Upload
muhammad-hidayat
View
658
Download
22
Embed Size (px)
DESCRIPTION
By : Muhammad Hidayat STTNAS 2012
Citation preview
1
Klasifikasi Batuan Beku dan Sedimen
A. Klasifikasi Batuan Beku Menurut O’Dunn & Sill (1986)
|
2
B. Klasifikasi Batuan Sedimen
1. Menurut Pettijohn (1975)
Pettijohn (1975) membagi batuan sedimen berdasar teksturnya menjadi dua kelompok
besar, yaitu batuan sedimen klastika dan batuan sedimen non-klastika.
1. Batuan sedimen klastika (detritus, mekanik, eksogenik)
Batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali (reworking)
terhadap batuan yang sudah ada. Proses pengerjaan kembali itu meliputi
pelapukan, erosi, transportasi dan kemudian redeposisi (pengendapan kembali).
Sebagai media proses tersebut adalah air, angin, es atau efek gravitasi (beratnya
sendiri). Media yang terakhir itu sebagai akibat longsoran batuan yang telah ada.
Kelompok batuan ini bersifat fragmental, atau terdiri dari butiran/pecahan batuan
(klastika) sehingga bertekstur klastika.
|
3
2. Batuan sedimen non-klastika
Batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil penguapan suatu larutan, atau
pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses pembentukan batuan
sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di
antara keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi
kimia, misalnya CaO + CO2 ® CaCO3. Secara organik adalah pembentukan
sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh
pembentukan rumah binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang
(fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi
laut.
Berdasar komposisi penyusun utamanya, batuan sedimen klastika (bertekstur klastika)
dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Batuan sedimen silisiklastika adalah batuan sedimen klastika dengan mineral
penyusun utamanya adalah kuarsa dan felspar.
2. Batuan sedimen klastika gunungapi adalah batuan sedimen dengan material
penyusun utamanya berasal dari hasil kegiatan gunungapi (kaca, kristal dan atau
litik), dan
3. Batuan sedimen klastika karbonat adalah batuan sedimen klastika dengan
mineral penyusun utamanya adalah material karbonat (kalsit).
|
4
2. Menurut Dunham (1962)
Kriteria Dunham lebih condong pada fabrik batuan, misal mud supported atau grain
supported bila ibandingkan dengan komposisi batuan. Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi
didasarkan pada perbandingan kandungan lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut
dijumpai 5 klasifikasi Dunham (1962). Nama nama tersebut dapat dikombinasikan dengan
jenis butiran dan mineraloginya. Batugamping dengan kandungan beberapa butir (<10%)
di dalam matriks lumpur karbonat disebut mudstone dan bila mudstone tersebut
mengandung butiran yang tidak saling bersinggungan disebut wackestone. Lain halnya
apabila antar butirannya saling bersinggungan disebut packstone / grainstone.
Packstone mempunyai tekstur grain supported dan punya matriks mud. Dunham punya
istilah Boundstone untuk batugamping dengan fabrik yang mengindikasikan asal-usul
komponenkomponennya yang direkatkan bersama selama proses deposisi.
|
5
Klasifikasi Dunham (1962) punya kemudahan dan kesulitan. Kemudahannya tidak
perlu menentukan jenis butiran dengan detail karena tidak menentukan dasar nama
batuan. Kesulitannya adalah di dalam sayatan petrografi, fabrik yang jadi dasar klasifikasi
kadang tidak selalu terlihat jelas karena di dalam sayatan hanya memberi kenampakan 2
dimensi, oleh karena itu harus dibayangkan bagaimana bentuk 3 dimensi batuannya agar
tidak salah tafsir. Pada klasifikasi Dunham (1962) istilah-istilah yang muncul adalah grain
dan mud. Nama-nama yang dipakai oleh Dunham berdasarkan atas hubungan antara butir
seperti mudstone, packstone, grainstone, wackestone dan sebagainya. Istilah sparit
digunakan dalam Folk (1959) dan Dunham (1962) memiliki arti yang sama yaitu sebagai
semen dan sama-sama berasal dari presipitasi kimia tetapi arti waktu pembentukannya
berbeda.
Sparit pada klasifikasi Folk (1959) terbentuk bersamaan dengan proses deposisi
sebagai pengisi pori-pori. Sparit (semen) menurut Dunham (1962) hadir setelah butiran
ternedapkan. Bila kehadiran sparit memiliki selang waktu, maka butiran akan ikut tersolusi
sehingga dapat mengisi grain. Peristiwa ini disebut post early diagenesis. Dasar yang
dipakai oleh Dunham untuk menentukan tingkat energi adalah fabrik batuan. Bila batuan
bertekstur mud supporteddiinterpretasikan terbentuk pada energi rendah karena Dunham
beranggapan lumpur karbonat hanya terbentuk pada lingkungan berarus tenang.
Sebaliknya grain supported hanya terbentuk pada lingkungan dengan energi gelombang
kuat sehingga hanya komponen butiran yang dapat mengendap.
|
6
3. Menurut Wentworth (1922)
|
7
Dikenal umum dengan nama Skala Wentworth, skema ini digunakan untuk klasifikasi
materi partikel aggregate ( Udden 1914, Wentworth 1922). Pembagian skala dibuat
berdasarkan faktor 2 ; contoh butiran pasir sedang berdiameter 0,25 mm – 0,5 mm, pasir
sangat kasar 1 mm – 2 mm, dan seterusnya. Skala ini dipilih karena pembagian
menampilkan pencerminan distribusi alami partikel sedimen; sederhananya, blok besar
hancur menjadi dua bagian, dan seterusnya.
Empat pembagian dasar yang dikenalkan:
a. lempung (< 4 μm)
b. lanau (4 μm – 63 μm)
c. pasir (63 μm – 2 mm)
d. kerikil /aggregate (> 2 mm).
Skala phi adalah angka perwakilan pada skala Wentworth. Huruf Yunani ‘Ф’ (phi)
sering digunakan sebagai satuan skala ini. Dengan menggunakan logaritma 2 ukuran butir
dapat ditunjukkan pada skala phi sebagai berikut : Ф = - log 2 (diameter butir dalam mm).
Tanda negatif digunakan karena biasa digunakan untuk mewakili ukuran butir pada grafik,
bahwa ukuran butir semakin menurun dari kanan ke kiri. Dengan menggunakan rumus ini,
butir yang berdiameter 1 mm adalah 0Ф; 2mm adalah -1Ф, 4 mm adalah -2Ф, dan
seterusnya; ukuran butir yang semakin menurun, 0,5 mm adalah +1Ф, 0,25 mm adalah
2Ф, dan seterusnya.
Berikut adalah ukuran yang terdapat dalam skala Wenworth :
1. Gravel, terbagi atas 4 bagian yakni : Bolders/Bongkah (>256mm),
Cobble/Berangkal (64-256mm), Pebble/Kerakal (4-64mm), dan
Grit/Granule/Butiran (2-4mm).
2. Sand, Pasir Sangat Kasar (1-2mm), Pasir Kasar (1/2-1mm), Pasir Sedang
(1/4-1/2mm), Pasir Halus (1/8-1/4mm), dan Pasir Sangat Halus(1/16-1/8mm)
3. Mud, terbagi atas 2 : Silt/Lanau (1/256-1/6mm) dan Clay/Lempung
(<1/256mm)
|
8
4. Menurut Folk (1959)
Folk membuat klasifikasi berdasarkan apa yang dilihatnya melalui mikroskop atau lebih
bersifat deskriptif, sedangkan Dunham lebih melihat batuan karbonat dari aspek deskriptif
dan genesis, sehingga dalam klasifikasinya tidak hanya mempertimbangkan kenampakan
dibawah mikroskop tetapi juga kenampakan lapangan (field observation).
Klasifikasi Folk menuntun kita untuk mendeskripsi batuan karbonat tentang apa yang
dilihat dan hanya sedikit untuk dapat menginterpretasikan apa yang dideskripsi tersebut.
Sebenarnya batuan karbonat merupakan batuan yang mudah mengalami perubahan
(diagenesis) oleh karena itu studi tentang batuan karbonat tidak akan memberikan hasil
yang maksimal jika tidak mengetahui proses-proses yang terjadi
pada saat dan setelah batuan tersebut terbentuk.
Kelemahan klasifikasi Folk tersebut diperbaiki oleh Dunham dan membuat klasifikasi
baru dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Kelebihan klasifikasi Dunham (1962)
adalah adanya perpaduan antara deskriptif dan genetik dalam pengklasifikasian batuan
karbonat.
|