Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KOMUNIKASI ILMIAH DALAM KAJIAN ISLAM DI INDONESIA DAN
ASIA TENGGARA PADA JURNAL STUDIA ISLAMIKA:
SEBUAH ANALISIS SITIRAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
Ahmad Jamaluddin Jufri
104025003210
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2009
KOMUNIKASI ILMIAH DALAM KAJIAN ISLAM DI INDONESIA DAN
ASIA TENGGARA PADA JURNAL STUDIA ISLAMIKA:
SEBUAH ANALISIS SITIRAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humanira
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
Ahmad Jamaluddin Jufri NIM. 104025003210
Dibawah Bimbingan:
Pungki Purnomo, MLIS
NIP. 196412151999031005
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul KOMUNIKASI ILMIAH DALAM KAJIAN ISLAM DI
INDONESIA DAN ASIA TENGGARA PADA JURNAL STUDIA ISLAMIKA:
SEBUAH ANALISIS SITIRAN telah diujikan dalam sidang munaqasayah Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidyatullah Jakarta pada 31 Juli 2009. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan
(S.IP) pada Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
Ciputat, 31 Juli 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua Jurusan, Sekretaris Jurusan,
Drs. Rizal Saiful Haq, MA. Pungki Purnomo, MLIS
NIP. 195303191995041001 NIP. 196412151999031005
Penguji, Pembimbing,
Usep Abdul Matin, M.A., M.A. Pungki Purnomo, MLIS
NIP. 150 288 304 NIP. 196412151999031005
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang digunakan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Cirendeu, 1 Juni 2009
Ahmad Jamaluddin Jufri
ABSTRAK
Ahmad Jamaluddin Jufri
Komunikasi Ilmiah dalam Kajian Islam di Indonesia Dan Asia Tenggara pada
Jurnal Studia Islamika: Sebuah Analisis Sitiran
Skripsi ini mengkaji tentang karakteristik rujukan yang terdapat pada 76 artikel
berbahasa Inggris di Jurnal Studia Islamika, yang terbit dari tahun 1999 sampai tahun
2000, dari volume I sampai volume VII. Karakteristik rujukan di sini mencakup nama
pengarang, tahun terbit, jenis rujukan atau literatur (buku, majalah, jurnal, makalah,
surat kabar, risalah, skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, mikrofilm, dan nota
pemerintah), bahasa yang digunakan dalam rujukan, tempat terbit, dan usia rujukan.
Kajian ini dalam Ilmu Perpustakaan disebut dengan analisis sitiran (citation analysis).
Penelitian ini membantu saya untuk mengetahui bentuk atau pola kutipan,
pengarang yang karya tulisnya sering dikutip, dan usia serta keusangan literatur yang
dijadikan rujukan pada Jurnal Studia Islamika tersebut.
Kajian ini menemukan 3173 kutipan dalam 76 artikel berbahasa Inggris di Jurnal
Studia Islamika tersebut. Adapun pengarang yang karya tulisnya paling banyak
dijadikan sebagai rujukan di 76 artikel tersebut adalah Kyai Haji Munawwar Khalil,
seorang ulama ahli tafsir dan hadits yang juga menjabat sebagai anggota Majelis
Ulama Persatuan Islam (PERSIS) dari tahun 1953 sampai tahun 1960. Karya beliau
dikutip sebanyak 78 kali. Dari 76 artikel yang terbit dari tahun 1994 sampai tahun
2000 tersebut, rujukan yang paling banyak dikutip adalah rujukan yang terbit dari
tahun 1981 sampai tahun 1990. Rujukan ini dikutip sebanyak 1001 kali.
Disamping itu, jenis rujukan yang paling banyak dikutip adalah buku teks:
sebanyak 2114 kali. Kemudian bahasa yang paling banyak digunakan dalam rujukan
tersebut adalah rujukan yang ditulis dalam bahasa Inggris, yang dikutip sebanyak
1642 kali. Walaupun rujukan yang paling banyak digunakan adalah rujukan yang
ditulis dalam bahasa Inggris, bukan berarti rujukan yang paling banyak digunakan
juga rujukan yang diterbitkan di negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai
bahasa nasional. Sebaliknya, dari kurang lebih 3173 kutipan di 76 artikel di atas tadi,
rujukan yang paling banyak jumlahnya adalah rujukan yang diterbitkan di Indonesia
dalam berbagai bahasa lokal termasuk bahasa Indonesia sendiri dan bahasa asing,
seperti Inggris, Arab, dan Belanda: sebanyak 1115 kutipan.
Ditinjau dari segi usia penerbitannya, dilakukan penghitungan terhadap kurang
lebih 3173 kutipan di 76 artikel tersebut untuk menentukan batas usia keusangan
rujukan. Penghitungan dilakukan menggunakan metode yang digunakan dalam
Source Citation Index: Journal Citation Report. Hasilnya batas usia keusangan
rujukan dalam 76 artikel tersebut adalah 17 tahun. Adapun jumlah rujukan yang
berusia di bawah 17 tahun dalam 3173 kutipan tersebut adalah 1782 kutipan. Secara
persentase jumlah ini sama dengan 58,03 %. Ini berarti bahwa secara umum rujukan
yang digunakan dalam 76 artikel berbahasa Inggris di Jurnal Studia Islamika masih
belum usang dan informasi yang terkandung di dalamnya tergolong mutakhir.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam, zat
Yang Maha Menguasai atas apa yang ada di langit dan di bumi beserta seluruh isinya
yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, serta hidayah-Nya kepadaku. Shalawat dan
salam selalu aku haturkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW,
semoga beliau memberikan syafaatnya kepada kita semua di hari akhir kelak.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk
mendapatkan gelar sarjana dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Telah
banyak pihak yang membantuku selama proses penulisan skripsi ini. Karena itu saya
ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang nama mereka saya
sebutkan berikut:
1. Ahmad Saiful Jufri dan Binti Mualifah, sebagai kedua orang tua saya.
2. Zulfa Laily Jufri, Qurratu Aini Jufri, Hayati Rahmatika Jufri, dan Jamilah
Ulil Albab Jufri, sebagai adik-adik saya.
3. Rurry Masruroh, sebagai calon istri saya.
4. Drs. Abdul Chair, M.A., sebagai Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
beserta jajarannya di bagian akademik.
5. Drs. Rizal Saiful Haq, M.A., sebagai Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan
dan Informasi.
6. Drs. Pungki Purnomo, MLIS, sebagai Sekretaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan dan Informasi sekaligus sebagai dosen pembimbing dalam
penulisan skripsi ini.
7. Usep Abdul Matin, M.A., M.A., sebagai penguji skripsi ini.
8. Segenap dosen di Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
9. Ibu Lilik sebagai Kepala Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum.
10. Agus Umar, M.Hum., sebagai staf Perpustakaan Fakultas Adab dan
Humaniora.
11. Ahmad Nawawi, sebagai pustakawan di Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
12. Chairul Imam Affandi, Sulaiman, dan M. Ramdan Jaelani, sebagai teman
serumah saya.
Skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, karena itu saran dan kritik
yang membangun sangat saya perlukan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
Cirendeu, Juni 2009
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………v
DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM ...……………………………………..... vii
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah ………………………………………………....1
2. Pembatasan Masalah …………………………………………………….5
3. Rumusan Masalah ……………………………………………………….6
4. Tujuan Penelitian ……………………………………………………….. 6
5. Manfaat Penelitian ……………………………………………………… 7
6. Sistematika Penulisan ……………………………………………………8
BAB II. TINJAUAN LITERATUR
1. Komunikasi Ilmiah ………………………………………………..…..... 11
2. Analisis Sitiran ………………………………………………………......13
2.1 Latar Belakang Penyitiran ………………………………………….. 15
2.2 Dokumen Sitiran dan Dokumen Penyitir ……………………………16
2.3 Ruang Lingkup dan Parameter Analisis Sitiran …………………......18
2.4 Keusangan Dokumen ………………………………………………..19
2.5 Manfaat Analisis Sitiran …………………………………………......22
2.6 Aplikasi Analisis Sitiran …………………………………………......24
3. Kajian Islam dan Penerbitan Studia Islamika…………………………….25
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
1. Tipe Penelitian ………………………………………………………….. 30
2. Subjek dan Objek Penelitian ………………………………………….....30
3. Metode Pengumpulan Data …………………………………………….. 31
4. Cara Penghitungan Data …………………………………………………38
5. Analisis Data ………………………………………………………….....40
BAB IV. HASIL DAN ANALISA DATA
1. Pola sitiran ……………………………………………………………….43
1.1 Jenis Literatur yang disitir ……………………………………….....48
1.1.1 Sitiran Jurnal dan Majalah ……………………………………51
1.1.2 Peringkat Jurnal dan Majalah yang Sering Disitir ……………54
1.2 Tempat Terbit Literatur yang Disitir …………………………….....56
1.3 Bahasa Literatur yang Disitir ……………………………………….60
1.4 Tahun Terbit Literatur yang Disitir …………………………………64
2. Peringkat Pengarang …………………………………………………..... 67
3. Usia dan Keusangan Literatur ………………………………………….. 73
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan ...………………………………………………………...…. 77
2. Saran ……………………………………………………………………. 81
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 83
DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM
Tabel 3.1. Daftar judul artikel bahasa Inggris pada Jurnal Studia Islamika
volume I – volume VII .…………………………………………….
31
Tabel 3.2. Lembar kerja entri data sitiran ………………………………………35
Tabel 3.3. Parameter analisis pola sitiran ………………………………………41
Tabel 4.1. Jumlah Sitiran berdasarkan artikel pada Jurnal Studia Islamika
volume I–volume VII ………………………………………………
43
Tabel 4.2. Jenis literatur yang disitir ……………………………………………49
Tabel 4.3. Jumlah sitiran jurnal dan majalah pada setiap volume ………………51
Tabel 4.4. Peringkat jurnal dan majalah yang disitir ……………………………54
Tabel 4.5. Tempat terbit literatur yang disitir …………………………………. 57
Tabel 4.6. Bahasa literatur yang disitir …………………………………………61
Tabel 4.7. Tahun terbit literatur yang disitir ……………………………………64
Tabel 4.8. Jumlah sitiran pengarang volume I – VII ………………………….. 68
Tabel 4.9. Peringkat pengarang yang sering disitir …………………………….70
Tabel 4.10. Usia literatur yang disitir …………………………………………..74
Diagram 1. Jenis literatur yang disitir ………………………………………….49
Diagram 2. Jumlah sitiran jurnal dan majalah pada setiap volume …………….52
Diagram 3. Peringkat jurnal dan majalah yang disitir ………………………….55
Diagram 4. Tempat terbit literatur yang disitir …………………………………59
Diagram 5. Bahasa literatur yang disitir ………………………………………..62
Diagram 6. Tahun terbit literatur yang disitir …………………………………. 65
Diagram 7. Jumlah sitiran pengarang volume I – VII ………………………….68
Diagram 8. Peringkat pengarang yang sering disitir ……………………………71
Diagram 9. Usia literatur yang disitir …………………………………………..75
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Kajian Islam telah lama berkembang dan menjadi bidang yang mapan sejak
abad ke-9 M, dan mengalami pasang surut hingga saat ini. Pada masa dinasti
Abbasiyah para ilmuwan Islam telah banyak menghasilkan karya penelitian. Prestasi
ini dapat dicapai karena pada masa itu penguasa memberi kebebasan berkarya bagi
mereka dan membangun fasilitas termasuk laboratorium, juga perpustakaan yang
dinamakan ‘Baitul Hikmah’. Literatur yang dihasilkan pada saat itu tidak terbatas
pada bidang kajian Islam sebagai suatu agama, tetapi mencakup hampir semua bidang
ilmu pengetahuan yang dikenal waktu itu: keagamaan, kedokteran, fisika, astronomi,
matematika, filsafat, bahasa, dan sebagainya.
Perkembangan Islam ke berbagai wilayah di dunia banyak mempengaruhi corak
kebudayaan masyarakat setempat. Islam hadir menyesuaikan dengan konteks
kemasyarakatan yang ada di wilayah tersebut. Pengaruh Islam terhadap kebudayaan
masyarakat setempat turut mempengaruhi kajian-kajian keislaman yang ada.
Termasuk wilayah Indonesia pada khususnya dan Asia Tenggara pada umumnya.
Jurnal Studia Islamika sebagai sebuah jurnal internasional yang fokus pada
kajian Islam di Asia Tenggara dan khususnya di Indonesia menghadirkan pendekatan
dan opini berbeda mengenai Islam lokal yang bersahabat, moderat, dan toleran. Jurnal
ini diterbitkan oleh Pusat Pengembangan Masyarakat Islam (PPIM) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sejak edisi pertama yang terbit pada tahun 1994,
Studia Islamika telah menerbitkan artikel-artikel berkualitas, baik oleh penulis
Indonesia maupun luar negeri. Oleh sebab itu berkat konsistensi penerbitan dan
kualitas artikelnya, pada tahun 2000 jurnal ini menjadi salah satu jurnal kajian Islam
yang mendapat penghargaan dari Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia sebagai jurnal akademis yang memiliki standar internasional terbaik.1
Salah satu hal yang paling memuaskan dari Jurnal Studia Islamika adalah
reaksi positif dari para ilmuwan dan peneliti kajian Islam di Indonesia dan Asia
Tenggara. Para ilmuwan dari Indonesia dan luar negeri sering menggunakan jurnal ini
sebagai sumber informasi dan rujukan dalam tulisan mereka. Selain para ilmuwan,
berbagai institusi pendidikan tinggi, pusat penelitian, dan berbagai perpustakaan di
luar negeri dan tentunya juga di Indonesia secara reguler melanggan jurnal ini.
Berbagai institusi pendidikan tinggi tersebut termasuk Universitas Harvard,
Princeton, Chicago, Columbia, Cornell, Oxford, Cambridge, London, Sorborne,
Passau, Amsterdam, Madrid, Johannesburg, Al-Azhar, Muhammad V, Kyoto, Seoul,
Singapore, The Australian National University, dan lainnya.2
Melihat berbagai antusiasme para ilmuwan dari berbagai negara yang merujuk
Jurnal Studia Islamika sebagai sumber informasi bagi tulisan-tulisan mereka, berarti
kualitas artikel-artikel pada jurnal ini sangat diakui dan bisa dipertanggungjawabkan
1 Studia Islamika: Promoting Indonesian Islam. http://www.indonesianmuslim.com/studia-islamika-
promoting-indonesian-islam, diakses pada tanggal 15 September 2008 pukul 15.37 WIB. 2 Ibid.,
secara ilmiah. Para kontributor pada jurnal ini tentunya dalam menyusun ide-ide
mereka juga merujuk pada sumber-sumber informasi lain. Kegiatan ini sering disebut
dengan mengutip atau menyitir. Pada dasarnya pengutipan dilakukan terhadap karya-
karya terdahulu yang berhubungan dengan topik yang ditulis. Mengapa pengutipan
dilakukan tentunya terdapat alasan-alasan tertentu yang melandasinya. Seseorang
mengutip suatu dokumen untuk membentuk konsep-konsep baru, ide, dan hipotesis
dalam batang tubuh karya tulis yang sedang dibuatnya.
Dengan demikan, dalam menyajikan tulisannya, para ilmuwan kajian Islam
pada Jurnal Studia Islamika pun tidak terlepas dari penggunaan sumber-sumber
informasi atau literatur sebagai rujukan. Sebagaimana telah dikemukakan Ziman
seperti dikutip Smith bahwa sebuah karya ilmiah tidak dapat berdiri sendiri; dia
berada dalam lingkungan subyek sumber informasi sejenis.3 Hal itu berarti para
ilmuwan mengutip apa yang diperolehnya untuk memperkaya tulisan atau penelitian
yang sedang dilakukannya terutama dalam mencari pertanyaan penelitian dan studi
pendahuluan.
Pencarian pertanyaan penelitian dan studi pendahuluan tersebut dimungkinkan
dalam situasi komunikasi ilmiah (scientific communication) yang dinamis.
Komunikasi ilmiah merupakan kombinasi proses presentasi, penyebaran, dan
penerimaan informasi ilmiah dalam suatu lingkungan masyarakat.4
3 Smith, Linda C. “Citation Analisys”. Library Trends (1981) vol.30, no.1, h.83. 4 Beni, Romanus. “Analisis sitiran literatur kependudukan 1990-1998.” Tesis. (Depok: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, 1999) h.3
Griffith seperti yang dikutip Beni mengatakan bahwa dengan melakukan studi
tentang komunikasi dan informasi ilmiah, ilmuwan dapat lebih memahami suatu
ilmu.5 Jadi, dengan melakukan studi terhadap lalu lintas literatur ilmiah dalam kajian
Islam maka diharapkan dapat diketahui perkembangan kajian Islam di Indonesia dan
Asia Tenggara.
Selanjutnya untuk mengetahui komunikasi ilmiah yang dilakukan ilmuwan dan
cendekiawan yang menjadi kontributor pada Jurnal Studia Islamika, dapat dilakukan
dengan menelusur sumber informasi atau literatur yang dijadikan rujukan dalam
tulisan mereka. Ini dilakukan untuk mengetahui kualitas tulisan atau artikel sebagai
sebuah ide atau konsep yang tidak bisa berdiri sendiri. Penelusuran dilakukan
terhadap pola sitiran atau pola kutipan pada artikel-artikel yang mencakup jumlah
kutipan dan karakteristik sumber informasi atau literatur yang dikutip (jenis literatur,
tahun terbit, tempat terbit, usia literatur, dan bahasa yang digunakan dalam literatur
yang dijadikan rujukan). Penelusuran juga dilakukan terhadap pengarang yang karya
tulisnya paling sering dikutip, yang dilakukan untuk mengetahui pemikiran ilmuwan
atau cendekiawan yang paling berpengaruh dalam kajian Islam pada jurnal ini.
Ada beberapa cara yang digunakan ilmuwan bidang informasi untuk melakukan
penelusuran terhadap rujukan-rujukan yang digunakan. Salah satunya yang paling
populer adalah dengan menghitung kutipan yang tercantum dalam daftar pustaka
karya tulis para ilmuwan. Sebuah kutipan secara umum menggambarkan hubungan
5 Ibid.,
sebagian atau seluruh bagian dokumen yang dikutip dengan sebagian atau seluruh
bagian dokumen yang mengutip. Daftar pustaka atau bibliografi yang mendaftar
rujukan pada bagian akhir suatu tulisan ilmiah memberi indikasi bahwa penulis
tersebut paling sedikit telah mengetahui (membaca atau mendengar) tentang
keberadaan suatu sumber informasi dan menganggapnya berkaitan dengan sebagian
atau seluruh bagian dari tulisan ilmiahnya. Kajian bahan pustaka ini dimaksudkan
untuk: pertama, mendapatkan informasi penelitian terdahulu yang berhubungan
dengan kegiatan penelitian yang sedang atau akan dilakukan; kedua, meningkatkan
mutu karya ilmiah; dan ketiga, memacu produktivitas karya ilmiah peneliti.
2. Pembatasan Masalah
Penelitian ini akan mengkaji sumber informasi atau literatur yang digunakan
sebagai rujukan dalam artikel-artikel pada Jurnal Studia Islamika atau biasa disebut
analisis sitiran (citation analysis). Analisis sitiran digunakan sebagi suatu pendekatan
untuk melihat bentuk komunikasi ilmiah sebagai gambaran perkembangan kajian
Islam di Indonesia dan Asia Tenggara pada Jurnal Studia Islamika. Oleh sebab itu
pokok penelitian ini akan dibatasi dalam hal:
1. Jurnal yang diteliti adalah Jurnal Studia Islamika yang terbit dari tahun
1994 sampai tahun 2000, dari volume I sampai volume VII.
2. Penelitian yang dilakukan hanya terhadap pola sitiran atau pola kutipan,
peringkat pengarang yang banyak dikutip, dan keusangan literatur yang
dikutip.
3. Penelitian ini dilakukan hanya terhadap artikel yang berbahasa Inggris.
4. Pengarang yang diteliti adalah pengarang atas nama orang dan jika
pengarang literatur yang dikutip lebih dari satu pengarang maka hanya
pengarang pertama yang dihitung.
5. Studi terhadap sumber informasi online dari internet tidak termasuk dalam
penelitian karena penelusuran mengenai tanggal dan tempat penerbit sulit
diidentifikasi.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
penelitian ini dilaksanakan dengan berpijak pada beberapa rumusan masalah, yakni:
1. Bagaimanakah pola kutipan pada Jurnal Studia Islamika?
2. Siapa saja pengarang dalam bidang kajian Islam yang paling berpengaruh
dengan frekuensi tertinggi dikutip pada Jurnal Studi Islamika?
3. Berapakah usia dan tingkat keusangan literatur yang dijadikan rujukan
dalam artikel-artikel pada Jurnal Studia Islamika?
4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pola kutipan yang mencakup jumlah kutipan, dan karakteristik
literatur yang mencakup bentuk atau jenis literatur, tahun terbit, tempat
terbit, usia literatur dan bahasa yang digunakan dalam literatur yang
digunakan sebagai rujukan dalam Jurnal Studia Islamika.
2. Melihat peringkat pengarang dalam bidang kajian Islam yang karya tulisnya
paling banyak dikutip pada Jurnal Studia Islamika.
3. Mengetahui usia dan tingkat keusangan literatur yang dikutip dalam artikel
pada Jurnal Studia Islamika.
5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan
mengenai struktur komunikasi ilmiah dan perkembangan ilmu sehingga
hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar kebijakan
pengembangan komunikasi ilmiah tertulis dalam kajian Islam di Indonesia
dan Asia Tenggara pada Jurnal Studia Islamika.
2. Bagi PPIM UIN Syarif Hidayatullah dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan mutu informasi kajian Islam dengan menyediakan informasi
kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara yang sesuai dengan kebutuhan
pembaca.
3. Bagi perpustakaan yang menyediakan literatur mengenai kajian Islam:
dapat mengetahui kebutuhan informasi ilmuwan sehingga hasil penelitian
ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
kebijakan pemenuhan kebutuhan informasi ilmuwan kajian Islam di
Indonesia dan Asia Tenggara.
4. Bagi peneliti: dapat menambah wawasan penelitian dalam usaha
mengembangkan ilmu perpustakaan dan informasi.
5. Bagi perkembangan ilmu perpustakaan dan informasi: dapat menambah
khasanah penelitian dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi.
6. Memberikan dasar pengembangan lebih lanjut konsep analisa sitiran dan
analisa ko-sitiran pengarang sebagai pendekatan ilmiah untuk mengetahui
pemetaan kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara dengan mengetahui
hubungan kedekatan antar pengarang yang banyak dikutip pada Jurnal
Studia Islamika.
6. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan dan demi mencapai pembahasan yang bersifat
kronologis sehingga memudahkan proses pemahaman isi maka penulis menggunakan
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
7. Latar Belakang Masalah
8. Pembatasan Masalah
9. Rumusan Masalah
10. Tujuan Penelitian
11. Manfaat Penelitian
12. Sistematika Penulisan
BAB II. TINJAUAN LITERATUR
4. Komunikasi Ilmiah
5. Analisis Sitiran
5.1 Latar Belakang Penyitiran
5.2 Dokumen Sitiran dan Dokumen Penyitir
5.3 Ruang Lingkup dan Parameter Analisis Sitiran
5.4 Keusangan Dokumen
5.5 Manfaat Analisis Sitiran
5.6 Aplikasi Analisis Sitiran
6. Kajian Islam dan Penerbitan Studia Islamika
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
6. Tipe Penelitian
7. Subjek dan Objek Penelitian
8. Metode Pengumpulan Data
9. Pengolahan Data
10. Analisis Data
BAB IV. HASIL DAN ANALISA DATA
4. Pola sitiran
4.1 Jenis Literatur yang dikutip
4.1.1 Sitiran Jurnal dan Majalah
4.1.2 Peringkat Jurnal dan Majalah yang Sering Dikutip
4.2 Tempat Terbit Literatur yang Dikutip
4.3 Bahasa Literatur yang Dikutip
4.4 Tahun Terbit Literatur yang Dikutip
5. Peringkat Pengarang
6. Usia dan Keusangan Literatur
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
2. Saran
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
1. Komunikasi Ilmiah
Komunikasi ilmiah menurut Mikhailov, Chernyi, Giliarevski, seperti dikutip
Ahmad Riyadi adalah proses yang terkombinasi dari pemaparan, penyampaian dan
penerimaan dari informasi ilmiah dalam masyarakat sosial.6 Proses ini membentuk
mekanisme dasar terhadap eksistensi dan perkembangan ilmu. Oleh sebab itu peranan
komunikasi ilmiah dan proses interaksi serta pengaruh sosial yang mendasari
perkembangan ilmu menjadi sangat penting. Dari sudut penyebaran informasi,
menurut Sulistyo-Basuki dkk suatu dokumen merupakan komunikasi formal.7
Rujukan dan sitiran atau kutipan menghubungkan satu dokumen dengan
dokumen lainnya. Disinilah terjadinya proses sitiran, dimanan analisis sitiran dapat
digunakan untuk membuat graf atau gambaran komunikasi ilmiah formal. Dimitroff
menyebutkan sitiran merupakan salah satu dari komponen komunikasi ilmiah
(scholarly communication).8
6 Riyadi, Ahmad. “Pemetaan kajian islam pada program pascasarjana Universitas Islam
Negeri Jakarta: sebuah analisis ko-sitiran pengarang yang disitir tesis mahasiswa tahun 1991-2000.”
Tesis. (Depok: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, 2004) h.15-16.
7 Sulistyo-Basuki, dkk. “Kajian Jaringan Komunikasi Ilmiah di Indonesia dengan
Menggunaan Analisis Subjek dan Analisis Sitiran.” Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan
Kearsipan. (1999) vol.1, no.1, h.8.
8 Dimitroff, Alexandra. “Self Citation in the Library and Information Science Literature.”
Journal of Documentation. (1995) vol.51, no.1, h.44.
Komunikasi ilmiah dapat dibedakan secara verbal, yaitu saluran formal dan
saluran informal, yang keduanya bisa dilakukan baik secara lisan maupun tulisan.
Pertukaran informasi ilmiah melalui literatur ilmiah atau teknis cetak merupakan
proses formal dari komunikasi ilmiah. Karena itu, komunikasi formal biasanya
menggunakan media massa, seperti buku, majalah, jurnal dan surat kabar. Namun
jenis ini menurut para ilmuwan penyebarannya masih dianggap terlambat bahkan
sering suatu informasi dianggap sudah usang oleh penggunanya. Dengan keberadaan
internet pada batas-batas tertentu telah dapat mengurangi keterlambatan tersebut.
Selain melalui saluran formal, ilmuwan juga berkomunikasi melalui hubungan
pribadi antara satu dengan lainnya (personal cantacts) melalui berbagai pertemuan
penelitian maupun kegiatan ilmiah lainnya. Pada dasarnya komunikasi informal
dilakukan melalui saluran formal tetapi terjadi secara lisan dan pribadi, termasuk
kunjungan pribadi, pertemuan tatap muka, pembicaraan melalui telepon, dan surat
menyurat (baik secara manual maupun elektronik). Melalui komunikasi informal ini
para peneliti dalam subjek yang sama saling bertukar informasi dengan peneliti lain
sehingga terbentuklah kampus informal (invisible college).9 Kegiatan komunikasi
baik cetak maupun non cetak tersebut adalah salah satu proses atau metode untuk
menyiapkan informasi.
Ada sembilan proses komunikasi ilmiah. Pertama adalah dialog langsung antara
ilmuwan tentang penelitian yang sedang dilakukan. Kedua, saling kunjung antara
9 Sulistyo-Basuki, op. cit., h.9.
ilmuwan ke laboratorium. Ketiga, presentasi lisan oleh ilmuwan dalam perkuliahan.
Keempat, pertukaran surat, reprint, dan publikasi. Kelima persiapan hasil penelitian
untuk publikasi dan tempat serta waktu penerbitan. Keenam, editorial atau tajuk
penerbitan. Ketujuh distribusi publikasi ilmiah. Kedelapan, aktivitas perpustakaan.
Kesembilan, aktivitas informasi ilmiah yaitu pengumpulan, analisis, penyimpanan,
penelusuran, dan distribusi informasi ilmiah. 10
2. Analisis Sitiran
Analisis atas sitiran dilakukan terhadap berbagai jenis dokumen, disertasi,
makalah, buku, dan jurnal. Namun umumnya jurnal yang dijadikan objek kajian
dengan alasan: terbit teratur, merupakan sarana komunikasi ilmiah formal, dan
merupakan “arsip umum” dalam arti siapa saja dapat memeriksanya serta sudah
menjadi pengetahuan publik karena tersimpan di perpustakaan.11
Sitiran diartikan dari bahasa Inggris citation dari asal kata cite yang artinya
mengutip. Maka istilah sitiran memiliki makna yang sama dengan kutipan. Jadi
analisis sitiran adalah analisa terhadap kutipan baik kata atau kalimat dari sumber
informasi yang dijadikan rujukan dalam penulisan sebuah karya ilmiah. Analisis
sitiran merupakan salah satu teknik menghitung jumlah kuantitatif sitiran
(bibliometrika) yang digunakan untuk mengukur pengaruh intelektual ilmuwan dari
10 Beni, Romanus. “Analisis sitiran literatur kependudukan 1990-1998.” Tesis. (Depok:
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, 1999) h.3
11 Sulistyo-Basuki. “Visualisasi Ilmu Pengetahuan.” Makalah. Seminar Informetrika dan
Scientometrika bagi Peneliti dan Pustakawan. (Jakarta, 17 September 2001), h.4.
pengarang yang dikutip terhadap penulis yang menyitir. Sebuah karya ilmiah tidak
dapat berdiri sendiri, tetapi berada dalam lingkungan subjek literatur sejenis. Bahkan
sebuah sitiran secara umum menggambarkan hubungan antara sebagian atau seluruh
bagian dokumen yang dikutip dengan sebagian atau seluruh bagian dokumen yang
menyitir. Dang Yaru mengemukakan bahwa penelitian merupakan proses akumulasi.
Hal ini nyata oleh karena perkembangan dan kemajuan penelitian dalam suatu bidang
ilmu telah mengakibatkan terakumulasinya informasi dalam bentuk karya ilmiah,
baik yang dihasilkan oleh lembaga penelitian, perguruan tinggi, maupun oleh instansi
yang berkompeten.12
Dalam hal ini kegiatan penyitiran menjadi elemen penting
dalam proses penulisan laporan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
Penyitiran telah menjadi alat pengamatan yang penting dalam perkembangan
ilmu pengetahuan. Dari penyitiran dapat diketahui bagaimana perkembangan suatu
ilmu pengetahuan, karena dalam penyitiran suatu karya ilmiah terdahulu menjadi
acuan untuk dikutip, dan selanjutnya karya ilmiah tersebut dikutip lagi dan
seterusnya. Jadi dapat dikatakan bahwa penyitiran adalah suatu proses yang
berkelanjutan selama pembuatan suatu karya ilmiah.
Menurut Garfield (1979), seorang ilmuwan dari Amerika Serikat, pendiri
Istitute for Scientific Information (ISI), seperti dikutip Sulistyo Basuki dkk, setiap
12 Yaru, Dang. “Structural Modeling of Network Systems in Cytation Analysis.” Journal of
the American Society for Information Science. (1997) vol.48, no.10, h.946-952.
penyitiran dari suatu karya harus dicantumkan dalam daftar kepustakaan karena
alasan berikut:13
a. Memberikan penghormatan kepada para pelopor dalam bidang
bersangkutan. Hal ini dilakukan karena ilmu pengetahuan merupakan
akumulasi dari ilmu yang telah ada sebelumnya.
b. Memberikan penghargaan kepada karya yang bersangkutan.
c. Mengidentifikasi metodologi, pendekatan teori, sarana yang digunakan
dalam penulisan makalah.
d. Memberikan latar belakang bacaan bagi mereka yang ingin mengetahui
lebih lanjut tentang topik yang sudah ditulis.
e. Mengoreksi karya sendiri maupun karya orang lain.
f. Memberikan kritik terhadap karya yang telah terbit sebelumnya.
g. Memperkuat klaim atas penemuan tentang sesuatu.
h. Memberikan petunjuk pada karya yang tidak diterbitkan, tidak tercakup
majalah indeks dan abstrak atau jarang dikutip penulis lain.
i. Sebagai tanda penghargaan pada peneliti sebelumnya yang telah melakukan
penelitian pada bidang yang sama, penghormatan pada penulis sebelumnya.
j. Sebagai panduan untuk orang lain yang akan mendalami topik yang
disebutkan dalam daftar kepustakaan.
13 Sulistyo-Basuki, dkk. “Kajian Jaringan Komunikasi Ilmiah di Indonesia dengan
Menggunaan Analisis Subjek dan Analisis Sitiran.” Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan
Kearsipan. (1999), vol.1, no.1, h.5.
2.1. Latar belakang penyitiran
Pada dasarnya penyitiran dilakukan terhadap karya-karya terdahulu yang
berhubungan dengan topik yang ditulis. Mengapa ada karya ilmiah yang sering
dikutip dan mengapa yang lainnya kurang mendapat kutipan? Tentunya ada alasan
tertentu yang melatarbelakangi hal ini. Menurut Bluma C. Peritz (1990), seorang
akademisi dari School of Library, Archive, and Information Studies, The Hebrew
University of Jerussalem, seperti dikutip Ahmad Riyadi dalam disertasinya, bahwa
salah satu alasan mengapa seseorang menyitir atau mengutip suatu dokumen adalah
adanya nilai heuristik (heuristic value) yaitu kemampuan membentuk konsep-konsep
baru, ide dan hipotesis.14
Pernyataan ini menjelaskan bahwa penyitiran dilakukan terhadap ide-ide dan konsep-
konsep, termasuk didalamnya teori yang dijadikan pijakan dari karya ilmiah yang
menyitirnya. Dari ide-ide dan konsep-konsep tersebut dapat digunakan untuk
membangun karya ilmiah baru. Karya ilmiah ini pada tahap berikutnya akan
dimanfaatkan lagi oleh penulis berikutnya untuk membangun kerangka pikiran (body
of literature) karya ilmiah yang ditulisnya, dan seterusnya. Hal ini juga tentu
dilakukan oleh para peneliti, dosen, dan mahasiswa dalam menulis karya ilmiahnya.
Konsep dan teori atau ide-ide yang diperoleh dari karya ilmiah terdahulu kemudian
dituangkan lagi dalam tulisan berikutnya, sehingga menjadi tulisan lain yang
14 Riyadi, Ahmad. Op.cit., h.19
didukung oleh teori atau konsep dari tulisan ilmiah sebelumnya, dimana dalam proses
ini bisa terjadi pengaruh dokumen sitiran terhadap dokumen penyitir.
Penulis karya ilmiah biasanya menggunakan beragam sumber informasi atau literatur
untuk membangun karya ilmiah baru. Sumber informasi tersebut dicantumkan dalam
bibliografi atau daftar bacaan untuk memberikan penghargaan terhadap sumber, ide,
dan hasil-hasil yang telah digunakan. Jadi selain alasan untuk kepentingan karya
ilmiah yang ditulis, juga sebagai tanda penghargaan terhadap sumber informasi yang
dijadikan rujukan dalam penulisan.
2.2. Dokumen sitiran dan dokumen penyitir
Sitiran berhubungan dengan dua jenis data yaitu:15
1. Data yang dikutip (cited) atau rujukan: merupakan sebuah dokumen yang
menunjukkan unit sumber. Jadi dokumen ini usianya akan selalu lebih tua
daripada dokumen yang mengutip. Dokumen yang mengutip dan usianya
selalu lebih tua daripada karya yang mengutipnya dikenal dengan istilah
predated.
2. Data yang mengutip atau sitiran merupakan sebuah dokumen yang menjadi
unit penerima, karena itu usia dokumen ini selalu lebih muda usianya
15 Sulistyo-Basuki. Pengantar dokumentasi: mulai dari perkembangan istilah, pemahaman
jenis dokumen, diikuti dengan pengolahan dokumen, disusul teknologi informasi, dan komunikasi
sampai dengan jasa pemencaran informasi serta diakhiri dengan etika profesi. (Bandung: Rekayasa
sains, 2004) h.72.
daripada dokumen yang dikutip atau pasca tahun dalam hubungannya
dengan rujukan.
Untuk memudahkan pemahaman diilustrasikan sebagai berikut:
Gambar 1 Rujukan dan Sitiran
Gambar 1 menunjukkan bahwa dokumen A mempunyai empat rujukan, yakni
dokumen 1, 2, 3, dan 4; sedangakan dokumen B mempunyai lima rujukan, yaitu
dokumen 3, 4, 5, 6, dan 7. Dokumen 1 dan 2 mendapat satu sitiran atau satu kutipan
karena masing-masing hanya dikutip satu kali oleh dokumen A. Demikian juga
dokumen 5, 6, dan 7 mendapat satu sitiran atau satu kutipan karena masing-masing
hanya dikutip satu kali oleh dokumen B. Sedangkan dokumen 3 dan 4 mendapat dua
sitiran karena masing-masing dikutip oleh dokumen A dan B. Dokumen A dan B
menjadi rujukan, dan dokumen 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 sebagai dokumen yang menyitir
atau mengutip.
2.3. Ruang lingkup dan parameter analisis sitiran
AAAA BBBB
1111 2222 3333 4444 5555 6666 7777
Ruang lingkup analisis sitiran mencakup tiga jenis kajian literatur atau dokumen.
Ketiga literatur tersebut adalah:16
a) Literatur primer adalah literatur atau dokumen yang memuat hasil
penelitian asli atau penerapan sebuah teori ataupun penjelasan teori dan
ide sehingga merupakan informasi langsung dari sebuah karya penelitian.
b) Literatur sekunder adalah literatur atau dokumen yang memberikan
informasi tentang literatur primer.
c) Literatur tambahan (tersier) adalah literatur atau dokumen yang
memberikan informasi tentang literatur sekunder.
Walaupun bibliometrika mengkaji ketiga jenis literatut tersebut, namun dalam
kenyataannya yang menjadi objek utama analisis sitiran adalah majalah atau jurnal
ilmiah. Hal ini tidak lain karena bibliometrika menganggap jurnal ilmiah sebagai
media paling penting dalam komunikasi ilmiah. Jurnal sebagai objek kajian
bibliometrika memiliki parameter yang tidak dapat dilepaskan dari ciri majalah.
Adapun parameter yang umum digunakan untuk menganalisanya adalah: pengarang,
judul artikel, judul jurnal, tahun terbit, referensi, dan deskriptor.17
Jika suatu majalah
atau jurnal semakin sering disitir atau dikutip maka semakin baik dan dianggap
relevan dengan penelitian yang dilakukan. Para ilmuwan pada umumnya memandang
16 Hasugian, Jonner. ”Analisis sitiran terhadap disertasi Program Doktor (S-3) Ilmu
Kedokteran Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara”. Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan
dan Informasi. (2005), vol.1, no.2, h.4.
17 Ibid.,
majalah atau jurnal ilmiah menjadi bahan rujukan yang standar dalam menulis sebuah
karya ilmiah.
Aspek-aspek yang dapat dikaji dalam analisis sitiran adalah sebagai berikut: pola
sitiran atau pola kutipan, karakteristik literatur rujukan, dan pola kepengarangan. Pola
sitiran mencakup jumlah sitiran dan jumlah otositiran (self-citation). Otositiran adalah
artikel yang pengarangnya mengutip tulisan sendiri. Karakteristik literatur adalah
sifat yang berkaitan dengan jenis atau bentuk sumber informasi rujukan, tahun terbit,
usia literatur, tempat terbit, dan bahasa pengantar literatur yang dikutip. Sedangkan
pola kepengarangan mencakup jumlah penulis, penulis yang paling sering dikutip,
dan pengarang tunggal atau ganda. 18
2.4. Keusangan dokumen
Konsep keusangan (obsolescence) literatur atau dokumen adalah penurunan
penggunaan satu atau sekelompok literatur seiring dengan makin tuanya umur
literatur itu.19
Literatur yang selalu dikutip bertahun-tahun setelah diterbitkan disebut
sebagai rendah tingat keusangannya atau obsolescence-nya (low obsolescence, to
obsolesce slowly, age slowly). Sedangkan literatur yang jarang dikutip sejak
bertahun-tahun terbit disebut tinggi tingkat keusangannya atau obsolescence-nya
(high obsolescence, to obsolesce quickly, to age quickly).
18 Sutardji. “Pola sitiran dan pola kepengarangan pada jurnal penelitian pertanian tanaman
pangan.” Jurnal Perpustakaan Pertanian. (2003) vol.12, no.1, h.2.
19 Mustafa, B. “Obsolescence: mengenal konsep keusangan literatur dalam dunia
kepustakawanan”. Makalah. (Bogor: Perpustakaan IPB), h.4.
Keusangan literatur dikaitkan dengan sebuah literatur dan juga keusangan informasi
yang terkandung dalam sebuah literatur. Keusangan sebuah literatur lebih bersifat
praktis, dalam arti bila sebuah literatur sudah usang maka ada kemungkinan literatur
tersebut dapat ditempatkan pada tempat tertentu ataupun dibuang. Keusangan
informasi berarti, bahwa informasi yang ada dalam sebuah dokumen semakin jarang
digunakan, dengan kata lain penggunaan informasinya semakin menurun dan pada
akhirnya suatu saat tidak digunakan lagi.
Kedua faktor tersebut menyebabkan terjadinya fluktuasi terhadap minat suatu bidang
ilmu pengetahuan, karena pada umumnya pengetahuan tersebut direkam dalam
bentuk literatur atau dokumen. Fenomena ini merupakan dampak dari perkembangan
ilmu pengetahuan. Hal ini terjadi karena hanya literatur yang mutakhir yang menarik
bagi ilmuwan praktisi. Sedangkan literatur yang lebih tua digunakan hanya bila
mengandung informasi yang cenderung menggabungkan karya yang terakhir.20
Terdapat dua tipe keusangan (obsolescence) literatur, yaitu obsolescence diachronous
dan obsolescence synchronous.21
(1) Obsolescence diachronous adalah merupakan
ukuran keusangan literatur dari sekelompok literatur dengan cara memeriksa tahun
terbit dari sitiran yang diterima literatur tersebut. Half life atau paruh hidup literatur
adalah ukuran dari obsolescence diachronous. Paruh hidup adalah batas usia sebuah
20 Sulistyo-Basuki, dkk. “Kajian Jaringan Komunikasi Ilmiah di Indonesia dengan
Menggunaan Analisis Subjek dan Analisis Sitiran.” Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan
Kearsipan. (1999), vol.1, no.1, h.10
21 Hasugian, Jonner. Ibid.,
literatur yang menjadi ukuran apakah literatur tersebut sudah usang atau belum.
Sedangkan (2) obsolescence synchronous merupakan ukuran keusangan literatur dari
sekelompok literatur dengan cara memeriksa tahun terbitan referensi literatur. Median
citation age (median umur sitiran) termasuk dalam obsolescence synchronous.
Paruh hidup atau batas usia keusangan literatur dapat dihitung dengan mencari angka
median (nilai tengah) dari seluruh literatur yang dikutip setelah terlebih dahulu
mengurutkan semua literatur yang dikutip mulai dari yang tertua (tahun terkecil)
sampai yang terbaru (tahun terbesar) atau sebaliknya. Kemudian dicari median yang
membagi daftar referensi yang sudah berurut tersebut menjadi dua bagian masing-
masing 50 %. Median ini menunjukkan batas usia keusangan literatur pada bidang
yang bersangkutan. Antara disiplin ilmu yang satu dengan ilmu yang lain berbeda
paruh hidupnya. Berdasarkan hasil penelitian di luar negeri adalah: paruh hidup untuk
ilmu fisika adalah 4,6 tahun; fisiologi 7,2 tahun; kimia 8,1 tahun; botani 10,0 tahun;
matematika 10,5 tahun; geologi 11,8 tahun; kedokteran 6,8 tahun; hukum 12,9 tahun.,
dan bidang sosial kurang dari 2 tahun.22
Sebagai contoh, paruh hidup ilmu kedokteran adalah 6,8 tahun. Apabila suatu
literatur penelitian kedokteran menggunakan rujukan berusia lebih dari 6,8 tahun
dapat dikatakan bahwa referensi yang digunakan telah usang, dan hal ini
menunjukkan adanya kemiskinan informasi. Sebaliknya apabila rujukannya berusia
22 Hartinah, Sri. “Keusangan dan paro hidup dokumen.” Makalah. (Depok: Masyarakat
Informatika Indonesia, 2002) h.3.
kurang atau sama dengan 6,8 tahun dapat dikatakan bahwa referensi yang digunakan
mutakhir, dan hal ini menunjukkan adanya kekayaan informasi. Faktor yang
mempengaruhi keusangan atau paruh hidup literatur pada suatu bidang ilmu adalah
jumlah penggunaan literatur, jumlah publikasi dalam bidang tersebut, dan jumlah
penulis pada bidangnya.
2.5 Manfaat Analisis Sitiran
Banyak manfaat yang bisa didapatkan dari penerapan analisis sitiran. Menurut Budd
dalam Irianti Pergola ada beberapa manfaat yang diperoleh dari penggunaan analisis
sitiran antara lain:23
1. Dapat dipergunakan untuk mengukur komunikasi ilmiah dalam disiplin
ilmu tertentu.
2. Dapat mengidentifikasi karakteristik dokumen yang dipergunakan dalam
penelitian (seperti jurnal, buku, laporan penelitian, dan lain sebagainya).
3. Mengetahui usia dan paruh hidup literatur yang dikutip.
4. Mengetahui subjek yang sering dirujuk.
Masih menurut Irianti Pergola yang dikutip dari Purwani Istiana,
dikemukakan bahwa manfaat analisis sitiran yaitu:24
1. Identifikasi literatur inti.
23 Pergola, Irianti. “Analisis sitiran jurnal psikologi UGM tahun 1997-2006.” Berkala Ilmu
Perpustakaan dan Informasi. (2007) vol.3, no.7, h.40.
24 Ibid., no.6, h.3-4.
2. Mengidentifikasi arah gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan
pada berbagai disiplin ilmu berlainan.
3. Menduga keluasan literatur sekunder.
4. Mengenali pemakai berbagai subjek.
5. Mengenali kepengarangan dari arah gejalanya pada literatur dari berbagai
subjek.
6. Mengukur manfaat SDI dan retropektif.
7. Melihat arah gejala perkembangan masa lalu, sekarang, dan mendatang.
8. Mengidentifikasi majalah inti dalam berbagai disiplin ilmu.
9. Merumuskan garis haluan pengadaan berbasis kebutuhan yang tepat dalam
batas anggaran belanja.
10. Mengembangkan model eksperimental yang berkorelasi atau melewati
model yang ada.
11. Menyusun garis haluan penyiangan dan penempatan literatur di rak secara
tepat.
12. Memprakarsai sistem jaringan aras ganda yang efektif.
13. Mengatur arus masuk informasi dan komunikasi.
14. Mengkaji keusangan dan penyebaran literatur ilmiah.
15. Meramalkan produktivitas penerbit, pengarang, organisasi, negara, atau
seluruh disiplin ilmu.
16. Mendesain pengolahan bahasa otomatis untuk auto-indexing, auto-
abstracting dan auto-classification.
17. Mengembangkan norma pembakuan.
2.6 Aplikasi Analisis Sitiran
Penggunaan teknik analisis sitiran terbagi dalam kategori sebagai berikut:25
1. Pengembangan koleksi dan kajian pemakai. Analisis sitiran digunakan
untuk merumuskan kebijakan langganan majalah dengan menilai majalah
berdasarkan berapa kali sebuah majalah dikutip. Digunakan pula untuk
penghentian langganan berdasarkan sering tidaknya sebauh majalah
dikutip. Analisis sitiran mengkaji pula nilai relatif dari berbagai jenis
dokumen terhadap berbagai kategori pemakai.
2. Temu balik informasi. Analisis digunakan untuk mengembangkan
pengganti literatur, hubungan antara kata kunci, literatur, pemakai, dan
strategi penelusuran. Juga untuk mengidentifikasi dengan bantuan
komputer mengenai artikel yang menyitir dan akses terhadap literatur
interdisipliner.
3. Pengembangan dan pertumbuhan subjek dan literatur subjek.
Produktivitas pengarang dan pengaruhnya terhadap pengarang lain diukur
melalui sitiran. Pasangan sitiran dan ko-sitiran digunakan untuk mengkaji
25 Ibid., h.6
struktur pertumbuhan ilmiah sebuah bidang/subjek dan membuat peta
batas-batas subjek.
4. Kajian historis dan penelitian yang sedang berlangsung. Melacak
perkembangan sebuah subjek melalui kaidah waktu, densitas dan konteks
sitiran serta menggunakan jaringan sitiran sebagai ukuran untuk menilai
antar hubungan dan pengaruh berbagai pengarang beserta karya mereka.
5. Pola komunikasi penelitian. Kajian dampak isolasi karena kendala bahasa,
jarak, dan ketersediaan literatur ilmiah.
6. Untuk menghitung paruh hidup literature sebuah bidang ilmu
pengetahuan.
3. Kajian Islam dan Penerbitan Studia Islamika
Studi Islam atau kajian Islam merupakan sebuah istilah yang ambigu. Dari sudut
pandang muslim, kajian Islam menjadi istilah yang mencakup ilmu pengetahuan
Islam. Termasuk di dalamnya pemikiran Islam klasik seperti teologi Islam dan hukum
Islam maupun pemikiran modern, seperti sains Islam dan ekonomi Islam. Sedangkan
dari sudut pandang non-muslim (terutama di dunia barat), kajian Islam secara umum
merujuk pada kajian sejarah, budaya, dan filsafat Islam. Para akademisi dunia barat
dari beragam bidang keilmuan ikut andil menyumbangkan pemikiran bagi komunitas
muslim di masa lalu dan sekarang. Sebelum era 1980-an, para akademisi barat yang
mengkaji dunia Islam disebut “Islamicist”, namun setelah era tersebut mereka
populer dengan sebutan “Orientalist”, yaitu orang yang belajar tentang ketimuran
atau budaya timur, yang secara salah kemudian diartikan sebagai orang non-muslim
yang mempelajari tentang Islam.
Studi Islam atau kajian Islam adalah suatu usaha untuk mempelajari seluk beluk
agama Islam secara meyeluruh dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya,
termasuk ajaran-ajarannya, doktrin-doktrinnya, kebudayaannya, sejarahnya dan lain
sebagainya. Ada dua cara pandang dalam kajian Islam.26
Pertama meliputi aspek
normativitas, yaitu ajaran yang dibahas melalui pendekatan doktrinal teologis. Kedua
adalah yang meliputi aspek historis, yaitu studi kebudayaan Muslim yang dibahas
melalui pendekatan keilmuan sosial-keagamaan yang bersifat multi dan
interdisipliner. Studi Islam normatif sudah dimulai oleh orang Islam sejak berdirinya
Islam itu sendiri. Mereka mempelajari ajaran-ajaran, wahyu, ibadah ritual dan doktrin
yang mutlak benar dan tidak dapat dilakukan penelitian atasnya sehingga terkesan
statis dan apologetik. Sementara Islam historis mulanya dipelajari oleh orientalis dan
semakin populer di abad 20 hingga sekarang.
Di Indonesia, kajian Islam memiliki bentuk tersendiri. Nurcholis Madjid melihat
keunikan dan kompleksitas ciri-ciri Islam Indonesia yakni Islam dan budaya lokal,
Islam dan sufisme, dan kebangkitan Islam.27
Namun dalam perkembangannya banyak
dipengaruhi oleh kajian-kajian kesarjanaan lulusan luar negeri. Hingga kini,
26 Amri, Yasser. Signifikansi studi Islam. http://msibki3.blogspot.com/2008/09/signifikansi-
studi-islam.html, diakses pada tanggal 14 April 2009 pukul 11.34 WIB
27 Ali, Muhamad. Kajian Islam Indonesia. http://muhamadali.blogspot.com/2008/03/kajian-
islam-indonesia.html, diakses pada tanggal 14 April 2009 pukul 11.41 WIB
kesarjanaan Islam di Indonesia masih mencari bentuknya. Para lulusan Timur Tengah
masih terfokus pada kajian teks dan kajian normatif. Pengaruh ini sangat kental
dalam transmisi ilmu dari Saudi dan Mesir. Melalui Saudi, kajian-kajian Islam tertuju
pada ushuluddin, sementara lewat Mesir lebih beragam, seperti tafsir, filsafat, dan
seterusnya. Dari para sarjana Pakistan, format kajian Islam di Indonesia menjadi lebih
pada kajian negara Islam dan ekonomi Islam. Selain itu, pengaruh luar juga datang
melalui Iran, Afrika (Sudan), Leiden, dan negeri-negeri barat (ini terwakili oleh
UIN). Secara singkat bisa dikatakan bahwa kajian Islam Indonesia sangat
multikultural.
Kajian-kajian Islam di Indonesia mengalami peningkatan pesat selama satu atau dua
dekade belakangan. Baik dalam diskusi publik di media massa, maupun dalam ranah
akademis yang lebih serius. Lebih jauh lagi, diskusi-diskusi tersebut sudah tidak lagi
terbatas soal-soal klasik seperti teologi dan filsafat, melainkan juga mencakup
berbagai persoalan seperti ekonomi dan politik. Bahkan diskusi tentang Islam tidak
terbatas di kalangan muslim, melainkan juga dilakukan oleh para sarjana dari
berbagai latar belakang agama.
Kondisi ini sangat kontras dengan situasi empat atau lima dekade lampau. Pada masa
itu studi Islam mengalami marginalisasi dua arah.28
Di satu sisi, dari para sarjana
pengkaji Islam internasional cenderung menganggap Islam di Indonesia sebagai
28 Permata, Ahmad Norma. Dari studi budaya ke studi bahaya: arah baru kajian tentang
Islam di Indonesia. http://www.indonesianmuslim.com/dari-studi-budaya-ke-studi-bahaya-arah-baru-
kajian-tentang-islam-di-indonesia.html, diakses pada tanggal 14 April 2009 pukul 12.01 WIB
“Islam pinggiran” yang banyak bercampur dengan budaya lokal. Ini mengakibatkan
buku-buku internasional tentang dunia Islam jarang menyertakan bahasan tentang
Indonesia. Di sisi lain, di kalangan para sarjana Asia Tenggara (Southeast Asian
Studies), Islam di Indonesia dianggap hanyalah kulit luar yang tidak mewakili
karakter asli masyarakat Indonesia. Akibatnya, para sarjana tersebut cenderung
menganggap Islam tidak memainkan peran signifikan dalam proses sosial maupun
politik di kawasan ini.
Yang menarik dicermati lebih jauh adalah fakta bahwa kajian-kajian Islam bukan
hanya meningkat melainkan juga mengalami pergeseran trend. Pergeseran ini terlihat
dari yang hanya melihat Islam sebagai sebuah sistem budaya, bergeser pada corak
yang berbeda yang melihat Islam sebagai potensi dan kekuatan politik. Di awal tahun
1990-an, beberapa tulisan seperti dari Martin van Bruinessen sudah menyinggung
tentang gejala radikalisme dan fundamentalisme di kalangan Islam.
Jurnal Studia Islamika yang diterbitkan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat
(PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hadir dengan fokus pada kajian Islam di
Asia Tenggara secara umum, khususnya Indonesia. Jurnal ini bertujuan
menghadirkan berbagai kajian akademis Islam di wilayah ini. Ruang lingkup kajian
Islam pada Jurnal Studia Islamika mencakup berbagai aspek kajian keilmuan yang
dapat dikelompokkan pada bidang-bidang: Quran dan Ilmunya, Ilmu Hadits, Ilmu
Kalam / Teologi, Fiqh / Hukum Islam, Akhlak Tasawuf, Sosial Budaya Islam,
Filsafat Islam, Aliran dan Sekte Islam, dan Sejarah Islam. Jurnal Studia Islamika
menghadirkan pendekatan dan opini berbeda, yakni mengenai Islam lokal yang
bersahabat, moderat, dan toleran. Jauh dari kesan radikal.
Sejak edisi pertama tahun 1994, Studia Islamika telah menerbitkan artikel-artikel
berkualitas, baik oleh penulis Indonesia maupun luar negeri. Ini bisa dilihat dari
nama-nama para kontributornya dari Indonesia seperti Nurcholis Madjid, Azyumardi
Azra, Saiful Muzani, Kuntowijoyo, Yusril Ihza Mahendra, Din Syamsuddin, Bahtiar
Effendi, Masdar F. Mas’udi, dan nama-nama lain yang sudah tidak diragukan lagi
kapasitas keilmuannya. Juga para kontributor dari luar negeri seperti Martin van
Bruinessen, Greg Barton, Howard M. Federspiel, Karel Steenbrink, Andree Feillard,
Stephen Headley, Kobayashi Yasuko, M. B. Hooker, Laurence Husson, dan lainnya,
yang sudah tidak asing sebagai ilmuwan yang memberikan kontribusi besar dalam
kajian Islam di Indonesia. Dari nama-nama yang telah dipaparkan, dapat terasa
nuansa ilmiah yang muncul di Jurnal Studia Islamika mengesankan suasana yang
bersahabat, toleran, dan moderat.
Berkat konsistensi penerbitan dan kualitas artikelnya, pada tahun 2000 jurnal ini
menjadi salah satu jurnal kajian Islam yang mendapat penghargaan dari Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia sebagai jurnal akademis yang memiliki
standar internasional terbaik.
BAB IV
HASIL DAN ANALISA DATA
7. Pola sitiran
Jumlah literatur yang dikutip dalam artikel berbahasa Inggris pada Jurnal Studia
Islamika, dari volume I sampai volume VII: sebanyak 3173 sitiran atau kutipan.
Jumlah sitiran dari 76 artikel yang diteliti berbeda antara satu artikel dengan artikel
lainnya. Data jumlah sitiran pada masing-masing artikel dapat dilihat pada Tabel 4.1
berikut:
Tabel 4.1
Jumlah Sitiran Berdasarkan Artikel pada Jurnal Studia Islamika dari Volume I
sampai Volume VII
No Kode Artikel Jumlah Sitiran %
1. 94I1A 47 1.48
2. 94I1B 33 1.04
3. 94I1C 22 0.7
4. 94I1D 25 0.8
5. 94I1E 13 0.4
6. 94I2A 18 0.56
7. 94I2B 42 1.32
8. 94I2C 25 0.8
9. 94I3A 51 1.6
10. 94I3B 48 1.51
11. 94I3C 28 0.9
12. 95II1A 78 2.45
13. 95II1B 4 0.12
No Kode Artikel Jumlah Sitiran %
14. 95II1C 22 0.7
15. 95II2A 44 1.38
16. 95II2B 22 0.7
17. 95II2C 10 0.31
18. 95II2D 52 1.63
19. 95II3A 77 2.42
20. 95II3B 79 2.5
21. 95II3C 25 0.8
22. 96III1A 54 1.7
23. 96III1B 23 0.72
24. 96III1C 31 0.97
25. 96III2A 21 0.66
26. 96III2B 16 0.5
27. 96III3A 23 0.72
28. 96III3B 37 1.16
29. 96III3C 6 0.18
30. 96III3D 25 0.78
31. 96III4A 132 4.16
32. 96III4B 46 1.44
33. 96III4C 24 0.75
34. 97IV1A 10 0.31
35. 97IV1B 39 1.22
36. 97IV1C 13 0.4
37. 97IV1D 9 0.28
38. 97IV2A 143 4.5
No Kode Artikel Jumlah Sitiran %
39. 97IV2B 37 1.16
40. 97IV2C 26 0.81
41. 97IV3A 48 1.51
42. 97IV3B 44 1.38
43. 97IV3C 46 1.44
44. 97IV4A 23 0.72
45. 97IV4B 102 3.21
46. 97IV4C 14 0.44
47. 97IV4D 24 0.75
48. 98V1A 18 0.56
49. 98V1B 21 0.66
50. 98V1C 58 1.82
51. 98V2A 28 0.9
52. 98V2B 11 0.34
53. 98V2C 24 0.75
54. 98V2D 18 0.56
55. 98V3A 37 1.16
56. 98V3B 101 3.18
57. 98V3C 52 1.63
58. 99VI1A 19 0.59
59. 99VI1B 102 3.21
60. 99VI1C 106 3.34
61. 99VI2A 29 0.91
62. 99VI2B 21 0.66
63. 99VI2C 33 1.04
No Kode Artikel Jumlah Sitiran %
64. 99VI2D 102 3.21
65. 99VI3A 115 3.62
66. 99VI3B 45 1.41
67. 99VI3C 16 0.5
68. 00VII1A 96 3.02
69. 00VII1B 20 0.63
70. 00VII1C 59 1.85
71. 00VII2A 58 1.82
72. 00VII2B 81 2.55
73. 00VII2C 40 1.26
74. 00VII3A 41 1.3
75. 00VII3B 26 0.81
76. 00VII3C 15 0.47
Jumlah sitian 3173 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah sitiran pada masing-masing artikel
sangat beragam. Sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan sebelumnya, terdapat
39 artikel yang termasuk dalam kelompok sangat sedikit. Adapun artikel dengan
jumlah sitiran yang termasuk dalam kelompok sangat sedikit adalah artikel 95II1B:
sebanyak 4 sitiran atau 0,12%, yang berjudul The Muhammadiyah and the Theory of
Maqasid al-shariah karya Fathurrahman Djamil.
Selanjutnya artikel yang termasuk dalam kelompok sedikit: berjumlah 28 artikel.
Dalam kelompok ini, terdapat dua artikel yang menempati urutan terbawah. Pertama
adalah artikel 94I1B, dengan judul The Indies Chinese and Sarekat Islam: An Account of
the Anti-Chinese Riots in Colonial Indonesia karya Azyumardi Azra. Kedua adalah
artikel 99VI2C, dengan judul Law and Politics in Post Independence Indonesia: A Case
Study of Religious and Adat Courts karya Ratno Lukito. Kedua artikel ini mendapat
jumlah sitiran yang sama, yakni 33 sitiran atau 1,04%. Sebaliknya artikel yang
menempati urutan teratas dalam kelompok ini adalah artikel 00VII2B, dengan judul
Redefening "Political Islam" in Indonesia: Nahdlatul Ulama and Khittah '26 karya Robin L.
Bush: sebanyak 81 sitiran atau 2,55%.
Selanjutnya artikel yang masuk ke dalam kelompok banyak: sebanyak 7 artike.
Artikel yang menempati urutan terbawah dalam kelompok ini adalah artikel
00VII1A, dengan judul The Role of Islamic Students Groups karya Richard G. Kraince:
sebanyak 96 sitiran atau 3,02%. Sebaliknya artikel yang menempati urutan teratas
dalam kelompok ini adalah artikel 99VI3A, dengan judul New Trends of Islamic
Resurgence karya Ahmad Fauzi Abdul Hamid: sebanyak 115 sitiran atau 3,62%.
Terakhir adalah artikel yang termasuk dalam kelompok sangat banyak: sebanyak 2
artikel. Ada dua artikel yang termasuk dalam kelompok ini. Pertama, artikel 96III4A,
dengan judul Pancasila as the Sole Basis karya Faisal Islamil: sejumlah 132 sitiran
atau 4,16%. Kedua, artikel 97IV2A dengan dengan judul Moenawar Chalil: the
Career and Thought of an Indonesian Muslim Reformist karya Toha Hamim: sebanyak
143 sitiran atau 4,5%.
Jumlah sitiran yang beraneka ragam ini memperlihatkan bahwa kemampuan peneliti
dalam menggunakan informasi cukup bervariasi. Beberapa kemungkinan yang
menyebabkan sedikit atau banyaknya sitiran dalam suatu artikel atau tulisan ilmiah
diantaranya adalah:
a. Internalisasi bahan bacaan sebelumnya. Maksudnya adalah informasi yang
telah didapatkan dari proses membaca seseorang terhadap berbagai
sumber informasi yang dilakukan secara simultan. Kemudian informasi
tersebut terinternalisasi dalam pemikirannya dan diolah sedemikian rupa,
sehingga akhirnya pada saat berargumen menjadi pemikirannya sendiri.
b. Kesulitan dalam mengakses literatur yang relevan.
c. Topik yang ditulis memang baru sehingga literatur yang relevan belum
ada.
d. Anggapan penulis bahwa dengan jumlah literatur tertentu sudah cukup
memadai untuk menunjang penulisan.
7.1 Jenis Literatur yang Disitir
Dari hasil penelitian, jenis literatur yang disitir pada artikel berbahasa Inggris
pada Jurnal Studia Islamika volume I – VII terdiri dari beragam bentuk literatur atau
dokumen. Literatur tersebut terbagi kedalam beberapa jenis: buku teks, jurnal dan
majalah, surat kabar, disertasi, tesis, skripsi, risalah, makalah seminar, laporan
penelitian, mikrofilm, dan nota pemerintah. Secara lengkap hasil analisa jenis
literatur yang disitir disajikan dalam Tabel 4.2 dan Diagram 1 berikut:
Tabel 4.2
Jenis Literatur yang Disitir
No Jenis Literatur Frekuensi
Sitiran %
1. Buku Teks 2114 66.62
2. Jurnal dan Majalah 615 19.4
3. Surat Kabar 239 7.53
4. Disertasi/Tesis/Skripsi/Risalah 125 3.94
5. Makalah Seminar 77 2.42
6. Laporan Penelitian 1 0.03
7. Mikrofilm 1 0.03
8. Nota Pemerintah 1 0.03
Jumlah sitiran 3173 100
Diagram 1
Jenis Literatur yang Disitir
Adapun dari hasil analisis ditemukan bahwa laporan penelitian, mikrofilm,
dan nota pemerintah, yang masing-masing disitir sebanyak 1 kali atau 0,03%, adalah
jenis literatur yang termasuk dalam kelompok sangat sedikit digunakan. Selanjutnya
jenis literatur yang tergolong kelompok sedikit adalah surat kabar: sebanyak 239
sitiran atau 7,53%, disertasi, tesis, skripsi, dan risalah: sebanyak 125 sitiran atau
3,94%, dan makalah seminar: sebanyak 77 sitiran atau 2,42%.
Fakta berikutnya, penggunaan jurnal dan majalah tergolong dalam kelompok
banyak dalam analisis ini: sebanyak 615 sitiran atau 19,4%. Kemudian jenis literatur
yang tergolong dalam kelompok sangat banyak digunakan sebagai rujukan adalah
buku teks: sebanyak 2114 sitiran atau 66,62%.
Hal menarik yang perlu dicermati, penulis-penulis dalam Jurnal Studia
Islamika cenderung memilih buku teks sebagai sumber rinformasi dalam penulisan
artikel dibanding menggunakan jurnal dan majalah. Hal ini senada dengan temuan
Garvey, yang mengatakan bahwa terdapat perbedaan kebutuhan informasi antara
ilmuwan bidang sosial dan ilmuwan bidang eksakta. Bagi kalangan ilmuwan bidang
sosial, buku cenderung lebih banyak digunakan dan dimanfaatkan dibanding dengan
jenis-jenis literatur lainnya. Kebalikannya, majalah, jurnal, dan makalah pertemuan
ilmiah lebih banyak digunakan dan dimanfaatkan bagi kalangan ilmuwan di bidang
eksakta.29
29 Garvey, William D. Communication: the essense of science. (New York: Pergamon Press,
1979) h.269.
1.1.1 Sitiran Jurnal dan Majalah
Walaupun buku teks menempati peringkat pertama sebagai jenis literatur yang
paling banyak digunakan sebagai rujukan, jurnal dan majalah juga menjadi jenis
literatur yang penting sebagai sumber informasi atau literatur primer. Ini terlihat
dimana jurnal dan majalah selalu menjadi rujukan pada setiap volume atau setiap
tahun terbit Jurnal Studia Islamika. Rinciannya dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan
Diagram 2 berikut:
Tabel 4.3
Jumlah Sitiran Jurnal dan Majalah pada Setiap Volume
No Volume Tahun Jumlah sitiran %
1. Volume I 1994 54 8.78
2. Volume II 1995 85 13.84
3. Volume III 1996 117 19.02
4. Volume IV 1997 112 18.21
5. Volume V 1998 57 9.26
6. Volume VI 1999 104 16.91
7. Volume VII 2000 86 13.98
Jumlah 615 100
Rataa-rata 88
Diagram 2
Jumlah Sitiran Jurnal dan Majalah pada Setiap Volume
Data pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa semua Jurnal Studia Islamika
menyitir jurnal ilmiah dan majalah dengan frekuensi yang cukup banyak. Total
keseluruhan sebanyak 615 sitiran jurnal dan majalah. Volume III, IV dan VI yang
terbit tahun 1996, 1997, dan 1999 menyitir jurnal dan majalah yang terbanyak.
Masing-masing sebanyak 117, 112, dan 104 sitiran atau 19,02%, 18,21% dan
16,91%. Ketiga volume ini dapat dikategorikan ke dalam kelompok sangat banyak.
Berikutnya volume VII tahun 2000: sebanyak 86 sitiran atau 13,98%, sebagai satu-
satunya volume yang termasuk dalam kelompok banyak.
Adapun yang termasuk dalam kelompok sedikit adalah volume II tahun 1995:
sebanyak 85 atau 13.84%. Terakhir adalah kelompok sangat sedikit. Yang termasuk
dalam kelompok ini adalah volume V tahun 1998: sebanyak 57 sitiran atau 9.26%,
dan volume I tahun 1994: sebanyak 54 sitiran atau 8,78%.
Data-data ini menggambarkan bahwa jurnal dan majalah dalam bidang atau
topik yang dikaji para penulis Jurnal Studia Islamika cukup tersedia, dan artikel
ilmiah yang dimuat dalam jurnal tersebut dapat diperoleh dengan mudah. Jurnal dan
majalah pada umumnya berisi informasi mutakhir mengenai suatu topik, dan terfokus
pada subjek yang sangat spesifik. Kelengkapan jurnal dan majalah akan memudahkan
peneliti untuk memperoleh informasi yang diinginkan.
Banyak faktor yang menyebabkan seorang penulis tidak menyitir dari jurnal
dan majalah, beberapa diantaranya adalah:30
a. Ketersediaan jurnal dan majalah yang terbatas.
b. Terbitan jurnal ilmiah yang sangat sedikit.
c. Produktivitas penulis artikel dalam jurnal ilmiah yang sangat rendah.
d. Keahlian yang terbatas dalam menelusuri dokumen terutama yang
berbentuk elektronik seperti jurnal online di internet.
e. Artikel dalam jurnal dan majalah tidak relevan atau tidak sesuai dengan
topik yang ditulis.
Akan tetapi, dalam penelitian ini faktor-faktor tersebut tidak berlaku karena
seluruh volume menyitir jurnal ilmiah dan majalah dalam jumlah yang banyak,
dimana terdapat lebih dari 50 sitiran dalam setiap volume. Sebaliknya, para penulis
30 Hasugian, Jonner. Op.cit., h.8.
pada Jurnal Studia Islamika dapat menyitir jurnal dan majalah dengan jumlah yang
banyak, dapat dipastikan karena ketersediaan jurnal dan majalah dalam kajian
keislaman di Indonesia dan Asia Tenggara sangat memadai.
1.1.2 Peringkat Jurnal dan Majalah yang Sering Disitir
Dalam analisis ini, terdapat 191 judul jurnal dan majalah yang disitir dalam
artikel berbahasa Inggris pada Jurnal Studia Islamika dari volume I sampai volume
VII. Sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan sebelumnya, dalam pemberian
peringkat diambil frekuensi sitiran 10 sebagai batas minimum. Ini dengan
pertimbangan bahwa nilai tersebut dapat menggambarkan peringkat jurnal dan
majalah yang cukup nyata dan judul-judul yang cukup penting. Terdapat 17 judul
jurnal dan majalah yang disitir minimal 10 kali. Perincian judul jurnal dan majalah
dan frekuensinya dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Diagram 3 berikut:
Tabel 4.4
Peringkat Jurnal dan Majalah yang Disitir
No Nama Jurnal dan Majalah Jumlah sitiran Peringkat
1. Studia Islamika 40 1
2. Indonesia 33 2
3. Tempo 29 3
4. Prisma 26 4
5. Bijdragen Tot de Taal-Land En Volkenkunde
van Nederlandsche 25 5
6. Panji Masyarakat 23 6
7. Journal of the Malayan Branch of the Royal
Asiatic Society 14 7
8. Pembela Islam 14 7
9. Far Eastern Economic Review 13 8
10. Foreign Affairs 13 8
No Nama Jurnal dan Majalah Jumlah
sitiran Peringkat
11. Tijdschrift voor Neerland’s Indie 13 8
12. Archipel 12 9
13. Pesantren 12 9
14. Ulumul Quran 12 9
15. Hikmah 11 10
16. Asian Survey 10 11
17. Mizan 10 11
Diagram 3
Peringkat Jurnal dan Majalah yang Disitir
Dari 17 judul yang menempati peringkat sebagai jurnal dan majalah yang
paling banyak disitir, Jurnal Studia Islamika menempati urutan teratas sebagai jurnal
yang paling banyak dijadikan rujukan dalam penulisan artikel pada jurnal itu sendiri:
sebanyak 40 sitiran. Urutan kedua adalah Majalah Indonesia: sebanyak 33 sitiran,
diikuti Majalah Tempo: sebanyak 29 sitiran. Ini merepresentasikan bahwa Jurnal
Studia Islamika sebagai jurnal yang paling representatif dalam kajian keislaman di
Indonesia dan Asia Tenggara. Namun menurut Garfield dan Weljans-Dorof, seperti
dikutip Sutardji, sitiran tidak dapat dipakai untuk menunjukkan mutu suatu artikel,
namun dapat digunakan sebagai indikator tentang peringkat pemanfaatan artikel dan
penyebarannya.31
Tingkat sitiran suatu jurnal dan majalah menggambarkan tingkat
pemanfaatan jurnal dan majalah tersebut oleh para penulis artikel dalam Jurnal
Studia Islamika.
7.2 Tempat Terbit Literatur yang Disitir
Data yang terkumpul menunjukkan, literatur yang dijadikan rujukan dalam
artikel berbahasa Inggris pada Jurnal Studia Islamika diterbitkan dari berbagai
negara. Dari total 3173 sitiran yang dianalisis, tidak semua bibliografi literatur
dicantumkan tempat terbitnya. Sebanyak 766 sitiran tidak mencantumkan tempat
terbit. Jadi hanya 2407 sitiran yang bisa dianalisis. Rincian tempat terbit literatur
yang dijadikan rujukan bisa dilihat pada Tabel 4.5 dan Diagram 4 berikut:
31 Sutardji. Op.cit., h.6.
Tabel 4.5
Tempat terbit literatur yang disitir
No. Negara Jumlah Sitiran % Peringkat
1. Indonesia 1115 46.32 1
2. USA 405 16.82 2
3. Inggris 220 9.14 3
4. Malaysia 165 6.85 4
5. Belanda 139 5.77 5
6. Singapura 72 2.99 6
7. Australia 51 2.11 7
8. Kanada 29 1.2 8
9. Jerman 28 1.16 9
10. Libanon 26 1.08 10
11. Perancis 26 1.08 10
12. Filipina 23 0.95 11
13. Brunei Darussalam 20 0.83 12
14. Mesir 18 0.74 13
15. Pakistan 11 0.45 14
16. Jepang 11 0.45 14
17. Saudi Arabia 7 0.35 15
18. India 7 0.35 15
19. Palestina 5 0.2 16
20. Turki 3 0.12 17
21. Aljazair 3 0.12 17
22. Thailand 2 0.08 18
23. Kuwait 2 0.08 18
No. Negara Jumlah Sitiran % Peringkat
24. Syiria 2 0.08 18
25. Maroko 2 0.08 18
26. Denmark 2 0.08 18
27. Swedia 2 0.08 18
28. Suriname 1 0.04 19
29. Trinidad Tobago 1 0.04 19
30. Mexico 1 0.04 19
31. Italia 1 0.04 19
32. Kenya 1 0.04 19
33. Bangladesh 1 0.04 19
34. Irak 1 0.04 19
35. Belgia 1 0.04 19
36. Selandia Baru 1 0.04 19
37. Afrika Selatan 1 0.04 19
38. Yaman 1 0.04 19
Jumlah 2407 100
Diagram 4
Tempat Terbit Literatur yang Disitir
Dari data pada Tabel 4.5 tersebut dapat dilihat bahwa literatur yang disitir atau
dijadikan rujukan diterbitkan di 38 negara. Negara-negara tersebut telah diberi
peringkat sesuai frekuensi sitiran pada masing-masing negara. Adapun negara yang
paling banyak menerbitkan literatur dalam bidang kajian Islam di Indonesia dan
kawasan Asia Tenggara adalah Indonesia: sebanyak 1115 sitiran atau 46,32%.
Kemudian diikuti oleh Amerika Serikat: sebanyak 405 sitiran atau 16,82%. Dalam
analisis ini Indonesia dan Amerika Serikat dapat dikategorikan ke dalam kelompok
sangat banyak, dimana mayoritas lebih dari 50% literatur yang dijadikan rujukan
diterbitkan oleh kedua negara tersebut.
Indonesia = 1115 USA = 405 Inggris = 220 Malaysia = 165 Belanda = 139 Singapura = 72 Australia = 51 Kanada = 29 Jerman = 28 Lebanon Perancis = 26
Filipina = 23 Brunei = 20 Mesir = 18 Pakistan Jepang = 11
Saudi Arabia India = 7 Palestina = 5 Turki Aljazair = 3 Thailand, Kuwait, Syiria, Maroko, Denmark, Swedia = 2
Suriname, Tinidad Tobago, Meksiko, Italia, Kenya, Bangladesh, Irak, Belgia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Yaman = 1
Sebaliknya, tidak satupun negara yang termasuk dalam kelompok banyak dalam
menerbitkan literatur yang digunakan sebagai rujukan. Selisih sitiran yang cukup
banyak terhadap Amerika Serikat adalah negara Inggris: sebanyak 220 sitiran atau
9,14%. Kemudian diikuti oleh negara Malaysia: sebanyak 165 sitiran atau 6,85%.
Terakhir adalah negara Belanda: sebanyak 139 sitiran atau 5,77%. Ketiga negara ini
digolongkan ke dalam kelompok sedikit dalam analisis ini.
Terakhir adalah kelompok sangat sedikit: sebanyak 33 negara. Singapura yang
termasuk dalam kawasan Asia Tenggara adalah negara dengan jumlah sitiran
terbanyak dalam kelompok ini: sebanyak 72 sitiran atau 2,99%. Selebihnya ada 11
negara dengan jumlah sitiran hanya sekali atau 0,04%, sebagai negara yang temasuk
dalam kelompok paling sedikit disitir dalam analisis tempat terbit ini.
Data-data ini juga memperlihatkan bahwa selain di Indonesia, Singapura dan
Malaysia yang berada notabene berada di kawasan Asia Tenggara, kajian mengenai
Islam di kawasan ini menjadi studi yang juga diminati di luar kawasan ini: Amerika
Serikat, Inggris, Belanda dan sejumlah negara lainnya. Terutama di Amerika Serikat
yang termasuk dalam kelompok parameter sangat banyak.
7.3 Bahasa Literatur yang Disitir
Dalam analisis yang telah dilakukan terhadap bahasa literatur yang disitir,
terdapat 11 bahasa yang ditemukan. Yakni Inggris, Indonesia, Belanda, Melayu,
Arab, Perancis, Jepang, Jerman, Sunda, Jawa, dan Tagalog. Rincian bahasa yang
digunakan dalam literatur yang disitir dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Diagram 5
berikut:
Tabel 4.6
Bahasa Literatur yang Disitir
No Bahasa Literatur Frekuensi Sitiran %
1. Inggris 1642 51,74
2. Indonesia 1083 34,13
3. Belanda 137 4,31
4. Melayu 117 3,68
5. Arab 109 3,43
6. Perancis 33 1,04
7. Jepang 21 0,66
8. Jerman 15 0,52
9. Sunda 10 0,31
10. Jawa 4 0,12
11. Tagalog 2 0,06
Jumlah 3173 100
Diagram 5
Bahasa Literatur yang Disitir
Dari Tabel 4.6 tersebut dapat dilihat bahwa menurut parameter yang telah
ditetapkan, bahasa Inggris yang disitir atau dikutip sebanyak 1642 kali (51,74%)
termasuk ke dalam kelompok parameter sangat banyak. Kemudian diikuti bahasa
Indonesia: sebanyak 1083 sitiran (34,13%), yang digolongkan dalam kelompok
parameter banyak. Kedua bahasa ini menjadi bahasa yang paling dominan digunakan
dalam literatur yang digunakan sebagai rujukan, dengan jumlah keduanya sebanyak
85,87%.
Berikutnya terdapat empat bahasa yang termasuk dalam kelompok parameter
sedikit. Pertama, bahasa Belanda dengan 137 sitiran (4,31%). Kedua, bahasa Melayu:
sebanyak 117 sitiran (3,68%). Ketiga, bahasa Arab: sebanyak 109 sitiran (3,43%).
Keempat, bahasa Perancis yang dikutip sebanyak 33 sitiran (1,04%).
Kemudian selebihnya adalah bahasa yang tergolong dalam kelompok
parameter sangat sedikit: sebanyak lima bahasa. Pertama, penggunaan literatur
bahasa Jepang sebagai referensi sebanyak 21 sitiran (0,66%). Kedua, literatur bahasa
Jerman sebanyak 15 sitiran (0,52%). Ketiga, selain bahasa nasional dari berbagai
negara, literatur yang disitir juga ada yang menggunakan bahasa lokal atau bahasa
daerah yakni bahasa Sunda yang disitir sebanyak 10 sitiran (0,31%). Keempat,
bahasa Jawa mendapat 4 sitiran (0,12%). Kelima, menempati urutan paling terakhir
adalah bahasa Tagalog yang mendapat 2 sitiran (0.06%).
Melalui analisis ini, terlihat dalam kajian Islam di Indonesia dan Asia
Tenggara bahwa 50% literatur yang dijadikan rujukan adalah literatur yang
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Ini menunjukkan literatur
dalam kajian ini sudah sangat tersedia dan penyebarannya sudah sangat baik. Karena
dengan digunakannya bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar literatur yang
digunakan sebagai rujukan, berarti memperluas cakupan pembacanya tidak hanya di
Indonesia dan Asia Tenggara melainkan ke seluruh mancanegara, mengingat bahasa
Inggris merupakan bahasa internasional yang utama.
Bila data pada Tabel 4.6 ini dibandingkan dengan data pada Tabel 4.5
sebelumnya mengenai tempat terbit literatur, maka ditemukan kontradiksi bahwa
Indonesia merupakan negara yang paling banyak menerbitkan literatur dalam kajian
Islam di Indonesia dan Asia Tenggara: sebanyak 46,32%. Namun bahasa yang paling
banyak digunakan adalah bahasa Inggris, bukan bahasa Indonesia.
7.4 Tahun Terbit Literatur yang Disitir
Analisis tahun terbit literatur yang dikutip tidak dilakukan terhadap seluruh
sitiran, karena dari keseluruhan 3173 sitiran tidak semua bibliografi mencantumkan
tahun terbit. Terdata sebanyak 102 sitiran tidak terdapat tahun terbit. Jadi total sitiran
yang dianalisis sebanyak 3071 sitiran. Data lengkap mengenai tahun terbit yang
disitir dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Diagram 6 berikut:
Tabel 4.7
Tahun Terbit Literatur yang Disitir
No Periode Tahun Terbit Literatur Frekuensi
Sitiran % Sitiran
Kumulatif Sitiran
% Kumulatif
1 1811-1820 2 0.06 2 0.06
2 1821-1830 3 0.09 5 0.15
3 1831-1840 1 0.03 6 0.18
4 1841-1850 3 0.09 9 0.27
5 1851-1860 4 0.13 13 0.4
6 1861-1870 6 0.19 19 0.59
7 1871-1880 9 0.3 28 0.89
8 1881-1890 22 0.71 50 1.6
9 1891-1900 18 0.6 68 2.2
No Periode Tahun Terbit
Literatur
Frekuensi
Sitiran % Sitiran
Kumulatif
Sitiran
%
Kumulatif
10 1901-1910 17 0.55 85 2.75
11 1911-1920 20 0.65 105 3.4
12 1921-1930 31 1.01 136 4.41
13 1931-1940 63 2.05 199 6.46
14 1941-1950 76 2.5 275 8.96
15 1951-1960 261 8.5 536 17.46
16 1961-1970 283 9.21 819 26.67
17 1971-1980 470 15.3 1289 41.97
18 1981-1990 1001 32.6 2290 74.57
19 1991-2000 781 25.43 3071 100
Jumlah 3071 100
Dari data yang dianalisis, literatur yang paling tua tahun terbitnya adalah
literatur yang diterbitkan pada tahun 1811, sedangkan yang termuda adalah yang
diterbitkan pada tahun 2000. Terlihat rentang waktunya cukup jauh, yakni 189 tahun.
Namun hal ini tidak bisa menunjukkan bahwa kualitas artikel yang dihasilkan pada
Jurnal Studia Islamika tidak mutakhir karena terdapat literatur yang sangat tua yang
dijadikan rujukan. Untuk mengetahui frekuensi tahun terbit literatur yang disitir,
maka analisis dilakukan dengan pengelompokkan tahun terbit per sepuluh tahun.
Adapun yang menempati peringkat tertinggi, yakni literatur yang tergolong
dalam kelompok sangat banyak. Literatur yang termasuk dalam kelompok ini adalah
literatur yang terbit antara tahun 1981 – 1990: sebanyak 1001 sitiran (32,6%).
Kemudian diikuti literatur yang terbit antara tahun 1991 – 2000: sebanyak 781 sitiran,
(25,43%). Literatur yang terbit dalam rentang waktu ini merupakan mayoritas,
dengan total jumlah 58,03%.
Berikutnya adalah literatur yang terbit dalam kelompok banyak. Yakni
kelompok tahun 1971 – 1980: sebanyak 470 sitiran (15,3%). Jurnal Studia Islamika
yang menjadi objek dalam analisis ini terbit tahun 1994 – 2000. Maka, jika melihat
tahun terbit literatur yang disitir yang menempati peringkat teratas, menunjukkan
bahwa rujukan yang digunakan dalam jurnal ini masih tergolong muda.
Selanjutnya literatur termasuk dalam kelompok sedikit, adalah literatur yang
terbit dari antara tahun 1921 – 1970. Dalam kelompok ini, literatur yang terbit antara
tahun 1961 – 1970 yang disitir sebanyak 283 kali (9,21%), merupakan literatur yang
paling banyak digunakan. Masih banyak digunakannya literatur yang terbit antara
tahun 1961 – 1970 ini bisa terjadi karena beberapa kemungkinan, antara lain karena:
1) Informasi tersebut bersifat spesifik atau khusus.
2) Informasi yang terkandung dalam literatur tersebut masih relevan untuk
digunakan
3) Atau mungkin mungkin memang belum ada perkembangan mutakhir dari
informasi yang dibutuhkan sehingga literatur-literatur tersebut masih cukup
banyak digunakan sebagai rujukan.
Terakhir parameter yang terendah adalah kelompok sangat sedikit, adalah
literatur yang terbit dalam kurun waktu 1811 – 1920 atau satu abad lebih. Dalam
kelompok ini, literatur yang terbit antara tahun 1831 – 1840 merupakan literatur yang
paling sedikit dijadikan rujukan, dimana hanya mendapat 1 sitiran (0,03%).
8. Peringkat Pengarang
Dari 3173 sitiran yang dianalisis, hanya terdapat 3057 sitiran pengarang atas
nama orang. Selebihnya 116 sitiran tidak terdapat nama pengarang. Hal ini rata-rata
terdapat pada sitiran surat kabar. Namun tidak semua surat kabar yang disitir tidak
dicantumkan nama pengarangnya. Berikut rincian jumlah sitiran pengarang pada
Jurnal Studia Islamika volume I – VII yang dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan Diagram
7 berikut:
Tabel 4.8
Jumlah Sitiran Pengarang Volume I – VII
No Volume Jumlah Sitiran %
1. Volume I 352 11.51
2. Volume II 414 13.54
3. Volume III 437 14.29
4. Volume IV 580 18.97
5. Volume V 349 11.44
6. Volume VI 567 18.54
7. Volume VII 358 11.71
Jumlah 3057 100
Rata-rata 436
Diagram 7
Jumlah Sitiran Pengarang Volume I – VII
Dari data ini dapat dianalisa berdasarkan parameter yang sudah ditetapkan.
Kelompok parameter pertama adalah volume jurnal dengan jumlah sitiran pengarang
yang tergolong sangat sedikit. Bila dilihat pada Tabel 4.8, tidak ditemukan volume
yang tergolong dalam parameter ini. Kedua adalah kelompok parameter sedikit.
Terdapat lima volume yang termasuk dalam parameter ini. Yakni volume I: 352
sitiran (11,51%), volume II: 414 sitiran (13,54%), volume III: 437 sitiran (14,29%),
volume V: 349 sitiran (11,44%), dan volume VII: 358 sitiran (11,71%).
Ketiga adalah kelompok parameter banyak. Terdapat dua volume yang
termasuk dalam parameter ini, yakni volume IV: sebanyak 580 sitiran (18,97%), dan
volume VI: sebanyak 567 sitiran (18,54%). Keempat adalah parameter tertinggi yakni
kelompok sangat banyak. Berdasarkan data Tabel 4.8 tidak ditemukan volume yang
termasuk dalam paremeter ini seperti pada parameter sangat sedikit. Dari data yang
diperoleh terlihat bahwa jumlah sitiran pengarang atas nama orang pada tiap volume
tidak terpaut selisih yang sangat jauh. Rata-rata tiap volume mendapat 436 sitiran,
dengan rentang prosentase yang pendek yakni antara 11% - 18%.
Selanjutnya, dari jumlah 3057 sitiran pengarang atas nama orang, ada 1344
nama pengarang baik dalam maupun luar negeri. Jumlah sitiran tiap pengarang sangat
bervariasi, namun yang dianalisis sesuai dengan parameter yang ditetapkan hanya
pengarang dengan frekuensi minimal 15 kali. Ditetapkan frekuensi sitiran 15 sebagai
batas minimum, dengan pertimbangan bahwa nilai tersebut dapat menggambarkan
kontribusi yang cukup nyata. Terdapat 29 pengarang yang mendapat sitiran minimal
15 kali yang dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan Diagram 8 berikut:
Tabel 4.9
Peringkat Pengarang yang Sering Disitir
No Nama Pengarang Frekuensi Peringkat
1. Munawar Chalil 78 1
2. Deliar Noer 39 2
3. Martin van Bruinessen 38 3
4. Hamka 37 4
5. Clifford Geertz 35 5
6. Mohammad Ashaari 32 6
7. Snouck Hurgronje 32 6
8. A.H. Johns 25 7
9. Nurcholis Madjid 25 7
10. Azyumardi Azra 23 8
11. G. W. J. Drewes 21 9
12. Howard Federspiel 21 9
13. B. J. Boland 20 10
14. Ahmad Hassan 19 11
15. M. Dawam Rahardjo 19 11
16. M. C. Ricklefs 19 11
17. Munawir Sjadzali 19 11
18. Abdurrahman Wahid 19 11
19. Harun Nasution 18 12
20. Karel Steenbrink 18 12
No Nama Pengarang Frekuensi Peringkat
21. Mohammad Rasjidi 17 13
22. Taufik Abdullah 16 14
23. Sartono Kartodirdjo 16 14
24. Greg Barton 15 15
25. Harry J. Benda 15 15
26. Zamakhrasyi Dhofier 15 15
27. Djohan Effendi 15 15
28. Mitsuo Nakamura 15 15
29. Muhammad Natsir 15 15
Dari data tersebut didapatkan bahwa penulis yang karya tulisnya paling
banyak dikutip adalah Kyai Haji Munawwar Khalil, seorang ulama ahli tafsir dan
hadits yang juga menjabat sebagai anggota Majelis Ulama Persatuan Islam (PERSIS)
dari tahun 1953 sampai tahun 1960. Karya beliau dikutip sebanyak 78 kali. Kemudian
Deliar Noer menempati peringkat kedua dengan 39 sitiran, dan di peringkat ketiga
adalah Martin van Bruinessen, dengan 38 sitiran. Terlihat bahwa selisih peringkat
pertama dan kedua cukup jauh, yakni dua kali lipat jumlah sitiran peringkat kedua.
Berbeda dengan selisih jumlah sitiran antara peringkat kedua, ketiga, dan seterusnya
hingga peringkat yang paling bawah, dimana selisihnya cukup dekat.
Beberapa kemungkinan yang menyebabkan sering tidaknya seorang penulis
dalam kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara disitir oleh penulis lain:
a. Otoritas ilmiah atau keahliannya diakui dalam bidang kajian Islam.
b. Bobot atau mutu ilmiah tulisannya sangat tinggi.
c. Produktivitasnya dalam menulis artikel ilmiah sangat tinggi.
d. Penyebaran media yang menerbitkan tulisan mereka cukup luas.
e. Penulis tersebut menjadi pelopor teori dalam kajian Islam di Indonesia dan
Asia Tenggara.
f. Penulis tersebut memang mengkaji topik yang menjadi mainstream kajian
Islam di Indonesia dan Asia Tenggara.
Para penulis yang terdapat pada Tabel 4.9 bisa dikatakan sebagai penulis yang
berpengaruh dalam Jurnal Studia Islamika, sehingga karya-karya mereka dijadikan
rujukan dalam menyusun kerangka pemikiran kajian Islam di Indonesia dan Asia
Tenggara. Seperti dibahas sebelumnya, bahwa salah satu alasan mengapa seseorang
menyitir suatu literatur adalah adanya nilai heuristik (heuristic value), yaitu
kemampuan membentuk konsep-konsep baru, ide baru, dan hipotesis.
Dari 29 penulis tersebut, penulis Indonesia diwakili sebanyak 16 orang, yang
berarti lebih dari 50%. Ini berarti para ilmuwan dan cendekiawan di Indonesia, dalam
kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara sangat kompeten, juga diakui integritas
dan keilmuannya. Mengingat Jurnal Studia Islamika adalah jurnal yang diakui secara
internasional, dan telah digunakan di berbagai perguruan tinggi dan perpustakaan di
sejumlah negara. Para kontributor jurnal ini juga tidak hanya dari kawasan Asia
Tenggara, melainkan juga dari mancanegara.
9. Usia dan Keusangan Literatur
Analisis terhadap usia dan keusangan literatur yang disitir sangat penting
untuk melihat informasi yang digunakan, tergolong mutakhir atau sudah usang.
Semakin kecil nilai paruh hidup atau batas usia keusangan, maka semakin kaya
informasi yang digunakan, yang berarti perkembangan ilmu semakain cepat. Paruh
hidup juga menunjukkan kecepatan pertumbuhan literatur dalam suatu bidang ilmu.
Penilaian terhadap angka batas usia keusangan atau paruh hidup literatur,
dihitung dengan cara menetapkan prosentase kumulatif dari sitiran yang mencapai
jumlah sama atau lebih dari 50%. Selanjutnya, penghitungan dilakukan dengan
pengurangan jumlah prosentase kumulatif tahun terbit jurnal yang menyitir dengan
tahun terbit sitiran, hingga tercapai 50%. Analisis ini dilakukan berdasarkan usia
literatur dari 3071 sitiran yang mencantumkan tahun terbit literatur, dimana telah
dikelompokkan per sepuluh tahun seperti dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan Diagram
9 berikut:
Tabel 4.10
Usia Literatur yang Disitir
No Kelompok Usia Literatur Frekuensi
Sitiran
% Sitiran
Kumulatif Sitiran
% Kumulatif
1 0 – 10 781 25.43 781 25.43
2 11 – 20 1001 32.6 1782 58.03
3 21 – 30 470 15.3 2252 73.33
4 31 – 40 283 9.21 2535 82.54
5 41 – 50 261 8.5 2796 91.04
6 51 – 60 76 2.5 2872 93.54
7 61 – 70 63 2.05 2935 95.59
8 71 – 80 31 1.01 2966 96.6
9 81 – 90 20 0.65 2986 97.25
10 91 – 100 17 0.55 3003 97.8
11 101 – 110 18 0.6 3021 98.4
12 111 – 120 22 0.71 3043 99.11
13 121 – 130 9 0.3 3052 99.41
14 131 – 140 6 0.19 3058 99.6
15 141 – 150 4 0.13 3062 99.73
16 151 – 160 3 0.09 3065 99.82
17 161 – 170 1 0.03 3066 99.85
18 171 – 180 3 0.09 3069 99.94
19 181 – 190 2 0.06 3071 100
Jumlah 3071 100
Diagram 9
Usia Literatur yang Disitir
Berdasarkan data pada Tabel 4.10, maka kemudian dilakukan penghitungan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Jumlah kelompok usia terbesar adalah usia 11 – 20 tahun sebesar 32,6%.
2. Selisih kelompok usia 11 – 20 tahun dari jumlah 50% adalah 50% - 32,6%
= 17,4%.
3. Kemudian 17,4% dibagi kelompok tahun kedua yakni usia 0 – 10 tahun
sebesar 25,43% dikali 10 tahun maka didapatkan angka 6,84 tahun. Selisih
17,4% atau 6,84 tahun ini merupakan bagian dari kelompok tahun kedua.
4. Maka paruh hidup literatur atau batas usia keusangan literatur dalam
analisis ini adalah 10 + 6,84 = 16,84 tahun atau dibulatkan menjadi 17
tahun.
Angka paruh hidup 17 tahun mengindikasikan secara keseluruhan bahwa
literatur yang digunakan sebagai rujukan dalam artikel berbahasa Inggris pada Jurnal
Studia Islamika tersebut, dikatakan mutakhir informasinya bila usianya dibawah 17
tahun. Sebaliknya bila usianya di atas 17 tahun maka literatur tersebut masuk dalam
kategori usang.
Berdasarkan data pada Tabel 4.10, ternyata dari kumulatif prosentase usia
literatur, 58,03% literatur yang disitir dalam artikel berbahasa Inggris pada Jurnal
Studia Islamika tersebut berada pada usia dibawah 17 tahun dari tahun penulisan.
Karena itu, dapat dinyatakan bahwa pada umumnya tahun terbit dari seluruh literatur
yang disitir, usianya masih belum mencapai titik keusangan dan informasinya masih
tergolong mutakhir.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian dengan judul “Komunikasi Ilmiah dalam Kajian Islam di Indonesia
dan Asia Tenggara: Sebuah Analisis Sitiran” ini, bertujuan untuk mengetahui pola
sitiran. Dengan mencakup jumlah sitiran dan karakteristik literatur (bentuk atau jenis
literatur, tahun terbit, tempat terbit, bahasa pengantar literatur). Kemudian juga untuk
melihat peringkat pengarang dalam bidang kajian Islam, dan mengetahui usia serta
tingkat keusangan literatur yang disitir dalam artikel berbahasa Inggris pada Jurnal
Studia Islamika, dari tahun 1994 sampai tahun 2000, dari volume I sampai volume
VII.
1. Kesimpulan
Setelah melakukan serangkaian proses analisis data dengan pendekatan
analisis sitiran, maka dalam penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Terdapat 3173 sitiran dari 76 artikel yang dianalisis dimana jumlah sitiran
pada masing-masing artikel berbeda-beda. Beragamnya jumlah sitiran
pada tiap artikel memperlihatkan bahwa kemampuan penulis artikel di
Jurnal Studia Islamika dalam menggunakan informasi cukup bervariasi.
2. Jenis literatur yang dijadikan rujukan dalam penulisan artikel di Jurnal
Studia Islamika cukup beragm. Diantaranya adalah buku teks, jurnal dan
majalah, surat kabar, disertasi, tesis, skripsi, risalah, makalah seminar,
laporan penelitian, mikrofilm, dan nota pemerintah. Buku teks adalah jenis
literatur yang paling banyak digunakan, dengan jumlah sitiran 2114 kali.
Ini bisa dimaklumi karena ilmuwan dalam bidang sosial cenderung
menggunakan buku teks dibanding ilmuwan bidang eksakta, yang lebih
banyak menggunakan jurnal, majalah, dan makalah pertemuan ilmiah.
3. Penggunaan jurnal dan majalah sebagai sumber referensi cukup banyak,
dengan rata-rata 88 sitiran pada tiap volume. Masih cukup banyak
digunakannya jurnal dan majalah karena pada umumnya jenis literatur ini
berisi informasi yang mutakhir mengenai suatu topik dan terfokus pada
subjek yang sangat spesifik. Kelengkapan jurnal dan majalah cukup
tersedia, serta mudahnya artikel di dalamnya diperoleh memudahkan
penulis artikel pada Jurnal Studia Islamika untuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan.
4. Terdapat 191 judul jurnal dan majalah dalam penelitian ini, dan hanya 17
judul yang dianalisis yang dijadikan referensi, dengan frekuensi minimal
10 sitiran. Jurnal Studia Islamika adalah jurnal yang paling banyak
digunakan sebagai sumber referensi, yakni sebanyak 40 sitiran. Ini
merepresentasikan bahwa Jurnal Studia Islamika sebagai jurnal yang
paling representatif dalam kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara.
Namun data ini tidak dapat dipakai untuk menunjukkan mutu suatu artikel
dalam jurnal tersebut, dan hanya dapat digunakan sebagai indikator
tentang peringkat pemanfaatan artikel serta penyebarannya. Tingkat sitiran
suatu jurnal dan majalah menggambarkan tingkat pemanfaatan jurnal dan
majalah tersebut oleh penulis artikel pada Jurnal Studia Islamika.
5. Dari keseluruhan 3173 sitiran yang diperoleh, sebanyak 766 sitiran tidak
mencantumkan tempat terbit. Jadi hanya 2407 sitiran yang dapat
dianalisis. Hasil analisis menunjukkan, bahwa literatur yang digunakan
sebagai referensi oleh penulis artikel pada Jurnal Studia Islamika
diterbitkan dari 38 negara. Indonesia adalah negara yang paling banyak
menerbitkan literatur dalam kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara,
dengan jumlah 1115 sitiran. Diikuti oleh Amerika serikat sebanyak 405
sitiran. Kedua negara ini adalah mayoritas dengan 50% lebih yang
menerbitkan literatur dalam bidang kajian ini.
6. Dari analisis yang dilakukan terhadap bahasa literatur yang disitir,
terdapat 11 bahasa yakni Inggris, Indonesia, Belanda, Melayu, Arab,
Perancis, Jepang, Jerman, Sunda, Jawa, dan Tagalog. Literatur berbahasa
Inggris adalah literatur yang paling banyak dijadikan rujukan, yakni
sebanyak 1642 sitiran dan merupakan jumlah lebih dari 50%. Ini
menunjukkan bahwa literatur dalam kajian Islam di Indonesia dan Asia
Tenggara sudah sangat tersedia, dan penyebarannya sangat luas. Karena
dengan digunakannya bahasa Inggris berarti memperluas cakupan
pembacanya tidak hanya di Indonesia dan Asia Tenggara.
7. Dari keseluruhan 3173 sitiran yang didapat, terdata sebanyak 102 sitiran
tidak mencantumkan tahun terbit. Jadi hanya 3071 sitiran yang dapat
dianalisis. Literatur yang banyak digunakan sebagai referensi dalam
penulisan artikel pada Jurnal Studia Islamika terbit dalam rentang waktu
antara tahun 1981 – 1990, yakni ada 1001 sitiran. Kemudiaan diikuti oleh
literatur yang terbit antara tahun 1991 – 2000, dengan 787 sitiran.
Literatur yang terbit dalam kedua kelompok tahun ini mendominasi tahun
terbit literatur yang disitir. Jika melihat tahun terbit literatur yang disitir
dengan tahun terbit jurnal yang menjadi objek dalam analisis ini, maka
literatur yang digunakan tersebut tergolong muda.
8. Ditemukan bahwa 116 sitiran tidak terdapat nama pengarang. Jadi hanya
3057 sitiran yang dianalisis, dari jumlah keseluruhan 3173 sitiran. Dari
setiap volume Jurnal Studia Islamika, sitiran atas nama pengarang orang
jumlahnya tidak terpaut terlalu jauh. Hanya berkisar antara 11% hingga
18%.
9. Jumlah keseluruhan sitiran pengarang atas nama orang adalah 3057
sitiran, dan diperoleh 1344 nama pengarang baik dalam maupun luar
negeri. Namun hanya 29 pengarang yang dianalisis dengan parameter
frekuensi sitiran minimal 15 kali. Mayoritas adalah pengarang dari
Indonesia sebanyak 16 pengarang. Munawar Chalil adalah pengarang
yang mendapat sitiran tertinggi yakni sebanyak 78 sitiran.
10. Hasil penghitungan terhadap usia literatur yang disitir oleh penulis artikel
pada Jurnal Studia Islamika, diperoleh angka paruh hidup literatur dalam
analisis ini adalah 17 tahun. Berdasarkan frekuensi usia literatur yang
banyak disitir, menunjukkan bahwa jumlah kumulatif 58,03% berada pada
usia di bawah 17 tahun dari tahun penulisan artikel. Maka dapat
dinyatakan bahwa pada umumnya tahun terbit dari seluruh literatur yang
disitir usianya masih belum mencapai titik keusangan dan informasi di
dalamnya tergolong mutakhir.
2. Saran
Jika dilihat dari angka paruh hidup literatur yakni 17 tahun, maka informasi
yang dikandung Jurnal Studia Islamika hingga tahun 2000 masih mutakhir. Namun
bila dilihat angka paruh hidup literatur bidang ilmu sosial di luar negeri, yang rata-
rata 2 tahun, maka angka paruh hidup 17 tahun ini masih sangat jauh tertinggal.
Berarti perkembangan kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara termasuk lambat.
Maka disarankan bagi pihak PPIM yang menerbitkan jurnal ini, dimana dari hasil
penelitian menunjukkan jurnal ini sebagai jurnal yang paling representatif dalam
kajian ini, untuk lebih meningkatkan perannya dalam menstimulus para ilmuwan
kajian Islam untuk lebih memberikan kontribusi pemikirannya, agar lebih banyak
literatur di bidang kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara yang diterbitkan tiap
tahun. Kemudian diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap analisis subjek yang
terdapat dalam jurnal ini, agar dapat memperluas subjek kajian Islam di Indonesia
dan Asia Tenggara di tahun-tahun berikutnya. Selanjutnya, juga dapat diteliti analisis
sitiran dan analisis subjek pada jurnal ini yang terbit tahun 2001 hingga saat ini.
Tidak kalah pentingnya adalah penelitian yang sudah dilakukan ini disarankan bagi
pihak-pihak yang berkompeten, untuk dikembangkan lebih lanjut dalam hal mengkaji
pemetaan pemikiran kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara, melalui analisis
ko-sitiran pengarang. Demikian saran yang penulis sampaikan semoga bermanfaat
bagi kemajuan PPIM dan UIN Syarif Hidayatullah pada khususnya, dan
perkembangan kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara pada umumnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian dengan judul “Komunikasi Ilmiah dalam Kajian Islam di Indonesia
dan Asia Tenggara: Sebuah Analisis Sitiran” ini, bertujuan untuk mengetahui pola
sitiran. Dengan mencakup jumlah sitiran dan karakteristik literatur (bentuk atau jenis
literatur, tahun terbit, tempat terbit, bahasa pengantar literatur). Kemudian juga untuk
melihat peringkat pengarang dalam bidang kajian Islam, dan mengetahui usia serta
tingkat keusangan literatur yang disitir dalam artikel berbahasa Inggris pada Jurnal
Studia Islamika, dari tahun 1994 sampai tahun 2000, dari volume I sampai volume
VII.
2. Kesimpulan
Setelah melakukan serangkaian proses analisis data dengan pendekatan
analisis sitiran, maka dalam penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut:
11. Terdapat 3173 sitiran dari 76 artikel yang dianalisis dimana jumlah sitiran
pada masing-masing artikel berbeda-beda. Beragamnya jumlah sitiran
pada tiap artikel memperlihatkan bahwa kemampuan penulis artikel di
Jurnal Studia Islamika dalam menggunakan informasi cukup bervariasi.
12. Jenis literatur yang dijadikan rujukan dalam penulisan artikel di Jurnal
Studia Islamika cukup beragm. Diantaranya adalah buku teks, jurnal dan
majalah, surat kabar, disertasi, tesis, skripsi, risalah, makalah seminar,
laporan penelitian, mikrofilm, dan nota pemerintah. Buku teks adalah jenis
literatur yang paling banyak digunakan, dengan jumlah sitiran 2114 kali.
Ini bisa dimaklumi karena ilmuwan dalam bidang sosial cenderung
menggunakan buku teks dibanding ilmuwan bidang eksakta, yang lebih
banyak menggunakan jurnal, majalah, dan makalah pertemuan ilmiah.
13. Penggunaan jurnal dan majalah sebagai sumber referensi cukup banyak,
dengan rata-rata 88 sitiran pada tiap volume. Masih cukup banyak
digunakannya jurnal dan majalah karena pada umumnya jenis literatur ini
berisi informasi yang mutakhir mengenai suatu topik dan terfokus pada
subjek yang sangat spesifik. Kelengkapan jurnal dan majalah cukup
tersedia, serta mudahnya artikel di dalamnya diperoleh memudahkan
penulis artikel pada Jurnal Studia Islamika untuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan.
14. Terdapat 191 judul jurnal dan majalah dalam penelitian ini, dan hanya 17
judul yang dianalisis yang dijadikan referensi, dengan frekuensi minimal
10 sitiran. Jurnal Studia Islamika adalah jurnal yang paling banyak
digunakan sebagai sumber referensi, yakni sebanyak 40 sitiran. Ini
merepresentasikan bahwa Jurnal Studia Islamika sebagai jurnal yang
paling representatif dalam kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara.
Namun data ini tidak dapat dipakai untuk menunjukkan mutu suatu artikel
dalam jurnal tersebut, dan hanya dapat digunakan sebagai indikator
tentang peringkat pemanfaatan artikel serta penyebarannya. Tingkat sitiran
suatu jurnal dan majalah menggambarkan tingkat pemanfaatan jurnal dan
majalah tersebut oleh penulis artikel pada Jurnal Studia Islamika.
15. Dari keseluruhan 3173 sitiran yang diperoleh, sebanyak 766 sitiran tidak
mencantumkan tempat terbit. Jadi hanya 2407 sitiran yang dapat
dianalisis. Hasil analisis menunjukkan, bahwa literatur yang digunakan
sebagai referensi oleh penulis artikel pada Jurnal Studia Islamika
diterbitkan dari 38 negara. Indonesia adalah negara yang paling banyak
menerbitkan literatur dalam kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara,
dengan jumlah 1115 sitiran. Diikuti oleh Amerika serikat sebanyak 405
sitiran. Kedua negara ini adalah mayoritas dengan 50% lebih yang
menerbitkan literatur dalam bidang kajian ini.
16. Dari analisis yang dilakukan terhadap bahasa literatur yang disitir,
terdapat 11 bahasa yakni Inggris, Indonesia, Belanda, Melayu, Arab,
Perancis, Jepang, Jerman, Sunda, Jawa, dan Tagalog. Literatur berbahasa
Inggris adalah literatur yang paling banyak dijadikan rujukan, yakni
sebanyak 1642 sitiran dan merupakan jumlah lebih dari 50%. Ini
menunjukkan bahwa literatur dalam kajian Islam di Indonesia dan Asia
Tenggara sudah sangat tersedia, dan penyebarannya sangat luas. Karena
dengan digunakannya bahasa Inggris berarti memperluas cakupan
pembacanya tidak hanya di Indonesia dan Asia Tenggara.
17. Dari keseluruhan 3173 sitiran yang didapat, terdata sebanyak 102 sitiran
tidak mencantumkan tahun terbit. Jadi hanya 3071 sitiran yang dapat
dianalisis. Literatur yang banyak digunakan sebagai referensi dalam
penulisan artikel pada Jurnal Studia Islamika terbit dalam rentang waktu
antara tahun 1981 – 1990, yakni ada 1001 sitiran. Kemudiaan diikuti oleh
literatur yang terbit antara tahun 1991 – 2000, dengan 787 sitiran.
Literatur yang terbit dalam kedua kelompok tahun ini mendominasi tahun
terbit literatur yang disitir. Jika melihat tahun terbit literatur yang disitir
dengan tahun terbit jurnal yang menjadi objek dalam analisis ini, maka
literatur yang digunakan tersebut tergolong muda.
18. Ditemukan bahwa 116 sitiran tidak terdapat nama pengarang. Jadi hanya
3057 sitiran yang dianalisis, dari jumlah keseluruhan 3173 sitiran. Dari
setiap volume Jurnal Studia Islamika, sitiran atas nama pengarang orang
jumlahnya tidak terpaut terlalu jauh. Hanya berkisar antara 11% hingga
18%.
19. Jumlah keseluruhan sitiran pengarang atas nama orang adalah 3057
sitiran, dan diperoleh 1344 nama pengarang baik dalam maupun luar
negeri. Namun hanya 29 pengarang yang dianalisis dengan parameter
frekuensi sitiran minimal 15 kali. Mayoritas adalah pengarang dari
Indonesia sebanyak 16 pengarang. Munawar Chalil adalah pengarang
yang mendapat sitiran tertinggi yakni sebanyak 78 sitiran.
20. Hasil penghitungan terhadap usia literatur yang disitir oleh penulis artikel
pada Jurnal Studia Islamika, diperoleh angka paruh hidup literatur dalam
analisis ini adalah 17 tahun. Berdasarkan frekuensi usia literatur yang
banyak disitir, menunjukkan bahwa jumlah kumulatif 58,03% berada pada
usia di bawah 17 tahun dari tahun penulisan artikel. Maka dapat
dinyatakan bahwa pada umumnya tahun terbit dari seluruh literatur yang
disitir usianya masih belum mencapai titik keusangan dan informasi di
dalamnya tergolong mutakhir.
3. Saran
Jika dilihat dari angka paruh hidup literatur yakni 17 tahun, maka informasi
yang dikandung Jurnal Studia Islamika hingga tahun 2000 masih mutakhir. Namun
bila dilihat angka paruh hidup literatur bidang ilmu sosial di luar negeri, yang rata-
rata 2 tahun, maka angka paruh hidup 17 tahun ini masih sangat jauh tertinggal.
Berarti perkembangan kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara termasuk lambat.
Maka disarankan bagi pihak PPIM yang menerbitkan jurnal ini, dimana dari hasil
penelitian menunjukkan jurnal ini sebagai jurnal yang paling representatif dalam
kajian ini, untuk lebih meningkatkan perannya dalam menstimulus para ilmuwan
kajian Islam untuk lebih memberikan kontribusi pemikirannya, agar lebih banyak
literatur di bidang kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara yang diterbitkan tiap
tahun. Kemudian diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap analisis subjek yang
terdapat dalam jurnal ini, agar dapat memperluas subjek kajian Islam di Indonesia
dan Asia Tenggara di tahun-tahun berikutnya. Selanjutnya, juga dapat diteliti analisis
sitiran dan analisis subjek pada jurnal ini yang terbit tahun 2001 hingga saat ini.
Tidak kalah pentingnya adalah penelitian yang sudah dilakukan ini disarankan bagi
pihak-pihak yang berkompeten, untuk dikembangkan lebih lanjut dalam hal mengkaji
pemetaan pemikiran kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara, melalui analisis
ko-sitiran pengarang. Demikian saran yang penulis sampaikan semoga bermanfaat
bagi kemajuan PPIM dan UIN Syarif Hidayatullah pada khususnya, dan
perkembangan kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhamad. Kajian Islam Indonesia. Diakses pada tanggal 14 April 2009 pukul
11.41 WIB dari http://muhamadali.blogspot.com/2008/03/kajian-islam-
indonesia.html
Amri, Yasser. Signifikansi Studi Islam. Diakses pada tanggal 14 April 2009 pukul
11.34 WIB dari http://msibki3.blogspot.com/2008/09/signifikansi-studi-
islam.html
Andriani, Juznia. Studi kualitatif mengenai alasan menyitir dokumen: kasus pada
lima mahasiswa program pascasarjana IPB. Jurnal Perpustakaan Pertanian.
Vol.11, No.2, 2002, hal. 29-40.
Anonim. Studia Islamika: Promoting Indonesian Islam. Diakses pada tanggal 15
September 2008 pukul 15.37 WIB dari http://www.indonesianmuslim.com/
studia-islamika-promoting-indonesian-islam.
Beni, Romanus. Analisis sitiran literatur kependudukan 1990-1998. Tesis. Program
Studi Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan. Program Pascasarjana.
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Universitas Indonesia. 2002.
Dimitroff, Alexandra. “Self Citation in the Library and Information Science
Literature.” Journal of Documentation. Vol.51, No.1, 1995, hal. 44-56.
Farihah, Ipah. Buku panduan penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta:
UIN JKT Press & Lemlit UIN JKT, 2006.
Garvey, William D. Communication: the essense of science. New York: Pergamon
Press, 1979.
Graham, Taylor. The citation process: the role and significance of citations in
scientific communication. London: Blaise Cronin, 1984.
Haridasan, Sudharma and Kulshresta, Vishnu Kumar. “Citation analysis of scholarly
communication in the journal Knowledge Organization”. Library Review.
Vol.56, No.4, 2007, hal. 299-310.
Hartinah, Sri. “Keusangan dan paro hidup dokumen.” Makalah. Depok: Masyarakat
Informatika Indonesia, 2002.
Hartinah, Sri. Analisa sitiran. Makalah. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2002.
Hasibuan, Jonner. “Analisis sitiran terhadap disertasi Program Doktor (S3) Ilmu
Kedokteran Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara”. Pustaha:
Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi. Vol.1, No.2, 2005, hal. 1-11.
Istiana, Purwani. Analisis sitiran terhadap skripsi Jurusan Kartografi dan
Penginderaan Jauh Fakultas Geografi tahun 2005 dan ketersediaannya di
perpustakaan Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta: Berkala Ilmu
Perpustakaan dan Informasi, Vol III, No.6, 2007.
Lanchaster, F.W. Bibliometric methods in assesing productivity and impact factor of
research, SRELS, Bangalore, (1991). hal 1-20.
Lasa, H.S. kamus istilah perpustakaan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
1998.
Liu, M. “Progress in documentation the complexities of citation practice: a review of
citation studies”, Journal of Documentation, Vol.49, No.4, 1993, hal 370-404.
Mustafa, B. “Obsolescence: mengenal konsep keusangan literatur dalam dunia
kepustakawanan”. Makalah. Bogor: Perpustakaan IPB.
Nasuhi, Hamid. Pedoman penulisan karya ilmiah. Jakarta: Ceqda UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007.
Nazir, Moh. Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988.
Okiy, Rose B. “A citation analysis of education dissertations at the Delta State
University, Abraka, Nigeria”. Collection Building, Vol.22, No.4, 2003, hal.
158-161.
Pergola, Irianti. “Analisis sitiran jurnal psikologi UGM tahun 1997-2006.” Berkala
Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta, Vol.3, No.7, 2007.
Permata, Ahmad Norma. Dari studi budaya ke studi bahaya: arah baru kajian
tentang Islam di Indonesia. Diakses pada tanggal 14 April 2009 pukul 12.01
WIB dari http://www.indonesianmuslim.com/dari-studi-budaya-ke-studi-
bahaya-arah-baru-kajian-tentang-islam-di-indonesia.html
Rimbarawa, Kosam. Dasar-dasar organisasi informasi. Jakarta: Hakaeser, 2003.
(tidak diterbitkan)
Riyadi, Ahmad. “Pemetaan kajian Islam pada Program Pascasarjana Universitas
Islam Negeri Jakarta: sebuah analisis ko-sitiran pengarang yang disitir tesis
mahasiswa tahun 1991-2000”. Tesis. Program Studi Ilmu Informasi,
Perpustakaan dan Kearsipan. Program Pascasarjana. Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya. Universitas Indonesia. 2002.
Rupadha, I Komang. “Kajian analisis sitiran terhadap laporan penelitian dosen
Universitas Mataram: suatu kajian perbandingan analisis sitiran antara laporan
penelitian dosen Fakultas Hukum, Ekonomi, Pertanian, dan Peternakan
periode tahun 1991-1995”. Tesis. Depok: Program Pascasarjana Universitas
Indonesia, 1996.
Smith, Linda C. “Citation Analisys”. Library Trends. Vol.30, No.1, 1981, hal.83-106.
Sulistyo-Basuki. Pengantar dokumentasi: mulai dari perkembangan istilah,
pemahaman jenis dokumen, diikuti dengan pengolahan dokumen, disusul
teknologi informasi, dan komunikasi sampai dengan jasa pemencaran
informasi serta diakhiri dengan etika profesi. Bandung: Rekayasa Sains,
2004.
Sulistyo-Basuki. Pengantar ilmu perpustakaan. Jakarta: Gramedia, 1999.
Sulsityo-Basuki, dkk. “Kajian jaringan komunikasi islmiah di Indonesia dengan
menggunakan analisis subjek dan analisis sitiran”. Jurnal Ilmu Informasi,
Perpustakaan dan Kearsipan. Vol.1, No.1, 1999, hal. 1-30.
Sutardji. “Pola sitiran dan pola kepengarangan pada jurnal penelitian pertanian
tanaman pangan.” Jurnal Perpustakaan Pertanian. Vol.12, No.1, 2003, hal. 1-
9.
Toffandi, A. Dasar-dasar ilmu pengetahuan perpustakaan. Bandung: Carya Remaja,
1989.
Wasito, Hermawan. Pengantar metodologi penelitian. Jakarta: Asosiasi Perguruan
Tinggi Katolik dan Gramedia, 1993.
Yaru, Dang. “Structural Modeling of Network Systems in Cytation Analysis.”
Journal of the American Society for Information Science. Vol.48, No.10,
1997, hal. 946-952.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhamad. Kajian Islam Indonesia. Diakses pada tanggal 14 April 2009 pukul
11.41 WIB dari http://muhamadali.blogspot.com/2008/03/kajian-islam-
indonesia.html
Amri, Yasser. Signifikansi Studi Islam. Diakses pada tanggal 14 April 2009 pukul
11.34 WIB dari http://msibki3.blogspot.com/2008/09/signifikansi-studi-
islam.html
Andriani, Juznia. Studi kualitatif mengenai alasan menyitir dokumen: kasus pada
lima mahasiswa program pascasarjana IPB. Jurnal Perpustakaan Pertanian.
Vol.11, No.2, 2002, hal. 29-40.
Anonim. Studia Islamika: Promoting Indonesian Islam. Diakses pada tanggal 15
September 2008 pukul 15.37 WIB dari http://www.indonesianmuslim.com/
studia-islamika-promoting-indonesian-islam.
Beni, Romanus. Analisis sitiran literatur kependudukan 1990-1998. Tesis. Program
Studi Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan. Program Pascasarjana.
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Universitas Indonesia. 2002.
Dimitroff, Alexandra. “Self Citation in the Library and Information Science
Literature.” Journal of Documentation. Vol.51, No.1, 1995, hal. 44-56.
Farihah, Ipah. Buku panduan penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta:
UIN JKT Press & Lemlit UIN JKT, 2006.
Garvey, William D. Communication: the essense of science. New York: Pergamon
Press, 1979.
Graham, Taylor. The citation process: the role and significance of citations in
scientific communication. London: Blaise Cronin, 1984.
Haridasan, Sudharma and Kulshresta, Vishnu Kumar. “Citation analysis of scholarly
communication in the journal Knowledge Organization”. Library Review.
Vol.56, No.4, 2007, hal. 299-310.
Hartinah, Sri. “Keusangan dan paro hidup dokumen.” Makalah. Depok: Masyarakat
Informatika Indonesia, 2002.
Hartinah, Sri. Analisa sitiran. Makalah. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2002.
Hasibuan, Jonner. “Analisis sitiran terhadap disertasi Program Doktor (S3) Ilmu
Kedokteran Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara”. Pustaha:
Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi. Vol.1, No.2, 2005, hal. 1-11.
Istiana, Purwani. Analisis sitiran terhadap skripsi Jurusan Kartografi dan
Penginderaan Jauh Fakultas Geografi tahun 2005 dan ketersediaannya di
perpustakaan Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta: Berkala Ilmu
Perpustakaan dan Informasi, Vol III, No.6, 2007.
Lanchaster, F.W. Bibliometric methods in assesing productivity and impact factor of
research, SRELS, Bangalore, (1991). hal 1-20.
Lasa, H.S. kamus istilah perpustakaan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
1998.
Liu, M. “Progress in documentation the complexities of citation practice: a review of
citation studies”, Journal of Documentation, Vol.49, No.4, 1993, hal 370-404.
Mustafa, B. “Obsolescence: mengenal konsep keusangan literatur dalam dunia
kepustakawanan”. Makalah. Bogor: Perpustakaan IPB.
Nasuhi, Hamid. Pedoman penulisan karya ilmiah. Jakarta: Ceqda UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007.
Nazir, Moh. Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988.
Okiy, Rose B. “A citation analysis of education dissertations at the Delta State
University, Abraka, Nigeria”. Collection Building, Vol.22, No.4, 2003, hal.
158-161.
Pergola, Irianti. “Analisis sitiran jurnal psikologi UGM tahun 1997-2006.” Berkala
Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta, Vol.3, No.7, 2007.
Permata, Ahmad Norma. Dari studi budaya ke studi bahaya: arah baru kajian
tentang Islam di Indonesia. Diakses pada tanggal 14 April 2009 pukul 12.01
WIB dari http://www.indonesianmuslim.com/dari-studi-budaya-ke-studi-
bahaya-arah-baru-kajian-tentang-islam-di-indonesia.html
Rimbarawa, Kosam. Dasar-dasar organisasi informasi. Jakarta: Hakaeser, 2003.
(tidak diterbitkan)
Riyadi, Ahmad. “Pemetaan kajian Islam pada Program Pascasarjana Universitas
Islam Negeri Jakarta: sebuah analisis ko-sitiran pengarang yang disitir tesis
mahasiswa tahun 1991-2000”. Tesis. Program Studi Ilmu Informasi,
Perpustakaan dan Kearsipan. Program Pascasarjana. Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya. Universitas Indonesia. 2002.
Rupadha, I Komang. “Kajian analisis sitiran terhadap laporan penelitian dosen
Universitas Mataram: suatu kajian perbandingan analisis sitiran antara laporan
penelitian dosen Fakultas Hukum, Ekonomi, Pertanian, dan Peternakan
periode tahun 1991-1995”. Tesis. Depok: Program Pascasarjana Universitas
Indonesia, 1996.
Smith, Linda C. “Citation Analisys”. Library Trends. Vol.30, No.1, 1981, hal.83-106.
Sulistyo-Basuki. Pengantar dokumentasi: mulai dari perkembangan istilah,
pemahaman jenis dokumen, diikuti dengan pengolahan dokumen, disusul
teknologi informasi, dan komunikasi sampai dengan jasa pemencaran
informasi serta diakhiri dengan etika profesi. Bandung: Rekayasa Sains,
2004.
Sulistyo-Basuki. Pengantar ilmu perpustakaan. Jakarta: Gramedia, 1999.
Sulsityo-Basuki, dkk. “Kajian jaringan komunikasi islmiah di Indonesia dengan
menggunakan analisis subjek dan analisis sitiran”. Jurnal Ilmu Informasi,
Perpustakaan dan Kearsipan. Vol.1, No.1, 1999, hal. 1-30.
Sutardji. “Pola sitiran dan pola kepengarangan pada jurnal penelitian pertanian
tanaman pangan.” Jurnal Perpustakaan Pertanian. Vol.12, No.1, 2003, hal. 1-
9.
Toffandi, A. Dasar-dasar ilmu pengetahuan perpustakaan. Bandung: Carya Remaja,
1989.
Wasito, Hermawan. Pengantar metodologi penelitian. Jakarta: Asosiasi Perguruan
Tinggi Katolik dan Gramedia, 1993.
Yaru, Dang. “Structural Modeling of Network Systems in Cytation Analysis.”
Journal of the American Society for Information Science. Vol.48, No.10,
1997, hal. 946-952.