5
1. Hirarki rencana kota menurut SVO,permendagri No 4 tahun 1980: Prosedur perencanaan kota di Indonesia sudah dikenal sejak tahun 1930-an, sejak dikembangkannya perencanaan kota oleh Thomas Karsten dalam ‘Toelichting op de stadsvormingsordonnantie stadsgemeente Java’. Tetapi secara ofisial Prosedur Perencanaan Kota diundangkan pada tahun 1948 yaitu sejak lahirnya SVO (Stadsvormingsordonantie) 1948 dan SVV (Stadsvormingsverordening) 1949. Pada undang-undang ini dikenal prosedur penyusunan rencana kota dan prosedur pengesahannya. Pada tahun 1971, telah diupayakan pula untuk penyesuaian SVO-SVV ini dengan keadaan setelah merdeka yaitu dengan diusulkannya suatu Rancangan Undang Undang yang dikenal sebagai Rancangan Undang-Undang Bina Kota (RUUBK). Prosedur Standard Perencanaan Kota digambarkan sebagai berikut : Prosedur Perencanaan Kota menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 4 tahun 1980. Prosedur perencanaan kota berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 640/KPTS/1986 tentang Perencanaan Tata Ruang Kota dan oleh Menteri Dalam Negeri No. 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Perencanaan Kota. Dengan diberlakukannya Undang Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, maka sistem dan prosedur perencanaan wilayah dan kota di Indonesia kemudian disesuaikan dengan Undang Undang tersebeut. Pada tingkatan Nasional berdasarkan Undang Undang ini disusun suatu rencana tata ruang nasional yang dikenal dengan Rencana Tata Ruang Wilayan Nasional (RTRWN). RTRWN merupakan strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah negara. Berdasarkan UU Penataan Ruang berjangka waktu 25 tahun dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Disajikan dalam peta skala minimal 1:1.000.000. RTRWN ini akan menjadi dasar di dalam penjabaran rencana tata ruang wilayah Propinsi Daerah Tingkat I yang dikenal sebagai Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi DT I (RTRWP). Jangka waktu rencana ini 15 tahun dan ditetapkan dengan Peraturan daerah (Perda) Tingkat I. Disajikan dalam peta skala minimal 1:250.000. RTRWP ini akan menjadi landasan di dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (semula dikenal dengan RUTRD/Rencana Umum tata Ruang Daerah)/Kotamadya (semula dikenal dengan RUTRK/Rencana Umum Tata Ruang Kota) DT II. Jangka waktu rencana ini adalah 10 tahun dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) Tingkat II. Disajikan dalam peta skala minimal

Kisi-kisi Angkot

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kisi-kisi Angkot

1. Hirarki rencana kota menurut SVO,permendagri No 4 tahun 1980: Prosedur perencanaan kota di Indonesia sudah dikenal sejak tahun 1930-an, sejak dikembangkannya perencanaan

kota oleh Thomas Karsten dalam ‘Toelichting op de stadsvormingsordonnantie stadsgemeente Java’. Tetapi secara ofisial Prosedur Perencanaan Kota diundangkan pada tahun 1948 yaitu sejak lahirnya SVO (Stadsvormingsordonantie) 1948 dan SVV (Stadsvormingsverordening) 1949. Pada undang-undang ini dikenal prosedur penyusunan rencana kota dan prosedur pengesahannya.

Pada tahun 1971, telah diupayakan pula untuk penyesuaian SVO-SVV ini dengan keadaan setelah merdeka yaitu dengan diusulkannya suatu Rancangan Undang Undang yang dikenal sebagai Rancangan Undang-Undang Bina Kota (RUUBK).Prosedur Standard Perencanaan Kota digambarkan sebagai berikut :

Prosedur Perencanaan Kota menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 4 tahun 1980. Prosedur perencanaan kota berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 640/KPTS/1986 tentang

Perencanaan Tata Ruang Kota dan oleh Menteri Dalam Negeri No. 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Perencanaan Kota.

Dengan diberlakukannya Undang Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, maka sistem dan prosedur perencanaan wilayah dan kota di Indonesia kemudian disesuaikan dengan Undang Undang tersebeut.

Pada tingkatan Nasional berdasarkan Undang Undang ini disusun suatu rencana tata ruang nasional yang dikenal

dengan Rencana Tata Ruang Wilayan Nasional (RTRWN). RTRWN merupakan strategi dan arahan

kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah negara. Berdasarkan UU Penataan Ruang berjangka waktu 25 tahun dan

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Disajikan dalam peta skala minimal 1:1.000.000.

RTRWN ini akan menjadi dasar di dalam penjabaran rencana tata ruang wilayah Propinsi Daerah Tingkat I yang

dikenal sebagai Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi DT I (RTRWP). Jangka waktu rencana ini 15 tahun dan

ditetapkan dengan Peraturan daerah (Perda) Tingkat I. Disajikan dalam peta skala minimal 1:250.000.

RTRWP ini akan menjadi landasan di dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (semula

dikenal dengan RUTRD/Rencana Umum tata Ruang Daerah)/Kotamadya (semula dikenal dengan

RUTRK/Rencana Umum Tata Ruang Kota) DT II. Jangka waktu rencana ini adalah 10 tahun dan ditetapkan

dengan Peraturan Daerah (Perda) Tingkat II. Disajikan dalam peta skala minimal 1:100.000. untuk wilayah

Kabupaten dan dan skala minimal 1:50.000. untuk wilayah Kotamadya.

Selanjutnya RTRW DT II ini dirinci ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan (RTRWK) yaitu rencana tata ruang dari bagian wilayah kota atau bagian wilayah kabupaten sampai kepada rencana detail (semula dikenal dengan RDTRK/Rencana Detail Tata Ruang Kota), rencana teknis (semula dikenal dengan RTRK/Rencana Teknik Ruang Kota), dan rancangan rekayasa. Disajikan dalam peta skala minimal 1:10.000. untuk RUTRK dan skala minimal 1:5.000. untuk RDTRK.

2. Tugas,wewenang walikota : (pasal 25) memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD mengajukan rancangan Perda. menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama; mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah. mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjukkuasa hukum untuk mewakilinya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan. melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kewajiban walikota: (pasal 27 ayat 1) memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; meningkatkan kesejahteraan rakyat;

Page 2: Kisi-kisi Angkot

memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat; melaksanakan kehidupan demokrasi; menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundangundangan; menjaga etika dan norma dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; memajukan dan mengembangkan daya saing daerah; melaksanakan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik. melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerah; menjalin hubungan kerja dengan seluruh instansi vertikal di daerah dan semua perangkat daerah; menyampaikan rencana strategis penyelenggaraan pemerintahan daerah di hadapan Rapat Paripurna DPRD. memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan

pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakatlaporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat

3. Larangan-larangan tertentu bagi walikota sebagai kepala daerah: (pasal 28) membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi diri, anggota keluarga, kroni,golongantertentu,

atau kelompok politiknya yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, merugikan kepentingan umum, dan meresahkan sekelompok masyarakat, atau mendiskriminasikan warga negara dan/atau golongan masyrakat lain.

turut serta dalam suatu perusahaan, baik milik swasta maupun milik negara daerah, atau dalam yayasan bidang apapun .

melakukan pekerjaan lain yang memberikan keuntungan bagi dirinya, baik secara langsung. maupun tidak langsung, yang berhubungan dengan daerah yang bersangkutan;

melakukan korupsi, kolusi, nepotisme, dan menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;

menjadi advokat atau kuasa hukum dalam suatu perkara di pengadilan selain yang dimaksud dalam Pasai 25 huruf f; menyalahgunakan wewenang dan melanggar sumpah/janji jabatannya; merangkap jabatan sebagai pejabat negara lainnya, sebagai anggota DPRD sebagaimana yang ditetapkan dalam

peraturan perundang-undangan.

4. Walikota dapat diberhentikan dari jabatnya dengan alasan-alasan tertentu: (pasal 29 ayat 1 dan 2) meninggal dunia; diberitahukan oleh pimpinan DPRD untuk diputuskan dalam Rapat Paripurna dan diusulkan oleh

pimpinan DPRD. permintaan sendiri; diberitahukan oleh pimpinan DPRD untuk diputuskan dalam Rapat Paripurna dan diusulkan oleh

pimpinan DPRD. diberhentikan.:

berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru(diberitahukan oleh pimpinan DPRD untuk diputuskan dalam Rapat Paripurna dan diusulkan oleh pimpinan DPRD).

tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan;( diberitahukan oleh pimpinan DPRD untuk diputuskan dalam Rapat Paripurna dan diusulkan oleh pimpinan DPRD).

tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah; dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah; tidak melaksanakan kewajiban kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah; melanggar larangan bagi kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah.

5. Tugas dan wewenang DPRD kota: (pasal 42 ayat 1) membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat persetujuan bersama; membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD bersama dengan kepala daerah; melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala

daerah,APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerja sama internasional di daerah;

mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah/wakil kepala daerah kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi DPRD provinsi dan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPRD kabupaten/kota;

memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah;

Page 3: Kisi-kisi Angkot

memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah;

memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sana internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah; meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah membentuk panitia pengawas pemilihan kepala daerah; melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah; memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama antar daerah dan dengan pihak ketiga yang membebani

masyarakat dan daerah.

6. Dapatkah DPRD mengajukan RAPBD: DPRD tidak dapat mengajukan RAPBD karena bukan merupakan hak dari DPRD yang mana hak DPRD tercantum pada pasal 44 UU No 32/2004 Hubungan antara walikota dengan dinas tata kota:

7. Perda Kota dilarang bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi: Pasal 136 ayat 3 dan 4:

Perda merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah

Perda arang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundangundangan yang lebih tinggi.

8.Dapatkan Perda kota menjatuhkan pidana dan denda kepada warga masyarakat : Pasal 143 ayat 1,2,3:

Perda dapat memuat ketentuan tentang pembebanan biaya paksaan penegakan hukum, seluruhnya atau sebagian kepada pelanggar sesuai dengan peraturan perundangan.

Perda dapat memuat ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Perda dapat memuat ancaman pidana atau denda

9. Sebutkan Sumber pendapatan Pemda kota: Pasal 5 ayat 2 dan pasal 6 ayat 1 dan 2 UU No.33 tahun 2004: Pendapatan Asli Daerah: hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan,dan lain-lain PAD yang sah (hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan,jasa giro,pendapatan bunga,keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah)

Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan

10.Perimbangan keuangan antara pem.pusat dengan pemda: Suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional,demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan Desentralisasi, dengan memper-timbangkan potensi,kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

11.Dana perimbangan: Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.

12.Dana bagi hasil terdiri dari pajak dan SDA.Sebutkan pajak dan SDA. Pajak: (pasal11 ayat 2)

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB); Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB); dan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh

SDA: (pasal 11 ayat 3)

Page 4: Kisi-kisi Angkot

Kehutanan. Pertambangan Umum. Perikanan. Pertambangan minyak bumi. Pertambangan gas bumi. Pertambangan panas bumi.