutkan, proses

pelarutan dikenal dengan istilah destruksi yang bertujuan untuk membuat unsur ion

logam menjadi ion logam yang bebas. Terdapat 2 cara destruksi yatu:

1). Destruksi basah: sampel ditambahkan asam-asam oksidator, jika perlu dilakukan

dengan pemanasan.

2). Destruksi kering: sampel langsung dipanaskan untuk diabukan.

Hasil destruksi baik secara basah maupun kering kemudian dilarutkan.

Larutan sampel dimasukkan ke dalam nyala dalam bentuk aerosol yang selanjutnya

akan membentuk atom-atomnya. Serapan akan terjadi dari radiasi suatu sinar yang

sesuai dengan atom yang ditentukan. Pancaran atau emisi energi radiasi dan emisi

nyala atau energi radiasi lampu eksternal yang tidak bisa hilang oleh serapan atom

akan didispersi oleh monokromator dan diditeksi oleh fotomultifier, dirumuskan

oleh persamaan Boltzman sebagai berikut:

Nj

No=

Pj

Po exp –Ej/KT............................................(18)

Keterangan:

K = Tetapan Boltzman

T = Suhu nyala dalam Kelvin

Ej = Perbedaan energi dalam energi dari tingkat tereksitasi dasar

Nj = Jumlah atom pada tingkat tereksitasi

No = Jumlah atom dalam tingkat dasar

Pj dan Po = Faktor statistik yang ditentukan oleh jumlah tingkat yang mempunyai

energi yang sama dari atom yang tereksitasi dan pada tingkat dasar

(Hermanto, 2009).

Page 42: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

26

Gambar 4. Skema umum komponen SSA (Haswell, 1991)

Pada alat SSA terdapat dua bagian utama yaitu suatu sel atom yang

menghasilkan atom-atom gas bebas dalam keadaaan dasarnya dan suatu sistem

optik untuk pengukuran sinyal. Suatu skema umum dari alat SSA dapat dilihat pada

Gambar 4. Metode SSA sebagaimana dalam metode spektrometri atomik yang

lainnya atom harus diubah ke dalam bentuk uap atom. Proses pengubahan ini

dikenal dengan istilah atomisasi, pada proses ini contoh diuapkan dan

didekomposisi untuk membentuk atom dalam bentuk uap.

2.7 Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FT-IR)

Spektrofotometri inframerah pada umumnya digunakan untuk melakukan

penentuan jenis gugus fungsi suatu senyawa organik, mengetahui informasi struktur

suatu senyawa organik dan dapat pula digunakan untuk penentuan struktur molekul

suatu senyawa anorganik dengan membandingkan pada daerah sidik jarinya.

Radiasi inframerah mengandung beberapa range frekuensi tetapi tidak dapat dilihat

oleh mata. Pita absrobsi inframerah sangat khas dan spesifik untuk setiap tipe ikatan

kimia atau jenis gugus fungsi. Infra merah merupakan suatu teknik yang sangat

sesuai untuk mengidentifikasi bahan secara kuantitatif (Bernath, 1995).

Page 43: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

27

Gambar 5. Skema kerja FT-IR

Mekanisme yang terjadi pada alat FT-IR (Gambar 5) dimulai dari sinar yang

datang dari sumber sinar akan diteruskan, dan kemudian akan dipecah oleh

pemecah sinar menjadi dua bagian sinar yang saling tegak lurus. Sinar ini kemudian

dipantulkan oleh dua cermin yaitu cermin diam dan cermin bergerak. Sinar hasil

pantulan kedua cermin akan dipantulkan kembali menuju pemecah sinar untuk

saling berinteraksi, kemudian dari pemecah sinar sebagian sinar akan diarahkan

menuju cuplikan dan sebagian menuju sumber. Gerakan cermin yang maju mundur

akan menyebabkan sinar yang sampai pada detektor akan berfluktuasi. Sinar akan

saling menguatkan ketika kedua cermin memiliki jarak yang sama terhadap

detektor, dan akan saling melemahkan jika kedua cermin memiliki jarak yang

berbeda. Fluktuasi sinar yang sampai pada detektor ini akan menghasilkan sinyal

pada detektor yang disebut interferogram. Interferogram ini akan diubah menjadi

spektra IR dengan bantuan komputer berdasarkan operasi matematika (Tahid,

1994). Pencirian dengan menggunakan FT-IR memiliki beberapa kelebihan,

diantaranya dapat mendeteksi sinyal yang lemah, dapat menganalisis sampel pada

konsentrasi yang sangat rendah, serta dapat mempelajari daerah antara 950-1500

cm-1 untuk larutan senyawa (Coates, 2000).

Page 44: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

28

2.8 Scanning Electron Microscopy (SEM)

Scanning Electron Microscopy (SEM) merupakan alat yang digunakan untuk

mempelajari topografi secara keseluruhan. Keuntungan menggunakan SEM yaitu

preparasi sampel tidak menghabiskan banyak tenaga maupun waktu. Keterbatasan

resolusi membuat teknik ini terbatas bagi kristal yang lebih besar dari 5 nm. Diatas

level ini, bentuk, ukuran, dan distribusi ukuran mudah untuk dilakukan. Investigasi

SEM telah dibuat pada banyak sistem dan berguna juga untuk studi struktur pori

(Nasikin et al., 2010).

Tipe sinyal yang dihasilkan oleh SEM dapat meliputi elektron sekunder,

sinar-X karakteristik dan cahaya (katodaluminisens). Sinyal tersebut datang dari

hamburan elektron dari permukaan unsur dan berinteraksi dengan sampel atau di

dekat permukaannya. SEM dapat menghasilkan gambar dengan resolusi yang

sangat tinggi dari permukaan sampel, menampakkan secara lengkap dengan ukuran

1-5nm. Agar menghasilkan gambar yang diinginkan, maka SEM mempunyai

sebuah lebar fokus yang sangat besar (biasanya 25-250.000 kali pembesaran). SEM

dapat menghasilkan karakteristik bentuk 3-dimensi yang berguna untuk memahami

struktur permukaan dari suatu sampel.

Page 45: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

29

Gambar 6. Skema kerja SEM (Hanke, 2001)

Gambar 6 memperlihatkan sebuah pistol elektron memproduksi berkas

elektron dan dipercepat pada anoda. Lensa magnetik kemudian memfokuskan

elektron menuju sampel. Berkas elektron yang terfokus memindai (scan)

keseluruhan sampel dengan diarahkan oleh kumparan pemindai. Ketika elektron

mengenai sampel, maka sampel akan mengeluarkan elektron yang baru yang akan

diterima oleh detektor (Hanke, 2001).

Page 46: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama 8 bulan yang dilaksanakan dari

bulan Desember 2017 – Juli 2018. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di

Laboratorium Penelitian Kimia, Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan Laboratorium pengujian QLab

Universitas Pancasila, BATAN dan Laboratorium SEM ITB.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometri

serapan atom Analyst 700 Perkin Elmer (SSA), Fourier-Transform Infrared

Spectroscopy (FT-IR) (IRPrestige-21-Shimadzu), Scanning Electron Microscopy

(SEM) (Carl Zeiss-EVO), shaker batch, ayakan dengan ukuran partikel 180 µm

Retsch, neraca analitik, pH meter, penangas, furnace, oven, kertas saring

whattman, blender, mortar, dan alat gelas lainnya.

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk gergaji kayu

meranti dari toko mabel yang sudah diberikan perlakuan sebelumnya, HCl, HNO3,

Na2EDTA, senyawa CuSO4.5H2O, MnSO4.H2O, CdSO4.8H2O, larutan buffer pH

4, 5, 6 dan 7 dan akuades.

Page 47: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

31

3.3 Diagram Alir Penelitian

Preparasi sampel serbuk gergaji kayu

meranti

Penentuan

Isotherm

Adsorpsi

Tanpa Aktivasi Aktivasi Fisika Aktivasi Kimia

Analisis gugus fungsi

menggunakan FTIR

Penentuan

Kinetika

Adsorpsi

Analisis morfologi molekul

menggunakan SEM

Gambar 7. Diagram Alir Penelitian

Regenerasi adsorben

Analisis

penyerapan

logam

menggunakan

SSA

Konsentrasi adsorben

Konsentrasi adsorbat

pH adsorbat

Waktu dan suhu

adsorpsi

Adsorben kondisi

optimum

Page 48: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

32

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Preparasi serbuk gergaji kayu Meranti (Koleangan, H. S. J, 2008)

Serbuk gergaji kayu meranti dicuci bersih dengan air yang mengalir, setelah

itu dikeringkan di bawah sinar matahari selama 1 minggu kemudian dihaluskan

dengan blender dan dikeringkan kembali menggunakan oven selama ± 3 jam pada

suhu 110 oC.

3.4.2 Aktivasi Serbuk Gergaji Kayu Meranti

3.4.2.1 Tanpa aktivasi

Serbuk gergaji kayu meranti sebanyak 100 gram yang telah dipreparasi

kemudian diayak dengan pengayak menjadi ukuran partikel <180 μm dan disimpan

dalam desikator. Adsorben tanpa aktivasi selanjutnya digunakan untuk penentuan

kondisi optimum.

3.4.2.2 Aktivasi secara fisika (Nurhasni et al., 2014)

Serbuk gergaji kayu meranti sebanyak 100 gram yang telah dipreparasi

dimasukan dalam furnace dan diaktivasi secara fisika dengan cara diarangkan pada

suhu 250 oC hingga menjadi serbuk arang selama 2,5 jam. Setelah itu diayak dengan

pengayak menjadi ukuran partikel <180 μm dan disimpan dalam desikator.

Adsorben selanjutnya digunakan untuk penentuan kondisi optimum.

3.4.2.3 Aktivasi secara kimia (Nurhasni et al., 2012)

Serbuk gergaji kayu meranti sebanyak 100 gram yang telah dipreparasi

diayak dengan pengayak menjadi ukuran partikel <180 μm. Kemudian diaktivasi

secara kimia dengan cara direndam dalam reagen HCl 4 M dengan perbandingan

1:5 selama 24 jam, selanjutnya disaring dan dinetralkan dengan akuades. Adsorben

Page 49: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

33

yang dihasilkan kemudian dikeringkan dalam oven pada temperatur 110 oC selama

3 jam, lalu disimpan dalam desikator. Adsorben selanjutnya digunakan untuk

penentuan kondisi optimum.

3.4.3 Penentuan Kondisi Optimum Adsorpsi Tanpa Aktivasi

3.4.3.1 Konsentrasi adsorben

Adsorben dengan ukuran partikel <180 µm ditimbang dengan variasi

konsentrasi adsorben (1,25; 2,5; 3,75; dan 5%) dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

dengan masing-masing larutan ion logam konsentrasi awal 10 ppm sebanyak 20

mL. Erlenmeyer diletakkan pada shaker dengan kecepatan pengadukan 200 rpm

pada temperatur ruang selama 1 jam. Campuran kemudian dipisahkan dengan cara

disaring dengan menggunakan kertas saring. Filtrat hasil saringan diukur dengan

SSA. Nilai konsentrasi masing-masing larutan uji dimasukkan ke dalam rumus

efisiensi penyerapan (E) dan kapasitas adsorpsi (Q) (Persamaan 1 dan 2).

3.4.3.2 Konsentrasi adsorbat

Adsorben dengan massa optimum berukuran <180 µm ditimbang kemudian

dimasukkan dalam Erlenmeyer. Larutan ion logam dengan konsentrasi (10; 30; 50;

dan 70 ppm) dimasukkan sebanyak 20 mL. Erlenmeyer diletakkan pada shaker

dengan kecepatan pengadukan 200 rpm pada temperatur ruang selama 1 jam.

Campuran kemudian dipisahkan dengan cara disaring dengan menggunakan kertas

saring. Filtrat hasil saringan diukur dengan SSA. Nilai konsentrasi masing-masing

larutan uji dimasukkan ke dalam rumus efisiensi penyerapan (E) dan kapasitas

adsorpsi (Q) (Persamaan 1 dan 2).

Page 50: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

34

3.4.3.3 pH ion logam

Adsorben dengan massa optimum berukuran <180 µm ditimbang kemudian

dimasukkan dalam Erlenmeyer. Larutan ion logam dengan konsentrasi optimum

dimasukkan sebanyak 20 mL dan ditambahkan variasi pH (4; 5; 6; dan 7) yang

diatur menggunakan pH meter. Larutan pH buffer dibuat dari senyawa C6H8O7.H2O

konsentrasi 0,1 M dan Na2HPO4.2H2O konsentrasi 0,2 M. Erlenmeyer diletakkan

pada shaker dengan kecepatan pengadukan 200 rpm pada temperatur ruang selama

1 jam. Campuran kemudian dipisahkan dengan cara disaring dengan menggunakan

kertas saring. Filtrat hasil saringan diukur dengan SSA. Nilai konsentrasi masing-

masing larutan uji dimasukkan ke dalam rumus efisiensi penyerapan (E) dan

kapasitas adsorpsi (Q) (Persamaan 1 dan 2).

3.4.3.4 Waktu dan suhu adsorpsi

Adsorben dengan massa optimum berukuran <180 µm ditimbang kemudian

dimasukkan dalam Erlenmeyer. Larutan ion logam konsentrasi optimum

dimasukkan sebanyak 20 mL dengan penambahan pH optimum ke dalam

Erlenmeyer yang telah berisi adsorben. Larutan kemudian dipanaskan pada variasi

suhu (30; 45; 60; dan 75 oC) dengan variasi lama pemanasan (30; 60; 90; dan 120

menit). Erlenmeyer diletakkan pada shaker dengan kecepatan pengadukan 200 rpm.

Campuran kemudian dipisahkan dengan cara disaring dengan menggunakan kertas

saring. Filtrat hasil saringan diukur dengan SSA. Nilai konsentrasi masing-masing

larutan uji dimasukkan ke dalam rumus efisiensi penyerapan (E) dan kapasitas

adsorpsi (Q) (Persamaan 1 dan 2). Adsorben yang diaktivasi secara fisika dan kimia

Page 51: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

35

penentuan kondisi optimum adsorpsi dilakukan dengan prosedur yang sama yaitu

dengan prosedur 3.4.3.

3.4.4 Analisis Gugus Fungsi dengan Fourier-Transform Infrared

Spectroscopy (FT-IR) (ASTM E1252-98)

Analisis gugus fungsi adsorben terbaik yaitu adsorben yang diaktivasi fisika

(sebelum dan sesudah adsorpsi) dengan menggunakan Fourier-Transform Infrared

Spectroscopy (FT-IR). Sebanyak 10 gram KBr digerus kemudian ditambahkan

sampel adsorben dengan komposisi 10:1 sampel. Kemudian campuran digerus

hingga homogen. Kemudian diletakkan pada sampel holder. Diketahui grafik

puncak-puncak gugus fungsi yang muncul pada layar. Hasil pengukuran dianalisis

dan dicetak.

3.4.5 Analisis Morfologi Permukaan dengan Scanning Electron Microscopy

(SEM) ( ASTM E1508)

Analisis permukaan dan tekstur adsorben terbaik yaitu adsorben yang

diaktivasi fisika (sebelum dan sesudah adsorpsi) dengan menggunakan Scanning

Electron Microscopy (SEM). Sampel adsorben yang akan dianalisis diletakkan

sangat tipis merata pada plat alumunium yang memiliki dua sisi. Kemudian dilapisi

dengan lapisan emas dengan waktu coating ± 30 detik. Sampel yang telah dilapisi,

kemudian diamati menggunakan SEM dengan tegangan 20 kV dan perbesaran

5.000x dan 30.000x. dari gambar berupa foto SEM yang diperoleh, morfologi dan

distribusi ukuran nanosfer dianalisis dengan menggunakan metode statistik.

Page 52: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

36

3.4.6 Penentuan Isotherm Adsorpsi

Hasil penentuan variasi konsentrasi ion logam (adsorbat) berupa konsentrasi

akhir (Ce) dan kapasitas adsorpsi (Q) diplotkan dengan menggunakan persamaan

regresi linier. Nilai koefisien korelasi yang besarnya mendekati 1 setelah dibuat

persamaan isotherm Langmuir dan isotherm Freundlich maka akan menentukan

jenis isotherm adsorpsi yang terjadi pada proses adsorpsi ion logam tersebut.

3.4.7 Penentuan Kinetika Adsorpsi

Kinetika adsorpsi dihitung dengan melihat perubahan kondisi konsentrasi

sebagai fungsi waktu. Kemudian ditentukan orde reaksi diantara orde 0, 1, dan 2

menggunakan Persamaan 9, 12, dan 15. Konstanta laju reaksi dapat ditentukan

dengan menggunakan persamaan Arrhenius pada Persamaan 16.

3.4.8 Regenerasi adsorben

Ion logam yang telah terserap dalam material adsorben serbuk gergaji kayu

meranti pada kondisi optimum dilepaskan kembali atau dielusi dengan cara

menambahkan larutan HNO3 0,5 M, Na2EDTA 0,01 M dan H2O sebanyak 20 mL

pada masing-masing adsorben. Kemudian filtrat dipisahkan dengan adsorben

dengan menggunakan kertas saring. Selanjutnya konsentrasi ion logam didalam

filtrat ditentukan kembali dengan spektrofotometer serapan atom (SSA).

Page 53: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Adsorben Serbuk Gergaji Kayu Meranti

Pembuatan adsorben serbuk kayu meranti yang digunakan untuk menyerap

ion logam dilakukan dalam 3 (tiga) bentuk perlakuan, yaitu tanpa aktivasi, aktivasi

fisika dan aktivasi kimia. Serbuk kayu meranti yang didapatkan dari hasil limbah

buangan toko mabel kayu ini sebelumnya dibersihkan dengan menggunakan air

mengalir untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang terdapat di dalam serbuk

seperti pasir, tanah, batu-batuan kecil dan lain sebagainya. Serbuk kayu meranti

dijemur dibawah sinar matahari selama satu minggu untuk mengurangi kadar air

yang ada dalam serbuk kayu meranti agar serbuk kayu meranti menjadi kering.

Serbuk kayu meranti juga dihaluskan dengan menggunakan blender agar bentuk

serbuk kayu meranti menjadi semakin kecil sehingga lebih mudah untuk

dihaluskan. Kemudian serbuk kayu meranti dikeringkan kembali dengan

menggunakan oven pada suhu 110 oC selama ± 3 jam. Suhu 110 oC membuat

kandungan air yang ada pada serbuk kayu meranti akan menguap seluruhnya.

Adsorben tanpa aktivasi, aktivasi fisika, dan aktivasi kimia menghasilkan

warna fisik yang berbeda pada ketiganya (Gambar 8). Sampel tanpa aktivasi

memiliki warna coklat muda sedangkan sampel aktivasi kimia berwarna coklat

gelap dan sampel aktivasi fisika berwarna hitam sebab sampel telah menjadi karbon

aktif. Warna lebih gelap atau pucat pada aktivasi kimia disebabkan karena adanya

reaksi hidrolisis yaitu pemecahan rantai polisakarida menjadi monosakarida (Kirk

& Othmer, 1983).

Page 54: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

38

(a) (b) (c)

Gambar 8. (a) Aktivasi fisika (b) aktivasi kimia (c) tanpa aktivasi

Serbuk kayu meranti tanpa aktivasi tidak diberikan perlakuan apapun hanya

memperkecil ukuran partikelnya yaitu menjadi <180 µm. Serbuk kayu meranti

diperkecil ukuran partikelnya agar ukuran partikel adsorben memiliki luas

permukaan yang besar. Luas permukaan adsorben yang semakin besar akan

membuat kapasitas adsorpsi suatu adsorben dalam mengadsorpsi suatu adsorben

juga semakin besar (Nurhasni, 2012). Aktivasi secara fisika serbuk kayu diarangkan

pada suhu 250 oC selama 2,5 jam (Nurhasni, 2014). Proses karbonasi pembuatan

arang aktif ini dilakukan dengan menggunakan furnace. Penggunaan suhu yang

tidak terlalu tinggi (250 oC) dikarenakan pada suhu tersebut (<250 oC) serbuk kayu

meranti sudah menjadi arang dan terjadi pengurangan volume, sedangkan jika

suhunya >250 oC akan menyebabkan serbuk kayu terbakar menjadi abu dan

menjadi sangat mudah hancur (Hendra et al., 2015). Ukuran partikelnya kemudian

diperkecil sampai menjadi <180 µm. Aktivasi fisika ini dilakukan dengan membuka

pori-pori dari adsorben melalui proses karbonasi sehingga pori-porinya semakin

Page 55: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

39

besar dan memungkinkan untuk ion logam terperangkap didalam pori-pori

adsorben tersebut.

Aktivasi kimia dilakukan dengan melakukan penambahan zat kimia ke dalam

sampel serbuk kayu meranti. Sampel adsorben yang digunakan sudah dihaluskan

ukurannya menjadi ukuran <180 µm. Modifikasi sampel ini dilakukan dengan

menggunakan larutan asam yaitu direndam menggunakan HCl 4 M (Nurhasni,

2012). Reaksi yang terjadi pada senyawa didalam adsorben dengan HCl adalah

reaksi hidrolisis. Hidrolisis merupakan proses pemutusan rantai atau pemecahan

suatu senyawa menggunakan air. Selulosa yang terdapat pada adsorben terhidrolisis

menjadi monomer glukosa (Gambar 9). Reaksi pada air dan karbohidrat

berlangsung lama sehingga dibutuhkan katalisator atau aktivator yaitu asam klorida

untuk mempercepat reaksi (Mastuti, et al., 2010).

Gambar 9. Mekanisme reaksi hidrolisis asam pada selulosa (Fengel &

Wegener, 1995).

Aktivasi bertujuan untuk memperluas volume rongga atau pori-pori adsorben

sebab molekul-molekul pengaktif yang ada akan teradsorpsi oleh bahan adsorben

yang melarutkan pengotor yang berada dalam pori seperti mineral anorganik

(Miftah et al, 2009). Penggunaan HCl dikarenakan HCl lebih dapat melarutkan

Page 56: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

40

pengotor sehingga proses penyerapan adsorbat menjadi lebih maksimal pada saat

proses adsorpsi hal ini disebabkan pori-pori permukaannya yang beraturan dan

lebih banyak terbentuk dibandingkan jika menggunakan larutan asam lainnya

seperti H2SO4 (Nurhasni, 2012).

4.2 Kondisi Optimum Adsorpsi

4.2.1 Konsentrasi Adsorben

Penentuan kondisi optimum dari konsentrasi adsorben dilakukan dengan

membandingkan empat variasi konsentrasi adsorben sebesar 1,25; 2,50; 3,75; dan

5% dimana masing-masing massa biosorben sebesar 0,25; 0,5; 0,75 dan 1 g. Suhu

yang digunakan adalah suhu ruang 30 oC, pada pH netral dalam waktu 1 jam.

Konsentrasi adsorbat Cu, Cd dan Mn yang digunakan sebesar 10 ppm dan volume

20 mL. Konsentrasi 10 ppm digunakan karena pada perairan rata-rata kandungan

maksimum ion logam berat adalah <2 ppm (Sofarini et al., 2010). Adsorben yang

dikontakkan dengan absorbat di shaker dengan kecepatan 200 rpm. Adsorben

dengan konsentrasi yang berbeda menghasilkan penurunan konsentrasi adsorbat

yang dapat dilihat pada Gambar 10, 11 dan 12. Kondisi optimum pada masing-

masing logam mengalami perbedaan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Salah

satunya adalah ukuran jari-jari atom. Jari-jari atom logam yang lebih kecil dari

ukuran jari-jari atom adsorben maka akan sangat mudah ion logam terserap dan

terperangkap didalam sisi aktif adsorben. Ukuran jari-jari atom yang lebih besar

dari jari-jari adsorben maka ion logam tidak dapat melekat pada dinding adsorben

sehingga menyebabkan efisiensinya tidak optimum dalam adsorpsi (Amri, 2008).

Logam Mn yang memiliki jari-jari atom yang lebih besar jika dibandingkan dengan

Page 57: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

41

logam Cu dan Cd yaitu sebesar 137 pm dan logam Cu sebesar 128 pm sedangkan

logam Cd sebesar 109 pm (Surbakti et al., 2016). Hal ini menyebabkan efisiensi

adsorpsi pada logam Mn lebih kecil jika dibandingkan dengan logam lainnya.

Gambar 10. Pengaruh konsentrasi adsorben terhadap ion logam Cu

Gambar 11. Pengaruh konsentrasi adsorben terhadap ion logam Cd

Gambar 12. Pengaruh konsentrasi adsorben terhadap ion logam Mn

0

20

40

60

80

100

1,25 2,5 3,75 5

Efi

sien

si A

dso

rpsi

(%

)

Konsentrasi Adsorben (%)

tanpa aktivasi

aktivasi fisika

aktivasi kimia

0

20

40

60

80

100

1,25 2,5 3,75 5

Efi

sien

si A

dso

rpsi

(%

)

Konsentrasi Adsorben (%)

tanpa aktivasi

aktivasi fisika

aktivasi kimia

0

20

40

60

80

100

1,25 2,5 3,75 5

Efi

sien

si A

dso

rpsi

(%

)

Konsentrasi Adsorben (%)

tanpa aktivasi

aktivasi fisika

aktivasi kimia

Page 58: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

42

Hasil penentuan konsentrasi adsorben optimum pada ion logam menunjukan

hasil efisiensi adsorpsi yang berbeda-beda pada setiap logam. Adsorben tanpa

aktivasi yang dibutuhkan untuk mengadsorpsi ion logam Cu sebesar 3,75%,

sedangkan adsorben dengan aktivasi fisika sebesar 2,5% dan adsorben dengan

aktivasi kimia sebesar 2,5%. Adsorben tanpa aktivasi, aktivasi fisika dan aktivasi

kimia yang dibutuhkan untuk mengadsorpsi ion logam Cd sebesar 1,25%. Adsorben

tanpa aktivasi yang dibutuhkan untuk mengadsorpsi ion logam Mn sebesar 1,25%,

sedangkan adsorben yang diaktivasi fisika sebesar 3,75% dan adsorben yang

diaktivasi kimia sebesar 5%.

Konsentrasi adsorben yang ditingkatkan akan menghasilkan efisiensi

penyerapan ion logam yang diserap juga akan meningkat. Hal ini dapat dilihat pada

Gambar 11 seperti adsorben yang diaktivasi kimia efisiensi adsorpsinya terus

meningkat dari konsentrasi adsorben 1,25% sebesar 50,67%, 2,5% sebesar 68,74%,

3,75% sebesar 84,62% dan 5% sebesar 96,74%. Meningkatnya konsentrasi

adsorben akan menyebabkan luas permukaan adsorben menjadi lebih banyak

tersedia sehingga terjadi peningkatan bidang aktif adsorben (Anggriawan, 2015).

Pemilihan konsentrasi adsorben terbaik dapat ditentukan dari kemampuan adsorben

dalam menurunkan konsentrasi ion logam dalam adsorbat. Konsentrasi adsorbat 10

ppm dapat diserap hampir 100% oleh ketiga jenis adsorben sehingga jika

konsentrasi adsorbat ditingkatkan kemungkinan adsorben masih dapat menyerap

ion logam yang ada pada adsorbat.

Konsentrasi adsorben optimum rata-rata berada pada konsentrasi 1,25%

sampai 3,75%. Hal ini dapat dilihat pada grafik efisiensi adsorpsi pada Gambar 10,

11 dan 12 yang menunjukan jika efisiensi terbesar pada ion logam terjadi pada

Page 59: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

43

konsentrasi adsorben 1,25%-3,75%. Hal ini terjadi pada penelitian yang dilakukan

Irawan et al (2015) yang menghasilkan massa optimum 2,5% dan efisiensi adsorpsi

relatif konstan dan menurun ketika massa adsorben dinaikan >2,5% menggunakan

adsorben abu layang. Penurunan ini disebabkan konsentrasi ion logam yang

terserap pada permukaan adsorben lebih besar dibanding yang tersisa pada larutan.

Perbedaan konsentrasi tersebut menyebabkan ion logam yang sudah terikat akan

terdesorpsi kembali ke dalam larutan.

Kapasitas adsorpsi pada penentuan kondisi optimum adsorben terjadi

penurunan seiring dengan meningkatnya efisiensi adsorpsi (Lampiran 1). Logam

Cu pada konsentrasi adsorben 1,25% kapasitas adsorpsinya sebesar 0,6172 mg/g,

2,50% sebesar 0,3173, 3,75% sebesar 0,2178 mg/g dan 5% sebesar 0,1633 mg/g.

Hal ini disebabkan dalam kondisi konsentrasi adsorbat tetap terjadi peningkatan sisi

aktif justru akan meningkatkan penyebaran adsorbat, sehingga kapasitas adsorpsi

lebih rendah dibandingkan dengan jumlah sisi aktif yang lebih sedikit (Irawan, et

al., 2015).

4.2.2 Konsentrasi Adsorbat

Konsentrasi adsorbat dapat mempengaruhi daya adsorpsi dari biosorben.

Variasi konsentrasi yang digunakan yaitu 10; 30; 50; dan 70 ppm dengan suhu yang

digunakan adalah suhu ruang 30 oC, pada pH netral dalam waktu 1 jam. Hasil

setelah proses adsorpsi menunjukkan konsentrasi adsorbat yang paling rendah 10

ppm memiliki nilai efisiensi adsorpsi yang paling tinggi, hal ini dapat dilihat pada

Gambar 13, 14 dan 15. Ketika konsentrasi ditingkatkan, nilai efisiensi adsorpsi

semakin menurun. Hal ini terjadi karena pada konsentrasi tinggi jumlah adsorbat

tidak sebanding dengan jumlah partikel adsorben serbuk kayu meranti sehingga

Page 60: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

44

adsorben mengalami titik jenuh dan tidak lagi dapat menyerap adsorbat. Apabila

adsorben sudah mencapai titik jenuh konsentrasi zat yang diserap tidak akan

berubah atau berkurang karena terjadi kesetimbangan antara zat yang teradsorpsi

dengan zat yang tersisa.

Gambar 13. Pengaruh konsentrasi adsorbat terhadap ion logam Cu

Gambar 14. Pengaruh konsentrasi adsorbat terhadap ion logam Cd

Gambar 15. Pengaruh konsentrasi adsorbat terhadap ion logam Mn

0

20

40

60

80

100

10 30 50 70

Efi

sien

si A

dso

rpsi

(%

)

Konsentrasi Adsorbat (ppm)

tanpa aktivasi

aktivasi fisika

aktivasi kimia

0

20

40

60

80

100

10 30 50 70

Efi

sien

si A

dso

rpsi

(%

)

Konsentrasi Adsorbat (ppm)

tanpa aktivasi

aktivasi fisika

aktivasi kimia

0

20

40

60

80

100

10 30 50 70

Efi

sien

si A

dso

rpsi

(%

)

Konsentrasi Adsorbat (ppm)

tanpa aktivasi

aktivasi fisika

aktivasi kimia

Page 61: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

45

Efisiensi adsorpsi pada perbandingan konsentrasi adsorbat semakin menurun

ketika konsentrasi ion logam semakin tinggi. Hal ini dapat dilihat pada ion logam

Cu tanpa aktivasi, aktivasi fisika dan aktivasi kimia konsentrasi adsorbat optimum

terjadi pada 10 ppm dengan efisiensi 100%, begitupun dengan ion logam Cd dan

Mn. Hal ini dikarenakan konsentrasi adsorbat yang rendah sehingga adsorben dapat

menyerap adsorbat secara optimal. Semakin besar konsentrasi dari adsorbat maka

semakin tinggi jumlah molekul yang terdapat dalam larutan sehingga akan

meningkatkan laju adsorpsi antara molekul adsorbat dan adsorben (Barros et al.,

2003).

Semakin tinggi efisiensi adsorpsi mengindikasikan jumlah molekul ion logam

yang terjerap pada sisi aktif semakin besar. Konsentrasi optimum dari masing-

masing ion logam pada 10 ppm (konsentrasi rendah) dengan efisiensi mencapai

100%. Hal ini membuktikan jika adsorbat terserap seluruhnya oleh adsorben. Hal

yang sama terjadi pada penelitian Yu et al (2003) pada konsentrasi rendah

perbandingan jumlah mol dari ion logam menyebabkan permukaan situs aktif

menjadi lebih luas dan adsorpsi dipengaruhi oleh konsentrasi awal yang rendah

sehingga efisiensi adsorpsinya optimum. Berbeda dengan kapasitas adsorpsi yang

meningkat seiring dengan ditingkatkannya konsentrasi adsorbat (Lampiran 1).

Logam Cu pada konsentrasi 10 ppm memiliki kapasitas adsorpsi sebesar 0,2179

mg/g, pada 30 ppm sebesar 0,6051, pada 50 ppm sebesar 1,1066 mg/g dan pada 70

ppm sebesar 1,8450 mg/g. Perbandingan kapasitas adsorpsi dapat dilihat pada

Lampiran 2. Hal ini karena jika terjadi peningkatan adsorbat maka jumlah ion

adsorbat yang terikat pada adsorben semakin banyak sehingga kapasitas

adsorpsinya semakin besar (Irawanto, et al., 2015).

Page 62: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

46

Mekanisme adsorpsi ion logam melalui proses perpindahan adsorbat pada

permukaan pori-pori dalam butiran adsorben yang terjadi karena adanya interaksi

antara ion logam dengan sisi aktif permukaan adsorben. Perpindahan adsorbat dari

cairan ke permukaan butir kemudian berdifusi dari permukaan butir menuju ke

dalam butir melalui pori-pori yang tersedia. Hal ini terjadi karena adanya energi

permukaan dan gaya tarik menarik pada permukaan adsorben (Indrasti, et al.,

2006).

4.2.3 pH ion logam

pH atau potensial hidrogen merupakan salah satu parameter yang sangat

penting dalam menentukan kondisi optimum proses adsorpsi ion logam dengan

adsorben serbuk kayu meranti. Pada penentuan kondisi optimum pH ion logam

digunakan konsentrasi ion logam sebesar 30 ppm dengan suhu yang digunakan

adalah suhu ruang 30 oC dalam waktu 1 jam. Hal ini dikarenakan pada kondisi

optimum konsentrasi ion logam yaitu 10 ppm ion logam pada adsorbat dapat

terserap 100% sehingga konsentrasinya dinaikan untuk mengetahui kondisi

optimum pada pH. pH adsorbat yang dihasilkan memiliki nilai pH yang rata-rata

relatif bersifat asam pada setiap sampel.

pH adsorbat yang telah diadsorpsi dengan menggunakan ion logam berada

pada rentang daerah pH 5 sampai 6. Hal ini dapat dilihat dari nilai efisiensi adsorpsi

yang dihasilkan pada Gambar 16, 17 dan 18. pH asam yaitu 4 konsentrasi ion logam

mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan

penurunan konsentrasi pada pH 5. Namun pada pH netral yaitu 7 konsentrasi akhir

yang dihasilkan masih cukup tinggi dan tidak mengalami penurunan yang

signifikan jika dibandingkan dengan pH 5, sehingga dapat disimpulkan jika pH

Page 63: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

47

optimum yang didapatkan terletak pada pH 5 sampai 6 pada setiap jenis adsorben

yang diaktivasi.

Gambar 16. Pengaruh pH adsorbat terhadap ion logam Cu

Gambar 17. Pengaruh pH adsorbat terhadap ion logam Cd

Gambar 18. Pengaruh pH adsorbat terhadap ion logam Mn

0

20

40

60

80

100

4 5 6 7

Efi

sien

si A

dso

rpsi

(%

)

pH Adsorbat

tanpa aktivasi

aktivasi fisika

aktivasi kimia

0

20

40

60

80

100

4 5 6 7

Efi

sien

si A

dso

rpsi

(%

)

pH Adsorbat

tanpa aktivasi

aktivasi fisika

aktivasi kimia

0

20

40

60

80

100

4 5 6 7

Efi

sien

si A

dso

rpsi

(%

)

pH Adsorbat

tanpa aktivasi

aktivasi fisika

aktivasi kimia

Page 64: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

48

Grafik efisiensi adsorpsi menunjukan jika pada pH optimum ion logam Cu

metode aktivasi fisika memiliki efisiensi paling tinggi, pada ion logam Cd metode

aktivasi kimia dan pada ion logam Mn metode aktivasi fisika. Hasil ini menunjukan

jika kedua jenis adsorben hasil aktivasi memiliki kemampuan penyerapan yang

lebih baik untuk mengadsorpsi ion logam. Adsorpsi dipengaruhi oleh pH yaitu

dengan mempengaruhi protonasi dari adsorben yang digunakan. Setiap adsorben

akan memiliki muatan yang berbeda sehingga dapat saling berinteraksi. Keasaman

akan mempengaruhi kemampuan muatan pada situs aktif atau gugus fungsi.

Adsorbat dalam kondisi pH yang sangat rendah akan membuat permukaan dari

adsorben bermuatan positif karena banyak dikelilingi oleh ion H+ akibat

terprotonasi terjadi tolakan antara ion logam dengan permukaan adsorben sehingga

adsorpsinya menjadi rendah (Nurhasni et al., 2014).

Hal ini dapat dilihat dari nilai efisiensi adsorpsi pada pH 4 mengalami

penurunan konsentrasi adsorbat namun tidak sebesar penurunan konsentrasi pada

pH 5 atau 6 sehingga efisiensi adsorpsi pada pH 5 atau 6 lebih tinggi. Pada pH netral

atau basa efisiensi adsorpsi mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan konsentrasi

ion OH- mengalami peningkatan yang cukup tinggi (Rizkamala, 2011). Hal ini

menyebabkan ion logam mengalami reaksi hidrolisis dalam larutan sehingga ion

logam menjadi tidak stabil akibat ion OH- yang terlalu tinggi. Kemampuan

adsorben serbuk kayu meranti dalam melakukan adsorpsi akan menurun. pH

optimum yang didapat pada ion logam Cu dan Cd adalah pH 5 sedangkan pada ion

logam Mn pada pH 6. Menurut Suhendra et al (2010) penyerapan maksimum pada

ion logam terjadi pada pH 5 dan 6. Jika pH lebih besar dari 6 maka akan terjadi

endapan dari ion logam contohnya seperti tembaga (II) oksida. Penyerapan ion

Page 65: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

49

logam dalam larutan oleh zat penyerap sangat dipengaruhi oleh pH larutan ion

logam tersebut. Nilai kapasitas adsorpsi meningkat seiring dengan tingginya nilai

efisiensi adsorpsi.

4.2.4 Metode aktivasi adsorben

Kondisi optimum dari masing-masing parameter yang telah ditentukan

didapatkan hasil adsorben yang diaktivasi secara fisika merupakan adsorben yang

paling baik dalam menyerap ion logam. Hal ini dapat dilihat pada grafik efisiensi

adsorpsi masing-masing ion logam. Jika dibandingkan dengan adsorben yang

diaktivasi secara kimia hasil efisiensinya tidak optimum dan berbeda jauh dengan

aktivasi fisika. Efisiensi yang dihasilkan pada penentuan konsentrasi adsorben pada

aktivasi fisika cukup tinggi yaitu ion logam Cu, ion logam Cd dan ion logam Mn

mencapai 100%, sehingga adsorben yang diaktivasi secara fisika lebih efisien untuk

digunakan.

Penentuan konsentrasi adsorbat ion logam Cu memiliki efisiensi adsorpsi

85,98% sampai 100%, ion logam Cd 79,94% sampai 100% dan ion logam Mn

75,08%. Efisiensi ini lebih besar jika dibandingkan dengan adsorben tanpa aktivasi

dan aktivasi kimia. pH adsorbat saat diadsorpsi dengan adsorben aktivasi fisika

menghasilkan efisiensi adsorpsi sebesar 41,44% sampai 100% pada ion logam Cu,

41,13% sampai 62,80% pada ion logam Cd dan 21,57% sampai 100% pada ion

logam Mn. Hasil efisiensi adsorpsi menunjukan jika adsorben dengan aktivasi fisika

merupakan adsorben dengan aktivasi terbaik. Hal ini dikarenakan nilai yang

dihasilkan dapat mencapai adsorpsi hingga 100% jika dibandingkan dengan

adsorben tanpa aktivasi dan aktivasi kimia.

Page 66: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

50

4.2.5 Suhu dan waktu

Sampel yang digunakan pada penentuan suhu dan waktu adalah sampel yang

diaktivasi secara fisika. Suhu yang digunakan yaitu suhu 30; 45; 60 dan 75 oC

dengan variasi waktu kontak 30; 60; 90 dan 120 menit dengan konsentrasi adsorbat

30 ppm, pada pH 5 untuk ion logam Cu dan Cd, pH 6 ion logam Mn. Proses adsorpsi

ion logam pada penentuan kondisi optimum suhu dan waktu dilakukan dalam

kondisi suhu yang berbeda, sesuai dengan variasi suhu (oC) yang sudah ditentukan

kemudian divariasikan pada setiap perbandingan waktu (menit) untuk masing-

masing suhu. Efisiensi adsorpsi mengalami kenaikan seiring dengan

ditingkatkannya suhu adsorpsi dapat dilihat pada Lampiran 1. Ion logam Cu pada

waktu 30 menit dengan suhu 30 oC memiliki efisiensi sebesar 36,54%, suhu 45 oC

sebesar 66,70%, suhu 60 oC sebesar 98,32% dan mengalami penurunan efisiensi

pada suhu 75 oC menjadi 66,11%. Efisiensi adsorpsi dapat meningkat dan dapat

juga menurun pada setiap suhu dan waktu sampai mencapai titik optimum adsorpsi.

Hasil adsorpsi menunjukan suhu optimum yang didapatkan yaitu 60 oC pada waktu

60 menit dengan nilai efisiensi adsorpsi 100% untuk ion logam Cu dan Cd dan

38,20% untuk ion logam Mn.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Nurdila et al., 2015) ion logam Cu optimal

diadsorpsi pada suhu 60 oC, namun mengalami penurunan setelah suhu dinaikkan

menjadi 120 oC. Hal ini disebabkan pada peningkatan suhu energi dan reaktivitas

ion bertambah besar sehingga akan mengganggu ikatan yang telah terbentuk,

karena lemahnya ikatan Van Der Walls sehingga ikatannya mudah terputus dan

terjadi desorpsi. Nilai efisiensi adsorpsi dapat dilihat pada Gambar 19, 20 dan 21.

Semakin lama waktu kontak dapat meningkatkan daya serap dari biosorben.

Page 67: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

51

Konsentrasi akhir yang dihasilkan tidak sebaik pada waktu kontak 60 menit, hal ini

disebabkan karena jumlah ion logam tidak sebanding dengan jumlah partikel dari

adsorben sehingga adsorben mencapai titik jenuh dan daya adsorpsinya menurun

(Cossisch et al., 2002).

Gambar 19. Pengaruh suhu dan waktu terhadap efisiensi ion logam Cu

Gambar 20. Pengaruh suhu dan waktu terhadap efisiensi ion logam Cd

Gambar 21. Pengaruh suhu dan waktu terhadap efisiensi ion logam Mn

20

40

60

80

100

120

30 60 90 120

efis

ien

si a

dso

rpsi

(%

)

waktu (menit)

30°C

45°C

60°C

75°C

50

60

70

80

90

100

30 60 90 120

efis

ien

si a

dso

rpsi

(%

)

waktu (menit)

30°C

45°C

60°C

75°C

0

10

20

30

40

50

30 60 90 120

efis

ien

si a

dso

rpsi

(%

)

waktu (menit)

30°C

45°C

60°C

75°C

Page 68: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

52

Sulistyawati (2008) mengatakan bahwa efisiensi adsorpsi berbanding lurus

dengan waktu sampai pada titik tertentu sehingga akan mengalami penurunan

setelah melewati titik tersebut. Semakin lama waktu kontak adsorpsi maka akan

semakin banyak partikel adsorben yang bertumbukan dengan ion logam yang

terikat pada pori-pori adsorben sampai dapat mencapai kemampuan optimum.

Namun jika telah mencapai kondisi optimum akan terjadi desorpsi, dimana desorpsi

adalah pelepasan kembali adsorbat yang terjadi akibat permukaan adsorben telah

jenuh. Hal ini juga terjadi jika suhu yang digunakan terlalu tinggi yang

mengakibatkan efisiensi adsorpsinya menurun.

Penelitian Nurlaili et al (2017) menghasilkan waktu optimum pada waktu 60

menit. Menurutnya setelah mencapai adsorpsi optimum, dengan bertambahnya

waktu kontak maka daya serap adsorben akan menurun. Hal ini karena adanya

faktor pengadukan sehingga adsorben sudah tidak mampu mengikat atau

mempertahankan adsorbat lagi dan terlepas dari adsorben (Handayani, 2005).

4.3 Isotherm Adsorpsi

Model adsorpsi yang pada umumnya digunakan untuk menentukan

kesetimbangan adsorpsi adalah isotherm Langmuir dan isotherm Freundlich (Baral

et al., 2007). Nilai persamaan isotherm adsorpsi didapatkan dari hasil penelitian

dengan menggunakan variasi konsentrasi adsorbat yaitu sebesar 10; 30; 50 dan 70

ppm menggunakan adsorben yang diaktivasi secara fisika dengan konsentrasi

adsorbat 30 ppm, pada suhu ruang 30 oC, pH netral dan dalam waktu 1 jam.

Perbandingan konsentrasi adsorbat ini diadsorpsi dengan menggunakan adsorben

serbuk kayu meranti dengan massa atau konsentrasi adsorben optimum yang telah

Page 69: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

53

didapatkan sebelumnya. Persamaan regresi linier yang didapatkan dari hasil

penelitian dapat dilihat pada Gambar 22, 23 dan 24.

(a) (b)

Gambar 22. Kurva adsorpsi ion logam Cu (a) Langmuir dan (b) Freundlich

(a) (b)

Gambar 23. Kurva adsorpsi ion logam Cd (a) Langmuir dan (b) Freundlich

(a) (b)

Gambar 24. Kurva adsorpsi ion logam Mn (a) Langmuir dan (b) Freundlich

y = 0,3252x + 0,7925R² = 0,8369

0

1

2

3

4

5

0 5 10 15

Ce/

Qe

Ce

y = 0,8634x - 0,3847R² = 0,9242

-0,6

-0,4

-0,2

0

0,2

0,4

0,6

0 0,5 1 1,5log

Qe

log Ce

y = 0,1985x + 0,7996R² = 0,7244

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

0 5 10 15

Ce/

Qe

Ce

y = 0,7035x - 0,182R² = 0,9946

-0,4

-0,2

0

0,2

0,4

0,6

0,8

0 0,5 1 1,5

log

Qe

log Ce

y = 0,5919x + 1,5157R² = 0,9435

0

2

4

6

8

10

12

14

0 10 20 30

Ce/

Qe

Ce

y = 0,5974x - 0,5333R² = 0,9784

-0,8

-0,6

-0,4

-0,2

0

0,2

0,4

0 0,5 1 1,5

log

Qe

log Ce

Page 70: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

54

Hasil dari kurva regresi linear isotherm adsorpsi Langmuir dan Freundlich

pada adsorben yang diaktivasi secara fisika pada ion logam Cu, Cd dan Mn adalah

isotherm Freundlich. Ketiga ion logam ini memiliki jenis isotherm yang sama

ketika dilakukan perhitungan berdasarkan nilai koefisien korelasi (R2) dimana nilai

R2 pada isotherm freundlich memiliki nilai yang lebih besar jika dibandingkan

dengan isotherm Langmuir yaitu nilai R2 isotherm Freundlich pada ion logam Cu

sebesar 0,9242; ion logam Cd 0,9946 dan ion logam Mn 0,9784.

Menurut Ahmad et al ( 2009) jenis isotherm yang cocok untuk serbuk kayu

adalah isotherm Freundlich. Hal ini dikarenakan serbuk kayu terdiri dari material

heterogen yang kecil (Tahad, 2017). Adsorpsi fisika terjadi karena partikel-partikel

adsorbat mendekat ke permukaan adsorben melalui gaya Van Der Walls atau ikatan

hidrogen dan molekul terikat secara lemah sedangkan dalam adsorpsi kimia partikel

melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia seperti ikatan kovalen

(Widayatno et al., 2017).

Adsorpsi dapat terjadi secara fisika dan kimia dan adsorpsi pada penelitian

ini lebih mendekati pada adsorpsi secara fisika. Menurut Martell & Hancock

(1996), adsorpsi dapat terjadi melalui beberapa mekanisme:

1. Mekanisme adsorpsi fisika

Karbon aktif merupakan adsorben yang kaya akan pori sehinga

dimungkinkan untuk mengadsorpsi ion logam dengan menjebaknya dalam pori-

pori. Mekanisme ini akan terjadi apabila ukuran pori dari adsorben lebih besar

daripada ukuran ion yang akan diadsorpsi. Reaksi kesetimbangan dinamis dapat

terjadi bila reaksi yang terjadi merupakan reaksi bolak-balik. Reaksi tidak pernah

berhenti karena komponen zat tidak pernah habis.

Page 71: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

55

2. Mekanisme adsorpsi kimia

Pada adsorpsi kimia terjadi pembentukan dan pemutusan ikatan, sehingga

energi adsorpsinya berada pada kisaran yang sama dengan reaksi kimia. Ikatan

antara adsorben dengan adsorbat cukup kuat sehingga tidak terjadi spesiasi, karena

zat yang teradsorpsi menyatu dengan membentuk lapisan tunggal dan relatif

ireversibel. Batas minimal suatu adsorpsi dikategorikan sebagai kemisorpsi adalah

memiliki harga energi adsorpsi sebesar 20,92 kJ/mol (Adamson, 1990).

Proses adsorbsi dapat digambarkan sebagai proses dimana molekul

meninggalkan larutan dan menempel pada permukaan zat adsorben akibat kimia

dan fisika (Reynolds,1982). Pada proses adsorpsi terbagi menjadi 4 tahap yaitu :

1. Transfer molekul-molekul zat terlarut yang teradsorpsi menuju lapisan film

yang mengelilingi adsorben.

2. Difusi zat terlarut yang teradsorpsi melalui lapisan film (film diffusion

process).

3. Difusi zat terlarut yang teradsopsi melalui kapiler/pori dalam adsorben (pore

diffusion process).

4. Adsorpsi zat terlarut yang teradsorpsi pada dinding pori atau permukaan

adsorben (proses adsorpsi sebenarnya) (Reynolds, 1982).

4.4 Kinetika Adsorpsi

Kinetika adsorpsi merupakan salah satu faktor penting dalam proses adsorpsi

karena menunjukkan tingkat kecepatan penyerapan adsorben terhadap adsorbatnya.

Kemampuan penyerapan dapat dilihat dari laju adsorpsinya dalam hal ini pengujian

terhadap laju adsorpsi yang dilakukan melalui penentuan orde reaksi secara

eksperimen (Widihati, 2012). Orde reaksi yang digunakan yaitu orde nol, orde satu

Page 72: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

56

dan orde dua. Pada penentuan orde reaksi ini ditentukan melalui pengaruh variasi

suhu dan waktu. Suhu yang digunakan adalah 30; 45; 60 dan 75 oC dengan variasi

waktu selama 30; 60; 90 dan 120 menit dengan konsentrasi adsorbat 30 ppm, pH 5

untuk ion logam Cu dan Cd serta pH 6 ion logam Mn. Kurva regresi linear

menghubungkan antara perbandingan waktu dan konsentrasi akhir (CA). Pada orde

nol sumbu y merupakan nilai konsentrasi akhir, pada orde satu nilai y merupakan

nilai ln dari konsentrasi awal dibagi konsentrasi akhir dan pada orde dua nilai y

merupakan nilai 1/konsentrasi akhir. Nilai perbandingan koefisien korelasi (R2)

masing-masing ion logam dapat dilihat pada Tabel 2 dan grafik dapat dilihat pada

Lampiran 6.

Tabel 2. Nilai rata-rata R2

Ion logam Nilai rata-rata R2

Orde nol Orde satu Orde dua

Cu 0,2734 0,1091 0,1442

Cd 0,7869 0,5928 0,5091

Mn 0,4510 0,4360 0,4205

Hasil dari perhitungan orde reaksi dengan menggunakan variasi suhu dan

waktu pada ion logam Cu menunjukan bahwa ion logam Cu mengikuti alur orde

nol, dimana nilai R2 yang dihasilkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai R2

orde satu dan orde dua. Nilai R2 yang dihasilkan pada orde nol, orde satu dan orde

dua secara berturut-turut adalah 0,2734; 0,1090 dan 0,1442.

Ion logam Cd menghasilkan orde reaksi yang sama dengan ion logam Cu,

dimana nilai rata-rata koefisien korelasi yang dihasilkan pada orde nol lebih tinggi

jika dibandingkan dengan orde satu dan orde dua. Nilai R2 pada orde nol sebesar

0,7869 sedangkan pada orde satu sebesar 0,5928 dan pada orde dua sebesar 0,5091.

Page 73: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

57

Sehingga dapat disimpulkan jika ion logam Cd mengikuti orde nol. Hal ini sejalan

dengan penelitian Hajar et al (2016) menjelaskan tentang efektivitas adsorpsi logam

Cd dengan hasil alur kinetika adsorpsinya mengikuti orde nol. Logam Cu pada

penelitian Hidayati et al (2013) menghasilkan persamaan kinetika adsorpsi

mengikuti orde satu.

Hasil perhitungan menggunakan kurva regresi linear pada ion logam Mn

menunjukan bahwa nilai R2 yang dihasilkan memiliki nilai tertinggi pada orde nol.

Hal ini dapat dilihat dari masing-masing nilai R2 yang dihasilkan pada orde nol

sebesar 0,4510, sedangkan jika dibandingkan dengan orde satu dan orde dua yaitu

0,4360 dan 0,4205. Berdasarkan data yang didapatkan dapat dilihat bahwa kinetika

adsorpsi pada ion logam Mn juga mengikuti orde nol meskipun angka yang

dihasilkan tidak menunjukan perbedaan yang cukup signifikan. Orde nol yang

dihasilkan menunjukan jika besarnya laju adsorpsi tidak dipengaruhi oleh

perubahan konsentrasi pereaksinya. Berapapun peningkatan konsentrasi pereaksi

tidak akan mempengaruhi besarnya laju adsorpsi (Hidayati et al., 2013). Pemilihan

orde masing-masing kinetika adsorpsi tersebut didasarkan pada nilai koefisien

korelasi tertinggi, dimana semakin tinggi nilai koefisien korelasi maka

kelinieritasan kurva semakin baik (Hajar et al, 2016).

Energi aktivasi (Ea) merupakan energi yang harus dimiliki oleh molekul

sehingga dapat bereaksi. Energi aktivasi yang lebih tinggi mengimplikasikan bahwa

reaktan memerlukan lebih banyak energi untuk memulai reaksi daripada reaksi

yang berenergi aktivasi lebih rendah (Suwaidah et al., 2014). Ea dan faktor

frekuensi (A) diperoleh dengan menggunakan persamaan Arrhenius yang

Page 74: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

58

diturunkan menjadi bentuk persamaan garis lurus (regresi linear). Kurva regresi

linear dapat dilihat pada Gambar 25, 26 dan 27.

Gambar 25. Kurva regresi linear ion logam Cu

Gambar 26. Kurva regresi linear ion logam Cd

Gambar 27. Kurva regresi linear ion logam Mn

y = -555,3x + 11,662R² = 0,0259

-14

-12

-10

-8

-6

-4

-2

0

0,0028 0,0029 0,003 0,0031 0,0032 0,0033 0,0034

ln k

1/T (K)

y = 2305,9x - 79,319R² = 0,5859

-14

-12

-10

-8

-6

-4

-2

0

0,0028 0,0029 0,003 0,0031 0,0032 0,0033 0,0034

ln k

1/T (K)

y = 756,77x - 25,787R² = 0,0788

-12

-10

-8

-6

-4

-2

0

0,0028 0,0029 0,003 0,0031 0,0032 0,0033 0,0034

ln k

1/T (K)

Page 75: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

59

Interpretasi Ea memberikan gambaran mengenai besarnya pengaruh

temperatur terhadap reaksi. Besarnya Ea diperoleh dari plot kurva ln k terhadap

suhu (1/T) (Putra et al, 2014). Nilai R2 pada plot yang dihubungkan antara suhu

(1/T) dengan konstanta laju (ln k) pada ion logam Cu sebesar 0,0259, pada ion

logam Cd sebesar 0,5859 dan pada ion logam Mn 0,0788. Persamaan regresi linear

diperoleh nilai slope dari masing-masing kurva regresi ion logam sehingga

didapatkan nilai energi aktivasi sebesar 4,616 kJ/mol untuk ion logam Cu, 19,17

kJ/mol untuk ion logam Cd dan pada ion logam Mn sebesar 6,291 kJ/mol. Menurut

Castellan (1983) Molekul terikat sangat lemah dan energi yang dilepaskan pada

adsorpsi fisika relatif rendah yaitu <20 kJ/mol. Ea yang rendah menunjukan jika

adsorpsi ini tidak memerlukan katalis. Hasil ini sejalan dengan jenis isotherm

Freundlich yang dihasilkan dimana jenis adsorpsinya adalah adsorpsi fisika.

Adsorpsi fisika umumnya terjadi pada temperatur rendah dan dengan bertambahnya

temperatur jumlah adsorpsi berkurang dengan signifikan. Nilai faktor frekuensi (A)

dari masing-masing orde dari ion logam Cu; Cd dan Mn sebesar 116,075 R2 =

0,2734; 3,566x10-35 R2 = 0,7869 dan 6,321x10-12 R2 = 0,4510.

4.5 Regenerasi adsorben

Regenerasi adsorben merupakan proses desorpsi atan pelepasan kembali

adsorbat yang sudah diserap dan terperangkap didalam adsorben. Hal ini bertujuan

untuk dapat memanfaatkan dan menggunakan kembali adsorben yang telah

digunakan sehingga lebih efisien. Proses pelepasan kembali adsorbat dari adsorben

dilakukan menggunakan eluen EDTA 0,01 M, HNO3 0,5 M dan H2O dengan

direndam selama satu hari. Eluen EDTA memiliki kemampuan yang baik untuk

Page 76: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

60

menarik ion logam dan HNO3 mampu merusak ikatan yang terjadi antara adsorben

dan ion logam karena sifatnya yang destruktif. Adsorben yang didesorpsi

mengandung kadar ion logam yang tinggi karena telah digunakan untuk menyerap

ion logam. Perendaman bertujuan agar ion logam yang terdapat pada adsorben

dapat terlepas sehingga larutan yang digunakan memiliki konsentrasi ion logam

yang besar akibat pelepasan ion logam selama perendaman.

Adsorben yang digunakan untuk menyerap ion logam direndam

menggunakan larutan EDTA 0,01 M dan diuji dengan AAS menghasilkan efisiensi

desorpsi sebesar 92,78; 89,81 dan 63,45% (Tabel 3). Hal ini menunjukan jika

larutan EDTA dapat melepaskan adsorbat atau ion logam berat yang terperangkap

didalam adsorben sehingga adsorben dapat digunakan kembali (Gambar 28).

Gambar 28. Mekanisme desorpsi menggunakan EDTA (Day &

Underwood, 2002)

Page 77: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

61

Hal ini dikarenakan EDTA merupakan kompleksan atau senyawa pembentuk

komplek dengan ion logam sehingga dapat menarik ion logam dengan kuat. Simbol

M yang terikat pada kompleks EDTA adalah ion logam. Mekanisme desorpsi ion

logam oleh EDTA terjadi karena gugus ion logam yang terdesorpsi berikatan

dengan gugus –O- pada EDTA membentuk senyawa kompeks. EDTA bertindak

sebagai ligan seksidendat yang dapat berkoordinasi dengan sebuah ion logam

melalui gugus dua nitrogen dan empat karboksilnya membentuk sebuah kompleks

EDTA oktahedral (Day & Underwood, 2002).

Begitupun dengan menggunakan larutan HNO3 dapat melepaskan adsorbat

meskipun tidak sebesar yang dihasilkan jika menggunakan larutan EDTA.

Konsentrasi larutan ion logam Cu, Cd dan Mn yang terperangkap pada biosorben

sebesar 13,3203; 21,478 dan 4,9906 ppm. Kemudian adsorben yang digunakan

diregenerasi kembali dengan larutan HNO3 0,5 M dan melepaskan ion logam Cu,

Cd dan Mn dari adsorben dengan efisiensi desorpsi sebesar 95,76; 78,86 dan

50,28% (Tabel 3). Hasil analisis yang didapatkan menunjukan jika larutan HNO3

juga dapat digunakan untuk melepaskan kembali adsorbat.

Tabel 3. Regenerasi adsorben

eluen Efisiensi Desorpsi (%)

Cu Cd Mn

H2O 6,46 6,96 16,34

HNO3 0,5 M 95,76 78,86 50,28

EDTA 0,01 M 92,78 89,81 63,45

Pelepasan kembali adsorbat atau proses desorpsi juga dilakukan dengan

menggunakan akuades atau H2O. Akuades tidak dapat melepaskan ion logam dari

adsorben karena hasilnya tidak menunjukan penurunan yang signifikan. Menurut

Page 78: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

62

Nurhasni (2007) hal ini disebabkan karena ion logam yang terserap oleh adsorben

terikat kuat sehingga tidak mudah untuk dilepaskan kembali. Efisiensi desorpsi ion

logam Cu, Cd dan Mn yang terlepas dari adsorben sebesar 6,46; 6,96 dan 16,34%.

Hal ini menunjukan jika H2O tidak dapat menarik ion logam seperti EDTA dan

HNO3 dalam mendesorpsi ion logam dari adsorben.

4.6 Analisis gugus Fungsi dengan Fourier Transform Infrared Spectroscopy

(FTIR)

Analisis gugus fungsi adsorben dilakukan dengan uji Fourier Transform

Infrared (FTIR). Uji FTIR menunjukkan keberadaan gugus fungsi dengan

merepresentasikan melalui peak besar serapan spektrum transmitan (sumbu Y)

yang terbentang pada suatu angka gelombang (sumbu X). Setiap jenis gugus fungsi

memiliki bentang angka gelombang tersendiri. Penentuan jenis gugus fungsi dapat

ditentukan dengan lokasi peak serapan spektrum transmitan (%) yang terdapat pada

suatu angka gelombang. Gugus fungsi yang diperlukan dalam adsorpsi ion logam

adalah gugus fungsi hidroksil (-OH) (Mandasari, 2016).

Sampel yang dianalisis menggunakan FTIR adalah sampel yang diaktivasi

secara fisika yaitu sampel sebelum adsorpsi dan sesudah adsorpsi. Hasil analisis

menunjukan beberapa peak pada frekuensi (cm-1) dan intensitas tertentu. Spektrum

gugus fungsi sebelum dan sesudah adsorpsi dapat dilihat pada Gambar 28.

Frekuensi tertinggi yaitu 3450,65 cm-1 menunjukan adanya gugus hidroksil (–OH)

intensitas sedang. Gugus –OH terletak pada rentang frekuensi 3300-3600 cm-1.

Gugus –OH merupakan salah satu gugus fungsi pada selulosa yang terkandung

didalam adsorben yang dapat berikatan dengan ion logam. Frekuensi 3072,60 cm-1

intensitas sedang merupakan gugus fungsi C-H stretching terletak pada daerah

Page 79: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

63

2853-3095 cm-1. Daerah frekuensi 1714,72 cm-1 adalah gugus fungsi C=O

stretching dengan intensitas tajam. Gugus karbonil ini berada pada frekuensi 1600-

1820 cm-1.

Gambar 29. Spektrum gugus fungsi adsorben

Frekuensi 1604,77 cm-1 merupakan gugus alkena (C=C stretching) yang

berada pada intensitas sedang-lemah yang berada pada frekuensi 1600-1680 cm-1,

sedangkan pada frekuensi 1438,90 cm-1 merupakan C-H bending yang memiliki

puncak yang rendah, sedangkan gugus C-O berada pada frekuensi 1259,52 cm-1.

Frekuensi bilangan gelombang dan gugus fungsi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Gugus fungsi adsorben

Frekuensi bilangan gelombang (cm-1) Gugus fungsi

3450,65 cm-1 -OH stretching

3072,60 cm-1 C-H stretching

1714,72 cm-1 C=O stretching

1604,77 cm-1

1438,90 cm-1

C=C stretching

C-H bending

1259,52 cm-1 C-O bending

594,08 cm-1 Senyawa lainnya

O-H

C=O C-O

Page 80: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

64

Menurut Sastrohamidjojo (1992) gugus karbonil (gugus C=O) yang berasal

dari senyawa asam dan senyawa anhidrat, yang teridentifikasi di daerah 1800-1530

cm-1. Sementara, gugus -OH yang berasal dari senyawa alkohol memberikan

puncak serapan yang lebar pada 4000-3200 cm-1 (Hermanto, 2009). Frekuensi pada

hasil analisis serbuk kayu meranti dengan menggunakan FTIR menunjukan serapan

pada daerah yang sama. Hasil analisis gugus fungsi menunjukkan adanya situs-situs

aktif dalam serbuk kayu yang dapat berperan pada proses adsorpsi sebagai adsorben

terutama gugus hidroksil (–OH) yang membuktikan adanya kandungan selulosa

didalam sampel adsorben. Hasil dari analisis kedua adsorben hanya memiliki

perbedaan panjang gelombang yang tidak terlalu signifikan.

4.7 Morfologi Permukaan dengan Scanning Electron Microscopy (SEM)

Analisis karakteristik distribusi morfologi permukaan dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan scanning electron microscopy (SEM) yang

bertujuan untuk menganalisis seberapa besar tingkat pori-pori yang ada pada

sampel adsorben. Sampel yang dianalisis merupakan sampel yang memiliki daya

serap ion logam terbaik yaitu sampel adsorben yang diaktivasi secara fisika.

Perbandingan morfologi antara sampel sebelum adsorpsi dan sesudah adsorpsi

dapat dilihat pada Gambar 30.

(a) (b)

Gambar 30. Permukaan adsorben aktivasi fisika sebelum adsorpsi (a) sesudah

adsorpsi (b) perbesaran 5000x

Page 81: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

65

Sampel yang diaktivasi secara fisika dianalisis morfologi permukaan sampel

sebelum diadsorpsi dengan ion logam dan sampel setelah diadsorpsi dengan ion

logam. sampel diidentifikasi menggunakan SEM dengan perbesaran objek 5000

kali dan 30.000 kali dapat dilihat pada Lampiran 12. Hasil dari analisis

menggunakan SEM menunjukkan bentuk morfologi pada sampel sebelum

diadsorpsi berongga dan bersih sedangkan pada sampel sesudah adsorpsi bentuk

morfologi memadat berongga dan bergelombang. Hal ini membuktikan jika sampel

yang telah digunakan untuk mengadsorpsi zat-zat ion logam menghasilkan bentuk

yang semakin memadat karena ion logam yang terperangkap didalam sampel

adsorben. Hasil analisis adsorben menggunakan SEM yang dihasilkan memiliki

bentuk yang tidak jauh berbeda (Gambar 31).

(a) (b)

Gambar 31. Morfologi permukaan pembanding sebelum adsorpsi (a) dan sesudah

adsorpsi (b) (Surbakti et al., 2016)

Penelitian menggunakan serbuk kayu karet ini memiliki tekstur yang rata dan

berongga dan setelah adsorpsi menjadi lebih padat terisi. Gambar tersebut juga

menunjukkan adanya serbuk yang berwarna keputihan yang menyebar pada

permukaan adsorben. Menurut Surbakti et al (2016) pori-pori menunjukkan bahwa

beberapa makropori dihasilkan pada permukaan luar karbon selama proses aktivasi.

Page 82: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

66

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

1. Serbuk gergaji kayu meranti yang diaktivasi secara fisika memiliki

kemampuan adsorpsi yang lebih baik dalam menyerap ion logam.

2. Kondisi optimum adsorpsi (aktivasi fisika) didapatkan pada konsentrasi

adsorben 2,50% (logam Cu), 1,25% (logam Cd) dan 3,75% (logam Mn),

konsentrasi adsorbat optimum 10 ppm, pH optimum Cu dan Cd pada pH 5

dan pH 6 pada Mn, waktu dan suhu adsorpsi pada 60 oC selama 60 menit.

3. Jenis isotherm adsorpsi pada penyerapan ion logam biosorben serbuk gergaji

kayu meranti adalah isotherm Freundlich.

4. Orde reaksi penyerapan ion logam Cu, Cd dan Mn menggunakan serbuk

gergaji kayu meranti adalah orde nol dengan persamaan kinetika yang

didapatkan k = 116,075 e-4.616/RT R2 = 0,2734 (Cu), k = 3,566x10-35 e-19.17/RT

R2 = 0,7869 (Cd), k = 6,321x10-12 e-6.291/RT R2 = 0,4510 (Mn).

5.2 Saran

Penelitian ini perlu dilakukan lebih lanjut dengan aktivasi kimia

menggunakan larutan basa untuk mengetahui kemungkinan meningkatkan daya

adsorpsi. Selain itu, proses regenerasi adsorben dapat ditingkatkan konsentrasi

larutan EDTA dan HNO3 untuk mendapatkan nilai efisiensi desorpsi lebih tinggi

dan diaplikasikan terhadap limbah yang mengandung ion logam untuk mengetahui

efektivitas adsorpsi.

Page 83: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

67

DAFTAR PUSTAKA

Adamson, A. W. (1990). Physical Chemistry of Surface (Fifth Edit). New York:

John Willey and Sons.

Ahmad, A., Rafatullah, Mohd., Sulaiman, O., Ibrahim, M.H., & Siddique, B.M.

(2009). Removal of Cu (II) and Pb (II) Ions from Aqueous Solutions by

Adsorption on Sawdust of Meranti Wood. Desalination, 4(2), 300-310.

Alam, Z. (2006). Biosorption of Basic Dye Using Sewage Treatment Plant Biosolid.

Desalination, 164–176.

Amri, A., Supranto, & Fakhrurozi, M. (2004). Kesetimbangan Adsorpsi Optional

Campuran Biner Cd(II) dan Cr(II) dengan zeolit alam terimpregnasi 2-

merkaptobenzotiazol. Jurnal Natur Indonesia, 6 (2), 111–117.

Anggriawan, A. (2015). Penyisihan Kadar Ion logam Fe Dan Mn Pada Air Gambut

Dengan Pemanfaatan Geopolimer Dari Kaolin Sebagai Adsorben. Jurnal

Teknik Lingkungan, 4 (3), 20-25.

ASTM E1508. (2012). Standard Guide for Quantitative Analysis by Scanning

Electron Microscopy-Energy Dispersive Spectroscopy.

ASTM E1252-98. (2013). Standard Practice for General Techniques for Obtaining

Infrared Spectra for Qualitative Analysis.

Atkins, P. W. (1997). Kimia Fisika (Alih bahasa: Dra. Irma I. K). Jakarta: Erlangga.

Bakkara, L. (2007). Karakteristik cuka kayu hasil pirolisa limbah serbuk gergajian

kayu karet pada kondisi vakum. Palembang.

Bailey, S.E., Bricka, R.M., & Adrian D.D. (1999). A Review of Potentially Low-

cost Sorbents for Heavy Metals. Water Research, 33 (11), 2469–2479.

Baral, S.S., Das, S.N. & Rath, P. (2007). Removal of Cr(VI) from Aqueous Solution

Using Waste Weed Salvinia cucullata. Chem. Ecol, 23, 105–117.

Barros, LM., Maedo, GR., Duarte, MMI., & Silva, EP. (2003). Biosorption

Cadmium Using the Fungus Aspergillus niger. Bras J. Chem, (20), 1-17.

Bernath, P.F. (1995). Spectra of Atom and Molecules. New York: Oxford

University Press.

Bryan, G. W. (1976). Heavy Metals Contamination in The Sea (In Johnsto). New

York: Marine Pollution.

Castellan, G. W. (1983). Physical Chemistry. London: Addison Publishing

Company.

Coates, J. (2000). Interpretation of Infrared Spectra, A Practical Approach.

Encyclopedia of Analytical Chemistry. USA: Chichester.

Cossisch, E.S., Taveres, C.R.G., Ravagnani, T.M.K. (2002). Biosorption of

Chromium (II) by Sargassum sp Biomass. Electronics Jurnal, 4 (1), 43-49.

Page 84: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

68

Darmono. (1995). Ion logam Dalam Sistim Biologi Mahluk Hidup. Jakarta:

Universitas Indonesia Press.

Darmono. (2001). Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan

Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: UI Press.

Day, R. A, & A. L. Underwood. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.

Jakarta: Erlangga.

Deans, J. ., & Dixon, B. . (1992). Uptake of Pb2+ and Cu2+ by Novel Biopolymers.

Water Res, 26, 469–472.

Desriko, Malayu Putra. (2016). Kontribusi Industri Tekstil dalam Penggunaan

Bahan Berbahaya dan Beracun Terhadap Rusaknya Sungai Citarum. Jurnal

Hukum Lingkungan, 3 (1), Hal. 132-152.

Dey Intan, Irwan Said, & Paulus Hengky Abram. (2016). Pemanfaatan Biomassa

Serbuk Gergaji sebagai Penyerap Ion logam Timbal. J. Akad. Kim, 5(4), 166-

171.

Dogra, S., & Dogra, S. (1984). Phisical Chemistry Through Problem. Wiley

Eastern Limited.

Dutta, Monal, & Basu, J. K. (2012). Statistical Optimization for the Adsorption of

Acid Fuchsin onto the Surface of Carbon Alumina Composite Pellet : an

Application of Response Surface Methodology. Journal of Environmental

Science and Technology, 5 (1), 42–53.

Fengel, D & G. Wegener. (1995). Kimia kayu, ultrastruktur, reaksi-reaksi. Suatu

pengantar (Terjemahan). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Fitriyah, A.W., Utomo, Y., & Kusumaningrum, I.K. (2013). Analisis Kandungan

Tembaga (Cu) dalam Air dan Sedimen di Sungai Surabaya. Jurnal Online UM,

3(2), 12-18.

Frederica, Giofany., Hidayati, Diky., & Septiani, Dian. (2016). Kajian Kandungan

Logam Berat Mangan (Mn) dan Nikel (Ni) pada Sedimen Pesisir Teluk

Lampung. Analit Analitycal and Envitonmental Chemistry, 1 (1), 17-25.

Hajar, Erna W. I., Reny S., Novi M., & Fransiska J. W. (2016). Efektivitas adsorpsi

ion logam Pb2+ Cd2+ menggunakan media adsorben cangkang telur ayam.

Konversi, 5 (1), 34-39.

Halstead, B. (1972). Toxicity of Marine Organisms Caused by Pollutants. M.

Handayani, Ratna. (2005). Perbandingan Daya Serap Arang Aktif Tongkol Jagung

dan Tempurung Kelapa sebagai Adsorben Zat Warna Tekstil Direct Blue.

Jurnal FMIPA UNNES, 3(5).

Hanke, L. D. (2001). Handbook of Analytical Methods for Materials. Plymouth:

Materials Evaluation and Engineering Inc.

Haswell, S. J. (1991). Atomic Absorption Spectrometry Theory, Design, and

Application. Elsevier Science Publishing Company Inc. New York.

Page 85: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

69

Hendra, D., Wulanawati, A., Gustina, K., & Wibisono, H. (2015). Pemanfaatan

Arang Aktif Cangkang Buah Bintaro (Cerbera Manghas) sebagai Adsorben

pada Peningkatan Kualitas Air Minum. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 33 (3),

181-191.

Hengky, S. I. T., & Dewi, U. R. (2009). Pembuatan asap cair dari limbah serbuk

gergajian kayu meranti sebagai penghilang bau lateks. Jurnal Teknik Kimia,

1(16), 1-9.

Hermanto, S. (2008). Mengenal lebih jauh teknik analisa kromatografi dan

spektrofotometri. Jakarta: UIN syarif hidayatullah.

Hidayati, B., Sunarno & Yenti, S. R, (2013). Studi Kinetika Ion logam Cu2+ dengan

menggunakan Adsorben Zeolit Alam Teraktivasi. Jurnal Repository Unri, 3

(2), 76-84.

Igwe, J. ., & Abia, A. . (2006). A Bioseparation process for removing heavy metals

from waste water using biosorbents. African Journal of Biotechnology, 5,

1167–1179.

Indrasti, N. S., Suprihatin., & Burhanudin. (2006). Penyerapan Logam Pb dan Cd

oleh Eceng Gondok: Pengaruh Konsentrasi Logam dan Lama Waktu Kontak.

J Tek Ind. Pert, 16 (1), 44-50.

Irawan, C., Dahlan, B., & Retno, N. (2015). Pengaruh Massa Adsorben, Lama

Kontak dan Aktivasi Adsorben Menggunakan HCl terhadap Efektivitas

Penurunan Ion logam Berat (Fe) dengan Menggunakan Abu Layang sebagai

Adsorben. Jurnal Teknologi Terpadu, 2(3), 107-115.

Irawanto, R., Damayanti, A., & Purwanti, F. (2015). Konsentasi Logam Berat (Pb

dan Cd) pada Bagian Tumbuhan Akuatik Coix lacryma-jobi (Jali). Jurnal

Konversi dan Pemanfaatan SDA, 2 (1), 138-146.

Kundari, N. A., & Slamet, W. (2008). Tinjauan kesetimbangan adsorpsi tembaga

dalam limbah pencuci PCB dengan zeolit. Seminar Nasional IV SDM

Teknologi Nuklir, 4 (2).

Koleangan., H. S. J & A. D. Wuntu. (2008). Kajian Stabilitas Termal dan Karakter

Kovalen Zat Pengaktif pada Arang Aktif Limbah Gergajian Kayu Meranti

Shorea spp). Chem prog, 1 (1), 43-46.

Komarawidjaja, Wage. (2017). Paparan Limbah Cair Industri Mengandung Logam

Berat pada Lahan Sawah di Desa Jelegong, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten

Bandung.Jurnal Teknologi Lingkungan, 18 (2), 173-181.

Krik, R.E., & Othemer, d.F. (1983). Encyclopedia of Chemical Technology, Vol. 5.

New York: The Interscience Encyclopedia Inc.

Lestari, S., E., Sugiharto, & Mudasir. (2003). Studi Kemampuan Biosorpsi

Biomassa Saccharomyces cerevisiae yang Terimobilkan pada Silika Gel

Terhadap Tembaga (II). Teknosains, 16A (3), 357 – 371.

Page 86: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

70

Liang Liu, H., Yann Chen, B., Lan, W. Y., & Cheng, C. Y. (2004). Biosorption of

Zn(II) and Cu(II) by the Indigenous Thiobacillusthiooxidans. J. Chem. Eng,

97, 195–201.

Lin, S. (2001). Water and Wastewater Calculation Manual. USA: McGraw-Hill.

Linder, MC. (1992). Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian Secara

Klinis. Jakarta: UI Press.

Manahan, S.C. (1994). Enviromental Chemistry, 6th Edition. Boston: Willard

Grand Press.

Mandasari, I., & Purnomo, A. (2016). Penurunan Ion Besi (Fe) dan Mangan (Mn)

dalam Air dengan Serbuk Gergaji Kayu Kamper. Jurnal Teknik ITS, 5 (1), 11-

16.

Manurung, T., & Aritta, S. (1999). Prospek industri perkayuan Indonesia dalam era

ekolabel. Makalah Diskusi Panel.

Martell, A.E., & Hancock, R.D. (1996). Metal Complexes in Aqueose Solution.New

York: Plenum Press.

Mastuti,E., Ardiana, D., & Setyawardhani. (2010). Pengaruh Variasi Temperatur

dan Konsentrasi Katalis pada Kinetika Reaksi Hidrolisis Tepung Kulit Ketela

Pohon. Ekuilibrum, 9 (1), 23-27.

Miftah, I., & Lusiana, A. (2009). Pengaruh Aktivator pada Karbon Aktif

Tempurung Kelapa untuk Adsorpsi Ion logam Berat Pb (II). Chemistry

Journal, 3 (1), 43-48.

Muslich, Suryadarma, P., & Hayuningtyas, R. I. R. (2010). Kinetika Adsorpsi

Isotermal β-Karoten dari Olein Sawit Kasar Dengan Menggunakan Bentonit.

Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Nasikin, M., dan Susanto, BH. (2010). Katalis Heterogen, Edisi Pertama. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Nurdila, F.A., Asri, N.S., & Suharyadi, E. (2015). Adsorpsi Ion logam Tembaga

(Cu), Besi (Fe), dan Nikel (Ni) dalam Limbah Cair Buatan Menggunakan

Nanopartikel Cobalt Ferrite (CoFe2O4). Jurnal Fisika Indonesia, 55 (19).

Nurhasni. (2007). Penyerapan Ion logam Kadmium Dan Tembaga Oleh Genjer

(Limnocharis flava). Jurnal Valensi, 1 (1).

Nurhasni., Florentinus, F., & Qosim, S. (2012). Penyerapan Ion Alumunium dan

Besi dalam Larutan Sodium Silikat menggunakan Karbon Aktif. Jurnal

Valensi, 2 (4), 516-525.

Nurhasni., Hendrawati., & Nubzah Saniyyah. (2014). Sekam Padi untuk Menyerap

Ion logam Tembaga dan Timbal dalam Air Limbah. Jurnal Valensi, 4 (1),

130-138.

Page 87: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

71

Nurlaili, T., Kurniasari, L., & Ratnani, R.D. (2017). Pemanfaatan Limbah

Cangkang Telur Ayam sebagai Adsorben Zat Warna Methyl Orange dalam

Larutan. Inovasi Teknik Kimia, 2(2), 11-14.

Okuo, J. M., Sanni, S. B., & Aigbedio, S. (2006). Selective Biosoption of Heavy

Metal Ions from Aqueous Solutions by Pre-Treated Negerian Fresh Water

Algae. Trends in Applied Sciences Research, 1 (1), 83–90.

Oscik, J. (1982). Adsorption. England: Ellos Horwood.

Palar, H. (1994). Pencemaran dan Toksikologi Ion logam Berat. Jakarta: Rineka

Cipta.

Pavasant, P., Apiratikul, R., V, S., Suthiparinyanont, P. W. S., & Marhaba, T. .

(2005). Biosorption of Cu2+, Cd2+, Pb2+, and Zn2+ using Dried Marine Green

Macroalga Caulerpa lentillifera. Bioresource Tech, 7 (3), 135–144.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014, Tentang Baku Mutu Air

Limbah. Kementrian Lingkungan Hidup, Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999, Tentang

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Kementrian

Lingkungan Hidup, Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001, Tentang Pengolahan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kementrian Lingkungan

Hidup, Jakarta.

Potthast, A., Rosenau, T., & Kosma, P. (2006). Analysis of Oxidized Functionaties

in Cellulose. Advanced Polymer Science. (205): 1 – 6.

Putra, A., Yelmida., & Bahruddin. (2014). Pengaruh Waktu dan Suhu Reaksi

Grafting pada Proses Pembuatan Maleated Natural Rubber. JOM FT

Universitas Riau.

Reynolds. (1982). Unit Operation and Processes in Environmental Engineering.

California: Texas A&M University.

Riyanto. (2013). Limbah bahan berbahaya dan beracun. Yogyakarta: Deepublish.

Rizkamala. (2011).Adsorpsi Ion logam Cr (Total) Limbah Cair Industri Pelapisan

Ion logam Menggunakan Bulu Ayam. Jurnal Kimia Lingkungan, 4 (1), 91-97.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., & Quinn, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical

Excipients. Edisi keenam. London: Pharmaceutical Press. Hal. 129 – 133, 136

– 138.

Rusmini. (2010). Analisis Besi Dalam Mineral Laterit melalui Proses Kopresipitasi

Menggunakan Nikel Dibutil ditiokarbamat. Semarang: UNNES.

Sahmoune, M. N., Louhab, K., & Boukiar, A. (2008). The Adsorption of Chromium

from Aqueous Solution Using Dead Biomass. Environment Research Journal,

2 (5), 254–260.

Page 88: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

72

Sanusi, H.S. (2006). Kimia Laut, Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan

Lingkungan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hal. 188.

Sastrawijaya, A.T. (2000). Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal.

113-114.

Sastrohamidjojo, H. (1992). Spektroskopi Inframerah. Yogyakarta: Liberty.

Sawyer, C.N., P.L. McCarty., & G.F. Parkin. (1994). Chemsitry For Environmental

Engineering and Science. Fifth Edition. Singapore: Mc. Graw Hill.

Schnoor, J.L. (1996). Environmental Modeling: Fate and Transport of Pollutants in

Water, Air and Soil. John Wiley & Sons Inc.

Sembiring, Meilita Triana., & Sinaga. (2003). Arang Aktif (Pengenalan dan Proses

Pembuatannya). Universitas Sumatra Utara, 3 (2), 13-18.

Skoog, D. A., M, D., West, F., Holler, J., & Crouch, S. R. (2000). Fundamentals of

Analytical Chemistry (London). Brooks Cole.

Sofarini, D., Rahman, A., & Ridwan, I. (2010). Studi Analisis Pengujian Ion logam

Berat pada Badan Air, Biota dan Sedimen di Perairan Muara DAS Barito.

Jurnal Bumi Lestari, 10 (1), 28-37.

Suhendra, D., & Gunawan, E.R. (2010). Pembuatan Arang Aktif dari Batang

Jagung Menggunakan Aktivator Asam Sulfat dan Penggunaannya pada

Penjerapan Ion Tembaga (II). Jurnal Makara, Sains, 14 (1), 22-26.

Sulistyawati, S. (2008). Modifikasi Tongkol Jagung sebagai Adsorben Ion logam

Berat Pb (II). [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Supartini. (2009). Komponen kimia kayu meranti kuning (Shorea macrobalanos).

Jurnal penelitian dipterokarpa, 3 (1), 65-72.

Surbakti, A., Sukendi., & Toer, E. (2016). Komposit Karbon Aktif dari Bahan

Serbuk Gergaji Kayu Karet dan Nanomagnetik Fe3O4+ PVDF sebagai Bahan

Penyerap Limbah Cair Berbasis Logam Berat. Jurnal Dinamika Lingkungan

Indonesia, 3 (1), 42-47.

Suwaidah, I.S., Achyadi, N.S., & Cahyadi, W. (2014). Kajian Cemaran Ion logam

Berat Timbal dari Kemasan Kertas Bekas ke dalam Makanan Gorengan. Penel

Gizi Makan, 37 (2), 145-154.

Suzuki, M. (1990). Adsorption Engineering. Tokyo: Elsevier.

Tahad, A. (2017). Isoterm Freundlich, Model Kinetika dan Penentuan Laju Reaksi

Adsorpsi Besi dengan Arang Aktif dari Ampas Kopi. Jurnal Teknologi Kimia,

2 (2), 13-21.

Tahid. (1994). Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourier No II Th VIII.

Bandung: Warta Kimia Analitis.

Tatsumi, I. (1971). Water Work Engineering (JOSUI KOGAKU). Tokyo: Japanese

Edition.

Page 89: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

73

Widiyatno, T., Yuliawati, T., & Susilo, A.A. (2017). Adsorpsi Logam Berat (Pb)

dari Limbah Cair dengan Adsorben Arang Bambu Aktif. Jurnal Teknologi

Bahan Alam, 1 (1), 17-23.

Widihati, I.A.G., Ni, G.A.M., Dwi, A.S., & Yohanita, A.N. (2012). Studi Kinetika

Adsorpsi Larutan Ion logam Cr Menggunakan Arang Batang Pisang (Musa

paradisiaca). Jurnal Kimia, 6 (1), 12-19.

Widowati, Wahyu. (2008). Efek Toksik Ion logam. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal.

240-241.

Wulandari, F., Umiatin., & Budi, E. (2015). Pengaruh Konsentrasi Larutan NaOH

pada Karbon Aktif Tempurung Kelapa untuk Adsorpsi Ion logam Cu2+.

Spektra: Jurnal Fisika dan Aplikasinya, 16 (2), 1-5.

Yan, G., & Viraraghavan. (2003). Heavy-metal Removal from Aqueous Solution

by Fungus Mucor rouxii. Water Res, 37, 4486–4496.

Yu, L.J., Dorris, KL., Shukla, A., & Margrave, JL. (2003). Adsorption of

Chromium from Aqueous Solutions by Maple Dust. Journal of Hazard

Materials, 100 (1-3), 53-63.

Zugenmaier, P. (2008). Crystalline Cellulose and Derivatives. Heidelberg:

Springer-Verlag. Hal. 2, 7-8.

Page 90: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

74

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data pengujian adsorpsi

1. Konsentrasi Adsorben

A. Ion Logam Cu

Data pengaruh sampel tanpa aktivasi terhadap ion logam Cu

C Adsorben (%) Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

1,25 8,17 0,4550 94,43 0,6172

2,50 8,17 0,2351 97,12 0,3173

3,75 8,17 0,0000 100 0,2178

5,00 8,17 0,0026 99,96 0,1633

Keterangan: Co = konsentrasi awal (ppm) E = efisiensi adsorpsi (%)

Ct = konsentrasi akhir (ppm) Q = kapasitas adsorpsi (mg/g)

C Adsorben = konsentrasi adsorben (%)

Data pengaruh sampel aktivasi fisika terhadap ion logam Cu

C Adsorben (%) Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

1,25 8,17 0,8096 90,09 0,5888

2,50 8,17 0,0000 100 0,3268

3,75 8,17 0,0000 100 0,2178

5,00 8,17 0,0000 100 0,1634

Data pengaruh sampel aktivasi kimia terhadap ion logam Cu

C Adsorben (%) Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

1,25 8,17 0,0008 99,99 0,6535

2,50 8,17 0,0000 100 0,3268

3,75 8,17 0,0000 100 0,2178

5,00 8,17 0,0000 100 0,1634

Page 91: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

75

B. Ion logam Cd

Data pengaruh sampel tanpa aktivasi terhadap ion logam Cd

C Adsorben (%) Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

1,25 8,5634 0,0000 100 0,6851

2,50 8,5634 0,0000 100 0,3425

3,75 8,5634 0,0000 100 0,2283

5,00 8,5634 0,0000 100 0,1712

Data pengaruh sampel aktivasi fisika terhadap ion logam Cd

C Adsorben (%) Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

1,25 8,5634 0,0000 100 0,6851

2,50 8,5634 0,0000 100 0,3425

3,75 8,5634 0,0000 100 0,2283

5,00 8,5634 0,0000 100 0,1712

Data pengaruh sampel aktivasi kimia terhadap ion logam Cd

C Adsorben (%) Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

1,25 8,5634 0,0000 100 0,6851

2,50 8,5634 0,0000 100 0,3425

3,75 8,5634 0,0000 100 0,2283

5,00 8,5634 0,0000 100 0,1712

Page 92: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

76

C. Ion logam Mn

Data pengaruh sampel tanpa aktivasi terhadap ion logam Mn

C Adsorben (%) Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

1,25 9,9109 0,0000 100 0,7928

2,50 9,9109 0,0000 100 0,3964

3,75 9,9109 0,0000 100 0,2643

5,00 9,9109 0,0000 100 0,1982

Data pengaruh sampel aktivasi fisika terhadap ion logam Mn

C Adsorben (%) Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

1,25 9,9109 0,5815 94,13 0,7463

2,50 9,9109 0,0695 99,29 0,3936

3,75 9,9109 0,0000 100 0,2643

5,00 9,9109 0,0000 100 0,1982

Data pengaruh sampel aktivasi kimia terhadap ion logam Mn

C Adsorben (%) Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

1,25 9,9109 4,889 50,67 0,4017

2,50 9,9109 3,0980 68,74 0,2725

3,75 9,9109 1,5237 84,62 0,2236

5,00 9,9109 0,32215 96,74 0,1917

Page 93: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

77

2. Konsenterasi adsorbat

A. Ion logam Cu

Data pengaruh sampel tanpa aktivasi terhadap ion logam Cu

C Adsorbat (ppm) Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

10 8,17 0,0000 100 0,2178

30 24,7795 2,0879 91,57 0,6051

50 45,785 4,2852 90,64 1,1066

70 77,106 7,9184 89,73 1,8450

Keterangan: Co = konsentrasi awal (ppm) E = efisiensi adsorpsi (%)

Ct = konsentrasi akhir (ppm) Q = kapasitas adsorpsi (mg/g)

C adsorbat = konsentrasi ion logam (ppm)

Data pengaruh sampel aktivasi fisika terhadap ion logam Cu

C Adsorbat (ppm) Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

10 8,17 0,0000 100 0,3268

30 24,7795 2,0461 91,74 0,9093

50 45,785 3,7883 91,72 1,6798

70 77,106 10,81 85,98 2,6518

Data pengaruh sampel aktivasi kimia terhadap ion logam Cu

C Adsorbat (ppm) Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

10 8,17 0,0000 100 0,3268

30 24,7795 6,5625 73,51 0,7287

50 45,785 12,244 73,25 1,3416

70 77,106 31,569 59,05 1,8215

Page 94: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

78

B. Ion logam Cd

Data pengaruh sampel tanpa aktivasi terhadap ion logam Cd

C Adsorbat (ppm) Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

10 8,563 0,0000 100 0,6851

30 21,417 5,1148 76,11 1,3042

50 47,107 11,3352 75,93 2,8617

70 70,748 28,7045 59,42 3,3634

Data pengaruh sampel aktivasi fisika terhadap ion logam Cd

C Adsorbat (ppm) Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

10 8,5634 0,0000 100 0,6851

30 21,417 3,3516 84,35 1,4452

50 47,1075 9,2788 80,30 3,0263

70 70,748 14,1856 79,94 4,5250

Data pengaruh sampel aktivasi kimia terhadap ion logam Cd

C Adsorbat (ppm) Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

10 8,5634 0,0000 100 0,6851

30 21,417 10,94135 48,91 0,8380

50 47,1075 25,4105 46,05 1,7357

70 70,748 54,7035 22,67 1,2835

Page 95: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

79

C. Ion logam Mn

Data pengaruh sampel tanpa aktivasi terhadap ion logam Mn

C Adsorbat (ppm) Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

10 9,9109 0,0000 100 0,7928

30 21,291 0,0000 100 1,7033

50 55,4475 9,7667 82,38 3,6544

70 76,9225 19,9637 74,04 4,5567

Data pengaruh sampel aktivasi fisika terhadap ion logam Mn

C Adsorbat (ppm) Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

10 9,9109 0,0000 100 0,2643

30 21,291 2,1311 89,99 0,5110

50 55,4475 9,3049 83,21 1,2304

70 76,9225 19,1622 75,08 1,5402

Data pengaruh sampel aktivasi kimia terhadap ion logam Mn

C Adsorbat (ppm) Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

10 9,9109 0,32215 96,74 0,1917

30 21,291 2,7430 87,11 0,3710

50 55,4475 9,9289 82,10 0,9104

70 76,9225 20,0457 73,94 1,1375

Page 96: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

80

3. pH ion logam

A. ion logam Cu

Data pengaruh sampel tanpa aktivasi terhadap ion logam Cu

pH Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

4 25,235 21,0896 16,43 0,1105

5 25,235 14,7767 41,44 0,2788

6 25,235 17,8356 29,32 0,1973

7 25,235 23,4437 7,10 0,0477

Keterangan: Co = konsentrasi awal (ppm) E = efisiensi adsorpsi (%)

Ct = konsentrasi akhir (ppm) Q = kapasitas adsorpsi (mg/g)

Data pengaruh sampel aktivasi fisika terhadap ion logam Cu

pH Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

4 25,235 11,9017 52,84 0,5333

5 25,235 0,0000 100 1,0094

6 25,235 13,9994 44,52 0,4494

7 25,235 14,7767 41,44 0,4183

Data pengaruh sampel aktivasi kimia terhadap ion logam Cu

pH Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

4 25,235 20,2036 19,94 0,1213

5 25,235 18,2969 27,49 0,2775

6 25,235 23,3211 7,58 0,0765

7 25,235 21,5381 14,65 0,1479

Page 97: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

81

B. Ion logam Cd

Data pengaruh sampel tanpa aktivasi terhadap ion logam Cd

pH Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

4 23,9983 16,5893 30,87 0,5927

5 23,9983 16,4853 31,31 0,6010

6 23,9983 16,9185 29,50 0,5663

7 23,9983 18,0451 24,81 0,4762

Data pengaruh sampel aktivasi fisika terhadap ion logam Cd

pH Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

4 23,9983 8,9289 62,80 1,2055

5 23,9983 8,5823 64,24 1,2332

6 23,9983 13,8683 42,21 0,8104

7 23,9983 14,1282 41,13 0,7896

Data pengaruh sampel aktivasi kimia terhadap ion logam Cd

pH Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

4 23,9983 12,2998 48,75 0,9359

5 23,9983 4,7955 80,02 1,5362

6 23,9983 13,8653 42,22 0,8106

7 23,9983 14,1196 41,16 0,7903

Page 98: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

82

C. Ion logam Mn

Data pengaruh sampel tanpa aktivasi terhadap ion logam Mn

pH Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

4 28,3576 24,7509 12,72 0,2886

5 28,3576 22,5714 20,40 0,4629

6 28,3576 24,9477 12,02 0,2728

7 28,3576 24,9759 11,93 0,2720

Data pengaruh sampel aktivasi fisika terhadap ion logam Mn

pH Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

4 28,3576 22,2409 21,57 0,1631

5 28,3576 20,7715 26,75 0,2023

6 28,3576 0,0000 100 0,7562

7 28,3576 0,0000 100 0,7562

Data pengaruh sampel aktivasi kimia terhadap ion logam Mn

pH Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

4 28,3576 23,4924 17,15 0,0973

5 28,3576 11,5824 59,15 0,3355

6 28,3576 18,8873 33,39 0,1894

7 28,3576 21,4957 24,20 0,1372

Page 99: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

83

4. Suhu dan waktu

A. Ion logam Cu

Data pengaruh sampel aktivasi fisika terhadap ion logam Cu

T/t (oC/menit) Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

30/30 25,8723 16,4181 36,54 0,3781

30/60 25,8723 12,5520 51,48 0,5328

30/90 25,8723 17,6796 31,66 0,3277

30/120 25,8723 16,3010 36,99 0,3828

45/30 25,8723 8,6150 66,70 0,6902

45/60 25,8723 13,1732 49,08 0,5079

45/90 25,8723 11,9008 54,00 0,5588

45/120 25,8723 3,6100 86,04 0,8904

60/30 25,8723 0,4332 98,32 1,0175

60/60 25,8723 0,0000 100 1,0348

60/90 25,8723 2,3050 91,09 0,9426

60/120 25,8723 10,7511 58,44 0,6048

75/30 25,8723 8,7676 66,11 0,6841

75/60 25,8723 2,9316 88,66 0,9176

75/90 25,8723 9,3915 63,70 0,6592

75/120 25,8723 6,2038 76,02 0,78674

Keterangan: Co = konsentrasi awal (ppm) E = efisiensi adsorpsi (%)

Ct = konsentrasi akhir (ppm) Q = kapasitas adsorpsi (mg/g)

T/t = Suhu (oC)/Waktu (menit)

B. Ion logam Cd

Data pengaruh sampel aktivasi fisika terhadap ion logam Cd

T/t (oC/menit) Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

30/30 28,0598 7,3525 73,79 0,8282

30 /60 28,0598 6,5816 76,54 0,8591

30/90 28,0598 6,1236 78,17 0,8774

30/120 28,0598 3,5591 87,31 0,9800

45/30 28,0598 4,4674 84,07 0,9436

45/60 28,0598 2,5437 90,93 1,0206

45/90 28,0598 3,1698 88,70 0,9956

45/120 28,0598 7,9782 71,56 0,8032

60/30 28,0598 5,2001 81,46 0,9143

60/60 28,0598 0,0000 100 1,1223

60/90 28,0598 5,4214 80,67 0,9055

60/120 28,0598 8,5134 69,66 0,7818

75/30 28,0598 3,8568 86,25 0,9681

75/60 28,0598 9,2225 67,13 0,7534

75/90 28,0598 8,5453 69,55 0,7806

75/120 28,0598 12,1076 56,85 0,6380

Page 100: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

84

C. Ion logam Mn

Data pengaruh sampel aktivasi fisika terhadap ion logam Mn

T/t (oC/menit) Co (ppm) Ct (ppm) E (%) Q (mg/g)

30/30 24,9369 22,1921 11,00 0,1097

30/60 24,9369 19,9463 20,01 0,1996

30/90 24,9369 20,1127 19,34 0,1929

30/120 24,9369 16,2715 34,74 0,3466

45/30 24,9369 20,1656 19,13 0,1908

45/60 24,9369 15,6687 37,16 0,3707

45/90 24,9369 19,6590 21,16 0,2111

45/120 24,9369 17,7686 28,74 0,2867

60/30 24,9369 20,9595 15,94 0,1590

60/60 24,9369 14,5655 38,20 0,3708

60/90 24,9369 22,8423 8,39 0,0837

60/120 24,9369 24,1051 3,33 0,0332

75/30 24,9369 22,6382 9,21 0,0919

75/60 24,9369 23,8026 4,54 0,0453

75/90 24,9369 23,3565 6,33 0,0632

75/120 24,9369 22,5701 9,49 0,0946

5. Regenerasi adsorben

Data regenerasi sampel terhadap ion logam Cu

Eluen Co (ppm) Ct (ppm) Ed (%)

EDTA 0,01 M 13,9715 12,9629 92,78

HNO3 0,5 M 13,3203 12,7563 95,76

H2O 23,5673 1,5241 6,46

Keterangan: Co = konsentrasi awal (ppm) Ed = efisiensi desorpsi (%)

Ct = konsentrasi akhir (ppm)

Data regenerasi sampel terhadap ion logam Cd

Eluen Co (ppm) Ct (ppm) Ed (%)

EDTA 0,01 M 24,8900 22,3533 89,81

HNO3 0,5 M 21,4782 16,9391 78,86

H2O 22,6384 1,5768 6,96

Data regenerasi sampel terhadap ion logam Mn

Eluen Co (ppm) Ct (ppm) Ed (%)

EDTA 0,01 M 5,2779 3,3490 63,45

HNO3 0,5 M 4,9906 2,5096 50,28

H2O 2,0946 0,3423 16,34

Page 101: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

85

Lampiran 2. Grafik kapasitas adsorpsi

Grafik konsentrasi adsorben ion logam Cu

Grafik konsentrasi adsorben ion logam Cd

Grafik konsentrasi adsorben ion logam Mn

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,25 2,5 3,75 5

kap

asit

as a

dso

rpsi

(m

g/g)

konsentrasi adsorben (%)

tanpa aktivasi

aktivasi fisika

aktivasi kimia

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,25 2,5 3,75 5

kap

asit

as a

dso

rpsi

(m

g/g)

konsentrasi adsorben (%)

tanpa aktivasi

aktivasi fisika

aktivasi kimia

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,25 2,5 3,75 5

kap

asit

as a

dso

rpsi

(m

g/g)

konsentrasi adsorben (%)

tanpa aktivasi

aktivasi fisika

aktivasi kimia

Page 102: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

86

Grafik konsentrasi adsorbat ion logam Cu

Grafik konsentrasi adsorbat ion logam Cd

Grafik konsentrasi adsorbat ion logam Mn

0

1

2

3

10 30 50 70

kap

asit

as a

dso

rpsi

(m

g/g)

konsentrasi adsorbat (ppm)

tanpa aktivasi

aktivasi fisika

aktivasi kimia

0

1

2

3

4

5

10 30 50 70

kap

asit

as a

dso

rpsi

(m

g/g)

konsentrasi adsorbat (ppm)

tanpa aktivasi

aktivasi fisika

aktivasi kimia

0

1

2

3

4

5

10 30 50 70

kap

asit

as a

dso

rpsi

(m

g/g)

konsentrasi adsorbat (ppm)

tanpa aktivasi

aktivasi fisika

aktivasi kimia

Page 103: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

87

Grafik pH ion logam Cu

Grafik pH ion logam Cd

Grafik pH ion logam Mn

0

0,4

0,8

1,2

4 5 6 7

kap

asit

as a

dso

rpsi

(m

g/g)

pH

tanpa aktivasi

aktivasi fisika

aktivasi kimia

0

0,5

1

1,5

2

4 5 6 7

kap

asit

as a

dso

rpsi

(m

g/g)

pH

tanpa aktivasi

aktivasi fisika

aktivasi kimia

0

0,2

0,4

0,6

0,8

4 5 6 7

kap

asit

as a

dso

rpsi

(m

g/g)

pH

tanpa aktivasi

aktivasi fisika

aktivasi kimia

Page 104: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

88

Grafik suhu dan waktu ion logam Cu

Grafik suhu dan waktu ion logam Cd

Grafik suhu dan waktu ion logam Mn

0

0,4

0,8

1,2

30 60 90 120

kap

asit

as a

dso

rpsi

(m

g/g)

waktu (menit)

30°C

45°C

60°C

75°C

0,6

0,8

1

1,2

30 60 90 120

kap

asit

as a

dso

rpsi

(m

g/g)

waktu (menit)

30°C

45°C

60°C

75°C

0

0,1

0,2

0,3

0,4

30 60 90 120

kap

asit

as a

dso

rpsi

(m

g/g)

waktu (menit)

30°C

45°C

60°C

75°C

Page 105: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

89

Lampiran 3. Data isotherm adsorpsi

Data perhitungan isotherm adsorpsi aktivasi fisika ion logam Cu

C (ppm) Co (ppm) Ce (ppm) Qe (mg/g) Ce/Qe Log Ce Log Qe

10 8,17 0,0000 0,3268 0 0 -0,4857

30 24,7795 2,0461 0,9093 2,2509 0,3109 -0,0413

50 45,785 3,7883 1,6798 2,2552 0,5784 0,2252

70 77,106 10,81 2,6518 4,0764 1,0338 0,4235

Keterangan: Co = konsentrasi awal (ppm) Qe = kapasitas adsorpsi (mg/g)

Ce = konsentrasi akhir (ppm) C = konsentrasi adsorbat (ppm)

Persamaan isotherm langmuir pada ion logam Cu

y = 0,3252x + 0,7925

R² = 0,8369

Persamaan umum isotherm langmuir

C

x/m =

1

α β +

1

α C

1

α = a

α = 1

0,3252 = 3,0750

1

α β = b

β = 1

0,7925 𝑥 3,0750 = 0,4103

Persamaan isotherm freundlich pada ion logam Cu

y = 0,8634x – 0,3847

R2 = 0,9242

Persamaan umum isotherm freundlich

log x

m = log K +

1

n log C

log K = b

K = antilog (-0,3847)

K = 0,4124

1

n = a

n = 1

0,8634 = 1,1582

Page 106: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

90

Data perhitungan isotherm adsorpsi aktivasi fisika ion logam Cd

C (ppm) Co (ppm) Ce (ppm) Qe (mg/g) Ce/Qe Log Ce Log Qe

10 8,5634 0,0000 0,6851 0 0 -0,1642

30 21,417 3,3516 1,4452 2,3191 0,5252 0,1599

50 47,1075 9,2788 3,0263 3,0660 0,9674 0,48091

70 70,748 14,1856 4,5250 3,1349 1,1518 0,6556

Persamaan isotherm langmuir pada ion logam Cd

y = 0,1985x + 0,7996

R² = 0,7244

Persamaan umum isotherm langmuir

C

x/m =

1

α β +

1

α C

1

α = a

α = 1

0,1985 = 5,0377

1

α β = b

β = 1

0,7996 𝑥 5,0377 = 0,2482

Persamaan isotherm freundlich pada ion logam Cd

y = 0,7035x – 0,182

R2 = 0,9946

Persamaan umum isotherm freundlich

log x

m = log K +

1

n log C

log K = b

K = antilog (-0,182)

K = 0,6576

1

n = a

n = 1

0,7035 = 1,4214

Page 107: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

91

Data perhitungan isotherm adsorpsi aktivasi fisika ion logam Mn

C (ppm) Co (ppm) Ce (ppm) Qe (mg/g) Ce/Qe Log Ce Log Qe

10 9,9109 0,0000 0,2643 0 0 -0,5779

30 21,291 2,1311 0,5110 4,1704 0,3286 -0,2916

50 55,4475 9,3049 1,2304 7,5625 0,9687 0,09005

70 76,9225 19,1622 1,5402 12,4414 1,2824 0,1875

Persamaan isotherm langmuir pada ion logam Mn

y = 0,5919x + 1,5157

R² = 0,9435

Persamaan umum isotherm langmuir

C

x/m =

1

α β +

1

α C

1

α = a

α = 1

0,5919 = 1,6895

1

α β = b

β = 1

1,5157 𝑥 1,6895 = 0,3905

Persamaan isotherm freundlich pada ion logam Mn

y = 0,5974x – 0,5333

R2 = 0,9784

Persamaan umum isotherm freundlich

log x

m = log K +

1

n log C

log K = b

K = antilog (-0,5333)

K = 0,2928

1

n = a

n = 1

0,5974 = 1,6739

Page 108: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

92

Lampiran 4. Data perhitungan kinetika adsorpsi

Data perhitungan orde nol pada ion logam Cu (mol/L)

Suhu (oC) Ct pada

30 menit

Ct pada

60 menit

Ct pada

90 menit

Ct pada

120 menit R2 k

30 2,55x10-4 1,94x10-4 2,74x10-4 2,52x10-4 0,0776 7x10-6

45 1,34x10-4 2,04x10-4 1,84x10-4 5,59x10-5 0,2429 -3x10-5

60 6,71x10-4 0,0000 3,57x10-5 1,67x10-4 0, 0029 -2x106

75 1,36x10-4 4,54x10-5 1,46x10-4 9,61x10-5 0,7702 5x10-5

x 1,31x10-4 1,12x10-4 1,60x10-4 1,43x10-4 0,2734 6,25x10-6

Data perhitungan orde satu pada ion logam Cu (mol/L)

Suhu

(oC) CAO

Ct pada

30 menit

Ct pada

60 menit

Ct pada

90 menit

Ct pada

120 menit R2 k

30 4x10-4 0,4547 0,7232 0,3807 0,4619 0,0764 -0,0321

45 4x10-4 1,0996 0,6749 0,7765 1,9694 0,3542 0,2711

60 4x10-4 4,0897 0 2,4181 0,8781 0,0048 0,0963

75 4x10-4 1,0821 2,1776 1,0133 1,4280 0,0009 -0,0127

x 4x10-4 0,6591 1,9164 1,1471 1,1843 0,1090 0,0806

Data perhitungan orde dua pada ion logam Cu (mol/L)

Suhu

(oC)

Ct pada

30 menit

Ct pada

60 menit

Ct pada

90 menit

Ct pada

120 menit R2 k

30 3928,5 5138,6 3648,2 3956,8 0,0752 -140,57

45 7486,9 4896,3 5419,8 17867 0,4535 3166,4

60 148891 0 27982 5999,3 0,0362 -601,31

75 7356,6 22001 6867,9 103963 0,0121 -10291

x 4693,0 45232,1 10979,6 9555,0 0,1443 -1966,6

Page 109: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

93

Data perhitungan orde nol pada ion logam Cd (mol/L)

Suhu

(oC)

Ct pada

30 menit

Ct pada

60 menit

Ct pada

90 menit

Ct pada

120 menit R2 k

30 6,54x10-5 5,85x10-5 5,44x10-5 3,16x10-5 0,8646 -1x10-5

45 3,97x10-5 2,26x10-5 4,59x10-5 7,09x10-5 0,5692 1x10-5

60 4,62x10-5 0,0000 4,82x10-5 7,57x10-5 0,8878 2x10-5

75 3,43x10-5 8,20x10-5 7,60x10-5 1,07x10-4 0,8261 2x10-5

x 3,48x10-5 5,23x10-5 5,61x10-5 7,15x10-5 0,7869 1x10-5

Data perhitungan orde satu pada ion logam Cd (mol/L)

Suh

u

(oC)

CAO Ct pada

30 menit

Ct pada

60 menit

Ct pada

90 menit

Ct pada

120 menit R2 k

30 2,49x10-

4 1,3392 1,4501 1,5221 2,0648 0,8093 0,2249

45 2,49x10-

4 1,8375 2,4007 1,6915 1,2576 0,4488 -0,196

60 2,49x10-

4 1,6856 0 1,6439 1,1926 0,3373 0,3536

75 2,49x10-

4 1,9845 1,1126 1,1889 0,8405 0,7758 -0,3356

x 2,49x10-

4 1,2903 1,6622 1,1633 1,3389 0,5928 0,0117

Data perhitungan orde dua pada ion logam Cd (mol/L)

Suhu

(oC)

Ct pada

30 menit

Ct pada

60 menit

Ct pada

90 menit

Ct pada

120 menit R2 k

30 15287 17077 18355 31581 0,7567 5015,8

45 25160 44187 21741 14088 0,3154 -5566,1

60 21614 0 20732 13202 0,25 3872,6

75 29145 12187 13153 9283,4 0,7143 -5862,1

x 17398 23767 18495 17038 0,5091 -634,95

Page 110: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

94

Data perhitungan orde nol pada ion logam Mn (mol/L)

Suhu

(oC)

Ct pada

30 menit

Ct pada

60 menit

Ct pada

90 menit

Ct pada

120 menit R2 k

30 4,04x10-4 3,63x10-4 3,66x10-4 2,96x10-4 0,8520 -3x10-5

45 3,67x10-4 2,85x10-4 3,58x10-4 3,23x10-4 0,0409 -6x10-6

60 3,81x10-4 2,85x10-4 4,16x10-4 4,39x10-4 0,8926 5x10-5

75 4,12x10-4 4,33x10-4 4,25x10-4 4,11x10-4 0,0201 -1x10-6

x 3,67x10-4 3,66x10-4 3,91x10-4 3,67x10-4 0,4513 3,25x10-6

Data perhitungan orde satu pada ion logam Mn (mol/L)

Suhu

(oC) CAO

Ct pada

30 menit

Ct pada

60 menit

Ct pada

90 menit

Ct pada

120 menit R2 k

30 4,54x10

-4 0,1166 0,2233 0,2149 0,4269 0,835

4 0,0923

45 4,54x10

-4 0,2123 0,4646 0,2378 0,3389

0,029

6 0,0153

60 4,54x10

-4 0,1737 0,4648 0,0877 0,0339

0,859

3 0,1379

75 4,54x10

-4 0,0967 0,0465 0,0654 0,0997

0,019

9 0,0028

x 4,54x10

-4 0,2226 0,2271 0,1515 0,2248

0,436

0 0,0068

Data perhitungan orde dua pada ion logam Mn (mol/L)

Suhu

(oC)

Ct pada

30 menit

Ct pada

60 menit

Ct pada

90 menit

Ct pada

120 menit R2 k

30 2475,6 2754,4 2731,6 3376,5 0,8169 267,96

45 2724,4 3506,4 2794,6 3091,9 0,0201 39,088

60 2621,2 3506,8 2405,2 2279,2 0,8252 -389,9

75 2426,8 2308,1 2352,2 2434,1 0,0197 6,6052

x 2783,4 2797,5 2570,9 2795,4 0,4204 -19,06

Page 111: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

95

Lampiran 5. Data perhitungan persamaan archenius

Data perhitungan energi aktivasi orde nol pada Cu

Suhu (K) Konstanta laju (k) 1/T (K) ln k

303 7x10-6 0,0033 -11,8696

318 -3x10-5 0,0031 -10,4143

333 5x10-5 0,0030 -13,1223

348 -2x10-6 0,0028 -9,9034

Hasil dari plot kurva regresi antara suhu (1/T) sebagai X dan ln konstanta laju (k)

sebagai Y didapatkan persamaan regresi sebagai berikut.

y = -555,3x + 11,662, dengan nilai R2 = 0,0259

didapatkan harga slope = 555,3

nilai Energi aktivasi (Ea) yang diperoleh adalah

Ea = 555,3 x 8,314 J/mol K

Ea = 4,616 kJ/mol

Nilai faktor frekuensi (A) yang diperoleh adalah

A = 𝑒11,662

A = 116,075

Maka, persamaan Archenius

k = 116,075 e-4,616/RT

Data perhitungan energi aktivasi orde nol pada Cd

Suhu (K) Konstanta laju (k) 1/T (K) ln k

303 -1x10-5 0,0033 0

318 1x10-5 0,0031 -11,5129

333 2x10-5 0,0030 -10,8197

348 2x10-5 0,0028 -10,8197

Hasil dari plot kurva regresi antara suhu (1/T) sebagai X dan ln konstanta laju (k)

sebagai Y didapatkan persamaan regresi sebagai berikut.

y = 2305,9x – 79,319, dengan nilai R2 = 0,5859

didapatkan harga slope =2305,9

nilai Energi aktivasi (Ea) yang diperoleh adalah

Ea = 2305,9 x 8,314J/mol K

Page 112: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

96

Ea = 19,17 kJ/mol

Nilai faktor frekuensi (A) yang diperoleh adalah

A = 𝑒−79,319

A = 3,566 x 10-35

Maka, persamaan Archenius

k = 3,566 x 10-35 e-19,17/RT

Data perhitungan energi aktivasi orde nol pada Mn

Suhu (K) Konstanta laju (k) 1/T (K) ln k

303 -3x10-5 0,0033 0

318 -6x10-6 0,0031 0

333 5x10-5 0,0030 -9,9034

348 -1x10-6 0,0028 0

Hasil dari plot kurva regresi antara suhu (1/T) sebagai X dan ln konstanta laju (k)

sebagai Y didapatkan persamaan regresi sebagai berikut.

y = 756,77x – 25,787, dengan nilai R2 = 0,0788

didapatkan harga slope = 756,77

nilai Energi aktivasi (Ea) yang diperoleh adalah

Ea = 756,77 x 8,314 J/mol K

Ea = 6,291 kJ/mol

Nilai faktor frekuensi (A) yang diperoleh adalah

A = 𝑒−25,787

A = 6,321 x 10-12

Maka, persamaan archenius

k = 6,321 x 10-12 e-6,291/RT

Page 113: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

97

Lampiran 6. Grafik orde kinetika adsorpsi

Grafik orde nol ion logam Cu

Grafik orde satu ion logam Cu

Grafik orde dua ion logam Cu

y = 2E-07x + 0,0002R² = 0,0776

y = -8E-07x + 0,0002R² = 0,2429

y = 2E-06x - 8E-05R² = 0,7702

y = -6E-08x + 0,0001R² = 0,0029

0

0,00005

0,0001

0,00015

0,0002

0,00025

0,0003

0 20 40 60 80 100 120 140

CA

(m

ol/

L)

t (menit)

30°C

45°C

60°C

75°C

y = -0,0011x + 0,5855R² = 0,0764

y = 0,009x + 0,4524R² = 0,3542

y = 0,0032x + 1,6058R² = 0,0048

y = -0,0004x + 1,4569R² = 0,0009

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

0 20 40 60 80 100 120 140

ln (

CA

O/C

A)

(mo

l/L)

t (menit)

30°C

45°C

60°C

75°C

y = -4,6856x + 4519,5R² = 0,0752

y = 105,55x + 1001,6R² = 0,4535

y = -343,04x + 71446R² = 0,0362

y = -20,044x + 13159R² = 0,0121

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

0 20 40 60 80 100 120 140

1/C

A (

mo

l/L)

t (menit)

30°C

45°C

60°C

75°C

Page 114: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

98

Grafik orde nol ion logam Cd

Grafik orde satu ion logam Cd

Grafik orde dua ion logam Cd

y = -4E-07x + 8E-05R² = 0,8646

y = 4E-07x + 2E-05R² = 0,5692

y = 8E-07x - 1E-05R² = 0,8878

y = 7E-07x + 2E-05R² = 0,8261

0

0,00002

0,00004

0,00006

0,00008

0,0001

0,00012

0 20 40 60 80 100 120 140

CA

(m

ol/

L)

t (menit)

30°C

45°C

60°C

75°C

y = 0,0075x + 1,0319R² = 0,8093

y = -0,0082x + 2,4091R² = 0,4488

y = 0,0118x + 0,2465R² = 0,3373

y = -0,0112x + 2,1207R² = 0,7758

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

0 20 40 60 80 100 120 140

ln (

CA

O/C

A)

(mo

l/L)

t (menit)

30°C

45°C

60°C

75°C

y = 167,19x + 8035,8R² = 0,7567

y = -185,54x + 40210R² = 0,3154

y = 129,09x + 4206,1R² = 0,25

y = -195,4x + 30598R² = 0,7143

0

10000

20000

30000

40000

50000

0 20 40 60 80 100 120 140

1/C

A (

mo

l/L)

t (menit)

30°C

45°C

60°C

75°C

Page 115: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

99

Grafik orde nol ion logam Mn

Grafik orde satu ion logam Mn

Grafik orde dua ion logam Mn

y = -1E-06x + 0,0004R² = 0,8516

y = -2E-07x + 0,0003R² = 0,0409

y = 2E-06x + 0,0003R² = 0,8926

y = -4E-08x + 0,0004R² = 0,0201

0,00025

0,0003

0,00035

0,0004

0,00045

0,0005

0 50 100 150

CA

(m

ol/

L)

t (menit)

30°C

45°C

60°C

75°C

y = 0,0031x + 0,0148R² = 0,8354

y = 0,0005x + 0,2753R² = 0,0296

y = -0,0046x + 0,5347R² = 0,8593

y = 9E-05x + 0,0701R² = 0,0199

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0 20 40 60 80 100 120 140

ln (

CA

O/C

A)

(mo

l/L)

t (menit)

30°C

45°C

60°C

75°C

y = 8,932x + 2164,6R² = 0,8169

y = 1,3029x + 2931,6R² = 0,0201

y = -12,997x + 3677,9R² = 0,8252

y = 0,2202x + 2363,9R² = 0,0197

2200

2600

3000

3400

0 20 40 60 80 100 120 140

1/C

A (

mo

l/L)

t (menit)

30°C

45°C

60°C

75°C

Page 116: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

100

Lampiran 7. Perhitungan

Efisiensi Adsorpsi (%) = Co−Ce

Co x 100%

= 24,7795 ppm − 1,04615 ppm

24,7795 ppmx 100%

= 95,77%

Kapasitas Adsorpsi (mg/g) = Co−Ce

W x V

= 24,7795 ppm −1,04615 ppm

0,5 gram x 0,02 L

= 0,9493 mg/g

Keterangan:

Co = Konsentrasi awal adsorbat (ppm)

Ce = Konsentrasi akhir adsorbat (ppm)

W = Massa adsorben (gram)

V = Volume larutan (L)

Konsentrasi Cu 10 ppm

Konsentrasi Cu (ppm) = y = bx + a

Abs = b cons + a

Abs = 0,127 cons + 0,1144

1,3568 = 0,127 cons + 0,1144

Cons = 1,3568 – 0,1144

0,127

Cons = 9,7826 ppm

Konversi CA (ppm) ke CA (mol/L)

CA ion logam Cu = 16,4181 ppm

CA ion logam Cu = 16,4181

1000 = 0,001641

= 0,001641

63,5 = 2,55 x 10-4 mol/L

Page 117: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

101

Lampiran 8. Pembuatan larutan

1. HCl 4 M volume 1000 ml

HCl 37%

Molaritas HCl = 10 x % x ρ

BM

= 10 x 37% x 1,19

36,5

= 12,06 M

HCl 4 M

V1 x N1 = V2 x N2

ml x 12,06 M = 1000 ml x 4 M

ml = 4000

12,06

= 331,67 ml

2. Larutan baku adsorbat 1000 ppm

Ppm = berat zat terlarut

berat larutan x 106

1000 ppm = g

1000 x 106

g = 1 gram

Ion logam Cu dari senyawa kompleks CuSO4.5H2O

Cu = Berat molekul CuSO4.5H2O

Berat molekul Cu x 1 g

= 249,68

63,55 x 1 g

= 3,928 g

Ion logam Cd dari senyawa kompleks CdSO4.8H2O

Cd = Berat molekul CdSO4.8H2O

berat molekul Cd x 1 g

= 352,60

112,411 x 1 g

= 3,137 g

Page 118: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

102

Ion logam Mn dari senyawa kompleks MnSO4.H2O

Mn = berat molekul MnSO4.H2O

berat molekul Mn x 1 g

= 169,02

54,94 x 1 g

= 3,076 g

3. Pembuatan larutan HNO3 0,5 M

HNO3 = 65%

Molaritas HNO3 = 10 x % x ρ

BM

= 10 x 65% x 1,40

63,01

= 14,4 M

V1 x N1 = V2 x N2

ml x 14, 4 M = 100 ml x 0,5 M

ml = 50

14,4

= 3,47 ml

4. Pembuatan Na2HPO4.2H2O

0,2 M = g

177,99 x

1000

250 ml

= 8,8995 g

5. Pembuatan C6H8O7.H2O

0,1 M = g

210,14 x

1000

250 ml

= 5,2535 g

Page 119: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

103

Lampiran 9. Pembuatan pH buffer

1. Buffer pH 4

Buffer pH 4 dibuat dengan cara melarutkan natrium posphat 0,2 M sebanyak

38,55 ml dengan asam sitrat 0,1 M sebanyak 61,45 ml kedalam labu ukur 100

ml. Kemudian ditera sampai tanda batas.

2. Buffer pH 5

Buffer pH 5 dibuat dengan cara melarutkan natrium poshpat 0,2 M sebanyak

51,50 ml dengan asam sitrat 0,1 M sebanyak 48,50 ml kedalam labu ukur 100

ml. Kemudian ditera sampai tanda batas.

3. Buffer pH 6

Buffer pH 6 dibuat dengan cara melarutkan natrium poshpat 0,2 M sebanyak

63,15 ml dengan asam sitrat 0,1 M sebanyak 36,85 ml kedalam labu ukur 100

ml. Kemudian ditera sampai tanda batas.

4. Buffer pH 7

Buffer pH 7 dibuat dengan cara melarutkan natrium poshphat 0,2 M sebanyak

82,35 ml dengan asam sitrat 0,1 M sebanyak 17,65 ml kedalam labu ukur 100

ml. Kemudian ditera sampai tanda batas.

Page 120: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

104

Lampiran 10. Panjang Gelombang Maksimum Larutan Uji

Ion logam Cu (324,7 nm)

Penentuan panjang gelombang maksimum ion logam Cu

Kurva kalibrasi ion logam Cu

kurva standar ion logam Cu

y = 0,1203x + 0,0883R² = 0,9974

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

0 5 10 15

Ab

s

Conc (ppm)

Conc (ppm) Abs

2.0000 0,3047

4.0000 0,5891

6.0000 0,8261

8.0000 1,0549

10.0000 1,2744

Page 121: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

105

Ion logam Cd (228,8 nm)

Penentuan panjang gelombang maksimum ion logam Cd

Kurva kalibrasi ion logam Cd

Conc (ppm) Abs

2.0000 0,9260

4.0000 1,0573

6.0000 1,1033

8.0000 1,2020

10.0000 1,2419

kurva standar ion logam Cd

y = 0,0388x + 0,8731R² = 0,9653

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

0 5 10 15

Ab

s

Conc (ppm)

Page 122: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

106

Ion logam Mn (279,5 nm)

Penentuan panjang gelombang maksimum ion logam Mn

Kurva kalibrasi ion logam Mn

Conc (ppm) Abs

2,0000 0,4184

4,0000 0,7037

6,0000 0,9876

8,0000 1,1220

10,0000 1,2831

kurva standar ion logam Mn

y = 0,1074x + 0,2507R² = 0,9842

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

0 5 10 15

Ab

s

Cons (ppm)

Page 123: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

107

Lampiran 11. Baku mutu air limbah

Page 124: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

108

Lampiran 12. Hasil spektrum FTIR

Spektrum gugus fungsi adsorben sebelum adsorpsi

Spektrum gugus fungsi adsorben setelah adsorpsi

Spektrum gugus fungsi adsorben sebelum dan sesudah adsorpsi

O-H

C=O C-O

Page 125: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

109

Lampiran 13. Hasil analisis SEM

Adsorben sebelum adsorpsi

Page 126: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

110

Adsorben setelah adsorpsi

Page 127: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

111

Lampiran 14. Gambar alat, bahan dan proses penelitian

Lokasi pengambilan sampel pencucian sampel

Pengayakan sampel penjemuran sampel

Sampel dihaluskan Sampel sudah halus

Page 128: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

112

Sampel di Furnace sampel di oven

Sampel diaktivasi pH sampel aktivasi asam

Ion logam yang digunakan adsorben sebelum adsorpsi

Page 129: KINETIKA ADSORPSI ION LOGAM Cu, Cd DAN Mn DALAM AIR …

113

Sampel yang diadsorpsi pH buffer yang digunakan

pengukuran pH AAS

FT-IR SEM