15
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BATANGHARI JAMBI KOMPETENSI PERADILAN TATA USAHA NEGARA

KOMPETENSI PERADILAN TATA USAHA NEGARA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

slide tentang KOMPETENSI PERADILAN TATA USAHA NEGARA

Citation preview

Oleh : Leny Zulfa Bagus Alnando Dosen: Nuraini,S.H.,M.H.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BATANGHARI JAMBIKOMPETENSI PERADILAN TATA USAHA NEGARADalam hukum acara, umumnya dikenal adanya kompetensi (kewenangan) suatu badan peradilan untuk memeriksa dan mengadili suatu perkara. Kompetensi tersebut dibedakan atas kompetensi relative dan kompetensi absolute. Kompetensi relative adalah kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu perkara sesuai dengan wilayah hukumnya, sedangkan kompetensi absolute adalah kewenangan pengadilan sesuai dengan objek atau materi atau pokok sengketanya.KOMPETENSI RELATIVEKompetensi relative suatu pengadilan ditentukan berdasarkan wilayah hukum yang menjadi wilayah kewenangannya. Suatu pengadilan berwenang memeriksa suatu sengketa apabila salah satu pihak atau kedua belah pihak yang bersengketa berkediaman di wilayah hukumnya. Wilayah hukum Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, dibedakan atas tiga daerah atau wilayah hukum, masing masing meliputi wilayah kota atau kabupaten dan provinsi.Kota/KabupatenProvinsi Kompetensi AbsoluteKompetensi Absolute berhubungan dengan kewenangan pengadilan tata usaha negara mengadili suatu sengketa menurut objek atau materi atau pokok sengketa. Yang menjadi kompetensi absolute Pengadilan Tata Usaha Negara adalah SENGKETA TATA USAHA NEGARA.Sengketa Tata Usaha Negara berdasarkan Pasal 1 butir (4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara Orang atau Badan Hukum Perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di Pusat maupun di Daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Adapun yang dimakud dengan Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana dituangkan dalam Pasal 1 butir (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 yang berbunyi:Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat kongkret, induvidual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

Unsur-unsur suatu Penetapan Tertulis yang dapat digugat ke PTUN tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut :Bentuk penetapan itu harus tertulisIa dikeluarkan oleh Badan atau Jabatan TUNBerisi tindakan hukum TUNBerdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlakuBersifat konkret, individual dan finalMenimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.BENTUK TERTULISPasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 menentukan, bahwa Penetapan Tertulis itu harus dalam bentuk tertulis.Penetapan Tertulis yang dapat digugat apabila sudah jelas :Badan atau Jabatan yang mengeluarkannya;Maksud serta mengenai hal apa isi tulisan itu;Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang ditetapkan di dalamnya kelas bersifat individual, konkret dan final;Serta menimbulkan suatu akibat hukum bagi seseorang atau suatu badan hukum perdataDikeluarkan oleh Badan atau Jabatan (Pejabat) TUNBadan atau Pejabat (Jabatan) TUN adalah Badan atau Pejabat (Jabatan) yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Sedangkan yang dimaksud dengan urusan pemerintah adalah segala macam urusan mengenai masyarakat, bangsa dan negara yang bukan merupakan tugas legislatif maupun yudikatif. Berisi Tindakan Hukum TUNSuatu tindakan hukum TUN adalah suatu keputusan yang menciptakan, atau menentukan mengikatnya atau menghapuskannya suatu hubungan hukum TUN yang telah ada. Jadi untuk dapat dianggap sebagai Penetapan Tertulis, maka keputusan Badan atau Jabatan TUN itu harus merupakan suatu tindakan hukum, artinya dimaksudkan untuk menimbulkan suatu akibat hokum TUN.Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang Berlakubahwa setiap pelaksanaan urusan pemerintahan yang dilakukan oleh para Badan atau Jabatan TUN itu harus ada dasarnya dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku; karena hanya peraturan perundang-undangan yang berlaku tersebut sajalah yang memberikan keabsahan (dasar legalitas) urusan pemerintahan yang mereka laksanakan;Bersifat konkret artinya objek yang diputuskan dalam keputusan TUN itu tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat ditentukan, umpamanya keputusan mengenai rumah si A, izin usaha bagi si B, pemberhentian si A sebagai pegawai negeri.Bersifat individual artinya keputusan itu tidak ditujukan untuk umum, tetapi tertentu baik alamat maupun hal yang dituju. Kalau yang dituju itu lebih dari seorang, tiap-tiap nama orang yang terkena keputusan itu harus disebutkan. Karena keputusan kepada masing-masing nama yang tersebut dalam lampirannya sebenarnya dapat berdiri sendiri-sendiri. umpamanya keputusan tentang pelebaran jalan dengan lampiran yang menyebutkan nama-nama orang yang tanahnya terkena keputusan tersebut. Jadi sifat individual itu berarti secara langsung mengenai hal atau keadaan tertentu yang nyata ada.Keputusan TUN yang dikeluarkan itu harus bersifat final, artinya akibat hukum yang ditimbulkan serta dimaksudkan dengan mengeluarkan Penetapan Tertulis itu harus benar sudah merupakan akibat hukum yang definitif.Bersifat Konkret, Individual dan FinalPengecualian Terhadap Penetapan Tertulis (KTUN Fiktif Negatif)Disamping Penetapan Tertulis, yang ternasuk ke dalam kompetensi absolute peradilan tata usaha Negara yaitu dalam hal badan suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan suatu keputusan yang dimohonkan kepadanya, sedangkan hal itu merupakan kewajibannya.Hal itu disebut juga sebagai sikap diam dari Badan / Pejabat TUN setelah menerima surat permohonan dari orang atau badan hukum perdata, dimana Badan / Pejabat TUN tidak mengeluarkan sama sekali suatu Keputusan TUN yang dimohonkan tersebut. Sikap diam dari Badan / Pejabat TUN tersebut dianggap telah mengeluarkan suatu Keputusan TUN yang berisi penolakan (disebut juga dengan Keputusan Fiktif Negatif). Setelah jangka waktu yang ditentukan, terhadap penolakan tersebut dapat diajukan gugatan ke PTUN.Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat umum.Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum perdataKeputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan persetujuanKeputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan KUHP dan KUHAP dan peraturan perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana.Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Keputusan Tata Usaha Negara mengenai Tata Usaha Tentara Nasional IndonesiaKeputusan Komisi Pemilihan Umum baik dipusat maupun didaerah mengenai hasil pemilihan umum.Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan dalam perang, keadaan bahaya dan bencana alam.Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum.

KTUN yang tidak Termasuk Kompetensi TUNKewenangan PTUN Menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara PemiluUndang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD telah menambah kewenangan baru PTUN, yaitu menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pemilu, sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara Pemilu antara calon anggota DPR,DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota atau partai politik calon Peserta Pemilu dengan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota (Pasal 268 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012).