Upload
chaerani-triyuliana
View
23
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Kesehatan Jiwa
Citation preview
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN GANGGUAN JIWA
Chaerani Triyuliana S.Kep.,Ners
Apa itu Komunikasi Terapeutik ?
Terapeutik
Seni dari penyembuhan ( as hornby, 1974) dapat juga di artikan sebagai segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan
Seorang perawat di katakan mampu berkomunikasi terapeutik apabila ia mampu mengkomunkasikan perkataan, perbuatan atau ekspresi yang memfasilitasi proses penyembuhan.
Komunikasi Terapeutik
Suatu interaksi interpersoanl antara perawat dan klien yang selama interaksi berlangsung perawat berfokus pada kebutuhan khusus klien untuk meningkatkan pertukaran informasi yang efektif antara klien dan perawat
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara perawat dengan klien
Persoalan yang mendasar dari komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan klien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan klien, perawat membantu dan klien menerima bantuan.
Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Hamid, 1996), tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien meliputi : Realisasi diri, penerimaan diri dan
peningkatan penghormatan terhadap diri. Rasa identitas personal yang jelas dan
peningkatan integritas diri. Kemampuan untuk membina hubungan
interpersonal yang intim dan saling tergantung dengan kapasitas untuk mencintai dan dicintai.
Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan Personal yang realistik.
Tujuan terapeutik akan tercapai bila perawat memiliki karakteristik sebagai berikut
Kesadaran diri. Klarifikasi nilai. Eksplorasi perasaan. Kemampuan untuk menjadi model
peran. Motivasi altruistik. Rasa tanggung jawab dan etik
GANGGUAN JIWA
Menurut American Psychiatric Association (APA, 1994), gangguan mental adalah gejala atau pola dari tingkah laku psikologi yang tampak secara klinis yang terjadi pada seseorang dari berhubungan dengan keadaan distres (gejala yang menyakitkan) atau ketidakmampuan (gangguan pada satu area atau lebih dari fungsi-fungsi penting) yang meningkatkan risiko terhadap kematian, nyeri, ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan yang penting, dan tidak jarang respon tersebut dapat diterima pada kondisi tertentu.
TUJUAN KOMTER
Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan;
Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya;
Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Prinsip- prinsip KOMTER
1. Perawat mampu mengenal dirinya sendiri yang berarti menghargai diri sendiri, memahami dirinya sendiri serta nilai yang di anut
2. Komunikasi harus di tandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai
3. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental
4. Perawat harus menciptkan suasana yang memungkinkan pasien berkembang tanpa rasa takut.
5. Perawat mampu menguasai perasaannya sendiri secara bertahap6. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya7. Memahami betul arti empati sebagai tindakan terapeutik8. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hub terapeutik, perawat harus mampu berperan sebagai role model9. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan10. Berpegang pada etika
Sikap Komunikasi Terpeutik
1. Berhadapan2. Mempertahankan kontak mata3. Membungkuk ke arah klien4. Memperhatikan sikap terbuka5. Tetap rileks
Teknik- teknik KOMTER
Mendengarkan penuh perhatian Menunjukan sikap penerimaan Mengulang perkataan pasien dengan kata-
kata sendiri Mengklarifikasi Memfokuskan Memberi kesempatan pada klien untuk
memulai pembicaraan Memberi kesempatan pada klien untuk
mengungkaokan perasaan
Fase – Fase prose hub KOMTER
1. Fase Pra Interaksi1. Tahap dimana perawat belum bertemu
denan klien. Tugas perawat dalam tahap ini adalah :
Mendapatkan informasi tentang klien dari medical record atau sumber lainnya
Mengeksprolarikan perasaannya, fantasi, ketakutan diri
Membuat rencana pertemuan dengan klien ( Tempat, waktu, dan kegiatan)
2. Fase Orientasi
Tahap dimana perawat pertama kali bertemu dengan klien
Melakukan validasi Memperkenalkan nama perawat Menanyakan panggilan kesukaan klien Menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan Menjelaskan tujuan Menjelaskan waktu yang di butuhkan untuk melakukan
kegiatan Menjelaskan kerahasiaan
3. Fase Kerja
Tahap dimana klien mulai kegiatan Tugas perawat pada saat ini adalah
melaksanakan kegiatan yang telah di rencanakan
Memberi Kesempatan pada klien untuk bertanya
Menanyakan keluhan utama Memulai kegiatan dengan cara yang baik
Fase Terminasi
Tahap dimana perawat menghentikan interaksinya dengan klien
Menyimpulkan hasil kegiatan : evaluasi proses dan hasil
Memberikan masukan yang positif Melakukan kontrak waktu utk pertemuan
selanjutnya ( Waktu, tempat, dan topik) Mengakhiri dengan cara yang baik
Berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah teknik khusus, ada beberapa hal yang membedakan berkomunikasi antara orang gangguan jiwa dengan gangguan akibat penyakit fisik.
PERBEDAAN
Penderita gangguan jiwa cenderung mengalami gangguan konsep diri, penderita gangguan penyakit fisik masih memiliki konsep diri yang wajar (kecuali pasien dengan perubahan fisik, ex : pasien dengan penyakit kulit, pasien amputasi, pasien pentakit terminal dll).
Penderita gangguan jiwa cenderung asyik dengan dirinya sendiri sedangkan penderita penyakit fisik membutuhkan support dari orang lain.
Penderita gangguan jiwa cenderung sehat secara fisik, penderita penyakit fisik bisa saja jiwanya sehat tetapi bisa juga ikut terganggu.
KOMPONEN KEP. JIWA
Support system Mekanisme kopping Harga diri Ideal diri Gambaran diri Pola asuh Tumbuh kembang Genetika Lingkungan Pengaruh zat adiktif
Terimaksih