Upload
glen-haickel-chandra
View
86
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Reputasi
Citation preview
Tugas UTS Manajemen Komunikasi Korporat
ANALISIS PERBANDINGAN
DUA KASUS KRISIS PENDARATAN DARURAT
PESAWAT LION AIR JT 904 DAN PESWAT US AIRWAYS
FLIGHT 1549
Disusun oleh :
Glen H Chandra
13/359426/PSP/4949
PROGRAM PASCASARJANA ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GAJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
Instruksi Ujian
Lakukan analisis perbandingan terhadap dua kasus krisis berikut:
Pendaratan darurat Pesawat Lion Air JT 904, rute Bandung-Bali, di laut bagian barat
landasan Bandara Ngurah Rai, Bali, pada tanggal 13 April 2013
dengan
Pendaratan darurat Peswat US Airways Flight 1549, rute La Guardia Airport New York ke
Seattle Tacoma International Airport, Washington, di Sungai Hudson, New York, pada
tanggal 15 Januari 2009.
Lakukan analisis terhadap kasus tersebut berdasarkan beberapa hal berikut:
1. Jelaskan mengapa kasus tersebut merupakan krisis bagi Lion Air dan US Airways.
Lakukan juga identifikasi jenis krisis berdasarkan penyebabnya.
2. Bagimana Kebijakan kedua perusahaan dalam menyelesaikan krisis tersebut?
Langkah apa saja yang masing-masing perusahaan ambil? Lakukan perbandingan
identifikasi sisi positif dan negatif langkah yang diambil dari masing-masing
perusahaan. Penjelasan wajib disertai dengan bukti kutipan pernyataan, gambar,
skema, atau bukti pendukung lain.
3. Paska kejadian kecelakaan tersebut, menrut Anda langkah apa saja yang perlu
dilakukan masing-masing perusahaan untuk meningkatkan reputasi mereka. Kaitakan
jawaban Anda dengan arti penting Komunikasi Korporat.
1. KRISIS DAN IDENTIFIKASI KRISIS
Sebelum menentukan sebuah keadaan tertentu bisa dikategorikan sebagai krisis atau
bukan krisis, maka sebaiknya pemahaman tentang krisis perlu dijabarkan. O'Brien, lewat
Grensing-Pophal menjelaskan bahwa krisis biasanya berpusat pada sebuah keadaan tertentu,
atau sebuah perkembangan yang muncul atau tidak muncul, tetapi tetap dapat mengancam
operasional dari sebuah organisasi bisnis (Grensing-Pophal, 2006, p.133). Pemahaman
tentang krisis juga perlu dibedakan dengan isu, mengingat isu dan krisis sering disamakan
sehingga menimbulkan cara penaggulangan penanggulangan yang relatif sama. Pada
sesungguhnya, penanggulangan isu dan krisis dilakukan dengan cara yang berbeda. O'Brien
menjelaskan, sebuah keadaan tertentu menjadi isu jika sebuah permasalahan yang spesifik
atau munculnya persepsi dari sebuah permasalahan, memilki potensi untuk menjadi sesuatu
yang negatif bagi sebuah organisasi, dalam kurun waktu yang relatif lama (Grensing-Pophal,
2006, p.133). Lewat penjabaran O'Brien tersebut, bisa dibedakan bahwa krisis memilki
memilki dampak yang lebih cepat, dalam hal ini berpengaruh kepada operasional sebuah
organisasi. Sementara isu, memilki potensi dampak yang relatif masih lama terjadinya. Untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik lagi, penjabaran Cornelissen tentang krisis juga
bisa dihadirkan. Cornelissen menjelaskan bahwa krisis adalah sebuah peristiwa atau
permasalahan yang membutuhkan keputusan (decisive) dan sesegera mungkin membutuhkan
tindakan dari sebuah organisasi (Cornelissen, 2011, p.120). Kebutuhan akan keputusan yang
sangat cepat bisa dipicu oleh, misalnya, melibatkan tekanan publik, perhatian media yang
intensif atau karena bahaya langsung (jika terjadi kecelakaan, gangguan produk, atau
kesalahan produk) pada karyawan, pelanggan, atau masyarakat secara umum (Cornelissen,
2011, p.120). Tidak berbeda dengan penjelasan O'Brien tentang krisis, Cornelissen juga
menggarisbawahi pemahaman tentang krisis sebagai peristiwa yang memengaruhi sebuah
organisasi secara langsung dan membutuhkan penanggulan yang sangat cepat dan
menentukan.
Kasus pendaratan darurat pesawat Lion Air JT904 (13 April 2013) dan kasus
pendaratan darurat pesawat US Airways Flight 1549 (15 Januari 2009) memilki persamaan
dalam beberapa 3 hal:
1. Terjadi dalam keadaan sebuah organisasi sedang melakukan kegiatan usahanya
(operasional), dalam hal ini layanan penerbangan.
2. Konsumen ikut dalam peristiwa yang terjadi, dalam hal ini kosumen adalah
penumpang pesawat.
3. Menyedot perhatian media dan publik, baik dalam tingkat lokal, nasional, maupun,
internsional.
4. Pada hari yang sama kejadian berlangsung, pihak perusahaan langsung menggelar
konfrensi pers. Pada kasus Lion Air, Direktur Umum Lion Air Edward Sirait
menggelar konferensi pers pada hari Sabtu 13 April 2013, pukul 18.00 WIB, 4 jam
setelah Peswat Lion Air JT 904 melakukan pendaratan darurat pada pukul 15.00
WITA atau pukul 14.00 WIB (http://video.news.viva.co.id/read/24773-lion-air-gelar-
konferensi-pers). CEO US Airways Doug Parker juga menggelar konfrensi pers dan
meberikan pernyataan perusahaan pada hari yang sama pesawat US Airways Flight
1549 melakukan pendaratan darurat (http://www.youtube.com/watch?
v=eSp2ipP7uhk). Konfrensi pers Doug Parker juga diunduh pada hari yang sama
terjadinya peristiwa pada saluran resmi US Airways di Youtube.
Lewat pemaparan empat persamaan di atas, bisa disimpulkan bahwa kasus pendaratan
darurat pesawat Lion Air JT904 (13 April 2013) dan kasus pendaratan darurat pesawat US
Airways Flight 1549 (15 Januari 2009) masuk dalam kategori krisis.
Untuk menjelaskan lebih lanjut tentang krisis yang dialami kedua perusahaan
tersebut, maka perlu dilakukan identifikasi jenis krisis berdasarkan penyebabnya. Krisis dapat
dibedakan mejadi dua. Pertama, krisis yang terjadi karena kesengajaan (intentional crisis),
yaitu: terorisme (terorism), sabotase (sabotage), kekerasan dalam lingkungan kerja
(workplace violence), hubungan kerja karyawan yang buruk (poor employee relationship),
manajemen resiko yang buruk (poor risk management), pengambilalihan (hostile takeover),
kepemimpinan yang tidak etis (unethical leadership) (Ulmer, Sellnow, Seager, 2014, p.).
Kedua, krisis yang terjadi karena ketidaksengajaan (unintetional crisis), yaitu: bencana alam
(natural disaster), wabah penyakit (disease outbreaks), interaksi teksnis tidak terduga
(unforeseeable technical interactions), kegagalan produk (product failure), dan kemerosotan
ekonomi (downturns in the economy) (Ulmer, Sellnow, Seager, 2014, p.11).
Pada kasus pendaratan darurat pesawat Lion Air JT904, Komite Nasional
Keselamatan Transportasi (KNKT), dalam koferensi pers pada tanggal14 April 2013, satu
hari setelah peristiwa, menejelaskan bahwa penyebab peawat harus mendarat darurat adalah
'undershoot' (http://www.youtube.com/watch?v=mrAb9YGGnHg). Menurut
oxforddictionaries.com, undershoot adalah istilah yang mengacu pada pendaratan dengan
menggunakan jarak landasan secara pendek. Namun kemudian dalam laporan pendahuluan
(Prelimenary Report) KNKT tentang peristiwa ini, KNKT tidak menyebutkan alasan jelas
kenapa peristiwa tersebut terjadi (Prelimenary Report, KNKT, 2013, p.26). Sementara itu,
dalam laporan resminya, National Transportation Safety Board (NTSB), menjelaskan bahwa
penyebab terjadinya persitiwa pendaratan darurat US Airways Flight 1549 adalah karena
masuknya beberapa ekor burung berukuran besar ke dalam kedua mesin peswat yang
mengakibatkan kedua mesin hampir kehilangn total dorongan (thrust) (Aircraft Accident
Report, NTSB, 2010, p.123). Meskipun demikian, melalui dua laporan resmi yang
dikeuarkan oleh KNKT dan NTSB, dapat dipastikan tidak ada sabotase atau tindakan
terorisme yang terjadi. Sehingga bisa disimpulkan bahwa kedua peswat yang mengalami
pendaratan darurat tersebut, yang mengkibatkan krisis pada perusahaanya masing-masing,
termasuk dalam kategori krisis yang tidak disengaja ( unintetional crisis).
2. KEBIJAKAN DALAM MENYELASIKAN KRISIS
Pasca terjadinya pendaratan darurat pesawat Lion Air JT904, Pihak Lion Air
menjalankan sebuah kebijakan dengan memberi ganti rugi ke pada 76 penumpang, masing-
masing sebesar Rp. 55.000.000,00 (http://news.liputan6.com/read/569093/76-penumpang-
lion-air-terima-uang-kaget-rp-55-juta). Kebijakan serupa juga dilakukan oleh pihak US
Airways. US Airways memebrikan gantirugi sebsar USD 5,000 kepada masing-masing
penumpang (http://voices.yahoo.com/passengers-us-airways-flight-1549-receive-cash-
2536895.html). Meskipun kebijaksanann kedua perusahaan ini terlihat sama, namun apa
yang dilakukan oleh US Airways dalam mengelola informasi lewat media pasca kejadian,
lebih rapi dan terencana. Beberapa media, termasuk USA Today, menulis berita-berita
selanjutnya dengan sebutan “ Miracle on the Hudson”.
Sumber foto:http://azchipka.thechipkahouse.com/wp-content/uploads/sites/2/2014/03/IMG_3452.jpg
Pada tahun 2011, dua tahun setelah terjadi pendaratan darurat, Pesawat US Airways
yang menglami pendaratan darurat di Sungai Hudson akhirnya dikirim ke Museum
Penerbangan Carolina (http://www.carolinasaviation.org/newsletter/2011/contact-02-11.pdf).
Acara meorial juga diselenggarakan setiap tahunnya pada bualan Januari, bulan yang sama
saat terjadinya pendaratan darurat. Keluarga korban dan beberapa kru, termasuk Co-Pilot
Capt. Chelsea Sullenberger, dan tim penyelamat, bertemu dan saling bercengkrama
(http://edition.cnn.com/2014/01/15/us/miracle-on-hudson-anniversary/) . Apa yang terjadi
pasca krisis yang dialami oleh US Airways berbeda dengan Lion Air. Meskipun pada
awalnya terlihat sama dalam kebijakan, namun dampak yang ada setelah krisis mengalami
perbedaan yang jelas. Kedua perusahaan memang masih beroperasi sampai saat ini.
Penanganan krisis yang dilakukan oleh Lion Air tidak menyeluruh seperti yang dilakukan
oleh US Airways.
3. ARTI PENTING KOMUNIKASI KORPORAT DALAM MENGHADAPI KRISIS
Goodman lewat Valkiene menjelaskan bahwa komunikasi korporat ditempatkan pada
fungsi strategis manajemen, fokus untuk menghadapi: kebutuhan untuk menciptakan
kepercayaan antara audien eksternal dan internal dari sebuah perusahaan (Valkiene, 2010,
p.99). Sementara itu, Harrison menjelaskan bahwa komunikasi korporat berperan dalam
mengendalikan isu yang beredar di media, karena apa yang muncul di media hari ini, beleum
tentu muncul secara sama atau bahkan tidak muncul sama sekali keesekokan harinya
( Harrison, 2007, p.71). Lewat pemahaman tersebut, maka posisi komunikasi korporat
menjadi sangat penting. Komunikasi korporat memilki peran untuk menciptakan kepercayaan
diri pihak internal perusahaan seperti manajemen dan karyawan, di sisi lain, komunikasi
korporat juga membantu meningkatkan kepercayaan ekternal perusahaan, seperti konsumen
atau target pasar. Pada krisis yang dialami oleh Lion Air pasca pendaratan daruratnya,
memang tidak membuat perusahaan kehilangan pelanggan atau membuat perusahaan menjadi
bangkrut. Penyebabnya, mungkin saja karena konsumen pesawat terbang di Indonesia lebih
mepedulikan masalah harga yang terjangkau, di mana Lion Air berada pada area bisnis
seperti itu. Namun, seharusnya Lion Air bisa melakukan langkah-langkah yang lebih baik
untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis di masa depan. Salah satu cara yang
mungkin dilakukan oleh Lion Air adalah dengan menjadikan peristiwa pendaratan darurat di
Bali pada tanggal 13 April 2013 mejadi sebuah dokumentasi dalam bentuk buku atau film.
Sudut pandang yang digunakan adalah dengan menggarisbawahi bahwa pilot pesawat dan kru
telah melakukan hal terbaik untuk membuat semua penumpang selamat, tanpa korban
meninggal. Selain melakukan hal tersebut, tentu saja Lion Air juga dituntut untuk lebih baik
dalam mempersiapkan keamanan dan keselamatan pesawat, mengingat krisis yang pernah
terjadi. Apa yang dilakukan oleh US Airways dengan menggunakan media sebagai saluran
komunikasi bahkan telah menginsiprasi pembuatan sebuah lagu. Lagu yang diciptakan oleh
kelompok musik College & Electric tersebut diberi judul A Real Hero dan tampil dalam film
berjudul Drive pada tahun 2011 http://www.hollywoodreporter.com/news/drive-soundtrack-
captain-sully-254349
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku dan Jurnal :
Cornelissen, Joep. (2011). Corporate Communication. London:Sage Publications.
Grensing-Pophal, Lin. (2006). The Essentials of Corporate Communication and Public Rela-tions. United States:Harvard Bussines School Press.
Harrison, Gordon Alan. (2007). Communication Strategies as a Basis for Crisis Management In-cluding Use of the Internet as a Delivery Platform (Dissertation). Georgia:Georgia State University.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi. (2013). Aircraft Accident Investigation Report. Na-tional Transportation Safety Commitee.
National Transportation Safety Board. (2009, 15 Januari). Loss of Thrust in Both Engines After Encountering a Flock of Birds and Subsequent Ditching on the Hudson River US Air-ways Flight 1549Airbus A320‐214. Washington, DC.
Ulmer, Robert R.,Sellnow, Timothy L., Seeger, Matthew W. (2014). Effective Crisis Communi-cation. London:Sage Publications.
Valackiene, Asta. (2010). Efficient Corporate Communication: Decisions in Crisis Management. Inzinerine Ekonomika-Engineering Economics, 21(1), 99-110.
Sumber Online:
DeVault, Ryan Christopher. (2009, 20 Januari). Passengers of US Airways Flight 1549 Receive Cash from US Airways; Each Passenger Gets More Than $5000.00. Yahoo Voices. Diperoleh dari http://voices.yahoo.com/passengers-us-airways-flight-1549-receive-cash-2536895.html?cat=8
Liputan 6. (2013, 13 April). Konferensi Pers Edward Sirait. Diperoleh dari http://video.news.vi-va.co.id/read/24773-lion-air-gelar-konferensi-pers
Metro TV. (2013, 14 April). Konferensi Pers KNKT. Diperoleh dari http://www.youtube.com/watch?v=mrAb9YGGnHg
O'Connell, Michael. (2011, 27 Oktober). 'Drive' Song Inspired by Captain Sully Sullenberger and 'Mad Max'. The Hollywood Reporter. Diperoleh dari http://www.holly-woodreporter.com/news/drive-soundtrack-captain-sully-254349
Oxford Dictionary Online. (2014). Diperoleh dari www.oxforddictionary.com
Parker, Doug. (2009, 15 Januari). CEO US Airways Doug Parker Statement. Diperoleh dari http://www.youtube.com/watch?v=eSp2ipP7uhk
Redaksi. (2013, 23 April). Penumpang Lion Air Terima Uang Kaget Rp 55 Juta. Liputan 6. Diperoleh dari http://news.liputan6.com/read/569093/76-penumpang-lion-air-terima-uang-kaget-rp-55-juta