9
KONSEP AJARAN WIWEKA DALAM KEPEMIMPNAN HINDU PENDAHULUAN Banyak sekali konsep kepemimpinan Hindu yang terkandung dalam ajaran agama Hindu. Konsep-konsep kepemimpinan ini jika seorang pemimpin mampu memahami dan melaksanakannya dalam era globalisasi ini yang penuh dengan berbagai permasalahan sangatlah diperlukan kearifan dan kepekaan dari seorang pemimpin untuk mampu mengatasi berbagai permasalahan yang dialami oleh rakyatnya. Salah satu ajaran agama Hindu yang perlu dipahami dan dilaksanakan oleh seorang pemimpin adalah konsep ajaran wiweka. Lebih jelasnya tentang ajaran wiweka akan diuraikan dalam Pembahasan berikut. PEMBAHASAN WIWEKA Wiweka merupakan suatu ajaran dalam agama Hindu dimana dalam konsep ajaran wiweka ini kita diajarkan untuk mampu membeda-bedakan, menimbang-nimbang dan akhirnya memilih antara mana hal yang baik dan mana hal yang buruk, salah dan benar dan lain sebagainya. Ajaran ini sangat penting 1

Konsep Ajaran Wiweka Dalam Kepemimpnan Hindu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Konsep Ajaran Wiweka Dalam Kepemimpnan Hindu

KONSEP AJARAN WIWEKA DALAM KEPEMIMPNAN HINDU

PENDAHULUAN

Banyak sekali konsep kepemimpinan Hindu yang terkandung dalam ajaran

agama Hindu. Konsep-konsep kepemimpinan ini jika seorang pemimpin mampu

memahami dan melaksanakannya dalam era globalisasi ini yang penuh dengan berbagai

permasalahan sangatlah diperlukan kearifan dan kepekaan dari seorang pemimpin untuk

mampu mengatasi berbagai permasalahan yang dialami oleh rakyatnya. Salah satu

ajaran agama Hindu yang perlu dipahami dan dilaksanakan oleh seorang pemimpin

adalah konsep ajaran wiweka. Lebih jelasnya tentang ajaran wiweka akan diuraikan

dalam Pembahasan berikut.

PEMBAHASAN

WIWEKA

Wiweka merupakan suatu ajaran dalam agama Hindu dimana dalam konsep

ajaran wiweka ini kita diajarkan untuk mampu membeda-bedakan, menimbang-

nimbang dan akhirnya memilih antara mana hal yang baik dan mana hal yang buruk,

salah dan benar dan lain sebagainya. Ajaran ini sangat penting untuk dipelajari,

dipahami, dam akhirnya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi

seorang pemimpin. Namun unuk memberikan batasan tentang manakah yang disebut

tingkah laku yang baik dan buruk, benar dan salah itu tidaklah mudah. Kita tidak dapat

memberikan batasan-batasan seperti dalam ilmu pasti. Walaupun demikian kita

semenjak kecil telah memiliki kemampuan untuk membeda-bedakan antara tingkah laku

yang diperkuat oleh pendidikan ibu bapak dan pengaruh lingkungan tempat kita berada,

sehingga kita makin sadar bahwa tingkah laku yang salah harus kita jauhi dan hanya

tingkah laku yang benarlah yang harus kita laksanakan.

1

Page 2: Konsep Ajaran Wiweka Dalam Kepemimpnan Hindu

Semakin lanjut umur kita dan makin luas pengetahuan itu semakin tinggilah

kesadaran kita untuk memilih yang baik dan bukan yang salah atau yang buruk.

“manusah sarvabhutesu

Vertate vai subhasubhe,

Asubhesu samavistham

Subhesveva vakarayet. (Sarasamuscaya 2)

Dari demikia bayaknya makhluk yang hidup, yang dilahirkan sebagai

manusia itu saja yang dapat melakukan perbuatan baik buruk itu ; adapun untuk

peleburan perbuatan buruk kedalam perbuatan yang baik juga manfaatnya jadi manusia.

Karena kemampuan , dan atas dasar pilihan tersebut ia dapat meningkatkan

hidupnya dari tidak baik menjadi baik, maka manusia mendapat kedudukan istimewa

diantara semua makhluk hidup. Walaupun ia telah memiliki kemampuan memilih yang

baik, namun seringkali pula manusia memilih yang tidak baik. Banyak faktor yang

dapat menyeret orang pada hal-hal yang yang tidak baik, seperti karena lelah, karena

bodoh, karena keinginan yang tidak terkendali dan sebagainya, semuanya itu membawa

orang pada kebingungan sehingga salah pilih dalam mengambil tindakan. Sering juga

orang tidak dapat memilih karena ruang dan waktu tidak mengijinkan. Oleh karena

demikian, manusia harus memiliki kebijaksanaan, ketetapan hati, naya, yaitu tuntunan

berpikir, sehingga tetap tenang dalam menentukan pilihan.

Seseorang yang tergolong sadhu budhi dapat terjerumus dalam neraka akibat

salah pilih karena tidak ada naya (tuntunan berpikir) seperti yang disebutkan dalam

Nitisastra I.7 sebagai berikut:

“wwanten wwang sugih artha hina sabhinuktinyalpa ring bhusana, wwanten

wwang gunamanta sila naya hilanut rikang durjana, wwang dhirghayusa sreddha hina

tan arep ring dharmasastrolehan, yeku ng janma nirartha traya wilangnyoripnya nir

tan pa don”

Terjemahan :

Orang kaya yang makannya tidak baik dan berpakaian tidak selayaknya,

orang alim tetapi rendah tabiatnya dan suka berkumpul dengan orang jahat, orang yang

panjang (tinggi) umurnya tetapi rendah kelakuannya dan tidak mengamalkan ajaran

2

Page 3: Konsep Ajaran Wiweka Dalam Kepemimpnan Hindu

suci, ketiga macam manusia ini adalah orang yang hidupnya tidak berarti dan tidak

berharga.

Demikianlah uraian tentang seorang yang baik budhi dapat ikut orang jahat

karena kurang naya sehingga tidak tahu memilih yang benar. Banyak contoh dapat kita

baca dalam Kitab Tantri Kamandaka tokoh-tokoh cerita yang mengalami nasib sial

akibat dari wiweka. Ini mendorong kita supaya mempertajam kemampuan kita

berwiweka sehingga dapat tercapainya keselamatan dan kebahagiaan hidup. Dua cerita

dalam Tantri kamandaka disebutkan sebagai berikut:

“hanasira sira brahmana sasiki, sira ta mararya mangaji weda ring

bhagawan Wrehaspati. Labdawara ta sira, mulih ta sira maring wanwanira. Mahawan

gunung alas amanggih ta sira mong mati sinahut dening sarpa. Karuna ta sang

brahmana tuminghal ikang mong, ageng kasambeganira. Minantranira ikang mong,

ikang maurip. Mulat kang mong ring sang brahmana, kunang ling nikang mong : Ah

mangsangkukapwa kita sang brahmana, paweh twas bhatara rudra: mangkana ling

nikang mong. Ya ta dinemak sang brahmana denikang mong, pejah dening

sambeganira ”.

Terjemahan :

Ada seorang brahmana, tamat belajar Weda pada Bhagawan Wrehaspati.

Sempurnalah sudah ilmunya, hendak pulang ke daerahnya sendiri, melalui gunung dan

hutan, didapatnya seekor harimau telah mati karena dipagut ular berbisa. Terharulah

brahmana itu melihat sang harimau, besarlah rasa belas kasihannya. Dijumpainya

bangkai harimau itu, hiduplah. Ketika dilihat sang pendeta oleh harimau itu, maka kata

harimau: “inilah harus kumakan, engkau sang brahmana, pemberian dewa Rudra yang

benar-benar memuaskan hatiku”. Demikianlah kata harimau itu, maka diterkamlah

brahmana itu oleh sang harimau. Matilah ia karena sambeganya.

“ hana sira rajaputra macangkramamengameng ring taman sidempati.

Hana ta hamengamenganira wre lanang tunggal, atyanya idepnya, kadi janma, tan sah

umiring ing lampahira, tan hana muwah kadyahan. Kasrepan sira tumihat ing lengen

ing taman, aheb denikang sarwa kusuma sugandha. Amrem aguling kalawan strinira

3

Page 4: Konsep Ajaran Wiweka Dalam Kepemimpnan Hindu

risedhenging maha pralaya nira dateng. Kunang kasihira wre si garuguh ngaranya.

Yateka winekasnira tunggwaguling: “Ndan kong wre, tunggwaku maguling. Ya hana

ngalang-ngalangana pagulingmami, tuwi yan dusta mangrabasa, kakawasanta

sekarwirnya ngalang-ngalangna ryaku maguling. Aywa kita ngundur i jurang, mah

kandaga pinaka sahayanta. Mangkana ling sang rajaputra. Enak manindranira kalih.

Kancit pwa ya hana laler lakistri tumrap ing gulunira kalih sang manidra. Ikang stri

tumrap ing tenggek sang rajaputri. Umulat pwaya wre, matutur i pawekasnira, yeka

dosaning tan wruh ring peryaya mwang ring nitiyoga”.

Terjemahan :

Ada seorang raja putra bercengkrama, bermain-main di taman Sidempati.

Ada padanya seekor kera jantan yang dipeliharanya, sangat cerdas seakan-akan

manusia. Selalu kera itu mengikuti barang kemana saja raja putra pergi, tiada pengikut

lain untuk menjaga keselamatannya. Raja putra sangat bersenang hati melihat keindahan

taman itu, rindang karena bunga-bunga yang sangat harum. Tidak tahulah ia bahwa

waktu ajalnya telah hampir, masih pula ia asyik mengenyam keindahan alam,

memejamkan mata hendak tidur, berdampingan dengan istrinya. Kera yang

dipeliharanya itu si Garuguh namanya. Ia diberinya pesan supaya menjaga dirinya (sang

raja putra dan raja putri); “ Hai engkau kera, jagalah keselamatanku selama aku tidur.

Barangkali ada yang mengganggu kepadaku selama tidur. Jangan engkau mundur ke

tebing. Inilah pedang untuk temanmu”. Demikianlah sabda sang raja putra, senang-

senang mereka tidur. Tak lama kemudian ada lalat hijau sekelamin yang hinggap pada

leher raja putra, yang jantan hinggap pada leher sang putri. Dilihatnya hal itu pada kera,

dan ingat ia akan pesan sang raja putra. Kuat-kuat ditekannya lalat itu, putus pula leher

raja putradan raja putri itu. Matilah mereka karena pesannya sendiri. Itulah akibat tak

mengenal peristiwa barang sesuatu dan tidak dapat mengambil sikap yang selayaknya.

Semua kekeliruan yang membawa sang pendeta dimakan harimau, rajaputra

dan rajaputri tewas ditangan si kera, adalah disebabkan oleh kurang wiweka, sehingga

yang dipilih adalah pilihan yang salah. Apa yang dipilih itu meripakan keputusan yang

ditetapkan oleh pikiran. Maka pikiranlah yang paling utama sebab pikiranlah yang

menentukan semuanya itu, sebagaimana yang dinyatakan dalam Sarasamuscaya sloka

79 sebagai berikut:

4

Page 5: Konsep Ajaran Wiweka Dalam Kepemimpnan Hindu

“manasa niscayam krtva

Tato vaca vidhiyate,

Kriyate karmana pascat

Pradhanam vai manastatah”.

Terjemahan :

Adapun kesimpulan, pikiranlah yang merupakan unsur yan menentukan; jika

penentuan perasaan hati telah terjadi, maka mulailah orang berkata atau melakukan

perbuatan. Oleh karena itu pikiranlah yang menjadi pokok sumbernya.

Lebih lanjut di dalam Sarasamuscaya Sloka 315, dinyatakan pula sebagai

berkut:

“Pratyham pratyaveksete

Hyatmano vrttamatmana,

Kinnu me pasubhistulyam

Kimu satpurusaih samam”.

Terjemahan:

Oleh karena itu jangan hendaknya tidak waspada, hendaknya memikirkan

perbuatan diri sendiri sehari-hari, pikirkan, apakah perbuatan ini salah atau benarkah,

sama dengan hewankah atau sama dengan panditakah tingkah laku ini? Demikianlah

hendaknya pikiranmu dari hari ke hari dan senantiasa menasihati diri sendiri mengenai

perbuatan diri sendiri.

Keselamatan, keringanan, kebahagiaan hidup amat bergantung kepada

pikiran dan kemampuan pikiran kita dalam memutuskan suatu kebijaksanaan dengan

pertimbangan-pertimbangan atau wiweka. Setiap gerak tindakan itu hendaknya selalu

berdasarkan wiweka, dan hal inilah yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin untuk

menciptakan suatu kesejahteraan, kedamaian, bagi rakyatnya.

5

Page 6: Konsep Ajaran Wiweka Dalam Kepemimpnan Hindu

SIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin hendaknya

memiliki wiweka dan setiap gerak tindakan hendaknya selalu berdasarkan wiweka.

Wiweka adalah pancaran daya pikir manusia dalam kemampuannya untuk membeda-

bedakan, menimbang-nimbang dan akhirnya memilih antara yang baik dan buruk,

antara benar dan salah. Karena kurangnya wiweka, seseorang yang tergolong sadhu

budhi dapat dapat terjerumus dalam neraka. Demikianlah pula semua kekeliruan yang

membawa sang pendeta dimakan harimau, rajaputra dan rajaputri tewas di tangan si

kera adalah kurangnya wiweka.

DAFTAR PUSTAKA

Awaniua, Made dkk,1994.Sila dan Etika Hindu, Dirjen Bimas Hindu Budha,

Jakarta.

6