43
Kompleks Gunung Dieng. [Gunung tua yang sedang bergolak] . Posted on 30 Mei 2011 by Rovicky 8 Votes Dataran tinggi Dieng lebih dikenal sebagai lokasi wisata ketimbang sebuah kompleks gunungapi tua dengan segala seluk beluknya. Secara geologi Dieng merupakan sebuah kompleks gunungapi tua yang berada di Jawa Tengah.Lokasi wisata ini sudah dikenal didalam maupun luar negeri. Berita tentang naiknya status Waspada (level 3) kompleks Gunung Dieng ini tentunya banyak mengundang pertanyaan. Apa sebenernya kompleks gunung Dieng ini. Menurut catatan VSI (Vulkanological Survey Indonesia) kompleks gunungapi ini dikenal dengan : Nama : G. Dieng (Nama Lain : Gunung Parahu) Lokasi : Koordinati : 7°12′ LS dan 109°54′ BT . Nama kota Dieng Kulon. Kota terdekat Banjar-negara (kota Kabupaten)

Kompleks Gunung Dieng

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kompleks Gunung Dieng

Kompleks Gunung Dieng.   [Gunung tua yang sedang   bergolak] .

Posted on 30 Mei 2011 by Rovicky      8 Votes

Dataran tinggi Dieng lebih dikenal sebagai lokasi wisata ketimbang sebuah kompleks gunungapi tua dengan segala seluk beluknya. Secara geologi Dieng merupakan sebuah kompleks gunungapi tua yang berada di Jawa Tengah.Lokasi wisata ini sudah dikenal didalam maupun luar negeri. Berita tentang naiknya status Waspada (level 3) kompleks Gunung Dieng ini tentunya banyak mengundang pertanyaan. Apa sebenernya kompleks gunung Dieng ini.

Menurut catatan VSI (Vulkanological Survey Indonesia) kompleks gunungapi ini dikenal dengan :

Nama : G. Dieng (Nama Lain : Gunung Parahu) Lokasi : Koordinati : 7°12′ LS dan 109°54′ BT .

Nama kota Dieng Kulon. Kota terdekat Banjar-negara (kota Kabupaten)

Ketinggian : 2565 m. dpl.

Tipe Gunungapi : Strato, dengan lapangan solfatara dan fumarola, serta banyak kawah (cone).

 “Wah, Dieng kan lokasi Wisata Pakdhe. Mosok bisa meletus ?”

Page 2: Kompleks Gunung Dieng

 “Thole perlu dimengerti juga bahwa bahaya Gunungapi atau Vulkan itu selain letusannya juga kegiatan letusa freatik yang berupa keluarnya gas beracun seperti di Kompleks Gunungapi Dieng ini”.

Bahaya gas beracun

Kawah Sinila yang pernah mengeluarkan gas beracun pada tahun 1979

Gunungapi Dieng memang berupa kompleks gunung api yang memiliki banyak kawah.  Diantaranya nama kawahnya adalah : Timbang,  Sikidang, Upas, Sileri, Condrodimuko, Sibanteng dan Telogo Terus. Yang membahayakan dari Gunung Dieng ini adalah hembusan gas beracun yang berupa CO2. Emisi gas yang dihasilkan oleh beberapa kawah sudah diketahui sejak lama (Bemmelen, 1949; Allard dkk., 1989). Pada tahun 1979, terjadi erupsi freatik pada kawah Sinila, menghasilkan gas-gas, hususnya CO2. Akumulasi gas CO2 yang cukup tinggi tersebut bergerak menuruni lereng dan lembah serta meliwati jalan perkampungan, menyebabkan terbunuhnya 142 penduduk yang tinggal disekitar daerah letusan tersebut.

Sejarah Geologi Kawasan Gunung Dieng

Kegiatan gunungapi pada komplek G.Dieng dari yang tua hingga yang termuda dapat dibagi dalam tiga episoda yang didasarkan pada umur relatif, sisa morfologi, tingkat erosi, hubungan stratigrafi dan tingkat pelapukan.

Page 3: Kompleks Gunung Dieng

Peta kawah-kawah di Kompleks Gunung Dieng

Formasi pra Kaldera, dindikasikan oleh kegiatan vulkanik dari Rogo Jembangan, Tlerep, Djimat dan vulkanik Prau. Produknya tersebar dibagian luar dari komplek Dieng.

Formasi setelah Kaldera, diperlihatkan oleh aktivitas vulkanik yang berada didalam kaldera. Diantaranya, Bisma-Sidede, Seroja, Nagasari, Pangonan, Igir Binem dan Vulkanik Pager Kandang. Produknya berupa piroklastik jatuhan yang menyelimuti hampir seluruh daerah, dikenal juga sebagai endapan piroklastik daerah Dieng yang tak terpisahkan. Kegiatan saat ini ditandai oleh lava berkomposisi biotit andesit berasosiasi dengan jatuhan piroklastik. Aktivitas terahir ditandai oleh erupsi-erupsi preatik.

 “Pakdhe, Biotit itu nama apa to ? Namanya lutju, tapi aku kan ngga tahu. Mbok sesekali dicritakan, Pakdhe”

 “Thole , Biotit, Hornblende,  itu nama mineral. Kalau Andesit itu nama batuan. Ya wis nanti dongeng terpisah ya”. 

Episoda pertama (Formasi Pra Kaldera)

Produk piroklastika Rogojembangan (Djimat) menutupi daerah utara dan selatan komplek, kemungkinan terbentuk pada Kuarter bawah (Gunawan, 1968).

Page 4: Kompleks Gunung Dieng

Kawah Tlerep yang terdapat pada batas timur memperlihat terbuka kearah selatan membentuk struktur dome berkomposisi hornblende andesit.

Krater vulkanik Prau terletak kearah utara dari Tlerep.Setengah dari kawah bagian barat membentuk struktur kaldera. Prau vulkanik menghasilkan endapan piroklastik dan lava andesit basaltis.

Episoda ke dua

Peta Bencana Sinila 1979

Beberapa aktivitas vulkanik berkembang didalam kaldera, diantaranya:

G. Bisma, yaitu kawah tua yang terpotong membuka kearah barat, dengan produknya berupa lava dan jatuhan piroklastik.

G. Seroja memperlihatkan umur lebih muda dengan tingkat erosi selope yang kurang kuat dibandingkan G.Bisma. Produknya berupa lava berkomposisi andesitis dan endapan piroklastika.

G.Nagasari, yaitu gunungapi composite, terdapat diantara Dieng-Batur dan berkembang dari utara ke selatan.

G. Palangonan dan Mardada memiliki kawah yang berlokasi kearah timur dari Nagasari, masih memperlihatkan morfologi muda (bertekstur halus), serta menghasilkan lava dan endapan piroklastika.

G. Pager Kandang (Sipandu) memiliki kawah pada bagian utara. Solfatara dan fumarola tersebar sepanjang bagian dalam dan luar kawah dengan suhu 74oC, serta batuan lava berkomposisi basaltis, yang tersingkap di dinding kawah.

G. Sileri, merupakan kawah preatik yang memperlihatkan aktivitas hydrothermal berupa airpanas dan fumarola. Kawah ini telah aktif sejak dua ratus tahun terahir, menghasilkan piroklastika jatuhan.

G. Igir Binem, adalah gunungapi strato yang memiliki dua kawah, disebut dengan telaga warna, yang tingkat aktivitas hidrothermalnya cukup kuat.

Page 5: Kompleks Gunung Dieng

Group G. Dringo-Paterangan terletak didalam daerah depresi Batur, terdiri dari kawah komposite, menghasilkan lava andesitis dan piroklastik jatuahan.

Episoda ketiga

Peta Geologi Dieng yang dibuat oleh Pak Sukhyar (1994), kini Kepala Badan Geologi.

Aktivitas gunungapi pada episoda ini, menghasilkan lava andesit biotit, jatuhan piroklastik dan aktivitas hydrothermal.

 “Wah Pakdhe kok bahasanya tehnis banget sih ?”

 “Thole ini tulisan diambil dari VSI, ya mesti agak tehnis. Kajian geologi itu kan kajian ilmiah. Jangan alergi dengan kajian ilmiah. Justru ilmu itu yang menyelamatkan manusia dari bahaya bencana alam”.

Sejarah Letusan Dieng

Sejak tahun 1600, kegiatan G.api Dieng tidak memperlihatkan adanya letusan magmatik, tetapi lebih didominasi oleh aktivitas letusan freatik atau hydrothermal, sebagaimana diperlihatkan oleh beberapa aktivitas yang telah diperlihatkan dalam sejarah letusan.

Tahun Nama Gunung/Kawah Aktivitas letusan

Produk Letusan/korban

1450 Pakuwojo Letusan normal

Abu/Pasir  ?

1825/1826 Pakuwojo Letusan normal

Abu/Pasir  ?

1883 Kw.Sikidang/Banteng Peningkatan kegiatan

Lumpur kawah

1884 Kw.Sikidang Letusan normal

?

1895 Siglagak Pembentukan celah

Uap belerang

1928 Batur ? Letusan Normal

Lumpur dan batu

Page 6: Kompleks Gunung Dieng

1939 Batur Letusan normal

Uap dan Lumpur,5 orang meninggal

1944 Kw.Sileri Gempabumi dan letusan

Lumpur/59 meninggal,38 luka-luka, 55 orang hilang

1964 Kw.Sileri Letusan normal

lumpur

1965 Kw.Condrodimuko/Telaga Dringo

Hembusan fumarola, lumpur (?)

Uap air dominan

1979 Kw.Sinila Hembusan gas racun

Gas CO2, CO ?, CH4,Korban 149 meninggal

1990’s Kw. Dieng Kulon Letusan freatik

lumpur

Karakter Letusan : Dominan letusan freatik dan gas (terutama CO2)(Sumber VSI)

Kawah di Gunung Dieng

Erupsi freatik cukup sering terjadi di dataran tinggi Dieng, hal ini  diperlihatkan oleh jumlah kawah yang terbentuk, yaitu ± 70 buah dibagian timur dan tengah komplek, serta  ± 30 buah dibagian barat sector Batur. Sedikitnya 10 erupsi freatik telah terjadi dalam kurun waktu 200 tahun terahir.Letusan freatik inilah yang merupakan bentuk bahaya dari kompleks Gunung Dieng.

Menurut VSI erupsi freatik komplek Dieng dapat dibagi dalam dua katagori:

1. Erupsi tampa adanya tanda-tanda (precursor) dari seismisity, yaitu hasil dari proses “self sealing” dari solfatar aktif (erupsi hydrothermal).

2. Erupsi yang diawali oleh gempabumi lokal  atau regional, atau oleh adanya retakan dimana tidak adanya  indikasi panasbumi dipermukaan. Erupsi dari

Page 7: Kompleks Gunung Dieng

tipe ini umum terjadi di daerah Graben Batur, sebagaimana diperlihatkan oleh erupsi freatik dari vulkanik Dieng pada Pebruari 1979.

Aktivitas erupsi di komplek Dieng termasuk dalam katagori kedua.

Aktifitas Gunung Dieng Mei 2011 (Kawah Timbang).

Gunung Dieng saat ini dalam status waspada. Terutama pada daerah  Kawah Timbang. Sudah dimulai evakuasi warga oleh PMI. Berdasarkan data terakhir pada pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Dieng, terjadi peningkatan kandungan gas CO2 pada pukul 11.17 WIB, Sabtu 28 Mei 2011, sebanyak 0,86 persen volume. Sedangkan batas aman kandungan CO2 hanya 0,5 persen volume.

 “Whadduh Pakdhe, aku belum banyak tahu tentang Dieng kok sudah bergolak ya ?”

 “Itulah thole, jangan buru-buru malas membaca tulisan tehnis. Pengetahuan sejarah masa lalu gunung ini akan memerikan bekal ilmu dalam menyelamatkan diri dan mitigasi gunungapi”

Bagaimana munculnya gas beracun ini ? Tunggu dongengan selanjutnya

Kandungan Gas di Pemukiman Sekitar Kawah Timbang DiperiksaSabtu, 16 Maret 2013 10:56 wib

Page 8: Kompleks Gunung Dieng

Tim dari BBTKL PPM Yogyakarta memeriksa kandungan gas (foto: Elis Novit/Sindo TV)

BANJARNEGARA - Meningkatnya aktivitas Kawah Timbang Pegunungan Dieng yang berada di

Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegera, Jawa Tengah sejak beberapa hari terakhir, membuat

semua pihak waspada. 

Pagi tadi, tim dari Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular

(BBTKL PPM) Yogyakarta melakukan pemeriksaan kandungan gas di area pemukiman warga di

Dusun Simbar dan Desa Sumberejo yang jaraknya sekira dua kilo meter dari bibir kawah.

Sebanyak tujuh orang tim ahli yang diturunkan, memeriksa kandungan CO2, CO dan kelembaban

udara yang ada di lokasi pemukiman. Tim juga mengambil sampel udara di sekitar Kawah Timbang

untuk diteliti.

“Pengujian dilakukan untuk mendeteksi secara dini bila adanya kandungan gas berbahaya di lokasi

pemukiman,” kata KA Instatalasi Kejadian Luar Biasa BBTKL PPM Yogyakarta, Mingnova Sutopo di

lokasi, Sabtu (16/3/2013).

Dia melanjutkan, hasil pemeriksaan baru bisa diketahui dua hari mendatang, setelah dilakukan uji

laboratorium. “Hasilnya tidak bisa diketahui sekarang,” pungkasnya.

Seperti diberitakan, Kawah Timbang yang merupakan salah satu kawah yang ada di area Gunung

Dieng, mengeluarkan konsentrasi CO2 di atas ambang batas normal, yang apa bila dihirup dapat

membahayakan keselamatan manusia. Radius 500 meter dari kawah pun ditetapkan sebagai area

berbahaya oleh tim vulkanologi.

Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegera, juga sudah

menyiapkan jalur evakuasi di sekitar kawah menuju Desa Sumberejo. Kemudian, posko darurat

bencana dan dapur umum juga didirikan. 

Page 9: Kompleks Gunung Dieng

Ini dilakukan untuk mengantisipasi bila sewaktu-sewaktu aktivitas kawah kian mengkhawatirkan dan

mengancam keselamatan warga. Namun, berdasarkan pengamatan pemantau gunung api yang kini

berstatus Waspada itu, semburan gas beracun tidak mengarah ke pemukiman, melainkan ke selatan

menuju Kali Sat dengan jarak luncur sekira 100 meter. 

Berita Selengkapnya Klik di Sini(Elis Novit/Sindo TV/ris)

Berita Terkait : Gunung Dieng Status Kawah Timbang Turun Jadi Waspada Aman, Pengungsi Gunung Dieng di Batang Dipulangkan Kawah Timbang Tunjukkan Perubahan Aktivitas Pengungsi Dieng Bertambah, BPBD Kesulitan Penuhi Konsumsi PVMBG: Krisis Gempa Dieng Belum Berakhir 160 Kali Gempa Guncang Pegunungan Dieng hingga Pagi Tadi Aliran Gas Beracun, Jalur Banjarnegara-Wonosobo Sempat Ditutup Guncangan Gempa Kawah Timbang Dirasakan hingga 40 Km Getaran Gempa Kawah Timbang Dirasakan hingga Batang, Warga

Mengungsi 1.000 Warga di Kawah Timbang Mengungsi

28 Mei 2011

Kandungan CO2 Dieng Lebihi Batas AmanBANJARNEGARA- Gunung Dieng di dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, statusnya kini masih waspada.Kemarin terjadi peningkatan kandungan gas CO2 di Kawah Timbang, Desa

Page 10: Kompleks Gunung Dieng

Sumberejo, Kecamatan Batur. Rata-rata gas CO2 yang keluar dari kawah sudah melebihi batas aman.Berdasarkan data pada pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Dieng, peningkatan kandungan gas CO2 terjadi pada pukul 11.17, sebanyak 0,86 persen volume. Sedangkan batas aman kandungan CO2 hanya 0,5 persen volume.Untuk intensitas gempa vulkanik, hingga pukul 17.00, baru terjadi 13 kali gempa dengan skala kecil. Kandungan gas CO2 pada sore hari juga berangsur menurun pada kisaran 0,11-0,13 persen volume seperti satu hari sebelumnya.Intensitas gempa vulkanik ini, menurut Kepala Pos PGA Dieng Tunut Pujiarjo, menunjukkan penurunan dibandingkan dengan beberapa hari sebelumnya. Satu hari sebelumnya tercatat terjadi 24 kali gempa.Dalam seminggu terakhir, intensitas gempa vulkanik paling tinggi terjadi pada Rabu (25/5) lalu, yakni 81 kali. Namun tidak seluruh gempa yang terjadi bisa dirasakan oleh masyarakat karena skala kecil.”Kawah Timbang masih kami pantau. Saat ini statusnya masih tetap waspada,” ujar dia.Papan PeringatanKabag Kesra Pemkab Banjarnegara Dwi Suryanto mengatakan, pihaknya sudah memasang papan peringatan di sekitar lokasi kawah.Selain itu, pemkab juga sudah menyiapkan jalur evakuasi bagi warga di sekitar lokasi kawah bila terjadi sesuatu, seperti semburan gas.Untuk memudahkan proses evakuasi, rencananya jalan dari Kawah Timbang menuju permukiman terdekat yang saat ini masih berupa batuan akan diperbaiki.”Mobil ambulans dan truk pengangkut sudah disiagakan 24 jam di kantor kecamatan dan puskesmas,” ujar Dwi.Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah Sarwo Pramono ketika meninjau Kawah Timbang bersama timnya, meminta kepada Pemkab Banjarnegara, Batang, dan Wonosobo untuk menyikapi serius terhadap peningkatan status Gunung Dieng ini.”Paling tidak, pemkab harus bisa memberi rasa aman kepada warga yang terancam peningkatan aktivitas kawah,” terangnya.Kepala Desa Sumberejo, Kecamatan Batur, Ibrahim mengatakan, warga yang biasa beraktivitas di sekitar Kawah Timbang sudah diminta untuk tidak berlama-lama di sekitar kawah.Ia menginstruksikan warga agar begitu melihat asap putih keluar dari kawah, segera pergi.”Begitu pula jika turun kabut mendadak, warga sudah kami minta untuk turun dan menjauh dari kawah,” terangnya.Saat ini, radius 500 meter sekitar kawah ditetapkan sebagai kawasan berbahaya. Ketentuan tersebut dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 23 Mei pukul 14.00. Tingkat konsentrasi gas CO2 terus berkembang secara fluktuatif hingga saat ini.”Sampai sekarang status waspada masih diberlakukan. Peningkatan konsentrasi gas terjadi pasca-gempa 22 Mei malam dengan kekuatan 3,6 skala Richter (SR). Gempa susulan terjadi pada tanggal 25 Mei dengan kekuatan 2,8 SR. Secara pasti kami belum bisa memprediksi kapan status waspada akan dicabut,” tambah Tunut Pujiarjo.Dia menjelaskan, sampai saat ini belum ada laporan mengenai korban jiwa akibat gas beracun. Daerah terdekat kawah yakni Dusun Simbar, Desa Sumberejo, Kecamatan Batur, telah mengenal sifat Kawah Timbang. Keluarnya gas beracun dari kawah sudah terjadi sejak lama. ”Warga telah mengetahui kapan gas beracun tersebut keluar. Biasanya gas beracun keluar pada malam hari, mulai dari maghrib sampai matahari terbit. Namun demikian tetap harus waspada,” ujarnya.Dijelaskan, selain Kawah Timbang, terdapat lokasi yang mengeluarkan gas beracun yakni Kalisat di Dusun Krajan Sumberejo dan kawasan proyek Dieng Jaya.

Page 11: Kompleks Gunung Dieng

”Ketiga tempat itu merupakan satu jalur struktur tanah. Namun kadar gas beracunnya rendah,” tegasnya.Sementara itu, Kadus Simbar, Suharso (44), mengatakan, warga yang terdiri atas 145 KK telah diimbau untuk waspada. Namun, warga terpaksa menerobos kawasan terlarang yang ditetapkan. Pasalnya, lokasi kawah berdekatan dengan jalan menuju lahan pertanian kentang. ”Mau bagaimana lagi, tiap hari aktivitas warga dikebun ngurus kentang,” tuturnya. Pada tahun 1979, Kawah Timbang pernah mengelurkan gas beracun dan mengakibatkan 149 jiwa melayang. Musibah tersebut menimpa warga Desa Kepucukan, namun sekarang desa tersebut telah dihapus dan menjadi kawasan terlarang bagi pemukiman. ”Semoga jumlah gas yang keluar cepat menurun sehingga warga kembali tenang dalam melakukan aktivitas,” harapnya. (J3,har-43)

Waspada Dieng, Kadar CO2 Masih TinggiPenulis : Ahmad Arif | Selasa, 12 Maret 2013 | 19:24 WIB

Dibaca: 700

Komentar: 0

|

Share:

Page 12: Kompleks Gunung Dieng

Kompas TVDieng

TERKAIT:

Volume Gas CO2 Meningkat, Status Dieng Waspada

Kawah Timbang Waspada, Kawasan Wisata Dieng Aman

Aktivitas Warga Sekitar Kawah Timbang Masih Normal

Dieng Waspada, Awas Gas Beracun!

JAKARTA, KOMPAS.com - Kawah Timbang di Dieng, Jawa Tengah masih terus

menyemburkan gas beracun dengan kadar di ambang batas.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah meningkatkan status Dieng sejak Senin

(11/3) malam dari Normal menjadi Waspada dan masyarakat diminta tidak berada di sekitar

Kawah Timbang hingga radius 500 meter.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono, Selasa (12/3/2013)

mengatakan, pengukuran gas pada pagi ini pukul 06.00-06.20 WIB, pada jarak 100 meter dari

kawah menunjukkan kadar gas CO2=0,2 persen volume, H2S = 2 ppm. Sedangkan pada jarah

50 meter dari kawah, menunjukkan kadar CO2 = 2,8 persen volume dan H2S = 2,7 ppm.

Uap air berawarna putih tipis terlihat mengalir sejauh 70 meter arah selatan dan gas belerang

tercium tajam. "Rerumputan yang terlanda gas mengering," katanya.

Sedangkan pengukuran pada pukul 12.30-13.50 WIB sejarak pada jarak 100 meter dari kawah

meunjukkan kadar CO2 dan H2S = 0 dan pada jarak 50 meter dari kawah menunjukkan

CO2=0,14% volume dan H2S=0. "Pengukuran sore ini tidak dilakukan karena cuaca hujan,

namun secara visual pada pukul16.50 WIB terlihat aliran uap air meluncur sekitar 300 m dari

pusat semburan gas ke Selatan," katanya.

Page 13: Kompleks Gunung Dieng

Nilai konsentrasi gas CO2 ini, jauh melampaui ambang batas aman bagi kesehatan manusia.

Batas aman berdasarkan standar internasional, seperti disebutkan Baxter (2000), Faivre-Pierret

and Le Guern (1983) dan NIOSH (1981) adalah di bawah 0,5 persen.

Peningkatan aktivitas Gunung Dieng juga terbaca dari terekamnya enam kali gempa vulkanik

dalam sepanjang Selasa, sejak pukul 00.00-17.00 WIB. "Saat kondisi normal, gempa vulkanik

dalam per bulan di Dieng maksimum 10 kali," katanya.

Selain kawah Timbang, di Dieng juga terdapat delapan kawah lainnya, seperti Kawah Sikidang,

Sinila, dan Candradimuka. Hingga saat ini, hanya Kawah Timbang yang menunjukkan

peningkatan aktivitas. Pada 1979 kawah Sinila menyemburkan gas karbon dioksida yang

menewaskan 149 penduduk.

Editor :

Robert Adhi Ksp

Dataran Tinggi Dieng Mitigasi Bencana dengan PemetaanJurnal Nasional | Jum'at, 12 Apr 2013

Timur Arif Riyadi

Dengan pemetaan bisa diketahui risiko dan antisipasi bila bencana datang.

Steve Saputra ([email protected])

UPAYA penanganan dan mitigasi terhadap bencana gas beracun di dataran tinggi Dieng

Banjarnegara Jawa Tengah sebenarnya sudah dilakukan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

Bencana Geologi (PVMBG) sejak awal tahun 2000 silam. Dengan membentuk tim kecil, PVMBG

melakukan penelitian terkait sebaran gas beracun jenis Karbondioksida (CO2) selama 7 tahun

berturut-turut atau hingga tahun 2007.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kemudian menyusun hasil penelitian

tersebut dalam bentuk Peta Sebaran Gas Beracun CO2 di Kompleks Vulkanik Dieng. Lembaga

Page 14: Kompleks Gunung Dieng

ini merilisnya sekitar akhir Mei tahun 2011 bersamaan dengan peningkatan aktivitas vulkanik

Kawah Timbang.

Banyak fakta menarik dalam Peta Sebaran Gas CO2 ini. Seperti yang dikutip dari situs

http://geospasial.bnpb.go.id/2011/05/31/peta-sebaran-gas-co2-di-kompleks-vulkanik-dieng/ peta

tersebut banyak mengulas hasil penelitian dan fakta di Dataran Tinggi Dieng sebagai produk dari

pembentukan kaldera.

Sebagian besar wilayah permukiman atau kawasan di Dieng memiliki potensi risiko paparan gas

CO2, namun dengan tingkat dan kadar yang berbeda-beda. Menurut Kepala Pos Pengamatan

Gunung Berapi Dieng Tunut Pujiharjo, perbedaan ini ditentukan oleh faktor lokasi erupsi,

topografi, arah mata angin serta jarak masing-masing wilayah dengan sumber hembusan gas

beracun.

"Kecenderungannya, gas CO2 mengalir sesuai dengan arah tiupan angin dan selalu mencari

tempat yang lebih rendah. Ada kemungkinan di mana konsentrasinya dapat terurai apabila

terkena sinar terik matahari. Hanya terurai ya, bukan berarti hilang atau menguap seluruhnya,"

kata Tunut Pujiharjo.

Dalam Peta Sebaran Gas CO2, sejumlah wilayah permukiman di Desa Sumberejo dan

Pekasiran sebagai wilayah permukiman terdekat dengan Kawah Timbang dan Sinila cukup

berpotensi terpapar CO2. Kadar tentu berbeda-beda. Mulai dari kadar 0,03 persen volume

hingga di atas 25 persen volume. Sedangkan ambang batas amannya hanya 0,5 persen volume.

Demikian juga dengan kawasan di sekeliling Kawah Sikidang yang mencakup Desa Sikunang,

Parikesit, Dieng Kulon dan Karang Tengah. Meski di bawah ambang batas aman, sebagian

besar kawasan berpotensi terkena aliran gas CO2 berkisar 0,03 hingga 0,49 persen volume.

Hanya beberapa lokasi saja yang berpotensi terkena paparan gas di atas 0,50 hingga 25 persen

volume meliputi sisi tenggara Telaga Pengilon, selatan Sikunang, dan timur Buntu.

Yang cukup mengejutkan adalah Peta Sebaran Gas Beracun CO2 di Kompleks Vulkanik Dieng

turut menyebutkan sejumlah kawasan yang dalam sejarahnya telah mengeluarkan gas beracun

dan masih kerap berlangsung hingga kini. Wilayah itu mencakup sebagian Desa Sumberejo,

Kawah Timbang, Kepucukan, Jimat, dan Buntu. Di dalam kawasan-kawasan ini telah terbentuk

manifestasi vulkanik (berupa kawah, fumarola, mata air, kolam lumpur) ataupun retakan tanah

yang berpotensi menghembuskan gas CO2 dengan kadar di atas 25 persen volume.

"PVMBG memang telah merekomendasikan larangan bagi masyarakat sekitar Kawah Timbang

menggali tanah. Dikhawatirkan gas beracun dari bawah tanah menghembus keluar dari lubang

galian tersebut," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara,

Tursiman.

Selain Timbang, Kawah Lainnya Aman

Penanggungjawab Gunung Api Jateng-Jatim PVMBG, Umar Rosadhi menjelaskan, peta tersebut

hanya memaparkan potensi pelepasan gas beracun jenis CO2 di setiap wilayah atau kawasan

Dieng. Artinya, tidak semua wilayah yang mendapatkan titik berwarna akan melepaskan aliran

gas CO2 secara permanen sepanjang tahun.

Dalam hal ini, pihak PVMBG merujuk pada faktor pemicu pelepasan gas CO2 di Dieng. Sesuai

dengan tipikalnya, erupsi Freatik Dieng terbagi menjadi dua. Yakni erupsi yang terjadi tanpa

gempa serta erupsi yang didahului dengan gempa sehingga terbentuk rekahan tanah. Namun

dari 18 letusan besar sejak tahun 1937, erupsi Freatik Dieng selalu didahului dengan aktivitas

kegempaan.

"Saat ini aktivitas kegempaan hanya terpusat di Kawah Timbang, sehingga pelepasan gas

beracun dalam konsentrasi tinggi hanya terjadi di sana," kata Umar Rosadhi.

Page 15: Kompleks Gunung Dieng

Untuk mendukung pernyataan ini, PVMBG telah memeriksa 15 wilayah Dieng yang terpetakan

memiliki potensi pelepasan gas CO2 di atas 25 persen volume (titik merah). Pemeriksaan

dilakukan untuk mengetahui dampak meningkatkan aktivitas Kawah Timbang terhadap kawah

lainnya.

Kawah Sileri yang beberapa hari lalu mengalami kegempaan juga turut dipantau. Hasilnya,

volume air kawah berkurang serta suara gemuruh terdengar lemah. Suhu air kawah 54,6 derajat

celsius. Sedangkan kadar gas yang terdeteksi hanya berjenis hidrogen sulfida sebesar 2 ppm.

Ini mengindikasikan Sileri tidak terpengaruh dengan aktivitas Kawah Timbang.

"Dari hasil pengukuran, kami menyimpulkan hanya Kawah Timbang yang saat ini berbahaya.

Sedangkan 14 kawah lainnya dinyatakan aman serta tidak terpengaruh kegempaan Kawah

Timbang," ujarnya.

Indo. J. Chem., 2005, 5 (1), 11 - 14

Hanik Humaida

11

A STUDY ON CARBON ISOTOPE OF CO2 AND CH4 IN WESTERN DIENG PLATEU BY

GAS CHROMATOGRAPHY- ISOTOPE RATIO MASS SPECTROMETER (GC-IRMS)

Kajian Isotop Karbon CO2 dan CH4 di Wilayah Barat Pegunungan Dieng dengan Gas

Chromatography-Isotope Ratio Mass Spectrometer (GC-IRMS)

Hanik Humaida

Directorate of Volcanology and Geological Hazard Mitigation

Jl. Cendana 15 Yogyakarta

Page 16: Kompleks Gunung Dieng

Received 27 October 2004; Accepted 3 January 2005

ABSTRACT

The carbon isotope can be used to evaluate volcanism phenomenon of volcano. The study of carbon

isotope of CO2 and CH4 was carried out in western Dieng Plateau by mass-spectrometer. Before analysis,

sampel was separated by gas chromatography using a Porapak-Q column and a FID (Flame Ionization

Detector) detector. The gas was oxidized by copper oxide at 850

o

C before being ionized in massspectrometer for isotope analysis.

The CO2 content in Candradimuka crater (–4.10

O

/OO), indicated that the gas may be as volcanic gas.

The other CO2 from Sumber and western Gua Jimat, had isotope value of -10.05 and -12.07

O

/OO,

respectively, indicating contamination from crustal and subduction material. The carbon isotope of CH4 gas

from Pancasan village was -63.42

O

/OO, that may be categorized as biogenic gas.

Keywords: isotope, CO2, CH4, Dieng.

PENDAHULUAN

Isotop stabil mempunyai peranan penting

dalam penyelidikan gas. Konsentrasi isotop stabil

menunjukkan karakteristik sifat dan menunjukkan

indikasi jenis dan asal gas. Penyelidikan tentang

isotop stabil ini dimulai 20 tahun yang lalu dan

berkembang sangat penting dalam geokimia gas

Page 17: Kompleks Gunung Dieng

[1].

Perbandingan isotop stabil

13

C/

12

C secara

langsung menunjukkan berat dari konsentrasi

isotop tersebut, biasanya dilaporkan dengan

menggunakan notasi δ, yaitu per mil deviasi dari

suatu standar [2].

δ

(R sampel - R standar)

= x 1000 (ppt)

R standar

dengan R adalah ratio isotop dari elemen. Salah

satu persyaratan awal untuk pengukuran yang

akurat adalah keberadaan isotop standar yang telah

diketahui. Standard referensi yang biasa dipakai

adalah skala PDB (Peedeee Belemnite) [2].

Nilai isotop dari gas digunakan untuk

menentukan asal kedalaman suatu gas vulkanik

dan magma. Isotop karbon dalam fumarol juga

dapat digunakan untuk menentukan kedalaman

sumber-sumber material magmatik yang volatil,

serta dapat digunakan untuk menentukan tipe suatu

gas, seperti gas yang berasal dari organik material,

metamorfose batuan karbonat marmer dan dari

Page 18: Kompleks Gunung Dieng

mantel atau magma [3].

Gas terlarut dalam magma berasal dari

kedalaman suatu sumber yang bervariasi yaitu

mantle, crust dan subducted material [4]. Sumbersumber tersebut mempunyai komposisi, jenis serta

jumlah senyawa volatil yang berbeda, tergantung

pada tectonical dan geological setting gunung api.

Komposisi gas yang keluar dari magma pada

fumarol suhu tinggi akan bervariasi, untuk

mengetahui asal kedalaman gas vulkanik, dapat

digunakan baik komposisi kimia maupun isotop dari

mayor dan minor gas yang ada.

Isotop stabil dari karbon CO2

13

C CO2)

maupun sulfur SO2 (δ

34

S SO2) dapat digunakan

untuk menentukan kedalaman sumber-sumber

magma volatil. Komposisi isotop

13

C dari CO2 diukur

pada gas-gas yang dikeluarkan oleh lempeng

divergen dan hot spot gunung api yang

mengindikasikan berasal dari mantel dengan nilai

13

C dari CO2 sekitar –4,0 ± 2,5

Page 19: Kompleks Gunung Dieng

O

/OO.

Untuk

subduction yang berhubungan dengan gas

menunjukkan nilai bervariasi –12 ± 2,5

O

/OO

mengindikasikan kontaminasi oleh crustal dan

subducted material [3].

Pegunungan Dieng mempunyai banyak

sumber gas CO2 dengan konsentrasi yang tinggi, Indo. J. Chem., 2005, 5 (1), 11 - 14

Hanik Humaida

12

khususnya di wilayah barat, sumber gas tersebut

terletak pada jalur sesar. Gambaran wilayah

pegunungan Dieng ini disajikan pada Gambar 1 [5].

Untuk mengindikasikan asal gas tersebut perlu

dilakukan kajian nilai isotop, maka pada tulisan ini

dibahas asal usul gas berdasarkan konsentrasi

isotop karbonnya.

METODE PENELITIAN

Pengamatan lapangan dan Sampling

Penyelidikan yang dilakukan meliputi

pengamatan lapangan, yang mencakup penentuan

lokasi serta penyelidikan kimia. Penyelidikan kimia

di lapangan meliputi pengamatan visual pada lokasi

maupun pengukuran parameter kimia, yaitu

Page 20: Kompleks Gunung Dieng

pengukuran suhu, serta pengambilan sampel gas.

Komposisi kimia sampel yang diambil dianalisis di

laboratorium.

Pengambilan sampel gas mofet,

solfatara/fumarola dilakukan dengan menggunakan

teknik tabung vakum [6]. Tabung divakumkan

hingga tekanan minus 1000 mbar. Tabung yang

sudah vakum tersebut, dibawa ke lapangan dan

dihubungkan dengan pipa silika pada titik sampling

fumarola/solfatara, sedangkan sampling pada mofet

tabung vakum tersebut dihubungkan dengan pipa

silikon yang terdapat pada pipa besi yang di

dalamnya terdapat pipa polietilen. Pipa tersebut

dimasukkan ke dalam tanah sedalam kira-kira 1

(satu) meter. Kemudian dilakukan pengecekan

kebocoran, setelah rangkaian yakin tidak ada yang

bocor, tabung vakum dibuka sedikit demi sedikit

supaya gas masuk ke dalam tabung (Gambar 2).

Setelah tabung penuh dengan sampel, ditutup dan

rangkaian dilepas. Sampel disimpan ke dalam

tempat tabung yang aman untuk dibawa ke

laboratorium.

Analisis Sampel

Spektrometer massa yang digunakan adalah

Optima-Micromass yang dikombinasikan dengan

Gas Chromatography (GC) sebagai sistem

pemisahan sampel secara on-line. Gas CO2 dan

Page 21: Kompleks Gunung Dieng

CH4 (serta gas hidrokarbon lainnya) dipisahkan di

dalam GC dengan menggunakan kolom Porapak-Q,

detektor FID dan He sebagai gas pembawa.

Kemudian gas yang sudah terpisah masuk ke

dalam suatu furnace oksidasi yaitu Copper Oxide

(CuO) pada suhu 850

o

C. Gas hasil oksidasi sampel

diperangkap dalam sistem pendingin nitrogen cair

(–70

o

C). Kemudian gas CO2 yang sudah

terpisahkan dari air dalam sistem pendingin

tersebut masuk ke dalam sistem spektrometer

massa. Skema peralatan disajikan pada Gambar 3.

Gambar 1 Peta daerah penelitian di Pegunungan Dieng Propinsi Jawa Tengah, Indonesia Indo. J. Chem., 2005, 5 (1), 11 - 14

Hanik Humaida

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengambilan sampel untuk analisis isotop

karbon gas dari mofet dan solfatara-fumarola

dilakukan di Dieng bagian barat yakni Sumber,

Gua Jimat, Kawah Condrodimuka dan Pancasan

(Gambar 1).

Pengambilan gas di area ini merupakan jalur

utama gas di wilayah barat Dieng, dimana

terdapat rekahan yang terbentuk akibat aktivitas

Page 22: Kompleks Gunung Dieng

yang menyebabkan korban gas racun pada kasus

Sinila tahun 1979, sedangkan titik yang ada di

Pancasan diambil karena di daerah tersebut

terdapat sumber gas metana [5,7].

Analisis isotop dari sampel gas digunakan

dengan mass spektrometri. Gas dari mofet,

solfatara-fumarola isotop karbon yang dianalisis

berasal dari CO2, di dalam gas ini tidak terdeksi

keberadaan CH4. Isotop karbon yang berasal dari

Pancasan berasal dari CH4. Sebenarnya gas ini

mengandung komposisi gas CO2, namun tidak

terdeteksi dalam mass-spektrometri karena

diduga konsentrasinya terlalu kecil.

Sebelum isotop karbon dianalisis, gas

dipisahkan dengan GC menggunakan kolom

Porapak-Q, detektor FID dan He sebagai gas

pembawa. Setelah dipisahkan gas masuk ke

dalam furnace oksida untuk di oksidasi menjadi

gas CO2, sesuai reaksi sebagai berikut:

o

T = 850 C

4 2 2 2 CH + O CO + H O →

Gas CO2 yang terbentuk masuk secara kontinyu

ke dalam mass-spektrometer yang kemudian

terionkan menjadi isotopnya dalam ion source

yang kemudian dianalilisis. H2O ditangkap dan

ditahan dengan menggunakan nitrogen cair (N2

Page 23: Kompleks Gunung Dieng

trapping). Hasil dari penyelidikan isotop tersebut

dapat dilihat pada Tabel 1.

Data tersebut menunjukkan adanya nilai

isotop

13

C gas CO2 yang mencolok antara isotop

yang berasal dari mofet (gas dari sumber dan gas

dari sebelah selatan gua Jimat) dan yang berasal

dari solfatara (gas dari kawah Condrodimuka).

Nilai isotop gas tersebut menunjukkan bahwa gas

Candradimuka merupakan gas vulkanik.

Fenomena ini berdasarkan pada isotop mantel

yang mempunyai nilai

13

C dari CO2 berkisar –4,7

± 2

O

/OO. Selain itu ditinjau dari komposisi kimia

gas Kawah Candradimuka yang mengandung

klorida (Cl) mengindikasikan bahwa gas tersebut

berasal dari magmatik dalam yang bersifat

andesit [2].

Gambar 2 Skema sampling gas untuk analisis

isotop gas

Gambar 3 Skema analisis isotop gas dengan Gas Chromatography-

Isotope Ratio Mass Spectrometer (GC_IRMS)

Page 24: Kompleks Gunung Dieng

Botol

Fused

Titaniu

Sambun

Adaptor Indo. J. Chem., 2005, 5 (1), 11 - 14

Hanik Humaida

14

Tabel 1 Hasil analisis isotop gas dari wilayah barat pegunungan Dieng

Lokasi Posisi geografi

LS BT Ketinggian (m)

Jenis

gas

δ

13

C CO2

)

O

/OO)

Sumber gas di desa Sumber 07.12.819 109.50.266 1598 CO2 - 10,05

Sumber gas di selatan gunung Jimat 07.11.895 109.51.654 1772 CO2 -12,07

Solfatara Candradimuka 07.11.323 109.51.200 1920 CO2 -4,10

Desa Pancasan 07.14.239 109.49.074 1367 CH4 -63,42

Aktivitas vulkanik dapat dilihat secara visual yaitu

adanya hembusan gas solfatara dan air kawah yang

bersuhu tinggi dan terdapat bualan-bualan gas dari

dalam. Dilihat dari struktur geologi, kawah ini

merupakan titik potong dari tiga sesar.

Page 25: Kompleks Gunung Dieng

Berdasarkan nilai isotop dari Sumber dan

selatan Gua Jimat kemungkinan gas subduction,

dimana kisaran merupakan nilai isotop antara

–10,05 dan –12,07

O

/OO yang mengindikasikan gas

jenis ini terkontaminasi oleh crustal dan subducted

material. Fenomena ini berdasar nilai isotop

subduction yang berhubungan dengan gas

menunjukkan nilai yang bervariasi –12 ± 2

O

/OO.

Apabila ditinjau dari isotop

13

C pada CO2, gas

yang berasal dari kawah Candradimuka berasal dari

vulkanik sedangkan gas yang berasal dari Sumber

dan selatan gua Jimat kemungkinan berasal dari

crustal dan subduction, yang mengindikasikan

proses pembentukan gunung api. Area pegunungan

di Sumber dan selatan gua Jimat kemungkinan

terbentuk lebih dahulu akibat efek subduction

crustal. Setelah efek subduction tersebut tidak ada,

magma mencari titik lemah dan muncul ke

permukaan membentuk area kawah Candradimuka.

Komposisi isotop dari metana berubah sesuai

dengan tingkat kematangan bahan organik. Secara

Page 26: Kompleks Gunung Dieng

umum komposisi isotop gas dapat digunakan untuk

mengestimasikan kematangan sumber. Gas alam

terbentuk dalam suatu lingkungan yang bervariasi.

Asal mula proses pembentukan gas dibedakan

menjadi 2 (dua) yaitu respirasi bakteri (biogenic gas)

dan alterasi termal dari cairan atau padatan

prekursor organik (thermogenic gas) [4]. Biogenic

gas berasal dari suatu bagian yang tidak matang

suatu mineralisasi anaerobik melalui media secara

bakterial dari bahan organik suatu sedimen.

Apabila dilihat dari isotop metana (C1) yang

berasal dari desa Pancasan, dengan nilai -63,42

O

/OO, maka gas tersebut dapat dikategorikan jenis

gas biogenik dimana kisaran kandungan isotop

metana untuk jenis ini antara –60 dan –75

O

/OO.

Dilihat dari struktur geologi, area ini berada di lereng

utara gunung Serandil, dimana aktivitas vulkanisma

pada area ini belum pernah diketahui dan juga tidak

diketahui keberadaan suatu sesar, walau area ini

terletak di Dieng bagian barat. Namun demikian bila

ditinjau dari kandungan isotop metana maka area ini

kemungkinan merupakan gunung api tua di wilayah

barat, dimana endapan bahan organik suatu

sedimen mengalami suatu perubahan secara

Page 27: Kompleks Gunung Dieng

bakterial anaerobik. Untuk membuktikan adanya

fenomena-fenomena tersebut masih diperlukan

kajian yang lebih mendalam di area ini dari

berbagai sudut penyelidikan.

KESIMPULAN

1. Gas dari kawah Candradimuka merupakan gas

vulkanik sedangkan gas dari Sumber dan gua

Jimat merupakan gas suatu subduction dimana

gas tersebut mempunyai nilai isotop sebesar -

10.05 dan -12.07

O

/OO yang mengindikasikan

kontaminasi oleh crustal dan subducted

material.

2. Isotop karbon gas metana yang berasal dari

desa Pancasan dapat dikategorikan jenis gas

biogenik, dimana isotop metananya berkisar

antara –60 dan –75

O

/OO. Namun demikian dari

isotop yang diketahui masih perlu kajian yang

lebih mendalam dari berbagai bidang untuk

mempelajari fenomena yang terjadi di

Pegunungan Dieng.

DAFTAR PUSTAKA

1. Jones, G.W. and Rymer, H., 2000, Hazard of

Volcanic Gases, Encyclopedia of Volcanoes,

Page 28: Kompleks Gunung Dieng

Florida.

2. Mattery, D.P., 1997, Gas Source Mass

Spectrometry: Isotopic Composition of Lighter

Elements. In Modern Analytical Geochemistry,

England.

3. Delmelle, P. and Stix, J., 2000, Volcanic

Gases, Encyclopedia of Volcanoes, Florida.

4. Matsuo, 1960, J. Earth Act Nagoya, 8, 222-

245.

5. Fauzi A., 1987, Mineralogi and Fluid

Composition at Dieng Geothermal Field,

Indonesia, Research School of Earth Science,

Victoria University of Wellington.

6. Kazahaya K, Shinohara H, and Saito G, 2002, ,

Earth Planets Space, 54, 327-335.

7. Miller C.D, Sukhyar R., Santosa, and Hamidi

S., 1982, Eruptive History of the Dieng

Mountains Region, Central Java, and Potential

Hazards from Future Eruptions, Project Report

Indonesian Investigation.

Page 29: Kompleks Gunung Dieng

DiengDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dataran Tinggi Dieng terdiri dari dua atau lebih gunung berapi serta banyak kawah dan puncak kecil lainnya.

Dieng adalah kawasan dataran tinggi di Jawa Tengah, yang masuk wilayah Kabupaten

Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Letaknya berada di sebelah barat kompleks Gunung

Sindoro dan Gunung Sumbing.

Dieng adalah kawasan vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa dengan

beberapa kepundan kawah. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000m di atas permukaan laut. Suhu

berkisar 15—20 °C di siang hari dan 10 °C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu

udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat

disebut bun upas ("embun racun") karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.

Secara administrasi, Dieng merupakan wilayah Desa Dieng Kulon, Kecamatan

Batur, Kabupaten Banjarnegara dan Dieng ("Dieng Wetan"),Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo.

Wilayah ini merupakan salah satu wilayah paling terpencil di Jawa Tengah.

Daftar isi

  [sembunyikan] 

1   Etimologi

2   Geologi

o 2.1   Kawah-kawah

2.1.1   Kawah

Sibanteng

2.1.2   Kawah

Sikidang

2.1.3   Kawah

Sileri

Page 30: Kompleks Gunung Dieng

2.1.4   Kawah

Sinila

2.1.5   Kawah

Timbang

o 2.2   Puncak-puncak

o 2.3   Danau vulkanik

3   Obyek wisata

4   Pertanian

5   Lapangan geotermal

6   Catatan kaki

7   Pranala luar

[sunting]Etimologi

Nama Dieng berasal dari gabungan dua kata Bahasa Kawi: "di" yang berarti "tempat" atau "gunung" dan

"Hyang" yang bermakna (Dewa). Dengan demikian, Dieng berarti daerah pegunungan tempat para dewa

dan dewi bersemayam.[1][2] Teori lain menyatakan, nama Dieng berasal dari bahasa Sunda ("di hyang")

karena diperkirakan pada masa pra-Medang (sekitar abad ke-7 Masehi) daerah itu berada dalam pengaruh

politik Kerajaan Galuh.

[sunting]Geologi

Dataran tinggi Dieng (DTD) adalah dataran dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaannya,

seperti Yellowstone ataupun Dataran Tinggi Tengger. Sesungguhnya ia adalah kaldera dengan gunung-

gunung di sekitarnya sebagai tepinya. Terdapat banyak kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan

berbagai material vulkanik lainnya. Keadaan ini sangat berbahaya bagi penduduk yang menghuni wilayah

itu, terbukti dengan adanya bencana letusan gas Kawah Sinila 1979. Tidak hanya gas beracun, tetapi juga

dapat dimungkinkan terjadi gempa bumi, letusan lumpur, tanah longsor dan banjir.

Selain kawah, terdapat pula danau-danau vulkanik yang berisi air bercampur belerang sehingga memiliki

warna khas kuning kehijauan.

Secara biologi, aktivitas vulkanik di Dieng menarik karena ditemukan di air-air panas di dekat kawah

beberapa spesies bakteri termofilik ("suka panas") yang dapat dipakai untuk menyingkap kehidupan awal

di bumi.

[sunting]Kawah-kawah

Page 31: Kompleks Gunung Dieng

Kawah aktif di Dieng merupakan kepundan bagi aktivitas vulkanik di bawah dataran tinggi. Pemantauan

aktivitas dilakukan oleh PVMBG melalui Pos Pengamatan Dieng di Kecamatan Karangtengah. Berikut

adalah kawah-kawah aktif yang dipantau:

Candradimuka

Sibanteng

Siglagah

Sikendang, berpotensi gas beracun

Sikidang

Sileri

Sinila, berpotensi gas beracun

Timbang, berpotensi gas beracun

[sunting]Kawah Sibanteng

Sibanteng terletak di Desa Dieng Kulon. Kawah ini pernah meletus freatik pada bulan Januari 2009 (15/1)

[3], menyebabkan kawasan wisata Dieng harus ditutup beberapa hari untuk mengantisipasi terjadinya

bencana keracunan gas. Letusan lumpurnya terdengar hingga 2km, merusak hutan milik Perhutani di

sekitarnya, dan menyebabkan longsor yang membendung Kali Putih, anak Sungai Serayu.

Kawah Sibanteng pernah pula meletus pada bulan Juli 2003.

[sunting]Kawah Sikidang

Sikidang adalah kawah di DTD yang paling populer dikunjungi wisatawan karena paling mudah dicapai.

Kawah ini terkenal karena lubang keluarnya gas selalu berpindah-pindah di dalam suatu kawasan luas.

Dari karakter inilah namanya berasal karena penduduk setempat melihatnya berpindah-pindah seperti

kijang (kidang dalam bahasa Jawa).

[sunting]Kawah Sileri

Sileri adalah kawah yang paling aktif dan pernah meletus beberapa kali (berdasarkan catatan : tahun 1944,

1964, 1984, Juli 2003, dan September 2009). Pada aktivitas freatik terakhir (26 September 2009) muncul

tiga celah kawah baru disertai dengan pancaran material setinggi 200 meter.[4]

[sunting]Kawah Sinila

Sinila terletak diantara Desa Batur, Desa Sumberejo, dan Desa Pekasiran, Kecamatan Batur. Kawah Sinila

pernah meletus pada pagi hari tahun 1979,[5] tepatnya 20 Februari 1979. Gempa yang ditimbulkan

membuat warga berlarian ke luar rumah, namun mereka terperangkap gas racun yang keluar dari Kawah

Page 32: Kompleks Gunung Dieng

Timbang akibat terpicu letusan Sinila.[6] Sejumlah warga (149 jiwa) dan ternak tewas keracunan

gas karbondioksida yang terlepas dan menyebar ke wilayah pemukiman.

[sunting]Kawah Timbang

Timbang adalah kawah yang terletak di dekat Sinila dan beraktivitas sedang. Meskipun kurang aktif, kawah

ini merupakan sumber gas CO2 berkonsentrasi tinggi yang memakan ratusan korban pada tahun 1979.

Kawah ini terakhir tercatat mengalami kenaikan aktivitas pada bulan Mei 2011 dengan menyemburkan

asap putih setinggi 20 meter, mengeluarkan CO2 dalam konsentrasi melebihi ambang aman (1.000 ppm,

konsentrasi normal di udara mendekati 400 ppm) dan memunculkan gempa vulkanik[7]. Pada tanggal 31

Mei 2011 pagi, kawah ini kembali melepaskan gas CO2 hingga mencapai 1% v/v (100.000 ppm) disertai

dengan gempa tremor. Akibatnya semua aktivitas dalam radius 1 km dilarang dan warga Dusun Simbar

dan Dusun Serang diungsikan [8].

[sunting]Puncak-puncak

Gunung Prahu  (2.565 m)

Gunung Pakuwaja (2.395 m)

Gunung Sikunir (2.263 m), tempat wisata, dekat Sembungan

[sunting]Danau vulkanik

Telaga Warna, obyek wisata dengan tempat persemadian di dekatnya

Telaga Cebong, dekat desa wisata Sembungan

Telaga Merdada

Telaga Pengilon

Telaga Dringo

Telaga Nila

[sunting]Obyek wisata

Page 33: Kompleks Gunung Dieng

Kompleks Candi Arjuna, Dieng

Sesajian di Candi Parikesit di tahun 1880-an (gambar dari majalah Eigen Haard)

Beberapa peninggalan budaya dan alam telah dijadikan sebagai obyek wisata dan dikelola bersama oleh

dua kabupaten, yaitu Banjarnegara dan Wonosobo. Berikut beberapa obyek wisata di Dieng.

Telaga : Telaga Warna, sebuah telaga yang sering memunculkan nuansa warna merah, hijau, biru,

putih, dan lembayung, Telaga Pengilon, yang letaknya bersebelahan persis dengan Telaga Warna,

uniknya warna air di telaga ini bening seperti tidak tercampur belerang. Keunikan lain adalah yang

membatasi Telaga Warna dengan Telaga Pengilon hanyalah rerumputan yang terbentuk seperti rawa

kecil. Telaga Merdada, adalah merupakan yang terbesar di antara teelaga yang ada di Dataran Tinggi

Dieng. Airnya yang tidak pernah surut dijadikan sebagai pengairan untuk ladang pertanian. Bahkan

Telaga ini juga digunakan para pemancing untuk menyalurkan hobi atau juga wisatawan yang sekedar

berkeliling dengan perahu kecil yang disewakan oleh penduduk setempat.

Kawah : Sikidang, Sileri, Sinila (meletus dan mengeluarkan gas beracun pada tahun 1979 dengan

korban 149 jiwa), Kawah Candradimuka.

Kompleks candi-candi Hindu yang dibangun pada abad ke-7, antara lain: Candi Gatotkaca, Candi

Bima, Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Sembadra, Candi Srikandi, Candi Setyaki, Gangsiran

Aswatama, dan Candi Dwarawati.

Gua : Gua Semar, Gua Jaran, Gua Sumur. Terletak di antara Telaga Warna dan Telaga Pengilon,

sering digunakan sebagai tempat olah spiritual.

Page 34: Kompleks Gunung Dieng

Sumur Jalatunda di tahun 1937

Sumur Jalatunda .

Dieng Volcanic Theater , teater untuk melihat film tentang kegunungapian di Dieng.

Museum Dieng Kailasa , menyimpan artefak dan memberikan informasi tentang alam (geologi,

flora-fauna), masyarakat Dieng (keseharian, pertanian, kepercayaan, kesenian) serta warisan

arkeologi dari Dieng. Memiliki teater untuk melihat film (saat ini tentang arkeologi Dieng), panggung

terbuka di atas atap museum, serta restoran.

Mata air Sungai Serayu, sering disebut dengan Tuk Bima Lukar (Tuk = mata air).

[sunting]Pertanian

Kawasan Dieng merupakan penghasil sayuran dataran tinggi untuk wilayah Jawa Tengah. Kentang adalah

komoditi utama. Selain itu, wortel, kubis, dan berbagai bawang-bawangan dihasilkan dari kawasan ini.

Selain sayuran, Dieng juga merupakan sentra penghasil pepaya gunung (carica) dan jamur.

Namun demikian, akibat aktivitas pertanian yang pesat kawasan hutan di puncak-puncak pegunungan

hampir habis dikonversi menjadi lahan pertanaman sayur.

[sunting]Lapangan geotermal

Kawasan Dieng masih aktif secara geologi dan banyak memiliki sumber-sumber energi hidrotermal. Ada

tiga lapangan hidrotermal utama, yaitu Pakuwaja, Sileri, dan Sikidang. Di ketiganya

terdapat fumarola (kawah uap) aktif, kolam lumpur, dan lapangan uap. Mata air panas ditemukan,

misalnya, di Bitingan, Siglagah, Pulosari, dan Jojogan, dengan suhu rata-rata mulai dari 25°C (Jojogan)

sampai 58°C (Siglagah)[9]. Kawasan Sikidang telah mulai dimanfaatkan sebagai sumber energi hidrotermal.

[sunting]Catatan kaki

1. ̂  Central Java hand book (2 ed.). Indonesia: Provincial Government of Central Java. 1983.

2. ̂  (Indonesia) "DIENG PLATEAU - Kecantikan Ajaib di Pulau" (HTML). Diakses 2012-07-01.

3. ̂  G. Dieng alert level II, Waspada. PVMBG 15-01-2009

4. ̂  Kawah Sileri Lontarkan Lumpur Panas Sejauh 200 Meter. Kompas 27 September 2009.

5. ̂  Sudarman. Menyaksikan Bencana Sinila lewat Film. Suara Merdeka daring edisi 16-07-2005.

Diakses 30-01-2009.

6. ̂  G. Dieng alert level II, Waspada. PVMBG 15-01-2009

Page 35: Kompleks Gunung Dieng

7. ̂  Kawah Timbang Dieng Keluarkan Gas Beracun Pikiran Rakyat Online. Edisi Rabu,

25/05/2011.

8. ̂  Liliek Dharmawan. Gas Beracun Kawah Timbang Meningkat 10 Kali Lipat, Dua Dusun

Dikosongkan. Media Indonesia daring. Edisi 31 Mei 2011.

9. ̂  Dieng Geothermal Field. Artikel di Geothermal Indonesia (blog). Rilis 7 Mei 2009

OLEH PUSAT DATA, INFORMASI DAN HUMAS • 28 March 2013 08:15

 

Kepala PVMBG Badan Geologi telah melaporkan kepada Kepala BNPB terkait dengan kenaikan

status Gunungapi Dieng menjadi Siaga (level III) dari Waspada (level II) terhitung pada Rabu

(27/3/2013) pukul 23.30 Wib. Peningkatan status G. Dieng terkait dengan terjadinya peningkatan

aktivitas G. Dieng dimana pada 27/3/2013 pukul 12:00-18:00 WIB terjadi kegempaan 3 kali

gempa vulkanik dalam, 1 kali gempa hemnisan. Pada pukul 18:00-22:31 WIB terjadi peningkatan

kegempaan yang sangat mencolok yaitu 48 kali Gempa Vulkanik. Dengan adanya krisis

kegempaan ini, maka status dinaikkan dari Waspada ke Siaga.

Selama 26 s/d 27 Maret 2013, pkl 18.00-06.00 WIB secara visual: cuaca cerah, angin tenang,

uap air disertai gas beracun putih tebal meluncur sejauh sekitar 50-500 m dari Kawah Timbang

ke arah Selatan (Kali Sat), belerang tercium lemah pada jarak 1000 m dari Kawah Timbang ke

Page 36: Kompleks Gunung Dieng

barat dan tercium tajam 1000 m ke selatan. Pengukuran konsentrasi gas pada zona aman,

kembali ke sekitar 550 m di Jalan Kepucukan arah Selatan dari Kawah Timbang pada pukul

05.57-06.40 WIB, hasilnya sebagai berikut: titik I.C02 0 %volume H2S 0 ppm titik II.C02 0,3

%volume, H2S 29 ppm, titik III.C02 0,6 %volume H2S 61 ppm titik IV.CO2 0,7 % volume, H2S 79

ppm, titik V.CO2 0,8 % volume, H2S 95 ppm, titik VI.CO2 0,4 % volume, H2S 39 ppm. titik VII

CO2 0 % volume, H2S 6 ppm.

Dalam kondisi Siaga Dieng, direkomendasikan agar tidak ada aktivitas masyarakat dalam radius

1 km dari Kawah Timbang. Terkait dengan hal tersebut Kepala BNPB telah memerintahkan

Kepala Pelaksana BPBD Jawa Tengah dan BPBD Banjarnegara untuk mengambil langkah

antisipasi. Sosialisasi kepada masyarakat ditingkatkan dan masyarakat dihimbau tetap tenang.

Tim Reaksi Cepat BNPB malam ini menuju Banjarnegara untuk berkoordinasi dengan BPBD

melakukan upaya yang diperlukan.

Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas

Camellia IIDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Camellia II

Page 38: Kompleks Gunung Dieng

Album ini memuat 10 lagu, semua ditulis oleh Ebiet sendiri. Lagu pertama dalam album ini adalah Berita

Kepada Kawan. Lagu ini ditulis sehubungan dengan bencana alam akibat Kawah Sinila di Pegunungan

Dieng menyemburkan gas beracun (karbon monooksida) dan memakan korban puluhan jiwa. Lagu ini

sering dinyanyikan bila ada liputan bencana alam di TV.

Album ini banyak memuat lagu bertema cinta, seperti Camellia II, Nyanyian Ombak, Cinta di Kereta Biru

Malam, Mimpi di Parangtritis, dan Sajak Pendek bagi IR. Lagu Cinta di Kereta Biru Malam bercerita

tentang pertemuan seorang pria dan wanita dalam sebuah bangku kereta api eksekutifBima (Biru Malam)

jurusan Jakarta–Surabaya. Di dalam lirik lagu ini, Ebiet memasukkan idiom yang erotis:

'Selimut biru yang kau ulurkan kepadaku, kini basah bersimbah peluh kita berdua.'

Intro lagu Kontradiksi di Dalam mengingatkan pada intro lagu Father and Son karya Cat

Stevens (Yusuf Islam).

[sunting]Daftar lagu

Berita Kepada Kawan

Camellia II

Cita-Cita Kecil si Anak Desa

Nyanyian Ombak

Cinta di Kereta Biru Malam

Mimpi di Parang Tritis

Hidup III

Kontradiksi di Dalam

Frustrasi

Sajak Pendek Bagi IR.

[sunting]Pranala luar

Album Camellia II

[sembunyikan]

L

 

B

Page 39: Kompleks Gunung Dieng

 

S Ebiet G. Ade

DiskografiStudio Album

Camellia I • Camellia II • Camellia III • Camellia 4 • Langkah Berikutnya • Tokoh-Tokoh • 1984 • Zaman • Isyu! • Menjaring Matahari • Sketsa Rembulan EmasLangit •

Album KompilasiLagu-Lagu Terbaik I Ebiet G. Ade • Lagu-Lagu Terbaik II Ebiet G. Ade • Lagu-Lagu Terbaik III Ebiet G. Ade • Lagu-Lagu Terbaik IV Ebiet G. Ade II • Seleksi Album Emas • Seleksi Album Emas II • 16 Lagu Puisi Cinta Ebiet G. Ade • Cinta Sebening Embun • Aku Ingin Pulang • Kumpulan Lagu-Lagu ReligiusII • 21 Tembang Puisi Dan Kehidupan • 20 Lagu Terpopuler • Lagu-Lagu Terbaik • Renungan Reformasi • 16 Koleksi Terlengkap Ebiet G. Ade •12 Lagu Terbaik Ebiet G. Ade 1979-1986

Volume II 1979-1986 • Ilham Seni • Best of the Best • Balada Sinetron Cinta • Akustik • Balada Country •M. Nasir vs Ebiet G. Ade - Penyair NusantaraSlow • Kumpulan Lagu-Lagu Terbaik • 22 Lagu Hits Sepanjang Masa • Yogyakarta • Tembang Cantik •In Love: 25th Anniversary

Penampilan Lain