30
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak jaman Babilonia danzaman Mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan batu padakandung kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk diseluruh dunia dan tidak terkecuali penduduk di Indonesia. Angka kejadianpenyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di negara-negaraberkembang, banyak dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan di negara majulebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas. Hal ini karenaadanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari. Di Amerika Serikat5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia, rata-rata terdapat 1-12% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit inimerupakan salah satu dari tiga penyakit terbanyak di bidang urologi disampinginfeksi saluran kemih dan pembesaran prostat benigna. 1

Kkeluiarga Binaan Bab 1 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

UUY

Citation preview

BAB 1PENDAHULUAN1.1Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak jaman Babilonia danzaman Mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan batu padakandung kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk diseluruh dunia dan tidak terkecuali penduduk di Indonesia. Angka kejadianpenyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di negara-negaraberkembang, banyak dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan di negara majulebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas. Hal ini karenaadanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari. Di Amerika Serikat5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia, rata-rata terdapat 1-12% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit inimerupakan salah satu dari tiga penyakit terbanyak di bidang urologi disampinginfeksi saluran kemih dan pembesaran prostat benigna.

Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati porsiterbesar dari jumlah pasien di klinik urologi. Insidensi dan prevalensi yang pastidari penyakit ini di Indonesia belum dapat ditetapkan secara pasti. Dari datadalam negeri yang pernah dipublikasi didapatkan peningkatan jumlah penderitabatu ginjal yang mendapat tindakan di RSUPN-Cipto Mangunkusumo daritahun ke tahun mulai 182 pasien pada tahun 1997 menjadi 847 pasien padatahun 2002, peningkatan ini sebagian besar disebabkan mulai tersedianya alatpemecah batu ginjal non-invasif ESWL (

Extracorporeal shock wave lithotripsy )yang secara total mencakup 86% dari seluruh tindakan (ESWL, PCNL, danoperasi terbuka).

Kekambuhan pembentukan batu merupakan masalah yang seringmuncul pada semua jenis batu dan oleh karena itu menjadi bagian pentingperawatan medis pada pasien dengan batu saluran kemih. Dengan perkembangan teknologi kedokteran terdapat banyak pilihan tindakan yang tersedia untuk pasien, namun pilihan ini dapat juga terbatas karena adanyavariabilitas dalam ketersediaan sarana di masing-masing rumah sakit maupun daerah.

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengangangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasidan keadaan keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secaraepidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batusaluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitukeadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruhyang berasal dari lingkungan di sekitarnya.

Berdasarkan letaknya, batu saluran kemih terdiri dari batu ginjal, batuureter, batu buli-buli dan batu uretra. Batu saluran kemih pada umumnyamengandung unsur: kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn, dan sistin, silikat dan senyawa lainnya.Semua tipe batu saluran kemih memiliki potensi untuk membentuk batustaghorn, namun pada 75% kasus, komposisinya terdiri dari matriks struvit-karbonat-apatit atau disebut juga batu struvit atau batu triple phosphate, batufosfat, batu infeksi, atau batu urease.1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum

Untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga binaan wilayah kerja Puskesmas Samudera.1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui prilaku hidup bersih dan sehat yang berhubungan dengan kasus batu saluran kemih di keluarga binaan

2. Untuk memberikan intervensi pencegahaan faktor resiko batu saluran kemih di keluarga binaan.1.3 Manfaat 1.3.1 Bagi Dokter Muda1. Dapat menambah wawasan dokter muda mengenai faktor resiko serta pencegahan dari penyakit batu saluran kemih. 2. Dapat mengaplikasikan ilmu kedokteran keluarga.

1.3.2 Bagi Masyarakat Diharapkan masyarakat mengerti akan bahaya penyakit batu saluran kemih dan cara pencegahannya.BAB 2LAPORAN KEGIATAN

2.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. F Umur: 43 TahunJenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Aceh

Pekerjaan : IRT, Petugas Kebersihan, Pedagang sayur kelilingAlamat: Desa Kuta Geulumpang , SamuderaTB: 150 cm

BB: 70 kg

Status Gizi: IMT = BB/TB2(meter) 70 kg/1,52= 31,1 kg/m2CM/Register : 223Tanggal Pemeriksaan: 17 Maret 20152.2 ANAMNESIS

2.21 Keluhan Utama

: Sakit Pinggang Sebelah Kanan2.2.2 Keluhan Tambahan: Nyeri saat BAK, Nyeri Ulu Hati, Pusing 2.2.3 Riwayat penyakit sekarangPasien mengeluh nyeri pinggang sebelah kanan sejak 30 hari yang lalu. Nyeri dirasakan memberat sejak 2 minggu yang lalu. Nyeri pinggang dirasakan hilang timbul, terasa seperti tertusuk-tusuk dan menjalar hingga ke ulu hati dan perut kanan atas. Keluhan ini mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien mengaku mengeluhkan adanya kadang kadang demam, pusing. Menurut pasien, BAK lancar, dengan frekuensi 3 kali sehari, sekali kencing 1 gelas. Os mengatakan kencingnya berwarna kuning pekat, riwayat kencing berpasir (-), mengedan saat kencing (+), nyeri saat kencing (+), namun Os merasa tuntas setelah kencing. BAB lancar.Selama ini pasien mengkonsumsi minuman dari air sumur , suka menahan kencing, sering makan jengkol, dan malas minum serta mengkonsumsi kacang kacangan.2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu

Os Pernah mengalami keluhan yang sama 3 bulan yang lalu dan pernah di rawat dengan demam typoid2.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga

Os. Menyangkal di keluarga mengalami penyakit yang sama.2.2.6 Riwayat Penggunaan Obat

Meloxicam, B. Complex,

2.2.7 Riwayat Sosial Pasien anak ke 7 dari 7 bersaudara

Pasien bekerja sebagai petugas kebersihan

pedagang sayur keliling serta pasien mempunyai 7 orang anak

2.2.9 Family GenogramGambar 2.1 family genogram

Keterangan :

: Laki-laki ( Saudara Pasien)

: Perempuan ( Saudara Pasien)

: Pasien

: Suami Pasien

: Perempuan ( Anak Pasien Yang Meninggal)

: Laki Laki ( Anak Pasien Yang Hidup)

: Perempuan ( Anak Pasien Yang Hidup)

: Perempuan (Ibu Pasien)

: Laki-Laki (Ayah Pasien)

Genogram ini menggambarkan posisi pasien dalam keluarga yang menderita nefrolitiasis2.3 PEMERIKSAAN FISIK

2.3.1 STATUS PRESENT

Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Temperatur

: 36,8 oC, per axilla Tekanan Darah

: Frekuensi nadi

: 88 x/menit, reguler

Frekuensi napas

: 24 x/menit2.3.2 STATUS GENERAL

A. Kulit

a. Warna

: Sawo Matang

b. Sianosis

: (-)

c. Ikterus

: (-)

d. Edema

: (-)

e. Anemia

: (-)

B. Kepala

a. Bentuk

: Kesan normocephalib. Rambut

: Berwarna hitam, sukar dicabut c. Wajah: Simetris, edema (-), deformitas ( - )d. Mata

: Cekung (-), pupil isokor, konjunctiva palp.inf

pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), Sekret (-/-),

refleks cahaya (+/+)e. Telinga

: Sekret (-/-), darah (-/-)f. Hidung

: Deformitas (-), sekret (-/-), darah (-/-) C. Mulut

a. Bibir

: Pucat (-), sianosis (-)

b. Lidah

: Deviasi (-), beslag (-)

c. Tonsil

: Hiperemis (-), pembesaran (-)

d. Faring

: Hiperemis (-) D. Leher Inspeksi

: Struma (-) Palpasi

:Pembesaran KGB (-)

E. Thorax (Paru)a. Depan

Kanan

Kiri

Inspeksi

:Simetris (+)

Simetris (+)

Retraksi iga (-)

Retraksi iga (-)

Palpasi

:Stem Fremitus (N) Stem Fremitus (N)

Perkusi

: Sonor(+)

Sonor (+)

Auskultasi: Vesikuler (+)

Vesikuler (+)

Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)b. Belakang

Kanan

Kiri

Inspeksi

:Simetris (+)

Simetris (+)

Retraksi iga (-)

Retraksi iga (-)

Palpasi

:Stem Fremitus (N) Stem Fremitus (N)

Perkusi

: Sonor(+)

Sonor (+)

Auskultasi

: Vesikuler (+)

Vesikuler (+)

Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)

F. Jantung

I = Ictus cordis tidak terlihat

P = Ictus cordis teraba di ICS V

P = Batas atas jantung atas di ICS II, kanan di LPSD, kiri di LMCS

A = BJ I > BJ II, bising jantung (-), Gallop (-)

G. Abdomen

Inspeksi

: Simetris, distensi (-)

Palpasi

: Soepel

Perkusi

: Timpani, Shifting dullness (-)

Auskultasi

: Peristaltik usus normal

Hepar

: tidak teraba

Lien

: tidak teraba

Ginjal

: Ballotement (-)

Nyeri ketok costovertebra dextra(+)H. Genitalia

: Tidak dijumpai adanya kelainan

I. Anus

: Tidak dijumpai adanya kelainan

J. Kelenjar Limfe

: Pembesaran KGB (-)

K. Extremitas EkstremitasSuperiorInferior

DextraSinistraDextraSinistra

Sianotik----

Edema----

Ikterik----

GerakanAktifAktifAktifAktif

Tonus ototNormotonusNormotonusNormotonusNormotonus

SensibilitasNNNN

Atrofi otot----

Eritema Palmaris--

Clubbing finger--

L. STATUS NEUROLOGIS

GCS

: E4 V5 M6 = 15

Pupil : Bulat, Isokor 3 mm / 3 mm

Reflek Cahaya Langsung:+/+

Reflek Cahaya Tidak Langsung : +/+

Tanda Rangsang Meningeal

Kaku kuduk :-

Laseque :-/- Kernig test:-/-

Brudzinski I:-/-

Brudzinski II :-/-

2.3 ANJURAN PEMERIKSAAN

- Darah rutin

- Urin rutin

- Fungsi Ginjal

- Foto polos BNO

- USG Ginjal 2.4 DIAGNOSIS BANDING1. Batu Saluran Kemih2. HNP3. LBP2.5 PENATALAKSANAAN2.5.1 Non farmakoterapi

1. Batu kalsium : kurangi asupan garam dan protein hewani2. Batu urat diet rendah asam urat seperti mengurangi makanan jeroan dan kacang kacangan.3. Minum yang banyak (2,5 lt perhari) bila fungsi ginjal baik4. Menjaga higine genetalia ekterna5. Tidak menahan buang air kecil

6. Tidak mengkonsumsi alcohol2.5.2 Farmakoterapi1. Meloxicam 3x12. Harnal 1x13. Capsul pulvis 2x12.7PROGNOSIS Quo Ad vitam

: Dubia ad bonam

Quo Ad functionam : Dubia ad bonam

Quo Ad sanactionam : Dubia ad bonam

2.8 ANJURAN Sebaiknya tidak mengkonsumsi air sumur yang terbukti mengandung unsur karang. Tidak menggunakan air sungai yang tercemar untuk konsumsi sehari-hari.

Mengganti air minum dengan air minum isi ulang RO.

Pasien hendaknya minum minimal 2,5 liter per hari.

Hendaknya memasukkan saluran air PDAM untuk kebutuhan air dalam rumah tangga. Alternatif jika PDAM tidak dapat dilakukan, sebaiknya pasien membuat saringan bak air untuk kebutuhan mandi, cuci, dan kakus.

Hendaknya pasien tidak mengkonsumsi makanan yang terlalu banyak kalsium, oksalat dan asam urat.

Hendaknya pasien melakukan fungsi ginjal dan konsultasi ke dokter urologi secara berkala.

Hendaknya pasien untuk tidak sering-sering menahan kencing.

Jika pasien mengalami infeksi saluran kencing, harus segera diobati

Untuk menghindari faktor terjadinya infeksi saluran kencing, hendaknya pasien cebok dengan benar setelah BAB/BAK, yakni dari depan ke belakang.2.12 PESAN Dan KESAN

2.12.1 Pesan

Kepada pihak perangkat desa, agar dapat memediasi untuk mempermudah penyaluran air PDAM. Kepada masyarakat untuk tidak lagi menggunakan air sungai untuk kebutuhan air rumah tangga. Kepada Puskesmas dan kader agar dapat melakukan upaya promosi kesehatan tentang faktor-faktor resiko yang menyebabkan nefrolitiasis. Kepada pemerintah, agar lebih meningkatkan promosi kesehatan terutama mengenai bahaya nefrolitiasis melalui cara-cara yang inovatif, misalnya melalui media elektronik.2.12.2 Kesan

Stase Family Medicine, menjadi wahana untuk mengaplikasikan keterampilan dasar klinis.

Dapat menambah wawasan tentang ilmu kemasyarakatan terutama dalam pendekatan masalah kesehatan dalam keluarga.

Dapat lebih memahami sosio kultural masyarakat dalam menyikapi masalah kesehatan.Farmakologi tatalaksana batu salurankemih

Batu saluran kemihBatu saluran kemih menurut tempatnya digolongkan menjadi batu ginjal dan batu kandung kemih. Batu ginjal merupakan keadaan tidak normal di dalam ginjal, dan mengandung komponen kristal serta matriks organik. Lokasi batu ginjal dijumpai khas di kaliks atau pelvis dan bila keluar dapat terhenti di ureter atau di kandung kemih. Batu ginjal sebagian besar mengandung batu kalsium. Batu oksalat, kalsium oksalat, atau kalsium fosfat, secara bersama dapat dijumpai sampai 65-85% dari jumlah keseluruhan batu ginjal. Selain itu batu asam urat, batu sistin dan batu struvit (ammonia) juga dapat terjadi.

Tatalaksana batu saluran kemih secara farmakologisPada dasarnya penatalaksanaan batu saluran kemih secara farmakologis meliputi dua aspek:

1. Menghilangkan rasa nyeri/kolik yang timbul akibat adanya batu, dan

2. Menangani batu yang terbentuk, yaitu dengan meluruhkan batu dan juga mencegah terbentuknya batu lebih lanjut (atau dapat juga sebagai pencegahan/profilaksis)

Pencegahan terbentuknya batu ginjal harus lebih diperhatikan jika pada pasien terdapat faktor resiko sebagai berikut: batu terbentuk sebelum pasien berusia 30 tahun, adanya riwayat batu saluran kemih pada keluarga, batu multipel, gagal ginjal, atau adanya residu batu setelah dilakukan operasi sebelumnya.

Panduan umum dalam menatalaksana batu saluran kemih:

1. Setelah mendiagnosis adanya kolik ginjal/ureter, tentukan apakah ada obstruksi dan/atau infeksi

2. Obstruksi tanpa infeksi dapat diatasi dengan analgesik dan tindakan untuk membebaskan penyebab obstruksi (batu), sedangkan infeksi tanpa obstruksi dapat diatasi dengan pemberian antibiotik dan merujuk pasien ke urologis

3. Jika tidak ada obstruksi (penuh) dan infeksi, maka analgesik dan agen untuk mengeluarkan batu dapat diberikan, di mana 90% batu yang berukuran kurang dari 4 mm dapat keluar dengan sendirinya (pada literatur lain disebutkan batu berukuran kurang dari 5-6 mm)

4. Jika ada obstruksi dan infeksi sekaligus, maka harus segera dilakukan tindakan bedah dan pasien dirujuk pada urologis

Panduan khusus dalam menatalaksana batu saluran kemih:

1. Pasien dengan dehidrasi harus tetap mendapat asupan cairan yang adekuat

2. Tatalaksana untuk kolik ureter adalah analgesik, yang dapat dicapai dengan pemberian opioid (morfin sulfat) atau NSAID/obat antiinflamasi non-steroid (ketorolak) dan obat antimuntah (metoklopramid). Jika pasien dapat mengkonsumsi obat secara peroral, maka dapat diberikan kombinasi dari ketiganya (narkotik, NSAID, antimuntah).

3. Pada pasien dengan kemungkinan pengeluaran batu secara spontan, dapat diberikan regimen MET (medical expulsive therapy). Regimen ini meliputi kortikosteroid (prednisone), calcium channel blocker (nifedipin) untuk relaksasi otot polos uretra dan alpha blocker (terazosin) atau alpha-1 selective blocker (tamsulosin) yang juga bermanfaat untuk merelaksasikan otot polos uretra dan saluran urinari bagian bawah. Sehingga dengan demikian batu dapat keluar dengan mudah (85% batu yang berukuran kurang dari 3 mm dapat keluar spontan).

4. Pemberian analgesik yang dikombinasikan dengan MET dapat mempermudah pengeluaran batu, mengurangi nyeri serta memperkecil kemungkinan operasi. Contoh regimen yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:

- 2 tablet opioid oral/asetaminofen setiap 4 jam

- 600-800 mg ibuprofen setiap 8 jam

- 30 mg nifedipin (1 x 1 hari)

- 0.4 mg tamsulosin (1 x 1 hari) atau 4 mg terazosin (1 x 1 hari)

Pemberian regimen ini hanya dibatasi selama 10-14 hari, apabila terapi ini gagal (batu tidak keluar) maka pasien harus dikonsultasikan lebih lanjut pada urologis.

Pada batu dengan komposisi predominan kalsium, sulit untuk terjadi peluruhan (dissolve). Oleh sebab itu tatalaksana lebih mengarah pada pencegahan terbentuknya kalkulus lebih lanjut. Hal ini dapat dicapai dengan pengaturan diet, pemberian inhibitor pembentuk batu atau pengikat kalsium di usus, peningkatan asupan cairan serta pengurangan konsumsi garam dan protein.

Adapun batu dengan komposisi asam urat dan/atau sistin (cystine) lebih mudah untuk meluruh, yaitu dengan bantuan agen alkalis (untuk menciptakan suasana basa di urin). Agen yang dapat digunakan adalah sodium bikarbonat atau potasium sitrat. pH dijaga agar berada pada kisaran 6.5-7.0. Dengan cara demikian maka batu yang berespon terhadap terapi dapat meluruh, bahkan hingga 1 cm per bulan.

Pada pasien batu asam urat, jika terdapat hiperurikosurik/hiperurisemia dapat diberikan allopurinol. Selain itu, pada pasien dengan batu sistin, dapat diberikan D-penicillamine, 2-alpha-mercaptopropionyl-glycine yang fungsinya mengikat sistin bebas di urin sehingga mengurangi pembentukan batu lebih lanjut.

Di bawah ini adalah obat yang dapat digunakan untuk menatalaksana batu saluran kemih (tidak termasuk antibiotik)

1. Opioid analgesik, berfungsi sebagai penghilang rasa nyeri. Dapat digunakan kombinasi obat (seperti oxycodone dan acetaminophen) untuk menghilangkan rasa nyeri sedang sampai berat. Hanya jika diperlukan (prn= pro re nata)

- Morphine sulphate 2-5 mg IV setiap 15 menit jika diperlukan (jika RR65 tahun, gangguan fungsi ginjal atau BB