21
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN GANGGUAN JIWA Chaerani Triyuliana S.Kep.,Ners

Komunikasi Terapeutik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kesehatan Jiwa

Citation preview

Page 1: Komunikasi Terapeutik

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN GANGGUAN JIWA

Chaerani Triyuliana S.Kep.,Ners

Page 2: Komunikasi Terapeutik

Apa itu Komunikasi Terapeutik ?

Page 3: Komunikasi Terapeutik

Terapeutik

Seni dari penyembuhan ( as hornby, 1974) dapat juga di artikan sebagai segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan

Seorang perawat di katakan mampu berkomunikasi terapeutik apabila ia mampu mengkomunkasikan perkataan, perbuatan atau ekspresi yang memfasilitasi proses penyembuhan.

Page 4: Komunikasi Terapeutik

Komunikasi Terapeutik

Suatu interaksi interpersoanl antara perawat dan klien yang selama interaksi berlangsung perawat berfokus pada kebutuhan khusus klien untuk meningkatkan pertukaran informasi yang efektif antara klien dan perawat

Page 5: Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara perawat dengan klien

Persoalan yang mendasar dari komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan klien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan klien, perawat membantu dan klien menerima bantuan.

Page 6: Komunikasi Terapeutik

Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Hamid, 1996), tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien meliputi : Realisasi diri, penerimaan diri dan

peningkatan penghormatan terhadap diri. Rasa identitas personal yang jelas dan

peningkatan integritas diri. Kemampuan untuk membina hubungan

interpersonal yang intim dan saling tergantung dengan kapasitas untuk mencintai dan dicintai.

Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan Personal yang realistik.

Page 7: Komunikasi Terapeutik

Tujuan terapeutik akan tercapai bila perawat memiliki karakteristik sebagai berikut 

Kesadaran diri. Klarifikasi nilai. Eksplorasi perasaan. Kemampuan untuk menjadi model

peran. Motivasi altruistik. Rasa tanggung jawab dan etik

Page 8: Komunikasi Terapeutik

GANGGUAN JIWA

Menurut American Psychiatric Association (APA, 1994), gangguan mental adalah gejala atau pola dari tingkah laku psikologi yang tampak secara klinis yang terjadi pada seseorang dari berhubungan dengan keadaan distres (gejala yang menyakitkan) atau ketidakmampuan (gangguan pada satu area atau lebih dari fungsi-fungsi penting) yang meningkatkan risiko terhadap kematian, nyeri, ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan yang penting, dan tidak jarang respon tersebut dapat diterima pada kondisi tertentu.

Page 9: Komunikasi Terapeutik

TUJUAN KOMTER

Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan;

Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya;

Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

Page 10: Komunikasi Terapeutik

Prinsip- prinsip KOMTER

1. Perawat mampu mengenal dirinya sendiri yang berarti menghargai diri sendiri, memahami dirinya sendiri serta nilai yang di anut

2. Komunikasi harus di tandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai

3. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental

4. Perawat harus menciptkan suasana yang memungkinkan pasien berkembang tanpa rasa takut.

Page 11: Komunikasi Terapeutik

5. Perawat mampu menguasai perasaannya sendiri secara bertahap6. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya7. Memahami betul arti empati sebagai tindakan terapeutik8. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hub terapeutik, perawat harus mampu berperan sebagai role model9. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan10. Berpegang pada etika

Page 12: Komunikasi Terapeutik

Sikap Komunikasi Terpeutik

1. Berhadapan2. Mempertahankan kontak mata3. Membungkuk ke arah klien4. Memperhatikan sikap terbuka5. Tetap rileks

Page 13: Komunikasi Terapeutik

Teknik- teknik KOMTER

Mendengarkan penuh perhatian Menunjukan sikap penerimaan Mengulang perkataan pasien dengan kata-

kata sendiri Mengklarifikasi Memfokuskan Memberi kesempatan pada klien untuk

memulai pembicaraan Memberi kesempatan pada klien untuk

mengungkaokan perasaan

Page 14: Komunikasi Terapeutik

Fase – Fase prose hub KOMTER

1. Fase Pra Interaksi1. Tahap dimana perawat belum bertemu

denan klien. Tugas perawat dalam tahap ini adalah :

Mendapatkan informasi tentang klien dari medical record atau sumber lainnya

Mengeksprolarikan perasaannya, fantasi, ketakutan diri

Membuat rencana pertemuan dengan klien ( Tempat, waktu, dan kegiatan)

Page 15: Komunikasi Terapeutik

2. Fase Orientasi

Tahap dimana perawat pertama kali bertemu dengan klien

Melakukan validasi Memperkenalkan nama perawat Menanyakan panggilan kesukaan klien Menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan Menjelaskan tujuan Menjelaskan waktu yang di butuhkan untuk melakukan

kegiatan Menjelaskan kerahasiaan

Page 16: Komunikasi Terapeutik

3. Fase Kerja

Tahap dimana klien mulai kegiatan Tugas perawat pada saat ini adalah

melaksanakan kegiatan yang telah di rencanakan

Memberi Kesempatan pada klien untuk bertanya

Menanyakan keluhan utama Memulai kegiatan dengan cara yang baik

Page 17: Komunikasi Terapeutik

Fase Terminasi

Tahap dimana perawat menghentikan interaksinya dengan klien

Menyimpulkan hasil kegiatan : evaluasi proses dan hasil

Memberikan masukan yang positif Melakukan kontrak waktu utk pertemuan

selanjutnya ( Waktu, tempat, dan topik) Mengakhiri dengan cara yang baik

Page 18: Komunikasi Terapeutik

Berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah teknik khusus, ada beberapa hal yang membedakan berkomunikasi antara orang gangguan jiwa dengan gangguan akibat penyakit fisik.

Page 19: Komunikasi Terapeutik

PERBEDAAN

 Penderita gangguan jiwa cenderung mengalami gangguan konsep diri, penderita gangguan penyakit fisik masih memiliki konsep diri yang wajar (kecuali pasien dengan perubahan fisik, ex : pasien dengan penyakit kulit, pasien amputasi, pasien pentakit terminal dll).

Penderita gangguan jiwa cenderung asyik dengan dirinya sendiri sedangkan penderita penyakit fisik membutuhkan support dari orang lain.

Penderita gangguan jiwa cenderung sehat secara fisik, penderita penyakit fisik bisa saja jiwanya sehat tetapi bisa juga ikut terganggu.

Page 20: Komunikasi Terapeutik

KOMPONEN KEP. JIWA

Support system Mekanisme kopping Harga diri Ideal diri Gambaran diri Pola asuh Tumbuh kembang Genetika Lingkungan Pengaruh zat adiktif

Page 21: Komunikasi Terapeutik

Terimaksih