6
KOMPLIKASI - Batu Ureter Komplikasi SWL untuk terapi batu ureter hampir tidak ada. Dibedakan komplikasi akut dan komplikasi jangka panjang. Komplikasi akut yang sangat diperhatikan oleh penderita adalah kematian, kehilangan ginjal, kebutuhan transfusi dan tambahan intervensi sekunder yang tidak direncanakan. Data kematian, kehilangan ginjal dan kebutuhan transfusi pada tindakan batu ureter memiliki risiko sangat rendah. Komplikasi akut dapat dibagi menjadi yang signifikan dan kurang signifikan. Yang termasuk komplikasi signifikan adalah avulsi ureter, trauma organ pencernaan, sepsis, trauma vaskuler, hidro atau pneumotorak, emboli paru dan urinoma. Sedang yang termasuk kurang signifikan perforasi ureter, hematom perirenal, ileus, stein strasse, infeksi luka operasi, ISK dan migrasi stent. Komplikasi jangka panjang adalah striktur ureter. Striktur tidak hanya disebabkan oleh intervensi, tetapi juga dipicu oleh reaksi inflamasi dari batu, terutama yang melekat. Angka kejadian striktur kemungkinan lebih besar dari yang ditemukan karena secara klinis tidak tampak dan sebagian besar penderita tidak dilakukan evaluasi radiografi ( IVP ) pasca operasi. - Batu Ginjal o Non-Staghorn

komp n prog batu_tt^^

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nhg hj h

Citation preview

Page 1: komp n prog batu_tt^^

KOMPLIKASI

- Batu Ureter

Komplikasi SWL untuk terapi batu ureter hampir tidak ada. Dibedakan

komplikasi akut dan komplikasi jangka panjang. Komplikasi akut yang sangat

diperhatikan oleh penderita adalah kematian, kehilangan ginjal, kebutuhan transfusi dan

tambahan intervensi sekunder yang tidak direncanakan. Data kematian, kehilangan ginjal

dan kebutuhan transfusi pada tindakan batu ureter memiliki risiko sangat rendah.

Komplikasi akut dapat dibagi menjadi yang signifikan dan kurang signifikan. Yang

termasuk komplikasi signifikan adalah avulsi ureter, trauma organ pencernaan, sepsis,

trauma vaskuler, hidro atau pneumotorak, emboli paru dan urinoma. Sedang yang

termasuk kurang signifikan perforasi ureter, hematom perirenal, ileus, stein strasse,

infeksi luka operasi, ISK dan migrasi stent.

Komplikasi jangka panjang adalah striktur ureter. Striktur tidak hanya disebabkan

oleh intervensi, tetapi juga dipicu oleh reaksi inflamasi dari batu, terutama yang melekat.

Angka kejadian striktur kemungkinan lebih besar dari yang ditemukan karena secara

klinis tidak tampak dan sebagian besar penderita tidak dilakukan evaluasi radiografi

( IVP ) pasca operasi.

- Batu Ginjal

o Non-Staghorn

Pada batu ginjal nonstaghorn, komplikasi berupa kehilangan darah,

demam, dan terapi nyeri yang diperlukan selama dan sesudah prosedur lebih

sedikit dan berbeda secara bermakna pada ESWL dibandingkan dengan PNL.

Demikian pula ESWL dapat dilakukan dengan rawat jalan atau perawatan yang

lebih singkat dibandingkan PNL.

o Staghorn

Komplikasi akut meliputi transfusi, kematian, dan komplikasi

keseluruhan. Dari meta-analisis, kebutuhan transfusi pada PNL dan kombinasi

terapi sama (< 20%). Kebutuhan transfusi pada ESWL sangat rendah kecuali pada

hematom perirenal yang besar. Kebutuhan transfusi pada operasi terbuka

mencapai 25-50%.

Page 2: komp n prog batu_tt^^

Mortalitas akibat tindakan jarang, namun dapat dijumpai, khususnya pada

pasien dengan komorbiditas atau mengalami sepsis dan komplikasi akut lainnya.

Dari data yang ada di pusat urologi di Indonesia, risiko kematian pada operasi

terbuka kurang dari 1%.

Pedoman AUA menyebutkan adanya kesulitan dalam menarik kesimpulan

dari laporan komplikasi akibat ketiadaan keseragaman laporan. Misalnya, pasien

dengan demam dikelompokkan sebagai sepsis oleh sejumlah peneliti, namun

hanya demam saja oleh peneliti lainnya. Perkiraan komplikasi keseluruhan yang

diakibatkan oleh keempat prosedur sama dan berkisar antara 13%-19%.

Hanya ada satu penelitian yang melihat komplikasi yang dikaitkan dengan

klasifikasi batu cetak (parsial atau komplit). Dari penelitian itu didapatkan,

komplikasi berkaitan dengan ukuran batu (stone burden)

o Batu Ginjal pada Anak

Komplikasi ESWL meliputi kolik renal (10,1%), demam (8,5%),

urosepsis (1,1%) dan steinstrasse (1,1%). Hematom ginjal terjadi akibat trauma

parietal dan viseral. Hasil studi pada hewan tidak menunjukkan adanya kelainan

lanjut yang berarti. Dalam evaluasi jangka pendek pada anak pasca ESWL,

dijumpai adanya perubahan fungsi tubular yang bersifat sementara yang kembali

normal setelah 15 hari. Belum ada data mengenai efek jangka panjang pasca

ESWL pada anak.

Komplikasi pasca PNL meliputi demam (46,8%) dan hematuria yang

memerlukan transfusi (21%). Konversi ke operasi terbuka pada 4,8% kasus akibat

perdarahan intraoperatif, dan 6,4% mengalami ekstravasasi urin. Pada satu kasus

dilaporkan terjadi hidrothoraks pasca PNL.

Komplikasi operasi terbuka meliputi leakage urin (9%), infeksi luka

(6,1%), demam (24,1%), dan perdarahan pascaoperasi (1,2%).

PROGNOSIS

Karena sedikitnya keungkinan invasive dalam menghilangkan batu dan secara umum

hasilnya memuaskan, maka pertimbangan utama dalam penanganan batu adalah bukan

Page 3: komp n prog batu_tt^^

berdasarkan bisa tidaknya batu dihilangkan, namun apakah batu tersebut dapat dihilangkan tanpa

menimbulkan komplikasi dan angka kesakitan yang minimal.

Perlu diketahui bahwa rekurensi batu saluran kemih adalah 50% dalam 5 tahun dan 70%

atao lebih dalam 10 tahun. Evaluasi dan penanganan terhadap kondisi metabolic diindikasikan

bagi para pasien yang ada dalam resiko mengalami rekurensi lebih besar, termasuk diantaranya

adalah pasien dengan batu multiple, seseorang yang memiliki riwayat penyakit dahulu atau

riwayat penyakit keluarga berupa batu saluran kemih, seseorang yang memiliki batu pada usia

muda, atau seseorang yang masih memiliki residu batu setelah mendapatkan terapi.

Terapi medikamentosa umumnya efektif dalam menghambat perkembangan batu (namun

kemungkinan tidak dapat menghilangkan secara total). Aspek penting dalam terapi medis adalah

menjaga masukan cairan yang tinggi dan setelah itu volume urine yang tinggi pula. Tanpa

volume urine yang adekuat, tidak ada terapi medikamentosa maupun terapi diet yang berhasil

dalam mencegah pembentukan batu.

- Menurut perkiraan, penambahan masukan cairan yang terus menerus dan mengunjungi

dokter atau tenaga kesehatan yang menganjurkan pembatasan makanan dapat

menghentikan rekurensi batu sebesar 60%. Hal ini dikenal sebagai efek stone clinic.

- Secara kontras, digunakannya pemeriksaan system metabolic secara optimal dengan

evaluasi yang baik dan disesuaikan dengna terapi dapat mengeliminasi secara total batu

baru pada pasien, dan secara signifikan juga mengurangi pembentukan batu baru pada

pasien.

Untuk batu ureter, kemungkinan keluarnya batu secara spontan tanpa rawat inap atau

intervensi invasive adalah sekitar 80%. Sekitar 20% pasien membutuhkan perawatan di rumah

sakit, terkait adanya dehidrasi, nyeri dan muntah yang terus menerus, atau batu yang tidak dapat

keluar secara spontan. Rekurensi setelah episode pertama dari batu ureter adalah 14%, 35%, dan

52% pada tahun pertama, kelima, dan kesepuluh. Resiko rekurensi dapat dikurangi secara drastic

dengan terapi medikamentosa spesifik berdasarkan analisis batu dan serum, serta profil metabolit

urin.

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: komp n prog batu_tt^^

Wolf, J. Stuart, 2010. Nephrolithiasis: Follow-up. Available at:

http://emedicine.medscape.com/article/437096-followup

Craig, Sandy, 2010. Renal Calculi: Follow-up. Available at:

http://emedicine.medscape.com/article/777705-followup

IAUI, 2005. Guideline Batu Saluran Kemih. Available at:

http://iaui.or.id/ast/file/ batu _ saluran _ kemih .doc

Arenta Mantasari

H1A008009