Upload
nurrini-susanti
View
25
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pasien dan perawat
Citation preview
ABSTRAK
Komunikasi yang efektif antara pasien dan perawat merupakan persyaratan
penting di dalam memberikan perawatan khususnya perawatan berfokus pasien.
Petugas kesehatan yang profesional harus mempunyai keterampilan dan
pengetahuan di dalam memberikan pelayanan Perawatan berpusat pasien, di
dalam melakukan kolaborasi interprofessional, pasien safety serta
menggunakan sistem informatika dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien
sehingga dapat meningkatkan kualitas dan keselamatan sistem lingkungan
prawatan kesehatan. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dunia
Keperawatan semakin mudah untuk mewujudkan profesionalisme dalam
pemberian asuhan Keperawatan kepada klien secara cepat, tepat dan akurat.
Tulisan ini berisikan tentang kompetensi keperawatan dalam melakukan
komunikasi yang efektif dalam pemberian pelayanan berfokus pasien guna
meningkatkan safety pasien dengan menggunakan alat komunikasi ( teknologi
informasi) dalam melakukan kolaborasi interprofesional
Latar Belakang
Keamanan merupakan prinsip yang paling dasar di terapkan dalam pemberian
pelayanan di rumah sakit terutama dalam pemberian pelayanan keperawatan
dan merupakan aspek yang paling diperhatikan karena berkaitan dengan
kuantitas dan kualitas yang ada di rumah sakit.
Keselamatan pasien ( patient safety ) merupakan sebuah sistem yang di jumpai
di rumah sakit dimana rumah sakit membuat suatu asuhan yang bertujuan untuk
membuat pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan yang tidak diharapkan terjadi. Sistem keselamatan pasien meliputi
pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden,
tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008)
Adapun Tujuan diterapkannya program keselamatan pasien ( patient safety ) di
rumah sakit adalah guna menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah
sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit, sertas menurunkan Kejadian
Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit, dan terlaksananya program-program
dalam melakukan pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
yang tidak diharapkan.
Oleh karena banyaknya masalah yang berkaitan dengan keselamatan pasien
yang di temukan di rumah sakit, maka di perlukan suatu standar yang dapat
digunakan sebagai acuan rumah sakit di Indonesia dalam menangani
keselamatan pasien ( patient safety ). Adapun Standar keselamatan pasien
rumah sakit yang saat ini digunakan mengacu pada “Hospital Patient Safety
Standards” yang dikeluarkan oleh Join Commision on Accreditation of Health
Organization di Illinois pada tahun 2002 yang kemudian disesuaikan juga dengan
situasi dan kondisi yang ada di Indonesia. Penilaian keselamatan yang dipakai di
Indonesia pada saat ini adalah dengan menggunakan instrumen Akreditasi
Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh Komite akreditasi RS ( KARS, 2012 )
Departemen Kesehatan RI telah membuat dan menerbitkan satu buku Panduan
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) yang di dalamnya
terdapat 7 standar yang membahas tentang keselamatan pasien pada tahun
2008 yakni: Hak pasien, Mendididik pasien dan keluarga, Keselamatan pasien
dan kesinambungan pelayanan, Penggunaan metoda metoda peningkatan
kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien,
Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien, Mendidik staf
tentang keselamatan pasien, dan dalam hal ini Komunikasi merupakan kunci
bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien .
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional dan merupakan tenaga
kesehatan terbesar yang ada di rumah sakit mempunyai peranan yang sangat
penting dalam mewujudkan keselamatan pasien. Perawat berperan dalam
melindungi, melakukan promosi dan mencegah terjadinya sakit dan injury,
mengurangi penderitaan melalui diagnosa dan pengobatan , serta melindungi
dalam perawatan terhadap individu, keluarga, komunitas dan populasi ( ANA,
2003). Dari pengertian tersebut dapat di rumuskan bahwa perawat mempunyai
peranan yang sangat penting dalam mewujudkan Patient safety di rumah sakit
yaitu sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat harus mematuhi semua
standar pelayanan dan SOP yang telah dibuat dan ditetapkan oleh rumah sakit
serta tidak luput pula dalam menerapkan prinsip-prinsip etik dalam pemberian
pelayanan keperawatan, memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga
tentang asuhan yang diberikan, menerapkan kerjasama tim kesehatan yang
handal dalam pemberian pelayanan kesehatan, peka dan proaktif dalam
melakukan penyelesaian masalah terhadap kejadian yang tidak diharapkan,
melakukan pendokumentasian dengan benar dari semua asuhan keperawatan
yang diberikan kepada pasien dan keluarga serta komunikasi efektif yang
merupakan hal yang sangat berperan terhadap keberhasilan suatu pelayanan
yang diberikan kepada pasien dan keluarganya.
Komunikasi efektif yang dilakukan antara pasien dan perawat merupakan
syarat yang penting dalam memberikan pelayanan keperawatan terutama
pelayanan keperawatan yang berfokus kepada pasien. Komunikasi merupakan
salah satu standar dalam praktek keperawatan profesional terutama dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasein begitu pula yang di
gambarkan America Nurse Association ( ANA, 2010) kompetensi profesional
dalam praktek keperawatan tidak hanya psikomotor dan kemampuan melakukan
diagnosa klinik melainkan kemampuan dalam melakukan komunikasi
interpersonal.
Diperlukan pengetahuan dan keterampilan berkomunikasi di dalam memberikan
Pelayanan berpusat pada pasien ( Patient centered care ), kolaborasi
interpersonal dan informatika dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien,
meningkatkan kualitas dan keselamatan dalam sistem lingkungan perawatan
kesehatan.
Dibutuhkan alat komunikasi dan sistem informatika dalam melakukan komunikasi
yang efektif sehingga pelayanan keperawatan berfokus pasien dapat diberikan
secara profesional serta mengurangi kejadian yang tidak dinginkan terjadi.
Dengan adanya sistem informasi dan teknologi informatika, tenaga keperawatan
profesional dapat mendiskusikan pelayanan kesehatan dengan tenaga
profesional lain tanpa melakukan tatap muka misalnya melalui e- mail, maupun
telephone Sehingga hal tersebut sangat memudahkan pihak tenaga profesional
dalam memberikan asuhan keperawatan secara berkelanjutan.
Cronenwett, et all., 2007, Cronenwett., 2009 mengatakan bahwa Informatika
merupakan penggunaan teknologi informasi dalam melakukan komunikasi, ,
mengelola pengetahuan, mengurangi kesalahan dan sebagai alat pendukung
dalam pengambilan keputusan, selain itu perawat juga menggunakan teknologi
informasi untuk memberikan pengajaran kesehatan dan promosi kesehatan
serta informasi pencegahan penyakit kepada pasien dengan berbagai cara
( AACN, 2011).yaitu bisa dengan menggunakan e-Health ataupun IT.
· Patient centered care dan komunikasi
Patient cenetered care menurut Institute of Medicine ( IOM ) 2003, sebagai
asuhan yang menghormati dan responsif terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-
nilai pribadi pasien serta memastikan nilai tersebut menjadi panduan bagi semua
keputusan klinis. Tujuan dalam Patient centered care terkait dengan komunikasi
adalah memperbaiki sistem perawatan kesehatan dengan menggunakan
komunikasi dan teknologi informasi serta mempersiapakan petugas yang ingin
melakukan perubahan terhadap lingkungan perawatan kesehatan karena sistem
kesehatan terbaru abad ke 21 mempunyai target meningkatkan sistem
perawatan baik dalam struktur maupun proses dalam merubah lingkungan
perawatan kesehatan.
Dalam rangka memenuhi standar paraktek keperawatan yang profesional
perawat harus meningkatkan, mengubah, dan mendesain ulang sistem
perawatan kesehatan serta mengkaji hambatan- hambatan yang ada dalam
melakukan komunikasi. Hambatan komunikasi antara pasien dan perawat
mungkin berhubungan dengan bahasa, tingkat perkembangan, kondisi medis
yang dialamai misalnya : kecacatan, gaya belajar, psikososial, keuangan dan
faktor budaya (ANA, 2010;Massachusetts Departementof Higher Education
Nurse of the Future Competency committee, 2010). Perawat harus bersedia dan
mampu memahami gaya yang berbeda dari komunikasi yang digunakan oleh
pasien, keluarga, dan profesional perawatan kesehatan lainnya, melakukan
komunikasi dengan pasien, keluarga dan sistem selama transisi dalam
perawatan, dan menggunakan teknologi informasi untuk melakukan edukasi dan
promosi kesehatan kepada pasien dalam berbagai cara.
Perawat juga mengkomunikasikan risiko kesehatan lingkungan dan strategi untuk
mengurangi paparan risiko kepada pasien, keluarga, dan masyarakat (ANA,
2010). Perawat terus menganjurkan pencegahan penyakit, kesehatan, dan
promosi gaya hidup sehat, termasuk fokus pada kesehatan penduduk saat
memberikan pelayanan berpusat pada pasien dengan menggunakan komunikasi
yang efektif (IOM, 2003).
perawatan berpusat pasien dan ketika bekerja dengan tim.
· Interprofesional kolaborasi dan komunikasi
Kolaborasi interprofessional dalam lingkungan kerja profesional telah diakui oleh
keperawatan, dan tim kesehatan lain serta organisasi profesional kesehatan
sebagai komponen penting dalam keselamatan yang mempunyai kualitas tinggi
dalam memberikan pelayanan perawatan berpusat pada pasien
(Interprofessional Education Colaborative Expert Panel, 2011).
Kolaborasi interprofesional adalah bekerja bersama dengan profesi kesehatan
lain dalam melakukan kolaborasi, komunikasi, yang memastikan bahwa
perawatan yang diberikan reliable dan berkelanjutan ( IOM, 2003). Perawat juga
harus mampu membangun keterampilan komunikasi dan keterampilan
kepemimpinan dalam prakteknya sehingga dapat berfungsi secara efektif dalam
melakukan keperawatan dengan tim interprofessional lainnya, mendorong
komunikasi terbuka, serta menunjukkan rasa saling menghormati serta dapat
dilibatkan dalam pengambilan keputusan bersama untuk mencapai perawatan
yang berkualitas (American Association of Colleges of Nursing (AACN), 2008;
Cronenwett, et al., 2007; Cronenwett, et al., 2009).
Salah satu kompetensi inti dalam melakukan praktek kolaborasi interprofesional
adalah dengan melakukan komunikasi interprofesional dimana untuk melakukan
kolaborasi dan kerja tim perawat harus mampu berkomunikasi secara efektif
dengan tim kesehatan lainnya sehingga ddapat mengintegrasikan perawatan
yang aman dan efektif bagi pasien dan tenaga kesehatan lainnya (ANA, 2010).
Contoh komunikasi interprofesional yang di gunakan adalah SBAR (Situation-
Background Assessment-Recommendation). SBAR merupakan tehnik dalam
mengkomunikasikan informasi yang penting yang membutuhkan perhatian dan
tindakan dengan segera sehingga keselamatan pasien dapat terjamin dan
terlindungi. Contoh lain dari tujuan keselamatan pasien adalah dengan
meningkatkan komunikasi, mengidentifikasi serta meningkatkan efektivitas
komunikasi antara para tenaga kesehatan.
Interprofessional Education Collaborative Expert Panel, 2011 mengatakan bahwa
kompetensi merupakan hal yang paling penting di dalam melakukan komunikasi
interprofessional, perawat berkomunikasi dengan pasien, keluarga, masyarakat,
dan profesional kesehatan lainnya secara responsif dan bertanggung jawab
sehingga akan mendukung pendekatan tim di dalam pemeliharaan kesehatan
dan pengobatan penyakit.
· Informatika dan komunikasi
Penggunaan informatika merupakan bagian dari kompetensi semua tenaga
profesional kesehatan dan merupakan teknologi komunikasi yang baru dalam
meningkatkan dan mengkoordinasi pelayanan perawawatan ( IOM, 2003).
Informatika adalah penggunaan informasi dan teknologi untuk berkomunikasi,
dengan mengelola pengetahuan, mengurangi kesalahan, dan dukungan dalam
pengambilan keputusan ( Cronenwett et all , 2007). Banyak literatur yang
mendefinisikan teknologi informasi. Secara simpel, teknologi informasi dapat
didefinisikan sebagai suatu teknologi yang berfungsi untuk menghasilkan,
menyimpan, mengolah, dan menyebarkan informasi dengan berbagai bentuk
media dan format (image, suara, text, motion pictures, dsb)
The Technology Informatic Guiding Education Reform ( TIGER) dibentuk di
dalam keperawatan guna meningkatkan praktik keperawatan, pendidikan, dan
pemberian perawatan pasien melalui penggunaan teknologi informasi kesehatan
dimana di dalam penggunaan teknologi ini di butuhkan kompetensi dasar yaitu
komputer, literasi informasi, dan manajemen informasi dan hal ini merupakan
dasar dari TIGER kompetensi. Perawat juga menggunakan teknologi informasi
untuk memberikan pendidikan kesehatan serta mempromosikan kesehatan dan
informasi pencegahan penyakit kepada pasien menggunakan komunikasi yang
efektif dengan menggunakan teknologi informasi ini.
Technologi informasi kesehatan ( IT) atau Electronic Health ( e-Health)
digunakan oleh perawat sebagai sarana teknologi informasi dan komunikasi di
dalam meningkatkan kesehatan dan perawatan kesehatan serta digunakan
dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien, dan dapat digunakan
pula sebagai alat informasi dalam pencegahan penyakit ( AACN, 2011 ).
e-Health sendiri dapat diartikan tidak hanya sebagai pengembangan teknologi
pelayanan kesehatan, namun juga mencakup pengembangan sikap, perilaku,
komitmen, dan tata cara berpikir untuk mengembangkan pelayanan kesehatan
dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. e-Health dapat
diterapkan di dalam program pelayanan kesehatan yang membantu dokter,
perawat, dan tenaga kesehatan lainnya saling bertukar infomasi secara
elektronik, mengambil data rekam medis pasien kapan dan dimanapun
diperlukan, serta dapat melakukan kolaborasi dengan memberi layanan jasa
kesehatan lainnya secara real time melalui internet. Layanan kesehatan seperti
ini akan memberikan banyak keuntungan terhadapa kedua belah pihak seperti
penghematan dari sisi biaya dokumen dan administrasi layanan dan memberikan
pemberian keputusan layanan kesehatan yang terbaik kepada pasien dengan
efektif dan lebih cepat.
Dengan adanya teknologi informasi petugas kesehatan profesional dapat
memantau kesehatan pasien dengan menggunaka fasilitas intenert ataupun
telephone selain dengan melakukan tatap muka. Adapun fasilitas yang dapat
digunaka menggunaka e- health adalah dengan melakukan komunikasi dengan
komunitas secara online dan mendapatkan dukungan kelompok, mendapatkan
informasi kesehatan, dan sebagai alat dalam manajemen diri kesehatan, serta
dapat digunakan juga dalam melakukan pelaporkan kondisi kesehatan
seseorang.
Adapun teknologi kesehatan yang dapat digunakan dalam mendukung
perawatan kesehatan pasien dimana perawat juga harus terlibat di dalamnya
adalah melalui elektronik kesehatan dan medical record beserta sistem
monitoring pasien dan sistem administrasi pengobatan. Electronik Medical
Record ( EMR) atau disebut juga Elektronik Health Record (HER )digunakan
dalam sitem pelayanan keperawatan tidak hanya digunakan sebagai alat untuk
mengkomunikasikan informasi spesifik klinis pasien tetapi digunakan juga
sebagai alat berkomunikasi dengan profesional kesehatan lainnya melalui
jaringan internet e-mail. Penggunaan HIT ini juga diatur dalam undang-undang
sehingga pertukaran informasi yang di lakukan di kalangan tenaga kesehatan
profesional menjadi terlindungi dengan adanya hukum tersebut.
American Nurses Association (ANA, 2011) dan CDC mempunyai prinsip dan
pedoman yang telah di implementasikan bahwa dalam melakukan praktek
melalui jejaring social pesan perlindungan kesehatan dan informasi pasien
diidentifikasi dan masalah privasi lainnya dapat ditangani oleh badan-badan
nasional dalam melakukan komunikasi interprofesional menggunakan teknologi
informasi sehingga tenaga keperawatan profesional dapat memilih alat dan
teknik yang efektif untuk memfasilitasi diskusi dan interaksi sehingga tim
interprofesional dapat meningkat fungsinya. (Interprofessional Pendidikan
Collaborative Expert Panel, 2011).
Adapun Manfaat dari Penggunaan HIT Menurut Department of Health and
Human Services, (2007), manfaat dari penggunaan HIT adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
2. Mencegah kesalahan medis
3. Mengurangi biaya perawatan kesehatan
4. Meningkatkan efisiensi administrasi
5. Menurunkan dokumen
6. Memperluas akses jangkauan perawatan
Selain itu ada beberapa hal yang harus di perhatikan di dalam menggunakan
jejaring sosial yang di tujukan untuk perawat seperti yang di kemukakan
oleh Principle for social networking and the nurse : Gaidance for the registered
nurse ( ANA, 2011) meliputi :
- Perawat tidak boleh mengirimkan atau menempatkan secara individu informasi
pasien secara online
- Perawat harus mengamati dan menggambarkan secara profesinal batasan etik
pasien-perawat
- Perawat harus memahami bahwa yang di posting adalah pasien, kolega,
institusi dan lembaga
- perawat harus mengambil keuntungan dalam mengatur privasi dan
memisahkan antara informasi profesional dan personal secara online
- Perawat harus membawa konten yang dapat membahayakan privasi dan hak
pasien, kepada pihak yang berwewenang
- Perawat harus berpartisipasi dalam mengembangkan kebijakan institusional
yang mengatur perilaku secara online
Kesimpulan
- Komunikasi efektif merupakan dasar kompetensi yang harus dimiliki oelah
seorang tenaga pelayanan profesional dalam memberikan asuhan perawatan
kepada pasien sebagai focus pelayanan karena dengan komunikasi yang efektif
dapat mencegah atau menghindari kejadian yang tidak diharapkan terjadi dalam
hal ini keselamatan atau patient safety dapat terjamin.
- Komunikasi yang efektif juga digunakan dalam sistem teknolofi informasi
kesehatan teruatama dalam mempromosikan, memberikan pendidikan kepada
pasien melalui akses internet seperti informasi-informasi yang bisa di searcing
oleh pasien terkait dengan kesehatannya di internet selain itu e-Health dapat
diterapkan di dalam program pelayanan kesehatan yang dapat membantu
dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya saling bertukar infomasi secara
elektronik, mengambil data rekam medis pasien kapan dan dimanapun
diperlukan, serta dapat melakukan kolaborasi dengan memberi layanan jasa
kesehatan lainnya secara real time melalui internet. Layanan kesehatan seperti
ini akan memberikan banyak keuntungan terhadapa kedua belah pihak seperti
penghematan dari sisi biaya dokumen dan administrasi layanan dan memberikan
pemberian keputusan layanan kesehatan yang terbaik kepada pasien dengan
lebih cepat.