Upload
truongthuan
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam sistem Pemasyarakatan Baru tugas Lembaga Pemasyarakatan
adalah memperkenalkan dan memotivasi Narapidana untuk mengenal dirinya
sendiri sehingga sadar akan kelebihan dan kekurangan, supaya menjadi
pijakan bagi perubahan dirinya. Pembinaan yang baik mendorong keberhasilan
Narapidana dalam menjalani pidana dan bisa kembali ke lingkungan
masyarakat. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Lembaga
pemasyarakatan melaksanakan sistem pemasyarakatan yang dijadikan sebagai
metode pembinaan bagi narapidana dan anak didik, sedangkan narapidana
adalah manusia-manusia yang menghadapi kesulitan dan terganggu status
sosialnya sehingga mereka membutuhkan pembinaan yang intensif agar
mereka dapat mengatasi kesulitannya sedikit demi sedikit.
Berdasarkan pasal 1 angka 1 undang-undang nomor 12 tahun 1995
tentang permasyarakatan (selanjutnnya disebut Undang-Undang
Permasyarakatan), diatur bahwa permasyarakatan adalah kegiatan untuk
melakukan pembinaan warga binaan permasyarakatan berdasarkan sistem
kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem
pembinaan dalam tata peradilan pidana. Selajutnya dalam pasal 1 angka 2
ditentukan bahwa pengertian sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan
mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan
berdasarkan pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang
2
dibina dan masyarakat untuk meningkatkan warga binaan pemasyarakatan agar
menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana
sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarkatan, dapat aktif
berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagaimana
warga negan yang baik dan bertanggung jawab.1
Selain memeperhatikan hal itu lapas juga harus memenuhi segala hal
yang menjadi hak bagi narapidana . Adapun yang menjadi hak narapidan yang
telah diatur dalam pasal 14 ayat 1 Undang-Undang nomor 12 tahun 1995
tentnag pemasyarakatan yaitu:
1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaan
2. medapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani
3. mendapatkan pendidikan dan pengajaran
4. mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak
5. menyampaikan keluhan
6. mendpatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa
yang lainnya tidak terlarang
7. mendaptkan upah atau remi atas pekerjaan yang telah dilakukan
8. Mendapatkan keunjungan keluaraga, penasihat hukum atau
orang tertentu lainnya
9. Mendapatkan pengurungan masa pidana
10. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti
mengunjungi keluarga
11. Mendapatkan pembebasan bersayarat
12. Mendapatkan cuti menjelang bebas
13. Mendapatkan hak-hak lain sesui dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.2
Penulis akan mengambil lebih menfokuskan pada salah satu hak yang
dimiliki narapidana yang terdapat dalam pasal 14 ayat (1) angkan 3 UU
Pemasyarkatan, yakni medapatkan pendidika dan pengajaran.
1 Widodo. 2009. Sistem Pemidaan Cyber Crime. Yogyakarta. Cv Aaswaja. Hlm 77 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Lembaga Permasyarakatan
3
Pendidikan adalah murni hak bagi seluruh orang. Hal ini berkaitan
dengan pasal 27 ayat (2) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang mengatakan bahwa tiap–tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Untuk mendapatkan
pekerjaan dan penghidupan yang layak, otomatis diperlukan pendidikan.
Bagaimana orang mendapatkan pekerjaan yang layak tanpa adanya pendidikan
yang memadai.
Malang sering disebut sebagai kota pendidikan Julukan ini muncul
lantaran banyaknya jumlah kampus dan sekolah yang ada di Malang raya sejak
masa Hindia Belanda. Terdapat setidaknya lebih dari 80 Perguruan Tinggi yang
tersebar di wilayah Malang Raya.3 Artinya Malang merupakan kota yang
mejunjung atas pemenuhan hak pendidikan bagi warga negara.
Namun akhir-akhir ini, terjadi peningkatan angka kejahatan dikota
Malang , salah dapat dilihat dari meningkatnya jumlah warga binaan di
lembaga pemasyarakatan kelas IIA Malang yakni dari Februari 2016 sampai
Februari 2017 yaitu dari 315 total napi dan narapidan meningkat menjadi 510,
sedangkan pada Februari 2018 menjadi 524 napi dan narapida.4 Tentunya
ketika seorang tersebut ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan maka ia akan
kehilangan kebebasannya.
Ketiaka seorang menyandang status sebagai narapidana seringkali merasa
hidupnnya sudah tidak berguna, menjadi “sampah masyaraktan” dan
3 Nayumi, Malang menjadi kota pendidikan sejak hindia belanda, www.nayumisamtower.com,
acces 5 Maret 2018. 4 SDP, Sistem Database Pemasyaraktan, http://smslap.ditjenpas.go.id, acces 5 Maret 2018
4
menganggap masa depannya suram.Oleh karena itu kemudian menjadi
permisif terhadap dirinya dan menjalani program-program pembinaan di
Lembaga pemsyarkatan hanya untuk sekedar menhabiskan masa pidannya.
Aakibatnya setelah bebas, narapidana merasa tidak mendapat pencerahan di
Lapas dan kepribadiannya tidak berubah secara signifikan sehngga konsep
rehabilitasi dan reintegrasi sosial agar narapidan menyadari kesalahannya,
tidak lagi berkehendak untuk melakukan tidak pidana dan kembali menjadi
warga masyarkata yang bertanggung jawab tidak bisa tercapai. Disinilah
pentingnnya pembinaan pendidikan dan pengajaran agar setelah keluar dari
lembaga pemasyarkatan seorang warga binaan bisa menajadi warga yang baik
dan mendapatkan pelajaran yang baik selama menjalani kehiduannya di
lembaga pemasyarkatan.
Sebagai upaya pemenuhan hak pendidikan warga binaan di lembaga
permasyarakatan maka perlu dilakukannya pola pembinaan yaitu usaha yang
dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, dilakukan oleh
lembaga yang berwenang yaitu pihak lembaga pemasyarkatan. sebagaimana
dalam Undang-undang nomor 12 tahun 1995 tentang permasyarakatan dan
keputusan menteri kehakiman nomor M.02/PK.04.10 Tahun 1990 tentang pola
pembinaan narapidan atau tahanan. Dalam Pasal 1 ayat (1) Peraturan
Pemerintah No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan Warga Binaan
Pemasyarakatan. menyebutkan, pembinaan merupakan suatu kegiatan untuk
meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual,
5
sikap dan perilaku, professional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan
anak didik Pemasyarakatan yang meliputi:
1. Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara
3. Intelektual
4. Sikap dan perilaku
5. Kesehatan jasmani maupun rohani
6. Kesadaran hukum
7. Reintregasi sehat dengan masyarakat
8. Keterampilan kerja dan latihan kerja dan produksi.
Lembaga permasyarakatan dalam pemenuhan hak narapidan dalam
memeperoleh pendidikan yang layak tentunnya harus juga memperhatikan
stadart nasional pendidikan di Idonesia sebagaimana telah disebutkan dalam
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional
dalam pasal 35 Yaitu Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi,
proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan,5 supaya hak pendidikan warga pidaan terpenuhi
sebagaimana hak warga negera indonesia lainnya dalam pemenuhan hak
pendidikan . Dari uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian melalui
penulisan skripsi dengan judul “POLA PEMBINAAN NARAPIDANA DI
LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KELAS IIA MALANG”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka penulis dalam hal ini
mengambil rumusan masalah, yaitu :
5 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional
6
1. Bagaimana Penerapan Pola Pembinaan Dalam Pemenuhan Hak Pendidikan di
Lapas Wanita Kelas IIA Malang ?
2. Bagaimana Pertanggung Jawaban Dalam Pemenuhan Hak Pendidikan Di Lapas
Wanita Kelas IIA Malang?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui Pola pembinaan dalam pemenuhan hak pendidikan di
Lapas wanita kelas IIA Malang
2. Untuk mengetahui pertanggung jawaban dalan pemenuhan hak pendidikan
narapidan di Lapas kelas 11A Malang
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara Akademis
Secara ilmiah, penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam hukum
pidana, khususnya pada lembaga pemasyaraktan Kelas IIA Malang,
penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi peneliti
selanjtnya.
2. Secara Praktis
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pemerintah, terlebih yang berhubungan
dengan lembaga pemasyarkatan untuk memperhatikan hak-hak narapida,
khususnya dalam penelitian ini terkait dengan pendidikan yang ada dalam
lembaga pemayaraktan kelas II A Malang.
7
E. Kegunaan Penulisan
1. Secara teoritis
Dengan dilakukannya penelitian diharapkan mampu memberika
kontribusi dalam hukum pidana, khususnya paa lembaga
pemasyaraktan klas IIA Malang. Penelitian ini juga diharaakan dapat
memberikan masukan bagi peneliti selanjutnya.
2. Secara praktis
a. Bagi masyarakat, supaya lebih memahami sistem hukum yang
berlaku dalam sebuah instansi dengan tetap mengacu pada
perundang-undangan yang telah diterapkan.
b. Bagi instansi, supaya lebih memeprhatikan hak-hak narapidana,
khusunya dalam penelitian ini terkait dengan pendidikan yang ada
dalam lembaga pemsyaraktan kelas IIA Malang
c. Bagi penulis, secara pribadi untuk menambah wawasan, dan sebagai
prasyarat untuk memenuhi Tugas Akhir untuk memperoleh gelar
Strata-1 Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiah Malang.
F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Metode Pendekatan
8
Di dalam penelitian ini dilakukan oleh peulis yaitu menitik beratkan
pada studi terhadap fenomena hukum yang telah terjadi Lembaga
pemasyarakatan. Uraian serta masalah akan ditelusuri dengan
menggunakan pendekatan Yuridis Sosiologis. Yuridis yaitu pendekatan
dari aspek hukum positif. Hukum positif yakni pendekatan kepada UU
No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan serta Keputusan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia No. M. 02-PK.04.10 Tahun 1990
Tentangt Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan. Sedangkan sosiologis
merupakan pendekatan dengan melihat kejadian atau kenyataan pada
masyarakat6. Kejadian atau kenyataan pada Lembaga pemasyarakatan
dalam penelitian itu yaitu mengenai pelaksanaan pola pembinaan dalam
pemenuhan hak narapidana di Lembaga pemasyarakatan wanita klas
IIA Malang.Maka pendekatan Yuridis Sosiologis yaitu pendekatan
yang menitik beratkan pada aturan hukum (Das Sollen) dan dipadukan
dengan menelaah fakta-fakta social (Das Sein) yang terkait dalam
penelitian7. Penelitian yang dimaksud adalah pelaksanaan pola
pembinaan dalam pemenuhan hak pendidikan terhadap narapidana di
Lembaga pemasyarakatan wanita Klas IIA Malang.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di wilayah hukum Kantor Wilayah
Departemen Hukum dan HAM Propinsi Jawa Timur yang terletak di
6 Muslan Abdurrahman, 2009, Sosiologis Dan Metode Penelitian Hukum. Malang. UMM
Pres Hal 103 7 Bambang Waluyo, 1991, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika. Hal
17
9
Jalan Raya Kebonsari Malang. Alasan memilih lokasi penelitian ini
dikarenakan Lembaga Pemasyarakatan ini satu-satunya Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Di Malang dan tingkat narapidana dua tahun
terakhir meningkat yakni dari Februari 2016 sampai Februari 2017
yaitu dari 315 total napi dan narapidan meningkat menjadi 510,
sedangkan pada Februari 2018 menjadi 524 napi dan narapida dan data
yang menjadi residivis tiga tahun terakhir 2015-2016 ada 10 orang,
2017 menigkat menjadi 12 orang, sedangkan pada tahun 2018
meningkat lagi menjadi 14 orang diperoleh dari wawancara dengan Ibu
Lilik S, SH sebagai Kepala Seksi Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan
Wanita Malang.
3. Sumber data
Dalam hal ini, sumber data yang digunakan penulis yaitu :
a. Sumber data primer
Data Primer yaitu jenis data yang diperoleh langsung dari lokasi
penelitian yaitu Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Malang
mulai Januari 2015 sampai februari 2018 tentang pelaksanan pola
pembinanan dalam pemenuhan hak pendidikan di Lapas klas IIA
Malang. Cara yang digunakan untuk memperoleh data ini dengan
menggunakan Teknik wawancara, studi dokumen, informasi serta
pendapat dari sumber informasi utama yaitu petugas dari Lembaga
Pemasyarakatan yaitu Ibu Lilik S, SH selaku Kepala Seksi
Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Malang.
10
b. Sumber data sekunder
Data Sekunder yaitu data pendukung dari data primer. Data sekender
diperoleh dari kajian kepustakaan dan undang-undang, buku-buku
literature maupun hasil penelitian terdahulu sebagain acuan
tambahan bagi penuis. Sumber data yang terkait antara lain :
1) Undang-undang RI No. 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan.
2) PP. No. 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan
Warga Binaan Pemasyarakatan
3) Keputusan Menteri RI No. M. 02-PK.04.10 Tahun 1990
Tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan
4) Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistim
pendidikan nasional
c. Sumber Data Tersier
Bahan Hukum tersier adalah bahan hukum yang diperoleh dari
ensiklopedia, jurnal hukum, kamus hukum dan kamus besar Bahasa
Indonesia. Penulis menggunakan bahan hukum tersier sebagai bahan
hukum yang memberian petunjuk atau penjelasan bermakna
terhadap bahan hukum primer dan sekunder.
4. Teknik pengumpulan data
a. Wawancara atau interview
Wawancara yaitu metode bertatap muka dengan responden untuk
menanyakan fakta-fakta yang ada, pendapat maupun persepsi dari
11
responden pelaku, diantaranya adalah pejabat yang berwenang yaitu
Kepala Seksi Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Malang
yaitu Ibu Ngatirah SH. MH mengenani pemenuhan hak pendidikan
narapidan dan ibu Lilik SH. M. Hum sebagai Kasie Binadik tentang
penerapan dari pada pola pembinna dalam pemenuhan hak mendapt
pendidikan di Lapas klas IIA Malang. Hasil dari wawancara yaitu
pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan wawancara dengan
pihak yang berkompeten. Wawancara langsung dalam
pengumpulan fakta sosial sebagai bahan kajian ilmu hukum empiris,
dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dimana semua
pertanyaan disusun secara sistematik jelas dan terarah sesuai dengan
isu hukum yang diangkat dalam penelitian8.
b. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan yaitu dengan melakukan pencarian atau
penelusuran bahan-bahan kepustakaan seperti berbagai literature
atau buku-buku atau jurnal.
c. Studi Internet
Yaitu penelusuran penulis dengan menggunakan Jaringan Internet
untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian.
5. Analisa data
Analisa data yang digunakan adalah metode analisi kualitatif, yaitu
dengan mengkaji data-data yang didapat secara sistematis serta
8 Muslan Abdurrahman, Op.Cit.
12
konsisten untuk mencapai suatu kejelasan dari permasalahan yang akan
dibahas9. Jadi setelah mendapatkan data yang diinginkan penulis
menganalisa tentang keterkaitan data dengan permasalahan yang akan
dibahas. Data yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan upaya pembinaan narapidana khususnya dalam hal pola
pembinaan dalam pemenuhan hak narapida di Lapas klas IIA Malang,
kemudian disesuaikan dengan data yang diperoleh dari Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Malang.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan skripsi ini dibagi menjadi 4 (empat) bab
yang disusun secara sistematis, adapun susunannya sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, metode
penelitian, dan sistematika penulis yang digunakan untuk memberikan
pemahaman terhadap isi penelitian ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisikan mengenai tinjauan pustaka yang meliputi
deskripsi dan uraian mengenai bahan teori, doktrin, pendapat ahli, kajian-
kajian yuridis, yang mana nanti akan dijadikan landasan analisis hukum
penulisan di bab selanjutnya yakni pada Bab III.
9 Burhan Ashshofa, 2004, Metode Penelitian Hukum, PI Rineka Cipta, Jakarta. Hal 20
13
BAB III PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan apa yang menjadi pokok permasalahan
dan pemaparan hasil penelitian yang akan dilakukan penulis serta
penggunaan bahan hukum sehingga dapat ditemukan jawaban dari
permasalahan tersebut.
BAB IV PENUTUP
Bab ini adalah bab terakhir dalam penulisan ini yang didalamnya
terdapat kesimpulan, serta saran-saran.