KISAH TAHAYUL DIBALIK MUNCULNYA SHALAWAT NARIYAH.rtf

Embed Size (px)

Citation preview

KISAH TAHAYUL DIBALIK MUNCULNYA SHALAWATNARIYAH

Pembahasan Pertama : Asal usul Shalawat NariyahSiapa yang tak kenal dengan shalawat Nariyah? Mayoritas kita mungkin mengenalnya, atau bahkan telah menghafalnya, atau setidaknya pernah mendengar nama tersebut. Tepat sekali, nama ini begitu masyhur di kalangan masyarakat kita sehingga banyak orang yang mengetahuinya. Bahkan saya sendiri dulu pernah menghafal dan sering membacanya dalam kehidupan sehari-hari. Namun sekarang saya meninggalkannya. Alhamdulillah.Konon kabarnya shalawat Nariyah ini adalah gubahan shalawat dari seorang sahabat Nabi shallallaahu alaihi wasallam. Begitulah cerita yang saya dengar dari kaum Nahdhiyin. Untuk mengetahui kisah itu selengkapnya, bacalah nukilan artikel yang saya dapatkan dari sebuah website berikut ini:Shalawat Nariyah adalah sebuah shalawat yang disusun oleh Syaikh Nariyah. Syaikh yang satu ini hidup pada zaman Nabi Muhammad shallallaahu alaihi wasallam sehingga termasuk salah satu sahabat nabi. Beliau lebih menekuni bidang ketauhidan. Syaikh Nariyah selalu melihat kerja keras Nabi dalam menyampaikan wahyu Allah, mengajarkan tentang Islam, amal saleh dan akhlaqul karimah sehingga Syaikh selalu berdoa kepada Allah memohon keselamatan dan kesejahteraan untuk nabi. Doa-doa yang menyertakan nabi biasa disebut shalawat dan Syaikh Nariyah adalah salah satu penyusun shalawat Nabi yang disebut shalawat Nariyah.Suatu malam Syaikh Nariyah membaca shalawatnya sebanyak 4444 kali. Setelah membacanya, beliau mendapat karomah dari Allah. Maka dalam suatu majelis beliau mendekati Nabi Muhammad shallallaahu alaihi wasallam dan minta dimasukan surga pertama kali bersama nabi. Dan Nabi pun mengiyakan. Ada seseorang sahabat yang cemburu dan lantas minta didoakan yang sama seperti Syaikh Nariyah. Namun Nabi mengatakan tidak bisa karena Syaikh Nariyah sudah minta terlebih dahulu.Mengapa sahabat itu ditolak Nabi shallallaahu alaihi wasallam? dan justru Syaikh Nariyah yang bisa? Para sahabat itu tidak mengetahui mengenai amalan yang setiap malam diamalkan oleh Syaikh Nariyah yaitu mendoakan keselamatan dan kesejahteraan nabinya. Orang yang mendoakan Nabi Muhammad shallallaahu alaihi wasallam pada hakekatnya adalah mendoakan untuk dirinya sendiri karena Allah sudah menjamin nabi-nabiNya sehingga doa itu akan berbalik kepada si pengamalnya dengan keberkahan yang sangat kuat.Jadi Nabi berperan sebagai wasilah yang bisa melancarkan doa umat yang bershalawat kepadanya. Inilah salah satu rahasia doa/shalawat yang tidak banyak orang tahu sehingga banyak yang bertanya kenapa nabi malah didoakan umatnya? untuk itulah jika kita berdoa kepada Allah jangan lupa terlebih dahulu bershalawat kepada Nabi shallallaahu alaihi wasallam karena doa kita akan lebih terkabul daripada tidak berwasilah melalui bershalawat.Inilah riwayat singkat shalawat Nariyah. Hingga kini banyak orang yang mengamalkan shalawat ini, tak lain karena meniru yang dilakukan Syaikh Nariyah. Dan ada baiknya shalawat ini dibaca 4444 kali karena Syaikh Nariyah memperoleh karomah setelah membaca 4444 kali. Jadi jumlah amalan itu tak lebih dari itba (mengikuti) ajaran Syaikh.Agar bermanfaat, membacanya harus disertai keyakinan yang kuat, sebab Allah itu berada dalam prasangka hambanya. Inilah pentingnya punya pemikiran yang positif agar doa kita pun terkabul. Meski kita berdoa tapi tidak yakin (pikiran negatif) maka bisa dipastikan doanya tertolak. (http://www.indospiritual.com)Dari tulisan dalam website itu, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa pengarang shalawat Nariyah adalah Syaikh Nariyah yang merupakan sahabat Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam yang telah dijamin oleh Allah dengan surga-Nya. Bagaimana tindakan kita dalam menyikapi cerita ini dan yang semisalnya? Apakah kita langsung mempercayainya tanpa melakukan tabayyun?Seorang muslim hendaknya tidak langsung percaya begitu saja dengan cerita atau kisah yang disampaikan kepadanya tanpa meneliti terlebih dahulu kebenaran cerita atau kisah yang disampaikan kepadanya tersebut. Inilah tabayyun, yakni meneliti kebenaran sebuah cerita yang didisampaikan kepada kita sebelum kita menentukan benar tidaknya cerita tersebut. Terlebih lagi hal ini merupakan permasalahan agama, maka hendaknya kita lebih waspada lagi dalam menerima cerita yang disampaikan kepada kita.Janggal dan Tidak LazimDari cerita tersebut di atas, ada beberapa hal yang hendaknya kita perhatikan dengan seksama, yang pertama yakni: Benarkah ada sahabat Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam yang bernama Syaikh Nariyah?Para sahabat Nabi adalah orang-orang yang telah dimuliakan oleh Allah dan dipuji oleh Allah dan Rasul-Nya dengan pujian Khairun Naas (Manusia Terbaik). Oleh karena itu, banyak diantara kalangan para ulama yang menaruh perhatian yang sangat besar tentang biografi dan perjalanan hidup para sahabat Nabi. Oleh karena itu begitu banyak kitab yang ditulis yang mengumpulkan biografi dan perjalanan hidup generasi terbaik ini dan beberapa generasi yang hidup di zaman kemuliaan Islam tersebut. Sebut saja Hilyatul Awliyaa` yang ditulis oleh Al-Hafizh Abu Nuaim Al-Asfahani. Ada lagi kitab Tahdzibul Kamal karya al-Hafizh Al-Mizzi, Shifatush Shafwah karya Imam Ibnul Jauzi, Al-Ishabatu fi Tamyizish Shahabah karya al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani dan berbagai kitab sejarah lainnya yang intinya adalah para ulama memberikan perhatian yang sangat besar terhadap biografi dan perjalanan hidup para sahabat Nabi.Para dewan redaktur majalah As-Sunnah mengatakan, Setelah meneliti berbagai kitab di atas dan juga referensi biografi lainnya, yang biasa diistilahkan para Ulama dengan kutubut tarajim wa ath-thabaqat, ternyata tidak dijumpai seorang pun di antara Sahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, yang bernama Nariyah. Bahkan sepengetahuan kami, tidak ada seorang pun Ulama klasik yang memiliki nama tersebut. Lalu, dari manakah orang tersebut berasal ??Sebenarnya ada sebuah kejanggalan pada nama orang yang disangka sebagai sahabat Nabi tersebut, yakni: jika kita terbiasa berinteraksi dengan hadits-hadits Nabi dan biografi para sahabat, belum pernah kita jumpai adanya nama sahabat Nabi yang mendapat gelar SYAIKH. Perhatikanlah nama di atas, Syaikh Nariyah. Ini adalah sesuatu hal yang sangat tidak lazim terjadi di kalangan para ulama salaf, terlebih lagi para sahabat Nabi. Cobalah seandainya seseorang sedikit saja membaca kitab para ulama yang menuliskan biografi para sahabat, ketika mendengar atau membaca nama Syaikh Nariyah yang disangka sebagai sahabat Nabi, maka ia akan merasakan sesuatu yang aneh, ganjil dan tidak lazim. Mungkin Allahualam- orang yang membuat kisah ini adalah orang yang tidak terbiasa berinteraksi dengan nama para sahabat Nabi, sehingga ia melakukan tindakan yang cukup fatal dan dianggap ganjil oleh orang-orang yang terbiasa dengan biografi para sahabat Nabi. Dari sini saja kita sudah sangsi tentang keshahihan kisah tersebut sehingga kita bisa menyimpulkan bahwa tidak ada sahabat Nabi yang bernama Syaikh Nariyah. Jadi, penyandaran shalawat ini kepada sahabat Nabi yang bernama Syaikh Nariyah sangat diragukan kebenarannya.Kemudian yang kedua, kisah tersebut di atas dinukil dengan tanpa sanad sehingga bagi orang-orang yang memahami betul pentingnya sanad dalam sebuah riwayat, mereka akan sangat sulit melacak keotentikan cerita di atas. Jangankan sanad, artikel tersebut juga tidak mencantumkan referensi dari mana kisah itu dinukil. Sepertinya, -Allahuaalam- orang yang membuat kisah di atas bukanlah orang yang memiliki amanah ilmiah yang bisa dipertanggung jawabkan karena gelapnya asal-usul dan periwayatan kisah tersebut di atas.Imam Abdullah bin al-Mubarak pernah berkata, Isnad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada isnad, seseorang akan bebas mengatakan apa yang dikehendakinya. (Diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah dalam muqaddimah Shahihnya)Fenomena Yang Sangat MemprihatinkanTersebarnya berbagai kisah yang gelap asal-usulnya di masyarakat luas merupakan sebuah fenomena yang sangat memprihatinkan. Apalagi jika kisah tersebut membawa-bawa nama Rasulullah shallalaahu alaihi wasallam dan para sahabatnya. Sungguh kita mengkhawatirkan mereka karena bisa terjatuh ke dalam kedustaan yang diatasnamakan kepada Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam.Dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu, bahwasanya Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda, Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di neraka (HR. Bukhari, Muslim dan lainnya)Berdusta atas nama Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam tidaklah sama dengan berdusta atas nama selain nama Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam. Jika berdusta kepada selain Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam saja merupakan sebuah dosa, tentu berdusta atas nama Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam dosanya jauh lebih besar ketimbang berdusta atas nama selain beliau dikarenakan kedudukan Rasulullah yang mulia, dan dikarenakan kedustaan atas nama Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam akan memunculkan suatu hukum tertentu dalam agama yang mana hukum tersebut tidak pernah ada yang pada akhirnya menimbulkan kerusakan yang sangat besar.Kita ambil saja contohnya dari kisah shalawat Nariyah di atas. Berapa banyak orang yang meyakini bahwa shalawat tersebut berasal dari Syaikh Nariyah yang disangka sebagai sahabat Nabi? Berapa banyak orang yang salah kaprah dalam amaliah mereka? Semua itu adalah akibat dari adanya kisah dusta di atas yang diatasnamakan kepada Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam dan para sahabatnya. Inilah salah satu sebab beredarnya hadits-hadits palsu di tengah umat, yakni adanya tukang-tukang cerita yang mengarang-ngarang cerita, kemudian disandarkan kepada Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam.Jika kisah asal usul dari shalawat Nariyah ini tidaklah shahih, merupakan kedustaan atas nama Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam dan merupakan kisah yang gelap asal-usulnya, maka masihkah kita meyakininya dan mengamalkan shalawat ini? Kita katakan tidak. Hendaklah kita meninggalkan perkara-perkara yang tidak jelas asal-usulnya, terlebih lagi menyangkut persoalan agama dan ibadah. Tentu hal ini akan menjadi suatu keharusan untuk meninggalkannya dan beralih kepada amaliah yang shahih yang datangnya dari Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam dan para sahabatnya.Bukan berarti orang yang meninggalkan shalawat Nariyah dan tidak mau mengamalkannya adalah orang-orang yang tidak cinta kepada shalawat dan tidak mau bershalawat. Tidak demikian adanya. Hanya saja yang kita kehendaki adalah hendaknya kita bershalawat sesuai dengan apa yang dituntunkan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam melalui hadits-hadits yang shahih.Shalawat merupakan sebuah ibadah yang agung. Oleh karena itu, mustahil kalau Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam tidak mengajarkan kepada kita tatacara bershalawat yang benar. Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam telah menjelaskan kepada kita dengan jelas tentang bagaimana kita bershalawat. Beliau juga mengajarkan kepada kita lafazh-lafazh atau bacaan-bacaan shalawat yang benar. Semua itu telah beliau ajarkan sehingga tidak perlu lagi menggubah atau mengarang-ngarang tatacara dan bacaan shalawat sendiri. Bahkan parahnya lagi adalah jika kita mengiringinya dengan kisah dan cerita yang kita pun mengarangnya sendiri kemudian kita sandarkan kisah dan cerita kita atasnama Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam sebagai upaya pembenaran terhadap sesuatu yang batil.Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda,Barangsiapa yang membuat-buat sesuatu yang baru yang tidak kami perintahkan, maka hal tersebut tertolak (di sisi Allah) (HR. Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallaahu anhaa)Dalam riwayat lain disebutkan, Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak pernah kami contoh kan atas amalan tersebut, maka amalan tersebut tertolak (di sisi Allah). Allahualam bish-showab.Referensi tulisan:http://www.indospiritual.comAs-Sunnah edisi 06/Thn. XIV/Dzulqadah 1431H/Oktober 2010Ditulis oleh Abu Shofiyah Aqil Azizi di: http://almadinahpekanbaru.wordpress.com/2011/05/26/menyoal-asal-usul-shalawat-nariyah/

Pembahasan Kedua: Letak Kesyirikan Shalawat NariyahShalawat nariyah telah dikenal oleh banyak orang. Mereka beranggapan, barangsiapa membacanya sebanyak 4444 kali dengan niat agar kesusahan dihilangkan, atau hajat dikabulkan, niscaya akan ter-penuhi.Ini adalah anggapan batil yang tidak berdasar sama sekali. Apalagi jika kita mengetahui lafazh bacaannya, serta kandungan syirik yang ada di dalamnya. Secara lengkap, lafazh shalawat nariyah itu adalah sebagai berikut,Ya Allah, limpahkanlah keberkahan dengan keberkahan yang sempurna, dan limpahkanlah keselamatan dengan keselamatan yang sempurna untuk penghulu kami Muhammad, yang dengan beliau terurai segala ikatan, hilang segala kesedihan, dipenuhi segala kebutuhan, dicapai segala keinginan dan kesudahan yang baik, serta diminta hujan dengan wajahnya yang mulia, dan semoga pula dilimpahkan untuk segenap keluarga, dan sahabat-nya sebanyak hitungan setiap yang Engkau ketahui.Aqidah tauhid yang kepadanya Al-Quranul Karim menyeru, dan yang dengannya Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam mengajarkan kita, menegaskan kepada setiap muslim agar meyakini bahwa hanya Allah semata yang kuasa menguraikan segala ikatan. Yang menghilangkan segala kesedihan. Yang memenuhi segala kebutuhan dan memberi apa yang diminta oleh manusia ketika ia berdoa.Setiap muslim tidak boleh berdoa dan memohon kepada selain Allah untuk menghilangkan kesedihan atau menyembuhkan penyakit-nya, bahkan meski yang dimintanya adalah seorang malaikat yang diutus atau nabi yang dekat (kepada Allah).Al-Quran mengingkari berdoa kepada selain Allah, baik kepada para rasul atau wali. Allah berfirman,Katakanlah, Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmatNya dan takut akan siksaNya; sesungguhnya siksa Tuhanmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti. (Al-lsra: 56-57)Para ahli tafsir mengatakan, ayat di atas turun sehubungan dengan sekelompok orang yang berdoa dan meminta kepada Isa Al-Masih, malaikat dan hamba-hamba Allah yang shalih dan jenis makhluk jin.Bagaimana mungkin Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam akan rela, jika dikatakan bahwa beliau kuasa menguraikan segala ikatan dan menghilangkan segala kesedihan. Padahal Al-Quran menyeru kepada beliau untuk memaklumkan,Katakanlah, Aku tidak kuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, niscaya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman. (Al-Araaf: 188)Seorang laki-laki datang kepada Rasululllah Shallallaahu alaihi wa Salam lalu ia berkata kepada beliau, Atas kehendak Allah dan kehendakmu. Maka Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda, Apakah engkau menjadikan aku sebagai sekutu (tandingan) bagi Allah? Katakanlah, Hanya atas kehendak Allah semata. (HR. Nasaai, dengan sanad shahih)Di samping itu, di akhir lafazh shalawat nariyah tersebut, terdapat pembatasan dalam masalah ilmu-ilmu Allah. Ini adalah suatu kesalahan besar.Seandainya kita membuang kata Bihi (dengan Muhammad), lalu kita ganti dengan kata BiHaa (dengan shalawat untuk Nabi), niscaya makna lafazh shalawat itu akan menjadi benar. Sehingga bacaannya akan menjadi seperti berikut ini:Ya Allah, limpahkanlah keberkahan dengan keberkahan yang sempurna, dan limpahkanlah keselamatan dengan keselamatan yang sempurna untuk Muhammad, yang dengan shalawat itu diuraikan segala ikatan Hal itu dibenarkan, karena shalawat untuk Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam adalah ibadah, sehingga kita boleh ber-tawassul dengannya, agar dihilangkan segala kesedihan dan kesusahan.Kenapa kita membaca shalawat-shalawat bidah yang meru-pakan perkataan manusia, kemudian kita meninggalkan shalawat lbrahimiyah yang merupakan ajaran AI-Masum ?sumber: http://ibnujafar86.wordpress.com/2009/02/25/seputar-shalawat-nariyah/

Pembahasan Ketiga: Seputar permasalahan shalawat nariyahSalah Seorang kiyai Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta menulis sebuah artikel tentang sholawat Nariyah, yang mana jika seorang muslim tidak memiliki pemahaman Ilmu yang benar, maka bisa jadi ia akan terpengaruh oleh syubhat yang dilontarkannya, dimana ia mengatakan bahwa shalawat Nariyah, adalah salah satu bacaan yang sangat popular di kalangan kaum muslimin, baik di desa maupun di kota, Khususnya bila menghadapi problem hidup yang sulit dipecahkan, maka tidak ada jalan lain selain mengembalikan persoalan pelik itu kepada Allah. Dan Shalawat Nariyah adalah salah satu jalan mengadu kepada-Nya.

Berikut ini adalah bacaan shalawat Nariyah: yang artinya adalah, Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua yang didambakan serta husnul khatimah dapat diraih, dan berkat dirinya yang mulia hujanpun turun, dan semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh Engkau.Dalam kitab Khozinatul Asror halaman 179 dijelaskan, bahwa Salah satu shalawat yang mustajab ialah Shalawat Tafrijiyah Qurthubiyah, yang disebut orang Maroko dengan Shalawat Nariyah, karena jika umat Islam mengharapkan apa yang dicita-citakan, atau ingin menolak yang tidak disukai, maka mereka berkumpul dalam satu majelis untuk membaca shalawat Nariyah ini sebanyak 4444 kali, kemudian tercapailah apa yang dikehendaki dengan cepat bi idznillah.Selain itu, imam Dainuri mengatakan bahwa : Siapa membaca shalawat ini sehabis shalat Fardhu sebanyak 11 kali, serta digunakan sebagai wiridan maka rizekinya tidak akan putus, di samping itu, ia akan mendapatkan pangkat kedudukan dan tingkatan orang kaya.Demikianlah apa yang difahami oleh sebagian besar kaum muslimin di negri ini, dan mungkin diantara kita pun ada yang pernah membaca shoalwat ini. Dan sebenarnya membaca sholawat adalah hal yang sangat disunnahkan oleh Rasulullah, akan tetapi kita sebagai kaum muslimin hendaknya tidak begitu saja seta merta meyakini apa yang diucapkan oleh seseorang, sekalipun yang berkata adalah seorang Kiyai. Kita harus mencari tahu mengenai kebenaran perkataan tersebut.Nah untuk mengetahui apakah benar Shalawat Nariyah yang dibaca sebanyak 4444 kali itu dapat mendatangkan rizki dan solusi atas problem hidup yang sulit dipecahkan?Berikut ini akan kami ulas secara tuntas.Menurut Kiyai Mahrus Ali, ternyata sumber dan asal-usul shalawat Nariyah ini tidak diketahui, padahal beliau telah menelaah buku dan kitab hadits, fiqih, dan tasawuf. Dengan demikian maka jelaslah bahwa sholawat Nariyah adalah sholawat bidah yang jika dilakukan maka pelakunya akan diancam dengan Nar alias neraka.Selain itu, jika kita perhatikan Dari segi isi shalawat, maka akan kita temukan banyak sekali kekeliruannya, terutama pada lafadz-lafadz yang artinya: .. Yang dengannya, maksudnya dengan (Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam) maka segala ikatan menjadi lepas, dengannya segala kesulitan akan lenyap, dan dengannya segala keinginan akan tercapai, dengannya pula segala kebutuhan akan terpenuhi..Dengan demikian jelaslah bahwa Menurut shalawat tersebut, yang melepaskan ikatan, kesulitan dan mengabulkan segala keinginan adalah Rasulullah, bukan Allah.Hal ini jelas mengandung kesyirikan dan bertentangan dengan ayat-ayat Al-Quran. Dimana Allah subhanahu Wataala berfirman dalam surat Yunus ayat 31, yang artinya: Katakanlah: Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab: Allah. Maka katakanlah Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?Kemudian dalam ayat yang lainnya, Allah subhanahu Wataala berfirman dalam Al-Quran surat Ar-Rad ayat14, yang artinya:Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadah) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka.Demikianlah ayat-ayat yang sangat jelas, bahwasanya hanya Allah subhanahu Wataala lah yang berhak dan mampu melepaskan berbagai kesulitan dan mengabulkan permohonan, bukan Rasulullah shalallahualaihi wa sallam, sebab beliau shalallahualaihi wa sallam hanyalah manusia biasa yang diberi kelebihan oleh Allah subhanahu Wataala dibanding manusia lainnya.Namun bukan berarti kita anti-shalawat. Kita tetap harus bershalawat pada Rasulullah shalallahualaihi wa sallam, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 56, yang artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanyaSelain itu, di dalam sebuah hadits riwayat Tirmidzi dan Nasai, Rasulullah shalallahualaihi wa sallam bersabda, yang artinya:Orang yang paling bakhil adalah seseorang yang jika namaku disebut ia tidak bersholawat untukku.Inilah dalil-dalil yang sangat kuat, yang menunjukan bahwa kita diperintahkan untuk bersholawat kepada Rasulullah shalallahualaihi wa sallam, Akan tetapi hendaknya kitapun mengilmui bagaimana Cara ber-shalawat yang benar kepada Rasulullah, yakni harus sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah kepada para sahabatnya. Dan salah satu bentuk bacaan sholawat yang paling singkat adalah dengan mengucapkan Shalallahu Alaihi Wassalam Oleh: Yusuf SupriadiSumber Referensi: 1. http://muza36.wordpress.com/2008/09/10/shalawat-nariyah/2. http://majelismunajat.com/2009/10/amalan-sholawat-nariyah/Sumber: http://yusuf-istiqomah.blogspot.com/2010/01/bolehkan-mengamalkan-sholawat-nariyah.html

SHALAWAT NARIYYAH DALAM TIMBANGANDi kalangan kaum Muslimin Indonesia, amat banyak teks shalawat yang tersebar. Seperti, shalawat Fatih, shalawat Munjiyat, shalawat Thibbul Qulub, shalawat Wahidiyyah, dan tidak lupa sorotan kita shalawat Nariyyah. Tidak hanya mencukupkan diri dengan teks shalawat yang dikarang kalangan klasik, mereka juga mengandalkan redaksi-redaksi yang diciptakan kalangan kontemporer. Contohnya, shalawat Wahidiyyah yang dibuat pada tahun 1963 oleh salah satu penduduk Kedunglo Bandar Lor Kediri, KH. Abdul Majid Maruf.[6]Selain itu, mereka juga sangat kreatif dalam membuat aturan-aturan baca berbagai jenis shalawat tersebut, dari sisi jumlah bacaan, waktu pembacaan, hingga fadhilah (keutamaan) yang akan diraih oleh pembacanya. Seakan-akan itu semua ada landasannya dari syariat.Shalawat Nariyyah merupakan salah satu shalawat yang paling masyhur di antara shalawat-shalawat bentukan manusia. Orang-orang berlomba untuk mengamalkannya, baik dengan mengetahui maknanya, maupun tidak memahami kandungannya. Bahkan justru barangkali orang jenis kedua ini yang lebih dominan. Banyak orang serta merta mengamalkannya hanya karena diperintah tokoh panutannya, kerabat dan teman, atau tergiur dengan fadhilah tanpa merasa perlu untuk meneliti keabsahan shalawat tersebut, juga kandungan makna yang terkandung di dalamnya.Sebelum mengupas lebih jauh tentang shalawat ini, yang juga terkadang dinamakan dengan Shalawat Tafrijiyah Qurthubiyah, ada baiknya dibawakan dahulu teks lengkapnya : [7]Ya Alldh, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua yang didambakan serta husnul khatimah dapat diraih, serta berkat dirinya yang mulia hujan pun turun. Semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh EngkauSIAPAKAH PENCIPTA SHALAWAT NARIYYAH?Berdasarkan referensi yang ada, kami baru bisa menemukan isyarat yang menunjukkan bahwa pencipta shalawat ini adalah seorang yang bernama as-Sanusy.[8] Namun hingga saat ini kami belum bisa memastikan siapakah nama lengkapnya, sebab yang menggunakan julukan ini amat banyak dan kami belum mendapatkan keterangan yang menunjukkan as-Sanusi manakah yang menciptakan shalawat tersebut. Hanya saja, yang pasti sebutan as-Sanusi ini merupakan bentuk penisbattan kepada tarekat sufi yang banyak tersebar di daerah Maroko, tarekat as-Sanusiyyah.BENARKAH PENGARANGNYA ADALAH SAHABAT NABIDi sebuah situs Internet tertulis:Sholawat Nariyah adalah sebuah sholawat yang disusun oleh Syekh Nariyah. Syekh yang satu ini hidup pada jaman Nabi Muhammad sehingga termasuk salah satu sahabat Nabi. Beliau lebih menekuni bidang ketauhidan. Syekh Nariyah selalu melihat kerja keras Nabi dalam menyampaikan wahyu Allah, mengajarkan tentang Islam, amal saleh dan akhlaqul karimah sehingga Syekh selalu berdoa kepada Allah memohon keselamatan dan kesejahteraan untuk Nabi. Doa-doa yang menyertakan nabi biasa disebut sholawat dan Syekh Nariyah adalah salah satu penyusun sholawat nabi yang disebut Sholawat Nariyah.Suatu malam, Syekh Nariyah membaca sholawatnya sebanyak 4444 kali. Setelah membacanya, beliau mendapat karomah dari Allah. Maka dalam suatu majelis beliau mendekati Nabi Muhammad dan minta dimasukan surga pertama kali bersama Nabi. Dan Nabi pun mengiyakan. Ada seseorang sahabat yang cemburu dan lantas minta didoakan yang sama seperti Syekh Nariyah. Namun Nabi mengatakan tidak bisa karena Syekh Nariyah sudah minta terlebih dahulu.Mengapa Sahabat itu ditolak Nabi? Dan justru. Syekh Nariyah yang bisa? Para sahabat itu tidak mengetahui mengenai amalan yang setiap malam diamalkan oleh Syekh Nariyah yaitu mendoakan keselamatan dan kesejahteraan Nabinya. Orang yang mendoakan Nabi Muhammad pada hakekatnya adalah mendoakan untuk dirinya sendiri karena Allah sudah menjamin nabi-nabi-Nya sehingga doa itu akan berbalik kepada si pengamalnya dengan keberkahan yang sangat kuat.[9]Kesimpulan, pengarang Shalawat Nariyah konon seorang bernama Syekh Nariyah, dan dia. termasuk Sahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang telah dijamin masuk surga oleh beliau.Sebagai seorang Muslim mestinya tidak begitu saja menerima apa yang disampaikan padanya, tanpa klarifikasi dan penelitian, apalagi jika berkenaan dengan permasalahan agama.Sekurang-kurangnya ada dua poin yang perlu dicermati dari cerita di atas :Benarkah ada Sahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang bernama Syekh Nariyah ?Dimanakah sumber kisah tentang Sahabat tersebut ? Dan adakah sanad (mata rantai periwayatan) nya ?

Adapun berkenaan dengan poin pertama, perlu diketahui bahwa biografi para Sahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah mendapatkan perhatian ekstra dari para Ulama Islam. Begitu banyak kitab yang mereka tulis untuk mengupas biografi para sahabat. Ada referensi yang ditulis untuk memaparkan biografi para sahabat beserta para Ulama sesudah mereka hingga zaman penulis, adapula referensi yang ditulis khusus untuk menceritakan biografi para sahabat saja. Diantara contoh model pertama : Hilyatul Auliya karya al-Hafizh Abu Nuaim al-Asfahani (336-430 H) dan Tahdzibul Kamal karya al-Hafizh Abul Hajjaj al-Mizzi (654-742 H). Adapun contoh model kedua, seperti : a1-Istiab fi Marifati1 Ash-hab karya al-Hafizh Ibn Abdil Bar (368-463 H) dan al-Ishabatu fi Tamyizish Shahabah karya al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani (773-852 H).Setelah meneliti berbagai kitab di atas dan juga referensi biografi lainnya, yang biasa diistilahkan para Ulama dengan kutubut tarajim wa ath-thabaqat, ternyata tidak dijumpai seorang pun di antara Sahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, yang bernama Nariyah. Bahkan sepengetahuan kami, tidak ada seorang pun Ulama klasik yang memiliki nama tersebut. Lalu, dari manakah orang tersebut berasal ??Sebenarnya, orang yang sedikit terbiasa membaca kitab Ulama, hanya dengan melihat nama tersebut beserta gelar syaikh di depannya, akan langsung ragu bahwa orang tersebut benar-benar Sahabat Nabi. Karena penyematan gelar syaikh di depan nama Sahabat -sepengetahuan kami- bukanlah kebiasaan para Ulama dan juga bukan istilah yang lazim mereka pakai, sehingga terasa begitu janggal di telinga.Kesimpulannya : berdasarkan penelaahan kami, tidak ada sahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, yang bernama Syekh Nariyah. Jadi penisbatan shalawat tersebut terhadap, Sahabat sangat perlu untuk dipertanyakan dan amat diragukan keabsahannya.Adapun poin kedua, amat disayangkan penulis makalah di internet tersebut tidak menyebutkan sanad (mata rantai periwayatan) kisah yang ia bawakan, atau minimal mengisyaratkan rujukannya dalam menukil kisah tersebut. Andaikan ia mau menyebutkan salah satu dari dua hal di atas niscaya kita akan berusaha melacak keabsahan kisah tersebut, dengan meneliti para perawinya, atau merujuk kepada kitab aslinya. Atau barangkali kisah di atas merupakan dongeng buah pena penulis tersebut ? Jika, ya, maka kisah tersebut tidak ada nilainya; karena kisah fiksi, alias kisah yang tidak pernah terjadi !Amat disayangkan, dalam hal yang berkaitan dengan agama, tidak sedikit kaum Muslimin sering menelan mentah-mentah suatu kisah yang ia temukan di sembarang buku dan internet, atau kisah yang diceritakan oleh tetangga, teman, guru dan kenalan, tanpa merasa perlu untuk mengcrosscek keabsahannya. Seakan-akan kisah itu mutlak benar terjadi! Padahal kenyataannya seringkali tidak demikian.Untuk memfilter kisah-kisah palsu dan yang lainnya, Islam memiliki sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki agama lain, yaitu : Islam memiliki sanad (mata rantai periwayatan). Demikian keterangan yang disampaikan Ibn Hazm (384-456 H)[10] dalam al-Fishal dan Ibnu Taimiyyah (661-728 H).[11]Imam Abdullah bin al-Mubarak (118-181 H) pernah berkata, Isnad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada isnad, seseorang akan bebas mengatakan apa yang dikehendakinya.[12]KANDUNGAN MAKNA SHALAWAT NARIYYAHYa Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua hajat yang didambakan serta husnul khatimah dapat diraih, serta berkat dirinya yang mulia hujanpun turun. Semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para Sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh Engkau.Bagian dari Shalawat Nariyyah yang kami cetak tebal itulah yang akan dicermati dalam tulisan singkat ini. Kalimat-kalimat tersebut mengandung penisbatan terpecahkannya semua kesulitan, dilenyapkannya segala kesusahan, ditunaikannya segala macam hajat, tercapainya segala keinginan dan husnul khatimah, kepada selain Allah Taala. Dalam hal ini yang mereka maksudkan yang melakukan itu semua adalah Rasalullah Shallallahu alaihi wa sallam. Penisbatan ini merupakan sebuah kekeliruan fatal, sebab bertolak-belakang dengan al-Quran dan Sunnah, serta bisa mengantarkan pelakunya kepada kekufuran. Pasalnya, semua perbuatan tersebut, hanya Allah Taala yang berkuasa melakukannya.Mari kits cermati nash-nash berikut :Allah Taala berfirman :Siapakah yang mengabulkan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang melenyapkan kesusahan serta yang menjadikan kalian (manusia) sebagai khalifah di bumi? Adakah tuhan selain Alldh ? Amat sedikit kalian mengingat-Nya (QS. an-Naml/27:62).Dalam ayat ini, Allah Taala mengingatkan bahwa hanya Dia-lah yang diseru saat terjadi kesusahan, dan Dia pula yang diharapkan pertolongan-Nya saat musibah melanda. Demikian keterangan yang disampaikan Imam Ibnu Katsir rahimahullah [13]Karena itulah, setelahnya Allah Taala melontarkan pertanyaan dalam konteks pengingkaran, Adakah tuhan selain Allah?. Hal ini mengisyaratkan, wallahu alam, bahwa orang yang tertimpa kesulitan dan kesusahan lalu memohon pertolongan kepada selain Allah Taala, seakan ia telah menjadikan dzat yang diserunya itu sebagai tuhan saingan Allah Taala. Sebab tidak ada yang sanggup mengabulkan permohonan tersebut melainkan hanya Allah Taala.Senada dengan ayat di atas, firman Allah Taala berikut :Katakanlah, Siapakah yang dapat menyelamatkan kalian dari bencana di darat dan di laut, yang kalian berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dan suara yang lembut (dengan mengatakan), Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami akan menjadi orang-orang yang bersyukur. Katakan, Allahlah yang menyelamatkan kalian dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan. Lantas mengapa kalian kembali mempersekutukan-Nya?!. (QS. al-An,kn/6: 63-64)Apapun nikmat yang ada dalam diri kalian, maka dari Allah-lah (datangnya). Dan bila kalian ditimpa marabahaya, maka hanya kepada-Nyalah (seharusnya) kalian meminta pertolongan (QS. an-Nahl/16:53)Dan masih banyak lagi firman Allah yang semakna dengan ayat-ayat di atas, yang menegaskan bahwa segala bentuk kebaikan di dunia maupun akhirat, hanya Allah TAala sajalah yang mendatangkannya. Sebagaimana pula segala bentuk keburukan di dunia ataupun akhirat, hanyalah Allah Taala yang menghindarkannya dari diri kita.Karena itulah, kita dapatkan qudwah kita, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, pun mencontohkan untuk selalu kembali kepada Allah Taala dalam segala urusan.Mari kita cermati sebagian dari doa yang beliau baca :Ya Alldh, jadikanlah akhir dari seluruh urusan kami baik, dan selamatkanlah kami dari kehinaan dunia dan siksaan akhirat (HR. Ibnu Hibban 3/230 no. 949)Wahai Yang Maha hidup dan Yang terus menerus mengurus makhluk-Nya, dengan rahmat-Mu-lah aku memohon pertolongan. Perbaikilah seluruh keadaanku, dan janganlah Engkau jadikanku bergantung kepada diriku sendiri, walaupun itu hanya sekejap mata (HR. al-Hakim 1/739 no. 2051).Ya Alldh, rahmat-Mu-lah yang kuharapkan. Maka janganlah Engkau jadikan aku bergantung kepada diriku sendiri, walaupun itu hanya sekejap mata. Dan perbaikilah seluruh keadaanku. Tidak ada yang berhak diibadahi melainkan Engkau (HR. Abu Dawud, 5/204 no. 5090 dari Abu Bakrah, dan dinilai sahib oleh Ibn Hibban (III/250 no. 970).Lihatlah bagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menisbatkan seluruh urusan kepada Allah Taala dan memberi kita teladan agar senantiasa mengembalikan segala sesuatu hanya kepada Allah Taala !. Pernahkah beliau -walaupun hanya sekali- mengajarkan kepada umatnya agar bergantung kepada beliau?! Mustahil beliau mengarahkan demikian, sebab beliau sendirilah yang berkata, Janganlah Engkau (Ya Allah) jadikan aku bergantung kepada diriku sendiri, walaupun itu hanya sekejap mata. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam mencontohkan praktek tawakkal yang begitu tinggi, dimana beliau Shallallahu alaihi wa sallam tidak ingin bergantung pada diri sendiri, walaupun itu hanya sesaat, sekedipan mata! Mengapa kita tidak meneladaninya dalam hal ini dan yang lainnya?Cermati pula doa terakhir!. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menutup doanya dengan kalimat thayyibah LAILAHAILLALLAH yang menunjukkan -wallahualam- bahwa seluruh permintaan di atas adalah bentuk ibadah yang hanya boleh dipersembahkan kepada Allah Taala.Berdasarkan keterangan di atas yang menyebutkan adanya kesalahan akidah dalam shalawat Nariyah, maka tidak sepantasnya shalawat ini diamalkan oleh umat, baik dengan membaca dan menghafalkannya, apalagi sampai meyakini dan mengharapkan keutamaan darinya.MEMBACA SHALAWAT NARIYAH BERARTI MENGAGUNGKAN RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAMBarangkali inilah argumen terakhir mereka untuk melegalkan pembacaan shalawat Nariyah dan shalawat semisal lainnya. Dengan dalih pengagungan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, mereka mempertahankan shalawat yang menyimpang dari ajaran Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tersebut. Bahkan yang lebih parah, ada sebagian mereka yang berusaha mengesankan pada orang awam, bahwa pihak yang mengkritisi shalawat Nariyah tidak mengagungkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam! Ini merupakan tindak pemutarbalikan fakta dan harus diluruskan.Masalah pokok yang perlu diketahui pertama kali yaitu mengagungkan Rasulullah hukumnya wajib. Dan ini merupakan salah satu cabang keimanan yang besar. Cabang keimanan ini berbeda dengan cabang keimanan cinta kepada beliau[14], bahkan pengagungan lebih tinggi derajatnya dibanding cinta. Sebab tidak setiap, yang mencintai sesuatu ia pasti mengagungkannya. Contohnya, orang tua mencintai anaknya, namun kecintaannya hanya akan mengantarkan untuk memuliakannya dan tidak mengantarkan untuk mengagungkannya. Beda dengan kecintaan anak kepada orang tuanya, yang akan mengantarkan untuk memuliakan dan mengagungkan mereka berdua.[15]Diantara hak Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, yang harus ditunaikan oleh umatnya adalah pemuliaan, pengagungan dan penghormatan terhadap beliau Shallallahu alaihi wa sallam. Pengagungan, pemuliaan dan penghormatan harus melebihi pemuliaan, pengagungan dan penghormatan seorang anak terhadap orang tuanya atau budak terhadap majikannya. Allah Taala berfirman :Orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya terang yang diturunkan kepadanya (al-Quran); mereka itulah orang-orang yang beruntung (QS. al-Araf/7:157)Tidak ada perbedaan pendapat di antara para Ulama, bahwa yang dimaksud dengan pemuliaan dalam ayat di atas adalah pengagungan.[16]PENGAGUNGAN TERHADAP RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM, BERTEMPAT DI HATI, LISAN DAN ANGGOTA TUBUH[17] Pengagungan terhadap beliau dengan hati maksudnya adalah meyakini bahwa beliau adalah hamba dan utusan Allah. Keyakinan ini menyebabkan seseorang mengedepanan kecintaannya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam daripada kecintaannya terhadap diri sendiri, anak, orang tua dan seluruh manusia.Keyakinan ini juga menumbuhkan rasa betapa agung dan wibawa beliau Shallallahu alaihi wa sallam serta meresapi kemuliaannya, kedudukannya dan derajatnya yang tinggi.Hati merupakan raja dari tubuh, manakala pengagungan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menghujam kuat dalam hati, niscaya dampaknya secara lahiriah akan nampak jelas. Lisan akan senantiasa basah dengan pujian kepada beliau Shallallahu alaihi wa sallam dan menyebutkan kemuliaan-kemuliaannya. Begitu pula anggota tubuh akan tunduk menjalankan segala tuntunan beliau Shallallahu alaihi wa sallam taat kepada syariat dan ajaran beliau Shallallahu alaihi wa sallam serta menunaikan segala haknya.Adapun pengagungan terhadap beliau dengan lisan, maksudnya adalah memuji beliau , dengan pujian yang berhak untuk dimilikinya, yaitu pujian yang Allah dan Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa sallam lantunkan untuk beliau, tanpa mengandung unsur berlebihan atau sebaliknya. Dan di antara pujian yang paling agung adalah membaca shalawat untuk beliau.[18]Kata al-Halimy (338-403 H), shalawat kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, berarti pengagungan terhadap beliau di dunia, dengan mengangkat namanya, menampakkan agamanya dan mengabadikan syariatnya. Sedangkan di akhirat, maksudnya adalah permohonan agar limpahan pahala mengalir padanya, syafaat beliau tercurah untuk umatnya dan kemuliaan beliau dengan al-maqam al-mahmud terlihat jelas.[19]Termasuk bentuk pengagungan dengan lisan yaitu beradab saat menyebut beliau dengan lisan kita. Caranya adalah dengan menggandengkan nama beliau dengan sebutan Nabi atau Rasulullah, lalu diakhiri dengan shalawat kepada beliau. Allah Taala berfirman :Janganlah engkau jadikan panggilan Rasulullah di antara kalian seperti panggilan sebagian kalian kepada sebagian yang lain (QS. an-Nur/24:63)Karena itulah para sahabat selalu memanggil Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dengan panggilan, Wahai Rasulullah! atau Wahai Nabiyullahl.Juga hendaknya penyebutan nama beliau Shallallahu alaihi wa sallam ditutup dengan shalawat ; shallallahualaihiwasallam bukan hanya dengan singkatan SAW atau yang semisal. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Orang yang pelit adalah orang yang tatkala namaku disebut di hadapannya, ia tidak bershalawat padaku. (HR. Tirmidzi, no. 3546 dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu At-Tirmidzi rahimahullah menyatakan hadits ini Hasan shahih gharib).Termasuk bentuk pengagungan dengan lisan pula yaitu menyebutkan keutamaan-keutamaan beliau keistimewaan dan mukjizatnya Shallallahu alaihi wa sallam. Mengenalkan sunnah beliau kepada masyarakat, mengingatkan mereka terhadap kedudukan serta hak beliau mengajarkan pada mereka akhlak dan sifat mulia beliau Shallallahu alaihi wa sallam Menceritakan sejarah hidup beliau serta menjadikannya sebagai pujian, baik dengan bait-bait syair maupun bukan, namun dengan syarat tidak melampaui batas ketentuan syariat, semisal pengagungan yang berlebihan dan yang semisal.Sedangkan pengagungan dengan anggota tubuh, berarti mengamalkan syariat beliaumeneladani sunnahnya, mengikuti perintahnya secara lahir maupun batin dan berpegang kuat dengannya. Ridha dan ikhlas dengan aturan yang beliau Shallallahu alaihi wa sallam bawa, berusaha menebarkan tuntunannya, membela sunnahnya, melawan mereka yang menentangnya serta membangun kecintaan dan kebencian di atasnya.Menjauhi segala yang dilarang beliau Shallallahu alaihi wa sallam tidak menyelisihi perintahnya dan bertaubat serta beristighfar manakala terjerumus ke dalam penyimpangan.Taat kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam merupakan konsekwensi keimanan kepada beliau dan keyakinan akan kebenaran yang dibawanya dari Allah. Sebab beliau tidaklah memerintahkan atau melarang dari sesuatu, melainkan dengan seizin dari Allah.Sebagaimana dalam firman-Nya :Kami tidak mengutus seorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah (QS. an-Nisa/4:64).Dan makna ketaatan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam adalah menjalankan perintah-perintahnya serta menjauhi larangan-larangannya.[20]Kesimpulannya adalah pengagungan yang hakiki terhadap Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tersimpulkan dalam empat kalimat yaitu mempercayai berita yang bersumber dari beliau, mentaati perintahnya, menjauhi larangannya dan beribadah dengan tata cara yang disyariatkannya.[21]RASOLULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM MELARANG KITA UNTUK BERLEBIHAN DALAM MENGAGUNGKANNYASecara garis besar, Allah Taala telah melarang kita dari sikap berlebihan dalam beragama, baik itu dalam keyakinan, ucapan maupun amalan. Sebagaimana dalam QS. an-Nisa/4:171.Dan Nabi kita Shallallahu alaihi wa sallam telah melarang secara khusus dari sikap berlebihan dalam memujinya. Sebagaimana dalam sabdanya,Janganlah kalian berlebihan dalam, memujiku Sebagaimana kaum Nasrani berlebihan dalam memuji Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka ucapkanlah, (Muhammad adalah) hamba Allah dan Rasul-Nya (HR. Bukhari (6/478 no. 3445 al-Fath) dari Umar bin Khatthab radhiyallahu anhu).Dan Nabi kita Shallallahu alaihi wa sallam juga mengingkari para sahabatnya yang berlebihan dalam memuji beliau Shallallahu alaihi wa sallam karena khawatir mereka akan melampaui batas, sehingga terjerumus dalam hal yang terlarang. Juga demi menjaga kemurnian tauhid, agar tidak ternodai dengan kotoran syirik dan bidah. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam sangat berhati-hati dalam mengantisipasi hal tersebut, bahkan sampaipun dari hal-hal yang barangkali tidak dikategorikan syirik atau bidah.Anas bin Malik radhiyallahu anhu bercerita,(Suatu hari) ada seseorang yang berkata, Wahai Muhammad, wahai sayyiduna (pemimpin kami), putra sayyidina, wahai orang yang terbaik di antara kami, putra orang terbaik di antara kami!.Rasalullah Shallallahu alaihi wa sallam pun menjawab, Wahai para manusia, bertakwalah kalian! Jangan biarkan setan menyesatkan kalian. Aku adalah Muhammad bin Abdullah; hamba Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah, aku tidak suka kalian mengangkatku melebihi kedudukan yang telah Allah tentukan untukku. (HR. Ahmad (20/23 no. 12551) dan dinilai shahih oleh adh-Dhiya al-Maqdisy (5/25 no. 1627) dan Ibn Hibb in (14/133 no. 6240).Dengan keterangan di atas, insyaA11ah telah terlihat jelas, mana bentuk pengagungan yang terpuji dan mana bentuk pengagungan yang tercela.Penulis tutup makalah ini dengan nasehat yang disampaikan Ibn Hajar al-Haitamy rahimahullah (909-974 H), manakala beliau menjelaskan bahwa pengagungan terhadap Nabi Shallallahu alaihi wa sallam hendaknya dengan sesuatu yang ada dalilnya dan yang diperbolehkan, jangan sampai melampaui batas tersebut.Beliau berkata, Wajib bagi setiap orang untuk tidak mengagungkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam kecuali dengan sesuatu yang Allah izinkan bagi umatnya, yaitu sesuatu yang layak untuk jenis manusia. Sesungguhnya melampaui batas tersebut akan menjerumuskan kepada kekafiran, naudzubillahi min dzalik. Bahkan melampaui batas sesuatu yang telah disyariatkan, pada asalnya akan mengakibatkan penyimpangan. Maka hendaknya kita mencukupkan diri dengan sesuatu yang ada dalilnya.[22]Beliau rahimahullah menambahkan, Ada dua kewajiban yang harus dipenuhi :Pertama, kewajiban untuk mengagungkan Nabi dan mengangkat derajatnya di atas seluruh makhluk.Kedua, mentauhidkan Allah dan meyakini bahwa Allah Maha Esa dalam dzat dan perbuatan-Nya atas seluruh makhluk-Nya. Barang siapa meyakini bahwa sesosok makhluk menyertai Allah dalam hal tersebut; maka ia telah berbuat syirik. Dan barang siapa merendahkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam di bawah derajat (yang seharus)nya maka ia telah berbuat maksiat atau kafir.Namun barang siapa yang mengagungkan beliau dengan berbagai jenis pengagungan dan tidak sampai menyamai sesuatu yang merupakan kekhususan Allah,.maka ia telah menggapai kebenaran, dan berhasil menjaga dimensi ketuhanan serta kerasulan. Inilah ideologi yang tidak mengandung unsur ekstrim atau sebaliknya.[23] Wallahu alam.Sumber: Majalah As-Sunnah Edisi 06/ Dzulqadah 1431 H Oktober 2010 MArtikel: ibnuabbaskendari.wordpress.comCatatan Kaki:

[1] Tafsir al-Quranil Azhim, 6/457[2] Judul buku-buku lainnya bisa dilihat, antara lain di mukadimah Syaikh Masyhur bin Hasan Salman hafizhahullah dalam tahqiq julaul Afham hlm. 8-29.[3] Tafsir ar-Rdzy (20/180). Setelah menyebutkan dua syarat di atas, ar-Razy rahimahullah menyebutkan syarat ketiga, yaitu iman. Sebab iman merupakan syarat utama agar amalan membuahkan pahala. Selain Mukmin tidak akan diterima amalannya, baik dia ikhlas maupun tidak, entah sesuai syariat maupun tidak. Karena ia belum mau memeluk agama, yang segala amalan tidak akan diterima melainkan dari pemeluk agama tersebut. Sebagaimana firman Allah Taala yang artinya, Barangsiapa mencari agama selain Islam; maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran/3:85). Karena begitu gamblangnya permasalahan ini, banyak di antara para ulama yang tidak menyebutkan syarat iman ini, sebab hal itu sudah sangat jelas dan tidak Samar.[4] Tafsir Ibn Katsir (1/385).[5] Dalam kitabnya Jalaul Afham (hlm. 380-520), Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan ada empat puluh satu momen disyariatkannya membaca shalawat kepada Rasul Shallallahu alaihi wa sallam.[6] Lihat : Atsar ash-shalawat al-Wdhidiyyah fi AkhlaqThullabMahad at-Tahdib Ngoro Jombang Am: 2004, skripsi Institut Studi Islam Darussalam Gontor, yang disusun oleh Ahmad Luthfi Ridha (hlm. a).[7] Tuntunan Ziarah Wali Songo karya Abdul Muhaimin (hlm. 144).[8] Rahasia Keutamaan dan Keistimewaan Sholawat karya Nur Muhammad Khadafi, dinukil dari Atsdr ash-Shalawat al-Wdhidiyyah hlm. 21[9] www.indospritual.com[10] Lihat, al-Fishal fi Al-Milal wa al-Ahwa wa an-Nihal (2/221).[11] Lihat, Majmu al-Fatawal (1/9).[12] Diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah dalam mukadimah Shahihnya (1/15).[13] Lihat Tafsir ibn Katsir (6/203)[14] Lihat, al-Minhdjfl Syuab al-Iman karya al-Halimy (11/124) dan al-jfimili Syuab al-Imdn karya al-Baihaqy (111/95).[15] Lihat, al-Minhaj fi Syuab al-Iman (II/124).[16] Lihat, Ibid (11/125).[17] Diringkas dari Huqaqun Nabi shallallahualaihiwasallam aid Uin-matihfl Dhaui al-Kitfib wa as-Sunnah, karya Dr. Muhammad bin Khalifah at-Tamimy (11/466-478).[18] Di awal tulisan ini, kami telah bawakan beberapa dalil dari al-Quran dan Sunnah tentang disyariatkannya membaca shalawat.[19] Lihat, al-Minhdjfl Syuab al-Imfin (2/134).[20] An-Nur al-Mubin fi Mahabbah Sayyid al-Mursalin karya KH. Muhammad Hasyim Asyari (hlm. 5-6).[21] Lihat: Ar-Radd ald al-Akhndiy karya Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah rahimahullah (hlm. 18) clan al-UsHl ats-Tsaldtsah wa Adillatuhd Karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah (hlm. 23).[22] A1-Jauhar al-Munazham fi Ziarah Qabr an-Nabi shallallahualaihiwasallam wa Karram (hlm. 64) dinukil dari Ara Ibn Hajar al-Haitami al-Ftiqadiyyah Ardh wa TaqwFm ft DhauI Aqfdah as-Salaf karya Muhammad bin Abdul Aziz asy-Syayi rahimahullah (hlm. 450).[23] A1-jauhar al-Miinazham (hlm. 13) dinukil dari Ara Ibn Hajar al-Haitami al-Ftiqfidiyyah.