Upload
djaelani-dhian
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KOMPLIKASI DIABETES MELITUS
Disusun oleh :
1. Sari Rahayu Dwi Utami (G2A002155)
2. Setiti Marganing R (G2A002158)
3. Surfa Lutfiana (G2A002164)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2003KOMPLIKASI DIABETES MELITUS
Komplikasi-komplikasi diabetes melitus dapat dibagi menjadi dua kategori :
(1) komplikesi metabolik akut, dan (2) komplikasi-komplikasi vaskular jangka
panjang.
Komplikasi metabolik diabetes merupakan akibat perubahan yang relatif akut
dari kadar glukosa plasma. Komplikasi metabolik yang paling serius, adalah
ketoasidosis diabetik. Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami
hiperglikemia dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis, peningkatan lipolisis dan
peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan benda keton
(asetoasetat, hidroksi butirat, dan aseton). Poningkatan dalam plasma mengakibatkan
ketosis, peningkatan beban ion hidrogen dan asidosis metebolik. Glukosuria dan
ketonuria yang jelas juga dapat mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir
dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Pasien dapat menjadi hipotensi dan mengalami
syok. Akhirnya akibat penurunan penggunaan oksigen otak, pasien akan mengalami
koma dan meninggal. Koma dan kematian akibat ketoasidosis saat ini jarang terjadi,
karena pasien maupun tenaga kesehatan telah menyadari potensi bahaya komplikasi
ini dan pengobatan ketoasidosis dapat dtlakukan sedini mungkin.
Ketoasidosis diabetik ditangani dengan (1) perbaikan kekacauan metabolik
akibat kekurangan insulin, (2) pemulihan keseimbangan air dan elektrolit, dan (3)
pengobatan keadaan yang mungkin mempercepat ketoasetosis. Pengobatan dengan
insulin (regular) masa kerja singkat diberikan melalui infus intravena kontinu atau
suntikan intramuskular yang sering dan infus glukosa dalam air atau salin akan
meningkatkan penggunaan glukosa, mengurangi lipolisis dan pembentukan benda
keton, serta memulihkan keseimbangan asam-basa. Selain itu pesien juga
memerlukan penggantian kalium. Karena infeksi berulang dapat meningkatkan ke
butuhan insulin pada penderita diabetes, maka tidak mengherankan kalau infeksi
dapat mempercepat terjadinya dekompensasi diabetik akut dan ketoasidosis. Dengan
demikian, pasien dalam keadaan ini mungkin perlu diberi pengobatan antibiotika.
Komplikasi metabolik lain dari diabetes yang sering terjadi adalah
hipoglikemia. Ini terutama merupakan komplikasi terapi insulin. Penderita DMTI
mungkin suatu saat menerima insulin yang jumlahnya lebih banyak daripada yang
dibutuhkannya untuk mempertahankan kadar glukosa normal. Akibatnya terjadi
hipoglikemia. Gejala-gejala hipoglikemia disebabkan oleh pelepasan epinefrin
(berkeringat, gemetar, sakit kepala, dan palpitasi); juga akibat kekurangan glukosa
dalam otak (tingkah laku yang aneh, sensorium yang tumpul dan koma).
Penatalaksanaan hipoglikemia adalah perlu segera diberikan karbohidrat, baik oral
maupun intravena. Kadang-kadang diberikan glukagon, suatu homon glikogenolisis
secara intramuskular untuk meningkatkan kadar glukosa darah.
Komplikasi vaskular jangka penjang dari diabetes malibatkan pembuluh-
pembuluh kecil mikroangiopati dan pembuluh-pembuluh sedang dan besar
makroangiopati. Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang
kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik), glomerulus ginjal (nefropati
diabetik) dan saraf-saraf, perifer (neuropati diabetik), otot-otot dan kulit. Dipandang
dari sudut histokimia, penebalan ini disertai oleh peningkatan penimbunan
glikoprotein. Selain itu, karena senyawa kimia dari membran dasar dapat berasal dari
glukosa, maka hiperglikemia menyebabkan bertambahnya, kecepatan pembentukan
sel-sel membran dasar. Penggunaan glukosa dari sel-sel ini tidak membutuhkan
insulin.
Bukti histologik mikroangiopati sudah tampak nyata pada penderita GTG.
Tetapi manifestasi klinis penyakit vaskular, retinopati atau nefropati biasanya baru
timbul 15 sampai 20 tahun sesudah awitan diabetes.
Ada kaitan yang kuat antara hiperglikemia dengan insidens dan
berkembangnya retinopati. Manifestasi dini retinopati berupa, mikroaneurisma
(pelebaran sakular yang kecil) dari arteriola retina. Akibatnya terjadi perdarahan,
neovaskularisasi dan jaringan parut retina, yang dapat mengakibatkan kebutaan.
Pengobatan yang paling berhasil untuk retinopati adalah fotokoagulasi retina. Sinar
laser difokuskan pada retina, menghasilkan parut korioretinal. Setelah pemberian
sinar beberapa seri, maka akan dihasilkan sekitar 1800 parut yang ditempatkan pada
kutub posterior retina. Pengobatan dengan cara ini nampaknya dapat menekan
neovaskularisasi dan perdarahan yang menyertainya.
Manifestast dins nefropati berupa proteinuria dan hipertensi. Jika hilangnya
fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan menderita insufisiensi ginjal dan
uremia. Pada tahap ini pasien mungkin memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal.
Neuropato dan katarak timbul sebagai akibat gangguan jalur poliol (glukosa
sorbitol fruktosa) akibat kekurangan insulin. Terdapat penimbunan sorbitol
dalam lensa sehingga mengakibatkan pembentukan katarak dan kebutaan. Pada
jaringan saraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa dan penurunan kadar
mioinositol yang menimbulkan neuropati. Perubahan biokimia dalam jaringan saraf
akan mengganggu kegiatan metabolik sel-sel Schwann dan menyebabkan kehilangan
akson. Kecepatan konduksi motorik akan berkurang pada tahap dini perjalanan
neuropati. Selanjutnya timbul nyeri, parestesia, berkurangnya sensasi getar dan
proprioseptik, dan gangguan motorik yang disertai hilangnya refleks-refleks tendon
dalam, kelemahan otot dan atrofi. Neuropati dapat menyerang saraf-saraf perifer
(mononeuropati dan polinepropati), saraf-saraf kranial atau sistem saraf otonom.
Terserangnya sistem sarat otonom dapat disertai diare noktumal, keterlambatan
pengosongan lambung, hipotensi postural dan impotensi.
Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran histopatologis berupa
aterosklerosis. Gabungan dan gangguan biokimia yang disebabkan karena
insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab jenis penyakit vaskular ini. Gangguan-
gangguan ini berupa: (1) penimbunan sorbitol dalam intima vaskular, (2)
hiperlipoproteinemia, dan (3) kelainan pembekuan darah. Pada akhirnya
makroangiopati diabetik ini akan mengakibatkan penyumbatan vaskular. Jika
mengenai arteria-arteria perifer, maka dapat mengakibatkan insufisiensi vaskular
perifer yang disertai klaudikasio intermiten dan gangren pada ekstremitas. Jika yang
terkena adalah arteria koronaria dan aorta, maka dapat mengakibatkan angina dan
infark miokardium.
Diabetes juga mengganggu kehamilan. Wanita yang menderita diabetes
cenderung mengalami abortus spontan, kematian janin intrauterin, ukuran janin
besar, dan bayi prematur dengan insidens sindrom distres pernapasan yang tinggi,
serta malformasi janin. Tetapi, sekarang ini kehamilan ibu-ibu dengan diabetes telah
mengalami perbaikan berkat pengontrolan glukosa darah yang lebih ketat selama
kehamilan, kelahiran yang dibuat lebih dini, dan kemajuan-kemajuan di bidang
neonatologi dan penatalaksanaaan komplikasi pada neonatus.
Bukti klinis dan eksperimental sekarang ini, mengarahkan bahwa timbulnya
komplikasi diabetik jangka panjang ada kaitannya dengan kelainan kronik
metabolisme akibat insufisiensi sekresi insulin. Mungkin komplikasi diabetik dapat
dikurangi atau dicegah jika pengobatan diabetes cukup efektif untuk menormalkan
metabolisme glukosa secara keseluruhan.
Objektif akhir dari pengobatan diabetes adalah pencegahan. Pengenalan
individu berisiko terhadap DMTI dapat mengarahkan pada deteksi dini dari proses
otoimun yang mengakibatkan perusakan sel-sel beta, serta pengobatannya dengan
agen imunosupresif yang spesifik. Jika penyakit telah terjadi, transplantasi pankreas
mungkin akan memulihkan kapasitas sekresi insulin. Pada pasien-pasien dengan
DMTTI, pengertian yang lebih baik mengenai mekanisme molekular resistensi
insulin dapat mengarahkan untuk dikembangkannya agen farmakologik yang secara
spesifik dapat memperbaiki kerja insulin. Riset dalam bidang-bidang ini masih terus
berjalan.
DAFTAR PUSTAKA
Sylvia Anderson Price, Lorraine Mc. Carty Wilson; alih bahasa, Peter Anugerah;
editor, Caroline Wijaya. – ed. 4 – Jakarta : EGC, 1995.