13
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam sistem Pemasyarakatan Baru tugas Lembaga Pemasyarakatan adalah memperkenalkan dan memotivasi Narapidana untuk mengenal dirinya sendiri sehingga sadar akan kelebihan dan kekurangan, supaya menjadi pijakan bagi perubahan dirinya. Pembinaan yang baik mendorong keberhasilan Narapidana dalam menjalani pidana dan bisa kembali ke lingkungan masyarakat. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Lembaga pemasyarakatan melaksanakan sistem pemasyarakatan yang dijadikan sebagai metode pembinaan bagi narapidana dan anak didik, sedangkan narapidana adalah manusia-manusia yang menghadapi kesulitan dan terganggu status sosialnya sehingga mereka membutuhkan pembinaan yang intensif agar mereka dapat mengatasi kesulitannya sedikit demi sedikit. Berdasarkan pasal 1 angka 1 undang-undang nomor 12 tahun 1995 tentang permasyarakatan (selanjutnnya disebut Undang-Undang Permasyarakatan), diatur bahwa permasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan permasyarakatan berdasarkan sistem kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pembinaan dalam tata peradilan pidana. Selajutnya dalam pasal 1 angka 2 ditentukan bahwa pengertian sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/38924/2/BAB I.pdf · mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/38924/2/BAB I.pdf · mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam sistem Pemasyarakatan Baru tugas Lembaga Pemasyarakatan

adalah memperkenalkan dan memotivasi Narapidana untuk mengenal dirinya

sendiri sehingga sadar akan kelebihan dan kekurangan, supaya menjadi

pijakan bagi perubahan dirinya. Pembinaan yang baik mendorong keberhasilan

Narapidana dalam menjalani pidana dan bisa kembali ke lingkungan

masyarakat. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Lembaga

pemasyarakatan melaksanakan sistem pemasyarakatan yang dijadikan sebagai

metode pembinaan bagi narapidana dan anak didik, sedangkan narapidana

adalah manusia-manusia yang menghadapi kesulitan dan terganggu status

sosialnya sehingga mereka membutuhkan pembinaan yang intensif agar

mereka dapat mengatasi kesulitannya sedikit demi sedikit.

Berdasarkan pasal 1 angka 1 undang-undang nomor 12 tahun 1995

tentang permasyarakatan (selanjutnnya disebut Undang-Undang

Permasyarakatan), diatur bahwa permasyarakatan adalah kegiatan untuk

melakukan pembinaan warga binaan permasyarakatan berdasarkan sistem

kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem

pembinaan dalam tata peradilan pidana. Selajutnya dalam pasal 1 angka 2

ditentukan bahwa pengertian sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan

mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan

berdasarkan pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/38924/2/BAB I.pdf · mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan

2

dibina dan masyarakat untuk meningkatkan warga binaan pemasyarakatan agar

menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana

sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarkatan, dapat aktif

berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagaimana

warga negan yang baik dan bertanggung jawab.1

Selain memeperhatikan hal itu lapas juga harus memenuhi segala hal

yang menjadi hak bagi narapidana . Adapun yang menjadi hak narapidan yang

telah diatur dalam pasal 14 ayat 1 Undang-Undang nomor 12 tahun 1995

tentnag pemasyarakatan yaitu:

1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaan

2. medapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani

3. mendapatkan pendidikan dan pengajaran

4. mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

5. menyampaikan keluhan

6. mendpatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa

yang lainnya tidak terlarang

7. mendaptkan upah atau remi atas pekerjaan yang telah dilakukan

8. Mendapatkan keunjungan keluaraga, penasihat hukum atau

orang tertentu lainnya

9. Mendapatkan pengurungan masa pidana

10. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti

mengunjungi keluarga

11. Mendapatkan pembebasan bersayarat

12. Mendapatkan cuti menjelang bebas

13. Mendapatkan hak-hak lain sesui dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.2

Penulis akan mengambil lebih menfokuskan pada salah satu hak yang

dimiliki narapidana yang terdapat dalam pasal 14 ayat (1) angkan 3 UU

Pemasyarkatan, yakni medapatkan pendidika dan pengajaran.

1 Widodo. 2009. Sistem Pemidaan Cyber Crime. Yogyakarta. Cv Aaswaja. Hlm 77 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Lembaga Permasyarakatan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/38924/2/BAB I.pdf · mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan

3

Pendidikan adalah murni hak bagi seluruh orang. Hal ini berkaitan

dengan pasal 27 ayat (2) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 yang mengatakan bahwa tiap–tiap warga negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Untuk mendapatkan

pekerjaan dan penghidupan yang layak, otomatis diperlukan pendidikan.

Bagaimana orang mendapatkan pekerjaan yang layak tanpa adanya pendidikan

yang memadai.

Malang sering disebut sebagai kota pendidikan Julukan ini muncul

lantaran banyaknya jumlah kampus dan sekolah yang ada di Malang raya sejak

masa Hindia Belanda. Terdapat setidaknya lebih dari 80 Perguruan Tinggi yang

tersebar di wilayah Malang Raya.3 Artinya Malang merupakan kota yang

mejunjung atas pemenuhan hak pendidikan bagi warga negara.

Namun akhir-akhir ini, terjadi peningkatan angka kejahatan dikota

Malang , salah dapat dilihat dari meningkatnya jumlah warga binaan di

lembaga pemasyarakatan kelas IIA Malang yakni dari Februari 2016 sampai

Februari 2017 yaitu dari 315 total napi dan narapidan meningkat menjadi 510,

sedangkan pada Februari 2018 menjadi 524 napi dan narapida.4 Tentunya

ketika seorang tersebut ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan maka ia akan

kehilangan kebebasannya.

Ketiaka seorang menyandang status sebagai narapidana seringkali merasa

hidupnnya sudah tidak berguna, menjadi “sampah masyaraktan” dan

3 Nayumi, Malang menjadi kota pendidikan sejak hindia belanda, www.nayumisamtower.com,

acces 5 Maret 2018. 4 SDP, Sistem Database Pemasyaraktan, http://smslap.ditjenpas.go.id, acces 5 Maret 2018

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/38924/2/BAB I.pdf · mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan

4

menganggap masa depannya suram.Oleh karena itu kemudian menjadi

permisif terhadap dirinya dan menjalani program-program pembinaan di

Lembaga pemsyarkatan hanya untuk sekedar menhabiskan masa pidannya.

Aakibatnya setelah bebas, narapidana merasa tidak mendapat pencerahan di

Lapas dan kepribadiannya tidak berubah secara signifikan sehngga konsep

rehabilitasi dan reintegrasi sosial agar narapidan menyadari kesalahannya,

tidak lagi berkehendak untuk melakukan tidak pidana dan kembali menjadi

warga masyarkata yang bertanggung jawab tidak bisa tercapai. Disinilah

pentingnnya pembinaan pendidikan dan pengajaran agar setelah keluar dari

lembaga pemasyarkatan seorang warga binaan bisa menajadi warga yang baik

dan mendapatkan pelajaran yang baik selama menjalani kehiduannya di

lembaga pemasyarkatan.

Sebagai upaya pemenuhan hak pendidikan warga binaan di lembaga

permasyarakatan maka perlu dilakukannya pola pembinaan yaitu usaha yang

dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, dilakukan oleh

lembaga yang berwenang yaitu pihak lembaga pemasyarkatan. sebagaimana

dalam Undang-undang nomor 12 tahun 1995 tentang permasyarakatan dan

keputusan menteri kehakiman nomor M.02/PK.04.10 Tahun 1990 tentang pola

pembinaan narapidan atau tahanan. Dalam Pasal 1 ayat (1) Peraturan

Pemerintah No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan Warga Binaan

Pemasyarakatan. menyebutkan, pembinaan merupakan suatu kegiatan untuk

meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual,

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/38924/2/BAB I.pdf · mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan

5

sikap dan perilaku, professional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan

anak didik Pemasyarakatan yang meliputi:

1. Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

2. Kesadaran berbangsa dan bernegara

3. Intelektual

4. Sikap dan perilaku

5. Kesehatan jasmani maupun rohani

6. Kesadaran hukum

7. Reintregasi sehat dengan masyarakat

8. Keterampilan kerja dan latihan kerja dan produksi.

Lembaga permasyarakatan dalam pemenuhan hak narapidan dalam

memeperoleh pendidikan yang layak tentunnya harus juga memperhatikan

stadart nasional pendidikan di Idonesia sebagaimana telah disebutkan dalam

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional

dalam pasal 35 Yaitu Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi,

proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,

pengelolaan, pembiayaan,5 supaya hak pendidikan warga pidaan terpenuhi

sebagaimana hak warga negera indonesia lainnya dalam pemenuhan hak

pendidikan . Dari uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian melalui

penulisan skripsi dengan judul “POLA PEMBINAAN NARAPIDANA DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KELAS IIA MALANG”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka penulis dalam hal ini

mengambil rumusan masalah, yaitu :

5 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/38924/2/BAB I.pdf · mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan

6

1. Bagaimana Penerapan Pola Pembinaan Dalam Pemenuhan Hak Pendidikan di

Lapas Wanita Kelas IIA Malang ?

2. Bagaimana Pertanggung Jawaban Dalam Pemenuhan Hak Pendidikan Di Lapas

Wanita Kelas IIA Malang?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui Pola pembinaan dalam pemenuhan hak pendidikan di

Lapas wanita kelas IIA Malang

2. Untuk mengetahui pertanggung jawaban dalan pemenuhan hak pendidikan

narapidan di Lapas kelas 11A Malang

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Akademis

Secara ilmiah, penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam hukum

pidana, khususnya pada lembaga pemasyaraktan Kelas IIA Malang,

penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi peneliti

selanjtnya.

2. Secara Praktis

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pemerintah, terlebih yang berhubungan

dengan lembaga pemasyarkatan untuk memperhatikan hak-hak narapida,

khususnya dalam penelitian ini terkait dengan pendidikan yang ada dalam

lembaga pemayaraktan kelas II A Malang.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/38924/2/BAB I.pdf · mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan

7

E. Kegunaan Penulisan

1. Secara teoritis

Dengan dilakukannya penelitian diharapkan mampu memberika

kontribusi dalam hukum pidana, khususnya paa lembaga

pemasyaraktan klas IIA Malang. Penelitian ini juga diharaakan dapat

memberikan masukan bagi peneliti selanjutnya.

2. Secara praktis

a. Bagi masyarakat, supaya lebih memahami sistem hukum yang

berlaku dalam sebuah instansi dengan tetap mengacu pada

perundang-undangan yang telah diterapkan.

b. Bagi instansi, supaya lebih memeprhatikan hak-hak narapidana,

khusunya dalam penelitian ini terkait dengan pendidikan yang ada

dalam lembaga pemsyaraktan kelas IIA Malang

c. Bagi penulis, secara pribadi untuk menambah wawasan, dan sebagai

prasyarat untuk memenuhi Tugas Akhir untuk memperoleh gelar

Strata-1 Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiah Malang.

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode Pendekatan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/38924/2/BAB I.pdf · mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan

8

Di dalam penelitian ini dilakukan oleh peulis yaitu menitik beratkan

pada studi terhadap fenomena hukum yang telah terjadi Lembaga

pemasyarakatan. Uraian serta masalah akan ditelusuri dengan

menggunakan pendekatan Yuridis Sosiologis. Yuridis yaitu pendekatan

dari aspek hukum positif. Hukum positif yakni pendekatan kepada UU

No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan serta Keputusan Menteri

Kehakiman Republik Indonesia No. M. 02-PK.04.10 Tahun 1990

Tentangt Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan. Sedangkan sosiologis

merupakan pendekatan dengan melihat kejadian atau kenyataan pada

masyarakat6. Kejadian atau kenyataan pada Lembaga pemasyarakatan

dalam penelitian itu yaitu mengenai pelaksanaan pola pembinaan dalam

pemenuhan hak narapidana di Lembaga pemasyarakatan wanita klas

IIA Malang.Maka pendekatan Yuridis Sosiologis yaitu pendekatan

yang menitik beratkan pada aturan hukum (Das Sollen) dan dipadukan

dengan menelaah fakta-fakta social (Das Sein) yang terkait dalam

penelitian7. Penelitian yang dimaksud adalah pelaksanaan pola

pembinaan dalam pemenuhan hak pendidikan terhadap narapidana di

Lembaga pemasyarakatan wanita Klas IIA Malang.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di wilayah hukum Kantor Wilayah

Departemen Hukum dan HAM Propinsi Jawa Timur yang terletak di

6 Muslan Abdurrahman, 2009, Sosiologis Dan Metode Penelitian Hukum. Malang. UMM

Pres Hal 103 7 Bambang Waluyo, 1991, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika. Hal

17

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/38924/2/BAB I.pdf · mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan

9

Jalan Raya Kebonsari Malang. Alasan memilih lokasi penelitian ini

dikarenakan Lembaga Pemasyarakatan ini satu-satunya Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Di Malang dan tingkat narapidana dua tahun

terakhir meningkat yakni dari Februari 2016 sampai Februari 2017

yaitu dari 315 total napi dan narapidan meningkat menjadi 510,

sedangkan pada Februari 2018 menjadi 524 napi dan narapida dan data

yang menjadi residivis tiga tahun terakhir 2015-2016 ada 10 orang,

2017 menigkat menjadi 12 orang, sedangkan pada tahun 2018

meningkat lagi menjadi 14 orang diperoleh dari wawancara dengan Ibu

Lilik S, SH sebagai Kepala Seksi Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan

Wanita Malang.

3. Sumber data

Dalam hal ini, sumber data yang digunakan penulis yaitu :

a. Sumber data primer

Data Primer yaitu jenis data yang diperoleh langsung dari lokasi

penelitian yaitu Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Malang

mulai Januari 2015 sampai februari 2018 tentang pelaksanan pola

pembinanan dalam pemenuhan hak pendidikan di Lapas klas IIA

Malang. Cara yang digunakan untuk memperoleh data ini dengan

menggunakan Teknik wawancara, studi dokumen, informasi serta

pendapat dari sumber informasi utama yaitu petugas dari Lembaga

Pemasyarakatan yaitu Ibu Lilik S, SH selaku Kepala Seksi

Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Malang.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/38924/2/BAB I.pdf · mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan

10

b. Sumber data sekunder

Data Sekunder yaitu data pendukung dari data primer. Data sekender

diperoleh dari kajian kepustakaan dan undang-undang, buku-buku

literature maupun hasil penelitian terdahulu sebagain acuan

tambahan bagi penuis. Sumber data yang terkait antara lain :

1) Undang-undang RI No. 12 Tahun 1995 Tentang

Pemasyarakatan.

2) PP. No. 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan

Warga Binaan Pemasyarakatan

3) Keputusan Menteri RI No. M. 02-PK.04.10 Tahun 1990

Tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan

4) Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistim

pendidikan nasional

c. Sumber Data Tersier

Bahan Hukum tersier adalah bahan hukum yang diperoleh dari

ensiklopedia, jurnal hukum, kamus hukum dan kamus besar Bahasa

Indonesia. Penulis menggunakan bahan hukum tersier sebagai bahan

hukum yang memberian petunjuk atau penjelasan bermakna

terhadap bahan hukum primer dan sekunder.

4. Teknik pengumpulan data

a. Wawancara atau interview

Wawancara yaitu metode bertatap muka dengan responden untuk

menanyakan fakta-fakta yang ada, pendapat maupun persepsi dari

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/38924/2/BAB I.pdf · mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan

11

responden pelaku, diantaranya adalah pejabat yang berwenang yaitu

Kepala Seksi Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Malang

yaitu Ibu Ngatirah SH. MH mengenani pemenuhan hak pendidikan

narapidan dan ibu Lilik SH. M. Hum sebagai Kasie Binadik tentang

penerapan dari pada pola pembinna dalam pemenuhan hak mendapt

pendidikan di Lapas klas IIA Malang. Hasil dari wawancara yaitu

pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan wawancara dengan

pihak yang berkompeten. Wawancara langsung dalam

pengumpulan fakta sosial sebagai bahan kajian ilmu hukum empiris,

dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dimana semua

pertanyaan disusun secara sistematik jelas dan terarah sesuai dengan

isu hukum yang diangkat dalam penelitian8.

b. Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan yaitu dengan melakukan pencarian atau

penelusuran bahan-bahan kepustakaan seperti berbagai literature

atau buku-buku atau jurnal.

c. Studi Internet

Yaitu penelusuran penulis dengan menggunakan Jaringan Internet

untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian.

5. Analisa data

Analisa data yang digunakan adalah metode analisi kualitatif, yaitu

dengan mengkaji data-data yang didapat secara sistematis serta

8 Muslan Abdurrahman, Op.Cit.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/38924/2/BAB I.pdf · mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan

12

konsisten untuk mencapai suatu kejelasan dari permasalahan yang akan

dibahas9. Jadi setelah mendapatkan data yang diinginkan penulis

menganalisa tentang keterkaitan data dengan permasalahan yang akan

dibahas. Data yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan yang

terkait dengan upaya pembinaan narapidana khususnya dalam hal pola

pembinaan dalam pemenuhan hak narapida di Lapas klas IIA Malang,

kemudian disesuaikan dengan data yang diperoleh dari Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Malang.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan skripsi ini dibagi menjadi 4 (empat) bab

yang disusun secara sistematis, adapun susunannya sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, metode

penelitian, dan sistematika penulis yang digunakan untuk memberikan

pemahaman terhadap isi penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisikan mengenai tinjauan pustaka yang meliputi

deskripsi dan uraian mengenai bahan teori, doktrin, pendapat ahli, kajian-

kajian yuridis, yang mana nanti akan dijadikan landasan analisis hukum

penulisan di bab selanjutnya yakni pada Bab III.

9 Burhan Ashshofa, 2004, Metode Penelitian Hukum, PI Rineka Cipta, Jakarta. Hal 20

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/38924/2/BAB I.pdf · mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan

13

BAB III PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan apa yang menjadi pokok permasalahan

dan pemaparan hasil penelitian yang akan dilakukan penulis serta

penggunaan bahan hukum sehingga dapat ditemukan jawaban dari

permasalahan tersebut.

BAB IV PENUTUP

Bab ini adalah bab terakhir dalam penulisan ini yang didalamnya

terdapat kesimpulan, serta saran-saran.